Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian"

Transkripsi

1 Lampiran 1 : Surat Ijin Penelitian 89

2 Lampiran 2 : Surat Keterangan Penelitian 90

3 91 Lampiran 3 : Jadwal Penelitian Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Penelitian di SMP N 2 Tuntang No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan 1. Senin, 26 Oktober 2015 Ijin Penelitian 2. Selasa, 27 Oktober 2015 perkenalan dengan siswa kelas VIII F (kelas kontrol) memberikan penjelasan mengenai metode diskusi kelompok yang akan diterapkan membentuk kelompok mendiskusikan dan membuat hasil diskusi kelompok presentasi 3. Jumat, 30 Oktober 2015 perkenalan dengan siswa kelas VIII B (kelas eksperimen) memberikan penjelasan mengenai metode TPS yang akan diterapkan mendiskusikan permasalahan dengan mengunakan metode TPS 4. Selasa, 3 November 2015 melanjutkan presentasi membentuk kelompok mendiskusikan pertanyaan mengenai materi yang selanjutnya dan membuat hasil diskusi kelompok presentasi 5. Jumat, 6 November 2015 mendiskusikan masing-masing pertanyaan dengan mengunakan metode TPS 6. Selasa, 10 November 2015 membentuk kelompok membagi tugas dalam setiap kelompok

4 92 mendiskusikan dan membuat hasil diskusi kelompok presentasi 7. Selasa, 17 November 2015 membentuk kelompok membagi tugas dalam setiap kelompok mendiskusikan dan membuat hasil diskusi kelompok presentasi 8. Jumat, 20 November 2015 mendiskusikan masing-masing pertanyaan dengan mengunakan metode TPS 9. Selasa, 24 November 2015 Memberikan soal di kelas validitas (kelas VIII G) 10. Kamis,26 November 2015 Memberikan postest di kelas kontrol 11. Jumat, 27 November 2015 Memberikan postest di kelas eksperimen 12. Rabu, 30 November 2015 Mengambil surat keterangan penelitian

5 93 Lampiran 4 : Lembar Instrumen dan Kunci Jawaban LEMBAR SOAL Mata pelajaran Kelas Alokasi Waktu : Pendidikan Kewarganegaraan : VIII : 60 Menit Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, dan d pada jawaban yang paling benar! 1. Negara Indonesia adalah negara hukum. Hal ini tercantum dalam UUD 1945 pasal... a. 1 ayat (2) b. 1 ayat (3) c. 27 ayat (1) d. 28 ayat (1) 2. Segala warga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Hal ini tercantum dalam UUD 1945 Pasal... a. 26 ayat (1) b. 27 ayat (1) c. 27 ayat (2) d. 28 ayat (1) 3. Undang-undang merupakan peraturan perundangan yang ditetapkan bersama antara... a. DPR dan DPD b. DPRD dan Gubernur c. Presiden dan MPR d. Presiden dan DPR

6 94 4. Negara hukum Indonesia menurut UUD 1945 merupakan negara hukum dalam arti luas karena... a. menjamin kewajiban asasi dan harkat manusia b. menjamin hak-hak asasi dan martabat manusia c. menjamin hak dan kewajiban asasi manusia d. menghargai harkat dan martabat manusia 5. Peraturan perundang-undangan harus memerhatikan cita-cita moral dan cita-cita hukum sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila. Hal ini sesuai dengan landasan... a. cultural b. filosofis c. sosiologis d. yuridis 6. Peraturan perundang-undangan yang akan dibentuk di Negara Republik Indonesia harus berlandaskan pada landasan-landasan sebagai berikut, kecuali... a. landasan filosofis b. landasan yuridis c. landasan hukum d. landasan sosiologis 7. Adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan. Hal ini merupakan landasan... a. yuridis b. hukum c. filosofis d. sosiologis 8. Hukum ada yang tertulis dan tidak tertulis, contoh hukum tertulis adalah... a. peraturan perundang-undangan nasional b. hukum adat c. norma kesopanan

7 95 d. norma kesusilaan 9. Pernyataan : 1. Meningkatkan kesejahteraan 2. Melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara 3. Memberikan rasa keadilan bagi warga negara 4. Menjamin kepastian hukum warga negara Dari pernyataan di atas yang termasuk arti penting peraturan perundangundangan ditunjukkan nomor... a. 1, 2 dan 3 b. 1, 2 dan 4 c. 1, 3 dan 4 d. 2, 3 dan Sebagai pedoman/panduan para penyelenggara di dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa adanya peraturan perundang-undangan para penyelenggara negara cenderung untuk menyimpang dari amanat yang telah diberikan oleh rakyat. Hal ini merupakan arti penting peraturan perundang-undangan dalam hal... a. pedoman para penyelenggara b. melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara c. memberikan rasa keadilan bagi warga negara d. menjamin kepastian hukum warga negara 11. Peraturan negara yang tertinggi dalam tata urutan peraturan perundangundangan Republik Indonesia adalah... a. TAP MPR b. Pancasila c. Undang-Undang Dasar 1945 d. Kepres 12. Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh DPRD dengan persetujuan bersama kepala daerah (Gubernur) disebut... a. peraturan Presiden b. peraturan pemerintah

8 96 c. keputusan presiden d. peraturan daerah provinsi 13. Proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional meliputi tiga tahap, yaitu... a. inisiasi, sosio dan yuridis b. inisiasi, politis dan yuridis c. inisiasi, politis-sosio, yuridis d. inisiasi, sosio-politis, yuridis 14. Tahap munculnya gagasan-gagasan atau ide dari masyarakat dengan keinginan agar suatu masalah diatur oleh hukum dalam peraturan perundang-undangan. Hal ini merupakan tahapan proses pembuatan peraturan perundang-undangan tahap... a. tahap inisiasi b. tahap sosio-politis c. tahap hukum d. tahap yuridis 15. Sikap taat terhadap peraturan perundang-undangan di lingkungan keluarga dapat ditunjukkan dengan cara... a. menghormati pendapat anggota keluarga b. menaati tata tertib keluarga c. membantah perintah orang tua d. menyelesaikan masalah dengan kekerasan 16. Perilaku menaati perundang-undangan di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut, kecuali... a. mematuhi tata tertib sekolah b. membuat suasana gaduh pada saat mengikuti pelajaran c. mengenakan pakaian seragam sesuai ketentuan yang berlaku d. menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban lingkungan sekolah 17. Contoh perilaku siswa yang menaati perundang-undangan di lingkungan sekolah adalah... a. mengenakan pakaian seragam sekolah

9 97 b. datang pagi-pagi setiap hari c. membantu guru di dalam mengajar d. pulang sekolah tidak berhenti di jalan 18. Perilaku menaati perundang-undangan di lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan cara... a. membiarkan orang lain tetap bebas sesuai dengan norma yang berlaku b. memberi hukuman yang sama pada semua jenis pelanggaran hukum c. menyelesaikan permasalahan dengan penuh kekeluargaan berdasar peraturan yang berlaku d. membantu negara dalam menciptakan keamanan dan ketertiban 19. Perilaku menaati perundang-undangan di lingkungan berbangsa dan bernegara dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut... a. mendukung gerakan disiplin nasional b. merusak fasilitas umum c. disiplin membayar pajak d. melanggar peraturan lalu lintas 20. Sebagai warga negara yang baik, kita harus menaati peraturan atau hukum yang berlaku sebab... a. ingin dihargai sebagai warga negara yang baik b. ingin mendapat penghargaan dari pemerintah c. sadar sebagai warga negara Indonesia d. sudah menjadi kewajiban warga negara 21. Agar rancangan undang-undang dapat menampung pendapat masyarakat, perlu dilakukan penjaringan aspirasi dari... a. tokoh-tokoh agama b. sastrawan dan ilmuwan c. masyarakat luas d. kepala daerah dan kepala desa 22. Partisipasi warga negara dalam proses penyusunan hukum dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut... a. menolak peraturan pemerintah

10 98 b. memberikan masukan kepada pemerintah c. menyampaikan saran dengan demonstrasi besar-besaran d. memberikan evaluasi pada peraturan 23. Partisipasi warga negara dalam proses penyusunan hukum dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut, kecuali... a. memberikan masukan kepada pemerintah b. melakukan aksi turun ke jalan menentang pemberlakuan peraturan c. menaati peraturan atau hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah d. sadar dan taat pada hukum dan peraturan yang ada 24. Agar peraturan yang berlaku ditaati oleh setiap warga negara maka diperlukan adanya... a. pemimpin yang memerintah dengan tangan besi atau otoriter b. kekuasaan yang mutlak c. petugas yang ditakuti oleh setiap orang d. sanksi bagi yang melanggar petugas 25. Seseorang yang mengerti dan taat pada hukum yang berlaku merupakan pencerminan perilaku... a. sadar hukum b. kebal hukum c. hafal hukum d. mengerti hokum

11 99 Kunci Jawaban Soal 1. B 2. B 3. D 4. C 5. B 6. C 7. A 8. A 9. D 10. A 11. C 12. D 13. D 14. A 15. B 16. B 17. A 18. C 19. C 20. D 21. C 22. B 23. B 24. D 25. A

12 100 Lampiran 5 : Reliabilitas dan Validitas Soal Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items, Scale Mean if Item Deleted Item-Total Statistics Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted Soal 1 25,41 56,572,582,916 Soal 2 25,41 56,572,582,916 Soal 3 25,41 55,862,727,914 Soal 4 25,97 54,870,650,914 Soal 5 25,97 54,870,650,914 Soal 6 26,00 56,903,365,918 Soal 7 25,41 55,862,727,914 Soal 8 25,53 59,547 -,017,922 Soal 9 25,53 59,547 -,017,922 Soal 10 25,72 60,596 -,156,925 Soal 11 25,41 55,862,727,914 Soal 12 25,72 60,596 -,156,925 Soal 13 25,34 59,523,012,920 Soal 14 25,38 56,371,713,915 Soal 15 25,38 56,371,713,915 Soal 16 25,97 54,870,650,914 Soal 17 25,97 54,870,650,914 Soal 18 25,41 55,862,727,914 Soal 19 25,97 54,870,650,914 Soal 20 25,38 56,371,713,915 Soal 21 25,38 56,371,713,915 Soal 22 25,97 54,870,650,914 Soal 23 25,41 55,862,727,914 Soal 24 25,41 55,862,727,914 Soal 25 25,97 54,870,650,914 Soal 26 25,53 59,547 -,017,922 Soal 27 25,38 56,371,713,915

13 101 Soal 28 25,38 56,371,713,915 Soal 29 25,41 55,862,727,914 Soal 30 25,34 59,846 -,073,921 Soal 31 26,00 56,903,365,918 Soal 32 25,97 54,870,650,914 Soal 33 26,00 56,903,365,918 Soal 34 25,38 56,371,713,915 Soal 35 25,38 56,371,713,915 Soal 36 26,00 56,903,365,918 Soal 37 25,34 59,846 -,073,921 Soal 38 26,00 56,903,365,918 Soal 39 25,97 54,870,650,914 Soal 40 25,53 59,547 -,017,922

14 102 Lampiran 6 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran : SMP Negeri 2 Tuntang : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VIII / 1 Pokok Bahasan : Ketaatan Terhadap Perundang-Undangan Nasional Standar Kompetensi : Menampilkan Ketaatan Terhadap Perundang-Undangan Nasional Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi tata urutan peraturan perundangundangan nasional Mendeskripsikan proses pembuatan perundang-undangan nasional Menaati peraturan perundang-undangan nasional Alokasi Waktu : 6 x 40 Menit (3 x Pertemuan) A. Indikator 1. Menjelaskan pengertian peraturan perundang-undangan; 2. Menjelaskan pengertian Indonesia sebagai negara hukum; 3. Menyebutkan jenis dan tata urutan peraturan perundang-undangan nasional; 4. Menjelaskan landasan berlakunya perundang-undangan; 5. Menguraikan arti penting peraturan perundang-undangan; 6. Menjelaskan proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional; 7. Menguraikan partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan perundang-undangan;

15 Menyebutkan kewajiban warga negara terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; 9. Menyebutkan bentuk ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. B. Tujuan Pembelajaran Setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, diharapkan : 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian peraturan perundang-undangan; 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian Indonesia sebagai negara hukum; 3. Siswa dapat menyebutkan jenis dan tata urutan peraturan perundangundangan nasional; 4. Siswa dapat menjelaskan landasan berlakunya perundang-undangan; 5. Siswa dapat menguraikan arti penting peraturan perundang-undangan; 6. Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan peraturan perundangundangan nasional; 7. Siswa dapat menguraikan partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan perundang-undangan; 8. Siswa dapat menyebutkan kewajiban warga negara terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; 9. Siswa dapat menyebutkan bentuk ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. C. Karakter Siswa yang Diharapkan : Dapat dipercaya, kewarganegaraan D. Materi Pembelajaran : 1. Peraturan perundang-undangan 2. Indonesia sebagai negara hukum 3. Jenis dan dan tata urutan peraturan perundang-undangan nasional 4. Landasan berlakunya perundang-undangan 5. Proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional 6. Arti penting peraturan perundang-undangan

16 Partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan perundangundangan 8. Kewajiban negara terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan 9. Bentuk ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan E. Metode Pembelajaran Metode : metode pembelajaran diskusi kelompok F. Strategi dan Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama ( 2 x 40 menit) KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI WAKTU Pendahuluan 1. Apersepsi a. Memberi salam. b. Mempersiapkan kelas dalam proses pembelajaran (kerapian, kebersihan kelas, presensi, dll). c. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari materi yang akan dibahas yaitu menampilkan ketaatan terhadap perundangundangan nasional. d. Guru menerangkan tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, yaitu diskusi kelompok. 2. Motivasi Memotivasi siswa dengan cara memberikan semangat agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. 10 menit

17 105 Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru : a. Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan di diskusikan. b. Guru menggunakan buku paket dan LKS sebagai bahan acuan diskusi. c. Bersama peserta didik guru membagikan topik yang akan dibahas masing-masing kelompok. 2. Elaborasi a. Dalam kegiatan elaborasi guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan persoalan yang berbeda pada setiap kelompok. Kelompok 1 : Kelompok 2 : Kelompok 3 : Kelompok 4 : Kelompok 5 : Kelompok 6 : Kelompok 7 : Kelompok 8 : b. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk memberi dorongan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif. c. Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan guru mengumpulkan hasil diskusi dari 65 menit

18 106 tiap-tiap kelompok. 3. Konfirmasi Tiap kelompok diskusi mempresentasikan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dipresentasikan ditanggapi oleh semua siswa (kelompok lain) dan guru guna memberikan konfirmasi. Penutup a. Guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam. 5 menit 2. Pertemuan Kedua ( 2 x 40 menit) KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI WAKTU Pendahuluan 1. Apersepsi a. Memberi salam. b. Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (kerapian, kebersihan kelas, presensi, dll). c. Guru mengulas kembali pelajaran yang sebelumnya. d. Guru menerangkan tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, yaitu diskusi kelompok. 2. Motivasi Memotivasi siswa dengan cara memberikan semangat agar siswa dapat mengikuti proses 10 menit

19 107 pembelajaran dengan baik. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru : a. Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan didiskusikan. b. Mengajukan pertanyaan dasar kepada siswa tentang pengertian arti penting peraturan perundang-undangan. c. Guru menggunakan buku paket dan LKS sebagai bahan acuan diskusi. d. Bersama peserta didik guru membagikan topik yang akan dibahas masing-masing kelompok. 2. Elaborasi a. Dalam kegiatan elaborasi guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan persoalan yang berbeda pada setiap kelompok. Kelompok 1 : Kelompok 2 : Kelompok 3 : Kelompok 4 : Kelompok 5 : Kelompok 6 : Kelompok 7 : Kelompok 8 : b. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain 65 menit

20 108 untuk memberi dorongan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif. c. Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok. 3. Konfirmasi Tiap kelompok diskusi mempresentasikan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dipresentasikan ditanggapi oleh semua siswa (kelompok lain) dan guru guna memberikan konfirmasi. Penutup a. Guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi berikutnya. c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam. 5 menit 3. Pertemuan Ketiga ( 2 x 40 menit) KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI WAKTU Pendahuluan 1. Apersepsi a. Memberi salam. b. Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (kerapian, kebersihan kelas, presensi, dll). c. Guru mengulas kembali pelajaran yang sebelumnya. d. Guru menerangkan tentang pembelajaran 10 menit

21 109 kooperatif yang akan dilaksanakan, yaitu diskusi kelompok. 2. Motivasi Memotivasi siswa dengan cara memberikan semangat agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru : a. Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan di diskusikan. b. Mengajukan pertanyaan dasar kepada siswa tentang partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan perundang-undangan c. Guru menggunakan buku paket dan LKS sebagai bahan acuan diskusi. d. Bersama peserta didik guru membagikan topik yang akan dibahas masing-masing kelompok. 2. Elaborasi a. Dalam kegiatan elaborasi guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok, masingmasing kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan persoalan yang berbeda pada setiap kelompok. Kelompok 1 : Kelompok 2 : Kelompok 3 : Kelompok 4 : Kelompok 5 : Kelompok 6 : 65 menit

22 110 Kelompok 7 : Kelompok 8 : b. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing, sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain untuk memberi dorongan agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif. c. Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut, dan guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok. 3. Konfirmasi Tiap kelompok diskusi mempresentasikan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dipresentasikan ditanggapi oleh semua siswa (kelompok lain) dan guru guna memberikan konfirmasi. Penutup a. Guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam. 5 menit

23 111

24 112 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran : SMP Negeri 2 Tuntang : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VIII / 1 Pokok Bahasan : Ketaatan Terhadap Perundang-Undangan Nasional Standar Kompetensi : Menampilkan Ketaatan Terhadap Perundang-Undangan Nasional Kompetensi Dasar : Mengidentifikasi tata urutan peraturan perundangundangan nasional Mendeskripsikan proses pembuatan perundang-undangan nasional Menaati peraturan perundang-undangan nasional Alokasi Waktu : 6 x 40 Menit (3 x Pertemuan) G. Indikator 1. Menjelaskan pengertian peraturan perundang-undangan; 2. Menjelaskan pengertian Indonesia sebagai negara hukum; 3. Menyebutkan jenis dan tata urutan peraturan perundang-undangan nasional; 4. Menjelaskan landasan berlakunya perundang-undangan; 5. Menguraikan arti penting peraturan perundang-undangan; 6. Menjelaskan proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional; 7. Menguraikan partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan perundang-undangan; 8. Menyebutkan kewajiban warga negara terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; 9. Menyebutkan bentuk ketaatan terhadap peraturan perundangundangan.

25 113 B. Tujuan Pembelajaran Setelah siswa mengikuti proses pembelajaran, diharapkan : 1. Siswa dapat menjelaskan pengertian peraturan perundang-undangan; 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian Indonesia sebagai negara hukum; 3. Siswa dapat menyebutkan jenis dan tata urutan peraturan perundangundangan nasional; 4. Siswa dapat menjelaskan landasan berlakunya perundang-undangan; 5. Siswa dapat menguraikan arti penting peraturan perundang-undangan; 6. Siswa dapat menjelaskan proses pembuatan peraturan perundangundangan nasional; 7. Siswa dapat menguraikan partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan perundang-undangan; 8. Siswa dapat menyebutkan kewajiban warga negara terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; 9. Siswa dapat menyebutkan bentuk ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. C. Karakter Siswa yang Diharapkan : Dapat dipercaya, kewarganegaraan D. Materi Pembelajaran : 1. Peraturan perundang-undangan 2. Indonesia sebagai negara hukum 3. Jenis dan dan tata urutan peraturan perundang-undangan nasional 4. Landasan berlakunya perundang-undangan 5. Proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional 6. Arti penting peraturan perundang-undangan 7. Partisipasi masyarakat dalam pembuatan peraturan perundangundangan 8. Kewajiban negara terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan 9. Bentuk ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan

26 114 E. Metode Pembelajaran Metode : metode pembelajaran Think Pair Share ( TPS ) F. Strategi dan Langkah-langkah Pembelajaran 1. Pertemuan Pertama ( 2 x 40 menit) KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI WAKTU Pendahuluan 1. Apersepsi 10 menit a. Memberi salam. b. Mempersiapkan kelas dalam proses pembelajaran (kerapian, kebersihan kelas, presensi, dll). c. Guru menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai dari materi yang akan dibahas yaitu menampilkan ketaatan terhadap perundangundangan nasional. d. Guru menerangkan tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, yaitu TPS. 2. Motivasi Memotivasi siswa dengan cara memberikan semangat agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru : a. Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan di diskusikan dengan menggunakan metode TPS. Think yaitu berpikir secara individu, Pair yaitu berpasangan atau 65 menit

27 115 bertukar pendapat, Share yaitu membagi ilmu. b. Guru menggunakan buku paket dan LKS sebagai bahan acuan diskusi. c. Guru membagikan materi. 2. Elaborasi a. Guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa.guru memberikan persoalan yang berbeda pada setiap kelompok. Kelompok 1 : Kelompok 2 : Kelompok 3 : Kelompok 4 : Kelompok 5 : Kelompok 6 : Kelompok 7 : Kelompok 8 : b. Langkah-langkah menggunakan metode pembelajaran TPS sebagai berikut : 1. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. 2. Kelompok membentuk anggotaanggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. 3. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya.

28 Konfirmasi Tiap kelompok menshare/mempresentasikan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dipresentasikan ditanggapi oleh semua siswa (kelompok lain) dan guru guna memberikan konfirmasi. Penutup a. Guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam. 5 menit 2. Pertemuan Kedua ( 2 x 40 menit) KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI WAKTU Pendahuluan 1. Apersepsi 10 menit a. Memberi salam. b. Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (kerapian, kebersihan kelas, presensi, dll). c. Guru mengulas kembali pelajaran yang sebelumnya. d. Guru menerangkan tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, yaitu TPS. 2. Motivasi Memotivasi siswa dengan cara memberikan semangat agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi 65 menit

29 117 Dalam kegiatan eksplorasi, guru : a. Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan di diskusikan dengan menggunakan metode TPS. Think yaitu berpikir secara individu, Pair yaitu berpasangan atau bertukar pendapat, Share yaitu membagi ilmu. b. Guru menggunakan buku paket dan LKS sebagai bahan acuan diskusi. 2. Elaborasi a. Guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan persoalan yang berbeda pada setiap kelompok. Kelompok 1 : Kelompok 2 : Kelompok 3 : Kelompok 4 : Kelompok 5 : Kelompok 6 : Kelompok 7 : Kelompok 8 : b. Langkah-langkah menggunakan metode pembelajaran TPS sebagai berikut : 1. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri-sendiri terlebih dahulu. 2. Kelompok membentuk anggotaanggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya.

30 Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya. 3. Konfirmasi Tiap kelompok diskusi menshare/mempresentasikan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dipresentasikan ditanggapi oleh semua siswa (kelompok lain) dan guru guna memberikan konfirmasi. Penutup a. Guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca materi berikutnya. c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam. 5 menit 3. Pertemuan Ketiga ( 2 x 40 menit) KEGIATAN DESKRIPSI KEGIATAN ALOKASI WAKTU Pendahuluan 1. Apersepsi a. Memberi salam. b. Mempersiapkan kelas dalam pembelajaran (kerapian, kebersihan kelas, presensi, dll). c. Guru mengulas kembali pelajaran yang sebelumnya. d. Guru menerangkan tentang pembelajaran kooperatif yang akan dilaksanakan, yaitu metode TPS. 2. Motivasi 10 menit

31 119 Memotivasi siswa dengan cara memberikan semangat agar siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru : a. Guru menjelaskan materi pelajaran yang akan di diskusikan dengan menggunakan metode TPS. Think yaitu berpikir secara individu, Pair yaitu berpasangan atau bertukar pendapat, Share yaitu membagi ilmu. b. Guru menggunakan buku paket dan LKS sebagai bahan acuan diskusi. 2. Elaborasi a. Guru membagi kelompok menjadi 8 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4 siswa. Guru memberikan persoalan yang berbeda pada setiap kelompok. Kelompok 1 : Kelompok 2 : Kelompok 3 : Kelompok 4 : Kelompok 5 : Kelompok 6 : Kelompok 7 : Kelompok 8 : b. Langkah-langkah menggunakan metode pembelajaran TPS sebagai berikut : 1. Masing-masing anggota memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri- 65 menit

32 120 sendiri terlebih dahulu. 2. Kelompok membentuk anggotaanggotanya secara berpasangan. Setiap pasangan mendiskusikan hasil pengerjaan individunya. 3. Kedua pasangan lalu bertemu kembali dalam kelompoknya masing-masing untuk menshare hasil diskusinya. 3. Konfirmasi Tiap kelompok diskusi menshare/mempresentasikan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dipresentasikan ditanggapi oleh semua siswa (kelompok lain) dan guru guna memberikan konfirmasi. Penutup a. Guru menyimpulkan materi pelajaran. b. Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi selanjutnya. c. Guru menutup pelajaran dengan doa dan salam. 5 menit

33 121

34 122 Lampiran 7 : Soal Metode TPS dan Diskusi Kelompok Soal Untuk Metode TPS dan Diskusi Kelompok Pertemuan 1 1. Negara Indonesia adalah negara hukum. Jelaskan maksudnya? (Kelompok 1) 2. Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri negara hukum! (Kelompok 2) 3. Sebutkan unsur-unsur negara hukum! (Kelompok 3) 4. Sebutkan fungsi hukum menurut J.P Glastra van Loan! (Kelompok 4) 5. Sebutkan ciri-ciri peraturan yang tertulis! (Kelompok 5) 6. Jelaskan apa yang dimaksud dengan landasan filosofis dan sosiologis? (Kelompok 6) 7. Jelaskan apa yang kalian ketahui tentang landasan yuridis? (Kelompok 7) 8. Sebutkan dan jelaskan nilai-nilai yang bersumber pada pandangan filosofis Pancasila? (Kelompok 8) Jawab : 1. Negara Indonesia adalah negara hukum maksudnya Negara berdasar UUD 1945, berdasar pada kedaulatan hukum. Negara dipandang sebagai subjek hukum maka jika seseorang melanggar hukum, ia akan dituntut di pengadilan. 2. Hak asasi manusia mendapat pengakuan dan jaminan di dalam UUD dan pengadilan, adanya suatu peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak, adanya legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya. Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan. 3. Terdapat sistem demokrasi dalam pemerintahan, terdapat kedaulatan rakyat dan adanya sistem perwakilan dalam pemerintahan, terdapat pemerintahan yang diawasi badan negara, terdapat penghormatan terhadap hak asasi manusia, kekuasaan pemerintahan terbatas, adanya

35 123 kepastian hukum dan tertib hukum dalam masyarakat, bangsa, dan negara. 4. Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup, menyelesaikan pertikaian, memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan, mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat. 5. Keputusan yang dikeluarkan oleh yang berwenang, isinya mengikat secara umum, tidak hanya mengikat orang tertentu, bersifat abstrak (mengatur yang belum terjadi). 6. Landasan filosofis adalah setiap penyusunan peraturan perundangundangan harus memperhatikan cita-cita moral dan hukum sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila. Landasan sosiologis adalah pembentukan peraturan perundang-undangan harus sesuai kenyataan dan kebutuhan masyarakat. 7. Landasan yuridis dalam pembuatan peraturan perundang-undangan memuat adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundangundangan, adanya kesesuaian antara jenis dan materi muatan peraturan perundang-undangan, mengikuti prosedur tertentu, tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. 8. Nilai-nilai religius bangsa Indonesia terangkum dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai-nilai hak-hak asasi manusia dan penghormatan terhadap harkat martabat kemanusiaan dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai-nilai kepentingan bangsa, kesatuan hukum nasional dalam sila Persatuan Indonesia, nilai-nilai demokrasi dan kedaulatan rakyat dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, nilai-nilai keadilan, baik individu maupun sosial tercantum dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

36 124 Pertemuan 2 1. Sebutkan dan jelaskan prinsip-prinsip peraturan perundang-undangan? (Kelompok 1) 2. Sebutkan dan jelaskan tahapan proses pembuatan peraturan perundangundangan nasional? (Kelompok 2) 3. Jelaskan proses penyusunan undang-undang yang terdapat dalam UUD 1945 Amandemen Pasal 5 dan Pasal 20? (Kelompok 3) 4. Jelaskan arti penting peraturan perundang-undangan sebagai pedoman para penyelenggara dan menjamin kepastian hukum warga Negara? (Kelompok 4) 5. Jelaskan arti penting peraturan perundang-undangan dalam hal melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara dan memberikan rasa keadilan bagi warga negara? (Kelompok 5) 6. Sebutkan dan jelaskan proses penyusunan Undang-Undang? (Kelompok 6) 7. Sebutkan dan jelaskan tata urutan perundang-undangan nasional menurut TAP. MPR No. III/MPR/2000? (Kelompok 7) 8. Sebutkan dan jelaskan tata urutan perundang-undangan nasional menurut UU No. 10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan? (Kelompok 8). Jawab : 1. a. Dasar yuridis (hukum) sebelumnya, penyusunan peraturan perundangundangan harus mempunyai landasan yuridis yang jelas yang dijadikan landasan yuridis adalah peraturan perundang-undangan. b. Hanya peraturan perundang-undangan tertentu saja yang dapat dijadikan landasan yuridis, peraturan yang sederajat atau lebih tinggi dan terkait langsung dengan peraturan perundang-undangan yang akan dibuat. c. Peraturan perundang-undangan hanya dapat dihapus, dicabut, atau diubah oleh peraturan perundang-undangan yang sederajat atau lebih tinggi. d. Peraturan perundang-undangan baru mengesampingkan peraturan perundang-undangan lama, maka apabila telah ada peraturan

37 125 perundang-undangan sejenis dan sederajat yang telah diberlakukan secara otomatis akan dinyatakan tidak berlaku. e. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. f. Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum. g. Setiap jenis peraturan perundang-undangan materinya berbeda. Setiap UU yang dikeluarkan pemerintah hanya mengatur satu obyek tertentu saja. 2. 1) Tahap Inisiasi, munculnya gagasan-gagasan atau ide dari masyarakat. 2) Tahap Sosio-Politis, tahap pengolahan gagasan tentang perlunya pengaturan hukum dari masalah tertentu. Dimulailah penampungan gagasan dari berbagai sumber. Kemudian disiapkan bahan-bahan atau isi hukum. Bahan-bahan yang terkumpul dibicarakan, dikritisi, dan dipertahankan melalui pertukaran pendapat. Bahan-bahan itu kemudian dipertajam dan dimatangkan lembaga pemerintah. 3) Tahap Yuridis, perumusan dalam bahasa hukum perundang-undangan. Tahapan ini dilakukan oleh lembaga yang berwenang tergantung dari tingkat perundang-undangan tersebut. 3. Pasal 5 Ayat (1) : Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Pasal 5 Ayat (2) : Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Pasal 20 Ayat (1) : DPR memegang kekuasaan membentuk undangundang. Pasal 20 Ayat (2) : Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Pasal 20 Ayat (3) : Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu. Pasal 20 Ayat (4) : Presiden mengesahkan rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undang-undang. Pasal 20 Ayat (5) : Dalam hal rancangan undang-undang

38 126 yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu tiga puluh) hari semenjak rancangan undang-undang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. 4. Pedoman para penyelenggara, sebagai pedoman para penyelenggara di dalam menjalankan tugas dan fungsinya agar para penyelenggara negara tidak menyimpang dari amanat. Melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara, perundang-undangan berfungsi juga melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara. 5. Memberikan rasa keadilan bagi warga negara, perundang-undangan dibuat untuk menciptakan keadilan karena dengan peraturan terdapat bukti-bukti tertulis untuk mengatur kehidupan manusia. Menjamin kepastian hukum, dengan adanya peraturan perundang-undangan ada kepastian hukum bagi warga negara untuk melakukan perbuatan karena mengetahui mana yang benar, mana yang salah dan ada pedoman yang jelas sehingga tidak ragu-ragu dalam melakukan perbuatan. 6. Tahap Penyiapan Rancangan Undang-Undang (RUU) : RUU dapat dibuat oleh Presiden (pemerintah) dan DPR. RUU yang diajukan oleh pemerintah dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah non departemen, setelah itu diajukan kepada Presiden untuk disetujui/tidak. Jika disetujui, RUU diajukan Presiden kepada pimpinan DPR. Langka selanjutnya mengadakan sidang untuk membahas RUU tersebut, selanjutnya disampaikan kepada Presiden melalui pimpinan DPR. Presiden menyampaikan RUU kepada menteri sekretaris negara. Tahap Pembahasan dan Pengesahan : RUU beserta penjelasannya yang berasal dari DPR disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPR kepada Presiden. RUU yang sudah disetujui bersama antara DPR dengan Presiden, paling lambat tujuh hari kerja disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang.

39 Tata urutan perundang-undangan nasional menurut TAP. MPR No. III/MPR/2000 : 1) UUD 1945 : hukum dasar tertulis Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. 2) Ketetapan MPR : putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat. 3) Undang-Undang : dibuat oleh DPR bersama Presiden untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 4) Peraturan Pemerintah Pengganti UU : dibuat oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa 5) Peraturan Pemerintah : dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah Undang-Undang. 6) Keputusan Presiden : bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi pemerintahan. 7) Peraturan Daerah : peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan. 8. Tata Urutan Perundang-Undangan Nasional UU No. 10 Tahun 2004 : 1) UUD 1945 : Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden. 2) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah pengganti UU : Peraturan perundang undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. 3) Peraturan Pemerintah : Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. 4) Peraturan Presiden : Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden

40 128 5) Peraturan Daerah : terdiri atas peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota, desa Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Pertemuan 3 1. Sebutkan partisipasi warga negara dalam proses penyusunan hukum! (Kelompok 1) 2. Sebutkan perilaku menaati peraturan perundang-undangan di dalam lingkungan keluarga! (Kelompok 2) 3. Sebutkan perilaku menaati peraturan perundang-undangan di dalam lingkungan sekolah! (Kelompok 3) 4. Sebutkan perilaku menaati peraturan perundang-undangan di dalam lingkungan masyarakat! (Kelompok 4) 5. Sebutkan perilaku menaati peraturan perundang-undangan di dalam lingkungan bangsa dan Negara! (Kelompok 5) 6. Sebutkan hal-hal yang menjadikan seseorang patuh pada hukum? (Kelompok 6) 7. Bagaimana pendapat kalian tentang pelaksanaan peraturan perundangundangan lalu lintas yang berlaku di Negara kita? (Kelompok 7) 8. Bagaimana pendapat kalian dengan sanksi yang diberlakukan terhadap berbagai pelanggaran terhadap aturan lalu lintas yang berlaku di Negara kita? (Kelompok 8) Jawab : 1. Memberi masukan kepada pemerintah dalam proses pembuatan hukum, menaati peraturan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau negara, sadar dan taat pada hukum dan peraturan yang ada, mengutamakan kepentingan umum. 2. Menaati tata tertib keluarga, tidak melakukan tindak kekerasan sesama anggota keluarga, menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan keluarga, menyelesaikan permasalahan dengan penuh kekeluargaan.

41 Mematuhi tata tertib, menghormati guru dan karyawan, tidak membuat suasana gaduh pada saat mengikuti pelajaran, mengenakan pakaian seragam sesuai ketentuan yang berlaku, menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban lingkungan sekolah. 4. Tidak main hakim sendiri, menghormati hak milik orang lain, menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat, menyelesaikan permasalahan dengan penuh kekeluargaan berdasar peraturan yang berlaku. 5. Disiplin membayar pajak, mematuhi peraturan lalu lintas, mendukung gerakan disiplin nasional, menjaga benda-benda milik negara dan fasilitas umum, membantu negara dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan. 6. Sejak kecil dididik untuk selalu mematuhi dan melaksanakan berbagai aturan yang berlaku, merasakan bahwa peraturan yang ada dapat memberikan manfaat bagi kehidupan diri dan lingkungannya. Pada awalnya bisa saja seseorang patuh terhadap hukum karena adanya tekanan atau paksaan, Pelaksanaan aturan yang semula karena faktor paksaan lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan, sehingga tanpa sadar dia melakukan perbuatan itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 7. Belum terlaksana dengan baik karena masih banyak orang yang melanggar peraturan perundang-undangan lalu lintas. 8. Sanksi yang diberikan bagi pelanggar lalu lintas belum tegas. Masih banyak anggota polisi yang bisa disuap.

42 130 Lampiran 8 : Materi Penelitian PKn MENAMPILKAN KETAATAN TERHADAP PERUNDANG- UNDANGAN NASIONAL Negara Indonesia adalah suatu negara hukum. Pengertian negara hukum di Indonesia berdasar UUD 1945, yaitu berdasar pada kedaulatan hukum. Negara dipandang sebagai subjek hukum maka jika seseorang melanggar hukum, ia akan dituntut di pengadilan. Landasan hukum negara Indonesia menurut Batang Tubuh UUD 1945 : Pasal 1 ayat 3, Pasal 9 tentang Sumpah Presiden atau Wakil Presiden, Pasal 27 ayat 1. Ciri-ciri negara hukum : 1) Hak asasi manusia mendapat pengakuan dan jaminan. Terjaminnya hak asasi manusia di dalam undang-undang atau juga keputusan pengadilan. 2) Adanya suatu peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan lain dan tidak memihak. Membatasi kekuasaan serta wewenang organ-organ negara terhadap perseorangan. 3) Adanya legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya. Bahwa segala tindakan penyelenggara negara maupun warga negara dibenarkan oleh kaidah hukum yang berlaku serta dapat dipertanggungjawabkan. Unsur-unsur negara hukum : 1) Terdapat sistem demokrasi dalam pemerintahan; 2) Terdapat kedaulatan rakyat dan adanya sistem perwakilan dalam pemerintahan, artinya sistem negara berdasarkan kedaulatan rakyat. 3) Terdapat pemerintahan yang diawasi oleh suatu badan negara, artinya adanya pengawasan dari badan-badan peradilan (rechterlijke controle) yang bebas dan mandiri. 4) Terdapat penghormatan terhadap hak asasi manusia, artinya ada jaminan terhadap hak-hak asasi manusia. 5) Kekuasaan pemerintahan terbatas;

43 131 6) Berlakunya rule of law demi tegaknya hukum; 7) Adanya kepastian hukum dan tertib hukum dalam masyarakat, bangsa, dan negara. Menurut J.P Glastra van Loan dalam menjalankan peranannya, hukum mempunyai fungsi : 1) Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup; 2) Menyelesaikan pertikaian; 3) Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan, jika perlu dengan kekerasan; 4) Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat; 5) Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasikan fungsi hukum sebagaimana disebutkan di atas. Peraturan ada yang tertulis dan tidak tertulis. Contoh peraturan tertulis undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah, dan sebagainya. Contoh peraturan tidak tertulis adalah hukum adat, adat istiadat, dan kebiasaan-kebiasaan yang dilaksanakan dalam praktik penyelenggaraan negara atau konvensi. Peraturan yang tertulis memiliki ciriciri sebagai berikut : a. Keputusan yang dikeluarkan oleh yang berwenang, b. Isinya mengikat secara umum, tidak hanya mengikat orang tertentu, c. Bersifat abstrak (mengatur yang belum terjadi) Ferry Edwar dan Fockema Andreae menyatakan bahwa perundangundangan (legislation, wetgeving atau gezetgebung) mempunyai dua pengertian, pertama perundang-undangan merupakan proses pembentukan atau proses membentuk peraturan perundang-undangan negara, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Kedua perundang-undangan adalah segala peraturan negara yang merupakan hasil pembentukan peraturanperaturan, baik tingkat pusat maupun di tingkat daerah.

44 132 Landasan Berlakunya Peraturan Perundang-undangan Peraturan Perundang-undangan yang akan di bentuk di negara Republik Indonesia harus berlandaskan kepada : a. Landasan Filosofis Setiap setiap penyusunan peraturan perundang-undangan harus memperhatikan cita-cita moral dan cita-cita hukum sebagaimana diamanatkan oleh Pancasila, yakni : 1) Nilai-nilai religius bangsa Indonesia yang terangkum dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, 2) Nilai-nilai hak-hak asasi manusia dan penghormatan terhadap harkat dan martabat kemanusiaan sebagaimana terdapat dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab. 3) Nilai-nilai kepentingan bangsa secara utuh, dan kesatuan hukum nasional seperti yang terdapat di dalam sila Persatuan Indonesia, 4) Nilai-nilai demokrasi dan kedaulatan rakyat, sebagaimana terdapat di dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan 5) Nilai-nilai keadilan, baik individu maupun sosial seperti yang tercantum dalam sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. b. Landasan Sosiologis Pembentukan peraturan perundang-undangan harus sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat. c. Landasan Yuridis Menurut Lembaga Administrasi Negara landasan yuridis dalam pembuatan peraturan perundang-undangan memuat keharusan : 1) Adanya kewenangan dari pembuat peraturan perundang-undangan, 2) Adanya kesesuaian antara jenis dan materi muatan peraturan perundang-undangan, 3) Mengikuti cara-cara atau prosedur tertentu, 4) Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya.

45 133 Prinsip-prinsip Peraturan Perundang-Undangan Lembaga administrasi Negara menyatakan, bahwa prinsip-prinsip yang mendasari pembentukan peraturan perundang-undangan, adalah : a) Dasar yuridis (hukum) sebelumnya. Penyusunan peraturan perundang-undangan harus mempunyai landasan yuridis yang jelas. Adapun yang dijadikan landasan yuridis adalah peraturan perundang-undangan, sedangkan hukum lain hanya dapat dijadikan bahan dalam penyusunan peraturan perundangundangan tersebut. b) Hanya peraturan perundang-undangan tertentu saja yang dapat dijadikan landasan yuridis. Tidak semua peraturan perundang-undangan dapat dijadikan landasan yuridis. Peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar yuridis adalah peraturan yang sederajat atau yang lebih tinggi dan terkait langsung dengan peraturan perundang-undangan yang akan dibuat. c) Peraturan perundang-undangan hanya dapat dihapus, dicabut, atau diubah oleh peraturan perundang-undangan yang sederajat atau yang lebih tinggi. d) Peraturan perundang-undangan baru mengesampingkan peraturan perundang-undangan lama. Dengan dikeluarkannya suatu peraturan perundang-undangan baru, maka apabila telah ada peraturan perundang-undangan sejenis dan sederajat yang telah diberlakukan secara otomatis akan dinyatakan tidak berlaku. e) Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang lebih rendah. Peraturan perundang-undangan yang secara hirarki lebih rendah kedudukannya dan bertentangan dengan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, maka secara otomatis dinyatakan batal demi hukum.

46 134 f) Peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus mengesampingkan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum. Apabila terjadi pertentangan antara peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus dan peraturan perundang-undangan yang bersifat umum yang sederajat tingkatannya, maka yang dimenangkan adalah peraturan perundang-undangan yang bersifat khusus. g) Setiap jenis peraturan perundang-undangan materinya berbeda. Setiap UU yang dikeluarkan pemerintah hanya mengatur satu obyek tertentu saja. Contoh Undang-Undang Republik Indonesia nomor 4 tahun 2004 mengatur masalah kehakimana, nomor 4 tahun 2004 mengatur Mahkamah Agung. Arti Penting Peraturan Perundang-Undangan : a. Pedoman para penyelenggara Sebagai pedoman/panduan para penyelenggara di dalam menjalankan tugas dan fungsinya, tanpa adanya peraturan perundang-undangan para penyelenggara negara cenderung untuk menyimpang dari amanat yang telah diberikan oleh rakyat. Dengan adanya peraturan perundangundangan, para penyelenggara tinggal melaksanakan tugas sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Melindungi dan mengayomi hak-hak warga negara Perundang-Undangan berfungsi juga melindungi dan mengayomi hakhak warga negara. Hak-hak warga negara sebenarnya sudah ada sebelum ada peraturan, tetapi tanpa ada peraturan hak itu akan dirampas oleh oranng lain. c. Memberikan rasa keadilan bagi warga negara Perundang-Undangan dibuat untuk menciptakan keadilan karena dengan peraturan terdapat bukti-bukti tertulis untuk mengatur kehidupan manusia.

47 135 d. Menjamin kepastian hukum Dengan adanya peraturan perundang-undangan ada kepastian hukum bagi warga negara untuk melakukan perbuatan karena mengetahui mana yang benar, mana yang salahdan ada pedoman yang jelas sehingga tidak ragu-ragu dalam melakukan perbuatan. Proses pembuatan peraturan perundang-undangan nasional meliputi tiga tahap, yaitu tahap inisiasi, tahap sosio-politis, dan tahap yuridis. 1. Tahap Inisiasi Tahap inisiasi adalah munculnya gagasan-gagasan atau ide dari masyarakat. Hukum tersebut berhubungan dengan keinginan agar suatu masalah diatur oleh hukum dalam peraturan perundangundangan. Misalnya, masyarakat menginginkan adanya pengaturan tentang pembrantasan KKN, tindak pidana terorisme, dsb. 2. Tahap Sosio-Politis Tahap sosio-politis adalah tahap pengolahan gagasan tentang perlunya pengaturan hukum dari masalah tertentu. Dimulailah penampungan gagasan dari berbagai sumber. Kemudian disiapkan bahan-bahan atau isi hukum yang dibutuhkan. Bahan-bahan yang terkumpul itu kemudian dibicarakan, dikritisi, dan dipertahankan melalui pertukaran pendapat antar berbagai golongan dan kekuatan dalam masyarakat. Bahan-bahan itu kemudian dipertajam dan dimatangkan lembaga pemerintah, baik departemen maupun nondepartemen. 3. Tahap Yuridis Tahapan yuridis merupakan tahapan kegiatan yang murni yuridis, yatu perumusan dalam bahasa hukum perundang-undangan. Tahapan ini dilakukan oleh lembaga yang berwenang tergantung dari tingkat perundang-undangan tersebut. Pasal 21 bahwa rancangan undang-undang dapat berasal dari Presiden atau DPR.

48 136 Landasan proses penyusunan Undang-Undang adalah UUD 1945 Pasal 5 dan Pasal 20 : a. Pasal 5 Ayat (1) : Presiden berhak mengajukan rancangan undang-undang kepada DPR. Pasal 5 Ayat (2) : Presiden menetapkan peraturan pemerintah untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. b. Pasal 20 Ayat (1) : DPR memegang kekuasaan membentuk undang-undang. Pasal 20 Ayat (2) : Setiap rancangan undang-undang dibahas oleh DPR dan presiden untuk mendapat persetujuan bersama. Pasal 20 Ayat (3) : Jika rancangan undang-undang itu tidak mendapat persetujuan bersama, rancangan undang-undang itu tidak boleh diajukan lagi dalam persidangan DPR masa itu. Pasal 20 Ayat (4) : Presiden mengesahkan rancangan undangundang yang telah disetujui bersama untuk menjadi undangundang. Pasal 20 Ayat (5) : Dalam hal rancangan undang-undang yang telah disetujui bersama tersebut tidak disahkan oleh presiden dalam waktu 30 (tiga puluh) hari semenjak rancangan undangundang tersebut disetujui, rancangan undang-undang tersebut sah menjadi undang-undang dan wajib diundangkan. Adapun proses penyusunan Undang-Undang adalah sebagai berikut : a. Tahap Penyiapan Rancangan Undang-Undang (RUU) RUU dapat dibuat oleh Presiden (pemerintah) dan DPR. RUU yang diajukan oleh pemerintah dibuat oleh menteri/pimpinan lembaga pemerintah non departemen, setelah itu diajukan kepada Presiden untuk disetujui/tidak. Jika disetujui, RUU diajukan Presiden kepada pimpinan DPR. Langka selanjutnya mengadakan sidang untuk membahas RUU tersebut. RUU dari DPR, anggota DPR

49 137 membuat RUU, selanjutnya disampaikan kepada Presiden melalui pimpinan DPR. Presiden menyampaikan RUU kepada menteri sekretaris negara. b. Tahap Pembahasan dan Pengesahan RUU beserta penjelasannya yang berasal dari DPR disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPR kepada Presiden. Presiden memberitahu dan membagikannya kepada seluruh anggota kabinet. RUU yang sudah disetujui bersama antara DPR dengan Presiden, paling lambat 7 (tujuh hari) kerja disampaikan oleh Pimpinan DPR kepada Presiden untuk disahkan menjadi undang-undang. Apabila setelah 15 (lima belas) hari kerja, RUU yang sudah disampaikan kepada Presiden belum disahkan menjadi undang-undang, Pimpinan DPR mengirim surat kepada Presiden untuk meminta penjelasan. Apabila RUU yang sudah disetujui bersama tidak disahkan oleh Presiden dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari sejak RUU tersebut disetujui bersama, RUU tersebut sah menjadi undangundang dan wajib diundangkan. Tata urutan perundang-undangan nasional menurut TAP. MPR No. III/MPR/2000 1) UUD 1945 merupakan hukum dasar tertulis Negara Republik Indonesia, memuat dasar dan garis besar hukum dalam penyelenggaraan negara. 2) Ketetapan MPR merupakan putusan Majelis Permusyawaratan Rakyat sebagai pengemban kedaulatan rakyat yang ditetapkan dalam sidang-sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat.

50 138 3) Undang-Undang Undang-Undang dibuat oleh DPR bersama Presiden untuk melaksanakan Undang-Undang Dasar 1945 serta Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia. 4) Peraturan Pemerintah Pengganti UU Peraturan Pemerintah pengganti UU dibuat oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan sebagai berikut : a. Peraturan Pemerintah pengganti UU harus diajukan ke DPR dalam persidangan yang berikut. b. DPR dapat menerima atau menolak Peraturan Pemerintah Pengganti UU dengan tidak mengadakan perubahan. c. Jika ditolak DPR, Peraturan Pemerintah Pengganti UU harus dicabut. 5) Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah dibuat oleh Pemerintah untuk melaksanakan perintah Undang-Undang. 6) Keputusan Presiden Keputusan Presiden yang bersifat mengatur dibuat oleh Presiden untuk menjalankan fungsi dan tugasnya berupa pengaturan pelaksanaan administrasi negara dan administrasi pemerintahan. 7) Peraturan Daerah Peraturan Daerah merupakan peraturan untuk melaksanakan aturan hukum di atasnya dan menampung kondisi khusus dari daerah yang bersangkutan. a. Peraturan Daerah Propinsi dibuat oleh DPRD Propinsi bersama dengan gubernur. b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama bupati/walikota. c. Peraturan Desa atau yang setingkat dibuat oleh badan perwakilan desa atau yang setingkat, sedangkan tata cara pembuatan peraturan

51 139 desa atau yang setingkat diatur oleh peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan. Tata Urutan Perundang-Undangan Nasional UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan : 1) UUD 1945 Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPR dengan persetujuan bersama Presiden. 2) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah pengganti UU Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ihwal kegentingan yang memaksa. 3) Peraturan Pemerintah Peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. 4) Peraturan Presiden Peraturan perundang-undangan yang dibuat oleh Presiden 5) Peraturan Daerah, terdiri atas peraturan daerah provinsi, kabupaten/kota, desa Peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah. Peraturan Daerah Propinsi dibuat oleh DPRD Propinsi bersama dengan gubernur. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh DPRD Kabupaten/Kota bersama bupati/walikota. Peraturan Desa atau yang setingkat dibuat oleh badan perwakilan desa atau nama lainnya bersama dengan kepala desa atau nama lainnya. Partisipasi warga negara dalam proses penyusunan hukum dapat dilakukan dengan cara-cara : a. Memberi masukan kepada pemerintah dalam proses pembuatan hukum. b.menaati peraturan hukum yang telah ditetapkan oleh pemerintah atau negara.

52 140 c. Sadar dan taat pada hukum dan peraturan yang ada. d. Mengutamakan kepentingan umum. Orang yang mempunyai kesadaran terhadap aturan hukum akan mematuhi apa yang menjadi tuntutan peraturan tersebut. Dengan kata lain dia menjadi patuh terhadap berbagai peraturan yang ada, orang menjadi patuh, karena : 1. Sejak kecil dididik untuk selalu mematuhi dan melaksanakan berbagai aturan yang berlaku, baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maupun secara nasional. 2. Orang taat karena dia merasakan, bahwa peraturan yang ada dapat memberikan manfaat bagi kehidupan diri dan lingkungannya. 3. Kepatuhan atau ketaatan karena merupakan salah satu sarana untuk mengadakan identifikasi dengan kelompok. 4. Pada awalnya bisa saja seseorang patuh terhadap hukum karena adanya tekanan atau paksaan untuk melaksanakan berbagai aturan tersebut. Pelaksanaan aturan yang semula karena faktor paksaan lama kelamaan menjadi suatu kebiasaan, sehingga tanpa sadar dia melakukan perbuatan itu sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Perilaku menaati peraturan perundang-undangan di lingkungan keluarga dapat dilakukan dengan cara : a. Menaati tata tertib keluarga. b. Tidak melakukan tindak kekerasan sesama anggota keluarga. c. Menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan keluarga. d. Menyelesaikan permasalahan dengan penuh kekeluargaan. Perilaku menaati peraturan perundang-undangan di lingkungan sekolah dapat dilakukan dengan cara : a. Mematuhi tata tertib. b. Menghormati guru dan karyawan. c. Tidak membuat suasana gaduh pada saat mengikuti pelajaran. d. Mengenakan pakaian seragam sesuai ketentuan yang berlaku. e. Menjaga kebersihan, keamanan, dan ketertiban lingkungan sekolah.

53 141 Perilaku menaati peraturan perundang-undangan di lingkungan masyarakat dapat dilakukan dengan cara : a. Tidak main hakim sendiri. b. Menghormati hak milik orang lain. c. Menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat. d. Menyelesaikan permasalahan dengan penuh kekeluargaan berdasar peraturan yang berlaku. Perilaku menaati peraturan perundang-undangan di lingkungan bangsa dan negara dapat dilakukan dengan cara : a. Disiplin membayar pajak. b. Mematuhi peraturan lalu lintas. c. Mendukung gerakan disiplin nasional. d. Menjaga benda-benda milik negara dan fasilitas umum. e. Membantu negara dalam menciptakan keamanan dan ketertiban lingkungan.

54 142 Lampiran 9 : Kisi-Kisi Soal No Sub Materi Ingatan Pemaham an Penerapa n Jumla h Soal 1. Menjelaskan pengertian peraturan perundang-undangan dan menyebutkan jenis dan tata 5 soal (soal nomor 1, 2, 3, 11, 12) 2 soal (soal nomor 4, 8) - 7 urutan peraturan perundangundangan nasional 2. Menjelaskan landasan berlakunya perundangundangan dan menguraikan arti penting peraturan perundangundangan 3. Menjelaskan proses pembuatan peraturan perundang-undangan dan menyebutkan partisipasi warga negara dalam proses penyusunan hukum 4. Menjelaskan kewajiban warga negara dan bentuk ketaatan terhadap hukum dan peraturan perundang-undangan; 3 soal (soal nomor 5, 6, 7) 2 soal (soal nomor 13, 14) 2 soal (soal nomor 9, 10) 3 soal (soal nomor 21, 22, 23) - 3 soal (soal nomor 20, 24, 25) soal (soal nomor 15, 16, 17, 18, 19 ) 8 Jumlah Soal 25

55 Lampiran 10 : Lembar Observasi Metode Diskusi Kelompok 143

56 144

57 145

58 146

59 147

60 148

61 Lampiran 11: Lembar Observasi Metode TPS 149

62 150

63 151

64 152

65 153

66 154

67 155 Lampiran 12 : Daftar Nilai Postest DAFTAR NILAI KELAS VIII F (KELAS KONTROL) NO NAMA NILAI POSTEST 1 AL 72 2 AAN 60 3 AAA 68 4 AMB 74 5 ADL 60 6 BP 72 7 BDP 64 8 DH 72 9 DAS EWK FS FIB HMQ HS LNA MIM MFS MM MF MHA MN ND NMS RM RGS RF 84

68 RM SS SAC SO SN WFNF 60 DAFTAR NILAI KELAS VIII B (KELAS EKSPERIMEN) NO NAMA NILAI POSTEST 1 AWS 84 2 ATMM 72 3 AMI 64 4 AP 72 5 CM 80 6 DAN 72 7 EYTS 68 8 EN 80 9 HRS HFN IW IO MFF MKN MAA MFI MA NW NAM 76

69 NAO NH PC PNA RA RS SRP SW SR SS TR TP WSP 64

70 158 Lampiran 13 : Dokumentasi Profil Sekolah Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen (kegiatan pembelajaran dengan metode TPS). Guru Sedang Menjelaskan Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Metode TPS.

71 159 Siswa Sedang Memikirkan dan Mengerjakan Tugas Secara Sendiri- Sendiri Dulu Kemudian Siswa Disuruh Berpikir Secara Berpasangan Setelah Itu Baru Secara Kelompok Untuk Mengambil Suatu Kesimpulan/Jawaban yang Diamggap Paling Benar Untuk Menjawab Permasalahan yang Diberikan Oleh Guru. Guru Sedang Mengawasi Jalannya Diskusi

72 160 Siswa Sedang Mempresentasikan Hasil Diskusinya Siswa Sedang Mempresentasikan Hasil Diskusinya

73 161 Proses Pembelajaran Kelas Kontrol (kegiatan pembelajaran dengan metode diskusi kelompok). Peneliti Sedang Menjelaskan Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Metode Diskusi Kelompok. Sedang Membagi Kelompok

74 Siswa Sedang Berdiskusi 162

75 163 Sedang Mendorong Siswa Agar Mau Mengemukakan Pendapatnya (ikut berpartisipasi) Siswa Sedang Mempresentasikan Hasil Diskusinya

76 Foto Bersama Kelas VIII F (Kelas Kontrol) 164

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

Page 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH Makna Tata Urutan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia Apa informasi yang kalian peroleh

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN I. UMUM Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan merupakan pelaksanaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5234 ADMINISTRASI. Peraturan Perundang-undangan. Pembentukan. Teknik Penyusunan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan

Lampiran 1 Jadwal Pertemuan 55 Lampiran 1 Jadwal Pertemuan No Hari/Tanggal Kegiatan Tempat 1 Sabtu, 27 Februari 2016 Siklus I,pertemuan I SDN Kutowinangun 01 2 Senin, 29 Februari 2016 Siklus I,pertemuan II SDN Kutowinangun 01 3 Sabtu,

Lebih terperinci

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. UU NOMOR 10 TAHUN 2004 1. Menimbang: Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan perundang undangan merupakan salah satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Formatted: Left: 3,25 cm, Top: 1,59 cm, Bottom: 1,43 cm, Width: 35,56 cm, Height:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk

Lebih terperinci

LEMBAR SOAL. Lampiran 1. Lembar Instrumen. Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

LEMBAR SOAL. Lampiran 1. Lembar Instrumen. Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan 79 80 Lampiran 1. Lembar Instrumen LEMBAR SOAL Mata pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas : VII Alokasi Waktu : 60 Menit Petunjuk umum 1. Jumlah soal 30 butir terdiri dari soal pilihan ganda, semua

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT

Title? Author Riendra Primadina. Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov :10:06 GMT Title? Author Riendra Primadina Details [emo:10] apa ya yang di maksud dengan nilai instrumental? [emo:4] Modified Tue, 09 Nov 2010 14:10:06 GMT Author Comment Hafizhan Lutfan Ali Comments Jawaban nya...

Lebih terperinci

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Untuk Kelas Eksperimen Nama Sekolah : SMP Negeri 3 Wonosari Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

Perundang-undangan Nasional. Kompetensi. Materi. Makna dan Pentingnya. Untuk Kelas VII

Perundang-undangan Nasional. Kompetensi. Materi. Makna dan Pentingnya. Untuk Kelas VII Perundang-undangan Nasional Untuk Kelas VII Kompetensi Kompetensi Dasar Kemampuan memahami Peraturan Perundang-Perundangan Nasional Indikator Setelah mempelajari materi berikut diharapkan dapat: 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

SOAL VALIDITAS Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d,!

SOAL VALIDITAS Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d,! 78 79 SOAL VALIDITAS Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d,! 1. Lembaga negara yang bertugas untuk melantik dan memberhentikan presiden

Lebih terperinci

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA KELOMPOK 2: 1. Hendri Salim (13) 2. Novilia Anggie (25) 3. Tjandra Setiawan (28) SMA XAVERIUS BANDAR LAMPUNG 2015/2016 Hakikat Warga Negara Dalam Sistem Demokrasi Warga Negara

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI PENDAHULUAN Pembentukan Peraturan Perundangundangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG

PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN

Lebih terperinci

RPP PKn Kelas 5 Semester I Tahun 2009/2010 SDN 1 Pagerpelah 1

RPP PKn Kelas 5 Semester I Tahun 2009/2010 SDN 1 Pagerpelah 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pagerpelah Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : V/1 Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan

Lebih terperinci

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000)

AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000) AMANDEMEN II UUD 1945 (Perubahan tahap Kedua/pada Tahun 2000) Perubahan kedua terhadap pasal-pasal UUD 1945 ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 2000. Perubahan tahap kedua ini ini dilakukan terhadap beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 3 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PEMBUATAN PERATURAN DAERAH DI KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN JAKARTA 2010 Sipur 2, 26 Oktober 2010

Lebih terperinci

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. Istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving) dalam beberapa

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. Istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving) dalam beberapa 16 BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN A. Pengertian Peraturan Perundang-Undangan Istilah perundang-undangan (legislation, wetgeving) dalam beberapa kepustakaan mempunyai dua pengertian yang berbeda. Dalam

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Bahan Raker, 17-05-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :a.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945

TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 TUGAS AKHIR DEMOKRASI PANCASILA MENURUT UUD 1945 Di susun oleh : Nama : Garna Nur Rohiman NIM : 11.11.4975 Kelompok : D Jurusan Dosen : S1-TI : Tahajudin Sudibyo, Drs Untuk memenuhi Mata Kuliah Pendidikan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN

KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN KISI KISI UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nama Sekolah : MTsN 1 Kota Serang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Kur : VII / K13 Semester : Ganjil Kompetensi Inti :

Lebih terperinci

2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, 1 SALINAN 2/1/2008 RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Muchamad Ali Safa at

Muchamad Ali Safa at Muchamad Ali Safa at DASAR HUKUM Pasal 18 ayat (6) UUD 1945, Pemerintahan daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturanperaturan lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintahan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI BONDOWOSO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONDOWOSO NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN TATA CARA PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)

: Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) KTSP Perangkat Pembelajaran Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) PERANGKAT PEMBELAJARAN STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR Mata Pelajaran Satuan Pendidikan Kelas/Semester : Pendidikan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**)

MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) MEMBANGUN KUALITAS PRODUK LEGISLASI NASIONAL DAN DAERAH * ) Oleh : Prof. Dr. H. Dahlan Thaib, S.H, M.Si**) I Pembahasan tentang dan sekitar membangun kualitas produk legislasi perlu terlebih dahulu dipahami

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16 LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP 2013 Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP Perhatian : Jawaban tertera pada kalimat yang ditulis tebal. 1. Di bawah ini merupakan harapan-harapan

Lebih terperinci

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila

2 c. bahwa beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakila LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.383, 2014 LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5650) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 119/PUU-XII/2014 Pengujian Formil Perppu 1/2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota dan Perppu 2/2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Jenis Kelamin : IPK : SKALA PROKRASTINASI AKADEMIK. S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai

Jenis Kelamin : IPK : SKALA PROKRASTINASI AKADEMIK. S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai Lampiran 1 LAMPIRAN 2 2 Jenis Kelamin : IPK : Usia : SKALA PROKRASTINASI AKADEMIK Keterangan SS : Sangat Sesuai TS : Tidak Sesuai S : Sesuai STS : Sangat Tidak Sesuai Berilah tanda centang ( ) pada kolom

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 1 (RPP) Nama Sekolah : SMP Negeri 21 Purworejo Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas/Semester : VIII/I Standar Kompetensi : 1. Menampilkan perilaku yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas/Semester : VIII/I Standar Kompetensi : 1. Menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO

PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SITUBONDO Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Modul ke: 07 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Konstitusi dan Rule of Law Fakultas PSIKOLOGI Program Studi PSIKOLOGI Rizky Dwi Pradana, M.Si Sub Bahasan 1. Pengertian dan Definisi Konstitusi 2. Hakikat dan Fungsi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1985 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 1969 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARTAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DAN DEWAN

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MATERI AUDIENSI DAN DIALOG DENGAN FINALIS CERDAS CERMAT PANCASILA, UUD NEGARA RI TAHUN 1945, NKRI, BHINNEKA TUNGGAL IKA, DAN KETETAPAN MPR Dr. H. Marzuki Alie

Lebih terperinci

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS, PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 26 TAHUN 2006 T E N T A N G PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1985 (2/1985) Tanggal: 7 JANUARI 1985 (JAKARTA)

Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1985 (2/1985) Tanggal: 7 JANUARI 1985 (JAKARTA) Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 2 TAHUN 1985 (2/1985) Tanggal: 7 JANUARI 1985 (JAKARTA) Sumber: LN 1985/2; TLN NO. 3282 Tentang: PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 16

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI DALAM

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA PAKSA) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan

Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Soal Undang-Undang Yang Sering Keluar Di Tes Masuk Sekolah Kedinasan Posted by KuliahGratisIndonesia Materi soal Undang-undang merupakan salah satu komposisi dari Tes Kompetensi Dasar(TKD) yang mana merupakan

Lebih terperinci

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang a. bahwa Peraturan

Lebih terperinci

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) 29. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) 47 LAMPIRAN 1 RPP SIKLUS I RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Sekolah : SD Negeri 6 Salatiga Mata Pelajaran : IPS Kelas/Semester : 3 (tiga)/ II (dua) Materi Pokok : Kegiatan jual beli di lingkungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Izin Penelitian Skripsi

Lampiran 1. Izin Penelitian Skripsi 63 64 Lampiran 1. Izin Penelitian Skripsi Lampiran 2. Surat Keterangan Dari Sekolah Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP ) Siklus 1 dan Siklus 2 65 66 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Mata Pelajaran : PPKn Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, tanggal : Senin, 9 Juni 2008 Waktu : 60 Menit PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. OLEH : SRI HARININGSIH, SH.,MH

MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. OLEH : SRI HARININGSIH, SH.,MH MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. OLEH : SRI HARININGSIH, SH.,MH 1 MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan peraturan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER II TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH HUKUM TATA NEGARA

PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER II TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH HUKUM TATA NEGARA PEMBAHASAN SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER II TAHUN 2014/2015 MATA KULIAH HUKUM TATA NEGARA Disusun oleh MUHAMMAD NUR JAMALUDDIN NPM. 151000126 KELAS D UNIVERSITY 081223956738 muh.jamal08 D070AF70 16jamal Muh_Nur_Jamal

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO, PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO, Menimbang : a. bahwa pembentukan peraturan daerah merupakan bagian

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pembentukan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA

TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA HAK ASASI MANUSIA DALAM PANCASILA DOSEN PENGAMPU : HARI SUDIBYO S.KOM UNTUK MEMENUHI SALAH SATU SYARAT MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA NAMA: HERI SANTOSO NIM: 11.11.5151

Lebih terperinci

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAPEL :...

ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAPEL :... ULANGAN AKHIR SEMESTER GANJIL SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TAPEL :... Mata Pelajaran : PKn Hari, Tanggal :... Kelas : VII (Tujuh) Waktu : 60 menit I. PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING BENAR. 1. Norma

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG Menimbang : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 111 CONCERNING DISCRIMINATION IN RESPECT OF EMPLOYMENT AND OCCUPATION (KONVENSI ILO MENGENAI DISKRIMINASI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON, LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON, LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON 2 NOMOR 6 TAHUN 2000 SERIE D PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 7 TAHUN 2000 TENTANG TATA CARA MEMBUAT PERATURAN DAERAH DAN PENERBITAN LEMBARAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.271, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Kode Etik. PNS. Kementerian. Hukum. HAM. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-07.KP.05.02

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT KETERANGAN PENELITIAN

LAMPIRAN I SURAT KETERANGAN PENELITIAN LAMPIRAN I SURAT KETERANGAN PENELITIAN 60 61 62 63 LAMPIRAN 2 VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN 64 Data Mentah Siklus I 65 Siklus II 66 Siklus 1 Case Processing Summary N % Valid 24 100,0 Cases Excluded

Lebih terperinci

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 57, 1999 KONVENSI. TENAGA KERJA. HAK ASASI MANUSIA. ILO. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

Lembar Pengamatan (Observasi) Siklus I Pertemuan I

Lembar Pengamatan (Observasi) Siklus I Pertemuan I Lembar Pengamatan (Observasi) Siklus I Pertemuan I No Aspek Yang di Observasi Kategori ya tidak Skor Nilai Guru : 1 Apakah dalam pembentukan kelompok sudah sesuai dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD?

Lebih terperinci