PENGARUH INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM TAS DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR LENY MUNIROH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM TAS DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR LENY MUNIROH"

Transkripsi

1 PENGARUH INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM TAS DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR LENY MUNIROH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 PENGARUH INFRASTRUKTUR JALAN TERHADAP PENINGKATAN KINERJA UKM TAS DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR LENY MUNIROH Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

3 Judul Tesis Nama Mahasiswa NIM : Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Peningkatan Kinerja UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor : Leny Muniroh : H /EKO Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. H. Sri Hartoyo, M.S. Ketua Prof.Dr. Ir. H. Bambang Juanda Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi Dekan Sekolah Pascasarjana Dr. Nunung Nuryartono Dr. Ir. Dahrul Syah, M.S. Agr Tanggal Ujian : 29 September 2011 Tanggal Lulus :

4 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Peningkatan Kinerja UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidakditerbitkandari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tesis ini. Bogor, September 2011 NIM H /EKO Leny Muniroh

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 03 September 1972 sebagai anak kedua pasangan Drs. H. Muhibudin, M.Pd dan Hj. Tj. Supriah. Pada tahun 1997 penulis menikah dengan Adi Wiharja dan dikarunia 4 orang anak yaitu Habiburrahman Aththoyyar (13 tahun), Ahmad Dzikrul Fikri (12 tahun), Filza Aini Syifa (8 tahun) dan Aughy Rizki Ramadhan (1.5 bulan). Saat ini penulis bekerja sebagai staf pengajar di SMP-SMA Taman Islam dan Staf di Fakultas Ekonomi,Universitas Ibnu Khaldun, Bogor. Pendidikan formal penulis dimulai dari tahun di MI Taman Islam Cibungbulang, Bogor, kemudian melanjutkan ke SLTP Taman Islam Cibungbulang, Bogor dari tahun dan SMA Taman Islam Cibungbulang, Bogor dari tahun Pada tahun 1991 penulis melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi, Universitas Ibnu Khaldun, Bogor dan lulus tahun 1996.

6 Hak Cipta milik IPB, Tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB

7 RINGKASAN Leny Muniroh. Pengaruh Infrastruktur Jalan Terhadap Peningkatan Kinerja Ukm Tas Di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh SRI HARTOYO dan BAMBANG JUANDA. Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah sudah tidak terbantahkan lagi. Industri kecil dan menengah mampu mempercepat pemulihan ekonomi, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya dalam penciptaan nilai tambah bruto. Namun demikian dengan diberlakukannya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) industri ini harus mampu besaing dengan industri luar sehingga perlu mendapatkan dukungan kebijakan dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah salah satu sentra UKM tas. UKM ini telah banyak menyerap tenaga kerja lokal dan menjadi mata pencaharian utama penduduk sekitarnya sehingga berkontribusi dalam menurunkan angka pengangguran dan penciptaan lapangan kerja. UKM ini harus terus memiliki kinerja yang baik. Pemerintah Kabupaten Bogor telah melakukan intervensi kebijakan melalui pembangunan jalan baru yang tujuannya menjadikan lokasi penelitian sebagai sentra produksi tas. Pertanyaan adalah Sejauh mana pembangunan jalan tersebut mempunyai pengaruh terhadap kinerja industri kecil tas? Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui pengaruh pembangunan jalan terhadap harga input yang dibayarkan oleh UKM tas dan harga output yang diterima UKM tas, (2) Untuk mengetahui hasil produksi UKM tas setelah pembangunan jalan dan (3) Untuk mengetahui keuntungan UKM tas setelah pembangunan jalan. Kajian dibatasi pada UKM Tas di desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor sebagai salah satu sentra produksi tas di Kecamatan Ciampea. Penelitian ini dilakukan di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 4 (empat) bulan, dari Februari sampai Mei Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Responden Penelitian yang digunakan adalah sebanyak 30 responden dengan data penelitian diambil sebelum pembangunan jalan (tahun 2008) dan setelah pembangunan jalan (tahun 2009). Pemilihan responden dilakuka secara acak. Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglass Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembangunan jalan menurunkan rasio harga input/ouput yang menyebabkan peningkatan keuntungan industri kecil tas. Variabel tenaga kerja, biaya modal dan dummy tahun berpengaruh signifikan pada produksi tas. Pembangunan jalan meningkatkan keuntungan yang diterima UKM tas. Disarankan bahwa pembangunan jalan perlu didukung dengan kebijakan pengembangan UKM tas lainnya seperti pelatihan-pelatihan, pengembangan kapasitas SDM, manajemen usaha, dan sebagainya. Kata Kunci : Usaha Kecil Menengah, Fungsi Produksi Cobb-douglass, rasio harga input/output

8

9 ABSTRACT The research objectives are to analyze handbag Small-Medium Enterprise (SME) performance and the effect of road infrastructure development on MSE performances in Bojong Rangkas Village, District of Ciampea, Bogor Regency. The research conducted from Pebruary to May Primary and secondary data use to the purposes. The sampling consisted of 30 SME respondents for observation period 2008 and Sampling technique is randomized sampling. The production function specified using Cobb-Douglass. The results show that input/output price ratio decrease after road development, lead to increasing profit for the SME. The regression results indicated that three variables (labor, capital and dummy year) has significant effect on SME production at significance level 15%. The result also indicate that road development increasing profit that received by handbag produsen. As reccomendation, there is a need another support to realize the location as center of handbag SME in the regency Keywords : Small-Medium Enterprise (SME), Cobb-douglass Production Function, input/output price ratio

10 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulisan Tesis ini dapat diselesaikan pada waktunya. Tesis ini berjudul Pengaruh Infrastruktur Jalan terhadap Peningkatan Kinerja UKM Tas di Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor Dalam Tesis ini penulis berusaha mengkaji karakteristik usaha, kinerja UKM tas danpengaruh pembangunan jalan terhadap kinerja UKM tas dalam hal penurunan rasio input/output dan keuntungan yang diterima UKM tas. Penulis berharap bahwa hasil penelitian dalam Tesis ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan akademisi, maupun pelaku pembangunan lainnya demi terciptanya programprogram pembangunan serta terciptanya masyarakat yang sejahtera, adil, makmur dan sentosa. Penulis mengucapkan terima kasih secara khusus kepada Bapak Dr. Ir. Sri Hartoyo, MS, dan Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Djuanda selaku ketua dan anggota komisi pembimbing atas dorongan dan bimbingannya. Semoga Allah membalas dengan pahala yang lebih besar lagi. Amien. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan hingga tersusunnya Tesis ini, kepada : 1. Dr. Nunung Nuryartono selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi sekaligus Dosen pada Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor 2. Bapak/ibu dosen dan seluruh jajaran staf Program Studi Ilmu Ekonomi, Sekolah Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor yang telah mengajarkan ilmu pengetahuan kepada penulis 3. Kepada para responden penelitian yang telah memberikan bantuan data dan informasi yang sangat penting bagi penyusunan Tesis ini 4. Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penyusunan tesis ini. Akhirnya semoga Allah Yang Maha Kuasa membalas amal kebajikan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan Tesis ini. Bogor, September 2011 Leny Muniroh

11 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... v vi vii BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat dan Ruang Lingkup penelitian... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Industri Rumah Tangga Peran Industri Rumah Tangga Penelitian Terdahulu Kerangka Teoritis BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber data Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Kontribusi UKM terhadap PDRB BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden iii

12 5.2. Karakteristik Usaha Kinerja UKM Pengaruh Pembangunan Jalan Terhadap Harga Input, Output dan Keuntungan BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN iv

13 DAFTAR TABEL Halaman 1. Definisi Jenis Usaha dari Berbagai Departemen Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Menurut Kelompok Sektor Tahun Perbandingan PDRB dan PAD Kabupaten Bogor Tahun Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil Kabupaten Bogor dari Perkembangan Penyerapan tenaga kerja Industri Kecil Kabupaten Bogor dari Perkembangan Nilai Investasi Industri Kecil Kabupaten Bogor dari Data Jenis Komoditi Industri Kecil Kabupaten Bogor sampai dengan tahun Karakteristik Responden Sumber Modal Pelaku UKM Kinerja UKM tas periode 2008 dan Rata-rata Harga Produk Tas Sebelum dan Sesudah Pembangunan Jalan Pengujian Fungsi Produksi Rata-Rata Keuntungan UKM Sebelum dan Sesudah Infrastruktur Jalan v

14 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kurva Hubungan Infrastruktur Jalan dan Rasio Harga Input output vi

15 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Layout Sebelum Infrastruktur Jalan Lampiran 2. Layout Sesudah Infrastruktur Jalan Lampiran 3. Kuisioner Penelitian Kinerja Lampiran 4. Kuisioner Karakteristik Usaha Lampiran 5. Hasil Analisis Fungsi Cobb-Douglas vii

16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil dan menengah menjadi bagian integral perkembangan ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu menjadi penyelamat perekonomian ditengah merosotnya kinerja usaha besar. Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil dan menengah di Indonesia memberikan peranan yang sangat penting. Perhatian untuk menumbuh-kembangkan industri kecil dan menengah setidaknya dilandasi oleh tiga alasan. Pertama, industri kecil dan menengah banyak menyerap tenaga kerja. Sebagian besar industri kecil dan menengah terletak di pedesaan sehingga pertumbuhan industri kecil dan menengah akan berdampak positif terhadap peningkatan jumlah tenaga kerja, pengurangan jumlah orang miskin, pemerataan dalam distribusi pendapatan, dan pembangunan ekonomi di pedesaan (Simatupang, et al., 1994). Selain itu, industri kecil dan menengah di pedesaan juga memberikan tambahan pendapatan (Sandee, 1994), merupakan seedbed bagi pengembangan industri dan sebagai pelengkap produksi pertanian bagi penduduk miskin (Weijland, 1999). Kedua, industri kecil dan menengah memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas. Pada tahun 1990, nilai ekspor dari industri kecil dan menengah mencapai US$ juta atau menempati rangking kedua setelah ekspor dari kelompok aneka industri. Ketiga, Industri kecil dan menengah umumnya berskala kecil dan beroperasi dalam iklim yang sangat kompetitif, hambatan masuk rendah, margin keuntungan rendah, dan tingkat drop-out tinggi. Struktur ekonomi bentuk piramida terbukti telah 1

17 mencuatkan isu konsentrasi dan konglomerasi, serta banyak dituding melestarikan dualisme perekonomian nasional. Kondisi industri Kabupaten Bogor sampai dengan tahun 2008 terbagi dalam dua sektor yaitu : 1) Sektor Industri Kecil sebanyak unit usaha dan menyerap tenaga kerja orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 69,97 milyar, dan 2) Sektor Industri Menengah dan besar sebanyak 794 unit usaha yang menyerap tenaga kerja orang dengan nilai investasi sebesar Rp. 2,95 trilyun (Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi, 2009). Salah satu desa di Kabupaten Bogor yang mengembangkan industri kecil menengah tas terletak di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea. Kerajinan tas yang berkembang di Desa Bojong Rangkas berasal dari dua bahan utama, yaitu bahan baku (kulit asli atau imitasi) dan bahan pembantu (benang, lem, pc, latek, dan berbagai macam bahan variasi). Kedua Bahan utama tersebut diperoleh dari Daerah Bogor, dan sebagian dari Jakarta (Tanah Abang, Pasar Senen, Mangga Dua). Bahan baku tersebut merupakan bahan yang berasal dari produksi lokal maupun produk impor. Kampung Bojong Rangkas merupakan perkampungan yang terletak di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Kampung Bojong Rangkas ini, adalah salah satu kampung yang dihuni oleh masyarakat yang melakukan aktifitas rutinnya sebagai pengrajin/ukm tas. Pengrajin/UKM tas yang ada dibojong rangkas berjumlah sekitar seratus pengrajin yang melakukan kegiatan produksi tas dengan berbagai macam model, ukuran,dan jenis tas yang diproduksi di desa tersebut. Model tas yang dibuat biasanya melihat dari model yang sedang digandrungi oleh masyarakat dengan cara melihat majalah atau membeli beberapa 2

18 tas untuk dijadikan contoh yang sekiranya memang sedang banyak masyarakat yang berminat terhadap model-model tas tersebut. Sehingga tas yang dihasilkan oleh pengrajin di Desa Bojong Rangkas bisa mengikuti selera pasar. Pengrajin tas di Bojong rangkas ini, mempekerjakan tenaga kerja yang berasal dari kampung Bojong Rangkas, dan dari luar kampung Bojong rangkas. yaitu berasal dari kampung di sekitar desa Bojong Rangkas dan ada juga datang dari luar kecamatan Ciampea. Tenaga kerja tersebut digaji/diberi upah ada berdasarkan upah harian dan ada juga upah borongan yang biasanya dibayar upah/gaji tersebut setiap hari Sabtu. Besarnya upah /gaji untuk pegawai harian berkisar Rp 100 ribu 350 ribu/minggu. Sedangkan untuk pegawai borongan, biasanya pegawai tersebut mendapatkan hasil sekitar Rp 500 ribu/minggu. Perbedaan tersebut didasarkan oleh lama waktu jam kerja, karena pegawai borongan biasanya tidak menggunakan batas waktu tertentu dalam mengerjakan pekerjaannya. Sedangkan untuk pegawai harian bekerja mulai jam WIB, kemudian untuk istirahat sholat dan makan selama satu jam, kemudian dilanjutkan kembali pukul WIB Harga tas di Bojong Rangkas relatif lebih murah bila dibandingkan dengan harga tas di tempat lain. Untuk harga tas misalnya tas wanita imitasi harganya beragam mulai dari harga Rp 30 ribu sampai dengan harga Rp 200 ribu, Sedangkan untuk harga tas wanita dari bahan kulit asli berkisar di harga Rp 150 ribu sampai dengan Rp 500 ribu. Begitupun untuk jenis-jenis tas lainnya yang memiliki harga bermacam-macam, tergantung dari penggunaan bahan baku, dan tingkat kesulitan dari tas tersebut. Biaya bahan ( bahan baku dan penolong ) berkisar %, untuk upah tenaga kerja berkisar %, dan biaya lain-lain 3

19 sekitar 2-3%. Misalnya, Untuk harga tas Rp 35 ribu/pc, menghabiskan biaya bahan ( bahan baku dan bahan penolong) sekitar sebesar Rp (63,57%), sedangkan untuk upah tenaga kerja Rp ( 25 % ), biaya lain-lain sekitar 2,83 %, dan marginnya sebesar Rp 3000 ( 8,6 % ) Perumusan Masalah Peranan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah sudah tidak terbantahkan lagi. Banyak peneliti menyatakan bahwa industri kecil dan menengah telah mampu mempercepat pemulihan ekonomi, baik dari sisi penyerapan tenaga kerja maupun kontribusinya dalam penciptaan nilai tambah bruto. Namun demikian dengan diberlakukannya ACFTA (ASEAN-China Free Trade Area) industri ini harus mampu besaing dengan industri luar sehingga perlu mendapatkan dukungan kebijakan dari pemerintah, khususnya pemerintah daerah. Dukungan kebijakan tersebut dapat berupa dukungan kebijakan yang memfasilitasi keberadaan industri tersebut, permodalan, training dan pelatihan, perbaikan infratsruktur jalan, penyediaan bahan baku dan sebagainya. Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor adalah salah satu sentra UKM tas. UKM ini telah banyak menyerap tenaga kerja lokal dan menjadi mata pencaharian utama penduduk sekitarnya sehingga berkontribusi dalam menurunkan angka pengangguran dan penciptaan lapangan kerja. UKM ini harus terus memiliki kinerja yang baik untuk dapat bersaing dengan industri dari luar wilayah sehingga penelitian mengenai karakterisasi usaha dan kinerja UKM ini perlu dilakukan agar dapat mengetahui daya saing UKM ini. Pemahaman 4

20 terhadap kinerja UKM juga penting untuk memahami intervensi kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor. Pemerintah Kabupaten Bogor telah melakukan intervensi kebijakan melalui pembangunan infrastruktur jalan baru yang tujuannya menjadikan lokasi penelitian sebagai sentra produksi UKM tas. Namun demikian sejauh apa efektivitas intervensi ini masih perlu dikaji. Keberadaan jalan di satu sisi akan mempermudah akses ke sumber-sumber bahan baku dan distribusi produk UKM tersebut. Di sisi lain juga ada kebutuhan unuk melakukan intervensi lain yang bisa jadi lebih menyentuh permasalahan yang dihadapi UKM tas. Berdasarkan uraian di atas yang menjadi pertanyaan adalah Sejauh mana pembangunan jalan tersebut mempunyai pengaruh terhadap kinerja industri kecil tas? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian di atas maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengidentifikasi pengaruh pembangunan jalan terhadap harga input yang dibayarkan oleh UKM tas dan harga output yang diterima UKM tas. 2. Untuk mengidentifikasi hasil produksi UKM tas setelah pembangunan jalan. 3. Untuk mengidentifikasi keuntungan UKM tas setelah pembangunan jalan. 5

21 1.4. Manfaat dan Ruang Lingkup Penelitian Hasil yang didapatkan dari penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk : 1. Masukan bagi pengambil keputusan untuk menentukan efektivitas dari intervensi kebijakan pembangunan infrastruktur jalan yang telah dilakukan. 2. Masukan bagi kalangan akademis, peneliti dan praktisi yang tertarik pada pengembangan UKM tas. Kajian dibatasi pada UKM Tas di desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor yang berpopulasi sekitar 100 UKM. Lokasi ini merupakan salah satu sentra produksi tas skala UKM di Kecamatan Ciampea. 6

22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Rumah Tangga Industri rumah tangga banyak diistilahkan dengan berbagai frase seperti industri mikro, industri kecil, home industry, home production, dan lain sebagainya. Berbagai definisi industri rumah tangga telah dikemukakan oleh para ahli dan lembaga-lembaga terkait dengan kriteria kriteria tertentu. Menurut Undang-Undang No. 9/1995 tentang Usaha Kecil, usaha yang diklasifikasikan sebagai usaha kecil adalah yang memenuhi kriteria : (a) memiliki aset kurang dari atau sama dengan Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan, (b) omzet tahunan kurang dari atau sama dengan Rp. 1 Milyar, (c) dimiliki oleh orang Indonesia, (d) independen, tidak terafiliasi dengan usaha menengah-besar, dan (e) boleh berbadan hukum, boleh tidak. Badan Pusat Statistik (BPS) lebih menspesifikkan jenis usaha dengan membaginya menjadi usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah berdasarkan jumlah pekerjanya. Usaha mikro adalah usaha dengan jumlah pekerja kurang dari 5 orang termasuk tenaga keluarga yang tidak dibayar. Usaha kecil adalah usaha dengan jumlah pekerja 5 19 orang. Berdasarkan aset usahanya, Badan Pusat Statistik (BPS), kriteria usaha kecil adalah yang memiliki nilai kekayaan (aset) bersih dibawah Rp 200 Juta di luar tanah dan bangunan usaha atau di bawah penjualan (omzet) maksimal Rp 1 miliar.. Data tahun 2008 dari Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia (2010) mencatat terdapat unit UKM di Indonesia. 7

23 Definisi dan kriteria industri kecil dari berbagai departemen disajikan pada Tabel 1. Namun demikian, para ahli ekonomi dan pembangunan di Indonesia seringkali menggeneralisasikan industri rumah tangga sebagai sektor usaha kecil menengah (UKM). Tabel 1. Definisi Jenis Usaha dari Berbagai Departemen Organisasi Jenis Usaha Keterangan Kriteria Menneg Usaha Kecil (UU Aset Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan Koperasi & No. 9/1995) Omzet tahunan < Rp. 1 Milyar PKM Usaha Menengah Aset antara Rp Rp. 10 Milyar (Inpres 10/1999) Bank Indonesia Bank Dunia Sumber : Hidayat (2004) Usaha Mikro (SK Dir BI No. 31/24/KEP/DIR tgl 5 Mei 1998) Usaha Kecil (UU No. 9/1995) Menengah (SK Dir BI No. 30/45/Dir/UK tgl 5 Januari 1997) Usaha Mikro Kecil-Menengah Usaha yang dijalankan oleh rakyat miskin atau mendekati miskin. Dimiliki oleh keluarga Sumberdaya lokal dan Teknologi sederhana Lapangan usaha mudah untuk exit dan entry Aset Rp. 200 Juta diluar tanah dan bangunan Omzet tahunan Rp. 1 Milyar Aset Rp. 5 Milyar untuk sektor industri Aset Rp. 600 juta diluar tanah dan bangunan untuk sektor non industri manufakturing Omzet tahunan < Rp. 3 Milyar Pekerja < 20 Orang Pekerja orang Aset US$. 500 ribu diluar tanah dan bangunan 2.2. Peran Industri Rumah Tangga Realitas membuktikan bahwa sejak terjadinya krisis ekonomi, sektor Usaha Kecil dan Menegah (UKM) mampu bertahan bahkan menjadi penyelamat perekonomian nasional. UKM yang saat ini jumlahnya diperkirakan 51 juta unit usaha memberi kontribusi yang sangat signifikan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). 8

24 Untuk pemberdayaan masyarakat, UKM memegang peran krusial yaitu melalui : (1) keterlibatan masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja, yang berarti menjamin keberlangsungan pendapatannya, (2) adanya transfer pengetahuan baru bagi masyarakat baik ilmu produksi, organisasi. manajemen maupun pemasaran dapat diartikan sebagai pengembangan sumber daya manusia, dan (3) keterlibatan institusi-institusi pembangunan menjamin adanya transfer pengetahuan yang lebih luas bagi masyarakat lokal dan menjamin adanya proses pembelajaran masyarakat Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian yang dilakukan di negara-negara berkembang telah menunjukkan arti penting infrastruktur transportasi bagi pembangunan ekonomi. Pengaruh pembangunan jalan baru cukup kuat seperti yang ditunjukkan dalam studi yang dilakukan World Bank di India, Pakistan and Brazil (Creightney, 1993 and Lall dan Shalizi 2001). Transportasi adalah salah satu faktor dalam produksi barang dan jasa, menimbulkan biaya bagi produsen. Menurut logika ekonomi tradisional, perbaikan infrastruk akan menurunkan biaya transportasi (melalui singkatnya waktu perjalanan dan biaya operasional kendaraan) yang membuat produsen dapat menjual barangnya lebih murah dan diimbangi dengan peningkatan permintaan dna produksi. Menurut Ernst dan Young Consultancy (1996), lebih dari 20% perusahaan melaporkan bahwa perubahan infrastruktur memberikan keuntungan perusahaan dalam bentuk penurunan biaya persediaan, terbukanya akses pasar baru, dan mempermudah ketersediaan tenaga kerja. 9

25 Aschauer (1989) mengargumentasikan bahwa investasi publik pada infrastruktur berpengaruh positif signifikan terhadap GDP, karena meningkatkan profitabilitas perusahaan atau rate of return dari modal privat. Produsen akanmerespon meningkatnya modal investasi yang menyebabkan lebih tingginya produktivitas tenaga kerja dan peningkatan output. Ahmed dan Hossein (1990) dalam penelitian dampak pembangunan infrastruktur pedesaan di Bangladesh, menyatakan bahwa pada pasar kompetitif, variabel harga bersifat eksogenus. Pembangunan infrastruktur mempengaruhi biaya transportasi dan margin yang didapatkan produsen (pedagang) karena dengan semakin tipisnya pasar semakin tinggi margin per unit yang harus dipertahankan oleh pedagang dalam bisnisnya. Harga yang diterima produsen bervariasi antar produsen, tergantung pada lokasi konsumen, produsen, pemasok input dan kondisi pembangunan infrastruktur. Infrastruktur mempengaruhi pasar tenaga kerja dengan mengubah komposisi lapangan kerja. Pembangunan infrastruktur menghasilkan peluang bagi lapangan kerja lainnya. Secara tidak langsung, pembangunan infrastruktur mempengaruhi lapangan kerja melalui difusi teknologi modern intensif tenaga kerja. National Bank for Agriculture and Rural Development (2004) dalam studi dampak pembangunan jalan dan jembatan pedesaan di Mumbai, India, menyatakan bahwa investasi pembangunan jalan dan jembatan menyebabkan meningkatnya akses ke praktek agronomi modern, mempermudah akses ke pasar input, dan menurunkan biaya transportasi. Investasi pembangunan jalan berpengaruh positif pada manfaat tidak berujud seperti perubahan pola kepemikian aset, meningkatnya lapangan kerja, meningkatnya serapan kredit, 10

26 perbaikan akses ke pendidikan dan kesehatan, peningkatan kualitas hidup dan sebagainya. Minten (1999) untuk kasus Madagaskar menyatakan bahwa pada masyarakat yang terbatas infrastruktur dasar menunjukkan harga lebih rendah selama musim panen dan variasi harga musiman lebih tinggi. Jarak jalan lebih berpengaruh dibandingkan kualitas jalan selama periode panen dimana tidak ada hubungan yang kuat antara kualitas jalan dan harga produsen. Keberadaan jalan menyebabkan relatif lebih tingginya harga produsen, namun investasi pada infrastruktur fisik (hard infrastructure) tidak mencukupi dalam meningkatkan akses pasar. Diperlukan investasi pada soft infrastructure untuk lebih dapat meningkatkan harga produsen, menurunkan keragaman harga dan meningkatkan integrasi pasar. Perbaikan infrastruktur transportasi berpengaruh pada produksi dan konsumsi rumah tangga melalui penurunan biaya transportasi dan/atau waktu perjalanan sehingga meningkatkan aksesibilitas pasar dan input. Pada gilirannya ini akan memberikan pengaruh redistribusi pada kelompok ekonomi dan antar wilayah. Perbaikan infrastruktur transportasi berimplikasi ekonomi regional dapat menggunakan faktor produksi privat secara lebih produktif. Lebih baiknya infrastruktur transportasi berarti lebih rendahnya kebutuhan modal dan tenaga kerja (Rietveld dan Nijkamp, 1992). Dalam studinya di Tamil Nadu, India investasi pada infrastruktur pedesaan seperti jaringan irigasi, pasar pedesaan dan jalan menyebabkan peningkatan produktivitas (total factor productivity) pada sektor pertanian. Namun hasil penelitian menunjukkan dampaknya pada diversifikasi masih beragam. Hasil 11

27 penelitian secara tegas menunjukkan bahwa pembangunan infrastruktur adalah determinan penting total factor productivity dan efisiensi produksi pertanian. (Ashok dan Balasubramanian, 2006) Ivanoca (2003) dengan menggunakan model Spatial General Equilibrium (SGE) untuk Norwegia menemukan bahwa penyediaan infrastruktur transportasi berpengaruh signifikan terhadap kesejahteraan dalam konteks moneter dan peningkatan pertumbuhan produksi di masa datang Kerangka Teoritis Secara teoritis, pengaruh pembangunan jalan terjadap kinerja industri kecil tas dapat dilihat pada Gambar 1. Pada gambar bagian bawah sumbu x adalah harga output (p) dan sumbu y adalah harga input (r). Sebelum pembangunan jalan, harga input sebesar r 1 dan harga output sebesar p 1. Setelah pembangunan jalan, biaya transportasi menjadi lebih murah, sehingga harga input yang dibayarkan pengrajin turun dari r 1 menjadi r 2, Harga input di pasar sebelum dan sesudah pembangunan jalan tidak berubah. Namun karena biaya transportasi setelah pembangunan jalan lebih murah,maka harga input output yang dibayarkan pengrajin di tempat pengrajin menjadi lebih murah. Demikian juga halnya dengan output, walaupun harga output di pasar tidak berbeda, tetapi karena biaya transportasi yang lebih murah maka harga output yang diterima pengrajin di tempat pengrajin menjadi lebih tinggi. Turunnya rasio harga input/output menyebabkan penggunaan input meningkat dari x 1 ke x 2 ( gambar di atas ) dan output juga meningkat dari y 1 ke y 2. Dengan asumsi bahwa harga dari faktorfaktor input lain tidak mengalami perubahan (ceteris paribus) maka keuntungan 12

28 maksimum dicapai pada saat produk marginal sama dengan rasio harga inputoutput. Y y 2 TP y 1 r x 1 x 2 X MP r 1 r 1 /p 1 r 2 r 2 /p 2 p 1 p 2 MPP p Gambar 1. Kurva Hubungan Infrastruktur Jalan dan Rasio Harga Input output 13

29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lebih kurang 4 (empat) bulan, dimulai pada Februari sampai dengan Mei Penentuan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan salah satu sentra UKM tas di Kabupaten Bogor Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif, antara lain : 1. Jenis data primer Data primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan, hasil pengisian kuisioner dan wawancara pelaku UKM tas. Jenis data primer yang digunakan mencakup : pemberian kuisioner dan wawancara kepada responden UKM. 2. Jenis data sekunder Data sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Kantor Pemerintah Daerah Tingkat II Kabupaten Bogor, Dinas Tenaga Kerja dan Sosial, Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Kantor Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, dan instansi terkait lainnya. Jenis data sekunder yang digunakan mencakup : Kompilasi data dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, data Potensi Wilayah Pemerintah Kabupaten Bogor dan data lain yang menunjang. 14

30 3.3. Metode Pengumpulan Data Data/informasi yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dengan beberapa cara, yaitu : a. Observasi, yaitu melihat secara langsung keadaan lapangan sehingga dapat secara langsung melihat dan merasakan situasi dan kondisi yang ada di lapangan. b. Studi literatur, yaitu mengetahui informasi penting, alat yang digunakan adalah dengan mengomentari literatur dari berbagai teori, pendapat yang berkaitan upaya optimalisasi tanah-tanah terlantar, data sosial dan ekonomi di kota Depok, dan data-data lain yang menunjang penelitian ini. c. Wawancara dan pengisian kuisioner, yaitu pengumpulan fakta dan data dengan cara melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah penelitian ini, secara intensif dan mendalam, yaitu dengan Dalam penelitian ini populasi penelitian adalah UKM tas di desa Desa Bojong Rangkas Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor yang berjumlah 100 UKM. Responden Penelitian yang digunakan adalah sebanyak 30 responden. Pemilihan responden dilakukan secara acak. Data penelitian diambil sebelum pembangunan jalan (tahun 2008) dan setelah pembangunan jalan (tahun 2009). Jumlah responden ini dipertimbangkan cukup mewakili dengan pertimbangan populasi sampel relatif homogen Metode Pengolahan dan Analisis Data Sesuai dengan data yang diperoleh dari soal panduan observasi, telaahan dokumen, wawancara dan pengisian kuisioner yang berupa data kualitatif selanjutnya data ditranskripsikan secara tertulis. Setelah proses transkripsi 15

31 selesai maka data tersebut dianalisis. Analisis karakteristik usaha dan kinerja dengan metode persentase biasa dan rata-rata menggunakan program MS. Excell Pengaruh pembangunan jalan baru dikaji menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas menggunakan program SPSS ver.16 for Win dengan membandingkan fungsi tahun 2008 (sebelum pembangunan jalan) dan 2009 (sesudah pembangunan jalan). Untuk mencapai tujuan penelitian, dilakukan analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kuantitatif digunakan model fungsi produksi Cobb-Douglass, yang dituliskan sebagai : Dimana : Y X 1 X 2 X 3 = Output atau nilai produksi tas (juta rupiah) = Tenaga kerja yang digunakan (orang) = Biaya Bahan (juta rupiah) = Aset (juta rupiah) e = Bilangan natural (2,718) D = 1 untuk 2009 (sesudah pembangunan jalan) = 0 untuk 2008 (sebelum pembangunan jalan) Output atau nilai produksi. Output utama dari industri kecil ini adalah beragam jenis tas yang dihitung dalam setahun dalam satuan buah. Untuk menghasilkan nilai produksi maka jumlah output dikalikan dengan harga ouput selama setahun dalam satuan juta rupiah. Tenaga Kerja. Input tenaga kerja merupakan faktor penting dalam proses produksi tas. Diasumsikan bahwa dengan bertambahnya tenaga kerja maka 16

32 produksi semakin tinggi. Tenaga kerja dalam produksi tas berupa tenaga kerja keluarga, tenaga kerja borongan dan harian yang jumlahnya tergantung pada pesanan yang diterima industri kecil tas. Satuan yang digunakan adalah orang. Tenaga kerja dalam proses produksi tas terdiri dari tenaga kerja untuk pembuatan pola, jahit, seset kulit, gunting bahan, pemasangan asesories, dan finishing. Bahan. Tersedianya bahan baku yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Bahan dalam pembuatan tas berupa bahan TC, kulit, spon, benang, asesories, lem, latek, dan sebagainya. Input bahan dihitung dengan mengkalikan harga pembelian bahan dengan jumlah bahan yang dipakai dalam satu tahun. Aset. Aset-aset yang digunakan dalam produksi tas adalah mesin jahit bahan, mesin seset, cangklong, mesin pon, mesin embos, mesin potong, motor, mobil dan lain-lain. Nilai aset ini dihitung dengan mengkalikan jumlah aset yang dimiliki dengan nilai jual aset pada saat penilaian. Satuan yang digunakan adalah juta rupiah. 17

33 BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia (2010) menunjukkan bahwa selama tahun 2007 dan 2008, usaha mikro mengalami pertumbuhan 2,86% dari unit pada tahun 2007 menjadi unit pada tahun Selama periode yang sama usaha kecil mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi yaitu 4,34% dari unit pada tahun 2007 menjadi unit. Usaha menengah juga mengalami pertumbuhan dari unit pada tahun 2007 menjadi unit pada tahun 2008, suatu pertumbuhan sebesar 3,59%. Data Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Pertumbuhan Unit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) tahun Skala Usaha Tahun Perkembangan (%) Usaha Mikro (unit) ,86 Usaha Kecil (unit) ,34 Usaha Menengah (unit) ,59 Total (unit) Sumber : Biro Kementrian Koperasi dan UKM Indonesia (2010) Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) yang dibina oleh Kantor Koperasi dan UKM Kabupaten Bogor mengalami peningkatan sebesar 276 % selama tahun , yaitu dari 997 unit usaha pada tahun 2003 menjadi unit usaha pada tahun Sampai dengan tahun 2007, berdasarkan kriteria permodalan 18

34 dan omzet, dari 203 UKM yang dievaluasi, 37 UKM diklasifikasikan sebagai UKM Unggul, 104 UKM Mandiri, dan 62 UKM Tangguh Kontribusi UKM terhadap PDRB Usaha Kecil Menengah (UKM ) memberikan kontribusi Rp 2.121,3 triliun atau 53,6 persen dari Total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2007 yang mencapai Rp 3.957,4 triliun. Jadi dibandingkan 2006, pertumbuhan PDB UKM hanya 5,7% dan PDB usaha besar hanya 5,2%. Sementara itu, pertumbuhan PDB UKM 2007 terjadi pada semua sektor ekonomi. Dari sisi ekspor, hasil ekspor produksi UKM selama 2007 mencapai Rp 142,8 triliun atau 20 persen terhadap ekspor non-migas nasional sebesar Rp 713,4 triliun. Nilai investasi fisik UKMB yang dinyatakan dengan angka Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada 2007 mencapai Rp 462,01 triliun atau 46,96 persen terhadap total PMTB Indonesia. Terkait dengan Kabupaten Bogor, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Tahun No Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi (%) , , , ,85 Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka (2005) Perekonomian Kabupaten Bogor pada tahun 2005 ditandai dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 5,85% meningkat bila dibandingkan tahun 2005 sebesar 5,56%. Pada tahun 200, sektor yang mengalami pertumbuhan paling 19

35 tinggi adalah sektor keuangan dan jasa (perusahaan) dengan pertumbuhan sebesar 9,69%, naik bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,08%. Sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan paling rendah adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan sebesar minus 10,11%. Tabel 4 menunjukkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor berdasarkan lapangan usaha adalah sebagai berikut: Tabel 4. No Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun Lapangan Usaha Tahun Pertanian -0,08-5,41 0,15 2,95 2 Pertambangan -2,27 8,22-7,50-10,11 3 Industri 4,85 5,34 5,96 5,82 4 LGA 4,86 5,11 5,92 7,23 5 Bangunan 5,22 5,81 6,68 5,12 6 Perdagangan 5,26 6,20 6,69 8,01 7 Angkutan 5,62 6,46 7,34 7,30 8 Keuangan 5,22 5,68 6,08 9,69 9 Jasa-jasa 5,02 5,44 6,19 4,25 PDRB 4,48 4,81 5,56 5,85 Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka (2005) Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor dapat dikelompokkan menurut sektor yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Tabel 5 menunjukkan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor menurut kelompok sektor selama Dari Tabel 5 nampak bahwa sektor tersier mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pertumbuhan sektor tersier pada tahun 2005 sebesar 7,39% bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,63%. Kelompok sektor sekunder tumbuh melambat pada tahun 2005 sebesar 5,87% bila 20

36 dibandingkan tahun 2004 sebesar 5,99%. Sektor primer dari tahun ke tahun cenderung mengalami pertumbuhan negatif, tetapi pada tahun 2005 terjadi pertumbuhan positif sebesar 0,47%. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut: Tabel 5. Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten Bogor Menurut Kelompok Sektor Tahun No Kelompok Sektor Tahun Primer -0,48-2,94-1,39 0,47 2 Sekunder 4,87 5,35 5,99 5,87 3 Tersier 5,26 6,06 6,63 7,39 PDRB 4,48 4,81 5,56 5,85 Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka (2005) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan komponen pendapatan pemerintah daerah kabupaten yang sangat penting, terutama dengan otonomi di daerah kabupaten. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor yang tinggi tentunya merupakan potensi yang sangat menguntungkan bagi pemerintah daerah untuk menaikkan PAD-nya dari tahun ke tahun. Perbandingan PDRB dan PAD Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 6 berikut.. Tabel 6. Perbandingan PDRB dan PAD Kabupaten Bogor Tahun Tahun Nilai Absolut (juta Rp.) % terhadap PAD PDRB PDRB , ,32 0, , ,89 0, , ,46 0, , ,72 0,55 Sumber: Kabupaten Bogor Dalam Angka

37 Pada tahun 2004, PAD Kabupaten Bogor tercatat sebesar Rp ,11 juta meningkat menjadi Rp ,70 juta pada tahun 2005 atau naik sebesar 19,65 %. Jika dihitung persentase PAD terhadap PDRB cenderung mengalami peningkatan, namun pada tahun 2005 persentase PAD terhadap PDRB sebesar 0,55%, turun bila dibandingkan dengan tahun 2004 yang sebesar 0,58% Perkembangan unit usaha industri kecil di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 7 berikut. Tabel 7. Perkembangan Unit Usaha Industri Kecil Kabupaten Bogor dari Kelompok Komoditas Jumlah Unit Usaha Industri Logam Industri mesin Industri Alat Angkut Industri Elektronika Industri tekstil dan produk tekstil Industri Aneka Industri barang dari kulit Industri kimia dan barang kimia Industri plastik dan barang plastic Industri karet dan barang karet Industri kertas dan barang kertas Industri bahan bangunan dan bahan galian Industri agro Industri hasil hutan Jumlah Persen (%) Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Bogor (2009) 22

38 Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan julah unit usaha industri kecil di kabupaten selama periode Jumlah industri pada tahun 2004 adalah unit, meningkat 5.65% menjadi unit pada tahun Terjadi peningkatan sebesar 2.63% menjadi unit dari 2005 ke 2006,. Jumlah ini terus mengalami peningkatan sebesar 5.63% pada tahun 2007 dan meningkat kembali sebesar 9.34% pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil mengalami pertumbuhan signifikan di Kabupaten Bogor. Dari sisi penyerapan tenaga kerja, industri kecil di Kabupaten Bogor mampu menyerap tenaga kerja cukup besar. Data mengenai perkembangan penyerapan tenaga kerja industri kecil di Kabupaten Bogor dari ditunjukkan pada Tabel 8. 23

39 Tabel 8. Perkembangan Penyerapan tenaga kerja Industri Kecil Kabupaten Bogor dari Kelompok Komoditas Penyerapan Tenaga Kerja ( orang ) Industri Logam Industri mesin Industri Alat Angkut Industri Elektronika Industri tekstil dan produk tekstil Industri Aneka Industri barang dari kulit Industri kimia dan barang kimia Industri plastik dan barang plastic Industri karet dan barang karet Industri kertas dan barang kertas Industri bahan bangunan dan galian Industri agro Industri hasil hutan Jumlah Persen (%) Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Bogor (2009) Pada tahun 2004, serapan industri kecil terhadap tenaga kerja di Kabupaten Bogor mencapai orang, jumlah ini menurun sebesar % menjadi orang pada tahun 2005, meningkat kembali (1.97%) menjadi orang pada tahun 2006, meningkat menjadi pada tahun 2007 dan meningkat kembali menjadi pada tahun Hal ini menunjukkan bahwa industri kecil mampu menyerab tenaga kerja cukup besar sehingga turut menciptakan lapangan kerja dan menurunkan pengangguran. 24

40 Perkembangan nilai investasi industri kecil di Kabupaten Bogor ditunjukkan pada Tabel 9. Perkembang nilai investasi menunjukkan trend positif selama periode Tabel 9. Perkembangan Nilai Investasi Industri Kecil Kabupaten Bogor dari Kelompok Komoditas Nilai Investasi ( dalam juta Rupiah ) Industri Logam Industri mesin Industri Alat Angkut Industri Elektronika Industri tekstil dan produk tekstil Industri Aneka Industri barang dari kulit Industri kimia dan barang kimia Industri plastik dan barang plastik Industri karet dan barang karet Industri kertas dan barang kertas Industri bahan bangunan dan galian Industri agro Industri Hasil Hutan Jumlah Persen (%) 4,04 19,16 7,06 6,83 Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Kab. Bogor (2009) Tabel 9 di atas menunjukkan terjadinya peningkatan nilai investasi sebesar 4.04% dari tahun 2004 ke 2005 yaitu dari milyar menjadi milyar. Dari tahun 2005 ke 2006, terjadi peningkatan nilai investasi yang cukup besar 25

41 yaitu 19.16%, menjadi milyardan terus meningkat menjadi milyar dan pada tahun 2008 menjadi milyar. Menurut jenis komoditi industri, terdapat delapan kelompok industri kecil di Kabupaten Bogor. Data mengenai jenis komoditi industri kecil Kabupaten Bogor sampai dengan tahun 2008 ditunjukkan pada Tabel 10. Tabel 10. Data Jenis Komoditi Industri Kecil Kabupaten Bogor sampai dengan tahun No Jenis Industri Jumlah (unit) Nilai Investasi (Juta) Tenaga Kerja (orang) 1 Industri Bata Merah Industri Batako Industri Meubeul & Kerajinan Industri Pangan Industri Kerajinan Umum Industri Sandang dan Kulit Industri Logam Industri Alat Angkut Menurut jenis industrinya, industri sandang dan kulit memiliki jumlah tertinggi (1.001 unit) dibandingkan industri lainnya dengan nilai investasi juta rupiah dan mampu menyerap tenaga kerja sebesar orang. Industri logam menempati posisi kedua dengan jumlah 644 unit dengan nilai investasi 996 juta dan serapan tenaga kerja mencapai orang. Jenis industri yang terkecil dalam menyerap tenaga kerja adalah industri batako yang berjumlah 38 unit dengan nilai investasi 942 juta dan serapan tenaga kerja 285 orang. 26

42 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden Analisis demografis untuk umur responden dilakukan pada kelompok umur kurang dari sama dengan 30 tahun sampai lebih dari 65 tahun. Hasil analisis menunjukkan bahwa mayoritas responden berumur antara tahun yaitu sebesar %. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah kelompok usia dewasa dan dipandang sudah memiliki pertimbangan yang rasional dalam berusaha. Tabel 11. Karakteristik Responden Karakteristik Responden Responden Jumlah Persen Kelompok Umur (Tahun) <= > Pendidikan Sarjana SMA SMP SD Lama Usaha(Tahun) <= > n = 30 Sumber : Data Primer 2011 (diolah) 27

43 Pendidikan adalah salah satu indikator kemampuan sumberdaya manusia. Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden UKM berpendidikan SD (60.00%) dan SMA (30.00%). Hasil ini mengindikasikan bahwa pelaku UKM tas sudah memiliki pendidikan dasar yang mencukupi. Berdasarkan lama usaha menjadi UKM tas, mayoritas responden telah menggeluti usaha ini lebih dari 10 tahun (73.33%). Hasil ini mengindikasikan bahwa kegiatan usaha UKM di lokasi penelitian berdiri sudah lama dan bukan menjadi pekerjaan sampingan tetapi mata pencaharian utama yang dapat menjaga kelangsungan hidup keluarga pelaku UKM Karakteristik Usaha Sumber Modal dan Sistem Pengembalian Ketersediaan modal sangat penting untuk memulai suatu usaha. Modal usaha dapat berupa modal pribadi atau modal pinjaman atau kombinasi dari keduanya. Hasil analisis sumber modal UKM tas disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Sumber Modal Pelaku UKM No Sumber Modal Responden Jumlah Persen 1 Pribadi Pinjaman Bank Pinjaman Koperasi Pribadi + Pinjaman Bank Pribadi + Pinjaman Koperasi Pinjaman Bank + Koperasi - - Total Sumber : Data Primer 2011 (diolah) 28

44 Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden menggunakan kombinasi modal pribadi dan pinjaman bank (60,00%) dalam memulai usaha sebagai UKM tas, sebagian responden menggunakan modal pribadi (36,67%) dan hanya beberapa (3,33 %) yang menggunakan kombinasi antara modal pribadi dan koperasi. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa UKM tas di lokasi penelitian sudah cukup baik mengenal sumber-sumber permodalan yang tersedia di pasar. Untuk mengetahui sistem pengembalian modal pinjaman maka diajukan pertanyaan mengenai sistem pengembalian pinjaman bagi responden yang menggunakan sumber modal pinjaman. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua responden menggunakan sistem pengembalian berkala per bulan. Sistem pengembalian ini adalah yang umum diberlakukan oleh perbankan di Indonesia Tenaga Kerja UKM tas di lokasi penelitian cukup mampu menyerab tenaga kerja lokal yang tersedia. Tenaga-tenaga tersebut diperlukan untuk kebutuhan pola, jahit, seset, finishing dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umumnya tenaga kerja dipekerjakan secara harian dan borongan. Upah rata-rata per minggu untuk tenaga kerja harian adalah sekitar Rp per minggu (Rp /bulan), sedikit dibawah level upah UMR Kabupaten Bogor. Tenaga kerja sistem borongan mendapatkan upah sekitar Rp /minggu (Rp ) per bulan. Level sistem borongan lebih tinggi dibandingkan harian karena sistem borongan tidak mengenal jam kerja jadi bisa bekerja sampai malam. Namun, karena produksi UKM 29

45 tas tergantung pada jumlah order yang diterima, tidak ada jaminan bagi pekerja sistem borongan untuk selalu mendapatkan pekerjaan dari pelaku UKM tas. Besar kecilnya upah yang dibayarkan ke tenaga kerja tidak didasarkan pada tingkat pendidikan formal dan jenis kelamin tenaga kerja. Hasil analisis mengenai sistem penggajian tenaga kerja menunjukkan bahwa untuk semua responden, upah tenaga kerja dibayarkan berdasarkan skill atau tingkat kesulitan pekerjaan yang diberikan ke tenaga kerja. Hasil ini mencirikan bahwa usaha UKM tas adalah membutuhkan skill atau ketrampilan khusus. Skill ini tidak didapatkan melalui pendidikan formal tetapi dari proses pembelajaran terus menerus dari lingkungan sekitarnya. Ini tidak berarti bahwa dalam UKM tas tidak diperlukan tenaga kerja dengan pendidikan tinggi. Mereka yang berpendidikan tinggi dapat berkontribusi dalam inovasi produk, pemasaran dan manajemen usaha Kinerja UKM Kajian terhadap kinerja UKM tas di lokasi penelitian dapat dilihat dari perkembangan jumlah aset, omzet, jumlah tenaga kerja, profit dan modal usaha yang digunakan oleh UKM tas. Kinerja UKM tas di Desa Bojong Rangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri mikro, industri kecil, home industry, home production, dan lain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. industri mikro, industri kecil, home industry, home production, dan lain BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Industri Rumah Tangga Industri rumah tangga banyak diistilahkan dengan berbagai frase seperti industri mikro, industri kecil, home industry, home production, dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha kecil dan menengah menjadi bagian integral perkembangan ekonomi nasianal. Pada saat krisis ekonomi, usaha kecil menengah mampu menjadi penyelamat perekonomian

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atau struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai suatu bangsa dan negara besar dengan pemilikan sumber daya alam yang melimpah, dalam pembangunan ekonomi yang merupakan bagian dari pembangunan nasional

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan disahkannya Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah dan direvisi menjadi Undang-undang No. 32 tahun 2004

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang lebih dikenal dengan (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika krisis ekonomi terjadi di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH BAB II TINJAUAN UMUM USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH A. Definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) UMKM di definisikan dengan berbagai cara yang berbeda tergantung pada negara dan aspek-aspek lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri kecil dan Menengah (IKM) memegang peranan penting bagi perekonomian Indonesia, karena sektor ini dapat mengatasi permasalahan pemerataan dalam distribusi pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Bogor merupakan sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Barat. Kedudukan Kota Bogor yang terletak di antara wilayah Kabupaten Bogor dan dekat dengan Ibukota Negara

Lebih terperinci

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI

ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI ANALISIS KETERKAITAN KREDIT DAN KONSUMSI RUMAH TANGGA DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT DHONA YULIANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan komponen utama dalam pembangunan ekonomi nasional. Sektor industri mampu memberikan kontribusi ekonomi yang besar melalui nilai tambah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti tahan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Peranan Sektor Agroindustri Terhadap Perekonomian Kota Bogor Alat analisis Input-Output (I-O) merupakan salah satu instrumen yang secara komprehensif dapat digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang diarahkan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyatnya. Keberhasilan sebuah pemerintah

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini

Bab I. Pendahuluan. memberikan bantuan permodalan dengan menyalurkan kredit pertanian. Studi ini Bab I Pendahuluan Di setiap negara manapun masalah ketahanan pangan merupakan suatu hal yang sangat penting. Begitu juga di Indonesia, terutama dengan hal yang menyangkut padi sebagai makanan pokok mayoritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang 17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, berdasarkan kemampuan dengan pemanfaatan kemajuan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perekonomian Indonesia selalu menarik untuk diteliti dan diperbincangkan. Negara kepulauan terbesar di dunia ini memiliki tantangan tersendiri dalam mengatur kegiatan ekonominya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional, hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap

sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Pembangunan mengandung makna yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Otonomi daerah yang disahkan melalui Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PAPARAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA ACARA RAKER KEMENTERIAN PERDAGANGAN JAKARTA, 27 JANUARI 2016 Yth. : 1. Menteri Perdagangan; 2. Menteri Pertanian; 3. Kepala BKPM;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan masyarakat, serta mendorong pertumbuhan ekonomi. stabilitas ekonomi pada khususnya (Ardiana dkk, 2010). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang akan mengalami pertumbuhan lebih lambat dari pada yang. tumpuan harapan bagi pembangunan (Purnama, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang akan mengalami pertumbuhan lebih lambat dari pada yang. tumpuan harapan bagi pembangunan (Purnama, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor industri bagi suatu negara merupakan sektor yang menimbulkan perkembangan jauh lebih pesat untuk pertumbuhan ekonomi. Analisis teoritis dan penyelidikan empiris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya-sumberdaya yang ada, dengan menjalin pola-pola kemitraan

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor usaha kecil dan menengah di Indonesia merupakan sebuah harapan untuk memajukan pertumbuhan ekonomi di lingkup Indonesia, akan tetapi tidak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fungsi pokok bank sebagai lembaga intermediasi sangat membantu dalam siklus aliran dana dalam perekonomian suatu negara. Sektor perbankan berperan sebagai penghimpun dana

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 BPS PROVINSI DKI JAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008 No. 08/02/31/Th. XI, 16 Februari 2009 Secara total, perekonomian DKI Jakarta pada triwulan IV tahun 2008 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah % 1 wbab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang di kawasan Asia Tenggara yang terus berupaya untuk mencapai pembangunan ekonomi ke arah yang lebih baik.

Lebih terperinci

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI

PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT ZEDNITA AZRIANI PERANAN BANK PERKREDITAN RAKYAT BINAAN TERHADAP KINERJA USAHA KECIL DI SUMATERA BARAT BANK NAGARI ZEDNITA AZRIANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Saya menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA

PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA PENTINGNYA USAHA KECIL MENENGAH (UKM) UNTUK MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA AHMAD RAIHAN NUARI Email : ahmadraihannuari@yahoo.com Graduate Student, Economic Department, State University of Medan

Lebih terperinci

akan ditingkatkan dan pertumbuhannya akan dipercepat agar tercipta struktur ekonomi yang seimbang. Adapun peran industri terhadap

akan ditingkatkan dan pertumbuhannya akan dipercepat agar tercipta struktur ekonomi yang seimbang. Adapun peran industri terhadap BABIV LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 4.1. Kebijakan Pembangunan Industri Kecil Sebagai arah dan kebijakan pembangunan, pembangunan industri akan ditingkatkan dan pertumbuhannya akan dipercepat agar tercipta

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan keberadaannya perlu mendapat dukungan dari semua pihak, baik dari sektor pemerintah maupun non-pemerintah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam melakukan analisis tentang pembangunan ekonomi yang terjadi pada suatu negara ataupun daerah. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika terjadi krisis ekonomi 1998, ekonomi di Indonesi sangat mengalami keterpurukan sektor-sektor pendorong ekonomi juga ikut terpuruk namun sektor industri adalah

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015

Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Tantangan dan Peluang UKM Jelang MEA 2015 Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 segera dimulai. Tinggal setahun lagi bagi MEA mempersiapkan hal ini. I Wayan Dipta, Deputi Bidang Pengkajian Sumberdaya UKMK,

Lebih terperinci

SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI INDONESIA TAHUN 2008 ISSN : 0216.6070 Nomor Publikasi : 07240.0904 Katalog BPS : 9503003 Ukuran Buku : 28 x 21 cm Jumlah Halaman : 94 halaman Naskah : Subdirektorat Konsolidasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan upaya pemerintah untuk mengatasi pengangguran, memperluas kesempatan kerja, memerangi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor utama perekonomian di Indonesia. Konsekuensinya adalah bahwa kebijakan pembangunan pertanian di negaranegara tersebut sangat berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia pernah mengalami krisis pada tahun 1997, ketika itu nilai tukar rupiah merosot tajam, harga-harga meningkat tajam yang mengakibatkan inflasi yang tinggi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA

2015 PENGARUH KREATIVITAS, INOVASI DAN DIFERENSIASI PRODUK TERHADAP LABA PENGUSAHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro kecil dan menengah memberikan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pasca krisis tahun 1997 dan krisis ekonomi global tahun 2008 di Indonesia, UMKM mampu membuktikan bahwa sektor ini mampu menjadi tumpuan bagi perekonomian nasional. Pemerintah

Lebih terperinci

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas. Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Bappenas Bahan Konferensi Pers Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Jakarta, 18 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI 2 Rencana Pembangunan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

8.1. Keuangan Daerah APBD

8.1. Keuangan Daerah APBD S alah satu aspek pembangunan yang mendasar dan strategis adalah pembangunan aspek ekonomi, baik pembangunan ekonomi pada tatanan mikro maupun makro. Secara mikro, pembangunan ekonomi lebih menekankan

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun 2004-2009 di Sektor Industri Manufaktur, Pemerintah Pusat memprioritaskan pengembangan agroindustri. Prioritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai

BAB I P E N D A H U L U A N. sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai BAB I P E N D A H U L U A N 1.1 Latar Belakang Investasi infrastruktur transportasi dalam pembangunan ekonomi penting sebagai sarana untuk memperlancar mobilisasi barang dan jasa serta sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang isi Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang tercantum dalam Perda Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Jawa Barat, yaitu Dengan Iman dan Taqwa Jawa

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri FEBRUARI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Februari 2017 Pendahuluan Pada tahun 2016 pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat sebesar 5,02%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat

I. PENDAHULUAN. Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mencermati data laporan Bank Indonesia dari berbagai seri dapat dinyatakan bahwa perekonomian Indonesia pada tahun 1997 telah mengalami kontraksi dari tahun sebelumnya,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang

I. PENDAHULUAN. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) merupakan lembaga keuangan yang dibentuk terutama untuk melayani kebutuhan pelayanan jasa-jasa perbankan bagi masyarakat ekonomi lemah terutama

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang

PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) adalah suatu usaha yang menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara di dunia. UMKM khususnya di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti,

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan dan perjalanan ekonomi pada masa ini sangat dan kompetitif baik dalam tingkat nasional maupun antar daerah. Hal ini terjadi karena dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pengetahuan adalah aset yang sangat berharga bagi perusahaan. Semakin banyak pengetahuan yang dimiliki oleh stakeholder dari sebuah perusahaan, akan membuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi usaha kecil dalam perekonomian Indonesia menjadi semakin penting terutama setelah krisis melanda Indonesia. Kelompok usaha kecil pada saat krisis ekonomi dipandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ides Sundari, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia sebagaimana bangsa-bangsa lain di berbagai belahan dunia menghadapi gelombang besar berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi, desentralisasi,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA No. 27 / VIII / 16 Mei 2005 PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA PDB INDONESIA TRIWULAN I TAHUN 2005 TUMBUH 2,84 PERSEN PDB Indonesia pada triwulan I tahun 2005 meningkat sebesar 2,84 persen dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan

BAB I PENDAHULUAN. rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Usaha mikro tergolong jenis usaha yang tidak mendapat tempat di bank, rentan terhadap pasar bebas yang mulai dibuka, serta kurang mendapat dukungan dari pemerintah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang

I. PENDAHULUAN. Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

Boks 1 SURVEI : DAMPAK ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP UMKM DI PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG

Boks 1 SURVEI : DAMPAK ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP UMKM DI PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG Boks SURVEI : DAMPAK ASEAN CHINA FREE TRADE AREA (ACFTA) TERHADAP UMKM DI PROVINSI RIAU I. LATAR BELAKANG Kawasan perdagangan bebas (Free Trade Area/FTA) telah menghasilkan paradigma terhadap keunggulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sentra Industri yaitu kelompok industri yang dari segi satuan usaha mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompokan atau kawasan produksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja Judul : Pengaruh Tingkat Upah dan Teknologi Terhadap Produktivitas Kerja dan Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Mebel Meja Kayu di Kota Denpasar Nama : Nashahta Ardhiaty Nurfiat NIM : 1306105077 Abstrak

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri MARET 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Maret 2017 Pertumbuhan Ekonomi Nasional Pertumbuhan ekonomi nasional, yang diukur berdasarkan PDB harga konstan 2010, pada triwulan IV

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya; A. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi (economic growth) merupakan salah satu indikator yang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara

KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL TAHUN 2015-2019 Disampaikan pada acara: Rapat Kerja Kementerian Perindustrian Di Hotel Bidakara Jakarta, 16 Februari 2016 I. TUJUAN KEBIJAKAN INDUSTRI NASIONAL 2 I. TUJUAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci