LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN Mucuna bracteata DC. DAN Centrosema pubescens BENTH. PADA EX-BORROW PIT JABUNG TIMUR, JAMBI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN Mucuna bracteata DC. DAN Centrosema pubescens BENTH. PADA EX-BORROW PIT JABUNG TIMUR, JAMBI"

Transkripsi

1 i LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN Mucuna bracteata DC. DAN Centrosema pubescens BENTH. PADA EX-BORROW PIT JABUNG TIMUR, JAMBI HILDA AULIA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 ii RINGKASAN HILDA AULIA. Laju Penutupan Tanah oleh Pertumbuhan Mucuna bracteata DC. dan Centrosema pubescens BENTH. pada Ex-Borrow Pit Jabung Timur, Jambi. (Dibimbing oleh HERDHATA AGUSTA). Kegiatan dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dimulai bulan Maret hingga Juli Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman Mucuna bracteata pada tiga tingkat populasi dan untuk mengetahui respon pertumbuhan Centrosema pubescens pada dua macam ukuran lubang tanam. Penelitian terdiri dari dua percobaan, dimana masing-masing percobaan menggunakan rancangan acak kelompok satu faktor. Tanaman M. Bracteata diberi perlakuan tingkat populasi tanaman, sedangkan tanaman C. Pubescens diberi perlakuan ukuran lubang tanam. Tingkat populasi tanaman yang digunakan pada percobaan pertama terdiri dari tiga taraf yaitu 715 tanaman/ha, tanaman/ha, serta tanaman/ha. Ukuran lubang tanam yang digunakan pada percobaan kedua terdiri dari dua taraf yaitu ukuran (30 cm x 60 cm) dan yang hanya ditugal. Hasil penelitian pada percobaan M. Bracteata menunjukkan bahwa ratarata pertumbuhan tanaman M. Bracteata tidak berbeda pada setiap satuan percobaan, akan tetapi jika dilihat berdasarkan kelompok pengamatannya, pertumbuhan tanaman M. Bracteata pada ketiga tingkat perlakuan menunjukkan respon pertumbuhan yang berbeda-beda pada setiap parameter pengamatan. Pertumbuhan tanaman yang menggunakan tingkat populasi tanaman/ha memiliki nilai yang lebih tinggi daripada perlakuan tingkat populasi yang lainnya. Percobaan tanaman C. Pubescens menunjukkan bahwa respon tanaman dengan menggunakan ukuran lubang tanam (30 cm x 60 cm) memberikan jumlah populasi yang lebih banyak dibandingkan tanaman yang hanya ditugal, akan tetapi jika dilihat dari bentuk fisiologi daun tanaman C. pubescens terlihat bahwa tanaman yang ditugal memiliki bentuk daun yang lebih lebar dibanding tanaman yang menggunakan ukuran lubang tanam (30 cm x 60 cm).

3 iii LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN Mucuna bracteata DC. DAN Centrosema pubescens BENTH. PADA EX-BORROW PIT JABUNG TIMUR, JAMBI Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor HILDA AULIA A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

4 iv Judul : LAJU PENUTUPAN TANAH OLEH PERTUMBUHAN Mucuna bracteata DC. DAN Centrosema pubescens BENTH. PADA EX-BORROW PIT JABUNG TIMUR, JAMBI Nama : HILDA AULIA NRP : A Menyetujui Dosen Pembimbing Dr. Ir. Herdhata Agusta NIP : Mengetahui Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB Dr. Ir. Agus Purwito. Msc. Agr NIP : Tanggal Lulus :

5 v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Probolinggo, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 16 Desember Penulis merupakan anak kedua dari Bapak H. Abdul Kohar (Alm) dan Ibu Hj. Sri Hartini. Tahun 2000 penulis lulus dari SD Sukabumi 2 probolinggo, kemudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP 2 Probolinggo. Selanjutnya penulis lulus dari SMAN 1 Probolinggo pada tahun Tahun 2006 penulis diterima di IPB melalui USMI (Ujian Saringan Masuk IPB). Selanjutnya tahun 2007 penulis diterima sebagai Mahasiswi Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian. Penulis juga aktif di berbagai organisasi mahasiswa. Tahun 2006/2007 sebagai Bendahara OMDA (Organisasi Masyarakat Daerah) Probolinggo, tahun 2007/2009 sebagai sekretaris OMDA Probolinggo. Tahun 2007/2008 sebagai Bendahara UKM, Uni Konservasi Fauna (UKF) IPB, Divisi Karnivora. Tahun 2007 penulis menjadi Bendahara Fieldtrip AGH 43.

6 vi KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayah sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian laju penutupan tanah oleh pertumbuhan Mucuna bracteata DC. dan Centrosema pubescens BENTH. pada Ex-Borrow Pit dilaksanakan terdorong oleh keinginan untuk mengetahui respon pertumbuhan tanaman M. bracteata dan C. pubescens terhadap laju penutupan tanah. Penelitian ini dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi. Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Herdhata Agusta selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan skripsi ini. 2. Ir. Sofyan Zaman dan Ir. Is Hidayat Utomo selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan terhadap penulisan skripsi ini. 3. Bapak Bambang Soemantri, atas bimbingan statistika selama penelitian berlangsung. 4. Bapak Udin, Bapak Otoh di Jambi yang membantu pengamatan di lapang selama penelitian berlangsung. 5. Ibu Sri Hartini, Bapak Zainal Arifin, Bapak Romli, Bapak Zainur, atas doa dan dukungannya selama ini. 6. Teman-teman anggota member Laboratorium Ekotoksikologi yang selalu bisa memberi warna dalam memaknai hidup. 7. Febri, Eka, Ein, teh Didah, Thami, atas dukungan dan bantuannya selama ini. Penulis 31 Mei 2011

7 vii DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 2 Hipotesis... 2 TINJAUAN PUSTAKA... 3 Mucuna bracteata DC... 3 Centrosema pubescens BENTH Warna dan Mineral Tanah... 6 METODOLOGI... 8 Tempat dan Waktu... 8 Bahan dan Alat... 8 Metode Percobaan... 8 Pelaksanaan Percobaan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii ix x

8 viii DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian Analisis Mineral Liat Tanah Nilai Pengamatan Warna Tanah Pada Lokasi Penelitian Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Data pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Berdasarkan Mineral Tanah Data pengamatan M. bracteata yang berumur 15 MST Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 15 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 17 MST Data Pengamatan M. bracteata yang berumur 17 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Data Pertumbuhan Panjang Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST Data Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam pada 8, 10, 12, dan 15 MST Data Kadar Air Tanaman C. pubescens Data Kadar Air dan ph Tanah di Lokasi Penelitian... 36

9 ix DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1. Proses Pembentukan Nodul Akar pada Tanaman Legum Bagan Pembentukan Mineral Liat dalam Tanah Layout Penempatan M. bracteata pada Segiempat Kelapa Sawit Layout Percobaan Tanaman Mucuna bracteata Layout Percobaan Tanaman Centrosema pubescens Data Curah Hujan Bulan Januari-Oktober Lokasi Awal Sebelum Penanaman LCC: (A) Lahan Gersang; Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T Grafik Pertumbuhan Panjang C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30cm x 60 cm; (B) Ditugal Grafik Persentase Penutupan Tanah Tanaman C. pubescens Berdasarkan Mineral Tanah pada: (A) Ukuran Lubang Tanam 30cm x 60 cm; (B) Ditugal Perkembangan Penutupan Tanah dengan Populasi tan/ha pada Kelompok Mineral T2 Saat Berumur: (A) 10 MST; (B) 15 MST Tanaman M. bracteata yang Merambat pada Tanaman Sawit Jumlah Daun tanaman M. bracteata pada Kisaran: (A) 3-15 Daun; (B) Daun; (C) Daun Tanaman C. pubescens dengan Ukuran Lubang Tanam: (A) 30cm x 60cm; (B) Ditugal Perambatan Tanaman C. pubescens... 43

10 x DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kriteria Kesuburan Tanah Hasil Analisis uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada tanaman M. bracteata Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman M. bracteata Pengaruh Tingkat Populasi Tanaman Hasil Analisis Korelasi Tanaman M. bracteata saat berumur 10, 11, dan 17 MST Sidik Ragam Pertumbuhan Tanaman C. pubescens Pengaruh Ukuran Lubang Tanam Hasil Analisis Uji Lanjut Hsu Multiple Comparison to the Best pada Tanaman C. pubescens Terhadap Panjang Tanaman dan Persentase Penutupan Tanah Kondisi Umum Lokasi Penelitian Data Pengamatan Tanaman M. bracteata Selama Penelitian Data Pengamatan Tanaman C. pubescens Selama Penelitian... 74

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lahan kritis merupakan lahan yang telah mengalami kerusakan secara fisik, kimia, dan biologis atau lahan yang tidak memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan data Badan Pengelolaan DAS (Daerah Aliran Sungai) Propinsi Jambi tahun 2007 menyebutkan bahwa lebih dari 2.2 juta ha lahan di Jambi termasuk dalam kategori lahan kritis. Lahan pada daerah Jabung Timur, Jambi juga termasuk dalam kategori lahan kritis. Lahan tersebut merupakan lahan bekas kegiatan Ex-Borrow Pit. Kendala fisik yang dapat ditimbulkan akibat adanya lahan kritis yaitu struktur tanah rusak, tekstur kasar, peka terhadap erosi, kemampuan memegang air rendah, sedangkan kendala kimia yang ditimbulkan yaitu nilai ph dan kapasitas tukar kation yang rendah, kandungan unsur hara dan bahan organik yang rendah serta kandungan logam berat yang tinggi pada tanah. Perbaikan sifat fisik tanah pada lahan kritis diperlukan pengelolaan dan upaya khusus, sehingga tanah dapat berfungsi kembali sebagai media tumbuh tanaman. Cara yang paling tepat digunakan adalah meningkatkan persentase lahan yang tertutupi oleh tanaman hingga mencapai 80% secara cepat, sehingga erosi dapat dikurangi dan dihentikan untuk menjaga konservasi lingkungan. Perbaikan kondisi tanah timbunan setelah penggalian dapat dilakukan melalui beberapa langkah meliputi: menambahkan lapisan tanah yang baik, bahan ameliorant dan pupuk, menanam tanaman penutup tanah jenis legum dan rumput, serta melakukan pencucian garam-garam. Bahan organik merupakan amelioran terbaik untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Bahan organik dapat meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat atau menahan air, sebagai perekat dalam pembentukan dan pemantapan agregat tanah. Bahan organik dapat berupa pupuk kandang, kompos, sekam, maupun Legume Cover Crop (LCC) atau tanaman penutup tanah. Penggunaan LCC merupakan salah satu cara yang tepat untuk memperbaiki atau menjaga kesuburan tanah dengan menekan gulma yang ada, mengurangi laju erosi, serta meningkatkan ketersediaan karbon dan nitrogen

12 2 dalam tanah (Choudhary, 1993; Barthes, 2004). Pemilihan jenis tanaman penutup tanah dan jenis tanaman pioner sangat menentukan keberhasilan rehabilitasi lahan. Tanaman penutup yang baik adalah tanaman yang memiliki kriteria mudah ditanam, cepat tumbuh dan rapat, bersimbiosis dengan bakteri ataupun fungi yang menguntungkan, menghasilkan biomassa yang melimpah dan mudah terdekomposisi, tidak berkompetisi dengan tanaman pokok serta tidak melilit (Ambodo, 2008). Tanaman legum yang dapat digunakan antara lain adalah Centrosema pubescens dan Mucuna bracteata. Tanaman M. bracteata dikenal sebagai tanaman yang sangat toleran dan dapat tumbuh dengan baik pada berbagai jenis tanah. Tanaman M. Bracteata yang ditanam dapat menggemburkan tanah, sehingga untuk tanaman pokok selanjutnya tidak diperlukan pengolahan tanah terlebih dahulu. Tujuan 1. Mempelajari respon pertumbuhan tanaman Mucuna bracteata pada tiga tingkat populasi tanaman. 2. Mempelajari respon pertumbuhan tanaman Centrosema pubescens pada dua macam ukuran lubang tanam. Hipotesis Respon yang diberikan tanaman Mucuna bracteata dan Centrosema pubescens berbeda-beda pada berbagai perlakuan yang diberikan.

13 3 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam secara luas sebagai penutup tanah di Perkebunan Karet Kerala, India Selatan. Tanaman ini pertama kali ditanam sebagai tanaman pakan hijau (CSIR, 1962; Duke, 1981; Wilmot-Dear, 1984). Mucuna bracteata memiliki daun trifoliat berwarna hijau gelap dengan ukuran 15 cm x 10 cm. Helaian daun akan menutup apabila suhu lingkungan terlalu tinggi (termonasti), sehingga sangat efisien dalam mengurangi penguapan permukaan. Ketebalan vegetasi Mucuna bracteata dapat mencapai cm dari permukaan tanah. Harahap et al. (2008) menyatakan bahwa pada kultur teknis yang standar, laju penutupan kacangan pada masa awal penanaman dapat mencapai 2-3 m 2 per bulan. Penutupan areal secara sempurna dicapai saat memasuki tahun ke-2 dengan ketebalan vegetasi berkisar cm dan biomassa berkisar antara 9-12 ton bobot kering per ha. Hara nitrogen pada tumbuhan kacang-kacangan sebanyak 66% berasal dari gas N 2 hasil simbiosis dengan bakteri rhizobium. Fiksasi nitrogen yang dilakukan oleh tanaman kacang-kacangan sering mengalami hambatan. Fiksasi nitrogen dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti ph tanah, kandungan nutrisi yang minimum, suhu yang terlampau ekstrim, kelebihan atau kekurangan kandungan air dalam tanah (Vissoh, 2005). Proses pembentukan bintil akar terjadi ketika bakteri rhizobium melekat pada rambut akar (Gambar 1). Rambut akar akan memberikan respon dengan membelokkan akar. Tahapan selanjutnya bakteri akan melakukan penetrasi terhadap dinding sel dan melakukan interaksi dengan membran sel. Dinding sel yang bersifat sintetis pada rambut akar mengarahkan pada kegiatan penetrasi. Rambut akar tetap mengalami pertumbuhan dan dinding sel mulai membelah.

14 4 \ 9 Gambar 1. Proses Pembentukan Nodul Akar pada Tanaman Legum (Ahmadjian, 1986) Selama proses penetrasi berlangsung, hasil infeksi tersebut akan membentuk suatu gumpalan seperti benang dan tumbuh pada lapisan korteks akar dan inti sel mulai mengganda. Gumpalan pada lapisan korteks mengandung sel rhizobium yang menyelimuti bahan-bahan kimia yang telah dilipatgandakan (Ahmadjian dan Paracer, 1986). Berdasarkan pengaruhnya terhadap kesuburan tanah ternyata tanaman penutup tanah Mucuna bracteata memenuhi syarat sebagai tanaman penutup tanah. Tanaman ini penghasil bahan organik yang tinggi dan akan sangat bermanfaat jika ditanam di daerah yang sering mengalami kekeringan dan pada daerah dengan kandungan bahan organik rendah. Subronto dan Harahap (2002) menyatakan nilai nutrisi dalam jumlah serasah yang dihasilkan pada naungan sebanyak 8.7 ton (setara dengan 236 kg NPKMg dengan 75-83% N), dan pada daerah terbuka sebanyak 19.6 ton (setara dengan 513 kg NPKMg dengan 75-83% N). Tanaman Pueraria japonica hanya menghasilkan 4.8 ton serasah yang ekuivalen dengan 173 kg (NPKMg). Kandungan C, total P, K tertukar dan KTK dalam tanah yang ditumbuhi M. bracteata meningkat sangat tajam dibanding dengan lahan vang ditumbuhi gulma.

15 5 Centrosema pubescens BENTH. Centrosema pubescens termasuk tanaman sub famili Papilionaceae dari familia Leguminoceae. Spesies ini berasal dari Amerika Selatan. Tanaman ini merupakan salah satu tanaman jenis legum yang paling luas penyebarannya di kawasan tropis lembab. Tanaman C. pubescens mengalami introduksi pada kawasan Asia Tenggara dari kawasan tropis Amerika sejak abad ke 19 atau lebih awal. Saat ini tanaman C. pubescens dapat tumbuh alami di dataran-dataran rendah di Jawa. Tanaman C. pubescens merupakan salah satu tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Reksohadiprodjo (1981) menyatakan bahwa tanaman C. pubescens termasuk tanaman legum yang tahan terhadap kondisi kering dan dapat ditanam pada naungan. Batang tanaman dapat mencapai 5 m dan agak berbulu, berdaun tiga pada tangkainya, daun berbentuk elips agak kasar dan berbulu lembut pada kedua permukaanya. Smith (1985) menambahkan bahwa bunga tanaman C. Pubescens berbentuk kupu-kupu berwarna violet keputihputihan, panjang buah polong antara 9-17 cm berwarna hijau pada saat muda dan berubah menjadi kecoklat-coklatan setelah tua. Tanaman C. pubescens merupakan tanaman yang berumur panjang yang bersifat merambat dan memanjat. Smith (1985) menambahkan bahwa tanaman ini dapat tumbuh baik pada tanah asam dan tingkat drainase yang buruk. Sarief (1986) menambahkan bahwa tanaman C. pubescens dapat tumbuh baik pada berbagai tipe tanah. Tanaman C. Pubescens dapat tumbuh pada ph antara Kisaran ph optimum yang dapat mendukung pertumbuhan nodul akar adalah Tanaman C. pubescens cukup toleran pada kadar Mangan (Mn) di tanah yang tinggi, namun terdapat keterkaitan antara keracunan Mn dengan tingkat ph rendah pada tanah-tanah asam. Maka hal ini dapat diperbaiki dengan memperhatikan batasan kadar Mn dan ph tanah. Tanaman C. pubescens dapat tumbuh baik bersama spesies tumbuhan lain di padang rumput atau sebagai penutup tanah pada areal tanaman pertanian. Tanah yang kekurangan mineral dapat diperbaiki dengan inokulasi benih dengan bradyrhizobium.

16 6 Warna dan Mineral Tanah Warna tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang digunakan untuk mendeskripsikan karakter tanah. Warna tanah tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap tanaman, tetapi secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap temperatur dan kelembapan tanah (Hardjowigeno, 2003). Menurut Hardjowigeno (1995), warna tanah berfungsi sebagai penunjuk dari sifat tanah. Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan warna permukaan tanah yaitu perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik, maka warna tanah semakin gelap. Hardjowigeno (2003), menambahkan bahwa semakin gelap warna tanah maka semakin tinggi produktivitasnya. Jenis mineral merupakan salah satu penyebab dari warna tanah. Mineral tanah adalah mineral yang terkandung di dalam tanah dan merupakan salah satu bahan utama penyusun tanah. Mineral dalam tanah berasal dari pelapukan fisika dan kimia dari batuan yang merupakan bahan induk tanah. Menurut Sjarif (1991), mineral primer adalah mineral yang berasal langsung dari batuan yang mengalami pelapukan. Mineral primer pada umumnya mempunyai ukuran butir fraksi pasir dan debu ( mm), sedangkan mineral sekunder (mineral liat) adalah mineral hasil pembentukan baru atau hasil pelapukan mineral primer yang terjadi selama proses pembentukan tanah yang komposisi maupun strukturnya sudah berbeda dengan mineral yang terlapuk. Mineral ini memiliki ukuran kurang dari 0.05 mm. Semua mineral primer dan mineral liat akan berakhir pada pembentukan liat kaolinit (Gambar 2). Pembentukan ilit yang mewakili hidrus mika dapat didominasi proses alterasi. Ilit dapat berbentuk montmorillonit bila dijumpai banyak kalium (K), dan illit juga dapat terbentuk dari kaolinit bila ada kelebihan Kalium. Liat kaolinit terbentuk setelah mineral primer mengalami dekomposisi, kation logam habis tercuci alumunium, dan silikat yang larut akan berkristalisasi membentuk kaolinit..

17 7 Bahan Induk (Alumunium Silikat Primer) Mg.Ca. Fe 2 K. Na. Ca. Fe 3 Oksidasi Montmorillonit Oksidasi/Leaching Leaching -K + Mg Reduksi +Mg Hidrous Mika (illit) -K Kaolinit +K Gambar 2. Bagan Pembentukan Mineral Liat dalam Tanah (Milner, 1940) Sarief (1986), menyatakan bahwa mineral kaolinit memiliki sifat diantaranya: ditemukan pada tanah-tanah dengan pelapukan lanjut seperti tanah oxisol, ultisol dan entisol. Termasuk dalam kategori mineral liat tipe 1:1 dimana tiap gugus unit terdiri dari satu gugus Si tetrahedral dan 1 gugus Al-oktahedral. Mineral kaolinit memiliki nilai KTK (Kapasitas Tukar kation) yang rendah yaitu sebesar 3-5 me/100g. Mineral illit merupakan saalh satu dari golongan mika dan termasuk dalam jenis mineral liat bertipe 2:1. Memiliki nilai KTK pada kisaran me/100g, sedangkan mineral goetit merupakan hasil oksidasi dari besi. Mineral ini terbentuk dari pelapukan yang cepat sebagai akibat dari pelapukan kaolinit.

18 8 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di daerah Jabung Timur, Jambi. Lokasi penelitian terletak pada ketinggian 31 m dpl. Penanaman M. bracteata dilakukan diantara tanaman kelapa sawit dengan jarak tanam (90 cm x 90 cm x 90 cm). Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli Bahan dan Alat Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah kompos, urea, kapur, KCL 1M, akuades, Centrocema pubescens dan Mucuna bracteata. Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain: ph meter, timbangan analitik, alat tulis, GPS 76 CSX, dan kuadran. Metode Percobaan 1. Percobaan Pertama (M. Bracteata) Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan satu perlakuan. Jumlah populasi tanaman yang digunakan adalah 715 tanaman/ha (tan/ha), tan/ha serta tan/ha. Penataan tanaman M. Bracteata pada segiempat kelapa sawit dalam setiap satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 3. Pengamatan di lapang menunjukkan bahwa terdapat degradasi warna tanah pada lokasi penelitian, dimana secara visual lahan terbagi menjadi tiga bagian yaitu lahan yang berwarna kemerahan (kelompok T1), berwarna putih (kelompok T2), dan berwarna kecoklatan (kelompok T3). Percobaan ini dilakukan pengulangan sebanyak sembilan kali, serta pada setiap satuan percobaan masing-masing menggunakan dua satuan contoh, sehingga terdapat 54 satuan pengamatan (Gambar 4). Pengamatan terdiri dari : C1 = Populasi ke-1 (715 tan/ha) pada kelompok mineral liat T1 C2 = Populasi ke-1 (715 tan/ha) pada kelompok mineral liat T2 C3 = Populasi ke-1 (715 tan/ha) pada kelompok mineral liat T3 C4 = Populasi ke-2 (1 287 tan/ha) pada kelompok mineral liat T1

19 9 C5 = Populasi ke-2 (1 287 tan/ha) pada kelompok mineral liat T2 C6 = Populasi ke-2 (1 287 tan/ha) pada kelompok mineral liat T3 C7 = Populasi ke-3 (3 003 tan/ha) pada kelompok mineral liat T1 C8 = Populasi ke-3 (3 003 tan/ha) pada kelompok mineral liat T2 C9 = Populasi ke-3 (3 003 tan/ha) pada kelompok mineral liat T3 Model statistika yang digunakan adalah: Yij = µ + Pi + εij Keterangan: I = 1,2,3,dan j = 1,2,3,..,9 Yij = Nilai pengamatan faktor jumlah populasi tanaman sebagai taraf ke-i serta pengulangan pada taraf ke-j µ = Rataan umum P i = Pengaruh perlakuan tingkat populasi tanaman ε ij = Pengaruh acak yang menyebar normal Data yang diuji dianalisis secara statistik dengan anova (analize of variance) pada taraf 5 %. Jika hasil analisis menunjukkan hasil yang signifikan maka akan dilakukan uji lanjut Hsu Multiple Comparison to the Best (MCB) pada taraf 5 %. Prinsip kerja Hsu MCB method yaitu membandingkan nilai tengah perlakuan hasil pengamatan dengan nilai tengah terbaik pada perlakuan yang lainnya. 2. Percobaan Kedua (C. Pubescens) Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah Rancangan Acak kelompok (RAK) dengan satu perlakuan. Perlakuan lubang tanam yang dilakukan adalah dengan menggunakan ukuran 30 cm x 60 cm serta perlakuan yang hanya ditugal. Masing-masing ukuran lubang tanam memiliki kedalaman sebesar 20 cm. Masing-masing ukuran lubang tanam memiliki kedalaman sedalam 20 cm. Setiap satuan percobaan dilakukan pengulangan sebanyak sepuluh kali dengan masingmasing menggunakan dua satuan contoh, sehingga terdapat 40 satuan pengamatan (Gambar 5). Pengamatan terdiri dari : P1 = Lubang tanam I (30 cm x 60 cm) pada kelompok mineral liat T1 P2 = Lubang tanam II (ditugal) pada kelompok mineral liat T1

20 10 P3 = Lubang tanam I (30 cm x 60 cm) pada kelompok mineral liat T2 P4 = Lubang tanam II (ditugal) pada kelompok mineral liat T2 P5 = Lubang tanam I (30 cm x 60 cm) pada kelompok mineral liat T3 P6 = Lubang tanam II (ditugal) pada kelompok mineral liat T3 Model statistika rancangan yang digunakan adalah: Yij = µ + L i + εij Keterangan: i = 1,2,3 dan j = 1,2,3,..,10 Y ij = Nilai pengamatan faktor jumlah populasi tanaman sebagai taraf ke-i serta faktor pengulangan sebagai taraf ke-j µ = Rataan umum L i ε ij = Pengaruh perlakuan ukuran lubang tanam = Pengaruh acak yang menyebar normal Data yang diuji dianalisis secara statistik dengan menggunakan anova (analize of variance) pada taraf 5 %, dan jika hasil analisis menunjukkan hasil yang signifikan maka akan dilakukan uji lanjut Hsu Multiple Comparison to the Best (MCB) pda taraf 5 %. Gambar 3. Layout Penempatan M. bracteata pada Segiempat Kelapa Sawit

21 11 T1 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit T2 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit dengan sedikit tambahan mineral illit T3 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit serta sedikit tambahan mineral illit dan goetit Gambar 4. Layout Percobaan Tanaman Mucuna bracteata 11

22 12 T1 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit T2 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit serta sedikit mineral illit T3 = Tanah dengan dominansi mineral kaolinit serta sedikit mineral illit dan goetit Gambar 5. Layout Percobaan Tanaman Centrosema pubescens 12

23 13 Pelaksanaan Percobaan 1. Percobaan Pertama Persiapan Lahan Total lahan yang digunakan 2.3 ha yang tersebar menjadi kelompok T1, T2, dan T3. Setiap satuan percobaan dilaksanakan diantara tanaman kelapa sawit yang memiliki jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Tanaman kelapa sawit tersebut kurang mengalami perawatan. Survey lahan dilakukan sebelum penanaman dengan cara memasang ajir patokan sebagai penanda. Penanaman Media tanam yang digunakan pada saat penanaman awal adalah campuran tanah topsoil sebanyak 1 kg, urea 50 kg/ha, kapur 10 kg/ha, serta kompos sebanyak 4 ton/ha. Penanaman dilakukan diantara segiempat tanaman kelapa sawit yang memiliki ukuran jarak tanam 90 cm x 90 cm x 90 cm. Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman, penyulaman, dan pemupukan tanaman. Penyiraman dilakukan setiap hari selama penelitian berlangsung. Penyulaman dilakukan jika terdapat tanaman yang mati pada saat penanaman awal. Pemupukan dilakukan saat tanaman berumur 9 MST, 20 MST, dan 28 MST. Pengamatan Pengamatan pada bulan pertama setelah penanaman dilaksanakan setiap minggu terhadap semua tanaman. Pengamatan pada bulan kedua hingga bulan keempat dilaksanakan dua minggu sekali. Masing-masing patokan percobaan diambil dua tanaman contoh untuk semua satuan percobaan. Peubah yang diamati meliputi :

24 14 1. Kadar Air Tanah Kadar air tanah dihitung dengan menimbang 5 g contoh tanah kering udara dalam pinggang alumunium yang telah diketahui bobotnya. Perhitungan kadar air dihitung saat tanaman berumur 15 MST. Contoh tanah tersebut dipanaskan pada suhu 105 C selama 24 jam. Tanah yang telah dipanaskan disimpan terlebih dahulu dalam eksikator hingga suhunya mendingin kemudian ditimbang. Bobot yang hilang adalah bobot air. ( M 2 M1) ( M3 M1) Kadar Air = X100% M3 M1 Keterangan: M1 = Berat cawan kosong M2 = Berat cawan + tanah M3 = Berat cawan + tanah setelah dioven 2. ph tanah Pengukuran ph tanah dilakukan dengan menggunakan ph(h 2 O). Prosedur yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rasio 1 : 2.5. Hal ini berarti 10 g sampel tanah dimasukkan ke dalam botol dan dilarutkan dengan 25 ml air aquades. Tanah dikocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok. Suspensi tanah diukur dengan ph meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer ph 7.0 dan ph 4.0. Perhitungan nilai ph dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. 3. Persentase Penutupan Tanah (PPT) Persentase penutupan tanah dilakukan dengan cara menghitung seberapa besar LCC tersebut mampu menutupi bagian permukaan tanah setiap minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan bantuan kawat yang berukuran 1 m x 1 m. Setiap kawat yang digunakan terdapat lubang-lubang kecil yang berukuran 10 cm x 10 cm. Lubang-lubang kecil tersebut untuk mewakili jumlah yang tertutupi oleh tanaman M. bracteata. A % KPT = X100% B Keterangan: A = Jumlah lubang yang tertutupi oleh tanaman M. Bracteata B = Jumlah lubang yang belum tertutupi oleh tanaman M. Bracteata

25 15 4. Pertumbuhan LCC yang meliputi : a. Jumlah sulur, dihitung berdasarkan jumlah sulur induk dan cabang sulur anakan pada setiap minggu. b. Panjang sulur, dihitung dari jumlah sulur yang terpanjang. c. Jumlah daun, dihitung pada setiap tanaman pada setiap minggunya 2. Percobaan Kedua Persiapan Lahan Total lahan yang digunakan 2.3 ha. Ukuran lubang tanam yang digunakan bervariasi yaitu (30 cm x 60 cm) dan yang hanya ditugal. Masing-masing ukuran memiliki kedalaman sebesar 20 cm. lubang tanam yang digunakan diberi media tanam berisi campuran tanah topsoil sebanyak 1 kg, urea 50 kg/ha, kapur 10 kg/ha, serta kompos sebanyak 4 ton/ha. Penanaman Lahan yang telah diolah kemudian ditanami benih tanaman C. pubescens secara bersamaan. Setiap lubang berisi 10 g benih tanaman C. pubescens. Benih yang telah ditanami, diberi larutan soil cement dengan cara disemprotkan pada lubang tanam tersebut. Pemeliharaan Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyulaman, penyiraman, dan penjarangan tanaman. Penyulaman dilakukan jika benih tanaman C. Pubescens banyak yang mati saat penanaman awal. Penjarangan tanaman C. Pubescens dilakukan pada bulan kedua sampai bulan keempat pengamatan. Tujuan penjarangan agar jumlah tanaman C. pubescens pada setiap lubang tanam memiliki jumlah tanaman yang sama. Pemupukan dilakukan saat tanamanberumur 21 MST.

26 16 Pengamatan Pengamatan dilaksanakan setiap dua minggu sekali selama penelitian berlangsung. Masing-masing lubang tanam diambil dua tanaman contoh kemudian dilakukan pengamatan untuk semua satuan percobaan. Peubah yang diamati meliputi : 1. Kadar Air Tanah Kadar air tanah dihitung dengan menimbang 5 g contoh tanah kering udara dalam pinggang alumunium yang telah diketahui bobotnya. Perhitungan kadar air tanah dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Contoh tanah tersebut dipanaskan pada suhu 105 C selama 24 jam. Tanah yang telah dipanaskan disimpan terlebih dahulu dalam eksikator hingga suhunya mendingin kemudian ditimbang. Bobot yang hilang adalah bobot air. ( M 2 M1) ( M 3 M1) Kadar Air = X100% ( M 3 M1) Keterangan: M1 = Berat cawan kosong M2 = Berat cawan + tanah M3 = Berat cawan + tanah setelah dioven 2. ph tanah Pengukuran ph tanah dilakukan dengan menggunakan ph(h 2 O). Prosedur yang dilakukan yaitu dengan menggunakan rasio 1 : 2.5. Perhitungan nilai ph tanah dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Hal ini berarti 10 g sampel tanah dimasukkan ke dalam botol dan dilarutkan dengan 25 ml air aquades. Tanah dikocok selama 30 menit dengan menggunakan mesin pengocok. Suspensi tanah diukur dengan ph meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer ph 7.0 dan ph Persentase Penutupan Tanah (PPT) Persentase penutupan tanah dilakukan dengan cara menghitung seberapa besar LCC tersebut mampu menutupi bagian permukaan tanah setiap minggu. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kawat yang berukuran 1 m x 1 m. Setiap kawat yang digunakan terdapat lubang-lubang

27 17 kecil yang berukuran 10 cm x 10 cm. Lubang-lubang kecil tersebut untuk mewakili jumlah yang tertutupi oleh tanaman M. bracteata. A % KPT = X100% B Keterangan: A = Jumlah lubang yang tertutupi oleh tanaman C. pubescens B = Jumlah lubang yang belum tertutupi oleh tanaman C. pubescens 4. Pertumbuhan LCC yang meliputi : a. Jumlah sulur, dihitung berdasarkan jumlah sulur induk dan cabang sulur anakan setiap minggu. b. Panjang sulur, dihitung dari jumlah sulur yang terpanjang c. Kadar air tanaman, dihitung dengan mengeringanginkan bahan tanaman terlebih dahulu kemudian tanaman di oven selama tiga hari pada suhu 105 C

28 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dengan koordinat S 01º14'44.3" dan E 103º31'19.1". Lokasi penelitian memiliki ketinggian 31 m dpl. Luas area yang digunakan untuk penelitian 2.3 ha. Data curah hujan diperoleh mulai bulan Januari 2010 hingga Oktober Curah hujan teringgi terdapat pada bulan Maret sebesar mm/bulan dengan jumlah hari hujan 16 hari/hujan (Gambar 6). Bulan Maret hingga Juni tingkat curah hujan di lahan mengalami penurunan, hal ini disebabkan memasuki musim kemarau. Gambar 6. Data Curah Hujan Bulan Januari-Oktober 2010 Tanah pada lokasi penelitian memiliki jenis tanah Oxisol dan Inceptisol. Klasifikasi jenis tanah tersebut berdasarkan Peta Satuan Lahan Tanah Lembar Jambi, Sumatera pada tahun 1990 dengan skala 1 : Berdasarkan peta tersebut, lokasi penelitian termasuk dalam kategori Idf 3.1

29 19 yang memiliki arti bahwa lahan tersebut merupakan dataran tuf masam, tuf dan batuan sedimen halus masam, berombak (lereng 3-8%). Gambar 7A dan Gambar 7B menggambarkan bahwa tanah yang terdapat pada lokasi penelitian sering mengalami longsor. A B Gambar 7. Lokasi Awal Sebelum Penanaman LCC: (A) Lahan Gersang; (B) Lahan Mengalami Longsor Hasil analisis kimia (Tabel 1) tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa kadar hara tergolong sangat rendah, ph tanah sangat masam, KTK tanah tergolong sangat rendah, dan bahan organik tergolong sangat rendah. Kriteria kesuburan tanah dapat dilihat pada Lampiran 1. Tabel 1. Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lokasi Penelitian Sifat Fisik / Kimia Kelompok Kriteria**) T1 T2 T3 Tekstur : - Pasir (%) T1 = Liat berdebu - Debu (%) T2= Lempung - Liat (%) T3= lempung liat berpasir ph : H₂O Sangat masam C Organik (%) Sangat rendah N Total (%) Sangat rendah P tersedia (ppm) Sangat rendah Ca (cmol/kg) Sangat rendah Mg (cmol/kg) Sangat rendah K (cmol/kg) Sedang Na (cmol/kg) Sangat tinggi KTK (cmol/kg) Sangat rendah KB (%) Sedang, Tinggi Permeabilitas (cm/jam) Rendah, Tinggi Al dd (me/100g) Tinggi Keterangan: T1 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit(sangat sedikit); T2 = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Sumber:**) Pusat Penelitian Tanah Bogor, 1983

30 20 Analisis kimia dilaksanakan saat survey awal lokasi penelitian pada bulan Januari Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa status kesuburan tanah tergolong sangat rendah, sehingga dalam pengelolaannya diperlukan masukan hara yang tinggi diantaranya pemberian bahan organik, pupuk nitrogen, fosfat, kalium, serta pemberian kapur. Hal ini berdasarkan kriteria kesuburan tanah pusat penelitian tanah tahun Hasil analisis mineral liat (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanah pada lokasi penelitian memiliki dominansi mineral kaolinit pada kelompok T1, T2, dan T3. Kelompok T1 terdapat tambahan mineral illit yang sangat sedikit. Kelompok T2 memiliki tambahan sedikit mineral illit, sedangkan pada kelompok T3 terdapat tambahan sedikit mineral illit dan geotit. Tabel 2. Analisis Mineral Liat Tanah No Kelompok Mineral Tanah**) Kaolinit Goetit Illit 1 T1 ( Kemerahan) (+) 2 T2 (Putih) T3 (Kecoklatan) Keterangan: ++++: Dominan +++: Banyak ++: Sedang +: sedikit (+): sangat sedikit Sumber: **) Laboratorium Mineralogi, Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, November 2010 Hasil pengamatan terhadap warna tanah pada lokasi penelitian berdasarkan alat RGB Color Analyzer menunjukkan bahwa pada kelompok T1 memiliki warnam kemerahan dengan komponen R (Red), G (Green), dan B (Blue) sebesar 243, 102, dan 143 (Tabel 3). Kelompok T2 memiliki warna cenderung putih dengan nilai RGB sebesar (361, 319, 231), sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna kecoklatan dengan nilai RGB sebesar (259, 107, 123). Munsell Color Chart merupakan diagram warna tanah yang digunakan untuk menentukan klasifikasi warna tanah. Munsell color chart disusun menjadi 3 variabel yaitu hue, value, dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya. Value menunjukkan tingkat kecerahan suatu warna. Semakin tinggi value maka semakin terang warna suatu tanah. sedangkan chroma merupakan tingkat gradasi kemurnian

31 21 dari warna tersebut. Semakin tinggi chroma maka semakin murni kemurnian dari spektrum tersebut (Madjid, 2010). Berdasarkan hasil pengamatan kelompok T1 memiliki warna tanah 5R 6/4 yang berarti bahwa memiliki nilai hue = 5R, value = 5, dan chroma = 4 yang secara keseluruhan berwarna merah. Kelompok T1 (Kemerahan) T2 (Putih) T3 (Kecoklatan) Tabel 3. Nilai Pengamatan Warna Tanah Pada Lokasi Penelitian Munsell RGB Color Analyzer Probe Color Chart R G B Hue Sat Lum Hue Val Chr R R R 5 4 Keterangan: R= red; G= green; B= blue; Sat= saturation; Lum= lamination; Val= value; Chr= chroma Kelompok T2 memiliki warna tanah 7.5R 8/1 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 8, dan chroma sebesar 1, dimana secara keseluruhan berwarna putih. Sedangkan pada kelompok T3 memiliki warna tanah 7.5R 5/4 yang berarti pada kelompok T2 memiliki nilai hue sebesar 7.5R, value sebesar 5, dan chroma sebesar 4, dimana secara keseluruhan berwarna coklat. Sjarif (1991) menyebutkan bahwa puncak difraksi pada mineral illit berada pada kisaran 9.9 o A-10.1 o A sedangkan untuk mineral kaolinit berada pada puncak difraksi sebesar 7.15 o A. Berdasarkan grafik hasil x-ray tanah pada lokasi penelitian menunjukkan bahwa mineral kaolinit memiliki nilai puncak difraksi antara o A, mineral illit pada puncak difraksi 10.1 o A, dan mineral goetit terdapat pada puncak difraksi 4.1 o A. Gambar 8 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T1. Hasil grafik tersebut dapat dihitung besar nilai persentase pada masing-masing mineralnya. Nilai persentase tersebut diperoleh dengan menghitung luas area yang berasal dari jarak difraksi pada masing-masing mineral dibagi dengan luas total grafik pada masing-masing kelompok. Nilai persentase untuk mineral kaolinit sebesar 50.06% dan 3.24%.

32 22 Gambar 8. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T1 Kelompok mineral T2 memiliki dominansi mineral kaolinit dan sedikit mineral illit. Besar persentase nilai mineral kaolinit dan mineral illit dapat diperoleh dengan menghitung luas area panjang gelombang masing-masing mineral dibagi dengan luas seluruh grafik pada kelompok T2. Gambar 9 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T2. Nilai persentase mineral kaolinit sebesar 31.24% dan mineral illit sebesar 7.56% Gambar 9. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok Mineral T2

33 23 Gambar 10 menunjukkan grafik mineral liat pada kelompok T3. Hasil analisis kelompok T3 sedikit berbeda dengan hasil analisis mineral pada kelompok T1 dan T2. Hal ini karena pada kelompok t3 terdapat sedikit tambahan mineral illit dan goetit. Besar nilai persentase masing-masing mineral yaitu mineral kaolinit sebesar 30.85%, mineral illit sebsar 2.01%, serta mineral goetit sebsar 3.15%. Gambar 10. Grafik Analisis X-Ray pada Kelompok T3 Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi kegiatan penyiraman dan pemupukan. Kegiatan penyiraman dilakukan pada saat awal penanaman. Hal ini dikarenakan benih membutuhkan cukup air untuk proses pertumbuhan. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu saat tanaman berusia 9 MST, 20 MST, dan 28 MST. Pupuk yang diberikan saat pemupukan pertama merupakan campuran antara pupuk urea 25 kg/ha, dolomite 100 kg/ha, kompos 200 kg/ha, dan KCL 25 kg/ha. Pupuk yang digunakan saat pemupukan kedua adalah pupuk urea sebanyak 200 kg/ha. Pertumbuhan Mucuna bracteata Laju pertumbuhan tanaman merupakan laju perkembangan yang progressif dari suatu organisme tanaman. Laju pertumbuhan tanaman dapat

34 24 dilihat dari pertumbuhan kuantitatif tanaman. Pertumbuhan kuantitatif yang diamati meliputi panjang tanaman, jumlah daun, dan jumlah cabang. Kualitas tanah juga berperan terhadap laju pertumbuhan tanaman. Kualitas tanah yang diamati meliputi kadar air tanah serta tingkat kemasaman tanah (ph). Laju pertumbuhan tanaman diamati pada setiap minggu. Pengamatan dilakukan saat tanaman berumur 10 minggu setelah tanam (MST), 11 MST, 12 MST, 13 MST, dan 15 MST. Hasil analisis anova menunjukkan bahwa perlakuan beberapa tingkat populasi tanaman yang diberikan terhadap tanaman M. bracteata memberikan respon yang sama terhadap parameter pertumbuhan tanaman pada setiap satuan percobaan. Parameter pertumbuhan tersebut meliputi panjang tanaman, persentase penutupan tanah, jumlah daun, jumlah cabang, ph tanah, serta kadar air tanah. Akan tetapi, saat tanaman berumur 11 MST besar persentase penutupan tanah pada perlakuan dengan tingkat populasi tanaman sebesar tan/ha menunjukkan hasil yang terbaik berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best. Hasil analisis ini dapat dilihat pada Lampiran 2. Kelompok mineral tanah pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman M. bracteata. Hasil yang tidak berpengaruh ini mengindikasikan bahwa nilai parameter pertumbuhan tanaman M. bracteata tidak dipengaruhi oleh faktor kelompok mineral tanah. Hasil analisis anova tanaman M. bracteata dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa saat tanaman berumur 10 MST memiliki nilai korelasi yang positif, antara persentase penutupan tanah dengan jumlah daun. Semakin tinggi nilai jumlah daun maka nilai penutupan tanah juga meningkat (Lampiran 4). Saat tanaman memasuki umur 11 MST pertumbuhan panjang tanaman dipengaruhi oleh kelompok mineral tanah. Dapat diindikasikan bahwa salah satu kandungan mineral goetit yang terdapat dalam karakterisasi mineral tanah mempengaruhi nilai panjang tanaman. Pertumbuhan tanaman pada kelompok mineral T3 sedikit lebih baik daripada tanaman pada kelompok mineral T1 dan T2. Hal ini karena kelompok T3 memiliki kandungan mineral goetit sebesar 3.15%, sedangkan pada kelompok T1 dan T2 tidak terdapat adanya mineral goetit.

35 25 Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 10 MST Tabel 4 merupakan data pengamatan tanaman M. bracteata saat tanaman berumur 10 MST. Panjang tanaman pada populasi tanaman/ha (tan/ha) mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 16.61%. Panjang tanaman pada perlakuan 715 tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan sebesar 10.44%. Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Setiap perlakuan populasi tanaman M. bracteata yang berumur 10 MST memiliki jumlah daun dan jumlah cabang yang tidak jauh berbeda. Jumlah daun tanaman M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki dua cabang. Perhitungan nilai kadar air tanah (KA) awal dan ph awal dilakukan saat tanaman berumur 10 MST. Nilai KA tanah pada masing-masing perlakuan populasi tanaman berkisar antara 18.26%-22.43% dan nilai ph berkisar antara Tabel 4. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman KA awal (%) ph awal Hasil pengamatan pertumbuhan tanaman di lapang berdasarkan kelompok mineral tanah menunjukkan bahwa pada kelompok T3 tanaman M. bracteata memiliki panjang sebesar cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 11.89% (Tabel 5). Kelompok T1 memiliki panjang tanaman sebesar cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 13.17%, sedangkan kelompok T2 memiliki panjang sebesar cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 12.72%. Jumlah daun tanaman M. bracteata berkisar antara 4-5 helai/cabang. Satu tanaman contoh memiliki 2 cabang.

36 26 Tabel 5. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 10 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman T1 42, T T Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 11 MST Panjang tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST pada perlakuan tingkat populasi tanaman/ha (tan/ha) mencapai cm. Panjang tanaman pada perlakuan tingkat populasi 715 tan/ha sebesar cm, sedangkan pada perlakuan tan/ha memiliki panjang sebesar cm (Tabel 6). Saat tanaman berumur 11 MST terlihat bahwa pada parameter persentase penutupan tanah dengan menggunakan tingkat populasi tan/ha memiliki pertumbuhan yang terbaik dibandingkan dengan perlakuan populasi 715 tan/ha dan tan/ha. Perlakuan dengan tingkat populasi tan/ha memiliki hasil yang lebih baik daripada perlakuan lainnya. Hal ini karena pada perlakuan 715 tan/ha jika dibandingkan dengan perlakuan tan/ha menunjukkan hasil persentase penutupan tanah yang lebih baik pada perlakuan tan/ha. Selanjutnya pada perlakuan tan/ha dibandingkan dengan perlakuan tan/ha juga menunjukkan bahwa pada perlakuan tan/ha memiliki nilai persentase penutupan tanah yang lebih baik. Besar penutupan tanah pada perlakuan tan/ha sebesar 26.06% sedangkan pada perlakuan 715 tan/ha hanya sebesar 16.17%. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah pertumbuhan tanaman C. pubescens memasuki masa optimum sehingga tanaman tersebut sangat berpengaruh terhadap perhitungan nilai persentase penutupan tanah pada tanaman M. bracteata. Rata-rata peningkatan jumlah daun dan jumlah cabang pada tanaman M. bracteata tidak sebanyak pada

37 27 peningkatan panjang dan penutupan tanah setiap minggunya. Rata-rata jumlah daun hanya sebesar 2-3 daun/cabang. Tabel 6. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman b b a Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan hasil yang signifikan berbeda berdasarkan uji Hsu Multiple Comparison to the Best pada taraf 5% Hasil pengamatan tanaman M. bracteata yang berumur 11 MST berdasarkan kelompok mineral tanah memiliki panjang tanaman mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.10% (Tabel 7). Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok mineral T3 mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 15.25%. Pertumbuhan panjang tanaman pada kelompok T2 mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 18.30%. Tabel 7. Data pengamatan M. bracteata yang Berumur 11 MST Berdasarkan Kelompok Mineral Tanah Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman T T T Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit) Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 13 MST Pengamatan tanaman M. bracteata selanjutnya dilaksanakan dua minggu sekali terhitung saat tanaman M. bracteata berumur 11 MST. Tabel 8 menunjukkan hasil pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur

38 28 13 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 22.22%. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.22%. Sedangkan pada perlakuan tan/ha memiliki panjang tanaman sebesar cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 21.33%. Tabel 8. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman Secara umum pertumbuhan jumlah daun dan jumlah cabang akan berpengaruh terhadap besarnya nilai penutupan tanah. Semakin tinggi nilai jumlah daun dan jumlah cabang, maka besar penutupan tanah oleh tanaman juga semakin tinggi. Saat tanaman berumur 13 MST jumlah daun terbanyak sebanyak 17 daun/cabang terdapat pada perlakuan tan/ha dengan jumlah cabang sebanyak 3 cabang/ tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan panjang tanaman M. bracteata yang berumur 13 MST pada kelompok mineral T3 mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 26.17% (Tabel 9). Tabel 9. Data Pengamatan M. bracteata yang Berumur 13 MST Berdasarkan Mineral Tanah Kelompok Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman T T T Keterangan: T1 (berwarna kemerahan) = Dominan mineral kaolinit dan mineral illit (sangat sedikit); T2 (berwarna putih) = Dominan mineral kaolinit dan illit (sedikit); T3 (berwarna kecoklatan)= Dominan mineral kaolinit dan mineral illit dan goetit(sedikit)

39 29 Panjang tanaman M. bracteata pada kelompok mineral T2 mencapai cm dengan nilai persentase penutupan tanah sebesar 23.78%. Tabel 8 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur 13 MST ada yang mencapai panjang sebesar 1 meter. Pengamatan Tanaman M. bracteata yang Berumur 15 MST Tabel 10 menunjukkan pertumbuhan panjang tanaman M. bracteata saat berumur 15 MST. Pertumbuhan tanaman M. bracteata pada perlakuan 715 tan/ha mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 34.89%. Pertumbuhan pada perlakuan tanaman tan/ha mencapai panjang cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 28.33%, sedangkan pertumbuhan pada perlakuan tan/ha memiliki panjang cm dengan besar persentase penutupan sebesar 37.50%. Tabel 10. Data pengamatan M. bracteata yang berumur 15 MST Populasi (tan/ha) Panjang (cm) Persentase Penutupan Tanah (%) Jumlah Daun (helai/cabang) Jumlah Cabang/ Tanaman KA akhir (%) ph akhir Perhitungan nilai Kadar Air (KA) akhir dan ph akhir dilakukan saat tanaman berumur 15 MST. Nilai KA pada setiap perlakuan memiliki rata-rata yang sama dan tergolong rendah. Nilai KA hanya berkisar antara % sedangkan ph tanah berada pada kisaran angka 4-5. Berdasarkan hasil analisis statistik, panjang tanaman M. bracteata pada kelompok T3 saat berumur 15 MST mencapai cm dengan persentase penutupan tanah sebesar 28.89% (Tabel 11).

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC.

TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. 3 TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata DC. Tanaman M. bracteata merupakan salah satu tanaman kacang-kacangan yang pertama kali ditemukan di areal hutan Negara bagian Tripura, India Utara, dan telah ditanam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Penelitian dilaksanakan di Jabung Timur, Jambi dengan koordinat S 01º14'44.3" dan E 103º31'19.1". Lokasi penelitian memiliki ketinggian 31 m dpl. Luas area yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Lewikopo, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Penanaman rumput B. humidicola dilakukan di lahan pasca tambang semen milik PT. Indocement Tunggal Prakasa, Citeurep, Bogor. Luas petak yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Sifat Fisik Tanah Sifat fisik tanah yang di analisis adalah tekstur tanah, bulk density, porositas, air tersedia, serta permeabilitas. Berikut adalah nilai masing-masing

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 14 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Awal Lahan Bekas Tambang Lahan bekas tambang pasir besi berada di sepanjang pantai selatan desa Ketawangrejo, Kabupaten Purworejo. Timbunan-timbunan pasir yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional

HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan Pupuk Konvensional dan kombinasi POC 3 l/ha dan Pupuk Konvensional IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Analisis Tanah Awal Data hasil analisis tanah awal disajikan pada Tabel Lampiran 2. Berdasarkan Kriteria Penilaian Sifat Kimia dan Fisika Tanah PPT (1983) yang disajikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Mentimun (Cucumis sativus L.) Mentimun dapat diklasifikasikan kedalam Kingdom: Plantae; Divisio: Spermatophyta; Sub divisio: Angiospermae; Kelas : Dikotyledonae;

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kopi Tanaman kopi merupakan tanaman yang dapat mudah tumbuh di Indonesia. Kopi merupakan tanaman dengan perakaran tunggang yang mulai berproduksi sekitar berumur 2 tahun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr) Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya. Susunan morfologi kedelai terdiri dari akar, batang, daun, bunga dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit semula merupakan tanaman yang tumbuh liar di hutan-hutan maupun daerah semak belukar tetapi kemudian dibudidayakan. Sebagai tanaman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kondisi Umum Saat Ini Faktor Fisik Lingkungan Tanah, Air, dan Vegetasi di Kabupaten Kutai Kartanegara Kondisi umum saat ini pada kawasan pasca tambang batubara adalah terjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007).

I. PENDAHULUAN. sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996 dalam Iriany et al., 2007). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, cocok ditanam di wilayah bersuhu tinggi. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. perkebunan. Karena Mucuna bracteata memiliki kelebihan dibandingkan dengan TINJAUAN PUSTAKA Mucuna Bracteata Legum yang berasal dari india ini termasuk tanaman jenis baru yang masuk ke Indonesia untuk digunakan sebagai tanaman penutup tanah di areal perkebunan. Karena Mucuna

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover

BAB I. PENDAHULUAN. Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman penutup tanah atau yang biasa disebut LCC (Legume Cover Crop) merupakan jenis tanaman kacang-kacangan yang biasanya digunakan untuk memperbaiki sifat fisik,

Lebih terperinci

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu:

Metode Penelitian Kerangka penelitian penelitian secara bagan disajikan dalam Gambar 4. Penelitian ini dipilah menjadi tiga tahapan kerja, yaitu: 15 METODOLOGI Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di lapang pada bulan Februari hingga Desember 2006 di Desa Senyawan, Kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat (Gambar 3). Analisis

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor Data statistik menunjukkan bahwa dalam kurun waktu lima belas tahun terakhir, rata-rata

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis tanah lokasi penelitian disajikan pada Lampiran 1. Berbagai sifat kimia tanah yang dijumpai di lokasi penelitian terlihat beragam, berikut diuraikan sifat kimia

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 14 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Sifat Kimia dan Fisik Latosol Darmaga Sifat kimia dan fisik Latosol Darmaga yang digunakan dalam percobaan ini disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat Kimia

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Metode Pembuatan Petak Percobaan Penimbangan Dolomit Penanaman MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan mulai akhir bulan Desember 2011-Mei 2012. Penanaman hijauan bertempat di kebun MT. Farm, Desa Tegal Waru. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Pelaksanaan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pelaksanaan Percobaan dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Propinsi Sumatera Selatan, dari bulan April sampai Agustus 2010. Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Kimia dan Fisik Tanah Sebelum Perlakuan Berdasarkan kriteria penilaian ciri kimia tanah pada Tabel Lampiran 5. (PPT, 1983), Podsolik Jasinga merupakan tanah sangat masam dengan

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Hujan Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh dipermukaan tanah datar selama periode tertentu di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, run off dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Parameter pertumbuhan yang diamati pada penelitian ini adalah diameter batang setinggi dada ( DBH), tinggi total, tinggi bebas cabang (TBC), dan diameter tajuk.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik

TINJAUAN PUSTAKA. legend of soil yang disusun oleh FAO, ultisol mencakup sebagian tanah Laterik TINJAUAN PUSTAKA Ultisol Ultisol adalah tanah mineral yang berada pada daerah temprate sampai tropika, mempunyai horison argilik atau kandik dengan lapisan liat tebal. Dalam legend of soil yang disusun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays L. 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Jagung (Zea mays.l) Tanaman jagung merupakan tanaman asli benua Amerika yang termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan spesies Zea mays

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 13 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Tanah Awal Seperti umumnya tanah-tanah bertekstur pasir, lahan bekas tambang pasir besi memiliki tingkat kesuburan yang rendah. Hasil analisis kimia pada tahap

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah

BAB 3 KIMIA TANAH. Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah Kimia Tanah 23 BAB 3 KIMIA TANAH Kompetensi Dasar: Menjelaskan komponen penyusun, sifat fisika dan sifat kimia di tanah A. Sifat Fisik Tanah Tanah adalah suatu benda alami heterogen yang terdiri atas komponenkomponen

Lebih terperinci

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar)

HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pegaruh Perlakuan terhadap Produksi Hijauan (Bahan Segar) Produksi hijauan segar merupakan banyaknya hasil hijauan yang diperoleh setelah pemanenan terdiri dari rumput

Lebih terperinci

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisik Tanah 5.1.1. Bobot Isi dan Porositas Total Penambahan bahan organik rumput signal pada lahan Kathryn belum menunjukkan pengaruh baik terhadap bobot isi (Tabel

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kombinasi Pupuk Kimia dan Pupuk Organik terhadap Tanaman Jagung Manis Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan unsur hara guna mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di lahan kering dengan kondisi lahan sebelum pertanaman adalah tidak ditanami tanaman selama beberapa bulan dengan gulma yang dominan sebelum

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Waktu, Lokasi Pengambilan Tanah Gambut dan Tempat Penelitian Bahan gambut berasal dari Kabupaten Dumai, Bengkalis, Indragiri Hilir, Siak, dan Kampar, Provinsi Riau dari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau.

Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala. yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya pakan hijauan masih merupakan kendala yang dihadapi oleh para peternak khususnya pada musim kemarau. Pemanfaatan lahan-lahan yang kurang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik

PENDAHULUAN. untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketersediaan pakan khususnya hijauan pakan menjadi salah satu faktor untuk menentukan suatu keberhasilan dari sebuah peternakan ruminansia, baik secara kuantitas maupun

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai

BAHAN DAN METODE. Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pada musim tanam pertama penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai September 2012 oleh Septima (2012). Sedangkan pada musim tanam kedua penelitian dilakukan

Lebih terperinci

REVEGETASI TANAH PADAS EX BORROW PIT BERDOMINANSI KAOLINIT DENGAN Centrosema pubescens Benth. PADA TANAH KEMIRINGAN RENDAH EKA SARI A

REVEGETASI TANAH PADAS EX BORROW PIT BERDOMINANSI KAOLINIT DENGAN Centrosema pubescens Benth. PADA TANAH KEMIRINGAN RENDAH EKA SARI A i REVEGETASI TANAH PADAS EX BORROW PIT BERDOMINANSI KAOLINIT DENGAN Centrosema pubescens Benth. PADA TANAH KEMIRINGAN RENDAH EKA SARI A24062744 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN LEGUM Calopogonium mucunoides, Centrosema pubescens DAN Arachis pintoi SKRIPSI ADETIAS KATANAKAN GINTING E10013243 FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang memiliki prospek pengembangan cukup cerah, Indonesia memiliki luas areal

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia

METODE PENELITIAN. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kulon Progo provinsi DIY. Sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada lahan bekas tambang PT. Aneka Tambang Tbk (ANTAM), Kecamatan Kutoarjo, Kabupaten Purworejo, Jawa tengah pada bulan Maret

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Padi merupakan bahan pangan terpenting di Indonesia mengingat makanan pokok penduduk Indonesia sebagian besar adalah beras. Sementara itu, areal pertanian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Vermikompos Vermikompos adalah pupuk organik yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cacing tanah dalam proses penguraian atau dekomposisi bahan organiknya. Walaupun sebagian

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena

TINJAUAN PUSTAKA. basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena 17 TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Ultisol Kandungan hara pada tanah Ultisol umumnya rendah karena pencucian basa berlangsung intensif, sedangkan kandungan bahan organik rendah karena proses dekomposisi

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS BIOCHARCOAL DAN Rhizobium TERHADAP NODULASI Mucuna bracteata ASAL BIJI DAN STEK

EFEKTIVITAS BIOCHARCOAL DAN Rhizobium TERHADAP NODULASI Mucuna bracteata ASAL BIJI DAN STEK 1 EFEKTIVITAS BIOCHARCOAL DAN Rhizobium TERHADAP NODULASI Mucuna bracteata ASAL BIJI DAN STEK Mardiana Wahyuni dan Meisri Rosinta Saragih Program Studi Budidaya Perkebunan, STIPAP Medan. Jalan Willem Iskandar,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun Kota Sepang Jaya, Kecamatan Labuhan Ratu, Secara geografis Kota Sepang Jaya terletak pada koordinat antara 105 15 23 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor II. TINJAUAN PUSTAKA Lahan merupakan sumberdaya alam strategis bagi pembangunan di sektor pertanian, kehutanan, perumahan, industri, pertambangan dan transportasi.di bidang pertanian, lahan merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH

Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH Dasar Ilmu Tanah semester ganjil 2011/2012 (EHN & SIN) Materi 02: MORFOLOGI TANAH Profil Tanah Irisan / penampang tegak tanah yang menampakan semua horizon sampai ke bahan induk; dalam profil tanah, bagian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Terdapat 11 profil tanah yang diamati dari lahan reklamasi berumur 0, 5, 9, 13 tahun dan lahan hutan. Pada lahan reklamasi berumur 0 tahun dan lahan hutan, masingmasing hanya dibuat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ultisol merupakan salah satu jenis tanah masam yang terbentuk dari bahan bahan induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 13 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Sifat Kimia Tanah Variabel kimia tanah yang diamati adalah ph, C-organik, N Total, P Bray, Kalium, Kalsium, Magnesium, dan KTK. Hasil analisis sifat kimia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan

I. PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pakan dalam usaha bidang peternakan sangat penting karena merupakan bagian yang tidak terpisahkan dan merupakan kunci keberhasilan produksi ternak. Jenis pakan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.) Menurut Fachruddin (2000) tanaman kacang panjang termasuk famili leguminoceae. Klasifikasi tanaman kacang panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena

BAB I PENDAHULUAN. Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tanah marginal merupakan tanah yang memiliki mutu rendah karena adanya beberapa faktor pembatas seperti topografi yang miring, dominasi bahan induk, kandungan unsur

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat

TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Kedelai. diberi nama nodul atau nodul akar. Nodul akar tanaman kedelai umumnya dapat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Budidaya Kedelai Tanaman kedelai dapat mengikat Nitrogen di atmosfer melalui aktivitas bakteri Rhizobium japonicum. Bakteri ini terbentuk di dalam akar tanaman yang diberi nama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan komoditas strategis kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan setelah kedelai dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat. menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses mempengaruhi peserta didik agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya serta menimbulkan perubahan diri sehingga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A.

II. TINJAUAN PUSTAKA A. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Durian 1. Karakteristik tanaman durian Durian (Durio zibethinus Murr.) merupakan salah satu tanaman hasil perkebunan yang telah lama dikenal oleh masyarakat yang pada umumnya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2012 di Dusun Bandungsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Pemberian dan Terhadap Sifat sifat Kimia Tanah Penelitian ini mengevaluasi pengaruh pemberian amelioran bahan humat dan abu terbang terhadap kandungan hara tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Pemberian Bahan Humat dengan Carrier Zeolit terhadap Jumlah Tandan Pemberian bahan humat dengan carrier zeolit tidak berpengaruh nyata meningkatkan jumlah tandan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Penutup Tanah Tanaman penutup tanah adalah tanaman yang khusus ditanam untuk melindungi tanah dari ancaman kerusakan oleh erosi. Selain itu, tanaman penutup tanah juga digunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. Survei dan Pemetaan Tanah. memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu TINJAUAN PUSTAKA Survei dan Pemetaan Tanah Tujuan survey dan pemetaan tanah adalah mengklasifikasikan dan memetakan tanah dengan mengelompokan tanah-tanah yang sama kedalam satu satuan peta tanah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan mulai Oktober 2012 Januari 2013. Penelitian dilaksanakan di PT. MEGA INTEGRATED FARM Kp. Lemah Nendeut

Lebih terperinci

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut.

Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa Barat, dengan ketinggian 725 m di atas permukaan laut. 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Pelaksanaan percobaan berlangsung di Kebun Percobaan dan Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Jawa

Lebih terperinci

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN

VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN VII. KEHARAAN DAN PEMUPUKAN Ubi kayu menghasilkan biomas yang tinggi sehingga unsur hara yang diserap juga tinggi. Jumlah hara yang diserap untuk setiap ton umbi adalah 4,2 6,5 kg N, 1,6 4,1 kg 0 5 dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan TINJAUAN PUSTAKA Ubi Kayu (Manihot esculenta Crantz.) Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan akan menjadi busuk dalam 2-5 hari apabila tanpa mendapat perlakuan pasca panen yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi

PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi PENDAHULUAN Latar Belakang Tanah merupakan salah satu sumber daya alam utama yang berada di bumi dan memiliki pengaruh dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, karena dapat dijadikan sebagai tempat tinggal

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera) ABSTRAK Noverita S.V. Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sisingamangaraja-XII Medan Penelitian

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada.

I. TINJAUAN PUSTAKA. produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kemampuan suatu tanah untuk menghasilkan produk tanaman yang diinginkan pada lingkungan tempat tanah itu berada. Produk tanaman tersebut dapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah

TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Kacang Tanah Tanaman kacang tanah (Arachis hypogaea, L.) merupakan tanaman yang berasal dari benua Amerika, khususnya dari daerah Brazilia (Amerika Selatan). Awalnya kacang tanah

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN:

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: Prosiding Seminar Nasional Biotik 2015 ISBN: 978-602-18962-5-9 PENGARUH JENIS DAN DOSIS BAHAN ORGANIK PADA ENTISOL TERHADAP ph TANAH DAN P-TERSEDIA TANAH Karnilawati 1), Yusnizar 2) dan Zuraida 3) 1) Program

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Konidisi Umum Penelitian Berdasarkan hasil Laboratorium Balai Penelitian Tanah yang dilakukan sebelum aplikasi perlakuan didapatkan hasil bahwa ph H 2 O tanah termasuk masam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 musim ke-44 sampai dengan bulan Desember 2013. Penelitian dilakukan di kebun percobaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Rancangan Percobaan 14 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Leuwikopo dan Laboratorium Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mucuna bracteta 2.1.1 Botani Mucuna bracteata adalah jenis kacangan penutup tanah yang berasal dari dataran tinggi Kerala India Selatan, dapat juga dijumpai di beberapa dataran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop

PENDAHULUAN. Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop PENDAHULUAN Latar Belakang Mucuna bracteata adalah salah satu tanaman Leguminosae Cover Crop (LCC), tanaman merambat ini ditemukan pertama di areal hutan Tri Pura, India Utara dan sudah meluas sebagai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah. lingkungan berhubungan dengan kondisi fisiografi wilayah. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik dan Fisiografi Wilayah Pertumbuhan dan perkembangan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor selain faktor internal dari tanaman itu sendiri yaitu berupa hormon

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kesuburan Tanah Kesuburan tanah adalah kualitas tanah dalam hal kemampuannya untuk menyediakan unsur hara yang cocok dalam jumlah yang cukup serta dalam keseimbangan yang tepat

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanah Ultisol dan Permasalahan Kesuburannya Tanah marginal merupakan tanah yang potensial untuk pertanian. Secara alami kesuburan tanah marginal tergolong rendah. Hal ini ditunjukan

Lebih terperinci