Juliana Irmayanti Saragih dan Irmawati

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Juliana Irmayanti Saragih dan Irmawati"

Transkripsi

1 PSIKOLOGIA Volume I No. 1 Juni 2005 terjalin di antara umat manusia. Lagu yang FENOMENA JATUH CINTA popular PADA di antara MAHASISWI kita bertemakan cinta. Komik dan majalah yang paling laku di pasaran pada umumnya bertemakan cinta. Juliana Irmayanti Saragih dan Irmawati PS. Psikologi Fakultas Kedokteran Demikian Universitas juga Sumatera film-film Utara yang paling sering muncul di televisi selalu menceritakan kisah Intisari cinta (Calhoun & Acocella, 1990) Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan atau menggambarkan kondisi mahasiswi yang sedang jatuh cinta. Menurut Untuk menjawab Abraham pertanyaanpertanyaan penelitian, secara umum digunakan Goble, 1991), teori cinta Triangular itu sendiri Theory merupakan of Maslow (dalam Love yang dikembangkan oleh Robert kebutuhan J. Stenberg. yang Dalam sangat penelitian penting bagi ini umat digunakan metode kualitatif, karena manusia dengan sehingga metode ini tanpa dapat cinta, dipahami pertumbuhan tingkah laku individu menurut pemahaman dan perkembangan dan sudut pandang kemampuan si pelaku. individu Untuk pengambilan data digunakan metode akan observasi terhambat. dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Pandangan Sebuah studi tentang di Universitas cinta sifatnya Edinburg, subjektif dan tergantung kepada individu Skotlandia, yang mengalami mengatakan dan bahwa pengalaman cinta bisa cinta itu sendiri. Dalam cinta terkandung membuat rasa suka, kita jadi namun sehat, ada dan perbedaan hidup terasa antara cinta dan rasa suka; (2) Mahasiswi indah. yang Saat-saat sedang jatuh jatuh cinta cinta menyebabkan akan mengalami beberapa perasaan, tidak system hanya immune pengalaman (kekebalan) fisik namun dalam juga tubuh kita psikologis, selain itu mereka juga akan tambah memperlihatkan kuat, cinta tingkah juga laku bisa khusus menaikkan untuk menunjukkan rasa cinta pada pasangannya kadar estrogen yang (yang tidak bisa pernah berpengaruh mereka pada lakukan pada orang lain; (3) Faktor-faktor mood). Selain yang itu, mempengaruhi kulit jadi kelihatan para lebih mahasiswi ini jatuh cinta dengan pasangannya bersih dan adalah bercahaya, daya tarik sel-sel fisik dan jaringan kesamaan diantara mereka; dan (4) Pengaruh penghubung cinta dalam secara umum tubuh terhadap kita tambah para mahasiswi dalam penelitian ini dapat kuat( menimbulkan kebahagiaan namun juga menyebabkan munculnya emosi-emosi 30/edisi28/psikologi1.asp?subemenu=artikel negatif. Kata Kunci: jatuh cinta, cinta, mahasiswi, ) mahasiswa Sebenarnya konsep cinta sudah Abstract dikumandangkan dan diperdebatkan oleh para filsuf bahkan sejak zaman Yunani The purpose of this research is to explain Kuno. or Pada describe masa tersebut, the coed bentuk condition cinta yang which in love. To answer the research diakui questions, adalah in general bentuk used cinta theory seperti: of cinta Triangular Theory of Love by Robert terhadap J. Stenberg. orangtua, The method teman, employed saudara, in tanah this research is qualitative method, because kelahiran, with this kebijaksanaan, method can understand dan juga cinta human behavior according to their understanding romantis baik and yang viewpoint. heteroseksual To intake maupun data, used observation and interview. yang homoseksual. Dan di zaman sekarang The result of this research shows that (1). ini, View bentuk about cinta love yang is demikian subjectively masih and diakui depended to individual and love experience dan that ditambah they have. lagi Love dengan consist cinta liking terhadap but there is differences between love and Tuhan liking; (Rosyadi, (2). Coed 2000). which Namun in love have penelitian certain feeling, not just physical experience tentang but cinta also sendiri psychological, baru akhir beside tahun 90-an that, they will show special behavior to dapat tell that dijalankan love to their dengan spouse, menggunakan which never show to another; (3). Factors influencing berbagai all piranti this coed fall psikologis in love to yang their spouse are physical attraction sesungguhnya and equality between (Sears dkk, them; 1994). and (4) Influence love to coeds in this research generally Bentuk can umum bring the dari happiness, cinta yang but paling also result negative emotions. sering dikemukakan para ahli psikologi Key Words: fall in love, love, coed, student adalah yang dikemukakan Walster dan Walster (dalam Saks & Krupat, 1988) yaitu Cinta adalah suatu hal yang tidak akan Passionate Love dan Companionate Love. pernah ada habisnya untuk dibahas di muka Namun bentuk cinta yang paling sering bumi ini. Sejak bumi diciptakan, sudah tidak dipermasalahkan tiap individu adalah jenis terhitung berapa banyak kisah cinta yang Passionate Love yang disebut juga cinta 48

2 Juliana Irmayanti Saragih, Irmawati Mahasiswi Fenomena Jatuh Cinta pada romantis, dimana objek cintanya adalah seseorang yang berasal dari jenis kelamin yang berbeda (Calhoun & Acocella, 1990). Menurut Antonucci (dalam Kail & Cavanaugh, 1990), salah satu kelompok yang tidak lepas dari masalah cinta adalah individu yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Pada tahap perkembangan dewasa awal ini, individu mulai membentuk hubungan intim dengan lawan jenisnya yang salah satu bentuknya adalah hubungan cinta. Para mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi adalah salah satu contohnya. Penelitian tentang cinta juga lebih banyak menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitiannya (Brigham, 1986; Brehm, 1992; Santrock, 1999; Taylor dkk, 2000) Menurut Santrock (1999), cinta romantis sangat penting diantara para mahasiswa. Sedangkan menurut Erikson (dalam Papalia, 2000), membentuk suatu hubungan intim adalah salah satu tugas perkembangan yang harus dipenuhi seorang mahasiswa yang berada pada tahap perkembangan dewasa awal. Penelitian yang dilakukan oleh Kanin, Davidson, dan Sheck (dalam Sears dkk, 1994) menunjukkan bahwa orang yang sedang jatuh cinta akan mengalami perasaanperasaan yang sifatnya psikologis dan diikuti pula oleh beberapa reaksi fisiologis. Penelitian survey yang dilakukan oleh Brigham (dalam Brigham dkk, 1986) juga menunjukkan fenomena yang hampir sama. Penelitian Walster dan Walster (dalam Saks & Krupat, 1988) menemukan bahwa pria dan wanita akan menunjukkan perilaku yang berbeda ketika sedang jatuh cinta. Sedangkan hasil penelitian Dion dan Dion (dalam Sears dkk, 1994) menunjukkan bahwa perbedaan tersebut terletak pada isi pengalaman cinta itu sendiri. Cinta diyakini sebagai salah satu bentuk emosi yang sangat penting bagi manusia sehingga hampir semua individu pernah mengalami jatuh cinta (Roediger dkk, 1987). Walaupun demikian, pengalaman masing-masing individu ini tentu saja berbeda-beda (Rosyadi, 2000). Penelitian Hatfield dan Rapson menunjukkan bahwa cinta romantis ini melibatkan beberapa emosi. Sedangkan penelitian Berscheid dan Fei (dalam Santrock, 1999) menunjukkan bahwa tidak semua emosi ini sifatnya positif. Dalam kaitannya dengan rasa suka, penelitian Rubin (dalam Sears dkk, 1994), cinta dan rasa suka merupakan konsep yang berbeda yang memiliki unsur-unsur yang berbeda pula. Selanjutnya pertanyaan yang paling sering muncul adalah bagaimana orang bisa jatuh cinta. Salah satu penjelasan yang diketengahkan adalah dengan teori assortative mating yang dikemukakan Sher (dalam Kail & Cavanaugh, 1999). Mencermati hal-hal di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui secara mendalam tentang gambaran mahasiswi yang sedang jatuh cinta. Pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah pandangan mahasiswi tentang cinta dan kaitannya dengan rasa suka, bagaimana perasaan dan perilaku yang dialami, mengapa mereka jatuh cinta dengan pasangannya, dan bagaimana pengaruhnya khususnya pada aktivitas perkuliahan mereka. Mendefinisikan cinta adalah tugas yang sulit (Masters dkk, 1992). Sedangkan menurut Hendrick & Hendrick (1992), tidak ada satupun fenomena yang dapat menggambarkan apa itu cinta. Pada akhirnya, cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Jika kita berbicara tentang cinta seseorang terhadap orang lain, mungkin definisi yang tepat adalah yang dikemukakan oleh Robert Heinlein (dalam Masters dkk, 1992) yaitu cinta adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting bagi diri orang yang mencintai. Menurut Rubin (dalam Hendrick dan Hendrick, 1992), cinta itu adalah suatu sikap yang diarahkan seseorang terhadap orang lain yang dianggap istimewa, yang mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkah laku. Teori tentang cinta yang paling dikenal adalah yang dikemukakan oleh Robert Stenberg yang dikenal dengan Stenberg s Triangular Theory of Love. 49

3 PSIKOLOGIA Volume I No. 1 Juni 2005 Menurut Stenberg (dalam Taylor dkk, 2000), cinta mempunyai tiga komponen yaitu keintiman (intimacy), gairah (passion), dan komitmen (commitment). Dari hasil analisa ketiga komponen tersebut, Stenberg (1988) mengidentifikasikan delapan bentuk cinta, didasarkan pada ada atau tidaknya masingmasing komponen. Bentuk-bentuk cinta tersebut adalah: Non Love, Liking, Infatuated Love, Empty Love, Romantic Love, Companionate Love, Fatous Love, dan Consummate Love Teori tentang cinta tidak dapat dilepaskan dari teori tentang rasa suka. Beberapa ahli psikologi mempunyai pandangan yang berbeda tentang cinta dan rasa suka dan hubungan diantara keduanya. Teori Stenberg sendiri tentang cinta dan rasa suka dimasukkan ke dalam golongan Liking as a Kind of Loving (Stenberg, 1988) A. Perasaan-perasaan Cinta Pengalaman gejala fisik ketika seseorang jatuh cinta diteliti oleh Sears dkk (1994), Hendrick & Hendrick (1992). Sedangkan perasaan-perasaan yang muncul ketika seseorang jatuh cinta diteliti oleh Kanin, Davidson, dan Scheck (dalam Sears dkk, 1994). Selanjutnya Berscheid & Fei (dalam Santrock, 1999) meneliti tentang emosiemosi yang terlibat ketika seseorang jatuh cinta, baik positif maupun negativf. B. Perilaku Cinta Menurut Sears dkk (1994), dalam menilai apakah seseorang mencintai kita, biasanya kita tidak hanya menyandarkan diri pada kata-katanya tetapi juga pada tindakannya. Penelitian-penelitian tentang perilaku cinta ini dilakukan oleh Swensen (dalam Sears dkk, 1994), Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992), Dion dan Dion (dalam Bhrem, 1992). C. Mengapa Seseorang Jatuh Cinta Banyak penelitian yang berusaha menjelaskan mengapa seseorang jatuh cinta, dan salah satunya adalah teori assortative mating, yang dikemukakan oleh Sher (dalam Kail dan Cavanaugh, 1999) yang menyatakan bahwa individu menemukan pasangannya berdasarkan pada kesamaan masing-masing. Assortative Mating ini terjadi dalam banyak dimensi termasuk agama, sifat-sifat fisik, usia, status sosioekonomi, inteligensi, ideologi politis. Penjelasan ini didukung oleh penelitian Hill, Rubin dan Peplau (dalam Wortman, 1999) bahwa semakin mirip kedua pasangan tersebut, semakin besar kemungkinan mereka untuk tetap bersama. Kemiripan ini antara lain dilihat dari segi usia, inteligensi, pendidikan, dan daya tarik fisik. D. Pengaruh Cinta Seperti yang dinyatakan oleh Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992), bahwa cinta dapat mempengaruhi cara berpikir, merasa dan bertingkahlaku. Beberapa peneliti lainnya juga berusaha menjelaskan bagaimana pengaruh cinta ini terhadap kehidupan individu seperti Hatfield dan Rapson (dalam Santrock, 1999), Berscheid dan Fei (dalam Santrock, 1999), Berscheid, Burgess, dan Huston (dalam Feldman, 1996), Hendrick & Hendrick (1992), Bhrem (1992). E. Mahasiswi Mahasiswa adalah individu yang telah menyelesaikan Sekolah Menegah Atas dan memasuki Perguruan Tinggi. Secara khusus, bila individu tersebut seorang perempuan maka akan disebut mahasiswi.. Pada tahap ini, mahasiswa/mahasiswi memasuki tahap akhir dari perkembangan remaja akhirnya dan memasuki awal dari tahap perkembangan dewasa awalnya (Erickson, 1999) Bloom, (dalam Putrini, 2000) menyatakan bahwa mahasiswa/mahasiswi memiliki berbagai permasalahan dan salah satunya adalah masalah yang berkaitan dengan perkuliahan itu sendiri. Kehidupan mahsiswa/mahasiswi penuh dengan tekanan disebabkan adanya batas waktu untuk mengumpulkan tugas, nilai-nilai ujian yang harus memenuhi standar kampus ataupun tugas akhir. Selain penyesuaian dengan masalah pendidikan yang dihadapinya, mahsiswa/mahasiswi yang berada pada tahap 50

