BAB II TINJAUAN PUSTAKA
|
|
- Widyawati Lesmana
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan dan Desain Pelabuhan Pelabuhan sebagai tempat berlabuhnya kapal-kapal dikehendaki merupakan suatu tempat yang terlindung dari gerakan gelombang laut, sehingga bongkar muat dapat dilaksanakan demi menjamin keamanan barang. Secara teknis pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu Bangunan Maritim, dimana padanya dimungkinkan kapal-kapal berlabuh atau bersandar dan kemudian dilakukan bongkar muat.dari segi manajemen pelabuhan (bina pengusahaan) berarti pengaturan (prosedur) kegiatan-kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat barang, keberangkatan kapal dan hubungan pelabuhan dengan daerah-daerah lain/pedalamannya; kegiatan-kegiatan tersebut harus dapat dilola secara efisien Survei Penyelidikan terhadap lokasi pelabuhan sebelum melakukan perencanaan pengembangan pelabuhan, hal ini sangat diperlukan untuk memperoleh data-data yang mewakili lokasi tersebut sebagai input saat proses perencanaan berjalan. Adapun survei-survei yang perlu dilakukan adalah : a. Survei Hidrografi dan Topografi Keadaan topografi daratan dan bawah laut harus memungkinkan untuk membangun suatu pelabuhan dan kemungkinan untuk pengembangan di masa mendatang. Daerah daratan harus cukup luas untuk membangun suatu fasilitas pelabuhan seperti dermaga, jalan, gudang dan 1 Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, Bandung, 1985, halaman
2 juga daerah industri. Apabila daerah daratan sempit maka pantai harus cukup luas dan dangkal untuk memungkinkan perluasan daratan dengan melakukan penimbunan pantai tersebut. Daerah yang akan digunakan untuk perairan pelabuhan harus mempunyai kedalaman yang cukup sehingga kapal-kapal bisa masuk ke pelabuhan. 2 Survei Hidrografi dilaksanakan guna mendapatkan peta hidrografi, peta hidrografi yang diperoleh sedapat mungkin adalah peta terbaru. Adanya peta hidrografi akan membantu proses perencanaan yang membutuhkan data bathimetri (kedalaman air) yang tersaji dalam bentuk grafik yang diperoleh dari pengukuran kedalaman air atau garis batas ketinggian dasar laut, survei bathimetri dilaksanakan menggunakan echo-sounder. Survei Topografi diperlukan untuk menentukan titik-titik pantai. Survei terhadap wilayah daratan yang terkait dengan pekerjaan-pekerjaan pelabuhan tersebut juga diperlukan. Setelah dilakukan penelitian terhadap rencana lokasi pelabuhan baru, harus ditentukan outline wilayah survei dan titik-titik yang harus ditetapkan. Ketika proyek berlangsung tingkat kecermatan pekerjaan survei akan meningkat sehingga derajat ketelitiannya menjadi lebih tinggi. 3 b. Survei Hidro-Oseanografi Oseanografi adalah studi tentang perilaku dari laut, yaitu suatu kisaran fenomena laut yang luas. Faktor-faktor penting yang harus diperhatikan untuk proyek pelabuhan adalah gelombang, arus dan pasang surut. 4 2 Triatmodjo, Bambang. Pelabuhan. Yogyakarta Hal Departemen Perhubungan, Pedoman Pembangunan Pelabuhan, Jakarta, 2000, hal Departemen Perhubungan, Pedoman Pembangunan Pelabuhan, Jakarta, 2000, hal
3 Gelombang menimbulkan gaya-gaya yang bekerja pada kapal dan bangunan pelabuhan. Untuk menghindari gangguan gelombang terhadap kapal yang berlabuh maka dibuat bangunan pelindung yang disebut pemecah gelombang. Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena adanya gaya tarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar daripada gaya tarik matahari. 5 c. Penyelidikan Tanah Untuk menunjang perencanaan geoteknik dan pondasi untuk proyek pembangunan pelabuhan, pekerjaan survei penyelidikan tanah diperlukan untuk memperoleh data tanah bawah permukaan beserta parameter-parameter yang sangat diperlukan dalam analisis dan desain dari proyek ini. Berikut ini adalah metode-metode utama yang digunakan untuk menyelidiki lapisanlapisan bawah tanah: 6 Pengeboran dengan tabung Pengeboran dengan putaran Uji Penetrometer Wash probe Vane test 5 Triatmodjo, Bambang. Pelabuhan. Yogyakarta Hal Departemen Perhubungan, Pedoman Pembangunan Pelabuhan, Jakarta, 2000, hal
4 Eksporasi geofisika Analisis a. Kriteria Desain b. Layout Dermaga c. Analisis Pasang Surut Pasang surut merupakan fenomena fisika oseanografi yang perlu dipelajari dalam upaya memahami pola sirkulasi massa air laut. Parameter pasang surut ini umumnya menentukan gerakan air dalam periode tengah harian sampai harian, tergantung pada tipe pasang surut yang terjadi pada perairan tersebut. Untuk memperkirakan keadaan pasang surut, terdapat banyak komponen-komponen yang mempengaruhi pasang surut. Seperti pada beberapa negera di Eropa memperhitungkan lebih dari 60 komponen, USA memperhitungkan 37 komponen, sedang Jawatan Hidrografi ALRI meperhitungkan 7 komponen. Komponen utama adalah sebagai gaya tarik bulan dan matahari (lunar and solar component). Komponen lainnya adalah non-astronomis. Dalam buku-buku daftar Arus Pasang Surut (Tidal Stream Tables) di Kepulauan Indonesia yang dikeluarkan Jawatan Hidrografi ALRI, pengaruh pasang surut tidak hanya dipengaruhi oleh bulan dan matahari, tetapi dipengaruhi pula oleh lima benda angkasa lain yang berdasarkan pendapat Prof. Dr. P. J u/d Stok dengan jabaran seperti TABEL 7 7 Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, hal 193, Bandung, ITB,
