OPTIMASI PEMILIHAN PRODUK OPERATOR GSM DAN CDMA MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DONA WIRAWAN G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI PEMILIHAN PRODUK OPERATOR GSM DAN CDMA MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DONA WIRAWAN G"

Transkripsi

1 OPTIMASI PEMILIHAN PRODUK OPERATOR GSM DAN CDMA MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DONA WIRAWAN G DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 OPTIMASI PEMILIHAN PRODUK OPERATOR GSM DAN CDMA MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh : DONA WIRAWAN G DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

3 ABSTRAK DONA WIRAWAN. Optimasi Pemilihan Produk Operator GSM dan CDMA Menggunakan Backpropagation Neural Network. Dibimbing oleh IRMAN HERMADI dan HERU SUKOCO. Di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, telepon selular telah berkembang menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak terpisahkan. Telepon selular kini tidak lagi merupakan pelengkap atau komplementer dari jaringan telepon tetap, tetapi telah menjadi substitusi dari jaringan telepon tetap. Masyarakat akan semakin dibingungkan dengan banyaknya produk operator dan fitur-fitur yang ditawarkan sebagai alternatif pilihan untuk telepon selularnya Pada penelitian ini, dikembangakan suatu model Backpropagation Neural Network untuk optimasi pemilihan layanan produk operator. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diambil dengan dua cara yaitu data sekunder (data operator) dan data primer (data kuisioner pengguna produk operator). Jaringan yang dibangun dibedakan menjadi dua sisi yang berbeda, sisi operator dan sisi pengguna. Hasil penelitian ini berupa tingkat akurasi kebenaran pemilihan dari data yang diujikan dan pola masyarakat yang dihasilkan. Model terbaik yang dikembangkan menghasilkan nilai akurasi rata-rata sebesar % untuk penebakan pola dari sisi pengguna sedangkan untuk tren masyarakat belum mampu memilih produk operator yang optimal bagi dirinya yaitu sebesar 0%. Tren masyarakat yang optimal sesuai dengan kebutuhannya mempunyai kecenderungan ke produk operator CDMA. Kata kunci: Mobile Market, Neural Network Backpropagation, Optimasi produk operator

4 Judul : Optimasi Pemilihan Produk Operator GSM dan CDMA Menggunakan Backpropagation Neural Network Nama : Dona Wirawan NRP : G Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Irman Hermadi, S.Kom, MS Heru Sukoco, S.Si, M.T. NIP NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS NIP Tanggal Lulus:

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rembang tanggal 12 Juni 1985, sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Soe eb (alm) dan Winarti. Pada tahun 1997 lulus dari SD Negeri Kutoharjo 2 Rembang, lalu pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan di SLTP NEGERI 2 Rembang. Pada tahun 2000 lulus dan melanjutkan sekolah di SMU Negeri 2 Rembang hingga tahun Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa S1 Departemen Ilmu Komputer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Pada tahun 2006, penulis melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan di PT Danapati Abinaya Investama (JAK-TV).

6 PRAKATA Alhamdulillahi Rabbil alamin, puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-nya sehingga tugas akhir ini dengan judul Optimasi Pemilihan Produk Layanan Operator GSM dan CDMA Menggunakan Backpropagation Neural Network, dapat diselesaikan. Dalam menyelesaikan karya tulis ini penulis mendapatkan banyak sekali bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran penelitian ini, antara lain kepada: 1 Orangtuaku tercinta, Bapak Soe eb (alm) atas suri tauladan dan kasih sayangnya yang tidak tergantikan dan Ibunda Winarti atas segala do a, ketabahan, ketegaran, kerja keras dan kasih sayangnya yang tidak bisa dinilai dengan apapun. 2 Adik-adikku tersayang Ditra dan Dian yang selalu memberikan motivasi dalam penyelesaian karya tulis ini. 3 Bapak Irman Hermadi S.Kom, MS selaku pembimbing pertama atas bimbingan dan arahannya selama penyusunan karya tulis ini. 4 Bapak Heru Sukoco, S.Si, M.T. selaku pembimbing kedua atas bimbingan dan arahannya selama penyusunan karya tulis ini. 5 Bapak Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom selaku moderator dan penguji pada presentasi penelitian ini. 6 Lia atas bantuan dan dorongannya. 7 M.Nono Suhartono, M Pandi, Agung PIS, Ghoffar dan Mulyadi yang sudah memberikan banyak sekali kenangan selama tinggal bersama. 8 Yayan atas pinjaman notebook-nya, 9 Bayu, Ardiansyah selama konsultasi bersama. 10 Dhany, Gemma, Ryan, Inang, Nacha, Nugie, Nurhadi, Olan, Risha, Yogi dan Iqbal yang sudah memberikan banyak sekali kenangan dalam pertemanan. 11 Seluruh teman-teman Ilkom 40 yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu. 12 Responden yang telah menyumbangkan datanya dalam penelitian ini Kepada semua pihak lainnya yang telah memberikan kontribusi yang besar selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, Penulis ucapkan terima kasih banyak. Semoga penelitian ini dapat memberi manfaat. Bogor, Mei 2007 Dona Wirawan

7 v DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...vi DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR LAMPIRAN...vi PENDAHULUAN...1 Latar Belakang...1 Tujuan...1 Ruang Lingkup...1 Manfaat...1 TINJAUAN PUSTAKA...1 GSM...1 CDMA...2 PSTN...2 Coverage Area...2 Variabel Eksternal dan Fitur Khusus...2 Layanan dalam sistem telekomunikasi mobile...2 Voice Communication/Voice Calling...2 SMS...2 MMS...3 GPRS...3 3G...3 Mobile Networking...3 Neural Network (Neural Network)...4 Multi Layer Perceptron (MLP)...4 Backpropagation Neural Network...4 METODOLOGI...5 Kerangka Penelitian...5 Tahap pengambilan data...5 Tahap pembangunan model Neural Network...6 Tahap pengujian...6 Arsitektur Neural Network...7 Lingkungan Pengembangan...8 HASIL DAN PEMBAHASAN...8 Pengambilan Kuisioner...8 Penyebaran Kuisioner...8 Validasi Kuisioner...8 Representasi Quisioner...9 Percobaan I (dari sisi operator)...9 Neuron Lapis Tersembunyi...9 Toleransi Galat dan Laju Pembelajaran...9 Tren Pemilihan Produk Operator di Masa Yang Akan Datang...10 Percobaan II (dari sisi pengguna produk operator)...11 Penentuan Treshold...11 Neuron Lapis Tersembunyi...12 Toleransi Galat dan Laju Pembelajaran...12 KESIMPULAN DAN SARAN...14 Kesimpulan...14 Saran...14 DAFTAR PUSTAKA...14 LAMPIRAN...15

8 vi DAFTAR TABEL Halaman 1 Teknologi Selular 1G ke 4G (Stordahl 2004) Arsitektur Neural Network Sisi Operator Definisi Target Sisi Operator Arsitektur Neural Network Sisi Pengguna Definisi Target Sisi Pengguna Perlakuan pada proses checking Optimasi 45 Responden Perlakuan pada proses testing...12 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Komponen layanan telepon dalam sistem komunikasi mobile Layanan mobile sekarang ini meliputi aplikasi SAT, layanan berbasis SMS, layanan WAP dan aplikasi J2ME Konsep kerja Neural Network Arsitektur Neural Network Propagasi Balik Grafik Fungsi log-sigmoid Pembagian data Proses pengenalan produk operator Validasi Kuisioner Grafik tren hasil Mentari Grafik tren hasil Im Grafik tren hasil Simpati Grafik perbandingan banyaknya neuron lapis tersembunyi terhadap rata-rata akurasi Grafik perbandingan toleransi galat terhadap epoh Grafik perbandingan toleransi galat terhadap waktu pelatihan (satuan detik) Grafik perbandingan toleransi galat terhadap rata-rata akurasi Grafik perbandingan laju pembelajaran terhadap epoh Grafik perbandingan laju pembelajaran terhadap waktu pelatihan (satuan detik) Grafik perbandingan laju pembelajaran terhadap akurasi...14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Fitur dari operator untuk Neural Network Proses Checking dari Sisi Operator Hasil pengujian dari sisi pengguna Kuisioner...22

9 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, telepon selular telah berkembang menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak terpisahkan. Saat ini, komunikasi dua arah melalui telepon selular telah menjadi kebutuhan masyarakat. Bisnis selular mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak munculnya teknologi GSM (Global System for Mobile communication) yang mengembangkan kartu pra bayar (prepaid) dan pasca bayar (postpaid) dalam bisnis jaringan telepon selular. Dalam waktu kurang dari 5 tahun, jumlah satuan sambungan selular telah mencapai angka 6,2 juta SST (Satuan Sambungan Telepon) pada 2001, mendekati populasi satuan sambungan telepon tetap yang tercatat hanya 7 juta SST pada periode yang sama. Pada pertengahan tahun 2003 jumlah pelanggan selular telah melambung ke angka 14,3 juta pelanggan, jauh melampaui populasi pelanggan telepon tetap yang cenderung (Miranti 2003). Ada beberapa alasan pesatnya perkembangan bisnis selular. Pertama, value creation dari sisi content dan fasilitas mengaksesnya, menyebabkan bisnis ini relatif lebih menarik dibanding bisnis telepon tetap. Kedua, selain merupakan kebutuhan, selular kini juga telah berkembang sebagai kebutuhan dan gaya hidup. Ketiga, telepon selular kini tidak lagi merupakan pelengkap atau komplementer dari jaringan telepon tetap, tetapi telah menjadi substitusi dari jaringan telepon tetap. Dengan demikian, kelambanan jaringan telepon tetap (PT. Telkom) dalam merespon kebutuhan pelanggannya segera diisi oleh jaringan selular. Masyarakat akan semakin dibingungkan dengan banyaknya produk operator dan fiturfitur yang ditawarkan sebagai alternatif pilihan untuk telepon selularnya. Faktor-faktor kebutuhan dari masyarakat dan fitur-fitur yang ditawarkan oleh operator menjadi pertimbangan pemilihan operator masyarakat saat ini. Tujuan Tujuan penelitian ini adalah menganalisis perilaku pengguna telepon selular (pemakai jasa operator GSM dan/atau CDMA) dan ketepatannya dalam memilih produk operator. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada: 1. Pembahasan difokuskan pada operator GSM dan CDMA yang datanya diambil terakhir kali pada tanggal 1 Februari Pembagian data untuk voice calling dibagi menjadi empat selang waktu yaitu a. off peak 1 ( ) b. off peak 2 ( ) c. peak ( ) d. off peak 3 ( ) e. off peak 4 ( ) 3. Data voice calling untuk SLLJ (SLJJ1, SLJJ2, dan SLJJ3) intra-operator dan interoperator adalah sama. 4. Data coverage area diambil secara general. 5. Tidak memperhatikan variabel eksternal dan fitur khusus yang ditawarkan produk operator dalam pengenalan pola pengguna produk operator. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa sistem yang dapat menghasilkan solusi pemilihan operator yang optimal bagi masyarakat dari sisi (baca:sudut pandang) operator. Sistem juga dapat menghasilkan pemilihan produk operator berdasarkan pola masyarakat yang ada. GSM TINJAUAN PUSTAKA GSM adalah standar telepon selular paling populer di dunia. Di Indonesia, liberalisasi bisnis selular dimulai sejak tahun 1995, saat pemerintah mulai membuka kesempatan kepada swasta untuk berbisnis telepon selular dengan cara kompetisi penuh. Bisa diperhatikan, bagaimana ketika teknologi datang dan menggantikan teknologi selular generasi pertama yang sudah masuk sebelumnya ke Indonesia seperti NMT (Nordic Mobile Telephone) dan AMPS (Advance Mobile Phone System). Teknologi GSM yang banyak digunakan di Indonesia saat ini adalah GSM 900 dan GSM/DCS (Digital Cellular Service) GSM 900 memiliki coverage area yang relative luas dibanding GSM Sebuah BTS (Base Transceiver Station) GSM 900 dapat menjangkau radius hingga 5 km, sementara BTS GSM 1800 hanya mampu menjangkau area sekitar 1 km (Miranti 2003).

