BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1 Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi. Dalam rangka pembangunan nasional, tujuan pembangunan pertanian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS. 1 Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi. Dalam rangka pembangunan nasional, tujuan pembangunan pertanian"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 1 Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi Dalam rangka pembangunan nasional, tujuan pembangunan pertanian adalah untuk meningkatkan produksi pertanian. Tulang punggung pembangunan bertumpu pada sektor pertanian, hal ini disebabkan sebagian masyarakat Indonesia terlibat dalam kegiatan pertanian. Hal ini dapat juga dijumpai dikebanyakan negara sedang berkembang dimana lebih dari setengah penduduknya berada pada sektor pertanian. Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai barang barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu daerah ataupun wilayah tertentu baik yang dihasilkan oleh perusahaan dalam negeri maupun yang dihasilkan oleh perusahaan luar negeri yang berada didalam negeri. Herlambang berpendapat, dari berbagai variabel ekonomi makro, GDP ataupun PDB maupun PDRB merupakan variabel ekonomi yang menempati posisi terpenting. Sebagaimana diketahui GDP maupun PDRB mengukur output barang dan jasa dari suatu negara dan pendekatan perhitungan pendapatan dari negara tersebut. Perhitungan pendapatan nasional ini merupakan salah ukuran makro yang utama tentang kondisi suatu negara (Herlambang, 2002; 15). Menurut BPS (2002; 4), dalam proses kenaikan output perkapita dalam jangka panjang ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu output total dan jumlah penduduk. Output perkapita merupakan output total dibagi dengan jumlah 9

2 penduduk. Produk Domestik Regional Bruto adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai-nilai barang-barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Definisi dari Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product) adalah nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode tertentu atau kurun waktu tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada dalam perekonomian tersebut (Rahardja dan Manurung, 2002: 204). Produk Domestik Regional Bruto pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah tertentu, ataupun merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. Produk Domestik Regional Bruto Harga Berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan Produk Domestik Regional Bruto harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada suatu tahun tertentu sebagai tahun dasar perhitungannya (Sukirno, 2001:38). Produk Domestik Regional Bruto adalah merupakan penjumlahan nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi di suatu wilayah pada suatu waktu tertentu. 1. Output adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu wilayah pada periode tertentu. Nilai output diperoleh dari perkalian antara produksi dan harga. 10

3 2. Biaya antara merupakan biaya-biaya dari barang dan jasa yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu output oleh unit-unit produksi dalam suatu wilayah dan periode tertentu. 3. Nilai tambah bruto merupakan selisih antara nilai output dengan biaya antara. Produk Domestik Regional Bruto adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi dalam suatu daerah atau wilayah tertentu dalam tahun tertentu baik yang dihasilkan oleh perusahaan dalam negeri maupun yang dihasilkan oleh perusahaan luar negeri yang ada di dalam negeri. Dimana, produk domestik regional bruto ini dapat dihitung melalui 3 cara yaitu: a). Pendekatan Hasil Produksi (Product Approach), metode ini menghitung PDRB yaitu dengan cara menghitung besarnya total out put ataupun produk oleh suatu perekonomian. Cara perhitungan dalam praktik dalam pengerjaannya adalah dengan membagi bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi. Jumlah out put masing masing sektor merupakan jumlah seluruh out put perekonomian, hanya saja ada kemungkinan bahwa out put yang dihasilkan suatu sektor berasal dari out put sektor lain atau juga dapat saja merupakan input bagi sektor lain. Sehingga untuk menghindari perhitungan ganda atau multiple counting, maka yang dipergunakan adalah metode produksi dengan menghitung nilai tambah (value added) masing masing sektor ataupun selisih nilai out put dengan nilai input antara (Rahardja dan Manurung, 2002: ) Dimana sektor sektor perekonomian tersebut di Indonesia dibagi dalam 9 kelompok, yakni sektor: 11

4 i. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan. ii. iii. iv. Pertambangan dan Penggalian. Industri Pengolahan. Listrik, Gas dan Air Bersih. v. Bangunan vi. vii. viii. ix. Perdagangan, Hotel dan Restoran. Pengangkutan dan Komunikasi. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Jasa Jasa dan lainnya. b). Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu model yang memandang pendapatan nilai out put sebagai nilai total balas jasa atas faktor faktor produksi yang dipergunakan pada proses produksi. Adapun faktor faktor produksi (Q) terdiri dari : tenaga kerja (L), kapital atau modal (M), uang (U) dan kemampuan entrepreneurship (E). Dapat digambarkan persamaan fungsi produksinya sebagai berikut: Q = f (L, K, U, E) Dan nilai balas jasanya dalam skala makro adalah Pendapatan Nasionalnya (PN) terdiri dari : upah atau gaji (w), pendapatan bunga (i), pendapatan sewa (r) dan tingkat keuntungan (π). Persamaan fungsi balas jasanya dapat diformulasikan sebagai berikut: PN = w + i + r + π 12

5 Namun, di Indonesia metode ini jarang bahkan tidak dipergunakan ataupun dipublikasikan (Rahardja dan Manurung, 2002: ). c). Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), pada metode perhitungan Produk Domestik Regional Bruto dengan pendekatan pengeluaran adalah menjumlahkan nilai penggunaan akhir atas barang barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu kawasan daerah administratif maupun negara. Hal ini diperhatikan segi atas pengunaannya, dimana ada dikelompokkan atas 6 alokasi penggunaan, yaitu (Robinson Tarigan, 2005:24 25) : a) Konsumsi Rumah Tangga b) Konsumsi Lembaga Swasta nirlaba c) Konsumsi Pemerintah d) Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB Investasi) e) Perubahan Stok, dan f) Ekspor Netto. Namun dengan catatan, bahwa konsumsi lembaga yang mencari untung tidak dimasukkan dengan alasan bahwa konsumsi mereka bukan merupakan konsumsi akhir produksi sehingga dapat menghindari perhitungan ganda atau multiple counting. Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, bahwa PDRB maupun PDB dapat ditunjukkan baik dalam bentuk harga berlaku maupun didasarkan atas harga konstan pada suatu tahun yang dianggap perekonomiannya cenderung stabil dalam satu periode tersebut. 13

6 Namun, dalam perhitungan lanjut, PDRB ataupun PDB dalam bentuk harga berlaku dapat memberikan hasil yang menyesatkan. Hal ini dikarenakan masih terkandung didalamnya faktor inflasi sehingga harus didasarkan pada tahun dasar tertentu yang kemudian dikenal atas dasar harga konstan. Yang dimaksud dengan harga konstan adalah harga yang dianggap tidak berubah dan diperlihatkan pada tahun dasar tersebut dimana perekonomian berada dalam kondisi baik atau stabil dapat dilihat dalam persamaan sebagai berikut (Rahardja dan Manurung, 2002: 219) : dimana, PDRB Riil = PDRB No min al Deflator Deflator = PDRB PDRB HBt HBt 1 x100% dan dapat dihitung juga inflasi yang menyertainya dengan formulasi perhitungan sebagai berikut : Inflasi = Deflatort Deflator Deflator t 1 t 1 x 100% Sehingga, dengan melihat nilai PDRB maupun PDB dalam bentuk harga konstan tahun tertentu dapat memberikan manfaat. Adapun manfaatnya seperti analisis kemakmuran suatu daerah ataupun suatu negara, masalah masalah sosial yang terjadi, masalah masalah produktifitas dan banyak hal lainnya (Rahardja dan Manurung, 2002: 219). Nilai pendapatan baik regional maupun nasional dalam beberapa tahun menggambarkan kenaikan ataupun penurunan tingkat pendapatan masyarakat di 14

