BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 7 BAB II LANDASAN TEORI Untuk menunjang dan membantu dalam melakukan pengolahan dan analisa data data, penelitian ini menggunakan landasan teori yang diambil dari buku-buku penunjang serta jurnal yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. 2.1 Diagram Keputusan Bila diperhatikan maka situasi keputusan yang bagaimanapun kompleksnya pada dasarnya merupakan suatu kumpulan alternatif di mana terdapat kumpulan keadaan tak pasti yang melingkupi setiap alternatif tersebut. Untuk memudahkan penggambaran situasi keputusan tersebut secara sistematik dan komperhensif maka perlu digunakan suatu diagram yang pada dasarnya merupakan rangkaian kronologis tentang keadaan apa yang mungkin terjadi untuk tiap alternatif keputusan. Diagram ini disebut diagram keputusan Notasi Diagram Keputusan Diagram keputusan ini pada dasarnya merupakan suatu diagram pokok yang sudah dikenal dan sering digunakan dalam statistik. Hanya saja dalam diagram keputusan ini perlu dibedakan antara saat di mana kita mengambil keputusan, yaitu saat di mana kita memilih salah satu di antara altarnatif-alternatif yang tersedia; dan saat kemunculan kejadian tak pasti yang akan menentukan hasil dari alternatif-alternatif tersebut. Dalam hal ini, saat mengambil keputusan adalah saat di mana kita sepenuhnya memiliki kendali dalam bertindak; sedangkan saat kejadian yang tak

2 8 pasti adalah saat di mana sesuatu di luar diri kitalah yang menentukan apa yang akan terjadi, dengan kata lain, situasi di mana kendali berada di luar kemampuan kita. Notasi yang digunakan : Penggambaran Diagram Keputusan Diagram keputusan ada yang relatif mudah untuk dibuat. Akan tetapi untuk persoalan yang lebih kompleks, penggambaran diagram keputusan akan lebih sulit juga. Tahapan penggambaran diagram keputusan : 1. Kumpulan altermatif awal Seorang pengusaha merasa bahwa dia menghadapi tiga alternatif. Pertama, menyelenggarakan proyek pengembangan; Kedua menghentikan produksi; dan ketiga, meneruskan penjualan sebagaimana adanya. Alternatif awal ini disebut sebagai alternatif tindakan. Gambar 2.1 Alternatif Tindakan

3 9 Jadi, alternatif tindakan adalah kumpulan alternatif yang pertama, yang harus dipilih oleh pengambil keputusan. Pada bagian lebih lanjut, alternatif-alternatif ini mungkin diikuti oleh alternatif-alternatif lainnya. Tetapi pada dasarnyahasil utama dari analisa keputusan ini adalah merekomendasikan alternatif pertama mana yang sebaiknya dipilih. Karena itulah maka kumpulan alternatif awal ini disebut alternatif tindakan. 2. Kejadian Tak Pasti yang Melingkupi Alternatif Awal a) Alternatif mengadakan Proyek Pengembangan Pada alternatif ini, hasilnya mungkin positif, yaitu kejadian di mana berhasil ditemukan formulasi produk baru yang labih baik; atau negatif, yaitu tidak berhasil ditemukan formulasi yang lebih baik. b) Alternatif meneruskan penjualan produk lama Bila penjualan diteruskan sebagaimana adanya, hal yang mungkin terjadi adalah tingkat penjualan tetap rendah; atau mungkin saja tingkat penjualan akan tinggi. c) Alternatif menghentikan produksi Dalam hal ini, tak ada kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif ini. penjualan sebanyak nol adalah kepastian dari alternatif ini. Gambarnya dinyatakan pada gambar 2.2

4 10 Gambar 2.2 Alternatif Tindakan dan Kejadian 3. Alternatif Lanjutan Berkenaan dengan proyek pengembangan : Bila hasil dari proyek pengembangan ini positif, maka si pengusaha mempunyai dua pilihan yaitu memasarkan produk baru atau tidak. Sedangkan bila hasilnya negatif, maka dia juga akan mempunyai dua pilihan, yaitu tetap memasarkan produk lama atau menghentikan produksi sama sekali. 4. Kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif lanjutan Bila produk baru dipasarkan, maka hasil penjualan yang akan dapat diperoleh mungkin tinggi atau rendah. Bila produk lama tetap dipasarkan, maka tingkat penjualan mungkin tinggi atau rendah.

5 11 Penuangan semuanya ini akan menghasilkan diagram keputusan yang lengkap, seperti terlihat pada gambar 2.3 Gambar 2.3 Diagram Keputusan Lengkap Dengan lengkapnya diagram keputusan, maka masalah keputusan yang dihadapi kini dapat lebih jelas terlihat sebagai suatu rangkaian ketergantungan antara alternatif dan hasil yang mungkin didapat. Tanpa diagram ini, hubungan antara alternatif-alternatif dan hasil yang mungkin didapatkan dari alternatif itu mungkin akan tetap samar dalam pikiran kita, sehingga analisa atau diskusi tentang masalah ini menjadi kurang jelas. Karena itu maka penggambaran diagram keputusan, yang merupakan langkah awal dalam analisa keputusan merupakan suatu tahapan yang penting.

6 Penuntun dan Aturan Pembuatan Diagram Keputusan Dalam pembuatan diagram keputusan terdapat beberapa penuntun dan aturan yang dapat digunakan sebagai pegangan untuk pembentukan diagram keputusan. Penuntun dan aturan tersebut adalah : 1. Tentukan alternatif keputusan awal atau alternatif tindakan. Dalam tahap ini sebaiknya diperhatikan seluruh kemungkinan yang ada. Walau demikian, alternatif yang jelas tampak tidak menguntungkan bila dibandingkan dengan alternatif lain, sebaiknya tidak perlu digambarkan.akan tetapi bila muncul keraguan maka sebaiknya kita masukkan alternatif tersebut untuk dianalisa. Salah satu dari alternatif tindakan yang terkumpul bisa jadi berupa tidak memilih antara alternatif yang ada, dan ini biasanya dapat diartikan sebagai menunggu. Dengan menunggu, maka beberapa kesempatan yang ada saat ini akan hilang, tetapi mungkin alternatif lain akan terbuka di waktu yang akan datang. 2. Tentukan tanggal evaluasi. Kita juga perlu menentukan tanggal evaluasi, yaitu saat di mana hasil alternatif tersebut dievaluasi. Tanggal evaluasi ini harus sama untuk semua alternatif. Meskipun dalam beberapa kasus, akibat dari suatu keputusan akan berlangsung terus di waktu yang akan datang, adalah tidak mungkin untuk memasukkan seluruh kejadian yang mungkin terjadi dan juga seluruh

7 13 keputusan yang akan diambil, tanpa ada batasnya. Jadi persoalan keputusan harus dibatasi dengan menentukan tanggal evaluasi sedemikian hingga di dalamnya tercakup faktor-faktor ketidakpastian dan keputusan-keputusan yang akan datang, yang akan mempengaruhi hasil dari alternatif keputusan awal. 3. Tentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif awal. Untuk tiap alternatif kita harus memperhatikan setiap kejadian yang bisa terjadi, yang secara langsung mempengaruhi hasil dari alternatif tersebut. 4. Tentukan keputusan atau alternatif lanjutan. Dengan memperhatikan kejadian atau hasil yang mungkin muncul, kita mungkin memikirkan untuk melakukan suatu tindakan lanjutan; Hal ini dicerminkan dengan menggambarkan alternatif keputusan yang dapat diambil pada waktu yang akan datang. 5. Tentukan kejadian tak pasti yang melingkupi alternatif lanjutan. Tahap 4 dan 5 ini perlu dilakukan secara berurutan. Setelah sampai pada tahap 5 ini kita perlu mengetahui kejadian apa yang mungkin terjadi yang melingkupi alternatif lanjutan ini. Dan mungkin kita akan mempunyai alternatif keputusan lagi dalam menghadapi suatu keadaan tertentu. Dalam hal ini maka kita kembali ke tahap 4, dan seterusnya. 6. Kumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat mutually exclusive.

8 14 Mutually exclusive di sini berarti bahwa pada tiap simpulhanya ada satu kejadian yang bisa terjadi. Sifat ini perlu diperhatikan karena bila tidak hatihati maka kita dapat membuat kekeliruan yang akan menyesatkan analisa. 7. Kumpulan alternatif dan kejadian pada tiap simpul harus bersifat collecivelly exhaustive. Ini berarti bahwa paling sedikit salah satu harus terjadi. Yang berarti bahwa di sini tidak dijinkan situasi di mana nantinya tidak ada satu pun alternatif yang terpilih. 8. Gambarkan kejadian-kejadian dan keputusan-keputusan secara kronologis. Yaitu dengan menggunakan tanggal di mana pengambil keputusan mengetahui hasilnya atau harus mengambil keputusan. Pengurutan secara kronologis ini pada umumnya diperlukan untuk membuat diagram yang secara logika benar. Perhatian utana di sini adalah letak kejadian tak pasti yang memberikan informasi untuk pembuatan keputusan yang akan datang. Dan kejadian tak pasti harus diletakkan pada tempat yang menggambarkan waktu di mana hasil ketidakpastian diketahui oleh pengambil keputusan. 9. Dua atau lebih simpul kejadian yang tidak dipisahkan oleh simpul keputusan dapat ditukar urutannya.

9 15 Hal ini tidak mempengaruhi validitas diagram. Demikian pula dua atau lebih simpul keputusan yang tidak dipisahkan oleh simpul kejadian, dapat pula ditukar urutannya, atau digabungkan dalam satu titik. Pada permulaannya, aturan dan penuntun untuk penggambaran diagram keputusan ini mungkin terasa sulit atau rumit. Pada dasarnya aturan ini diperlukan untuk memastikan bahwa model yang dibuat telah lengkap dan benar. Dan begitu kita telah memahaminya, maka kita akan mengikuti atuan tersebut dengan sendirinya. Dengan penggambaran diagram keputusan kita sebenarnya membuat suatu model yang merupakan pendekatan yang baik untuk persoalan keputusan yang kita hadapi. Dalam pembuatan model ini kita harus mempertimbangkan hal-hal mana yang akan dimasukkan dan hal-hal mana yang tidak. Sehingga sering dikatakan bahwa pembuatan model adalah suatu seni, bukan hanya ilmu. Dan aturan-aturan yang dibuat, bermanfaat hanya sebagai alat untuk menghindari kesalahan-kesalahan logis Penetapan Nilai Tiap jalur dalam diagram keputusan, yaitu tiap rangkaian alternatif dan hasil, akan menghasilkan suatu nilai yang tersendiri bagi pengambil keputusan. Dengan demikian, maka untuk menentukan pilihan di antara alternatif-alternatif yang ada, kita pertama-tama harus menentukan berapakah nilai dari suatu hasil yang diperoleh, dan ini dituliskan di ujung akhir tiap cabang pada diagram keputusan. Pada dasarnya kita boleh menggunakan ukuran apa saja untuk menyatakan nilai ini, tetapi yang umum digunakan adalah ukuran moneter, dalam satuan rupiah, dollar, dan sebagainya.

10 Penentapan Nilai Kemungkinan Setelah dapat menetapkan semua nilai hasil yang mungkin didapat, untuk melakukan analisa pemilihan kita masih memerlukan data lain, yaitu besarnya kemungkinan kemunculan dari kejadian tak pasti. Kemunculan kejadian tak pasti berada di luar pengandalian pengambil keputusan. Namun demikian, biasanya pengambil keputusan dapat menetapkan berapa besarnya kemungkinan suatu kejadian akan terjadi, dengan menggunakan beberapa cara tertentu. Nilai kemungkinan inilah yang dikenal sebagai nilai kemungkinan subyektif Pengungkapan Nilai Kemungkinan Subyektif Dalam usaha untuk menggunakan nilai kemungkinan subyektif ini, maka timbul persoalan praktis, yaitu bagaimana caranya kita dapat memperoleh nilai kemungkinan ini. Dengan perkataan lain, bagaimana kita dapat menterjemahkan gagasan yang ada dalam pikiran kita ke dalam bentuk kuantitatif nilai kemungkinan. Persoalan ini timbul karena meskipun pada dasarnya kita mempunyai gambaran tentang kemungkinan suatu hal terjadi, kita tidak terbiasa untuk mengkodekan gambaran ini ke dalam bentuk kemungkinan secara kuantitatif.

11 Persyaratan Teknis Beberapa persyaratan teknis perlu dibenahi agar bilangan yang menyatakan kemungkinan dua kejadian A dan B dalam suatu ruang hasil W dapat dinyatakan sebagai nilai kemungkinan. Persyaratan tersebut adalah : 1. P(A) 0 ; P(B) 0 2. Bila A B = 0 maka P(A U B) = P(A) + P(B) 3. P(W) = 1 Sehingga apabila bilangan yang kita tentukan secara subyektif berkenaan dengan kejadian yang ada dalam ruang hasil dapat memenuhi ketiga persyaratan tersebut di atas, maka bilangan tersebut dapat dinyatakan sebagai nilai kemungkinan. Sebagai contoh, dalam menaksir keberhasilan suatu produk baru, seorang manajer pemasaran memberikan pernyataan sebagai berikut : P (sukses besar) = 0,2 P (cukup sukses) = 0,5 P (gagal) = 0,3 P (tidak gagal) = 0,7 Apakah angka-angka ini dapat dinyatakan sebagai nilai kemungkinan? Kita lihat bahwa kondisi atau persyaratan pertama telah terpenuhi karena semua nilai tersebut tak ada yang negatif. Selanjutnya, apabila ruang hasilnya, W = [sukses besar, cukup besar, gagal], maka kondisi ke-3 akan terpenuhi juga. Akhirnya, untuk mengecek kondisi 2.

12 18 P (sukses besar U cukup sukses) = P (tidak gagal) = P (sukses besar) + P (cukup sukses) = 0,7 Sehingga dapat terlihat pula bahwa kondisi 2 terpenuhi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pernyataan manajer pemasaran tersebut dapat dinyatakan sebagai nilai kemungkinan. Pada prakteknya, proses pengungkapan nilai kemungkinan subyektif dirancang sedemikian rupa sehingga ketiga kondisi tersebut terpenuhi. Dengan demikian maka penyimpangan yang mungkin terjadi sejak dini sudah dapat dideteksi dan diperbaiki Nilai Ekspektasi Hasil yang dicerminkan dalam suatu distribusi kemungkinan dapat dinyatakan dalam harga rata-rata atau nilai ekspektasinya, kemudian kita memilih berdasarkan nilai ekspektasi yang tertinggi Analisa Bertahap Persoalan keputusan yang terdiri dari beberapa tahapan keputusan merupakan persoalan yang lebih kompleks..dalam hal ini pilihan terhadap alternatif awal sukar dilaksanakan secara langsung. Karena itu, untuk memecahkan persoalan semacam ini perlu dilakukan analisa secara bertahap. Analisa ini dimulai dari ujung akhir diagram keputusan, dan bergerak mundur tahap demi tahap, menuju ke keputusan awal. Tiap tahap keputusan diperhatikan secara terpisah, dan karena kita mulai dari ujung akhir, maka tidak ada keputusan lanjutan yang harus diperhatikan.

13 19 Pada tiap tahap, alternatif yang telah tidak terpilih tidak akan diperhatikan lagi, krena kita mengetahui bahwa alternatif-alternatif ini tidak akan dipilih lagi dengan berjalannya pentahapan. Proses ini kita lakukan sepanjang perjalanan menuju ke keputusan awal, dan langkah terakhir adalah memilih di antara alternatif-alternatif awal. Dalam analisa ini, pemilihan alternatif pada tiap tahap dapat dapat dilakukan dengan cara pilihan langsung, menggunakan nilai ekspektasi, menggunakan ekspektasi utility, atau dengan menggunakan nilai ekuivalen tetap. Langkah-langkah dalam analisa bertahap : 1. Mulai dari ujung kanan diagram keputusan dan bergerak mundur sepanjang cabang tersebut hingga mencapai suatu simpul keputusan. 2. Pada simpul keputusan ini, lakukan pemilihan di antara alternatif-alternatif yang ada. 3. Hapuskan simpul keputusan ini dengan mencoret seluruh alternatif selain alternatif yang terpilih. 4. Teruskan bergerak mundur hingga mencapai simpul keputusan awal, dan lakukan pemilihan di antara alternatif awal.

14 Keuntungan Pendekatan Diagram (pohon) Keputusan Pendekatan pohon keputusan paling tidak mengandung lima keuntungan yang berbeda : 1. Menata rapi proses keputusan, sehingga membantu kita mengambil keputusan secara tertib, dengan model bertahap. 2. Pengambilan keputusan dapat merangkum semua kemungkinan hasil yang diinginkan dan yang tak diinginkan. 3. Menghubungkan proses pengambilan keputusan dengan proses lainnya secara cepat, lengkap dengan seluruh asumsi tentang masa depan. 4. Memungkinkan suatu kelompok membicarakan berbagai alternatif dengan fokus pada tiap rincian keuangan, probabilita, dan asumsi-asumsi dasarnya. 5. Dapat digunakan dengan komputer, sehingga variasi asumsi dapat disimulasikan untuk melihat pengaruh perubahan-perubahan asumsi terhadap hasil akhir Contoh Pengambilan Keputusan Berdasarkan Teori Pohon Keputusan Analisis keputusan dengan menggunakan pohon keputusan pernah dilakukan oleh Nurhasanah untuk analisa perluasan pabrik konveksi ABC seperti dilaporkan dalam Jurnal Inasea Vol.4 No.1, April Nurhasanah menggunakan teknik untuk menguji alternatif keputusan apakah perlu dilakukan perluasan pabrik atau tidak dalam dua tahun ke depan. Hasil analisis menunjukkan dengan diagram pohon keputusan diperoleh kemungkinan menganalisis secara komperhensif dengan mempertimbangkan berbagai aspek secara simultan antara lain permintaan yang

15 21 berfluktuasi dan tingkat keuntungan yang berbeda. Kesimpulan dari penerapan teknik tersebut terbukti dapat menuntun manajemen mengambil keputusan yang tepat yaitu dengan tidak melakukan ekspansi. Teknik serupa juga telah berhasil diterapkan di CV. Mandiri Sakti Tangerang untuk menetapkan pilihan alternatif yang ada untuk produknya, dimana alternatifalternatif tersebut adalah pasarkan produk baru, pasarkan produk lama atau hentikan produksi. Hasil analisis diagram keputusan menunjukkan bahwa alternatif terbaik adalah memasarkan produk baru yaitu semir ban. 2.2 Pengertian Analisa Kelayakan Sebelum memutuskan untuk menanamkan modal pada suatu proyek perluasan usaha, hendaknya perusahaan harus memiliki perancanaan yang matang disertai analisis-analisis yang memadai guna mendukung usulan perluasan usaha tersebut. Perencanaan yang disusun harus dapat menggambarkan bahwa usulan tersebut dapat dikerjakan dan secara finansial atau ekonomis menguntungkan. Biasanya bagi perusahaan, perencanaan tersebut dinamakan dengan analisa kelayakan. Menurut Suad Hasnan dan Suwarsono (1994, hal 4) yang dimaksud dengan analisa kelayakan adalah : Penelitian tentang dapat atau tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil Pengertian keberhasilan ini dapat ditafsirkan berbeda-beda. Ada yang menafsirkan dalam artian terbatas, ada juga yang mengartikan dalam artian yang lebih luas. Artian

16 22 yang terbatas terutama dipergunakan oleh pihak swasta yang lebih berminat tentang manfaat ekonomis dari suatu investasi. Sedangkan pihak pemerintah atau lembaga non profit, pengertian keberhasilan bisa dalam arti yang relatif. Mungkin dipertimbangkan berbagai faktor, seperti manfaat bagi masyarakat luas yang bisa berwujud penyerapan tenaga kerja, pemanfaatan sumber daya yang melimpah di tempat tersebut, dan sebagainya. Bisa juga dikaitkan dengan penghematan devisa ataupun penambahan yang diperlukan oleh pemerintah. Menurut Ali Basyah Siregar (1991, hal 4) merumuskan : Analisa kelayakan pabrik merupakan usaha untuk menjamin agar pengeluaran modal, yang ketersediannya bersifat terbatas itu, betul-betul mencapai tujuan seperti yang diharapkan, baik dari segi manfaat ekonomi, finansial, maupun sosial Kesimpulannya bahwa jika suatu perusahaan akan melaksanakan suatu perluasan usaha, hendaknya perusahaan tersebut melaksanakan studi kelayakan terlebih dahulu sehingga dapat diketahui apakah rencana tersebut akan menghasilkan keuntungan atau kerugian bagi perusahaan.

17 Maksud dan Tujuan Studi Kelayakan Maksud dan tujuan dari studi kelayakan adalah untuk melakukan analisa perhitungan, evaluasi dan forecasting (peramalan) terhadap aspek-aspek terkait, agar pilihan yang akan diputuskan tepat dan berhasil dalam melakukan sesuatu investasi modal pada rencana usaha ynag akan dilaksanakan. Sebab apabila perhitungan dan analisa yang dilakukan ini salah, berarti usaha investasi yang direncanakan tidak akan berhasil. Ini berarti penghamburan terhadap sumber atau faktor produksi yang terbatas dan langka. Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1997, hal 7) mengatakan bahwa tujuan studi kelayakan adalah : Untuk menghindari keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan Oleh karena itu, sebelum mengambil keputusan (decision) untuk melakukan investasi pada suatu proyek, perlu dilakukan persiapan-persiapan yang matang, serta melakukan perhitungan-perhitungan percobaan, kemudian mengevaluasinya untuk menentukan hasil dari berbagai alternatif yang nantinya akan bisa dipilih keputusan mana yang terbaik Tahap dalam Melakukan Studi Kelayakan Dalam studi kelayakan ini, langkah pertama yang perlu dilakukan adalah sejauh mana aspek-aspek ysng memprngaruhi proyek akan diteliti. Kemudian untuk masingmasing aspek tersebut perlu dianalisa, sehingga kita bisa mendapat gambaran kelayakan dari masing-masing aspek. Identifikasi kesempatan usaha merupakan fase

18 24 pertama dalam melakukan studi kelayakan. Umumnya tahap-tahap untuk melakukan proyek investasi adalah sebagai berikut : 1. Tahap Identifikasi Pada tahap ini ditentukan tujuan daripada rencana investasi yang dapat berupa : o Memperbesar kapasitas produksi yang ada. o Diversifikasi produksi. o Membangun atau memproduksi barang atau jasa yang sama sekali baru. Dimana ketiga faktor di atas merupakan identifikasi terhadap kesempatan usaha yang akan dikembangkan sesuai dengan pengamatan yang dilakukan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut. Pada tahap ini, identifikasi kesempatan usaha dapat dipelajari dengan menggunakan berbagai cara, yaitu : o Mempelajari impor, yang menunjukkan masih ada (sebagian) pasar yang belum bisa dipenuhi dengan produk dalam negeri. o Menyelidiki material lokal, yaitu menyangkut jumlah material yang melimpah, harga material yang murah, kualitas yang baik dari material tersebut, yang menunjukkan kemungkinan untuk dieksploitasi lebih lanjut. o Mempelajari keterampilan tenaga kerja, khususnya untuk beberapa jenis indistri tertentu, seperti : industri kerajinan tangan. Dan tenaga kerja seperti ini mungkin bisa dipakai untuk membuat produk yang sejenis tetapi tidak sama.

19 25 o Melakukan studi industri, sebagai penentu kesempatan yang bisa ditemukan untuk industri yang sedang berkembang. o Menerapkan kemajuan teknologi, yang terus berubah dari waktu ke waktu yang memungkinkan investor untuk memanfaatkan sebelum pihak lain menggunakannya. o Mempelajari hubungan antar industri, dengan mengaitkan pertumbuhan suatu industri yang dapat menciptakan kesempatan bagi industri lainnya, dan dengan menganalisa bagaimana inptu dan output industri tersebut berkaitan. o Menilai rencana pembangunan, baik oleh pemerintah maupun swasta, yang akan menciptakan kebutuhan akan produk baranmg dan jasa yang sebelumnya belum dibuat. o Melakukan pengamatan di tempat lain, sebagai evaluasi perbandingan terhadap pembangunan industri manufaktur atau jasa yang mungkin bisa diterapkan untuk daerah kita. Cara-cara tersebut di atas bisa dipergunakan secara serentak, ataupun secara satu persatu, sehingga kita bisa mendapatkan suatu daftar panjang dari berbagai produk atau jasa yang mungkin bisa dibuat dan ditawarkan kepada pasar.

20 26 2. Perumusan Merupakan tahap untuk menterjemahkan kesempatan investasi ke dalam suatu rencana proyek yang konkret, dengan faktor-faktor yang penting dijelaskan secara garis besar. 3. Penilaian Melakukan analisa dan menilai aspek pasar, teknik, keuangan, dan perekonomian. 4. Pemilihan Melakukan pemilihan dengan mengingat segala keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai. 5. Implementasi Menyelesaikan proyek tersenut dengan tetap berpegang pada anggaran Tahap Analisa Studi Kelayakan Analisa studi kelayakan suatu proyek sangat diperlukan untuk memperbaiki penilaian investasi. Tentu saja studi kelayakan ini akan memakan biaya, tetapi biaya ini jumlahnya relatif kecil apabila dibandingkan dengan resiko kegagalan suatu proyek yang menyangkut investasi yang jumlahnya besar. Dalam studi kelayakan proyek agar bisa berhasil, harus memperhatikan beberapa aspek yang dapat menunjang proyek atau rencana pengembangan usaha tersebut, yaitu : aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen dan organisasi, serta yang terakhir yaitu aspek finansial atau keuangan.

21 27 Penulis akan melakukan analisa kelayakan dari sisi finansial, maka untuk tinjauan pustaka penulis membatasi landasan teori hanya untuk aspek finansial saja Aspek Finansial (keuangan) Evaluasi aspek finansial akan menghitung perkiraan jumlah dana atau modal yang diperlukan untuk invetasi, baik itu pengadaan harta tetap proyek, maupun kebutuhan modal kerja awal. Dari segi keuangan, rencana proyek ataupun pengembangan usaha akan dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Artinya, taksiran penghasilan, biaya, dan rugi atau laba, serta net cash flow dalam berbagai tingkat operasi, termasuk cash flow perusahaan berada dalam kondisi yang dapat dipertanggungjawabkan. Menurut Suad Husnan dan Suwarsono (1994, hal 19) menyebutkan salah satu aspek keuangan adalah : Faktor manfaat dan biaya dalam artian finansial seperti : rate of return on investment, net present value, external rate of return, profitability index, dan payback period perlu diestimasi untuk mengetahui seberapa besar resiko yang akan dihadapi dalam pembangunan proyek, serta proyeksi keuangan untuk menghitung profitabilitas finansial proyek atau rencana pengembangan usaha tersebut. Biaya yang merupakan pengorbanan-pengorbanan mutlak harus diadakan agar dapat diperoleh suatu hasil yang diinginkan. Untuk menghasilkan suatu produk (barang dan jasa) tentu ada bahan, tenaga kerja dan jenis-jenis pengorbanan itu harus bisa diatur dengan nilai uang. Macam-macam biaya tersebut adalah :

22 28 1. Biaya tetap Biaya yang secara totalitas konstan, tidak memandang perubahan tingkat aktifitas atau besar kecilnya volume hasil produksi, misalnya : Harga mesin Gedung atau bangunan Penyusutan atau depresiasi nilai mesin Biaya tenaga kerja tak langsung 2. Biaya variabel Biaya yang secara total berubah-ubah sesuai dengan frekuensi atau tinggi rendahnya tingkat produksi, misalnya : Biaya bahan baku Biaya bahan pembantu Biaya tenaga kerja langsung Biaya maintenance atau perawatan Biaya pemakaian bahan bakar, listrik, telepon, air,dll Biaya pajak dan perlengkapan operasional produksi lainnya Biaya penjualan Dalam aspek keuangan dan finansial ini akan dibahas tentang landasan teori dan rumus-rumus baku yang nanti akan dipergunakan sebagai dasar perhitungan dan evaluasi untuk pemecahan permasalahan.

23 Kriteria Seleksi Dalam rangka mengadakan penilaian usulan proyek (investasi) dan pengambilan keputusan, hendaknya diperhatikan adanya variasi sifat dan jenis proyek yang memerlukan pendekatan berbeda-beda yang pada garis besarnya dapt digolongkan sebagai berikut. 1. Sifat hubungan antar proyek Proyek yang berdiri sendiri (tunggal) Dianggap sebagai proyek tunggal karena keberadaanya tidak tergantung (independent) oleh adanya proyek lain, dalam arti masing-masing mempunyai kesempatan yang sama. Bila ingin mendapatkan alternatif yang terbaik, proyek-proyek macam ini hendaknya dikaji dalam waktu yang bersamaan. Proyek yang saling meniadakan Bila yang sedang dianalisis lebih dari satu atau multiproyek, interelasi diantaranya perlu diidentifikasi lebih jauh, karena ada yang bersifat saling meniadakan atau disebut juga mutually exclusive project, dalam arti memilih yang satu harus mengesampingkan yang lain. Misalnya, memilih antara membangun gedung olahraga atau supermarket di areal tanah yang sama.

24 30 2. Jenis proyek dilihat dari tersedianya dana Dana tidak terbatas Di sini asumsi yang digunakan adalah bahwa perusahaan memiliki dana yang tidak terbatas. Dalam hal ini maka penilaian tidak banyak mengalami kesulitan, usulan yang menjanjikan keuntungan yang terbaik akan diterima. Dana terbatas Karena dananya terbatas maka perusahaan perlu mengatur penggunaan modal yang tersedia (capital rationing), dalam arti pendekatan yang digunakan harus dapat memilih usulan proyek-proyek yang saling bersaing. 3. Ukuran proyek Ini berkaitan dengan menentukan ranking proyek-proyek dengan ukuran yang relatif jauh berbeda. 4. Umur proyek Dibedakan antara proyek dengan umur relatif pendek dengan proyek yang berumur panjang.

25 Seleksi dan Ranking Proses pengambilan keputusan proyek acapkali menghadapi persoalan seleksi atau ranking. Seleksi di sini diartikan sebagai segala sesuatu yang berkaitan dengan menerima atau menolak usulan proyek. Sedangkan rangking berusaha mengidentifikasi urutan usulan proyek (investasi) berdasarkan derajat menarik nya usulan tersebut dilihat dari segi finansial atau ekonomi. Ranking amat diperlikan bila menghadapi keterbatasan dana atau proyek yang bersifat saling meniadakan. Kriteria seleksi proyek yang mandiri Kriteria seleksi yang telah lazim dipraktekkan pada proyek jenis ini adalah sebagai berikut : 1. Yang tidak memperhiyungkan nilai waktu dari uang. a. Periode pengembalian (pay-back period). b. Pengembalian investasi (return on investment-roi). 2. Yang memperhitungkan nilai waktu dari uang. a. Perhitungan nilai neto (net present value-npv). b. Internal rate of return-irr. c. Indeks profitabilitas. d. Benefit-cost ratio. e. Annual capital charge.

26 32 Internal Rate of Return (IRR) Internal rate of return adalah tingkat bunga dimana seluruh pengeluaran net cash flow setelah dikonversikan menjadi nilai saat ini (present value) sama jumlahnya dengan ongkos investasi. Dengan nilai internal rate of return akan didapatkan informasi tentang baik atau tidaknya perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan. Perencanaan yang dilakukan disebut baik atau layak jika ternyata nilai IRR (%) >MARR (%). Benefit-cost Ratio Untuk mengkaji kelayakan proyek sering digunakan pila kriteria yang disebut benefit-cost ratio-bcr. Penggunaannya amat dikenal dalam mengevaluasi proyekproyek untuk kepentingan umum atau sektor publik. Dalam hal ini penekanannya ditujukan kepada manfaat (benefit) bagi kepentingan umum dan bukan keuntungan finansial perusahaan. Meskipun demikian bukan berarti perusahaan swasta mengabaikan kriteria ini Contoh Penerapan Analisa Kelayakan Teknik Analisa kelayakan telah banyak digunakan, sebagai contoh adalah Penelitian Fatihin Niam yang berjudul Analisa kelayakan penggantian mesin produksi sistem mesinning dengan full otomatis untuk memenuhi permintaan konsumen pada perusahaan kaca UD. SYUKURIA. Dari pertimbangan kriteria perhitungan Net present value, Internal rate of return, dan payback period maka mesin bevel baru yang memiliki teknologi lebih modern

27 33 yaitu menggunakan sistem full otomatis layak untuk dijadikan alternatif pengganti mesin bevel lama yang masih menggunakan sistem mesinning.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Studi Kelayakan Studi kelayakan bisnis atau sering pula disebut dengan studi kelayakan proyek adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya suatu proyek bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan

BAB I PENDAHULUAN. agar dapat mempertahankan dan mengembangkan usahanya. Dalam persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, persaingan yang terjadi di dalam dunia usaha begitu ketat, sehingga setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan yang tepat agar

Lebih terperinci

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *)

ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) ANALISIS ASPEK KEUANGAN DALAM MANAJEMEN PROYEK *) A. Dasar Dasar Proyek 1. Batasan Proyek Clive Gray mendifinisikan proyek sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2)

Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) M a n a j e m e n K e u a n g a n 103 Bab 7 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 2) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Accounting

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada PT X, mengenai Peranan Capital Budgeting Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Untuk Pembelian Mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha sekarang ini, persaingan yang terjadi semakin ketat.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha sekarang ini, persaingan yang terjadi semakin ketat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam dunia usaha sekarang ini, persaingan yang terjadi semakin ketat. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan-tindakan untuk dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

ANALISA STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN BATIK SARI KENONGO TULANGAN SIDOARJO. Oleh Endang PW Teknik Industri FTI-Surabaya ABSTRAK

ANALISA STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN BATIK SARI KENONGO TULANGAN SIDOARJO. Oleh Endang PW Teknik Industri FTI-Surabaya ABSTRAK ANALISA STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN BATIK SARI KENONGO TULANGAN SIDOARJO Oleh Endang PW Teknik Industri FTI-Surabaya ABSTRAK Perusahaan Bati Sari Kenongo adalah salah satu produsen batik di Sidoarjo yang

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoretis Kerangka pemikiran teoretis merupakan suatu penalaran peneliti yang didasarkan pada pengetahuan, teori, dalil, dan proposisi untuk menjawab suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Suatu investasi baik dalam bidang industri atau bidang lainnya bertujuan untuk memperoleh standar yang cukup layak di kemudian hari. Manfaat ini bisa berupa keuangan, non keuangan

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1 ABSTRAKSI Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk selalu dapat unggul dalam persaingan. Karena bila salah dalam menerapkan strategi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikirian Teoritis Penelitian tentang analisis kelayakan yang akan dilakukan bertujuan melihat dapat tidaknya suatu usaha (biasanya merupakan proyek atau usaha investasi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini persaingan di dunia usaha semakin ketat. Apabila perusahaan tidak dapat bersaing, maka perusahaan tersebut dapat kalah dalam persaingan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Terkait penulisan skripsi ini, ada beberapa penulis terdahulu yang telah melakukan penelitian yang membahas berbagai persoalan mengenai analisis kelayakan usaha. Adapun skripsi

Lebih terperinci

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu

BAB II INVESTASI. Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu BAB II INVESTASI II.1. Definisi Investasi Setiap perusahaan yang melakukan investasi aktiva tetap selalu mempunyai harapan bahwa perusahaan akan dapat memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

DESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

DESAIN STUDI KELAYAKAN. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM DESAIN STUDI KELAYAKAN Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Tujuan: Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami: Aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan studi kelayakan?

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah penganggaran modal digunakan untuk menggambarkan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Istilah penganggaran modal digunakan untuk menggambarkan bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Istilah penganggaran modal digunakan untuk menggambarkan bagaimana seseorang merencanakan investasi penting yang mempunyai keterlibatan jangka panjang. Investasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biayabiaya dengan harapan akan memperoleh hasil dan secara logika merupakan wadah untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tugas Akhir Analisis Kelayakan Investasi nilai Jual Minimum Perumahan Bale Maganda Kahuripan BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI. Tugas Akhir Analisis Kelayakan Investasi nilai Jual Minimum Perumahan Bale Maganda Kahuripan BAB II LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Secara umum setiap proyek harus dianalisis dari berbagai aspek. Maksud dari analisis proyek adalah untuk memperbaiki pemilihan investasi. Pemilihan berbagai macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. bersosialisasi. Dalam bersosialisasi, terdapat berbagai macam jenis hubungan yang BAB I PENDAHULUAN Dalam bab pendahuluan, penulis akan menyampaikan beberapa hal yang berhubungan dengan proses pengerjaan penelitian ini. Antara lain berkenaan dengan latar belakang penelitian, identifikasi

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI Dalam pengambilan keputusan investasi, opportunity cost memegang peranan yang penting. Opportunity cost merupakan pendapatan atau penghematan biaya yang dikorbankan sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil perhitungan analisis Capital Budgeting dan analisis sensitivitas pada perusahaan Dian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan akal pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Analisa Investasi dalam Berwirausaha Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id Evaluasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Bisnis 2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Kata bisnis berasal dari bahasa Inggris busy yang artinya sibuk, sedangkan business artinya kesibukan. Bisnis dalam

Lebih terperinci

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI

BAB II KEPUTUSAN INVESTASI BAB II KEPUTUSAN INVESTASI II.1. Pengertian Investasi Investasi dapat diartikan sebagai pengaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang (Mulyadi, 2001: 284).

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam rencana melakukan investasi usaha baru, investor toko Salim Jaya perlu melakukan peninjauan terlebih dahulu dengan memperhitungkan dan menganalisis rencana investasinya. Hasil peninjauan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode-metode Penilaian Investasi 3.1.1. Metode net present value (NPV) Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan

Lebih terperinci

Kewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur

Kewirausahaan. Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Teknik. Program Studi Arsitektur Kewirausahaan Modul ke: Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Fakultas Fakultas Teknik Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id I. Pentinnya Studi Kelayakan Usaha

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Sistem Agribisnis Agribisnis sering diartikan secara sempit, yaitu perdagangan atau pemasaran hasil pertanian.sistem agribisnis sebenarnya

Lebih terperinci

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen

ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI. : Dedik Fahrudin NPM : Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen ANALISIS STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA KONVEKSI PADA CV. TATA SARANA MANDIRI Nama : Dedik Fahrudin NPM : 11212796 Jenjang/Jurusan : S1/Manajemen LATAR BELAKANG Studi kelayakan terhadap suatu usaha

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 17 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya-biaya dengan harapan akan memperoleh hasil yang secara logika merupakan wadah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan hambatan yang dihadapi oleh setiap perusahaan semakin banyak dan

BAB I PENDAHULUAN. peluang dan hambatan yang dihadapi oleh setiap perusahaan semakin banyak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan ekonomi yang dialami dari tahun ke tahun, peluang dan hambatan yang dihadapi oleh setiap perusahaan semakin banyak dan persaingan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menurut Mulyadi, R.A. Supriyono (2001, h.284) merupakan pengkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Investasi menurut Mulyadi, R.A. Supriyono (2001, h.284) merupakan pengkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi menurut Mulyadi, R.A. Supriyono (2001, h.284) merupakan pengkaitan seluruh sumber dana dalam jumlah besar dan menyangkut jangka waktu yang panjang (lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan iklim persaingan dalam dunia usaha yang semakin ketat dewasa ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat mengambil tindakan-tindakan yang tepat

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Mata Kuliah - Kewirausahaan II- Modul ke: Studi Kelayakan & Aspek Teknis dalam Kegiatan Bisnis Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Bisnis. Desain Studi Kelayakan

Studi Kelayakan Bisnis. Desain Studi Kelayakan , ST., MT Universitas Islam Malang 2007 Universitas Gunadarma TUJUAN Setelah mempelajari Bab ini mahasiswa diharapkan dapat memahami: Aspek-aspek apa saja yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan di era globalisasi ini semakin berkembang pesat. Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat dunia. Dalam rantai produk (barang/jasa) dibutuhkan peranan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Studi kelayakan dapat dilakukan untuk menilai kelayakan investasi, baik pada sebuah proyek maupun bisnis yang sedang berjalan (Subagyo, 2007). Studi kelayakan

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI USAHA KONSTRUKSI. Nama : Renaldi Prakoso Soekarno NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Elvia Fardiana,SE.

ANALISIS INVESTASI USAHA KONSTRUKSI. Nama : Renaldi Prakoso Soekarno NPM : Jurusan : Manajemen Pembimbing : Elvia Fardiana,SE. ANALISIS INVESTASI USAHA PADA CV.CD LAS KONSTRUKSI Nama : Renaldi Prakoso Soekarno NPM : 15210722 Jurusan : Manajemen Pembimbing : Elvia Fardiana,SE.,MM Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembentukan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak dari suatu gagasan

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini penulis menjelaskan tinjauan teori-teori yang terkait yang digunakan dalam analisa dan pembahasan penelitian ini satu persatu secara singkat dan kerangka berfikir

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu badan usaha, instansi, individu atau perorangan.

BAB II LANDASAN TEORI. suatu badan usaha, instansi, individu atau perorangan. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Aset Menurut Siregar (2004:178) aset adalah barang atau sesuatu barang yang mempunyai nilai ekonomi, nilai komersial atau nilai tukar yang dimiliki oleh suatu badan usaha, instansi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2014 dan objek penelitian pada

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2014 dan objek penelitian pada BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Maret-Juli 2014 dan objek penelitian pada proyek perumahan Bukit Tirta Nirmala seluas ± 43.869 m² yang dikembangkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN 1 ABSTRAK Seorang investor pemilik PT X menilai permintaan dan pangsa pasar di kota Bandung terlihat masih menjanjikan untuk bisnis Depot air Minum isi ulang AMIRA. Tetapi sebelum investor menanamkan modalnya

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI Menaksir Aliran Kas Beberapa Pertimbangan dalam Menaksir Aliran Kas Dalam analisis i keputusan investasi, i ada bb beberapa langkah yang akan dilakukan: 1) Menaksir aliran

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xii ABSTRAK Penelitian ini membahas mengenai perusahaan yang bergerak di bidang makloon konveksi. Karena kapasitas produksi yang tidak mencukupi, maka perusahaan bermaksud untuk melakukan ekspansi berupa penambahan

Lebih terperinci

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL

Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal 1 BAB 10 PENGANGGARAN MODAL Penganggaran Modal 2 KERANGKA STRATEGIK KEPUTUSAN PENGANGGARAN MODAL Keputusan penganggaran modal harus dihubungkan dengan perencanaan strategi perusahaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus dan data yang digunakan menggunakan kuantitatif

Lebih terperinci

9 Universitas Indonesia

9 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan dan Investasi Studi kelayakan diadakan untuk menentukan apakah suatu usaha akan dilaksanakan atau tidak. Dengan kata lain

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis finansial bertujuan untuk menghitung jumlah dana yang diperlukan dalam perencanaan suatu industri melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Pada bagian ini dijelaskan tentang konsep yang berhubungan dengan penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan perkembangan jaman yang semakin berkembang saat ini, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. Dengan perkembangan jaman yang semakin berkembang saat ini, baik BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan jaman yang semakin berkembang saat ini, baik perusahaan besar maupun kecil terpacu untuk bersaing mendapatkan laba yang semaksimal mungkin guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Di era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di era pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan tentang kenaikan komoditas strategis. Kebijakan kenaikan

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING

MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING MANAJEMEN KEUANGAN CAPITAL BUGDETING JENIS INVESTASI FINANCIAL ASSET (Saham, Obligasi dst) RIIL ASSET (Property, Machine, dst) PRODUCT DERIVATE (Reksadana, Bursa Valas,Bursa Komoditas) COMBINATION Pengertian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan

Lebih terperinci

TUGAS PASAR MODAL DAN MANAJEMEN KEUANGAN PENGANGGARAN MODAL

TUGAS PASAR MODAL DAN MANAJEMEN KEUANGAN PENGANGGARAN MODAL TUGAS PASAR MODAL DAN MANAJEMEN KEUANGAN PENGANGGARAN MODAL ADE ARISNAYANTI 1206325012 PROGRAM PROFESI AKUNTANSI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 PENGANGGARAN MODAL Prinsip Penilaian Aset Secara Umum

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian Kondisi perekonomian Indonesia yang terus berkembang ke arah yang lebih baik, turut serta meningkatkan iklim pertumbuhan investasi dalam negeri. Hal ini

Lebih terperinci

Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi

Pendahuluan. Prosedur Capital Budgeting atau Rencana Investasi Pendahuluan Suatu program capital budgeting atau rencana investasi yang baik membutuhkan beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam proses pengambilan keputusan. Langkah-langkah tersebut adalah : 1) Penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Kerangka Pemikiran. 3.2 Metode Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ketersediaan bahan baku ikan hasil tangkap sampingan yang melimpah merupakan potensi yang besar untuk dijadikan surimi. Akan tetapi, belum banyak industri di Indonesia

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA

STUDI KELAYAKAN USAHA STUDI KELAYAKAN USAHA 1 PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN USAHA Studi kelayakan usaha ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil dan menguntungkan secara kontinyu.

Lebih terperinci

TEHNIK PENGANGGARAN BARANG MODAL (CAPITAL BUDGETING) Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak 1

TEHNIK PENGANGGARAN BARANG MODAL (CAPITAL BUDGETING) Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak 1 TEHNIK PENGANGGARAN BARANG MODAL (CAPITAL BUDGETING) Oleh : Padlah Riyadi, SE. Ak 1 Penganggaran Barang Modal (Capital Budgeting) Adalah proses perencanaan pengeluaran untuk aktiva yang diharapkan akan

Lebih terperinci

Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS. Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS

Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS. Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS Indah Pratiwi Teknik Industri - UMS Indah Pratiwi - Teknik Industri - UMS 1 1. Analisa Pemilihan Proyek 2 Latar Belakang Cara yang aman untuk menangani berbagai alternatif yang menyangkut investasi peralatan,

Lebih terperinci

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu A. Pengertian Capital Budgeting Definisi Capital Budgeting menurut Bambang Riyanto (hal 121, thn 1995) adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Penelitian merupakan suatu rangkaian proses yang saling terkait secara sistematis, setiap tahap merupakan bagian menentukan tahap berikutnya

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia sedang memacu pembangunan

Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia sedang memacu pembangunan Bab I: Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sebagai suatu negara berkembang, Indonesia sedang memacu pembangunan nasional menuju terwujudnya masyarakat yang dicita-citakan yaitu

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu kegiatan yang mengeluarkan uang atau biaya dengan harapan untuk memperoleh hasil dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN INVESTASI DAN PENGANGGARAN MODAL

KEPUTUSAN INVESTASI DAN PENGANGGARAN MODAL KEPUTUSAN INVESTASI DAN PENGANGGARAN MODAL Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN B. METODE PENILAIAN INVESTASI - Accounting Rate of Return - Payback Period - Net Present

Lebih terperinci