DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
|
|
- Yuliani Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR INVENTARISASI MASALAH (DIM) PEMERINTAH ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Formatted: Left: 3,25 cm, Top: 1,59 cm, Bottom: 1,43 cm, Width: 35,56 cm, Height: 21,59 cm 1. RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, 2. Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, Negara berkewajiban melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 3. b. bahwa dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan peraturan perundang-undangan yang baik, perlu dibuat aturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundangundangan; Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan mengganti kata berkewajiban dengan kata wajib, sesuai dengan teknik penyusunan peraturan perundang-undangan. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan menghapus frasa dalam rangka dan mengganti kata aturan dengan kata peraturan. Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara hukum, negara wajib melaksanakan pembangunan hukum nasional yang dilakukan secara terencana, terpadu, dan berkelanjutan dalam sistem hukum nasional yang menjamin perlindungan hak dan kewajiban segenap rakyat Indonesia berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. bahwa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan peraturan perundang-undangan yang baik, perlu dibuat peraturan mengenai pembentukan peraturan perundang-undangan yang dilaksanakan dengan cara dan metode yang pasti, baku, dan standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang membentuk peraturan perundang-undangan;, Indonesian, Indonesian, Indonesian
2 2 4. c. bahwa Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan memiliki banyak kekurangan dan tidak dapat menampung perkembangan pembentukan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; 5. d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 6. Mengingat: Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22A Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 7. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA 8. MEMUTUSKAN: Menetapkan: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. 9. BAB I KETENTUAN UMUM 10. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah proses pembuatan peraturan perundangundangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan Peraturan Perundang-undangan adalah aturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan. c. bahwa dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan masih terdapat kekurangan dan belum menampung perkembangan kebutuhan masyarakat mengenai pembentukan peraturan perundangundangan yang baik sehingga perlu diganti; Pemerintah mengusulkan konsistensi mengenai cara penulisan kata/frasa yang sudah didefinisikan dengan menggunakan huruf kapital di awal kata/frasa. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan mengganti kata aturan menjadi peraturan dan menghapus kata secara. 1. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah proses pembuatan Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan. 2. Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga, Indonesian, Indonesian
3 lembaga negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan Undang-Undang adalah peraturan perundangundangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah peraturan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa. 3 Konkordan dengan DIM No. 11 mengenai konsistensi penulisan. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan menambahkan frasa Perundang-undangan di antara kata Peraturan dan yang ditetapkan. negara atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan. 3. Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden. 4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam hal ikhwal kegentingan yang memaksa Peraturan Pemerintah adalah peraturan perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya Pemerintah mengusulkan penambahan substansi Peraturan Presiden sebagaimana juga diatur dalam UU No. 10 Tahun Pemerintah berpendapat bahwa Peraturan Presiden masih perlu dicantumkan dalam jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, dengan alasan antara lain: 1. Kewenangan Presiden membentuk Peraturan Presiden bersumber dari Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dan berdasarkan kewenangan Presiden dalam menjalankan kekuasaan pemerintahan sebagai atribusi Pasal 4 ayat (1) UUD Negara RI Tahun Lingkup urusan pemerintahan yang dijalankan Presiden sangat luas dan tidak semuanya dapat diatur oleh UU/PP. Karena itu di luar apa yang didelegasikan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi, selalu ada ruang bagi Presiden untuk membuat peraturan mengenai masalah tertentu dalam rangka menjalankan pemerintahan. Jika DIM ini disetujui, maka urutan angka menyesuaikan. 5. Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang- Undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. 6. Peraturan Presiden adalah Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan perintah Peraturan Perundangundangan yang lebih tinggi atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan negara.
4 4 17. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi Peraturan Menteri. Pemerintah berpendapat bahwa Peraturan Menteri perlu dicantumkan dalam jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan, dengan alasan antara lain: 1. Menteri adalah pembantu Presiden dalam urusan penyelenggaraan pemerintahan sebagaimana diatur dalam Pasal 17 UUD Sesuai dengan UU No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara, Menteri mempunyai tugas dan fungsi merumuskan dan menetapkan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden. Jika DIM ini disetujui, maka urutan angka menyesuaikan. 7. Peraturan Menteri adalah Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh menteri untuk menjalankan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. Alternatif: 7. Peraturan Menteri adalah Peraturan Perundangundangan yang ditetapkan oleh menteri untuk menjalankan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi dan/atau menjalankan urusan tertentu dalam pemerintahan Peraturan Daerah Provinsi adalah peraturan 8. Peraturan Daerah Provinsi adalah Peraturan Perundangundangan perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan 11. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional. yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dengan Daerah provinsi dengan persetujuan bersama gubernur. persetujuan bersama gubernur. (Jika usul DIM No. 16 dan DIM No. 17 disetujui, maka urutan angka menyesuaikan) Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Sda 9. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan peraturan perundang-undangan yang dibentuk oleh Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dengan persetujuan bersama bupati/walikota. Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dengan persetujuan bersama bupati/walikota Program Legislasi Nasional selanjutnya disebut Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan 10. Program Legislasi Nasional yang selanjutnya disebut Prolegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan undang-undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. menambahkan kata yang di antara kata Nasional dan selanjutnya dan konsistensi penulisan (konkordan dengan DIM No. 11) Prolegnas adalah instrumen perencanaan program pembentukan Undang-Undang yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. (Jika usul DIM No. 16 dan DIM No. 17 disetujui, maka urutan angka menyesuaikan) Program Legislasi Daerah selanjutnya disebut Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan 11. Program Legislasi Daerah yang selanjutnya disebut Prolegda adalah instrumen perencanaan program menambahkan kata yang di antara kata Daerah dan Prolegda adalah instrumen perencanaan program pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis. selanjutnya. (Jika usul DIM No. 16 dan DIM No. 17 disetujui, maka urutan angka menyesuaikan). pembentukan Peraturan Daerah yang disusun secara terencana, terpadu, dan sistematis Pengundangan adalah penempatan Peraturan - Pemerintah mohon penjelasan mengenai dihapuskannya 12. Pengundangan adalah penempatan Peraturan
5 5 Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia atau Lembaran Daerah Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam peraturan perundang-undangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-undangan. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, dan Berita Daerah. - Pemerintah berpendapat tetap pada definisi yang ada pada UU No. 10 Tahun 2004 dengan penyempurnaan rumusan yang menambahkan Tambahan Lembaran Daerah dan Tambahan Berita Daerah. (Jika usul DIM No. 16 dan DIM No. 17 disetujui, maka urutan angka menyesuaikan). Konkordan dengan DIM No. 11 mengenai konsistensi penulisan. (Jika usul DIM No. 16 dan DIM No. 17 disetujui, maka urutan angka menyesuaikan). Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan Lembaran Daerah, Berita Daerah, atau Tambahan Berita Daerah. Alternatif: 12. Pengundangan adalah penempatan Peraturan Perundang-undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita Negara Republik Indonesia, Lembaran Daerah, dan Berita Daerah. 13.Materi Muatan Peraturan Perundang-undangan adalah materi yang dimuat dalam Peraturan Perundangundangan sesuai dengan jenis, fungsi, dan hierarki Peraturan Perundang-undangan., Indonesian, Indonesian Dewan Perwakilan Rakyat, selanjutnya disingkat DPR, adalah Dewan Perwakilan Rakyat sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dewan Perwakilan Daerah, selanjutnya disingkat DPD, adalah Dewan Perwakilan Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, selanjutnya disingkat DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun (Jika usul DIM No. 16 dan DIM No. 17 disetujui, maka urutan angka menyesuaikan). (Jika usul DIM No. 16 dan DIM No. 17 disetujui, maka urutan angka menyesuaikan). (Jika usul DIM No. 16 dan DIM No. 17 disetujui, maka urutan angka menyesuaikan).
6 6 27. Pasal 2 Pancasila adalah sumber dari segala sumber hukum negara. 28. Pasal 3 (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan. 29. (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditempatkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. 30. (3) Penempatan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam Lembaran Negara Republik Indonesia tidak merupakan dasar pemberlakuannya. 31. Pasal 4 Peraturan perundang-undangan yang diatur dalam Undang- Undang ini meliputi undang-undang dan peraturan perundang-undangan di bawahnya. 32. BAB II ASAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 33. Pasal 5 Dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundangundangan yang baik yang meliputi: Pemerintah mengusulkan agar rumusan sesuai UU No.10 Tahun 2004 mengubah kata adalah menjadi merupakan, karena kata adalah umumnya digunakan untuk pendefinisian. Pasal 2 Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara. Sda Pasal 3 (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan hukum dasar dalam peraturan perundang-undangan. 11. Pemerintah mengusulkan penambahan kata PEMBENTUKAN setelah kata ASAS agar sesuai dengan judul RUU dan sesuai dengan materi yang diatur dalam BAB II a. kejelasan tujuan;. 35. b. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat;. 36. c. kesesuaian antara jenis dan materi muatan; Pemerintah mengusulkan untuk menambahkan kata hierarki di antara kata jenis dan materi muatan sehingga berbunyi Pasal 4 Peraturan Perundang-undangan yang diatur dalam Undang- Undang ini meliputi Undang-Undang dan Peraturan Perundangundangan di bawahnya. BAB II ASAS PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN Pasal 5 Dalam membentuk Peraturan Perundang-undangan harus berdasarkan pada asas Pembentukan Peraturan Perundangundangan yang baik, yang meliputi: c. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan;, Swedish (Sweden), Indonesian, Indonesian
7 7 kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan. Dengan pertimbangan bahwa Peraturan Perundang-undangan yang lebih rendah tidak boleh bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 37. d. dapat dilaksanakan; 38. e. kedayagunaan dan kehasilgunaan; 39. f. kejelasan rumusan; dan/atau Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional, dengan menghapus kata atau, karena asas pembentukan peraturan perundang-undangan seharusnya bersifat kumulatif. 40. g. keterbukaan. 41. Pasal 6 (1) Materi muatan peraturan perundang-undangan mengandung asas: - Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan mengubah kata mengandung dengan frasa harus mencerminkan, agar tidak menimbulkan kerancuan bahwa asas merupakan norma hukum. (lihat tanggapan Pemerintah pada DIM No.12). - Mengenai konsistensi penulisan konkordan dengan DIM No a. pengayoman; 43. b. kemanusiaan; 44. c. kebangsaan; 45. d. kekeluargaan; 46. e. kenusantaraan; 47. f. bhinneka tunggal ika; 48. g. keadilan; 49. h. kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan; 50. i. ketertiban dan kepastian hukum; dan/atau 51. j. keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. 52. (2) Selain asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), peraturan perundang-undangan tertentu dapat berisi 11. f. kejelasan rumusan; dan Pasal 6 (1) Materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas: (2) Selain mencerminkan asas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Peraturan Perundang-undangan tertentu dapat, Indonesian, Swedish (Sweden), Swedish (Sweden), Indonesian, Indonesian
8 8 asas lain sesuai dengan bidang hukum peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. 53. BAB III JENIS, HIERARKI, DAN MATERI MUATAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 54. Pasal 7 (1) Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan sebagai berikut: - Pemerintah mengusulkan penyempurnan rumusan dengan mengganti frasa sebagai berikut menjadi terdiri atas. - Mengenai konsistensi penulisan konkordan dengan DIM No a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 56. b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; 57. c. Peraturan Pemerintah; 58. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi Peraturan Presiden sebagaimana juga diatur dalam UU No. 10 Tahun (lihat tanggapan Pemerintah pada DIM No. 16) 59. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru yakni Peraturan Menteri (lihat tanggapan Pemerintah pada DIM No. 17) 60. Pemerintah mengusulkan penambahan substansi Peraturan Daerah sebagaimana juga diatur dalam UU No. 10 Tahun (lihat tanggapan Pemerintah pada DIM No. 18) 61. Apabila usulan Pemerintah pada DIM No. 60 disetujui maka perlu penambahan substansi baru yang merinci Peraturan Daerah terdiri dari Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana juga diatur dalam UU No. 10 Tahun d. Peraturan Daerah Provinsi; dan Apabila usulan Pemerintah pada DIM No. 60 dan DIM No. 61 disetujui maka DIM No. 62 dan DIM No. 63 dihapus karena subtansi sudah tertampung pada DIM No. 60 dan DIM No. 61. berisi asas lain sesuai dengan bidang hukum Peraturan Perundang-undangan yang bersangkutan. Pasal 7 (1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas: d. Peraturan Presiden; e. Peraturan Menteri; f. Peraturan Daerah. (2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e meliputi: a. Peraturan Daerah Provinsi; b. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota., Indonesian
9 9 63. e. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Sda Pemerintah mengusulkan penempatan ayat (3) pada DIM No. 67 menjadi ayat (3) DIM ini. - Mengenai konsistensi penulisan konkordan dengan DIM No Pemerintah mengusulkan penambahan pasal baru yang diambil dari UU No. 10 Tahun 2004 Pasal 7 ayat (4) dan penjelasannya. - Jika DIM ini disetujui, maka urutan pasal menyesuaikan. (3) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1). Pasal 7A (1) Jenis Peraturan Perundang- undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, kepala badan, lembaga, atau komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau pemerintah atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat., Indonesian, Indonesian Formatted: Indent: Left: 0 cm 66. (2) Jenis peraturan perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 67. (3) Kekuatan hukum peraturan perundang-undangan sesuai dengan hierarki sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional substansi dengan menambah frasa diberi kewenangan atau. Pemerintah mengusulkan dihapus karena substansi ini sudah ditampung dalam DIM No. 64. (2) Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diberi kewenangan atau diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 68. (4) Dalam hal suatu undang-undang diduga Pemerintah berpendapat bahwa ketentuan mengenai
10 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Konstitusi. 69. (5) Dalam hal suatu peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang diduga bertentangan dengan undang-undang, pengujiannya dilakukan oleh Mahkamah Agung. 70. Pasal 8 Materi muatan yang harus diatur dengan undang-undang berisi: 10 pengujian undang-undang cukup diatur dalam UU Mahkamah Konstitusi, oleh karena itu diusulkan untuk dihapus. Pemerintah berpendapat bahwa ketentuan mengenai pengujian undang-undang cukup diatur dalam UU Mahkamah Agung, oleh karena itu diusulkan untuk dihapus. 71. a. pengaturan lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Pemerintah mengusulkan rumusan sesuai dengan UU No. 10 Tahun 2004 dan menambah frasa yang meliputi: setelah frasa Tahun a. pengaturan lebih lanjut ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang meliputi: 1. hak-hak asasi manusia; 2. hak dan kewajiban warga negara; 3. pelaksanaan dan penegakan kedaulatan negara serta pembagian kekuasaan negara; 4. wilayah negara dan pembagian daerah; 5. kewarganegaraan dan kependudukan; 6. keuangan negara, 72. b. perintah suatu Undang-Undang untuk diatur dengan Undang-Undang; 73. c. pengesahan perjanjian internasional; Pemerintah mohon penjelasan apakah berlaku untuk semua perjanjian internasional karena dalam UU No. 24 Tahun 2000 Alternatif: a. melaksanakan perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945; dan b. melaksanakan urusan penyelenggaraan negara yang ruang lingkupnya disebutkan dalam Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia c. pengesahan perjanjian internasional tertentu; Penjelasan:
11 11 tentang Perjanjian Internasional disebutkan bahwa perjanjian internasional pengesahannya selain dalam bentuk UU juga dengan Peraturan Presiden. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan dengan menambah kata tertentu setelah kata internasional dan memberikan penjelasan tertentu. Yang dimaksud dengan tertentu adalah yang berkenaan dengan: a. masalah politik, perdamaian, pertahanan, dan keamanan negara; b. perubahan wilayah atau penetapan batas wilayah negara Republik Indonesia;, Indonesian 74. d. pelaksanaan putusan Mahkamah Konstitusi; dan/atau Pemerintah mempertimbangkan untuk dicantumkan dalam penjelasan DIM No e. pemenuhan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Pemerintah mohon penjelasan apakah materi ini termasuk materi muatan atau alasan dibuatnya suatu undang-undang? 76. Pasal 9 Pemerintah mengusulkan rumusan sesuai dengan UU No. 10 Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Tahun Undang mencakup materi muatan undang-undang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 dalam hal terjadi kegentingan memaksa. 77. Pasal 10 Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya. Substansi tetap. Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan penjelasan Pemerintah mengusulkan penambahan pasal baru mengenai materi muatan Peraturan Presiden. - Jika DIM ini disetujui, maka urutan pasal menyesuaikan. c. kedaulatan atau hak berdaulat negara; d. hak asasi manusia dan lingkungan hidup; e. pembentukan kaidah hukum baru; f. pinjaman dan/atau hibah luar negeri. Pasal 9 Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang sama dengan materi muatan Undang-Undang. Penjelasan: Yang dimaksud dengan menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya adalah penetapan Peraturan Pemerintah dilakukan berdasarkan pendelegasian dari Undang- Undang yang bersangkutan atau tidak berdasarkan perintah secara tegas sepanjang diperlukan untuk menjalankan Undang- Undang yang bersangkutan. Pasal 10A Materi muatan Peraturan Presiden berisi materi yang diperintahkan oleh Undang-Undang, materi untuk melaksanakan Peraturan Pemerintah, atau materi untuk, English (United States), Font color: Blue, Swedish (Sweden), Indonesian
12 Pemerintah mengusulkan penambahan pasal baru mengenai materi muatan Peraturan Menteri. - Jika DIM ini disetujui, maka urutan pasal menyesuaikan. 80. Pasal 11 Materi muatan Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, tugas pembantuan, menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 81. Pasal 12 (1) Materi muatan mengenai ketentuan pidana hanya dapat dimuat dalam: Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, konsistensi dengan usul pemerintah pada DIM No. 18. melaksanakan penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan. Pasal 10B Materi muatan Peraturan Menteri berisi materi yang diperintahkan oleh Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, atau materi dalam rangka penyelenggaraan urusan tertentu dalam pemerintahan. Pasal 11 Materi muatan Peraturan Daerah berisi materi muatan dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah, tugas pembantuan, menampung kondisi khusus daerah dan/atau penjabaran lebih lanjut Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi. 82. a. Undang-Undang; Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, a. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti konsistensi dengan usulan Pemerintah pada DIM No. 76. Undang-Undang; 83. b. Peraturan Daerah Provinsi; atau Konsistensi dengan usul pemerintah pada DIM No. 18. b. Peraturan Daerah. 84. c. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota. Sda 85. (2) Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dan huruf c berupa ancaman pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp ,00 (lima puluh juta rupiah). 86. (3) Peraturan Daerah Provinsi dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota memuat ancaman pidana atau denda selain sebagaimana dimaksud pada ayat (2), sesuai dengan yang diatur dalam peraturan perundang-undangan lainnya. Pemerintah belum dapat mempertimbangkan karena materi dalam ketentuan ini lebih baik cukup diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Sda, Indonesian, Indonesian, Indonesian, Swedish (Sweden), Indonesian, Indonesian, Indonesian, Indonesian
13 BAB IV PERENCANAAN PERATURAN PERUNDANG- UNDANGAN 88. Bagian Kesatu Umum 89. Pasal 13 Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan (1) Perencanaan penyusunan Undang-Undang menghapus kata suatu. dilakukan dalam suatu Prolegnas. 90. (2) Perencanaan penyusunan Peraturan Pemerintah Pemerintah mohon penjelasan terkait dengan substansi ini, dilakukan dalam suatu program penyusunan karena PP dibentuk atas perintah UU sehingga sulit untuk Peraturan Pemerintah. direncanakan. 91. (3) Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah Konkordan dengan DIM No. 89. dilakukan dalam suatu Prolegda. 92. Bagian Kedua Perencanaan Undang-Undang 93. Pemerintah mengusulkan penambahan Pasal yang materinya diambil dari penjelasan Pasal 13 ayat (1). 94. Pasal 14 (1) Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) memuat program pembentukan undangundang dengan judul rancangan undang-undang, materi yang diatur serta keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya. 95. (2) Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan 11. Pasal 13 (1) Perencanaan penyusunan Undang-Undang dilakukan dalam Prolegnas. (3) Perencanaan penyusunan Peraturan Daerah dilakukan dalam Prolegda. Pasal 13A Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) merupakan skala prioritas program pembentukan Undang- Undang dalam rangka mewujudkan sistem hukum nasional. Penjelasan: Yang dimaksud dengan sistem hukum nasional adalah...(penjelasan BPHN) Pasal 14 (1) Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) memuat program pembentukan Undang- Undang dengan judul rancangan undang-undang, materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya. Sda (2) Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan, German (Luxembourg), Indonesian, German (Luxembourg)
14 14 keterangan mengenai rancangan undang-undang yang meliputi: 96. a. latar belakang dan tujuan penyusunan; 97. b. sasaran yang ingin diwujudkan; 98. c. pokok pikiran, lingkup atau obyek yang akan diatur; dan 99. d. jangkauan dan arah pengaturan Pemerintah mengusulkan penambahan substansi menjadi ayat (3) Pasal 15 (1) Penyusunan Prolegnas dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah secara terencana, terpadu, dan sistematis (2) Prolegnas ditetapkan untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan undang-undang (3) Penyusunan dan penetapan Prolegnas jangka menengah dilakukan pada awal masa keanggotaan DPR sebagai Prolegnas untuk jangka waktu 5 (lima) tahun (4) Prolegnas jangka menengah dapat dievaluasi setiap akhir tahun bersamaan dengan penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas tahunan. Pemerintah mengusulkan menghapus frasa secara terencana, terpadu, dan sistematis karena sudah dimuat dalam definisi mengenai Prolegnas. keterangan mengenai rancangan undang-undang yang meliputi: (3) Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam naskah akademik yang telah melalui proses harmonisasi. Penjelasan: Dalam ketentuan ini proses harmonisasi dimaksudkan untuk mengetahui sejak awal keterkaitan materi yang akan diatur dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya untuk mencegah tumpang tindih pengaturan atau kewenangan. Hasil pengharmonisasian dijadikan acuan untuk pengharmonisasian penyusunan naskah rancangan undangundang. (1) Penyusunan Prolegnas dilaksanakan oleh DPR dan Pemerintah., Indonesian, Indonesian, Indonesian, Indonesian, Indonesian
15 (5) Penyusunan dan penetapan Prolegnas prioritas tahunan sebagai pelaksanaan Prolegnas jangka menengah dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara Pasal 16 Dalam penyusunan Prolegnas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1), penyusunan daftar rancangan undang-undang didasarkan atas: 107. a. perintah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 108. b. perintah Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat; Mengacu dan konsisten dengan usulan Pemerintah pada DIM No. 71 s.d DIM No. 75. Pemerintah mengusulkan DIM No. 106 s.d DIM No. 114 ditempatkan setelah DIM No. 93 (Pasal 13A) Pemerintah mohon penjelasan, karena dengan adanya TAP MPR No. I Tahun 2003 maka substansi ini sudah tidak sesuai lagi c. perintah undang-undang lainnya; 110. d. sistem perencanaan pembangunan nasional; Pemerintah mengusulkan agar substansi pada DIM No. 110, DIM No. 111, DIM No. 112 digabung dengan penyempurnaan rumusan e. rencana pembangunan jangka panjang nasional; Sda 112. f. rencana pembangunan jangka menengah; Sda 113. g. rencana kerja pemerintah; dan Pemerintah mengusulkan untuk dihapus karena sudah tertampung dalam substansi pada DIM No. 110 usulan Pemerintah h. aspirasi masyarakat. Pemerintah mohon penjelasan apakah ketentuan ini masih diperlukan karena aspirasi masyarakat sudah terwakili oleh DPR Pasal 17 (1) Penyusunan Prolegnas antara DPR dan Pemerintah dikoordinasikan oleh DPR melalui alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi. d. perencanaan pembangunan nasional baik jangka panjang maupun jangka menengah;, Indonesian, Spanish (Spain, International Sort)
16 (2) Penyusunan Prolegnas di lingkungan DPR dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi (3) Penyusunan Prolegnas di lingkungan DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan usulan dari DPD (4) Penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah dikoordinasikan oleh kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang peraturan perundang-undangan (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Prolegnas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan DPR tentang tata tertib. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan (Lihat DIM (3) DPD dapat mengajukan usul Prolegnas sesuai No )). dengan kewenangannya kepada DPR untuk dipertimbangkan oleh DPR. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan. (4) Penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. - Pemerintah mengusulkan yang diatur dalam peraturan DPR (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan adalah tata cara penyusunan Prolegnas di lingkungan DPR. Prolegnas di lingkungan DPR diatur dengan Peraturan - Pemerintah mengusulkan untuk menghapus frasa tentang DPR. tata tertib setelah akronim DPR, karena yang perlu disebutkan hanya jenis peraturannya saja, yaitu Peraturan DPR Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru dalam Pasal 17 menjadi ayat (6) mengenai pendelegasian tata cara penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah Pasal 18 (1) Hasil penyusunan Prolegnas antara DPR dan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) disepakati menjadi Prolegnas dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPR (2) Prolegnas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan DPR. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Prolegnas di lingkungan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan Peraturan Presiden., Font color: Blue, Font color: Auto Formatted: Indonesian Formatted: Indent: Left: 0 cm, Indonesian Formatted: Indonesian Formatted: Font color: Blue, Indonesian Formatted: Font color: Blue Formatted: Font color: Blue, Indonesian, Indonesian, Indonesian
17 Bagian Ketiga Perencanaan Peraturan Pemerintah 124. Pasal 19 (1) Program Penyusunan Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) memuat daftar judul dan materi muatan rancangan Peraturan Pemerintah yang diamanatkan undangundang (2) Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun Pasal 20 Program Penyusunan Peraturan Pemerintah dilakukan oleh Pemerintah yang dikoordinasikan oleh kementerian yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang peraturan perundang-undangan Pasal 21 (1) Rancangan Peraturan Pemerintah berasal dari kementerian dan/atau lembaga non-kementerian yang diamanatkan oleh Undang-Undang. DIM No. 123 s.d DIM No. 136 bergantung hasil pembahasan DIM No (2) Usul rancangan Peraturan Pemerintah Sda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: 129. a. latar belakang dan tujuan penyusunan; Sda 130. b. sasaran yang ingin diwujudkan; Sda 131. c. pokok pikiran, lingkup atau obyek yang akan diatur; dan Sda 132. d. jangkauan dan arah pengaturan. Sda 133. Pasal 22 Sda (1) Dalam keadaan tertentu, kementerian atau lembaga non-kementerian dapat mengajukan rancangan peraturan pemerintah di luar program penyusunan Peraturan Pemerintah. Sda Sda Sda Sda, Portuguese (Brazil), Portuguese (Brazil), Portuguese (Brazil)
18 (2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan perintah undang-undang atau putusan Mahkamah Agung Pasal 23 (1) Program penyusunan peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) ditetapkan dengan Keputusan Presiden (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan program penyusunan peraturan pemerintah diatur dalamperaturan Pemerintah Bagian Keempat Perencanaan Peraturan Daerah 138. Pemerintah mengusulkan penambahan pasal sesuai dengan usul Pemerintah pada DIM No Pasal 24 (1) Prolegda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) memuat program pembentukan peraturan daerah dengan judul rancangan peraturan daerah, materi yang diatur serta keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Sda Sda Sda 11. Pasal 23A Prolegda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) merupakan skala prioritas program pembentukan Peraturan Daerah agar tetap berada dalam kesatuan sistem hukum nasional. Pasal 24 (1) Prolegda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3) memuat program pembentukan Peraturan Daerah dengan judul rancangan peraturan daerah, materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Peraturan Perundang-undangan lainnya (2) Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan Sda (2) Materi yang diatur serta keterkaitannya dengan peraturan perundang-undangan lainnya Peraturan Perundang-undangan lainnya sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan mengenai rancangan peraturan daerah dimaksud pada ayat (1) merupakan keterangan mengenai rancangan peraturan daerah yang meliputi: yang meliputi: 141. a. latar belakang dan tujuan penyusunan; 142. b. sasaran yang ingin diwujudkan;, German (Luxembourg), German (Luxembourg)
19 c. pokok pikiran, lingkup atau obyek yang akan diatur; dan 144. d. jangkauan dan arah pengaturan Pemerintah mengusulkan penambahan substansi menjadi ayat (3) konkordan dengan DIM No (3) Materi yang diatur sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam naskah akademik yang telah melalui proses harmonisasi Pasal 25 (1) Penyusunan Prolegda dilaksanakan oleh DPRD dan pemerintah daerah secara terencana, terpadu, dan sistematis (2) Prolegda ditetapkan untuk jangka waktu 1 (satu) tahun berdasarkan skala prioritas pembentukan rancangan peraturan daerah. Pemerintah mengusulkan: - Menghapus frasa secara terencana, terpadu, dan sistematis karena sudah dimuat dalam definisi Prolegda. - Penambahan substansi mengenai instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum. Pemerintah mengusulkan: - penyempurnaan rumusan yang disesuaikan dengan DIM No. 102 (konsistensi). - penambahan substansi yang disesuaikan dengan DIM No. 103 dan DIM No. 104 (konsistensi). - mengenai konsistensi penulisan konkordan dengan DIM No. 11. Penjelasan: Dalam ketentuan ini proses harmonisasi dimaksudkan untuk mengetahui sejak awal keterkaitan materi yang akan diatur dengan peraturan perundang-undangan lainnya yang vertikal atau horizontal untuk mencegah tumpang tindih pengaturan atau kewenangan. Hasil pengharmonisasian dijadikan acuan untuk pengharmonisasian penyusunan naskah rancangan peraturan daerah. Pasal 25 (1) Penyusunan Prolegda dilaksanakan oleh DPRD dan Pemerintah Daerah dengan mengikutsertakan instansi vetikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. (2) Prolegda ditetapkan untuk jangka menengah dan tahunan berdasarkan skala prioritas pembentukan Peraturan Daerah. (3) Penyusunan dan penetapan Prolegda jangka menengah dilakukan pada awal masa keanggotaan DPRD sebagai Prolegda untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. (4) Prolegda jangka menengah dapat dievaluasi setiap akhir tahun bersamaan dengan penyusunan dan penetapan Prolegda prioritas tahunan., Indonesian, Indonesian, Indonesian, Indonesian
20 (3) Penyusunan dan penetapan Prolegda dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan peraturan daerah tentang anggaran pendapatan dan belanja daerah Pasal 26 Dalam penyusunan Prolegda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), penyusunan daftar rancangan peraturan daerah didasarkan atas: - Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan yang disesuaikan dengan DIM No. 105 (konsistensi). - Mengenai konsistensi penulisan konkordan dengan DIM No. 11. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan redaksional dengan mengganti kata atas diganti pada a. perintah peraturan perundang-undangan di atasnya; b. rencana pembangunan daerah Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, konsisten dengan DIM No c. rencana kerja pemerintah daerah; dan Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan dengan mengacu pada UU No. 32 Tahun d. mengakomodasi aspirasi masyarakat daerah. Konkordan dengan DIM No Pasal 27 (1) Penyusunan Prolegda antara DPRD dan pemerintah daerah dikoordinasikan oleh DPRD melalui alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi (2) Penyusunan Prolegda di lingkungan DPRD dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPRD yang khusus menangani bidang legislasi (3) Penyusunan Prolegda di lingkungan pemerintah Pemerintah mengusulkan: daerah dikoordinasikan oleh instansi daerah yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang Peraturan Daerah. - frasa instansi daerah yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi bidang Peraturan Daerah diganti biro hukum atau bagian hukum. - penambahan substansi mengenai instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan (5) Penyusunan dan penetapan Prolegda prioritas tahunan sebagai pelaksanaan Prolegda jangka menengah dilakukan setiap tahun sebelum penetapan rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Pasal 26 Dalam penyusunan Prolegda sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), penyusunan daftar rancangan peraturan daerah didasarkan pada: a. perintah Peraturan Perundang-undangan lebih tinggi; b. perencanaan pembangunan daerah baik jangka panjang maupun jangka menengah; c. penyelenggaraan otonomi daerah dan tugas pembantuan. (3) Penyusunan Prolegda di lingkungan pemerintah daerah dikoordinasikan oleh biro hukum atau bagian hukum dengan mengikutsertakan instansi vertikal dari kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia., German (Luxembourg), English (United States), Indonesian, Indonesian
21 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Prolegda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan DPRD tentang tata tertib. pemerintahan di bidang hukum. Pemerintah mengusulkan yang diatur dalam peraturan DPRD adalah tata cara penyusunan Prolegda di lingkungan DPRD (konsistensi dengan usul Pemerintah pada DIM No. 119) Pemerintah mengusulkan penambahan substansi baru dalam Pasal 27 menjadi ayat (5) mengenai pendelegasian tata cara penyusunan Prolegda di lingkungan pemerintah daerah Pasal 28 (1) Hasil penyusunan Prolegda antara DPRD dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1) disepakati menjadi Prolegda dan ditetapkan dalam Rapat Paripurna DPRD (2) Prolegda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan DPRD Bagian Kelima Perencanaan Peraturan Perundang-undangan Lainnya 162. Pasal 29 (1) Perencanaan penyusunan peraturan perundangundangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) berlaku mutatis mutandis ketentuan Bab IV Bagian Ketiga (2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perencanaan penyusunan peraturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah mengusulkan untuk dihapus karena perencanaan merupakan kewenangan dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing instansi/ lembaga/ komisi. Sda Sda Sda (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Prolegda di lingkungan DPRD diatur dengan Peraturan DPRD. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penyusunan Prolegda di lingkungan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Gubernur atau Peraturan Bupati/Walikota., Indonesian, Indonesian, Indonesian, English (United States), Indonesian, Indonesian
22 Pemerintah BAB V PENYUSUNAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 166. Bagian Kesatu Penyusunan Undang-Undang 167. Pasal 30 (1) Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD (2) Rancangan undang-undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD disertai penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademik (3) Naskah akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memuat: 22 Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan dengan menghapus frasa penjelasan atau keterangan dan/atau, sehingga setiap pengajuan RUU harus disertai dengan naskah akademik (sehingga jelas adanya perbedaan dengan RUU pada DIM No 1794). Pemerintah mengusulkan rumusan baru mengenai pokokpokok materi muatan yang akan di atur dalam penyusunan Naskah Akademik a. Judul. Apabila usulan Pemerintah pada DIM No. 169 disetujui, maka DIM No. 170 s.d DIM No. 177 diusulkan untuk dihapus karena substansi tersebut bersifat sangat teknis b. Bab, terdiri atas: Sda ) bab I pendahuluan, memuat latar Sda belakang, identifikasi masalah, tujuan dan kegunaan, dan metode penelitian; ). Bab II memuat kajian teoritis dan Sda empirik tentang substansi yang akan diatur; ) bab III memuat kajian terhadap Sda peraturan perundang-undangan (2) Rancangan undang-undang yang berasal dari DPR, Presiden, atau DPD harus disertai naskah akademik. (3) Naskah akademik sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling sedikit memuat judul, dasar filosofis, sosiologis, yuridis, dan materi muatan yang akan di atur., Indonesian, Font color: Blue Formatted: Font color: Blue, Font color: Blue, Indonesian, Indonesian, Indonesian, Indonesian, Indonesian, Indonesian
23 23 tentang substansi yang akan diatur; ) bab IV memuat argumentasi Sda filosofis, sosiologis dan yuridis; ) bab V memuat materi muatan Sda rancangan undang-undang; ) bab VI memuat penutup. Sda 178. c. Lampiran rancangan undang-undang. Pemerintah mengusulkan untuk dihapus karena substansi sudah tertampung dalam DIM No. 168 dan untuk menghindari kerancuan seolah-olah naskah akademik harus dilampiri RUU (4) Dalam hal rancangan undang-undang tentang anggaran pendapatan dan belanja negara, rancangan undang-undang tentang penetapan peraturan pemerintah pengganti undang-undang menjadi undang-undang, rancangan undangundang tentang pengesahan perjanjian internasional, rancangan undang-undang tentang pencabutan undang-undang, atau rancangan undang-undang yang hanya terbatas mengubah beberapa materi, disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur atau naskah akademik Pasal 31 (1) Rancangan undang-undang baik yang berasal dari DPR, Presiden, maupun dari DPD disusun berdasarkan Program Legislasi Nasional (2) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah rancangan undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah, hubungan pusat dan daerah, - Pemerintah mengusulkan perubahan rumusan dengan memecah ayat (4) menjadi 2 ayat. - Mengenai konsistensi penulisan konkordan dengan DIM No. 11. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, konsistensi dengan DIM no. 20. (4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi rancangan undang-undang mengenai: a. anggaran pendapatan dan belanja negara; b. penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang-Undang; c. pengesahan perjanjian internasional; d. pencabutan Undang-Undang atau pencabutan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; atau e. perubahan Undang-Undang yang hanya terbatas mengubah beberapa materi. (5) Rancangan undang-undang yang memuat materi sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disertai dengan keterangan yang memuat pokok pikiran dan materi muatan yang diatur. Pasal 31 (1) Rancangan undang-undang baik yang berasal dari DPR, Presiden, maupun dari DPD disusun berdasarkan Prolegnas., German (Luxembourg)
24 24 pembentukan dan pemekaran serta penggabungan daerah, pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lainnya, serta yang berkaitan dengan perimbangan keuangan pusat dan daerah (3) Dalam keadaan tertentu, DPR atau Presiden dapat mengajukan rancangan undang-undang di luar Program Legislasi Nasional Pasal 32 (1) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh DPR disiapkan oleh anggota, komisi, gabungan komisi, atau alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi (2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang yang berasal dari DPR, dikoordinasikan oleh alat kelengkapan DPR yang khusus menangani bidang legislasi (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan DPR. Pemerintah mengusulkan penyempurnaan rumusan, konsistensi dengan DIM No. 20 dan memberikan penjelasan dalam keadaan tertentu. (3) Dalam keadaan tertentu, DPR atau Presiden dapat mengajukan rancangan undang-undang di luar Prolegnas. Penjelasan: Yang dimaksud dengan dalam keadaan tertentu antara lain: a. untuk menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang menjadi Undang-Undang; b. untuk meratifikasi konvensi atau perjanjian internasional; c. untuk melaksanakan putusan Mahkamah Konstitusi; d. untuk mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau bencana alam; e. keadaan tertentu lainnya yang memastikan adanya urgensi nasional atas suatu Rancangan Undang-Undang yang dapat disetujui bersama oleh Badan Legislasi Dewan Perwakilan Rakyat dan Menteri., Indonesian, Indonesian, Indonesian, Indonesian, English (United States) Formatted: Indent: Left: 0 cm
25 Pasal 33 (1) Rancangan undang-undang yang diajukan oleh Presiden disiapkan oleh menteri atau pimpinan lembaga non-kementerian, sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya Pemerintah mengusulkan penambahan satu ayat baru yang mengatur mengenai pembentukan panitia antar kementerian dan/atau non-kementerian dalam menyusun RUU yang berasal dari Presiden. - Jika DIM ini disetujui, maka urutan ayat menyesuaikan 188. (2) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden, dikoordinasikan oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang peraturan perundang-undangan (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pemerintah mengusulkan frasa peraturan perundangundangan diganti dengan kata hukum dan hak asasi manusia setelah kata di bidang, hal ini disesuaikan dengan UU No. 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. - Pemerintah mengusulkan Peraturan Pemerintah diganti dengan Peraturan Presiden. - Mengenai konsistensi penulisan konkordan dengan DIM No. 11. (2) Dalam penyusunan rancangan undang-undang, menteri atau pimpinan lembaga pemerintah nonkementerian membentuk panitia antar kementerian dan/atau non-kementerian. (3) Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi rancangan undang-undang yang berasal dari Presiden, dikoordinasikan oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak asasi manusia. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara mempersiapkan rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Presiden., French (Luxembourg), Indonesian Formatted: Indent: Left: 0 cm, First line: 0 cm, Indonesian Formatted: Indent: Hanging: 0,92 cm Formatted: Indent: Left: 0 cm, First line: 0 cm 190. Pasal 34 (1) Rancangan undang-undang dari DPD disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD kepada pimpinan DPR disertai penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademik (2) Usul rancangan undang-undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh pimpinan DPR kepada alat kelengkapan yang khusus menangani bidang legislasi untuk dilakukan Pasal 34 (1) Rancangan Undang-Undang dari DPD disampaikan secara tertulis oleh pimpinan DPD kepada pimpinan DPR disertai penjelasan atau keterangan dan/atau naskah akademik. (2) Usul rancangan Undang-Undang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan oleh pimpinan DPR kepada alat kelengkapan yang khusus menangani bidang legislasi untuk dilakukan
MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NO. UU NOMOR 10 TAHUN 2004 1. Menimbang: Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan perundang undangan merupakan salah satu syarat dalam rangka pembangunan hukum nasional
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan peraturan
Lebih terperinciUNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a. bahwa pembentukan peraturan
Lebih terperinciPage 1 of 10 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan
Lebih terperinciPENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENUNJUK UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN 01 (satu) tahun ~ jangka waktu penetapan Prolegda Provinsi Prolegda Provinsi ditetapkan untuk jangka waktu 1
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUM. Peraturan Perundang-undangan. Penyusunan. Pedoman
No.1430, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUM. Peraturan Perundang-undangan. Penyusunan. Pedoman PERATURAN MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 /PER/M.KUKM/IX/2014
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang Mengingat : : a. bahwa untuk memberikan arah
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 159 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 159 TAHUN : 2013 PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO
PEMERINTAH KABUPATEN SITUBONDO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SITUBONDO Menimbang
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5234 ADMINISTRASI. Peraturan Perundang-undangan. Pembentukan. Teknik Penyusunan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82) PENJELASAN ATAS
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN I. UMUM Undang-Undang tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan merupakan pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO,
PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO, Menimbang : a. bahwa pembentukan peraturan daerah merupakan bagian
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang : a. bahwa produk hukum
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah merupakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1361, 2016 DPR. Prolegnas. Penyusunan. Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah merupakan peraturan
Lebih terperinciWALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
WALIKOTA AMBON PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH KOTA AMBON NOMOR - 15 TAHUN 2015 TENTANG PROSEDUR PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA AMBON, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk
Lebih terperinciGUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
1 GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 01 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1124 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT. Program Legislasi Nasional. Penyusunan. Tata Cara. PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ----------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG SISTEM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN JAKARTA 2010 Sipur 2, 26 Oktober 2010
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung Tahun 2016 2 BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KOTA PAREPARE NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PAREPARE, Menimbang : a. bahwa produk hukum merupakan landasan dalam penyelenggaraan
Lebih terperinciBUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH
BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciBUPATI KEPULAUAN SELAYAR
BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang a. bahwa Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang : a. bahwa untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah
Lebih terperinciPROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI
PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI PENDAHULUAN Pembentukan Peraturan Perundangundangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya
Lebih terperinciPROVINSI KALIMANTAN BARAT
PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS, Menimbang : Mengingat : a. bahwa pembangunan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembentukan peraturan
Lebih terperinciTata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102
Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 1. Rancangan undang-undang dapat berasal dari DPR, Presiden, atau DPD. 2. Rancangan undang-undang dari DPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diajukan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa peraturan daerah merupakan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR PENYUSUNAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka untuk
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16
LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16 PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : a. bahwa pembentukan
Lebih terperinciBUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa Peraturan
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Bahan Raker, 17-05-04 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :a.
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 3 TAHUN : 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciWALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
WALIKOTA MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa Peraturan Daerah merupakan
Lebih terperinciTENTANG BUPATI MUSI RAWAS,
PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa dengan terbitnya Undang-Undang
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR.6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR.6 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciMEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. OLEH : SRI HARININGSIH, SH.,MH
MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN. OLEH : SRI HARININGSIH, SH.,MH 1 MEMAHAMI UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN.
Lebih terperinciW A L I K O T A B A N J A R M A S I N
W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJARMASIN, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinci2017, No tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 199); 3. Keputusan Presiden
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.656, 2017 LIPI. Pembentukan Peraturan Perundangundangan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : a. bahwa pembentukan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH, DAN RANCANGAN PERATURAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a.
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2005 (68/2005) TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG, RANCANGAN PERATURAN
Lebih terperinciBUPATI BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 8 TAHUN 2012 T E N T A N G PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN BANTAENG
BUPATI BANTAENG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 8 TAHUN 2012 T E N T A N G PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN BANTAENG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTAENG Menimbang : a.
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (PERPRES) NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG, RANCANGAN PERATURAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 14 TAHUN 2014
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 14 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
SALINAN BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG,
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN BUPATI KOTAWARINGIN TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR DENGAN
Lebih terperinciPROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG
PROVINSI RIAU BUPATI KEPULAUAN MERANTI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 07 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG
PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DAN PRODUK HUKUM DEWAN PERWAKILAN
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembentukan peraturan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL. No.04,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, pembentukan, produk hukum, daerah
1 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL No.04,2015 Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Pedoman, pembentukan, produk hukum, daerah BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
Pembentukan Produk Hukum Pemerintahan Daerah; LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM PEMERINTAHAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR
- 1 - PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciBUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
BUPATI LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK TIMUR, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA
Lebih terperinciBUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKETENTUAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan)
KETENTUAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH (Berdasarkan UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan) NURYANTI WIDYASTUTI Direktur Fasilitasi Perancangan Peraturan Daerah dan Pembinaan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 07 TAHUN 2016 TENTANG
1 2016 No.07,2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH.HUKUM.Pedoman.Pembentukan. Produk Hukum Daerah. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 2006 SERI E R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN PROGRAM LEGISLASI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI JAMBI
PEMERINTAH PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciMENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH
SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM
Lebih terperinciPENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT
PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG MASYARAKAT ADAT I. Pendahuluan Badan Legislasi telah menerima surat tertanggal 27 Juli 2017 perihal usulan Rancangan
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA,
- 1 - SALINAN PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI
PEMERINTAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI,
Lebih terperinciMENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA
SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI
1 BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESAb BUPATI BADUNG, Menimbang : a. bahwa produk
Lebih terperinci