BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang. pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang. pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Tentang Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Istilah kelainan mental subnormal dalam beberapa referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan, feebleminded, mental subnormal, tunagrahita. Semua makna dari istilah tersebut sama, yaitu menunjuk kepada seseorang yang memiliki kecerdasan mental dibawah normal. Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki taraf kecerdasan yang sangat rendah sehingga untuk meneliti tugas perkembangan sangat membutuhkan layanan dan bimbingan secara khusus (Mohammad Efendi, 2006: 110). Menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD) dalam Moh. Amin (Mumpuniarti, 2007: 13), bahwa tunagrahita sedang memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri, mampu mengadakan adaptasi sosial di lingkungan, dan mampu mengerjakan pekerjaan rutin yang perlu pengawasan atau bekerja di tempat kerja terlindung. Menurut Soemantri Sutjihati (2006: 107), bahwa tunagrahita sedang adalah imbesil, kisaran IQ antara pada skala Binet dan menurut skala Weschler (WISC), dalam kehidupan sehari-hari masih membutuhkan perawatan yang terus-menerus. Hal ini dilakukan supaya anak dapat bekerja di tempat terlindung, sangat sulit bahkan tidak dapat 9

2 belajar secara akademik seperti menulis, membaca serta berhitung, namun anak dapat menulis hal-hal yang paling sederhana yakni nama, dengan kata lain tunagrahita sedang lebih ditekankan pada kemampuan yang berasal dari dirinya sendiri, yakni berupa latihan keterampilan yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari, tidak menekankan pada pendidikan akademik, tetapi pada pendidikan sosial, dapat mengurus diri sendiri, mandi, berpakaian, makan, minum hingga mengerjakan pekerjaan rumah tangga yang sederhana. Merujuk dari beberapa pengertian di atas maka dapat ditegaskan bahwa anak tunagrahita sedang adalah golongan anak yang memiliki IQ berkisar 30/50 sampai 54/50 masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan baik di bidang akademik maupun non-akademik, namun dalam pendidikannya perlu bimbingan dan pelayanan khusus. 2. Karakteristik Anak Tunagrahita Sedang Tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Kelompok ini memiliki kisaran IQ antara pada skala Binet sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ Anak terbelakang sedang bisa mencapai perkembangan MA sampai kurang lebih 7 tahun. Anak terbelakang sedang dapat dididik mengurus diri sendiri, melindungi diri sendiri dari bahaya (Sunaryo Kartadinata, 1996: 86). Menurut Mumpuniarti (2003: 24), bahwa karakteristik tunagrahita yang termasuk kategori sedang biasanya memiliki gejala klinik dan pada 10

3 usia sebelum lima tahun sudah menampakan keterlambatan mental atau ketunaan. Menurut Wardai, Tati Hernawati, dan Astati (2004: 6.15), bahwa karakteristik anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik, perkembangan bahasanya lebih terbatas daripada anak tunagrahita ringan. Anak berkomunikasi dengan beberapa kata. Anak dapat membaca dan menulis seperti namanya sendiri, alamatnya, nama orangtuanya, dan lain-lain. Anak mengenal angka-angka tanpa pengertian. Namun demikian anak masih memiliki potensi untuk mengurus diri sendiri. Anak dapat dilatih untuk mengerjakan sesuatu secara rutin, dapat dilatih berkawan, mengikuti kegiatan dan menghargai hak orang lain. Sampai batas tertentu anak selalu membutuhkan pengawasan, pemeliharaan, dan butuh orang lain. Tetapi anak dapat membedakan bahaya dan bukan bahaya. Setelah dewasa anak tunagrahita sedang tidak lebih dari anak normal usia 6 tahun. Anak dapat mengerjakan sesuatu dengan pengawasan. Menurut Moh. Amin (1995: 39), anak tunagrahita sedang hampir tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik, pada umumnya anak belajar secara membeo. Perkembangan bahasanya lebih terbatas dari pada anak tunagrahita ringan. Anak hampir selalu bergantung pada perlindungan orang lain, tetapi dapat membedakan bahaya dan tidak bahaya. Anak masih mempunyai potensi untuk belajar memelihara diri dan 11

4 menyesuaikan terhadap lingkungan dan dapat mempelajari beberapa pekerjaan yang mempunyai arti ekonomi. Pada umur dewasa anak bisa mencapai kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 atau 8 tahun. Menurut Moh. Amin (1995: 23), bahwa IQ anak hambatan mental berkisar antara dan prevalensinya kira-kira 20% dari jumlah anak kategori retardasi mental. Sedangkan menurut Mumpuniarti (2000: 42-43), secara khusus karakteristik anak tunagrahita sedang, yaitu : a. Karakteristik fisik Terlihat kecacatatanya, penampakan fisik jelas terlihat, karena pada tingkat ini banyak di jumpai tipe Down s Syndrome dan Brain Damage. Koordinasi motorik lemah sekali, dan penampilan menampakan sekali sebagai anak terbelakang. b. Karakteristik psikis Menginjak umur dewasa anak baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal usia 7 tahun atau usia 8 tahun. Anak nampak hampir tidak mempunyai inisiatif, kekanak-kanakan, sering melamun atau tidak hiperaktif. c. Karakteristik sosial Banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya kurang dan nampak tifak mempunyai rasa terimakasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan. d. Karakteristik akademik Umumnya memiliki kemampuan untuk dilatih dan diberi sedikit pelajaran membaca, menulis, dan berhitung yang fungsional untuk kehidupan sehari-hari sebagai bekal mengenal lingkunganya, serta latihan-latihan memelihara diri dan beberapa keterampilan sederhana. Menurut Muhammad Efendi (2006: 98), karakteristik anak tunagrahita sedang adalah sebagai berikut : a. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkrit dan sukar berpikir abstrak. b. Mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi. c. Kemampuan sosialisasinya terbatas. d. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit. e. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang diamati. f. Kerap kali diikuti gangguan artikulasi bicara. 12

5 Berdasarkan uraian tentang karakteristik anak tunagrahita sedang menurut beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik anak tunagrahita sedang adalah secara fisik terlihat kecacatanya, koordinasi motorik lemah sekali, penampilan menampakan sekali sebagai anak terbelakang, tidak mempunyai inisiatif, sering melamun, hiperaktif, mengalami hambatan dalam hubungan sosial, namun masih mempunyai potensi yang dapat dikembangkan dalam bidang akademik yang sederhana antara lain membaca, menulis, dan berhitung serta keterampilan yang sederhana. B. Kajian Tentang Kemampuan Menulis Permulaan 1. Pengertian Kemampuan Menulis Permulaan Kemampuan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan yang harus dimiliki oleh anak, karena kemampuan ini berpengaruh terhadap pembentukan kemampuan berbahasa. Kemampuan menulis adalah komponen penting dalam pengembangan kemampuan berbahasa disamping kemampuan menyimak, membaca, dan berbicara. Kemampuan ini dimiliki anak melalui latihan dan bimbingan, yang biasanya diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah. Kemampuan menulis menjadi salah satu komponen yang turut menentukan tercapainya tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Menurut Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1997: 62-63), kemampuan menulis merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa 13

6 tulis yang bersifat produktif, artinya kemampuan menulis ini merupakan kemampuan yang menghasilkan dalam hal ini menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan yang diperlukan antara lain kemampuan berfikir secara teratur dan logis, kemampuan mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas dengan menggunkan bahasa yang efektif, dan kemampuan menerapkan kaidah tulis-menulis dengan baik. Kemampuan-kemampuan yang diperlukan itu dapat diperoleh melalui proses yang panjang. Sebelum sampai pada tingkat mampu menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari pengenalan lambang-lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang diperoleh pada tingka permulaan pada pembelajaran menulis permulaan itu, akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan kemampuan siswa selanjutnya. Apabila dasar itu baik, kuat maka dapat diharapkan hasil pengembangannya pun akan lebih baik pula, dan apabila dasar kurang baik atau lemah maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya akan kurang baik juga. Menurut Lerner, bahwa menulis adalah menuangkan ide ke dalam suatu bentuk visual. Sedangkan menurut Soemarmo Markam, menjelaskan bahwa menulis adalah mengungkapkan bahasa dalam bentuk simbol gambar (Mulyono Aburrdahman, 2003: 224). Menurut Henry Guntur Tarigan (1986: 21), bahwa menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang 14

7 menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambar grafik itu. Sedangkan menurut Muchlisoh dkk (1992: 240), bahwa menulis ialah suatu kegiatan atau aktivitas dari sesoarang penulis untuk menyampaikan suatu gagasan secara tidak langsung kepada orang lain atau pembaca dengan menggunakan lambang grafik yang dapat dipahami oleh penulis dan pembaca. Sehingga terjadilah komunikasi tidak langsung diantara penulis dan pembaca. Menurut Muchlisoh dkk (1992: 269), bahwa menulis permulaan adalah jenis menulis yang diajarkan kepada kelas 1 dan 2 SD. Disebut demikian karena dalam menulis permulaan lebih diutamakan pengenalan penulisan huruf dan kedudukan atau fungsingya di dalam kata dan kalimat. Sedangkan menurut Wardani (1995: 58-59), bahwa menulis permulaan merupakan kegiatan yang mempersyaratkan kematangan untuk membentuk atau membuat huruf, di samping mengenal apa yang dilambangkan oleh huruf tersebut. Merangkaikan huruf-huruf secara benar sehingga dapat membentuk kata dan kemudian kalimat yang menuntut kemampuan lanjutan yang lebih kompleks. Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis permulaan dapat diartikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki dan suatu kesanggupan untuk melukiskan simbol gambar, lambang-lambang huruf dan grafik sehingga membentuk huruf yang dapat dipahami penulis atau orang lain. 15

8 2. Kemampuan Menulis Anak Tunagrahita Sedang Pembelajaran merupakan proses belajar yang dilakukan individu untuk mencapai sesuatu. Menurut Dimyati & Mudjiono (Mumpuniarti, 2007: 35), bahwa program pembelajaran berisi urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari perilaku, dan evaluasi. Pembelajaran sebagai proses belajar berorientasi kepada hasil, dan hasil itu berupa perilaku hasil belajar yang meliputi kapabilitas, pengetahuan, sikap, dan nilai. Pembelajaran menulis bagi anak tunagrahita lebih ditekankan untuk menopang kemandirian di kehidupan dewasa. Pembelajaran bidang ini dapat diintegrasikan ke pembelajaran membaca, setelah kemampuan motorik halusnya siap, mampu memegang pensil dengan benar, dan menguasai beberapa kata dengan ejaan yang benar. Seperti halnya pembelajaran membaca, pembelajaran menulis perlu juga dipadukan dengan pembelajaran bidang studi lainya. Keterpaduan tersebut agar supaya kegiatan belajar dari kehidupan sehari-hari dan diharapkan untuk memperoleh konteks menulis dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Burton (Mumpuniarti, 2007: 115), bahwa pembelajaran menulis bagi anak tunagrahita sedang lebih ditekankan untuk mampu menulis identitasnya sendiri, berhubung keterbatasan mereka. Hal ini dikemukakan sebagai berikut Writting is a composite of Skills cognitive as well as perceptual-motor development. It is not anticipated that he trainable Mentally Retarded will advance beyond a level of writing their 16

9 name, address, and telephone number. Jadi menulis bagi tunagrahita mampu latih tidak dapat diantisipasi ke level yang melibihi kemampuan mereka, selain hanya menulis nama, alamat, dan nomor telpon. Huruf yang lebih mudah diajarkan bagi anak tunagrahita sedang dengan huruf cetak atau capital besar, karena huruf ini yang sering juga digunakan di tempat-tempat umum dan dalam pengisian formulir. Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran di atas, bahwa menulis permulaan bagi anak tunagrahita sedang adalah proses aktif dalam mempelajari dan memahami proses menulis dengan menggunakan huruf cetak seperti menulis nama, alamat, dan nomor telpon agar anak mampu melakukan kegiatan sehari-hari. 3. Proses Pembelajaran Menulis Permulaan Aktivitas dalam pembelajaran menulis perlu disistematika dengan tahapan proses menulis seperti penyampain pesan dengan berbicara, penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi, pemahaman tentang bentuk-bentuk simbol grafis melalui membaca, koordinasi mata dan tangan untuk membentuk grafis yang melambangkan bunyi, mampu mengekspresikan pesan dengan bahasa yang terstruktur, dan pesan yang tersruktur disampaikan lewat simbol grafis. Menurut Sunardi (Munawir Yusuf, 2005: 178), bahwa yang dimaksud dengan poses menulis sebenarnya meliputi 3 aspek yaitu menulis dengan tangan, mengeja, dan mengarang. 17

10 Menurut Munawir Yusuf (2005: 188), sebelum pengajaran menulis secara formal dimulai, anak harus sudah menguasai perangkat keterampilan kesiapan menulis sebagai berikut : a. Gerakan tangan ke berbagai arah, yaitu atas bawah, kiri kanan, depan belakang. b. Menulusuri bentuk-bentuk geometris dan garis putus-putus. c. Menghubungkan titik d. Membuat garis horizontal dari kiri ke kanan e. Membuat garis vertikal dari atas ke bawah f. Membuat lingkaran dengan arah jarum jam, dengan arah berlawanan, dan membuat garis lengkung g. Membuat garis-garis sejajar miring h. Menyalin bentuk sederhana i. Menyebutkan nama huruf dan menjelaskan perbedaan persamaan bentuk antara huruf. Menurut Sabarti Akhadiah M. K dkk (1992: 75), bahwa ruang lingkup latihan menulis permulaan ini dilaksanakan bersama-sama dengan membaca permulaan. Siswa terlebih dahulu mengenali huruf-huruf dalam kata dan kalimat, kemudian berlatih menuliskannya. Misalnya, pertama, dapat menuliskan huruf a, i, n, m yang terdapat pada kata-kata dalam kalimat. Kemudian, dilanjutkan dengan huruf-huruf lain. Dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) tidak dijelaskan dengan rinci tentang pelajaran menulis permulaan, apakah yang ditulis huruf cetak atau huruf tegak. Hanya dalam tujuan tercantum Siswa memahami cara menulis permulaan dengan menggunakan ejaan yang benar dan dapat menyatakan ide/pesan secara tertulis. Namun, sebaiknya keduanya diperkenalkan dan yang dilatih adalah huruf tegak bersambung. Pada dasarnya siswa pertama-tama disuruh 18

11 menyalin dulu contoh yang diberikannya berulang-ulang sampai siswa dapat menuliskannya dengan baik. Menurut Depdiknas (2007: 16-17), bahwa kegiatan menulis juga dapat dilakukan melalui permainan. Permainan menulis meliputi persiapan menulis dan bentuk tulisan. a. Persiapan menulis adalah kegiatan atau kesanggupan yang melatih motorik anak, antara lain : 1) Meronce dengan manik-manik. 2) Mencipta sesuatu dengan menggunting, mecocok, dan merobek kertas. 3) Menggambar. 4) Mewarnai bentuk gambar sederhana. 5) Menyusun menara lebih dari delapan kubus. 6) Menciptakan bermacam-macam bentuk bangunan dari balok yang banyak. 7) Menjahit sederhana dengan menggunakan tali sepatu, benang woll, tali raffia, dan sebagainya. 8) Menggunting. 9) Melipat kertas. 10) Menganyam dengan berbagai benda media. 11) Permainan warna dengan menggunakan krayon, cat air, arang, kapur dan lain-lain. 12) Mencetak dan membatik. b. Bentuk tulisan 1) Mencoret a) Menarik garis datar, tegak, miring kanan, miring kiri, lengkung berulang-ulang dengan alat tulis secara bertahap. b) Menggambar bentuk (+ dan X) lingkaran/bujur sangkar dan segetiga secara bertahap. c) Melukis dengan jari (finger painting) kuas, pelepah pisang, dan sebagainya. d) Permainan warna dengan krayon, cat air, arang, lilin, kapur dan lain-lain. 2) Tulisan horizontal (tahap linear) 3) Menulis acak 4) Menulis bilangan a) Mencontoh angka 1-10 b) Menulis angka

12 Setiap pembelajaran mempunyai komponen-komponen yang berguna unutk tercapainya tujuan pembelajaran. Menurut Mumpuniarti (2007: 74-76), menyatakan bahwa komponen belajar itu meliputi tujuan pembelajaran, metode atau strategi pembelajaran, materi pembelajaran serta evaluasi. Berikut ini diuraikan komponen-komponen dalam pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan : a. Tujuan Pembelajaran Menulis Permulaan Menulis mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Banyak hal yang dapat diungkap melalui suatu tulisan. Menurut Supriyadi dkk (1992: 218), tujuan menulis permulaan adalah siswa memahami cara menulis permulaan dengan menggunakan ejaan yang benar dan mengkomunikasikan ide/pesan secara tertulis. Menurut Sabarti Akhadiah M. K dkk (1992: 82), menyebutkan bahwa tujuan menulis permulaan adalah agar anak dapat menulis dengan tulisan yang terang, jelas, teliti, dan mudah dibaca. Tujuan pembelajaran menulis permulaan dapat dilihat dari tiga aspek diantaranya yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dalam aplikasinya dari beberapa tujuan ini ketika pembelajaran dapat menitik beratkan pada keterampilan tanpa mengabaikan segi kognitif dan afektifnya. Menurut Depdiknas (2006: 67-68), yang tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bahwa pembelajaran 20

13 menulis permulaan bagi kelas 2 anak tunagrahita pembelajaran menulis permulaan meliputi : 1. Menulis kata 2. Menulis huruf 3. Menyalin atau mencontoh huruf 4. Menyalin kata sederhana dari buku 5. Menyalin kalimat sederhana dari buku. Pelaksanaan dalam menulis permulaan, anak lebih ditekankan dapat menyalin suku kata dan kata sederhana. Permulaannya anak dibiasakan setiap akan menulis dari namanya sendiri pada buku pekerjaan, tempat penyimpanan tasnya, daftar namanya di presensi kelas. Selanjutnya dikembangkan untuk menulis nama-nama temannya di kelas, gurunya, orang tuanya, adiknya, kakaknya, atau kakek/nenek yang masih memiliki, pembelajaran menulis sedikit demi sedikit ditingkatkan bertahap sesuai dengan tambahnya perbendaharaan kata dan pengalaman anak. b. Materi Pembelajaran Menulis Permulaan Bahan atau materi pelajaran adalah segala sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasi oleh siswa sesuai dengan kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi setiap mata pelajaran dalam suatu pendidikan tertentu. Materi pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi pelajaran, materi 21

14 pembelajaran merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Menurut subject centered teaching keberhasilan suatu proses pembelajaran ditentukan oleh beberapa banyak siswa dapat menguasai materi kurikulum. Materi pelajaran dapat dibedakan menjadi pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Wina Sanjaya, 2010: ). Ahli lain juga berpendapat yang lebih luas dari materi pelajaran. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2010: 100), materi pelajaran merupakan suatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan intruksional yang telah ditetapakan. Menurut R. Ibrahim dan Nana Syaodih (2010: 104), Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih atau menetapkan materi pelajaran yaitu : 1. Tujuan pengajaran. 2. Pentingnya bahan. 3. Nilai praktis. 4. Tingkat perkembangan peserta didik. 5. Tata urutan. Menurut Abdul Kholiq dan Chabibah (2009: 14), bahwa materi pokok dalam pembelajaran menulis permulaan yaitu : 1. Menebalkan garis. 2. Menjiplak gambar. 3. Membuat lingkaran. 4. Menulis huruf dan angka. 5. Mencontoh kata dan kalimat sederhana. 6. Menulis huruf tegak bersambung. Beradasarkan uraian di atas, diketahui bahwa materi pembelajaran menulis permulaan bagi anak tunagrahita sedang di SLB 22

15 adalah tahapan yang paling awal ketika menulis yaitu, dilatih dulu menulis huruf cetak, mulai huruf kecil sampai huruf besar. Jika anak belum bagus matoriknya perlu dibantu dengan pertolongan menghubungkan susunan titik-titik dari susunan bentuk garis, huruf, dan angka dengan cara menebalkan. Selanjutnya diminta menulis dengan pertolongan garis-garis dan kotak-kotak. Garis dan kotak tersebut berfungsi sebagai pertolongan untuk besar dan jarak setiap garis, huruf, dan angka. c. Metode Pembelajaran Menulis Permulaan Mengajar menulis permulaan dalam pembelajaran akan berhasil bila guru mampu mengubah diri peserta didik. Guru di tuntut dapat menjelaskan dan memberi pelatihan mengenai menulis permulaan dengan melihat keterbatasan motorik anak. Metode yang dipakai dalam pembelajaran menulis permulaan anak tunagrahita sedang adalah metode demonstrasi dan pemberian tugas. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 35), bahwa metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Sedangkan menurut Suryosubroto (1997: 149), metode adalah cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin tepat metodenya, diharapkan makin efektif pula pencapaian tujuan tersebut. 23

16 Ahli lain juga berpendapat yang lebih luas dari metode pembelajaran. Menurut Moeslichatoen R. (1999: 7), bahwa metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara, yang didalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (2002: 93), mengatakan bahwa pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi oleh beberapa faktor, sebagai berikut : 1) Anak didik 2) Tujuan 3) Situasi 4) Fasilitas 5) Guru. Metode dalam pengajaran menulis permulaan, guru harus dapat memilih, menentukan, mengkombinasikan, dan memodifikasi serta mempraktekakkan berbagai cara penyampaian bahan dan materi yang sesuai dengan kondisi anak. 4. Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Permulaan Keberhasilan pengajaran menulis permulaan, sangat ditentukan oleh proses pengajaran menulis itu sendiri. Program pembelajaran menulis permulaan dapat dilakukan dengan melalui tahapan-tahapan atau proses. Langkah-langkah yang perlu disiapkan sebelum pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan, antara lain : 24

17 a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Menentukan materi pelajaran c. Menentukan metode pembelajaran d. Menentukan langkah-langkah untuk pemecahan masalah yang dialami peserta didik sehingga tidak ada hambatan dalam pelaksaanaan pembelajaran keterampilan e. Menentukan cara mengevaluasi terhadap proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa dengan melihat hasil kerja siswa. Menurut Sabarti Akhadiah M. K dkk (1992: 82-87), bahwa dalam mengajarkan menulis permulaan dapat melalui tahap : a. Menentukan tujuan pokok bahasan b. Menyiapkan alat-alat pembelajaran c. Menyiapkan cara penyampaian d. Tahap persiapan e. Menulis pola kalimat sederhana f. Menulis kata-kata g. Menulis kalimat baru hasil sintesis suku kata h. Melatih menulis huruf-huruf yang terdapat dalam kalimat sederhana i. Menggabungkan penulisan huruf-huruf menjadi suku kata, kata dan kalimat. j. Membuat kalimat sederhana. Menurut Lerner yang dikutip oleh Mulyono Abdurrahman (2003: ), menyebutkan ada 15 macam aktivitas yang dapat 25

18 digunakan untuk membantu agar anak dapat menulis permulaan dengan baik yaitu : a. Aktivitas menggunakan papan tulis b. Bahan-bahan lain untuk latihan gerakan menulis c. Posisi d. Kertas e. Memegang pensil f. Kertas stensil dan karbon g. Menjiplak h. Menggambar diantara dua garis i. Titik-titik j. Menjiplak dengan semakin dikurangi k. Buku bergaris tiga l. Kertas dengan garis pembatas m. Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf n. Bantuan verbal o. Kata dan kalimat. Berdasarkan dari pembahasan di atas, maka dapat diuraikan tentang langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menulis permulaan bagi anak tunagrahita sedang, adalah sebagai berikut : a. Kegiatan Awal/Pendahuluan 1) Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing. 26

19 2) Mengajak siswa menyanyikan lagu-lagu anak sambil menggerakkan anggota badan sesuai dengan syair lagu. b. Kegiatan Inti 1) Persiapan a) Siswa diajak bertanya jawab tentang berbagai bentuk garis, huruf, dan angka. b) Guru menulis berbagai bentuk garis putus-putus misalnya, garis lurus, lengkung, vertikal, horisontal, miring ke kanan, miring ke kiri, panjang, atau pendek di buku anak. c) Guru menulis berbagai bentuk huruf dan angka dengan garis putus-putus di buku anak. 2) Proses menulis permulaan a) Siswa menebalkan garis putus-putus seperti garis lurus, lengkung, miring ke kanan, miring ke kiri, vertikal, horizontal, panjang dan pendek di buku siswa. b) Guru membantu siswa ketika kesulitan menebalkan garis-garis misalnya, garis vertikal, horisontal, miring ke kanan, miring ke kiri, panjang, lengkung atau pendek. c) Siswa menebalkan garis putus-putus seperti bentuk huruf, angka di buku anak. d) Guru membantu siswa ketika kesulitan menebalkan bentuk huruf dan angka. 27

20 c. Kegiatan Akhir/Penutup 1) Bersama-sama siswa menyimpulkan hasil belajar sesuai dengan hasil klarifikasi. 2) Bertanya jawab untuk mengetahui penguasaan materi yang telah dipelajari selama pembelajaran (evaluasi hasil belajar). 3) Mengajak semua siswa berdoa untuk mengakhiri pelajaran. C. Kerangka Pikir Tunagrahita sedang adalah anak yang kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata. Anak tunagrahita sedang masih mampu mendapatkan keterampilan akademik berupa keterampilan sederhana dan mengacu pada keterampilan fungsional yang mendukung kemandirian di masa depan dan menunjang karirnya. Oleh karena itu orang tua yang memiliki anak tunagrahita sangat penting untuk menempatkan anak tunagrahita di sekolah sehingga anak dapat mempelajari keterampian tersebut sejak dini. Anak tunagrahita sedang harus memiliki kemampuan fungsional yang mendukung anak, salah satunya adalah kemampuan menulis. Kemampuan menulis dimulai dari kemampuan menulis permulaan, menulis tangan, mengeja, dan ekspresi menulis. Kemampuan ini nantinya bisa bermanfaat bagi anak untuk menulis yang sederhana seperti menulis nama, alamat, dan nomor telepon. Hal inilah yang menyebabkan perlunya pembelajaran menulis permulaan yang diajarkan di sekolah. 28

21 Pengenalan untuk menulis huruf dan angka bagi anak tunagrahita sangatlah penting sebab setiap anak tunagrahita sedang biasanya memiliki bekal pengetahuan kemampuan menulis dari lingkungan keluarganya. Dengan adanya pembelajaran menulis bagi anak tunagrahita sedang diharapkan anak mampu mandiri seperti, menuliskan nama pada buku, menulis alamat, dan nomor telepon tanpa bantuan. Pembelajaran menulis permulaan ini terdapat dalam kurikulum mata pelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Luar Biasa yang disesuaikan sehingga diperkirakan anak tunagrahita sedang mampu memenuhi standart kompetensi dan kompetensi dasar tersebut. Namun untuk ketercapaianya perlu peran serta guru dalam memberikan inovasi dan motivasi sehingga pembelajaran bahasa Indonesia dapat berjalan lancar dan siswa mampu memenuhi SK dan KD yang ada dalam kurikulum dan peran serta orang tua dalam perkembangan anak tungrahita. Melihat permasalah di atas, peneliti ingin mengungkap kemampuan menulis anak tunagrahita sedang kelas 2 SDLB dengan jalan mendeskripsikan bagaimana kemampuan menulis permulaan dan kendala-kendala yang dihadapi dalam menulis permulaan anak tunagrahita sedang kelas 2 SDLB. 29

22 D. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana kemampuan menulis permulaan anak tunagrahita sedang kelas 2 SDLB SLB Insan Mandiri Dlingo? a. Bagaimana kemampuan menebalkan bentuk garis seperti garis lurus, lengkung, verikal, horizontal, miring kekanan, miring kekiri, dan garis panjang atau pendek? b. Bagaimana kemampuan anak menebalkan angka, seperti angka 1-5 dan seterusnya? c. Bagaimana kemampuan anak menebalkan huruf, seperti A, I, U, E, O dan seterusnya? 2. Apa kendala-kendala yang dihadapi anak tunagrahita sedang kelas 2 SDLB SLB Insan Mandiri Dlingo dalam menulis permulaan? 30

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Terselenggarannya pendidikan di Indonesia telah dijamin seperti yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita sedang Menurut Sutjihati Somantri (2005: 107 ) anak tunagrahita sedang disebut juga embisil. Kelompok ini memiliki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang biasa disebut dengan anak mampu latih, artinya anak masih mampu dilatih keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. mudah bosan, sulit memecahkan suatu masalah dan mengikuti pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus salah satu tujuannya adalah agar anak dapat mengurus diri sendiri dan tidak tergantung pada orang lain. Agar dapat mengurus

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian tentang Anak Tunagrahita Sedang 1. Pengertian Anak Tunagrahita Sedang Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tergolong salah satu tunagrahita yang memiliki tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki keunikan tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak normal pada umumnya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan anak bermain mempunyai arti yang penting. Bermain merupakan ciri khas anak. Bermain akan menghilangkan kejenuhan anak dan membuat anak menemukan kesenangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Setiap manusia akan melalui tahap perkembangan dari masa bayi hingga masa dewasa. Perkembangan yang dilalui tersebut merupakan suatu perubahan yang kontinu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling. akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Agustiana, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan anak dengan kebutuhan khusus yang memiliki intelegensi jelas-jelas berada dibawah rata-rata yang disertai dengan kurangnya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam

BAB I PENDAHULUAN. taraf kelainannya. American Association On Mental Deliciency (AAMD) dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata yang terjadi pada saat masa perkembangan dan memiliki hambatan dalam penilaian adaptif. Secara

Lebih terperinci

MELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA

MELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA MELATIH MOTORIK ANAK DOWN SYNDROME DENGAN METODE PERSIAPAN MENULIS DI TK PERMATA BUNDA SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S-1 Disusun Oleh : AFRIYAN QAHARANI NIM.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian menulis 2.1.1Keterampilan Menulis nama sendiri bagi anak usia 5-6 Tahun

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian menulis 2.1.1Keterampilan Menulis nama sendiri bagi anak usia 5-6 Tahun BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian menulis Menulis adalah suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pada suatu media dengan menggunakan aksara. Menulis biasa dilakukan pada kertas dengan

Lebih terperinci

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK A SEMESTER II

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK A SEMESTER II 1. Berlari sambil melompat (D.3.20). 2. Meniru gerakan binatang/senam fantasi (D.3.23) 3. Berdiri dengan tumit di atas satu kaki selama 10 detik (D.3.19). 4. Mereyap dan merangkak lurus ke depan (D.3.22).

Lebih terperinci

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa

: Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Judul : Metode-metode Pembelajaran Bahasa Lisan pada Anak Tunagrahita Ringan di Sekolah Luar Biasa Nama Penulis : Widad Nabilah Yusuf (209000274) Pendahuluan Soemantri (2006) mengatakan tunagrahita memiliki

Lebih terperinci

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK B SEMESTER I. LATAR BELAKANG Manusia diciptakan Tuhan unik :

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK B SEMESTER I. LATAR BELAKANG Manusia diciptakan Tuhan unik : TK B SEMESTER I 1. Berjalan mundur dan ke samping pada garis lurus sejauh 2-3 m sambil membawa beban (D.3.16). 2. Berjalan maju pada garis lurus (D.3.15). 3. Menangkap, melempar bola dan bola kecil dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah hak semua anak, demikian pula dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sudah diatur dalam Undang-Undang No.20

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakekat Pra Menulis. 1. Pengertian Pra Menulis. Kata lain dari pra menulis merupakan menulis permulaan.

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakekat Pra Menulis. 1. Pengertian Pra Menulis. Kata lain dari pra menulis merupakan menulis permulaan. BAB II KAJIAN TEORI A. Hakekat Pra Menulis 1. Pengertian Pra Menulis Kata lain dari pra menulis merupakan menulis permulaan. Pada dasarnya menulis dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni menulis permulaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita sedang adalah anak yang tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self-help), mampu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau

BAB III METODE PENELITIAN. termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk dalam penelitian subjek tunggal. Variabel merupakan atribut atau cirri-ciri mengenai

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN

BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN 12 BAB II KONSEP DASAR TUNAGRAHITA, MEDIA TANGGA BILANGAN, KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN A. Tunagrahita 1. Pengertian Tunagrahita Anak tunagrahita secara umum mempunyai tingkat kecerdasan kemampuan intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta. didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan pada umumnya adalah upaya membantu peserta didik dalam merealisasikan berbagai potensi atau kemampuan yang dimilikinya secara optimal. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa

BAB I PENDAHULUAN. sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan anak normal, usia 6 tahun merupakan masa yang paling sensitif dan akan menentukan perkembangan otak untuk kehidupan dimasa mendatang. Bayi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI nomor 22 dan 23 tahun 2006. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan adanya Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional RI dan Peraturan Pemerintah RI No 19 tahun 2005, dapat ditetapkan dengan Permendiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Ponija, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tertulis untuk tujuan, misalnya memberi tahu, meyakinkan, atau menghibur. Menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan motorik halus adalah aktivitas motorik yang melibatkan aktivitas otot-otot kecil atau halus, gerakan ini menuntut koordinasi mata, tangan dan kemampuan pengendalian

Lebih terperinci

4-5. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 4-5 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

4-5. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 4-5 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 4-5 Checklist Indikator PERKEMBANGANANAK Usia 4-5 tahun Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 Diolah oleh: http://www.rumahinspirasi.com MORAL & NILAI AGAMA a. Dapat

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN

BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN BUKU PANDUAN BAGI GURU DALAM MENSTIMULASI PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 3-4 TAHUN Perkembangan Motororik Halus Anak CATATAN: PENDAHULUAN Proses tumbuh kembang kemampuan gerak seseorang anak disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah yang umum dipakai dalam pendidikan luar biasa antara lain anak BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Anak tunagrahita ringan memiliki berbagai istilah tergantung dari sudut pandang para ahli memberikan

Lebih terperinci

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK B SEMESTER II. LATAR BELAKANG Pekerjaan penting untuk mendapatkan penghasilan memenuhi kebutuhan seharihari.

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK B SEMESTER II. LATAR BELAKANG Pekerjaan penting untuk mendapatkan penghasilan memenuhi kebutuhan seharihari. 1. Memanjat, bergantung, dan berayun (D.3.18). 2. Senam fantasi bentuk meniru (D.3.24). 3. Melambangkan dan menangkap bola (D.2.1). 4. Menendang bola ke depan dan ke belakang (D.3.21). 5. Berlari sambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pendidikan terutama wajib belajar sembilan tahun yang telah lama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan pembangunan yang dicapai bangsa Indonesia khususnya pembangunan di bidang pendidikan akan mendorong tercapainya tujuan pembangunan nasional, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir dan sampai dengan usia enam tahun, yang dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Amanat hak atas pendidikan bagi anak penyandang kelainan atau ketunaan diterapkan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN PRA MENULIS ANAK USIA DINI DAN MENGGAMBAR

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN PRA MENULIS ANAK USIA DINI DAN MENGGAMBAR BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG KEMAMPUAN PRA MENULIS ANAK USIA DINI DAN MENGGAMBAR A. Kemampuan Pra menulis Anak Usia Dini Anak usia dini merupakan periode perkembangan yang cepat yang terjadi dalam banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi manusia di samping sebagai makhluk individu yang berdiri sendiri, juga sebagai makhluk sosial. Hal ini dapat diartikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran di sekolah yang memiliki peran penting terhadap perkembangan prilaku siswa seperti aspek kognitif, afektif

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Kategori Ringan 1. Pengertian tentang anak tunagrahita kategori ringan Dalam dunia anak luar biasa istilah tunagrahita kategori ringan memiliki

Lebih terperinci

2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG

2014 PEMBELAJARAN SENI GRAFIS TEKNIK SABLON UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB ASYIFA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap makhluk memiliki keterbatasan baik itu pengetahuan, daya pikir, daya nalar dan daya kreativitas. Ada pula keterbatasan kemampuan fisik dan psikologis

Lebih terperinci

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR

2016 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang kompleks yang menuntut kerjasama antara sejumlah kemampuan. Kesanggupan seseorang dalam membaca atau menangkap makna

Lebih terperinci

Ati Kusumawati dan Sunaria Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ABSTRAK

Ati Kusumawati dan Sunaria Mahasiswa Program Doktoral Fakultas Psikologi Universitas Airlangga ABSTRAK PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI PERMAINAN PLASTISIN (Penelitian Tindakan Kelas di Taman Kanak-kanak Al-Faruqiyah Cipondoh Tangerang) Ati Kusumawati dan Sunaria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna

BAB I PENDAHULUAN. anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuna grahita Ringan adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata rata. Tuna grahita adalah kata lain

Lebih terperinci

SILABUS TEMATIK. Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 : Diri Sendiri

SILABUS TEMATIK. Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 : Diri Sendiri SILABUS TEMATIK Satuan Pendidikan : SD/ MI Kelas/ Semester : I/ 1 Tema : Diri Sendiri Kompetensi Dasar Mendengarkan 1.1 Membedakan berbagai bunyi bahasa Indikator 1.1.1Mengenal bunyi bahasa (a, i, m, n)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan dalam bentuk bahasa tertulis untuk tujuan, misalnya memberitahu, meyakinkan, atau menghibur. Menulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan

BAB I PENDAHULUAN. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membaca adalah suatu proses yang dilakukan untuk memperoleh pesan melalui media kata untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan orang lain. Kemampuan membaca memegang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Menurut Sujiono, dkk (2009: 1.14) motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Anak Tunagrahita Ringan 1. Pengertian Anak Tunagrahita Ringan Tunagrahita disebut juga intellectual disability atau retardasi mental, yang dapat diartikan lemah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berkomunikasi, dimana anak dapat menyampaikan makna, ide, pikiran dan perasaannya melalui BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Hakikat Keterampilan Menulis Permulaan 2.1.1 Pengertian Menulis Permulaan Menurut Nurbiana (2011: 3.10) menulis merupakan salah satu media untuk berkomunikasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda. Bakat adalah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap anak memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda. Bakat adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap anak memang dilahirkan dengan berbagai bakat yang berbeda-beda. Bakat adalah kemampuan yang merupakan sesuatu yang ada dalam diri seorang anak. Bakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang. penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari membaca mempunyai makna yang penting. Membaca bukan saja sekedar memandangi lambang-lambang tertulis saja tetapi merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk

BAB I PENDAHULUAN. investasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan penting dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia secara optimal, karena pendidikan merupakan sarana investasi untuk meningkatkan pengetahuan,

Lebih terperinci

KURIKULUM TULIS bimba-aiueo

KURIKULUM TULIS bimba-aiueo KURIKULUM TULIS bimba-aiueo 1. MOTORIK KASAR 2. MOTORIK HALUS KAPAN ANAK SIAP DILATIH MOTORIK HALUS? Ketika anak sudah cukup mampu melakukan motorik kasar. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOTORIK HALUS DICAPAI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. anak-anak telah semakin meningkat dan menjadi lebih tepat dan pada usia 5 tahun BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini 1. Pengertian Motorik Halus Anak Usia Dini Menurut Santrock (1995: 225) Pada usia 4 tahun, koordinasi motorik halus anak-anak telah semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia prasekolah dianggap sebagai usia keemasan (the golden age) karena pada usia tersebut anak sedang mengalami perkembangan yang sangat besar baik secara fisik,maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. 31 ayat (1) menyebutkan bahwa Setiap warga Negara berhak mendapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern di era globalisasi sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan sumber daya manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa usia Taman Kanak-kanak (TK) atau masa usia dini merupakan masa perkembangan yang sangat pesat, sehingga sering disebut masa keemasan (Golden Age) dalam

Lebih terperinci

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI

1. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SD/MI SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 24 TAHUN 2016 TENTANG KOMPETENSI INTI DAN PELAJARAN PADA KURIKULUM 2013 PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH 1. KOMPETENSI INTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu. melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self help), mampu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kecerdasan (IQ) berkisar antara 30-50, mampu. melakukan keterampilan mengurus diri sendiri (self help), mampu BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah Anaktunagrahitatipe sedang merupakan salah satu klasifikasi anak tunagrahita. Menurut Mumpuniarti (2007:13) anaktunagrahitatipe sedang memiliki tingkat kecerdasan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN MOTORIK HALUS MELALUI KETERAMPILAN MEMBUAT KALUNG PADA ANAK TUNAGRAHITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peranan yang besar dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik

I. PENDAHULUAN. mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang mampu mengembangkan akademik I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat di zaman globalisasi sekarang ini membutuhkan manusia yang mampu berkompetensi baik secara akademik maupun non akademik. Memenuhi kebutuhan pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia dari Allah SWT yang tiada bandingnya, kehadiran seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan kebahagiaan dan memberikan sinar terang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan

BAB I PENDAHULUAN. menguraikan masalah ke dalam langkah-langkah pemecahan, memberikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran matematika merupakan sejumlah bantuan kepada siswa selama tahap-tahap pembelajaran awal agar siswa dapat belajar memecahkan masalah. Bantuan tersebut

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 28 November 2012 SILABUS Kelas I Tema 4: Keluargaku Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 JARINGAN INDIKATOR PPKn Menunjukkan perilaku baik (jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999),

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999), 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Hasil Belajar Para ahli mengemukakan beberapa pengertian hasil belajar. Dimyati dan Mudjiono (1999), menjelaskan hasil belajar merupakan hal yang dapat

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Zuhriyah X

Skripsi Oleh : Zuhriyah X 1 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MELALUI LATIHAN MOTORIK HALUS PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS D I C SEMESTER II DI SDLB NEGERI PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh : Zuhriyah X.5107707

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran PKn merupakan salah satu pelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan sikap seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus

BAB I PENDAHULUAN. mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak keterampilan yang harus dikuasai oleh anak baik sebagai mahluk individu maupun mahluk sosial. Salah satu keterampilan yang harus dikuasai anak adalah

Lebih terperinci

KB PAUD JATENG TERPADU RENCANA PROGRAM SEMESTER (PROMES) KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KB-A (USIA 2 3 TAHUN)

KB PAUD JATENG TERPADU RENCANA PROGRAM SEMESTER (PROMES) KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KB-A (USIA 2 3 TAHUN) KB PAUD JATENG TERPADU RENCANA PROGRAM (PROMES) KURIKULUM 2013 PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KB-A (USIA 2 3 TAHUN) 1 & 2 TAHUN PELAJARAN 2017 / 2018 YAYASAN PENGELOLA PENDIDIKAN BERMAIN KB PAUD JATENG TERPADU

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS ANAK MELALUI KEGIATAN MELIPAT KERTAS 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan. Perkembangan fisik sangat berkaitan erat dengan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN MENGGUNAKAN TEKNIK KATA LEMBAGA PADA SISWA KELAS II SD NEGERI JANTI KECAMATAN SLAHUNG KABUPATEN PONOROGO Basori Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI STANDAR ISI TENTANG TINGKAT PENCAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebermaknaan Hidup 1. Pengertian Kebermaknaan Hidup Kebermaknaan adalah berarti, mengandung arti yang penting (Poewardarminta, 1976). Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Lebih terperinci

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK A SEMESTER I

ANALISIS KURIKULUM & BAHAN AJAR TK A SEMESTER I SEMESTER I 1. Berjalan maju pada garis lurus (D.3.15). 2. Berjalan mundur dan ke samping (D.3.16). 3. Menirukan berbagai gerakan binatang atau senam 4. Merayap dan merangkak lurus ke depan (D.3.22). Manusia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Seti Nevi Arnesta Tondang NIM

SKRIPSI. Oleh Seti Nevi Arnesta Tondang NIM PELAKSANAAN PEMBELAJARAN MEMBACA PERMULAAN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BABA BAGI SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS D II SEKOLAH LUAR BIASA DHARMA RENA RING PUTRA 2 YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam. kecerdasan yang rendah. Gangguan perkembangan tersebut akan

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam. kecerdasan yang rendah. Gangguan perkembangan tersebut akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunagrahita merupakan anak yang mengalami gangguan dalam perkembangan mental, gangguan tersebut diakibatkan karena tingkat kecerdasan yang rendah. Gangguan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS. A. Kajian Pustaka. 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan tentang tunagrahita ringan a. Pengertian Tunagrahita Ringan Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SDN Percobaan 2 Kelas / Semester : 1 /1 Tema : Diriku (Tema 1) Sub Tema : Aku Merawat Tubuhku (Sub Tema 3) Pembelajaran ke : 2 Alokasi waktu :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Inne Yuliani Husen, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap anak terlahir dengan pertumbuhan dan perkembangannya masingmasing. Keduanya berjalan seiringan, menurut Witherington (Desmita) mengungkapkan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan pada materi yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Strandar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini merupakan kunci utama sukses sebuah program pendidikan nasional suatu bangsa. Dunia anak adalah dunia bermain, sehingga pendidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun anak anak. Sebagai contoh dalam memegang benda benda kecil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keterampilan motorik halus anak merupakan sebuah koordinasi antara mata dan tangan yang melibatkan gerakan otot otot kecil. Keterampilan motorik halus sangat berguna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN KOMPUTER PADA ANAK GANGGUAN INTELEKTUAL RINGAN (Di Kelas IX SLB C KembarKarya Pembangunan III Bekasi)

STRATEGI PEMBELAJARAN KOMPUTER PADA ANAK GANGGUAN INTELEKTUAL RINGAN (Di Kelas IX SLB C KembarKarya Pembangunan III Bekasi) STRATEGI PEMBELAJARAN KOMPUTER PADA ANAK GANGGUAN INTELEKTUAL RINGAN (Di Kelas IX SLB C KembarKarya Pembangunan III Bekasi) Wanda Fauziah wanda_fauziah@yahoo.co.id (Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 306-315 EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaan. (educational for all) yang tidak diskriminatif.

BAB I PENDAHULUAN. realitas diri dengan mengoptimalkan semua potensi kemanusiaan. (educational for all) yang tidak diskriminatif. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah sarana yang dapat mempermudah interaksi antar manusia di seluruh dunia. Sekarang ini komunikasi dan pendidikan merupakan bagian yang penting

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin

BAB II LANDASAN TEORI. yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Menulis Setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berpikir yang mendasari bahasa. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Momi Mahdaniar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Momi Mahdaniar, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses belajar mengajar aktifitas membaca, menulis dan berhitung merupakan hal penting yang dilakukan di sekolah, terutama di kelaskelas dasar, ketiga hal di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) secara umum dikembangkan menjadi keterampilan berbahasa yang meliputi mendengarkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menulis merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan, dengan tulis menulis juga dapat diartikan sebagai cara berkomunikasi dengan mengungkapkan pikiran, perasaan,

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA. Sufiana Jurnal Penelitian Pendidikan Indonesia (JPPI) Vol. 2, No. 2, April 17 ISSN 2477-22 (Media Cetak). 2477-3921 (Media Online) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENGURANGAN BERSUSUN MELALUI MEDIA GELAS BILANGAN PADA

Lebih terperinci

lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh Proses menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat

lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh Proses menulis dapat dipandang sebagai rangkaian aktivitas yang bersifat 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Menulis Pada hakekatnya, menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 429-437 EFEKTIFITAS BERMAIN PLAY DOUGH UNTUK MENINGKATKAN MOTORIK HALUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang UU No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir hingga usia

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Matematika Kelas/Semester : I/1 Tema : Diri Sendiri, Keluarga Standar Kompetensi : 1. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erma Setiasih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana belajar untuk mengembangkan potensi individu agar mencapai perkembangan secara optimal. Di tempat itulah semua potensi anak dikembangkan

Lebih terperinci

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016 Pengaruh Metode Senam Otak Melalui Gerakan Arm Activation Terhadap Peningkatan Kemampuan Menulis Permulaan Anak Cerebral Palsy Spastic Di SLB D YPAC Bandung Nera Insan N, Nia Sutisna Departemen Pendidikan

Lebih terperinci

2-3. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007

2-3. Checklist Indikator. PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun. Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 2-3 Checklist Indikator PERKEMBANGANANAK Usia 2-3 tahun Sumber: Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007 Diolah oleh: http://www.rumahinspirasi.com MORAL & NILAI AGAMA a. Dapat

Lebih terperinci