TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi"

Transkripsi

1 7 TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Kincaid dan Schramm (1978) mengemukakan bahwa komunikasi adalah proses saling membagi atau menggunakan informasi secara bersama dan bertalian antara pelaku dan proses komunikasi informasi. Sedangkan, DeVito (1997) memberikan batasan bahwa komunikasi mengacu pada suatu tindakan oleh dua orang atau lebih, yang mengirim dan menerima suatu pesan yang terdistorsi oleh suatu gangguan (noise), terjadi dalam konteks tertentu, dengan pengaruh tertentu dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Selain itu, dikenal juga komunikasi yang sifatnya umum (komunikasi universal). Menurut Berlo (1960), komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, akan tetapi perlu dipahami bahwa komunikasi tidak hanya sampai pada batas penerima tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan dan diterima. Berlo menyebutnya sebagai model linier atau searah. Dalam model linier, komunikasi dikatakan efektif jika penerima mampu menerima pesan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh sumber. Model komunikasi linier sering juga disebut sebagai model SMCRE (Source, Message, Channel, Receiver and Effect). Komunikasi merupakan proses dimana dua orang atau lebih melakukan suatu pertukaran informasi yang pada gilirannya terjadi kesepakatan dan hubungan yang mendalam (Prodjosaputro 1978). Ini menjelaskan hakekat hubungan dengan adanya suatu pertukaran informasi (pesan), setelah itu diharapkan perubahan sikap, tingkah laku dan kebersamaan dalam menciptakan saling pengertian diantara orang-orang yang ikut pada proses komunikasi (Wursanto 1987). Komunikasi juga tidak lain dari satu tingkah laku, perbuatan atau kegiatan penyampaian yang mengandung arti atau makna, merupakan sentra dari segala sesuatu yang dilakukan. Komunikasi akan menjadi buruk karena adanya hambatan komunikasi atau karena tidak terjadi komunikasi. Berhasil atau tidak suatu komunikasi adalah akibat langsung dari kemampun atau ketidak-mampuan untuk berkomunikasi (Robbins 1986).

2 8 Pesan yang akan disampaikan / saluran Umpan Balik Sumber/ Encoder Penerima/ Dekoder Gangguan Sumber/ Encoder Penerima/ Dekoder Umpan Balik Pesan yang akan disampaikan / saluran Gambar 1. Universal komunikasi antar manusia (DeVito 1997) Model komunikasi di atas menunjukkan peran komunikator dan komunikan terjadi secara bergantian. Artinya, khusus dalam konteks pemberian umpan balik, komunikan dapat seketika menjadi komunikator dan demikian pula sebaliknya. Proses komunikasi semacam ini menurut DeVito (1997) tidak lagi linier, tetapi berkesinambungan. Dalam berkomunikasi orang dapat berbuat, berpikir atau merasakan suatu cara tertentu tentang adanya respons atau tanggapan orang yang diajak berkomunikasi. Respons dari lawan bicara kita adalah umpan balik yang dapat ditanggapi oleh penerima, sepanjang reaksi dari respons dipahami oleh pemberi dan penerima pesan. Respons dapat terjadi secara sengaja dan dapat pula terjadi secara tidak sengaja dari bentuk komunikasi yang digunakan (Effendy 2003). Komunikator yang efektif harus peka terhadap semua tanda-tanda yang memberitahu atau mengisyaratkannya agar dapat bereaksi kepada pendengarnya. Untuk mencapai komunikasi yang efektif, umpan balik sangat diperlukan. Namun umpan balik tidak selalu memberikan hasil yang positif, karena adakalanya umpan balik adalah gangguan. Seringkali kita menghadapi umpan

3 9 balik dalam suatu komunikasi, tetapi kemudian tidak melakukan sesuatu untuk mendorong timbulnya penerimaan dari umpan balik tersebut (Robbins 1986). Menurut Effendy (2003), komunikasi adalah upaya sistematis untuk pembentukan pendapat dan sikap. Sedangkan Kincaid dan Schramm (1978) berpendapat bahwa tujuan dasar dalam komunikasi antar manusia adalah mencapai pengertian bersama yang lebih luas dan mendalam. Komunikasi tidak lain adalah bicara tentang apa, dikomunikasikan kepada siapa, bilamana, mengapa dan bagaimana, selalu merupakan pertimbangan dan penentu dalam merancang suatu pesan agar dapat sampai ke tempat yang dituju. Dengan demikian karakteristik pesan yang dikomunikasikan harus jelas, lengkap dan memiliki metode yang tepat, diulang seperlunya, dirasakan bermanfaat kepada kedua belah pihak, relevan dan terpercaya. Komunikasi adalah suatu proses yang sangat asasi, yaitu pengalihan (transfer) atas informasi, perasaan, penilaian, hiburan, gagasan atau ide. Informasi, perasaan, gagasan atau ide dalam proses komunikasi dikenal sebagai lambang yang mengandung arti atau makna. Oleh karena itu, komunikasi sering didefenisikan sebagai kegiatan pengoperan lambang yang mengandung arti atau makna. Secara umum Effendy (1993) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses di mana seorang komunikator menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku komunikan. Komunikasi merupakan suatu kegiatan usaha manusia untuk menyampaikan kepada orang lain apa yang menjadi pikiran, harapan atapun pengalamannya (Susanto 1995). Dalam kehidupan sosial, komunikasi mempunyai kemampuan untuk mengubah masyarakat. Sebaliknya, individu dapat juga menyusaikan diri dengan kelompoknya melalui komunikasi. Dengan demikian, arti khusus dari komunikasi sosial adalah sejauh mana akibat sosial yang ditimbulkannya dari kegiatan komunikasi yang dilakukan. Dalam penelitian komunikasi, perhatian diarahkan pada usaha-usaha untuk mengubah pengetahuan untuk sikap dengan mengubah tempat, sumber, pesan, saluran atau penerima dalam proses komunikasi (Rogers dan Kincaid 1981).

4 10 Pelaksanaan kegiatan pembangunan, bukan hanya hasil dari kegiatan pembangunannya yang perlu dioptimalkan, tetapi proses dalam pencapaian tujuan juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini, tinjauan komunikasi berperan dalam pengambilan keputusan suatu proses pembangunan. Komunikasi mempengaruhi hubungan-hubungan sosial serta proses-proses yang berlangsung di dalamnya. Proses komunikasi yang terjadi dipengaruhi oleh faktor ketepatan (fidelity) sumber maupun penerima, yaitu keterampilan berkomunikasi, sikap, pengetahuan, sistem sosial dan budaya dari sumber dan penerima (Berlo 1960). DeFlour (1989) melakukan modifikasi teori respons dengan teorinya yang dikenal sebagai perbedaan individu dalam komunikasi (individual differences). Diasumsikan bahwa pesan-pesan media berisi stimulus tertentu berinteraksi secara berbeda-beda dengan karakteristik pribadi dari para anggota audiens. Teori ini secara eksplisit telah mengakui adanya intervensi peubah-peubah psikologis yang berinteraksi dengan terpaan media massa dalam menghasilkan efek. Berangkat dari teori perbedaan ini, DeFlour mengembangkan model psikodinamik yang didasarkan pada keyakinan bahwa kunci dari persuasi yang efektif terletak pada modifikasi struktur psikologis internal dan individu. Melalui modifikasi inilah respons tertentu yang diharapkan muncul dalam perilaku individu akan tercapai. Efektivitas Komunikasi Menurut Tubbs dan Moss (2000), komunikasi yang efektif memiliki dua konsep, yaitu konsep sederhana dan konsep umum. Konsep sederhana menyatakan bahwa komunikasi efektif apabila berhasil menyampaikan pesan seperti apa yang dimaksud (hal ini merupakan salah satu ukuran dari efektivitas komunikasi). Sedangkan menurut konsep umum, komunikasi efektif apabila rangsangan yang disampaikan atau dimaksudkan oleh pengirim/sumber berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap atau yang dipahami oleh penerima pesan. Apabila S melambangkan sumber atau pengirim pesan, dan R adalah penerima pesan, komunikasi dinyatakan mulus apabila keinginan S identik dengan respons yang diberikan R (Goyer 1970). Penerimaan pesan yang sempurna sebagaimana yang dimaksudkan pengirim pesan kenyataannya sangat sulit tercapai bahkan tidak pernah terjadi, paling-paling hanya dapat dihampiri saja (Goyer 1970).

