BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan perpindahan penduduk (migrasi) merupakan tiga hal dasar yang menjadi persoalan penduduk di seluruh penjuru dunia. Kelahiran (fertilitas) diartikan sebagai hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas ini menyangkut banyaknya bayi yang lahir hidup. Kematian (mortalitas) adalah keadaan menghilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen. Sedangkan perpindahan (migrasi) adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal) atau batas politik/negara (migrasi internasional). Dengan kata lain, migrasi diartikan sebagai perpindahan yang relatif permanen dari suatu daerah (negara) ke daerah (negara) lain. Sedangkan migran adalah orang yang berpindah ke tempat lain dengan tujuan untuk menetap dalam waktu enam bulan atau lebih. Dari ketiga persoalan kependudukan yang disebutkan sebelumnya, migrasi menjadi pilihan analisa kali ini mengingat hal inilah yang berhubungan langsung terhadap densitas (kepadatan), distribusi penduduk, transportasi serta aspek lainnya dalam kehidupan sosial masyarakat. 1

2 Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Kota Ambon merupakan wilayah yang memiliki persentase migran tertinggi dibandingkan dengan sepuluh kabupaten / kota lainnya yang ada di Provinsi Maluku. Jumlah migran di Kota Ambon adalah jiwa (34,03 %) dari jumlah penduduk kota Ambon secara keseluruhan. Selanjutnya diikuti oleh Kota Tual dengan jumlah migran jiwa (32,24 %) ; Kabupaten Buru (23,34 %) ; Kepulauan Aru (18,78 %) ; Seram Bagian Barat (14,15 %) ; Maluku Tengah (12,59 %) ; Seram Bagian Timur (12,03 %) ; Maluku Tenggara (11,36 %) ; Buru Selatan (8,19 %) ; Maluku Tenggara Barat (7,69 %) dan Kabupaten Maluku Barat Daya dengan jumlah migran jiwa (3,74 %). Jika melihat secara provinsi, hampir setengah dari jumlah migran yang ada Provinsi Maluku terdapat di Kota Ambon, dengan persentase sebesar 40,36 persen. Kondisi inilah yang menjadi alasan mengapa analisa dampak kependudukan ini perlu dibuat sehingga dapat melihat lebih jauh sebab maupun akibat yang terjadi dari kondisi migrasi yang ada di Kota Ambon. PERUMUSAN MASALAH Permasalahan yang perlu dijawab antara lain : 1. Apa dampak yang terjadi dari pertumbuhan migrasi di Kota Ambon? 2. Apa solusi yang perlu dilakukan sebagai langkah penyelesaian masalah migrasi tersebut? 2

3 TUJUAN ANALISIS Analisis ini bertujuan untuk mengetahui dampak yang terjadi dari pertumbuhan migrasi di Kota Ambon dan bagaimana solusinya. MANFAAT Analisis ini diharapkan akan memberikan jawaban akurat terhadap persoalan migrasi di Kota Ambon, terutama tentang dampak yang terjadi serta langkah penanggulangan yang tepat. 3

4 BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN LANDASAN TEORI Migrasi sering diartikan sebagai perpindahan seseorang atau sekelompok orang yang relatif permanen dari satu daerah ke daerah lain. Menurut Rozy Munir, migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan menetap dari suatu tempat ke tempat lain melampaui batas politik atau negara atau batas administratif atau batas bagian dalam suatu negara. Dalam proses migrasi, terdapat dua dimensi penting yang perlu ditinjau, antara lain : 1. Dimensi Waktu 2. Dimensi Daerah Dalam dimensi waktu biasanya ukuran yang pasti tidak ada karena sulit untuk menentukan berapa lama seseorang pindah tempat tinggal untuk dapat dianggap sebagai seorang migran, tetapi biasanya digunakan definisi yang ditentukan dalam sensus penduduk. Sedangkan untuk dimensi daerah, dibedakan atas migrasi internasional, migrasi interen, dan migrasi lokal. Migrasi internasional adalah perpindahan penduduk dari satu Negara ke negara lain. Migrasi interen adalah perpindahan penduduk yang terjadi dalam satu negara misalnya antar propinsi, kota atau kesatuan administratif lainnya, 4

5 sedangkan migrasi lokal adalah perpindahan dari satu alamt ke alamat lain atau dari satu kota ke kota lain tapi masih dalam batas bagian dalam suatu negara misalnya dalam satu Propinsi. Teori migrasi mula-mula diperkenalkan oleh Ravenstein dalam tahun 1985 dan kemudian digunakan sebagai dasar kajian bagi para peneliti lainnya (Lee, 1966; Zelinsky, 1971 dalam Waridin, 2002). Para peneliti tersebut mengatakan bahwa motif utama atau faktor primer yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi adalah karena alasan ekonomi. Teori migrasi menurut Ravenstein (1985) mengungkapkan tentang perilaku mobilisasi penduduk (migrasi) yang disebut dengan hukum hukum migrasi berkenaan sampai sekarang. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut : a. Para migran cenderung memilih tempat tinggal terdekat dengan daerah tujuan. b. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah sulitnya memperoleh pendapatan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan. c. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah pindah ke daerah lain merupakan informasi yang sangat penting. d. Informasi yang negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk untuk bermigrasi. e. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar tingkat mobilitas orang tersebut. 5

6 f. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi mobilitas orang tersebut. g. Para migran cenderung memilih daerah dimana telah terdapat teman atau sanak saudara yang bertempat tinggal di daerah tujuan. h. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit untuk diperkirakan. i. Penduduk yang masih muda dan belum menikah lebih banyak melakukan migrasi dibandingkan mereka yang berstatus menikah. j. Penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi biasanya lebih banyak mobilitasnya dibandingkan yang berpendidikan rendah. Mantra, Kastro dan Keban (1999) dalam Waridin (2002) menyebutkan bahwa ada beberapa teori yang mengungkapkan mengapa seseorang melakukan mobilitas, diantaranya adalah teori kebutuhan dan stres. Setiap individu mempunyai beberapa macam kebutuhan yang berupa kebutuhan ekonomi, sosial, budaya dan psikologis. Semakin besar kebutuhan yang tidak terpenuhi, semakin besar stres yang dialami seseorang. Apabila stres sudah berada di atas batas toleransi, maka seseorang akan berpindah ke tempat lain yang mempunyai nilai kefaedahan atau supaya kebutuhannya dapat terpenuhi. Perkembangan teori migrasi ini kemudian dikenal sebagai model stress treshold atau model place utility. Model semacam ini juga diterapkan oleh Keban (1994) dan Susilowati (1998) dalam Ara (2008). 6