7 daerah tersebut, namun kenaikan atau penurunan yang terjadi dibedakan dalam dua faktor yaitu (Tarigan, 2005: 20-21): a) Kenaikan/penurunan riil, yaitu kenaikan/penurunan tingkat pendapatan yang tidak dipengaruhi oleh faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan riil pendapatan penduduk, berarti daya beli penduduk di daerah tersebut meningkat misalnya mampu membeli barang yang sama kualitasnya dalam jumlah yang lebih banyak. b) Kenaikan/penurunan pendapatan yang disebabkan adanya faktor perubahan harga. Apabila terjadi kenaikan pendapatan yang hanya disebabkan inflasi (menurunnya nilai beli uang) maka walaupun pendapatan meningkat tetapi jumlah barang yang mampu dibeli belum tentu meningkat. Perlu dilihat mana yang meningkat lebih tajam, tingkat pendapatan atau tingkat harga. Sehingga menurut Robinson Tarigan, agar dapat mengetahui kenaikan pendapatan yang sebenarnya (riil) maka faktor inflasi yang menyertainya harus dikeluarkan terlebih dahulu. Oleh karena itu, pendapatan riil yang tidak terikut didalamnya inflasi merupakan pendapatan atas dasar harga konstan. Dan laju pertumbuhan ekonomi umumnya diukur dari perubahan yang ditampilkan pada pendapatan atas dasar harga konstan. Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai out put nasional yang dihasilkan oleh sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Sebab besarnya out put nasional dapat menunjukkan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian, seperti (Rahardja dan Manurung, 2002:203): 15

8 1). Merupakan gambaran awal tentang efisiensi sumber daya yang ada dalam perekonomian. 2). Merupakan gambaran awal tentang produktifitas dan tingkat kemakmuran suatu negara 3). Gambaran awal tentang masalah masalah struktur yang dihadapai sebuah perekonomian. Pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu proses agar menghasilkan keterkaitan dan saling mempengaruhi antar faktor-faktor yang mendukung pembangunan ekonomi itu sendiri dan dapat dicermati serta dianalisis dengan baik. Sehingga dapat diketahui deretan peristiwa yang timbul dan akan mewujudkan peningkatan kegiatan ekonomi serta taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke tahap pembangunan berikutnya. Yang selanjutnya, pembangunan ekonomi itu perlu dipandang sebagai kenaikan dalam pendapatan perkapita, karena kenaikan itu merupakan penerimaan dan timbulnya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi pada suatu daerah maupun negara, ditunjukkan dengan tingkat pertambahan GDP atau GNP. Pertumbuhan ekonomi menurut W. W. Rostow dalam bukunya yang berjudul The Stages of Economics Growth menyatakan bahwa perubahan dari keterbelakangan kepada kemajuan dijelaskan dalam suatu seri tahapan yang harus dilalui oleh setiap negara bahkan daerah regional. Dimana mengenal masyarakat dalam dimensi ekonomi yang terletak dalam salah satu dari beberapa tahapan kategori yaitu: masyarakat tradisional, prasyarat untuk tinggal landas kearah pertumbuhan yang berkesinambungan, kematangan dan zaman konsumsi massa yang tinggi. Tahapan tersebut juga pada akhirnya merupakan suatu teori 16

9 pertumbuhan ekonomi dan lebih umum lagi bahkan lebih bersifat parsial. Salah satu pikiran utama mengenai pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah bahwa setiap upayanya harus ada mobilisasi yang cukup kuat untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi tersebut (Sanusi, 2002: 26) Menurut Todaro, ada tiga (3) faktor yang mempengaruhi dalam proses pertumbuhan ekonomi dari setiap daerah regional maupun nasional, yakni (Todaro, 2000: 137) : a) Akumulasi modal, yang meliputi semua bentuk ataupun jenis dari investasi baru yang ditanamkan pada aset berupa tanah, peralatan fisik, sumber daya manusia, dan sebagainya. b) Pertumbuhan penduduk yang berimplikasi pada jumlah angkatan kerja dan penyerapan tenaga kerja. c) Kemajuan teknologi. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah terus, maka diperlukan penambahan pendapatan setiap tahunnya. Hal ini bisa didapat melalui peningkatan out put agregat (peningkatan produksi barang barang dan jasa) setiap tahunnya (Tambunan, 2001:2). 17

10 2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Ada beberapa teori yang mencoba menerangkan tentang pertumbuhan ekonomi, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : Teori Pertumbuhan Harrod Domar Teori ini dibentuk oleh ahli ekonomi Roy Harrod dan Evsey D. Domar dimana berusaha menunjukkan syarat syarat yang dibutuhkan agar perekonomian bisa tumbuh dan berkembang dengan mantap dalam jangka panjang adalah melalui peran investasi. Adapun untuk memenuhi keperluan investasi ini, maka dalam suatu perekonomian daerah maupun negara harus menyisihkan suatu bahagian dari pendapatannya untuk ditabung. Sebab tabungan ini akan membentuk investasi baru melalui penambahan stok netto kapital yang baru (Sanusi, 2002: 27). Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa: a) Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) dan barang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh. b) Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berarti sektor pemerintah dan perdagangan tidak ada. c) Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnya pendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original (nol) d) Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save =MPS) besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital OutputRatio= COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental Capital Output Ratio) 18

11 Dalam teori ini memiliki kelemahan yang sangat terasa pada suatu daerah regional maupun negara sedang berkembang. Kelemahan itu dikenal dengan istilah Saving Gap atau kesenjangan tabungan dimana tabungan yang dilakukan masih kurang untuk menutupi keperluan penambahan stok kapital netto bagi pertumbuhan ekonomi yang diinginkan. Untuk itu, agar kesenjangan tabungan dapat ditutupi maka dilakukan pinjaman luar negeri atau mengundang investasi asing memasuki suatu perekonomian (Mankiw, 2000: 659) Teori Perubahan Struktur Teori pertumbuhan ekonomi ini dikembangkan oleh para neo klasik, salah satu yang terkenal adalah W. Arthur Lewis. Teori ini menjelaskan tentang mekanisme yang memungkinkan perekonomian suatu daerah atau negara dapat mentransformasikan struktur perekonomian dalam negeri mereka dari suatu sektor terhadap sektor lain yang lebih modern (Sanusi, 2002:31). Pada model ini menggunakan piranti yang berkaitan dengan masalah harga dan alokasi sumber daya alam serta ekonometrik untuk menjelaskan terjadinya proses transformasi. Yang mana dilihat dari dua faktor utama yaitu faktor surplus tenaga kerja dan surplus kapital. Adapun asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut: a). Tingkat pengalihan tenaga kerja dan penciptaan tenaga kerja adalah sebanding dengan akumulasi kapital. b). c). Pasar tenaga kerja yang kompetitif akan menjamin upah riil. Jumlah tenaga kerja di desa naik dan dikota menurun (kapital lebih besar). Perlu diperhatikan, bahwa penurunan peran out put pertanian tidak berarti produk sektor pertanian secara absolut adalah turun. Tetapi, justru yang 19

12 seringkali terjadi adalah hanya penurunan produksi secara relatif. Hal ini ditemukan oleh Chennery dalam studi penelitian empiris (Sanusi, 2002: 36) Pembangunan ekonomi, oleh sebagian ahli ekonomi diartikan berbeda dengan pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah Economic Development is Growth plus Change, yaitu pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi yang diikuti oleh perubahan perubahan dalam struktur serta arah kegiatan ekonomi. Dengan kata lain, dalam pembangunan ekonomi diartikan bukan hanya pada masalah perkembangan pendapatan regional maupun nasional tetapi juga melihat kepada modernisasinya kegiatan ekonomi (Sukirno, 2005: 415). Dalam pembangunan ekonomi terkandung pengertian implisit adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat baik GDP maupun PDRB dimana kenaikannya dibarengi dengan perubahan perubahan dan modernisasi serta memperhatikan aspek aspek pemerataan pendapatan (income equity). Sehingga pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi tetapi, pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi bukan hanya pertambahan hasil produksi ataupun kenaikan pendapatan perkapita, tetapi juga terdapat perubahan perubahan dalam struktur produksi dan alokasi input pada berbagai sektor perekonomian seperti lembaga lembaga, pengetahuan dan pendidikan, tekhnik serta juga bersifat kualitatif. 20