5 11 Persamaannya digambarkan sebagai berikut: Semakin besar kaitan antara respons yang diberikan oleh penerima dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim berarti semakin efektif komunikasi yang dilakukan. Nilai R/S = 0 terjadi apabila respons yang diterima dari penerima tidak ada kaitannya dengan pesan yang disampaikan oleh pengirim. Komunikasi dikatakan efektif apabila pesan yang dimaksud oleh pengirim berkaitan erat dengan pesan yang diterima oleh penerima. Selanjutnya, Tubbs dan Moss (2000) menyatakan ada lima hal yang menjadi ukuran efektivitas komunikasi, yaitu: (1) pemahaman, (2) kesenangan, (3) pengaruh pada sikap, (4) hubungan yang makin baik, dan (5) tindakan. Lima hal tersebut masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut. 1) Pemahaman Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan pengirim pesan. Komunikator dikatakan efektif apabila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. Seringkali juga komunikator menyampaikan pesan yang tidak disengaja, yang juga dipahami dengan baik. Kegagalan utama dalam berkomunikasi adalah kegagalan dalam menyampaikan isi pesan yang cermat. Sebagai contoh seorang wanita yang melaporkan pemanas minyak miliknya rusak, disampaikan kepada manajer perusahaan pelayanan sebuah perusahaan minyak. Lalu manajer langsung menanggapi dengan pertanyaan sebagai berikut, berapa ketinggian termostatnya, dan wanita itu langsung meninggalkan teleponnya seketika mengamati alat yang dipertanyakannya, beberapa menit kemudian balik lagi dan menjawab: lima kaki setengah inci, seperti biasanya. Kesimpangsiuran seperti ini merupakan kegagalan yang khas untuk memperoleh pemahaman. Jenis kesalahpahaman seperti ini mudah diperbaiki melalui penjernihan umpan balik yang diterima. Makin banyak orang yang terlibat dalam suatu diskusi, makin sulit mengamati seberapa cermat pesan dapat diterima. Oleh sebab itu, dalam diskusi

6 12 kelompok seringkali terjadi obrolan lepas yang sulit dikendalikan meskipun sudah ditentukan pokok-pokok yang hendak dibicarakan. Apabila hal ini terjadi, maka kegagalan komunikasi serta kegagalan mendapatkan suatu resolusi dari permasalahan yang dibicarakan sangat mungkin terjadi. Situasi yang seperti ini hanya dapat diatasi melalui penjelasan, penyimpulan dan pengarahan pendapat kelompok. Berkenaan dengan komunikasi publik, materi penyempurnaan pemahaman dalam menyampaikan informasi sangat dibutuhkan. Kata pemahaman sering diartikan sebagai tambahan informasi. Pembicara publik harus memahami bahwa umpan balik yang diterimanya seringkali amat terbatas, jadi pembicara harus berusaha agar se-obyektif dan se-cermat mungkin menjelaskan masalah yang dikemukakannya. Penggunaan sarana pendukung, sejumlah contoh, analogi, dan sejenisnya dapat membantu memperjelas materi pembicaraan. Dalam komunikasi massa, penyebaran informasi menjadi tujuan utama (siaran warta berita, film dokumenter, acara video, dll). Mereka yang berkecimpung dalam media massa harus mampu mengembangkan keahlian komunikasi mereka, sehingga mereka dapat mengatur, menyajikan, dan menafsirkan informasi dengan cara yang dapat meningkatkan pemahaman. Sebagai contoh, salah satu stasiun televisi menyajikan acara dengan topik depresi, dari acara tersebut diulas dengan jelas mengenai depresi dan apa yang menjadi gejala, penyebab, dan bagaimana cara penanggulangannya apabila kondisi tersebut dialami oleh seseorang. Namun demikian, karena terbatasnya waktu untuk umpan balik maka sangat sulit untuk menilai secara cermat pemahaman para penerima atau pemirsanya. 2) Kesenangan Berkomunikasi tidak selalu ditujukan untuk menyampaikan suatu pesan atau tujuan-tujuan tertentu. Seringkali komunikasi dilakukan hanya untuk saling bersapa agar tetap terjaga suatu kebersamaan atau jalinan hubungan yang harmonis. Komunikasi semacam ini biasa disebut komunikasi fatik (phatic communication) Misalnya, sapaan hei, apa kabar, bagaimana keadaanmu, kata-kata ini merupakan contoh kata yang sengaja dirancang agar dapat memperoleh kesenangan dari obrolan-obrolan yang dilakukan. Tingkat

7 13 kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan kita terhadap orang yang diajak berinteraksi tersebut. 3) Mempengaruhi sikap Apabila dalam suatu perundingan terjadi suatu perbedaan yang sangat tajam, maka dapat saja terjadi kebuntuan. Hal ini dikenal dengan istilah kegagalan komunikasi. Seandainya di antara yang berunding saling memahami, maka dapat diperkirakan perbedaan di antaranya dapat dikurangi dan akhirnya persetujuan bersama dapat diupayakan. Menurut (Acuff 1993), sepanjang sejarah belum pernah ada kebutuhan sebesar kebutuhan terhadap keahlian berunding secara internasional, yakni kemampuan para perunding untuk mempengaruhi pihak lain dengan cara yang positif dan konstruktif. Memahami dan menyetujui adalah dua hal yang sama sekali berlainan. Ketika kita memahami pesan seseorang, itu dapat saja berarti kita tidak menyetujuinya, mungkin saja pemahaman tersebut membawa kita pada ketidak-setujuan yang lebih kuat dari sebelumnya. Sikap untuk mempengaruhi orang lain lazim dalam kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai kesempatan kita selalu berupaya mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita. Proses mengubah dan merumuskan kembali sikap (attitude influence), berlangsung terus seumur hidup. Dalam hubungan antara dua orang, pengaruh sikap sering disebut pengaruh sosial, dalam obrolan dengan biro penasehat disebut bujukan halus (gentle persuasion). Proses mempengaruhi sikap bila diterapkan pada konteks komunikasi publik atau komunikasi massa, disebut membujuk (persuasi). Dalam keinginan untuk mengubah sikap orang lain, perlu disadari bahwa bisa saja kita gagal melakukannya. Tapi bukan berarti kita gagal memberi pemahaman. Kegagalan dalam mengubah pandangan seseorang tidak dapat disamakan dengan kegagalan dalam meningkatkan pemahaman. 4) Memperbaiki hubungan Beberapa hal penting yang perlu disadari untuk mendapatkan komunikasi yang sempurna, misalnya kesiapan jauh sebelumnya, pemilihan kata yang tepat dan waktu penyampaian yang tepat pula, sehingga diharapkan terjadinya

8 14 komunikasi yang sempurna. Secara keseluruhan komunikasi membutuhkan suasana psikologi yang positif dan penuh kepercayaan. Dikemukakan bahwa kegagalan utama dalam berkomunikasi muncul bila isi pesan tidak dipahami secara cermat. Pada pihak lain, kegagalan lainnya muncul karena gangguan dalam hubungan insan yang berasal dari kesalahpahaman. Hal ini tumbuh dari rasa frustasi, kemarahan dan kebingungan (kadang-kadang muncul ketiga hal tersebut sekaligus) sebagai akibat kegagalan awal dalam pemahaman. Keadaan jenis ini cenderung mempertentangkan komunikator-komunikator yang terlibat sehingga penanganannya menjadi sulit. Jenis pemahaman lainnya yang berpengaruh besar dalam hubungan insan adalah memahami motivasi orang lain. Kadang-kadang komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau untuk mengubah sikap seseorang, tapi hanya untuk dipahami. 5) Tindakan Banyak orang yang berpendapat bahwa komunikasi apapun tidak ada gunanya bila tidak memberi hasil sesuai dengan apa yang diharapkan. DeVito (1997), menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi komunikasi yang efektif, yaitu : a) Keterbukaan pikiran Keterbukaan yang menunjukkan adanya sikap untuk saling terbuka antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan komunikasinya. b) Empati, yaitu kemampuan seseorang memproyeksikan dirinya dalam peran terhadap orang lain. c) Kepositipan, yaitu sikap yang positif terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. d) Dukungan, yaitu sikap pelaku komunikasi yang mendukung terjadinya komunikasi tersebut, tetapi pihak yang diajak berkomunikasi sudah menolak sejak awal, maka komunikasi yang diharapkan tidak akan terjadi. e) Kesamaan, yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Misalnya, adanya unsur kesamaan bahasa dan budaya akan memudahkan terjadinya komunikasi yang efektif.

9 15 Untuk mengukur tingkat efektivitas komunikasi Sekolah Lapang, dalam penelitian ini diamati perilaku petani yang berhubungan dengan peubah kognitif, afektif dan konatif. Pelaksanaannya dengan melakukan kajian terhadap aktifitas dan proses komunikasi petani dengan pemandu lapang dalam kegiatan diseminasi teknologi pertanian yang direkomendasikan pada program tersebut. Effendy (2001) menyatakan bahwa komunikasi dapat dikatakan efektif jika dapat menimbulkan dampak: 1) Kognitif, yaitu meningkatan pengetahuan komunikan. 2) Afektif, yaitu perubahan sikap dan pandangan komunikan, karena hatinya tergerak akibat komunikasi. 3) Konatif, yaitu perubahan perilaku atau tindakan yang terjadi pada komunikan. Efek pada arah kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar dan tambahan pengetahuan. Pada afektif meliputi efek yang berhubungan dengan emosi, perasaan dan sikap. Sedangkan efek pada konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu dengan cara tertentu (Jahi 1988). Selanjutnya, Jahi (1988) berpendapat bahwa secara ideal untuk mencapai komunikasi yang efektif, makna yang diterima dari suatu pesan harus sama dengan makna yang dimaksud oleh pengirim pesan. Komunikasi yang efektif mampu mencegah berbagai konflik (perselisihan), terutama yang didasari oleh kesalahpahaman atau penerimaan yang tidak tepat. Effendy (2001) mengatakan agar terjadi komunikasi yang efektif, maka komponen-komponen komunikasi perlu diperhatikan mulai dari komunikator, pesan, saluran dan komunikan sebagai sasaran komunikasi. 1) Komunikator Seorang komunikator harus terpercaya (credible), agar mendapat kepercayaan dari komunikan. Komunikator akan mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui mekanisme daya tarik. 2) Pesan Schramm (1971) dan Effendi (1993) menyebutkan bahwa agar pesan mendapat tanggapan baik dari komunikan hendaknya: (a) pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan,

10 16 (b) pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman bersama antara komunikator dan komunikan sehingga sama-sama mengerti, (c) pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang layak. 3) Saluran Menurut teori komunikasi pembangunan, saluran terdiri dari dua tahap. Pada tahap awal, arus informasi pembangunan yang dilancarkan oleh pemerintah melalui berbagai media pada mulanya akan diterima oleh pemuka masyarakat. Pada tahap berikutnya, pemuka masyarakat akan meneruskan informasi tersebut kepada orang-orang yang berada disekitarnya (Effendy 1993). Teori ini menyimpulkan bahwa pemuka masyarakat merupakan saluran komunikasi yang penting, dan hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (2003) bahwa saluran komunikan yang dapat dipergunakan dalam proses difusi inovasi adalah media massa dan media interpersonal. 4) Komunikan Dalam bahasannya tentang difusi inovasi, Rogers (2003) menyatakan bahwa komunikan adalah anggota suatu sistem sosial. Ia menyebutkan komunikasi adalah kumpulan unit yang berbeda secara fungsional dan terkait dalam kerjasama. Effendy (2003) mengatakan bahwa komunikan akan menerima suatu pesan apabilah berada dalam kondisi sebagai berikut ini: (a) apabila komunikan benar-benar mengerti apa yang dimaksud dari komunikator, (b) pada saat dia mengambil keputusan, dia sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuannya, (c) pada saat mengambil keputusannya bersangkutan dengan kepentingan pribadinya, dan (d) mampu menempatinya baik secara mental ataupun secara fisik. Faktor-faktor Keefektivan Komunikasi Menurut Schramm dan Donald (1971) kondisi yang harus dipenuhi untuk membangkitkan tanggapan yang diinginkan dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Pesan yang dirancang sedimikian rupa harus menarik. 2) Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti.

11 17 3) Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhhan tersebut. 4) Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki. Berkaitan dengan itu, maka para ahli komunikator biasanya memulai dengan meneliti sedalam-dalamnya tujuan dari komunikan dan menempatkan pengetahuan tentang komunikan sebagai ketentuan utama dalam komunikasinya. Pengetahuan tentang komunikan dimaksud meliputi : 1) Waktu yang tepat untuk suatu pesan. 2) Bahasa yang digunakan agar pesan dapat dimengerti. 3) Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif. 4) Jenis kelompok di mana komunikasi akan dilksanakan. Selajutnya, Schramm (1971) menyatakan bahwa faktor penunjang komunikasi efektif mencakup dua komponen, yaitu komponen-komponen komunikan dan komponen komunikator. Faktor pada Komponen Komunikan Berkaitan dengan komponen komunikan, ada empat kondisi yang harus dipenuhi, meliputi : 1) Komunikan benar-benar memahami dan mengerti dengan baik pesan komunikasi. 2) Pada saat dia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya sesuai dengan tujuannya. 3) Pada saat ia mengambil keputusan, ia sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya. 4) Ia mampu untuk menempatinya, baik secara mental mapun secara fisik. Cutlip dan Allen (1971) mengemukakan fakta fundamental yang perlu diingat oleh komunikator: 1) Komunikan terdiri dari orang-orang yang hidup, bekerja, dan bermain satu sama lainnya dalam jaringan lembaga sosial. 2) Karena itu setiap orang adalah subjek bagi berbagai pengaruh, diantaranya adalah pengaruh dari komunikator.

12 18 3) Komunikan membaca, mendengarkan dan menonton komunikasi yang manyajikan pandangan hubungan pribadi yang mendalam 4) Tanggapan yang diinginkan komunikator dari komunikan harus menguntungkan bagi komunikan. Faktor pada Komponen Komunikator Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif terdapat dua faktor penting, yaitu keterpercayaan sumber (source credibility) dan daya tarik komunikator (source attractiviness). Dua hal tersebut didasarkan pada kebutuhan utama dari seorang komunikan untuk menerima suatu pesan, yang mencakup: 1) Hasrat seseorang untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar, jadi komunikator mendapat kualitas komunikasinya sesuai dengan kualitas sampai dimana dia memperoleh kepercayaan dari komunikan, dan apa yang dinyatakannya. 2) Hasrat seseorang untuk menyamakan dirinya dengan komunikator atau bentuk hubungan lainnya dengan komunikator akan sukses dalam komunikasinya, apabilah dia berhasil memikat perhatian komunikan. Kepercayaan kepada komunikator (Source Credibility) ditentukan dari keahliannya untuk dapat atau tidak dipercaya. Beberapa penilitian menunjukkan bahwa kepercayaan yang besar akan dapat meningkatkan daya perubahan sikap, sedangkan yang kecil akan mengurangi daya perubahan yang menyenangkan. Lebih dikenal dan disenanginya komunikator oleh komunikan, lebih cenderung komunikan untuk mengubah kepercayaan kearah yang dikehendaki komunikator. Seorang komunikator akan mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan sikap melalui daya tarik (Source Atractiveness), jika pihak komunikan merasa bahwa komunikator ikut serta dengan mereka dalam hubungannya dengan opini secara memuaskan. Misalnya, komunikator dapat disenangi atau dikagumi sedemikian rupa, sehingga pihak komunikan akan menerima kepuasan dari usaha menyamakan diri dengannya melalui kepercayaan yang diberikan. Atau komunikator dianggap mempunyai kesamaan dengan komunikan sehingga komunikan tunduk kepada pesan yang dikomunikasikan.

13 19 Keefektivan Komunikasi SL-PTT Padi Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi Sekolah lapang mulai diperkenalkan di Indonesia belum lama ini, dan disosialisasikan pertama kali pada kegiatan Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu Tahun Empat tahun kemudian, Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) telah dilaksanakan di lebih dari desa di Indonesia. Sedangkan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) untuk komoditas strategis (padi, jagung dan kedele) dimulai Tahun Program ini merupakan program pengembangan dari program yang ada sebelumnya, seperti SL-PHT dan SL-I. Saat ini program SL-PTT telah dilaksanakan diseluruh Provinsi di Indonesia dan sudah menjangkau setiap Kabupaten dan Desa. SL-PTT Padi diharapkan mampu memberdayakan petani agar memiliki kemandirian dalam pengambilan keputusan pengelolaan usaha taninya, kemandirian dalam menumbuhkan dan memecahkan masalahnya sendiri, serta kemampuan dalam menstransfer ilmunnya ke petani lainnya, dengan demikian akan tercipta petani yang tangguh, dalam arti ahli mengelola usaha taninya, ahli meneliti, ahli menyuluh dan ahli mengajar petani lainnya. Pada akhirnya petani memiliki daya tahan dan mampu beradaptasi terhadap sumber daya alam yang semakin terbatas, serta memiliki daya kompetisi yang tinggi terhadap gejolak perubahan pasar yang semakin kompetitif. Pendekatan inilah yang dihadirkan dalam SL-PTT Padi, PTT Padi merupakan landasan pembangunan pertanian yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta sarat dengan pengetahuan. Kegiatan PTT Padi yang bercirikan usaha pengembangan merupakan kegiatan terpadu dan sinergis. Para petani, konsumen, penyuluh, masyarakat luas, pembuat kebijakan, aparat pemerintah pusat dan daerah, semuanya memiliki andil dalam program dan gerakan ini. PTT Padi menyediakan peluang bagi berbagai pihak untuk menghimpun dan bekerjasama, demi satu tujuan pembangunan yang berkelanjutan.

14 20 Gambar 2. Skema percepatan adopsi PTT dalam SL-PTT (Sumber : Panduan Pelaksanaan SL-PTT Padi Deptan, 2008) Keseluruhan proses belajar - mengajarnya di dalam program SL-PTT Padi dilakukan di lapangan. Hamparan SL-PTT Padi adalah hamparan sawah milik petani peserta program penerapan SL-PTT Padi. Dalam lokasi atau hamparan sawah dengan luas 25 ha, satu ha diantaranya adalah Laboratorium lapang (LL) tempat praktek petani anggota SLPTT Padi. Di sekolah lapang seolah-olahnya seorang murid dan guru, dimana petani sebagai murid dan sebagai guru adalah pemandu lapang I dan pemandu lapang II. Antara murid dan guru tidak ada perbedaan, yang diutamakan adalah kebersamaan, masing-masing dapat menerima dan memberi pengetahuan. SL-PTT Padi ini kurang lebih sama dengan sekolah yang ada dalam suatu ruangan, yaitu mempunyai kurikulum tersendiri dan aturan-aturannya. Ada evaluasi pra dan pasca kegiatan dan juga sertifikat. Pelaksanaannya adalah memiliki hamparan sawah seluas 25 ha, 24 ha diantaranya untuk SLPTT dan satu ha lainnya untuk laboratorium lapang (LL). SLPTT Padi bertujuan mempercepat alih teknologi dengan pelatihan dari peneliti atau nara sumber lainnya. Nara sumber memberikan ilmu dan teknologi (IPTEK) yang telah dikembangkan kepada pemandu lapang I (PL1) sebagai

15 21 TOMT (Training of Master Trainer). PL I terdiri dari penyuluh pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), dan pengawas benih tanaman (PBT) tingkat provinsi yang telah di latih di tingkat nasional (Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. BB-Padi). Seterusnya PL I menurungkan iptek tersebut kepada PL II yang terdiri atas penyuluh pertanian, POPT dan PBT tingkat Kabupaten dan Kota. Pelatihan bagi PL II diselenggarakan di tingkat provinsi dan materinya diberikan oleh nara sumber dan PL I. Pelatihan bagi pemandu lapang diselengarakan di Kabupaten/Kota. Peserta pelatihan adalah penyuluh pertanian, POPT dan PBT tingkat kecamatan/desa. Materi pelatihan diberikan oleh narasumber dan PL II. Melalui SL-PTT diharapkan terjadi percepatan penyebaran teknologi PTT dari peneliti ke petani peserta dan kemudian berlangsung difusi secara alamiah dari alumni SL-PTT kepada petani disekitarnya. Seiring dengan perjalanan waktu dan tahapan SL-PTT, petani diharapkan merasa memiliki PTT yang dikembangkan. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT Padi Pelaksanaan SL-PTT terdiri dari beberapa tahap diantaranya tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengamatan, tahap evaluasi pelaksanaan SL-PTT, workshop dan laporan. Untuk persiapan SL-PTT diantaranya pemilihan desa dan hamparan lahan sawah seluas 25 ha, beserta kelompok tani. Dalam hamparan 25 ha terdapat satu ha yang merupakan laboratorium lapang (LL). Selain itu dilakukan pemilihan petani peserta, tempat dan area (LL), bahan dan alat belajar, materi dan waktu belajar. Persiapan ini dibahas dan dilakukan di tingkat desa/kecamatan dan ditingkat kelompok tani. Pertemuan ditingkat desa dan kecamatan dilakukan untuk mendapakan dukungan dari aparat desa dan pejabat kecamatan dalam hal penentuan lokasi, jumlah dan nama calon peserta. Pada pertemuan ini ditentukan juga waktu pertemuan di kelompok tani. Pertemuan persiapan SL-PTT Padi di tingkat kecamatan diupayakan kehadiran Camat, KCD, POPT dan penyuluh pertanian untuk menentukan desa yang akan dijadikan lokasi SL-PTT Padi. Pertemuan ditingkat desa mengikut sertakan pemuka desa, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian, POPT, ketua gapoktan, ketua kelompok tani, dan tokoh wanita tani.

16 22 Perempuan di persiapakan ditingkat desa dan kecamatan dilakukan empat sampai lima kali sebelum SL-PTT Padi dimulai. Pertemuan persiapan di tingkat kelompok tani merupakan upaya inventarisasi kelompok tani, nama, dan luas garapan masing-masing petani di lokasi atau kawasan SL-PTT Padi seluas 25 Hektar. Dalam pertemuan dibicarakan waktu pelaksanaan SL- PTT Padi, kegiatan mingguan, lokasi laboratorium lapang, tempat belajar, materi pelajaran dan PRA. Dalam kelompok tani dilakukan pembagian kelompok tani menjadi sub-sub kelompok. Perkelompok anggotanya petani. Pertemuan di tingkat petani dilakukan paling lambat tiga minggu sebelum SL-PTT Padi dimulai. Tahap pelaksanaan proses belajar dalam SL-PTT Padi berlangsung secara periodik menurut studi tanaman, aktivitas pengelolaan hama dan penyakit tanaman padi, dan kemungkinan terjadinya anomali iklim. Pertemuan periodik dimulai beberapa minggu sebelum tanam untuk melihat potensi, kendala, dan peluang melalui pelaksanaan PRA. Pertemuan berikutnya dilakukan pada saat pengolahan tanah, pembuatan persemaian, pemupukan, pengairan, dan pada saat tanam padi dalam fase anakan maksimum, primordial, bunting, berbunga, pengisian bulir, panen, dan pascapanen. Adakalanya diperlukan pertemuan non reguler jika ada masalah yang mendesak untuk dipecahkan, misalnya kerusakan saluran irigasi atau serangan hama dan penyakit tanaman. Proses belajar pada SL-PTT di kerjakan pada pagi hari dengan waktu enam jam, supaya petani masih mempunyai waktu untuk mencari nafkah dan kegiatan lainnya. Disiapkan tabel sebagai jadwal kegiatan belajar dan bekerja pada kelompok tani SL-PTT Padi, agar pengaturan waktunya dapat teratur dengan baik. Apabilah tugas rutin mereka telah selesai dilakukan, maka diteruskan dengan pengamatan yang dilakukan sendiri oleh petani. Baik kondisi lahan ataupun pertumbuhan tanaman di lokasi SL-PTT, petani mampu mengamati dengan baik dan mendiskusikan dengan petani lainnya esok harinya. Dalam pengamatan dianjurkan untuk mengamati sebanyak-banyaknya perubahanperubahan pertumbuhan yang terjadi misalnya: cuaca, keadaan air, populasi hama dan musuh alaminya. Kerusakan tanaman, tingkat hijauan warna daun padi,

17 23 kerusakan tanaman, tinggi tanaman, jumlah rumpun yang diamati paling sedikit dua rumpun, ini untuk memudahkan perhitungan tingkat kerusakan tanaman oleh hama pemakan daun, seluruh kejadian harus teramati dan tercatat dalam buku yang telah disiapkan sebelumnya. Mekanisme pelaksanaan dilapangan dapat dilihat dari gambar berikut : Gambar 3. Bagan alur pelaksanaan SL-PTT Padi (Suryana dkk, 2008) Adopsi Inovasi Menurut Rogers (2003) inovasi adalah suatu ide, penerapan atau praktek teknologi atau sumber yang dianggap baru oleh seseorang. Sebuah inovasi biasanya terdiri dari dua komponen yaitu komponen ide dan komponen obyek yang berupa aspek material atau produk fisik dari ide tersebut. Inovasi berkaitan dengan tiga hal penting, yaitu : 1) Variasi merupakan modifikasi bentuk sesuatu yang telah ada sebelumnya 2) Subtitusi adalah dimana ide atau bahan baru digunakan untuk mengganti yang lama.

18 24 3) Mutasi adalah kombinasi dan reorganisasi elemen-elemen yang telah ada atau penggabungan elemen lama dengan yang baru. Ukuran kebaharuan dari suatu inovasi adalah bersifat subyektif menurut pandangan individu, sehingga diterima atau ditolaknya suatu inovasi merupakan suatu proses mental sejak ia mengetahui sampai dengan keputusan yang diambil untuk menolak atau menerima inovasi tersebut. Menurut Rogers (2003) kecepatan adopsi inovasi dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini: 1) Keuntungan relatif (relative advantage), yaitu ketika suatu inovasi lebih menguntungkan dibandingkan dengan yang lama. 2) Kesesuaian (compatability), yaitu ketika suatu inovasi masih tetap konsisten dengan nilai-nilai budaya yang ada. 3) Kerumitan (complexity), yaitu ketika suatu inovasi mempunyai sifat-sifat yang rumit sulit dipahami dan diikuti. 4) Dapat dicoba (trialabilitiy), yaitu ketika suatu inovasi dapat diuji coba dengan mudah sesuai situasi dan kondisi setempat. 5) Mudah diamati (observabilitiy), yaitu ketika suatu inovasi segera dapat dilihat atau kasat mata dan dirasakan hasilnya. Masalah-masalah yang cukup mendasar yang dialami di negara-negara berkembang adalah masalah proses transformasi, melalui pengalihan, penerapan, dan pengembangan ilmu dan teknologi. Proses transformasi industri di dalam Negara-negara terbelakang, dapat dipandang sebagai proses pembangunan guna mencapai tujuan yang dicita-citakan. Difusi inovasi menurut Rogers (2003), merupakan bentuk khusus komunikasi. Ciri komunikasi adalah pesan-pesan yang disebarluaskan berisi ideide, praktek ataupun hal-hal baru. Difusi dapat diartikan sebagai proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu di kalangan warga dalam suatu sistem sosial. Pengkajian difusi adalah telaah tentang pesan - pesan yang bersifat inovatif (ide baru), sedangkan pengkajian komunikasi meliputi telaah terhadap semua bentuk pesan. Perbedaan lainnya adalah bahwa di dalam riset komunikasi kita hanya memperhatikan pada perubahan sikap dan pengetahuan komunikan tanpa memperhatikan resiko

19 25 terjadinya perubahan tingkah laku yang tampak dari komunikan. Akan tetapi riset difusi, lebih mengarahkan perhatian pada perubahan tingkah laku yang tampak, dimana komunikan menyatakan menerima atau menolak inovasi yang diberikan, bukan sekedar perubahan sikap dan pengetahuan saja. Dengan begitu, ada empat unsur utama dalam difusi inovasi yaitu inovasi, saluran-saluran komunikasi, waktu dan sistem sosial sebagai berikut: 1) Inovasi Inovasi ataupun unit adopsi yang lain (misanya organisasi). Tidak begitu penting apakah suatu ide yang dimaksud memang benar-benar baru secara objektif jika diukur menurut urutan waktu sejak hal itu pertama kali dipakai atau ditemukan. Kebaruan menurut persepsi sesorang terhadap ide menentukan reaksi terhadap hal tersebut. Kalau ide tersebut tampak baru bagi seseorang, maka hal tersebut merupakan suatu inovasi. Kebaruan inovasi baik masyarakat tidak hanya menyangkut pengetahuan baru, karena bisa saja inovasi tersebut merupakan informasi lama namun masyarakat tersebut belum memutuskan sikap, untuk menyukai dan tidak menyukainya ataupun untuk menerima atau menolaknya. Oleh karena itu, aspek kebaruan dalam satu inovasi terlihat dari pengetahuan, persuasi, atau suatu kepuasan untuk mengadopsi. 2) Saluran saluran Komunikasi Komunikasi diartikan sebagai proses dimana partisipan menciptakan beberapa informasi dan menyebarkan informasi tersebut untuk mencapai suatu pengertian bersama. Difusi merupakan bentuk khusus dari komunikasi dimana informasi yang dipertukarkan menyangkut ide-ide baru. Inti dari difusi adalah pertukaran informasi dari satu individu ke individu lainnya. 3) Individu atau unit adopsi lain yang mengetahui atau berpengalaman menggunakan inovasi, 4) Individu lain atau unit lain yang belum menggunakan inovasi. 5) Saluran komunikasi yang menghubungkan kedua belah pihak. Saluran komunikasi merupakan alat di mana pesan dapat sampai dari individu ke individu lainnya. Sifat dari hubungan pertukaran informasi antar sepasang individu menentukan kondisi-kondisi di mana seorang sumber akan atau tidak

20 26 akan menyampaikan inovasi ke penerima dan yang menentukan efek dari penyampaian tersebut. Prinsip yang mendasar dalam komunikasi adalah penyampaian ide terjadi antar dua individu yang memiliki kesamaan atau homofili. Homofili diartikan sebagai tingkat dimana pasangan individu yang berinteraksi adalah sama dalam atribut-atribut tertentu seperti keyakinan, pendidikan, status dan lainnya. Komunikasi akan berjalan efektif ketika dua individu homofilus. 6) Waktu Waktu merupakan elemen terpenting dalam proses difusi. Dimensi waktu dalam proses difusi terkait dalam aspek berikut : 7) Proses keputusan inovasi dimana seseorang sejak pertama kali mengetahui inovasi sehingga menerima atau menolaknya. 8) Kemampuan penerimaan seorang individu maupun unit adopsi, yakni dalam hal kecepatan atau kelambatan relatif dalam mengadopsi suatu inovasi dibandingkan dengan anggota lain dari suatu sistem. 9) Kecepatan adopsi (rate of adoption) suatu inovasi di lingkungan suatu sistem, biasanya diukur melalui jumlah anggota sistem yang mengadopsi inovasi dalam jangka waktu tertentu. 10) Sistem sosial Sistem sosial didefinisikan sebagai seperangkat unit yang saling berhubungan dan tergabung dalam upaya bersama memecahkan masalah untuk mencapai cita-cita bersama. Anggota atau unit sistem dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi atau unit. Penting untuk dicatat bahwa difusi terjadi di lingkungan suatu sistem karena struktur sosial dari sistem berpengaruh pada difusi melalui beberapa cara. Sistem sosial membentuk batasan di lingkungan dimana satu inovasi menyebar. Ketika pertama kali suatu inovasi disodorkan atau di perkenalkan kepada masyarakat, orang pada umumnya memperhatikan hal-hal yang dapat membantu mempercepat proses penyebarannya. Dengan demikian inovasi tersebut perlu dikembangkan atau dimodifikasi agar dapat cepat diterima di masyarakat luas. Filgel dalam Muhadjir (2001) menyodorkan enam atribut untuk membuat

21 27 keputusan mengadopsi suatu inovasi atau tidak yakni, biaya memadai, manfaat besar, efisiensi tinggi, resiko kecil, dan mudah dilaksanakan (Muhadjir 2001). Tahap Penyebaran Inovasi Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang. Jika dia menerima (mengadopsi) inovasi, maka dirinya mulai menggunakan ide baru, praktek baru, atau barang baru itu dan menghentikan penggunaan ide-ide yang digantikan oleh inovasi itu. Keputusan inovasi adalah proses mental, sejak seseorang mengetahui adanya inovasi sampai mengambil keputusan untuk menerima atau menolak, dan kemudian mengukuhkannya (Rogers 2003). Privat atau publik Menolak atau menerima Mengimbangi atau menguatkan Gambar 4. Tahap penyebaran inovasi (Rogers, 2003) Adopsi inovasi dapat terjadi secara terindividu (optional), kelompok (kolektif), dan kekuasaan (otoritas). Tahapan proses adopsi inovasi secara individual sebagai berikut : 1) Tahap mengetahui atau mengenal (knowledge) yaitu ketika seseorang pertama kali mengetahui, mengenal dan sadar terhadap kehadiran suatu inovasi. 2) Tahap persuasive (peruasion) yaitu ketika seseorang membentuk sikapnya atau minat untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. 3) Tahap keputusan (decision) yaitu proses dimana seseorang membuat suatu penilaian sebagai pertimbangan untuk menerima atau menolak inovasi tadi. 4) Tahap pelaksanaan (implementation) yaitu ketika seseorang mulai melaksanakan keputusannya dengan cara mencoba dalam skala kecil guna

22 28 menetapkan lebih jauh manfaat dan kesesuaian inovasi tersebut dengan dirinya. 5) Tahap konfirmasi (confirmation) yaitu ketika seseorang mencoba meyakinkan apakah inovasi tersebut benar-benar cocok untuk dirinya. Tahapan ini ada dua kemungkinan yaitu mengadopsi inovasi atau menolak inovasi. Partisipasi Menurut Soekanto (2002), partisipasi adalah setiap proses identifikasi atau menjadi peran serta suatu proses komunikasi atau kegiatan bersama dalam situasi tertentu. Ndraha (1990) mengungkapkan bahwa partisipasi pembangunan dalam masyarakat dilakukan dengan berbagai cara : 1) Partisipasi melalui kontak dengan pihak yang lain. 2) Partisipasi dalam menerima dan memberi informasi baik dalam pengertian menerima ataupun menolak informasi tersebut. 3) Partisipasi dalam suatu rencana kegiatan. 4) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan yang sebelumnya sudah dilibatkan. 5) Partisipasi dalam menilai yaitu kesesuaian pelaksanaan terkait dengan rencana awal dan memenuhi tujuan dan peruntukannya. Singarimbun dan Effendi (2006) mengemukakan bahwa dalam mengukur partisipasi sosial seseorang adalah terlihat dari tingkat keterlibatannya dalam organisasi yang ditempatinya. Derajat keterlibatannya terlihat meningkat dari awalnya hanya sebagai anggota dan berangsur-angsur meningkat dan akhirnya menjadi pimpinan. Awal keterlibatannya hanya pada tataran sekedar menjadi anggota, menghadiri pertemuan, disiplin membayar iuran, ikut dalam kepanitiaan dan akhirnya mendapat kepercayaan dan sekaligus tuntutan tangungjawab sebagai pimpinan. Parisipasi erat hubungannya dengan kegiatan pembangunan namun tidak berarti partisipasi hanya sebatas keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan pelaksanaan pembangunan. Partisipasi menurut Cohen dan Uphoff (1977) adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan tentang apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara kerjanya, keterlibatan masyarakat dalam

23 29 pelaksanaan program dan pengambilan keputusan yang telah ditetapkan melalui sumbangan sumber daya atau bekerja sama dalam suatu organisasi, keterlibatan masyarakat menikmati manfaat dari pembangunan serta dalam evaluasi pelaksanaan program. Definisi diatas mengacu pada pengertian partisipasi sebagai keterlibatan aktif masyarakat pada empat tahap kegiatan yang dimulai dari tahap proses pengambilan keputusan tentang rencana kegiatan, tahap pelasanaan kegiatan, tahap menikmati hasil, dan tahap evaluasi pelaksanaan kegiatan. Biasanya keterlibatan aktif masyarakat dalam bentuk keterlibatan fisik, material dan sikap (Cohen & Uphoff 1977). Partisipasi dalam tahap perencanaan, pelaksanaan dan tahap pengambilan keputusan dibedakan dalam tiga kegiatan : 1) Pada saat penentuan keputusan awal mengenai proyek dengan memperhatikan keperluan dan prioritas proyek atau kegiatan apa yang akan dikerjakan. 2) Ikut serta secara terus menerus dalam setiap proses pengambilan keputusan. 3) Ikut serta dalam merumuskan keputusan mengenai rencana kerja. Partisipasi dalam tahap pelaksanaan dibedakan dalam tiga tahap kegiatan yakni: (1) Sumbangan sumberdaya yang berupa sumbangan tenaga yang ikut bekerja dalam program, sumbangan materi atau informasi, (2) terlibat dalam kegiatan administrasi dan koordinasi dan (3) ikut serta sebagai peserta dari program yang dilaksanakan. Partisipasi dalam tahap evaluasi merupakan tahap yang penting bagi para pengambil keputusan untuk memperoleh masukan mengenai pelaksanaan program. Partisipasi dalam tahap menikmati manfaat mencakup: (1) keuntungan materiil yang berupa peningkatan pendapatan dan komsumsi baik dalam bentuk jumlah maupun distribusinya yang merata, (2) keuntungan sosial antara lain meningkatnya pendidikan dan terberantasnya buta huruf, (3) keuntungan perorarangan, antara lain berupa kemantapan status sosial seseorang serta meningkatnya kekuasaan politik (Cohen & Uphoff 1977).

24 30 Dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksudkan adalah partisipasi petani di dalam pertemuan persiapan, pertemuan pelaksanaan, pengamatan pada agroekosistem, diskusi kelompok, diskusi pleno. Karakteristik Individu Lionberger dan Gwin (1982) mengungkapkan bahwa peubah-peubah yang penting dalam mengkaji masyarakat lokal diantaranya adalah peubah karakteristik individu. Dijelaskan bahwa karakteristik anggota masyarakat, kelompok pada dasarnya merupakan karakteristik individu. Karakteristik individu meliputi; umur, tingkat pendidikan, dan ciri psikologis. Anwar (1982) dalam disertasinya menyatakan bahwa karakteristik individu yang patut diperhatikan adalah : umur, pendidikan formal, luas garapan, sikap terhadap inovasi, dan tingkat pengetahuan. Kotler (1980) menyebutkan karakteristik demografi meliputi: umur, jenis kelamin, ukuran keluarga, pendidikan, agama, ras, tingkat sosial, dan kebangsaan. Penelitian Ichwanudin (1998) mengungkapkan bahwa status sosial ekonomi seperti: umur, Pendidikan formal, pendidikan non formal, dan tingkat pendapatan berhubungan erat dengan perilaku komunikasi. Soekartawi (2005), kecepatan adopsi inovasi ditentukan oleh faktor internal petani dan faktor eksternal yang terkait dengan kegiatan usaha tani, dimana teknologi tersebut digunakan. Karakteristik individu petani adalah, ciriciri atau sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang yang ditampilkan melalui pola pikir, sikap dan tindakan terhadap lingkungan hidupnya berdasarkan karakteristik internal petani sebagai adopter. Beberapa faktor internal petani sebagai karakteristik individu antara lain: umur, tingkat pendidikan keberanian mengambil resiko, pola hubungan, sikap terhadap perubahan, motivasi berkarya, aspirasi, fatalism (kepasrahan terhadap nasib), sistem kepercayaan tertentu dan karakteristik psikologi. Dari beberapa pendapat sebagaimana telah diuraikan di atas, menyangkut karakteristik individu anggota SL-PTT Padi diduga memiliki hubungan yang signifikan dengan perilaku komunikasi adalah umur, jenis kelamin, pendidikan formal, pekerjaan dan pendapatan keluarga, masa pengalaman bertani dan menjadi pengurus dalam suatu kelompok tani.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian 37 METODE PENELITIAN Desain Penelitian Penelitian ini didesain sebagai penelitian Survei deskriptif korelasional yaitu melihat pada suatu kelompok dengan aspek yang diteliti adalah hubungan antara peubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Inovasi Rogers (2003) mengartikan inovasi sebagai ide, praktik atau objek yang dirasa baru oleh individu atau unit adopsi lain. Sifat dalam inovasi tidak hanya pengetahuan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kerangka Pemikiran 31 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi merupakan salah satu program pemerintah (dalam hal ini Kementrian Pertanian) untuk meningkatkan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DI DALAM SEKOLAH LAPANG PADI (Kasus di Kelurahan Cikarawang, Kecamatan Bogor Barat.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DI DALAM SEKOLAH LAPANG PADI (Kasus di Kelurahan Cikarawang, Kecamatan Bogor Barat. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DI DALAM SEKOLAH LAPANG PADI (Kasus di Kelurahan Cikarawang, Kecamatan Bogor Barat. Kota Bogor) NURHAYATI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan pertanian memiliki tantangan dalam ketersediaan sumberdaya lahan. Di samping itu, tingkat alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian (perumahan, perkantoran,

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran 283 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kumpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian merupakan faktor penunjang ekonomi nasional. Program-program pembangunan yang dijalankan pada masa lalu bersifat linier dan cenderung bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian mempunyai peranan strategis dalam pengembangan kualitas sumber daya manusia (petani) sebagai pelaku utama usahatani. Hal ini ditegaskan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN Bagian ini menyajikan uraian kesimpulan dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan yang disajikan merupakan hasil kajian terhadap permasalahan penelitian, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang maknanya adalah sama. Apabila dua orang sedang berkomunikasi berarti mereka

Lebih terperinci

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Pembangunan pertanian di Indonesia telah mengalami perubahan yang pesat. Berbagai terobosan yang inovatif di bidang pertanian telah dilakukan sebagai upaya untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD Pertimbangan

BAB I PENDAHULUAN. asasi manusia, sebagaimana tersebut dalam pasal 27 UUD Pertimbangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia, sebagaimana

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis

TINJAUAN PUSTAKA. Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis TINJAUAN PUSTAKA Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan (food security) telah menjadi isu global selama dua dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan disebutkan

Lebih terperinci

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri

DIFUSI INOVASI. Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri DIFUSI INOVASI M ETODE PENGEMBANGAN PARTISIPATIF Agustina Bidarti Fakultas Pertanian Unsri Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Adopsi 1. Sifat inovasi (keuntungan relatif, kompabilitas, kompleksitas, triabilitas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak TINJAUAN PUSTAKA Perilaku Komunikasi Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan dari satu pihak (individu maupun kelompok) kepada pihak (individu atau kelompok) lainnya. komunikasi merupakan penyampaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Mengenai Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Secara estimologis istilah komunikasi berasal dari bahasa Latin yakni Communicare. Artinya berbicara, menyampaikan pesan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas Komunikasi

TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas Komunikasi Efektivitas Komunikasi TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menghadapi era persaingan baik secara nasional maupun internasional yang semakin ketat, pihak pesaing akan selalu berusaha dengan sekuat tenaga untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 27 PENDAHULUAN Latar Belakang Paradigma baru pembangunan Indonesia lebih diorientasikan pada sektor pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kapasitas lokal. Salah satu fokus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang

BAB I PENDAHULUAN. Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi komunikasi dan pembangunan ibarat dua sisi mata uang yang saling mendukung dan tidak bisa dipisahkan. Secara konseptual, komunikasi dan pembangunan memandang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Media Maket Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan di Indonesia telah sejak lama mengedepankan peningkatan sektor pertanian. Demikian pula visi pembangunan pertanian tahun 2005 2009 didasarkan pada tujuan pembangunan

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 59 BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA 8.1 Pengambilan Keputusan Inovasi Prima Tani oleh Petani Pengambilan keputusan inovasi Prima

Lebih terperinci

KEJELASAN KOMUNIKASI BERDASARKAN UNSUR KOMUNIKASI

KEJELASAN KOMUNIKASI BERDASARKAN UNSUR KOMUNIKASI Dewi Ma rufah H 0106006 KEJELASAN KOMUNIKASI BERDASARKAN UNSUR KOMUNIKASI Komunikasi merupakan aspek yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Komunikasi yang baik tentunya akan menciptakan hubungan

Lebih terperinci

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU

BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU BAB VII PELAKSA AA MODEL PEMBERDAYAA PETA I SEKOLAH LAPA GA PE GELOLAA TA AMA TERPADU Kegiatan SL-PTT di Gapoktan Sawargi telah berlangsung selama empat kali. SL-PTT yang dilaksanakan adalah SL-PTT padi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman padi merupakan salah satu komoditas tanaman pangan yang penting dalam rangka ketahanan pangan penduduk Indonesia. Permintaan akan beras meningkat pesat seiring dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses

BAB I PENDAHULUAN. Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Radio merupakan salah satu media informasi sebagai unsur dari proses komunikasi, dalam hal ini sebagai media massa. Radio mempunyai sifat khas yang menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Konsep Difusi Inovasi Sejumlah konsep dan teori mengenai difusi inovasi yang dirujuk dari Rogers dan Shoemaker (1971) dan Rogers (1995) yang dikemukakan dalam subbab ini

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 35 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan yang berisi informasi dari satu pihak kepada pihak lainnya. Saat proses tersebut berlangsung, sumber

Lebih terperinci

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga

BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga BAB V POLA KOMUNIKASI ANTARA FORUM JURNALIS SALATIGA DENGAN PEMERINTAH KOTA SALATIGA 5. 1. Pola Komunikasi FJS dan Pemerintah Kota Salatiga Kebebasan Pers secara subtansif tidak saja dijadikan indikator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Roda pemerintahan terus bergulir dan silih berganti. Kebijakan baru dan perubahan sistem kerap muncul sebagai bentuk reformasi dari sistem sebelumnya. Dampak

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication

BAB II STUDI PUSTAKA. oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : ) berjudul Quality of Communication BAB II STUDI PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian pertama yang dijadikan bahan acuan adalah tulisan yang disusun oleh Gunter K. Stahl, L. A. (2010 : 469-487) berjudul Quality of Communication Experience:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Konferensi Bali dan berbagai organisasi dunia, baik lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga pemerintah, sudah mengakui dampak perubahan iklim terhadap berbagai sektor, khususnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hubungan Masyarakat (Humas) Menurut Rumantir (2002:7) Public Relation (PR) adalah interaksi dan menciptakan opini public sebagai input yang menguntungkan untuk kedua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun

adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kelompok maupun suatu kelompok dengan kelompok lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk sosial, dimana satu sama lain saling menumbuhkan yang didalamnya akan terbentuk dan terjalin suatu interaksi atau hubungan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan selalu membutuhkan komunikasi. Pace & Faules dalam bukunya

BAB I PENDAHULUAN. akan selalu membutuhkan komunikasi. Pace & Faules dalam bukunya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berbagai aspek kehidupan sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan komunikasi. Pace & Faules dalam bukunya Komunikasi Organisasi: Strategi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sumber penghidupan jutaan rakyat Indonesia sebagai mata pencaharian pokok, sumber pendapatan, penyedia bahan makanan, penyedia bahan baku industri,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu menemukan masalah-masalah. Namun, berbagai masalah dalam. dalam satu konsep keilmuan human behavior, semua perilaku manusia

BAB I PENDAHULUAN. selalu menemukan masalah-masalah. Namun, berbagai masalah dalam. dalam satu konsep keilmuan human behavior, semua perilaku manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia, sebagai mahluk sosial yang selalu mencoba berinteraksi, akan selalu menemukan masalah-masalah. Namun, berbagai masalah dalam berinteraksi, baik antar individu

Lebih terperinci

I. PENGANTAR. Presiden Joko Widodo, yaitu 'meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing

I. PENGANTAR. Presiden Joko Widodo, yaitu 'meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing I. PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Bermula dari salah satu program 'Nawacita' yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo, yaitu 'meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional'.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas

BAB IV ANALISA DATA. 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota. Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas BAB IV ANALISA DATA A. Temuan Penelitian 1. Komunikasi Organisasi Top Down Antara Pengurus Dan Anggota Karang Taruna Setya Bhakti Dalam Membangun Solidaritas Dalam penelitian kualitatif, analisis data

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia di kehidupannya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN. Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap organisasi atau perusahaan baik skala kecil maupun besar terbentuk dan berkembang secara signifikansi disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU Malina Rohmaya, SP* Dewasa ini pertanian menjadi perhatian penting semua pihak karena pertanian memiliki peranan yang sangat besar dalam menunjang keberlangsungan kehidupan

Lebih terperinci

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom

Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01. Rahmawati Z, M.I.Kom Pengertian psikologi dan psikologi komunikasi_01 Rahmawati Z, M.I.Kom kontrak perkuliahan TUGAS : 40 % MID : 30 % UAS : 30 % KEAKTIFAN : BONUS NILAI TAMBAHAN TUGAS DIKUMPULKAN ON TIME darumzulfie@gmail.com

Lebih terperinci

Proses dan efek Media

Proses dan efek Media Proses dan efek Media McQuail Buku.2 bab.17 Kita di pengaruhi oleh media, tetapi mekanismenya seperti apa masih belum jelas. Penduduk empat musim berpakaian berdasarkan ramalan cuaca, membeli sesuatu berdasarkan

Lebih terperinci

Tujuan dan Akibat Komunikasi. Dra. Dwi Pangastuti Marhaeni, M.Si

Tujuan dan Akibat Komunikasi. Dra. Dwi Pangastuti Marhaeni, M.Si Tujuan dan Akibat Komunikasi Dra. Dwi Pangastuti Marhaeni, M.Si Tujuan Komunikasi Tujuan Komunikasi dari Sudut kepentingan sumber Tukjuan Komunkasi dari sudut kepentingan penerima 1. memberikan informasi

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan,

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Usahatani Padi Sistem Jajar Legowo Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari bagaimana mengusahakan dan mengkoodinir faktor produksi seperti lahan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 59 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian 1. Proses Komunikasi Efektif Pada proses komunikasi yang ada dilapangan bisa diketahui bahwasannya komunikasi antar pemerintah desa dan masyarakat desa melalui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani yang bertempat tinggal di pedesaan. Sektor pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diena San Fauzia, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diena San Fauzia, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan salah satu modal utama dalam kehidupan. Oleh karena itulah, bahasa menjadi salah satu pelajaran yang wajib dipelajari di setiap jenjang

Lebih terperinci

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study?

Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? Bab 4 Bagaimana Melaksanakan Lesson Study? A. Siapa yang Melakukan Lesson Study? Lesson study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian adalah bagian dari pembangunan ekonomi yang berupaya dalam mempertahankan peran dan kontribusi yang besar dari sektor pertanian terhadap pembangunan

Lebih terperinci

Praktikum Perilaku Konsumen

Praktikum Perilaku Konsumen Modul ke: Praktikum Perilaku Konsumen Difusi dan Inovasi Konsumen Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ade Permata Surya, S.Gz., MM. Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id Definisi Inovasi dan Difusi Inovasi

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Modul ke: 9 Modul Perkuliahan VII Komunikasi Massa Model Dampak / Pengaruh Komunikasi Massa Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Menurut Effendy (2009: 5), komunikasi adalah aktivitas makhluk sosial. Dalam praktik komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberi dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai peristiwa dalam kehidupan kita sehari-hari banyak dipengaruhi dan dibentuk oleh komunikasi. Apa yang kita ketahui, maknai, pahami, bahkan yang kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi saat ini perkembangan terjadi begitu cepat dalam berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Peran Menurut Abdulsyani (1994) peran atau peranan adalah apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Peran merupakan suatu

Lebih terperinci

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT

POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT POLICY BRIEF MENDUKUNG GERAKAN PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (GP-PTT) MELALUI TINJAUAN KRITIS SL-PTT Ir. Mewa Ariani, MS Pendahuluan 1. Upaya pencapaian swasembada pangan sudah menjadi salah satu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan

PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan PENDAHULUAN Latar Belakang Beras sangat penting dalam memelihara stabilitas ekonomi, politik dan keamanan nasional, karena beras merupakan bahan pangan pokok utama sebagian besar masyarakat di Indonesia.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Metode Pembelajaran Terprogram 1.1 Pengertian Metode Pembelajaran Menurut Darwyn Syah (2007:133), bahwa metode pembelajaran merupakan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode. No.489, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 52/Permentan/OT.140/12/2009 TENTANG METODE PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN

Lebih terperinci

TEMANGGUNG (25/11/2015)

TEMANGGUNG (25/11/2015) 2015/11/25 13:42 WIB - Kategori : Artikel Penyuluhan PENYEBARLUASAN INOVASI TEKNOLOGI KELAUTAN DAN PERIKANAN MELALUI METODE DEMONSTRASI CARA/HASIL TEMANGGUNG (25/11/2015) www.pusluh.kkp.go.id Salah satu

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Landasan Teori Landasan teori merupakan dasar-dasar teori dari berbagai penjelasan para ahli yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan pengkajian terhadap fenomena ataupun

Lebih terperinci

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kemampuan keterampilan dan sikap. Seseorang dapat belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman

Lebih terperinci

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK

Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah Ratnaningsih 1. ABSTRAK PERSEPSI PETANI TENTANG DETERMINAN SELEKSI SALURAN KOMUNIKASI DALAM PENERIMAAN INFORMASI USAHATANI PADI (KASUS PETANI KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN) Pepi Rospina Pertiwi, Rinda Noviyanti, Dewi Juliah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Komunikasi Dalam bukunya, Effendy (2007) mengutip perkataan Lasswell bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjelaskan pertanyaan : who says what in

Lebih terperinci

Pengertian Komunikasi

Pengertian Komunikasi Pengertian Komunikasi Komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang berarti sama atau menjadi milik bersama. Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar 1. Defenisi Belajar pada hakikatnya adalah penyempurnaan potensi atau kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia dengan dunia

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian

BAB II KERANGKA TEORI. Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian BAB II KERANGKA TEORI Teori adalah konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Sugiyono, 2006:55). Dalam pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. simbol serta memaknai simbol-simbol yang digunakannya. Namun lambang

BAB I PENDAHULUAN. simbol serta memaknai simbol-simbol yang digunakannya. Namun lambang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komunikasi merupakan sebuah proses interaksi pertukaran lambang. Lambang juga disebut tanda, kode, atau simbol. Manusia selalu menggunakan simbol serta memaknai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. hidup, sebab organisasi adalah himpunan manusia untuk dapat memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Organisasi pada dasarnya merupakan wadah atau sarana untuk bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan bersama yang telah ditetapkan sebelumnya. Setiap organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi pada umumnya berusia antara 18-24 tahun. Mahasiswa merupakan masa memasuki

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi. komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi. komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga TINJAUAN PUSTAKA Komunikasi Dalam proses kehidupan sejak lahir manusia perlu komunikasi. Karena itu, komunikasi menjadi kebutuhan dasar dalam hidupnya. Bagaimanapun juga manusia tidak bisa melepaskan dirinya

Lebih terperinci

Modul ke: PENDIDIKAN ETIK. Komunikasi Efektif. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen

Modul ke: PENDIDIKAN ETIK. Komunikasi Efektif. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Modul ke: PENDIDIKAN ETIK Komunikasi Efektif Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Ikhwan Aulia Fatahillah, SH., MH. Program Studi Manajemen Bagian Isi Pendahuluan Menjadi Pendengar Yang Baik Kekuatan Kata-kata

Lebih terperinci

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki

Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT. Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta. Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki Struktur Pertukaran Sosial Antara Atasan dan Bawahan di PT Sirkulasi Kompas Gramedia Yogyakarta Edwin Djaja / Ninik Sri Rejeki PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972)

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory Bateson, 1972) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari sebuah proses yang dinamakan komunikasi. Setiap individu lainnya untuk berbagi pendapat, persepsi, dan bertukar pikiran. (Gregory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari hari, maupun dalam kehidupan suatu perusahaan/organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari hari, maupun dalam kehidupan suatu perusahaan/organisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan, baik dalam kehidupan sehari hari, maupun dalam kehidupan suatu perusahaan/organisasi. Komunikasi sangat

Lebih terperinci

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis

BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis BAB V Perilaku Konsumen pada Pasar Konsumsi dan Pasar Bisnis PASAR KONSUMEN DAN TINGKAH LAKU KONSUMEN DALAM MEMBELI Pasar konsumen: Semua individu dan rumah tangga yang membeli atau memperoleh barang dan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang

BAB II URAIAN TEORITIS. Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Teknologi Pendidikan Pada tahun 1960-an teknologi pendidikan menjadi salah satu kajian yang banyak mendapat perhatian di lingkungan ahli pendidikan. Pada awalnya, teknologi

Lebih terperinci