FRAKSINASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI KENCUR (Kaempferia galanga L) SEBAGAI PELANGSING AROMATERAPI SECARA IN VIVO LUSIANI DEWI ASSAAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FRAKSINASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI KENCUR (Kaempferia galanga L) SEBAGAI PELANGSING AROMATERAPI SECARA IN VIVO LUSIANI DEWI ASSAAT"

Transkripsi

1 FRAKSINASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI KENCUR (Kaempferia galanga L) SEBAGAI PELANGSING AROMATERAPI SECARA IN VIVO LUSIANI DEWI ASSAAT SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L) Sebagai Pelangsing Aromaterapi Secara In Vivo adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Juni 2011 Lusiani Dewi Assaat NRP G

3 ABSTRACT LUSIANI DEWI ASSAAT. Fractionation of Active Components from Kaempferia galanga L Essential oil as Aromatherapy for Antiobesity using In Vivo Analysis. Under direction of TUN TEDJA IRAWADI and IRMANIDA BATUBARA The purposes of this research were to separate constituents of kencur (Kaempferia galanga L) essential oil and to evaluate their active components as aromatherapy for antiobesity using in vivo analysis to the male Sprague-dawley rats. Volatile oil of dried rhizome of K. galanga L obtained by water distillation. Its chemical components determined using gas chromatography and mass spectrometry (GC- MS). The main components of volatile oil isolated were α-pinene, camphene, δ-3- carene, α-phellandrene, limonene, p-cymene 4-isopropyltoluene, 7,8- epoxytricyclo dodecana, 5-methyltricyclo undec-2-en-4-one, 2-propenoic acid,3- (4-methoxyphenyl)-, ethyl ester. Pure compound (2-propenoic acid,3-(4- methoxyphenyl)-, ethyl ester) was determined the structure by GC-MS and NMR analysis. A total of forty male Sprague-dawley rats were used for this study. They were divided into five groups i.e. (1) a normal control group, without treatment of both high cholesterol diet and inhalation, (2) a negative control group was treated by high cholesterol diet only, without inhalation treatment, (3) treated with high cholesterol diet followed by treatment with inhalation of crude oils, (4) Treated with high cholesterol diet followed by inhalation one of essential oils fraction, and (5) Treated with high cholesterol diet followed inhalation of 2-propenoic acid,3- (4-methoxyphenyl)-, ethyl ester. Treatment condition was achieved by five months. Rat s weight and stool were weighed every day during the treatment period. Blood cholesterol total (LDL, HDL and Triglyceride) level was determined in the end of treatment period. Duncan test analysis showed that percentage increase in body weight and liver weight has significant difference but fat weight wasn t significant difference. For blood test analysis HDL, Cholesterol, and Triglyceride level has significant difference. The conclusion were kencur essential oil has ethyl-para-methoxycinnamate as pure compound, based on in vivo test analysis fraction has potentially as antiobesity and crude oils and pure compound has potentially decreased cholesterol and triglyceride using aromatherapy method. Keywords : Kaempferia galanga L, aromatherapy, antiobesity, Ethyl-paramethoxycinnamate

4 RINGKASAN LUSIANI DEWI ASSAAT. Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L) Sebagai Pelangsing Aromaterapi Secara In Vivo. Dibimbing oleh TUN TEDJA IRAWADI dan IRMANIDA BATUBARA. Lemak merupakan salah satu komponen makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Tetapi jika seseorang mengkonsumsi lemak secara berlebihan akan mengakibatkan terjadi penumpukan lemak tubuh yang disebut dengan kelebihan berat badan atau identik dengan obesitas. Obesitas dapat mengganggu penampilan dan memiliki resiko terhadap berbagai penyakit diantaranya hiperkolesterol, penyempitan pembuluh darah, diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner (Giannessi et al, 2008). Oleh karena itu, penanganan atau pencegahan terjadinya obesitas sangat diperlukan sehingga dapat mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh obesitas seperti tingginya kadar kolesterol darah. Terdapat pengobatan alternatif seperti aromaterapi yang dapat menjadi suatu pilihan. Aromaterapi merupakan pengobatan herba yang menggunakan bau-bauan dari minyak atsiri dari suatu tanaman. Kencur (Kaempferia galanga L) memiliki kandungan minyak atsiri sebesar 2-7% dari bobotnya (Rostiana dan Djazuli, 2007). Kencur merupakan tanaman tradisional yang lazim digunakan sebagai jamu, bumbu, mengobati bengkak, batuk, menghangatkan badan, dsb. Minyak atsiri dari kencur memiliki aktivitas biologis sebagai antimikroba Tewtrakul (2005). Namun kajian mengenai potensi minyak atsiri kencur sebagai pelangsing aromaterapi belum diamati secara luas. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh senyawa aktif minyak atsiri kencur sebagai pelangsing atau penurun kolesterol aromaterapi secara in vivo. Pada penelitian ini, Sampel kencur segar yang berusia sekitar tahun diperoleh dari pasar induk Kramat Djati. Sampel yang digunakan memiliki kadar air 85.3% dan kadar abu 1,35 % berdasarkan bobot basah. Kencur kemudian didestilasi sehingga diperoleh destilat dan residu. Destilat adalah minyak atsiri kencur (rendemen 0.3% berdasarkan bobot basah). Minyak atsiri kencur memiliki parameter sebagai berikut: berwarna kuning agak keruh pada kondisi panas, indeks bias 1,4958 pada suhu 20ºC diukur menggunakan refraktometer Abbe- Atago NAR-3T. Densitas 0,9433 g/ml yang dibandingkan dengan densitas air 1,043 g/ml. Minyak atsiri kencur setelah dibiarkan lama pada suhu ruang atau semalam pada lemari es, terbentuk padatan berwarna putih seperti kristal yang berada di dasar botol penampung minyak atsiri. Demikian pula pada residu, setelah dibiarkan selama 1 x 24 jam terbentuk padatan berwarna putih seperti kristal yang berada di atas permukaan air. Kedua padatan ini kemudian dipisahkan dari destilat minyak atsiri dan residu kemudian ditampung dalam wadah yang berbeda untuk kemudian diidentifikasi lebih lanjut. Untuk selanjutnya kedua padatan ini diberi nama kristal fase air dan kristal fase minyak. Minyak atsiri kencur dipisahkan menggunakan kromatografi kolom untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang terkandung di dalam minyak atsiri kencur. Fase diam yang digunakan adalah silika gel dan proses elusinya dilakukan secara gradien atau peningkatan kepolaran (n-heksana-kloroform sebagai fasa

5 gerak). Fraksinasi minyak atsiri kencur menghasilkan 11 fraksi. Fraksi 2 memiliki rendemen terbesar yaitu 28.42%. Oleh karena itu fraksi 2 ini dilanjutkan dengan analisis GC-MS untuk mengidentifikasi komponen yang terkandung di dalamnya, dan diuji aktivitasnya sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo. Hasil kromatogram GC-MS dari sampel minyak atsiri kencur memiliki 3 komponen utama yaitu δ-3-carene, 5-metiltrisiklo undek-2-en-4-one, dan 2-asam propenoat,3-(4-metoksifenil)-,etilester. Begitu pula dengan fraksi 2 hasil pemisahan menggunakan teknik kromatografi kolom, ternyata masih terdapat beberapa komponen di dalamnya dengan δ-3-carene sebagai komponen utamanya. Untuk kedua kristal yang diperoleh dari destilasi, baik kristal di fasa air ataupun kristal di fasa minyak memiliki komponen yang sama, yaitu senyawa 2-asam propenoat,3-(4-metoksifenil)-,etilester atau etil-p-metoksisinamat (nama trivial). Berdasarkan analisis 1 H-NMR, COSY, HMQC, dan HMBC menunjukkan bahwa kedua kristal tersebut merupakan senyawa yang sama. Oleh karena itu minyak atsiri kencur, fraksi 2, dan Kristal etil-p-etoksisinamat dilanjutkan dengan uji In Vivo dengan pemberian dengan cara inhalasi kepada hewan uji berupa tikus putih jantan galur Sprague-dawley. Tikus yang digunakan sebanyak 40 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol normal merupakan kelompok yang diberi pakan standar dan tidak diinhalasi. Kelompok kontrol negatif merupakan kelompok yang diberi pakan kolesterol tinggi dan tidak diinhalasi. Kelompok atsiri kasar diberi pakan kolesterol tinggi dan diinhalasi minyak atsiri kasar hasil destilasi uap dari rimpang kencur. Kelompok Fraksi 2 diberi pakan kolesterol tinggi dan diinhalasi menggunakan Fraksi 2 yang merupakan Fraksi dengan randemen terbanyak. Kelompok kristal diberi pakan kolesterol tinggi dan diinhalasi menggunakan Fraksi senyawa murni. Masa adaptasi dilakukan selama 2 minggu sebelum masa perlakuan. Hewan uji ditempatkan pada suatu kandang plastik bertutup kawat dengan 4 ekor tikus untuk setiap kandang. Selama masa adaptasi semua kelompok diberi pakan standar yang sama. Adapun pakan yang diberikan pada tikus adalah 20g/ekor/hari, karena konsumsi pakan tikus hanya g/ekor/hari. Selama masa adaptasi dan perlakuan hewan uji diberi minum menggunakan air minum dalam kemasan (AMDK) tanpa dibatasi (ad libitum). Minyak atsiri kasar, fraksi 2, dan kristal diinhalasikan terhadap hewan uji selama masa perlakuan dengan konsentrasi masing-masing 1% dalam aquades. Perlakuan ini dilakukan selama 5 minggu. Pemberian pakan dilakukan setiap hari, sehingga bobot pakan ditimbang setiap hari. Bobot badan tikus ditimbang setiap 1 minggu sekali. Pada akhir masa perlakuan, darah di ambil di bagian ekor tikus sebelum tikus dibius (anastesi) menggunakan eter teknis. Kemudian dibedah dan seluruh organ yang diperlukan ditimbang lalu disimpan di dalam formalin. Berdasarkan analisis secara fisik, perlakuan selama 5 minggu yang diberikan kepada tiap kelompok Fraksi 2 menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk parameter persentase kenaikan bobot badan, bobot hati, dan pakan yang dikonsumsinya. Hanya parameter bobot lemak dan bobot pengeluaran feses dan urin yang tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara Fraksi 2 dengan kelompok lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh perlakuan terhadap perubahan fisik hewan uji. Oleh karena itu, uji in vivo menunjukkan bahwa Fraksi 2 berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi. Analisis uji darah dimaksudkan untuk mengetahui profil lipid yang terdapat di darah. Darah diambil di bagian ekor hewan uji sesaat sebelum

6 dianastesi. Darah ditampung pada vial sebanyak 2 ml dan diberi label. Kemudian darah disentrifuga untuk memperoleh serum yang akan di uji HDL, kolesterol, dan trigliseridanya. Kadar kolesterol darah berbeda secara signifikan dengan pemberian perlakuan. Kelompok kontrol normal memiliki kolesterol darah yang terendah, dan kelompok kontrol negatif memiliki kolesterol darah yang tertinggi. Untuk kelompok perlakuan, dengan pemberian pakan lemak tinggi selama 5 minggu, perlakuan inhalasi mampu menurunkan kadar kolesterol darah yang berbeda signifikan dengan kelompok kontrol negatif. Dibandingkan dengan ketiga kelompok perlakuan (Fraksi2, atsiri kasar, dan kristal), perlakuan inhalasi menggunakan kristal kencur (etil-p-metoksisinamat) mampu menurunkan kadar kolesterol paling maksimal sehingga tergolong ke dalam kategori normal. Kadar kolesterol normal untuk hewan uji tikus adalah mg/dl (Suckow et al,2006). Untuk 2 kelompok perlakuan lainnya yaitu kelompok fraksi 2 dan atsiri kasar, walaupun kadar kolesterolnya berbeda nyata dengan kadar kolesterol normal, namun perlakuan tersebut berhasil menurunkan kadar kolesterol dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Kadar trigliserida normal untuk hewan uji tikus berada pada batas mg/dl (Suckow et al,2006). Data menunjukkan bahwa kadar trigliserida untuk kelima kelompok masih termasuk ke dalam kadar trigliserida normal. Meskipun normal, kelompok kontrol negatif memiliki kadar trigliserida yang berbeda signifikan dengan keempat kelompok lainnya. Kelompok yang diberi perlakuan (fraksi2, atsiri kasar, kristal), mampu menurunkan kadar trigliserida hingga sama dengan kelompok normal dan berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol negatif. Etil-p-metoksisinamat merupakan senyawa utama (penciri kencur) yang diperoleh dari minyak atsiri kencur. Hasil uji in vivo menunjukkan bahwa, Fraksi 2 berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi, sedangkan minyak atsiri kencur dan etil-p-metoksisinamat berpotensi menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida darah menggunakan metode aromaterapi. Kata kunci: Kaempferia galanga L, aromaterapi, etil-p-metoksisinamat

7 Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa seizin IPB

8 FRAKSINASI SENYAWA AKTIF MINYAK ATSIRI KENCUR (Kaempferia galanga L) SEBAGAI PELANGSING AROMATERAPI SECARA IN VIVO LUSIANI DEWI ASSAAT Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Kimia SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

9 Judul Tesis Nama NIM : Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L) sebagai Pelangsing Aromaterapi secara In Vivo : Lusiani Dewi Assaat : G Disetujui Komisi Pembimbing Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS Ketua Dr. Irmanida Batubara, MSi Anggota Diketahui Ketua Program Studi Kimia An. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Sekretaris Program Magister Prof. Dr. Purwantiningsih S, M.Si Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr Tanggal Ujian: 27 Juni 2011 Tanggal Lulus:

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT atas segala karunia- Nya sehingga proposal penelitian ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Fraksinasi Senyawa Aktif Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga L) Sebagai Pelangsing Aromaterapi Secara In Vivo. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Tun Tedja Irawadi, MS dan Dr. Irmanida Batubara, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran, arahan dan bimbingan selama penyusunan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dr. dr. Irma H. Suparto, MS selaku penguji luar komisi pembimbing yang telah memberikan saran dan arahan, serta Ibu Prof. Dr. Purwantiningsih S, M.Si selaku ketua program studi Kimia. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga disampaikan kepada suami penulis Soleh atas kesabaran, dukungan moril dan materil serta doanya. Kepada anak-anak ku Khanza dan Rafi, serta kakak, dan adik-adik ku terima kasih atas segala doa dan kasih sayangnya. Untuk semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala bantuannya selama penelitian, semoga jasa dan semua amal kebaikannya mendapat imbalan yang berlipat ganda dari Alloh SWT. Karya ilmiah ini juga didedikasikan untuk Alm. Ayahanda H. Dudung Djoendulloh dan Alm. Ibunda Hj. Ai Sholihat, semoga Alloh memberikan tempat terindah di sana. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2011 Lusiani Dewi Assaat

11 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 10 Oktober 1980 dari ayah Dudung Djoendulloh dan ibu Ai Solihat. Penulis merupakan anak kedua dari tujuh bersaudara. Tahun 1999 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Tasikmalaya Jawa Barat dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Pendidikan Indonesia melalui jalur Penelusuran Minat, Bakat, dan Kemampuan (PMDK). Penulis memilih mayor Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada tahun 2009, penulis diterima di Program Studi Kimia pada Program Pascasarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Pendidikan Perguruan Tinggi (DIKTI). Penulis bekerja di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sejak tahun 2005.

12 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL vii DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.. ix xi PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang. 1 Tujuan Penelitian.. 2 Hipotesis.. 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Obesitas 3 Pelangsing 4 Aromaterapi. 5 Kencur. 6 Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis.. 7 GC-MS 8 Spektroskopi NMR. 9 Pengujian In Vivo.. 10 BAHAN DAN METODE.. 13 Alat dan Bahan 13 Metode. 13 Metode Analisis Darah 15 Metode Analisis Bobot Hati dan Bobot Deposit Lemak pada Hewan Uji Metode Analisis Data. 17 HASIL DAN PEMBAHASAN. 19 Kadar Air dan Kadar Abu.. 19 Isolasi Minyak Atsiri Kencur Menggunakan Distilasi Uap 19 Penentuan Eluen Terbaik 21 Fraksinasi Minyak Atsiri Kencur 22 Analisis GC-MS Minyak Atsiri Kencur, Fraksi 2, Kristal Fase Air, dan Kristal Fase Minyak. 24 Uji In Vivo Minyak Atsiri Kencur, Fraksi 2, dan Kristal Analisis Fisik.. 29 Analisis Uji Darah.. 32 SIMPULAN DAN SARAN. 37

13 DAFTAR PUSTAKA 39 LAMPIRAN.. 41

14 vii DAFTAR TABEL 1 Penggolongan bobot badan berdasarkan IMT. 4 2 Perbandingan komponen-komponen kencur perolehan Tewtrakul 2005 dan Sudibyo Hasil fraksinasi minyak atsiri kencur dengan kromatografi kolom (elusi gradien) Komponen yang terkandung dalam sampel berdasarkan analisis GC-MS 26 5 Hasil analisis spektrum 1 H-NMR.. 27

15 ix DAFTAR GAMBAR 1 Alur penelitian Metode analisis minyak atsiri yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi pada hewan uji 14 3 Minyak dan kristal yang diperoleh dari hasil distilasi 20 4 Profil kromatogram minyak atsiri kencur dengan berbagai eluen tunggal dan eluen campuran Profil kromatogram hasil fraksinasi minyak atsiri kencur Kromatogram GC-MS dari sampel minyak atsiri kencur, fraksi 2, kristal fase air, dan kristal fase minyak Spektrum 1 H-NMR kristal fase air dan kristal fase minyak Hasil analisis NMR lengkap senyawa etil-p-metoksisinamat Struktur senyawa etil-p-metoksisinamat Rangkaian alat inhalator, pengumpulan darah dan organ Persentase kenaikan bobot badan hewan uji tiap minggu bobot pakan yang dikonsumsi, bobot feses dan urin hewan uji Bobot lemak dan hati hewan uji Kadar HDL dan kolesterol darah hewan uji Kadar trigliserida darah hewan uji

16 xi DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil determinasi sampel Penentuan kadar air dan kadar abu rimpang kencur Perhitungan randemen, indeks bias, dan densitas Spektrum MS δ-3-carene, etil sinamat, etil-p-metoksisinamat Spektrum COSY, HMQC, HMBC dari kristal fase air dan kristal fase minyak Komposisi pakan yang diberikan pada hewan uji 50 7 Statistik deskriptif, homogenitas, ANOVA, dan uji Duncan data persentase kenaikan bobot badan, bobot pakan yang dikonsumsi, dan bobot feses dan urin Statistik deskriptif, homogenitas, ANOVA, dan uji Duncan data bobot hati, lemak, HDL, kolesterol, dan trigliserida. 60

17 PENDAHULUAN Latar Belakang Lemak merupakan salah satu komponen makanan yang dibutuhkan oleh tubuh. Tetapi jika seseorang mengkonsumsi lemak secara berlebihan akan mengakibatkan terjadi penumpukan lemak tubuh yang disebut dengan kelebihan berat badan atau identik dengan obesitas. Obesitas merupakan keadaan berlebihnya lemak tubuh (Lebenthal & Damayanti 2007). Obesitas dapat mengganggu penampilan dan memiliki resiko terhadap berbagai penyakit diantaranya hiperkolesterol, penyempitan pembuluh darah, diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner (Giannessi et al. 2008). Selain itu obesitas juga dapat mengganggu penampilan. WHO menyatakan bahwa obesitas adalah salah satu dari 10 faktor paling beresiko di seluruh dunia. Bahkan hal ini mulai mengancam negara-negara di benua Asia. Salah satunya di Indonesia pada tahun 2000, jumlah penduduk yang mengalami overweight mencapai 17,5 %, dan pasien obesitas 4,7 %. Oleh karena itu, penanganan atau pencegahan terjadinya obesitas sangat diperlukan sehingga dapat mencegah penyakit yang ditimbulkan oleh obesitas. Terapi non farmakologis seperti diet dan gerak badan lebih diutamakan untuk pencegahan obesitas, tetapi terapi nonfarmakologis seperti penggunaan obat sintetik ataupun obat herbal juga dilakukan untuk penanganan obesitas. Obat antiobesitas atau pelangsing memiliki fungsi mengurangi nafsu makan, merangsang pembakaran lemak, dan menghambat penyerapan lemak dalam batas tertentu (Birari & Bhutani 2007). Obat pelangsing yang ada di pasaran terdiri atas obat pelangsing sintetik dan obat pelangsing alami yang dibuat secara tradisional. Kedua jenis obat ini biasanya dikonsumsi secara oral. Namun jenis obat pelangsing yang sedang dikembangkan adalah obat pelangsing aromaterapi dari tanaman herbal. Kandungan tanaman herbal yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi adalah minyak atsirinya (Maniapoto 2002). Kencur (Kaempferia galanga L) merupakan salah satu jenis rimpang yang lazim digunakan oleh masyarakat Indonesia. Kencur memiliki kandungan minyak atsiri yang beragam kadarnya tergantung pada tipenya. Kandungan minyak atsiri

18 2 kencur sebesar 2-7 % dari bobotnya (Rostiana dan Djazuli 2007). Khasiat dari kencur telah banyak dilaporkan dalam berbagai penelitian. Serbuk kencur memiliki efek tonik terhadap mencit jantan (Nurhayati 2008) dan minyak atsiri kencur memiliki aktivitas biologis sebagai antimikroba (Tewtrakul 2005). Namun kajian mengenai potensi minyak atsiri kencur sebagai pelangsing aromaterapi belum diamati secara luas. Sebelumnya telah dilakukan kajian mengenai potensi minyak atsiri temulawak sebagai pelangsing aromaterapi (Anggraeni 2010). Hasilnya bahwa senyawa β-elemenona yang terkandung dalam minyak atsiri temulawak berpotensi sebagai pelangsing. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri kencur dan menganalisis potensi senyawa aktifnya sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh senyawa aktif minyak atsiri kencur sebagai pelangsing dan penurun kolesterol aromaterapi secara in vivo. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah minyak atsiri kencur memiliki senyawa aktif yang memiliki potensi sebagai pelangsing dan penurun kolesterol aromaterapi.

19 TINJAUAN PUSTAKA Obesitas Asupan makanan yang mengandung lemak tinggi memiliki kandungan trigliserida yang tinggi. Trigliserida di dalam tubuh akan dipecah oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol. Proses ini dinamakan hidrolisis lemak yang terjadi di usus. Lemak kemudian diabsorbsi melalui sel-sel mukosa pada dinding usus dan diubah kembali menjadi lemak dan trigliserida. Lemak ini memiliki ukuran partikel yang kecil (kilomikron) dan dibawa ke dalam darah melalui cairan limfa. Dari darah lemak kemudian diangkut ke hati yang kemudian diangkut ke jaringan organ lainnya dan dimanfaatkan sebagai sumber energi, pertumbuhan, bahan baku hormon, dan sebagainya. Sisa asam lemak yang tidak dimanfaatkan oleh tubuh disimpan sebagai deposit lemak yang berfungsi sebagai cadangan makanan dalam tubuh. Jika deposit lemak di dalam tubuh terlalu berlebih maka akan menyebabkan obesitas atau identik dengan kegemukan. Penyebab kegemukan terjadi karena kebiasaan mengkonsumsi makanan siap saji dengan kandungan lemak dan kalori yang tinggi atau mengkonsumsi makanan yang kurang berserat, stres yang dilarikan pada makanan, dan faktor keturunan (Lebenthal & Damayanti 2007). Terdapat beberapa metode untuk menilai kelebihan berat badan. Diantaranya adalah metode densitometri, yaitu penentuan berat jenis tubuh dengan cara menimbang di bawah air, CT-scan dan MRI, yaitu penentuan lemak tubuh total dan pembagian lemak dalam tubuh, dan yang lebih praktis adalah Indeks Massa Tubuh (IMT). IMT dapat menentukan besarnya massa lemak tetapi tidak menerangkan pembagian lemak dalam tubuh. Nilai Indeks Massa Tubuh (IMT), atau Body Mass Index (BMI), atau Quatelet Index (QI) dapat dihitung dengan cara membagi bobot badan (kg) terhadap kuadrat tinggi badan (m 2 ). Berdasarkan harga IMT ini tingkat kegemukan digolongkan ke dalam 6 kategori seperti terlihat pada tabel 1.

20 4 Tabel 1. Penggolongan bobot badan berdasarkan IMT Kategori bobot badan IMT Kurang < 18.5 Normal Gemuk, overweight Gemuk, obesitas I Gemuk, obesitas II Obesitas hebat > 39.9 (Tjay dan Rahardja 2003) Selain menimbulkan permasalahan pada penampilan, obesitas juga sering menjadi penyebab berbagai penyakit antara lain hiperkolesterol, penyempitan pembuluh darah, diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung koroner (Giannessi et al. 2008). Oleh karena itu pencegahan dan penanganan kegemukan perlu dilakukan agar penyakit-penyakit yang ditimbulkan karena kegemukan dapat dihindari. Pelangsing Obat antiobesitas atau pelangsing memiliki fungsi mengurangi nafsu makan, merangsang pembakaran lemak, dan menghambat penyerapan lemak dalam batas tertentu (Birari & Bhutani 2007). Obat obatan yang biasa digunakan sebagai pelangsing adalah anoreksansia, yaitu zat-zat yang berdaya menekan nafsu makan dan digunakan untuk menunjang diet pada penanganan kegemukan. Selain itu obat-obatan lainnya adalah orlistat, dan hidroksisitrat (HCA). Kedua obat ini merupakan obat baru yang penggunaannya dimulai tahun Obat yang tergolong sintetis ini selain memberikan manfaat dalam penggunaannya juga memberikan efek samping. Diantaranya memberikan efek samping berupa gangguan lambung, usus, sakit perut, diare, dan kejang lambung. (Tjay dan Rahardja 2003). Selain obat-obatan sintetis juga banyak dikembangkan obat-obatan herba. Yamamoto et al (2000) melaporkan bahwa ekstrak etanol dari tanaman suku

21 5 polong-polongan Nomame herba dapat dijadikan sebagai antiobesitas karena menghambat aktivitas kerja enzim lipase. Aromaterapi Aromaterapi adalah istilah untuk suatu pengobatan alternatif yang menggunakan bau-bauan atau wangi-wangian yang berasal dari senyawa-senyawa aromatik. Hasil penelitian Maniapoto (2002) melaporkan bahwa manfaat dari aromaterapi umumnya berkaitan dengan kondisi fisik, mental, emosional, dan spiritual. Sedangkan Hongratanaworakit (2004) melaporkan bahwa aroma memberikan efek fisiologis dan psikologis bagi manusia. Denyut jantung, tekanan darah, aktivitas elektrodermal, electroencephalogram, gelombang otak, dan kedipan mata dapat digunakan sebagai indikasi untuk mengukur pengaruh aroma terhadap fisiologis manusia. Bahan yang digunakan untuk aromaterapi biasanya dari cairan tanaman yang mudah menguap atau disebut sebagai minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tanaman dan memiliki komponen yang mudah menguap (volatil) pada beberapa tanaman dengan karakteristik tertentu. Setiap senyawa penyusun minyak atsiri memiliki efek tersendiri, dan campurannya dapat menghasilkan rasa yang berbeda. Secara kimiawi, minyak atsiri tersusun dari berbagai senyawa, namun suatu senyawa tertentu biasanya bertanggung jawab atas suatu aroma tertentu. Buchbauer (1993) melaporkan bahwa minyak atsiri telah digunakan sebagai minyak wangi, kosmetik, bahan tambahan makanan, dan obat. Penelitian Maniapoto (2002) menyatakan bahwa minyak atsiri memiliki potensi sebagai obat yang penggunaannya berkaitan dengan aromaterapi contohnya pelangsing aromaterapi. Perolehan minyak atsiri temulawak dari rimpang temulawak (berdasarkan bobot basah) menggunakan destilasi uap sebesar 0,2003%. Kandungan minyak atsiri temulawak yang dianalisis menggunakan GC-MS adalah xantorizol, kamfor, borneol, zingiberena, γ-elemena, germakrena-b, β-farnesena, α-kurkumena, α- cedrena, β-seskuifelandrena, β-elemenona. Hasil penelitian menunjukkan melaporkan bahwa senyawa β-elemenona yang terkandung dalam minyak atsiri temulawak berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi (Anggraeni 2010).

22 6 Kencur Kencur diklasifikasikan ke dalam kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae, kelas Monocotyledonae, ordo Zingiberales, family Zingiberaceae, genus Kaempferia, dan spesies K. galanga Linn. Sehingga kencur ini dikenal dengan nama Kaempferia galanga Linn. Kencur merupakan bahan baku berbagai industri sebagai obat tradisional, obat herbal terstandar, kosmetik, bumbu, bahan makanan, dan minuman penyegar. Di masyarakat kencur telah banyak dimanfaatkan untuk mengobati bengkak, reumatik, batuk, sakit perut, ekspektoran (memperlancar pengeluaran dahak), infeksi bakteri, dan menghangatkan badan. Tanaman kencur banyak ditemukan di daerah Jawa, selain itu mulai dikembangkan pula pembukaan areal tanam di luar Jawa, antara lain di Kalimantan Selatan. Secara botanis, kencur dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe, yaitu berdaun lebar dan berdaun sempit. Kencur berdaun lebar biasanya memiliki rimpang yang besar, sedangkan kencur berdaun sempit berimpang kecil. Kencur berdaun lebar banyak dibudidayakan di Jawa Barat terutama di daerah Bogor, sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, petani umumnya menanam kencur berdaun sempit. Kencur berimpang kecil memiliki kandungan minyak atsiri lebih tinggi daripada kencur berimpang besar (Rostiana dan Djazuli 2007). Tewtrakul et al (2005) melaporkan bahwa komponen utama kencur adalah etil-p-metoksisinamat, metil sinamat, karvona, eukaliptol, dan pentadekana. Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa komponen utama kencur adalah β- pelandrena, α-terpineol, etilsinamat, dan dihidro-β-seskuipelandrena (Sudibyo 2000). Di bawah ini adalah tabel perbandingan komponen-komponen kencur perolehan Tewtrakul (2005) dan Sudibyo (2000).

23 7 Tabel 2. Perbandingan komponen-komponen kencur perolehan Tewtrakul 2005 dan Sudibyo 2000 Dari tabel tersebut terlihat bahwa komponen yang terkandung dalam kencur berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan iklim dan kondisi geografis dari area pengambilan sampel yang berbeda sehingga berpengaruh terhadap produksi dari komponen minyak atsirinya (Tewtrakul et al. 2005). Kromatografi Kolom dan Kromatografi Lapis Tipis Kromatografi merupakan suatu metode pemisahan komponen yang didasarkan pada distribusi diferensial dari komponen sampel diantara 2 fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Dengan adanya fase diam maka campuran pelarut akan terpisah sepanjang kolom berdasarkan pada perbedaan laju migrasi dari berbagai macam pelarut. Metode pemisahan yang paling umum digunakan adalah kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis. Kromatografi kolom merupakan teknik analisis yang digunakan dalam penentuan jumlah komponen yang terdapat pada suatu campuran senyawa, pemisahan, dan pemurnian komponen senyawa tertentu dari campurannya. Pada pemisahan kromatografi kolom, suatu pelarut

24 8 pengelusi dialirkan secara kontinu melewati kolom, kemudian komponenkomponen dari campuran senyawa yang dipisahkan keluar dari kolom, dikumpulkan, dan difraksinasi. Umumnya, silika gel digunakan sebagai fase diam kromatografi kolom, karena memiliki luas relatif yang besar. Proses elusinya dapat berupa elusi isokratik ataupun elusi gradien (Harvey 2000). Hasil pemisahan dengan kromatografi kolom dapat dianalisis lebih lanjut menggunakan kromatografi lapis tipis (KLT). Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan jenis kromatografi partisi yang menggunakan sebuah lapis tipis silika atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam yang keras sebagai fase diam. Fase diam KLT tersebut seringkali mengandung substansi yang dapat berpendar dalam sinar ultraviolet. Kemudian fase gerak pada KLT merupakan pelarut atau campuran pelarut yang sesuai. Pergerakan zat relative terhadap garis depan pelarut dalam sistem kromatografi lapis tipis dapat didefinisikan sebagai nilai Rf, yaitu perbandingan jarak tempuh zat dengan jarak tempuh garis depan pelarut. Teknik pemisahan kromatografi kolom dan KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri. Identifikasi senyawa yang terkandung dalam minyak atsiri tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan metode GC-MS. GC-MS GC-MS (Gas chromatographic mass spectroscopy) atau kromatografi gas merupakan instrumen untuk identifikasi senyawa organik yaitu penentuan bobot molekul dan penentuan rumus molekul. Alat ini merupakan gabungan antara kromatografi gas dengan spektrometer massa. Komponen dasar dari instrumen GC-MS berupa gas kromatografi inlet, kamar ionisasi, penganalisa massa, detektor, dan rekorder. Kromatografi gas (GC) merupakan kromatografi partisi dari salah satu jenis kromatografi kolom modern yang digunakan untuk memisahkan senyawa yang mudah menguap (volatil) dan tidak mengalami dekomposisi akibat pemanasan. Sistem pemisahan pada GC umumnya didasarkan pada perbedaan tekanan uap dari masing-masing komponen yang akan

25 9 dipisahkan. Fase diam GC dapat berupa padatan atau cairan. Sedangkan fase geraknya berupa gas pembawa yang bersifat inert seperti He, N 2, dan H 2 (Skoog et al. 2004). Instrumentasi GC yang menggunakan spektrometer massa (MS) sebagai detektor dapat digunakan untuk memisahkan campuran komponen dalam suatu sampel (GC komponen) sekaligus mengidentifikasi komponen-komponen tersebut pada tingkat molekuler (MS komponen). Oleh karena itu, prinsip kerja GC-MS lebih baik daripada prinsip kerja dan analisis dari GC. Senyawa-senyawa yang terpisah dari analisis GC akan keluar dari kolom dan mengalir ke dalam MS. MS kemudian mengidentifikasi senyawa-senyawa tersebut berdasarkan bobot molekul senyawanya. Molekul-molekul analat yang bersifat netral diubah menjdi ion-ion dalam fase gas. Ion-ion yang dihasilkan kemudian dipisahkan menurut rasio massanya untuk menghitung rasio (m/e) yang didasarkan pada suatu proses yang analog dengan disperse cahaya oleh prisma pada panjang gelombang tertentu. Spektrum massa dari analat yang muncul dibandingkan dengan spectrum pada library MS sehingga akan diketahui bobot molekul dari analat tersebut. Hal ini disebabkan spektrum massa adalah gambaran antara limpahan relatif lawan perbandingan massa/muatan (m/e atau m/z) (Skoog et al. 2004). Spektroskopi NMR (Nuclear Magnetic Resonance) Spektroskopi nuclear magnetic resonance atau resonansi magnet inti (RMI) termasuk ke dalam spektroskopi absorpsi seperti halnya dengan spektroskopi inframerah atau spektroskopi ultraviolet. Dasar dari spektroskopi nmr adalah absorpsi radiasi elektromagnetik dengan frekuensi radio oleh inti atom. Frekuensi radio berkisar 0.1 sampai 100 MHz atau sama dengan panjang gelombang antara 3000m dan 3m. Inti atom hidrogen atau proton mempunyai sifat-sifat magnet. Bila suatu senyawa mengandung hidrogen diletakkan dalam bidang magnet yang sangat kuat dan diradiasi dengan radiasi elektromagnetik maka inti atom hidrogen dari senyawa tersebut akan menyerap energi melalui suatu proses absorpsi yang

26 10 dikenal dengan resonansi magnet. Absorpsi radiasi terjadi bila kekuatan medan magnet sesuai dengan frekuensi radiasi elektromagnetik. Spektrometer resolusi tinggi memiliki komponen pokok magnet, tempat sampel, generator FR, osilator FR, detektor FR, dan rekorder. Adapun prinsip kerja NMR adalah sampel diletakkan diantara 2 kutub magnet dan disinari denga gelombang radio. Bila proton-proton membalik dari keadaan paralel ke keadaan anti paralel, penyerapan energi akan dideteksi oleh suatu indikator daya atau power. Pada spektrometer nmr frekuensi radionya dibuat tetap pada 60 MHz, sedangkan medan magnet luar diubah-ubah dalam suatu jangka kecil dan frekuensi absorpsi energinya direkam. Jadi spektrum nmr ialah grafik dari benyaknya energi yang diserap dengan kuat medan magnet. Spektrum nmr merupakan nilai pergeseran kimia dari berbagai tipe proton yang relatif terhadap kedudukan pembanding tetrametilsilan (TMS). TMS digunakan sebagai pembanding eksternal karena memiliki beberapa keuntungan tidak mudah ereaksi, mudah menguap, larut dalam kebanyakan pelarut organik dan memberikan puncak absorpsi tunggal yang tajam pada pergeseran kimia 0 ppm. Pengujian In Vivo Pengujian secara in vivo merupakan model pengujian potensi sampel dalam tubuh mahluk hidup seperti tikus, mencit, kelinci, dan kera. Yamamoto et al. (2000) menyatakan bahwa ekstrak herba Nomame dapat menghambat enzim lipase CT II sehingga efektif untuk mengatasi kegemukan pada tikus Sprague dawley. Pramono et al. (2000) melakukan pengujian antiobesitas secara in vivo terhadap Rattus norvegicus (tikus putih) dan menyatakan bahwa lendir daun jati belanda dapat menghambat aktivitas enzim lipase pankreas. Selain secara oral, pengujian secara in vivo juga umum digunakan untuk analisis sampel di bidang aromaterapi. Pengggunaan hewan model dalam pengujian in vivo harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya. Hewan model juga harus memiliki karakteristik mudah diperoleh dan dipelihara, mudah ditangani, mudah direproduksi dalam kondisi laboratorium, dan memiliki karakteristik genetik yang terdefinisi dengan

27 11 baik. Tikus merupakan hewan uji kedua terbesar yang digunakan sebagai hewan model setelah mencit. Tikus yang biasa dijadikan sebagai hewan model berasal dari jenis Sprague dawley, Wistar, dan Long evans. Jenis Sprague dawley dan Wistar merupakan jenis yang lazim digunakan di Indonesia. Jenis kelamin dari hewan model juga perlu dijadikan pertimbangan. Umumnya, pengujian in vivo menggunakan hewan uji jantan untuk menghindari adanya pengaruh hormonal seperti hormon estrogen terhadap kondisi tubuhnya. Karena hormon estrogen dapat mempengaruhi konsentrasi kolesterol darah dalam tubuh hewan uji yang selanjutnya berpengaruh terhadap kegemukan hewan uji tersebut.

28

29 BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah, rangkaian alat inhalasi. Bahan-bahan yang digunakan adalah rimpang kencur, akuades, n-heksana, metanol, aseton, kloroform, dietil eter, etil asetat, silika gel, batu didih, pakan standar tikus, pakan kolesterol tinggi tikus, larutan pereaksi kolesterol, larutan pereaksi trigliserida. Metode Metode penelitian yang dilakukan mengikuti Gambar 1: Gambar 1. Alur penelitian

30 14 Pada tahap preparasi sampel, sampel kencur segar yang berusia sekitar tahun diperoleh dari pasar induk Kramat Djati. Sampel dideterminasi di Herbarium Bogoriense Bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI-Bogor (Lampiran 1), diuji kadar air, dan kadar abu. Isolasi minyak atsiri kencur dilakukan dengan menggunakan destilasi. Minyak atsiri yang diperoleh disimpan dalam botol tertutup. Untuk memisahkan senyawa-senyawa yang terkandung dalam destilat minyak atsiri kencur, terlebih dahulu dilakukan penentuan eluen terbaik menggunakan KLT. Selanjutnya fraksinasi dilakukan menggunakan kromatografi kolom. Fraksi-fraksi yang telah diperoleh dianalisis jumlah nodanya. Fraksi dengan rendemen terbanyak, fraksi murni, dan distilat minyak atsiri kencur dianalisis menggunakan GC-MS untuk menentukan kandungan senyawanya. Ketiga sampel ini disimpan di dalam botol untuk kemudian diujikan pada hewan uji untuk mengetahui potensinya sebagai pelangsing atau penurun kolesterol aromaterapi. Metode analisis minyak atsiri yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi pada hewan uji digambarkan dalam Gambar 2. Gambar 2. Metode analisis minyak atsiri yang berpotensi sebagai pelangsing aromaterapi pada hewan uji

31 15 Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague-dawley (Yamamoto et al. 2000). Tikus yang digunakan sebanyak 40 ekor berusia 8 minggu dengan bobot badan gram. Tikus dikelompokkan menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok berjumlah 8 ekor yang ditempatkan di dalam kotak plastik bertutup kawat yang berisi 4 ekor tikus untuk setiap kotak. Jadi setiap kelompok ditempatkan dalam 2 kotak. Adapun penggolongan kelompoknya yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif, atsiri kasar, Fraksi 2, dan kristal. Kelompok kontrol normal merupakan kelompok yang diberi pakan standar dan tidak diinhalasi. Kelompok kontrol negatif merupakan kelompok yang diberi pakan kolesterol tinggi dan tidak diinhalasi. Kelompok atsiri kasar diberi pakan kolesterol tinggi dan diinhalasi minyak atsiri kasar hasil destilasi uap dari rimpang kencur. Kelompok Fraksi 2 diberi pakan kolesterol tinggi dan diinhalasi menggunakan Fraksi 2 yang merupakan Fraksi dengan rendemen terbanyak. Kelompok kristal diberi pakan kolesterol tinggi dan diinhalasi menggunakan Fraksi senyawa murni.. Masa perlakuan dilakukan selama 5 minggu. Pemberian pakan dilakukan setiap hari, sehingga bobot pakan ditimbang setiap hari. Bobot badan tikus ditimbang setiap 1 minggu sekali. Pada minggu ke-5, setelah perlakuan selesai, dilakukan analisis secara fisik meliputi parameter persentase kenaikan bobot badan, bobot lemak dan hati. Adapun analisis uji darah meliputi kadar kolesterol, trigliserida dan HDL darah hewan uji. Metode analisis darah Metode analisis darah diawali dengan pengumpulan darah pada minggu ke- 5 setelah masa perlakuan. Darah diambil di bagian ekor hewan uji. Darah disentrifuga kemudian dipisahkan serum darahnya (bagian cairan jernih) dan disimpan dengan baik di lemari pendingin. Uji analisis darah yang dilakukan adalah analisis profil lipid meliputi pengukuran kadar kolesterol, kadar trigliserida, kadar high density lipoprotein (HDL). Berikut adalah cara kerja analisis profil lipid yang dilakukan di Pusat Studi Satwa Primata (PSSP) IPB:

32 16 1. Pengukuran kadar kolesterol total Serum darah sebanyak 0,01 ml dipipet ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml. Serapannya diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol 1 ml dan akuades 0,01 ml. Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan sampel, tetapi serum darah diganti dengan standar kolesterol. Kadar kolesterol total dihitung menggunakan rumus: Keterangan : C = kadar kolesterol (mg/dl) A = serapan C Standar = kadar kolesterol standar Larutan pereaksi kolesterol dari PT. Rajawali Nusindo terdiri dari buffer ph 6.5, fenol, 4-aminofenazon, kolesterol esterase, kolesterol oksidase, peroksidase, sodium azida, standar kolesterol. 2. Pengukuran Kadar Trigliserida Serum darah sebanyak 0,01 ml dipipet ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan larutan pereaksi trigliserida sebanyak 1 ml. Serapannya diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi trigliserida 1 ml dan akuades 0,01 ml. Pengukuran serapan standar sama dengan pengukuran serapan sampel, tetapi serum darah diganti dengan standar trigliserida. Kadar trigliserida total dihitung menggunakan rumus: Keterangan : C = kadar trigliserida (mg/dl) A = serapan C Standar = kadar trigliserida standar Larutan pereaksi trigliserida dari PT. Rajawali Nusindo terdiri dari buffer ph 7.5, 4-klorofenol, gliserolkinase, peroksidase, lipase, ATP, 4- aminoantipirin, ion magnesium, gliserol-3-fosfat oksidase, standar trigliserida.

33 17 3. Pengukuran kadar HDL Serum darah sebanyak 0,02 ml dipipet ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan 0,5 ml larutan pengendap kemudian disentrifuga. Pisahkan supernatannya sebanyak 0,01 ml, kemudian ditambahkan larutan pereaksi kolesterol sebanyak 1 ml ke dalam supernatan. Serapannya diukur pada panjang gelombang 500 nm terhadap blanko. Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol 1 ml dan akuades 0,01 ml. Kadar HDL dihitung menggunakan rumus: Keterangan : C = kadar HDL (mg/dl) A = serapan C Standar = kadar kolesterol standar Metode analisis bobot hati dan bobot deposit lemak pada hewan uji Metode analisis bobot hati dan bobot deposit lemak dilakukan pada minggu ke-5 setelah masa perlakuan. Masing-masing tikus dari setiap kelompok perlakuan dikeluarkan hati dan deposit lemaknya. Kemudian ditimbang bobot hati dan deposit lemaknya. Adapun lemak yang diambil adalah lemak pada perut bagian bawah, dan lemak yang membungkus organ di bagian perut. Metode analisis data Data yang diperoleh dari percobaan akan dianalisis dengan metode rancangan acak lengkap (RAL) dan ANOVA (analysis of variance) pada tingkat kepercayaan 95% (taraf α 0.05). Nilai P<0.05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata terhadap respon yang diukur. Uji lanjut yang digunakan adalah uji Duncan. Semua data ini dianalisis dengan program SPSS 16.

34

35 HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air dan Kadar Abu Sampel kencur segar yang berusia sekitar tahun diperoleh dari pasar induk Kramat Djati. Sampel kemudian ditentukan kadar air dan abunya. Penentuan kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air di dalam suatu sampel. Selain itu kadar air pun berguna untuk mengetahui ketahanan penyimpanan suatu sampel. Sampel akan relatif lebih tahan lama jika mengandung kadar air < 10 %, karena pada kadar tersebut sampel terhindar dari mikroba (Winarno 1995). Pada penelitian ini, sampel yang merupakan rimpang kencur segar memiliki kadar air 85.3 % (Lampiran 2). Hal ini dikarenakan sampel selanjutnya akan diproses melalui distilasi uap sehingga diperoleh minyak atsiri kencur. Maka pemilihan sampel segar merupakan pilihan yang terbaik agar meminimalkan kerusakan dan kehilangan komponen atsiri yang diperoleh karena minyak atsiri mengandung komponen yang volatil (mudah menguap). Penentuan kadar abu juga dilakukan pada sampel. Kadar abu ini berguna untuk mengidentifikasi kandungan mineral-mineral logam pada sampel. Batas maksimum kadar abu tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai obat adalah 5% (Dalimartha 2005). Kadar abu sampel ini adalah 1,35 % berdasarkan bobot basah (Lampiran 2). Kadar abu ini masih di bawah batas maksimum kadar abu tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai obat, oleh karena itu sampel ini dapat digunakan sebagai obat. Isolasi Minyak Atsiri Kencur Menggunakan Destilasi Isolasi minyak atsiri dari kencur dilakukan menggunakan destilasi dengan pelarut akuades. Untuk memperoleh 1,2-1,7 ml minyak atsiri kencur dibutuhkan 500g kencur segar, kemudian kencur didestilasi selama 3 jam. Selama proses distilasi suhu pelarut diatur pada ºC, yaitu suhu pada saat air mendidih. Ketika mendidih, uap air akan membawa komponen-komponen minyak atsiri yang kemudian tersimpan di penampung. Pada penampung akan langsung

36 20 terbentuk 2 lapisan, yaitu destilat dan residu. Destilat adalah minyak atsiri kencur, sedangkan residu adalah lapisan air yang berada di bawah minyak atsiri kencur. Oleh karena destilat dan residu ini memiliki perbedaan fase, yaitu fasa minyak dan air, maka keduanya dapat dengan mudah dipisahkan. Gambar 3. Minyak(pertama dan kedua dari kiri) dan Kristal (ke-3 dan 4 dari kiri) yang diperoleh dari hasil distilasi Rendemen minyak atsiri yang dihasilkan dari sampel ini sebesar 0.3%. Indeks bias minyak atsiri sebesar 1,4958 pada suhu 20ºC diukur menggunakan refraktometer Abbe-Atago NAR-3T. Densitas minyak atsiri kencur sebesar 0,9433 g/ml yang dibandingkan dengan densitas air sebesar 1,043 g/ml (Lampiran 3). Pembandingan minyak atsiri kencur dengan air ini bertujuan sebagai faktor koreksi. Minyak atsiri kencur hasil distilasi diidentifikasi lebih lanjut menggunakan GC-MS (Gas Chromatograph-Mass Spektrometer), kemudian diuji aktivitasnya sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo. Karena dari hasil distilasi ini diperoleh kristal dan diduga bahwa kristal tersebut adalah senyawa murni, maka kedua kristal diidentifikasi lebih lanjut menggunakan GC-MS dan NMR (Nuclear Magnetic Resonance). Untuk tahapan kerja selanjutnya minyak atsiri kencur yang diperoleh dari hasil destilasi dilanjutkan ke kromatografi kolom untuk memperoleh fraksi dengan rendemen terbanyak dimana sebelumnya minyak atsiri kencur tersebut ditentukan terlebih dahulu eluen terbaik menggunakan KLT. Penentuan Eluen Terbaik Penentuan eluen terbaik dilakukan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan fase diam silika G 60 F 254 dari Merck dan menggunakan beberapa pelarut dengan rentang non polar ke semi polar. Di bawah ini adalah profil kromatogram minyak atsiri kencur setelah dielusi menggunakan beberapa pelarut, kemudian dianalisis di bawah lampu UV λ 254 nm.

37 21 H K DE EA Ac M K:H K:H K:H K:H H:EA H:EA H:M 4:6 1:1 6:4 7:3 1:1 9:1 9:1 Ket : H : n-heksana K : kloroform DE : dietil eter EA : etil asetat Ac : aseton M : metanol K:H : kloroform:n-heksana H:Ea : n-heksana:etil asetat H:M : n-heksana:methanol (H:M) Gambar 4. Profil kromatogram minyak atsiri kencur dengan berbagai eluen tunggal dan eluen campuran. Gambar di atas adalah profil kromatogram minyak atsiri kencur dengan berbagai eluen secara berturut-turut dari kiri ke kanan n-heksana (H); kloroform (K); dietil eter (DE); etil asetat (EA); aseton (Ac); metanol (M); dan eluen campuran berturut-turut kloroform:n-heksana (K:H); n-heksana:etil asetat (H:EA); n-heksana:methanol (H:M). Maka dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pelarut tunggal n-heksana menghasilkan jumlah noda terbanyak dan terpisah, yaitu 6 noda dibandingkan dengan pelarut tunggal lain dan campuran 2 pelarut. Oleh karena itu n-heksana dipilih sebagai eluen terbaik karena menghasilkan jumlah noda terbanyak dan terpisah (Skoog et al 2004). Maka eluen terbaik ini akan dijadikan dasar dalam penentuan fraksi hasil pemisahan minyak atsiri kencur menggunakan kromatografi kolom.

38 22 Fraksinasi Minyak Atsiri Kencur Minyak atsiri kencur dipisahkan menggunakan kromatografi kolom untuk mengidentifikasi komponen-komponen yang terkandung di dalam minyak atsiri kencur. Fase diam yang digunakan adalah silika gel dan proses elusinya dilakukan secara gradien (peningkatan kepolaran), karena dengan menggunakan peningkatan polaritas sistem eluen, semua komponen dalam sampel tersebut akan terbawa lebih cepat keluar kolom (Harvey 2000). Sampel sebanyak 2 g dimasukan ke dalam kolom diameter 2 cm dan panjang 30 cm. Sampel kemudian dielusi menggunakan dua pelarut n-heksana dan kloroform dengan berbagai perbandingan. Fraksi yang sudah terpisahkan kemudian ditampung dalam vial sebanyak 5 ml. Kemudian dianalisis menggunakan teknik KLT dengan silika G 60 F 254 sebagai fase diam, dan fase gerak berupa eluen terbaik dari hasil analisis sebelumnya yaitu pelarut tunggal n-heksana. Di bawah ini profil KLT hasil fraksinasi minyak atsiri kencur menggunakan kromatografi kolom. Gambar 5 Profil kromatogram hasil fraksinasi minyak atsiri kencur. Dengan panduan dari profil KLT di atas, vial-vial yang memiliki noda sama kemudian digabungkan menjadi satu fraksi, sehingga diperoleh 11 fraksi. Setiap vial memiliki bau khas yang berbeda-beda. Bau khas tersebut menandakan senyawa atsiri yang sudah terfraksinasi dan terbawa oleh eluen. Di bawah ini adalah tabel hasil fraksinasi minyak atsiri kencur menggunakan kromatografi kolom.

39 23 Tabel 3. Hasil fraksinasi minyak atsiri kencur dengan kromatografi kolom (elusi gradien) Tabel di atas menunjukkan bahwa fraksinasi minyak atsiri kencur menghasilkan 11 fraksi. Fraksi 2 memiliki rendemen terbesar yaitu, 28.42%. Karena Fraksi 2 ini merupakan fraksi dengan rendemen terbanyak, dan memiliki bau khas yang berbeda dengan minyak atsiri kencur, maka Fraksi 2 dilanjutkan dengan analisis GC-MS untuk mengidentifikasi komponen yang terkandung di dalamnya, dan diuji aktivitasnya sebagai pelangsing aromaterapi secara in vivo. Analisis GC-MS Minyak Atsiri Kencur, Fraksi 2, Kristal Fase Air, dan Kristal Fase Minyak Identifikasi minyak atsiri kencur, Fraksi 2, kristal fase air, dan kristal fase minyak dilakukan dengan menggunakan Agilent Technologies 6890 Gas Chromatograph with Auto Sampler and 5973 Mass Selective Detector and Chemstation data system. Dengan parameter operasinya sebagai berikut, gas pembawa Helium, kolom menggunakan HP WAX 25 (m) X 0.25 (mm) I.D X 0.25 (µm) Film Thickness, temperatur kolom ºC, temperatur interface 280ºC, temperatur sumber ion 230 ºC, volume injek 1µL, dan mode laju alir konstan. Kondisi spektrometer massanya adalah energi ionisasi 70 ev, mode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode

BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Metode BAHAN DAN METODE Alat-alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan adalah peralatan gelas, neraca analitik, pembakar Bunsen, rangkaian alat distilasi uap, kolom kromatografi, pipa kapiler, GC-MS, alat bedah,

Lebih terperinci

Isolasi Minyak Atsiri Kencur Menggunakan Destilasi

Isolasi Minyak Atsiri Kencur Menggunakan Destilasi HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Air dan Kadar Abu Sampel kencur segar yang berusia sekitar 1.0-1.5 tahun diperoleh dari pasar induk Kramat Djati. Sampel kemudian ditentukan kadar air dan abunya. Penentuan kadar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Obesitas

TINJAUAN PUSTAKA Obesitas TINJAUAN PUSTAKA Obesitas Asupan makanan yang mengandung lemak tinggi memiliki kandungan trigliserida yang tinggi. Trigliserida di dalam tubuh akan dipecah oleh enzim lipase menjadi asam lemak dan gliserol.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 19 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bagian Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan Fakultas Kehutanan, Laboratorium Kimia Organik Departemen Kimia Fakultas MIPA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus 2012 -April 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2010 sampai dengan Mei 2011 di Laboratorium Kimia Organik, Departemen Kimia Institut Pertanian Bogor (IPB),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Penentuan kadar air berguna untuk mengidentifikasi kandungan air pada sampel sebagai persen bahan keringnya. Selain itu penentuan kadar air berfungsi untuk mengetahui

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di Laboratorium Kimia Organik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Sampel Temulawak Terpilih Pada penelitian ini sampel yang digunakan terdiri atas empat jenis sampel, yang dibedakan berdasarkan lokasi tanam dan nomor harapan. Lokasi tanam terdiri

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Sebanyak 5 kg buah segar tanaman andaliman asal Medan diperoleh dari Pasar Senen, Jakarta. Hasil identifikasi yang dilakukan oleh Pusat Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat-alat 1. Alat Destilasi 2. Batang Pengaduk 3. Beaker Glass Pyrex 4. Botol Vial 5. Chamber 6. Corong Kaca 7. Corong Pisah 500 ml Pyrex 8. Ekstraktor 5000 ml Schoot/ Duran

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi 2 dikeringkan pada suhu 105 C. Setelah 6 jam, sampel diambil dan didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh bobot yang konstan (b). Kadar air sampel ditentukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Zat Ekstraktif Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan ekstrak aseton yang diperoleh dari 2000 gram kulit A. auriculiformis A. Cunn. ex Benth. (kadar air 13,94%)

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan karakteristik dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas zat yang digunakan. Dari hasil pengujian, diperoleh karakteristik zat seperti yang tercantum

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyiapan Sampel Sampel daging buah sirsak (Anonna Muricata Linn) yang diambil didesa Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo, terlebih

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA BAB 1 TIJAUA PUSTAKA 1.1 Glibenklamid Glibenklamid adalah 1-[4-[2-(5-kloro-2-metoksobenzamido)etil]benzensulfonil]-3- sikloheksilurea. Glibenklamid juga dikenal sebagai 5-kloro--[2-[4{{{(sikloheksilamino)

Lebih terperinci

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA

PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek atau bahan yang digunakan untuk penelitian ini adalah tanaman AGF yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA PENDAHULUAN Glibenklamid merupakan sulfonylurea generasi kedua yang digunakan sebagai obat antidiabetik oral yang berperan menurunkan konsentrasi glukosa darah. Glibenklamid merupakan salah satu senyawa

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Persiapan Sampel Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar Bringharjo Yogyakarta, dibersihkan dan dikeringkan untuk menghilangkan kandungan air yang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air

HASIL DA PEMBAHASA. Kadar Air Pemilihan Eluen Terbaik Pelat Kromatografi Lapis Tipis (KLT) yang digunakan adalah pelat aluminium jenis silika gel G 60 F 4. Ekstrak pekat ditotolkan pada pelat KLT. Setelah kering, langsung dielusi dalam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa Roxb.) menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoid, terpenoid, steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian dasar yang menggunakan metode eksperimental. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III.1 Pengumpulan dan Persiapan Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus champeden Spreng yang diperoleh dari Kp.Sawah, Depok, Jawa Barat,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Determinasi Tumbuhan Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI Bandung untuk mengetahui dan memastikan famili dan spesies tumbuhan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di 30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013. Lokasi pengambilan sampel rumput laut merah (Eucheuma cottonii) bertempat di Perairan Simpenan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas Matematika

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel buah mahkota dewa yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari kebun percobaan Pusat Studi Biofarmaka, Institut Pertanian Bogor dalam bentuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di 21 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1. BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada awal penelitian dilakukan determinasi tanaman yang bertujuan untuk mengetahui kebenaran identitas botani dari tanaman yang digunakan. Hasil determinasi menyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Hal ini karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.

KROMATOGRAFI. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. KROMATOGRAFI Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran 1. Mahasiswa memahami pengertian dari kromatografi dan prinsip kerjanya 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis kromatografi dan pemanfaatannya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan preparasi sampel, bahan, alat dan prosedur kerja yang dilakukan, yaitu : A. Sampel Uji Penelitian Tanaman Ara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan kekayaan alamnya. Tanahnya yang subur dan iklimnya yang tropis memungkinkan berbagai jenis tumbuhan dapat dibudidayakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama lima bulan dari bulan Mei hingga September 2011, bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Bengkel Teknologi Peningkatan

Lebih terperinci

3 Percobaan dan Hasil

3 Percobaan dan Hasil 3 Percobaan dan Hasil 3.1 Pengumpulan dan Persiapan sampel Sampel daun Desmodium triquetrum diperoleh dari Solo, Jawa Tengah pada bulan Oktober 2008 (sampel D. triquetrum (I)) dan Januari 2009 (sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1 Waktu dan Lokasi Penelitian Waktu penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2014. Lokasi penelitian dilakukan di berbagai tempat, antara lain: a. Determinasi sampel

Lebih terperinci

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH

KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH KADAR KOLESTEROL SERUM DARAH AYAM PETELUR YANG DIBERI AIR REBUSAN DAUN SIRIH SKRIPSI TEFI HARUMAN HANAFIAH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Eka Karya Bali menunjukkan bahwa sampel tumbuhan yang diambil di

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT. ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KANDUNGAN TUMBUHAN OBAT ANALISIS Etil p-metoksi sinamat DARI RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) Disusun oleh: Nama : Eky Sulistyawati FA/08708 Putri Kharisma FA/08715 Gol./Kel.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K 7 Persentase inhibisi = K ( S1 S ) 1 K K : absorban kontrol negatif S 1 : absorban sampel dengan penambahan enzim S : absorban sampel tanpa penambahan enzim Isolasi Golongan Flavonoid (Sutradhar et al

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, karena terdapat manipulasi pada objek penelitian dan terdapat kelompok kontrol (Nazir, 2003).

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun ISOLASI DAN IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI DARI SIMPLISIA BASAH DAN SIMPLISIA KERING DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) Tiara Mega Kusuma, Nurul Uswatun Program Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Departemen Kimia, Institut Pertanian Bogor (IPB), Laboratorium Fisiologi dan Toksikologi Serangga, Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia L.) yang diperoleh dari Kampung Pipisan, Indramayu. Dan untuk

Lebih terperinci

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI DAUN TUMBUHAN BANGUN-BANGUN (Plectranthus amboinicus (Lour.) Spreng.) SKRIPSI PUTRI N E NAIBORHU 090802051 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis Roem) yang diperoleh dari daerah Tegalpanjang, Garut dan digunakan

Lebih terperinci

4. Hasil dan Pembahasan

4. Hasil dan Pembahasan 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Pembuatan Asap Cair Asap cair dari kecubung dibuat dengan teknik pirolisis, yaitu dekomposisi secara kimia bahan organik melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen

Lebih terperinci

ISOLASI MINYAK ATSIRI TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) DENGAN METODE DESTILASI AIR DAN DESTILASI UAP SERTA ANALISIS KOMPONEN SECARA GC-MS

ISOLASI MINYAK ATSIRI TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) DENGAN METODE DESTILASI AIR DAN DESTILASI UAP SERTA ANALISIS KOMPONEN SECARA GC-MS ISOLASI MINYAK ATSIRI TEMU HITAM (Curcuma aeruginosa Roxb.) DENGAN METODE DESTILASI AIR DAN DESTILASI UAP SERTA ANALISIS KOMPONEN SECARA GC-MS SKRIPSI OLEH: Ratna Mandasari NIM 081524043 PROGRAM EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 14 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan melalui dua tahap selama bulan April-Oktober 2010. Tahap pertama adalah proses pencekokan serbuk buah kepel dan akuades dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan mulai bulan November 2010 sampai dengan bulan Juni 2011 di Laboratorium Kimia Analitik Departemen Kimia FMIPA dan Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama lebih kurang 6 (enam) bulan yaitu dari bulan Januari sampai

Lebih terperinci

PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN

PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan 4.1 Tahap Sintesis Biodiesel Pada tahap sintesis biodiesel, telah dibuat biodiesel dari minyak sawit, melalui reaksi transesterifikasi. Jenis alkohol yang digunakan adalah metanol,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 16 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

3 Metodologi Penelitian

3 Metodologi Penelitian 3 Metodologi Penelitian 3.1 Persiapan sampel Sampel kulit kayu Intsia bijuga Kuntze diperoleh dari desa Maribu, Irian Jaya. Sampel kulit kayu tersedia dalam bentuk potongan-potongan kasar. Selanjutnya,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di 19 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret 2014 - Juli 2014, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. destilasi uap menggunakan pelarut air. Tahap kedua adalah analisis FTIR,

BAB III METODE PENELITIAN. destilasi uap menggunakan pelarut air. Tahap kedua adalah analisis FTIR, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Deskripsi Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap yaitu tahap pertama adalah destilasi uap menggunakan pelarut air. Tahap kedua adalah analisis FTIR, spektrum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang diperoleh dari perkebunan murbei di Kampung Cibeureum, Cisurupan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons

Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Spons 96 97 98 Lampiran 2. Pembuatan Larutan untuk Uji Toksisitas terhadap Larva Artemia salina Leach A. Membuat Larutan Stok Diambil 20 mg sampel kemudian dilarutkan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Senyawa Fenolik Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar tumbuhan kenangkan yang diperoleh dari Desa Keputran Sukoharjo Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN JERUK BALI MERAH (Citrus maxima (Burm.) Merr) SECARA KROMATOGRAFI GAS SPEKTROSKOPI MASSA (GC-MS)

ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN JERUK BALI MERAH (Citrus maxima (Burm.) Merr) SECARA KROMATOGRAFI GAS SPEKTROSKOPI MASSA (GC-MS) ANALISIS KOMPONEN KIMIA MINYAK ATSIRI DARI DAUN JERUK BALI MERAH (Citrus maxima (Burm.) Merr) SECARA KROMATOGRAFI GAS SPEKTROSKOPI MASSA (GC-MS) SKRIPSI RENA SINAGA 110822022 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ

KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ KARAKTERISASI SENYAWA FENOLIK PADA KULIT BATANG JABON (Anthocephalus cadamba (ROXB.) MIQ Nadiah 1*, Rudiyansyah 1, Harlia 1 1 Program Studi Kimia, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr.

Lebih terperinci

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051) PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051) Tanggal Praktikum : 02 Oktober 2014 Tanggal Pengumpulan: 9 Oktober

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba

METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Ekstrak Teh Hijau Hewan coba 13 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama bulan Pebruari 2008 sampai dengan Mei 2008 di Laboratorium Hewan SEAFAST IPB dan Laboratorium Anatomi Fisiologi dan Farmakologi

Lebih terperinci

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS)

KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) KIMIA ANALISIS ORGANIK (2 SKS) 1.PENDAHULUAN 2.KONSEP DASAR SPEKTROSKOPI 3.SPEKTROSKOPI UV-VIS 4.SPEKTROSKOPI IR 5.SPEKTROSKOPI 1 H-NMR 6.SPEKTROSKOPI 13 C-NMR 7.SPEKTROSKOPI MS 8.ELUSIDASI STRUKTUR Teknik

Lebih terperinci

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN Masalah kegemukan (obesitas) dan penurunan berat badan sangat menarik untuk diteliti. Apalagi obesitas merupakan masalah yang serius bagi para pria dan wanita, oleh karena tidak hanya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek

Lebih terperinci

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat NP 4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat CEt + FeCl 3 x 6 H 2 CEt C 8 H 12 3 C 4 H 6 C 12 H 18 4 (156.2) (70.2) (270.3) (226.3) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Adisi

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL BAB III PERCOBAAN DAN HASIL III.1 Alat dan Bahan Isolasi senyawa metabolit sekunder dari serbuk kulit akar dilakukan dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut MeOH pada suhu kamar (maserasi). Pemisahan

Lebih terperinci

ANNISA RAHMAYANI TELAAH KANDUNGAN KIMIA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI

ANNISA RAHMAYANI TELAAH KANDUNGAN KIMIA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI ANNISA RAHMAYANI 10703024 TELAAH KANDUNGAN KIMIA RAMBUT JAGUNG (ZEA MAYS L.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2 0 0 7 Pada kutipan atau saduran skripsi

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODA

III. BAHAN DAN METODA III. BAHAN DAN METODA 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat-alat yang digunakan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :peralatan distilasi, neraca analitik, rotary evaporator (Rotavapor

Lebih terperinci

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleucae folium) SEGAR DAN KERING SECARA GC - MS SKRIPSI

ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleucae folium) SEGAR DAN KERING SECARA GC - MS SKRIPSI ISOLASI DAN ANALISIS KOMPONEN MINYAK ATSIRI DARI DAUN KAYU PUTIH (Melaleucae folium) SEGAR DAN KERING SECARA GC - MS SKRIPSI OLEH: IRMA NOPELENA SIREGAR NIM: 071524030 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa. 33 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bersifat deskriftif dan eksperimental, dilakukan pengujian langsung efek hipoglikemik ekstrak kulit batang bungur terhadap glukosa darah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirup 2.1.1 Defenisi Sirup Sirup adalah larutan pekat dari gula yang ditambah obat dan merupakan larutan jernih berasa manis. Dapat ditambah gliserol, sorbitol atau polialkohol

Lebih terperinci

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart

statistik menunjukkan bahwa 58% penyakit diabetes dan 21% penyakit jantung yang kronik terjadi pada individu dengan BMI di atas 21 (World Heart BAB 1 PENDAHULUAN Obesitas berasal dari bahasa Latin yaitu obesus yang berarti gemuk. Obesitas atau yang lebih dikenal dengan kegemukan adalah kondisi dimana terjadi peningkatan berat badan melebihi batas

Lebih terperinci

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUNGA TUMBUHAN MAWAR PUTIH (Rosa hybrida L.) SKRIPSI RUT SAMAYANA LUBIS

ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUNGA TUMBUHAN MAWAR PUTIH (Rosa hybrida L.) SKRIPSI RUT SAMAYANA LUBIS 1 ISOLASI SENYAWA FLAVONOIDA DARI BUNGA TUMBUHAN MAWAR PUTIH (Rosa hybrida L.) SKRIPSI RUT SAMAYANA LUBIS 110802041 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Lokasi Penelitian Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia) yang diperoleh dari Kampung Pamahan, Jati Asih, Bekasi Determinasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum.

MATERI DAN METODE. Daging Domba Daging domba yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging domba bagian otot Longissimus thoracis et lumborum. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-November 2011. Pemeliharaan ternak prapemotongan dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

ERIK SETIAWAN PENGARUH FERMENTASI TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.

ERIK SETIAWAN PENGARUH FERMENTASI TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth. ERIK SETIAWAN 10703091 PENGARUH FERMENTASI TERHADAP RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI DARI DAUN NILAM (Pogostemon cablin Benth.) PROGRAM STUDI SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI SEKOLAH FARMASI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Nilai Rendemen Ekstrak Ekstrak memberikan rendemen sebesar 27,13% (Tabel 3). 2. Deskripsi Organoleptik Ekstrak Ekstrak berbentuk kental, berasa pahit, berwarna hitam

Lebih terperinci

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya UNIVERSITAS SEBELAS MARET Oleh: Jenny Virganita NIM. M 0405033 BAB III METODE

Lebih terperinci

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat

4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat 4001 Transesterifikasi minyak jarak menjadi metil risinoleat castor oil + MeH Na-methylate H Me CH 4 (32.0) C 19 H 36 3 (312.5) Klasifikasi Tipe reaksi dan penggolongan bahan Reaksi pada gugus karbonil

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Coba Fakultas Kedokteran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi dan Terapi 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR DAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI RIMPANG CABANG DAN RIMPANG INDUK KUNYIT (Curcuma longa L.) SEGAR DAN KERING SECARA GC-MS

PERBANDINGAN KADAR DAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI RIMPANG CABANG DAN RIMPANG INDUK KUNYIT (Curcuma longa L.) SEGAR DAN KERING SECARA GC-MS PERBANDINGAN KADAR DAN KOMPONEN MINYAK ATSIRI RIMPANG CABANG DAN RIMPANG INDUK KUNYIT (Curcuma longa L.) SEGAR DAN KERING SECARA GC-MS SKRIPSI OLEH: LEDYA RAMAYANA PURBA NIM 081501077 PROGRAM STUDI SARJANA

Lebih terperinci

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA KROMATOGRAFI KOLOM

FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA KROMATOGRAFI KOLOM FRAKSINASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK ETANOL DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) SECARA KROMATOGRAFI KOLOM DIYAN MAYA SARI 2443009118 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA

Lebih terperinci

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK Waktu 150 menit Kementerian Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah

Lebih terperinci