Metodologi Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Metodologi Penelitian"

Transkripsi

1 Metodologi Penelitian Modul ke: FORMULASI MODEL Fakultas Program Pasca Sarjana Hamzah Hilal Program Studi Magister Teknik Elektro

2 10.1 KONSEP Secara garis besar dan untuk jelasnya, langkah langkah konsep formulasi model dapat diilustrasikan pada gambar Masalah Sistem: - Latar belakang masalah - Identifikasi masalah - Pembatasan Masalah - Definisi Masalah Pemahaman Sistem: (System Approach) -Elemen - Relasi - Atribut Model Konseptual (Conceptual Design) Variabel Model - Identifikasi Variabel - Klarifikasi Variabel - Definisi operasional Variabel ASUMSI Gambar Tahap-tahap konsep formulasi model Formulasi Model - Fungsi dan Relasi Variabel - Ukuran Perfomansi Sistem - Model Formal

3 Masalah sistem Masalah sistem adalah masalah dengan latar belakang tertentu, sudah dikenali (diidentifikasi) dengan baik dan diketahui batasanbatasannya serta dirumuskan dengan pernyataan pernyataan interogatif. Melalui pendekatan sistem, eksistensi sistem dan lingkungannya dapat dipahami dengan diketahuinya elemen elemen sistem, relasi antarelemen, dan atribut dari masing masing elemen dan relasi. Lingkungan sistem merupakan kumpulan obyek di luar batasan (boundaries) sistem yang mempengaruhi (dipengaruhi) sistem. Setelah sistemnya teridentifikasi dengan baik, kemudian dibuat konseptual model yang akan dibangun. Model konseptual ini berisikan ciri ciri utama sistem yang penting terhadap pemecahan masalah.

4 10.2. SISTEM ASUMSI Setiap pihak yang berkepentingan dalam pemodelan (analis, pengambil keputusan, dan pemakai) mempunyai keinginankeinginan yang berbeda yang kerap kali berbenturan dengan hasil hasil yang dicapai oleh model. Mereka mempunyai kerangka berpikir sendiri sendiri, misalnya mengenai penyesuaian praktis terhadap situasi situasi dalam pemecahan masalah, maka asumsi yang hampir bersifat umum (universal) dapat muncul yaitu berupa pertimbangan pertimbangan akal sehat (common sense) yang tepat dan memenuhi kebutuhan. Dalam hal ini asumsi merupakan pikiran pikiran dasar yang digunakan sebagai titik tolak atau alasan dalam menjelaskan suatu fenomena dan diyakini kebenarannya.

5 Keyakinan terhadap kebenaran mencakup tiga sifat yaitu: sesuatu yang disadari, berarti relevan dengan hakikat masalah mengurangi keraguan, berarti didasari oleh pengenalan teori yang memadai ditindaklanjuti, berarti memberikan arah tindakan yang menyatukan status saat ini dengan status yang dikehendaki. Penggunaan asumsi ini juga bemakna bahwa suatu fenomena yang sama bisa dijelaskan secara berbeda, tergantung pada susunan asumsi asumsinya. Asumsi dapat didefinisikan sebagai suatu pernyataan yang harus diterima keberadaannya dan bukan merupakan obyek untuk dites kebenarannya secara langsung. Pemodelan matematis umumnya menerapkan aturan aturan formal dan bilamana pemikiran umum yang logis itu diterapkan dalam sistem nyata, maka mau tidak mau mengharuskan adanya perlakukan khusus (asumsi) yang kadang kadang diterima begitu saja.

6 Asumsi mencakup asumsi umum dan asumsi khusus. Proses ilmiah memerlukan asumsi asumsi umum tentang realitas dan bagaimana bisa memahami realitas tersebut. Asumsi-asumsi umum tersebut antara lain: Ada sesuatu terjadi di luar kita. Kita mempunyai kemampuan untuk memahami dan mengatasi sesuatu itu, melalui penggunaan metode ilmiah untuk memandang dan menilai kejadian-kejadian seakan-akan kita tidak tergantung pada mereka. Setiap realitas memiliki keberaturan yang dapat dipahami. Setiap proses dalam kehidupan mempunyai kaitan yang teratur dengan proses yang lain. Gejala-gejala sistem timbul secara berurut, dan hubungan antar mereka timbul karena bekerjanya hukum-hukum alam, dan bukan karena sesuai dengan keinginan tertentu, atau terjadi dengan begitu saja tanpa alasan. Artinya ada hubungan yang bersifat sebab-akibat (kausal) antara berbagai proses dalam kehidupan. Bila hubunganhubungan kausal antara gejala tersebut dapat dimengerti, maka ia dapat diperkirakan dan dikendalikan.

7 Adalah tidak penting untuk mengetahui cara timbul dan tujuan akhir dari seluruh seri kejadian kejadian kehidupan, artinya ilmu pengetahuan dapat dikembangkan terlepas dari pertimbanganpertimbangan metafisik. Tidak seorangpun yang dapat menjelaskan segala seri kejadian sesuatu (fakta, obyek, proses) dengan tuntas dan benar, oleh karena itu diperbolehkan adanya pengabaian pengabaian. Tidak ada sesuatu pun yang terbukti dengan sendirinya (self evident). Kita menjelaskan sesuatu berdasarkan pada pengetahuan dan pengalaman sebelumnya. Suatu ilmu tidak dibuktikan dari benar tidaknya, tetapi kegagalannya dalam menjelaskan sesuatu kejadian anomali. Pengetahuan diturunkan dari hasil kumulatif pengalaman dan penelitian. Hal ini menyebabkan setiap pengetahuan selalu terbuka pada pandangan dan formula yang baru.

8 Di samping asumsi umum, dikenal pula asumsi spesifik yang erat kaitannya dengan teori/model yang dikembangkan. Asumsi tersebut dalam pengembangan teori/model merupakan suatu tuntutan yang tidak bisa ditinggalkan karena asumsi tersebut mencerminkan lingkup (scope) teori/model, latar belakang dan perilaku masalah, di mana teori/model dikembangkan. Hal ini bisa saja terdiri atas beberapa pola pikir dalam penetapan asumsi mengenai apa yang menjadi masalah sebenarnya, asumsi pendekatan sistem, asumsi tentang formulasi model, asumsi solusi model, dan asumsi tentang implementasi model. Asumsi memberikan landasan yang kuat mengenai keberadaan masalah, dasar pemikiran, dan sumber perumusan hipotesis. Analis harus benar benar mengenal asumsi yang digunakan dalam pengembangan modelnya, karena dengan memakai asumsi yang berbeda akan memberikan perbedaan pada konsep pemikiran atau pola pikir (konsepsi awal yang ditetapkan tentang realitas yang digunakan).

9 Dalam mengembangkan asumsi harus diperhatikan beberapa hal: Asumsi harus relevan dengan bidang dan tujuan pengkajian disiplin keilmuan. Asumsi ini harus operasional dan merupakan dasar dari pengkajian teoritis (a). Asumsi harus disimpulkan dari "keadaan sebagaimana adanya" bukan "bagaimana keadaan yang seharusnya". Contohnya adalah asumsi kegiatan ekonomis yaitu bahwa manusia yang berperan adalah manusia "yang mencari keuntungan sebesar besarnya", maka itu sajalah yang dijadikan sebagai pegangan, tak usah ditambah dengan sebaiknya begini atau seharusnya begitu (b). Asumsi yang pertama (a) adalah asumsi yang mendasari telaah ilmiah sedangkan asumsi kedua (b) adalah asumsi yang mendasari telaah moral

10 Dalam praktek, pemodelan akhirnya tiba pada pengujian apakah model benar benar mewakili sistemnya atau tidak, di sini pertimbangan pertimbangan akal sehat (asumsi) kembali lagi menjadi fokus utama untuk diselidiki lebih lanjut, yang dapat menyebabkan timbulnya perumusan dan penemuan baru. Dengan demikian patut diperiksa apakah asumsi yang telah dikembangkan handal atau tidak, kemudian memperhatikan perkembangannya dan bila perlu memperbaharuinya. Ini tidak gampang mengingat asumsi bersumber pada pengalaman dan teori teori yang relevan dengan pemecahan masalah, dan terkadang terperangkap (pitfalls) dalam pola pikir analis. Bila asumsi yang dipakai salah, maka keputusan yang diambil niscaya akan meleset juga dari sasaran, oleh karena itu tidak cukup hanya memperhatikan asumsi yang benar, namum asumsi yang salah juga patut diperiksa.

11 Sistem asumsi yang dikembangkan dapat diterima bila memenuhi persyaratan berikut: Adanya konsistensi (taat azas). Sistem asumsi yang terdiri atas preposisipreposisi (himpunan pernyataan pernyataan tentang anggapan kita terhadap sistem) perlu dijaga konsistensinya. Artinya, tidak ada preposisi yang bertentangan atau saling menegasikan preposisi lainnya, sebaliknya preposis preposisi yang ada harus saling mendukung. Adanya relevansi. Sistem asumsi yang dikembangkan, yang terdiri atas preposisi preposisi harus memiliki relevansi yang jelas terhadap obyeknya. Preposisi yang dibuat benar benar mencerminkan sistem nyatanya dan bukan menerangkan real word yang berbeda (lainnya). Adanya independensi. Setiap preposisi dalam sistem asumsi sebaiknya menyatakan pandangannya terhadap suatu realita secara unik dan tidak terikat satu dengan yang lainnya. Artinya, tidak diperkenankan adanya suatu preposisi yang merupakan himpunan bagian dari preposisi lainnya. Jadi tidak perlu diperumit lagi, bila suatu preposisi sudah dinyatakan. Adanya Ekuivalensi. Sistem asumsi yang dikembangkan dapat dibandingkan dengan asumsi teori/model lainnya. Bila asumsi A ekuivalen dengan asumsi B, maka dapat dikatakan bahwa teori A setara dengan teori B.

12 Seringkali sulit untuk memeriksa asumsi asumsi yang mendasari suatu masalah yang tidak tersusun dengan baik (ill structure), misalnya pada masalah masalah kebijakan (policy)di mana analis, pengambil kebijakan, dan pelaku pelaku lain tidak sepaham bagaimana merumuskan masalah. Karena itu diperlukan kriteria pokok untuk menilai kecukupan perumusan masalah yaitu apakah konflik asumsi mengenai situasi problematis telah dimunculkan, dipertentangkan, dan secara kreatif dicari sintesanya. Teknik yang bertujuan menciptakan sintesis kreatif atas asumsiasumsi yang bertentangan mengenai masalah yang tidak tersusun (masalah kebijakan) ini disebut analisis asumsi. Analisis asumsi membantu kita menemukenali jebakan jebakan dalam pemodelan dan bilamana mungkin untuk menghindarinya

13 Menurut seorang pakar analisis kebijakan publik, Dunn (1981), analisis asumsi dibuat untuk mengatasi empat kelemahan pokok khususnya dalam analisis kebijakan. Analisis kebijakan selalu didasarkan pada asumsi pengambil keputusan tunggal dengan nilai nilai yang dapat dikemukakan dengan jelas dan dapat dipenuhi dalam jangka waktu tertentu. Analisis kebijakan seringkali gagal mempertimbangkan secara sistematis dan eksplisit pandangan pandangan yang berbeda secara mencolok pada sifat masalah dan potensi pemecahannya. Kebanyakan analisis kebijakan diselenggarakan di dalam organisasi yang bersifat menutup diri, sehingga sulit atau tidak mungkin untuk mempertimbangkan pelbagai perumusan masalah yang berbeda; dan Kriteria yang digunakan untuk menaksir kecukupan masalah dan pemecahannya lebih sering menghadapi karakteristik karakteristik permukaan (misalnya, konsistensi logika), daripada asumsi dasar yang melatarbelakangi konseptualisasi masalah.

14 Analisis asumsi meliputi penggunaan lima prosedur yang berturut turut dengan tahapan berikut. Identifikasi pelaku. Pada tahap pertama ini dilakukan identifikasi, klasifikasi, dan prioritas para pelaku kebijakan, yaitu orang orang atau kelompokkelompok yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perumusan dan pemecahan masalah. Pemunculan asumsi. Pada tahap kedua ini, analis bekerja dengan mundur ke belakang dari pemecahan masalah yang diusulkan kepada satuan satuan data terpilih yang mendukung dan mendasari asumsi. Setiap orang atau kelompok mencetuskan asumsi (berdasarkan data) secara eksplisit atau implisit yang melatarbelakangi usulan pemecahan masalah. Dengan membuat daftar semua asumsi, maka dapat ditemukenali spesifikasi masalah ke arah mana usulan pemecahan dialamatkan. Pembenturan asumsi. Pada tahap ketiga analis membandingkan dan menilai semua satuan satuan usulan dan asumsi asumsi yang mendasarinya. Tahap ini dilakukan dengan memperbandingkan secara sistematis asumsi dan asumsi tandingan yang berbeda secara mencolok satu dengan yang lainnya. Selama proses ini setiap asumsi yang telah diidentifikasi terlebih dahulu dipertentangkan dengan asumsi tandingan. Jika asumsi tandingan tidak masuk akal, ia disingkirkan dari pertimbangan selanjutnya; jika asumsi tandingan tersebut masuk akal, ia diuji untuk menentukan apakah ia dapat dijadikan dasar dalam menyusun konseptualisasi masalah dan pemecahan baru.

15 Pengelompokan asumsi. Jika tahap penentangan asumsi telah lengkap, maka dilakukan pengumpulan aneka ragam pemecahan masalah yang ditawarkan dan telah dimunculkan pada tahap sebelumnya. Di sini asumsi asumsi dirundingkan dan diprioritaskan sesuai dengan kepastian dan tingkat kepentingannya bagi pelaku kebijakan. Hanya asumsi asumsi yang penting dan pasti saja yang dikumpulkan. Tujuan akhirnya adalah menciptakan dasar asumsi yang dapat diterima yang sedapat mungkin disetujui oleh banyak pelaku kebijakan. Sintesis asumsi. Tahap akhir adalah penciptaan pemecahan masalah yang bersifat gabungan dan sintesis. Gabungan satuan asumsi yang dapat diterima dapat menjadi dasar dalam menciptakan konseptualisasi masalah yang baru. Jika isu di sekitar konseptualisasi masalah ini dan potensi pemecahan masalah sudah sampai di tahap ini, kebanyakan konflik di antara para pelaku dapat dihilangkan. Akibatnya, aktivitas para pelaku kebijakan dapat menjadi kooperatif dan secara keseluruhan produktif.

16 Analisis asumsi dapat digunakan pada pengambilan keputusan di tingkat bisnis dalam bidang pemasaran, produksi, keuangan, strategi, dan personalia. Metode ini cocok dengan masalah yang tidak tersusun dengan baik dan mampu mengusulkan pemecahan yang memadai. Analisis asumsi juga membantu untuk menghindari kesalahan perumusan masalah, yaitu memecahkan masalah yang dirumuskan dengan salah karena menghendaki pemecahan yang benar.

17 10.3. PENDEKATAN SISTEM Konsep sistem merupakan suatu konsep yang umum atau universal. Konsep sistem ini sangat luas sekali penggunaannya dan meliputi berbagai disiplin ilmu, sehingga timbul berbagai pendapat dalam menafsirkannya. Banyak penulis yang memberikan pengertian yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Disini sistem didefinisikan sebagai suatu kumpulan objek yang saling berkaitan dan saling bergantungan secara tetap (reguler) untuk mencapai tujuan bersama pada suatu lingkungan yang kompleks. Ciri suatu sistem ditandai dengan elemen elemen pembentuknya. Tetapi, sebenarnya suatu sistem lebih dari sekedar penjumlahan elemen elemennya. Seseorang berbicara tentang sistem bila elemen elemen tersebut berhubungan satu dengan yang lainnya (lihat gambar gambar berikut).

18 a. Elemen-elemen (lingkaran, bujur sangkar, heksagon) b. Sama seperti (a), elemenelemen digabung dalam kelompok (lingkaran besar); Elemen elemen suatu sistem selalu mempunyai ciri kualitas. Kualitas ini disebut atribut atribut (ukuran, berat, harga, warna,...) atau atribut (8 cm, 68 kg, 100 rupiah, biru,...). Kebanyakan hubungan atau relasi antarelemen terletak pada atributnya, bukan pada elemennya. Banyak terdapat kasus, di mana elemen elemen yang berbeda dapat digabung dalam suatu himpunan atau kelompok elemen (lihat gambar 10.2.b). Hal ini berlaku bila hubungan antar elemenelemen tersebut memiliki atribut yang sama, walaupun nilai atributnya berbeda. Oleh karena itu, atribut atribut diasosiasikan dengan kelompok kelompok elemen, sedangkan nilai nilai atribut diasosiasikan dengan suatu elemen tunggal.

19 c. Sama seperti (b), elemen secara simbolis diwakili oleh kelompoknya, d. Sama seperti (c), hubungan antar kelompok ditentukan oleh kelompok entiti yang kompleks (elips) Bila elemen elemen telah digantikan oleh himpunan elemen, hubungan antar elemen tunggal dapat juga digantikan oleh hubungan antar himpunan; atau kelompck (lihat gambar 10.2.c). Hubungan antar himpunan hanya berlaku untuk atribut atribut tertentu, sedangkan hubungan antar elemen elemen tunggal ditunjukkan oleh nilai nilai atribut. Namun bila elemen elemen pembentuk himpunan sudah demikian kompleksnya, maka kita berkaitan dengan entiti kompleks dan himpunan entiti kompleks. Kelompok entiti kompleks dan atributnya membawa informasi tentang hubungan antar kelompok elemen (lihat gambar 10.2.d).

20 Kelompok entiti yang kompleks dan atributnya dapat membawa data hubungan antar kelompok elemen. Dalam hal ini, hubungan tersebut hendaknya dinyatakan secara eksplisit dalam suatu pernyataan relasi atau hubungan. Ciri sistem yang telah dibahas tadi, berangkat dari perspektif informasional, yakni konsep Elemen Relasi Atribut (ERA). Dengan demikian dapat disebutkan bahwa suatu sistem memiliki ciriciri berikut: Entiti, objek sistem yang menjadi pokok perhatian. Atribut, sifat yang dimiliki oleh entiti. Aktivitas, proses yang menyebabkan perubahan dalam sistem, yang dapat mengubah atribut, bahkan entiti. Status, keadaan entiti dan aktivitas pada saat tertentu, atau kumpulan variabel yang penting untuk menggambarkan sistem pada sembarang waktu, tergantung pada tujuan studi sistemnya. Kejadian, peristiwa sesaat yang dapat mengubah variabel status sistem.

21 Pernyataan sistem yang lengkap mencakup kelima ciri di atas. Istilah endogenus digunakan untuk menggambarkan aktivitas dan kejadian yang terjadi di dalam sistem, dan istilah eksogenous digunakan untuk menggambarkan aktivitas dan kejadian di lingkungan yang mempengaruhi sistem. Endogenus melihat sistem dari subsistem subsistem yang berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Eksogenous melihat pengertian sistem dari suprasistem yakni unsur unsur lingkungan yang kompleks, termasuk juga hierarki yang terbentuk. Contoh komponen sistem dapat dilihat pada tabel Hanya sebagian kecil ciri ciri yang ditampilkan. Daftar yang lengkap dapat dikembangkan bila tujuan studi diketahui, kemudian mencari berbagai aspek sistem yang relevan dengan tujuan studi.

22 Bank Sistem Entiti Atribut Aktivitas Kejadian Variabel Status Pelanggan Pemeriksaan rekening Melakukan deposito Kedatangan, Kepergian Jumlah teller yang sibuk, Jumlah pelanggan yang menunggu Kereta Cepat Penumpang Asal, tujuan Perjalanan Tiba di stasiun, tiba di tujuan Jumlah penumpang yang menunggu di tiap stasiun; jumlah penumpang yang transit Produksi Mesin Kecepatan, kapasitas, tingkat kerusakan Pengelasan, pengecapan Kerusakan Sampai di tujuan Permintaan Status mesin (sibuk, nganggur, untuk dikirim) Komunikasi Pesan atau berita Jauhnya, tujuan Pengiriman Jumlah pesan yang menunggu untuk dikirim Persediaan Gedung Kapasitas Pengambilan Level persediaan, pesanan yang belum dipenuhi

23 Setiap sistem antara lain seperti contoh yang tertera pada tabel sebelumnya secara implisit memiliki karakteristik umum berikut: Definisi sitem menunjukkan bahwa sistem paling sedikt terdiri atas dua elemen penyusunannya dan elemen elemen tersebut saling berhubungan membentuk suatu kesatuan atau holisme. Sistem tidak hanya sekedar penjumlahan dari bagian bagiannya, ia harus dipandang sebagai keseluruhan. Sistem mampu memberikan efek kombinasi yang lebih besar dari efek gabungan semata dari elemenelemen pembentuknya. Efek kombinasi ini disebut sinergi. Dengan demikian, sistem itu sendiri baru dapat diterangkan dengan menunjukkannya secara keseluruhan atau totalitas. Keseluruhan ini menyebabkan timbulnya tindakan gabungan atau sinergi. Jadi, sinergi adalah perwujudan dimana unsur unsur yang dipadukan menghasilkan suatu hasil yang lebih besar dari pada jumlah hasil masing masing unsur yang terlibat.

24 Sistem terbuka melakukan pertukaran informasi, energi, bahan, dengan lingkungannya. Keterkaitan dinamis antara sistem dan lingkungan sering digambarkan dalam hubungan input transformasi output. Sistem menerima bermacam macam masukan dari lingkungan, kemudian mengolahnya dengan cara tertentu dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan. Agar sistem terbuka dapat terus hidup atau berlangsung, sedikit dikitnya ia harus menerima lebih banyak input dari lingkungan untuk mengimbangi outputnya ditambah dengan energi dan bahan yang dipakai selama aktivitas sistem itu. Kondisi stabil atau mantap atau seimbang ini disebut homoestatis dinamis. Konsep homoestatis berasal dari proses biologis dimana tubuh kita menerima temperatur tetap ketika menghadapi lingkungan yang berubah. Sedangkan konsep dinamis muncul dari ide bahwa keadaan mantap itu terus menerus bergerak. Sistem mempunyai batas batas (boundary spanning) yang menangani transaksi antara sistem dengan lingkungannya. Seringkali batas batas ini kabur terutama pada sistem terbuka.

25 Entrofi negatif sistem, dimana sistem dipengaruhi oleh kekuatan entrofi yang bertambah terus sampai seluruh sistem tidak berfungsi lagi. Konsep entrofi berasal dari sistem fisika tertutup yang menunjukkan derajat ketidakteraturan sistem. Kecenderungan pada maksimum entrofi merupakan gerakan menuju kekacauan, kekurangan sumber transformasi, dan kemudian mati. Pada sistem terbuka, entrofi dapat diberhentikan dan bahkan dapat diubah ke dalam entrofi negatif, yakni suatu proses sistem yang lebih lengkap dan sanggup untuk mengambil dan mengolah sumbersumber dari lingkungan. Pada sistem tertutup, lambat laun harus dicapai keadaan seimbang dengan entrofi maksimum (mati) atau dis sitem. Sedangkan pada sistem terbuka mungkin saja dicapai keseimbangan dinamis melalui aliran masuk material, energi, dan informasi secara terus menerus. Infirmasi tentang keluaran atau proses sistem adalah umpan balik bagi masukan sistem. Input informatif ini berfungsi untuk memberitahu apakah sistem benar benar mencapai keadaan mantap atau diambang kehancuran. Umpan balik memungkinkan untuk menyebabkan perubahan dalam proses transformasi dan/atau keluaran berikutnya dalam usaha mencari keseimbangan dinamis (homoestatis), pertumbuhan (growth), atau peluruhan (decay).

26 Suatu sistem adalah gabungan dari susbsistem tingkatan yang lebih bawah dan juga merupakan bagian dari supra sistem tingkatan yang lebih tinggi. Artinya terdapat hierarki dari elemenelemen sistem. Subsistem pembentuk sistem mempunyai nilai dan tujuan yang berbeda. Hal ini menyebabkan perbedaan perilaku sistem dalam upaya mencapai tujuan majemuk, dimana sasaran akhirnya adalah homoestatis dinamis atau keadaan mantap. Hasil atau sasaran tertentu dapat dicapai melalui keadaan awal yang berbeda dan cara yang berbeda. Konsep ini dikenal dengan nama equifinality (kesamaan hasil akhir). Dengan demikian sistem dapat mencapai tujuan, dengan masukan yang berbeda dan dengan kegiatan internal yang berbeda.

27 10.4. PERILAKU SISTEM Perilaku atau tingkah laku adalah aktivitas sistem dalam bentuk keluaran keluaran (tindakan tindakan) dalam rangka bereaksi terhadap rangsangan atau stimulus. Stimulus itu dapat berupa rangsangan dari dalam sistem maupun dari luar (lingkungan sistem). Perilaku sistem dapat diartikan sebagai semua aktivitas sistem yang dapat diamati atau dicatat dengan menggunakan alat ukur tertentu. Perilaku itu terdiri atas aktivitas sistem yang langsung terlibat dalam usaha mendapatkan dan menggunakan sumber sumber, termasuk faktor faktor yang mendahului dan menentukan aktivitas itu. Pengamatan perilaku suatu sistem bukanlah suatu pekerjaan yang gampang, karena memerlukan banyak sekali informasi. Banyak pengaruh yang tidak teramati dan mungkin tidak bisa diamati karena terjadi sebelum dilakukan pengamatan terhadap tingkah laku tersebut.

28 Ada kalanya suatu sistem (sistem belajar) mampu mengingat kembali apa yang dialami di masa lalu dan dia juga dapat mengantisipasi konsekuensi konsekuensi dari tingkah laku di masa depan. Situasi ini dapat dilukiskan seperti pada gambar Proses internal sistem adalah proses yang tidak bisa diamati secara langsung. Akibatnya adalah kesimpulan hanya dapat ditarik dari apa yang ditampilkan oleh sistem tersebut. Gambar 10.3 Diagram perilaku sistem

29 10.5. PERFORMANSI SISTEM Usaha untuk mengukur atau menjajaki performansi suatu sistem telah banyak dilakukan secara intensif dalam tahuntahun terakhir ini. Performansi atau kinerja atau unjuk kerja atau penampilan pada dasarnya dilandasi oleh keingintahuan mengenai: Pandangan orang tentang performansi suatu sistem; Faktor apa saja yang mempengaruhi performansi suatu sistem; Bagaimana metode yang tepat untuk menetapkan performansi suatu sistem yang menjadi perhatian atau pernyataan keberhasilan suatu sistem dalam mencapai tujuannya. Setiap sistem memiliki sasaran (objective) yang dipengaruhi oleh sistem yang lebih besar lagi, misalnya sasaran sistem produksi dipengaruhi oleh tujuan perusahaan.

30 Oleh karena itu perlu dikembangkan kriteria sebagai ukuran keberhasilan yang menyelaraskan tujuan (goal) sistem dengan sasaran sistem (dalam hal ini sasaran adalah tujuan jangka panjang sistem). Berkenaan dengan sifat kriteria maka terdapat dua macam pendekatan, yakni pendekatan normatif dan pendekatan deskriptif. Pendekatan normatif didasarkan pada pandangan yang menyatakan bahwa untuk setiap sistem supaya dapat disebut efektif, haruslah memiliki beberapa kualitas atas dasar sub sub sistem. Sedang pendekatan deskriptif didasarkan pada pandangan yang melihat efektivitas sebagai sesuatu yang perlu dijelaskan secara induktif. Pada pendekatan normatif tidak ada landasan empiris yang dapat menjawab mengapa kriteria yang dinyatakan tersebut dapat mencerminkan efektivitas sistem yang sedang diperhatikan, sedangkan pada pendekatan deskriptif pendekatannya sangat empiris sehingga kriteria yang dimunculkan merupakan hasil suatu penelaahan.

31 Sifat yang perlu diperhatikan dalam memilih kriteria adalah sebagai berikut: Lengkap. Suatu set kriteria disebut lengkap bila set ini dapat menunjukkan seberapa jauh seluruh tujuan dapat dicapai oleh sistem. Dengan kata lain, dengan mengetahui tingkat pencapaian kriteria, dapat diperoleh gambaran seberapa jauh tujuan dapat dicapai. Operasional, Set kriteria harus mempunyai arti yang dapat digunakan dalam analisis, sehingga benar benar dapat dihayati implikasinya terhadap alternatif yang ada dan dapat dijelaskan. Operasoinal ini juga mencakup sifat dapat diukur, yang dimaksudkan untuk memperoleh tingkat pencapaian kriteria dan mengungkapkan preferensi yang digunakan. Tidak berlebihan. Dalam menentukan set kriteria, jangan sampai terdapat kriteria yang pada dasarnya mengandung pengertian yang sama atau duplikasi. Minimum. Dalam menentukan set kriteria perlu sedapat mungkin mengusahakan agar jumlah kriteria sesedikit mungkin. Makin banyak kriteria, makin sulit pula untuk dapat mebghayati dengan baik. Dalam beberapa hal mungkin dapat mengkombinasikan dua atau lebih kriteria menjadi satu kriteria. Ini akan mengurangi jumlah kriteria dan membuat proses perhitungan menjadi sederhana.

32 Terima Kasih Hamzah Hilal

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian MODUL PERKULIAHAN X Metodologi Penelitian FORMULASI MODEL Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Pasca Sarjana Magister Teknik 54001 (3) Dr. Hamzah Hilal Elektro 10 Abstract Kuliah keempat

Lebih terperinci

6. PENGEMBANGAN MODEL.

6. PENGEMBANGAN MODEL. 6. PENGEMBANGAN MODEL alsen.medikano@gmail.com 1 1. TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL Kriteria memodelkan suatu sistem : 1. Harus mewakili (representasi) sistem nyatanya 2. Merupakan penyederhanaan dari kompleksnya

Lebih terperinci

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM

Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Outline 0 PENDAHULUAN 0 TAHAPAN PENGEMBANGAN MODEL 0 SISTEM ASUMSI 0 PENDEKATAN SISTEM Pendahuluan 0 Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting

Lebih terperinci

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak

Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak Salah satu dasar utama untuk mengembangkan model adalah guna menemukan peubah-peubah apa yang penting dan tepat Permasalahan muncul ketika banyak model telah terbentuk. Banyak model yang tersedia yang

Lebih terperinci

Perspektif Sistem. Teori dan Pemodelan Sistem Mas ud Effendi

Perspektif Sistem. Teori dan Pemodelan Sistem Mas ud Effendi Perspektif Sistem Teori dan Pemodelan Sistem Mas ud Effendi Komponen Sistem Entiti Atribut Objek sistem yang menjadi pokok perhatian Sifat yang dimiliki oleh entiti Aktivitas Status Proses yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai. Adapun pegertian sistem menurut Jogiyanto :

BAB II LANDASAN TEORI. saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai. Adapun pegertian sistem menurut Jogiyanto : BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Adapun pegertian

Lebih terperinci

SIMULASI SISTEM. Himpunan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu.

SIMULASI SISTEM. Himpunan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. SIMULASI SISTEM Sistem Himpunan elemen-elemen yang saling berinteraksi untuk mencapai tujuan tertentu. Karakteristik Sistem: komponen ; Relasi; Tujuan ; Batasan; Lingkungan; Interface; Input; Output. Cara

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL. Teori dan Pemodelan Sistem TIP FTP UB

PENGEMBANGAN MODEL. Teori dan Pemodelan Sistem TIP FTP UB PENGEMBANGAN MODEL Teori dan Pemodelan Sistem TIP FTP UB Pengembangan Model Suatu usaha memperoleh model baru yang memiliki kemampuan lebih di dalam beberapa aspek Pertanyaan klasik Banyak model yang tersedia

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Sistem Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai suatu tujuan. Contoh :

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

Lebih terperinci

Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan

Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan Kuliah 4 Bentuk-bentuk Analisis Kebijakan 1 Pengantar Hubungan antara komponen-komponen informasi yang relevan dengan kebijakan dan metode-metode analisis kebijakan memberikan landasan untuk membedakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Sistem Menurut Jogiyanto (2005), sistem merupakan kumpulan dari elemenelemen yang satu dengan yang lain berinteraksi dan bersama-sama beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

Di era kiwari efisiensi tidak saja dilakukan terhadap (Desain) Arsitektur atau gedung sebagai sistem secara mandiri, namun harus dilakukan pula

Di era kiwari efisiensi tidak saja dilakukan terhadap (Desain) Arsitektur atau gedung sebagai sistem secara mandiri, namun harus dilakukan pula METODA PERANCANGAN ARSITEKTUR II SEMESTER GENAP 2014/ 2015 PERTEMUAN KETIGA + DUKUNGAN MULTIMEDIA + DISKUSI PENDALAMAN PROSES ARSITEKTUR SEBAGAI SISTEM (DAUR HIDUP GEDUNG) (PROSES) ARSITEKTUR sebagai SISTEM

Lebih terperinci

14. VALIDASI MODEL.

14. VALIDASI MODEL. 14. VALIDASI MODEL alsen.medikano@gmail.com 1 1. KE-KOMPLEKS-AN MODEL Fungsi sejumlah variabel yang secara eksplisit dimasukkan kedalam struktur model dan ketepatan nilai yang berkaitan dengan setiap variabel

Lebih terperinci

A. Proses Pengambilan Keputusan

A. Proses Pengambilan Keputusan A. Proses Pengambilan Keputusan a) Definisi Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif. Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu: (1) ada pilihan atas dasar

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 14 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Hierarki Analitik 2.1.1 Pengenalan Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Process AHP) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan dokumen berharga secara fisik ataupun paper ticket.

BAB II LANDASAN TEORI. mengeluarkan dokumen berharga secara fisik ataupun paper ticket. 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Ticketing Online E-ticketing atau electronic ticketing adalah suatu cara untuk mendokumentasikan proses penjualan dari aktifitas perjalanan pelanggan tanpa harus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem Terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem yaitu pertama, pendekatan yang menekankan pada prosedur sistem dan yang kedua, pendekatan yang

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada A. Pengertian Sistem Secara umum sistem dapat diartikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut sating keterhubungannya (inter-relasi) dalam mencapai tujuan atau sasaran bersama. Kemudian, istilah subsistem

Lebih terperinci

Sistem kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem.

Sistem kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Sistem kumpulan dari elemen-elemen atau komponen-komponen atau subsistem-subsistem. Karakteristik Sistem a. Komponen Sistem (Components) suatu sistem terdiri dari sejumlah komponenyang saling berinteraksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi

I. PENDAHULUAN. pada semua tingkat perlu terus-menerus dilakukan sebagai antisipasi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat membekali seseorang dengan pengetahuan yang memungkinkan baginya untuk mengatasi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun dengan

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

BAB II. Landasan Teori. [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development)

BAB II. Landasan Teori. [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development) BAB II Landasan Teori 2.1. Pengembangan Sistem [Jog98] mendefinisikan pengembangan system (System Development) dapat berarti menyusun suatu system yang baru untuk menggantikan system yang lama secara keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan

BAB I PENDAHULUAN. mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas bangsa itu sendiri dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan sepanjang hayat yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Maju mundurnya suatu bangsa

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM. Chairul Furqon, S.Sos., MM.

KONSEP SISTEM. Chairul Furqon, S.Sos., MM. KONSEP SISTEM Chairul Furqon, S.Sos., MM. 1 Source: Systems & system thinking, Beynon-Davies: 2004 2 Organisasi/perusahaan dalam Lingkungan Pemerintah Lembaga Keuangan Masyarakat Global Pemasok ORGANISASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang

BAB III LANDASAN TEORI. dibahas meliputi permasalahan-permasalahan atau prosedur-prosedur yang BAB III LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelaskan landasan teori yang digunakan untuk mendukung penyusunan laporan kerja praktek ini. Landasan teori yang akan dibahas meliputi permasalahan-permasalahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Piaget Menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat tahap perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, opersional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Setiap organisasi harus mampu menghadapi tantangan bagaimana menganalisis, memanfaatkan dan mengembangkan keterampilan dan kemampuan pegawai untuk menjamin bahwa tujuan

Lebih terperinci

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2 DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Berhubungan dengan ilmuwan Perancis bernama Auguste Comte (1789-1857) yang dengan kreatif menyusun

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah. PEMANFAATAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI PILANGSARI 1 SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010 (Penelitian Tindakan Kelas) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD

PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD PENGUASAAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBELAJARAN PADA MAHASISWA D-II PGSD Elmia Umar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

Pendekatan Sistem. Teori dan Pemodelan Sistem TIP FTP UB Mas ud Effendi

Pendekatan Sistem. Teori dan Pemodelan Sistem TIP FTP UB Mas ud Effendi Pendekatan Sistem Teori dan Pemodelan Sistem TIP FTP UB Mas ud Effendi Arti Penting Pendekatan Sistem Pendekatan terpadu yang memandang suatu persoalan sebagai suatu sistem, dimana sifat masalahnya kompleks

Lebih terperinci

METODOLOGI Kerangka Pemikiran

METODOLOGI Kerangka Pemikiran METODOLOGI Kerangka Pemikiran Semakin berkembangnya perusahaan agroindustri membuat perusahaanperusahaan harus bersaing untuk memasarkan produknya. Salah satu cara untuk memenangkan pasar yaitu dengan

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi

Perspektif dalam Ilmu Komunikasi TEORI KOMUNIKASI MODUL 4 Perspektif dalam Ilmu Komunikasi Membicarakan teori pada dasarnya membicarakan perspektif yang melatarbelakanginya. Dalam materi ini, kita menggunakan perspektif dan paradigma

Lebih terperinci

PERTEMUAN 1 KONSEP DATA

PERTEMUAN 1 KONSEP DATA PERTEMUAN 1 KONSEP DATA DATA Beberapa definisi tentang data dari sudut pandang yang berbeda-beda: Menurut berbagai kamus bahasa Inggris-Indonesia, data diterjemahkan sebagai istilah yang berasal dari kata

Lebih terperinci

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #11 Ganjil 2014/2015 SISTEM TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI

TIN102 - Pengantar Teknik Industri Materi #11 Ganjil 2014/2015 SISTEM TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI SISTEM Materi #11 TIN102 PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI Definisi Sistem 2 Sistem berasal dari bahasa Latin (systēma) dan bahasa Yunani (sustēma) adalah suatu kesatuan yang terdiri komponen atau elemen yang

Lebih terperinci

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng

Analisis Model dan Simulasi. Hanna Lestari, M.Eng Analisis Model dan Simulasi Hanna Lestari, M.Eng Simulasi dan Pemodelan Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Simulasi

Lebih terperinci

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi

BAB III SIMULASI Definisi Simulasi Tahapan Simulasi BAB III SIMULASI 3. 1. Definisi Simulasi Simulasi adalah proses merancang model dari suatu sistem yang sebenarnya, mengadakan percobaan-percobaan terhadap model tersebut dan mengevaluasi hasil percobaan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini

BAB III LANDASAN TEORI. ada berkaitan dengan sistem yang akan dibuat. Tujuannya adalah agar aplikasi ini BAB III LANDASAN TEORI Dalam membangun aplikasi ini, terdapat teori-teori ilmu terkait yang digunakan untuk membantu penelitian serta menyelesaikan permasalahan yang ada berkaitan dengan sistem yang akan

Lebih terperinci

Gordon B. Davis (1984)

Gordon B. Davis (1984) Konsep Sistem Sistem Gordon B. Davis (1984) Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Sistem Raymond Mcleod (2001)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Mempelajari suatu sistem informasi, maka terlebih dahulu kita

BAB II LANDASAN TEORI. Mempelajari suatu sistem informasi, maka terlebih dahulu kita 9 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Sistem Mempelajari suatu sistem informasi, maka terlebih dahulu kita harus mengetahui tentang sistem. Adapun beberapa definisi sistem antara lain : Menurut Dr. Azhar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Dokumen perusahaan/organisasi adalah data, catatan dan/atau keterangan

BAB III LANDASAN TEORI. Dokumen perusahaan/organisasi adalah data, catatan dan/atau keterangan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Dokumen Dokumen perusahaan/organisasi adalah data, catatan dan/atau keterangan yang dibuat dan/atau diterima oleh perusahaan/organisasi dalam rangka pelaksanaan kegiatannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR A. Kajian Pustaka 1. Masalah Masalah sebenarnya sudah menjadi hal yang tidak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Masalah tidak dapat dipandang sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Informasi Dan Data Informasi di jaman modern seperti ini sangat dibutuhkan oleh setiap individu maupun suatu organisasi. Karena informasi dapat digunakan sebagai bahan

Lebih terperinci

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi

6/15/2015. Simulasi dan Pemodelan. Keuntungan dan Kerugian. Elemen Analisis Simulasi. Formulasi Masalah. dan Simulasi Simulasi dan Pemodelan Analisis lii Model dan Simulasi Klasifikasi Model preskriptif deskriptif diskret kontinu probabilistik deterministik statik dinamik loop terbuka - tertutup Hanna Lestari, M.Eng Simulasi

Lebih terperinci

4-5. PENGENALAN MASALAH SISTEM.

4-5. PENGENALAN MASALAH SISTEM. 4-5. PENGENALAN MASALAH SISTEM alsen.medikano@gmail.com 1 KREATIFITAS Kreativitas berkaitan tersedianya informasi, konsep dan pengetahua secara terbatas, secara parsial, sepotong-potong, tidak utuh, dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul

BAB II LANDASAN TEORI. jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Raymond McLeod (2004 : 9) Sistem adalah sekelompok elemen- elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Jogiyanto

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Variabel yang diteliti pada penelitian adalah sistem antrian yang ditetapkan oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Kantor Cabang UPI Bandung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

BAB III LANDASAN TEORI. adalah sebagai berikut: Sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Konsep Dasar Sistem Informasi Terdapat dua kelompok pendekatan di dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen atau elemennya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori-teori Umum 2.1.1 Pengertian Sistem Menurut Mulyadi (2001,P2) : Sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk

Lebih terperinci

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN VII. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN Langkah penelitian adalah serangkaian proses penelitian dimana seorang peneliti dari awal yaitu merasa menghadapi masalah, berupaya untuk memecahkan masalah, memecahkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

FILSAFAT METODE PENELITIAN

FILSAFAT METODE PENELITIAN PAT S2 2017 Minat : Rekayasa Struktur Website: www.zacoeb.lecture.ub.ac.id e-mail : zacoebc93@gmail.com FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

Lebih terperinci

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN LAMPIRAN V PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 2.a TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN I. PENDAHULUAN I.1 Tujuan 1. Tujuan Kebijakan Akuntansi ini mengatur penyajian

Lebih terperinci

( Word to PDF Converter - Unregistered ) BAB II LANDASAN TEORI

( Word to PDF Converter - Unregistered )  BAB II LANDASAN TEORI ( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.net BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Menurut Jog [2] Suatu sistem adalah suatu jaringan kerja dari prosedur-prosedur

Lebih terperinci

Lecture 5 : Proses Kreatif dalam memecahkan masalah sistem. Hanna Lestari, M.Eng

Lecture 5 : Proses Kreatif dalam memecahkan masalah sistem. Hanna Lestari, M.Eng Lecture 5 : Proses Kreatif dalam memecahkan masalah sistem Hanna Lestari, M.Eng Kreatifitas Kreativitas berkaitan tersedianya informasi, konsep dan pengetahuan secara terbatas, secara parsial, sepotong

Lebih terperinci

Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis.

Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis. Untuk menggambarkan kegiatan rekayasa persyaratan pokok dan hubungan mereka. Untuk memperkenalkan teknik untuk elisitasi persyaratan dan analisis. Untuk menjelaskan validasi persyaratan dan peran tinjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga. lingkungannya, namun dalam proses pendidikan banyak faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga. lingkungannya, namun dalam proses pendidikan banyak faktor yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak lepas dari kehidupan manusia, karena dengan pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga lingkungannya, namun dalam proses

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Sistem Dalam mendefinisikan sistem terdapat dua kelompok pendekatan sistem, yaitu sistem yang lebih menekankan pada prosedur dan elemennya. Prosedur didefinisikan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PESAN BISNIS

PENYUSUNAN PESAN BISNIS 1 MODUL 4 ISI MODUL 4 TUJUAN MODUL A. B. C. Perencanaan Pesan Bisnis Pengorganisasian Pesan Bisnis Revisi Pesan Bisnis Setelah mempelajari modul 4 mahasiswa diharapkan mampu Mendiskusikan perencanaan pesanpesan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas IV SD Negeri Pabelan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup

Lebih terperinci

Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud.

Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Gordon B. Davis (1984) Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Raymond Mcleod (2001) Sistem adalah himpunan dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Metode penelitian berkaitan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif.

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Data dan Informasi Data merupakan fakta atau bagian dari fakta yang digambarkan dengan simbol-simbol, gambar-gambar, nilai-nilai, uraian karakter yang mempunyai arti pada suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pada umumnya, setiap perusahaan menganut salah satu konsep atau filosofi pemasaran, yaitu falsafah atau anggapan yang diyakini perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS.

BAB II LANDASAN TEORI. disebut dengan Siklus Hidup Pengembangan Sistem (SHPS). SHPS adalah. dijelaskan langkah-langkah yang terdapat pada SHPS. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Siklus Hidup Pengembangan Sistem Dalam melakukan kegiatan berupa analisa dan merancang sistem informasi, dibutuhkan sebuah pendekatan yang sistematis yaitu melalui cara yang disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN II. PENDEKATAN FILSAFATI

I. PENDAHULUAN II. PENDEKATAN FILSAFATI I. PENDAHULUAN Pengembangan Konseptual Teknologi Pendidikan terbagi atas dua bagian, yaitu landasan falsafah dan teori teknologi pendidikan. Pengertian falsafah itu sendiri adalah suatu rangkaian pernyataan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Penulis melakukan penelitian pada Toko Nada Bandung yang beralamat di Jl. Naripan No.111 Bandung 40112 Toko ini masih menggunakan sosial media

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : )

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : ) PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Anastasia Lipursari Dosen Tetap ASM Semarang Abstrak Sistem informasi mutlak diperlukan dalam pengambilan keputusan yang logis sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perkembangan teknologi di Indonesia terjadi dengan sangat pesat. Hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan badan usaha, perusahaan, organisasi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses Pengambilan Keputusan mengungkapkan bahwa analisis didefinisikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Proses Pengambilan Keputusan mengungkapkan bahwa analisis didefinisikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Kebijakan 2.1.1 Pengertian Analisis Bernadus Luankali dalam bukunya Analisis Kebijakan Publik dalam Proses Pengambilan Keputusan mengungkapkan bahwa analisis didefinisikan

Lebih terperinci

KONSEP SISTEM INFORMASI

KONSEP SISTEM INFORMASI KONSEP SISTEM INFORMASI PENDAHULUAN Tulisan ini akan menjelaskan konsep dasar dari sistem informasi. Sebelum membahas suatu sistem lebih baik jika mengetahui dulu apa sistem itu, pada bagian berikutnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori tentang Permasalahan 2.1.1 Prosedur penilaian prestasi kerja Pada Rumah Sakit Umum Daerah Singaraja, rotasi tenaga perawat dilakukan dua tahun sekali. Selama ini,

Lebih terperinci

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor

LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN. Oleh Agus Hasbi Noor LANDASAN ILMU PENGETAHUAN DAN PENELITIAN Oleh Agus Hasbi Noor Ilmu dan Proses Berpikir Ilmu atau sains adalah pengetahuan tentang fakta-fakta, baik natura atau sosial yang berlaku umum dan sistematik.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA

MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA MEMBANGUN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI MODEL T3C DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Koperasi Koperasi adalah merupakan singkatan dari kata ko / co dan operasi / operation. Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Sistem Informasi Sebuah sistem terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait yang beroperasi bersama-sama untuk mencapai suatu sasaran atau suatu maksud. Hal ini berarti

Lebih terperinci

PENGERTIAN SISTEM DAN ANALISIS SISTEM

PENGERTIAN SISTEM DAN ANALISIS SISTEM PENGERTIAN SISTEM DAN ANALISIS SISTEM A. MATERI 1. DEFINISI SISTEM Sistem adalah sekumpulan unsur / elemen yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam melakukan kegiatan bersama untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Herfina (2006), Kualitas Sumber Daya Manusia dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Kinerja di Balai Ternak Embrio Bogor. Hasil penelitian ini menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini pada era globalisasi, persaingan antara perusahaan satu dengan yang lainnya semakin ketat. Istilah globalisasi khususnya di dunia usaha telah menjadi

Lebih terperinci

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK

INTERNAL AUDIT CHARTER 2016 PT ELNUSA TBK 2016 PT ELNUSA TBK PIAGAM AUDIT INTERNAL (Internal Audit Charter) Internal Audit 2016 Daftar Isi Bab I PENDAHULUAN Halaman A. Pengertian 1 B. Visi,Misi, dan Strategi 1 C. Maksud dan Tujuan 3 Bab II ORGANISASI

Lebih terperinci

PENDEKATAN SISTEM. Elemen-elemen proses pemecahan masalah :

PENDEKATAN SISTEM. Elemen-elemen proses pemecahan masalah : 1. Pemecahan Masalah Masalah merupakan suatu kondisi yang memiliki potensi untuk menimbulkan kerugian luar biasa atau menghasilkan keuntungan luar biasa. Jadi pemecahan masalah berarti tindakan memberikan

Lebih terperinci

PENGENALAN PADA MANAJEMEN INFORMASI

PENGENALAN PADA MANAJEMEN INFORMASI Sistem Informasi Manajemen 1 I PENGENALAN PADA MANAJEMEN INFORMASI Informasi merupakan salah satu sumber dasar yang ada bagi para manager dan memiliki nilai. Informasi mempunyai nilai karena informasi

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN

VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN 76 VII. RANCANGAN SISTEM PENGEMBANGAN KLASTER AGROINDUSTRI AREN Sistem pengembangan klaster agroindustri aren di Sulawesi Utara terdiri atas sistem lokasi unggulan, industri inti unggulan, produk unggulan,

Lebih terperinci

Mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi. Oleh: Kiromim Baroroh

Mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi. Oleh: Kiromim Baroroh Mata kuliah Perencanaan Pengajaran Ekonomi Oleh: Kiromim Baroroh Bab 1 Pengertian dan tujuan perencanaan Pengajaran PENGERTIAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN Dari terminologi, terdiri dari 2 kata; perencanaan

Lebih terperinci

Bab 6 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

Bab 6 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Bab 6 PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK Perancangan adalah proses untuk mengaplikasikan berbagai macam teknik dan prinsip untuk tujuan pendefenisian secara rinci suatu perangkat,proses atau sistem agar dapat

Lebih terperinci

Basis Data. Bab 1. Sistem File dan Basis Data. Sistem Basis Data : Perancangan, Implementasi dan Manajemen

Basis Data. Bab 1. Sistem File dan Basis Data. Sistem Basis Data : Perancangan, Implementasi dan Manajemen Bab 1 Sistem File dan Sistem : Perancangan, Implementasi dan Manajemen Pengenalan Konsep Utama Data dan informasi Data - Fakta belum terolah Informasi - Data telah diproses Manajemen data Basis data Metadata

Lebih terperinci