7 Tjiptoherijanto (1999) menyatakan bahwa dalam arti yang luas migrasi adalah perubahan tempat tinggal secara permanen atau semi permanen. Dalam pengertian yang demikian, tidak ada pembatasan baik pada jarak perpindahan maupun sifatnya, serta tidak adanya perbedaan antara migrasi dalam negeri dan luar negeri. Migrasi menyimpan sejarahnya sendiri, yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan segala macam faham atau isme yang pernah berlaku, khususnya mengenai buruh yang diawali dengan perdagangan budak beberapa abad silam sampai kepada mobilitas tenaga kerja di masa kolonial. Sejarah kehidupan bangsa diwarnai dengan adanya migrasi, dan oleh karena itu pula terjadi proses pencampuran darah dan kehidupan kebudayaan. Selain model migrasi tersebut, terdapat model yang dikembangkan oleh Speare (1975). Ia mengatakan bahwa migrasi tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor struktural seperti karakteristik sosio demografis, tingkat kepuasan terhadap tempat tinggal, kondisi geografis daerah asal, dan karakteristik komunitas. Pada umumnya ketidakpuasan pada latar belakang yang berdimensi struktural ini akan dapat mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi. Sebagai contoh, daerah yang lahan pertaniannya tandus biasanya sebagian besar masyarakatnya akan mencari pekerjaan di tempat lain yang lebih subur atau banyak peluang ekonomi, khususnya pada sektor non pertanian, misalnya industri, perdagangan dan jasa. 7

8 Everett S. Lee (1976) mengungkapkan bahwa volume migrasi di satu wilayah berkembang sesuai dengan keanekaragaman daerah-daerah di dalam wilayah tersebut. Bila melukiskan di daerah asal dan daerah tujuan ada faktor-faktor positif, negatif dan adapula faktor-faktor netral. Faktor positif adalah faktor yang memberi nilai yang menguntungkan kalau bertempat tinggal di daerah tersebut, misalnya di daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja, dan iklim yang baik. Sedangkan faktor negative adalah faktor yang memberi nilai negatif pada daerah yang bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari tempat tersebut. Perbedaan nilai kumulatif antara kedua tempat cenderung menimbulkan arus imigrasi penduduk. Selanjutnya Everett S. Lee (1976) menambahkan bahwa besar kecilnya arus migrasi juga dipengaruhi rintangan, misalnya ongkos pindah yang tinggi dan menurutnya terdapat 4 faktor yang perlu diperhatikan dalam proses migrasi penduduk antara lain : a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal. b. Faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan. c. Rintangan antara daerah asal dan daerah tujuan. d. Faktor-faktor daerah asal dan daerah tujuan. 8

9 Gambar 1 Faktor-faktor yang terdapat pada daerah asal, daerah tujuan dan rintangan antara - - o o - o Rintangan Antara o o + Daerah Asal Daerah Tujuan Gambar : Everett S Lee (1976) Pada masing-masing daerah terdapat faktor-faktor yang menarik seseorang untuk tidak meninggalkan daerah tersebut (faktor positif) dan faktor-faktor yang tidak menyenangkan sehigga menyebabkan seseorang untuk meninggalkan daerah tersebut (faktor negatif). Di samping itu terdapat faktor-faktor yang pada dasarnya tidak ada pengaruhnya terhadap daerah tersebut. Diantara ke empat faktor tersebut, faktor individu merupakan faktor yang sangat menentukan dalam pengambilan keputusan untuk bermigrasi. Penilaian positif atau negatif suatu daerah tergantung pada individu itu sendiri. Robert Norris (1972) adanya tambahan tiga komponen dari pendapat Lee, yaitu migrasi kembali, kesempatan antara, dan migrasi paksaan (force migration). Noriss berpendapat bahwa faktor daerah asal merupakan faktor terpenting. 9

10 Dapat dikatakan bahwa penduduk migran adalah penduduk yang bersifat bi local population, yaitu dimanapun mereka bertempat tinggal, pasti mengadakan hubungan dengan daerah asal. Dalam diagram Norris wilayah antara daerah asal dan derah tujuan dapat merupakan wilayah kesempatan antara (intervening opportunities). Gambar 2 Faktor-faktor Determinan Mobilitas Penduduk Kesempatan Antara o Daerah Asal - o Rintangan Antara + - o + + Daerah Tujuan _ + + o + o Migrasi Paksaan Migrasi Kembali Gambar : Robert E. Norris (1972) Todaro (1969) mengatakan, seseorang akan memutuskan untuk bermigrasi atau tidak tergantung dari present value dari pendapatan yang dapat diperoleh dari migrasi itu positif atau negatif. Dan menurut dia pula bahwa orang tersebut ingin 10

11 bermigrasi perlu dilihat secara spesifik menurut karakteristik dari calon migran (seperti : pengetahuan dan keterampilan, umur, jenis kelamin, pemilikan modal, dan lain-lain yang relevan) karena tingkat pendapatan dan probabilita akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik tersebut. Todaro mengsumsikan bahwa faktor ekonomi merupakan faktor yang dominan sebagai pendorong orang untuk migrasi. Pernyataan ini juga didukung oleh Revenstein (1889) menyatakan dalam salah satu hukum migrasinya, bahwa motif ekonomi merupakan pendorong utama seseorang melakukan migrasi. Pendapat Todaro (1969) bahwa faktor ekonomi merupakan motif yang paling sering dijadikan sebagai alasan utama untuk bermigrasi. Sehingga daerah yang kaya sumber alam tentunya akan lebih mudah menciptakan pertumbuhan ekonominya, meskipun mungkin kurang stabil. Daerah yang kaya sumber daya manusia akan menjadi lokasi yang menarik bagi manufaktur atau jasa, terutama yang menggunakan teknologi tinggi. Seperti lazimnya dalam ilmu ekonomi regional, tenaga kerja akan cenderung melakukan migrasi dari daerah dengan kesempatan kerja kecil dan upah rendah ke daerah dengan kesempatan kerja besar dan upah tinggi. 11

12 KERANGKA PEMIKIRAN Migrasi menjadi sebuah fenomena yang dialami hampir di seluruh kota di Indonesia, tanpa terkecuali Kota Ambon sebagai objek yang hendak dianalisa. Hal ini terjadi oleh karena berbagai faktor individu yang tentunya menjadi pengambil keputusan utama dalam proses migrasi itu sendiri. Jumlah migrasi yang tinggi di Kota Ambon, mengarah pada teori yang dikemukan oleh Taylor (1968) dan Starck (1991) dalam Ara (2008) yang beranggapan bahwa perpindahan atau mobilitas penduduk terjadi bukan hanya berkaitan dengan pasar kerja saja namun juga karena faktor-faktor lain yang akhirnya dapat berpengaruh pada keputusan seseorang untuk bermigrasi. Oleh karena itu, kerangka pemikiran yang akan dikembangkan adalah seperti pada gambar berikut : Gambar 3 Kerangka Pemikiran Teoritis Lapangan Pekerjaan Migrasi Fasilitas Pendidikan Fasilitas Kesehatan Perumahan 12

13 BAB III METODE ANALISIS DAMPAK KEPENDUDUKAN VARIABEL PENELITIAN 1. Lapangan Pekerjaan Jumlah perusahaan terdaftar di Kota Ambon yang menjadi peluang bagi para migran untuk bekerja. 2. Fasilitas Pendidikan Sarana Prasarana pendidikan dari tingkat Taman kanak kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertam (SLTP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Umum (SMU), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah (MA) dan perguruan tinggi yang tentunya bisa menunjang aktivitas pendidikan migran maupun anak anak mereka nanti. 3. Fasilitas Kesehatan Sarana prasarana kesehatan bagi para migran, dimulai dari ketersediannya Rumah Sakit, Rumah Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Keliling, Puskesmas Pembantu, Posyandu, Klinik/ Balai Kesehatan, Polindes dan Praktek Bidan. 4. Perumahan Ketersediaan tempat tinggal yang layak. 13

14 POPULASI DAN SAMPEL Populasi penelitian adalah penduduk di Provinsi Maluku yang dikategorikan sebagai migran atau pendatang, sedangkan sampel yang dipilih adalah migran yang berada di Kota Ambon, karena kota ini memiliki jumlah migran terbanyak di Provinsi Maluku. JENIS DAN SUMBER DATA Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data Sensus Penduduk Provinsi Maluku tahun 2010 dipakai untuk melakukan analisa lebih jauh, terkait dengan jumlah migran di Kota Ambon. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS Metode penelitian yang digunakan adalah secara kualitatif dengan pendekatan eksploratif berdasarkan data jumlah migran di Kota Ambon yang tercatat dalam hasil sensus penduduk Provinsi Maluku yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik. Data yang diperoleh dari hasil sensus tersebut kemudian digunakan sebagai bahan analisis dan interprestasi. 14

15 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KONDISI GEOGRAFIS Kota Ambon terletak pada 3-4 Lintang Selatan dan Bujur Timur, dan secara keseluruhan Kota Ambon berbatasan dengan Kabupaten Maluku Tengah. Secara keseluruhan luas wilayah Kota Ambon adalah 377 Km2 dengan luas daratan 359,45 km2. Kota Ambon memiliki lima kecamatan yaitu, Kecamatan Nusaniwe, Sirimau, Teluk Ambon, Teluk Ambon Baguala dan Kecamatan Leitimur Selatan. Kota Ambon memiliki 20 kelurahan dan 30 desa yang tersebar di kelima kecamatan yang ada. Sebagian besar wilayah Kota Ambon terdiri dari perbukitan, sedangkan iklimnya adalan iklim laut tropis dan iklim musim. Kondisi iklim ini dipengaruhi oleh letak Kota Ambon yang dikelilingi oleh lautan. Iklim laut tropis berlangsung bersamaan dengan iklim musin yang terdiri dari musim barat yang terjadi di bulan Desember sampai Maret ; bulan april sebagai bulan transisi musim barat ke timur ; dan di bulan Mei Oktober adalah masa musim timur ; sedangakan bulan November adalah masa transisi ke musim barat. Dari data curah hujan Kota Ambon tahun 2012, tingkat curah hujan mulai meningkat dari awal bulan Mei hingga bulan Agustus, namun puncaknya terjadi di bulan Juni dengan curah hujan 1 252,1 Mm dan berlangsung selama 30 hari. 15

16 KONDISI DEMOGRAFIS Jumlah penduduk Kota Ambon menurut hasil sensus penduduk tahun 2010 adalah jiwa (21,60 %) dari jumlah penduduk Maluku secara keseluruhan. Dimana jumalah penduduk laki laki sebesar jiwa dan perempuan jiwa. Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, penduduk Kota Ambon paling banyak menyelesaikan jenjang SLTA / MA / Sederajat, yaitu jiwa. Selengkapnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini. Tabel 1 Penduduk Kota Ambon Menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan. No Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Tidak / Belum Pernah Sekolah Tidak / Belum Tamat SD SD / MI / Sederajat SLTP / MTs / Sederajat SLTA / MA / sederajat SM Kejuruan Diploma I / II Diploma III Diploma IV / Universitas S2 / S3 Jumlah (Jiwa)

17 ANALISIS TINGKAT MIGRASI DI KOTA AMBON Secara umum, Provinsi Maluku memiliki jumlah migran sebesar 279,285 jiwa. Jumlah ini tersebar di 11 kabupaten / kota yang ada. Jika melihat per kabupaten / kota, jumlah migran terbanyak ada di Kota Ambon dengan jumlah jiwa, sedangkan yang terkecil jumlahnya ada di Kabupaten Maluku Barat Daya, dengan jumlah migran jiwa. Berdasarkan persentase yang ada, jumlah migran di Kota Ambon hampir setengah dari jumlah migran yang ada di Provinsi Maluku, yaitu sebesar 40,36 %. Selanjutnya diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah dengan besar persentase 16,31 % ; Buru 9,02 % ; Seram Bagian Barat 8,34 % ; Tual 6,70 % ; Kepulauan Aru 5,66 % ; Seram bagian Timur 4,27 % ; Maluku tenggara 3,92 % ; Maluku Tenggara Barat 2,90 % ; Buru Selatan 1,57 % dan Maluku Barat Daya 0,95 %. Secara lengkap data penduduk Provinsi Maluku yang berstatus sebagai migran dapat dilihat pada tabel berikut. 17

18 Tabel 2 Jumlah Migran Di Maluku KAB/KOTA MIGRAN % Maluku Tenggara Barat 8, Maluku Tenggara 10, Maluku Tengah 45, Buru 25, Kepulauan Aru 15, Seram Bagian Barat 23, Seram Bagian Timur 11, Maluku Barat Daya 2, Buru Selatan 4, Ambon 112, Tual 18, Provinsi Maluku 279, Tingginya jumlah migran di Kota Ambon tentunya dipengaruhi oleh mobilitas perpindahan penduduk atau yang disebut sebagai migrasi. Proses migrasi ini dianalisa lebih lanjut dengan melihat berbagai variabel yang mempengaruhi individu untuk melakukan migrasi itu sendiri, yakni lapangan pekerjaan, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan dan perumahan. a. Lapangan Kerja Seperti yang dikatakan dalam konsep pemikiran Todaro yang menyatakan bahwa para migran mempertimbangkan dan membandingkan pasar-pasar tenaga kerja yang tersedia bagi mereka disektor pedesaan dan perkotaan, serta memilih salah satunya yang dapat memaksimumkan keuntungan yang 18

19 diharapkan. Maka tentunya lapangan kerja menjadi alasan kuat bagi individu maupun kelompok dalam melakukan migrasi. Pada tahun 2010, ketersediaan lapangan kerja di Kota Ambon cukup banyak, hal ini dilihat dari perusahaan yang terdaftar pada dinas perdagangan dan industri Kota Ambon dengan 64 jenis usaha yang dikembangkan. Ini menjadi peluang yang memungkinkan para migran untuk masuk ke Kota Ambon. Perusahaan terbanyak yang ada di Kota Ambon adalah perusahaan dengan jenis usaha CV yaitu sebanyak 873 perusahaan, kemudian angkutan darat 583 perusahaan dan toko sebanyak 530 perusahaan. Secara lebih rinci dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 3 Jumlah Perusahaan di Kota Ambon Menurut Jenis Usaha No Jenis Usaha Jml Perusahaan 1 Toko/Stores Perusahaan Dagang Kios/Pondok/Kiosk 80 4 Rumah Makan/Small Restaurants 60 5 Restaurant/Big Restaurants 5 6 Rumah Kopi/Coffee Shops 16 7 Hotel/Penginapan/Hotels/Motels 23 8 Billyard/Billiards 6 19

20 No Jenis Usaha Jml Perusahaan 9 PT/Limited Cooperation CV/Limited Partnerships Fa/Firms Perusahaan Daerah 1 13 Apotik/Pharmacy Percetakan/Printings 1 15 Penjahit/Tailors 8 16 Kap Salon/Beauty Salons Fotocopy/Photocopies 1 18 Foto Studio/Photo Studios 7 19 Servis Elektronik 4 20 Bank/Banks 9 21 Koperasi/Cooperation Pabrik Roti/Bakeries 1 23 Usaha Mie/Noodles Factories - 24 Penggergajian/Sawmills - 25 Meuble/Furniture 4 26 Bengkel/Workshops 9 27 Tukang Gigi/Tooth Worker - 28 Tukang Cukur/Shavers 1 29 Yayasan/Foundations 4 30 Pengecer Kecil Minyak Tanah Angkutan Darat Usaha Pijat/Massages 2 33 Diskotik/Discotic - 34 Usaha Permainan Ketangkasan Anak - 35 Swalayan/Supermarkets 3 36 Optikal/Optical Shops 3 37 Tempat Wisata/Tourism Places - 20

21 No Jenis Usaha Jml Perusahaan 38 Industri/Industries - 39 Wartel/Calling Shops 1 40 Karaoke Café/Cafés 9 42 Rental/Rents 2 43 Usaha Rumah Kost/Lodgings Mini Market 4 45 Seles/Sales - 46 Warnet/Internet Shops Industri Gomblo/Cone block - 48 Notaris/Notaries - 49 Depot Air Minum 9 50 SPBU/Gas Stations 1 51 Pegadaian/Pawn Shops - 52 Fitness Centres 1 53 Catering 1 54 Play Zone 2 55 Laundry 2 56 Klinik/Clinic 2 57 Kedai Es/Ice Shop - 58 Butiq/Boutiqe 3 59 Kerambah - 60 KFC 1 61 Sellular 6 62 Pencucian Mobil/Car Wash 1 63 TV Kabel/Cable TV 3 64 Warung/Shop 1 Jumlah Perusahaan

22 Ketersediaan lapangan kerja di Kota Ambon tentunya menjadi salah satu faktor yang terbukti memberikan daya tarik tersendiri bagi para migran, hal ini cukup berbeda dengan kabupaten/ kota lainnya di Provinsi Maluku yang tidak memiliki lapangan kerja sebanyak yang dimiliki Kota Ambon. Kota Ambon menyediakan banyak perusahaan, yang jika dilihat dari jenis usahanya, rata rata tidak membutuhkan tenaga ahli atau lulusan pendidikan tinggi. Inilah yang menjadi kesempatan besar bagi mereka yang masuk, dengan anggapan bahwa mereka akan bisa bekerja dan memiliki penghasilan sekalipun berpendidikan dasar atau menengah. Hal ini tentu memberikan dampak negatif untuk Kota Ambon yaitu : 1. Kualitas sumber daya yang masuk (Migran) adalah kualitas yang rendah, dengan keterampilan kerja yang sangat terbatas. 2. Karena rendahnya kualitas dan keterampilan sumber daya yang masuk inilah, maka para migran hanya bisa menjadi pekerja dan sangat sulit untuk menciptakan lapangan kerja baru, dengan demikian maka Kota Ambon akan sulit bersaing di pasar global. Untuk menanggulangi dampak yang terjadi ini, maka pemerintah Kota Ambon perlu menghimbau bagi perusahaan perusahaan baru yang hendak dibentuk, agar menetapkan standar pendidikan dan keterampilan khusus bagi setiap orang yang akan dipekerjakan. Sedangkan untuk perusahaan perusahaan lama yang telah berproses, pemerintah perlu bekerjasama 22

23 dengan balai balai pelatihan dan pengembangan untuk mengasah pengetahuan dan keterampilan para pekerja sehingga mampu bersaing secara interen maupun secara global. b. Fasilitas Pendidikan Kualitas sumber daya manusia pada dasarnya ditunjang oleh fasilitas pendidikan yang ada. Sarana prasarana pendidikan di Kota Ambon tahun 2010 sudah sangat baik karena untuk segala jenjang pendidikan dari Taman Kanak Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi sudah tersedia. Secara keseluruhan jumlah gedung pendidikan di Kota Ambon adalah 391 gedung. Dari jumlah yang ada, gedung Sekolah Dasar (SD) di Kota Ambon adalah yang paling banyak yaitu 192 gedung sekolah. Kemudian Taman Kanak Kanak (TK) 77 sekolah ; Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 48 ; Sekolah Menengah Umum (SMU) 33 ; Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12 ; Madrasah Ibtidaiyah (MI) 10 ; Madrasah Tsanawiyah (MTs) 6 ; Madrasah Aliyah (MA) 2 sekolah dan Perguruan Tinggi 11 (Terdiri dari 2 perguruan tinggi negeri dan 9 perguruan tinggi swasta). 23

24 No Tabel 4 Jumlah Gedung Sekolah di Kota Ambon Menurut Jenjang Pendidikan Jenjang Pendidikan Taman Kanak Kanak Sekolah Dasar Mandrasah Ibtidaiyah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Madrasah Tsanawiyah Sekolah Menengah Umum Sekolah Menengah Kejuruan Madrasah Aliyah Perguruan Tinggi Jumlah Sekolah Jumlah Sekolah 391 Selain lapangan kerja yang cukup banyak di Kota Ambon dibandingkan dengan kabupaten / kota lainnya di Provinsi Maluku, salah satu daya tarik yang mempengaruhi para migran adalah ketersediaan fasilitas pendidikan seperti yang terlihat dalam tabel 4. Ketersediaan gedung sekolah tentunya akan menjadi hal penting bagi para migran, misalnya untuk kelangsungan pendidikan para migran itu sendiri maupun anak anak mereka nanti. Dengan demikian ketika mereka bekerja maka anak anak mereka tetap mampu bersekolah. Dampak yang timbul dari segi pendidikan tentunya baik untuk para migran, namun untuk Kota Ambon sebagai daerah tujuan tentunya tidak selalu baik, misalnya dengan masuknya migran maka fasilitas pendidikan yang tadinya 24

25 mampu menampung anak anak usia sekolah akan mulai berkurang, sehingga jumlah gedung sekolah sewaktu waktu tidak akan mampu menampung jumlah anak usia sekolah yang ingin bersekolah. Untuk menanggulangi hal ini, maka pemerintah perlu melakukan rencana pembangunan dan pemerataan fasilitas pendidikan di wilayah Kota Ambon, dalam arti bahwa sekalipun anak anak yang akan bersekolah semakin meningkat, namun gedung sekolah jangan sampai tidak tersedia. Strategi yang dapat dipakai adalah pembangunan gedung sekolah dari jenjang Taman Kanak Kanak hingga SMU di setiap Desa/ Kecamatan. Hal ini selain dapat menjawab kebutuhan gedung sekolah untuk anak usia sekolah di desa/ kecamatan tertentu, namun disisi lain dapat mengurangi pengeluaran orang tua, seperti biaya angkutan anak menuju sekolah yang letaknya jauh dari tempat tinggal. c. Fasilitas Kesehatan Di tahun 2010, data jumlah fasilitas kesehatan yang ada di Kota Ambon adalah sebanyak 442. Jumlah ini terdiri dari beberapa fasilitas yang tersedia untuk melayani kesehatan masyarakat umum termasuk para migran. Fasilitas tersebut antara lain, Rumah sakit sebanyak 10 buah ; Rumah bersalin 1 ; Puskesmas 22 ; Puskesmas Keliling 22 ; Puskesmas Pembantu 34 ; Posyandu 287 ; Klinik/ Balai Kesehatan 6 dan Bidan Praktek 60 buah. Jenis fasilitas kesehatan lain yang belum ada di Kota Ambon hanya Polindes. 25

26 Tabel 5 Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Ambon No Jenis Jumlah Sarana Rumah Sakit 10 Rumah Bersalin 1 Puskesmas 22 Puskesmas Keliling 22 Puskesmas Pembantu 34 Posyandu 287 Klinik / Balai Kesehatan 6 Bidan Praktek 60 Jumlah 442 Fasilitas kesehatan di Kota Ambon sama halnya dengan fasilitas pendidikan, sudah cukup memadai. Hal ini memberikan dampak positif bagi para migran. Namun jika melihat dari jenis fasilitas kesehatan yang ada, perlu penambahan untuk rumah bersalin dan klinik / balai kesehatan. Hal ini sangat diperlukan mengingat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk terjadi setiap waktu, disertai dengan intensitas kunjungan dan migrasi yang terjadi. Dampak yang terjadi jika dilihat dari sisi fasilitas kesehatan adalah, bahwa dengan masuknya migran ke Kota Ambon tentunya membutuhkan layanan fasilitas yang lebih banyak, dan ini juga membutuhkan perhatian dari pemerintah Kota untuk menambah fasilitas kesehatan di tempat tempat tertentu yang sebelumnya belum memiliki fasilitas kesehatan. 26

27 d. Perumahan Bertambahnya jumlah penduduk serta makin membaik strata kehidupan sosial ekonomi masyarakat Ambon dengan pola konsumsi yang sangat tinggi berdampak pada tuntutan kebutuhan papan (rumah) yang sehat dengan lingkungan yang baik. Beberapa kawasan pengembangan sesuai arahan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Ambon yang merupakan sentra pertumbuhan baru dan potensial seperti kawasan Passo dengan lahan yang sangat datar telah dicadangkan untuk kawasan pertumbuhan baru bukan saja bagi sektor perdagangan dan jasa namun juga bagi sektor-sektor lainnya termasuk sektor perumahan dan permukiman. Kawasan Passo sebagai Kota Orde Kedua memiliki keunggulan dan potensi yang sangat besar untuk prospek pengembangan perumahan dan permukiman baru baik itu rumah tinggal maupun rumah toko (Ruko). Pengembangan kawasan ini karena ditunjang dengan kemampuan daya dukung lahan yang tersedia serta adanya rencana Pemerintah Kota untuk mengembangkan kawasan Passo sebagai pusat aktivitas ekonomi baru. Dengan ketersediaan lahan perumahan tentunya baik untuk migran namun disisi lain Kota Ambon akan diperhadapkan dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi yang tentu akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar. Hal ini akan mengakibatkan kawasan Passo sebagai kawasan yang berpotensi sebagai wilayah padat penduduk. 27

28 Untuk mengatasi hal ini, pemerintah Kota Ambon membutuhkan strategi penataan wilayah Kota Ambon secara umum, maupun wilayah Passo sebagai wilayah masa depan dengan peluang pertumbuhan siklus ekonomi dan perdagangan, serta wilayah yang berpotensi memiliki tingkat kepadatanb tinggi dengn jumlah perumahan yang sangat banyak. 28

29 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari pembahasan yang diutarakan sebelumnya, beberapa hal yang menjadi kesimpulan adalah : 1. Kota Ambon memiliki kecenderungan sebagai daya tarik daya tarik bagi para migran untuk masuk karena ketersediaan lapangan kerja, fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan maupun perumahan. 2. Lapangan kerja yang tersedia di Kota Ambon rata rata tidak membutuhkan keahlian khusus, sehingga migran yang masuk untuk memenuhi lowongan kerja tersebut lebih banyak berpendidikan rendah dengan keterampilan yang minim. Dengan demikian keterbatasan tersebut bisa membuat Kota Ambon sulit untuk memasuki persaingan ekonomi global. 3. Fasilitas pendidikan dan kesehatan sudah cukup tersedia, namun jika jumlah migran bertambah secara terus menerus akan berpeluang menimbulkan keterbatasan fasilitas yang ada. sehingga berpengaruh pada pelayanan yang akan diberikan. 4. Wilayah Passo sebagai wilayah baru yang memiliki potensi perdagangan serta pemukiman menjadi daya tarik pembangunan, namun dengan masuknya migran secara tidak terkontrol akan mengakibatkan kepadatan penduduk dan semakin berkurangnya lahan pemukiman, dan disisi lain akan berpeluang menimbulkan konflik sosial antar pendatang dengan penduduk asli. 29

30 Rekomendasi : 1. Pemerintah kota Ambon lebih meningkatkan promosi darah dan memberikan peluang bagi investor untuk membangun perusahaan perusahaan dengan standar yang lebih baik, sehingga kualitas sumber daya manusia yang dipekerjakan adalah mereka yang berkualitas dan memiliki keterampilan lebih, sehingga Kota Ambon mampu bersaing dalam persaingan global. 2. Perlu adanya peraturan daerah yang mengatur mobilitas penduduk di Provinsi Maluku, khususnya di Kota Ambon, sehingga diharapkan akan ada keseimbangan yang baik antara penduduk yang keluar maupun yang masuk. 3. Pemerintah diharapkan membangun sarana dan prasarana pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik lainnya untuk mengatasi dampak pertambahan penduduk akibat migrasi masuk. 4. Pemerintah Kota Ambon perlu membuat rencana tata kota yang lebih baik, sehingga pemukiman penduduk kota maupun para migran akan lebih tertata dengan tidak terkonsentrasi pada satu wilayah saja. Dengan demikian ada pemerataan dan distribusi pemukiman yang lebih baik. 30

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. Menurut Bintarto (1977: 10) geografi dapat

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Babulu rata-rata 242,25 mm pada tahun 2010 Kecamatan Babulu memiliki luas 399,46 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

Katalog BPS :

Katalog BPS : Katalog BPS : 1101002.6409010 Statistik Daerah Kecamatan Babulu 2015 Statistik Daerah Kecamatan Babulu No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409010 Naskah : Seksi Statistik Neraca Wilayah

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. secara geografis terletak antara 101º20 6 BT dan 1º55 49 LU-2º1 34 LU, dengan 18 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Letak dan Keadaan Geografis Kelurahan Lubuk Gaung adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai Provinsi Riau. Kelurahan Lubuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR BAB IV GAMBARAN UMUM DESA CIHIDEUNG ILIR, KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR 4.1 Gambaran Umum Desa 4.1.1 Kondisi Fisik, Sarana dan Prasarana Desa Cihideung Ilir merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

Katalog BPS

Katalog BPS Katalog BPS 1403.8271.012 Kecamatan Pulau Batang Dua Dalam Angka 2012 PULAU BATANG DUA DALAM ANGKA 2012 Nomor Katalog : 1403.8271.012 Nomor Publikasi : 8271.000 Ukuran Buku : 15 cm x 21 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian

GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian GEOGRAFI DAN IKLIM Curah hujan yang cukup, potensial untuk pertanian Curah hujan Kecamatan Sepaku rata-rata 177,2 mm pada tahun 2010 Kecamatan Sepaku memiliki luas 438,50 km 2. Secara geografis berbatasan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR

TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Menurut Nursid Sumaatmaja, (1988:52) secara garis besar, Geografi dapat diklasifikasikan menjadi tiga cabang, yaitu Geografi Fisik

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data satu periode, yaitu data Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir (PEMP)

Lebih terperinci

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester

Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk. kependudukan semester Fenomena Migrasi dan Pergerakan Penduduk kependudukan semester 2 2012 pokok bahasan Konsep dasar Migrasi dan pergerakan: jenis mobilitas penduduk Faktor-faktor yang mempengaruhi mobilitas penduduk determinan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT.

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT. BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN RAJA AMPAT STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI BARAT 2012 No.Publikasi : 91080.12.37

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan 41 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia dan merupakan salah satu Provinsi di Pulau Jawa. Secara geografis, Provinsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016

STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 Katalog BPS 1101002.2324100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN PEGANDON 2016 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN KENDAL STATISTIK KECAMATAN PEGANDON TAHUN 2016 NO. Publikasi/ Publikasi Number : 33.24.100.13.02 No.

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kabupaten Bintan

Statistik Daerah Kabupaten Bintan Statistik Daerah Kabupaten Bintan 2012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN GUNUNG KIJANG 2014 ISSN : No. Publikasi: 21020.1419 Katalog BPS : 1101001.2102.061 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : Naskah:

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 7. MOBILITAS PENDUDUK 7.1. Definisi dan Konsep Mobilitas Perilaku mobilitas penduduk berbeda dengan perilaku kelahiran dan kematian. Mobilitas penduduk tidak ada sifat keajegan seperti angka kelahiran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori migrasi Migrasi dalam arti luas merupakan perpindahan penduduk secara permanen atau semi permanen (sirkuler) melintasi batas negara

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 Statistik Daerah Kecamatan Batam Kota Kota Batam 2014 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATAM KOTA 2015 No Publikasi : 2171.14.26 Katalog BPS : 1102001.2171.051 Ukuran

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Bab ini akan membahas Kelurahan Setiamanah secara umum sebagai wilayah studi. Kelurahan Setiamanah merupakan salah satu kelurahan dari enam kelurahan di Kecamatan Cimahi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BENGKONG 2015 No Publikasi : 2171.15.31 Katalog BPS : 1102001.2171.081 Ukuran Buku : 24,5 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal. Naskah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

NO KATALOG :

NO KATALOG : NO KATALOG : 1101002.3510210 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WONGSOREJO 2013 Katalog BPS : 1101002.3510210 Ukuran Buku Jumlah Halaman : 25,7 cm x 18,2 cm : vi + Halaman Pembuat Naskah : Koordinator Statistik

Lebih terperinci

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6

TAMAN KANAK-KANAK Tabel 5 : Jumlah TK, siswa, lulusan, Kelas (rombongan belajar),ruang kelas, Guru dan Fasilitas 6 DAFTAR TABEL DATA NONPENDIDIKAN Tabel 1 : Keadaan Umum Nonpendidikan 1 Tabel 2 : Luas wilayah, penduduk seluruhnya, dan penduduk usia sekolah 2 Tabel 3 : Jumlah desa, desa terpencil, tingkat kesulitan

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER

BAB 7: GEOGRAFI ANTROPOSFER www.bimbinganalumniui.com 1. Pada umumnya bahan-bahan yang dikumpulkan dari sensus bersifat demografis, ekonomis, dan sosial. Bahanbahan yang bersifat demografis (1) Kewarganegaraan (2) Umur (3) Pendidikan

Lebih terperinci

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1

Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1 Kecamatan : Bogor Timur Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2021 Triwulan : 1 No Jenis Data Jumlah Satuan Sumber Data 1 Jumlah Pendidikan Umum a Jumlah Taman Bermain/Play Group - Taman Bermain/ Play Group

Lebih terperinci

Statistik Daerah Kecamatan Waru 2015

Statistik Daerah Kecamatan Waru 2015 go.id :// pp uk ab.b ps. ht tp Statistik Daerah Kecamatan Waru 2015 i Statistik Daerah Kecamatan Waru 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN WARU No. Publikasi : 6409.550.1511 Katalog BPS : 1101002.6409020 Naskah

Lebih terperinci

Geografi. Astronomi. Batas Wilayah. Cuaca

Geografi. Astronomi. Batas Wilayah. Cuaca Geografi Astronomi No Garis 1 Lintang Selatan 70 28 70 46 2 Bujur Timur 110 40 110 70 Ketinggian rata-rata 511 meter di atas permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 22 31 C. Sumber: BAPPEDA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua,

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah homo homonicus yakni sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua, diterima dalam kelompoknya, dan ketiga,

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai jumlah penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia menduduki posisi ke-4 sebagai

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL

KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL KARAKTERISTIK DAN PELUANG TENAGA KERJA WANITA PADA SEKTOR INFORMAL Armansyah Mahasiswa Kependudukan Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya Jalan Padang Selasa No.524, Bukit Besar Palembang 30139 E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota menurut Alan S. Burger The City yang diterjemahkan oleh (Dyayadi, 2008) dalam bukunya Tata Kota menurut Islam adalah suatu permukiman yang menetap (permanen) dengan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BATU AMPAR 2015 ISSN : No Publikasi : 2171.15.30 Katalog BPS : 1102001.2171.080 Ukuran Buku: 25 cm x 17,5 cm Jumlah Halaman : 11 hal.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM Bab ini menjelaskan mengenai kondisi umum wilayah studi yang terdiri dari kondisi geografis kota Cimahi, kondisi geografis kota Bandung, aspek kependudukan kota Cimahi, aspek kependudukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab.

PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab. PEMERINTAH KABUPATEN BOGOR KECAMATAN CIAWI KANTOR KEPALA DESA CILEUNGSI Alamat : Jalan Raya Veteran III No. 27 Tapos Kec. Ciawi Kab. Bogor 16760 PROFIL/RIWAYAT DESA CILEUNGSI Desa Cileungsi merupkan salah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

Katalog BPS : 1403.9108030 KECAMATAN MEOS MANSAR DALAM ANGKA 2011 Badan Pusat Statistik Kab Raja Ampat I Geografis BAB I GEOGRAFIS A. Letak Geografis Kecamatan Meos Mansar terletak pada bagian selatan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian

Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian 33 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Wilayah dan Kependudukan Kabupaten Maluku Tengah merupakan Kabupaten terluas di Maluku dengan 11 Kecamatan. Kecamatan Leihitu merupakan salah satu Kecamatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan 24 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Desa Merak Belantung secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Kalianda Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Desa Merak Belantung

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR. Provinsi Jawa Timur membentang antara BT BT dan BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA TIMUR 4. 1 Kondisi Geografis Provinsi Jawa Timur membentang antara 111 0 BT - 114 4 BT dan 7 12 LS - 8 48 LS, dengan ibukota yang terletak di Kota Surabaya. Bagian utara

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kecamatan Cikalong 4.1.1 Luas dan Letak Geografis Kecamatan Cikalong merupakan satu dari 39 kecamatan di Kabupaten Tasikmalaya. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO

BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO BAB III TINJAUAN WILAYAH KULON PROGO III.1 Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta Lokasi studi perancangan Sekolah Luar Biasa Tipe G/A-B direncanakan berlokasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Tinjauan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif yang akan memberikan gambaran mutu tindakan non medis pelayanan kontrasepsi oleh bidan di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Secara administratif Kota Yogyakarta berada di bawah pemerintahan Propinsi DIY (Daerah Istimewa Yogyakarta) yang merupakan propinsi terkecil setelah Propinsi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara

I. PENDAHULUAN. berpenghuni.pada pulau-pulau yang berpenghuni, penduduk nya tersebar secara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah negara Indonesia yang terdiri dari ± 18000 pulau besar dan kecil.diantara pulau-pulau tersebut ada yang berpenghuni dan ada yang tidak berpenghuni.pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. a. Letak, Luas dan Batas Wilayah. dari kantor Kabupaten Wonogiri sekitar 30 km. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Kondisi Fisiografis a. Letak, Luas dan Batas Wilayah Desa Punduh Sari merupakan bagian dari wilayah administratif di Kecamatan Manyaran

Lebih terperinci

w tp :// w ht ja.r a w.g.b ps ab tk pa am o. id STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI TENGAH 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN SALAWATI TENGAH 214 ISSN : No. Publikasi : 918.14.35 Katalog BPS : 1112.918.33

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1

Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1 Kecamatan : Bogor Tengah Data Urusan : Pendidikan Tahun : 2017 Triwulan : 1 No Jenis Data Jumlah Satuan Sumber Data 1 Jumlah Pendidikan Umum a Jumlah Taman Bermain/Play Group 3 PG Dapodik Query - Taman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kecamatan yang baru dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. kecamatan yang baru dimekarkan dari kecamatan induknya yaitu Kecamatan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Pulau Pisang terdiri atas 6 pekon yakni Pekon Pasar, Labuhan, Sukadana, Pekon Lok,Bandar Dalam dan Sukamarga. Pulau Pisang merupakan kecamatan yang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Marpoyan Damai

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Marpoyan Damai BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Daerah Kecamatan Marpoyan Damai Keseluruhan Sidomulyo Timur terletak dalam Wilayah Kecamatan Marpoyan Damai. Kelurahan dan desa ini berada dalam

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten

IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR. berdiri bersamaan dengan dibentuknya Kota Banjar yang terpisah dari kabupaten IV. KEADAAN UMUM KECAMATAN BANJAR A. Letak Geografis Kecamatan Banjar adalah salah satu bagian dari wilayah Kota Banjar selain Kecamatan Purwaharja, Kecamatan Pataruman, dan Kecamatan Langensari yang berdiri

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kelurahan Tegal Gundil 4.1.1. Profil Kelurahan Tegal Gundil Kelurahan Tegal Gundil merupakan salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Brebes merupakan salah satu dari tiga puluh lima daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah yang terletak di sepanjang pantai utara Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER

BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER BAB IV PETA SOSIAL DESA CIBAREGBEG KECAMATAN CIBEBER 4.1. Keadaan Umum Lokasi Desa Cibaregbeg masuk wilayah Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yang merupakan tipologi desa dataran rendah dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kondisi Geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 84 meter diatas permukaan laut. Lokasi Kabupaten Kubu Raya terletak pada posisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah penduduk Kabupaten Sukoharjo tahun 2005 tercatat sebanyak 821.213 jiwa yang terdiri dari 405.831 laki-laki (49,4%) dan 415.382 perempuan (50,6%). Kecamatan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI. Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat 28 BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH LOKASI A. Sejarah Singkat Kelurahan Way Dadi Sesuai dengan kondisi letak geografis kelurahan Way Dadi yang berada tepat berbatasan dengan wilayah Bandar Lampung maka pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Proyeksi Penduduk Dalam rangka perencanaan pembangunan di segala bidang, diperlukan informasi mengenai keadaan penduduk seperti jumlah penduduk, persebaran penduduk,

Lebih terperinci

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. a. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) merupakan

BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. a. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) merupakan BAB III KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN a. Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) Kawasan Cagar Alam Pegunungan Wondiboy (CAPW) merupakan kawasan pegunungan yang terpisah dari rangkaian utama barisan pegunungan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 Katalog BPS : 1101002.6271020 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BUKIT BATU 2013

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Kabupaten Subang merupakan kabupaten yang terletak di kawasan utara Jawa Barat. Luas wilayah Kabupaten Subang yaitu 2.051.76 hektar atau 6,34% dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Provinsi Lampung. Kota Bandar Lampung tumbuh menjadi kota yang memiliki pusat aktivitas pemerintahan dan perekonomian

Lebih terperinci

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH PROFIL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 1 1 PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN PELAJARAN DAFTAR ISI BAB I. PENDAHULUAN... 4 A. Latar Belakang... 4 B. Tujuan... 4 C. Ruang Lingkup... 5 BAB II. KEADAAN UMUM...

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Biofisik 4.1.1 Letak dan Luas Wilayah Letak Kota Ambon sebagian besar berada dalam wilayah Pulau Ambon yang secara geografis berada pada posisi astronomis

Lebih terperinci