13 Pada akhir dasawarsa 1960-an, para ekonom menyadari bahwa ternyata pertumbuhan ekonomi tidak identik dengan pembangunan. Maka mulailah dilakukan pengkajian ulang tentang definisi pembangunan ekonomi itu sendiri. Myrdal dalam Kuncoro (2006) menyebutkan bahwa pembangunan sebagai pergerakan ke atas dari seluruh sistem sosial. Adapula yang menekankan pentingnya perubahan pertumbuhan dengan perubahan (growth with change). Secara singkat dapat dikatakan bahwa pembangunan tidak hanya mencapai peningkatan Produksi (PDRB/PDB) saja tetapi lebih dari itu yaitu memusatkan perhatian pada kualitas dari proses pembangunan. Oleh karena itu, pembangunan lebih diartikan sebagai bagaimana mengurangi kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan Model Pertumbuhan Ekonomi Solow Swan (Neo Klasik) Robert Solow dari Massachussets Institute Technology (MIT) dan Trevor Swan dari Australian National University secara sendiri-sendiri mengembangkan model pertumbuhan ekonomi yang sekarang sering disebut dengan nama model pertumbuhan Neo-Klasik. Seperti halnya dengan model Harrod-Domar, model Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan penduduk, akumulasi capital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi dalam proses pertumbuhan ekonomi. Menurut teori ini pertumbuhan ekonomi tergantung pada pertambahan penyediaan faktor-faktor produksi (penduduk, tenaga kerja dan akumulasi modal) dan tingkat kemajuan teknologi. Pandangan ini tetap juga mendasarkan pada analisis klasik yaitu bahwa perekonomian tetap mengalami tingkat pengerjaan penuh (full employment) dan kapasitas peralatan modal akan tetap sepenuhnya 21

14 dipergunakan sepanjang waktu. Adapun rasio atas modal terhadap output dapat berubah dan bersifat dinamis. Untuk menciptakan sejumlah output tertentu, maka diperlukan jumlah modal yang berbeda beda dengan bantuan tenaga kerja yang jumlahnya berbeda beda sesuai yang dibutuhkan. Jika lebih banyak modal yang dipergunakan maka tenaga kerja yang diperlukan lebih sedikit, sebaliknya jika modal yang dipergunakan lebih sedikit maka lebih banyak tenaga kerja yang digunakan. Dengan adanya flektibilitas ini, suatu perekonomian mempunyai kebebasan yang tidak terbatas dalam menentukan kombinasi modal dan tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan tingkat output tertentu (Wijono, 2006) Walaupun dalam kerangka umum dari model Solow-Swan mirip dengan model model Harrod-Domar, tetapi model Solow-Swan lebih luwes karena : a) Menghindari masalah ketidakstabilan yang merupakan ciri warranted rate of growth dalam model Harrod-Domar. b) Bisa lebih luwes digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah distribusi pendapatan. Keluwesan ini terutama disebabkan oleh karena Solow dan swan menggunakan bentuk fungsi produksi yang lebih mudah dimanipulasikan secara aljabar. Dalam model Harrod-Domar, output dan capital dan output dan tenaga kerja masing-masing dihubungkan oleh satu fungsi produksi dengan koefisien yang tidak bisa berubah, yaitu Qp = hk dan Qn, = nn. Dalam model Neo-Klasik dari Solow dan Swan dipergunakan suatu fungsi produksi yang lebih umum, yang bias menampung berbagai kemungkinan substitusi antara capital (K) dan tenaga kerja (L). Bentuk fungsi produksi adalah: Q = F ( K, L ) 22

15 Yang memungkinkan berbagai kombinasi penggunaan K dan L untuk mendapatkan suatu tingkat output. Fungsi produksi semacam ini (yang sering dijumpai dalam teori ekonomi mikro) disebut fungsi produksi Neo-Klasik. Dalam menggunakan fungsi semacam inilah Solow dan Swan bisa menghindari masalah ketidakstabilan dan mengambil kesimpulan-kesimpulan baru mengenai distribusi pendapatan dalam proses pertumbuhan (seperti halnya kaum Klasik). Dengan digunakannya fungsi produksi Neo-klasik tersebut, ada satu konsekuensi lain yang penting. Konsekuensi ini adalah bahwa seluruh factor yang tersedia, baik berupa K maupun berupa L akan selalu terpakai atau tergunakan secara penuh dalam proses produksi. Ini disebabkan karena dengan fungsi produksi Neo-Klasik tersebut, berapapun K dan L yang tersedia akan bisa dikombinasikan untuk proses produksi, sehingga tidak ada lagi kemungkinan kelebihan dan kekurangan factor produksi seperti dalam model misalnya, Harrod-Domar atau Lewis. Posisi full employment ini membedakan model Neo-Klasik. Dengan adanya model Keynesian (Harrod-Domar) maupun model Klasik. Jadi jelas bahwa penggunaan fungsi produksi Neo-Kalsik sehingga selalu jelas terdapat full employment merupakan ciri utama yang membedakan model ini dengan model-model pertumbuhan lain. Ada empat hal yang melandasi model Neo-Klasik: a). Tenaga kerja (atau produk), L, tumbuh dengan laju tertentu, misalnya p per tahun b). Adanya fungsi produksi Q = F ( K, L ) yang berlaku bagi setiap produksi. 23

16 c). Adanya kecenderungan menabung (prospensity to save) oleh masyarakat yang dinyatakan sebagai proporsi (s) tertentu dari output (Q0. Tabungan masyarakat S = sq; bila Q naik S juga naik, dan turun bila Q turun. d). Semua tabungan masyarakat diinvestasikan S = I = K. Dalam model Neo- Klasik tidak lagi dipermasalahkan mengenai keseimbangan S dan I. Dengan kata lain perkataan permasalahan yang menyangkut warranted rate of growth tidak lagi relevan. Proses pertumbuhan dalam model Neo-Klasik selalu memenuhi syarat warranted rate of growth, karena S dinggap selalu sama dengan I. Ada dua masalah pokok yang saling berkaitan yamg perlu dipelajari mengenai proses pertumbuhan Neo-Klasik ini. Masalah yang pertama menyangkut pertanyaan : apakah proses tersebut akan membawa perekonomian pada suatu pola pertumbuhan tertentu dan bisa diramalkan, apakah proses tersebut berkelanjutan dan sama sekali tidak bisa diduga kemana akan membawa perekonomian kita? Dengan kata lain perkataan, apakah proses pertumbuhan tersebut akan membawa perekonomian pada posisi keseimbangan jangka panjang (long run equilibrium) atau tidak? Masalah yang kedua menyangkut pertanyaan : Apabila memang ternyata proses semacam itu akhirnya membawa perekonomian pada posisi keseimbangan jangka panjangnya, apakah ciri-ciri utama posisi ini )? Khususnya kita bisa menanyakan mengenai apa yang terjadi dengan output, capital, tenaga kerja, tingkat upah, tingkat keuntungan, dsb pada posisi long run equilibrium ini? 24

17 Jawaban bagi kedua masalah tersebut bisa menjadi landasan bagi ekonom dalam meramalkan apa yang akan terjadi dalam jangka panjang terhadap suatu perekonomian, apabila asumsi-asumsi dasar Neo-Klasik tersebut terpenuhi. Perekonomian Neo-Klasik akan menuju ke suatu posisi keseimbangan jangka panjang. Kita memerlukan sedikit manipulasi aljabar untuk menjawab pertanyaan ini. Anggap bahwa fungsi produksi Q = F ( K, L ) mempunyai ciri constsnt return to scale artinya apabila K dan L masing-masing dinaikan dengan x%, mak Q juga akan naik dengan x%. Apabila constant return to scale berlaku, maka kita bisa menyatakan fungsi produksi tersebut dalam bentuk yang lebih sederhana. Selanjutnya F ( k, l ) bisa kita nyatakan sebagai suatu fungsi lain F ( k ) yang hanya mempunyai satu variable ( K saja ) karena angka 1 adalah suatu constant (bukan variable), sehingga fungsi produksi kita menjadi : q = f ( k ) Persamaan ini mengatakan bahwa output per tenaga kerja adalah fungsi dari kapita per tenaga kerja, atau output per kapita adalah fungsi capital per kapita. Selanjutnya, penduduk (atau tenaga kerja) dianggap tumbuh dengan p setahun dan masyarakat mempunyai kecenderungan menabung yang ditunjukkan oleh prospensity to save s. Semua yang ditabung diinvestasikan dan menambah stock capital dengan K = sq. setelah mengalami manipulasi aljabar persamaan menjadi: K= K. L 25

18 Persamaan diatas mengatakan bahwa laju pertumbuhan capital per kapita sama dengan laju partum buhan stok capital (total) minus laju pertumbuhan penduduk atau tenaga kerja. Lalu mana yang disebut keseimbangan jangka panjang? Solow mengatakan bahwa posisi long run equilibrium akan tercapai apabila capital per kapita, k, mencapai suatu tingkat yang stabil, artimya tidak lagi berubah nilainya. Apabila K constant, maka long run equilibrium akan tercapai. Posisi long run equilibrium ini juga disebut posisi Steady state. Syarat ini mempunyai konsekuensi bahwa k = 0. Ciri yang pertama langsung dapat disimpulkan dari urain di atas, yaitu bahwa pada posisi tersebut capital yang dipergunakan dalam proses produksi per pekerja adalah constant (k*) dan output per pekerja atau output perkapita adalah juga constant (q*). Dengan demikian pula capital output ratio adalah juga constant (v*). Karena v*=k* / q* Ciri yang kedua adalah mengenai laju pertumbuhan output, capital dan tenaga kerja. Pada posisi long run equilibrium laju pertumbuhan output bisa disimpulkan dari cirri bahwa output perkapita adalah constant dan penduduk tumbuh dengann p.. jadi singkatnya pada posisi ini Q, K, L tumbuh dengan laju yang sama. Dalam model Neo-Klasik, pertumbuhan Q dan K menyesuaikan diri dengan pertumbuhan penduduk. Dan pertumbuhan penduduklah yang menentukan laju pertumbuhan ekonomi; semakin cepat pertumbuhan penduduk tumbuh, semakin cepat pula pertumbuhan ekonomi. Ini adalah suatu kesimpulan yang bertolak belakang dengan kesimpulan model Klasik maupun model Keynesian (Harrod-Domar). 26

19 Ciri yang ketiga adalah mengenai Stabilitas dari posisi keseimbangan tersebut. Posisi keseimbangan model Solow-Swan bersifat stabil, dalam arti bahwa apabila kebetulan perekonomian tersebut tidak pada posisi keseimbangan, maka akan ada kekuatan-kekuatan yang cenderung membawa kembali perekonomian tersebut pada posisi keseimbangan jangka panjangnya. Ciri yang keempat menyangkut tingkat konsumsi danm tingkat tabungan (investasi) Ciri yang kelima berkaitan dengan imbalan yang diterima oleh masingmasing factor produksi ( K dan L ), lalu aspek distribusi pendapatan. Karena hanya ada macam factor produksi, maka GDP ( = Q ) akakn terbagi habis antara para pemilik capital dan para pemilik factor produksi tenaga kerja (buruh), Q = rk + wl Dimana r adalah tingkat keuntungan yang diterima per unit kapital, dan w adalah tingkat yang diteriama oleh setiap orang buruh. Kita bisa simpulkan bahwa pada posisi keseimbangan jangka panjang baik r maupun w harus konstan yaitu setiap unit kapital menerima imbalan berupa keuntungan tertentu (r*) dan setiap pekerja menerima upah tertentu (w*), dan kedua imbalan ini tidak berubah dalam proses pertumbuhan selanjutnya. Bagaimanakah dengan bagian (share) antara para pemilik kapital dengan para pemilik tenaga kerja (buruh) di dalam GDP Negara tersebut?. Apabila pada posisi keseimbangan Q, L, K tumbuh dengan laju yang sama, dan r dan w adalah konstan, maka jelas bahwa para pemilik kapital dan kelompok buruh masing-masimg akan menerima bagian dari GDP dalam presentase yang tetap, 27

20 yaitu rk/q akan tetap dan wl/q juga akan tetap dalam proses pertumbuhan perekonomian selanjutnya. Menurut teori ekonomi mikro, imbalan yang diterima oleh suatu factor produksi (pada posisi equilibrium) akan sama dengan marginal productnya. Jadi imbalan bagi factor produksi kapital (pada posisi equilibrium) akan sama dengan MPK. Ciri yang keenam, berkaitan dengan pertumbuhan produktivitas dapat dipengaruhi oleh kemajuian teknologi yang diukur dalam satuan efisiensinya. Misal, apabila jumlah tenaga kerja sebelum adanya kemajuan teknologi adalah 100, dan kemudian ada kemajuan teknologi yang meningkatkan produktivitas pertenaga kerja dengan 50%nya, maka jumlah tenaga kerja efektif setelah kemajuan teknologi adalah 150 (meskipun jumlah manusianya tetap 100, tetapi kemampuan produksinya meningkat menjadi 150). Jadi N (Laju pertumbuhan tenaga kerja efektif) tumbuh karena dua sebab, yaitu: a). Pertumbuhan jumlah manusia atau pertumbuhan penduduk (misalnya, p per tahun) dan b). Pertumbuhan produktivitas per manusia atau kemajuan teknologi (misalnya, t per tahun) Jadi adanya kemajuan teknologi tidak banyak merubah syarat keseimbangan jangka panjang kecuali adanya koefisien t (laju kemajuan teknologi atau laju kenaikkan produktivitas per tenaga kerja) 28

21 Bahwa Q, K, N tumbuh dengan laju yang sama dan r, w adalah konstan. Sehingga share dari factor produksi kapital dalam GDP (yaitu rk/q) adalah konstan, dan demikian pula share dari faktor produksi tenaga kerja dalam GDP (yaitu wn/q) adalah juga konstan. Model Solow dapat juga dituliskan secara matematis sbb (ibid: 204): Δk = sf (k) (n + + g)k Dimana: y = f(k) = F(K/L) n = tingkat pertumbuhan penduduk δ = depresiasi k = modal per pekerja = K/L y = output per pekerja = Y/L s = tingkat tabungan g = tingkat perkembangan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (laboraugmentingtechnological progress) Pada model Solow tanpa perkembangan teknologi, perubahan modal per pekerja ditentukan oleh tiga variabel berikut: a) Investasi (tabungan) per pekerja. b) Pertumbuhan penduduk: pertumbuhan penduduk akan menurunkan tingkat modal per pekerja. c) Depresiasi: persediaan modal akan menurun karena penggunaan modal. Dalam kondisi steady-state, Δk harus sama dengan nol (ibid: 195), sehingga: sf (k*) = (n + )k * dengan k* adalah k pada kondisi steady-state dan y* = f(k*). Konsumsi pada kondisi steady-state menjadi (ibid: 196): c* = f (k*) (n + )k * 29

22 Secara grafis, model pertumbuhan Solow (tanpa perkembangan teknologi) dapat digambarkan seperti pada Grafik 1 berikut. GAMBAR 2.1 MODEL DIAGRAM PERTUMBUHAN SOLOW Solow-Swan Economic memaparkan model suatu teori yang disusun dengan focus pada peranan perubahan teknologi dalam proses pertumbuhan ekonomi (economic growth). Dalam Model pertumbuhan ekonomi Harrod-Domar, rasio output modal diasumsikan konstan, sehingga terdapat suatu hubungan garis lurus antara peningkatan jumlah modal (melelui investasi) dan peningkatan yang dihasilkan output. Contoh, jika dibutuhkan modal modal sebesar Rp. 3000,- untuk memproduksi 1000 output, maka rasio output modalnya adalah satu per tiga, dalam hal ini diasumsikan berlaku pada penambahan jumlah modal selanjutnya. sebaliknya, model Solow-Swan menggunakan sebuah fungsi produksi dimana 30

23 output merupakan suatu fungsi dari modal dan tenaga kerja, dimana modal dapat digantikan dengan tenaga kerja tetapi dengan tingkat kesempurnaan yang bervarias, dan yang menunjukkan pengembalian yang menurun. Jadi apabila modal ditingkatkan secara relative dibandingkan dengan tenaga kerja, maka peningkatan yang terjadi dala output secara progresifmenjadi lebih kecil. Dengan asumsi bahwa suatu rasio output modalmenjadi variable pada saat jumlah modal suatu negara meningkat, maka pengembalian yang menurun terjadi dan menghasilkan tambahan output yang lebih kecil secara progresif. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi yang terus menerus membutuhkan tidak saja investasi perluasan modal akan tetapi juga investasi pendalaman modal. Kemajuan teknologi (teknik, proses dan metode baru produksi yang baru dan produk - produk baru) memainkan suatu peranan penting dalam menyeimbangkan pengembalian yang menurun pada saat jumlah modal meningkat. 3 Tenaga Kerja Menurut Todaro (2000) Secara tradisional, pertumbuhan ekonomi dipicu oleh pertumbuhan penduduk yang mana akan memicu terjadinya pertumbuhan tenaga kerja secara positif. Secara umum, pertumbuhan jumlah angkatan kerja akan menyediakan potensial tenaga kerja yang siap pakai sehingga akan menambah tingkat produktifitas komoditi perekonomian baik dalam bentuk barang-barang maupun jasa perekonomian termasuk jasa tenaga kerja itu sendiri. Namun demikian, hal ini tidak berlaku secara perbandingan linier, oleh karena itu dikenal adanya pengangguran. 31

24 Kemampuan dari penyerapan tenaga kerja ini sangat tergantung dari faktor-faktor input suatu perekonomian. Seperti modal atau investasi untuk membuka lapangan usaha atau sentra bisnis baru maupun perluasan kegiatan perekonomian yang akan memerlukan tenaga kerja sebagai pekerjanya. Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen. Menurut Lewis, angkatan kerja yang homogen dan tidak terampil dianggap bisa bergerak dan beralih dari sektor tradisional ke sektor modern secara lancar dan dalam jumlah terbatas. Dalam keadaan demikian penawaran tenaga kerja mengandung elastisitas yang tinggi. Meningkatnya permintaan atas tenaga kerja (dari sektor ekonomi tradisional) bersumber pada ekspansi kegiatan sektor modern. Dengan demikian salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Menurut Nicholson W. (1991) bahwa suatu fungsi produksi suatu barang atau jasa tertentu (Q) adalah Q = f (K, L) dimana K merupakan modal atau realisasi investasi usaha kegiatan ekonomi, dan L adalah jumlah tenaga kerja yang diserap sehingga (Q) memperlihatkan jumlah maksimal suatu barang/jasa yang dapat diproduksi dengan menggunakan ragam kombinasi alternatif antara K dan L. Maka apabila salah satu masukan ditambah satu unit tambahan dan masukan lainnya dianggap tetap akan menyebabkan tambahan keluaran yang dapat diproduksi. Tambahan hasil output produksi ini bila dibandingkan dengan tambahan satu unit input produksi inilah yang dikenal dengan produk fisik marginal (Marginal Physical Product). 32

25 Simanjuntak (1985) menyebutkan bahwa tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah bekerja atau juga sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan, dan melakukan kegiatan lainnya baik bersekolah maupun mengurus rumah tangga. Dalam metode perhitungan yang dilakukan BPS sebagai instasi pemerintah yang sah dalam melakukan database statistic di Indonesia menyebutkan bahwa penduduk berumur 15 tahun keatas terbagi sebagai angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dikatakan bekerja bila mereka melakukan suatu kegiatan ekonomi / pekerjaan dengan maksud memperoleh penghasilan atau keuntungan dimana lamanya bekerja paling sedikit adalah 1 jam secara terus menerus (continue) selama seminggu yang lalu. Sedangkan penduduk yang tidak bekerja namun sedang mencari pekerjaan disebut menganggur. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bahagian penduduk yang adalah angkatan kerja merupakan gambaran kondisi dari lapangan kerja yang tersedia. Modal manusia dalam terminology ekonomi sering digunakan sebagai tingkat kapasitas sumber daya manusia. Sisi yang seringkali di lihat dalam hal modal manusia dalam kapasitas sumber daya manusia adalah tingkat pendidikan yang akan menunjang keahliannya dalam bekerja, tingkat kesehatannya dalam hal menjamin kuntinuitas pekerjaannya. Pendidikan memainkan peranan utama dalam hal memanageman suatu produktifitas usaha agar lebih efisien dan efektif serta penyerapan unsur modernisasi teknologi industri atau usaha dalam hal kualitasi dan kuantitas output hasil usaha. 33

26 Todaro (2002) menyebutkan, kesuksesan dalam pendidikan bergantung juga pada faktor kecukupan kesehatan. Disamping itu kesehatan merupakan prasayarat bagi peningkatan produktivitas. Dengan demikian kesehatan dan pendidikan dapat juga dilihat sebagai komponen vital dalam pertumbuhan dan pembangunan sebagai input bagi fungsi produksi agregat. Mankiw (2003) juga menyebutkan, modal manusia sebagai input sumber daya manusia dalam kegiatan perekonomian adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperolehnya melalui pendidikan mulai dari anak-anak sampai dengan pelatihan dan pekerjaan. Demikan juga modal fisik manusia juga dibutuhkan untuk meningkatkan kemampuan memproduksi barang/jasa perekonomian. Sehingga untuk meningkatkan level modal manusia dibutuhkan suatu investasi yang mana dilakukan oleh penduduk yaitu dalam bentuk pendidikan seperti kebutuhan guru, perpustakaan dan waktu belajar. Oleh karena begitu pentingnya peranan tenaga kerja sebagai bahagian dari angkatan kerja ini, maka terbentuklah pasar tenaga kerja. Dimana secara singkat, pasar tenaga kerja ini akan menawarkan sumber daya manusia dari berbagai skill kemampuan, usia dan kapasitas lainnya sebagai factor input perusahaan/industri kegiatan ekonomi. Sehingga saja pasar tenaga kerja ini dapat dikatakan merupakan cerminan dari angkatan kerja suatu daerah pada suatu kurun waktu tertentu. Batasan dari kurun waktu tertentu yang disebutkan diatas adalah disebabkan adanya batasan usia kerja pada manusia sebagai sumber daya perekonomian. Pasar tenaga kerja ini ataupun angkatan kerja ini akhirnya memiliki interaksi yang nyata terhadap pasar barang dan jasa sebagai output akhir kegiatan 34

27 ekonomi dan terhadap pasar modal sebagai kombinasi factor input usaha. Berikut dibawah ini memperlihatkan skema interaksi keterkaitannya secara sederhana. (Ehrenberg and Smith, 2003) Gambar 2.2 Keterkaitan pasar tenaga kerja, Pasar Modal/Investasi dan Pasar barang & jasa lainnya. Sumber : Ehrenberg and Smith, Menurut Nicholson (2003), Perubahan di pasar barang misalkan meningkatnya permintaan barang dan jasa. Perusahaan akan meresponnya dengan meningkatkan produksi. Peningkatan produksi tentu akan mempengaruhi permintaan faktor-faktor input. Perusahaan akan memilih faktor produksi yang lebih menguntungkan dengan membandingkan biaya modal dan biaya tenaga kerja yang terjadi di pasar modal dan pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja dipengaruhi oleh permintaan tenaga kerja dan penawaran tenaga kerja. Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan produksi barang dan jasa yang dilakukan oleh perusahaan atau lembaga pemerintah. Perusahaan membutuhkan faktor-faktor produksi dalam melakukan kegiatannya. Sedangkan, penawaran tenaga kerja sumbernya adalah rumah tangga. Rumah tangga menyediakan tenaga kerja dimana keahlian dan kemampuan mereka 35

28 tersedia untuk digunakan perusahaan atau lembaga pemerintah dalam proses produksi. Berikut ini adalah skema gambarnya. Gambar 2.3 Kurva Penawaran dan Permintaan Pasar Tenaga kerja. Sumber : Ehrenberg and Smith, Gambar diatas mendeskripsikan pasar tenaga kerja yang menghubungkan penawaran dan permintaan tenaga kerja. Dititik equilibrium (L o, U o ), jumlah tenaga kerja yang ditawarkan ke pasar tepat sama dengan jumlah diminta pasar. Ditingkat upah U 2, jumlah tenaga kerja yang diminta sebesar L 1 sedangkan jumlah yang ditawatkan sebesar L 2. Sehingga dalam kondisi ini terjadi excess supply tenaga kerja, sebesar (L 2 -L 1 ). Pada tingkat upah U 1, jumlah tenaga kerja yang diminta sebesar L 2 tetapi yang tersedia atau ditawarkan hanya L 1. Maka dalam kondisi tersebut terjadi overdemand tenaga kerja. Pasar tenaga kerja biasanya memberikan hasil (outcomes), seperti (Ehrenberg dan Smith, 2003): a) The terms of employment antara lain seperti gaji, kompensasi dan kondisi kerja. b) The levels of employment berupa jabatan/kepercayaan, keahlian dan komposisi demograpi tenaga kerja. 36

29 4 Teori & Konsep penawaran tenaga kerja, Ada 2 (dua) kategori dalam masalah penawaran tenaga kerja, yaitu (Ehrenberg dan Smith, 2003): 1. Keputusan individual untuk membagi waktunya antara bekerja atau leisure. Ini berkaitan dengan partisipasi individu dalam angkatan kerja. Bekerja part-time atau full-time work, waktu di rumah dan bekerja untuk dibayar. 2. Keputusan untuk menerima suatu pekerjaan dan masalah bekerja di lain geografi/wilayah. Keputusan Bekerja Bersenang-senang (Work - Leisure) Bekerja (work) merupakan waktu yang digunakan untuk mendapatkan penghasilan dari pekerjaan yang dilakukan. Sedangkan, leisure merupakan waktu yang digunakan tidak menghasilkan pembayaran dari pekerjaan yang dilakukan tersebut. Untuk mendapatkan suatu informasi tentang optimal pembagian waktu bekerja dan leisure, dapat dilihat pada indifference curve (preferensi individu untuk bekerja) dan budget constrain (Borjas, 2005). Gambar 2.4 Reservation of Wage Sumber : Borjas,

30 Gambar 2.4 dihalaman sebelumnya, memberikan ilustrasi tentang keputusan individual untuk bekerja. Pada titik X individu memutuskan tidak akan bekerja. Karena pada titik X indifferent curve-nya masih lebih rendah dari E. Atau sepanjang budget constraint G, indifferent curve-nya akan selalu lebih rendah atau minimal sama dengan indifferent curve yang terjadi pada titik E. Titik E adalah titik terjadinya reservation wage atau merupakan titik gaji terendah yang dapat diterima pekerja untuk bekerja. Titik E menjelaskan juga bahwa seseorang masih dapat mengkonsumsi tanpa bekerja karena masih ada penghasilan mereka dari nonlabor income (mungkin dari bunga tabungan, hasil sewa tanah/rumah ataupun pemberian dari orang tuanya yang cukup kaya). Titik Y merupakan titik singgung budget constraint H dengan indifference curve U2. Titik Y merupakan titik yang memberikan utility lebih tinggi dari titik E. Karena tingkat utility di titik Y lebih tinggi dari titik E maka individu akan memutuskan untuk bekerja. Atau dengan kata lain sepanjang budget constraint H individu akan memutuskan untuk bekerja. Karena sepanjang garis tersebut utility pekerja akan lebih tinggi dari pada titik E atau gaji yang diterima lebih tinggi dari reservation wage (Borjas, 2005). Titik singgung indifferent curve dengan budget line merupakan titik optimum seseorang untuk bekerja, di mana perpaduan antara utility individu dan kendala yang dihadapi. Berikut ini adalah fungsinya secara umum : U = f (C, L) Dimana : C = konsumsi barang & Jasa L = Leisure Utility maksimum dapat tercapai bila ΔC ΔL - MUL MUC, artinya konsumsi dapat dipertukarkan dengan leisure. Untuk mengkonsumi barang 38

31 tentunya individu harus bekerja. Bekerja dan leisure dua hal yang dapat dipertukarkan dan sekaligus memiliki trade-off antara keduanya. Sedangkan budget constraint dirumuskan dengan (Borjas, 2005) : C = wh + V Misalkan, T = h + L, maka C = w(t-l) + V, atau bias juga : C = (wt+v)-wl Dimana : C = konsumsi barang & Jasa w = Upah L = Leisure T = Total waktu h = Waktu untuk bekerja V = Nonlabor Income. Dari persamaan diatas dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa tanpa bekerjapun seseorang masih dapat mengkonsumsi barang. Penghasilan yang dipergunakan untuk konsumsi barang tersebut berasal dari penghasilan yang dihasilkan tanpa bekerja atau pada titik tersebut disebut endowment point. Dalam Mc Connell, Brue, dan Macpherson, (1999), Keputusan individu untuk menambah jam kerja dipengaruhi oleh perubahan sebagai berikut : a) Income effect. Individu akan mengurangi jam kerjanya bila income meningkat tetapi wage rate konstan. b) Substitution effect mengindikasikan perubahan keinginan menambah jam kerja karena perubahan wage rate tetapi income konstan. c) Jika substitution effect lebih dominan dari income effect, keinginan individu untuk bekerja menjali lebih lama, saat wage rate meningkat. Sebaliknya, jika income effect lebih besar dari substitution effect, kenaikan wage rate akan menyebabkan keinginan untuk bekerja semakin sedikit. 39

32 Wage elastisity of labor supply (E s ) merupakan persentase perubahan dalam kuantitas dari penawaran tenaga kerja dibagi dengan persentase perubahan dalam wage rate. Bila elasitas (E s ) bernilai : 1. E s = 0, inelastis yang sempurna 2. E s < 1, relative inelastis 3. E s > 1, relative elastis Kenaikan tingkat upah tenaga kerja awalnya akan menambah keinginan waktu bekerja individu. Namun kenaikan gaji akan mencapai titik optimal. Gaji naik di atas titik optimal justru akan mengurangi keinginan individu untuk bekerja (income effect). Ini dikenal dengan backward-bending labor supply curve (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999). Konsep penawaran tenaga kerja (Labor Supply) memiliki beberapa dimensi yakni diantaranya (Mc Connell, Brue, dan Macpherson, 1999): 1) Ukuran dan komposisi demografi populasi yang tergantung pada kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (net immigration), 2) Tingkat partisipasi angkatan kerja (labor force participation rate), yang merupakan tingkat persentase populasi working-age (usia kerja) dengan actual-working (yang bekerja) atau seeking-work (sedang mencari pekerjaan / menganggur). 3) Jumlah jam kerja seminggu atau setahun, dan 4) Kualitas angkatan kerja. 40

33 Tingkat partisipasi angkatan tenaga kerja (the labor force participation) merupakan nilai perbandingan antara actual labor force dengan potensial labor force. Actual labor force adalah angkatan kerja yang bekerja dan menganggur atau angkatan kerja yang sedang mencari pekerjaan. Potential labor force atau tenaga kerja (man power) adalah populasi dikurangi dengan jumlah anak-anak atau penduduk usia 15 tahun (SUDA BPS SUMUT, 2007) dan masyarakat yang dilembagakan (people who are institutionalized). Net effect dari semua tingkat partisipasi tergantung pada ukuran: addedwork effect dan discouraged-work worker effect. Added-work effect terkait dengan kehilangan pekerjaan suatu seorang anggota keluarga akan ditutupi oleh anggota keluarga yang lain untuk mencari pekerjaan yang baru. Tujuannya untuk menutupi kehilangan penghasilan akibat dari berhentinya anggota lain tersebut dari dunia kerja. Added-work effect menambah tingkat partisipasi kerja. Discouraged-work effect berkaitan dengan masalah psikologis pekerja yang kehilangan keinginan untuk bekerja kembali. Pekerja yang pernah diberhentikan karena resesi akan merasa pesimis untuk mendapatkan pekerjaan kembali sesuai dengan keinginannya, minimal seperti yang pernah mereka dapatkan sebelumnya. Discourafe-work effect sifatnya mengurangi tingkat partisipasi angkatan kerja (Mc Connell, Brue, dan Macpherson,1999). Tingkat partisipasi angkatan kerja berbanding terbalik dengan tingkat pengangguran. Semakin besar tingkat pengangguran semakin kecil tingkat 41

34 partisipasi angkatan kerja. Kondisi pasar tenaga kerja yang memburuk dengan peningkatan pengangguran dan penurunan wage rate menyebabkan partisipasi angkatan kerja menurun (discourage-work effect). Banyak usia muda yang sebenarnya telah dapat memasuki dunia kerja enggan berpartisipasi. Mereka lebih memilih untuk tetap di tempat sekolah/kuliah atau melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Maka selanjutnya, kaitan antara pertumbuhan penduduk yang notabenenya adalah sumber dari angkatan kerja terhadap perekonomian memiliki hubungan pengaruh secara positif ataupun negative tergantung pada kemampuan system perekonomian daerah/negara tersebut dalam menyerap dan memanfaatkan semaksimal mungkin atas pertambahan angkatan kerja tanpa melupakan sisi tingkat kematian dan pergeseran kurva usia kerja. 5 Modal / Investasi Dalam Sukirno (2000), Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan nasional dan taraf kemakmuran. Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk perluasan pabrik dan barang-barang input produksi lainnya yang tahan lama. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan pendapatan dan akhirnya akan meningkatkan taraf kemakmuran masyarakat. 42

35 Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa meningkatnya kegiatan investasi diharapkan akan meningkatkan permintaan agregat, pendapatan nasional serta kesempatan kerja. Investasi ataupun modal usaha ini akan membuka kesempatan kerja yang baru dan memberikan kegiatan ekonomi yang baru ataupun juga ekspansi usaha. Sehingga menciptakan pertambahan output barang-barang dan jasa ekonomi baik secara kuantitas maupun kualitasnya. Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman modal yang digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa dengan harapan dapat memberikan keuntungan pada masa yang akan datang (Bappeda Kota Medan, 2000). Ketika pendapatan nasional meningkat, maka diasumsikan bahwa tingkat konsumsi barang-barang dan jasa juga meningkat. Dari sisi mikro ekonomi dunia bisnis maka ini berarti membutuhkan tambahan sumber input agar memproduksi barang-barang dan jasa output lebih banyak lagi. Untuk itu diperlukan suatu investasi dalam sisi input usaha. Dornbusch & Fischer (2004) berpendapat bahwa investasi adalah permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa mendatang. Dimana secara umum, dalam investasi mencakup 2 (dua) hal penting tujuan utamanya yaitu : untuk mengganti bagian dari penyediaan modal yang rusak (asset yang terkena depresiasi) dan sebagai tambahan atas modal yang telah ada (investasi netto). Bila dilihat dari sisi perhitungan pendapatan nasional maka yang dimaksudkan dengan investasi adalah total seluruh pembelian barang-barang modal oleh investor atau 43

36 pengusaha, pembelanjaan untuk pendirian perusahaan/industri, dan pertambahan pada stok barang input perusahaan/industri baik berupa bahan mentah, barang belum diproses maupun barang jadi. Investasi juga merupakan pengeluaran perbelanjaan (oleh investor) penanaman modal yang digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa dengan harapan dapat memberikan keuntungan pada masa yang akan dating (Bapeda Kota Medan, 2000) Faktor-faktor utama yang menentukan investasi adalah antara lain: a) Ekspektasi dari usaha yang diperkirakan menguntungkan dan diharapkan bertahan dalam jangka panjang. b) Tingkat bunga yang pengembalian yang aman (tingkat return). c) Ramalan ekonomi dimasa depan yang cerah, d) Iklim sosial, hukum dan system pemerintahan yang kondusif. Menurut Herlambang (2002), ada 3 tipe pengeluaran investasi yaitu : a) Pengeluaran investasi dalam pembelian barang tetap (business fixed investment) yang melingkupi peralatan dan struktur dimana dunia usaha membelinya untuk di pergunakan dalam produksi. b) Pengeluaran investasi dalam perumahan (residential investment), dimana perumahan dibeli untuk tujuan ditempati (minimalisasi cost untuk penginapan/tempat tinggal karyawannya atau sebagai dormitory), ataupun untuk disewakan kembali. c) Pengeluaran investasi untuk inventory (inventorty investment), yaitu pembelian meliputi bahan baku, dan bahan penolong, barang setengah jadi maupun barang jadi. 44

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia selalu berkembang sejalan dengan tuntutan zaman, tidak sekedar memenuhi kebutuhan hayati saja, namun juga menyangkut kebutuhan lainnya seperti

Lebih terperinci

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1

PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 PEMBAHASAN UTS GENAP 2015/2016 TEORI EKONOMI MAKRO 1 1. Para ekonom menggunakan beberapa variabel makroekonomi untuk mengukur prestasi seuah perekonomian. Tiga variable yang utama adalah real GDP, inflation

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. rata-rata pendapatan riil dan standar hidup masyarakat dalam suatu wilayah. Oleh BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses kenaikan output yang terus menerus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cita-cita bangsa Indonesia dalam konstitusi negara adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Cita-cita mulia tersebut dapat diwujudkan melalui pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI

PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI PERTEMUAN 5 dan 6 PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI Pendahuluan Pembangunan ekonomi merupakan salah satu bagian penting dari pembangunan nasional dengan tujuan utama untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Gross Domestik Product tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP. pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka BAB II KERANGKA TEORI DAN KONSEP 2.1.Pembangunan Ekonomi Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK

PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK PENERAPAN MODEL SOLOW-SWAN UNTUK MEMACU PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN DEMAK Dhani Kurniawan Teguh Pamuji Tri Nur Hayati Fakultas Ekonomi Universitas Sultan Fattah Demak Email : ujik_angkung@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Tri Wahyu R *) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro

Tri Wahyu R *) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro JEKT Tri Wahyu R *) Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro ABSTRAK dan rehabilitasi (1967-1972), zaman keemasan minyak (1973-1982), periode guncangan

Lebih terperinci

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1

PENDAPATAN NASIONAL. Andri Wijanarko,SE,ME. 1 PENDAPATAN NASIONAL Andri Wijanarko,SE,ME andri_wijanarko@yahoo.com 1 Output Nasional 2 Output Nasional (#1) Merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi Suryana (2000 : 3), mengungkapkan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI

PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI PERTUMBUHAN EKONOMI,PERUBAHAN STRUKTUR EKONOMI, DAN KRISIS EKONOMI Pertambahan jumlah penduduk setiap tahun akan menimbulkan konsekwensi kebutuhan konsumsi juga bertambah dan dengan sendirinya dibutuhkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan 17 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional (daerah) Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu perubahan tingkat kegiatan ekonomi yang berlangsung dari tahun ke tahun untuk mengetahui tingkat

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

LANDASAN TEORI. membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan II. LANDASAN TEORI A. Investasi 1. Pengertian Investasi Teori ekonomi mendefinisikan investasi sebagai pengeluaran pemerintah untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-peralatan produksi dengan tujuan

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PENDAPATAN NASIONAL K e l a s A. KONSEP PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PENDAPATAN NASIONAL Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami konsep pendapatan nasional, metode penghitungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembangunan Ekonomi Regional Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping

Lebih terperinci

Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya

Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic Growth), diantaranya BAB IV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Landasan Teori 4.1.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Para ekonom membedakan antara pembangunan ekonomi (Economic Development) dengan pertumbuhan ekonomi (Economic

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Berbagai model pertumbuhan ekonomi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi. Teori pertumbuhan yang dikembangkan dimaksudkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dibutuhkannya investasi. Investasi merupakan salah satu pendorong untuk mendapatkan pendapatan yang

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional.

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. PENDAPATAN NASIONAL Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan: Peserta PPG kompeten dalam menganalisis Pendapatan Nasional. Pokok-pokok Materi: 1. Konsep Pendapatan Nasional 2. Komponen Pendapatan Nasional 3.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan peningkatan kesempatan kerja. Pendekatan pertumbuhan ekonomi banyak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Penelitian Terdahulu Reselawati (2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh perkembangan UKM seperti (tenaga kerja UKM, ekspor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu

Lebih terperinci

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan

Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Teori-teori Alternatif dan Arti Pembangunan Setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan tetapi bukan merupakan satu-satunya. Pembangunan bukan hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pertumbuhan Ekonomi a. Definisi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai peningkatan produk nasional (GNP) karena ada peningkatan kuantitas

Lebih terperinci

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013

Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai 2013 i ANALISIS PENDAPATAN REGIONAL KABUPATEN PULAU MOROTAI 2013 ii KATA PENGANTAR Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas terbitnya publikasi Analisis Pendapatan Regional Kabupaten Pulau Morotai

Lebih terperinci

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar BAB II STUDI KEPUSTAKAAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati, studi empiris dari penelitian sebelumnya yang merupakan studi penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

VI. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

VI. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI 1. nuhfil Hananai VI. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI 6.1. Teori Pertumbuhan Ekonomi Secara singkat, pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Pendapatan

Lebih terperinci

MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Oleh

MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA. Oleh MAKALAH PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA Oleh BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang pesat merupakan fenomena penting yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jasa yang dipertukarkan tersebut (Ehrenberg dan Smith, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jasa yang dipertukarkan tersebut (Ehrenberg dan Smith, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pasar Pasar merupakan tempat perjumpaan antara pembeli dan penjual, di mana barang/jasa atau produk dipertukarkan antara pembeli dan penjual. Ukuran kerelaan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, terus melaksanakan pembangunan secara berencana dan bertahap, tanpa mengabaikan usaha pemerataan dan kestabilan. Pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya serta pembangunan seluruh aspek kehidupan masyarakat. Hakikat pembangunan ini mengandung makna bahwa pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah ekonomi dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yag pesat merupakan feneomena penting yang dialami dunia hanya semenjak dua abad

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus dilaksanakan dengan berpedoman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keahlian-keahlian, kemampuan untuk berfikir yang dimiliki oleh tenaga BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Tenaga Kerja Menurut Sudarso (1991), tenaga kerja merupakan manusia yang dapat digunakan dalam proses produksi yang meliputi keadaan fisik jasmani, keahlian-keahlian,

Lebih terperinci

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO

1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Silabus: 1. Pengertian dan fungsi ekonomi, 2. MAKRO. 3. MIKRO Peran pemerintah dalam bidang ekonomi. Organisasi Bisnis dan Keuangan Produksi dan Pendapatan Nasional. Uang dan Lembaga Keuangan Bank Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi suatu negara. Begitu juga dengan investasi yang merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembangunan Ekonomi Pembangunan adalah suatu proses yang mengalami perkembangan secara cepat dan terus-merenus demi tercapainya kesejahteraan masyarakat sampai

Lebih terperinci

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN

FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN FLUKTUASI PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB) DI KOTA PADANGSIDIMPUAN Enni Sari Siregar STKIP Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan Email : ennisari056@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN

PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN PENGARUH BELANJA MODAL, PENGANGGURAN DAN PENDUDUK TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN AGAM DAN KABUPATEN PASAMAN SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program

Lebih terperinci

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi

Pengantar Makro Ekonomi. Pengantar Ilmu Ekonomi Pengantar Makro Ekonomi Pengantar Ilmu Ekonomi Makroekonomi Mengkhususkan mempelajari mekanisme bekerjanya perekonomian secara keseluruhan Bertujuan memahami peristiwa ekonomi dan memperbaiki kebijakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah. terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah. terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Wilayah dan Pembangunan Wilayah Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut

BAB II TINJAUAN TEORI. Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut BAB II TINJAUAN TEORI 2.1. Ketenagakerjaan Tenaga Kerja adalah penduduk yang berada dalam usia kerja. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bagian ini disajikan berbagai teori yang akan digunakan dalam memecahkan permasalahan yang akan diteliti. Tinjauan teoritis ini meliputi pertumbuhan ekonomi, teori penciptaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Konsep Pembangunan Ekonomi Menurut Schumpeter dalam Sukirno (2006:251) pembangunan ekonomi bukan merupakan suatu proses yang bersifat harmonis

Lebih terperinci

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN

INDIKATOR EKONOMI PROVINSI JAMBI TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Input-Output Integrasi ekonomi yang menyeluruh dan berkesinambungan di antar semua sektor produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan ekonomi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Ketimpangan Ekonomi Antar Wilayah Ketimpangan ekonomi antar wilayah merupaka ketidakseimbangan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Definisi Pendapatan Pendapatan merupakan jumlah dari seluruh uang yang diterima seorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian pada umumnya mengalami fluktuasi. Pertumbuhan ekonomi nasional yang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah ukuran perkembangan perekonomian suatu negara dari satu periode ke periode berikutnya. Menurut Rahardja dan Manurung (2008), perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: TRANSFORMASI STRULTURAL Matsani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id TRANSFORMASI STRUKTURAL. Transformasi struktural berarti

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Pertumbuhan Ekonomi Wilayah Pertumbuhan ekonomi wilayah merupakan pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut,

Lebih terperinci

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 / BAB II METODOLOGI Dalam penyusunan publikasi Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lamandau dipakai konsep dan definisi yang selama ini digunakan oleh BPS di seluruh Indonesia. Konsep dan definisi tersebut

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 9902008.3373 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA SALATIGA TAHUN 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas terbitnya publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kota Salatiga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor. Pendapat lain mengatakan, kesempatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketenagakerjaan 2.1.1 Kesempatan Kerja dan Tenaga Kerja Menurut Suroto (1992), kesempatan kerja adalah keadaan orang yang sedang mempunyai pekerjaan dalam suatu wilayah. Menurut

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEMPATAN KERJA DI JAWA TENGAH PERIODE TAHUN 1985-2007 SKRIPSI Disusun untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar kesarjanaan S-1 pada Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pertumbuhan Ekonomi a. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi merupakan perkembangan kegiatan perokonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional (National Income)

Pendapatan Nasional (National Income) Pendapatan Nasional (National Income) T.Parulian Pendapatan Nasional : Nilai seluruh hasil kegiatan ekonomi negara selama satu tahun (satuan mata uang). Pendapatan tersebut diterima oleh masyarakat sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Iklim investasi yang baik akan mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi melalui produktivitas yang tinggi, dan mendatangkan lebih banyak input ke dalam proses produksi.

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Penelitian Terdahulu BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sejumlah peneltian terdahulu diambil untuk memperkuat penelitian ini dan sekaligus sebagai acuan dalam penelitian ini. Adapun penelitian tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim dipergunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan ekonomi sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting

BAB I PENDAHULUAN. dari definisi ini bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga sifat penting 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pengertian pembangunan ekonomi secara essensial dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk suatu masyarakat meningkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga,

BAB II LANDASAN TEORI. ekonomi sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti keluarga, 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Ekonomi dan Pertumnbuhan Ekonomi Sebuah Ekonomi adalah sistem aktivitas manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Kata

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 10 Ekonomi

Antiremed Kelas 10 Ekonomi Antiremed Kelas 10 Ekonomi Pendapatan Nasional - Soal Halaman 1 01. Pada metode pendapatan, besar pendapatan nasional suatu negara akan sama dengan (A) jumlah produksi ditambah upah (B) jumlah investasi

Lebih terperinci

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM

Pendapatan Nasional dan Perhitungannya. Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional dan Perhitungannya Oleh Ruly Wiliandri, SE., MM Pendapatan Nasional Pengertian Pendapatan Nasional dapat ditinjau dari sudut pandang berikut: 1. Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kesenjangan Ekonomi Antar Wilayah Sjafrizal (2008) menyatakan kesenjangan ekonomi antar wilayah merupakan aspek yang umum terjadi dalam kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

/w :/ tp ht w w o. id s. g.b p PRODUK DOMESTIK BRUTO INDONESIA MENURUT PENGELUARAN TAHUN 2011-2015 ISBN : 978-979-064-978-1 Katalog : 9301005 Nomor Publikasi : 07240.1601 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

BAB II PENDAPATAN NASIONAL

BAB II PENDAPATAN NASIONAL BAB II PENDAPATAN NASIONAL A. PENGERTIAN Pendapatan nasional merupakan salah satu indikator keadaan ekonomi suatu negara. Terdapat beberapa istilah dalam produksi nasional antara lain : a. GNP ( Gross

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAA 21 Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional Pendapatan nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan laju dari pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh suatu negara untuk memperkuat proses perekonomian menuju perubahan yang diupayakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan yang terencana. Perencanaan wilayah adalah mengetahui dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perencanaan Wilayah Adanya otonomi daerah membuat pemerintah daerah berhak untuk membangun wilayahnya sendiri. Pembangunan yang baik tentunya adalah pembangunan yang terencana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Penelitian Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci