BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Minyak Bumi Minyak bumi berasal dari bahasa latin, yaitu petroleum. Petra artinya batuan dan oleum berarti minyak. Jadi, secara harfiah, minyak bumi disebut sebagai minyak batuan. Minyak bumi adalah campuran hidrokarbon alami, berwarna kuning kehitaman, berfasa cair, mudah terbakar yang ditemukan terutama di bawah permukaan bumi dan diproses untuk menghasilkan gas alam, bensin, nafta, kerosin, bahan bakar, minyak pelumas, lilin, parafin, dan berbagai macam produk turunannya (Morris, 1969). Menurut Hatch dan Matar (1912), minyak bumi adalah campuran non-homogen zat yang unsur utamanya adalah hidrokarbon dan berbagai jumlah turunan sulfur, oksigen, dan nitrogen. Minyak bumi juga mengandung gas-gas terlarut dalam jumlah yang bervariasi dan sejumlah kecil senyawa logam Komposisi Minyak Bumi Berdasarkan kandungan senyawanya, minyak bumi dapat dibagi menjadi golongan hidrokarbon, non-hidrokarbon, dan senyawa logam (Adi Putra, 2009) Hidrokarbon Golongan hidrokarbon yang utama adalah parafin, naftena, aromatik dan olefin. a. Parafin Parafin mempunyai rumus umum C n H 2n+2. Contohnya adalah metana (CH 4 ), etana (C 2 H 6 ), n-butana (C 4 H 10 ), isobutana (2-metil propana, C 4 H 10 ), isopentana (2- metil butana, C 5 H 12 ), dan isooktana (2,2,4-trimetil pentana, C 8 H 18 ). 6

2 7 H 3 C CH 3 H 3 C isobutana H 3 C CH 3 isopentana CH 3 H 3 C isooktana CH 3 CH 3 b. Naftena Naftena adalah senyawa hidrokarbon jenuh yang membentuk struktur cincin dengan rumus C n H 2n. Senyawa-senyawa golongan naftena yang banyak ditemukan adalah senyawa yang struktur cincinnya tersusun dari 5 atau 6 atom karbon. Contohnya adalah siklopentana (C 5 H 10 ), metil siklopentana (C 6 H 12 ), dan sikloheksana (C 6 H 12 ). CH 3 siklopentana metil siklopentana sikloheksana c. Aromatik Senyawa aromatik memiliki rumus umuum C n H 2n-6. Senyawa aromatik yang paling sederhana dan yang memiliki titik didih paling rendah adalah benzena (C 6 H 6 ). Senyawa ini serupa dengan senyawa naftena dalam hal struktur cincin, namun berbeda dalam hal jumlah atom hidrogen yang hanya satu terikat pada atom karbon (naftena memiliki 2 atom hidrogen yang terikat pada atom karbon). benzana benzena

3 8 d. Olefin Olefin adalah kelompok senyawa hidrokarbon tidak jenuh dengan rumus C n H 2n. Contohnya propena (C 3 H 6 ) dan butena (C 4 H 8 ). H 3 C propena CH 2 H 2 C butena CH Non-Hidrokarbon Senyawa non-hidrokarbon mengandung atom selain karbon dan hidrogen. Sulfur, nitrogen, dan oksigen merupakan konstituen minor dalam minyak mentah, tetapi keberadaannya sangat berpengaruh terhadap proses pengolahan minyak. a. Sulfur Sulfur terdapat dalam bentuk hidrogen sulfida (H 2 S), sulfur bebas (S), merkaptan (R-SH, dengan R = gugus alkil), sulfida (R-S-R ), disulfida (R-S-S-R ), dan tiofen (sulfida siklik). Senyawa-senyawa sulfur tidak dikehendaki karena : Menimbulkan bau tidak sedap dan bersifat korosif pada produk pengolahan. Meracuni katalis-katalis perengkahan. Menyebabkan pencemaran udara (pada pembakaran bahan bakar minyak, senyawa sulfur teroksidasi menjadi zat-zat korosif yang membahayakan lingkungan, yaitu SO 2 dan SO 3 ).

4 9 Tipe Hidrogen sulfida Merkaptan Alifatik Tabel 2.1 Tipe Senyawa Sulfur dalam Minyak Bumi Formula H 2 S R-SH Aromatik SH Sulfida Alifatik Siklik R-S-R S R Disulfida Alifatik R-S-S-R Aromatik Polisulfida Tiopen R-Sn-R S (Sumber : Hatch dan Matar, 1912) b. Nitrogen Senyawa-senyawa nitrogen dibagi menjadi zat-zat seperti 3-metil piridin (C 6 H 7 N) dan kuinolin (C 9 H 7 N) serta zat-zat yang tidak bersifat basa seperti pirol (C 4 H 5 N), indol (C 8 H 7 N), dan karbazol (C 12 H 9 N). Senyawa-senyawa nitrogen dapat mengganggu kelancaran pemprosesan katalitik yang jika sampai terbawa ke dalam produk, berpengaruh buruk terhadap bau, kestabilan warna, serta sifat penuaan produk tersebut.

5 10 N N NH 3 metil piridin H N kuinolin pirol karbazol c. Oksigen Oksigen biasanya terikat dalam gugus karboksilat dalam asam-asam naftenat (2,2,6-trimetil siklo heksan karboksilat, C 10 H 18 O 2 ) dan asam-asam lemak (alkanoat), gugus hidroksi fenolik, dan gugus keton. Senyawa oksigen tidak menyebabkan masalah serius seperti halnya senyawa sulfur dan senyawa nitrogen pada prosesproses katalitik Senyawa Logam Kandungan logam yang biasanya paling tinggi adalah vanadium, nikel, dan natrium. Logam-logam ini terdapat dalam bentuk garam terlarut dalam air yang tersuspensi dalam minyak atau dalam bentuk senyawa organologam yang larut dalam minyak Proses Kilang Minyak Bumi Minyak mentah (crude oil) diubah menjadi produk jadi melalui kilang minyak bumi melalui kombinasi proses fisika dan kimia. Secara umum teknologi proses kilang minyak bumi dikelompokkan menjadi tiga macam proses yaitu primary processing, secondary processing, dan recovery processing (Budhiarto, 2009).

6 Primary Processing Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam primary processing adalah unit-unit yang hanya melibatkan peristiwa fisis yaitu distilasi. Proses distilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen minyak bumi berdasarkan perbedaan titik didih. Primary processing terdiri dari Crude Distillation Unit (CDU) dan Vaccum Distillation Unit (VDU). Crude Distillation Unit (CDU) beroperasi dengan prinsip dasar distilasi atau pemisahan berdasarkan titik didih berdasarkan komponen penyusunnya. Ide dasar operasi Vacuum Distillation Unit (VDU) adalah bahwa titik didih semua material turun dengan menurunnya tekanan. VDU ini merupakan distilasi atau proses pemisahan berdasarkan titik didih dengan menurunkan tekanan sehingga titik didih pada material dapat turun (Budhiarto,2009). Produk yang dihasilkan dari proses distilasi minyak mentah antara lain (Zuhra, 2003) : 1. Light distillates adalah komponen dengan berat molekul terkecil. a. Gasoline (Amerika Serikat) atau motor spirit (Inggis) atau bensin (Indonesia) memiliki titik didih terendah dan merupakan produk kunci dalam penyulingan yang digunakan sebagai bahan pembakar motor (45 % dari minyak mentah diproses untuk menghasilkan gasoline). b. Nafta adalah material yang memiliki titik didih antara gasoline dan kerosin. c. Kerosin memiliki titik didih tertinggi dan biasanya digunakan sebagai minyak mentah dan bahan bakar jet. 2. Intermediate distillates merupakan minyak gas atau bahan bakar diesel yang penggunaannya sebagai bahan bakar transportasi truk-truk berat, kereta api, peralatan pertanian, dan lain-lain. a. Minyak diesel adalah salah satu jenis bahan bakar minyak. Di Indonesia lebih dikenal dengan nama solar. Diesel digunakan dalam mesin diesel (mobil, kapal, sepeda motor, dll.)

7 12 b. Heavy distillates merupakan komponen dengan berat molekul tinggi. Fraksi ini biasanya diubah menjadi minyak pelumas (lubricant oil), minyak dengan berat jenis tinggi dari bahan bakar, dan lilin. 3. Residu termasuk aspal, residu bahan bakar minyak, dan petrolatum (zat berminyak yang tidak mempunyai bau dan rasa dan dipakai untuk bahan pembuatan salep). Tabel 2.2 Fraksi Minyak Bumi Range Titik Didih Jumlah Atom Nama Penggunaan ( o C) Karbon < Fraksi gas Bahan bakar pemanas Bensin Bahan bakar mobil Minyak tanah Bahan bakar jet Minyak gas Bahan bakar diesel Minyak gas berat Bahan bakar pemanas (Sumber : Zuhra, 2003) Secondary Processing Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam secondary processing adalah unitunit yang melibatkan reaksi kimia. Secondary processing terdiri dari Hydrotreating Process, Catalytic Reforming/ Platforming Process, Hydrocracking Process, Fluid Catalytic Cracking/ High Olefine Fluid Catalytic Cracking (FCC), Hydrogen Production Unit (HPU), Delayed Coking Unit (DCU) dan Visbraking (Budhiarto, 2009). Hydrotreating atau disebut juga hydroprocessing ialah proses hidrogenasi katalitik untuk menjenuhkan hidrokarbon dan menghilangkan sulfur, nitrogen, oksigen, dan logam dari aliran proses. Catalytic reforming atau Platforming telah menjadi bagian penting suatu kilang pengolahan minyak bumi. Fungsi utama proses catalytic reforming adalah meningkatkan bilangan oktan umpan yang rendah menjadi tinggi. Hydrocracking merupakan proses mengubah umpan berupa minyak berat menjadi produk-produk minyak yang lebih ringan dengan kehadiran hidrogen

8 13 dengan bantuan katalis dan menggunakan tekanan tinggi (100 kg/ cm kg/ cm 2 ) dan temperatur 290 o C o C. Fluid Catalytic Cracking (FCC) adalah unit secondary processing menggunakan katalis zeolit yang akan terfluidisasi dengan pengaturan supply udara yang tepat. FCC bertujuan untuk mengubah fraksi minyak bumi yang memiliki titik didih tinggi menjadi gasoline dengan oktan tinggi. Perbedaan dengan Residual Catalytic Cracking (RCC) terutama hanya pada jenis umpan yang diolah. Biasanya RCC mengolah residu atmosferik yang berasal dari Crude Distillation Unit (CDU), sedangkan FCC mengolah minyak gas yang berasal dari Vacuum Distillation Unit (VDU). Hydrogen production unit di kilang minyak bumi biasanya diperlukan oleh unit hydrocracker untuk menyediakan kebutuhan hidrogen yang digunakan untuk proses treating-cracking di unit hydrocracker. Proses perengkahan panas (delayed coking unit) adalah suatu proses pemecahan rantai hidrokarbon dari senyawa rantai panjang menjadi hidrokarbon dengan rantai yang lebih pendek dengan bantuan panas. Proses perengkahan panas bertujuan untuk mendapatkan fraksi minyak bumi dengan titik didih yang lebih rendah dari umpan. Dalam proses ini dihasilkan gas, LPG, gasoline (cracked naphtha), minyak gas (cracked diesel), residu atau kokas. Umpan proses perengkahan panas dapat berupa minyak gas atau residu. Visbreaking unit biasanya didesain untuk mengolah vacuum distillation unit residue (atau dapat juga untuk mengolah minyak gas). Visbreaking adalah proses termal non-katalitik yang mengubah residu atmosferik melalui proses perengkahan termal menjadi gas yang akan diolah di gas concentration process unit, nafta unstabilized yang juga akan diolah di gas concentration process unit, dan visbroken bottom residue yang akan dikirim ke fuel oil blending.

9 Recovery Processing Unit-unit yang dikelompokkan ke dalam recovery processing adalah unit-unit yang bertujuan untuk memperoleh kembali minyak yang diproduksi atau bahan kimia yang digunakan di unit-unit primary dan secondary processing atau untuk mengolah limbah cair atau gas sebelum dibuang ke laut atau udara luar/ lingkungan sekitar. Recovery processing terdiri dari Amine Unit, Sour Water Stripping Unit, dan Sulphur Recovery Unit. Gambar 2.1 Skema Proses Pengolahan Minyak Bumi (sumber : Gosselink, 1998 dalam Coulier, 2001) Proses Hydrotreating Menurut Bej et al., 2001 dalam Mohanty, 2011, objek utama proses hydrotreating adalah penghilangan impuritis seperti sulfur, nitrogen, dan logam yang mengandung senyawa tersebut dari umpan serta peningkatan kandungan hidrogen

10 15 umpan. Tabel 2.3 menunjukan titik didih rata-rata dari umpan light dan heavy distillates yang digunakan pada proses hydrotreating. Tabel 2.3 Titik Didih Rata-rata Umpan Hydrotreating Umpan Titik Didih Rata-rata ( o C) Light : Light gasoline Nafta Kerosin (bahan bakar jet) Minyak gas (diesel dan minyak pemanas) < Heavy : Minyak residu (minyak bakar) > 350 (Sumber : Gates et al., 1979) Adapun tujuan proses hydrotreating adalah (Budhiarto, 2009) : 1. Memperbaiki kualitas produk akhir (seperti diesel). 2. Pretreating stream (persiapan umpan proses lanjutan) untuk mencegah keracunan katalis di downstream process : a. Catalytic Reforming (Platforming) b. Fluid Catalytic Cracking (FCC) c. Hydrocracking 3. Memenuhi standar lingkungan (untuk diesel sebelum dikirim ke tangki penyimpanan produk). Reaksi yang diinginkan pada proses hydrotreating adalah pemecahan hidrogen (hidrogenolisis) yang mengakibatkan pemutusan ikatan C S atau penghilangan sulfur (hidrodesulfurisasi) seperti contoh berikut (Gates et al., 1979): R SH + H 2 RH + H 2 S (2.1) Reaksi hidrogenolisis juga mengakibatkan terputusnya ikatan C C : RCH 2 CH 2 R + H 2 RCH 3 + R CH 3 (2.2)

11 16 Reaksi hidrogenolisis lain adalah reaksi penghilangan nitrogen (hidrodenitrogenasi) : RNH 2 + H 2 RH + NH 3 (2.3) Reaksi jenis ini efektif dalam penghilangan nitrogen dari bahan bakar dan sangat diperlukan sebelum pengolahan pada proses hydrocracking karena keberadaan senyawa nitrogen merupakan racun katalis hydrocracking. Hidrogenasi senyawa tak jenuh juga terjadi pada proses hydrotreating. + 5H 2 (2.4) Reaksi penghilangan logam merupakan reaksi yang penting pada hydrotreating minyak residu. Fraksi terberat dari minyak bumi mengandung senyawa organologam, terutama vanadium dan nikel. Impuritis logam tetap berada dalam katalis hydrotreating dan merupakan racun katalis permanen karena meracuni katalis secara permanen, tidak dapat dihilangkan dengan regenerasi katalis. Reaksi penghilangan logam terjadi dengan mekanisme sebagai berikut (Budhiarto, 2009) : Senyawa organologam (logam + katalis) + hidrokarbon (2.5) 2.2 Katalis Katalis didefinisikan sebagai sesuatu yang mengakibatkan reaksi lebih cepat mencapai kesetimbangan tetapi tidak mengubah tetapan kesetimbangan (Cotton dan Wilkinson, 1989 dalam Supeno, 2009). Chang (2003) menyatakan bahwa katalis adalah zat yang meningkatkan laju reaksi kimia tanpa ikut terpakai. Katalis dapat bereaksi membentuk zat antara, tetapi akan diperoleh kembali dalam tahap reaksi berikutnya.

12 17 Menurut Ensiklopedi Umum (1977), katalis atau katalisator ialah zat yang tidak ikut bereaksi, tetapi mempercepat reaksi. Biasanya reaksi kimia berjalan sangat lambat tanpa katalis sehingga diperlukan suhu yang tinggi. Dengan pemakaian katalis didapatkan kecepatan reaksi cukup tinggi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Suatu katalis dapat mempertinggi kecepatan reaksi sampai kali karena katalis dapat menurunkan energi pengaktifan dari reaksi tersebut dengan cara mengadsorpsi pereaksi-pereaksi pada permukaannya dan membuatnya lebih reaktif. Berhubung dengan hal tersebut, maka katalis harus mempunyai luas permukaan yang besar, sehingga berbentuk butir-butir halus yang berpori. Katalis dapat berfungsi sebagai zat perantara maupun sebagai zat pengikat (Sutresna, 2006). 1. Katalis sebagai zat perantara Reaksi tanpa katalis : A + B AB (lambat) (2.6) Reaksi dengan katalis : A + B AB (cepat) (2.7) Mekanisme reaksi dengan katalis K dapat dijelaskan sebagai berikut : B + K BK (2.8) BK + A A-B-K (2.9) A-B-K A-B + K (2.10) Dengan terikatnya zat B pada katalis, senyawa B-K yang terbentuk menjadi lebih reaktif ketika bereaksi dengan A sehingga terbentuk senyawa AB-K. Pada tahap berikutnya, dihasilkan senyawa AB dan katalis K diperoleh kembali dalam jumlah yang sama seperti semula sehingga katalis ikut bereaksi, namun pada akhir reaksi bentuk dan jumlahnya tidak berubah. Secara keseluruhan, katalis dianggap tidak ikut bereaksi. 2. Katalis sebagai zat pengikat Contoh katalis yang berfungsi sebagai zat pengikat, yaitu logam-logam seperti Pt, Cr, dan Ni. Permukaan logam-logam ini memiliki kemampuan mengikat zat yang akan bereaksi sehingga terbentuk spesi yang reaktif. Logam-logam ini mempercepat

13 18 reaksi-reaksi gas dengan cara membentuk ikatan lemah antara gas dan atom-atom logam pada permukaan. Proses ini disebut adsorpsi. Gas-gas yang terikat pada permukaan logam lebih mudah bereaksi dibandingkan jika gas-gas tersebut berada di udara. Setelah terjadi reaksi, produk hasil reaksi melepaskan ikatannya dengan permukaan logam. Proses ini disebut desorpsi. Katalis mempunyai sifat sebagai berikut (Sukardjo, 1990 dalam Supeno, 2009) : a. Katalis tidak berubah selama reaksi berlangsung, namun ada kemungkinan katalis ikut dalam reaksi tetapi setelah reaksi berakhir, katalis tersebut diperoleh kembali. b. Katalis tidak mempengaruhi letak keseimbangan juga tidak mempengaruhi besarnya tetapan kesetimbangan, sebab semua reaksi berakhir dengan kesetimbangan. c. Katalis tidak dapat mengawali suatu reaksi, reaksi yang dikatalisis harus sudah berjalan walaupun sangat lambat. d. Katalis yang diperlukan untuk mempercepat reaksi biasanya hanya sedikit namun pada umumnya jumlah katalis juga mempengaruhi kecepatan reaksi Penggolongan Katalis Leach (1983) dalam Supeno (2009) menyatakan bahwa berdasarkan jenis fasa, katalis dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. Jika katalis dan reaktan-reaktan berada pada fasa yang sama disebut katalis homogen dan jika katalis berada pada fasa yang berbeda dari reaktannya dikatakan sebagai katalis heterogen Katalis Homogen Katalis homogen merupakan katalis yang fasanya sama dengan fasa campuran reaksi. Campuran reaksi dan katalis umumnya berfasa cair. Keuntungan dari katalis homogen adalah kespesifikannya dan tidak dibutuhkannya suhu dan tekanan yang

14 19 tinggi dalam reaksi. Kerugian dari katalis homogen ini adalah sulitnya pemisahan katalis dengan produknya. Katalis dapat terdegradasi dan harganya relatif tinggi. Sebagai contoh adalah hidrolisis ester dengan asam (cair-cair), oksidasi SO 2 dengan NO 2 (gas-gas), dekomposisi kalium klorat dengan MnO 2 (padat-padat). Penggunaan katalis homogen hanya dijumpai pada industri-industri tertentu misalnya industri bahan kimia, obat-obatan, dan makanan. Beberapa industri petrokimia seperti produksi asam asetat, alkilasi olefin, dan hidroformilasi juga menggunakan katalis homogen (Istadi, 2011) Katalis Heterogen Katalis heterogen adalah katalis yang dapat berlangsung lebih dari satu fasa. Biasanya reaktan dan produk terdapat dalam fasa padat, gas, atau cairan, sedangkan katalis yang digunakan dalam bentuk padatan. Reaksi katalitik terjadi pada permukaan katalis. Katalis heterogen memiliki keuntungan dibandingkan katalis homogen khususnya dalam pemisahannya karena produk yang terlarut dalam medium reaksi dapat dipisahkan dari katalisnya dengan penyaringan. Selain itu, katalis heterogen dapat tahan pada temperatur tinggi. Persyaratan utama dalam katalis heterogen adalah bahwa pereaksi fasa gas atau larutan diadsorpsi ke permukaan katalis. Tidak semua permukaan atom memiliki tingkat efektifitas yang sama sebagai katalis. Pada dasarnya, katalisis heterogen mencakup (Supeno, 2009): 1. Reaktan akan terjerap (adsorpsi) pada permukaan aktif katalis. 2. Terjadi interaksi pada sepanjang permukaan katalis atau terjadi pelemahan ikatan dari molekul yang terjerap. 3. Setelah reaksi terjadi molekul hasil reaksi (produk) dilepas dari permukaan katalis.

15 Komponen Penyusun Katalis Heterogen promotor. Katalis heterogen umumnya terdiri dari fasa aktif (prekursor), penyangga, dan Fasa Aktif Fasa aktif berperan sebagai pusat aktif katalis hubungannya dengan aktivitas kimia. Pengelompokkan fasa aktif katalis dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Klasifikasi Fasa Aktif Katalis Kelompok Jenis Reaksi Aplikasi Reaksi Contoh Katalis Logam Redoks Hidrogenasi; Hidrogenolisis; Oksidasi Fe, Ni, Pt; Pd, Cu, Ag Oksida atau sulfida Redoks Hidrogenasi selektif; Hidrogenolisis; Oksidasi NiO, ZnO, CuO; Cr 2 O 3, MoS 2 Oksida Ion karbonium Polimerisasi; Isomerisasi; Perengkahan (cracking); Dehidrasi SiO 2, Al 2 O 3 ; MgO; SiO 2 -Al 2 O 3 ; Zeolit (Sumber : Istadi, 2011) Penyangga Penyangga berfungsi sebagai tempat tersebarnya fasa aktif pada katalis, media perpindahan panas, dan peningkat sifat mekanik. Pemilihan penyangga didasarkan pada keinertan, kekuatan mekanik, kestabilan termal, luas permukaan, porositas, dan harga. Tabel 2.5 Klasifikasi Bahan Penyangga Jenis Contoh Penyangga inert SiO 2 Penyangga yang memiliki aktivitas dalam alumina, silika-alumina, zeolite proses katalitik Penyangga yang mempengaruhi fasa aktif TiO 2, Nb 2 O 5, V 2 O 5 karena adanya interaksi yang kuat (Sumber : Foger, 1984)

16 21 Menurut Jannah (2008), alumina merupakan oksida aluminium dan mempunyai sifat sebagai insulator panas dan insulator listrik yang baik dan tahan terhadap temperatur tinggi sehingga sering dipakai sebagai katalis atau padatan pendukung katalis. Alumina mempunyai sifat yang keras, relatif stabil pada temperatur tinggi, struktur pori-pori yang besar, mudah dibentuk, dan memiliki titik leleh yang tinggi. Karakteristik ini menyebabkan alumina banyak digunakan sebagai adsorben, katalis, amplas, dan dalam bidang industri kimia lain. Selain dipakai sebagai katalis, alumina juga dipakai sebagai zat padat pendukung. Zat padat pendukung dapat meningkatkan stabilitas dan memperluas permukaan fasa aktif katalis dengan terjadinya dispersi pada permukaan pendukungnya. Luas permukaan padatan katalis yang sangat besar sangat diperlukan dalam reaksi katalitik. Reaksi katalitik yang berlangsung pada permukaan mengalami peningkatan sebanding dengan luas permukaan katalis. Alumina terdapat dalam dua bentuk, yaitu anhidrat dan terhidrat. Dalam bentuk hidrat (aluminium hidroksida), terdiri dari kandungan gugus hidroksida dan oksida hidroksida. Senyawa yang termasuk golongan alumina hidrat antara lain Gibbsite (α-aluminium trihidrat/ α-al(oh) 3 ), Bayerite (β-aluminium trihidrat/ β- Al(OH) 3 ), dan Boehmite (α-aluminium oksida hidroksida/ α-alo(oh)), dan gel alumina. Sedangkan dalam bentuk anhidratnya, alumina terbagi menjadi dua, yaitu alumina stabil atau α-al 2 O 3 yang mempunyai struktur heksagonal dan alumina transisi disebut juga alumina metastabil, karena fasa alumina ini dapat diubah menjadi fasa α- Al 2 O 3 dengan pemanasan lebih lanjut. Berdasarkan kisaran suhu pemanasannya, alumina transisi dibedakan menjadi dua, yaitu kelompok γ-al 2 O 3 (χ-, η-, dan γ-al 2 O 3 ) dan kelompok δ- Al 2 O 3 (κ-, θ-, dan δ- Al 2 O 3 ). Gamma alumina (γ-al 2 O 3 ) merupakan alumina transisi yang berbentuk padatan amorphous. Gamma alumina banyak digunakan sebagai katalis dan adsorben karena mempunyai luas permukaan yang besar ( m 2 /g), volume pori yang besar (0,51 cm 3 /g), dan diameter pori yang besar pula (3-12 nm).

17 22 Selain itu γ-al 2 O 3 stabil dalam proses katalisis dan pada suhu tinggi, mudah dibentuk dalam proses pembuatannya dan tidak mahal. Gamma alumina (γ-al 2 O 3 ) terbentuk melalui pemanasan Al(OH) 3 pada suhu o C. Pemanasan Al(OH) 3 menyebabkan Al(OH) 3 terdekomposisi menjadi suatu oksida dengan sistem mikropori dan luas permukaan yang besar. Pembuatan alumina biasanya melalui proses Bayer. Alumina di alam ditemukan dalam bentuk hidroksida tidak murni dan merupakan penyusun utama bauksit. Biasanya pemurnian yang dilakukan dengan menggunakan proses Bayer memiliki tingkat kemurnian alumina mencapai 99,5 %. Aluminium hidroksida merupakan titik awal dari berbagai bentuk alumina. Pembuatan γ-al 2 O 3 dapat dilakukan dari larutan garam yang mengandung Al 3+ seperti aluminium sulfat. Penambahan basa akan meningkatkan ph larutan dan menyebabkan terbentuk endapan Al(OH) 3. Aluminium hidroksida yang terbentuk akan berbeda sesuai dengan ph karena penambahan basa. Gambar 2.2 Skema Produk-Produk Proses Bayer (sumber : Jannah, 2008)

18 23 Pada rentang ph antara 3-7 endapan akan membentuk gel dari mikrokristal boehmite (AlO(OH)) dan dengan pemanasan lebih lanjut akan membentuk γ-al 2 O 3 amorf. Jika endapan terbentuk pada ph 8 9 maka akan membentuk endapan gel dan kristal boehmite. Bila dilakukan aging pada temperatur 40 o C maka akan terbentuk bayerite Al(OH) 3. Gel bayerite bila disaring, dicuci, dan dikalsinasi akan menghasilkan η -Al 2 O 3. Bayerite yang mengalami proses aging lebih lanjut pada temperatur yang lebih tinggi yaitu 80 o C akan menghasilkan boehmite yang lebih kristalin. Setelah disaring, dicuci, dan dikalsinasi pada temperatur 500 o C, boehmite ini akan membentuk γ-al 2 O Promotor Promotor dapat berupa logam-logam transisi atau logam mulia, ataupun anion-anion yang aktif seperti sulfat untuk membuat katalis jadi bersifat asam. Promotor menjadi bahan tambahan pembuatan katalis karena mempunyai fungsi sebagai berikut (Istadi, 2011): menstabilkan bilangan atau kekuatan oksidasi dari suatu katalis; mengoptimalkan fasa atau struktur aktif dari bahan penyusun katalis; mengubah konsentrasi keadaan oksidasi dari fasa aktif katalis; meningkatkan aktivitas atau selektivitas; menambah kekuatan mekanik dan mencegah sintering; meningkatkan luas permukaan aktif dari katalis.

19 24 Al 2 O 3 Tabel 2.6 Katalis, Promotor, dan Fungsinya Katalis Promotor Fungsi SiO 2, ZrO, P K 2 O HCl MgO Memperbaiki stabilitas termal Meracuni pusat pembentukan kokas Meningkatkan keasaman Menghambat sintering SiO 2 -Al 2 O 3 Pt Mempercepat oksidasi CO Zeolit Pd Mempercepat hidrogenasi Pt/Al 2 O 3 Re Menghambat hidrogenolisis dan sintering MoO 3 Ni, Co Mempercepat hidrogenolisis C-S dan C-N Meningkatkan dispersi MoO 3 (Sumber : Subagjo, 2008) Metode Pembuatan Katalis Secara umum pembuatan katalis dengan fasa aktif tersebar dapat dibuat dengan cara impregnasi, presipitasi, dan pertukaran ion (Foger, 1984 dan Pinna, 1998 dalam Haerudin, 2006) Impregnasi Pada metode ini, bahan penyangga dicampurkan dengan sejumlah tertentu larutan logam, kemudian dikeringkan dan dikalsinasi. Berdasarkan jumlah larutan yang digunakan, metode ini dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu impregnasi kering dan impregnasi basah. a. Impregnasi kering Metode ini digunakan apabila volume larutan logam yang digunakan tidak melebihi volume pori penyangga. Pada metode ini, larutan logam disemprotkan pada penyangga secara terus menerus disertai dengan pengadukan. Penetrasi larutan logam yang lebih dalam lagi ke bagian dalam pori dapat dicapai dengan mengeluarkan air yang terperangkap dalam pori, sehingga diperoleh distribusi logam prekursor yang lebih seragam dan merata.

20 25 b. Impregnasi basah Metode ini digunakan apabila larutan logam yang digunakan melebihi volume pori penyangga. Campuran kemudian dibiarkan beberapa saat sambil terus diaduk, hingga semua pelarutnya habis dan kering Presipitasi Secara umum metode ini dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu : a. Metode kopresipitasi Pada metode ini, larutan yang mengandung garam logam dan garam dari senyawa yang akan dikonversi menjadi penyangga dicampur dengan larutan basa sambil dilakukan pengadukan untuk diendapkan sebagai hidroksida dan/ atau karbonat. Setelah pencucian, hidroksida atau karbonat tersebut dapat diubah menjadi oksida melalui pemanasan. Contoh katalis yang biasanya dipreparasi dengan metode ini adalah Ni/ Al 2 O 3 dan Cu-Zn oksida-/ Al 2 O 3, yang keduanya digunakan dalam skala industri sebagai katalis steam reforming dan produksi metanol. Pemilihan larutan basa yang digunakan didasarkan pada kelarutan dalam pelarut (air), menghindari masuknya senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan efek negatif pada katalis, seperti ion-ion klorin dan sulfat yang dikenal sebagai racun katalis, sehingga keberadaannya harus dihindari. b. Deposisi presipitasi Prinsip metode ini sama dengan metode kopresipitasi, yaitu presipitasi logam hidroksida atau karbonat pada partikel penyangga lewat reaksi basa dengan senyawa logam katalis. Hal yang ditekankan pada metode ini adalah presipitasi senyawa logam terjadi di dalam pori penyangga. Oleh karena itu, nukleasi dan pertumbuhan pada permukaan penyangga akan menghasilkan distribusi yang seragam dari partikel-partikel kecil pada penyangga.

21 Pertukaran Ion Oksida anorganik seperti Al 2 O 3, SiO 2, TiO 2, MgO yang biasa digunakan sebagai penyangga katalis cenderung terpolarisasi dan mempunyai muatan permukaan ketika disuspensikan dengan larutan berair. Muatan ini dapat dikontrol dengan ph larutan menurut persamaan reaksi : M-OH + H + A - M-OH 2 + A - (2.11) M-OH + OH - M-O - + H 2 O (2.12) Dalam media asam seperti pada persamaan (2.11) sisi permukaan adsorpsi (M-OH) bermuatan positif yang dikelilingi oleh anion, sementara pada media basa persamaan (2.12) akan bermuatan negatif dan dikelilingi oleh kation. Pada masing-masing oksida terdapat ph tertentu dimana sisi permukaan pada larutannya tidak bermuatan, ph ini disebut dengan PZC (zero point of charge) atau titik isoelektrik. Dengan mengetahui titik isoelektrik ini akan sangat bermanfaat dalam mendesain katalis, karena dapat digunakan untuk meramalkan sifat adsorpsi dari oksida yang berbeda sebagai fungsi dari ph larutan impregnasi. Sebagai contoh, jika melarutkan Al 2 O 3 (PZC = 8) dalam larutan dengan ph di atas PZC, maka permukaannya akan terpolarisasi negatif dan akan mengadsorpsi kation, sementara sebaliknya jika ph larutan di bawah PZC akan bermuatan positif dan mengadsorpsi anion pada permukaan. Tergantung pada muatan permukaannya dalam larutan, beberapa oksida akan lebih mengadsorpsi kation (silika, silika-alumina, zeolit), anion (magnesia, lantania), dan keduanya (alumina, kromia, titania, dan zirkonia). Untuk adsorpsi kation sederhana persamaan reaksi umumnya adalah : M-OH + + C + M-OC + + H + (2.13) Adapun untuk adsorpsi anion sederhana persamaan reaksi umumnya adalah : M-(OH) - + A - M-A - + (OH) (2.14)

22 Katalis Hydrotreating Katalis hydrotreating umumnya mengandung logam aktif (prekursor) seperti molibdenum, logam promotor seperti nikel dan γ-al 2 O 3 sebagai penyangga (Bej et al., 2001 dalam Mohanty, 2011). Pemilihan logam aktif dan promotor umumnya dilakukan tergantung reaksi katalitik yang digunakan. Menurut Gates et al. (1979) katalis hydrotreating terbentuk dari logam Co dan Mo dengan penyangga alumina. Katalis ini sering disebut kobalt molibdenum, katalis tersebut mengandung % Co dan Mo. Katalis hydrotreating digunakan sebagai partikel berpori atau ekstrudat biasanya memiliki ukuran 1,5-3 mm. Ukuran partikel dan geometri pori secara signifikan mempengaruhi kinerja katalis, terutama untuk umpan dengan fraksi berat. Sedangkan menurut Subagjo (2008), komponen utama penyusun katalis hydrotreating adalah sulfida Mo sebagai komponen aktif, Co atau Ni sebagai promotor, dan γ Al 2 O 3 sebagai penyangga. Aktifitas CoO-MoO 3 / γ-al 2 O 3 tujuh kali lebih aktif daripada MoO 3 / γ-al 2 O 3, dan CoO-MoO 3 / γ-al 2 O 3 sepuluh kali lebih aktif daripada CoO 3 / γ-al 2 O Karakterisasi Katalis Menurut Istadi (2011) teknik karakterisasi katalis dapat dibagi menjadi beberapa macam berdasarkan sifat yang akan diteliti, antara lain : 1. Sifat-sifat partikel, meliputi : luas permukaan (surface area), porositas atau distribusi ukuran pori (adsorpsi uap pada suhu rendah, Hg porosimetry dan incipient wetness), densitas, ukuran partikel, sifat-sifat mekanis, dan difusitas. 2. Sifat-sifat permukaan (surface), meliputi : struktur dan morfologi (SEM, TEM, XRD, EXAFS, XPS, IR, Raman, UV-Vis), dispersi (chemisorption), dan keasaman (TPD). 3. Sifat-sifat bulk, meliputi : komposisi elemental (XRF, AAS), sifat-sifat senyawa atau struktur fasa (XRD, Raman, IR, DTA, TPR, TPO, TEM), struktur molekul

23 28 (IR, Raman, UV-Vis, XAFS, NMR dan EPR), serta reaktivitas bulk (XRD, UV- Vis, TGA, DTA, TPR dan TPO) Kekuatan Mekanik (Crushing Strength) Kekuatan mekanik menunjukkan kekuatan material padat terhadap tekanan. Kekuatan mekanik merupakan sifat yang sangat penting tidak hanya untuk industri katalis, tetapi juga untuk keramik, tablet obat, dan banyak bahan padat lainnya. Spesifikasi kekuatan mekanik yang biasa digunakan di industri ditunjukkan oleh tabel 2.7. Jenis Sampel Alumina spheres LTS pellets HTS pellets Methanol pellets Formaldehyde rings Hydrotreating extrudates Styrene extrudates (Sumber : Material Technologies, 2006) Tabel 2.7 Spesifikasi Kekuatan Mekanik di Industri Nilai Kekuatan mekanik Minimum 7 kg 5 kg 10 kg 8 kg 2 kg 3 kg 2 kg Analisis Termal Metode analisis termal didefinisikan sebagai teknik dimana perubahan sifat fisika dan/ atau kimia suatu zat, diukur sebagai suatu fungsi dari temperatur. Metodemetode yang melibatkan perubahan bobot atau perubahan energi termasuk dalam definisi ini. Teknik analisis termal dibagi menjadi (Basset, J. et al., 1994) : 1) Termogravimetri (TG) merupakan suatu teknik dimana suatu perubahan bobot suatu zat dicatat sebagai fungsi dari temperatur atau waktu. 2) Analisis Termal Diferensial (DTA) merupakan suatu metode untuk mencatat selisih temperatur antara suatu zat dan suatu bahan pembanding inert sebagai fungsi dari temperatur atau waktu.

24 29 3) Kalorimetri Susur (Scanning) Diferensial (DSC) merupakan suatu metode dimana energi yang perlu untuk mencapai selisih temperatur nol antara suatu zat dan suatu bahan pembanding, dicatat sebagai fungsi dari temperatur atau waktu. Instrumen dasar yang diperlukan untuk termogravimetri adalah sebuah neraca presisi dengan suatu tungku yang diprogramkan untuk memberi kenaikan temperatur secara linier dengan waktu. Hasil-hasilnya bisa disajikan sebagai (i) kurva termogravimetri, dimana perubahan bobot sebagai fungsi dari temperatur atau waktu, atau (ii) sebagai kurva termogravimetri turunan (Derivative Thermogravimetric), dimana turunan pertama dari kurva termogravimetri terhadap temperatur atau waktu (Basset, J. et al., 1994). Gambar 2.3 Skema Termogram bagi Reaksi Dekomposisi Satu Tahap (Sumber : Basset, J. et al., 1994)

25 30 Beberapa aplikasi termogravimetri adalah: 1) Penetapan kemurnian dan kestabilan termal dari standar-standar primer dan sekunder. 2) Penyelidikan terhadap temperatur-temperatur pengeringan yang tepat, dan kesesuaian dari berbagai bentuk untuk ditimbang pada analisis gravimetri. 3) Aplikasi langsung pada masalah analisis (analisis termogravimetri otomatis). 4) Penetapan komposisi campuran kompleks Analisis Adsorpsi-Desorpsi Nitrogen Pengukuran jumlah gas yang teradsorpsi atau terdesorpsi dari permukaan solid, pada suatu equilibrium vapor pressure dengan metode static volumetric untuk menentukan (Adian, 2009) : a) Luas permukaan katalis berdasarkan isoterm adsorpsi nitrogen. b) Diameter pori katalis berdasarkan isoterm desorpsi nitrogen. c) Volume pori katalis berdasarkan adsorpsi nitrogen. Static Volumetric diperoleh dengan menambahkan atau memindahkan sejumlah gas ke dalam atau keluar sample cell pada kondisi temperatur konstan di bawah temperatur kritis adsorbat. Adsorpsi dan desorpsi terjadi selama perubahan tekanan pada sampel cell sampai tercipta keadaan setimbang (equilibrium). Menurut Istadi (2011), luas permukaan (surface area) merupakan sifat yang penting dalam aplikasi katalis. Istilah tekstur merujuk pada struktur pori partikel secara umum meliputi luas permukaan, distribusi ukuran pori, dan bentuk pori. Dari beberapa sifat kaitannya dengan tekstur tersebut, luas permukaan (surface area, S g, m 2 g -1 ) merupakan parameter yang penting kaitannya dengan permukaan katalis di dalam katalis heterogen. Luas permukaan total merupakan kriteria krusial untuk katalis padat karena sangat menentukan jumlah situs aktif di dalam katalis kaitannya dengan aktivitas katalis.

26 31 Pengukuran luas permukaan menggunakan teknik adsorpsi fisik menggunakan prinsip gaya van der waals. Isoterm keseimbangan dapat digambarkan dimana volume yang teradsorpsi diplotkan terhadap p/p 0 (p : tekanan, p 0 : tekanan jenuh pada temperatur pengukuran). Metode teoritis untuk menyatakan isoterm keseimbangan dalam adsorpsi adalah model Brunauer, Emmett, Teller yang lebih dikenal dengan persamaan BET : = [ ][ ( ) ] (2.1) Dalam hubungan ini, V M adalah volume lapis tunggal, dan c adalah panas adsorpsi dan pencairan (liquefaction) yang konstan untuk beberapa bahan dengan nilai kurang dari 100. Persamaan (2.1) adalah valid hanya untuk p/p Di atas harga tersebut kondensasi cairan terjadi di mikropori hingga mesopori hingga p/p 0 mendekati satu. Dalam pengukurannya biasanya menggunakan gas nitrogen sebagai adsorbatnya. Persamaan (2.1) diubah sedemikian rupa sehingga dapat dibuat plot antara p/p 0 vs p/[v/(p p 0 )], yang pada akhirnya V M dan luas permukaan (S g ) bisa ditentukan : = + ( ) (p/p 0 ) (2.2) ( ) Distribusi ukuran pori (pore size distribution) juga merupakan parameter penting di dalam kajian karakterisasi katalis. Sifat-sifat pori dalam katalis kenyataannya sangat mengendalikan fenomena perpindahan dan sangat berhubungan dengan selektivitas di dalam reaksi katalitik. Sifat-sifat pori seperti volume pori dan distribusi ukuran pori selanjutnya menjadi parameter penting terutama untuk katalis yang bersifat selektif terhadap bentuk dan ukuran pori. Metode penjerapan gas biasanya digunakan untuk mengkarakterisasi material berpori yang berukuran mesopori (diameter 2-50 nm) dan mikropori (diameter < 2 nm).

27 32 Kurva isoterm yang diperoleh dari percobaan penjerapan fisik dapat menjelaskan jenis porositas di dalam sampel katalis. Brunauer telah mendefinisikan lima jenis kurva isoterm, seperti ditunjukkan di Gambar 2.4. Sebagai contoh, kurva isoterm tipe I lebih menjelaskan pada jenis/ ukuran mikropori (zeolite, SiO 2, dan karbon), kurva isoterm tipe IV lebih cocok untuk menjelaskan jenis/ ukuran mesopori (alumina). Gambar 2.4 Jenis-jenis Kurva Isotern Adsorpsi (Sumber : Storck et al., 1998 dalam Istadi, 2011)

Pengolahan Minyak Bumi

Pengolahan Minyak Bumi Primary Process Oleh: Syaiful R. K.(2011430080) Achmad Affandi (2011430096) Allief Damar GE (2011430100) Ari Fitriyadi (2011430101) Arthur Setiawan F Pengolahan Minyak Bumi Minyak Bumi Minyak bumi adalah

Lebih terperinci

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi

A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi A. Pembentukan dan Komposisi Minyak Bumi Istilah minyak bumi diterjemahkan dari bahasa latin (petroleum), artinya petrol (batuan) dan oleum (minyak). Nama petroleum diberikan kepada fosil hewan dan tumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian Katalis umumnya diartikan sebagai bahan yang dapat mempercepat suatu reaksi kimia menjadi produk. Hal ini perlu diketahui karena, pada dasarnya

Lebih terperinci

Instructor s Background

Instructor s Background Instructor s Background (in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) BEng. (1995): Universitas Diponegoro Meng. (2000): Institut Teknologi Bandung PhD. (2006): Universiti Teknologi Malaysia Instructor: Dr. Istadi

Lebih terperinci

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas

Butadiena, HCN Senyawa Ni/ P Adiponitril Nilon( Serat, plastik) α Olefin, senyawa Rh/ P Aldehid Plasticizer, peluas Katalis adalah suatu zat yang ditambahkan pada sistem reaksi untuk meningkatkan laju reaksi tanpa ikut berubah secara kimia pada akhir reaksi. Dan menurut Oswald (1902) mendefinisikan katalis sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 83 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA FISIK DAN KIMIA BBM PERTAMINA Data Fisik dan Kimia tiga jenis BBM Pertamina diperolah langsung dari PT. Pertamina (Persero), dengan hasil uji terakhir pada tahun

Lebih terperinci

(in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi.

(in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi. (in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi (http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi id/ ) Email: istadi@undip.ac.id Instructor s t Background BEng. (1995): Universitas Diponegoro Meng. (2000):

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif. Hal ini karena alumina memiliki sifat fisis

Lebih terperinci

KOMPOSISI MINYAK BUMI

KOMPOSISI MINYAK BUMI KOMPOSISI MINYAK BUMI Komposisi Elementer Minyak bumi dan gas alam adalah campuran kompleks hidrokarbon dan senyawa-senyawa organik lain. Komponen hidrokarbon adalah komponen yang paling banyak terkandung

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Hidrorengkah Aspal Buton dengan Katalisator Ni/Mo dengan Kapasitas 90,000 Ton/Tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dewasa ini permasalahan krisis energi cukup menjadi perhatian utama dunia, hal ini disebabkan menipisnya sumber daya persediaan energi tak terbarukan seperti minyak bumi

Lebih terperinci

RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR

RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR RESIDU DAN FRAKSI-FRAKSI PETROLEUM CAIR Fraksi-fraksi cair dari petroleum adalah nafta ringan, nafta berat, minyak-tanah, dan solar. Produk bawah dari unit distilasi adalah residu. Campuran-campuran ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Padatan anorganik mesopori (2-50 nm) tergolong padatan berpori yang semakin banyak dan luas dikaji. Hal ini didasarkan pada kebutuhan riset dan industri akan material

Lebih terperinci

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran

kimia MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran K-13 kimia K e l a s XI MINYAK BUMI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi dan pembentukan minyak bumi. 2. Memahami fraksi-fraksi

Lebih terperinci

PROSES PEMISAHAN FISIK

PROSES PEMISAHAN FISIK PROSES PEMISAHAN FISIK Teknik pemisahan fisik akan memisahkan suatu campuran seperti minyak bumi tanpa merubah karakteristik kimia komponennya. Pemisahan ini didasarkan pada perbedaan sifat fisik tertentu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam bidang sintesis material, memacu para peneliti untuk mengembangkan atau memodifikasi metode preparasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pelajaran : SMA Kelas/Semester : X/2 Mata Pelajaran Materi Pokok Sub Materi Pokok Alokasi Waktu : Kimia : Hidrokarbon : Minyak Bumi : 2 x 45 menit Standar Kompetensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan nasional dewasa ini dan semakin dirasakan pada masa mendatang adalah masalah energi. Perkembangan teknologi, industri dan transportasi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Limbah pelumas bekas yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan perkembangan industri dan transportasi merupakan salah satu masalah serius. Pelumas bekas ini jika

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sintesa Katalis Dalam penelitian ini, katalis disintesis menggunakan metode impregnasi kering. Metode ini dipilih karena metode impregnasi merupakan metode sintesis yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Minyak bumi terutama terdiri dari campuran senyawa-senyawa hidrokarbon yang sangat kompleks, yaitu senyawa-senyawa organik yang mengandung unsurunsur karbon dan hidrogen. Di samping

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Energi merupakan salah satu kebutuhan wajib bagi seluruh masyarakat dunia, khususnya masyarakat Indonesia. Bahan bakar minyak (BBM) menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Konsumsi bahan bakar minyak (BBM) saat ini terus mengalami peningkatan, baik bensin (gasoline), minyak solar (diesel), maupun minyak mentah (kerosene). Peningkaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS II. 1 Tinjauan Pustaka II.1.1 Biodiesel dan green diesel Biodiesel dan green diesel merupakan bahan bakar untuk mesin diesel yang diperoleh dari minyak nabati

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini akan dibahas tentang sintesis katalis Pt/Zr-MMT dan uji aktivitas katalis Pt/Zr-MMT serta aplikasinya sebagai katalis dalam konversi sitronelal menjadi mentol

Lebih terperinci

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP

Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH RAHMASARI IBRAHIM DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP Oleh : ENDAH DAHYANINGSIH 2311105008 RAHMASARI IBRAHIM 2311105023 DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr. Ir. Achmad Roesyadi, DEA NIP. 19500428 197903 1 002 LABORATORIUM TEKNIK REAKSI KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Energi berperan penting dalam kehidupan manusia yang mana merupakan kunci utama dalam berbagai sektor ekonomi yang dapat mempengaruhi kualitas kehidupan manusia. Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam satu atau dua dekade terakhir, banyak penelitian diarahkan untuk produksi bahan bakar kendaraan bermotor dari bahan alam yang terbarukan, khususnya minyak nabati.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasoline dari Metanol dengan Fixed Bed MTG Process dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Energi merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping sandang, pangan, dan papan. Keberlangsungan hidup manusia bergantung pada ketersediaan energi. Selama

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Sebelum dilakukan sintesis katalis Cu/ZrSiO 4, serbuk zirkon (ZrSiO 4, 98%) yang didapat dari Program Studi Metalurgi ITB dicuci terlebih dahulu menggunakan larutan asam nitrat 1,0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Bahan bakar yang berasal dari minyak bumi yang dikenal sebagai fossil fuel merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui dalam waktu yang cepat. Penggunaan

Lebih terperinci

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKANA

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKANA ALKANA Alkana rantai pendek (metana dan etana) terdapat dalam atmosfer beberapa planet seperti jupiter, saturnus, uranus, dan neptunus. Bahkan di titan (satelit saturnus) terdapat danau metana/etana yang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 No. Dokumen : F/751/WKS1/P/5 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/ Gasal

Lebih terperinci

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1

Addres: Fb: Khayasar ALKANA. Rumus umum alkana: C n H 2n + 2. R (alkil) = C n H 2n + 1 ALKANA Rumus umum alkana: C n H 2n + 2 R (alkil) = C n H 2n + 1 Alkana Adalah rantai karbon yang memiliki ikatan tunggal (jenuh) A. Alkana 1. Alkana disebut juga senyawa hidrokarbon jenuh (senyawa parafin).

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam sintesis material, beberapa hal yang sangat berpengaruh dalam menentukan kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material. Perbaikan kinerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak bumi adalah salah satu sumber energi utama yang banyak digunakan berbagai negara di dunia pada saat ini. Menurut Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan dan kemudian ditimbang. Penimbangan dilakukan sampai diperoleh bobot konstan. Rumus untuk perhitungan TSS adalah sebagai berikut: TSS = bobot residu pada kertas saring volume contoh Pengukuran absorbans

Lebih terperinci

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKENA ALKENA Nama lain alkena adalah olefin atau senyawa vinil. Alkena termasuk senyawa organik tak jenuh. Alkena merupakan senyawa yang relatif stabil, akan tetapi lebih reaktif dari alkana karena terdapatnya

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Produksi H 2 Sampai saat ini, bahan bakar minyak masih menjadi sumber energi yang utama. Karena kelangkaan serta harganya yang mahal, saat ini orang-orang berlomba untuk mencari

Lebih terperinci

KIMIA 2 KELAS X. D. molekul-molekul kovalen yang bereaksi dengan air E. molekul-molekul kovalen yang bergerak bebas di dalam air

KIMIA 2 KELAS X. D. molekul-molekul kovalen yang bereaksi dengan air E. molekul-molekul kovalen yang bergerak bebas di dalam air KIMIA 2 KELAS X PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan teliti sebelum Anda bekerja 3. Kerjakanlah soal anda pada lembar jawaban

Lebih terperinci

BAB III PROSES PEMBAKARAN

BAB III PROSES PEMBAKARAN 37 BAB III PROSES PEMBAKARAN Dalam pengoperasian boiler, prestasi yang diharapkan adalah efesiensi boiler tersebut yang dinyatakan dengan perbandingan antara kalor yang diterima air / uap air terhadap

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1 No. Dokumen : F/751/WKS1/P/5 No. Revisi : 1 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2016 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Negeri 1 Godean Mata Pelajaran : Kimia Kelas/Semester : XI/ Gasal

Lebih terperinci

LEMBARAN SOAL 6. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH )

LEMBARAN SOAL 6. Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) LEMBARAN SOAL 6 Mata Pelajaran : KIMIA Sat. Pendidikan : SMA Kelas / Program : X ( SEPULUH ) PETUNJUK UMUM 1. Tulis nomor dan nama Anda pada lembar jawaban yang disediakan 2. Periksa dan bacalah soal dengan

Lebih terperinci

MKA PROSES KIMIA. Sri Wahyu Murni Prodi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Yogyakarta

MKA PROSES KIMIA. Sri Wahyu Murni Prodi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Yogyakarta MKA PROSES KIMIA Oleh Sri Wahyu Murni Prodi Teknik Kimia FTI UPN Veteran Yogyakarta Alkilasi didefinikan sebagai proses memasukkan gugus alkil atau aril ke dalam suatu senyawa. Gugus alkil : -C n H 2n+1

Lebih terperinci

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter Sulistyani, M.Si sulistyani@uny.ac.id Konsep Dasar Senyawa Organik Senyawa organik adalah senyawa yang sumber utamanya berasal dari tumbuhan, hewan, atau sisa-sisa organisme

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Preparasi 4.1.1 Sol Hasil preparasi bahan baku larutan MgO, larutan NH 4 H 2 PO 4, dan larutan ZrOCl 2. 8H 2 O dengan perbandingan mol 1:4:6 (Ikeda, et al. 1986) dicampurkan

Lebih terperinci

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal

Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal Pengaruh Kadar Logam Ni dan Al Terhadap Karakteristik Katalis Ni-Al- MCM-41 Serta Aktivitasnya Pada Reaksi Siklisasi Sitronelal K Oleh Said Mihdar Said Hady Nrp. 1407201729 Dosen Pembimbing Dra. Ratna

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 21 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polimer Emulsi 2.1.1 Definisi Polimer Emulsi Polimer emulsi adalah polimerisasi adisi terinisiasi radikal bebas dimana suatu monomer atau campuran monomer dipolimerisasikan

Lebih terperinci

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER 2 KIMIA KELAS X (SEPULUH) TP. 2008/2009

SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER 2 KIMIA KELAS X (SEPULUH) TP. 2008/2009 SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER 2 KIMIA KELAS X (SEPULUH) TP. 2008/2009 1. Dari suatu percobaan daya hantar listrik suatu larutan diperoleh data sebagai berikut: Percobaan Larutan Lampu Gelembung gas 1 2 3 4

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya.

HASIL DAN PEMBAHASAN. nm. Setelah itu, dihitung nilai efisiensi adsorpsi dan kapasitas adsorpsinya. 5 E. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (25 : 75), F. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (50 : 50), G. ampas sagu teraktivasi basa-bentonit teraktivasi asam (75 :

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Bentonit diperoleh dari bentonit alam komersiil. Aktivasi bentonit kimia. Aktivasi secara kimia dilakukan dengan merendam bentonit dengan menggunakan larutan HCl 0,5 M yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Katalis merupakan suatu zat yang sangat diperlukan dalam kehidupan. Katalis yang digunakan merupakan katalis heterogen. Katalis heterogen merupakan katalis yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya sedangkan tingkat konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun.

Lebih terperinci

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas

Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas ISBN 978-979-98300-2-9 EL-06 Sintesis Biogasoline dari CPO Melalui Reaksi Perengkahan Katalitik pada Fasa Gas Tri Hadi Jatmiko*, Qodri F. Errahman Jurusan Teknik Kimia, Institut Teknologi Medan, Medan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Biogas Biogas adalah gas yang terbentuk melalui proses fermentasi bahan-bahan limbah organik, seperti kotoran ternak dan sampah organik oleh bakteri anaerob ( bakteri

Lebih terperinci

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat!

OAL TES SEMESTER II. I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 176 KIMIA X SMA S AL TES SEMESTER II I. Pilihlah jawaban yang paling tepat! 1. Suatu zat padat dilarutkan dalam air, ternyata larutannya dapat menghantarkan arus listrik. Pernyataan yang benar tentang

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perlakuan Awal dan Karakteristik Abu Batubara Abu batubara yang digunakan untuk penelitian ini terdiri dari 2 jenis, yaitu abu batubara hasil pembakaran di boiler tungku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perak Nitrat Perak nitrat merupakan senyawa anorganik tidak berwarna, tidak berbau, kristal transparan dengan rumus kimia AgNO 3 dan mudah larut dalam alkohol, aseton dan air.

Lebih terperinci

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT

LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM ANORGANIK PERCOBAAN 1 TOPIK : SINTESIS DAN KARAKTERISTIK NATRIUM TIOSULFAT DI SUSUN OLEH : NAMA : IMENG NIM : ACC 109 011 KELOMPOK : 2 ( DUA ) HARI / TANGGAL : SABTU, 28 MEI 2011

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biomassa Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi. Biomassa mengacu pada material yang berasal dari makhluk hidup, tidak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah

Lebih terperinci

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Mulai dari industri makanan, tekstil, kimia hingga farmasi. Dalam proses produksinya, beberapa

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor)

Bab IV Hasil dan Pembahasan. IV.2.1 Proses transesterifikasi minyak jarak (minyak kastor) 23 Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Penyiapan Sampel Kualitas minyak kastor yang digunakan sangat mempengaruhi pelaksanaan reaksi transesterifikasi. Parameter kualitas minyak kastor yang dapat menjadi

Lebih terperinci

MINYAK BUMI DAN GAS ALAM

MINYAK BUMI DAN GAS ALAM 2013 MINYAK BUMI DAN GAS ALAM Di susun Oleh : Nama : RUSMIYATI NPM : 0221 12 326 1i Akuntansi Universitas Pakuan 1.Latar Belakang Penulisan MAKALAH MENGENAI MINYAK BUMI DAN GAS ALAM BAB 1 PENDAHULUAN Sumber

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 disintesis dengan metode kopresipitasi dengan rasio fasa aktif Cu, promotor ZnO, penyangga dan Al 2 O 3 yaitu

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

INDUSTRI MINYAK BUMI

INDUSTRI MINYAK BUMI INDUSTRI PENGILANGAN MINYAK BUMI A. Teori Pengertian Minyak Bumi Minyak bumi adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak

Lebih terperinci

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan STOIKIOMETRI Pengertian Stoikiometri adalah ilmu yang mempelajari dan menghitung hubungan kuantitatif dari reaktan dan produk dalam reaksi kimia (persamaan kimia) Stoikiometri adalah hitungan kimia Hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Produk keramik adalah suatu produk industri yang sangat penting dan berkembang pesat pada masa sekarang ini. Hal ini disebabkan oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi meningkat seiring dengan meningkatnya perkembangan penduduk di dunia. Sumber energi utama yang digunakan sebagian besar bersumber dari fosil antara

Lebih terperinci

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi

a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur a. Air c. Kuningan e. Perunggu b. Gula d. Besi A. PILIHAN GANDA 1. Molekul oksigen atau O2 merupakan lambang dari partikel a. Ion c. Molekul senyawa e. Campuran b. Molekul unsur d. Unsur 2. Di antara zat berikut yang merupakan unsur ialah... a. Air

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara

I. PENDAHULUAN. Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas udara yang dipergunakan untuk kehidupan tergantung dari lingkungannya. Udara mengandung sejumlah oksigen, yang merupakan komponen esensial bagi kehidupan,

Lebih terperinci

(in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi.

(in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi. (in CATALYST TECHNOLOGY Lecture ) Instructor: Dr. Istadi (http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi id/ ) Email: istadi@undip.ac.id Instructor s t Background BEng. (1995): Universitas Diponegoro Meng. (2000):

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi bahan bakar minyak tahun 2005 (juta liter) (Wahyudi, 2006) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan bahan bakar di Indonesia setiap tahun meningkat namun tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah produksi bahan bakar tersebut. Hal ini menyebabkan jumlah

Lebih terperinci

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL

SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL SINTESIS KATALIS ZSM-5 MESOPORI DAN AKTIVITASNYA PADA ESTERIFIKASI MINYAK JELANTAH UNTUK PRODUKSI BIODISEL SUSI NURUL KHALIFAH 1408 201 001 Dosen Pembimbing: Dr. Didik Prasetyoko, M.Sc PENDAHULUAN Minyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Zeolit 2.1.1 Pengertian Zeolit Zeolit adalah polimir anorganik unit kerangka tetrahedral AlO4 dan SiO4 yang mempunyai struktur berongga dari Natrium silikat dan berkemampuan

Lebih terperinci

BAB 4 DATA DAN ANALISIS

BAB 4 DATA DAN ANALISIS BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis proses preparasi, aktivasi dan modifikasi terhadap zeolit Penelitian ini menggunakan zeolit alam yang berasal dari Lampung dan Cikalong, Jawa Barat. Zeolit alam Lampung

Lebih terperinci

Katalis 1. Pengertian Katalis 2. Jenis Katalis a. Katalis Homogen

Katalis 1. Pengertian Katalis 2. Jenis Katalis a. Katalis Homogen Katalis 1. Pengertian Katalis Katalis merupakan suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi dalam reaksi kimia pada suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri. Suatu

Lebih terperinci

PAKET UJIAN NASIONAL 17 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

PAKET UJIAN NASIONAL 17 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit PAKET UJIAN NASIONAL 17 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit Pilihlah salah satu jawaban yang tepat! Jangan lupa Berdoa dan memulai dari yang mudah. 01. Diketahui ion X 3+ mempunyai 10 elektron dan 14 neutron.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam + 6 adsorpsi sulfur dalam solar juga dilakukan pada AZT2 dan AZT2.5 dengan kondisi bobot dan waktu adsorpsi arang aktif berdasarkan kadar sulfur yang terjerap paling tinggi dari AZT1. Setelah proses adsorpsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biodiesel Biodiesel merupakan bahan bakar rendah emisi pengganti diesel yang terbuat dari sumber daya terbarukan dan limbah minyak. Biodiesel terdiri dari ester monoalkil dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dimetil Eter Dimetil Eter (DME) adalah senyawa eter yang paling sederhana dengan rumus kimia CH 3 OCH 3. Dikenal juga sebagai methyl ether atau wood ether. Jika DME dioksidasi

Lebih terperinci

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam klorida 0,1 N. Prosedur uji disolusi dalam asam dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17. Tegangan Permukaan (dyne/cm) Tegangan permukaan (dyne/cm) 6 dihilangkan airnya dengan Na 2 SO 4 anhidrat lalu disaring. Ekstrak yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan radas uap putar hingga kering.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal

BAB 3 METODE PENELITIAN. Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Indicator Universal BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Neraca Digital AS 220/C/2 Radwag Furnace Control Fisher Indicator Universal Hotplate Stirrer Thermilyte Difraktometer Sinar-X Rigaku 600 Miniflex Peralatan Gelas Pyrex

Lebih terperinci

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 BAB I MATERI Materi adalah sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa. Materi dapat berupa benda padat, cair, maupun gas. A. Penggolongan

Lebih terperinci

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER

PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Oleh Denni Alfiansyah 1031210146-3A JURUSAN TEKNIK MESIN POLITEKNIK NEGERI MALANG MALANG 2012 PENGOLAHAN AIR SUNGAI UNTUK BOILER Air yang digunakan pada proses pengolahan

Lebih terperinci

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN

KIMIA FISIKA (Kode : C-15) MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN MAKALAH PENDAMPING KIMIA FISIKA (Kode : C-5) ISBN : 978-979-533-85- MODIFIKASI ZEOLIT ALAM MENJADI MATERIAL KATALIS PERENGKAHAN Imelda H. Silalahi, * Aladin Sianipar, Endah Sayekti Jurusan Kimia, Fakultas

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol

Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Pemanfaatan Bentonit Dan Karbon Sebagai Support Katalis NiO-MgO Pada Hidrogenasi Gliserol Oleh : Ferlyna Sari 2312 105 029 Iqbaal Abdurrokhman 2312 105 035 Pembimbing : Ir. Ignatius Gunardi, M.T NIP 1955

Lebih terperinci

MINYAK BUMI DAN PETROKIMIA

MINYAK BUMI DAN PETROKIMIA MINYAK BUMI DAN PETROKIMIA Tujuan Pembelajaran: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu: 1. Menjelaskan proses pembentukan minyak bumi dan gas alam. 2. Menjelaskan komponen-komponen utama penyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dietil eter merupakan salah satu bahan kimia yang sangat dibutuhkan dalam industri dan salah satu anggota senyawa eter yang mempunyai kegunaan yang sangat penting.

Lebih terperinci

Sulfur dan Asam Sulfat

Sulfur dan Asam Sulfat Pengumpulan 1 Rabu, 17 September 2014 Sulfur dan Asam Sulfat Disusun untuk memenuhi Tugas Proses Industri Kimia Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Chandrawati Cahyani, M.S. Ayu Diarahmawati (135061101111016)

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. cahaya matahari.fenol bersifat asam, keasaman fenol ini disebabkan adanya pengaruh BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon pada cincin benzene dan merupakan senyawa yang bersifat toksik, sumber pencemaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu produksi bahan kehidupan sehari-hari yang menggunakan bahan dapat diperbaharui adalah produksi amina rantai panjang melalui proses aminasi alkohol rantai

Lebih terperinci