KERAGAAN ORGAN IKAN KERAPU YANG TERINFEKSI RSIV

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERAGAAN ORGAN IKAN KERAPU YANG TERINFEKSI RSIV"

Transkripsi

1 KERAGAAN ORGAN IKAN KERAPU YANG TERINFEKSI RSIV Evri Noerbaeti Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Balai Perikanan Budidaya Laut Ambon Jl. Leo Wattimena, Waiheru, Ambon, Abstrak Iridovirus merupakan salah satu jenis virus yang dikenal menjadi penyebab utama kematian pada ikan kerapu budidaya. Infeksi iridovirus pada ikan kerapu budidaya menyebabkan penyakit kerapu tidur atau Grouper Sleepy Disease Iridovirus (GSDIV). Virus ini mampu menginfeksi ikan mulai dari stadia fingerling hingga ukuran siap jual dan mampu menyebabkan kematian dalam waktu 2 minggu dengan tingkat kematian mencapai 100 %. Deteksi PCR dengan hanya mengambil salah satu organ dari ikan yang terinfeksi, terkadang tidak menghasilkan intepretasi positif pada hasil elektroforesis sehingga menghasilkan informasi data yang keliru. Informasi mengenai organ tubuh ikan yang berpeluang besar sebagai bahan sampel untuk menghasilkan isolat positif belum banyak diketahui, sehingga perlu dilakukan deteksi dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi organ target yang paling banyak terinfeksi RSIV. Sampel berupa organ hati, limpa dan insang dikoleksi dari 5 ekor ikan dengan gejala klinis iridovirus. Diuji dengan PCR konvensional mengacu pada metode Irido Detection Kit (IQ2000). Data yang diperoleh diolah secara scoring berdasarkan penampakkan jumlah band positif dari hasil elektroforesis dimana skor = 0, apabila tidak tampak band positif; score = 1, apabila tampak 1 band positif dan score = 2 apabila tampak 2 band positif. Band positif menunjukkan posisi pada 226 bp dan atau 450 bp. Perbandingan persentase infeksi dari ketiga organ menunjukkan insang merupakan organ yang tertinggi infeksi iridovirus dengan prevalensi sebesar 100%, berikutnya adalah organ hati dengan prevalensi 80% dan limpa dengan prevalensi 70%, sehingga disimpulkan bahwa terdapat perbedaan prevalensi dari kehadiran iridovirus pada ketiga organ tersebut, dengan demikian disarankan untuk menjadikan ketiga organ tersebut sebagai bahan sampel yang akan diekstraksi untuk dijadikan isolat virus. Kata kunci : prevalensi, organ ikan, iridovirus PENDAHULUAN Peningkatan permintaan produk perikanan yang tinggi seperti ikan grouper orange-spotted (Epinephelus coioides), kakap merah snapper (Lutjanus argentimaculatus), kakap putih (Lates calcarifer), dan rabbitfish (Siganus guttatus) dengan harga pasar yang lebih tinggi, berdampak pada budidaya ikan Karamba Jaring Apung (KJA) telah semakin meluas. Bahkan di Asia Tenggara, produksi aquakultur telah tumbuh dengan cepat untuk dekade terakhir, dan telah menyokong secara signifikan persediaan pangan di seluruh dunia serta mampu meningkatkan pendapatan rata-rata untuk banyak negara. Namun intensifikasi aquakultur di banyak negara ini ternyata telah menimbulkan kejadian penyebaran berbagai penyakit dengan relatif cepat, yang mana merupakan salah satu dari faktor penghalang untuk dapat mendukung produksi komoditas perikanan, terutama selama tahap pemeliharaan larva dan benih dari komoditas budidaya. 37

2 Penyakit virus pada ikan laut selain VNN, iridovirus diketahui juga menyerang ikan kerapu seperti yang dialami pembudidaya dan pengusaha tambak di kawasan Pulau Puhawang dan Tanjung Putus di Kecamatan Punduh Pedada, Kabupaten Lampung Selatan (Sinar Harapan, 2003), kepulauan Riau, NTB dan Sumatera Barat (Infhem, 2013) yang menyebabkan kerugian hingga miliaran rupiah. Iridovirus merupakan salah satu jenis virus yang dikenal menjadi penyebab utama kematian pada ikan kerapu budidaya. Infeksi iridovirus pada ikan kerapu budidaya menyebabkan penyakit kerapu tidur atau Grouper Sleepy Disease Iridovirus (GSDIV) yang disebabkan oleh virus dari kelompok Iridoviridae yang merupakan virus DNA sitoplasmik. Virus ini mampu menginfeksi ikan mulai dari stadia fingerling hingga ukuran siap jual. Penyakit iridovirus dikatakan sebagai penyakit infeksi yang mampu menyebabkan kematian dalam waktu 2 minggu dengan tingkat kematian mencapai 100 % (Koesharyani dkk, 2001). Kematian massal dapat terjadi hanya dalam jangka waktu beberapa hari minggu, setelah ikan yang terinfeksi menunjukkan terjadinya gejala klinis seperti lemahnya pergerakan renang sehingga terlihat hanya berdiam diri di permukaan air atau dasar bak, warna tubuh menjadi lebih gelap disertai anemia berat yang dapat terlihat pada insang. Hati berwarna gelap akibat perdarahan hebat atau menjadi pucat dan bengkak. Dan lebih kontras terlihat pada organ limpa yang mengalami pembengkakan dan berwarna sangat gelap hampir kehitaman. Organ insang terlihat pucat menandakan terjadinya anemia berat. Hasil percobaan infeksi buatan yang telah dilakukan oleh Balai Penelitian Perikanan Laut Gondol, menunjukkan bahwa virus ini sangat patogen terhadap ikan kerapu bebek (Koesharyani dkk, 2001). Kelompok virus dari famili iridoviridae dapat menyebabkan serangan hebat yang menyebabkan kerugian secara ekonomi maupun penurunan kualitas lingkungan. Masih sangat sedikit yang diketahui tentang penyakit yang disebabkan oleh iridovirus. Deteksi cepat terhadap penyakit virus umumnya mempergunakan metode PCR dengan primer spesifik dari jenis iridovirus pada kakap merah (Red Sea Bream Iridovirus RSIV). Pencegahan terbaik adalah dengan mendeteksi pada stadia awal seperti stadia telur atau benih untuk menghindari penyebaran penyakit iridovirus lebih meluas. Pengamatan terhadap sel yang terinfeksi iridovirus pada organ dan jaringan antara lain limpa, ginjal, hati, usus dan insang (OIE, 2006), namun deteksi PCR dengan hanya mengambil salah satu organ dari ikan yang terinfeksi dan dianggap terdapat virus target belum tentu menghasilkan intepretasi positif pada hasil elektroforesis. Informasi mengenai organ tubuh yang paling diminati oleh virus Megalocytivirus sebagai target untuk diinfeksi belum banyak diketahui, sehingga perlu dilakukan deteksi dengan tujuan untuk mengetahui persentase organ target yang paling banyak terinfeksi iridovirus. BAHAN DAN PROSEDUR KERJA Bahan Organ limpa, hati dan insang diperoleh dari ikan kerapu bebek berukuran g yang dipelihara di KJA dan menunjukkan gejala klinis terinfeksi iridovirus. Jumlah ikan yang diuji sebanyak 10 ekor. Bahan-bahan lain yang digunakan adalah DNA exctraction kit (IQ2000), Irido Detection Kit (IQ2000), Agarose, TBE 1X, Ethidium Bromida Alat Peralatan utama yang digunakan mikrocentrifuge (Profuge), heating block (Lab-Line), vortex (Thermolyne), Thermal cycle (Thermo), UVDoc, elektrophoresis (Thermo), mikropipet P10, P100, P200 dan P1000 (Gilson) 38

3 Cara Kerja Persiapan Organ Organ target dikoleksi dari 5 ekor ikan. Organ hati, limpa dan insang dicuci dengan air, tiris dan keringkan. Ambil sebanyak 20 mg dan masukkan masing-masing kedalam micotube 1,5 ml. Gerus hingga hancur dengan pelet pestle. Ekstraksi Organ Masing-masing microtube berisi lumatan organ ditambahkan 600 µl cairan DTAB dan homogenkan kemudian inkubasi pada 75 o C selama 5 menit. Dinginkan dan vortex sebentar kemudian tambahkan 700 µl Chloroform, vortex 20 detik dan centrifuge pada kecepatan rpm selama 5 menit. Pindahkan 200 µl supernatan kedalam mikrotube baru dan tambahkan 100 µl CTAB solution dan 900 µl ddh2o. Vortex dan inkubasi pada 75 o C selama 5 menit. Dinginkan dan centrifuge pada kecepatan rpm selama 10 menit. Buang supernatan, tambahkan 150 µl disolved solution. Inkubasi pada 75 o C selama 5 menit kemudian centrifuge pada kecepatan rpm selama 5 menit. Ambil supernatan, masukan dalam mikrotube baru dan tambahkan 300 µl ethanol 95%. Vortex dan centrifuge pada kecepatan rpm selama 5 menit. Buang supernatan, cuci pelet dengan 200 µl etanol 70%. Spin down dengan kecepatan 9000 rpm beberapa saat, kemudian buang ethanol dan keringkan pellet. Larutkan dengan ddh2o sebanyak 50 µl. Amplifikasi Amplifikasi dilakukan dalam dua tahap yaitu tahap-1 reaksi first PCR dan tahap-2 reaksi nested PCR. Formulasi reaksi first PCR (First PCR Premix 22,5 µl, IQzyme DNA Polymerase 1,5 µl) dan reaksi nested PCR (Nested PCR Premix 42,0 µl, IQzyme DNA Polymerase3,0 µl). Sampel, kontrol positif dan kontrol negatif masing-masing sebanyak 2 µl dimasukkan kedalam microtube ukuran 0,2 ml berisi 8 µl formulasi reaksi first PCR. Amplifikasi pada kondisi suhu 94 C x 30 detik, 62 C x 30 detik,72 C x 30 detik diulangi 5 siklus; 94 C x 15 detik, 62 C x 15 detik, 72 C x 20 detik diulangi 20 siklus dan 72 C x 30 detik, 20 C x 30 detik sebanyak 1 siklus. Setelah amplifikasi tahap-1, tambahkan formulasi reaksi nested PCR sebanyak 15 µl pada masing-masing mikrotube amplifikasi tahap-1 dan amplifikasi kembali pada tahap-2 dengan kondisi suhu 94 C x 20 detik, 62 C x 20 detik, 72 C x 30 detik diulangi 25 siklus; 72 C x 30 detik, 20 C x 30 detik sebanyak 1 siklus. Elektroforesis Sebanyak 8 µl sampel dari masing-masing microtube hasil reaksi nested PCR dicampur dengan 2 µl 6x loading dye di atas kertas polyethylene butadiene rubber parafilm kemudian dimasukkan ke dalam masing-masing sumur pada agarose 2% yang terendam TBE 1x dalam chamber elektroforesis. Perangkat elektroforesis kemudian dinyalakan dan dijalankan pada tegangan 100 V selama 35 menit. Gel hasil elektroforesis kemudian divisualisasikan dengan siar UV dan didokumentasikan melalui UVdoc. Analisa Data Data yang diperoleh diolah secara scoring berdasarkan penampakkan jumlah band positif dari hasil elektroforesis. Penentuan data scoring adalah sebagai berikut : skor = 0, apabila tidak tampak band positif; score = 1, apabila tampak 1 band positif dan score = 2 apabila tampak 2 band positif. Band positif menunjukkan posisi pada 226 bp dan atau 450 bp. 39

4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kategori sampel terinfeksi iridovirus dengan penampakkan band positif dari hasil elektroforesis ditandai dengan penampakkan 1 2 band pada gel agarose. Kategori infeksi dibedakan pada 2 kategori yaitu infeksi berat yang menunjukkan penampakkan 2 band (226 bp, 450 bp) dari hasil elektroforesis, dan infeksi ringan yang menunjukkan penampakkan 1 band ( 226 bp), sementara tidak ditemukan adanya penampakkan band atau penampakkan 1 band pada 665 bp menunjukkan negatif iridovirus. Penampakkan band positif iridovirus dari hasil elektroforesis umumnya menunjukkan perbedaan kategori infeksi pada masing-masing organ yang diuji. Intepretasi hasil elektroforesis dari organ uji dapat terlihat pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Penampakkan Band Sampel Organ Limpa Hati Insang 019i i i i i i i i i i Ket : (-) tidak tampak band; (+) tampak 1 band; (++) tampak 2 band bp 226 bp Gambar 1. Hasil Elektroforesis (1-10) sampel organ; (11) positif kontrol dan (12) negatif kontrol Data scoring yang diolah dari hasil elektroforesis dapat dilihat pada tabel 2. Berikut ini : Tabel 2. Data Skoring Penampakkan Band No Organ Score = 0 Score = 1 Score = 2 Prevalensi (%) 1 Limpa Hati Insang

5 Jumlah Organ Terinfeksi Jurnal Teknologi Budidaya Laut Volume 6 Tahun 2016 Data score diatas menunjukkan bahwa organ insang merupakan organ yang paling sering terinfeksi berat iridovirus yakni dengan score 2. Infeksi iridovirus kategori ringan dijumpai terbanyak pada organ limpa dengan score 1. Perbandingan persentase infeksi dari ketiga organ menunjukkan insang merupakan organ yang tertinggi infeksi iridovirus dengan prevalensi sebesar 100%, berikutnya adalah organ hati dengan prevalensi 80% dan limpa dengan prevalensi 70%. Jumlah organ terinfeksi iridovirus dapat dilihat pada grafik berikut ini : Limfa Hati Insang Organ Grafik 1. Jumlah Organ Terinfeksi Iridovirus OIE,2006, dijelaskan bahwa organ yang menjadi target dari infeksi iridovirus antara lain limpa, ginjal, hati, usus dan insang. Gejala klinis yang diperlihatkan pada organ-organ tersebut bilamana terinfeksi iridovirus menunjukkan terjadinya anemia berat yang terlihat dari warna insang yang pucat, organ hati dan limpa mengalami pembengkakan dan berwarna gelap hampir kehitaman akibat perdarahan hebat terutama pada organ limpa atau sebaliknya terlihat pucat. Ikan yang terinfeksi menunjukkan kelemahan, anemia berat, petechiae (pendarahan) pada insang dan pembesaran limpa. Penyakit ini ditandai oleh munculnya pembesaran sel yang berwarna gelap oleh pewarna giemsa pada pengamatan mikroskopik terhadap jaringan limpa, jantung, ginjal, hati dan insang dari ikan yang terinfeksi. Hasil scoring pada organ limpa memperlihatkan bahwa 70% organ tersebut mengalami infeksi ringan, meskipun diketahui bahwa virus mudah melipatgandakan diri pada sitoplasma sel limpa. Ringannya infeksi iridovirus pada limpa diduga virus mudah bermigrasi ke organ-organ lain seperti hati, jantung, lambung, usus dan insang. Meskipun memiliki presensi yang rendah, Mahardika (2013) mengatakan organ limpa memperlihatkan pembesaran sel saat terinfeksi dibandingkan organ lainnya. Sel-sel membesar tersebut merupakan sel monosit yng terinfeksi oleh megalocytivirus yang terbentuk akibat reaksi dari protein antivirus yang terdapat dalam sistem pertahanan tubuh ikan secara alami dalam menghambat perkembangbiakan virus pada selsel hematopoitik yang merupakan organ pembentuk sel-sel darah. Semakin banyak sel-sel membesar terbentuk, akan terlihat semakin menurun jumlah sel-sel darah merah yang mengakibatkan ikan kekurangan sel-sel darah merah untuk transportasi sari-sari makanan ke seluruh tubuh terjadinya anemia. Hasil scoring pada organ hati memperlihatkan perbandingan prevalensi 50% infeksi ringan dan 30% infeksi berat. Meskipun hasil penelitian Mahardika (2013) menunjukkan bahwa organ hati tidak mengalami pembesaran sel sebagaimana organ limpa dan ginjal, hasil deteksi menunjukkan presensi kehadiran virus iridovirus pada organ ini lebih besar. Hal ini diduga 41

6 karena fungsi hati sebagai tempat metabolisme karbohidrat, organ pembersih racun dan limbah hasil metabolisme serta pemulihan sel baru, yang memiliki kinerja tinggi memungkinkan prevalensi infeksi lebih besar. Sementara hasil scoring pada organ insang menunjukkan prevalensi 100% dengan prevalensi 50% infeksi ringan dan 50% infeksi berat. Hasil ini menunjukkan bahwa peluang infeksi pada insang lebih besar dari kedua organ lainnya yaitu limpa dan hati. Hal ini diduga karena sebagai alat pernapasan insang berperan penting dalam menyelenggarakan homeostatis lingkungan dalam diri ikan. Berfungsi sebagai pengatur pertukaran garam dan air, lapisan epitel insang yang tipis sangat rawan terhadap invasi pathogen dimana kerusakkan struktur yang ringan sekalipun sangat mengganggu peraturan osmose dan kesulitan pernapasan. Dengan posisi yang memiliki kontak langsung dengan lingkungan, insang memilki peluang terkena paparan virus yang terkandung dalam badan inklusi dari sel-sel yang terinfeksi telah lisis ke lingkungan perairan. Dari hasil tersebut ketiga organ ikan ini dapat dijadikan bahan sampel untuk dilakukan pengujian deteksi infeksi penyakit iridovirus. KESIMPULAN Terdapat perbedaan prevalensi dari kehadiran iridovirus pada ketiga organ dimana prevalensi terbesar ditemukan pada organ hati, dengan demikian disarankan untuk menjadikan ketiga organ tersebut sebagai bahan sampel yang akan diekstraksi untuk dijadikan isolat virus. DAFTAR PUSTAKA INFHEM Langkah bijak hadapi bangkitnya Iridovirus. Informasi Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Vol. 2 No. 2 Januari Jakarta. Koesharyani, I., Des Roza, K. Mahardika, F. Johnny, Zafran dan Kei Yuasa Penuntun Diagnosa Penyakit Ikan-II. Penyakit Ikan Laut dan Krustase di Indonesia. JICA. Mahardika K., dan I. Mastuti Studi histopatologi : Pembentukkan sel-sel membesar pada organ ikan kerapu setelah terinfeksi Megalocytivirus. Konferensi Akuakultur Indonesia 2013 OIE Manual of Diagnostic Test for Aquatic Animals. Red Sea Bream Iridoviral Disease. Capter Weber E.S, T.B. Waltzek, D.A. Young, E. L. Twitchell, A.E. Gates, A. Vagelli, G. R. Risatti, R.P. Hedrick, and S. Frasca Systemic iridovirus infesction in the Banggai Cardinalfish (Pterapogon kauderni Koumans 1933). J.Vet diag invest 21 : (2009) Won K.M., Cho, M.Y., Park M.A., Jee B.Y., Myeong J.I., and Kim J.W First report of Megalocytivirus infection in farmed starry flounder, Platichthys stellatus, in Korea. Fish aquat sci 16(2), 93-99,

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang

I. PENDAHULUAN. Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan kerapu (Epinephelus sp.) merupakan jenis ikan air laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, banyak dikonsumsi karena rasanya lezat. Komoditas kerapu diekspor dalam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAB II. BAHAN DAN METODE

BAB II. BAHAN DAN METODE BAB II. BAHAN DAN METODE 2.1 Kultur Bakteri Pembawa Vaksin Bakteri Escherichia coli pembawa vaksin DNA (Nuryati, 2010) dikultur dengan cara menginokulasi satu koloni bakteri media LB tripton dengan penambahan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Suhu Annealing pada Program PCR terhadap Keberhasilan Amplifikasi DNA Udang Jari (Metapenaeus elegans) Laguna Segara Anakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Lampiran 1. Road-map Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji Bak ukuran 40x30x30cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara acak dan diberi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang Karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) hasil tangkapan dari Laguna Segara Anakan berdasarkan haplotipe

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

KELANGSUNGAN HIDUP IKAN KOI (Cyprinus carpio koi) YANG TERINFEKSI KHV (Koi Herpesvirus)

KELANGSUNGAN HIDUP IKAN KOI (Cyprinus carpio koi) YANG TERINFEKSI KHV (Koi Herpesvirus) Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 1, No. 2, November 2009 KELANGSUNGAN HIDUP IKAN KOI (Cyprinus carpio koi) YANG TERINFEKSI KHV (Koi Herpesvirus) THE SURVIVAL OF KOI GOLDFISH (Cyprinus carpio koi)

Lebih terperinci

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di II. MATERI DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di enam desa yaitu tiga desa di Kecamatan Grokgak dan tiga desa di Kecamatan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung tepatnya di Laboratorium Pembenihan Kuda

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 27 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen STX1A. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan

1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil. Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah dengan Lampiran 1. Data dan analisis karakterisasi genetik Udang Jari (Metapenaeus elegans De Man, 1907) Hasil Tangkapan dari Laguna Segara Anakan, Cilacap, Jawa Tengah. 1. Kualitas DNA total Udang Jari (Metapenaeus

Lebih terperinci

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum Pendahuluan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah suatu teknik

Lebih terperinci

Lampiran 1. Road-map Penelitian

Lampiran 1. Road-map Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Road-map Penelitian Persiapan Penelitian Persiapan wadah dan ikan uji (15-30 Agustus 2013) Bak ukuran 45x30x35cm sebanyak 4 buah dicuci, didesinfeksi, dan dikeringkan Diletakkan secara

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

Studi Histopatologi: Pembentukan Sel-Sel Membesar pada Organ Ikan Kerapu Setelah Terinfeksi Megalocytivirus

Studi Histopatologi: Pembentukan Sel-Sel Membesar pada Organ Ikan Kerapu Setelah Terinfeksi Megalocytivirus Studi Histopatologi: Pembentukan Sel-Sel Membesar pada Organ Ikan Kerapu Setelah Terinfeksi Megalocytivirus Ketut Mahardika dan Indah Mastuti Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut, PO.

Lebih terperinci

8 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (1): 8-12 ISSN:

8 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (1): 8-12 ISSN: 8 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (1): 8-12 ISSN: 0853-6384 Full Paper KASUS INFEKSI VIRUS IRIDO PADA BENIH IKAN KERAPU PASIR, Epinephelus Corallicola DI HATCHERY IRIDO VIRUS INFECTION CASE ON SEED

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan

I. PENDAHULUAN. Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Megalocytivirus merupakan salah satu genus terbaru dalam famili Iridoviridae yang banyak mendapatkan perhatian karena telah menyebabkan kerugian ekonomi serta kerugian

Lebih terperinci

III. Bahan dan Metode

III. Bahan dan Metode III. Bahan dan Metode A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 3 bulan dari bulan Mei-Juli 2011 yang dilakukan di LPPT UGM Yogyakarta. B. Bahan Penelitian Sampel yang digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai Mei Lokasi pengambilan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai Mei Lokasi pengambilan III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Maret sampai Mei 2014. Lokasi pengambilan sampel meliputi wilayah Kalianda Kabupaten Lampung Selatan yang melalui

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and 23 BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and Cancer Biology of the University of Indonesia (IHVCB-UI), Jl. Salemba

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai Maret 2010 sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Terpadu Bagian Mikrobiologi Medik dan laboratorium Bakteriologi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 20 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif cross sectional molekuler. Data yang diperoleh berasal dari pemeriksaan langsung yang dilakukan peneliti sebanyak

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 1 November dan 22 November 2012 Nama Praktikan : Rica Vera Br. Tarigan dan Jekson Martiar Siahaan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer 1. Pembuatan Larutan Stok a. CTAB 5 % Larutan dibuat dengan melarutkan : - NaCl : 2.0 gr - CTAB : 5.0 gr - Aquades : 100 ml b. Tris HCl

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN IV (ISOLASI RNA DARI TANAMAN) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI RNA DARI TANAMAN TUJUAN Tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

Lebih terperinci

Pengujian DNA, Prinsip Umum

Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika.

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini meliputi bidang ilmu sitogenetika. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Riset Biomedik

Lebih terperinci

UJI RESISTENSI TERHADAP VIRUS VNN PADA BEBERAPA SPESIES IKAN EKONOMIS Test of VNN Virus Resistance In Several Economic Fish Species

UJI RESISTENSI TERHADAP VIRUS VNN PADA BEBERAPA SPESIES IKAN EKONOMIS Test of VNN Virus Resistance In Several Economic Fish Species UJI RESISTENSI TERHADAP VIRUS VNN PADA BEBERAPA SPESIES IKAN EKONOMIS Test of VNN Virus Resistance In Several Economic Fish Species Betutu Senggagau Loka Pemeriksaan Penyakit Ikan dan Lingkungan Serang

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml 36 Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. Pembuatan Larutan Stok Tris HCL 1 M ph 8.0 (100 ml) : Timbang Tris sebanyak 12,114 g. Masukkan Tris ke dalam Erlenmeyer dan ditambahkan 80 ml aquades.

Lebih terperinci

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar

Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar Standar Nasional Indonesia Benih udang vaname (Litopenaeus vannamei) kelas benih sebar ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DI KARAMBA JARING APUNG BALAI SEA FARMING KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA AGNIS MURTI RAHAYU DEPARTEMEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2

III. METODOLOGI. (Cr 3+ ). Faktor suhu menggunakan 2 level suhu media yaitu T i (suhu 20±2 III. METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei hingga November 2006 di Laboratorium Kesehatan Ikan Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi dan Laboratorium

Lebih terperinci

Lampiran A. Isolat Virus Metode Malole et al. (2006): Ikan kerapu macan positif VNN

Lampiran A. Isolat Virus Metode Malole et al. (2006): Ikan kerapu macan positif VNN Lampiran A. Isolat Virus Metode Malole et al. (2006): Ikan kerapu macan positif VNN Diambil organ mata dan otaknya. Digerus dengan mortal. Ditambahkan NaCl fisiologis. Virus konsentrasi 10% Disentrifugasi

Lebih terperinci

SOAL LATIHAN UAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOMEDIK. Bentuk UAS tahun ini: Ada 3 bagian:

SOAL LATIHAN UAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOMEDIK. Bentuk UAS tahun ini: Ada 3 bagian: SOAL LATIHAN UAS MATA KULIAH KETRAMPILAN DASAR LABORATORIUM BIOMEDIK Bentuk UAS tahun ini: Ada 3 bagian: 1. CARA KERJA Soal praktek pada UAS lebih rumit dari pada UTS di mana Anda akan diuji atas sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2013 di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung, di Laboratorium Kesehatan Ikan dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Analisis Polymerase Chain Reaction (PCR) serta analisis penciri Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Bentuk desain penelitian yang akan digunakan adalah bentuk deskriptif molekuler potong lintang untuk mengetahui dan membandingkan kekerapan mikrodelesi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR

PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR PRAKTIKUM ISOLASI DNA DAN TEKNIK PCR Tujuan: i) Mengerti metode umum mengisolasi DNA ii) Mengisolasi DNA dari buah dan sel-sel epithelial mulut iii) Mengerti dan mempraktek teknik PCR dengan sempel DNA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut: BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan

Lebih terperinci

molekul-molekul agarose. Proses elektroforesis diawali dengan pembuatan gel sebagai medianya yaitu agarose dilarutkan ke dalam TAE 10 X 50 ml yang

molekul-molekul agarose. Proses elektroforesis diawali dengan pembuatan gel sebagai medianya yaitu agarose dilarutkan ke dalam TAE 10 X 50 ml yang Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengisolasi DNA genom yang berasal dari darah sapi segar. Selanjutnya hasil dari isolasi tersebut akan diimplifikasikan dengan teknik in- vitro menggunakan PCR (Polimerase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Uji Serum (Rapid Test) Pada Ikan Mas Yang Diberikan Pelet Berimunoglobulin-Y Anti KHV Dengan Dosis rendah Ig-Y 5% (w/w) Ikan Mas yang diberikan pelet berimunoglobulin-y anti

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose

Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Laporan Praktikum Isolasi DNA, Teknik PCR dan Elektroforesis Agarose Hari / Tanggal Praktikum : Kamis / 28 April - 09 Juni 2016 Nama Praktikan : Binayanti Nainggolan Yuliandriani Wannur Azah Pukul : 10.00

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan IPB dan Laboratorium Terpadu,

Lebih terperinci

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik)

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik) The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik) Penting: Jangan lupa selalu memberi label pada tabung Eppi dengan hati-hati. Untuk pipet: Pipet 1000 (biru): gunakan tips biru dan hanya untuk memipet 100-1000

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1. Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan

III. METODE PENELITIAN. Stasiun Karantina Ikan Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan 18 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan September November 2011 yang bertempat di Laboratorium Bioteknologi Lantai 3 Program Studi Budidaya Perairan Universitas Lampung,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE 9 BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2011 sampai dengan Juli 2012. Kegiatan ekstraksi DNA sampai PCR-RFLP dilakukan di laboratorium Analisis

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu 10 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2015 sampai Februari 2016. Isolasi dan visualisasi RNA Colletrotichum dilaksanakan di Laboratorium Hama Penyakit

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE

LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE LAPORAN PRAKTIKUM 5, 6, 7, 8 ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, SERTA PEMERIKSAAN DENGAN TEKNIK PCR, ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS-PAGE Nama (NIM) : Debby Mirani Lubis (137008010) dan Melviana (137008011)

Lebih terperinci

JURNAL GROUPER 3.1. PREVALENSI PENYAKIT PADA KOMODITI UDANG VANAME (Penaeus vaname) DENGAN METODE Multipleks Polymerase chain reaction (PCR)

JURNAL GROUPER 3.1. PREVALENSI PENYAKIT PADA KOMODITI UDANG VANAME (Penaeus vaname) DENGAN METODE Multipleks Polymerase chain reaction (PCR) PREVALENSI PENYAKIT PADA KOMODITI UDANG VANAME (Penaeus vaname) DENGAN METODE Multipleks Polymerase chain reaction (PCR) FAISOL MAS UD Dosen Manajemen Sumber Daya Perairan ABSTRAK Indonesia dan dalam rangka

Lebih terperinci

NOTULENSI DISKUSI PHARM-C. Hari, tanggal : Sabtu, 23 Juli 2017 : WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1)

NOTULENSI DISKUSI PHARM-C. Hari, tanggal : Sabtu, 23 Juli 2017 : WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1) NOTULENSI DISKUSI PHARM-C Hari, tanggal : Sabtu, 23 Juli 2017 Waktu : 19.00 21.00 WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1) Pemateri : Anis Fitriani Tema Diskusi : Isolasi dan Pemanfaatan Bakteri

Lebih terperinci

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Peralatan Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel, beaker glass, cool box, labu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetik Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian telah berlangsung sejak bulan Januari 2012 - Juli 2012 di Laboratorium Mikrobiologi, Lab. Optik, Lab. Genetika dan Lab. Biologi Molekuler Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu pengumpulan sampel berupa akar rambut, ekstraksi mtdna melalui proses lisis akar rambut, amplifikasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode 24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode penelitian deskriptif. B. Objek Penelitian Empat spesies burung anggota Famili

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah D-loop

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Oktober 2013 di Laboratorium Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut (BBPBL) Lampung dan juga di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui variasi genetik (polimorfisme) gen Apo E pada pasien IMA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini adalah studi Cross Sectional. B. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat 21 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, mulai Maret sampai dengan Agustus 2010 di laboratorium Mikrobiologi Medis, laboratorium Terpadu unit pelayanan mikrobiologi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.)

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat E. ictaluri Ikan Lele ( Clarias sp.) BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan di Laboratorium Balai Uji Standar Karantina Ikan Departemen Kelautan dan Perikanan di Jakarta dan Bagian Patologi, Departemen Klinik, Reproduksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2014 di Green House dan Laboratorium Genetika dan Molekuler jurusan Biologi Fakultas Sains dan

Lebih terperinci

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut.

1 0,53 0,59 2 0,3 0,2 3 0,02 0,02 4 0,04 0,04 5 0,3 0,3 Ilustrasi rangkaian isolasi DNA tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 berikut. PERBANDINGAN BEBERAPA METODE ISOLASI DNA UNTUK PENENTUAN KUALITAS LARUTAN DNA TANAMAN SINGKONG (Manihot esculentum L.) Molekul DNA dalam suatu sel dapat diekstraksi atau diisolasi untuk berbagai macam

Lebih terperinci

DETEKSI PENYAKIT VIRAL PADA UDANG VANNAMEI (Litopennaeus vannamei) DENGAN METODE Polymerase Chain Reaction (PCR)

DETEKSI PENYAKIT VIRAL PADA UDANG VANNAMEI (Litopennaeus vannamei) DENGAN METODE Polymerase Chain Reaction (PCR) Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan Volume 6, No. 1, Februari 2015 ISSN : 2086-3861 DETEKSI PENYAKIT VIRAL PADA UDANG VANNAMEI (Litopennaeus vannamei) DENGAN METODE Polymerase Chain Reaction (PCR) VIRAL DISEASE

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS PAGE

LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS PAGE LAPORAN PRAKTIKUM ISOLASI DNA, ISOLASI PROTEIN DARAH, PCR, DAN ELEKTROFORESIS AGAROSE DAN SDS PAGE NAMA PRAKTIKAN : Aditya Chandra Ramadhan Bestari GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi KELOMPOK : 3 HARI/TGL. PRAKTIKUM

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Survei dan Pendataan

METODE PENELITIAN. Survei dan Pendataan METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan identifikasi penyebab penyakit umbi bercabang pada wortel dilakukan di Laboratorium Nematologi dan Laboratorium Virologi Departemen Proteksi Tanaman

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin

MATERI DAN METODE. Materi. Tabel 1. Sampel Darah Sapi Perah dan Sapi Pedaging yang Digunakan No. Bangsa Sapi Jenis Kelamin MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada saat diisolasi dari ikan, sel trophont menunjukan pergerakan yang aktif selama 4 jam pengamatan. Selanjutnya sel parasit pada suhu kontrol menempel pada dasar petri dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci