HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dengan koordinat S 01º14'44.3" dan E 103º31'19.1". Lokasi penelitian memiliki ketinggian 31 m dpl. Luas area yang digunakan untuk penelitian 2.3 ha. Data curah hujan diperoleh mulai bulan Januari 2010 hingga Oktober Curah hujan teringgi terdapat pada bulan Maret sebesar mm/bulan dengan jumlah hari hujan 16 hari/hujan (Gambar 6). Bulan Maret hingga Juni tingkat curah hujan di lahan mengalami penurunan, hal ini disebabkan memasuki musim kemarau. Gambar 6. Data Curah Hujan Bulan Januari-Oktober 2010 Tanah pada lokasi penelitian memiliki jenis tanah Oxisol dan Inceptisol. Klasifikasi jenis tanah tersebut berdasarkan Peta Satuan Lahan Tanah Lembar Jambi, Sumatera pada tahun 1990 dengan skala 1 : Berdasarkan peta tersebut, lokasi penelitian termasuk dalam kategori Idf 3.1

2 19 yang memiliki arti bahwa lahan tersebut merupakan dataran tuf masam, tuf dan batuan sedimen halus masam, berombak (lereng 3-8%). Gambar 7A dan Gambar 7B menggambarkan bahwa tanah yang terdapat pada lokasi penelitian sering mengalami longsor. A B Gambar 7. Lokasi Awal Sebelum Penanaman LCC: (A) Lahan Gersang; (B) Lahan Mengalami Longsor Hasil analisis kimia (Tabel 1) tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa kadar hara tergolong sangat rendah, ph tanah sangat masam, KTK tanah tergolong sangat rendah, dan bahan organik tergolong sangat rendah. Kriteria kesuburan tanah dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian Sifat Fisik / Kimia Kelompok Kriteria**) T1 T2 T3 Tekstur : - Pasir (%) T1 = Liat berdebu - Debu (%) T2= Lempung - Liat (%) T3= lempung liat berpasir ph : H₂O Sangat masam C Organik (%) Sangat rendah N Total (%) Sangat rendah P tersedia (ppm) Sangat rendah Ca (cmol/kg) Sangat rendah Mg (cmol/kg) Sangat rendah K (cmol/kg) Sedang Na (cmol/kg) Sangat tinggi KTK (cmol/kg) Sangat rendah KB (%) Sedang, Tinggi Permeabilitas (cm/jam) Rendah, Tinggi Al dd (me/100g) Tinggi Keterangan: T1 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit(sangat sedikit); T2 = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Sumber:**) Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983

3 20 Analisis kimia dilaksanakan saat survey awal lokasi penelitian pada bulan Januari Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa status kesuburan tanah tergolong sangat rendah, sehingga dalam pengelolaannya diperlukan masukan hara yang tinggi diantaranya pemberian bahan organik, pupuk nitrogen, fosfat, kalium, serta pemberian kapur. Hal ini berdasarkan kriteria kesuburan tanah pusat penelitian tanah tahun Hasil analisis mineral liat (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian memiliki dominansi mineral kaolinit pada kelompok T1, T2, dan T3. Kelompok T1 terdapat tambahan mineral illit yang sangat sedikit. Kelompok T2 memiliki tambahan sedikit mineral illit, sedangkan pada kelompok T3 terdapat tambahan sedikit mineral illit dan geotit. Tabel 2. Analisis Mineral Liat Tanah No Kelompok Mineral Tanah**) Kaolinit Goetit Illit 1 T1 ( Kemerahan) (+) 2 T2 (Putih) T3 (Kecoklatan) Keterangan: ++++: Dominan +++: Banyak ++: Sedang +: sedikit (+): sangat sedikit Sumber: **) Laboratorium Mineralogi, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, November 2010 Hasil pengamatan terhadap warna tanah pada lokasi penelitian berdasarkan alat RGB Color Analyzer menunjukkan bahwa pada kelompok T1 memiliki warnam kemerahan dengan komponen R (Red), G (Green), dan B (Blue) sebesar 243, 102, dan 143 (Tabel 3). Kelompok T2 memiliki warna cenderung putih dengan nilai RGB sebesar (361, 319, 231), sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna kecoklatan dengan nilai RGB sebesar (259, 107, 123). Munsell Color Chart merupakan diagram warna tanah yang digunakan untuk menentukan klasifikasi warna tanah. Munsell color chart disusun menjadi 3 variabel yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan tingkat kecerahan suatu warna. Semakin tinggi value maka semakin terang warna suatu tanah. sedangkan chroma merupakan tingkat gradasi kemurnian

4 21 dari warna tersebut. Semakin tinggi chroma maka semakin murni kemurnian dari spektrum tersebut (Madjid, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan kelompok T1 memiliki warna tanah 5R 6/4 yang berarti bahwa memiliki nilai hue = 5R, value = 5, dan chroma = 4 yang secara keseluruhan berwarna merah. Kelompok T1 (Kemerahan) T2 (Putih) T3 (Kecoklatan) Tabel 3. Nilai Pengamatan Warna Tanah Pada Lokasi Penelitian Munsell RGB Color Analyzer Probe Color Chart R G B Hue Sat Lum Hue Val Chr R R R 5 4 Keterangan: R= red; G= green; B= blue; Sat= saturation; Lum= lamination; Val= value; Chr= chroma Kelompok T2 memiliki warna tanah 7.5R 8/1 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 8, dan chroma sebesar 1, dimana secara keseluruhan berwarna putih. Sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna tanah 7.5R 5/4 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 5, dan chroma sebesar 4, dimana secara keseluruhan berwarna coklat. Sjarif (1991) menyebutkan bahwa puncak difraksi pada mineral illit berada pada kisaran 9.9 o A-10.1 o A sedangkan untuk mineral kaolinit berada pada puncak difraksi sebesar 7.15 o A. Berdasarkan grafik hasil x-ray tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa mineral kaolinit memiliki nilai puncak difraksi antara o A, mineral illit pada puncak difraksi 10.1 o A, dan mineral goetit terdapat pada puncak difraksi 4.1 o A. Gambar 8 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T1. Hasil grafik tersebut dapat dihitung besar nilai persentase pada masing-masing mineralnya. Nilai persentase tersebut diperoleh dengan menghitung luas area yang berasal dari jarak difraksi pada masing-masing mineral dibagi dengan luas total grafik pada masing-masing kelompok. Nilai persentase untuk mineral kaolinit sebesar 50.06% dan 3.24%.

5 22 Gambar 8. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T1 Kelompok mineral T2 memiliki dominansi mineral kaolinit dan sedikit mineral illit. Besar persentase nilai mineral kaolinit dan mineral illit dapat diperoleh dengan menghitung luas area panjang gelombang masing-masing mineral dibagi dengan luas seluruh grafik pada kelompok T2. Gambar 9 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T2. Nilai persentase mineral kaolinit sebesar 31.24% dan mineral illit sebesar 7.56% Gambar 9. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T2

6 23 Gambar 10 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T3. Hasil analisis kelompok T3 sedikit berbeda dengan hasil analisis mineral pada kelompok T1 dan T2. Hal ini karena pada kelompok t3 terdapat sedikit tambahan mineral illit dan goetit. Besar nilai persentase masing-masing mineral yaitu mineral kaolinit sebesar 30.85%, mineral illit sebsar 2.01%, serta mineral goetit sebsar 3.15%. Gambar 10. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok T3 Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi kegiatan penyiraman dan pemupukan. Kegiatan penyiraman dilakukan pada saat awal penanaman. Hal ini dikarenakan benih membutuhkan cukup air untuk proses pertumbuhan. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat tanaman berusia 9 MST, 20 MST, dan 28 MST. Pupuk yang diberikan saat pemupukan pertama merupakan campuran antara pupuk urea 25 kg/ha, dolomite 100 kg/ha, kompos 200 kg/ha, dan KCL 25 kg/ha. Pupuk yang digunakan saat pemupukan kedua adalah pupuk urea sebanyak 200 kg/ha. Pertumbuhan Mucuna bracteata Laju pertumbuhan tanaman merupakan laju perkembangan yang progressif dari suatu organisme tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dapat

7 24 dilihat dari pertumbuhan kuantitatif tanaman. Pertumbuhan kuantitatif yang diamati meliputi panjang tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Kualitas tanah juga berperan terhadap laju pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah yang diamati meliputi kadar air tanah serta tingkat kemasaman tanah (ph). Laju pertumbuhan tanaman diamati pada setiap minggu. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 10 minggu setelah tanam (MST), 11 MST, 12 MST, 13 MST, dan 15 MST. Hasil analisis anova menunjukkan bahwa perlakuan beberapa tingkat populasi tanaman yang diberikan terhadap tanaman M. bracteata memberikan respon yang sama terhadap parameter pertumbuhan tanaman pada setiap satuan percobaan. Parameter pertumbuhan tersebut meliputi panjang tanaman, persentase penutupan tanah, jumlah daun, jumlah cabang, ph tanah, serta kadar air tanah. Akan tetapi, saat tanaman berumur 11 MST besar persentase penutupan tanah pada perlakuan dengan tingkat populasi tanaman sebesar tan/ha menunjukkan hasil yang terbaik berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Kelompok mineral tanah pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman M. bracteata. Hasil yang tidak berpengaruh ini mengindikasikan bahwa nilai parameter pertumbuhan tanaman M. bracteata tidak dipengaruhi oleh faktor kelompok mineral tanah. Hasil analisis anova tanaman M. bracteata dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa saat tanaman berumur 10 MST memiliki nilai korelasi yang positif, antara persentase penutupan tanah dengan jumlah daun. Semakin tinggi nilai jumlah daun maka nilai penutupan tanah juga meningkat (Lampiran 4). Saat tanaman memasuki umur 11 MST pertumbuhan panjang tanaman dipengaruhi oleh kelompok mineral tanah. Dapat diindikasikan bahwa salah satu kandungan mineral goetit yang terdapat dalam karakterisasi mineral tanah mempengaruhi nilai panjang tanaman. Pertumbuhan tanaman pada kelompok mineral T3 sedikit lebih baik daripada tanaman pada kelompok mineral T1 dan T2. Hal ini karena kelompok T3 memiliki kandungan mineral goetit sebesar 3.15%, sedangkan pada kelompok T1 dan T2 tidak terdapat adanya mineral goetit.

8 25 Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 10 MST Tabel 4 merupakan data pengamatan tanaman M. bracteata saat tanaman berumur 10 MST. Panjang tanaman pada populasi tanaman/ha (tan/ha) mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 16.61%. Panjang tanaman pada perlakuan 715 tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan sebesar 10.44%. Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Setiap perlakuan populasi tanaman M. bracteata yang berumur 10 MST memiliki jumlah daun dan jumlah cabang yang tidak jauh berbeda. daun tanaman M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki dua cabang. Perhitungan nilai kadar air tanah (KA) awal dan ph awal dilakukan saat tanaman berumur 10 MST. Nilai KA tanah pada masing-masing perlakuan populasi tanaman berkisar antara 18.26%-22.43% dan nilai ph berkisar antara Tabel 4. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/ Tanaman KA awal (%) ph awal Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman di lapang berdasarkan kelompok mineral tanah menunjukkan bahwa pada kelompok T3 tanaman M. bracteata memiliki panjang sebesar cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 11.89% (Tabel 5). Kelompok T1 memiliki panjang tanaman sebesar cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 13.17%, sedangkan kelompok T2 memiliki panjang sebesar cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 12.72%. daun tanaman M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki 2 cabang.

9 26 Tabel 5. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/ Tanaman T1 42, T T Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 11 MST Panjang tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST pada perlakuan tingkat populasi tanaman/ha (tan/ha) mencapai cm. Panjang tanaman pada perlakuan tingkat populasi 715 tan/ha sebesar cm, sedangkan pada perlakuan tan/ha memiliki panjang sebesar cm (Tabel 6). Saat tanaman berumur 11 MST terlihat bahwa pada parameter persentase penutupan tanah dengan menggunakan tingkat populasi tan/ha memiliki pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan populasi 715 tan/ha dan tan/ha. Perlakuan dengan tingkat populasi tan/ha memiliki hasil yang lebih baik daripada perlakuan lainnya. Hal ini karena pada perlakuan 715 tan/ha jika dibandingkan dengan perlakuan tan/ha menunjukkan hasil persentase penutupan tanah yang lebih baik pada perlakuan tan/ha. Selanjutnya pada perlakuan tan/ha dibandingkan dengan perlakuan tan/ha juga menunjukkan bahwa pada perlakuan tan/ha memiliki nilai persentase penutupan tanah yang lebih baik. Besar penutupan tanah pada perlakuan tan/ha sebesar 26.06% sedangkan pada perlakuan 715 tan/ha hanya sebesar 16.17%. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pertumbuhan tanaman C. pubescens memasuki masa optimum sehingga tanaman tersebut sangat berpengaruh terhadap perhitungan nilai persentase penutupan tanah pada tanaman M. bracteata. Rata-rata peningkatan jumlah daun dan jumlah cabang pada tanaman M. bracteata tidak sebanyak pada

10 27 peningkatan panjang dan penutupan tanah setiap minggunya. Rata-rata jumlah daun hanya sebesar 2-3 daun/cabang. Tabel 6. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/ Tanaman b b a Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5% Hasil pengamatan tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST berdasarkan kelompok mineral tanah memiliki panjang tanaman mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.10% (Tabel 7). Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok mineral T3 mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 15.25%. Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok T2 mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 18.30%. Tabel 7. Data pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/ Tanaman T T T Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 13 MST Pengamatan tanaman M. bracteata selanjutnya dilaksanakan dua minggu sekali terhitung saat tanaman M. bracteata berumur 11 MST. Tabel 8 menunjukkan hasil pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur

11 28 13 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.22%. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.22%. Sedangkan pada perlakuan tan/ha memiliki panjang tanaman sebesar cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 21.33%. Tabel 8. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/ Tanaman Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Saat tanaman berumur 13 MST jumlah daun terbanyak sebanyak 17 daun/cabang terdapat pada perlakuan tan/ha dengan jumlah cabang sebanyak 3 cabang/ tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan panjang tanaman M. bracteata yang berumur 13 MST pada kelompok mineral T3 mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 26.17% (Tabel 9). Tabel 9. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Berdasarkan Mineral Tanah Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/ Tanaman T T T Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

12 29 Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T2 mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 23.78%. Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur 13 MST ada yang mencapai panjang sebesar 1 meter. Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 15 MST Tabel 10 menunjukkan pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur 15 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.89%. Pertumbuhan pada perlakuan tanaman tan/ha mencapai panjang cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 28.33%, sedangkan pertumbuhan pada perlakuan tan/ha memiliki panjang cm dengan besar persentase penutupan sebesar 37.50%. Tabel 10. Data pengamatan M. bracteata yang berumur 15 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/ Tanaman KA akhir (%) ph akhir Perhitungan nilai Kadar Air (KA) akhir dan ph akhir dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Nilai KA pada setiap perlakuan memiliki rata-rata yang sama dan tergolong rendah. Nilai KA hanya berkisar antara % sedangkan ph tanah berada pada kisaran angka 4-5. Berdasarkan hasil analisis statistik, panjang tanaman M. bracteata pada kelompok T3 saat berumur 15 MST mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 28.89% (Tabel 11).

13 30 Tabel 11. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 15 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/Tanaman T T T Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T1 mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 38.44%, sedangkan pada kelompok mineral T2 panjang tanaman mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 33.39% Pengamatan Tanaman M. bracteata yang berumur 17 MST Panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tanaman/ha (tan/ha) mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 41.00%. Panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan dengan tingkat populasi tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 36.33%, sedangkan panjang tanaman M. bracteata pada perlakuan tan/ha mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 46.44% (Tabel 12). Saat tanaman berumur 17 MST jumlah daun tanaman pada setiap cabangnya telah mencapai pada kisaran daun/cabang dengan jumlah cabang sebanyak 5 cabang pada setiap satuan pengamatannya. Populasi (tan/ha) Tabel 12. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 17 MST Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (daun/cabang) Cabang/ Tanaman

14 31 Berdasarkan hasil pengamatan di lapang, panjang tanaman M. bracteata yang berumur 17 MST pada kelompok mineral T3 mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 35.78% (Tabel 13). Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T1 mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 52.83%. Panjang tanaman pada kelompok T2 mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 35.17%. Saat tanaman berumur 17 MST, jumlah daun pada kelompok T3 mencapai 28 daun/cabang dengan jumlah cabang sebanyak 5 cabang. Kelompok T1 memiliki jumlah daun sebanyak 31 daun/cabang dengan jumalh cabang sebanyak 5 cabang. Tabel 13. Data Pengamatan M. bracteata yang berumur 17 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Daun (helai/cabang) Cabang/Tanaman T T T Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Pertumbuhan Centrosema pubescens Hasil anova (analize of variance) pada taraf 5 % menunjukkan bahwa pada penelitian ini pengaruh kelompok mineral tanah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman C. pubescens. Akan tetapi pengaruh lubang tanam tampak jelas memberikan perbedaan. Terlihat bahwa pertumbuhan tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm memberikan hasil pertumbuhan yang jauh lebih baik dibanding tanaman yang hanya ditugal. Pertumbuhan tanaman tersebut meliputi panjang tanaman dan persentase penutupan tanah (PPT) saat tanaman berumur 8 MST, 10 MST, 12 MST, dan 15 MST. selain itu juga dilakukan pengamatan terhadap kadar air dan ph tanah. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 5.

15 32 Panjang Tanaman Pertumbuhan tanaman dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm (P1) memiliki nilai pertumbuhan terbaik dibandingkan tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam di tugal (P2). Hasil analisis uji lanjut dapat dilihat pada Lampiran 6. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan P1 saat berumur 8 MST mencapai cm sedangkan pada perlakuan P2 panjang tanaman hanya cm. Saat tanaman berumur 15 MST, pertumbuhan pada perlakuan P1 telah mencapai panjang cm sedangkan pada perlakuan P2 pertumbuhan tanaman masih mencapai cm (Tabel 14). Tabel 14. Data Pertumbuhan Panjang Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST Perlakuan Panjang Tanaman (cm) Lubang Tanam 8 MST 10 MST 12 MST 15 MST 30 cm x 60 cm a a a a Tugal b b b b Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5% Berdasarkan kelompok mineral tanah terlihat bahwa pertumbuhan panjang tanaman C. pubescens dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm pada kelompok mineral T2 dan T3 menunjukkan laju pertumbuhan panjang yang sama yaitu pada kisaran cm saat tanaman berumur 8 MST (Gambar 11A). Memasuki umur 15 MST pertumbuhan panjang tanaman dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm mencapai panjang 110 cm. Gambar 11 B terlihat bahwa grafik pertumbuhan panjang tanaman dengan di tugal. Saat tanaman berumur 8 MST panjang tanaman mencapai 36 cm pada kelompok T3. Memasuki umur 15 MST pertumbuhan panjang tanaman baru mencapai 45 cm pada kelompok T1. Kelompok T3 memiliki nilai pertumbuhan yang konstan pada setiap minggunya.

16 33 A B Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Gambar 11. Grafik Pertumbuhan Panjang C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30 cm x 60 cm; (B) Ditugal Persentase Penutupan Tanah (PPT) Persentase penutupan tanah merupakan besar persentase tanaman C. pubescens yang dapat menutupi permukaan tanah pada setiap m². Tabel 15 menunjukkan laju penutupan tanah pada tanaman C. pubescens saat tanaman berumur 8 MST, 10 MST, 12 MST, dan 15 MST. Tanaman yang ditanam dengan menggunakan perlakuan lubang tanam berukuran 30 cm x 60 cm (P1) memberikan hasil PPT terbaik dibanding tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam ditugal (P2) pada setiap minggu pengamatan. Tabel 15. Data Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST Perlakuan Persentase Penutupan Tanah (%) Lubang Tanam 8 MST 10 MST 12 MST 15 MST 30 cm x 60 cm a a a a Tugal 6.80 b b b b Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5%

17 34 Saat tanaman berumur 8 MST (Minggu Setelah Tanam) nilai persentase penutupan tanah pada perlakuan P1 sebesar 14.40%, sedangkan tanaman yang menggunakan perlakuan P2 memiliki besar persentase penutupan tanah hanya sebesar 6.80%. Memasuki umur 15 MST persentase penutupan tanah pada perlakuan P1 sebesar 33.60%, sedangkan nilai persentase tanaman pada perlakuan P2 masih sebesar 16.65%. Hasil perhitungan berdasarkan kelompok mineral tanah terlihat bahwa persentase penutupan tanah pada tanaman C. pubescens dengan menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm saat tanaman berumur 8 MST berada pada kisaran 10-20% pada masing-masing kelompok mineral (Gambar 12A). Memasuki umur 15 MST, kelompok T1 memiliki besar penutupan tanah sebesar 50%, kelompok T2 memiliki besar penutupan tanah sebesar 20%, dan pada kelompok T3 besar penutupan tanah berada pada kisaran 13%. A B Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Gambar 12. Grafik Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30 cm x 60 cm; (B) Ditugal Gambar 12B merupakan grafik persentase penutupan tanah tanaman C. pubescens yang menggunakan ukuran lubang tanam ditugal. Saat tanaman berumur 8 MST nilai penutupan tanah berada pada kisaran 5-10%, sedangkan

18 35 saat tanaman berumur 15 MST nilai persentase penutupan tanah berada pada kisaran 13-20%. Kadar Air Tanaman Hasil analisis anova menunjukkan bahwa pengaruh ukuran lubang tanam terhadap nilai kadar air tanaman tidak memberikan pengaruh terhadap besar atau kecilnya nilai kadar air tanaman. Meskipun tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kadar air tanaman, akan tetapi tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm (P1) memiliki nilai kadar air yang sedikit lebih tinggi dibanding tanaman yang menggunakan ukuran ditugal (P2). Nilai kadar air tanaman pada bagian akar sebesar 29.95% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 21.74% (Tabel 16). Tabel 16. Data Kadar Air Tanaman C. pubescens Perlakuan Lubang Kadar Air Tanaman (%) Tanam Akar batang daun 30 cm x 60 cm Tugal Nilai kadar air tanaman pada bagian batang sebesar 31.39% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 21.85%. Nilai kadar air tanaman pada bagian daun sebesar 45.01% untuk perlakuan P1, sedangkan pada perlakuan P2 sebesar 24.18%. Semakin besar ukuran lubang tanam maka semakin tinggi bobot brangkasan yang dihasilkan, hal ini karena semakin banyak tanaman yang dihasilkan dibandingkan tanaman yang hanya menggunakan ukuran lubang tanam ditugal. Kadar Air (KA) Tanah dan ph Tanah Pengukuran nilai KA dan ph tanah awal dilakukan saat tanaman berumur 10 MST, sedangkan pengukuran KA dan ph tanah akhir dilakukan pengujian saat tanaman berumur 15 MST. Nilai kadar air tanah pada lokasi penelitian dapat dikatakan sangat rendah, karena nilai KA hanya berkisar antara 13%-18% (Tabel 17).

19 36 Tabel 17. Data Kadar Air dan ph Tanah di Lokasi Penelitian Perlakuan Kadar Air Tanah (%) ph Lubang Tanam awal akhir awal akhir 30 cm x 60 cm Tugal Nilai KA awal memiliki nilai yang lebih tinggi daripada KA akhir. Hal ini dipengaruhi oleh pengambilan contoh tanah untuk perhitungan nilai KA awal yang dilakukan pada musim penghujan, sedangkan pengambilan contoh tanah untuk perhitungan KA akhir dilakukan pada musim kemarau. Nilai ph tanah yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm maupun dengan ditugal memiliki nilai yang relatif sama. Tingkat kemasaman tanah (ph) pada penelitian ini berdasarkan pada ph H₂O. Nilai ph tanah tidak mengalami peningkatan selama beberapa minggu penanaman C. pubescens. Nilai ph masih berkisar pada angka 4, meskipun tidak terjadi peningkatan yang sangat jelas namun ph tanah tetap mengalami peningkatan nilai sedikit demi sedikit. Akan tetapi tidak memperbaiki kondisi kimia tanah ke arah nilai yang lebih baik. Pembahasan Pengaruh Tingkat Populasi Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata Legume Cover Crop (LCC) merupakan tanaman dari golongan leguminose yang banyak dimanfaatkan sebagai tanaman penutup tanah karena sifatnya yang dapat mengikat nitrogen dan mencegah erosi, memperbaiki sifat fisik dan struktur tanah, meningkatkan kandungan bahan organik dan hara tanah serta, menekan pertumbuhan gulma. Penanaman LCC dapat mengurangi kehilangan nitrogen dalam tanah, sebagai contoh penanaman LCC disekitar tanaman pokok dapat menekan tingkat populasi gulma yang ada (Kou and Jellum, 2002; Bregkvist, 2003; Sainju et al., 2005).

20 37 Tanaman penutup tanah memiliki beberapa fungsi diantaranya: mengurangi kepadatan tanah (Cock, 1985), sebagai tempat menyimpan carbon (Reicosky and Forcella, 1998), mempengaruhi hidrologi tanah dan menjaga dari erosi yang disebabkan oleh air dan angin (Battany and Grismen, 2000), meningkatkan laju infiltrasi air (Archer et al., 2002). Parkin et al., (2006) menambahkan bahwa selain berfungsi dalam konservasi tanah salah satu pengaruh penting dari LCC adalah tanaman tersebut dapat mengurangi terlepasnya zat kontaminan dalam tanah. tanaman LCC berperan dalam kegiatan fiksasi nitrogen. Tanaman ini juga dapat dijadikan sebagai tempat menyerap kelebihan nitrogen di dalam tanah. M. bracteata merupakan salah satu jenis LCC yang digunakan dalam keperluan rehabilitasi lahan karena tanaman ini dapat bekerja memperbaiki lahan dalam waktu yang singkat. Pada kegiatan reklamasi lahan ataupun penanaman LCC pada area perkebunan, panjang tanaman merupakan salah satu indikator pengamatan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pertumbuhan tanaman M. bracteata tersebut. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) menyatakan bahwa panjang tanaman merupakan salah satu ukuran yang paling sering diamati sebagai salah satu indikator pertumbuhan maupun indikator mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang digunakan karena tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang paling mudah untuk diamati. Berdasarkan data analisis panjang tanaman, tanaman yang berumur 10 MST dan 11 MST memiliki pertumbuhan panjang tanaman yang lebih tinggi untuk tingkat populasi tan/ha, sedangkan pada tiga minggu pengamatan terakhir yaitu saat tanaman berumur 13 MST, 15 MST, dan 17 MST memiliki pertumbuhan panjang tanaman yang lebih tinggi untuk perlakuan tan/ha. Hal ini diduga dipengaruhi saat tiga minggu pengamatan terakhir tanaman yang menggunakan tingkat populasi sebesar tan/ha memiliki ruang pergerakan untuk tumbuh dan menjalar masih terlihat karena pada setiap satuan percobaan berisi 9 tanaman contoh, sehingga peluang tanaman untuk terus berkembang masih tinggi. Hal ini berlaku pula pada perlakuan dengan tingkat populasi tan/ha untuk terus berkembang

21 38 juga. Tingkat populasi yang cukup padat menyebabkan ruang pergerakan tanaman menjadi tidak terkontrol. Hal ini memiliki arti bahwa perkembangan tanaman M. bracteata saling tumpang tindih mengingat pada setiap perlakuan berisi 21 tanaman contoh. Persentase penutupan tanah merupakan salah satu parameter kegiatan penanaman LCC dapat dikatakn berhasil. Semakin rapat populasi tanaman dalam satuan percobaan maka besar penutupan tanah akan semakin tinggi. Semakin tinggi nilai persentase PPT maka semakin besar permukaan tanah yang telah tertutupi oleh tanaman tersebut. Nilai persentase penutupan tanah pada penelitian ini tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh panjang tanaman. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi nilai panjang suatu tanaman, belum menentukan nilai persentase penutupan tanah tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi besarnya nilai penutupan tanah yang diperoleh yaitu tanaman C. pubescens yang ikut ditanam sebagai tanaman penutup dalam kegiatan reklamasi lahan, sehingga tanaman tersebut juga ikut andil dalam perhitungan nilai PPT. Harahap et al., (2008) menyatakan bahwa laju penutupan kacangan pada masa awal penanaman dapat mencapai 2-3 m 2 per bulan. Penutupan areal secara sempurna dicapai saat memasuki tahun ke-2 dengan ketebalan vegetasi berkisar cm dan biomassa berkisar antara 9-12 ton bobot kering per ha. Berdasarkan hasil pengamatan saat penelitian, tanaman yang berumur 17 MST memiliki tingkat persentase penutupan tanah tertinggi hanya sebesar 36%. Salah satu faktor yang menyebabkan hasil tersebut sangat berbeda karena tanah pada lokasi penelitian termasuk dalam kategori tanah kritis dan tidak layak untuk dilakukan penanaman (Lampiran 7). Blanchart (2006) menyatakan bahwa tanaman pokok yang diberikan perlakuan mucuna selama 3.5 bulan dapat meningkatkan kandungan C organik di dalam tanah yang memiliki tekstur liat berpasir (ph 5-5.5), meningkatkan ketersediaan unsur hara, meningkatkan agregat tanah dan mengurangi erosi. Penanaman mucuna juga dapat meningkatkan jumlah kepadatan makrofauna 2-4 kali lebih banyak dibandingkan tanaman yang hanya diberi perlakuan NPK.

22 39 Tanaman M. bracteata dan tanaman C. pubescens dapat merambat dengan cepat pada bagian-bagian yang kosong atau merambat pada pohon kelapa sawit. Selain itu, tanaman tersebut dapat berkompetisi dengan gulma yang terdapat pada lokasi. Tanaman M. bracteata dan tanaman C. pubescens merupakan salah satu kombinasi penanaman dari jenis LCC yang dapat diterapkan di lapang. Gambar 13 merupakan salah satu contoh perkembangan penutupan tanah dengan populasi tan/ha pada kelompok T2 saat tanaman berumur 10 MST dan 15 MST. Penanaman M. bracteata yang dilakukan dekat dengan perakaran sawit dapat meningkatkan kesuburan tanah disekitar perakaran mengingat bahwa tanaman LCC dapat mengikat N₂ di udara menjadi bentuk nitrat yang diperlukan oleh tanaman. Perhitungan penataan maupun jumlah tanaman M. bracteata tersebut tetap diperlukan, hal ini karena sifat tanaman tersebut yang dapat memanjat dan merambat. A B Gambar 13. Perkembangan Penutupan Tanah dengan Populasi tan/ha pada Kelompok Mineral T2 Saat Berumur: (A) 10 MST; (B) 15 MST Gambar 14 di bawah ini terlihat bahwa tanaman M. bracteata hampir menutupi seluruh permukaan dari tanaman sawit, dan dalam kurun waktu beberapa bulan ke depan tanaman tersebut dapat menutupi seluruh permukaan pohon sawit.

23 40 Gambar 14. Tanaman M. bracteata yang Merambat pada Tanaman Sawit Nilai persentase pertumbuhan tanaman selain dipengaruhi oleh panjang tanaman dan laju penutupan tanah juga dipengaruhi oleh jumlah daun dan jumlah cabang. Pertambahan jumlah cabang dan jumlah daun erat kaitannya dengan pertumbuhan panjang tanaman. Semakin tinggi nilai panjang suatu tanaman maka semakin besar nilai jumlah daunnya. Laju penambahan panjang tanaman maupun PPT yang lebih tinggi tidak sebanding dengan laju penambahan jumlah daun dan jumlah cabang. Satu tanaman contoh memiliki jumlah daun sebanyak 3-5 daun setiap minggu, sedangkan laju penambahan jumlah cabang hanya sebanyak 1 cabang setiap 2 minggu. Perbandingan jumlah daun pada tanaman M. bracteata dapat dilihat pada Gambar 15. satu daun pada tanaman M. bracteata terdiri dari 3 helai daun, hal ini mengingat tanaman M. bracteata merupakan tanaman berjenis daun three foliate. (A) (B) (C) Gambar 15. Daun tanaman M. bracteata pada Kisaran: (A) 3-15 Daun; (B) Daun; (C) Daun

24 41 Gambar 15 A merupakan jumlah daun pada kisaran 3-15 daun, Gambar 15b merupakan jumlah daun tanaman M. bracteata pada kisaran daun, sedangkan pada Gambar 15 C merupakan jumlah daun pada kisaran daun. Berdasarkan data hasil penelitian tanaman M. bracteata dengan jumlah populasi tan/ha dapat direkomendasikan untuk kegiatan reklamasi pada tanah T2. Tanaman M. bracteata dengan jumlah populasi 715 tan/ha dapat dimanfaatkan untuk kegiatan reklamasi pada kelompok T1 dan T3. Hal ini berdasarkan pertimbangan perkembangan pertumbuhan panjang tanaman. Nilai persentase penutupan tanah yang diperoleh tidak dimasukkan sebagai bahan pertimbangan karena data yang diperoleh berdasarkan data perambatan dari tanaman M. bracteata dan C. pubescens. Rekomendasi secara umum kegiatan penanaman yang memanfaatkan tanaman M. bracteata sebagai tanaman penutup pada perkebunan-perkebunan dapat memanfaatkan jumlah populasi M. bracteata sebanyak 715 tan/ha. Pemilihan ini dilaksanakan untuk meningkatkan efisiensi biaya operasional baik biaya produksi maupun biaya pemeliharaan pada perkebunan, sedangkan penanaman pada lahan yang kritis dapat memanfaatkan jumlah populasi tanaman sebanyak 1287 tan/ha. Hal ini dilakukan sebagai antisipasi apabila terdapat beberapa tanaman yang mati saat di lapang. Hairiah and Noordwijk (1986), menyatakan tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman perintis yang tidak hanya dapat tumbuh subur pada tanah pemukiman (ph 6), akan tetapi tanaman ini juga dapat tumbuh pada tanah masam dan tidak subur seperti pada daerah Nigeria Selatan (ph 4.3). Ile et al., (1996) menambahkan bahwa tanaman mucuna berpotensi untuk meningkatkan hasil produksi jagung selanjutnya pada tanah masam ultisol (ph 4.3). Tanaman M. bracteata memiliki korelasi positif terhadap hasil produksi jagung, akan tetapi dalam penerapannya harus disertai dengan pengapuran.

25 42 Pengaruh Ukuran Lubang Tanam Terhadap Pertumbuhan Centrosema pubescens Secara umum teknik prosedur di lapang tidak bisa diabaikan begitu saja. semua prosedur-prosedur mulai dari bibit tanaman yang digunakan, dosis pupuk yang diaplikasikan, hingga ukuran lubang tanam harus sesuai dengan standar operasional yang berlaku. Lubang tanam merupakan salah satu faktor yang akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan tanaman. Jika ukuran lubang tanam tidak sesuai dengan standar maka hasil pertumbuhan suatu tanaman menjadi tidak optimal. Gambar 16 menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman C. pubescens pada bagian A merupakan tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam 30 cm x 60 cm, sedangkan Gambar 16B merupakan tanaman yang ditanam hanya dengan ditugal. Gambar 16A menunjukkan bahwa tanaman sudah memiliki banyak cabang dan tanaman telah merambat menutupi permukaan tanah, sedangkan Gambar 16B menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman tersebut terhambat, akan tetapi dilihat dari segi fisiologi tanamannya, bentuk daun pada Gambar 16B lebih baik dibandingkan pada Gambar 16A. A B Gambar 16. Tanaman C. pubescens dengan Ukuran Lubang Tanam: (A) 30cm x 60cm; (B) Ditugal Salah satu faktor yang menyebabkan tingkat pertumbuhan vegetatif tanaman C. pubescens memiliki perkembangan yang baik dengan menggunakan lubang tanam berukuran 30 cm x 60 cm daripada hanya dengan ditugal karena dengan menggunakan ukuran lubang tanam, benih tanaman masih memiliki ruang untuk tumbuh. Sedangkan jika menggunakan tugal,

26 43 ruang benih untuk tumbuh sangat terbatas mengingat dalam satu lubang tanam rata-rata jumlah benih yang dimasukkan berkisar antara benih C. pubescens. Gambar 17A menunjukkan bahwa tanaman C. pubescens dapat merambat ke segala arah pada kondisi lahan yang datar. Bagian B terlihat bahwa tanaman C. pubescens dapat memanjat pada lereng-lereng dan pada akhirnya dapat menutupi permukaan lereng sehingga dapat mengurangi terjadinya longsor. Mengingat kondisi area penelitian merupakan bekas penambangan yang sering terjadi longsor. A B Gambar 17. Perambatan Tanaman C. pubescens: (A) Lahan Datar; (B) Bagian Lereng Tampobolon (1993) menyatakan bahwa agar pertumbuhan tanaman sentro dapat tumbuh optimum di lapang dosis pupuk N yang dapat digunakan adalah sebesar 75 kg N/ha. selain itu disebutkan bahwa saat tanaman berumur 4 bulan besar penutupan tanah tanaman sentro dapat mencapai 84.6%. Nilai ini hampir sama dengan hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa saat tanaman berumur 3 bulan atau 12 MST besar penutupan yang dihasilkan tanaman sentro sebesar 88.90%. Sutaedi (2005) menyatakan bahwa tanaman Centrosema pubescens dapat tumbuh baik pada musim kemarau maupun musim penghujan. Saat musim kemarau tanaman memiliki panjang sebesar cm, sedangkan pada musim hujan tanaman Centrosema pubescens memiliki panjang tanaman sebesar cm.

27 44 Pengaruh Kelompok Mineral Terhadap Pertumbuhan Mucuna bracteata dan Centrosema pubescens Berdasarkan hasil pengamatan di lapang terhadap laju pertumbuhan tanaman baik tanaman M. bracteata dan C. pubescens pada setiap minggunya dapat terlihat bahwa pertumbuhan tanaman pada tanah T3 dan T1 lebih baik daripada pada tanah T2. Sedangkan jika dilihat berdasarkan hasil analisis anova dan manova, kelompok mineral tanah tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman M. bracteata dan C. pubescens. Terlepas dari hasil analisis statistik untuk kelompok mineral tersebut, salah satu faktor yang menyebabkan nilai kelompok T1 dan T3 memiliki nilai pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan kelompok T2 adalah nilai tingkat permeabilitas tanah pada kedua tanah tersebut lebih baik daripada pada tanah T2. Pada tanah T1 memiliki tingkat permeabilitas sebesar cm/jam, tanah T3 sebesar cm/jam, sedangkan pada tanah T2 nilai permeabilitas tanah hanya sebesar 1.31 cm/jam. Tingginya tingkat permeabilitas akan berpengaruh terhadap besarnya laju infiltrasi tanah. Semakin tinggi laju infiltrasi memiliki arti bahwa kemampuan air untuk meresap ke dalam tanah semakin tinggi. Mengingat bahwa air merupakan salah satu faktor penting yang sangat dibutuhkan oleh tanaman. Hardjowigeno (1995) menyatakan bahwa air diperlukan tanaman untuk membuat karbohidrat di daun, menjaga hidrasi protoplasma, serta sebagai pengangkut serta mentranslokasikan makananmakanan dan unsur hara. Simatopang (2005) menyatakan bahwa pemberian pupuk kandang dengan dosis minimal 10 ton/ha dapat menurunkan besarnya aliran permukaan. Hal ini karena pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga permeabilitas tanah dapat meningkat dan aliran permukaan dapat diminimalisir. Tanah merupakan sumber unsur hara bagi tanaman, selain itu tanah juga berperan sebagai matriks tempat akar tumbuhan berjangkar dan air tanah tersimpan, serta merupakan tempat unsur-unsur hara dan air ditambahkan (Arsyad, 2005). Namun tanah menjadi tidak berfungsi saat mengalami kerusakan. Hilangnya beberapa unsur hara dari daerah perakaran menyebabkan

28 45 merosotnya kesuburan tanah. Hal ini dapat mengakibatkan tanah menjadi tidak mampu mendukung pertumbuhan tanaman dan produktifitasnya menjadi sangat rendah. Lahan pada lokasi penelitian merupakan salah satu contoh dari tanah yang mengalami kerusakan atau tergolong kategori lahan kritis. Salah satu contoh pentingnya adalah laju pertumbuhan M. bracteata dan C. pubescens pada lokasi penelitian tidak menunjukkan hasil yang maksimal dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Mengingat bahwa baik tanaman M. bracteata maupun C. pubescens merupakan salah satu jenis tanaman LCC yang memiliki daya berkecambah yang tinggi serta toleran terhadap musim kemarau maupun kelembapan tinggi. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan lahan pada lokasi penelitian termasuk dalam jenis lahan kritis. Pertama adalah tanah pada lokasi penelitian memiliki dominansi mineral kuarsa 90% pada fraksi pasir serta mineral kaolinit 90% pada fraksi liat (Lampiran 7). Dominansi kedua mineral menunjukkan bahwa tanah tersebut sangat miskin hara potensial. Unsur hara makro merupakan unsur hara yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah yang besar. Berdasarkan hasil analisis kimia terlihat bahwa kandungan unsur hara makronya tergolong sangat rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan hara yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman hanya bergantung dari kegiatan pemupukan mengingat bahwa hara yang tersedia dalam tanah tergolong sangat rendah atau hampir mendekati tidak ada sama sekali. Faktor lain yang menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak maksimal adalah reaksi tanah (ph). Reaksi tanah adalah suatu ciri atau parameter yang menunjukkan keadaan masam-basa dalam tanah. Menurut Syarief (1986), reaksi tanah sangat mempengaruhi ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Reaksi tanah yang netral, berada pada ph memiliki kandungan unsur hara yang optimum. Kondisi ph tanah yang kurang dari 6.0 menyebabkan ketersediaan unsur molibdinum, fosfor, kalium, belerang, kalsium, dan magnesium menurun dengan cepat. Tanah pada lokasi penelitian memiliki ph yang sangat masam yaitu berkisar antara

29 46 Menurut Buckman dan Brady (1974), nilai ph dibawah unsur Al, Fe, dan Mn menjadi larut dalam jumlah yang banyak sehingga menyebabkan tanaman mengalami keracunan. Akan tetapi berdasarkan hasil penelitian Vlamis (1953), menyatakan bahwa meskipun nilai ph rendah, pertumbuhan tanaman tidak akan terhambat apabila kandungan Al rendah. Sebaliknya pertumbuhan akan terhambat apabila Al cukup tinggi. Berdasarkan hasil penelitian kandungan Al pada lokasi penelitian sangat tinggi. Pada tanah T1 kandungan Al sebesar 47.4 ppm, Tanah T2 sebesar 17.4 ppm, sedangkan pada tanah T3 sebesar 14.6 ppm. Salah satu cara yang dapat mengendalikan kelarutan Al adalah melalui pengapuran. Menurut Kamprath (1970), rekomendasi yang dapat diberikan untuk kegiatan pengapuran sebesar 1 x Aldd. Nilai ini berdasarkan pada nilai rekomendasi untuk tanaman yang toleran terhadap Al. Berdasarkan perhitungan kebutuhan kapur yang diperlukan untuk kelompok T1 adalah sebesar 4.74 ton CaCO 3 /ha, kelompok T2 sebesar 1.74 ton CaCO 3 /ha, serta pada kelompok T3 sebesar 1.46 ton CaCO 3 /ha. Besar pertumbuhan tanaman selain dipengaruhi oleh unsur hara dan ph juga dipengaruhi oleh Kapasitas Tukar Kation (KTK). Supardi (1983) menyatakan bahwa kapasitas tukar kation merupakan kemampuan ion H untuk menggantikan kation-kation yang diperlukan oleh tanaman. Suatu tanah yang mengandung KTK tinggi memerlukan pemupukan kation tertentu dalam jumlah banyak agar dapat tersedia bagi tanaman. Sebaliknya pada tanahtanah yang ber-ktk rendah tidak dianjurkan diberikan dalam jumlah banyak karena kationnya akan mudah tercuci. Tanah pada lokasi penelitian memiliki nilai KTK yang tergolong sangat rendah. Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan nilai KTK tanah adalah meningkatkan kadar bahan organik tanah.

LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN Mucuna bracteata DC. DAN Centrosema pubescens BENTH. PADA EX-BORROW PIT JABUNG TIMUR, JAMBI

LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN Mucuna bracteata DC. DAN Centrosema pubescens BENTH. PADA EX-BORROW PIT JABUNG TIMUR, JAMBI i LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN Mucuna bracteata DC. DAN Centrosema pubescens BENTH. PADA EX-BORROW PIT JABUNG TIMUR, JAMBI HILDA AULIA A24063473 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Sifat Kimia dan Fisik Latosol sebelum Percobaan serta Komposisi Kimia Pupuk Organik Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga dan komposisi kimia pupuk organik yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. 3 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia Latosol Darmaga Latosol (Inceptisol) merupakan salah satu macam tanah pada lahan kering yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Tanah Awal Podsolik Jasinga Hasil analisis kimia dan fisik Podsolik Jasinga disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan kriteria PPT (1983), Podsolik Jasinga

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Tanah Hasil analisis contoh tanah pada lokasi percobaan dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan hasil analisis tanah pada lokasi percobaan, tingkat kemasaman tanah termasuk

Lebih terperinci

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK

Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah ABSTRAK Pengaruh Vermikompos terhadap Perubahan Kemasaman (ph) dan P-tersedia Tanah Oleh: A. Madjid Rohim 1), A. Napoleon 1), Momon Sodik Imanuddin 1), dan Silvia Rossa 2), 1) Dosen Jurusan Tanah dan Program Studi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor

II. TINJAUAN PUSTAKA. menunjang pertumbuhan suatu jenis tanaman pada lingkungan dengan faktor II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menyediakan unsur hara, pada takaran dan kesetimbangan tertentu secara berkesinambung, untuk menunjang pertumbuhan

Lebih terperinci

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG

ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG ANALISIS TANAH SEBAGAI INDIKATOR TINGKAT KESUBURAN LAHAN BUDIDAYA PERTANIAN DI KOTA SEMARANG Rossi Prabowo 1*,Renan Subantoro 1 1 Jurusan Agrobisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Wahid Hasyim Semarang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Kimia Hasil analisis sifat kimia tanah sebelum diberi perlakuan dapat dilihat pada lampiran 2. Penilaian terhadap sifat kimia tanah yang mengacu pada kriteria Penilaian

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 16 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Analisis Tanah Awal Karakteristik Latosol Cimulang yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 2 dengan kriteria ditentukan menurut acuan Pusat Peneltian Tanah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Karakteristik Latosol Cikabayan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahan tanah yang digunakan dalam percobaan pupuk organik granul yang dilaksanakan di rumah kaca University Farm IPB di Cikabayan, diambil

Lebih terperinci

IV. HASIL PENELITIAN

IV. HASIL PENELITIAN IV. HASIL PENELITIAN Karakterisasi Tanah Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tanah Ultisol memiliki tekstur lempung dan bersifat masam (Tabel 2). Selisih antara ph H,O dan ph KC1 adalah 0,4; berarti

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Karakteristik Tanah di Lahan Percobaan Berdasarkan kriteria Staf Pusat Penelitian Tanah (1983), karakteristik Latosol Dramaga yang digunakan dalam percobaan disajikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian 5.1.1 Sifat Kimia Tanah Data sekunder hasil analisis kimia tanah yang diamati yaitu ph tanah, C-Org, N Total, P Bray, kation basa (Ca, Mg, K, Na), kapasitas

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pertumbuhan Vegetatif Dosis pupuk kandang berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman (Lampiran 5). Pada umur 2-9 MST, pemberian pupuk kandang menghasilkan nilai lebih

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi KAJIAN TEKNOLOGI REKLAMASI LAHAN PASCA TAMBANG BATU BARA DI PROVINSI JAMBI Rima Purnamayani, Jon Hendri, Hendri Purnama, Busyra, Nur Imdah, Salam Lubis Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi www.jambi.litbang.pertanian.go.id

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Lahan 4. 1. 1. Sifat Kimia Tanah yang digunakan Tanah pada lahan penelitian termasuk jenis tanah Latosol pada sistem PPT sedangkan pada sistem Taksonomi, Tanah tersebut

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sifat dan Ciri Tanah Ultisol. Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol di Indonesia merupakan bagian terluas dari lahan kering yang tersebar luas di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya serta sebagian kecil di pulau

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Sifat Kimia Tanah Sifat kimia tanah biasanya dijadikan sebagai penciri kesuburan tanah. Tanah yang subur mampu menyediakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di Unit Lapangan Pasir Sarongge, University Farm IPB yang memiliki ketinggian 1 200 m dpl. Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Meteorologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisikokimia Tanah Percobaan dan Sifat Kimia Kotoran Sapi 4.1.1. Kakteristik Ultisol Gunung Sindur Hasil analisis pendahuluan sifat-sifat kimia tanah disajikan pada tabel.1.

Lebih terperinci

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap

Latar Belakang. Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap I. PENDAHULUAN Latar Belakang Kalium merupakan salah satu hara makro setelah N dan P yang diserap tanaman dalam jumlah banyak. Pada tanaman jagung hara Kdiserap lebih banyak daripada hara N dan P. Lei

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 2 lokasi penelitian yang digunakan yaitu Harapan dan Inalahi yang terbagi menjadi 4 plot pengamatan terdapat 4 jenis tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Inceptisol Indramayu Inceptisol Indramayu memiliki tekstur lempung liat berdebu dengan persentase pasir, debu, liat masing-masing 38%,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa media tanam yang digunakan berpengaruh terhadap berat spesifik daun (Lampiran 2) dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kasa Fakultas Pertanian USU dan di Laboratorium Analitik Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Tanah Ultisol Tanah Ultisol merupakan jenis tanah mineral yang berada pada daerah temperate sampai tropika, mempunyai horizon argilik atau kandik atau fragipan dengan lapisan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga Berdasarkan kriteria sifat kimia tanah menurut PPT (1983) (Lampiran 2), karakteristik Latosol (Oxic Distrudept) Darmaga (Tabel 2) termasuk

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengamatan Selintas 4.1.1. Keadaan Cuaca Lingkungan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman sebagai faktor eksternal dan faktor internalnya yaitu genetika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia

APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG. M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia APLIKASI PUPUK UREA PADA TANAMAN JAGUNG M. Akil Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Dalam budi daya jagung perlu memperhatikan cara aplikasi pupuk urea yang efisien sehingga pupuk yang diberikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah Berdasarkan hasil analisis fisika dan kimia tempat pelaksanaan penelitian di Desa Dutohe Kecamatan Kabila. pada lapisan olah dengan kedalaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Hasil Analisis Tanah yang digunakan dalam Penelitian Hasil analisis karakteristik tanah yang digunakan dalam percobaan disajikan pada Tabel 5. Dari hasil analisis

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

Nur Rahmah Fithriyah

Nur Rahmah Fithriyah Nur Rahmah Fithriyah 3307 100 074 Mengandung Limbah tahu penyebab pencemaran Bahan Organik Tinggi elon Kangkung cabai Pupuk Cair Untuk mengidentifikasi besar kandungan unsur hara N, P, K dan ph yang terdapat

Lebih terperinci

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman

Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman Pengaruh ph tanah terhadap pertumbuhan tanaman 1. Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap oleh tanaman. Pada umumnya unsur hara akan mudah diserap tanaman pada ph 6-7, karena pada ph tersebut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sifat dan Ciri Tanah Ultisol Ultisol merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran luas, mencapai 45.794.000 ha atau sekitar 25% dari total luas daratan Indonesia.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600- 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sifat Fisik dan Kimia Tanah Awal Sifat fisik tanah di lokasi penelitian dengan jenis tanah Vertisol menunjukkan tekstur lempung liat berdebu. Fraksi tanah yang dominan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia (Subagyo, dkk, 2000). Namun

Lebih terperinci

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH

SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH SIFAT KIMIA TANAH LANJUTAN SIFAT KIMIA TANAH 4. Phosphor (P) Unsur Fosfor (P) dlm tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan & mineral 2 di dlm tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pd ph

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat TINJAUAN PUSTAKA Botani Tomat Tanaman tomat diduga berasal dari Amerika Tengah dan Amerika Selatan terutama Peru dan Ekuador, kemudian menyebar ke Italia, Jerman dan negaranegara Eropa lainnya. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Paremeter pertumbuhan tanaman yang diukur dalam penelitian ini adalah pertambahan tinggi dinyatakan dalam satuan cm dan pertambahan diameter tanaman dinyatakan dalam satuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubikayu merupakan salah satu tanaman penting di Indonesia. Ubikayu merupakan bahan pangan pokok ketiga setelah beras dan jagung. Daunnya dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman kelapa sawit memiliki arti penting bagi pembangunan perkebunan nasional, selain mampu menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat dan juga mengarah pada kesejahteraan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret

Lebih terperinci

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang

Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 3. Lahan Hutan di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 4. Lahan Kebun Campuran di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 5. Lahan Kelapa Sawit umur 4 tahun di Kawasan Hulu DAS Padang Gambar 6. Lahan Kelapa Sawit

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah sebagai sumber daya alam sangat penting dalam meyediakan sebahagian besar kebutuhan hidup manusia, terutama pangan. Pada saat ini kebutuhan akan pangan tidak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai

TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai TINJAUAN PUSTAKA Rumput Afrika (Pennisetum purpureum Schumach cv Afrika) Rumput yang sudah sangat popular di Indonesia saat ini mempunyai berbagai nama antara lain: Elephant grass, Napier grass, Uganda

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion

MATERI-9. Unsur Hara Mikro: Kation & Anion MATERI-9 Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Unsur Hara Mikro: Kation & Anion Pengelolaan tanaman secara intensif, disadari atau tidak, dapat menjadi penyebab munculnya kekurangan ataupun keracunan unsur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU

PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU PENGUJIAN PUPUK TULANG AYAM SEBAGAI BAHAN AMELIORASI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SORGHUM DAN SIFAT- SIFAT KIMIA TANAH PODZOLIK MERAH KUNING PEKANBARU Oleh : Sri Utami Lestari dan Azwin ABSTRAK Pemilihan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. diolah menjadi makanan seperti kue, camilan, dan minyak goreng. kacang tanah dari Negara lain (BPS, 2012). 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu sumber protein nabati yang penting karena mempunyai kandungan protein yang relatif tinggi. Manfaat yang dapat

Lebih terperinci