BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil"

Transkripsi

1 A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian otonomi kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden penelitian diperoleh gambaran tentang otonomi kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo yang dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Otonomi Kepala Sekolah dalam Pengembangan Program Pembelajaran a) Pengembangan Program Tahunan (Prota) Hasil wawancara yang dilakukan tentang kebijakan kepala Sekolah dalam pengembangan program tahunan, informan menjelaskan bahwa: Kepala sekolah memiliki kebijakan khusus dalam pengembangan program tahunan. Hal ini termuat dalam rencana pengembangan sekolah (RPS) dan menjadi program rutin yang dilaksanakan sehingga menjadi keharusan bagi semua guru untuk ikut terlibat dalam pengembangan program tahunan tersebut. Kebijakan tersebut juga dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang kegiatan pembelajaran di awal tahun untuk menyiapkan program pembelajaran yang menjadi rujukan guru dalam pembelajaran. (1.1.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Kepala sekolah menjadikan program pembelajaran salah satu program utama yang harus dilaksanakan dan menjadi agenda rutin. Terkait dengan hal ini telah dibuat aturan yang secara khusus mengatur tentang mekanisme yang harus dilakukan guru dan personil sekolah lainnya dalam membuat pengembangan program tahunan. (1.1.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) 34

2 Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa Kebijakan yang ditempuh kepala sekolah yaitu dengan menyiapkan berbagai perangkat yang mendukung kegiatan pengembangan program tahunan. Perangkat tersebut antara lain petunjuk teknis tentang cara mengembangkan program pembelajaran serta mekanisme dalam penjabarannya. (1.1.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa Kebijakan tentang pengembangan program tahunan merupakan hasil musyawarah dalam rapat kepala sekolah yang menjadi keputusan dan secara legal formal dibuatkan SK penelitian, sehingga hal ini menjadi acuan dalam melaksanakan berbagai kegiatan yang terkait dengan pengembangan program tahunan.(1.1.w.ht.guru3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa kepala sekolah memiliki kebijakan khusus dalam pengembangan program tahunan. Hal ini termuat dalam rencana pengembangan sekolah (RPS) dan menjadi program rutin yang dilaksanakan sehingga menjadi keharusan bagi semua guru untuk ikut terlibat dalam pengembangan program tahunan tersebut. Kebijakan tersebut juga dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang kegiatan pembelajaran di awal tahun untuk menyiapkan program pembelajaran yang menjadi rujukan guru dalam pembelajaran. Kepala sekolah menjadikan program pembelajaran salah satu program utama yang harus dilaksanakan dan menjadi agenda rutin. Terkait dengan hal ini telah dibuat aturan yang secara khusus mengatur tentang mekanisme yang harus dilakukan guru dan personil sekolah lainnya dalam membuat pengembangan program tahunan

3 b) Pengembangan program semester Hasil wawancara yang dilakukan tentang otonomi kepala sekolah Dalam Pengembangan program semester, informan menjelaskan bahwa: Kebijakan kepala sekolah dalam pengembangan program semester, dilakukan kepala sekolah dengan menganalisis program tahunan sebagai dasar dalam penyusunan program semester dalam kegiatan KKG. Kebijakan ini saya ambil sebagai upaya untuk mengembangkan program pembelajaran semester yang menjadi rujukan guru untuk melaksanakan pembelajaran (A.02.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Kepala sekolah memfasilitasi guru dalam penyusunan program semester dan menjabarkannya ke dalam RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Kami melakukannya melalui KKG sekolah maupun KKG gugus. Dalam proses penyusunan program semester tersebut kami saling bekerja sama dan saling memberikan masukan sehingga program semester yang dihasilkan sangat ideal menjadi rujukan dalam pembelajaran. (A.02.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa Perencanaan program semester merupakan agenda rutin yang kami laksanakan setiap semester. Penyusunan program semester tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memperbaiki rencana program semester sehingga menjadi acuan yang ideal dalam mengembangkan potensi peserta didik. Saya selalu melakukan hal ini dengan dimediasi kepala sekolah dan semunya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. (A.02.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa Kepala sekolah memediasi kami dalam penyusunan program pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Proses penyusunan program semester tersebut dilakukan dengan menganalisis kurikulum, selanjutnya berdasatkan analisis tersebut kami melakukan bedah RPP dan perangkat yang mendukung kegiatah pembelajaran (A.02.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012)

4 Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa otonomi kepala sekolah dalam penyusunan program semester, dilakukan kepala sekolah dengan memediasi guru untuk menyusun program semester yang sebelumnya diawali dengan kegiatan untuk menganalisis program tahunan yang telah disusun sebelumnya dan selanjutnya dijabarkan ke dalam, RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Kebijakan ini dilakukan kepala sekolah sebagai upaya untuk mengembangkan program semester yang menjadi rujukan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Temuan lainnya menunjukkan bahwa kepala sekolah membuat perencanaan program semester yang dilakukan dengan perencanaan program pembelajaran, RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Guru melakukan kegiatan tersebut melalui KKG sekolah maupun KKG gugus. Dalam proses penyusunan program semester tersebut guru saling bekerja sama dan saling memberikan masukan sehingga program semester yang dihasilkan sangat ideal menjadi rujukan dalam pembelajaran. Temuan lainnya bahwa kegiatan perencanaan program semester merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap semester. Penyusunan perencanaan pembelajaran tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memperbaiki rencana program semester sehingga menjadi acuan yang ideal dalam mengembangkan potensi peserta didik. Kegiatan tersebut dilakukan dengan dimediasi kepala sekolah dan semunya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. c) Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Hasil wawancara yang dilakukan tentang otonomi kepala sekolah dalam pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran, informan menjelaskan bahwa:

5 Pengembangan rencana pembelajaran dilakukan dengan mengadakan kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut guru difasilitasi untuk menyusun RPP dengan mengacu pada standar proses. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan dengan mengundang nara sumber yang memfasilitasi kegiatan penyusunannya sehingga diperoleh hasil ideal dari RPP yang disusun dimana RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dan mampu mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. (A.03.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Penyusunan RPP difasilitasi oleh kepala sekolah melalui kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut kami mengadakan musyawarah bersama dan melakukan penyusunan RPP dengan mengacu pada standar proses sehingga RPP yang disusun sesuai dengan juknis yang ideal. (A.03.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa Penyusunan RPP dilakukan secara bersama-sama di KKG. Penyusunan RPP tersebut dilakukan sebagai dasar dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas. Dengan mengacu pada permen diknas, maka dilakukan analisis secara mendalam terhadap RPP sehingga RPP yang dihasilkan mampu mengembangkan kompetensi siswa secara maksimal. (A.03.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa Penyusunan RPP difasilitasi oleh kepala sekolah melalui kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut mengundang nara sumber yang memfasilitasi kegiatan penyusunannya sehingga diperoleh hasil ideal dari RPP yang disusun dimana RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa. (A.02.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pengembangan rencana pembelajaran dilakukan dengan mengadakan kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut guru difasilitasi untuk menyusun RPP dengan mengacu pada standar proses. Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan dengan mengundang nara sumber yang memfasilitasi kegiatan penyusunannya sehingga

