TEKNIK POSISI DAN PENYIMPANAN SPARE PARTS BERBASIS JIT PADA GUDANG BENGKEL OTOMOTIF
|
|
- Hendra Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TEKNIK POSISI DAN PENYIMPANAN SPARE PARTS BERBASIS JIT PADA GUDANG BENGKEL OTOMOTIF Julius Hendra Kurniawan 1 dan Indra Almahdy 2 Teknik Industri Universitas Mercu Buana Jakarta indraal@gmx.net 2 Abstrak Salah satu unsur penting pada suatu bengkel permobilan adalah penyimpanan Spare Parts. Hal Ini berhubungan erat kepada struktur biaya yang selanjutnya menentukan posisi kompetitif antara para pemain lain pada bidang industri. Just-In-Time merupakan praktek yang meliputi aktivitas apapun untuk mengurangi pemborosan. Hal Itu juga meliputi metode teknologi yang digunakan pada group (golongan). Di dalam hubungannya dengan metode aktivitas ini adalah dapat diterapkannya oleh group sparepart dengan tepat atau bentuk yang serupa. Pada tulisan ini dilakukan pengujian desain dan mengimplementasi golongan yang serupa dengan menggunakan pendekatan teknologi yang dikenal sebagai posisi perhitungan inventaris maksimum menunjuk salah satu pendekatan dari JIT. Desain ulang ini meliputi posisi penyimpanan dan tata ruang. Hasil menunjukkan bahwa metode kombinasi dengan penggunaan kendali inventaris dapat mengurangi penggunaan ruang untuk penyimpanan sparepart dan timbunan berlebih. Tulisan ini juga merupakan sebagai bahan pertimbangan penting selanjutnya yang berhubungan dengan perhitungan dan opname persediaan. Kata kunci: JIT, Just-In-Time, posisi inventaris maksimum, group dari teknologi, opname persediaan Abstract One of the important elements in a automotive workshop is spare parts storaging. This is closely related to cost structure that further determines the competitive position among other players within the industry. Just-in-Time practices encompass any activities to reduce waste. It also includes the use of group of technology method. In a storage related activities this method is applied by grouping spareparts with exact or similar forms. This paper examine the design and implementation of this similar group of technology approach known as maximum inventory position calculations referred as one of JIT approaches. This redesign includes the storage position and layout. The results show that this method combined with inventory control used could reduce space used for spare part storage and overstock. This paper also comes up with some further important considerations related to calculations and stock opname. Keywords: JIT, Just-in-Time, maximum inventory position, group of technology, stock opname 1. PENDAHULUAN Industri otomotif besar berkomitmen untuk memuaskan keinginan pelanggan. Studi menganalisis penerapan sistem JIT dengan menggunakan perhitungan Maximum Inventory Position (MIP) dan Teknik Penyimpanan Toyota (Toyota Storage System) agar PT X dapat mencapai tujuannya dengan fokus penerapan JIT di gudang suku cadangnya. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Filosofi Just In Time Just In Time adalah sebuah filosofi dan juga sekaligus merupakan metode dalam industri. Just In Time ditujukan untuk menurunkan tingkat pemborosan, total quality control dan customer satisfaction. Dalam hal suku cadang, dikenal beberapa pemborosan, antara lain: 1. Over Stock. Dengan mengatur maximum quantity dan lead time waktu Jurnal Ilmiah PASTI Volume V Edisi 1 - ISSN
2 pemesanan, maka pemborosan dapat dihilangkan. 2. Waktu tunggu. Dengan perhitungan persediaan yang tepat, maka tidak ada waktu tunggu bagi pelanggan. Teknik Just In Time didasari pada : 1. Memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan. 2. Menyimpan produk pada level yang dibutuhkan pelanggan. 3. Melakukan pemesanan suku cadang dengan frekuensi yang tepat. 4. Menyediakan suku cadang dengan menghilangkan segala pemborosan. 2.2 Just In Time pada logistik suku cadang Logistik suku cadang Just In Time berlandaskan konsep Sell One Buy One (Jual Satu Beli Satu). Ini berarti bahwa aliran suku cadang melalui rantai logistik seiring dengan permintaan pelanggan. Sell One Buy One dan logistik Just In Time pada dealer membutuhkan adanya : 1. Penambahan persediaan frekuensi tinggi (harian) 2. Inventory Control Max Max 3. Kebijakan pengadaan persediaan yang didefinisikan dengan jelas. 2.3 Maximum Inventory Position (MIP) Maximum Inventory Position adalah jumlah maksimum untuk setiap item suku cadang yang harus disediakan. MIP menjadi standar persediaan untuk menentukan apakah jumlah persediaan yang ada didalam gudang dan pesanan persediaan yang pesan dikategorikan sebagai over stock atau tidak. Standar yang dibuat harus mempertimbangkan beberapa hal berikut : 1. Lamanya waktu yang diperlukan dari saat pemesanan ke pemasok sampai suku cadang siap dijual. 2. Frekuensi pemesanan suku cadang yang dimaksud. 3. Lamanya toleransi keterlambatan yang telah ditentukan. 4. Perilaku permintaan pelanggan. Maximum Inventory Position untuk setiap item suku cadang ditentukan dengan rumus sebagai berikut : MIP MAD x (O/C +L/T + S/S) di mana : MIP Maximum Inventory Position MAD Monthly Average Demand (MAD) O/C Order Cycle L/T Lead Time S/S Safety Stock S/S for Lead Time + S/S for Demand Maximum Inventory Position yang menjadi standar persediaan dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya: 1. Monthly Average Demand (MAD) adalah permintaan rata-rata bulanan yang dihitung berdasarkan demand historis selama waktu tertentu untuk setiap item suku cadang dalam waktu 1 bulan. Rumus MAD : Jumlah permintaan selama N minggu 52 MAD x N Parameter Order Parameter Order adalah faktor-faktor yang mempengaruhi besar jumlah yang seharusnya dipesan yang dihitung dalam satu bulan. Faktor faktor tersebut adalah: Lead Time adalah waktu yang dibutuhkan suku cadang mulai dari menempatkan pesanan sampai tersimpan digudang dan siap di jual. Lead Time : Tanggal Order Tanggal Update Stok L / T 30 Order cycle adalah periode yang dibutuhkan antara pemesanan yang satu dengan pemesanan berikutnya. Apabila item suku cadang A dipesan 2 kali dalam 1 bulan maka O/C 1/2. Apabila item suku cadang A dipesan 15 kali dalam 1 bulan maka O/C 1/15 Rumus Order Cycle : O / C 1 Frekuensi Order dalam 1 bulan Safety Stock terdiri dari : o Safety stock for lead time (S/S for L/T) adalah besarnya persediaan pengaman yang 24 Jurnal Ilmiah PASTI Volume V Edisi 1 - ISSN
3 S S / / S for L / T o S for Demand dialokasikan untuk memenuhi permintaan selama adanya keterlambatan pengiriman dari pemasok, dihitung dalam satuan waktu. L / T terpanjang L / T rata rata L / T rata rata Safety Stock for Demand (S/S for demand) adalah besarnya persediaan pengaman yang dialokasikan untuk memenuhi permintaan yang berfluktuasi, dihitung dalam satuan waktu. Permintaan Max Permintaan rata rata Permintaan rata rata Untuk mendasarkan sistem Inventory Control yang baik, diperlukan sistem pemesanan yang mendukung sehingga bisa mewujudkan kondisi persediaan yang ramping dan ketersediaan suku cadang yang baik. Metode Inventory Control terbagi menjadi 2: 1. Metode Max Min Penambahan jumlah persediaan hanya terjadi setelah total persediaan lebih kecil dari suatu tingkat tertentu yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan lot pesanan yang besar, safety stock yang lebih tinggi dan waktu pemesanan yang tidak teratur. 2. Metode Max Max Penambahan jumlah persediaan terjadi setiap kali sebuah item suku cadang dijual atau total persediaannya lebih kecil dari nilai maksimumnya sehingga memungkinkan untuk meminimasi safety stock yang ada di gudang. 2.4 Teknik Penyimpanan Suku Cadang Terdapat beberapa teknik penyimpanan, dalam hal ini banyak mengacu pada model Toyota yang digunakan untuk menciptakan suasana kerja serta penyimpanan suku cadang yang aman dan efisien, yaitu: 1. Mengelompokkan suku cadang yang mirip atau sama ukurannya berupa group of technology. Suku cadang yang mirip atau sama ukurannya dikelompokkan bersama-sama dalam satu rak. Sesuaikan jarak panel rak agar pemakaian ruangan lebih efisien. 2. Menyimpan suku cadang pada posisi vertikal. Misalnya, body part harus disimpan secara vertikal dan diberi alat pemisah agar tidak roboh atau rusak dan juga akan mudah untuk disimpan atau diambil. Pipe (knalpot), harus disimpan pada posisi vertikal juga. 3. Menyimpan suku cadang pada tempat atau rak yang mudah dijangkau oleh petugas gudang. Panel paling atas, disarankan untuk suku cadang yang sifatnya sementara, yang diakibatkan dari kelebihan lokasi yang sebenarnya atau suku cadang kembalian. 4. Menyimpan suku cadang yang berat di bagian bawah rak agar aman dan mudah dalam penanganannya. Hal ini juga untuk menghindari bahaya terhadap pekerja karena kemungkinan jatuhnya suku cadang yang berat. 5. Menyimpan suku cadang pada masingmasing lokasi (satu nomor suku cadang untuk satu nomor lokasi.). Satu nomor suku cadang disimpan pada satu nomor lokasi, agar mudah untuk mengambil atau menyimpan suku cadang. Suku cadang yang kecil harus disimpan dalam kotak untuk menghindari suku cadang tersebut jatuh atau tercampur dengan suku cadang yang bersebelahan, dan untuk memisahkan masing-masing lokasi pada masing-masing panel. Juga dipasang Tag Nomor Lokasi untuk membantu memperjelas identitas atau nomor lokasi serta mengurangi pemborosan waktu ketika mencari suku cadang. Alat pemisah juga dipakai untuk memisahkan antara lokasi yang satu dengan yang lainnya. 6. Menandai suku cadang yang pergerakannya tidak teratur (selalu berlebih pada lokasinya). Untuk mengefektifkan pengontrolan ruangan gudang, perlu adanya tanda visualisasi pada suku cadang yang pergerakannya tidak teratur seperti suku cadang yang diterima selalu berlebih dari maksimum kapasitas lokasinya. Dengan tanda tersebut, dapat memudahkan suatu penanggulangan yang cepat seperti relokasi atau dimasukkannya ke lokasi cadangan. 7. Menyimpan suku cadang sesuai dengan gerak lakunya suku cadang. Pada waktu perencanaan penyimpanan Jurnal Ilmiah PASTI Volume V Edisi 1 - ISSN
4 barang, pertimbangkan juga tingkat laju penjualan suku cadang tersebut. 3. DATA DAN PENGOLAHAN 3.1 Data Awal Data sebagai bahan acuan untuk melakukan improvement terhadap gudang suku cadang adalah data yang diharapkan dapat membantu penulis dalam melakukan analisa untuk melakukan efisiensi pada ruang rak penyimpanan suku cadang serta penerapan Maximum Inventory Position (MIP) pada persediaan suku cadang. Data yang diambil berdasarkan suku cadang Fast Moving Part yang diletakkan dalam kotak yang ukurannya tipis dan tidak terlalu besar. Sebagai contoh adalah suku cadang Element Air Cleaner (EAC) atau Saringan Udara. 3.2 Profil Gudang Suku Cadang Ukuran Gudang : 6 x 6 m Luas Gudang : 36 m² Jumlah Petugas : 2 orang Jumlah Item suku cadang: 699 item Terdiri dari : 1. Fast Moving Part : 325 item 2. Slow Moving Part : 374 item Jumlah Rak : 12 buah Ukuran Rak : 1.000x400x1.800 mm Luas area yang terpakai untuk rak : mm² 4,8m² 3.3 Perhitungan Pada saat ini gudang suku cadang bengkel belum menggunakan MIP karenanya pemesanan suku cadang dilakukan dengan cara melihat historical The demand penjualan suku cadang pada 1 bulan sebelumnya dan perkiraan demand bulan berjalan. Tetapi dengan cara tersebut sering kali terdapat beberapa jenis suku cadang yang mengalami kekurangan persediaan. Sehingga kadang-kadang bengkel mengalami lost sales karena tidak dapat menyediakan suku cadang yang ingin dibeli oleh pelanggan. Selain itu ada pula suku cadang yang mengalami kelebihan persediaan (over stock) sehingga nilai investasi yang ditanamkan untuk suku cadang tesebut dalam gudang sangat besar dan perputaran keuangan sangat lambat. Berikut ini adalah persediaan EAC di gudang pada saat ini. Terdapat 13 jenis EAC yang terdiri dari 6 jenis EAC untuk kendaraan minibus dan 7 jenis EAC untuk kendaraan sedan. Jumlah nilai persediaan EAC saat ini adalah Rp Metode yang digunakan gudang dalam pemesanan suku cadang adalah metode inventory control Max Min. Penambahan jumlah persediaan suku cadang dilakukan setelah total persediaan suku cadang lebih kecil dari suatu tingkat tertentu yang telah ditetapkan. Hal ini mengakibatkan jumlah pesanan suku cadang yang besar, persediaan pengaman yang lebih tinggi dan waktu pemesanan tidak teratur. Fungsi tata letak sangat penting hubungannya dengan kinerja karyawan. Dengan adanya tata letak yang tersusun dengan rapi maka kinerja dan semangat kerja karyawan akan meningkat. Dengan penataan rak penyimpanan suku cadang pada gudang dapat diketahui bahwa gudang tersebut sudah tidak memiliki ruang penyimpanan yang memadai karena tidak terdapat ruang yang cukup untuk bergerak dengan leluasa di gudang. Untuk itu harus dilakukan penataan ulang sehingga dapat mengurangi ruang penyimpan pada rak yang tidak terpakai. Tabel 1 Persediaan EAC Sebelum Penerapan Sistem JIT No Suku cadang Nama Suku Cadang Harga Jual OH Nilai Persediaan EAC To M010 EAC M020 EAC EAC EAC EAC EAC EAC EAC EAC BZ020 EAC YZC01 EAC TOTAL Ke : EAC : ELEMENT AIR CLEANER 26 Jurnal Ilmiah PASTI Volume V Edisi 1 - ISSN
5 Rak Fast Moving Parts berukuran x 400 x mm. Rak ini terdiri dari 7 rak yang berisi EAC sebanyak 4 rak dan fuel filter sebanyak 3 rak. Dari ke 7 rak tersebut yang dapat dilakukan efisiensi adalah rak EAC karena EAC memiliki kotak yang ukurannya tipis dan tidak terlalu besar sedangkan fuel filter memiliki kotak yang ukurannya persegi panjang dan tidak tipis. Jadi rak yang akan dilakukan efisiensi adalah rak 4, rak 5, rak 6 dan rak 7. Tabel 2 Ringkasan Perhitungan dari Keempat Rak Sebelum Penerapan Sistem JIT Rak Volume rak yang terpakai ( cm³ ) Volume rak yang Persentase ruang tersisa ( cm³ ) sisa ( % ) ,5 44,5 44, ,5 127,5 31,875 MIP adalah jumlah maksimum untuk setiap item suku cadang yang harus disimpankan atau ideal stock. MIP menjadi persediaan standar untuk menentukan apakah jumlah persediaan yang ada di dalam gudang dan pesanan persediaan dikategorikan sebagai over stock atau tidak. Untuk menentukan MIP, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menghitung Monthly Average Demand (MAD) 2. Menentukan parameter order yaitu Lead Time, Order Cycle dan Safety Stock 3. Menghitung MIP MIP yang diperoleh selanjutnya dibandingkan dengan persediaan suku cadang On Hand (O/H) sekarang yang ada di gudang. Jika: 1. persediaan suku cadang di gudang lebih besar daripada MIP berarti persediaan suku cadang yang ada di gudang mengalami over stock. 2. persediaan suku cadang di gudang sama dengan MIP berarti persediaan suku cadang yang ada di gudang sudah ideal. 3. persediaan suku cadang di gudang lebih kecil daripada MIP, berarti persediaan suku cadang tersebut harus dipesan kembali. Jumlah suku cadang yang harus dipesan tersebut harus mencapai posisi MIP. Sistem yang digunakan dalam Just In Time adalah metode inventory control Max Max yaitu penambahan jumlah persediaan terjadi setiap kali sebuah item suku cadang dijual atau total persediaan nya lebih kecil dari nilai maksimumnya (sell one buy one). Dengan sistem persediaan ini memungkinkan untuk meminimasi safety stock yang ada digudang. Untuk menentukan MIP, dilakukan beberapa langkah sebagai berikut: 1. Menghitung MAD Untuk menghitung MAD diperlukan catatan historis atau data pengeluaran dan penjualan EAC tersebut dalam jangka waktu 12 minggu atau 3 bulan. Sebagai contoh EAC untuk mobil sedan Corolla tahun X, pada Tabel [3]. Tabel 3 EAC untuk mobil sedan Corola tahun X Nama Suku Cadang : EAC Nomor Suku cadang : Harga : Rp To Bulan Jumlah yang terjual Menentukan parameter order Lead Time (L/T) Untuk peng-up date-an persediaan biasanya dilakukan pada setiap awal bulan yaitu tanggal 1 sedangkan pemesanan suku cadang dilakukan setiap 3 hari sekali (untuk pemesanan suku cadang yang menjadi persediaan gudang). Jadi tanggal pemesanan berikutnya adalah tanggal 4. Tanggalorder Tanggal update persediaan L/T ,1 Order Cycle (O/C) Karena pemesanan dilakukan setiap 3 hari sekali maka dalam 1 bulan frekuensi pemesanannya adalah 10 kali (1 bulan 30 hari) Jurnal Ilmiah PASTI Volume V Edisi 1 - ISSN
6 O/C 1 Frekuensi pemesanan dalam 1 bulan ,1 Safety Stock (S/S) dan Lead Time terpanjang adalah 4 hari. Sedangkan rata-rata Lead Time suku cadang adalah 3 hari. Untuk Safety Stock for demand, permintaan dilihat dari historical demand selama 3 bulan terakhir dan dari 3 bulan terakhir tersebut dilihat berapa permintaan maksimal dan berapa permintaan rataratanya. L / T terpanjang L / T rata rata S/S for L/T L / T rata rata ,33 S/S for Demand Permintaan Max Permintaan rata rata Permintaan rata rata S/S S/S for L/T + S/S for Demand 0, ,33 3. Menghitung MIP MIP MAD x (O/C +L/T + S/S) 1 x (0,1 + 0,1 + 1,33) 1 x 1,53 1,53 2 buah Setelah MIP dari EAC diketahui untuk sedan Corolla tersebut yaitu 2 buah, maka dibandingkan dengan persediaan di gudang. Persediaan EAC di gudang adalah 3 buah. Karena persediaan EAC di gudang lebih besar dari MIP EAC maka EAC ini mengalami over stock sebanyak : Over stock persediaan gudang MIP buah Jadi EAC ini mengalami over stock sebanyak 1 buah. Untuk mengetahui berapa banyak biaya yang dikeluarkan akibat over stock ini adalah: Persediaan gudang 3 buah X Rp Rp MIP 2 buah X Rp Rp Over stock Rp Rp Rp Jadi jumlah biaya yang diakibatkan over stock adalah Rp Jika Just In Time digunakan pada persediaan EAC mobil sedan Corolla tahun X maka terdapat penghematan pengeluaran akibat over stock sebanyak Rp Selain menghemat pengeluaran, juga dapat mengurangi ruang simpan dari EAC yang berlebihan. Setelah menerapkan Sistem JIT yaitu dengan menghitung MIP untuk setiap suku cadang dengan jenis EAC maka dapat diketahui bahwa persediaan EAC di gudang mengalami over stock sebesar Rp Seharusnya agar persediaan EAC di gudang mencapai posisi ideal atau MIP gudang hanya perlu mengeluarkan biaya pembelian sebesar Rp dan dapat menghemat biaya pengeluaran akibat over stock sebanyak Rp Untuk mendapatkan ruang penyimpanan yang lebih luas dan lapang maka dicoba untuk menerapkan salah satu teknik pada 7 Teknik Penyimpanan Toyota, yaitu menyimpan suku cadang pada posisi vertikal. Dengan menyimpan suku cadang pada posisi vertikal, akan mudah dilakukan penyesuaian ukuran lokasi penyimpanan dengan tingkat persediaan yang ada, dengan demikian pemakaian ruangan penyimpanan suku cadang dapat lebih efisien. Setelah dilakukan perubahan dengan cara meletakkan suku cadang ini dengan posisi vertikal dapat dilihat dari Tabel [4] efisiensi yang didapat. Jadi, setelah sistem JIT diterapkan dengan salah satu teknik dalam 7 Teknik Penyimpanan Toyota yaitu menyimpan suku cadang pada posisi vertikal maka didapatkan efisiensi ruang penyimpanan suku cadang pada rak yang sebelumnya sebesar 31,875 % menjadi 72,3 %. Dengan efisiensi ruang penyimpanan suku cadang di rak, maka tata letak gudang suku cadang juga dapat diubah dengan menyingkirkan rak yang tidak terpakai dan 28 Jurnal Ilmiah PASTI Volume V Edisi 1 - ISSN
7 menatanya kembali, sehingga gudang dapat digunakan untuk area penerimaan barang yang sebelumnya sempit. Tabel 4 Ringkasan Perhitungan dari keempat rak setelah penerapan Sistem JIT Volume Rak rak yang Volume rak yang Persentase ruang terpakai ( cm³ ) tersisa ( cm³ ) sisa ( % ) ,8 3, ,8 49,2 72,3 Jadi penyusunan rak dilakukan berdasarkan pergerakan pengeluaran sukucadang seperti pada Tabel [5] Tabel 5 Penataan rak berdasarkan pergerakannya No. Jenis Rak Pergerakan Bobot 1 Fast Moving Parts Cepat 4 2 Chemical Parts Cepat 4 3 Belt Sedang 3 4 Medium Parts Sedang 3 5 Small Parts Lambat 2 Large and Sangat 6 7 Body Parts Accesories Parts Lambat 1 Sangat Lambat 1 Rak dengan bobot yang lebih besar diletakan dekat dengan loket pengambilan suku cadang oleh mekanik. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Suku cadang yang mempunyai fungsi, bentuk dan ukuran yang sama dikelompokkan kemudian disimpan pada rak penyimpanan yang sama. Peletakan suku cadang ini dilakukan dengan posisi vertikal. Dengan penyimpanan suku cadang yang dilakukan dengan posisi vertikal, suku cadang yang disimpan dapat lebih banyak. Setiap suku cadang diberi alat pembatas yang berfungsi sebagai pemisah agar suku cadang tidak roboh atau rusak, dan juga akan memudahkan penyimpanan atau pengambilan suku cadang tersebut. Selain itu penyimpanan suku cadang dengan posisi vertikal akan memudahkan penyesuaian ukuran lokasi penyimpanan dengan tingkat persediaan yang ada, dengan demikian pemakaian ruangan penyimpanan suku cadang dapat lebih efisien. Dengan menerapkan penghitungan MIP pada gudang suku cadang, maka persediaan suku cadang akan dapat dikendalikan serta dapat menghemat biaya pengeluaran akibat berlebihnya suku cadang yang dipesan. Apabila pada saat penerapan MIP ternyata banyak terdapat suku cadang yang berlebihan (over stock) maka dapat dilakukan tindakan sebagai berikut: 1. Mengurangi jumlah untuk pemesanan berikutnya. Dalam hal ini dapat diubah parameter Safety stock-nya. 2. Apabila belum mengurangi jumlah over stock, dapat dilakukan : a. Memberikan diskon untuk suku cadang tersebut agar dapat menarik pelanggan untuk membelinya. b. Melelang suku cadang tersebut pada toko-toko suku cadang yang lain. c. Menawarkan atau menginformasikan kepada bengkel cabang yang lain. d. Scraping. Dengan diterapkannya sistem JIT, penerapan perhitungan MIP, penerapan teknik penyimpanan Toyota dan melalui perbaikan terus menerus (continuous improvement) maka penggunaan rak penyimpanan dapat diefisiensikan dari 31,875 % menjadi 72,3 %. Dan dengan diterapkannya MIP, maka jumlah EAC yang disediakan dapat dikendalikan sehingga dapat mengurangi biaya pembelian. Nilai persediaan dapat dikurangi dari Rp menjadi Rp sehingga menghemat biaya pengeluaran sebesar Rp Selain itu pada gudang juga dilakukan penataan ulang karena ada satu rak yang kosong akibat penerapan sistem JIT dan dikeluarkan dari gudang. Tata letak gudang tidak banyak terdapat perubahan, hanya penataan ulang dengan mengelompokkan suku cadang berdasarkan ukuran dan bentuknya. Area penerimaan suku cadang yang baru saja tiba diantar oleh pemasok diperluas karena terlalu sempit dan dipindahkan dari area yang dekat dengan papan kontrol ke area yang berada di dekat pintu keluar masuk. Sehingga suku cadang yang baru tiba tidak Jurnal Ilmiah PASTI Volume V Edisi 1 - ISSN
8 terlalu jauh untuk dibawa masuk ke gudang suku cadang. Maka dapat dikatakan dengan masuknya sistem JIT, sangat membantu melancarkan jalannya kegiatan dalam gudang suku cadang. Juga menghilangkan pemborosan dan meningkatkan kinerja gudang suku cadang. 5. KESIMPULAN DAN SARAN Beberapa kesimpulan: 1. Penggunaan Teknik Penyimpanan Toyota yang memiliki persamaan dengan group of technology dapat mengurangi pemborosan yang ada. Dengan mengelompokkan suku cadang yang mirip atau sama ukurannya, dan menyimpannya pada posisi vertikal, maka ruang penyimpanan suku cadang pada rak dapat digunakan semaksimal mungkin. Ruang penyimpanan suku cadang yang kosong dapat digunakan secara efisien. 2. Penggunaan penghitungan MIP dapat membantu penentuan persediaan gudang dan pesanan harian. 3. Penggunaan Metode inventory control Max-Max dapat mengurangi biaya pengeluaran untuk jenis suku cadang yang berlebihan (over stock) dan juga mengurangi ruang penyimpanan dalam gudang suku cadang. Untuk mempertahankan pelaksanaan sistem JIT pada gudang suku cadang dapat diberikan saran: 1. Pengawasan persediaan gudang agar dilakukan secara berkala dan sesering mungkin agar tingkat persediaan yang dibutuhkan oleh pelanggan tetap terjaga. 2. Penambahan petugas gudang yang khusus untuk menangani persediaan karena petugas gudang yang ada sudah tidak dapat mengontrol persediaan dengan baik karena tingginya frekuensi pekerjaan melayani permintaan mekanik dan pelanggan. 3. Penghitungan Monthly Average Demand (MAD) dilakukan sedikitnya satu bulan sekali dari data yang terbaru agar penghitungan MIP tetap up to date dan persediaan dapat dikendalikan. 4. Stock Opname dilaksanakan sedikitnya 4 kali dalam setahun agar terjadi keseimbangan antara sistem pencatatan dengan komputer dengan persediaan fisik suku cadang di gudang. Daftar Pustaka Chase, Richard B.; Nicholas J. Aquiland; F. Robert Jacobs Operation Management For Competitive Advantage. Ninth Edition Sulistyono, Agus Modul Toyota Partsman Training Level I, Inventory Control Suku Cadang Toyota. Turban, Efraim; Ephraim Mclean; James Wetherbe Information Technology For Management, Transforming Business In The Digital Economy, 3/e. 30 Jurnal Ilmiah PASTI Volume V Edisi 1 - ISSN
IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO
IMPLEMENTASI KANBAN PEMESANAN SEBAGAI METODE ORDER UNTUK SUPPLIER PT. INDONESIA KOITO Siti Rohana Nasution Leili Septianingrum Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila Srengseng
Lebih terperinciANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR
ANALISIS PENENTUAN STOK SUKU CADANG PADA PT. KARS INTI AMANAH (KALLA KIA) CABANG MAKASSAR Bayum Pacsi Pataddungi, Andi Pawennari, Nurul Chairany Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri Universitas
Lebih terperinciTabel I.1 Dimensi Rak Penyimpanan Jumlah Area Dimensi Rak Material
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persediaan adalah suatu sumber daya mengganggu (idle resources) yang keberadaanya menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut disini dapat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas
Lebih terperinciManajemen Persediaan. Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si. Manajemen. Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis
Modul ke: 05Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan (Stochastics Model) Hesti Maheswari SE., M.Si Program Studi Manajemen Menghindari Kerusakan Menghindari Keterlambatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Barang persediaan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, baik dalam kegiatan sehari-hari maupun dalam kegiatan yang kompleks seperti kegiatan industri. Dalam dunia
Lebih terperinciINVESTASI DALAM PERSEDIAAN
INVESTASI DALAM PERSEDIAAN Persediaan (Inventory) mrpk elemen utama dari Modal Kerja karena : 1. Jml persediaan paling besar dj dibanding dg Modal Kerja lainnya 2. Aktiva yg selalu dlm keadaan berputar,
Lebih terperinciMata Kuliah Pemodelan & Simulasi. Riani Lubis. Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia
Mata Kuliah Pemodelan & Simulasi Riani Lubis Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Teori Inventori Inventory merupakan pengumpulan atau penyimpanan komoditas yang akan digunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi kompetisi yang meningkat dan kemajuan teknologi yang cepat, mendorong setiap perusahaan untuk mempunyai manajemen yang baik dan mampu bekerja
Lebih terperinciBAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN
BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah bahan mentah, barang dalam proses, barang jadi, bahan penolong yang disimpan dalam antisipasinya terhadap pemenuhan permintaan. Definisi
Lebih terperinciPengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan
Petunjuk Sitasi: Fatimah, Syukriah, & Nurul, A. (2017). Pengendalian Persediaan Bahan Baku untuk Waste Water Treatment Plant (WWTP) dengan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. H137-142). Malang: Jurusan
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN. ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara
MANAJEMEN PERSEDIAAN ERLINA, SE. Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Sumatera Utara A. Pendahuluan Manajemen persediaan merupakan hal yang mendasar dalam penetapan keunggulan kompetatif
Lebih terperinciPerbaikan Sistem Pergudangan di PT. X
Perbaikan Sistem Pergudangan di PT. X Otto Pratama 1, I Gede Agus Widyadana 2 ABSTRACT: This paper anlayze PT X warehouse system since some problems that are faced by the company such as full capacity
Lebih terperinciOPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK ABSTRAK
OPTIMASI PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN BAHAN BAKU DI PT. SIANTAR TOP TBK Robby Hidayat, Moses L.Singih, Mahasiswa MMT ITS Manajemen Industri Email : Robbie_First@Yahoo.Com ABSTRAK PT. Siantar Top Tbk adalah
Lebih terperinciPerancangan Gudang dan Sistem Manajemen Pergudangan di UD. Wirakarya
Perancangan Gudang dan Sistem Manajemen Pergudangan di UD. Wirakarya James Lee 1, Herry Christian Palit 2 Abstract: UD. Wirakarya is a trading company which sells steel material. Its focus mainly on construction
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan
Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini akan membahas tentang gambaran umum manajemen persediaan dan strategi persdiaan barang dalam manajemen persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ir. Rini Anggraini
Lebih terperinciPERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) ABSTRAK
PERANCANGAN PENGELOLAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PIPA PVC DI PT. DJABES SEJATI MENGGUNAKAN METODE JUST IN TIME (JIT) Oleh : Henny Wunas, I Nyoman Pujawan Wunas_henny@yahoo.com, pujawan@ie.its.ac.id ABSTRAK
Lebih terperinciImprovement Sistem Pemenuhan dan Penyimpanan Seragam PT. XYZ
Improvement Sistem Pemenuhan dan Penyimpanan Seragam PT. XYZ Octaviona Inge Setiawan 1, Tanti Octavia 2 Abstract: Problem were found in a uniform warehouse in PT. XYZ are about uniform storage and overstock.
Lebih terperinciInventory Management. Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017
Inventory Management Ir. Dicky Gumilang, MSc. Universitas Esa Unggul Juni 2017 Apa yang dimaksud inventory? Inventory adalah bahan baku. Suku cadang, barang setengah jadi, atau barang jadi yang disimpan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya perusahaan di dunia industri saat ini menuntut setiap perusahaan untuk terus berusaha mencari cara terbaik agar memiliki daya saing yang lebih tinggi daripada
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)
MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) KONSEP DASAR Salah satu fungsi manajerial yang sangat penting dalam operasional suatu perusahaan adalah pengendalian persediaan (inventory control), karena kebijakan persediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seperti yang kita lihat dan rasakan sekarang ini persaingan di dunia bisnis semakin lama semakin tinggi dan sulit. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat memberikan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Identifikasi, Analisis, dan Evaluasi Sistem Pengendalian Bahan Baku Tahun 2011 Bahan baku merupakan suatu material yang memiliki peranan penting dalam proses produksi. Ketersediaan
Lebih terperinciPERENCANAAN SISTEM PERSEDIAAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. UTOMO MOTOR DI SURABAYA
PERENCANAAN SISTEM PERSEDIAAN SUKU CADANG SEPEDA MOTOR UNTUK MENGURANGI BIAYA PERSEDIAAN PADA PT. UTOMO MOTOR DI SURABAYA Angela Utami Dewi Kristiana, Katjuk Astrowulan, Nurhadi Siswanto Program Studi
Lebih terperinciDAFTAR ISI A. SPAREPART OPERATIONAL STANDARD A.1. GUDANG SPARE PARTS... 1 A.2. ADMINISTRASI... 2 A.3. SALES & MARKETING...
DAFTAR ISI A. SPAREPART OPERATIONAL STANDARD 2014... 1 A.1. GUDANG SPARE PARTS... 1 A.2. ADMINISTRASI... 2 A.3. SALES & MARKETING... 3 A.4. INVENTORY... 5 A.5. SUMBER DAYA MANUSIA... 5 B. SUZUKI DEALER
Lebih terperinciSistem Pemesanan Outline:
Sistem Pemesanan Outline: I. What is Order Point? II. Safety Stock III. Service Level IV. Penentuan Order Point V. Periodic Order Quantity (POQ). Kuliah ke-9 Rabu, 2 8 Nov 2008 Case: Inventory or Just
Lebih terperinciSlide 0 dari 51. BRANCH MANAGER DEVELOPMENT PROGRAM SESI 16 : Spare Part Management
Slide 0 dari 51 BRANCH MANAGER DEVELOPMENT PROGRAM SESI 16 : Spare Part Management Bab 1. Pengantar Management Spare Parts Product Spare Parts Non Genuine Parts Slide 1 dari 51 MANAGEMENT SPAREPARTS :
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal
Lebih terperincidi CV. NEC, Surabaya
Perbaikan Tata Letak Gudang Mesin Fotokopi Rekondisi di CV. NEC, Surabaya Indri Hapsari 1 dan Albert Sutanto 2 Teknik Industri Universitas Surabaya Jl. Raya Kalirungkut Surabaya Email: indri@ubaya.ac.id
Lebih terperinciPENINGKATAN EFISIENSI WAKTU ANALISA INVENTORY SPAREPART DENGAN ALAT BANTU PROGRAM INVENTORY DASHBOARD DI PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA
PENINGKATAN EFISIENSI WAKTU ANALISA INVENTORY SPAREPART DENGAN ALAT BANTU PROGRAM INVENTORY DASHBOARD DI PT. ISUZU ASTRA MOTOR INDONESIA Jatmiko Arif Wibowo, Edi Santoso ABSTRACT PT. Isuzu Astra Motor
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi
Lebih terperinciPENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY
PENGENDALIAN PERSEDIAAN SUKU CADANG UNIT GRAND LIVINA DENGAN MENGGUNAKAN KLASIFIKASI ABC DAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ) MULTI ITEM PADA PT NISSAN MOTOR DISTRIBUTOR INDONESIA Saptono Kusdanu Waskito.,
Lebih terperinciPENGENDALIAN PERSEDIAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAKAIAN VOLUME GUDANG DI PT. SIM BEKASI. Basuki. Abstrak
PENGENDALIAN PERSEDIAAN UNTUK MENGOPTIMALKAN PEMAKAIAN VOLUME GUDANG DI PT. SIM BEKASI Basuki Abstrak PT. SIM merupakan salah satu perusahaan yang memproduksi kendaraan dengan cara merakit berbagai macam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. saat mereka membuat keputusan untuk memecahkan masalah. Output SIM dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sumber daya yang dapat dimiliki oleh suatu unit bisnis untuk membantu menyediakan informasi kepada pihak manajemen
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT. ETB
46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi analitik yaitu untuk mengetahui penilaian kinerja persediaan produk Trigger Coil pada PT.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persediaan(inventory) merupakan stok barang yang disimpan oleh suatu perusahaan untuk memenuhi permintaan pelanggan. Umumnya setiap jenis perusahaan memiliki
Lebih terperinciBAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA
BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan adalah data yang didapat dari bulan Mei 2007 sampai bulan Juli 2007 yaitu berupa data-data yang berkaitan dengan perencanaan
Lebih terperinciManajemen Keuangan. Pengelolaan Persediaan. Basharat Ahmad, SE, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Manajemen
Manajemen Keuangan Modul ke: Pengelolaan Persediaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad, SE, MM Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengelolaan Persediaan Materi Pembelajaran Persediaan
Lebih terperinciManajemen Persediaan. Manajemen Pembelian. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.
Modul ke: Manajemen Persediaan Manajemen Pembelian Fakultas FEB Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pembelian (purchasing) adalah suatu proses pencarian sumber dan pemesanan barang atau jasa untuk
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN. Heizer & Rander
MANAJEMEN PERSEDIAAN Persediaan : stok dari elemen-elemen/item-item untuk memenuhi kebutuhan di masa yang akan datang atau bahan/barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu
Lebih terperinciBab 8 Manajemen Persediaan
Dasar Manajemen Keuangan 110 Bab 8 Manajemen Persediaan Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan tentang pengertian dan jenis persediaan, cara menghitung tingkat perputaran persediaan, jenis
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN
Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi Seluruh Data Tetap Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen SEKILAS MENGENAI PERSEDIAAN
Lebih terperinciBAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Koperasi Niaga Abadi Ridhotullah (KNAR) adalah badan usaha yang bergerak dalam bidang distributor makanan dan minuman ringan (snack). Koperasi
Lebih terperinciManajemen Persediaan FEB. Modul ke: Penentuan Jumlah Persediaan dengan Metode Deterministik. Fakultas Manajemen. Program Studi.
Modul ke: FEB Manajemen Persediaan Penentuan Jumlah Persediaan dengan Metode Deterministik Fakultas Manajemen 04 Program Studi www.mercubuana.ac.id Persediaan dengan Metode Deterministik Pemanfaatan model
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Saat ini, banyak terjadi perubahan yang cukup drastis pada lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini, banyak terjadi perubahan yang cukup drastis pada lingkungan bisnis dunia secara global. Menurut Hansen dan Mowen (2000:15-18) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI
BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian dan Tujuan Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan perdagangan ataupun pabrik selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1. Diagram Alir Sistematika Pemecahan Masalah 30 31 3.1.Tahap Identifikasi dan Pendahuluan Tahap identifikasi dan pendahuluan dilakukan dengan cara melakukan studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Dalam menghadapi ketatnya persaingan industri retail yang menjual produk Fast Moving Consumer Goods (FMCG), pengelola dituntut untuk mengoperasikan retail secara efektif
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Semakin meningkatnya permintaan pelanggan akan suatu barang membuat perusahaan berusaha untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memperlancar pemenuhan permintaan
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN
Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Ruang Lingkup Manajemen Persediaan Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen Pembahasan Ruang lingkup management persediaan Pengelolaan
Lebih terperinciProgram Studi Teknik Industri Fakultas Rekayasa Industri, Telkom University 1
RANCANGAN USULAN ALOKASI PENYIMPANAN DAN PROSES REPLENISHMENT MENGGUNAKAN METODE FSN ANALYSIS DAN KANBAN CARD PADA BIN DAN PIGEONHOLE DI RAK APOTEK RUMAH SAKIT XYZ 1 Maya Putri Arumsari, 2 Dida Diah Damayanti,
Lebih terperinciUSULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA
USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan adalah barang yang dibeli/diproduksi/dimiliki oleh perusahaan yang akan dijual kembali sebagai aktivitas atau kegiatan normal perusahaan
Lebih terperinciPENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA
Oktavianus: PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME... PENGENDALIAN PERSEDIAAN BARANG DENGAN DEMAND DAN LEAD TIME YANG BERSIFAT PROBABILISTIK DI UD. SUMBER NIAGA Ferry Oktavianus ),
Lebih terperinciIr. Rini Anggraini, MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.
Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Model stokastik adalah model yang menganggap bahwa nilai-nilai parameter merupakan nilai-nilai yang tidak tetap dengan satu atau lebih parameter tersebut merupakan variabel
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Selama kurang lebih 1 (satu) bulan terhitung sejak 05 Juli s/d 13 Agustus 2010 penulis melaksanakan kerja praktek di Balai Besar Bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah untuk mendapat keuntungan dengan biaya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laju perekonomian yang semakin meningkat dan tingkat persaingan yang semakin tajam, suatu perusahaan harus lebih giat dalam mencapai tujuan. Tujuan perusahaan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tambahan manfaat atau penciptaan faedah baru. Perencanaan produksi merupakan
56 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Sistem Pengadaan Bahan Baku PT Inalum 4.1.1. Perencanaan Produksi PT Inalum Produksi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dapat menimbulkan tambahan manfaat atau
Lebih terperinciPROSEDUR KEGIATAN PENERIMAAN SPAREPARTS DI RECEIVING SECTION CENTRAL STORE PT.Y
PROSEDUR KEGIATAN PENERIMAAN SPAREPARTS DI RECEIVING SECTION CENTRAL STORE PT.Y Yuli Nurti 1, Muhammad Satar, SE., MM 2 Program Studi Teknik & Manajemen Pembekalan Fakultas Teknik Universitas Nurtanio
Lebih terperinciMANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI
INVENTORY MANAGEMENT MANAJEMEN PRODUKSI- OPERASI Manajemen Persediaan Manajemen persediaan merupakan suatu cara untuk mengelola dan mengendalikan persediaan agar dapat melakukan pemesanan yang tepat sehingga
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan
BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis
Lebih terperinciManajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen
Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) EOQ Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Sebelum penggunaan MRP, perencanaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Thailand, Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Angka produksi dan angka
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Asia Tenggara didominasi oleh empat negara yang tercatat sebagai basis produksi kendaraan bermotor, yaitu Thailand, Indonesia, Malaysia,
Lebih terperinciEkonomi & Bisnis Manajemen
Manajemen Persediaan Modul ke: 12Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) PPB Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement
Lebih terperinciPENGELOLAAN GUDANG & PERSEDIAAN. Pundu Learning Centre
PENGELOLAAN GUDANG & PERSEDIAAN Pundu Learning Centre PERSEDIAAN Yang dimaksud Persediaan disini adalah Persediaan yang meliputi Pupuk, Pestisida, Suku Cadang, BBM, Bahan dan perlengkapan, pangan, dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN
III. METODE PENELITIAN 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Bahan baku merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh besar dalam memperlancar proses produksi. Banyaknya yang tersedia akan menentukan besarnya penggunaan
Lebih terperinciANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA. Oleh :
ANALISIS MANAJEMEN PERSEDIAAN PADA PT. KALIMANTAN MANDIRI SAMARINDA Oleh : Boys Bidil Noor Fakultas Ekonomi, Univeritas 17 agustus Samarinda Email : boy.aidil@gmail.com ABSTRAKSI Penelitian ini untuk bertujuan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perindustrian di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat, salah satunya yaitu industri sepatu. Perkembangan sepatu yang semakin bervariasi mendorong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manajemen persediaan yang meliputi prinsip, konsep serta teknik dalam perencanaan dan pengawasan aktivitas-aktivitas penanganan barang dalam persediaan memiliki
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN
Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Menentukan Jumlah Persediaan dengan Asumsi terdapat perubahan kebutuhan harga Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen MENENTUKAN
Lebih terperinciMANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY)
MANAJEMEN PERSEDIAAN (INVENTORY) 1. Pendahuluan Definisi: Persediaan merupakan simpanan material yang berupa bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi. Inventory dan Klasifikasinya Inventory meliputi
Lebih terperinciBab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management
MANAJEMEN OPERASI 1 POKOK BAHASAN Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Inventori Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 BAB III MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan
Lebih terperinciBAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN
BAB 13 MANAJEMEN SEDIAAN 1 Biaya Sediaan Manajemen sediaan merupakan hal yang mendasar dalam membangun keunggulan kompetitif perusahaan dalam jangka panjang. Kualitas, rekayasa produk, harga, kelebihan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Persediaan merupakan salah satu hal yang utama dalam sebuah perusahaan karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persediaan merupakan salah satu hal yang utama dalam sebuah perusahaan karena persediaan merupakan salah satu investasi yang ada dalam perusahaan. Perencanaan,
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang
Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, persediaan bahan baku memiliki peranan yang penting dalam mendukung proses produksi. Tanpa adanya persediaan, perusahaan akan dihadapkan
Lebih terperinciEvaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ
Evaluasi Pengendalian Persediaan di PT XYZ Maulida Nurfajrianti 1, Yusuf Widharto 2 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 1 Program Studi Teknik Industri,Universitas Diponegoro 2 yudidito@gmail.com
Lebih terperinciManajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen
Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan faktor yang memicu peningkatan biaya. Jumlah persediaan yang terlalu banyak akan berakibat pemborosan dalam biaya simpan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan tidak terbatas hanya secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global sehingga setiap perusahaan berlomba untuk terus mencari
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Logistik Menurut Bowersox (2000: 13), manajemen logistik dapat didefinisikan sebagai proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku
Lebih terperinciANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI
ANALISIS PENGENDALIAAN PERSEDIAAN KERTAS ART PAPER MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY UNTUK MENDAPATKAN EFISIENSI BIAYA DI UD DALLAS KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,
Lebih terperinciBAB 4 DATA. Primatama Konstruksi departemen PPIC (production planning and inventory
BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Pengumpulan Data Untuk EOQ Dalam melakukan penelitian untuk memecahkan permasalahan di PT. Primatama Konstruksi departemen PPIC
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bentuk Penelitian Bentuk penelitian pada penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Sujarweni (2015:74), penelitian komparatif adalah
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : distribusi, bullwhip effect, pemusatan informasi. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK PT X adalah perusahaan yang memproduksi unit motor. Persediaan di jalur distribusi PT X memiliki nilai yang besar. Hal tersebut menjadi masalah karena jika PT X memiliki banyak penyimpanan, biaya
Lebih terperinciKONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN
KONSEP DASAR MANAJEMEN PERSEDIAAN DI UNIT KERJA LAYANAN KESEHATAN Widyarsih Oktaviana, SKM, MKM Prodi Diploma Rekam Medis Widyarsih Oktaviana, SKM, MKM 1 KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN 1. Mahasiswa mampu
Lebih terperinciACTIVITY-BASED MANAGEMENT
ACTIVITY-BASED MANAGEMENT Activity-based management (ABM) dimulai dari pemahaman yang mendalam personel tentang aktivitas yang menjadi penyebab timbulnya biaya. Proses analisis nilai merupakan pendekatan
Lebih terperinciBAB VI HASIL PENELITIAN
75 BAB VI HASIL PENELITIAN 6.1 Pengelompokkan Analisis ABC Berdasarkan hasil telaah dokumen didapatkan data obat antibiotik yang dipakai di apotik Rumah Sakit Pertamina Jaya, data harga obat antibiotik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan
Lebih terperinciB I A YA B A H AN A. Perencanaan Bahan Tujuan perencanaan bahan Masalah yang timbul dalam perencanaan bahan
1 B I A YA B A H AN Masalah yang dihadapi manajemen yang berhubungan dengan bahan adalah keterlambatan tersedianya bahan akan mempengaruhi kelancaran kegiatan produksi, sedangkan persediaan bahan yang
Lebih terperinciIMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN KIMIA DI GUDANG LABORATORIUM PT WILMAR NABATI INDONESIA
Volume 02, Nomor 02, Desember 2013 Hal 186-205 IMPLEMENTASI PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN KIMIA DI GUDANG LABORATORIUM PT WILMAR NABATI INDONESIA Umi Elan, Ilyas Rofiq ABSTRAK Pengendalian persediaan bahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu persoalan manajemen yang potensial adalah masalah persediaan. Masalah umum suatu model persediaan bersumber dari kejadiankejadian yang dihadapi setiap saat
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap jenis
5.1 Kesimpulan BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa setiap jenis dan bahan baku kain memiliki permintaan yang berfluktuatif baik dari PE Setting 1, PE Setting 21, PE Setting
Lebih terperinciManajemen Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi Akuntansi
Modul ke: 12 MENGELOLA PERSEDIAAN PERUSAHAAN Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Program Studi Akuntansi Idik Sodikin,SE,MBA,MM Manajemen persediaan Kriteria persediaan o Persediaan pada perusahaan dagang Persediaan
Lebih terperinci