4 Juliana Irmayanti Saragih, Irmawati Mahasiswi Fenomena Jatuh Cinta pada perkembangan dewasa awal tetap saja mempunyai masalah dalam hubungannya sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial, mereka mengalami apa yang disebut dengan perkembangan psikososial, yang salah satunya adalah dengan membentuk hubungan intim dengan lawan jenis melalui hubungan cinta (Papalia, 2000). METODE PENELITIAN Melihat masalah yang hendak dijawab dalam penelitian ini, pendekatan kualitatif dipandang lebih sesuai untuk mengetahui bagaimana gambaran kondisi mahasiswi yang sedang jatuh cinta. Hal ini sesuai dengan pernyataan Bowning (dalam Saks dan Krupat, 1988) bahwa cinta itu adalah suatu perasaan yang terdiri dari elemen fisik dan spiritual. Cinta itu sendiri bersifat subyektif dan sangat tergantung pada pengalaman dan perasaan individu. Lagipula, menurut Bogdan dan Taylor (dalam Irmawati, 2002), salah satu kekuatan pendekatan kualitatif adalah dapat memahami gejala sebagaimana subyek mengalaminya, sehingga dapat diperoleh gambaran yang sesuai dengan diri subyek dan bukan semata-mata penarikan kesimpulan sebab akibat yang dipaksakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara, dan ditambah dengan alat bantu tape recorder (alat perekam), pedoman wawancara, lembar observasi dan catatan responden. Responden penelitian ini adalah mahasiswi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran USU yang sedang jatuh cinta. Pada tahap awal dilakukan wawancara singkat untuk mengetahui apakah individu tersebut sedang jatuh cinta. Sedangkan prosedur pengambilan responden dengan menggunakan metode Pengambilan Subjek Berdasarkan Teori, atau Berdasarkan Konstruk Operasional. Pada dasarnya, jumlah responden dalam penelitian kualitatif tidak dapat ditentukan secara tegas di awal penelitian (Poerwandari, 2001). Sedangkan menurut Banister dkk (Poerwandari, 2001), karena lebih fokus pada kedalaman dan proses, penelitian kualitatif cenderung dilakukan dengan jumlah kasus sedikit. Pada penelitian ini, jumlah responden yang berpartisipasi adalah 4 orang. Sedangkan lokasi penelitian dilakukan di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan mengambil responden dari Program Studi tersebut. Prosedur penelitian yang dilakukan sebagai berikut : 1. Menuangkan hasil wawancara ke dalam transkrip secara verbatim. Selain itu juga dijabarkan hasil observasi terhadap tiap subyek. 2. Melakukan sorting data, dengan memilih data yang relevan dengan pokok permasalahan. 3. Data yang relevan dengan pokok permasalahan selanjutnya dikelompokkelompokkan (coding). Pengelompokan data dalam penelitian ini berada dalam empat kelompok atau empat tema utama yaitu: (1) Pandangan tentang cinta dan kaitannya dengan rasa suka (2) Perasaan dan perilaku cinta (3) Mengapa seseorang jatuh cinta (4) Pengaruh cinta 4. Setelah data dikodekan atau dikategorisasikan, dilakukan interpretasi atau analisis terhadap data terhadap data dari masing-masing responden berdasarkan empat tema utama permasalahan penelitian. 5. Menulis hasil akhir PEMBAHASAN 1. Pandangan tentang cinta Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya oleh Masters dkk (1992), bahwa mendefinisikan cinta adalah tugas yang sulit. Selanjutnya Bowning (dalam Saks & Krupat, 1988) menyatakan bahwa cinta itu bersifat subjektif dan sangat tergantung pada pengalaman dan perasaan individu, sehingga definisi cinta itu sendiri akan tergantung kepada individu tersebut dan didasarkan pada pengalaman cinta itu sendiri. Namun demikian, elemen perhatian terhadap orang yang dicintai sangatlah penting (Liebowitz (dalam Wortman, 1999). Hal ini mungkin 51

5 PSIKOLOGIA Volume I No. 1 Juni 2005 sesuai dengan definisi yang dikemukakan Robert Heinlein (dalam Masters dkk, 1992) bahwa cinta itu adalah suatu kondisi dimana kebahagiaan individu yang dicintai tersebut sangat penting. Begitu pentingnya sehingga terkadang harus mengorbankan kepentingan dan kebutuhan diri sendiri agar kebutuhan pasangannya terpenuhi. Kebahagiaan pasangan itu sendiri dapat diberikan dalam bentuk perhatian. Demikian pula dari gambaran yang diberikan oleh responden dalam penelitian ini. Mereka mengakui pentingnya perhatian dalam cinta karena elemen ini merupakan satu elemen untuk mempertahankan cinta itu sendiri. Perhatian yang diberikan dapat berupa materi dan non materi. Selain elemen perhatian, rasa hormat juga diperlukan karena rasa hormat akan membuat individu menghargai identitas dan integritas orang yang dicintai. Penghargaan yang diberikan terhadap pasangan juga mengakibatkan individu tersebut dapat mengabaikan apa yang menjadi kekurangan dan kelemahan dari pasangannya tersebut. Bagi para responden, pendapat-pendapat dari pasangannya tampaknya lebih mudah untuk diterima, yang menunjukkan bahwa mereka memang menghargai orang yang dicintai. Semua responden memuat ketiga komponen cinta yang dikemukakan oleh Stenberg, yaitu keintiman, gairah, dan komitmen sehingga bentuk cinta yang dialami adalah Consummate Love. Hanya saja, kadar dari ketiga komponen ini tidak sama pada setiap responden. Hanya satu responden yang mengaku kalau ia mempunyai hasrat seksual terhadap pasangannya. Sementara yang lainnya mengaku bahwa mereka belum memikirkan hal tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pengaruh budaya seperti yang dibuktikan oleh penelitian Hunt (dalam Sears dkk, 1994), bahwa pengalaman cinta akan berbeda dalam kebudayaan dan masa yang berbeda. Dari keempat responden, hanya satu yang mengaku tidak pernah menyentuh pasangannya secara fisik, walaupun keinginan itu ada dan diwujudkan dalam bentuk khayalan. Rasa cinta yang mereka rasakan terhadap pasangannya juga mengandung rasa suka, namun cinta dan rasa suka itu adalah dua hal yang berbeda. Menurut para responden dalam penelitian ini, letak perbedaan utama adalah bahwa dalam rasa suka, tidak ada keinginan untuk memiliki orang yang disukai. Jika dilihat dari segi kualitas, perasaan suka sifatnya hanya sekilas saja, tidak mendalam seperti rasa cinta. Setiap berdekatan dengan orang yang dicintai, ada reaksi fisiologis yang muncul yang tidak pernah dirasakan jika berdekatan dengan orang yang disukai. 2. Perasaan dan perilaku cinta Setiap responden mengakui kalau mereka mengalami perasaan-perasaan cinta baik itu secara fisik dan psikologis. Reaksireaksi fisik yang muncul biasanya terjadi ketika mereka berdekatan atau bersentuhan dengan pasangannya. Reaksi-reaksi tersebut seperti jantung berdebar lebih keras, tangan menjadi dingin dan keringtaan, serta wajah yang memerah. Hal ini sesuai dengan penelitian Hendrick & Hendrick (1992). Selain sensasi fisik, adapula perasaanperasaan yang sifatnya psikologis. Perasaan yang mendominasi adalah perasaan bahagia, terutama bila berada dekat dengan pasangannya. Hal ini sesuai dengan poenelitian Kanin, Davidson, dan Scheck (dalam Sears dkk, 1994) bahwa salah satu perasaan yang dialami orang yang sedang jatuh cinta dalah adanya perasaan sejahtera yang kuat. Selain itu, adapula perasaanperasaan yang tidak menyenangkan yang memunculkan sejumlah emosi-emosi negatif seperti rasa marah, kesal, sedih, dan cemas. Para responden biasanya merasa cemburu apabila pasangannya terlihat dekat dengan wanita lain. Hal ini memunculkan keraguan mengenai pasangannya Sementara itu, ada perasaan ragu mengenai hubungan itu sendiri yang muncul seiring dengan permasalahan yang ada. Dalam penelitian ini, permasalahan besar yang dialami oleh para responden adalah adanya perbedaan agama (1 responden) dan hubungan yang tidak disetujui orangtua (2 responden). 52

6 Juliana Irmayanti Saragih, Irmawati Mahasiswi Fenomena Jatuh Cinta pada Kebingungan mengenai perasaan mereka muncul ketika mereka merasa benci dan cinta sekaligus pada waktu yang bersamaan terhadap pasangannya. Masalah yang terjadi dalam hubungan tersebut memunculkan emosi-emosi negatif seperti rasa marah pada pasangannya, namun mereka heran karena perasaan cinta itu tetap ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan Berscheid & Fei (dalam Santrock, 1999) bahwa cinta itu mengakibatkan munculnya perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan seperti cemburu, keraguan, bingung terhadap perasaan sendiri, serta obsesi yang terus menerus terhadap pasangannya. 3. Mengapa seseorang jatuh cinta Sulit menentukan faktor apa yang membuat seseorang jatuh cinta dengan pasangannya. Namun keempat responden dalam penelitian ini mempunyai pendapat yang berbeda, yaitu ketertarikan fisik terhadap pasangannya (2 responden), ketertarikan pada sifat-sifat pasangannya (1 responden), sesuai dengan kriteria pria ideal yang diinginkan (1 responden). Penjelasan ini sesuai dengan penelitian Calhoun dan Acocella (1990) bahwa salah satu penyebab seseorang jatuh cinta adalah karena adanya daya tarik fisik. Ketertarikan pada pasangan muncul pada tahap awal hubungan. Para responden mengakui kalau pada tahap awal tersebut, perasaan yang muncul hanya ketertarikan saja, belum ada perasaan cinta. Kesamaan yang ada akan semakin memperkuat ketertarikan tersebut, karena kesamaan ini akan membuat mereka semakin merasa dekat dengan pasangannya. Hal ini juga dikemukakan oleh Sher (dalam Kail & Cavanaugh, 1999) dalam teori Assortative Matting, yang menyatakan bahwa orang bisa jatuh cinta karena adanya kesamaan dengan pasangannya. 4. Pengaruh Cinta Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992) menyatakan bahwa cinta akan mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku individu. Keempat responden dalam penelitian ini mengakui bahwa ketika mereka jatuh cinta, muncul perasaan-perasaan tertentu berupa pengalaman fisik maupun psikologis yang berkaitan dengan orang yang dicintai itu sendiri. Sementara itu, jika dilihat pengaruh cinta terhadap orang-orang di sekeliling responden, hanya satu responden yang menyatakan bahwa ketika ia jatuh cinta, waktu yang dihabiskannya bersama temantemannya menjadi berkurang, bahkan terjadi pertentangan antara ia dan teman-temannya karena mereka tidak suka dengan pasangannya. Sedangkan pengaruhnya pada aktivitas akademik, ada pengaruh terhadap konsentrasi dan motivasi. Para responden ini, terutama yang pasangannya berada dalam satu kampus, mengakui kalau setiap melihat pasangannya, konsentrasi mereka akan buyar. Tidak demikian dengan responden yang pasangannya tidak dalam satu kampus, hal ini tidak terlalu mempengaruhi konsentrasi mereka. Walaupun demikian, motivasi agar nilai-nilai akademis tidak jelek muncul karena didorong adanya rasa malu jika nilai mereka jelek atau prestasi akademis mereka di bawah pasangannya. Selain itu, kebahagiaan yang diperoleh ketika bersama pasangannya mengakibatkan para responden sering lupa waktu sehingga waktu yang seharusnya dapat dipakai untuk hal-hal lain termasuk yang berkaitan dengan aktivitas akademis itu sendiri menjadi berkurang. KESIMPULAN 1. Pandangan tentang cinta Menurut para responden, cinta merupakan suatu perasaan yang mengandung unsur-unsur perhatian, ketertarikan, dan penghargaan terhadap orang yang dicintai. Bentuk cinta yang dirasakan para responden jika mengacu pada teori Stenberg adalah Consummate Love, dimana di dalamnya terdapat tiga komponen cinta yaitu keintiman, gairah, dan komitmen yang kadarnya berbeda di tiap responden. Dalam cinta tersebut, ada rasa suka terhadap pasangannya, walaupun cinta dan rasa suka itu sebenarnya berbeda. 2. Perasaan dan perilaku cinta 53

7 PSIKOLOGIA Volume I No. 1 Juni 2005 Pengalaman yang sifatnya fisik yang dirasakan para responden adalah jantung berdebar lebih keras, tangan yang dingin dan keringatan, serta wajah yang memerah. Perasaan yang sifatnya psikologis berupa perasaan senang, rasa cemburu, keraguaraguan, dan bingung terhadap perasaan sendiri. Perilaku mereka untuk menunjukkan rasa cintanya biasanya dalam bentuk verbal, memberikan perhatian berupa materi dan non materi, rela mengorbankan keinginannya demi pasangan dan berbagi fakta tentang dirinya 3. Mengapa seseorang jatuh cinta Dalam penelitian ini, hal-hal yang mempengaruhi para responden jatuh cinta dengan pasangannya adalah ketertarikan baik fisik maupun terhadap sifat pasangan, dan adanya kesamaan 4. Pengaruh cinta Cinta mempengaruhi pikiran, perasaan dan tingkah laku para mahasiswi yang sedang jatuh cinta. Ketika mereka jatuh cinta, muncul perasaan-perasaan yang berupa pengalaman fisik dan psikologis. Selain itu ada juga pengaruhnya terhadap aktivitas akademis, yang dilihat dari segi konsentrasi dan motivasi. Dari segi konsentrasi, terlihat pengaruh negatif dimana mahasiswi yang sedang jatuh cinta sering tidak dapat berkonsentrasi pada saat mengerjakan tugas akademik apabila ia teringat pada pasangannya. Sementara, dari dalam diri mereka muncul motivasi untuk meningkatkan nilai akademis agar tidak merasa malu pada pasangannya apabila nilainya jelek. DISKUSI Para responden tidak dapat memberikan definisi tentang cinta, namun mereka dapat menggambarkan adanya unsurunsur tertentu dalam cinta seperti perhatian dan rasa hormat terhadap pasangannya. Selain itu mereka menambahkan adanya unsur ketertarikan dalam cinta itu sendiri. Menurut para responden, cinta itu harus diawali dengan rasa suka, dan rasa suka ini perlahan-lahan berkembang menjadi cinta. Hal ini menjadi temuan baru yang dapat dilihat dalam penelitian ini. Penelitian Stenberg menyatakan bahwa rasa suka merupakan bagian dari bentuk cinta dan mempunyai makna yang berbeda. Penelitian lainnya dilakukan oleh Rubin yang menyatakan bahwa cinta dan rasa suka adalah dua hal yang berbeda karena dalam rasa suka tidak terdapat unsur gairah yang mendalam, harapan untuk memberi, dan ikatan yang eksklusif. Sehubungan dengan temuan baru ini, peneliti merasa perlu untuk memperlihatkan dinamika yang terjadi ketika para mahasiswi ini jatuh cinta. Pada awalnya yang terjadi adalah ketertarikan terhadap pasangannya. Ketertarikan ini sendiri muncul karena berbagai faktor yaitu karena pasangan tersebut sesuai dengan kriteria pria ideal yang telah ditetapkan, atau karena adanya kesamaan diantara mereka. Dari ketertarikan ini muncul rasa suka, yang perlahan-lahan berkembang menjadi rasa cinta. Ketika para mahasiswi ini telah merasakan cinta pada pasangannya, terjadi perubahan pada pikiran, perasaan dan tingkah laku mereka secara positif maupun negatif. Mereka juga dapat membedakan antara cinta dan rasa suka karena melihat perubahan-perubahan ini. SARAN 1. Diharapkan mahasiswi yang sedang jatuh cinta dapat mengantisipasi terutama terhadap pengaruh negatif dari cinta itu sendiri. 2. Individu secara umum maupun mahasiswi secara khusus yang sedang jatuh cinta harus tetap mengontrol dirinya, dengan cara tetap fokus pada tujuannya sebagai mahasiswi. 54

8 Juliana Irmayanti Saragih, Irmawati DAFTAR PUSTAKA Mahasiswi Fenomena Jatuh Cinta pada Bhrem, Sharon. S. (1985). Intimate Relationship. New York: McGraw-Hill, Inc Brigham, J. (1986). Psychology. New York: McGraw-Hill Companies, Inc Calhoun, J.F., & Acocella, J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Edisi 3. New York: McGraw-Hill, In Feldman, Robert. S. (1996). Understandign Psychology. Fourth Edition. New York: McGraw- Hill, Inc. Goble, F.G. (1993). Psikologi Humanistik Abraham Maslow. Yogyakarta: Kanisius Hendrick, S.S., & Hendrick, C. (1992). Liking Loving and Relating. Second Edition. California: Wadsworth, Inc Irmawati. (2002). Motivasi Berprestasi dan Pola Pengasuhan Pada suku Bangsa Batak Toba dan Suku Bangsa Melayu (Thesis). Jakarta: Fakultas Pasca Sarjana UI Kail, R.V., & Cavanaugh, J.C. (1991). Human Development A Life Span View. Stanford: Thom Son Learning, Inc Masters, W.H. dkk. (1992). Human Sexuality. Fourth Edition. New York: HarperCollinns Publisher Inc Papalia, D.E., Olds, S.W., Feldman, R.D. (2000). Human Development. Eight Edition. New York: McGraw-Hill Companies Poerwandari, E.K. (2001). Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Cet 1. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) UI Putrini, Alfatiane. (2002). Pengambilan Keputusan Untuk Menikah dan Tidak Menikah Saat Masa Kuliah Pada Mahasiswi. (tidak diterbitkan) Depok: Fakultas Psikologi UI Rosyadi, K. (2000). Cinta dan Keterasingan. Yogyakarta: LKiS Saks, M.J., & Krupat, E. (1988). Social Psychology and Its Aplication. New York: Harper and Row, Publishers Santrock, J.W. (1999). Life-Span Development. Seventh Edition. New York: McGraw-Hill Companies Sears, D. O., Freedman, J.L., & Peplau, L.A. (1994). Psikologi Sosial. Jilid 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga Stenberg, R.J. (1988). The Triangle of Love. New York: Basic Book, Inc Taylor, S.E. dkk. (2000). Social Psychology. Tenth Edition. New Jersey: Prentice Hall International, Inc Wortman, C & Loftus, E. (1999). Psychology. New York: McGraw-Hill Companies ( ikologi1.asp?subemenu=artikel) 55

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. BAB I PENDAHULUAN. 1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. BAB I PENDAHULUAN. 1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR. i ii BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB II LANDASAN TEORI II.A DEFINISI CINTA.. 5 II.B KOMPONEN-KOMPONEN CINTA II.B.1 Keintiman (Intimacy).. 6 II.B.2 Gairah (Passion). 8 II.B.3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada rentang usia tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim

BAB I PENDAHULUAN. pada rentang usia tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Santrock mengatakan bahwa individu pada masa dewasa awal yang berada pada rentang usia 19 39 tahun mulai membangun sebuah relasi yang intim dengan individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai bagian dari kelompok remaja akhir terlibat dalam interaksi sosial. Salah satu faktor yang melatar belakangi seorang individu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah a mixed methods research designs yaitu prosedur penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan, dan

Lebih terperinci

INTIMASI PADA PRIA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN JARAK JAUH BEDA KOTA

INTIMASI PADA PRIA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN JARAK JAUH BEDA KOTA INTIMASI PADA PRIA DEWASA AWAL YANG BERPACARAN JARAK JAUH BEDA KOTA Kiki Yudistriana 1 A.M. Heru Basuki 2 Intaglia Harsanti 3 1,2,3 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hasil survei yang dilakukan Hotline Pendidikan dan Yayasan Embun Surabaya pada bulan Juli-Oktober 2012 pada pelajar SMA dan sederajat yang berusia 15-17 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di tengah perkembangan jaman yang semakin maju dan sarat perubahan di segala bidang menuntut manusia untuk berpikir dan berperilaku selaras dengan perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cinta. kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cinta. kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cinta 1. Pengertian Cinta Stenberg (1988) mengatakan cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan paling diharapkan. Manusia mungkin akan berbohong, menipu, mencuri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan

Lebih terperinci

KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI

KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI KETERTARIKAN ANTAR PRIBADI Diana Septi Purnama Email: dianaseptipurnama@uny.ac.id www.uny.ac.id 1 Afiliasi : Asal Mula Ketertarikan Akar afiliasi pada saat infancy 6 hal penting yang dapat diperoleh dari

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. ii Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kontrastif triangular Model of Love pada individu yang menikah atas keinginan pribadi dan individu yang mengalami kehamilan sebelum menikah dilihat dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cinta adalah sebuah perasaan natural yang dirasakan oleh seseorang terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai, saling memiliki,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai dukungan sosial pada wanita yang mengalami baby blues syndrome. Dari gambaran tersebut, penelitian ini juga bertujuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PASSIONATE LOVE PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PASSIONATE LOVE PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PASSIONATE LOVE PADA MAHASISWA DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X STUDI DESKRIPTIF MENGENAI PARENTING TASK PADA ORANG TUA YANG MEMILIKI ANAK BERPRESTASI NASIONAL DI SD X ARINA MARLDIYAH ABSTRACT Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting task pada anak

Lebih terperinci

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Psikologi Sosial II

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Psikologi Sosial II GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PEMBELAJARAN (GBPP) Mata Kuliah : Psikologi Sosial II 1 Judul Mata Kuliah : Psikologi Sosial II Nomor Kode/SKS : / 3 SKS Deskripsi Singkat Tujuan Instruksional : Mata kuliah ini

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan

BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan BAB V PENUTUP 5.1. Bahasan Berdasarkan hasil analisis data diperoleh hasil bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara empati dengan kecenderungan perilaku prososial terhadap siswa berkebutuhan khusus

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill

DAFTAR PUSTAKA. Papalia, D. E, Stems, H. L, Feldman, R. D. & Camp, C. J. (2002). Adult Development and Aging (2 nd ed). New York:McGrawHill DAFTAR PUSTAKA Baron, R. A & Bryne, D. (2005). Psikologi Sosial. Jilid II. Edisi kesepuluh. Jakarta : PT. Erlangga. Bruno, F. J. S. (2000). Conguer Loneliness : Cara Menaklukkan Kesepian. Alih Bahasa :Sitanggang.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian, subyek penelitian meliputi teknik pengambilan sampel, karakteristik subyek dan jumlah subyek.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cinta (Love) 1. Pengertian Cinta Chaplin (2011), mendefinisikan cinta sebagai satu perasaan kuat penuh kasih sayang atau kecintaan terhadap seseorang, biasanya disertai satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah. Semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan, baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk yang tidak pernah berhenti berubah, semenjak pembuahan hingga akhir kehidupan selalu terjadi perubahan baik dalam kemampuan fisik maupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI HUBUNGAN ANTAR PRIBADI Modul ke: Fakultas Psikologi Macam-macam hubungan antar pribadi, hubungan dengan orang belum dikenal, kerabat, hubungan romantis, pernikahan, masalah-masalah dalam hubungan pribadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 23 BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang permasalahan penelitian, pendekatan kualitatif, subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan prosedur penelitian. III. A. Permasalahan

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti saat masih menjadi teman dekat atau pacar sangat penting dilakukan agar pernikahan bertahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Moleong (2007) mengemukakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FTV BERTEMAKAN CINTA DAN INTENSITAS

BAB II GAMBARAN UMUM RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FTV BERTEMAKAN CINTA DAN INTENSITAS BAB II GAMBARAN UMUM RESPONDEN HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON FTV BERTEMAKAN CINTA DAN INTENSITAS KOMUNIKASI ORANG TUA & ANAK DENGAN PERILAKU PACARAN REMAJA Pada masa perkembangan teknologi seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta

oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta MATERI KULIAH RENTANG PERKEMBANGAN MANUSIA II Hubungan Remaja dengan Teman Sebaya oleh Dr Triana Noor Edwina, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Perbedaan perkembangan sosial Masa

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Peneliti memilih pendekatan kualitatif karena dianggap

Lebih terperinci

HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI

HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI HARAPAN MENIKAH LAGI PADA WANITA BERCERAI SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi Oleh: DEBBY ISABELLA 071301026 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GENAP, 2011/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Seksual. laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Seksual 1. Definisi Perilaku Seksual Sarwono (2005) mengungkapkan bahwa perilaku seksual adalah tingkah laku individu yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman membawa masalah seks tidak lagi tabu untuk dibahas dan diperbincangkan oleh masyarakat khusunya di kalangan remaja. Hal tersebut terjadi akibat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan dalam Hubungan Romantis 1. Definisi Kepuasan dalam Hubungan Romantis Hubungan romantis merupakan aktivitas bersama yang dilakukan oleh dua individu dalam usaha untuk saling

Lebih terperinci

PSIKOLOGI SUAMI-ISTRI *) Dr. Liche Seniati Chairy, psikolog **)

PSIKOLOGI SUAMI-ISTRI *) Dr. Liche Seniati Chairy, psikolog **) PSIKOLOGI SUAMI-ISTRI *) Dr. Liche Seniati Chairy, psikolog **) Ketika saya masih dalam kandungan ibu saya, ayah dan ibu saya mempersiapkan banyak pilihan nama untuk saya. Ketika akhirnya saya lahir, hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku

BAB III METODE PENELITIAN. menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu bentuk interaksi antar manusia, yaitu antara seorang pria dengan seorang wanita (Cox, 1978). Menurut Hurlock (1999) salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan ini. Sebagian besar manusia dewasa, akan menghadapi kehidupan pernikahan. Sebelum memasuki

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X

HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X HUBUNGAN ANTARA KONFORMITAS DENGAN INTENSI PERILAKU SEKSUAL PADA SMP NEGERI X Dinda Puspa Handika, Imam Setyawan* Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro E-mail: dinda.handika@gmail.com, imamsetyawan.psiundip@gmail.com

Lebih terperinci

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra

Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Subjective Well-Being Pada Istri yang Memiliki Pasangan Tunanetra Chintia Permata Sari & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com ABSTRAK. Penilaian negatif

Lebih terperinci

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu

perkawinan yang buruk dimana apabila antara suami istri tidak mampu lagi mencari jalan penyelesaian masalah yang dapat memuaskan kedua belah pihak (Hu KEMANDIRIAN REMAJA YANG MEMILIKI ORANGTUA YANG BERCERAI STARLINA AULIA UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat kemandirian remaja yang memiliki orangtua yang bercerai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya

BAB I PENDAHULUAN. akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya. Individu akan tergantung pada orangtua dan orang-orang yang berada di lingkungannya dan ketergantungan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 41 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Poerwandari (2005) menyebutkan bahwa pendekatan kualitatif digunakan jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap pasangan. Saling setia dan tidak terpisahkan merupakan salah satu syarat agar tercipta keluarga

Lebih terperinci

Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Perkemb 1: Psikologi perkembangan menjabarkan tentang perkembangan manusia, meliputi perkembangan fisik, perkembangan

Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Perkemb 1: Psikologi perkembangan menjabarkan tentang perkembangan manusia, meliputi perkembangan fisik, perkembangan Deskripsi Mata Kuliah Psikologi Perkemb 1: Psikologi perkembangan menjabarkan tentang perkembangan manusia, meliputi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial, dan perkembangan emosional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu

BAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis

Lebih terperinci

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Firdian Hidayat FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

SKRIPSI. Oleh: Firdian Hidayat FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG KONDISI PSIKOLOGIS WANITA PADA FASE EMPTY NEST SKRIPSI Oleh: Firdian Hidayat 07810063 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2012 KONDISI PSIKOLOGIS WANITA PADA FASE EMPTY NEST SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut Papalia et, al (2008) adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa

Lebih terperinci

: Gambaran Cinta Pada Seorang Istri yang Suaminya Berpoligami : Dony Widiyanto/ : Praesti Sedjo, S.Psi, M.Si ABSTRAK

: Gambaran Cinta Pada Seorang Istri yang Suaminya Berpoligami : Dony Widiyanto/ : Praesti Sedjo, S.Psi, M.Si ABSTRAK Judul Nama/NPM Pembimbing : Gambaran Cinta Pada Seorang Istri yang Suaminya Berpoligami : Dony Widiyanto/10503055 : Praesti Sedjo, S.Psi, M.Si ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan-alasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kesatuan yang semakin maju dan berkembang.kondisi tersebut menuntut masyarakat pada setiap tahap rentang kehidupannya untuk meneruskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17- Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-21 yaitu dimana remaja tumbuh menjadi dewasa yang mencakup kematangan mental,

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 33 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berperan dalam bertahannya remaja perempuan dalam relasi pacaran yang berkekerasan. Dalam Gannon, dkk., (2004)

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. ini akan menjelaskan tentang metode penelitian kualitatif. atau sudut melalui sudut pandang subyek penelitian.

BAB 3 METODE PENELITIAN. ini akan menjelaskan tentang metode penelitian kualitatif. atau sudut melalui sudut pandang subyek penelitian. BAB 3 METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran coping stress istri pelaut. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Bab tiga ini akan menjelaskan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson

BAB II LANDASAN TEORI. Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson BAB II LANDASAN TEORI A. Keintiman 1. Pengertian Keintiman Keintiman berasal dari bahasa latin intimus yang artinya terdalam. Erikson (dalam Kroger, 2001) mendefinisikan keintiman mengacu pada perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan pola normal bagi kehidupan orang dewasa. Seorang perempuan dianggap sudah seharusnya menikah ketika dia memasuki usia 21 tahun dan laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Remaja adalah suatu masa transisi dari masa anak ke dewasa yang ditandai dengan perkembangan biologis, psikologis, moral, dan agama, kognitif dan sosial

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis.

BAB III METODE PENELITIAN. pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Kualitatif Fenomenologis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif fenomenologis. Peneliti memilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prestasi akademik yang tinggi pada umumnya dianggap sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prestasi akademik yang tinggi pada umumnya dianggap sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat seseorang memutuskan untuk melanjutkan pendidikan ke sebuah Perguruan Tinggi, salah satu tujuan yang ingin dicapainya adalah memiliki prestasi akademik yang memuaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif bertujuan untuk mempelajari dinamika atau permasalahan, memperoleh pemahaman menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Melalui pendekatan ini peneliti dapat memperoleh data yang rinci

Lebih terperinci

tersisih ", mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap

tersisih , mengandung pengertian bahwa kaum gay pada akhirnya tetap BABI PENDAHUL UAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya, masyarakat di Indonesia mengenal adanya 3 Jems orientasi seksual. Ketiga orientasi tersebut adalah heteroseksual, homoseksual dan biseksual.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Dalam Penelitian ini Peneliti menggunakan jenis Penelitian kualitatif dengan menggunakan metode fenomenologi. Istilah fenomenologi sering digunakan

Lebih terperinci

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CINTA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP YOLANDA CHYNTYA NOVIYANTI BASARIA 190110100132 ABSTRACT Cinta dapat dipahami sebagai sebuah

Lebih terperinci

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI)

KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) KLASIFIKASI EMOSI PEREMPUAN YAN TERPISAH DARI RAGANYA DALAM NOVEL KOMA KARYA RACHMANIA ARUNITA (SEBUAH KAJIAN PSIKOLOGI) Disusun Oleh: JOANITA CITRA ISKANDAR - 13010113130115 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang indah, tetapi tidak setiap remaja dapat menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Loneliness 2.1.1 Definisi Loneliness Kesepian atau loneliness didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG)

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESEPIAN PADA REMAJA (STUDI KORELASI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 SEMARANG) Gea Lukita Sari 1, Farida Hidayati 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 101 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Penelitian ini merupakan sebuah upaya untuk memperoleh gambaran mengenai kebutuhan intimacy melalui wawancara mendalam. Berdasarkan hasil analisis,

Lebih terperinci