ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI BENGKEL ALSINTAN (ALAT DAN MESIN PERTANIAN) SEDERHANA DAN BENGKEL ALSINTAN BESAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI BENGKEL ALSINTAN (ALAT DAN MESIN PERTANIAN) SEDERHANA DAN BENGKEL ALSINTAN BESAR"

Transkripsi

1 SKRIPSI ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI BENGKEL ALSINTAN (ALAT DAN MESIN PERTANIAN) SEDERHANA DAN BENGKEL ALSINTAN BESAR AZZAH KHOIRUN NISA F DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR i

2 ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI BENGKEL ALSINTAN (ALAT DAN MESIN PERTANIAN) SEDERHANA DAN BENGKEL ALSINTAN BESAR AZZAH KHOIRUN NISA ABSTRACK Noise in some places especially in the work place must be suit to the noise level value. Because the continuous noise makes the fatal effect for the human ear in the curtain time. The allowable value of noise is 85 db(a) for 8 hours. So if the noise out of the noise level value, it must be reduced. The measurement of noise use a digital tool, it s Sound Level Meter. Lighting is one of important factors when doing some kinds of objetcs. The workshops need lighting when making many size of the objetcs. For example when determining the points of the measurement drilling, cutting the metal sheet, setting the small components, etc. The lighting which is needed for doing the workshop activities is 300 lux. The lighting was measured by a digital tool, it was lux meter. The results of the noise and the lighting measurement were entered to the Golden Surfer Software to get the maps of the noise and lighting performance. In the big workshop (PT Agrindo) the noise reached the level 103 db(a) and the lighting reached 5000 lux. The simple workshop (CV Daud Teknik Maju) the noise reached 102 db(a) and the lighting reached 3000 lux. Keyword: noise, lighting i

3 Azzah Khoirun Nisa. F Analisis Tingkat Kebisingan dan Pencahayaan pada Bengkel Alsintan (Alat dan Mesin Pertanian) Sederhana dan Bengkel Alsintan Besar. Dosen Pembimbing: Ir. Mad Yamin, MT. RINGKASAN Bengkel merupakan salah satu tempat terjadinya aktivitas manusia dalam pembuatan peralatan dan mesin. Dengan demikian bengkel harus diatur sedemikian rupa sehingga menjadi lingkungan kerja yang nyaman dan memenuhi syarat ergonimis bagi para pekerja. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui tingkat kebisingan dan pencahayaan di bengkel alsintan CV. Daud Teknik Maju dan PT. Agrindo sekaligus menganalisis pola sebaran kebisingan dan pencahayaan di kedua bengkel tersebut. Kegiatan penelitian ini telah dilaksanakan selama 7 bulan, dimulai bulan Februari dan selesai bulan Agustus Kegiatannya diawali dengan pembuatan proposal, dilanjutkan dengan pengambilan data di lapangan dengan cara pengukuran intensitas kebisingan dan pencahayaan di kedua bengkel alsintan, pengolahan data yang telah diperoleh, studi pustaka dan menganalisis hasil perhitungan. Lokasi penelitian bertempat di bengkel alsintan CV. Daud Teknik Maju di Cibeureum Bogor dan bengkel alsintan PT. Agrindo Surabaya (unit AEU). Dengan menggunakan alat sound level meter sebagai alat ukur intensitas kebisingan dan Lux Meter sebagai alat ukur intensitas cahaya. Hasil pengukuran dalam satuan decibel (db) dan lux. Alat lain yang digunakan yaitu meteran, alat tulis, kamera dan komputer. Pengambilan data pada awalnya dengan melakukan survei lapangan dalam mengukur intensitas kebisingan dan pencahayaan di tempat kerja selama hari kerja sehingga dapat menunjukkan intensitas bising dan membantu mengenali setiap tempat dengan kebisingan yang berbahaya. Metode pengolahan datanya dilakukan dengan cara pembuatan kontur kebisingan dan sebaran pencahayaan menggunakan perangkat lunak Golden Surfer pada masing-masing bengkel selanjutnya menganalisa data hasil pengukuran dan pola kontur keduanya, kemudian dibandingkan dengan Nilai Ambang Batas (NAB) yang telah ditetapkan. Tingkat kebisingan di bengkel CV. Daud Teknik Maju mencapai 102,2 db(a) yang dihasilkan oleh mesin gerinda sehingga kebisinganya termasuk ke dalam jenis kebisingan terputus-putus juga termasuk kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dan fluktuatif (fluctuating noise). Sedangkan sebaran intensitas pencahayaan yang terjadi yaitu antara lux. Daerah dengan tingkat pencahayaan 15 lux adalah daerah yang terjauh dari pantulan cahaya matahari. Sedangkan daerah dengan intensitas pencahayaan sebesar 3000 lux adalah daerah yang ada di bawah pantulan cahaya matahari langsung. Di antara beragam mesin di PT. Agrindo, terdapat mesin yang menghasilkan angka kebisingan sangat tinggi yaitu mesin gerinda jalan mencapai kebisingan 103,56 db(a), mesin cutting wheel (gerinda duduk) mencapai kebisingan 102,83 db(a), mesin potong pelat mencapai kebisingan 101,83 db(a), suara blower i

4 painting mencapai kebisingan 102,28 db(a) dan mesin las listrik mencapai kebisingan 103,04 db(a). Sehingga kebisinganya termasuk ke dalam jenis kebisingan terputus-putus juga termasuk kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dan fluktuatif (fluctuating noise). Sedangkan sebaran intensitas pencahayaan yang terjadi yaitu antara lux. Daerah dengan tingkat pencahayaan 100 lux adalah daerah dalam ruang cat yang menggunakan cahaya lampu. Sedangkan daerah dengan intensitas pencahayaan sebesar 5000 lux adalah daerah yang ada di bawah pantulan cahaya matahari langsung. Bila menurut standar OSHA, waktu yang diijinkan untuk berada di daerah bising di bengkel CV. Daud Teknik Maju adalah 93,6 menit/hari. Menurut standar ISO, lama waktu yang diijinkan berada di daerah itu adalah 9,36 menit/hari. Sedangkan menurut Menaker waktu yang diijinkan untuk berada di daerah tersebut adalah 46,8 jam/hari. Sedangkan untuk PT. Agrindo unit AEU untuk daerah sekitar mesingerinda jalan (intensitas bising tertinggi),t batas maksimum berada di daerah itu menurut standar OSHA, selama 77,28 menit/hari, menurut standar ISO, selama 7,47 menit/hari dan menurut standar atau peraturan Menaker, selama 38,64 menit/hari. Adapun kegiatan-kegiatan di kedua bengkel termasuk ke dalam pekerjaan yang memerlukan ketelitian. Sehingga seperti dituliskan pada tabel 4, cahaya yang dibutuhkan minimal adalah 450 lux. Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa intensitas kebisingan di kedua bengkel berada di atas NAB dan belum sesuai dengan standar yang ditetapkan. Sedangkan intensitas pencahayaan yang ada di kedua bengkel sudah baik akan tetapi perlu lebih dioptimalkan lagi penyebarannya. ii

5 ANALISIS TINGKAT KEBISINGAN DAN PENCAHAYAAN DI BENGKEL ALSINTAN (ALAT DAN MESIN PERTANIAN) SEDERHANA DAN BENGKEL ALSINTAN BESAR AZZAH KHOIRUN NISA F SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor 2010 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR i

6 Judul Skripsi : Analisis Tingkat Kebisingan dan Pencahayaan pada Bengkel Alsintan (Alat dan Mesin Pertanian) Sederhana dan Bengkel Alsintan Besar. Nama : Azzah Khoirun Nisa NIM : F Bogor, Oktober 2010 Menyetujui Dosen Pembimbing Akademik Ir. Mad Yamin, MT NIP Mengetahui Ketua Departemen Teknik Pertanian Dr. Ir. Desrial, M.Eng NIP Tanggal lulus: i

7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jombang Jawa Timur pada tanggal 25 Oktober 1987 dari ayah M. Aminan dan ibu Munasiroh. Penulis merupakan putri ketiga dari empat bersaudara. Penulis memulai pendidikan formalnya pada tahun di RA Muslimat Cermenan Ngoro, tahun di MI Miftahul Ulum Cermenan Ngoro, tahun di MTs Perguruan Muallimat Cukir Jombang, tahun di MA Perguruan Muallimat Cukir Jombang, dan tahun di Institut Pertanian Bogor malalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Penulis memilih mayor Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Selama ini penulis aktif di beberapa organisasi seperti organisasi mahasiswa daerah Jombang (JAC), IMATETANI (Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia), HIMATETA (Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian), dan LDF Al-Fath FATETA IPB. Penulis melaksanakan Praktik Lapangan tahun 2009 di PTPN VIII Goalpara Sukabumi dengan judul Mempelajari Aspek Ergonomika pada Alat dan Mesin Produksi Teh di PTPN VIII Goalpara Sukabumi. Penulis menyelesaikan tugas akhir pada tahun 2010 dengan judul Analisis Tingkat Kebisingan dan Pencahayaan pada Bengkel Alsintan (Alat dan Mesin Pertanian) Sederhana dan Bengkel Alsintan Besar. iii

8 KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji hanya untuk Allah Azza wajalla, Rabb sekalian alam, atas kemudahan dan limpahan kasih sayangnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Shollallahu ala Muhammad. Sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah shollallahu alaihi wasallam. Penyelesain tugas akhir ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan motivasi kepada penulis. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak di bawah ini. 1. Ir. Mad Yamin, MT selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 2. Dr. Ir. Sam Herodian, MS dan Prof. Dr. Ir. Radite Praeko Agus Setiawan, MSi selaku dosen penguji tugas akhir ini. 3. Keluarga tercinta khususnya ayah ibu tersayang (M. Aminan dan Munasiroh) dan kakak adik terkasih (Muhammad Nurul Muzakki, Mariana, Abdul Mufid Anshori, Nasiyatul Insiyah, Robiatul Adawiyah dan Ahmad Nashrullah) yang telah memberikan dukungan materi dan spiritual. 4. CV Daud Teknik Maju Cibeureum Bogor dan PT. Agrindo Surabaya khususnya unit AEU (Agrindo Engineering Unit) yang telah memberi kesempatan penulis untuk melakukan penelitian di sana. 5. Indun, Nana, Yeni dan Fina serta rekan-rekan seperjuangan lainnya yang tergabung dalam Teknik Pertanian angkatan 2006 dan semua pihak yang terlibat yang tidak dapat penulis sebut satu persatu. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik membangun. Semoga karya ini akan bisa bermanfaat. Amin. Bogor, Oktober 2010 Penulis iii

9 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL... i ABSTRAK... ii RINGKASAN... iii PENGESAHAN... vi RIWAYAT HIDUP... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR LAMPIRAN... xiii I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan... 2 II. TINJAUAN PUSTAKA... 3 A. Ergonomika... 3 B. Kebisingan Pengertian Kebisingan Pengaruh Kebisingan Tipe Kebisingan Nilai Ambang Batas... 7 C. Pencahayaan Luminasi Penerangan Ruangan Optimasi Pencahayaan Perhitungan Iluminasi Pencahayaan D. Bengkel Alsintan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu B. Peralatan dan Perlengkapan C. Metode Penelitian ix

10 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel B. Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel C. Pengeruh Kebisingan dan Pencahayaan terhadap Pekerja D. Upaya Pengendalian Kebisingan dan Optimasi Pencahayaan 31 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 Kriteria gangguan percakapan di dalam ruangan Skala tingkat kebisingan Standar kebisingan dan lama waktu yang diijinkan Tingkat penerangan berdasarkan jenis kegiatan Waktu yang aman menurut standar ISO, OSHA, MENAKER Beberapa contoh bahan peredam bunyi Peredaman tingkat kebisingan berbagai jenis pelindung telinga Klasifikasi kuat penerangan Kriteria Iluminasi CV. Daud Teknik Maju dan PT. Agrindo xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1 Bagan alur pengukuran tingkat kebisingan Bagan alur pengukuran tingkat pencahayaan Kontur kebisingan di CV. Daud Teknik Maju Kontur pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju Kontur kebisingan di kebisingan PT. Agrindo Kontur pencahayaan di kebisingan PT. Agrindo Jenis keluhan yang dialami pekerja 29 8 Jenis gangguan yang dialami pekerja Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel sederhana Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel besar (daerah mesin gerinda jalan) Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel besar (daerah mesin gerinda duduk) Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel besar (daerah mesin potong pelat) Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel besar (daerah mesin blower painting) Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel besar (daerah mesin las listrik) xii

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1 Data kebisingan di CV. Daud Teknik Maju Data pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju Data kebisingan di PT. Agrindo Data pencahayaan di PT. Agrindo Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya Skema titik-titik pengukuran Foto-foto kondisi bengkel xiii