5 Secara praktis seorang perencana pelabuhan harus mengetahui keadaan pasang surut suatu daerah lokasi sebelum perencanaan dimulai. Data-data pasang surut yang perlu diketahui, yaitu taraf dari: d. Analisis Angin dan Gelombang e. Analisis Struktur Tanah 2.2 Dermaga (Gambar-gambar) Dermaga adalah suatu struktur fasilitas pelabuhan yang dibangun di laut atau sungai yang menghubungkan bagian darat dan terdiri dari bangunan atas yang dibuat dari balok, pelat lantai dan tiang pancang yang mendukung bangunan diatasnya. Konstruksi dermaga diperlukan untuk menahan gaya-gaya akibat tumbukan kapal dan beban selama proses bongkar muat barang. 8 Berdasarkan konstruksinya dermaga dapat dibedakan menjadi 5 (lima) tipe : 1. Dermaga Dinding Berbobot Konstruksi dermaga terdiri dari blok-blok beton besar yang diatur sedemikian sehingga membuat sudut 60 dengan garis horizontal. Besar blok beton disesuaikan dengan kapasitas angkat dari keran. Perletakan blok beton dengan letak miring ini dimaksudkan agar terjadi geseran antar blok beton satu dengan lainnya, sehingga dicapai kesatuan konstruksi yang mampu memikul beban-beban 8 Ir. Suwandi saputro, Perancangan Teknis Dermaga, Jakarta 2012, halaman 1 5
6 vertical dan horizontal pada dermaga. Pada dasar konstruksi ini sebelumnya dilakukan perbaikan tanah, yaitu dengan cara mengeruk lapisan lumpur untuk kemudian diganti dengan lapisan pasir. 2. Dermaga Dengan Tiang Pancang Sesuai dengan kedalaman yang diperlukan, karakteristik tanah, peralatan yang tersedia dan manusia pelaksana yang terdapat pada satu lokasi, maka cara fondasi tiang pancang umumnya sangat menguntungkan. Macam tiang pancang ini dapat dari kayu ulin, baja atau beton (bertulang/pratekan). Untuk kedalaman fondasi yang dalam, biasanya digunakan tiang beton pratekan atau tiang baja. Pada beberapa hal dapat pula digunakan tiang bersambung, asal saja sambungan tiang ini mampu meneruskan gaya-gaya dan momen-momen lentur. 6
7 3. Dermaga Dengan Dinding Turap atau Dinding Penahan Untuk keadaan karakteristik tanah tertentu, maka konstruksi dermaga dapat dibuat dari turap ataupun dinding penahan tanah. Dinding penahan tanah atau turap beton dapat digunakan untuk kedalaman perairan (2,00 4,00) MLLW. Kedalaman yang lebih besar biasanya digunakan turap baja. 4. Dermaga Konstruksi Kaison Konstruksi kaison untuk pembangunan dermaga dapat diterapkan bila karakteristik tanah adalah jelek. Kaison adalah suatu konstruksi kotak-kotak beton bertulang yang dibuat di darat dan dengan cara mengapungkan dan dihela pada posisi yang diinginkan kemudian ditenggelamkan dengan mengisi dinding kamar-kamar kaison dengan pasir laut. Agar tanah dapat memikul beban kaison, maka dilakukan perbaikan tanah. 5. Dermaga Dengan Konstruksi Ganda 7
8 Pada keadaan karakteristik tanah yang kurang menguntungkan dapat dikembangkan konstruksi ganda, yaitu suatu kombinasi tiang pancang dimana di atasnya ditempatkan dinding penahan tanah dengan sekat-sekat (counterforts); pada bagian muka dapat ditempatkan turap yang berfungsi menahan tanah. Di atas dinding penahan tanah tersebut bila diperlukan dapat ditempatkan keran tambatan; kemiringan tiang-tiang pancang untuk menahan gaya-gaya horizontal dapat diambil 1 : 20. Dengan konstruksi semacam ini, maka tidak diperlukan perbaikan tanah Dermaga Peti Kemas Setelah mengenal pengertian Dermaga secara bentuk dan konstruksinya, perlu diketahui juga bahwa dermaga melayani bermacam-macam muatan dari kapal. Berdasarkan jenis muatannya tersebut maka mempengaruhi karakteristik dari dermaga. Salah satu dari macam muatan yang biasa dilayani oleh dermaga adalah Peti Kemas (Container), dermaga untuk Peti Kemas memiliki apron yang luas untuk manuver pengangkutan peti kemas dan tergabung dengan tempat penimbunan terbuka yang sangat luas. Panjang dermaga untuk satu kapal peti kemas adalah m. Luas dari lapangan terbuka ± m2 dan bila perlu ditambah dengan stasiun pengemasan peti kemas (container freight station). 10 Pada awalnya, permasalahan yang telah dipelajari sebagai serangkaian fase yang saling terkait, satu dari setiap fase memiliki sejumlah keterkaitan operasional : 1. Pembungkusan barang, unitizing, dan operasi pengangkutan. 2. Penentuan arah (routing), marshalling, dan mengendalikan seluruh input dan output dari komando (agents). 3. Freight-forwarding, kapal umpan, konsolidasi. 9 Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, hal , Bandung Ganesha Exacta, Soedjono Kramadibrata, Perencanaan Pelabuhan, hal 317, Bandung, ITB,
9 4. Bongkar/Muat dan atau and/or memindahkan seluruh barang dari agen pengirim. 5. Memindahkan seluruh muatan petikemas ke apron sandaran kapal dan keberangkatan kapal. 11 Terkait dengan muatan peti kemas di dermaga yang berasal dari kapal yang mengangkut muatan peti kemas, kapal ini tentunya mempunyai karakteristik khusus yang mengharuskan dermaga menyesuaikan dengan kapal. Untuk merencanakan sebuah dermaga peti kemas, perencana harus mengetahui karakteristik kapal peti kemas, karena dari karakteristik kapal ini dapat diketahui ukuran-ukuran pokok kapal untuk menentukan ukuran teknis dermaga. Tergantung dari jenis muatan yang diangkut, bentuk badan kapal, kecepatan, dan lain sebagainya, ukuran besar kapal tersebut menentukan dimensi kapal yaitu, panjang/lebar dan kedalaman dalam ukuran satuan panjang (lihat Gambar) 11 Per Bruun, Port Engineering Third Edition, hal. 31, Houston, Gulf Publishing Company,
10 Di bawah ini diberikan beberapa ukuran dasar terhadap rencana karakteristik kapal yang akan digunakan dalam perencanaan pelabuhan: 12 Tabel 2.1 Ukuran Pokok Kapal Petikemas dan Kebutuhan Dermaga Sumber : Technical Standards and Commentaries for Port and Harbour Facilities in Japan. 2.4 Perencanaan Konstruksi Dermaga Pelabuhan merupakan kawasan dan dermaga adalah salah satu sarana yang sangat berpengaruh di dalam sebuah pelabuhan, sehingga untuk merencanakan sebuah dermaga baik pembangunan dermaga baru maupun perkuatan dermaga diperlukan suatu kajian yang baik. Perencanaan konstruksi dermaga harus memperhatikan prinsip-prinsip desain konstruksi dermaga yang standar, perencanaan pembebanan di dermaga yang akan dibangun, gaya-gaya eksternal yang bekerja pada dermaga tersebut, dan penentuan desain komponen-komponen konstruksi dermaga. Berikut ini akan dipaparkan tahapan-tahapan untuk perencanaan konstruksi dermaga Prinsip-prinsip Perencanaan Konstruksi Dermaga berikut : Dalam merencana dan merancang dermaga pelabuhan harus diperhatikan hal-hal sebagai a. Letak dan kedalaman perairan dermaga yang direncanakan 12 Soedjono Kramadibrata, hal
11 b. Beban muatan yang harus dipikul dermaga, baik beban merata maupun beban terpusat (keran, forklift dan lain sebagainya). c. Gaya-gaya lateral yang disebabkan manuver kapal ataupun gaya gempa. d. Karakteristik tanah, terutama yang bersangkutan dengan daya dukung tanah, stabilitas bangunan dan lingkungan maupun kemungkinan penurunan bangunan sebagai akibat konsolidasi tanah. e. Sistem angkutan dan sistem penanganan muatan f. Pemanfaatan dari bahan-bahan bangunan yang tersedia, melalui penyelidikan bahan agar dapat dicapai biaya investasi yang cukup wajar dan dengan kualitas konstruksi yang baik. g. Tenaga dan peralatan yang tersedia guna melaksanakan rencana tersebut sedemikian sehingga pelaksanaan pekerjaan lancar dan pada waktu pelaksanaan yang baik. 11
12 Gambar 2.1 Sistematika Perencanaan Pelabuhan Perencanaan Pembebanan Pada Struktur Perencana struktur bertugas untuk memperkirakan dengan akurat beban-beban yang akan diterapkan kepada struktur sepanjang umur struktur yang direncanakan. Kemudian, memutuskan skenario kombinasi pembebanan maksimum yang mungkin terjadi pada saat yang bersamaan. Berikut ini adalah jenis-jenis beban yang perlu diketahui untuk merencanakan struktur, beban dikelompokkan menjadi beban mati, beban hidup dan beban lingkungan. 12
13 1. Beban Mati Beban mati (dead load) adalah beban yang memiliki besar yang konstan dan terdapat pada satu posisi tertentu. Beban mati meliputi berat struktur yang sedang kita tinjau, termasuk semua bagian pelengkap yang melekat pada struktur secara permanen. Untuk bangunan beton bertulang, beberapa dari beban mati tersebut adalah berat portal, dinding, lantai, langit-langit, tangga, atap, dan saluran air. 2. Beban Hidup Beban hidup adalah beban yang besar dan letaknya dapat berubah. Benam hidup meliputi beban orang, barang-barang gudang, beban konstruksi, beban kran layan gantung, beban peralatanyang sedang bekerja, dan sebagainya. Secara umum, beban hidup dipengaruhi oleh gravitasi. Macam-macam beban hidup diantaranya, - Beban lalu lintas pada jembatan. Jembatan menerima sejumlah beban terpusat yang besarnya bervariasi yang disebabkan oleh roda-roda truk atau kereta api. - Beban tumbukan. Beban tumbukan (impact load) disebabkan oleh getaran dari beban yang bergerak atau yang dapat berpindah-pindah. Sudah jelas bahwa peti kemas yang dijatuhkan ke atas lantai gudang atau truk yang melompat di atas perkerasan yang tidak rata pada sebuah jembatan akan mengakibatkan gaya-gaya yang lebih besar dibandingkan jika beban-beban tersebut diterapkan secara perlahan-lahan dan bertahap. Beban tumbukan ini besarnya sama dengan selisih antara besar beban yang sebenarnya terjadi dan besar beban dianggap sebagai beban mati. 13
14 - Beban longitudinal. Beban longitudinal juga perlu diperhatikan dalam mendesain beberapa struktur. Memberhentikan kereta api di atas jembatan rel kereta atau memberhentikan truk di jembatan jalan raya akan menyebabkan terjadinya gaya-gaya longitudinal. - Beban-beban yang lain. Diantara berbagai jenis beban hidup yang harus diperhatikan perencana bangunan adalah tekanan tanah, tekanan hidrostatis, beban ledakan, dan gaya sentrifugal. 3. Beban Lingkungan Beban lingkungan adalah beban yang disebabkan oleh lingkungan di mana struktur berada. Untuk bangunan, beban lingkungan disebabkan oleh hujan, salju, angin, perubahan temperatur, dan gempa bumi. Secara kasar, beban-beban ini termasuk beban hidup, tetapi beban-beban ini berasal dari lingkungan di mana struktur berada. Meskipun besarnya berubah-ubah setiap waktu, beban ini tidak seluruhnya disebabkan oleh gravitasi ataupun kondisi operasional, disini perbedaannya dengan beban-beban hidup yang lain. 13 Beban-beban tersebut dapat bekerja sendiri secara kontinu ataupun bersamaan simultan. Sehingga, perlu ditentukan kombinasi pembebanan yang terburuk yang memungkinkan terjadi pada struktur dengan harapan struktur mampu menahan kombinasi-kombinasi pembebanan tersebut. Adapun ketentuan desain SNI tentang Tata Cara Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, yang mengatur mengenai kekuatan dan kemampuan layan struktur. Ketentuan-ketentuan tersebut diantaranya, 1) Kuat perlu untuk menahan beban mati D paling tidak harus sama dengan 13 Jack C. McCormack, 2004, Desain Beton Bertulang, (Jakarta: Erlangga), hal
15 U = 1,4 D...i Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan juga beban atap A atau beban hujan R, paling tidak harus sama dengan U = 1,2 D + 1,6 L + 0,5 (A atau R)...ii 2) Bila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut harus ditinjau untuk menentukan nilai U yang terbesar, yaitu U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,6 W + 0,5 (A atau R)...iii Kombinasi beban juga harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yan paling berbahaya, yaitu U = 0,9 D ± 1,6 W...iv 3) Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai kuat perlu U harus diambil sebagai U = 1,2 D + 1,0 L ± 1,0 E...v Atau U = 0,9 D ± 1,0 E...vi Dalam hal ini nilai E ditetapkan berdasarkan ketentuan SNI F, Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk rumah dan gedung, atau penggantinya. 15
16 4) Bila ketahanan terhadap tekanan tanah H diperhitungkan dalam perencanaan, maka pada persamaan ii, iv dan vi ditambahkan 1,6H, kecuali bahwa pada keadaan dimana aksi struktur akibat H mengurangi pengaruh W atau E, maka beban H tidak perlu ditambahkan pada persamaan iv dan vi. 5) Bila ketahanan terhadap pembebanan akibat berat dan tekanan fluida, F, yang berat jenisnya dapat ditentukan dengan baik, dan ketinggian maksimumnya terkontrol, diperhitungkan dalam perencanaan, maka beban tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1,4, dan ditambahkan pada persamaan i, yaitu: U = 1,4 (D + F)...vii Untuk kombinasi beban lainnya, beban F tersebut harus dikalikan dengan faktor beban 1,2 dan ditambahkan pada persamaan ii. 6) Bila ketahanan terhadap pengaruh kejut diperhitungkan dalam perencanaan maka pengaruh tersebut harus disertakan pada perhitungan beban hidup L. 7) Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi beton, atau perubahan suhu sangat menentukan dalam perencanaan, maka kuat perlu U minimum harus sama dengan: U = 1,2 (D + T) + 1,6 L + 0,5 (A atau R)...viii Perkiraan atas perbedaan penurunan fondasi, rangkak, susut, ekspansi beton, atau perubahan suhu harus didasarkan pada pengkajian yang realistis dari pengaruh tersebut selama masa pakai. 16
17 8) Untuk perencanaan daerah pengangkuran pasca tarik harus digunakan faktor beban 1,2 terhadap gaya penarikan tendon maksimum. 9) Jika pada bangunan terjadi benturan yang besarnya P, maka pengaruh beban tersebut dikalikan dengan faktor 1, Gaya-gaya Eksternal yang Bekerja di Dermaga Peti Kemas 1. Gaya Tumbukan Kapal (Berthing Force) Pada waktu merapat ke dermaga kapal masih mempunyai kecepatan sehingga akan terjadi benturan antara kapal dan dermaga. Dalam perencanaan dianggap bahwa benturan maksimum terjadi apabila kapal bermuatan penuh menghantam dermaga pada sudut 10 terhadap sisi depan dermaga. Gaya benturan kapal yang harus ditahan dermaga tergantung pada energi benturan yang diserap oleh system fender yang dipasang pada dermaga. Gaya benturan bekerja secara horizontal dan dapat dihitung berdasarkan energi benturan, Hubungan antara gaya dan energi benturan tergantung pada tipe fender yang digunakan. 2. Gaya Tarikan Kapal (Mooring Force) Gaya mooring adalah gaya reaksi dari kapal yang bertambat. Pada prinsipnya gaya mooring merupakan gaya horisontal yang disebabkan oleh angin dan arus. Sistem mooring ini dianalisis agar mampu mengatasi gaya-gaya akibat kombinasi angin dan arus. a. Akibat angin Akibat angin sejajar as kapal 17
18 Akibat angin tegak lurus as kapal Dimana : q = Kuat tiupan angin (q = 40 kg/m 2 ) A x = Luas muka kapal kena tiupan angin (m 2 ) A y = Luas sisi samping kapal kena tiupan angin (m 2 ) b. Akibat arus Akibat arus sejajar as kapal Akibat arus tegak lurus as kapal Dimana : 18
19 R = gaya tekan arus sejajar as kapal (kn) R f = gaya tekan arus tegak lurus as kapal (kn) S = luas muka kapal kena tekanan arus (m 2 ) V = kecepatan arus (m/s) ρ w = berat jenis air laut (1.03 ton/m 3 ) λ = koefisien arus ( untuk kapal panjang 250 m) t = temperature air laut ( o C) C = koefisien tekanan arus V = kecepatan arus (m/s) B = Luas sisi samping kapal kena tekanan arus (m 2 ) c. Gaya mooring total Gaya mooring sejajar as kapal Gaya mooring tegak lurus as kapal 19
20 d. Tabel Gaya Mooring pada Bollard Material Struktur Dermaga 1. Desain Balok dan Pelat Beton Bertulang a. Modulus Elastisitas Modulus elastisitas beton berubah-ubah menurut kekuatan. Modulus elastisitas juga bergantung pada umur beton, sifat-sifat dari agregat dan semen, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji. Rumus empiris yang diberikan oleh ACI M: untuk beton dengan nilai w c di antara 1500 kg/m kg/m 3 E c = modulus elastisitas beton W c = berat jenis beton (kg/m 3 ) Untuk beton normal E c dapat diambil sebesar 4700 fc b. Kekuatan Tekan dan Tarik c. Kekuatan Lentur Balok Beton Bertulang 2. Desain Tiang Pancang Salah satu elemen struktur yang penting pada dermaga adalah tiang pancang, terutama untuk dermaga dengan tipe deck on pile yang menggunakan serangkaian tiang pancang sebagai pondasi untuk lantai dermaga. 20
21 Dalam perhitungan tahanan lateral tiang pancang, diharapkan untuk mendapatkan koefisien horisontal reaksi tanah dasar dari lapisan tanah melalui uji beban lateral tiang pancang in situ. Dalam hal ini tidak ada tes yang dilaksanakan, maka dapat dihitung melalui metode analisis. Untuk menganalisis subjek tiang pancang tunggal (single pile) terhadap gaya lateral, metode PHRI atau metode Chang s dapat digunakan. Berdasarkan referensi Part Estimation of Pile Behaviour Using Analytical Methods, direkomendasikan untuk menggunakan metoda tersebut. Bagaimanapun, untuk perilaku tiang pancang dengan ujung bebas (seperti yang digunakan untuk struktur dermaga) dibawah aksi beban desain, virtual fixed point berdasarkan metode Chang s dapat digunakan karena hampir tidak ada perbedaan antara hasil yang diperoleh dari metode PHRI (Port and Harbor Research Institute) dan yang diperoleh dari metode Chang s. 14 Ketika uji beban lateral pondasi tiang tidak dilakukan, koefisien horisontal reaksi tanah dasar dari lapisan tanah dapat diperkirakan dengan metode PHRI atau metode Chang s. Dengan menggunakan metode Chang s, persamaan dibawah ini dapat dimanfaatkan untuk tujuan tersebut. Bagaimanapun, beberapa data pengukuran lapangan mengindikasikan bahwa nilai koefisien horizontal reaksi tanah dasar dari lapisan berbatu lebih kecil dari yang diperhitungkan dengan cara persamaan metode Chang s. Dengan demikian, pemeriksaan dan penilaian yang cermat akan diperlukan. K h = 0,15 N Dimana : K h = Koefisien reaksi Subgrade Horizontal (N/cm 2 ) 14 OCDI, hal
22 N = Nilai SPT (N) permukaan dasar dari permukaan ke kedalaman sekitar 1/β. Ketika menganalisis dermaga jenis terbuka sebagai struktur rangka kaku dengan asumsi titik tetap yang terletak di bawah dasar laut, titik tetap virtual (fixity point) dari tiang pancang harus didefinisikan dengan tepat. Ketika melakukan perhitungan rangka kaku untuk dermaga tipe terbuka pada tiang pancang vertikal, titik tetap virtual dari tiang pancang dapat dianggap berada pada kedalaman 1 / β dibawah permukaan tanah virtual. Nilai β dihitung dengan persamaan dibawah ini, Dimana: D = Diameter atau Lebar Tiang Pancang (cm) El = Faktor Kekakuan (N.cm 2 ) K h = Koefisien reaksi Subgrade Horizontal (N/cm 2 ) Titik tetap virtual, biasa juga disebut sebagai fixity point dapat membantu perhitungan struktur sebagai dasar pemodelan tiang pancang pada analisis struktur. Titik ini dianggap sebagai titik jepit pada pemodelan struktur tiang pancang, sedangkan untuk panjang tiang pancang di lapangan diperlukan analisis lebih lanjut terhadap data tanah hasil laboratorium. 1. Desain Balok dan Plat 22
23 Sumber : The Overseas Coastal Area Development Institute of Japan Tabel 2.1 Angka Keamanan Parsial untuk Desain 23
24 24
Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok
Analisis Struktur Dermaga Deck on Pile Terminal Peti Kemas Kalibaru 1A Pelabuhan Tanjung Priok Julfikhsan Ahmad Mukhti Program Studi Sarjana Teknik Kelautan ITB, FTSL, ITB julfikhsan.am@gmail.com Kata
Lebih terperinciBAB III KONSEP PEMBEBANAN
BAB III KONSEP PEMBEBANAN 3.1 TINJAUAN BEBAN Dalam melakukan analisis desain suatu struktur bangunan, perlu adanya gambaran yang jelas mengenai perilaku dan besar beban yang bekerja pada struktur. Hal
Lebih terperinciTUGAS AKHIR SIMON ROYS TAMBUNAN
TUGAS AKHIR PERENCANAAN DETAIL STRUKTUR DAN REKLAMASI PELABUHAN PARIWISATA DI DESA MERTASARI - BALI OLEH : SIMON ROYS TAMBUNAN 3101.100.105 PROGRAM SARJANA (S-1) JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL
Lebih terperinciDiperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat
PROYEK AKHIR Diperlukannya dermaga untuk fasilitas unloading batubara yang dapat memperlancar kegiatan unloading batubara. Diperlukannya dermaga yang dapat menampung kapal tongkang pengangkut batubara
Lebih terperinciD3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan / maritim, peranan pelayaran adalah sangat penting bagi kehidupan sosial, ekonomi, pemerintahan, pertahanan / keamanan, dan sebagainya.
Lebih terperinciBAB VII PENUTUP. Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
225 BAB VII PENUTUP 7.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Dermaga Batu Bara Kabupaten Berau Kalimantan Timur, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan tata
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya angkat keatas. Pondasi tiang juga digunakan untuk mendukung
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Dasar Pondasi Tiang digunakan untuk mendukung bangunan yang lapisan tanah kuatnya terletak sangat dalam, dapat juga digunakan untuk mendukung bangunan yang menahan gaya angkat
Lebih terperinciKAJIAN KEDALAMAN MINIMUM TIANG PANCANG PADA STRUKTUR DERMAGA DECK ON PILE
KAJIAN KEDALAMAN MINIMUM TIANG PANCANG PADA STRUKTUR DERMAGA DECK ON PILE Arya Anandika 1 dan Andojo Wurjanto 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung,
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR
PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA PETI KEMAS TELUK LAMONG TANJUNG PERAK SURABAYA JAWA TIMUR Faris Muhammad Abdurrahim 1 Pembimbing : Andojo Wurjanto, Ph.D 2 Program Studi Sarjana Teknik Kelautan Fakultas Teknik
Lebih terperinciPerancangan Dermaga Pelabuhan
Perancangan Dermaga Pelabuhan PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kompetensi mahasiswa program sarjana Teknik Kelautan dalam perancangan dermaga pelabuhan Permasalahan konkret tentang aspek desain dan analisis
Lebih terperinciTIPE DERMAGA. Dari bentuk bangunannya, dermaga dibagi menjadi dua, yaitu
DERMAGA Peranan Demaga sangat penting, karena harus dapat memenuhi semua aktifitas-aktifitas distribusi fisik di Pelabuhan, antara lain : 1. menaik turunkan penumpang dengan lancar, 2. mengangkut dan membongkar
Lebih terperinciTATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA
TATA LETAK DAN DIMENSI DERMAGA Perhitungan tiang pancang dermaga & trestle: Dimensi tiang pancang Berdasarkan dari Technical Spesification of Spiral Welded Pipe, Perusahaan Dagang dan Industri PT. Radjin,
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR ISI
DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang... I-1 1.2. Permasalahan... I-2 1.3. Maksud dan tujuan... I-2 1.4. Lokasi studi... I-2 1.5. Sistematika penulisan... I-4 BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjauan
Lebih terperinciModifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak
TUGAS AKHIR RC-09 1380 Modifikasi Struktur Jetty pada Dermaga PT. Petrokimia Gresik dengan Metode Beton Pracetak Penyusun : Made Peri Suriawan 3109.100.094 Dosen Pembimbing : 1. Ir. Djoko Irawan MS, 2.
Lebih terperinciKAJIAN KINERJA DAN PERENCANAAN PELABUHAN PERIKANAN MORODEMAK JAWA TENGAH
127 BAB III 3.1 Tahap Persiapan Tahap persiapan merupakan rangkaian kegiatan sebelum memulai pengumpulan data dan pengolahannya. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sketsa Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot Provinsi Kalimantan Timur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Tanah Grogot berada di Kabupaten Grogot Utara, Provinsi Kalimantan Timur. Pembangunan Pelabuhan di Tanah Grogot dilaksanakan pada tahun 1992 kemudian dikembangkan
Lebih terperinciPerencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi
Perencanaan Detail Pembangunan Dermaga Pelabuhan Petikemas Tanjungwangi Kabupaten Banyuwangi Disampaikan Oleh : Habiby Zainul Muttaqin 3110100142 Dosen Pembimbing : Ir. Dyah Iriani W, M.Sc Ir. Fuddoly,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI MULAI. Investigasi Data Hidro- Oceanografi Dan Kepelabuhan
BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI 3.1. SKEMA (FLOWCHART) PERENCANAAN Langkah langkah dalam Perencanaan Dermaga Lanal Tarakan Kalimantan Timur akan disajikan dalam flowchart berikut ini : MULAI Investigasi
Lebih terperinciBAB 3 LANDASAN TEORI. perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1. Geometrik Lalu Lintas Perencanan geometrik lalu lintas merupakan salah satu hal penting dalam perencanaan underpass yang dikerjakan dalam tugas akhir ini. Perencanaan geometrik
Lebih terperinciBeban hidup yang diperhitungkan pada dermaga utama adalah beban hidup merata, beban petikemas, dan beban mobile crane.
Bab 4 Analisa Beban Pada Dermaga BAB 4 ANALISA BEBAN PADA DERMAGA 4.1. Dasar Teori Pembebanan Dermaga yang telah direncanakan bentuk dan jenisnya, harus ditentukan disain detailnya yang direncanakan dapat
Lebih terperinciJURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN
JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN Diajukan oleh : ABDUL MUIS 09.11.1001.7311.046 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
Lebih terperinciBEBAN JEMBATAN AKSI KOMBINASI
BEBAN JEMBATAN AKSI TETAP AKSI LALU LINTAS AKSI LINGKUNGAN AKSI LAINNYA AKSI KOMBINASI FAKTOR BEBAN SEMUA BEBAN HARUS DIKALIKAN DENGAN FAKTOR BEBAN YANG TERDIRI DARI : -FAKTOR BEBAN KERJA -FAKTOR BEBAN
Lebih terperinciBAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG
BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG Capaian Pembelajaran: Setelah mempelajari sub bab 1 Pengenalan Beton bertulang diharapkan mahasiswa dapat memahami definisi beton bertulang, sifat bahan, keuntungan dan
Lebih terperinciPERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU
PERENCANAAN LAYOUT TERMINAL PETI KEMAS KALIBARU Octareza Siahaan dan Prof. Hang Tuah Salim Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha 10
Lebih terperinciNama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung. Tugas Akhir
Tugas Akhir PERENCANAAN JEMBATAN BRANTAS KEDIRI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM BUSUR BAJA Nama : Mohammad Zahid Alim Al Hasyimi NRP : 3109100096 Dosen Konsultasi : Ir. Djoko Irawan, MS. Dr. Ir. Djoko Untung
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan
3 BAB DASAR TEORI.1. Dasar Perencanaan.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciDesain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu
Desain Dermaga Curah Cair Pelabuhan Pulau Baai Bengkulu Malvin Hariyanto Kurniawan Program Studi Sarjana Teknik Kelautan, FTSL, ITB malvin1341991@yahoo.com Kata Kunci: Desain, Dermaga, Curah Cair, Dolphin
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN Merupakan Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata 1 (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu
Lebih terperinci1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI ) 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)
7 1. Perencanaan Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (SNI 03-1727-1989) 2. Perencaaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Rumah dan Gedung SNI-03-1726-2002 3. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI-1983)
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Pustaka. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data. Pengembangan Alternatif Lokasi
BAB III METODOLOGI 3.1 BAGAN ALIR PENYELESAIAN TUGAS AKHIR Mulai Identifikasi Masalah Studi Pustaka Observasi Lapangan T Pengumpulan Data Pengembangan Alternatif Lokasi Analisis Alternatif Lokasi Alternatif
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 1.
LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 1 Pendahuluan Bab 1 Pendahuluan Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Jembatan Pelengkung (arch bridges) Jembatan secara umum adalah suatu sarana penghubung yang digunakan untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lainnya oleh karena
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan
BAB 2 DASAR TEORI 2.1. Dasar Perencanaan 2.1.1 Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP Kesimpulan
213 BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Dari analisa Perencanaan Struktur Baja Dermaga Batu Bara Meulaboh Aceh Barat provinsi DI Aceh, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Dari analisa penetapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi suatu bangunan, aksi gaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki ribuan pulau yang terpisahkan oleh laut dan selat. Kondisi geografis tersebut mengakibatkan terus meningkatnya
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan.
LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan Bab 5 Pemodelan SAP Bab 5 Pemodelan SAP Perancangan Dermaga dan Trestle
Lebih terperinciBerat sendiri balok. Total beban mati (DL) Total beban hidup (LL) Beban Ultimate. Tinjau freebody diagram berikut ini
Berat sendiri balok. q = γ b h balok beton 3 qbalok 2,4 ton / m 0,6 m 0,6 m q balok = = 0,864 ton / m Total beban mati (DL) DL = q + q + q balok pelat pilecap DL = 0,864 ton/ m + 1,632 ton / m + 6,936
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk menahan beban gempa yang terjadi sehingga umumnya perlu menggunakan elemen-elemen
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA
BAB 4 ANALISA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Asumsi dan Batasan Seperti yang telah disebutkan pada bab awal tentang tujuan penelitian ini, maka terdapat beberapa asumsi yang dilakukan dalam
Lebih terperinci2 Pengantar. Bandung, Juni Penulis
1 Abstraksi Pelabuhan memegang peranan penting dalam meningkatkan perekonomian suatu kawasan. Dermaga merupakan salah satu fasilitas penting yang harus dimiliki oleh suatu Pelabuhan. Seiring dengan waktu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pondasi tiang adalah salah satu bagian dari struktur yang digunakan untuk menerima dan menyalurkan beban dari struktur atas ke tanah pada kedalaman tertentu, biasanya
Lebih terperinciGambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000
Beban Gelombang Gambar 5.83 Pemodelan beban hidup pada SAP 2000 Beban Gelombang pada Tiang Telah dihitung sebelumnya, besar beban ini adalah 1,4 ton dan terdistribusi dengan bentuk segitiga dari seabed
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat
Lebih terperinciPERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM
PERENCANAAN LAYOUT DAN TIPE DERMAGA PELABUHAN PETI KEMAS TANJUNG SAUH, BATAM Refina Anandya Syahputri 1 dan Prof. Ir. Hangtuah Salim, MocE, Ph.D. 2 Program Studi Teknik Kelautan Fakultas Teknik Sipil dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan
Lebih terperinciBAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR
Penyusunan RKS Perhitungan Analisa Harga Satuan dan RAB Selesai Gambar 3.1 Flowchart Penyusunan Tugas Akhir BAB IV ALTERNATIF PEMILIHAN BENTUK SALURAN PINTU AIR 4.1 Data - Data Teknis Bentuk pintu air
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI Tinjauan Umum
BAB III METODOLOGI 3.1. Tinjauan Umum Data yang dijadikan bahan acuan dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan Tugas Akhir ini adalah data sekunder yang dapat diklasifikasikan dalam dua jenis data, yaitu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkantoran, sekolah, atau rumah sakit. Dalam hal ini saya akan mencoba. beberapa hal yang harus diperhatikan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dalam merancang sebuah bangunan struktur, ada banyak hal yang harus diperhatikan. Tidak hanya material pembentuk struktur apakah baja atau beton. Tetapi juga fungsi gedung
Lebih terperincistruktur dinding diafragma adalah dengan menjaga agar jangan sampai
BABV PEMBAHASAN 5.1 Stabilitas Parit Dengan melihat metoda pelaksanaan struktur dinding diafragma, jelas bahwa pada prinsipnya untuk menjaga keamanan pelaksanaan struktur dinding diafragma adalah dengan
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN
PERENCANAAN STRUKTUR DERMAGA UMUM MAKASAR - SULAWESI SELATAN LOKASI STUDI PERUMUSAN MASALAH Diperlukannya dermaga umum Makasar untuk memperlancar jalur transportasi laut antar pulau Diperlukannya dermga
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan
5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Jembatan Jembatan adalah suatu konstruksi untuk meneruskan jalan melalui suatu rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan air / lalu lintas
Lebih terperinciBAB VI KONSTRUKSI KOLOM
BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang
Lebih terperinciBAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai
8 BAB III LANDASAN TEORI A. Pembebanan Pada Pelat Lantai Dalam penelitian ini pelat lantai merupakan pelat persegi yang diberi pembebanan secara merata pada seluruh bagian permukaannya. Material yang digunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan taraf pembangunan,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan program pemerintah dalam meningkatkan taraf pembangunan, sebagai mana diketahui pada dewasa ini di negara-negara yang sedang berkembang. Bandar
Lebih terperinciSTUDI EVALUASI PENAMBAHAN KAPASITAS DERMAGA OIL JETTY PLTU PAITON DARI 8000 DWT MENJADI DWT
TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENAMBAHAN KAPASITAS DERMAGA OIL JETTY PLTU PAITON DARI 8000 DWT MENJADI 30000 DWT HERI SUPRIYANTO NIM NIM : 03104051 Dosen Pembimbing : SAPTO BUDI WASONO, ST. MT ROBY SISWANTO,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu
Lebih terperinciANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG
ANALISIS STABILITAS BANGUNAN PEMECAH GELOMBANG BATU BRONJONG Olga Catherina Pattipawaej 1, Edith Dwi Kurnia 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. drg. Suria
Lebih terperinciEvaluasi Struktur Atas Dermaga DWT terhadap Berbagai Zona Gempa berdasarkan Pedoman Tata Cara Perencanaan Pelabuhan Tahun 2015
Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas Vol. 2 No. 3 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional September 2016 Evaluasi Struktur Atas Dermaga 1.000 DWT terhadap Berbagai Zona Gempa berdasarkan Pedoman Tata
Lebih terperinciKONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2
KONSEP PERENCANAAN STRUKTUR BAJA WEEK 2 Perencanaan Material Baja Perlu ditetapkan kriteria untuk menilai tercapai atau tidaknya penyelesaian optimum Biaya minimum Berat minimum Bahan minimum Waktu konstruksi
Lebih terperinciPERENCANAAN TIANG PANCANG UNTUK MOORING DOLPHIN PADA DERMAGA
PERENCANAAN TIANG PANCANG UNTUK MOORING DOLPHIN PADA DERMAGA (Studi Kasus : Dermaga Penyebrangan Mukomuko, Bengkulu) oleh : Muhamad Ramadhan Y 1, Hikmad Lukman 2, Wagisam 3 Abstrak Mooring dolphin adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan dewasa ini, juga membuat semakin berkembangnya berbagai macam teknik dalam pembangunan infrastruktur, baik itu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mendistribusikan hasil bumi dan kebutuhan lainnya. dermaga, gudang kantor pandu dan lain-lain sesuai peruntukannya.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai wilayah kepulauan yang mempunyai lebih dari 3.700 pulau dan wilayah pantai sepanjang 80.000 km. Sebagai wilayah kepulauan, transportasi laut menjadi
Lebih terperinciPERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS
TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata (S-1) Pada Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Katolik
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain : 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan atas merupakan bagian bagian jembatan yang memindahkan
Lebih terperinciTrestle : Jenis struktur : beton bertulang, dengan mtu beton K-300. Tiang pancang : tiang pancang baja Ø457,2 mm tebal 16 mm dengan panjang tiang
BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP 8.1. KESIMPULAN Dari hasil Perencanaan Pembangunan Dermaga Pangkalan TNI Angkatan Laut Tarakan - Kalimantan Timur yang meliputi : analisa data, perhitungan reklamasi,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Menurut Supriyadi (1997) jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu ajalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak
Lebih terperinciPERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN
TUGAS AKHIR PERENCANAAN JEMBATAN RANGKA BAJA SUNGAI AMPEL KABUPATEN PEKALONGAN Diajukan Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Tingkat Strata Satu (S-1) Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Proyek pembangunan gedung Laboratorium Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Medan terdiri dari 3 lantai. Dalam pembangunan gedung laboratorium tersebut diperlukan
Lebih terperinciBeban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut:
Beban ini diaplikasikan pada lantai trestle sebagai berikut: Gambar 5.34a Pemodelan Beban Pelat pada SAP 2000 untuk pengecekan balok Namun untuk mendapatkan gaya aksial pada tiang dan pile cap serta untuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada
Lebih terperinciDAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMBANG, NOTASI, DAN SINGKATAN i ii iii iv vii xiii xiv xvii xviii BAB
Lebih terperinciPERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA
PERENCANAAN PENGEMBANGAN PELABUHAN LAUT SERUI DI KOTA SERUI PAPUA Jori George Kherel Kastanya L. F. Kereh, M. R. E. Manoppo, T. K. Sendow Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sam Ratulangi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komponen Jembatan Menurut Supriyadi (1997) struktur pokok jembatan antara lain seperti dibawah ini. Gambar 2.1. Komponen Jembatan 1. Struktur jembatan atas Struktur jembatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II A. Konsep Pemilihan Jenis Struktur Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain struktur perlu dicari kedekatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur
Lebih terperinciModifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung Jefri Adi Gunawan, Data Iranata,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Beton adalah salah satu unsur yang sangat penting dalam struktur bangunan. Kelebihan beton bila dibandingkan dengan material lain diantaranya adalah tahan api, tahan
Lebih terperinciPERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3
PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3 Laporan Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta Oleh : FELIX BRAM SAMORA
Lebih terperinciSTANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN
STANDAR JEMBATAN DAN SNI DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM SEKRETARIAT JENDERAL PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN 1 BAB I JEMBATAN PERKEMBANGAN JEMBATAN Pada saat ini jumlah jembatan yang telah terbangun di Indonesia
Lebih terperinciPERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN
PERHITUNGAN SLAB LANTAI JEMBATAN JEMBATAN PANTAI HAMBAWANG - DS. DANAU CARAMIN CS A. DATA SLAB LANTAI JEMBATAN Tebal slab lantai jembatan t s = 0.35 m Tebal trotoar t t = 0.25 m Tebal lapisan aspal + overlay
Lebih terperinciBAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR
31 BAB V ANALISIS KAPASITAS DUKUNG FONDASI TIANG BOR 5.1 DATA STRUKTUR Apartemen Vivo terletak di seturan, Yogyakarta. Gedung ini direncanakan terdiri dari 9 lantai. Lokasi proyek lebih jelas dapat dilihat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. Judul DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN 2
DAFTAR ISI Halaman Judul i Pengesahan ii Persetujuan iii KATA PENGANTAR iv ABSTRAK vi ABSTRACT vii DAFTAR TABEL viii DAFTAR GAMBAR x DAFTAR LAMPIRAN xiii DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN xiv BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pulau Kalukalukuang Provinsi Sulawesi Selatan
Bab 7 DAYA DUKUNG TANAH Laporan Tugas Akhir (KL-40Z0) Desain Dermaga General Cargo dan Trestle Tipe Deck On ile di ulau Kalukalukuang rovinsi Sulawesi Selatan 7.1 Daya Dukung Tanah 7.1.1 Dasar Teori erhitungan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Umum Sebagian besar wilayah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai kejadian gempa dalam
Lebih terperinciBAB III DATA DAN ANALISA
BAB III DATA DAN ANALISA 3.1. Umum Dalam studi kelayakan pembangunan pelabuhan peti kemas ini membutuhkan data teknis dan data ekonomi. Data-data teknis yang diperlukan adalah peta topografi, bathymetri,
Lebih terperinciberupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu pembangunan fisik berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman oleh perencana agar
Lebih terperinciBab IV TI T ANG G MENDUKU K NG G BE B BA B N LATERAL
Bab IV TIANG MENDUKUNG BEBAN LATERAL Tiang mendukung beban lateral Fondasi tiang dirancang untuk mendukung : 1. Beban vertikal 2. Beban horisontal atau lateral seperti : beban angin, tekanan tanah lateral,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Umum Tanah adalah akumulasi partikel mineral yang tidak mempunyai atau lemah ikatan antara partikelnya, yang terbentuk kerena pelapukan dari batuan. Tanah merupakan bahan bangunan
Lebih terperinciBAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN.
BAB I. SEJARAH PERKERASAN JALAN. 1.1 SEJARAH PERKERASAN JALAN. A. Sebelum Manusia Mengenal Hewan Sebagai Alat Angkut. Setelah manusia diam (menetap) berkelompok disuatu tempat mereka mengenal artinya jarak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan sarana infrastruktur dalam dunia teknik sipil mengalami perkembangan yang cukup pesat, meningkatnya populasi manusia dan terbatasnya lahan merangsang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN STRUKTUR
BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat
Lebih terperinciDESAIN STRUKTUR PERPANJANGAN DERMAGA B CURAH CAIR PELINDO I DI PELABUHAN DUMAI, RIAU
DESAIN STRUKTUR PERPANJANGAN DERMAGA B CURAH CAIR PELINDO I DI PELABUHAN DUMAI, RIAU Shinta Ayuningtyas Program Studi Teknik Kelautan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jl.
Lebih terperinciModifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda
TUGAS AKHIR RC09 1380 Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda Kharisma Riesya Dirgantara 3110 100 149 Dosen Pembimbing Endah Wahyuni, ST., MSc.,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG. Gambar 1.1 Pulau Obi, Maluku Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terkenal dengan kekayaan alamnya. Salah satu kekayaan tersebut yaitu nikel. Nikel adalah hasil tambang yang bila diolah dengan
Lebih terperincifc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa
Peraturan dan Standar Perencanaan 1. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa untuk Gedung SNI - PPTGIUG 2000 2. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Gedung SKSNI 02-2847-2002 3. Tata Cara Perencanaan Struktur
Lebih terperinci