6 diperoleh hasil ideal dari RPP yang disusun dimana RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dan mampu mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Penyusunan RPP difasilitasi oleh kepala sekolah melalui kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut kami mengadakan musyawarah bersama dan melakukan penyusunan RPP dengan mengacu pada standar proses sehingga RPP yang disusun sesuai dengan juknis yang ideal 2. Otonomi Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Materi a) Pengembangan Materi Pembelajaran Hasil wawancara yang dilakukan tentang otonomi kepala sekolah dalam pengembangan materi pembelajaran, informan menjelaskan bahwa: Pengembangan bahan ajar dilakukan setelah kurikulum disusun. Pengembangan bahan ajar ini sebagian terdapat dalam silabus dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Pengembangan bahan ajar didasarkan juga pada kebutuhan peserta didik, serta ketersediaan bahan ajar yang terdapat di lingkungan siswa. Dalam pengembangan bahan ajar ini pula sekolah mengadakan buku penunjang. Tetapi pengadaan buku penunjang ini sering terhambat dengan masalah dana yang kurang mencukupi sehingga pembelian buku sebagai salah satu Materi Pembelajaran sangat minim keberadaannya. (2.1.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Secara terperinci, jenis-jenis materi pembelajaran terdiri dari pengetahuan (fakta, konsep, prinsip, prosedur), keterampilan, dan sikap atau nilai. Disamping memanfaatkan lingkungan sebagai salah satu sumber bahan ajar, kami juga memanfaatkan buku sumber. Tetapi memang persediaan buku kami sangat minim karena keterbatasan anggaran yang tersedia (2.1.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012)

7 Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Pengembangan bahan ajar dilaksanakan mengacu pada beberapa prinsip sebagai berikut meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Prinsip relevansi artinya materi pembelajaran hendaknya relevan memiliki keterkaitan dengan pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar. Prinsip konsistensi artinya adanya keajegan antara bahan ajar dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa. Misalnya, kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa empat macam, maka bahan ajar yang harus diajarkan juga harus meliputi empat macam. Prinsip kecukupan artinya materi yang diajarkan hendaknya cukup memadai dalam membantu siswa menguasai kompetensi dasar yang diajarkan. Dalam pengembangan bahan ajar kami juga menyediakan buku pelajaran. Tetapi memang persediaan buku kami sangat minim karena keterbatasan anggaran yang tersedia (2.1.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar. (2.1.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pengembangan bahan ajar dilakukan setelah kurikulum disusun. Pengembangan bahan ajar ini sebagian terdapat dalam silabus dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Pengembangan bahan ajar didasarkan juga pada kebutuhan peserta didik, serta ketersediaan bahan ajar yang terdapat di lingkungan siswa. Pengembangan bahan ajar dilaksanakan mengacu pada beberapa prinsip sebagai berikut meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan.

8 Materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar Hasil wawancara di atas juga menunjukkan bahwa dalam upaya pengembangan bahan ajar sekolah menyediakan buku pelajaran. Tetapi memang persediaan buku kami sangat minim karena keterbatasan anggaran yang tersedia b) Pemilihan Metode Pembelajaran Hasil wawancara yang dilakukan tentang pengembangan metode pembelajaran, informan menjelaskan bahwa: Pengembangan metode pembelajaran dilakukan dengan menganalisis kompetensi dasar yang akan dicapai dalam pembelajaran. Berdasarkan analisis tersebut dilakukan pemilihan terhadap metode yang akan digunakan dalam pembelajaran. (2.2.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh peserta didik. Jenis metode pembelajaran sangat bermacam-macam, tinggal bagaimana seorang guru menggunakan metode mana yang sesuai dengan rencana yang dibuatnya. Dalam pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar, potensi lingkungan dan sumber daya yang tersedia untuk mendukung.(2.2.w.fb1.guru, 15 Mei 2012)

9 Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya dalam upaya untuk mendukung peningkatan kualitas dan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran oleh guru disesuaikan dengan karakteristik siswa serta kebutuhan mendasar dari siswa (2.2.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan metode baru adalah dengan memperhatikan beberapa hal berikut: pertama, sesuaikan kemampuan pendidik dengan cara melihat berbagai keunggulan dan kemampuan yang kita miliki. Jika pembelajaran terjadi di pedesaan dengan lingkungan perkebunan teh, maka seorang guru bahasa inggris harus dengan jeli mencoba pembelajaran di kebun teh dengan menghafalkan kata-kata benda yang ada di sekitar perkebunan teh. Misalnya peserta didik dirangsang untuk selalu menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan daun (leave), akar (root), batang (branch), keranjang (basket), dan hal-hal lain yang berada di lingkungan sekitarnya yang lebih memudahkan pencitraan mereka menggunakan bahasa.(2.2.w.ht.guru3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru dalam pembelajaran agar materi yang disampaikan dapat ditangkap dengan baik oleh peserta didik. Jenis metode pembelajaran sangat bermacam-macam, tinggal bagaimana seorang guru menggunakan metode mana yang sesuai dengan rencana yang dibuatnya. Dalam pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar, potensi lingkungan dan sumber daya yang tersedia untuk mendukung. Pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya dalam upaya untuk mendukung peningkatan kualitas dan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran oleh guru disesuaikan dengan karakteristik siswa serta kebutuhan mendasar dari siswa.

10 c) Pemilihan Media Pembelajaran Hasil wawancara yang dilakukan tentang pemilihan media pembelajaran, informan menjelaskan bahwa: Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Media pembelajaran yang akan dipilih tersebut juga disesuaikan dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Tetapi memang media pembelajaran yang tersedia masih sangat minim sehingga cukup mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran (2.3.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dilihat dari pengertiannya, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media, sehingga saya menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sangat banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Tetapi media yang ada di sekolah ini masih kurang dan menyebabkan pembelajaran kurang mencapai hasil yang diharapkan. (2.3.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan. Pemilihan media pembelajaran didasarkan pada tujuan serta kompetensi dasar yang diharapkan dapat ditunjukkan anak dalam pembelajaran. Tetapi media pembelajaran yang ada di sekolah masih kurang (2.3.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa:

11 Media pembelajaran adalah salah satu alat atau sarana yang mendukung kegiatan pembelajaran. Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Media pembelajaran yang akan dipilih tersebut juga disesuaikan dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa media yang ada di sekolah masih sangat kurang sehingga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran di kelas. (2.3.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dilihat dari pengertiannya, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media, sehingga saya menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sangat banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Media pembelajaran yang akan dipilih tersebut juga disesuaikan dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa media yang ada di sekolah masih sangat kurang sehingga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran di kelas.

12 d) Penguasaan Skenario Pembelajaran Hasil wawancara yang dilakukan tentang penguasaan scenario pembelajaran, informan menjelaskan bahwa: Guru memiliki tingkat penguasaan yang baik terhadap scenario pembelajaran. Penguasaan terhadap scenario pembelajaran tersebut dilakukan agar siswa dapat memahami rancangan kegiatan pembelajaran yang menjadi rujukannya dalam melaksanakan pembelajaran. (2.4.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Penguasaan scenario pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan dalam membelajarkan siswa. Penguasaan scenario ini ditunjukkan dengan kemampuan dalam memahami langkah-langkah pembelajaran dan dapat mengaktualisasikannya secara baik dalam kegiatan pembelajaran. (2.4.W.FB1.GURU, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Penguasaan terhadap terhadap scenario pembelajaran perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan layanan belajar kepada peserta didik. Guru pada umumnya sangat menguasai scenario pembelajaran, karena scenario tersebut adalah buatan guru sendiri, sehingga setiap tahapan atau langkahnya dapat dikuasai guru dengan baik (2.4.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Penguasaan terhadap scenario pembelajaran merupakan bagian dari upaya untuk membelajarkan siswa. Penguasaan terhadap scenario ini dilakukan agar guru dapat membelajarkan siswa dengan baik sehingga tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan semakin baik.(2.4.w.ht.guru3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa guru memiliki tingkat penguasaan yang baik terhadap scenario pembelajaran. Penguasaan terhadap scenario

13 pembelajaran tersebut dilakukan agar siswa dapat memahami rancangan kegiatan pembelajaran yang menjadi rujukannya dalam melaksanakan pembelajaran. Penguasaan scenario pembelajaran merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui strategi yang dapat dilakukan dalam membelajarkan siswa. enguasaan scenario ini ditunjukkan dengan kemampuan dalam memahami langkah-langkah pembelajaran dan dapat mengaktualisasikannya secara baik dalam kegiatan pembelajaran Penguasaan terhadap terhadap scenario pembelajaran perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan layanan belajar kepada peserta didik. Guru pada umumnya sangat menguasai scenario pembelajaran, karena scenario tersebut adalah buatan guru sendiri, sehingga setiap tahapan atau langkahnya dapat dikuasai guru dengan baik 3. Otonomi Kepala Sekolah Dalam Penilaian Pembelajaran a) Pengembangan Instrument Penilaian Hasil Belajar Hasil wawancara yang dilakukan tentang pengembangan instrument penilaian, informan menjelaskan bahwa: Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk itu, diperlukan standar penilaian. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Instrument penilaian dilakukan sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. (3.2.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa:

14 Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antarsekolah, antardaerah, dan antartahun..(3.2.w.fb1.guru, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Instrument penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan penelitian. Instrument penelitian ini disusun untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Instrument penilaian ini menjadi alat untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. (3.2.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Instrumen penilaian dilakukan untuk melakukan pengukuran terhadap hasil belajar siswa. Instrumen penilaian ini dilakukan untuk melakukan pengukuran terhadap proses pemberian angka-angka atau label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut-atribut konsep. Proses ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan pengukuran. Penyusunan instrument penilaian dilakukan sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran..(3.2.w.ht.guru3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa instrument penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan penelitian. Instrument penelitian ini disusun untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Instrument penilaian ini menjadi alat untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan

15 pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Untuk itu, diperlukan standar penilaian. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Instrument penilaian dilakukan sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antardaerah, dan antar tahun. b) Pemanfaatan Penilaian Dalam Pengambilan Keputusan/Hasil Hasil wawancara yang dilakukan tentang pemanfaatan penilaian dalam pengambilan keputusan, informan menjelaskan bahwa: Kegiatan penilaian dilakukan untuk melakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penetapan naik tinggal siswa atau hal lain yang berhubungan dengan penetapan prestasi siswa. Upaya yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan naik tingga; maupun siswa yang berprestasi

16 tersebut didasarkan pada nilai yang (3.2.W.HR.KEPSEK, 15 Mei 2012) telah ditetapkan sebelumnya. Senada dengan pendapat ini informan lain menambahkan bahwa: Nilai siswa baik nilai tertulis maupun nilai perbuatan dijadikan kepala sekolah bersama guru dalam pengambilan kebijakan khususnya yang berkaitan dengan naik tinggal maupun yang terkait dengan penetapan siswa yang berprestasi.(3.2.w.fb1.guru, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Kepala sekolah menjadikan nilai atau capaian prestasi siswa sebagai dasar dalam pengambilan keputusan di sekolah tidak saja untuk menetapkan naik tinggal tetapi juga yang berkaitan dengan penetapan siswa yang berprestasi. (3.2.W.EI.GURU2.W, 15 Mei 2012) Pendapat ini didukung oleh responden lainnya yang mengemukakan bahwa: Pemanfaatan hasil-hasil penilaian telah menjadi salah satu bagian kebijakan sekolah dan dilakukan oleh kepala sekolah khusus untuk menetapkan siswa yang berprestasi atau siswa yang akan naik tinggal. Dengan demikian jelas menunjukkan bahwa hasil penilaian dapat dimanfaatkan untuk keperluan yang terkait dengan pengembangan kompetensi siswa serta pemberian penghargaan kepada mereka. (3.2.W.HT.GURU3, 15 Mei 2012) Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa kegiatan penilaian dilakukan untuk melakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penetapan naik tinggal siswa atau hal lain yang berhubungan dengan penetapan prestasi siswa. Upaya yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan naik tingga; maupun siswa yang berprestasi tersebut didasarkan pada nilai yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam konteks ini keepala sekolah menjadikan nilai atau capaian prestasi siswa sebagai dasar dalam pengambilan keputusan di sekolah tidak

17 saja untuk menetapkan naik tinggal tetapi juga yang berkaitan dengan penetapan siswa yang berprestasi B. Temuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan otonomi kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini telah dilakukan wawancara dan ditemukan beberapa hal sebagaimana yang dipaparkan di bawah ini: 1) Otonomi kepala sekolah dalam pengembangan program pembelajaran Kepala sekolah memiliki kebijakan khusus dalam pengembangan program pembelajaran. Hal ini termuat dalam rencana pengembangan sekolah (RPS) dan menjadi program rutin yang dilaksanakan sehingga menjadi keharusan bagi semua guru untuk ikut terlibat dalam pengembangan program pembelajaran tersebut. Kebijakan tersebut juga dituangkan dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Sekolah tentang kegiatan pembelajaran di awal tahun untuk menyiapkan program pembelajaran yang menjadi rujukan guru dalam pembelajaran. Kepala sekolah menjadikan program pembelajaran salah satu program utama yang harus dilaksanakan dan menjadi agenda rutin. Terkait dengan hal ini telah dibuat aturan yang secara khusus mengatur tentang mekanisme yang harus dilakukan guru dan personil sekolah lainnya dalam membuat pengembangan program pembelajaran.

18 Temuan penelitian bahwa otonomi kepala sekolah dalam penyusunan program semester, dilakukan kepala sekolah dengan memediasi guru untuk menyusun program semester yang sebelumnya diawali dengan kegiatan untuk menganalisis program tahunan yang telah disusun sebelumnya dan selanjutnya dijabarkan ke dalam, RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Kebijakan ini dilakukan kepala sekolah sebagai upaya untuk mengembangkan program semester yang menjadi rujukan guru untuk melaksanakan pembelajaran. Temuan lainnya menunjukkan bahwa kepala sekolah membuat perencanaan program semester yang dilakukan dengan perencanaan program pembelajaran, RPP, silabus, dan alat pembelajaran lainnya. Guru melakukan kegiatan tersebut melalui KKG sekolah maupun KKG gugus. Dalam proses penyusunan program semester tersebut guru saling bekerja sama dan saling memberikan masukan sehingga program semester yang dihasilkan sangat ideal menjadi rujukan dalam pembelajaran. Temuan lainnya bahwa kegiatan perencanaan program semester merupakan agenda rutin yang dilaksanakan setiap semester. Penyusunan perencanaan pembelajaran tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya memperbaiki rencana program semester sehingga menjadi acuan yang ideal dalam mengembangkan potensi peserta didik. Kegiatan tersebut dilakukan dengan dimediasi kepala sekolah dan semunya berjalan sesuai dengan yang diharapkan Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa pengembangan rencana pembelajaran dilakukan dengan mengadakan kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut guru difasilitasi untuk menyusun RPP dengan mengacu pada standar proses.

19 Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut dilakukan dengan mengundang nara sumber yang memfasilitasi kegiatan penyusunannya sehingga diperoleh hasil ideal dari RPP yang disusun dimana RPP tersebut sesuai dengan kebutuhan siswa dan mampu mencapai kompetensi dasar yang diharapkan. Penyusunan RPP difasilitasi oleh kepala sekolah melalui kegiatan KKG. Dalam kegiatan tersebut kami mengadakan musyawarah bersama dan melakukan penyusunan RPP dengan mengacu pada standar proses sehingga RPP yang disusun sesuai dengan juknis yang ideal. Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa kepala sekolah mengembangkan kebijakan dalam program pembelajaran kebijakan kepala sekolah tersebut dibuatkan dalam bentuk petas konsep di bawah ini: Otonomi dalam Program Pembelajaran Pengembangan program Tahunan Pengembangan program Semester Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Optimalisasi Kebijakan Dalam Program Pembelajaran

20 2) Otonomi Kepala Sekolah Dalam Pengembangan Materi Temuan penelitian bahwa kepala sekolah berupaya untuk pengembangan materi atau bahan ajar dilakukan setelah kurikulum disusun. Pengembangan bahan ajar ini sebagian terdapat dalam silabus dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Pengembangan bahan ajar didasarkan juga pada kebutuhan peserta didik, serta ketersediaan bahan ajar yang terdapat di lingkungan siswa. Pengembangan bahan ajar dilaksanakan mengacu pada beberapa prinsip sebagai berikut meliputi: (a) prinsip relevansi, (b) konsistensi, dan (c) kecukupan. Kondisi riil lainnya menunjukkan bahwa materi pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru dan harus dipelajari siswa hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar kompetensi dan kompetensi dasar. Secara garis besar langkah-langkah pemilihan bahan ajar meliputi: (a) mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar yang menjadi acuan atau rujukan pemilihan bahan ajar, (b) mengidentifikasi jenis-jenis materi bahan ajar, (c) memilih bahan ajar yang sesuai atau relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah teridentifikasi tadi., dan (d) memilih sumber bahan ajar Temuan penelitian lainnya bahwa dalam upaya pengembangan bahan ajar sekolah menyediakan buku pelajaran. Tetapi memang persediaan buku kami sangat minim karena keterbatasan anggaran yang tersedia Dalam konteks yang bersamaan metode pembelajaran juga dianalsis sebagai adalah cara yang digunakan guru dalam pembelajaran agar materi yang disampaikan

21 dapat ditangkap dengan baik oleh peserta didik. Jenis metode pembelajaran sangat bervariasi dan guru dapat menggunakan metode mana yang sesuai dengan rencana yang dibuatnya. Dalam pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan kompetensi dasar, potensi lingkungan dan sumber daya yang tersedia untuk mendukung. Pemilihan metode pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting untuk dilakukan sebagai upaya dalam upaya untuk mendukung peningkatan kualitas dan hasil belajar. Pemilihan metode pembelajaran oleh guru disesuaikan dengan karakteristik siswa serta kebutuhan mendasar dari siswa. Fakta empiris yang ditemukan bahwa media pembelajaran merupakan hal yang sangat penting dalam peningkatan kualitas pembelajaran. Jika dilihat dari pengertiannya, media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi untuk menyampaikan pesan pembelajaran. Sedangkan pembelajaran adalah sebuah proses komunikasi antara pembelajar, pengajar dan bahan ajar. Komunikasi tidak akan berjalan tanpa bantuan sarana penyampai pesan atau media, sehingga saya menyimpulkan bahwa media pembelajaran itu penting dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran sangat banyak macamnya, tentunya tidak digunakan sekaligus. Untuk itu perlu dipilih secara cermat, media mana yang lebih tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Pemilihan media pembelajaran dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan pencapaian tujuan pembelajaran. Pemilihan media disesuaikan dengan kompetensi dasar yang akan dicapai. Media pembelajaran yang

22 akan dipilih tersebut juga disesuaikan dengan bahan ajar yang akan diajarkan. Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa media yang ada di sekolah masih sangat kurang sehingga mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran di kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki tingkat penguasaan yang baik terhadap scenario pembelajaran. Penguasaan terhadap scenario pembelajaran tersebut dilakukan agar siswa dapat memahami rancangan kegiatan pembelajaran yang menjadi rujukannya dalam melaksanakan pembelajaran. Penguasaan terhadap terhadap scenario pembelajaran perlu dilakukan sebagai upaya untuk mengoptimalkan layanan belajar kepada peserta didik. Guru pada umumnya sangat menguasai scenario pembelajaran, karena scenario tersebut adalah buatan guru sendiri, sehingga setiap tahapan atau langkahnya dapat dikuasai guru dengan baik Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa kepala sekolah mengembangkan otonomi dalam pengembangan kualitas mengajar guru. Otonomi kepala sekolah dalam pengembangan kualitas mengajar guru dipaparkan dalam bentuk peta konsep di bawah ini:

23 Otonomi kepala sekolah dalam pengembangan materi Pengembangan Materi Pengembangan metode pembelajaran Pengembangan media pembelajaran Pengembangan scenario pembelajaran Optimalisasi Otonomi kepala sekolah dalam pengembangan materi 3) Otonomi kepala sekolah Dalam Penilaian pembelajaran Temuan penelitian bahwa kepala sekolah memiliki kebijakan untuk mengembangkan instrument penilaian. Instrumen penilaian tersebut disusun berdasarkan indikator dan tujuan penelitian. Instrument penelitian ini disusun untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Instrument penilaian ini menjadi alat untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran. Penilaian pendidikan adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menentukan pencapaian hasil belajar peserta didik. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Instrument penilaian dilakukan sebagai upaya untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran

24 Instrumen penilaian hasil belajar yang digunakan pendidik memenuhi persyaratan (a) substansi, adalah merepresentasikan kompetensi yang dinilai, (b) konstruksi, adalah memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan, dan (c) bahasa, adalah menggunakan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan taraf perkembangan peserta didik.. Instrumen penilaian yang digunakan oleh satuan pendidikan dalam bentuk ujian sekolah/madrasah memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, dan bahasa, serta memiliki bukti validitas empirik. Instrumen penilaian yang digunakan oleh pemerintah dalam bentuk UN memenuhi persyaratan substansi, konstruksi, bahasa, dan memiliki bukti validitas empirik serta menghasilkan skor yang dapat diperbandingkan antar sekolah, antardaerah, dan antar tahun Temuan lainnya menunjukkan bahwa kegiatan penilaian dilakukan untuk melakukan pengambilan keputusan yang berhubungan dengan penetapan naik tinggal siswa atau hal lain yang berhubungan dengan penetapan prestasi siswa. Upaya yang dilakukan dalam proses pengambilan keputusan naik tingga; maupun siswa yang berprestasi tersebut didasarkan pada nilai yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam konteks ii nilai siswa baik nilai tertulis maupun nilai perbuatan dijadikan kepala sekolah bersama guru dalam pengambilan kebijakan khususnya yang berkaitan dengan naik tinggal maupun yang terkait dengan penetapan siswa yang berprestasi

25 Terkait otonomi kepala sekolah dalam penilaian pembelajaran ditampilkan pada peta konsep di bawah ini: Otonomi Kepala Sekolah Dalam Penilaian Pembelajaran Bentuk instrument penilaian Pemanfaatan Penilaian Dalam Pengambilan Keputusan/Hasil Optimalisasi Otonomi Kepala Sekolah Dalam Penilaian Pembelajaran C. Pembahasan Salah satu kewenangan dalam dunia pendidikan yang diberikan kepada sekolah adalah kewenangan bagi sekolah untuk mengelola pendidikan yang ada di sekolahnya sehingga mampu mencapai tingkat optimalisasi yang diharapkan. Depdiknas (2003:2) mengemukakan bahwa otonomi kepala sekolah pada prinsipnya memberikan otoritas kepada kepala sekolah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Rumah tangga sekolah itu menyangkut hampir seluruh aspek kependidikan dari proses pembelajaran, penentuan sarana-prasarana pendukung, sumberdaya manusia (tenaga kependidikan), kesiswaan, kebutuhan finansial, dan hal-hal yang terkait dengan butir-butir tersebut. Khusus terkait dengan kurikulum, dimungkinkan tiap-tiap

26 sekolah melakukan modifikasi yang bersifat memperkaya kurikulum yang telah ditentukan secara nasional. Melalui otonomi sekolah, seluruh komponen yang terkait dengan sekolah punya kewajiban untuk saling mendukung demi optimalisasi peran sekolah dalam mendampingi anak bangsa menuju pada tingkat kedewasaan secara mental, fisik dan intelektual. Hasil penelitian yang dilakukan terkait otonomi kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran di SDN 2 Botumoputi kecamatan Tibawa Kabupaten Gorontalo menunjukkan bahwa kepala sekolah mengembangkan otonomi tersebut melalui 3 komponen utama yaitu 1) otonomi kepala sekolah dalam pengembangan program pembelajaran, 2) otonomi kepala sekolah dalam pengembangan materi bahan ajar, dan 3) otonomi kepala sekolah dalam pengembangan penilaian pembelajaran. Ketiga hal yang dilakukan kepala sekolah dalam pengembangan mutu pembelajaran tersebut pada intinya adalah bagian dari upaya untuk mengoptimalkan layanan belajar dan peningkatan kualitas peserta didik melalui penyiapan berbagai hal mulai dari kurikulum sekolah, perangkat pembelajaran, pemilihan metode, media pembelajaran serta penyiapan alat evaluasi serta berbagai hal lainnya yang mendukung pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian sebagaimana yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa sekolah memiliki kebijakan untuk melakukan pengembangan program pembelajaran. Pengembangan tersebut dilakukan melalui 3 hal pokok yaitu pengembangan program

27 tahunan, pengembangan program semester dan pengembangan rencana pelaksanaan pembelajaran. Hasil penelitian bahwa kepala sekolah membuat kebijakan untuk melakukan penyusunan program pembelajaran di KKG sekolah maupun KKG gugus. Kegiatan penyusunan Program tahunan dan program semester dilakukan secara bersama-sama sehingga antar guru dapat saling memberikan masukan sehingga program pembelajaran yang dihasilkan sangat ideal menjadi rujukan dalam pembelajaran. Fakta empiris yang ditemukan di lapangan menunjukkan bahwa kepala sekolah berupaya untuk pengembangan materi atau bahan ajar dilakukan setelah kurikulum disusun. Pengembangan bahan ajar ini sebagian terdapat dalam silabus dan dikembangkan sesuai dengan kompetensi dasar yang ada dalam kurikulum. Pengembangan bahan ajar didasarkan juga pada kebutuhan peserta didik, serta ketersediaan bahan ajar yang terdapat di lingkungan siswa. Pengembangan bahan ajar juga dipilih dan disesuaikan dengan metode dan media pembelajaran. Kegiatan dalam Pengembangan bahan ajar yang disesuaikan dengan metode dan media pembelajaran tersebut difasilitasi oleh kepala sekolah. Kebijakan lainnya yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya untuk meningkatkan mutu pembelajaran yaitu dengan cara mengembangkan instrument penilaian disusun berdasarkan indikator dan tujuan penelitian. Instrument penelitian ini disusun untuk membuat pertimbangan terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Instrument penilaian ini menjadi alat untuk mengukur keberhasilan dalam melaksanakan pembelajaran.

28 Hasil penilaian selanjutnya dijadikan sebagai dasar dalam penetapan siswa yang naik tinggal serta siswa berprestasi. Dengan pemanfaatan hasil penilaian ini jelas menunjukkan bahwa hasil penilaian sangat diperlukan untuk kepentingan yang lebih tinggi, tidak saja sebagai reward tetapi juga sebagai dasar dalam penetapan berbagai kebijakan sekolah termasuk pengadaan sumber daya untuk meningkatkan mutu pembelajaran Berdasarkan uraian di atas jelas menunjukkan bahwa kepala sekolah telah berupaya dalam mengembangkan mutu pembelajaran di sekolah. Pengembangan mutu pembelajaran tersebut dilakukan sebagai bentuk akuntabilitas kepala sekolah dalam mengembangkan mutu pembelajaran. Tetapi diakui oleh kepala sekolah bahwa upaya yang dilakukan dalam pengembangan mutu pembelajaran di sekolah sering terhambat oleh factor dana dan sarana penunjang kurang memadai. Hal ini yang menjadikan aktualisasi proses pembelajaran cukup terhambat karena dana yang kurang serta fasilitas pembelajaran yang kurang mendukung. Terkait kondisi tersebut maka kepala sekolah perlu mengembangkan entrepreneurship di sekolah dengan mengembangkan potensi kantin, koperasi sekolah atau potensi masyarakat untuk ikut membantu dalam hal dana sehingga mampu mengatasi dana yang kurang dalam pengembangan mutu pembelajaran di sekolah. Dengan cara ini diharapkan agar otonomi yang diberikan kepada kepala sekolah dapat dijalankan dengan baik sehingga mendukung pengembangan mutu pembelajaran secara menyeluruh

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Guru adalah seseorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas, yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. semula bersifat sentralistik berubah menjadi desentralistik. Desentralisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakuan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah menuntut pelaksanaan otonomi daerah dan wawasan demokrasi dalam

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dunia pendidikan kita telah memiliki Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 20 TAHUN 2007 TANGGAL 11 JUNI 2007 STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN A. Pengertian 1. Standar penilaian pendidikan adalah standar nasional pendidikan yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki

PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki PENGEMBANGAN SILABUS MATA PELAJARAN PAI DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Oleh: Marzuki A. Pendahuluan Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kelanjutan dari kurikulum tahun 2004

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Paparan Data 4.1.1 Profil Kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan Kelompok Kerja Guru (KKG) Gugus Cengkeh Kecamatan Kandangan adalah

Lebih terperinci

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS

PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. edukasi bagi siswa untuk dewasa ini. Sekolah Dasar sebagai sarana pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. edukasi bagi siswa untuk dewasa ini. Sekolah Dasar sebagai sarana pelayanan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar cukup strategis dalam melakukan internalisasi nilai-nilai edukasi bagi siswa untuk dewasa ini. Sekolah Dasar sebagai sarana pelayanan pendidikan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni telah membawa perubahan hampir disemua bidang kehidupan manusia, termasuk bidang pendidikan. Perubahan pada bidang

Lebih terperinci

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus

Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus Prinsip dan Langkah-Langkah Pengembangan Silabus A. Prinsip Pengembangan Silabus Prinsip-prinsip pengembangan silabus adalah: 1. Ilmiah Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus

Lebih terperinci

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar

Bagaimana memilih bahan ajar? Prinsip Kecukupan. Cakupan Bahan Ajar. Urutan Penyajian Bahan Ajar Teknik Pengembangan Bahan Ajar dan Perangkat Pembelajaran oleh: Pujianto *) Disarikan dari Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar, Depdiknas:2006 Mengapa perlu bahan ajar? Siswa memiliki karakteristik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa maupun guru-guru, diperoleh gambaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan informan baik kepala sekolah,ketua komite sekolah, orang tua siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kurikulum pendidikan di negara kita mengalami beberapa kali perubahan, di mulai sejak tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 sampai dengan tahun

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 1 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

Lebih terperinci

PEMBENAHAN MGMP GURU DIDAERAH 3T SALAH SATU CARA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI DAERAH 3T

PEMBENAHAN MGMP GURU DIDAERAH 3T SALAH SATU CARA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI DAERAH 3T PEMBENAHAN MGMP GURU DIDAERAH 3T SALAH SATU CARA MENINGKATKAN KUALITAS PENDIDIKAN DI DAERAH 3T Pengantar Daerah 3T merupakan daerah Terpencil, Terdepan dan Terluar di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dasar acuan dan pertanggung jawaban pengawas dalam bekerja. Untuk dapat menyusun

BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dasar acuan dan pertanggung jawaban pengawas dalam bekerja. Untuk dapat menyusun BAB IV DATA PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian 1. Deskripsi data hasil penelitian 1.1 Evaluasi Penyusunan Program Pengawasan Segala aktivitas pengawasan termasuk ruang lingkup, output yang diharapkan

Lebih terperinci

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak

EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA. Abstrak EVALUASI PENCAPAIAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL BERDASARKAN PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI SD NEGERI 4 KALIAMAN JEPARA Novita Wijanarti dan Slameto Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Kristen

Lebih terperinci

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN Panduan Penyusunan KTSP jenjang Dikdasmen BSNP KURIKULUM 2013? (Berbasis Scientific Approach)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. harkat dan martabat manusia dapat ditingkatkan. Melalui pendidikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan saat ini merupakan kebutuhan primer setiap manusia. Karenanya, pendidikan tidak boleh dianggap sepele karena dengan pendidikan harkat dan martabat

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate)

KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN. M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) 1 KONSEP DASAR PERENCANAAN PEMBELAJARAN M. Nasir Tamalene (Dosen Universitas Khairun Ternate) I. Pendahuluan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007)

STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN (Permen No. 20 Th. 2007) STANDAR PENILAIAN Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kompetensi Guru Kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA

IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA ARTIKEL JURNAL SATYA WIDYA NOMOR : 2 Volume 29 IDENTIFIKASI KEMAMPUAN MENGEMBANGKAN KURIKULUM DALAM IMPLEMENTASI KTSP DI KALANGAN GURU SMK BM DI KOTA SALATIGA Sri Muryani, Entri Sulistari, Alex D Ch Mirakaho

Lebih terperinci

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34

SOSIALISASI DAN PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1 / 34 HALAMAN 1 / 34 1 2 3 4 5 Pengertian Landasan Prinsip Pengembangan Unit Waktu Pengembangan g Silabus 6 7 8 9 Komponen Silabus Mekanisme Pengembangan Silabus Langkah Pengembangan Silabus Contoh Model HALAMAN

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian deskripsi, analisis dan pembahasan telah di paparkan gambaran mengenai Implementasi Muatan Lokal Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam Mewujudkan Pembelajaran

Lebih terperinci

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI Latar Belakang Standar Nasional Pendidikan Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas (Pasal 35, 36, 37, 42, 43, 59, 60,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 44 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2 G. PROSEDUR KERJA 4 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENYUSUNAN

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT POKOK BAHASAN GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK UNTUK KELAS X SMAN 10 MALANG Ratri Agustina, Kadim Masjkur, dan Subani Universitas Negeri Malang

Lebih terperinci

Prinsip Dasar dan Standar Penilaian Matematika SMK

Prinsip Dasar dan Standar Penilaian Matematika SMK I TU URI HANDAY AN TW DIKLAT GURU PENGEMBANG MATEMATIKA SMK JENJANG DASAR TAHUN 009 Prinsip Dasar dan Standar Penilaian Matematika SMK Matriks GY A Y O M AT E M A T AK A R Shadiq, M.App.Sc. DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan bersifat sangat penting demi terwujudnya kehidupan pribadi yang mandiri dengan taraf hidup yang lebih baik. Sebagaimana pengertiannya menurut Undang-undang

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Dasar merupakan lembaga pendidikan formal yang berfungsi memberikan kepada siswa bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan dasar, yang dewasa ini

Lebih terperinci

Silabus dan RPP. Oleh: Prof. Dr. Mohamad Nur R. Wakhid Akhdinirwanto. Silabus dan RPP PPt Final Plus 1

Silabus dan RPP. Oleh: Prof. Dr. Mohamad Nur R. Wakhid Akhdinirwanto. Silabus dan RPP PPt Final Plus 1 Silabus dan RPP Oleh: Prof. Dr. Mohamad Nur R. Wakhid Akhdinirwanto Silabus dan RPP PPt Final Plus 1 Mempersiapkan Perangkat Pembelajaran 1. Kalender Pendidikan 2. Program Tahunan (Prota) 3. Program Semester

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional, dengan jelas dikatakan bahwa : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini semakin berkembangnya teknologi dan informasi yang menuntut adanya perkembangan dan perubahan dalam semua aspek kehidupan manusia termasuk aspek pendidikan.

Lebih terperinci

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA Peraturan Mendiknas Nomor: 20 Tahun 2007 tentang STANDAR PENILAIAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMA DITJEN MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PENILAIAN PENDIDIKAN Penilaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di SD adalah memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar ( SD ) merupakan salah satu jenjang pendidikan formal yang harus ditempuh oleh anak, sebagai penjabaran dari ayat 3 pasal 31 Undang undang Dasar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 34 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Pemahaman Pemahaman terhadap suatu pelajaran diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 dikemukakan kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar

Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Kegiatan Belajar 4: Menelaah Tes Hasil Belajar Uraian Materi 1. Menelaah Kualitas Soal Tes Bentuk Objektif Sebagaimana telah anda pelajari sebelumnya, bahwa analisis kualitas perangkat soal tes hasil belajar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR

IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN DALAM PELAJARAN BAHASA DI KELAS V SEKOLAH DASAR Dyaristya P. E. Wismasari, Agus Wedi, Eka Pramono Adi Universitas Negeri Malang Email: dyaristya.putri@gmail.com,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK

Lebih terperinci

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP)

STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) PENGERTIAN PENILAIAN PRINSIP PENILAIAN TEKNIK & INSTRUMEN PENILAIAN MEKANISME & PROSEDUR PENILAIAN PENILAIAN OLEH PENDIDIK PENILAIAN OLEH SATUAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan yang bertujuan menekankan pada kegiatan pembelajaran matematika untuk meningkatkan mutu proses

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 419 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan sebagaimana dibahas pada Bab IV terdahulu, disampaikan kesimpulan secara umum dan kesimpulan secara khusus yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian evaluasi. Menurut Arikunto (2010;36), penelitian evaluasi diterapkan pada objek-objek jika ingin mengungkapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan dalam tesis ini pada intinya bertujuan memberikan penjelasan awal

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan dalam tesis ini pada intinya bertujuan memberikan penjelasan awal 1 BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dalam tesis ini pada intinya bertujuan memberikan penjelasan awal tentang perlunya penelitian model kurikulum muatan lokal berdasarkan kompetensi di lakukan. Bab ini di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dapat ditempuh melalui tiga jalur, yaitu pendidikan formal, pendidikan non formal, dan pendidikan informal. Salah satu satuan pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan

I. PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Dalam pembelajaran di sekolah, agar memperoleh prestasi harus dilakukan dengan sadar, bertahap, dan berkesinambungan. Namun demikian hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang dianut pemangku kebijakan. Kurikulum memiliki. kedudukan yang sangat sentral dalam keseluruhan proses pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum menjadi komponen acuan oleh setiap satuan pendidikan. Kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan teori dan praktek pendidikan, selain itu juga

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 235 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berpedoman kajian dan analisis serta pembahasan terhadap hasil penelitian secara menyeluruh pada pembelajaran Geometri Ruang Dimensi Tiga untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Profil SMP Negeri 1 Bandungan SMP Negeri 1 Bandungan adalah Sekolah Menengah Pertama yang terletak di Desa Jimbaran Kecamatan Bandungan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah bagian dari dunia pendidikan yang membuat program pembelajaran kepada siswa. Siswa dididik untuk mencapai tujuan pendidikan nasional seperti yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Pada bagian ini akan diuraikan mengenai seting tempat, seting waktu, dan karakteristik subjek penelitian. Seting tempat akan membahas

Lebih terperinci

Peta Konsep. Tujuan Pendidikan (Kompetensi Dasar) Proses/Kegiatan Untuk Mencapai Kompetensi. Hasil-hasil pendidikan yang dapat dicapai

Peta Konsep. Tujuan Pendidikan (Kompetensi Dasar) Proses/Kegiatan Untuk Mencapai Kompetensi. Hasil-hasil pendidikan yang dapat dicapai Peta Konsep Tujuan Pendidikan (Kompetensi Dasar) Proses/Kegiatan Untuk Mencapai Kompetensi Hasil-hasil pendidikan yang dapat dicapai Perbandingan antara kompetensi dengan hasil yang telah dicapai Informasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian, metode merupakan satu hal penting sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian, metode merupakan satu hal penting sebagai 95 BAB III METODE PENELITIAN Dalam suatu penelitian, metode merupakan satu hal penting sebagai langkah yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Ketepatan metodologi yang digunakan akan menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai negara di dunia tidak pernah surut melakukan upaya peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan bahwa sistem penjaminan dan

Lebih terperinci

Kisi Dokumen Tentang Penyusunan Silabus

Kisi Dokumen Tentang Penyusunan Silabus Lampiran 1. No. Aspek yang Diamati Kisi Dokumen Tentang Penyusunan Silabus 1. Uraian Materi Materi yang diberikan aktual dan memberikan kontribusi untuk peningkatan pemahaman Adanya kesesuaian antara materi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan. Untuk mencapai kemajuan yang diharapkan, maka setiap bangsa harus senantiasa berusaha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science

BAB III METODE PENELITIAN. IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema. Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai Upaya Meningkatkan Science BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini berjudul Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA Terpadu Model Webbed dengan Pendekatan Inquiry pada Tema Hujan Asam bagi Lingkungan sebagai

Lebih terperinci

PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS

PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS PAKET PELATIHAN PENGANTAR SAINS BUKU PANDUAN BAGI PENDAMPING Kabupaten/Kota Gugus Nama Sekolah 1.1 Latar Belakang Pendampingan Menindaklanjuti pelatihan STW yang sudah dilaksanakan di beberapa distrik

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang 220 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam bab ini dikemukakan beberapa simpulan dan rekomendasi yang didasarkan pada analisis temuan-temuan penelitian Studi Tentang Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 54 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS. Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus

EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS. Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus EDISI : 4 PENGEMBANGAN SILABUS Modul : Pengembangan Silabus Soal-soal Pengembangan Silabus PENGEMBANGAN SILABU Silabus merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok,

Lebih terperinci

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012 I. Pilihlah jawaban yang benar dengan memberi tanda silang (X) huruf A, B, C, atau D pada lembar jawaban! 1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil pembahasan penelitian yang telah dilaksanakan mengenai studi tentang Peranan Kinerja MGMP PKn dalam Meningkatkan Profesionalisme Guru SMP (Studi Kasus Terhadap

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT

MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT ARTIKEL ILMIAH MENGOPTIMALKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI SEKOLAH DENGAN JUMLAH SISWA SEDIKIT Sunarto, M. Pd SDN GEDONGOMBO II PLOSO JOMBANG JAWA TIMUR 0 PENDAHULUAN Sekolah sebagai institusi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

Terima kasih telah mengunjungi

Terima kasih telah mengunjungi PENGANTAR PENGEMBANGAN SILABUS A. Pengertian Silabus Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis lakukan tentang evaluasi program pembelajaran kitab kuning di M.A. Banat Perguruan Islam Mathali ul Falah Kajen Pati dapat disimpulkan

Lebih terperinci

Selamat belajar, semoga sukses

Selamat belajar, semoga sukses PENGEMBANGAN SILABUS PEMBELAJARAN SD Unit-8 PENDAHULUAN Dalam membuat suatu program kadang-kadang dibedakan atas dua jenis kegiatan yaitu pertama program umum dan kedua program yang lebih khusus. Misalnya

Lebih terperinci

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi

Kompetensi Dasar. perencanaan program. rangka implementasi MERENCANAKAN PROGRAM PEMBELAJARAN DALAM RANGKA IMPLEMENTASI KTSP Pertemuan XI Desain Pembelajaran STAI SMQ Bangko Kompetensi Dasar Mahasiswa memahami perencanaan program pembelajaran dalam rangka implementasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 5 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA ANALISIS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dibina manusia Indonesia baru yang berorientasi pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dapat dibina manusia Indonesia baru yang berorientasi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peran penting dalam kehidupan, karena hanya melalui pendidikan dapat dibina manusia Indonesia baru yang berorientasi pada pembangunan. Oleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada kajian ini, akan diuraikan mengenai metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mencakup uraian mengenai metode penelitian,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian evaluatif yang dirancang untuk memperoleh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian evaluatif yang dirancang untuk memperoleh 73 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian evaluatif yang dirancang untuk memperoleh informasi yang akurat tentang pengelolaan produktif berdasarkan Kurikulum Tingkat

Lebih terperinci

Pengembangan Silabus dan RPP Kurikulum Catatan Pengantar

Pengembangan Silabus dan RPP Kurikulum Catatan Pengantar Pengembangan Silabus dan RPP Kurikulum 2013 Catatan Pengantar Pembelajaran K13 Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak

Lebih terperinci

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA OLEH : PASKALIS K. SAN DEY NIM. 1407046007 PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Guru sebagai agen pembelajaran merasa terpanggil untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah mengoptimalkan

Lebih terperinci

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti

SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP. Ena Suprapti Didaktikum: Jurnal Penelitian Tindakan Kelas ISSN 2087-3557 SUPERVISI INDIVIDUAL DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENYUSUN RPP SD Negeri Kaliwadas 01 Adiwerna

Lebih terperinci

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 JUKNIS PENYUSUNAN RENCANA KERJA SMA DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12 G. URAIAN PROSEDUR KERJA

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biologi ialah ilmu tentang makhluk hidup atau kajian saintifik tentang kehidupan (Campbell et al., 2010). Sebagai ilmu, biologi mengkaji berbagai persoalan yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen

BAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi mutu pendidikan di Indonesia dinilai masih rendah bila dibandingkan dengan negara negara tetangga di Asia Tenggara lainnya. Harian Kompas, 03 Maret 2011 melansir

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP

PENERAPAN MODEL ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN ANALOGI MATEMATIS SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika memiliki peran yang sangat luas dalam kehidupan. Salah satu contoh sederhana yang dapat dilihat adalah kegiatan membilang yang merupakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nurdaeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nurdaeni, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi situasi yang berubahubah. Pendidikan sangat

Lebih terperinci

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP Makalah disampaikan pada Pelatihan dan Pendampingan Implementasi KTSP di SD Wedomartani Oleh Dr. Jumadi A. Pendahuluan Menurut ketentuan dalam Peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mengembangkan Sekolah Standar Nasional (SSN) menjadi Sekolah Rintisan. daya saing bangsa Indonesia di forum internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi telah mendorong terjadinya kompetisi bagi lembaga pendidikan yang tidak hanya bersifat lokal atau regional saja, tetapi juga internasional. Kompetisi global

Lebih terperinci