14 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ergonomi adalah bidang ilmu yang membahas analisa fenomena peralatan dan fasilitas lingkungan kerja yang berdasarkan kondisi fisiologis dan biometrik pekerja (Gerth, 2004). Pertanian yang sudah berkembang tidak bisa lepas dari mekanisasi pertanian yang identik dengan perkembangan jaman. Hal ini dapat membawa keterkaitan antara bidang pertanian dengan alat-alat pertanian atau mekanisasi pertanian. Sehingga keterlibatan bengkel-bengkel alat dan mesin pertanian pun akan sangat berperan di dalamnya. Dari bengkel-bengkel inilah alat-alat dan mesin pertanian dari peralatan sederhana hingga mesin modern dihasilkan. Tentunya di dalam bengkel jugalah peralatan dan mesin pertanian mendapatkan perawatan dan perbaikan. Bengkel merupakan salah satu tempat terjadinya aktivitas manusia dalam pembuatan peralatan dan mesin. Dengan demikian bengkel harus diatur sedemikian rupa sehingga menjadi lingkungan kerja yang nyaman dan memenuhi syarat ergonimis bagi para pekerja. Tuntutan ini memerlukan perhatian khusus untuk mewujudkannya. Untuk meningkatkan produktivitas yang terdiri dari kualitas dan kontinuitas dari suatu kegiatan berbagai penelitian telah banyak dilakukan. Manfaat dari penerapan ilmu ergonomi dapat diukur dari efisiensi, keselamatan, dan kenyamanan bekerja. Kondisi lingkungan yang baik yaitu kondisi yang memungkinkan manusia melaksanakan kegiatannya dengan optimal, sehat, aman dan selamat. Akan tetapi sudah pasti ada beban kerja yang ditimbulkan apabila terjadi suatu aktivitas atau kerja. Lima faktor yang menyebabkan beban tambahan (Suma mur, 1984) : 1. Faktor fisik : penerangan, suhu udara, kelembaban, cepat rambat cahaya, kebisingan, vibrasi mekanik, radiasi dan tekanan udara. 2. Faktor kimia : gas, uap, debu, kabut, asap, awan, cairan dan benda padat. 3. Faktor biologis : faktor dari tumbuhan dan hewan. 1

15 4. Faktor fisiologi : konstruksi mesin. 5. Faktor mental psikologi : suasana kerja, hubungan antara pekerja dengan pengusaha, pemilihan kerja, dll. Faktor-faktor tersebut dalam jumlah tertentu dapat mengganggu daya kerja seorang pekerja. Seperti halnya penerangan yang tidak cukup intensitasnya di dalam suatu ruang kerja adalah sebab kelelahan mata, kegaduhan (kebisingan) dapat mengganggu daya ingat dan konsentrasi pikiran yang berakibat kelelahan psikologis, dan sikap badan yang salah dapat mengganggu hasil kerja yang menyebabkan timbulnya kelelahan dan kurangnya fungsi maksimal alat-alat tertentu. Sebaliknya, apabila faktorfaktor tersebut dicari manfaatnya akan dapat diciptakan suasana yang serasi. Misalnya, penggunaan musik di tempat kerja, perencanaan manusia-mesin sebaik-baiknya, penerangan yang diatur intensitasnya sesuai dengan kebutuhan, dll. Penerangan di dalam suatu ruang kerja tertentu meliputi : intensitas penerangan, pemberian warna ruang kerja, dan penyebaran cahaya penerangan. Intensitas penerangan (iluminasi) dan warna ruang, sangat mempengaruhi kebutuhan lampu penerangan. B. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui tingkat kebisingan di bengkel alsintan CV. Daud Teknik Maju di Cibeureum Bogor (bengkel alsintan sederhana) dan bengkel alsintan PT. Agrindo Surabaya (bengkel alsintan besar). 2. Mengetahui tingkat pencahayaan di bengkel alsintan CV. Daud Teknik Maju di Cibeureum Bogor (bengkel alsintan sederhana) dan bengkel alsintan PT. Agrindo Surabaya (bengkel alsintan besar). 3. Menganalisis pola sebaran kebisingan di bengkel alsintan CV. Daud Teknik Maju di Cibeureum Bogor (bengkel alsintan sederhana) dan bengkel alsintan PT. Agrindo Surabaya (bengkel alsintan besar). 4. Menganalisis pola sebaran pencahayaan di bengkel alsintan CV. Daud Teknik Maju di Cibeureum Bogor (bengkel alsintan sederhana) dan bengkel alsintan PT. Agrindo Surabaya (bengkel alsintan besar). 2

16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergon berarti kerja dan Nomos berarti aturan dan hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/perancangan. Ergonomika berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah dan di tempat rekreasi. (Nurmianto, 2004). Perkembangan ergonomi terjadi sekitar pertengahan abad ke-20 mulai berkembang disiplin ilmu tentang perancangan peralatan dan fasilitas kerja yang berdasarkan kondisi fisiologi, yang dikenal dengan Ergonomi, di Eropa Barat dikenal dengan istilah Human Factor Engineering atau Human Engineering. Definisi ergonomi yang disebut sebagai human factor yaitu (Wignjosoebroto, 1995) penekanan pada keberadaan manusia dan interaksinya dengan produk, perlengkapan, fasilitas, prosedur dan lingkungan kerjanya sehari-hari. Tujuan human factor yaitu : a. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja, termasuk di dalamnya usaha memaksimalkan keselamatan kerja dan meningkatkan produktivitas kerja. b. Untuk meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan termasuk pengembangan keselamatan kerja, pengurangan kelelahan dan ketegangan kerja, peningkatan kenyamanan dan kepuasan kerja, serta pengembangan kualitas hidup. 3

17 B. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Kebisingan diartikan sebagai suara yang tidak dikehendaki, misalnya yang merintangi terdengarnya suara-suara, musik dan sebagainya atau yang menyebabkan rasa sakit atau yang menghalangi gaya hidup. Kebisingan yaitu bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan (KepMenLH,1996 No.48). Tingkat kebisingan merupakan ukuran energi bunyi yang dinyatakan dengan skala decibel (db). Skala ini merupakan skala logaritmik dan alasan pemakaiannya karena besarnya rentang tekanan dan intensitas suara di lingkungan kita. Intensitas audible (dapat ditangkap indera manusia) adalah hingga 10 W/m 2. Pemakaian skala logaritmik akan berakibat rentang intentsitas suara terkompresi. Alasan lain adalah bahwa respon telinga manusia terhadap dua bunyian didasarkan atas nisbah intensitasnya yang merupakan bentuk perilaku logaritmik. Kualitas suatu bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya (Suma mur, 1996). Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik/hertz (Hz). Suatu kebisingan terdiri dari campuran sejumlah gelombang-gelombang sederhana dari beraneka frekuensi. Intensitas atau arus energi per satuan luas yang dinyatakan dalam desibel (db) dengan memperbandingkannya dengan kekuatan dasar 0,0002 dyne/cm 2 yaitu kekuatan dari bunyi dengan frekuensi 1000 Hz yang tepat didengar oleh telinga manusia, dinyatakan dengan rumus:.. (1) Dengan : SPL (sound pressure level) = aras tekanan suara (db) p = tegangan suara yang bersangkutan (Pa) p o = tegangan suara standar (0,0002 dyne/cm 2 = 2x10-5 Pa) (Sasongko et al. 2000) 4

18 Telinga manusia mampu mendengar frekuensi-frekuensi di antara Hz. Pengukuran kebisingan dilakukan untuk memperoleh data kebisingan di perusahaan atau di mana saja dan mengurangi tingkat kebisingan tersebut sehingga tidak menimbulkan gangguan (Suma mur, 1996). Alat yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter (Tambunan, 2005). Sound level meter adalah alat pengukur level kebisingan, yang mampu mengukur kebisingan di antara db dan frekuensi-frekuensi dari Hz (Suma mur,1996). Intensitas bising akan semakin berkurang jika jarak dengan sumber bising semakin bertambah. Perambatan atau pengurangan tingkat bising dari sumbernya dinyatakan dengan persamaan: Jika sumber bising diam SL 1 SL 2 = 20 log (r 2 /r 1 )... (2) Jika sumber bising bergerak SL 1 SL 2 = 10 log (r 2 /r 1 )... (3) Keterangan: SL 1 = intensitas suara sumber 1 pada jarak r 1 (db) SL 2 = intensitas suara sumber 2 pada jarak r 2 (db) r 1 = jarak ke sumber bising yang pertama (satuan panjang) r 2 = jarak ke sumber bising yang kedua (satuan panjang) (Wilson 1989 dalam Budi Santoso 2008) 2. Pengaruh Kebisingan Pengaruh kebisingan terhadap manusia tergantung pada karakteristik fisis, waktu berlangsung dan waktu terjadinya. Pengaruh tersebut berbentuk gangguan yang dapat menurunkan kesehatan, kenyamanan dan rasa aman manusia. Beberapa bentuk gangguan yang diakibatkan oleh kebisingan bisa berupa gangguan pendengaran, gangguan percakapan, gangguan tidur, gangguan psikologis, gangguan produktivitas kerja, dan gangguan 5

19 kesehatan. Gangguan yang paling banyak dirasakan adanya bising yaitu gangguan percakapan. pada tabel 1. Kriteria gangguan percakapan yang terjadi di ruangan disajikan Tabel 1. Kriteria gangguan percakapan di dalam ruangan No Jenis ruangan untuk keperluan Tingkat kebisingan (dba) 1 Pertunjukan musik, opera Auditorium besar, pertunjukan drama (kondisi mendengar yang baik) 3 Studio rekaman, TV, broadcast 4 Auditorium kecil, konverensi 5 Rumah sakit, kamar tidur, pemukiman, apartemen, hotel 6 Kantor, rapat, kuliah, perpustakaan Ruang tamu dan sejenisnya untuk percakapan atau mendengarkan TV/radio 8 Toko, kafetaria, restoran Lobi, laboratorium, ruang gambar teknik Ruang reparasi, dapur, penatu Bengkel, ruang kontrol pembangkit Sumber : Dwi P.Sasongko, Tipe Kebisingan Kebisingan menurut Suma mur (1996) dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : a) Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang luas seperti kebisingan akibat mesin-mesin dan kipas angin. b) Kebisingan kontinyu dengan frekuensi yang sempit seperti kebisingan yang ditimbulkan oleh gergaji sirkular, katup gas dll. c) Kebisingan terputus-putus seperti kebisingan lalu lintas, suara pesawat terbang di lapangan udara, dll. d) Kebisingan impulsif seperti bunyi tembakan senapan atau meriam, ledakan. e) Kebisingan impulsif berulang, seperti kebisingan mesin tempa di perusahaan. 6

20 Sedangkan menurut Tambunan (2005) di tempat kerja, kebisingan diklasifikasikan ke dalam dua jenis golongan besar yaitu: a) Kebisingan tetap (steady noise), yang terbagi menjadi dua yaitu: (1) Kebisingan dengan frekuensi terputus (discrete frequency noise), berupa nada-nada murni pada frekuensi yang beragam, (2) Broad band noise, kebisingan yang terjadi pada frekuensi terputus yang lebih bervariasi (bukan nada murni). b) Kebisingan tidak tetap (unsteady noise), yang terbagi menjadi tiga yaitu: (1) Kebisingan fluktuatif (fluctuating noise), kebisingan yang selalu berubah-ubah selama rentang waktu tertentu, (2) Intermittent noise, kebisingan yang terputus-putus dan besarnya dapat berubahubah, contoh kebisingan lalu lintas, (3) Impulsive noise, dihasilkan oleh suara-suara berintensitas tinggi (memekakkan telinga) dalam waktu relatif singkat, misalnya suara ledakan senjata api. 4. Nilai Ambang Batas (NAB) Nilai ambang batas adalah standar faktor tempat kerja yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan kesehatan dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari atau 40 jam seminggu (KEPMENAKER No.Kep-51 MEN/1999). NAB kebisingan di tempat kerja adalah intensitas suara tertinggi yang merupakan nilai rata-rata, yang masih dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang menetap untuk waktu kerja terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu (Budiono et al. 2003). Nilai ambang batas yang diperbolehkan untuk kebisingan ialah 85 dba, selama waktu pemaparan 8 jam berturut-turut (Priatna & Utomo, 2002). Tabel 2 merupakan pedoman pemaparan terhadap kebisingan (NAB Kebisingan) berdasarkan lampiran II Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja. 7

21 kriteria tingkat bising pendengaran (dba) Menulikan Sangat buruk Kuat Sedang Tenang Sangat tenang Tabel 2. Skala tingkat kebisingan Sumber : Kepmenaker No.51 tahun 1999 ilustrasi halilintar, meriam jalan hiruk pikuk, perusahaan sangat gaduh, peluit polisi. kantor gaduh, jalan, radio, pemukiman rumah gaduh, kantor umumnya, percakapan kuat, radio, pertokoan rumah tenang, kantor perorangan, auditorium, percakapan suara daun, berbisik batas dengar terendah Adapun standar maksimum waktu yang diperbolehkan untuk bertahan dalam pekerjaan disesuaikan antara lama waktu dan standar yang digunakan dipaparkan pada tabel 3. Tabel 3. Standar kebisingan dan lama waktu yang diijinkan Waktu kerja (jam) Intensitas (db) ISO OSHA Indonesia ,,, 92 87, ,,, 97 92, , , Sumber: Sudirman, 1992 dalam Heryadi,

22 C. Pencahayaan Suatu penerangan diperlukan oleh manusia untuk mengenali suatu objek secara visual. Organ tubuh yang mempengaruhi penglihatan, yaitu mata, saraf, dan pusat saraf penglihatan di otak. Pada banyak industri, penerangan mempunyai pengaruh terhadap kualitas produk. Kuat penerangan baik yang tinggi, rendah, maupun yang menyilaukan berpengaruh terhadap kelelahan mata maupun ketegangan saraf. Untuk memperoleh kualitas penerangan yang optimal IES (Illumination Engineering Society) menetapkan standar kuat penerangan untuk ruangan. Besaran penerangan yang sering dikacaukan pemahamannya adalah Kuat penerangan, dan Luminasi. Walaupun satuannya sama yang membedakan keduanya bahwa kuat penerangan sebagai besaran penerangan yang dihasilkan sumber penerangan, sedangkan luminasi merupakan kuat penerangan yang sudah dipengaruhi faktor lain yaitu refleksi warna. Definisi Cahaya menurut IES adalah pancaran energi yang dapat dievaluasi secara visual. Secara sederhana, cahaya adalah bentuk energi yang memungkinkan makhluk hidup dapat mengenali sekelilingnya dengan mata. CIE (Commision International de I Eclairage) dan IES (Illumination Engineering Society) telah menerbitkan tingkat pencahayaan yang direkomendasikan untuk berbagai pekerjaan. Nilai-nilai yang direkomendasikan tersebut telah dipakai sebagai standar nasional dan internasional bagi perancangan pencahayaan. Tabel 4 adalah nilai-nilai yang direkomendasikan oleh CIE dan IES tentang penerangan berdasarkan jenis kegiatan. 9

23 Jenis pencahayaan Tabel 4. Tingkat penerangan berdasarkan jenis kegiatan Pencahayaan umum untuk ruangan dan area yang jarang digunakan atau tugastugas visual sederhana Pencahayaan umum untuk interior Pencahayaan tambahan setempat untuk tugas visual yang tepat Sumber : Tingkat penerangan Contoh-contoh area kegiatan (lux) 20 Layanan penerangan yang minimum dalam area sirkulasi luar ruangan, pertokoan di daerah terbuka, halaman tempat penyimpanan 50 Tempat pejalan kaki & panggung 70 Ruang boiler 100 Halaman trafo, ruangan tungku, dll. 150 Area sirkulasi di industri, pertokoan dan ruang penyimpan 200 Layanan penerangan yang minimum dalam tugas 300 Meja & mesin kerja ukuran sedang, proses umum dalam industri kimia dan makanan, kegiatan membaca dan membuat arsip 450 Gantungan baju, pemeriksaan, kantor untuk menggambar, perakitan mesi dan bagian yang halus, pekerjaan warna, tugas menggambar kritis Pekerjaan mesin dan di atas meja yang sangat halus, perakitan mesi presisi kecil dan instrumen; komponen elektronik, pengukuran dan pemeriksaan bagian kecil yang rumit (sebagian mungkin diberikan oleh tugas pencahayaan setempat) 3000 Pekerjaan berpresisi dan rinci sekali, misal instrumen yang sangat kecil, pembuatan jam tangan, pengukiran 10

24 1. Luminasi Luminasi (L) merupakan besaran penerangan yang kaitannya erat dengan kuat penerangan (E). Luminasi adalah pernyataan kuantitatif jumlah cahaya yang dipantulkan oleh permukaan pada suatu arah. Luminasi suatu permukaan ditentukan oleh kuat penerangan dan kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan. Kemampuan memantulkan cahaya oleh permukaan disebut faktor refleksi atau reflektasi ( ). 2. Penerangan Ruangan Pada saat merencanakan penerangan dalam ruangan yang harus diperhatikan pertama kali adalah kuat penerangan, warna cahaya yang diperlukan dan arah pencahayaan sumber penerangan. Kuat penerangan akan menghasilkan luminasi karena pengaruh faktor pantulan dinding maupun lantai ruangan. Faktor refleksi merupakan perbandingan luminasi dengan kuat penerangan. Kuat penerangan ruangan dikategorikan menjadi 6 yaitu: 1. Penerangan Ekstra Rendah, di bawah 50 lux 2. Penerangan Rendah, di bawah 150 lux 3. Penerangan Sedang, 150 hingga 175 lux 4. Penerangan Tinggi: a. Penerangan Tinggi I, 200 lux b. Penerangan Tinggi II, 300 lux c. Penerangan Tinggi III, 450 lux 5. Penerangan Sangat Tinggi, 700 lux 6. Penerangan Ekstra Tinggi di atas 700 lux Penerangan dalam ruangan dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: 1. Penerangan untuk keperluan umum, adalah penerangan yang digunakan untuk keperluan publik, misalnya: penerangan untuk kantor, penerangan bengkel, perkantoran, ruang tunggu di stasiun. 2. Penerangan dikhususkan pada titik tertentu. Penerangan ini umumnya menggunakan sumber cahaya dengan sudut pancaran berkas cahaya 11

25 yang sempit, misalnya: penerangan pada etalase, bagian tertentu perkantoran. 3. Penerangan dekoratif. Penerangan dekoratif harus mempertimbangkan estetika dan distribusi cahaya, misalnya penerangan pada: ruang keluarga, restoran, tempat hiburan. 3. Optimasi Pencahayaan Tujuan optimasi pencahayaan suatu ruangan adalah agar para pekerja dapat melakukan aktivitas dengan baik di dalam ruangan, efisiensi dalam konsumsi energi listrik serta kenyamanan penglihatan. Penggunaan energi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan. Ada langkah-langkah dalam mencapai efisiensi yaitu pemasangan alat kontrol pada lampu, pengelompokan titik-titik lampu terhadap sakelar, penggunaan luminer yang sesuai, pemanfaatan cahaya alam, pengoperasian dan perawatan sistem pencahayaan. Disain instalasi pencahayaan untuk suatu ruangan disesuaikan dengan kebutuhan penggunaan ruangan. Setiap ruangan mempunyai kebutuhan intensitas pencahayaan yang berbeda-beda (Harten & Setiawan, 1985). 4. Perhitungan Iluminasi (lux) Pencahayaan Iluminasi menyatakan daerah densitas cahaya mencapai suatu objek atau permukaan. Satuan yang biasa digunakan untuk mengukur iluminasi yaitu foot-candle (ft-c) atau lux untuk satuan SI. 1 lux adalah densitas cahaya bergerak mencapai suatu permukaan yang berbentuk bola dengan radius 1 meter jika sumber cahaya mempunyai sumber cahaya 1 candle (c). Iluminasi berkurang dengan semakin jauhnya dari titik pusat sumber cahaya (Grether & Baker, 1972). Iluminasi dinyatakan dalam rumus :...(4) (Grether & Baker, 1972) 12

26 Tujuan dari perhitungan iluminasi pencahayaan adalah untuk mendapatkan hasil yang akurat dan dapat dipakai sebaga i perbandingan dengan hasil pengukuran secara langsung sehingga diperoleh instalasi pencahayaan yang paling optimal. Intensitas pencahayaan pada suatu bidang adalah flux yang jatuh pada luasan 1 m 2 dari bidang tersebut. Intensitas pencaha yaan ditentukan di tempat mana kegiatan dilakukan. Efisiensi pencahayaan juga dipengaruhi oleh penempatan sumber cahaya pada ruangan dan umur lampu. Jika intensitas pencahayaan lampu menurun hingga 20% di bawahnya maka perlu diganti atau dibersihkan. D. Bengkel Alsintan Bengkel (workshop) adalah wadah yang mencakup tempat, sarana, dan juga organisasi dan pengelola untuk melakukan setiap aktivitas atau kerja perbengkelan. Adapun teknik perbengkelan yaitu pengetahuan dan keterampilan tentang peralatan dan metode untuk membuat, membentuk, merubah bentuk, merakit ataupun memperbaiki suatu benda (dalam hal ini adalah berbahan dasar logam) menjadi bentuk baru atau kondisi yang lebih baik, baik bermanfaat ekonomis ataupun estetika. Dalam kaitannya dengan dunia mesin termasuk mesin-mesin pertanian, bengkel dapat digolongkan dalam beberapa jenis sesuai dengan fungsi dan aktivitas di dalamnya, yaitu: Bengkel untuk perawatan atau pemeliharaan mesin (maintanance workshop) Bengkel untuk perbaikan mesin (repair workshop) Bengkel perawatan dan perbaikan (maitanance/service & repair workshop) Bengkel konstruksi/pembuatan alsin (construction workshop) Penggunaan suatu alat atau mesin pada prinsipnya adalah bertujuan untuk mempermudah atau memperingan suatu pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Yang dimaksud dengan alat atau biasa juga disebut perkakas (dalam bahasa Inggris tool) adalah : suatu benda yang berbentuk khusus 13

27 dan digunakan untuk membantu kerja yang relatif sulit dilakukan langsung oleh tangan atau anggota tubuh manusia lainnya. Sumber tenaga pengendaliannya adalah sepenuhnya dan langsung oleh operator atau pengguna (secara prinsip tidak ada proses reduksi ataupun transmisi tenaga). Misalnya: pisau atau gergaji (alat pemotong), obeng atau kunci (alat pembuka atau pengencang), tang atau pinset (alat pemegang), bor atau puncher (alat pelubang manual), dll. Sedangkan yang disebut mesin (dalam bahasa inggris machine) adalah: suatu bentuk rancang bangun yang dibuat secara khusus untuk membantu usaha manusia dalam melakukan suatu jenis atau proses kerja dengan cara mengurangi atau menggantikan energi manusia. Sumber tenaga dan pengendaliannya sebagian atau sepenuhnya dilakukan atau diambil alih oleh mesin dan secara prinsip terdapat proses reduksi atau transmisi tenaga. Tergantung tingkat kecanggihan mesin termasuk ke dalam semi mekanis, mekanis ataukah otomatis, operator yakni manusia dapat berperan sebagai penggerak, pengendali ataupun sebagai pengatur. Adapun beberapa fungsi dari bengkel pertanian (farm workshop) adalah: Tempat perawatan dan pemeliharaan berbagai macam alsintan Tempat perbaikan alsintan Tempat bongkar pasang dan penyetelan berbagai macam alsintan Tempat penyimpanan berbagai macam peralatan dan perkakas Tempat penyimpanan suku cadang alsintan 14

28 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama bulan Februari sampai Agustus Adapun kegiatannya meliputi pengukuran tingkat kebisingan dan penerangan di ruangan bengkel alsintan, penghitungan data yang telah diperoleh, studi pustaka dan analisis hasil perhitungan. Adapun lokasi penelitian ini yaitu di bengkel Daud Tenik Maju Cibeureum Bogor (sebuah bengkel alsintan sederhana), dan bengkel alsintan PT. Agrindo Surabaya tepatnya unit AEU (Agrindo Engineering Unit) sebuah perusahaan alsintan (bengkel alsintan besar). B. Peralatan dan Perlengkapan Adapun alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu terdiri dari : 1. Meteran pita ( 50 m ) 2. Lux meter 3. Sound level meter 4. Stop watch. 5. Alat tulis, komputer, dan beberapa perlengkapan yang mendukung untuk pencatatan data dan pengolahan data. C. Metode Penelitian Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, yaitu pengambilan data di lapangan dan pengolahan data. Pengambilan data di lapangan bertujuan untuk mendapatkan data primer, sedangkan data sekunder yang diperlukan akan diperoleh melalui literatur. 1. Pengambilan Data di Lapangan Pengukuran kebisingan dan pencahayaan ini dilakukan di beberapa ruangan yang ada di kedua bengkel alsinan dengan metode observasi. Observasi adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain 15

29 meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2002). a. Pengukuran Tingkat Kebisingan. Dalam KepMen.LH, 1996 No.48, pengukuran tingkat kebisingan dapat dilakukan dengan cara sederhana yaitu dengan menggunakan sebuah sound level meter. Penelitian ini tidak dilakukan selama 24 jam karena mempertimbangkan objek penelitian yang digunakan hanya pada siang hari. Sehingga penelitian ini hanya dilakukan pada waktu siang hari (9 jam) dari jam sampai jam Pengambilan data kebisingan dilakukan dengan mengukur tingkat kebisingan di beberapa ruangan yang digunakan dan dilakukan pada titik-titik yang telah ditentukan. Pengukuran dilakukan dengan cara memetakan tingkat kebisingan yang jarak setiap titiknya 1 sampai 2 meter. Metode ini juga sering disebut metode grid. Jadi dalam pengukuran lokasi dibagi menjadi beberapa kotak yang berukuran dan jarak yang sama, misalnya : 2 x 2 m. Pada masing-masing titik diukur tingkat kebisingannya dengan mengambil beberapa titik pengukuran yang dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan tinggi alat pada saat pengukuran ± 100 cm dari lantai kemudian diolah dengan menjumlahkan kebisingan yang ada agar bisa digambarkan pada kontur kebisingan di setiap lokasi yang diukur. Data hasil pengukuran tingkat kebisingan tersebut dianalisis dan dibandingkan dengan nilai ambang batas (NAB) kebisingan yang telah ditetapkan pemerintah. b. Pengukuran Tingkat Pencahayaan. Pengukuran tingkat pencahayaan dilakukan dengan cara pengukuran secara langsung menggunakan alat lux meter pada ruangan atau lokasi yang telah ditentukan. Tahapan yang dilakukan dalam pengambilan data pengukuran meliputi: pengukuran ruangan, pengukuran intensitas pencahayaan pada bidang kerja di bawah luminer, pengukuran jarak bidang kerja terhadap lampu. 16

30 2. Pengolahan Data Untuk memperoleh suatu kesimpulan masalah yang diteliti, maka analisis data merupakan suatu langkah penting dalam penelitian. Sebelum analisis data dilakukan terlebih dahulu data harus diolah. Data kebisingan yang diperoleh dari lapangan diolah dengan menggunakan rumus: L eq = li/10 Keterangan: L eq : tingkat kebisingan dari kebisingan yang berubah-ubah (fluktuatif) selama rentang waktu tertentu yang setara dengan tingkat kebisingan dari kebisingan steady pada selang waktu yang sama (db(a)) N : jumlah kali pengukuran dalam rentang waktu tertentu Li : tingkat kebisingan pada pengukuran ke-i Data yang telah diolah kemudian di gunakan sebagai input dalam pembuatan peta kontur kebisingan dan pencahayaan. Untuk ploting nilai kebisingan dan pencahayaan pada peta kontur dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak software golden surfer. Dari peta kontur yang dihasilkan, analisis sebaran kebisingan dan pencahayaan bisa dilakukan. 17

31 Mulai Pengukuran tingkat kebisingan di lokasi yang ditentukan Pengolahan Data pengukuran Memenuhi standar NAB kebisingan Kontur kebisingan di masing-masing lokasi Ya Tidak Usul perbaikan Selesai Gambar 1. Bagan alur pengukuran tingkat kebisingan Mulai Pengukuran tingkat pencahayaan di lokasi yang ditentukan Data pengukuran Memenuhi standar tingkat pencahayaan Ya Tidak Usul perbaikan Selesai Gambar 2. Bagan alur pengukuran tingkat pencahayaan 18

32 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek kebisingan dan pencahayaan ini diperhatikan dengan baik dalam suatu industri maka diharapkan akan diperoleh kondisi yang nyaman dan memenuhi standar K3 untuk hasil kerja yang optimal. Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek yang sudah melekat pada lingkungan kerja. Begitu juga dalam bengkel-bengkel yang di dalamnya terdapat sejumlah mesin yang beroperasi menghasilkan komponen-komponen pembentuk mesin dengan berbagai proses dan hasil akhir yang beragam juga tidak lepas dari dua aspek ini. Kebisingan yang ada dalam suatu industri dapat dideteksi dengan berbagai cara sehingga akan diketahui tingkat kebisingan yang ada. Kebisingan yang melebihi ambang batas sering kali disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bisa merupakan faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu segala sesuatu yang berasal dari lingkup dekat lingkungan kerja, seperti besarnya daya mesin, tingginya putaran poros mesin, jenis transmisi yang digunakan atau hal-hal yang berhubungan dengan peralatan di dalam ruang kerja. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar lingkungan kerja yang dekat biasanya dari luar ruang kerja, seperti kebisingan yang disebabkan kendaraan bermotor yang hilir mudik di jalan, atau bunyibunyian yang berasal dari luar lingkungan kerja lainnya. Umumnya suatu pabrik atau industri beroperasi menggunakan beberapa shift atau waktu gilir dari kelompok pekerja satu waktu dengan kelompok kerja waktu berikutnya. Akan tetapi berbeda pada industri konstruksi mesin. Kedua bengkel tidak ada sistem gilir waktu kerja (shift). Pada bengkel alsintan besar, pekerjaan dalam hari itu hanya dilakukan dalam sekali waktu selama 8 jam dari jam dengan istirahat 1 jam, Sedangkan pada CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana), pekerjaan dimulai dari jam dengan waktu istirahat 1 jam,

33 1. Kebisingan dan Pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana) Pada bengkel ini terdapat sejumlah mesin yang digunakan antara lain mesin las listrik, mesin gerinda, mesin potong plat, dan mesin bubut. Sedangkan aktivitas yang dilakukan di dalamnya juga tidak terlalu banyak. Aktivitas pekerjaan yang ada berupa membubut poros, menghaluskan hasil pekerjaan setengah jadi, memotong plat dan mengelas dengan las listrik. Luas bangunan bengkel ini ± 500 m² yang terdiri dari ruang kerja, ruang utama produksi, gudang dan kamar mandi. Letak bengkel berada di sebuah area dengan pengaruh kebisingan eksternal yang relatif kecil. Kebisingan yang ada merupakan kebisingan internal yaitu kebisingan yang berasal dari aktivitas dalam lingkungan dekat kerja yang seperti bunyi mesin-mesin yang sedang digunakan. Angka kebisingan yang terjadi di tempat ini mencapai 102 db(a). Kebisingan ini dihasilkan oleh mesin gerinda. Sedangkan mesin las listrik juga menghasilkan kebisingan yang cukup tinggi tetapi masih di bawah nilai ambang batas yang diijinkan. Sedangkan mesin bubut tidak menghasilkan kebisingan karena bunyi yang dihasilkannya relatif tenang. Sehingga kebisingan pada bengkel ini termasuk ke dalam jenis kebisingan terputusputus. Sedangkan aspek pencahayaan pada bengkel ini sangat bergantung pada pantulan cahaya matahari. Konstruksi bangunan bengkel belum modern. Hal ini terlihat selain pada konstruksi atap, tembok dan lantainya yang tidak terawat, juga pada tata letak ruangannya yang masih belum tertata rapih. Barang-barang setengah jadi yang dihasilkan belum tersimpan pada ruang penyimpanan yang layak. Gudang yang disediakan pun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Pencahayaan yang ada tidak merata di setiap sudut ruangan dan hanya terfokus pada daerah-daerah tertentu. Pencahayaan optimal ada pada daerah-daerah di sekitar daerah yang mendapatkan cahaya matahari secara langsung. Di sanalah kegiatan di bengkel ini dilakukan. Sedangkan di daerah lain yang jauh dari daerah yang terkena matahari langsung tidak ada aktivitas produksi di sana, karena cahaya 20

34 yang ada kurang. Pada daerah yang jauh dari daerah cahaya matahari langsung digunakan sebagai tempat barang-barang setengah jadi yang sedang dalam proses pengeringan atau sedang menunggu untuk dikerjakan lebih lanjut. Sehingga penyimpanan barang tidak ditempatkan pada ruangan khusus penyimpanan. Sebaran tingkat pencahayaan yang terjadi yaitu antara lux. Daerah dengan tingkat pencahayaan 15 lux adalah daerah yang terjauh dari pantulan cahaya matahari. Sedangkan daerah dengan intensitas pencahayaan sebesar 3000 lux adalah daerah yang ada di bawah pantulan cahaya matahari langsung. Ket: sumbu x dan y menunjukkan jarak (m) Gambar 3. Kontur kebisingan di CV. Daud Teknik Maju 21

35 Ket: sumbu x dan y menunjukkan jarak (m) Gambar 4. Kontur pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju 2. Kebisingan dan Pencahayaan di PT. Agrindo Surabaya (bengkel alsintan besar) Di bengkel alsintan besar terdapat pembagian unit untuk menghasilkan jenis alsintan tertentu. Terdapat 10 unit dengan jenis mesin yang diproduksi berbeda-beda. Adapun kondisi dan aktivitas di masing-masing unit tidak berbeda jauh karena mesin-mesin yang beroperasi adalah mesin dengan jenis yang sama hanya saja jumlahnya bisa berbeda. Bengkel alsintan besar ini memproduksi mesin sosoh dan mesin pemutih beras. 22

36 Jenis mesin yang ada sangat beragam, begitu pula dengan jumlahnya. Di antara mesin yang ada yaitu mesin gergaji, mesin bubut, mesin milling, mesin penitik, mesin potong plat, mesin gerinda, mesin vibra, mesin bor, mesin tekuk, mesin potong siku, mesin las listrik dan mesin-mesin listrik yang lain dengan jumlah keseluruhan mesin 80 buah. Adapun aktivitas yang dilakukan berupa segala sesuatu yang berkaitan dengan pembuatan mesin mesin untuk menyosoh beras dan memutihkan beras, yang dimulai dari pengukuran bahan atau plat besi, pemotongan dan pembentukan komponen-komponen mesin, mengelas komponen, hingga pengecatan dan perakitan. Kebisingan yang ada di unit ini merupakan kebisingan internal yakni berasal dari mesin-mesin yang sedang beroperasi di dalam bengkel. Kebisingan eksternal tidak ada, karena unit ini tidak berdekatan dengan jalan umum. Di antara beragam mesin, terdapat mesin yang menghasilkan angka kebisingan sangat tinggi yaitu mesin gerinda jalan mencapai kebisingan 103,56 db(a), mesin cutting wheel (gerinda duduk) mencapai kebisingan 102,83 db(a), mesin potong pelat mencapai kebisingan 101,83 db(a), suara blower painting mencapai kebisingan 102,28 db(a) dan mesin las listrik mencapai kebisingan 103,04 db(a). Sehingga kebisingan yang dihasilkan mesin-mesin ini menutupi kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin lain di sekitarnya yang pada saat yang bersamaan sedang beroperasi. Kebisingan pada unit ini hanya dirasakan berlebihan pada titik-titik tertentu yaitu pada mesin yang menghasilkan kebisingan kuat. Titik-titik tersebut berada pada daerah yang berdekatan dengan ruang gerinda jalan, mesin gerinda duduk(cutting wheel), mesin potong pelat, mesin las listrik dan ruang cat. Sedangkan daerah yang relatif jauh dari mesin-mesin tersebut tidak begitu bising meskipun mesin yang ada sedang beroperasi. Karena mesinmesin selain selain itu relatif tenang dengan kebisingan di bawah NAB. Mesin gerinda dan cutting wheel ini bisa menghasilkan kebisingan yang berubah ubah selama rentan waktu tertentu. Begitu juga dengan mesin las listrik menghasilkan angka kebisingan yang selalu berubah selama rentan waktu tertentu. Hal ini disebabkan pengaruh dari beberapa hal seperti kekerasan benda kerja maupun kualitas mesin. Sehingga kebisingannya 23

37 tergolong pada kebisingan terputus-putus juga termasuk kebisingan tidak tetap (unsteady noise) dan fluktuatif (fluctuating noise). Pada daerah mesin potong plat yang menghasilkan kebisingan hingga 101,83 db(a) termasuk ke dalam jenis kebisingan impulsif berulang. Adapun pencahayaan di unit ini telah terpenuhi secara konstruksinya di tambah juga penambahan cahaya pada kondisi dan titik-titik tertentu. Unit AEU bengkel alsintan besar dengan luas m² dan tinggi ± 5 m secara konstruksi telah memiliki desain pencahayaan yang baik. Selain itu untuk mengoptimalkan penglihatan dalam bekerja dan menentukan ketelitian angka-angka atau ukuran yang diinginkan tehadap benda kerja, pada mesin mesin tertentu disertai lampu sebagai cahaya tambahan. Di dalam bangunan itu juga dipasang lampu-lampu penerang sebagai penambah cahaya saat cuaca sedang mendung. Bangunan AEU memiliki atap yang terbuat dari asbes dan sebagai pencahayaan ruangan menggunakan fiber. Sehingga pencahayaan yang dihasilkan pun sangat sangat baik dan teratur. Sebaran angka intensitas cahaya hasil pengukuran mulai dari 100 lux hingga 5000 lux. Angka ini termasuk ke dalam angka yang optimal sesuai dengan kebutuhan pada aktivitas yang dilakukan pekerja. 24

38 Ket: sumbu x dan y merupakan jarak (m) Gambar 5. Kontur kebisingan PT. Agrindo (bengkel alsintan besar) 25

39 Ket: sumbu x dan y merupakan jarak (m) Gambar 6. Kontur pencahayaan PT. Agrindo (bengkel alsintan besar) 26

40 B. Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Nilai Ambang Batas (NAB) merupakan titik maksimum yang diperbolehkan pekerja untuk berada di tempay kerja. NAB untuk kebisingan ada tiga standar yaitu standar OSHA (Occupational Safety and Healthy Association), ISO (International Standard Organization), dan standar yang digunakan di Indonesia yaitu standar yang dikeluarkan oleh Menteri Tenaga Kerja (Menaker). Standar ketiganya seperti yang tertulis pada tabel 3 yang disesuaikan dengan lama waktu kerja yang digunakan oleh suatu industri. 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana) Pada bengkel alsintan sederhana ini diterapkan waktu kerja selama 7 jam dari jam dengan waktu istirahat 1jam, Sedangkan angka kebisingan maksimal yang terjadi adalah 102,2 db(a). Bila disesuaikan dengan nilai ambang batas yang diijinkan, angka kebisingan ini memiliki beberapa perbedaan batasan lama waktu kerja. Bila menurut standar OSHA, waktu yang diijinkan untuk berada di daerah itu adalah 93,6 menit/hari. Menurut standar ISO, lama waktu yang diijinkan berada di daerah itu adalah 9,36 menit/hari. Sedangkan menurut Menaker waktu yang diijinkan untuk berada di daerah tersebut adalah 46,8 jam/hari. Dengan demikian lama waktu yang diterapkan melebihi batas. Pencahayaan minimum di bengkel ini tercatat 15 lux. Sedangkan pencahayaan maksimum tercatat 3000 lux. Pada bengkel sederhana ini memang tidak merata dalam hal pencahayaannya. Sumber cahayanya pun sepenuhnya mengandalkan cahaya matahari. Kegiatan menggerinda, mengelas dan membubut merupakan kegiatan yang membutuhkan penerangan cukup besar. Seperti tertulis di tabel 4 kegiatan-kegiatan dengan mesin ini akan bisa optimal jika cahaya yang digunakan juga sesuai. Dalam hal ini kegiatan-kegiatan tersebut minimalnya memerlukan cahaya sebesar 300 lux. 27

41 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan dan Pencahayaan di bengkel alsintan besar Bengkel ini menerapkan sistem lama waktu bekerja perharinya yaitu 8 jam dari jam sampai jam dengan waktu istirahat 1 jam, jam Angka kebisingan yang terukur tinggi ini memiliki dampak pembatasan terhadap waktu untuk berada di daerah itu menurut standar yang ada.berikut ini pemaparan waktu yang diijinkan berada di daerah bising yang ada. Tabel 5. Waktu yang aman menurut standar ISO, OSHA dan Menaker Mesin Waktu yang diijinkan menurut standar Nilai bising ISO OSHA MENAKER (db(a)) (menit/hari) (menit/hari) (menit/hari) Gerinda jalan 103,56 7,47 77,28 38,64 Geinda duduk 102,82 7,92 86,04 43,02 Potong pelat 101,83 10,44 98,04 49,02 Blower 102,28 9,3 92,64 46,32 Las listrik 103,04 7,45 83,52 41,76 Pencahayaan minimum di bengkel ini yaitu 100 lux yang ada di ruang cat. Ruangan ini tidak memiliki sumber cahaya untuk matahari, dan hanya menggunakan lampu neon 40 watt sebanyak 4 buah dengan ukuran ruangannya 6x6 m 2. Sedangkan pencahayaan maksimum mencapai 5000 lux yang tersebar di ruang selain ruang cat. Kegiatan-kegiatan di dalamnya seperti menggerinda, mengelas, menitik, membubut, memiling, merakit dan mengecat dan menggaris dan memotong plat termasuk ke dalam kegiatan yang membutuhkan ketepatan tinggi karena berhubungan dengan presisi angka benda-benda yang akan dikerjakan. Sehingga kegiatan-kegiatan ini memerlukan penerangan yang cukup besar. Seperti dituliskan pada tabel 4, cahaya yang dibutuhkan minimal adalah 450 lux. Jadi untuk ruangan pada umumnya di bengkel ini sebagian besar pencahayaannya sudah sesuai dengan standar. 28

42 C. Pengaruh Kebisingan dan Pencahayaan terhadap Pekerja Kebisingan merupakan suara yang tidak diinginkan sehingga pada kondisi tertentu bisa menjadi suatu gangguan. Kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin di suatu pabrik memiliki dampak yang serius yang akan dirasakan oleh para pekerja. Dampak tersebut bisa dirasakan dalam jangka waktu yang relatif panjang (tahunan) atau bisa juga dirasakan dalam jangka waktu yang relatif pendek (bulanan). Disadari atau tidak, kebisingan memiliki pengaruh bagi kesehatan. Apabila dilihat dari hasil kuesioner yang telah diberikan kepada para pekerja diperoleh beberapa informasi tentang kondisi mereka selama mereka berada di tempat kerja. Sebanyak 56,6 % atau lebih dari separuh dari jumlah pekerja mengaku mereka bekerja di tempat yang bising, meskipun demikian kondisi ini mereka anggap masih dalam batas kenyamanan sehingga sebagian besar (96,6 %) para pekerja merasa nyaman bekerja di tempat kerjanya. Kenyamanan yang mereka rasakan ini apabila diteliti lebih jauh lagi tidak terlepas dari kebisingan yang dihasilkan oleh mesin-mesin yang mereka operasikan dan dari kemampuan penyesuaian diri mereka. Di daerah mesin bubut, mesin bor dan perakitan, kebisingan yang dirasakan oleh pekerja masih di bawah nilai ambang batas sehingga para pekerja tidak merasakan adanya kebisingan yang mengganggu, baik itu mengganggu kesehatan maupun kenyamanan. Selain itu, meskipun para pekerja menganggap kebisingan di sekitar mereka itu berbahaya, mereka mengaku sudah terbiasa dengan kondisi ini karena mereka juga merasa tidak bisa mengendalikan kondisi ini. Adapun pengaruh pencahayaan yang dirasakan kurang bisa berupa kelelahan pada mata saat bekerja pada mesin-mesin yang memerlukan tingkat presisi yang tinggi. Pekerja yang mengoperasikan mesin- mesin bubut, mesinmesin bor, mesin miling, mesin potong, dan perakitan memerlukan pencahayaan yang cukup besar yakni di atas 200 lux. Jika pencahayaan yang ada kurang dari itu maka pekerja mesin-mesin ini akan cepat mengalami kelelahan mata. Sedangkan pada ruang cat cahaya yang diberikan belum 29

43 mencapai 200 lux. Padahal untuk pekerjaan ini akan lebih optimal jika menggunakan cahaya yang lebih besar, sehingga hasil yang diperoleh dari pengecatan juga semakin baik. Hasil kuesioner menunjukkan sebagian pekerja mengaku bahwa tempat mereka bekerja memiliki sistem pencahayaan yang baik dan sebagian merasakan cukup. Lampu sebagai cahaya tambahan dirasa perlu hanya pada saat-saat tertentu seperti ketika mendung. Dan hasil kuesioner juga dapat diketahui bahwa 73,3 (%) dari pekerja tidak mengalami keluhan serius dengan pencahayaan yang ada. Pada gambar 8 juga dapat dilihat bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan oleh pekerja adalah kelelahan. Hal ini juga bisa dikarenakan kelelahan akibat kerja mata yang terlalu berat yang berhubungan dengan angka-angka pada mesin yang dioperasikan yang tetntunya membutuhkan pencahayaan atau penerangan yang tinggi. Sedangkan pengaruh kebisingan dan pencahayaan terhadap kualitas pekerjaan dan kenyamanan dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Gambar 7. Jenis keluhan yang dialami pekerja 30

44 Gambar 8. Jenis gangguan yang dialami pekerja D. Upaya Pengendalian Kebisingan dan Optimasi Pencahayaan Seperti yang telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, kebisingan memiliki pengaruh terhadap pekerja baik dalam hal kesehatan maupun kenyamanan yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas produksi suatu perusahaan. Oleh karena itu pengendalian kebisingan harus ditangani dengan serius agar kondisi yang ada tidak mengakibatkan kefatalan baik untuk pekerja maupun produktifitas perusahaannya. Ketika kebisingan sudah melebihi nilai ambang batas maka upaya pengendalian kebisingan itu merupakan suatu keharusan. Upaya pengendalian ini dimulai dari pengurangan dan pengendalian tingkat kebisingan sumber, pelemahan intensitas dengan memperhatikan faktor alamiah seperti jarak, sifat media, mekanisme rambatan dan vegetasi serta upaya reduksi atau isolasi getaran sumber, pemasangan penghalang, desain struktur dan pemilihan bahan peredam. Pada kedua bengkel baik bengkel alsintan sederhana maupun bengkel alsintan besar, kebisingan tertinggi dihasilkan oleh mesin gerinda. Pada CV. Daud Teknik Maju operasi mesin gerinda menghasilkan kebisingan hingga 102 db, sehingga untuk sampai pada batas kebisingan yang diijinkan membutuhkan reduksi sebesar 17 db. Sedangkan pada bengkel alsintan besar, mesin gerinda menghasilkan kebisingan sebesar 103 db, sehingga untuk sampai pada nilai ambang batas yang diijinkan harus direduksi sebesar 18 db. 31

45 Kebisingan yang ada di daerah mesin gerinda memang berasal dari mesin gerinda sendiri yakni dipengaruhi oleh kekerasan dari benda kerjanya. Pada bengkel alsintan besar kebisingan juga dihasilkan oleh mesin potong plat, gerinda cutting wheel, mesin las listrik dan blower pada ruang cat. Kebisingan dari mesin plat sebenarnya bersumber dari bunyi plat yang dipotong kemudian jatuh, sehingga bukan berasal dari mesin potongnya. Upaya pengendalian kebisingan ini yaitu dengan cara memasang selubung akustik dari bahan peredam getaran. Bahan yang digunakan sebagai peredam memiliki sifat menyerap intensitas kebisingan sehingga intensitasnya akan berkurang. Hal ini bisa dilakukan dengan cara menyediakan ruang tersendiri untuk kegiatan menggerinda kemudian memberikan peredam kebisingan pada dinding ruangan. Hal ini bisa mengurangi kebisingan yang dipancarkan oleh ruang gerinda sehingga daerah di sekitarnya tidak bising. Begitu pula dengan mesin las listrik dan ruang cat, hendaknya disediakan ruang yang disertai dengan peredam kebisingan. Adapun beberapa contoh bahan yang dapat meredam bunyi ada di tabel 5. Tabel 6. Beberapa contoh bahan peredam bunyi Bahan Tebal Koefisien peredaman rata-rata (mm) Pada frekuensi Hz Fiber glass Wol mineral Lapis jerami Lapis wol kayu Sumber: SPLN 46-1 : 1981 Setelah upaya kebisingan itu dilakukan dari sumber bisingnya, maka pengendalian kebisingan pada pekerja juga dilakukan untuk mereduksi tingkat kebisingan yang diterima harian. Karena daerah utama kerusakan akibat kebisingan pada manusia adalah pendengaran maka metode pengendaliannya dengan memanfaatkan alat bantu yang bisa mereduksi kebisingan yang masuk ke telinga yaitu alat pelindung telinga. Alat pelindung telinga adalah alat untuk menyumbat telinga atau penutup telinga yang digunakan atau dipakai dengan tujuan melindungi, mengurangi paparan kebisingan masuk kedalam telinga. Fungsinya adalah menurunkan intensitas 32

46 kebisingan yang mencapai alat pendengaran. Alat pelindung umumnya dapat dibedakan menjadi: 1. Sumbat Telinga (Ear Plug) Ukuran, bentuk, dan posisi saluran telinga untuk tiap-tiap individu berbeda-beda dan bahkan antar kedua telinga dari individu yang sama berlainan. Oleh karena itu sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk, posisi saluran telinga pemakainya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm, tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga manusia tidak lurus, walaupun sebagian kecil ada yang lurus. Sumbat telinga dapat mengurangi bising sampai dengan 30 db(a). Sumbat telinga dapat terbuat dari kapas (wax), plastik karet alami dan sintetik, menurut cara penggunannya, di bedakan menjadi disposible ear plug, yaitu sumbat telinga yang digunkan untuk sekali pakai saja kemudian dibuang, misalnya sumbat telinga dari kapas, kemudian cara pengguanan yang lain yaitu, non dispossible ear plug yang digunakan waktu yang lama terbuat dari karet atau relatif cetak. Dalam pemakaiannya sumbat telinga mempunyai keuntungan dan kerugian. Keuntungan dari pemakaian sumbat telinga yaitu : a. Mudah dibawa karena ukurannya yang kecil b. Relatif lebih nyaman dipakai di tempat kerja yang panas c. Tidak membatasi gerak kepala d. Harga relatif lebih murah dari pada tutup telinga e. Dapat dipakai dengan efektif tanpa dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting dan rambut Sedangkan kerugiannya antara lain: a. Memerlukan waktu yang lebih lama dari tutup telinga untuk pemasangan yang tepat b. Tingkat proteksinya lebih kecil dari tutup telinga c. Sulit untuk memonitor tenaga kerja apakah memakai APT karena sukar dilihat oleh pengawas d. Hanya dapat dipakai oleh saluran telingan yang sehat 33

47 e. Bila tangan yang digunakan untuk memasang sumbat telinga kotor, maka saluran telinga akan mudah terkena infeksi karena iritasi 2. Tutup Telinga (Ear Muff) Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung untuk tutup telinga, dapat berupa cairan atau busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang lama, sering ditemukan efektivitas telinga menurun yang disebabkan oleh bantalan mengeras dan mengerut akibat reaksi bahan bantalan dengan minyak kulit dan keringat. Tutup telinga digunakan untuk mengurangi bising s/d db(a) dengan frekuensi Hz. Keuntungan dari tutup telinga (earmuff) adalah : a. Satu ukuran tutup telinga dapat digunakan oleh beberapa orang dengan ukuran telinga yang berbeda b. Mudah dimonitor pemakaiannya oleh pengawas c. Dapat dipakai pada telinga yang terkena infeksi (ringan) d. Tidak mudah hilang Kerugian dari tutup telinga adalah : a. Tidak nyaman dipakai di tempat kerja yang panas b. Efektifitas dan kenyamanan pemakaiannya dipengaruhi oleh pemakaian kacamata, tutup kepala, anting-anting, rambut yang menutupi telinga c. Tidak mudah dibawa atau disimpan d. Dapat membatasi gerakan kepala pada ruang kerja yang agak sempit e. Harganya relatif lebih mahal dari sumbat telinga 3. Helmet (Enclosure) Menutupi seluruh kepala dan digunakan untuk mengurangi intensitas bising maksimum 35 dba pada 250 Hz sampai 50 dba pada frekuensi tinggi. Beberapa contoh helmet yang direkomendasikan dapat dilihat di lampiran. 34

48 Selain itu, terdapat beberapa jenis pelindung telinga yang dapat digunakan untuk mengurangi kebisingan yang dirasakan oleh telinga dengan beberapa tingkat reduksinya. Sehingga untuk bengkel sederhana dengan tingkat kebisingan yang mencapai 102,2 db(a) dapat mengalami reduksi kebisingan jika menggunakan beberapa jenis pelindung telinga. Begitu pula dengan bengkel besar dengan kebisingan yang dihasilkan juga bisa direduksi dengan menggunakan jenis pelindung di bawah ini. Peredaman yang dihasilkan oleh jenis pelindung telinga dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Peredaman tingkat kebisingan berbagai jenis pelindung telinga Peredaman Tingkat Bising *) [db(a)] Jenis Pelindung Hz Hz Hz Hz Sumbat telinga (2) (2) (3) (3) Sumbat kapas berlilin (7) (9) (9) (8) Sumbat wol gelas (4) (5) (4) (7) Sumbat tercetak sesuai telinga ybs (7) (8) (5) (5) Penutup berperapat busa (6) (5) (6) (8) Penutup berperapat cairan (6) (6) (6) (6) Helm penerbang (4) (5) (4) (5) *) angka dalam kurung menyatakan (deviasi) standar Sumber : SPLN Hz 12 (6) 27 (11) 29 (6) 30 (5) 36 (7) 38 (7) 48 (7) 4000 Hz 12 (4) 32 (9) 35 (7) 41 (5) 43 (8) 47 (8) 59 (9) 8000 Hz 9 (5) 26 (9) 31 (8) 28 (7) 31 (8) 41 (8) 54 (9) 35

49 Gambar 9. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan sederhana Gambar 10. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar (lokasi mesin gerinda jalan) 36

50 Gambar 11. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar mesin gerinda duduk Gambar 12. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar mesin potong pelat 37

51 Gambar 13. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar mesin blower painting Gambar 14. Pengaruh beberapa jenis pelindung telinga terhadap kebisingan di bengkel alsintan besar mesin las listrik 38

52 Jenis Aktivitas Tabel 8. Klasifikasi kuat penerangan Kategori Iluminasi, KI Nilai Iluminasi (lux) Ruang Kerja Ruangan publik A Temporary visit B Pencahayaan umum Ruangan kerja C Untuk kerja visual D Komputer Untuk kerja visual Untuk kerja visual periode lama Sumber : Kroemer, 2001 E F Tugas dengan ketelitian Tugas dengan ketelitian tinggi Berdasarkan tabel 7, data pencahayaan di kedua bengkel dapat diolah untuk didapatkan informasi tentang kondisi sistem pencahayaannya. Adapun persentase kriteria iluminasi dari kedua bengkel dapat dilihat pada tabel 8. Dari persentase kriteria iluminasi tersebut menunjukkan bahwa sistem pencahayaan di bengkel alsintan sederhana sudah cukup baik meskipun masih ada daerah-daerah tertentu yang pencahayaannya kurang (19%) dan kurang cukup (12.5%). Pencahayaan bengkel ini dapat dioptimalkan dengan cara pemberian jendela sebagai jalannya cahaya matahari pada daerah-daerah yang dirasa kurang terang. Dapat juga dengan menggunakan cat ruangan yang memiliki daya pantul cahaya yang baik dan pemberian lampu-lampu. Sedangkan pada bengkel alsintan besar, kriteria iluminasi menunjukkan bahwa bengkel memiliki sistem pencahayaan yang cukup baik. Bahkan di dareh-daerah tertentu telah memiliki pencahayaan yang baik (43.2%) dan sangat baik (3.45%). Sehingga optimasi pada bengkel ini hanya diperlukan pada (1.72%) daerah yang pencahayaannya cukup yakni pada daerah atau ruang cat, gosok dan ruang oven. Kegiatan mengecat, mengeringkan dan menggosok memang berada pada satu ruangan yang menggunakan cahaya lampu, bukan pantulan cahaya matahari. Sehingga perlu adanya lampu yang bisa menerangi ruangan dengan intensitas lebih dari 200 lux. 39

53 besar Tabel 9. Kriteria Iluminasi CV. Daud Teknik Maju dan bengkel alsintan Kriteria Iluminasi CV. Daud Teknik Maju PT. Agrindo (%) (%) A 19 0 B C D E F Keterangan Kriteria Iluminasi A : Kurang B : Kurang cukup C : Cukup D : Cukup baik E : Baik F : Sangat baik 40

54 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Tingkat kebisingan di CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana) mencapai 102,2 db(a) sedangkan pada PT. Agrindo (bengkel alsintan besar) mencapai 103,56 db(a). Keduanya melebihi nilai ambang batas kebisingan. 2. Tingkat pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana) tersebar dari 15 lux hingga 3000 lux. Sedangkan di PT. Agrindo (bengkel alsintan besar), intensitas pencahayaan tersebar antara 100 lux hingga 5000 lux. 3. Kebisingan di kedua bengkel bersumber dari mesin gerinda dan lokasi aktivitasnya yang berada di daerah yang tidak menggunakan peredam kebisingan sehingga kebisingan yang dihasilkan menyebar ke seluruh ruangan. 4. Pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju (bengkel alsintan sederhana) mencapai kriteria iluminasi D yang menunjukkan tingkat pencahayaan yang cukup baik. Begitu pun pada PT. Agrindo (bengkel alsintan besar) kriteria iluminasinya mencapai D yang artinya tingkat pencahayaan yang cukup baik. Kedua bengkel mengandalkan cahaya pantulan cahaya matahari langsung. B. Saran 1. Pengendalian kebisingan di kedua bengkel dapat dilakukan dengan cara menggunaan alat pelindung telinga bisa berupa kapas sederhana, earmuff, earplug atau helmet yang disesuaikan dengan reduksi yang diinginkan. 2. Jenis-jenis kegiatan yang sangat dianjurkan bagi operatornya menggunakan alat pelindung telinga menurut kebisingan yang dihasilkan oleh mesin yang dioperasikan yaitu: Kegiatan menggerinda Kegiatan memotong plat 41

55 Kegiatan mengelas 3. Pencahayaan yang ada di kedua bengkel yang menggunakan pantulan cahaya matahari pada dasarnya sudah cukup akan tetapi agar cahaya dapat tersebar di semua titik ruangan sehingga kegiatan bisa dilakukan tidak hanya pada satu titik tertentu, hendaknya perlu menambahkan cahaya buatan seperti lampu tambahan. Jenis lampu bisa menggunakan jenis lampu metal halida atau SON. 42

56 DAFTAR PUSTAKA Budiono AM et al. 2003, Bunga Rampai Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gerth A. 2004, Office ergonomics A Preventative Approach, Purdue University. Grether W, Baker Visual presentation of information. Human Engineering Guide to Equipment Desain. US Government printing office, Washington. Hanifa TY Pengaruh Kebisingan terhadap Kelelahan pada Tenaga Kerja Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perhutani Semarang [skripsi]. Semarang: Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang. [ oc.pdf.] Harten PV, Setiawan E Instalasi Listrik Arus Kuat, Jilid 2. Bandung: Percetakan Bina Cipta. Heryadi Heru Analisis kebisingan pada proses pengolahan tebu di PG Jatitujuh Majalengka Jawa barat. [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Petanian Bogor. Bogor :59 wib International Journal, 2004 Industrial Ergonomics, ELSEVIER. Irianto, Chairul G Studi Optimasi Sistem Pencahayaan Ruang Kuliah dengan memanfaatkan Cahaya Alam [ Juliarson M Mempelajari Metode Luminasi terhadap Kebutuhan Lampu Penerangan di dalam suatu Ruang Kerja [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor:KEP-51.MEN/1999 Tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika Di Tempat Kerja, 1999, Jakarta: Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI. 43

57 Kholik HM Analisa Nilai Pencahayaan Proses Belajar Mengajar Sekolah Dasar di Malang. [ Kroemer K et al, Ergonomic How to Design For ease And Efficiency, Prentice Hall International, 2nd edition. Menteri Negara Lingkungan Hidup, Baku Tingkat Kebisingan, Surat Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor: Kep- 48/MENLH/1996/25 November 1996, Jakarta. Nurmianto E Ergonomi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Edisi Kedua. Penerbit Guna Widya. Surabaya. Priatna BL, Utomo A dalam Edhie Sarwono et al. 2002, Green Company Pedoman Pengelolaan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LK3), Jakarta: PT Astra International Tbk. Santoso Budi Analisis Kebisingan pada Proses Produksi Gula pada Stasiun Masakan, Putaran, dan Power House di PG Bunga Mayang Lampung [SKRIPSI]. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor. Sasongko DP Kebisingan Lingkungan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.[Terhubung berkala, 6 Agustus 2010] SPLN 46-1 : Standar Perusahaan Umum Milik Negara.pdf Suma mur PK Ergonomi untuk Produktivitas, Jakarta: CV. Haji Mas Agung. Syuaib, Faiz Modul Penuntun Kuliah dan Praktikum Perbengkelan. Institut Pertanian Bogor. Tambunan ST Kebisingan Di Tempat Kerja (Occupational Noise), Yogyakarta: Andi. Wignjosoebroto S. 1995, Ergonomi Studi Gerak dan Waktu, Surabaya: Guna Widya. [6Agustus2010] Yahya I Metode pengukuran akustik#2. 44

58 LAMPIRAN 45

59 Lampiran 1. Data kebisingan di CV. Daud Teknik Maju Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas bising dba 6 22,5 86, , ,5 81, ,5 78, , , ,5 98, , ,5 93, ,5 77, , ,5 75, , ,5 74, , ,5 72, , ,5 71, , ,5 70, , ,5 69, , ,5 68, ,5 64, ,31 6 8,5 63, ,58 6 7,5 63, ,91 6 6,5 62, ,5 61,77 46

60 Lampiran 1. Data kebisingan di CV. Daud Teknik Maju (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas bising dba ,5 6 4,5 61, ,97 6 3,5 60, , ,5 59, ,55 6 0,5 59, , , ,5 98, , ,5 93, , ,5 90, , ,5 89, , ,5 87, ,5 86, , ,5 90, ,5 80, ,98 3, , ,52 2, , , , ,5 0, , ,56 7, ,02 47

61 Lampiran 1. Data kebisingan di CV. Daud Teknik Maju (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas bising dba ,04 12, , ,02 11, , ,5 10, , , ,5 97, , ,5 92, ,5 86, , ,5 83, , ,5 82, , ,5 80, ,5 75, , ,5 74, ,5 69, , ,5 69, ,69 4 9,5 68, ,94 4 8,5 67, ,24 4 7,5 66, ,6 4 6,5 66, ,5 64,77 48

62 Lampiran 1. Data kebisingan di CV. Daud Teknik Maju (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas bising dba ,49 4 4,5 64, ,97 4 3,5 63, ,47 4 2,5 63, ,5 62, ,55 4 0,5 62, ,13 5,5 20,5 95,54 6,5 19,5 92, ,52 7,5 18,5 87,58 8,5 17,5 84, ,5 9,5 16,5 82, ,56 10,5 15,5 80, ,97 11,5 14,5 79, ,64 1, , ,5 67,53 0, ,04 14, , ,02 15, ,

63 Lampiran 2. Data pencahayaan di CV. Daud Teknik Maju No. Titik Intensitas (lux) KI 1 35 A D F D C E E C 9 50 B C D C A B B A A A B F F C D F E B B A A A C E C D B No. Titik Intensitas (lux) KI D D F F D C A A C D F F E D D D F D E D A A C D B F D D D D D C A A B C E 50

64 Lampiran 3. Data kebisingan di unit AEU PT. Agrindo Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas Bising dba 68, , ,02 69, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,36 55,5 2,5 101, ,88 51

65 Lampiran 3. Data kebisingan di unit AEU PT. Agrindo (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas Bising dba 56,5 3,5 92, ,86 57,5 4,5 87, ,34 58,5 5, ,84 59,5 6,5 82, ,9 60,5 7,5 81, ,31 61,5 8,5 79,62 54,7 3 96,16 54,3 3 94,89 53,5 8 81, , ,5 98, , ,5 93, , ,5 90, , ,5 88, , ,5 87, , ,5 85, , ,5 84, , ,5 83, , ,5 82, , ,5 81, ,5 80, , ,5 79,89 52

66 Lampiran 3. Data kebisingan di unit AEU PT. Agrindo (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas Bising dba , ,5 79, , ,5 78, , ,5 78, , ,5 77, , ,5 76, , ,5 76, , ,5 76, , ,5 75, , ,5 75, , ,5 74, , ,5 74, , ,5 74, , ,5 73, , ,5 73, ,2 25 3,5 73, , ,5 72, , ,5 72, , ,5 72, ,79 22, ,85 53

67 Lampiran 3. Data kebisingan di unit AEU PT. Agrindo (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas Bising dba ,26 21, , ,77 20, , ,88 19, ,24 18, , ,91 17, , ,75 16, , ,72 15, , ,81 14, , ,98 13, , ,22 12, , ,53 11, , ,88 10, , ,29 9, ,72 8, , ,2 7, , ,7 6, , ,23 5, ,79 4, , ,36 3, , ,96 54

68 Lampiran 3. Data kebisingan di unit AEU PT. Agrindo (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas Bising dba 2, , ,57 1, , ,2 0, , , ,56 24,5 31,5 97,6 23,5 32,5 88,06 22,5 33,5 83, ,04 21,5 34,5 80, ,54 20,5 35,5 78, ,6 19,5 36,5 76, ,02 18,5 37,5 75, ,68 17,5 38,5 74, ,52 16,5 39, ,5 15,5 40,5 72, ,58 14,5 41,5 71, ,76 13,5 42,5 70, ,5 43,5 69, ,3 11,5 44,5 68, ,66 10,5 45,5 68, ,06 25,5 31, ,97 26,5 32,5 88,46 55

69 Lampiran 3. Data kebisingan di unit AEU PT. Agrindo (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas Bising dba ,96 27,5 33,5 84, ,44 28,5 34,5 81, ,94 29,5 35,5 78, ,5 36,5 77, ,42 31,5 37,5 75, ,08 32,5 38,5 74, ,92 33,5 39,5 73, ,9 34,5 40,5 72, ,98 35,5 41,5 71, ,15 36,5 42,5 70, ,39 37,5 43,5 70, ,7 38,5 44,5 69, ,06 39,5 45,5 68, , , ,5 99, , ,5 90, , ,5 91, , ,5 89, , ,5 88, ,26 56

70 Lampiran 3. Data kebisingan di unit AEU PT. Agrindo (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas Bising dba 56 38,5 86, , ,5 85, , ,5 84, , ,5 83, , ,5 82, ,5 81, , ,5 80, , ,5 80, ,91 54, , ,54 53, , ,1 52, , ,18 51, , , , ,26 49, , ,8 48, , ,56 47, ,47 46, , ,51 45, , ,64 44,5 8 78, ,85 43,5 6 77,48 57

71 Lampiran 3. Data kebisingan di unit AEU PT. Agrindo (lanjutan) Sumbu x (m) Sumbu y (m) Intensitas Bising dba 43,5 6 77, ,12 42,5 4 76, ,46 41,5 2 76, ,83 40,5 0 75,54 58

72 Lampiran 4. Data pencahayaan di PT. Agrindo No. Titik Intensitas (lux) KI Keterangan D D D D D D Daerah Mesin Bubut D D E E D E E D Daerah Mesin Milling E E D D Mesin Stik F D Mesin Potong Plat F E Mesin Gergaji Pita E Mesin Potong Plat E E D Daerah Mesin Vibra D E D D D D E Daerah Mesin Bor D D E 59

73 Lampiran 4. Data pencahayaan di PT. Agrindo (lanjutan) No. Titik Intensitas (lux) KI Keterangan E D Brakepress E E E Mesin Punch E Kompresor D D E Mesin Rol Plat E D Cutting Wheel D E Daerah Mesin Las E D Daerah Motor E Running Test D C Ruang Cat D Ruang Gosok E D Ruang Gerinda E 60

74 Lampiran 5. Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya Jenis pelindung Reduksi bising dan kisaran harga Gambar APT 29 db DECIDAMP2 EARPLUGS $30 27 db COM-FIT EARPLUGS $ db Max Lite $ db Classic Soft Traffic Cones Swerve Replacement Pods $74.65 (200 buah) 23 db $37.75 (200 pasang/pak) 29 db $ db E-A-Rflex 28Ear Plug Kit $5.95 Sumber : grainger.com 61

75 Lampiran 5. Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya (lanjutan) Jenis pelindung Quiet Band QB2HYG Ear Plug Kit Reduksi bising dan kisaran harga 25 db $58.5 (10 buah) Gambar APT Noise Cancelling EarMuff 85 db $14.35(Exc.GST) / RRP $29.95(Inc.GST) EarMuff with Electronic Noise Control Leightning L3 85 db $11.00(Exc.GST) / RRP $29.95(Inc.GST) 30 db $25.75 SuperSonic 29 db $27.40 Condor 26 db $11.28 Sumber : grainger.com 62

76 Lampiran 5. Contoh-contoh alat pelindung telinga beserta reduksinya (lanjutan) Jenis pelindung Reduksi bising dan kisaran harga Gambar APT 20 db Clarity C1 $ db VIKING V1 $ db VIKING V2 $ db VIKING V3 $20.45 Elvex Sound Blocker db $34.95 $ db Leightning L2H Optime 101 $20.00 $12.24 Sumber : grainger.com 63

77 Lampiran 6. Skema titik-titik pengukuran Kebisingan CV. Daud Teknik Maju 64

78 Lampiran 6. Skema titik-titik pengukuran (lanjutan) Pencahayaan CV. Daud Teknik Maju 65

79 Lampiran 6. Skema titik-titik pengukuran (lanjutan) Kebisingan Unit AEU PT. Agrindo Surabaya. Pencahayaan Unit AEU PT. Agrindo Surabaya. 66

80 Lampiran 7. Foto-foto kondisi bengkel Kondisi pencahayaan CV. Daud Teknik Maju Kondisi pencahayaan unit AEU PT. Agrindo 67

81 Lampiran 7. Foto-foto kondisi bengkel (lanjutan) Atap unit AEU PT. Agrindo 68

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika II. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomika Ergonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Ergon berarti kerja dan Nomos berarti aturan dan hukum alam. Ergonomi dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kebisingan dan Pencahayaan di Kedua Bengkel Kebisingan dan pencahayaan merupakan aspek-aspek penting yang mempengaruhi tingkat kenyamanan dalam bekerja. Sehingga ketika aspek

Lebih terperinci

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment

Ergonomics. Human. Machine. Work Environment ERGONOMI Ergonomics Human Machine Work Environment RANCANGAN YANG ERGONOMIS Fokus Perhatian : MANUSIA dalam Perencanaan Man-Made Objects dan Lingkungan Kerja Tujuan Rancang Bangun dalam Menciptakan Produk,

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG

SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG SKRIPSI ANALISIS KEBISINGAN PADA PROSES PRODUKSI GULA PADA STASIUN MASAKAN, PUTARAN, DAN POWER HOUSE DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG Oleh: BUDI SANTOSO F14104079 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Belajar Menurut Suwarno (2006) lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang melengkapi terjadinya proses pendidikan. Hal ini berarti bahwa lingkungan sebagai

Lebih terperinci

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan

TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Genap 2014/2015. TIN206 - Pengetahuan Lingkungan Materi #9 Definisi 2 Noise (bising) adalah bunyi yang tidak dikehendaki, suatu gejala lingkungan (environmental phenomenon) yang mempengaruhi manusia sejak dalam kandungan dan sepanjang hidupnya. Bising

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA KONDISI LINGKUNGAN KERJA YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA 1. Temperatur Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya utk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi kekurangan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suara dan gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebisingan 2.1.1. Definisi Kebisingan Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan pada sel saraf pendengar dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang ditimbulkan getaran

Lebih terperinci

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author:

Syarifuddin *, Muzir Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Aceh-Indonesia * Corresponding Author: Malikussaleh Industrial Engineering Journal Vol.4 No.1 (2015) 36-41 ISSN 2302 934X Ergonomic and Work System Analisis Penentuan Pola Kebisingan Berdasarkan Nilai Ambang Batas (NAB) Pada Power Plant Di

Lebih terperinci

KEBISINGAN (NOISE) Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS

KEBISINGAN (NOISE) Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS Dr. Ir. Katharina Oginawati, MS Peratuan MENKES No. 718/Men.Kes/Per/XI/1987 Tentang kebisingan yang berhubungan dengan kesehatan Daerah dibagi sesuai dengan titik kebisingan yang diizinkan Zona A Zona

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lingkungan Permukiman Lingkungan pemukiman/perumahan adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UPT. Balai Yasa Yogyakarta merupakan satu dari empat Balai Yasa yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero). UPT. Balai Yasa Yogyakarta adalah industri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kondisi lingkungan kerja yang nyaman, aman dan kondusif dapat meningkatkan produktivitas pekerja. Salah satu diantaranya adalah lingkungan kerja yang bebas dari kebisingan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Gambar 3.1 Flow Chart

Lebih terperinci

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi

Tabel 2.1 Tangga Intensitas dari Kebisingan Skala Intensitas Desibels Batas Dengar Tertinggi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan 1. Pengertian Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki 3). Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara

Lebih terperinci

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT.

Lingkungan Kerja. Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Lingkungan Kerja Dosen Pengampu : Ratih Setyaningrum,MT. Definisi Kebisingan Adalah bunyi yang tidak menyenangkan, bunyi yg menggangu. Pengukuran : - Sound level meter - Mikrofon - Sound Analyzer ALAT

Lebih terperinci

MODUL III INTENSITAS CAHAYA

MODUL III INTENSITAS CAHAYA MODUL III INTENSITAS CAHAYA Pada modul ini akan dijelaskan pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi praktikum, dan lembar kerja praktikum. I. PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang longitudinal yang merambat melalui medium. Bunyi dapat dihasilkan oleh dua benda yang saling berbenturan, alat musik, percakapan manusia, suara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kebisingan 2.1.1 Pengertian Kebisingan Kebisingan merupakan bunyi yang tidak dikehendaki karena tidak sesuai dengan konteks ruang dan waktu sehingga dapat menimbulkan gangguan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap yang harus dibuat sebelum melakukan penelitian, karena pada bab ini akan membahas dan menjelaskan tentang langkah-langkah yang akan di

Lebih terperinci

- BUNYI DAN KEBISINGAN -

- BUNYI DAN KEBISINGAN - ERGONOMI - BUNYI DAN KEBISINGAN - Universitas Mercu Buana 2011 Telinga http://id.wikipedia.org/wiki/telinga) TELINGA LUAR TELINGA TENGAH TELINGA DALAM http://v-class.gunadarma.ac.id/mod/resource/view.php?id=2458

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA

PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA TUGAS AKHIR PENENTUAN TINGKAT KEBISINGAN SIANG MALAM DI PERKAMPUNGAN BUNGURASIH AKIBAT KEGIATAN TRANSPORTASI TERMINAL PURABAYA SURABAYA Dosen Pembimbing 1 : Ir.Wiratno A.Asmoro,M.Sc Dosen Pembimbing 2

Lebih terperinci

SISTEM KERJA. Nurjannah

SISTEM KERJA. Nurjannah SISTEM KERJA Nurjannah Definisi Sistem Kerja Sistem adalah komponen komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama guna mencapai tujuan tertentu. Kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu

Lebih terperinci

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5

PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 13 No. 3 September 2017; 68-73 PENGUJIAN TINGKAT PENCAHAYAAN DI RUANG KULIAH SEKOLAH C LANTAI III- O5 Supriyo, Ismin T. R. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebisingan Bising umumnya didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki. Bunyi adalah sensasi yang timbul dalam telinga akibat getaran udara atau media lain 5). Apabila

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Alat dan Bahan. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software For evaluation only.

3.1. Waktu dan Tempat Alat dan Bahan. Generated by Foxit PDF Creator Foxit Software  For evaluation only. III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2011 sampai Juni 2011. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan data di lapangan, studi pustaka, dan anlisis data perhitungan,

Lebih terperinci

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK

PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR ABSTRAK VOLUME 8 NO. 1, FEBRUARI 2012 PENGARUH PAGAR TEMBOK TERHADAP TINGKAT KEBISINGAN PADA PERUMAHAN JALAN RATULANGI MAKASSAR Sri umiati 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan

Lebih terperinci

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Tahu Sumedang adalah salah satu makanan khas Kota Sumedang. Pabrik Tahu di Sumedang semakin berkembang karena potensi pasar yang tinggi. Salah satu pabrik tahu di Kota Sumedang yaitu pabrik tahu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. industrialisasi di Indonesia maka sejak awal disadari tentang kemungkinan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan serta keselamatan kerja merupakan masalah penting dalam setiap proses operasional di tempat kerja. Dengan berkembangnya industrialisasi di Indonesia maka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kebisingan Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia. [1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-48/MEN.LH/11/1996, kebisingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan kerja merupakan kegiatan yang dilakukan guna memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi masyarakat pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 mengenai kesehatan lingkungan menyatakan bahwa setiap manusia mengupayakan kesehatan lingkungan yang salah satunya, lingkungan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : F

SKRIPSI. Oleh : F ANALISIS GETARAN MEKANIS PADA PROSES PRODUKSI GULA DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA SKRIPSI Oleh : BAYU GINANJAR MUKTI F14104044 2008 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi,

BIOAKUSTIK. Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, BIOAKUSTIK Akustik membahas segala hal yang berhubungan dengan bunyi, Bioakustik membahas bunyi yang berhubungan dengan makhluk hidup, terutama manusia. Bahasan bioakustik: proses pendengaran dan instrumen

Lebih terperinci

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan

Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Kebisingan Kereta Api dan Kesehatan Salah satu jenis transportasi darat yang cukup diminati oleh masyarakat adalah kereta api. Perkeretaapian tidak saja memberi dampak yang positif bagi masyarakat sekitarnya,

Lebih terperinci

PENGUKURAN DAN ANALISIS GETARAN MEKANIS PADA PROSES PRODUKSI GULA DI STASIUN PUTARAN DAN PEMBANGKIT LISTRIK DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG UTARA, LAMPUNG

PENGUKURAN DAN ANALISIS GETARAN MEKANIS PADA PROSES PRODUKSI GULA DI STASIUN PUTARAN DAN PEMBANGKIT LISTRIK DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG UTARA, LAMPUNG PENGUKURAN DAN ANALISIS GETARAN MEKANIS PADA PROSES PRODUKSI GULA DI STASIUN PUTARAN DAN PEMBANGKIT LISTRIK DI PG BUNGAMAYANG, LAMPUNG UTARA, LAMPUNG Oleh: SUKRIS TRI CAHYONO F14104027 2008 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

INVESTIGASI PAPARAN KEBISINGAN DI BENGKEL RESMI SEPEDA MOTOR KABUPATEN JEMBER SKRIPSI

INVESTIGASI PAPARAN KEBISINGAN DI BENGKEL RESMI SEPEDA MOTOR KABUPATEN JEMBER SKRIPSI INVESTIGASI PAPARAN KEBISINGAN DI BENGKEL RESMI SEPEDA MOTOR KABUPATEN JEMBER SKRIPSI Oleh Nur Faizah NIM 101810201050 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKAN DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2014

Lebih terperinci

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN Bab 7 Kesimpulan dan Saran BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal berikut ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu kebisingan. Kebisingan dapat dibagi tiga macam kebisingan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kebisingan Kebisingan adalah bunyi yang dapat mengganggu pendengaran manusia. Menurut teori Fisika, bunyi adalah rangsangan yang diterima oleh syaraf pendengaran yang berasal

Lebih terperinci

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong

Ditinjau dari macam pekerjan yang dilakukan, dapat disebut antara lain: 1. Memotong Pengertian bengkel Ialah tempat (bangunan atau ruangan) untuk perawatan / pemeliharaan, perbaikan, modifikasi alt dan mesin, tempat pembuatan bagian mesin dan perakitan alsin. Pentingnya bengkel pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis,

BAB I PENDAHULUAN. 2007). Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan gangguan fisiologis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Badan kesehatan dunia (WHO) melaporkan, tahun 1988 terdapat 8-12% penduduk dunia menderita dampak kebisingan dalam berbagai bentuk (Nanny, 2007). Bising dengan intensitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European

BAB I PENDAHULUAN. pemasakan. Kapasitas produksi mencapai 4000 ton per hari. Sound Level Meter dengan 9 titik pengukuran yang berdasarkan European BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan kerja dimana pekerja melakukan pekerjaannya sehari hari, Kondisi lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja seseorang dalam bekerja, dimana ada beberapa

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 10 LINGKUNGAN KERJA FISIK 1 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bunyi adalah gelombang mekanis logitudinal yang merambat. Bunyi dihasilkan melalui benda atau zat yang bergetar seperti, bunyi mesin kereta api. Bunyi tersebut berpotensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 pasal 164 mengenai kesehatan kerja dijelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri.

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, akan terjadi perubahan-perubahan yang bertujuan untuk mendapatkan kualitas kehidupan yang lebih baik. Hal ini didukung dengan adanya perkembangan

Lebih terperinci

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA

ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA ANALISIS KEBISINGAN PADA KAWASAN COMPRESSOR HOUSE UREA-1 PT. PUPUK ISKANDAR MUDA, KRUENG GEUKUEH ACEH UTARA Sabri 1* dan Suparno 2 1 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Jl. Tgk Syech Abdurrauf

Lebih terperinci

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment)

Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Identifikasi Potensi Bahaya Akibat Pencahayaan Dengan Pendekatan HIRA (Hazard Identification And Risk Assessment) Maesaroh, Yayan Harry Yadi, Wahyu Susihono,, Jurusan Teknik Industri Universitas Sultan

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 2 (2014), Hal ISSN : TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT TINGKAT KEBISINGAN AKIBAT AKTIVITAS MANUSIA DI RUANG INAP RUMAH SAKIT Novi Suryanti 1), Nurhasanah 1), Andi Ihwan 1) 1)Program Studi Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan beban tambahan bagi tenaga kerja.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyebabkan beban tambahan bagi tenaga kerja. 2.1 Kebisingan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1 Defenisi Kebisingan Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No 13 tahun 2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan Faktor Kimia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan makin meningkatnya perkembangan industri di indonesia, kemajuan dari industri tersebut antara lain ditandai pemakaian mesin-mesin yang dapat mengolah dan memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang semakin meningkat mendorong Indonesia mencapai tahap industrialisasi, yaitu adanya berbagai macam industri yang ditunjang dengan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PRODUKSI BENDA BENTUK LINGKARAN MENGGUNAKAN LAS ASETILEN SEMI OTOMATIS (PENGUJIAN ALAT)

RANCANG BANGUN ALAT BANTU PRODUKSI BENDA BENTUK LINGKARAN MENGGUNAKAN LAS ASETILEN SEMI OTOMATIS (PENGUJIAN ALAT) RANCANG BANGUN ALAT BANTU PRODUKSI BENDA BENTUK LINGKARAN MENGGUNAKAN LAS ASETILEN SEMI OTOMATIS (PENGUJIAN ALAT) LAPORAN AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Syarat Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepedulian pemerintah Indonesia terhadap Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) untuk meningkatkan kesadaran bagi pihak perusahaan dan tenaga kerja telah diatur dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. udara tersebut ikut bergetar (Harnapp dan Noble, 1987). dirasakan sebagai gangguan (Mangunwijaya, 1988). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bunyi Bunyi dihasilkan dari pergesekan benda padat, gas, cair atau kombinasinya. Pergesekan tersebut mengakibatkan geteran yang akan menganggu keseimbangan molekul-molekul udara

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini juga telah terjadi trend dan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan yang sangat komplek. Dewasa ini juga telah terjadi trend dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, persaingan diantara perusahaan baik di dalam maupun luar negeri semakin ketat dan keras. Disamping itu juga terjadi perubahan-perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam melaksanakan pengujian ini penulis menggunakan metode pengujian dan prosedur pengujian. Sehingga langkah-langkah serta tujuan dari pengujian yang dilakukan dapat sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi mata. Intensitas pencahayaan (Illumination level) merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata merupakan salah satu bagian tubuh pekerja yang harus dilindungi keselamatan dan kesehatannya. Cahaya yang cukup merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan

Lebih terperinci

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM)

TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) 138 M. A. Fatkhurrohman et al., Tingkat Redam Bunyi Suatu Bahan TINGKAT REDAM BUNYI SUATU BAHAN (TRIPLEK, GYPSUM DAN STYROFOAM) M. Aji Fatkhurrohman*, Supriyadi Jurusan Pendidikan IPA Konsentrasi Fisika,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara Indonesia ini, perkembangan teknologi masa kini menuntut manusia untuk mengikuti perkembangan di berbagai sektor, salah satu diantaranya adalah sektor industri.

Lebih terperinci

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin

BAB III METODE PROYEK AKHIR. Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya pembuatan mesin BAB III METODE PROYEK AKHIR A. Waktu dan Tempat Tempat pembuatan dan perakitan mesin pemotong kerupuk ini di lakukan di Bengkel Kurnia Motor dengan alamat jalan raya Candimas Natar. Waktu terselesainya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Petunjuk teknis sistem pencahayaan buatan dimaksudkan untuk digunakan sebagai pegangan bagi para perancang dan pelaksana pembangunan gedung didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berjalannya waktu, kemajuan teknologi di bidang transportasi turut serta berkembang dengan cepat, mulai dari transportasi darat, laut, hingga udara.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO

MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB TEKNIK ELEKTRO MAKALAH ILUMINASI DISUSUN OLEH : M. ALDWY WAHAB 14 420 040 TEKNIK ELEKTRO ILUMINASI (PENCAHAYAAN) Iluminasi disebut juga model refleksi atau model pencahayaan. Illuminasi menjelaskan tentang interaksi

Lebih terperinci

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ( X Print) B-101 JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) 2337-3520 (2301-928X Print) B-101 Kebisingan di Dalam Kabin Masinis Lokomotif Tipe CC201 Tri Sujarwanto, Gontjang Prajitno, dan Lila Yuwana Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor secara menetap (Tarwaka, dkk., 2004:33). Kelelahan dapat menurunkan kapasitas kerja dan ketahanan kerja yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelelahan adalah aneka keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang penyebab utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik

Lebih terperinci

PEMBUATAN MESIN CRUSHER SAMPAH ORGANIK KAPASITAS 738 KG/JAM

PEMBUATAN MESIN CRUSHER SAMPAH ORGANIK KAPASITAS 738 KG/JAM PEMBUATAN MESIN CRUSHER SAMPAH ORGANIK KAPASITAS 738 KG/JAM PROYEK AKHIR Disusun untuk memenuhi sebagian syarat untuk Mencapai derajat Ahli Madya Disusun Oleh : NANDRA KURNIAWAN 2009-55-004 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja (Suma mur,2009). Faktor pendukung ini diantaranya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja (Suma mur,2009). Faktor pendukung ini diantaranya yaitu II-20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ergonomi dapat didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering,

Lebih terperinci

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERTEMUAN #6 PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA PERANCANGAN SISTEM KERJA #2 (MESIN, PERALATAN, & LINGKUNGAN KERJA) PERTEMUAN #6 TKT207 ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM

STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM JETri, Volume 5, Nomor 2, Februari 2006, Halaman 1-20, ISSN 1412-0372 STUDI OPTIMASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANG KULIAH DENGAN MEMANFAATKAN CAHAYA ALAM Chairul Gagarin Irianto Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI,

Lebih terperinci

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN

ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN ANALISA KEBISINGAN ALAT PRAKTIKUM KOMPRESOR TORAK PADA LABORATORIUM PRESTASI MESIN Ipick Setiawan 1*, Agung Sudrajad 2, Mohammad Auriga 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Sultan

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA

BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA BAB III PERAWATAN MESIN BUBUT PADA PT.MITSUBA INDONESIA 3.1 Mesin Bubut Mesin bubut adalah mesin yang dibuat dari logam, gunanya untuk membentuk benda kerja dengan cara menyayat, gerakan utamanya adalah

Lebih terperinci

III. TINJAUAN PUSTAKA

III. TINJAUAN PUSTAKA III. TINJAUAN PUSTAKA A. Ergonomi Istilah ergonomi yang juga dikenal dengan human factors berasal dari bahasa Latin yaitu ergon yang berarti kerja, dan nomos yang berarti hukum alam. Sehingga, ergonomi

Lebih terperinci

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH

UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM ARIEF SALEH UJI PERFORMANSI DAN KENYAMANAN MODIFIKASI ALAT PENGEBOR TANAH MEKANIS UNTUK MEMBUAT LUBANG TANAM Oleh : ARIEF SALEH F14102120 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Arief Saleh. F14102120.

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA, MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 TENTANG ALAT PELINDUNG DIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebisingan menurutpermenakertrans No. 13 Tahun 2011Nilai Ambang Batas (NAB) faktor fisika yaitu Intensitas bising adalah Suara yang tidak diinginkan akan memberikan

Lebih terperinci

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA tutorial 11 LINGKUNGAN KERJA FISIK 2 Prodi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Tahun Ajaran 2016/2017 www.labdske-uii.com Lingkungan Kerja

Lebih terperinci

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN

BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN BAB IV PEMBUATAN DAN PENGUJIAN 4.1. Proses Pembuatan Proses pembuatan adalah tahap-tahap yang dilakukan untuk mencapai suatu hasil. Dalam proses pembuatan ini dijelaskan bagaimana proses bahanbahan yang

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 14 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dalam tiga tahap yaitu pengukuran iluminasi cahaya pada medium udara, pengoperasian bagan apung, dan pengukuran iluminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memberikan kepuasan yang terbaik bagi para konsumennya, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada era globalisasi seperti sekarang, alat transportasi kendaraan bermotor semakin dibutuhkan baik untuk kendaraan operasional perusahaan maupun kendaraan pribadi.

Lebih terperinci

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2

c = b - 2x = ,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = 82 mm 2 = 0, m 2 c = b - 2x = 13 2. 2,75 = 7,5 mm A = luas penampang v-belt A = b c t = mm mm = 82 mm 2 = 0,000082 m 2 g) Massa sabuk per meter. Massa belt per meter dihitung dengan rumus. M = area panjang density = 0,000082

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Bengkel Pioneer Motor merupakan bengkel umum di Bandung yang menawarkan jasa cuci mobil, body repair, dan perbaikan mesin mobil. Berdasarkan pengamatan, penulis menemukan bagian perbaikan mesin

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PEMBUATAN PROTOTYPE ROBOT KABEL 4 AKSIS DENGAN SISTEM PENGENDALI OTOMATIS UNTUK MENGGERAKKAN BEBAN 3 KG DWI CAHYO MARINDHO

TUGAS AKHIR PEMBUATAN PROTOTYPE ROBOT KABEL 4 AKSIS DENGAN SISTEM PENGENDALI OTOMATIS UNTUK MENGGERAKKAN BEBAN 3 KG DWI CAHYO MARINDHO TUGAS AKHIR PEMBUATAN PROTOTYPE ROBOT KABEL 4 AKSIS DENGAN SISTEM PENGENDALI OTOMATIS UNTUK MENGGERAKKAN BEBAN 3 KG DWI CAHYO MARINDHO 201554121 DOSEN PEMBIMBING Ir. Masruki Kabib, MT. Rochmad Winarso,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lingkungan kerja merupakan lingkungan dimana pegawai melakukan pekerjaannya dalam sehari-hari. Lingkungan kerja dapat mempengaruhi tingkat kenyamanan pegawai sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan disektor industri dengan berbagai proses produksi yang dilaksanakan menggunakan teknologi modern dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan

BAB I PENDAHULUAN. paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam suatu lingkungan kerja, manusia mempunyai peranan yang paling utama dalam kerja dimana manusia berperan sebagai perencana dan perancang suatu sistem kerja.

Lebih terperinci

ANALISIS K3 (KESEHATAN KESELAMATAN KERJA ) DI BAGIAN PROSES PRODUKSI KERTAS INDUSTRI DI PT. DASECTA. Oleh :

ANALISIS K3 (KESEHATAN KESELAMATAN KERJA ) DI BAGIAN PROSES PRODUKSI KERTAS INDUSTRI DI PT. DASECTA. Oleh : ANALISIS K3 (KESEHATAN KESELAMATAN KERJA ) DI BAGIAN PROSES PRODUKSI KERTAS INDUSTRI DI PT. DASECTA TUGAS AKHIR Oleh : FEBIANTO EKA PRASETYO 0800768612 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari

FISIKA. 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari FISIKA 2 SKS By : Sri Rezeki Candra Nursari MATERI Satuan besaran Fisika Gerak dalam satu dimensi Gerak dalam dua dan tiga dimensi Gelombang berdasarkan medium (gelombang mekanik dan elektromagnetik) Gelombang

Lebih terperinci

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL KONDISI LINGKUNGAN YANG MEMPENGARUHI KEGIATAN MANUSIA OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG

EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG EVALUASI FAKTOR ERGONOMI PADA FASILITAS DAN LINGKUNGAN PENGERAJIN FURNITURE DI DESA BOJONG Ade Supriatna, ST. MT, Ir. Atik Kurnianto, MEng. Fakultas Teknik / Jurusan Teknik Industri Abstrak Usaha mikro

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S

PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S PEMROGRAMAN KOMPUTER UNTUK MENGANALISIS TINGKAT KEBISINGAN ELLA DESYNATA S NRP : 9821040 Pembimbing : V. Hartanto S.,Ir. M.Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN DAUR ULANG GYPSUM (BAGIAN STATIS)

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN DAUR ULANG GYPSUM (BAGIAN STATIS) PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MESIN DAUR ULANG GYPSUM (BAGIAN STATIS) LAPORAN PROYEK AKHIR Oleh Aris Wijaya 121903101005 PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS JEMBER

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK i iv ix xii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Identifikasi Masalah 3 1.3 Rumusan Masalah 3 1.4 Tujuan Penelitian 3 1.5

Lebih terperinci

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X

STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X STUDI WAKTU DAN PROSES PEMBUATAN TERALIS JENDELA DI PT X I Wayan Sukania 1), Oktaviangel 2), Julita 3) Program Studi Teknik Industri, Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara 1) Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring kemajuan zaman, kebutuhan manusia semakin banyak dan untuk memenuhi semua itu orang-orang berupaya menyediakan pemenuh kebutuhan dengan melakukan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Perkembangan film Indonesia pada saat ini mengalami peningkatan dan penurunan sehingga mempertahankan peningkatan film itu sangatlah

Lebih terperinci

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit?

Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit. 2. Pencahayaan dan penerangan seperti apa yang dibutuhkan dirumah sakit? Pencahayaan dan Penerangan Rumah Sakit 1. Apa itu pencahayaan/penerangan? penataan peralatan cahaya dalam suatu tujuan untuk menerangi suatu objek (eskiyanthi.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-pencahayaan.html)

Lebih terperinci