10 2 CDMA CDMA telah banyak digunakan untuk sistem komunikasi, meliputi GPS (Global Positioning System) dan dalam sistem satelit OmniTRACS untuk transportasi logistik. CDMA menawarkan teknologi yang lebih baik dari teknologi GSM yaitu dengan adanya teknologi teknologi spread-spectrum untuk mengedarkan sinyal informasi yang melalui bandwith yang lebar (1,25 MHz). Teknologi CDMA lebih murah karena berbasis pada teknologi Wireless Local-Code Division Multiple Access (WLL-CDMA) (Miranti 2003). PSTN PSTN (Public Switched Telephone Network) adalah jaringan dunia telepon publik (telepon rumah), sama halnya dengan internet yang merupakan jaringan switched paket dunia bebasis IP. PSTN merupakan sistem jaringan telepon analog, tetapi sekarang ini mulai terbangun secara dijital (Hamdi 1998). Coverage Area Wilayah yang luas merupakan suatu keunggulan dari suatu operator tertentu. Coverage Area adalah ruang atau daerah yang dapat dijangkau oleh sinyal dan layanan suatu operator. Saat ini operator dengan teknologi GSM menpunyai coverage area lebih luas di wilayah Indonesia ini. Variabel Eksternal dan Fitur Khusus Variabel eksternal adalah variabel yang mempengaruhi pengguna produk operator di luar kebutuhan komunikasinya. Variabel eksternal dapat meliputi: iklan, keluarga dan lingkungan. Fitur khusus merupakan fitur yang ditawarkan operator di luar tarif normal yang diberlakukan mereka. Fitur khusus dapat meliputi SMS gratis untuk pemakaian tertentu, komunikasi suara dengan tarif murah pada selang waktu tertentu atau bonus untuk pengisian pulsa. Layanan dalam sistem telekomunikasi mobile Voice Communication/Voice Calling Sistem telekomunikasi mobile, bertujuan untuk menyajikan komunikasi yang mobile antar individu yang saling berjauhan (dipisahkan oleh jarak). Pengembangan GSM pada mulanya hanya menyajikan voice communication atau telepon, kemudian diikuti call forwarding, barring dan voice mail. Komponen komunikasinya direpresentasikan baik oleh mobile phone atau yang disebut Mobile Station (MS) dan mobile network. Gambar 1 Komponen layanan telepon dalam sistem komunikasi mobile. Off peak: Bagian waktu dari hari yang ditentapkan oleh operator ketika pengguna dapat membayar biaya airtime. Off-peak biasanya diletakkan pada waktu pagi hari dan akhir pekan Air time: waktu aktual yang dihabiskan untuk kegiatan percakapan dengan menggunakan telepon selular percakapan lebih kecil (berkurang) dari tarif normalnya. Peak: Bagian waktu dari hari yang ditentukan oleh operator ketika pengguna dikenakan pembayaran penuh (tarif normal) untuk layanan percakapan. Roaming: Aturan yang ditetapkan oleh operator untuk menerima atau melakukan panggilan dari atau ke luar daerah asal (home calling area). Out of Area Calls/SLJJ (Sambungan Langsung Jarak Jauh): Pemanggilan dari area asal yang didefinisikan oleh layanan operator. Pengguna dapat melakukan atau menerima panggilan di luar batas dari area asal dengan dikenakan biaya panggilan jarak jauh dan atau biaya roaming (South Dakota Public utilities Commision, 2003). SMS SMS (Short Message Service) adalah layanan yang memberikan fasilitas pengiriman pesan yang berbentuk teks antar telepon mobile. SMS menolong orang tetap berkomunikasi meskipun saluran jaringan penuh. Sering digunakan di masyarakat ketika komunikasi suara tidak memungkinkan (Mcdaniel 2006).

11 3 MMS Jaringan dengan kemampuan bandwith yang tinggi untuk pengiriman paket data (GPRS atau 2,5 G) dan tersedianya fitur-fitur handset yang rumit dan interaktif mendorong perkembangan mobile messaging ke level selanjutnya, ke arah level multimedia. MMS (Multimedia Messaging Service) dapat menampung informasi seperti plain text dan HTML, beberapa format file audio seperti mp3 dan standar audio lainnya (wav), dan gambar dengan format Graphics Interchange Format (GIF), Joint Photographic Experts Group (JPEG), dan lainnya. MMS menawarkan kesempatan memperoleh pendapatan yang besar kepada operator, manufaktur, application developers, content providers dan investor (Trickey 2003). GPRS GPRS menyajikan layanan internet kepada pelanggannya seperti browsing, download, dan chatting melalui terminal handset yang dimilikinya. WAP (Wireless Application Protocol) banyak digunakan untuk mengakses ke WWW (World Wide Web) melalui layanan GPRS. 3G Layanan yang berhubungan dengan 3G (Third-Generation Technology) menyuguhkan kemampuan untuk melakukan transfer secara simultan baik voice data (panggilan telepon) dan non voice data (seperti download informasi, pertukaran dan instant messaging). Layanan panggilan streaming video yang paling banyak diunggulkan dari teknologi ini pada saat ini. Gambar 2 Layanan mobile sekarang ini meliputi aplikasi SAT, layanan berbasis SMS, layanan WAP dan aplikasi J2ME. Mobile Networking Mobile Networking mengacu kepada teknologi yang mendukung suara dan data atau jaringan konektivitas data menggunakan wireless, melalui solusi transmisi radio. Aplikasi yang paling familiar dari mobile networking adalah telepon selular (The United Kingdom s education & research network, 2006). Tabel 1 Teknologi Selular 1G ke 4G (Stordahl 2004) Label Teknologi Deskripsi 1G NMT Berbasis transmisi analog Kualitas suara yang jelek Menggunakan transmisi yang tidak aman dan tidak terenkripsi 2G GSM Berbasis transmisi dijital Menggunakan SIM(Subscriber Identify Module) untuk autentikasi pengguna (identifikasi dan pembayaran) Memperkenalkan global roaming dan SMS Kecepatan transfer data sebesar 14.4 kb/s per slot 2.5G GPRS Diimplementasikan di atas jaringan GSM Memperkenalkan WAP Kecepatan transfer data sebesar 171 kb/s (secara teori) 2.75G EDGE Peralihan antara GPRS ke UMTS Kecepatan transfer data sebesar 384 kb/s 3G WCDMA, UMTS Memperkenalkan layanan multimedia (video streaming, mobile TV, high speed data acces) Kecepatan transfer data sebesar 2 Mb/s 4G MobileIP Masih dalam tahap

12 4 Label Teknologi Deskripsi pengembangan Konektivitas ke jaringan global IPv6 untuk mendukung IP address untuk setiap telepon selular Kecepatan transfer data sebesar 2 Mbit/s 100 Mbit/s Neural Network Neural Network merupakan gabungan dari elemen-elemen sederhana yang bekerja secara paralel (Mathwork, 1991). Metode komputasional dari Neural Network diinspirasikan oleh cara kerja sel-sel otak manusia dimana untuk berpikir, otak manusia mendapat rangsangan dari neuron-neuron yang terdapat pada indera manusia, kemudian hasil rangsangan tersebut diolah sehingga menghasilkan suatu informasi. Pada komputer, masukan yang diberikan diumpamakan sebagai neuron-neuron dimana masukan tersebut dikalikan dengan suatu nilai dan kemudian diolah dengan fungsi tertentu untuk menghasilkan suatu keluaran. Pada saat pelatihan, pemasukan tersebut dilakukan berulang-ulang hingga dicapai keluaran seperti yang diinginkan. Setelah proses pelatihan, diharapkan komputer dapat mengenali suatu masukan baru berdasarkan data yang telah diberikan pada saat pelatihan. Neural Network adalah sebuah sistem pemrosesan informasi yang memiliki kemiripan karakeristik dan kinerja dengan jaringan syaraf biologis pada makhluk hidup. Menurut Fausett (Fausett, 1994), karakteristik dari sebuah Neural Network ditentukan oleh: (1) pola koneksi antar neuron (disebut juga arsitekturnya), (2) metode penentuan bobot pada setiap koneksinya (disebut juga training atau latihan) dan (3) fungsi aktivasi yang digunakannya. Konsep kerja Neural Network dapat dilihat pada Gambar 3. Multi Layer Perceptron (MLP) Suatu network dapat mempunyai beberapa layer. Setiap layer mempunyai suatu pembobot matriks W, suatu bias vektor b, dan suatu output vektor a. Jaringan dengan banyak layer menggunakan suatu variasi teknik pembelajaran, yang paling populer adalah backpropagation atau propagasi balik. Disini nilai output dibandingkan dengan jawaban yang benar untuk menghitung nilai dari beberapa error function yang telah didefinisikan sebelumnya. Backpropagation Neural Network Neural Network Propagasi Balik standar merupakan salah satu Neural Network yang memiliki arsitektur lapis jamak (multilayer) dengan satu lapis masukan (input layer), satu atau lebih lapis tersembunyi (hidden layer) dan satu lapis keluaran (output layer). Lapis masukan berfungsi untuk meneruskan input dan tidak melakukan komputasi, sedangkan lapis tersembunyi dan lapis keluaran melakukan komputasi. Arsitektur Backpropagation Neural Network dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Arsitektur Backpropagation Neural Network. Langkah pertama yang dilakukan Neural Network Propagasi balik adalah inisialisasi bobot dan bias untuk Neural Network. Salah satu metode inisialisasi bobot pada Neural Network propagasi balik adalah inisialisasi Nguyen-Widrow yang didefinisikan sebagai berikut : β = 0.7 n p dengan n = jumlah neuron input p = jumlah neuron hidden β = faktor pengali dan inisialisasi bobotnya adalah : βvij ( old) vij ( new) = v ( old) j Gambar 3 Konsep kerja Neural Network.

13 5 dengan v ij (old) adalah nilai acak antara -0.5 dan 0.5 sedangkan bias ditentukan secara acak antara -β dan β. Setelah bobot diinisialisasi, proses pelatihan dimulai pada tahap perambatan maju. Masing-masing neuron input (X i ) menerima sinyal input dan menyebarkannya ke tiap neuron hidden (Z 1...Z p ). Masing-masing neuron hidden menghitung aktivasi dan menyebarkannya ke tiap neuron output. Masing-masing neuron output menghitung aktivasinya untuk membentuk respon jaringan terhadap pola input yang diberikan. Salah satu fungsi aktivasi yang digunakan pada hidden layer dan output layer adalah adalah fungsi log-sigmoid yang memiliki range (0,1) dan definisikan sebagai berikut: 1 f( x) = x 1 e. + Fungsi ini kontinu dan mempunyai turunan: f '( x) = f( x) [ 1 f( x) ]. Sama seperti pada hidden layer, fungsi f(x) digunakan saat menghitung aktivasi pada tahap panjar maju sedangkan f (x) digunakan pada tahap propagasi balik. Grafik fungsi logsigmoid digambarkan pada Gambar 5. Gambar 5 Grafik Fungsi log-sigmoid. Pada tahap propagasi balik, masing-masing neuron output membandingkan nilai aktivasi dengan nilai targetnya sehingga diperoleh galat δ k (k = 1,2,...,m). Begitu juga galat δ j (j = 1,2,...,p) dihitung pada masing-masing neuron hidden. Setelah galat didapat, bobot untuk semua layer disesuaikan secara simultan. Penyesuaian bobot dari neuron hidden ke neuron output berdasarkan pada galat δ k dan aktivasinya, begitu juga penyesuaian bobot dari neuron input ke neuron hidden berdasarkan pada galat δ j dan aktivasinya. METODOLOGI Kerangka Penelitian Struktur penelitian dalam pengenalan produk operator dibagi menjadi tiga tahap sebagai berilut: Tahap pengambilan data Pada tahap pengambilan data dilakukan pengambilan fitur yang signifikan mempengaruhi identifikasi. Pembuangan fitur yang tidak signifikan pengaruhnya dalam pengenalan produk operator. Pengambilan data untuk direpresentasikan menjadi fitur pengenalan pada Neural Network dibagi menjadi tiga tahap, sebagai berikut : a. Pengurangan 70 fitur dari operator menjadi 56 fitur. b. Pembuatan interval waktu untuk penyeragaman waktu off-peak dan peak pada tiap operator. c. Penyusunan dan pengumpulan kuisioner untuk pengambilan data dari pengguna layanan produk operator yang disesuaikan terhadap optimalisasi dari sisi operator. Data dari operator Data yang diambil dari operator yang dipakai dalam penelitian adalah data dari 17 produk operator GSM dan CDMA. Pasca bayar 1. Produk operator Halo (GSM) 2. Produk operator Matrix (GSM) 3. Produk operator X-plor (GSM) 4. Produk operator Fren (CDMA) 5. Produk operator Starone (CDMA) 6. Produk operator Esia (CDMA) 7. Produk operator Flexi (CDMA) Pra bayar 8. Produk operator Simpati (GSM) 9. Produk operator Mentari (GSM) 10. Produk operator Im3 Smart (GSM) 11. Produk operator Fren (CDMA) 12. Produk operator As (GSM) 13. Produk operator Jempol (GSM) 14. Produk operator Bebas (GSM) 15. Produk operator Starone (CDMA) 16. Produk operator Esia (CDMA) 17. Produk operator Flexi (CDMA) Data dari pengguna Pengambilan data dari pengguna didapat dari 45 responden yang berasal dari mahasiswa Institut Pertanian Bogor. Pembagian data untuk dua sisi, sisi operator dan sisi pengguna seperti terlihat dalam Gambar 6. Kuisioner yang diberikan kepada responden berisi 59 buah pertanyaan yang direpresentasikan menjadi 56 input masukan. Pertanyaan tersebut dibagai menjadi berikut :

14 6 1. Tarif menelepon ponsel ke PSTN : 20 pertanyaan 2. Tarif menelepon ponsel ke ponsel : 25 pertanyaan 3. Tarif SMS : 4 pertanyaan 4. Tarif MMS : 1 pertanyaan 5. Tarif GPRS : 1 pertanyaan 6. Coverage Area : 2 pertanyaan 7. 3G : 6 pertanyaan Untuk lebih lengkapnya, kuisioner dapat dilihat pada Lampiran 4. Gambar 6 Pembagian data. Fitur data yang dapat dikumpulkan Dalam tahapan pengumpulan data dicari data yang lengkap terkait dengan parameter yang digunakan. Sumber data pada penelitian ini yang terdapat di homepage setiap produk operator pada 1 Februari 2007 dan majalah Selular Februari 2007 No. 83. Data yang dikumpulkan meliputi : Tarif Voice Calling Tarif prabayar dan pascabayar dalam satuan rupiah. Zona (lokal, tetangga/sljj1, dan seberang/sljj2 dan SLJJ3) dalam satuan kilometer dan rupiah/menit. Tujuan (operator sama, operator lain, dan PSTN) dalam satuan rupiah/menit. Peak time (dibagi dalam dua bagian yaitu peak time dan off peak ). Tarif SMS Tujuan (operator sama, operator lain) dalam satuan pesan/rupiah. SLI (Sambungan Langsung Internasional) dalam satuan pesan/rupiah. Tarif MMS Tujuan (operator sama, operator lain) dalam satuan rupiah/50 kilobyte. Ukuran file (per kilobyte data) Tarif GPRS Packet Based (berdasarkan jumlah data yang diakses atau download) dalam satuan rupiah/kilobyte. Coverage area Coverage area secara umum.. Ukuran terkecil dalam wilayah (Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, dan Kelurahan) Tarif 3G Ketersediaan Video Calling Mobile Tv Informasi dari pengguna Umur Pekerjaan Produk operator yang dipakai Lama pemakaian produk operator yang sedang dipakai Tipe telepon selular Tanggal pengisian Tabel Fitur untuk Neural Network, dapat dilihat pada Lampiran 1. Tahap pembangunan model Neural Network Pembangunan model Neural Network dilakukan dari dua sisi yang berbeda sebagai berikut : a. Pembangunan model Neural Network dari sisi operator, dengan 17 data latih dari operator dan 50 data uji dari pengguna layanan produk operator. b. Pembangunan model Neural Network dari sisi pengguna, dengan 40 data latih dari pengguna layanan produk operator dan 10 data uji dari pengguna layanan produk operator. Tahap pengujian Pengujian untuk pengenalan produk operator akan diukur dengan tiga parameter dari proses pengenalan yang dilakukan, sebagai berikut : a. Pengukuran waktu yang digunakan pada waktu pelatihan (baik dari sisi operator maupun dari sisi pengguna). b. Pengukuran waktu yang digunakan pada waktu pengujian pelatihan (baik dari sisi operator maupun dari sisi pengguna). c. Pengukuran akurasi yang dilakukan dengan membandingkan hasil pengenalan yang salah dan benar pelatihan (baik dari sisi operator maupun dari sisi pengguna).

15 7 Sisi Operator Data latih = 17 data produk operator Data Uji = 50 data pengguna Sisi Pengguna Data latih = 40 data pengguna Data uji = 10 data pengguna Karakteristik Spesifikasi Toleransi galat 0.1, 0.05, 0.01, Laju pembelajaran 0.1, 0.3, 0.5 Reduksi data Sisi Operator Representai 50 Data uji Sisi Operator Representai 17 Data latih Representasi 50 Data uji Sisi Operator Representai 17 Data latih Perhitungan Akurasi dan waktu Representasi fitur data Pelatihan Backpropagation Neural Network Model Neural Network Pengujian Model Neural Network Sisi Pengguna Representasi 40 Data latih Representasi 10 Data uji Sisi Pengguna Representai 40 Data latih Hasil Pengenalan Sisi Operator Representai 10 Data uji Gambar 7 Proses pengenalan produk operator. Arsitektur Neural Network Penelitian ini menggunakan arsitektur jaringan lapis jamak dengan satu lapis tersembunyi. Jumlah neuron pada lapis masukan disesuaikan dengan dimensi jumlah fitur pada data masukan (56 fitur). Tabel 2 Arsitektur Neural Network Sisi Operator Karakteristik Spesifikasi Arsitektur Neuron lapis masukan Neuron lapis tersembunyi Neuron lapis keluaran Inisialisasi bobot Fungsi aktivasi Feedforward tiga lapis Dimensi masukan(56 fitur) Nguyen-Widrow Sigmoid biner Tabel 3 Definisi Target Sisi Operator No Produk operator Representasi 1 Halo Matrix X-plor Fren pasca bayar Starone pasca bayar Esia pasca bayar Flexi pasca bayar Simpati Mentari Im3 Smart Fren pra bayar As Jempol Bebas Starone pra bayar Esia pra bayar Flexi pra bayar Tabel 4 Arsitektur Neural Network Sisi Pengguna Karakteristik Spesifikasi Arsitektur Neuron lapis masukan Neuron lapis tersembunyi Neuron lapis keluaran Inisialisasi bobot Fungsi aktivasi Feedforward tiga lapis Dimensi masukan(56 fitur) Nguyen-Widrow Sigmoid biner Toleransi galat 0.01, 0.005, 0.001

16 8 Karakteristik Spesifikasi Laju pembelajaran 0.1, 0.3, 0.5 Tabel 5 Definisi Target Sisi Pengguna No Produk Operator Representasi 1 Mentari Im Simpati 001 Lingkungan Pengembangan Sistem akan dibuat menggunakan perangkat lunak Matlab 7.0. Perangkat keras digunakan untuk pengembangan aplikasi ini adalah : PC Intel Pentium IV 3.0 GHz, DDRAM 1,25 GB, Harddisk dengan kapasitas 80 GB, VGA Pixel view FX MB, monitor VGA dengan resolusi 1024x768 pixel, keyboard, mouse. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan dibagi menjadi dua bagian yang berbeda. Bagian pertama, percobaan dilakukan dengan menggunakan data pelatihan dari operator (17 data produk operator) dan data pengujian dari pengguna (45 data pengguna produk operator). Bagian kedua, percobaan dilakukan dengan menggunakan data pelatihan dari pengguna (24 data pengguna produk operator) dan data pengujian dari pengguna (21 data pengguna produk operator). Pengambilan Kuisioner Tahap Pengambilan Kuisioner dibagi menjadi dua tahapan yang berbeda yaitu tahap penyebaran kuisioner dan tahap validasi kuisioner. Kusioner telah melalui evolusi, sebagai berikut 1. Kusioner tanpa interval nilai Kuisioner tanpa interval nilai disusun dari 43 buah pertanyaan. Pertanyaan dalam kuisioner tersebut dibagi menjadi berikut : 1. Tarif menelepon ponsel ke PSTN : 20 pertanyaan 2. Tarif menelepon ponsel ke ponsel : 10 pertanyaan 3. Tarif SMS : 4 pertanyaan 4. Tarif MMS : 1 pertanyaan 5. Tarif GPRS : 1 pertanyaan 6. Coverage Area : 2 pertanyaan 7. 3G : 5 pertanyaan Kusioner menampilkan nilai pilihan yang tetap pada setiap pertanyaan. Kuisioner belum dilengkapi keterangan tambahan yang menjelaskan tentang istilah yang ada di telekomunikasi mobile. Kuisioner diujicobakan kepada 5 responden untuk mengisikannya. Hasilnya pengisian dari 5 responden tersebut menunjukkan kuisioner belum mampu dipahami oleh responden. Kusioner tanpa interval nilai kemudian diperbaiki dan menghasilkan kuisoner dengan interval nilai. 2. Kuisioner dengan interval nilai Kuisioner yang diberikan kepada responden berisi 59 buah pertanyaan yang direpresentasikan menjadi 56 input masukan. Pertanyaan tersebut dibagi menjadi berikut : 1. Tarif menelepon ponsel ke PSTN : 20 pertanyaan 2. Tarif menelepon ponsel ke ponsel : 25 pertanyaan 3. Tarif SMS : 4 pertanyaan 4. Tarif MMS : 1 pertanyaan 5. Tarif GPRS : 1 pertanyaan 6. Coverage Area : 2 pertanyaan 7. 3G : 6 pertanyaan Kusioner menampilkan nilai yang tetap pada setiap pertanyaan. Kuisioner dilengkapi keterangan tambahan yang menjelaskan tentang istilah yang ada di telekomunikasi mobile. Kusioner dengan interval nilai digunakan untuk pengambilan data dari sisi pengguna. Kuisoner dengan interval nilai dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 4. Penyebaran Kuisioner Kuisioner dibagikan ke 120 responden. Kuisoner dibagi menjadi dua kelompok yaitu mahasiswa IPB dan PNS PEMDA DATI II Rembang. Kuisioner untuk mahasiswa IPB sebanyak 80 buah dan untuk dan PNS PEMDA DATI II Rembang sebanyak 40 buah. Kuisioner yang dibagikan untuk mahasiswa IPB dan PNS PEMDA DATI II Rembang adalah sama. Validasi Kuisioner Kusioner yang dibagikan kemudian diambil dan divalidasi sebelum direpresentasikan menjadi input dalam model. Kuisioner divalidasi dengan aturan sebagai berikut :

17 9 1. Pengisian produk operator: Kuisioner dengan isian produk operator pada info pengguna mengisikan operator (bukan produk operator) maka tidak valid. 2. Lama Pemakaian: Kuisioner dengan isian lama pemakain pada info pengguna mengisikan kurang dari 1 tahun untuk GSM, kurang dari 1 bulan untuk CDMA dan kurang dari 6 bulan untuk pasca bayar maka tidak valid. 3. Isian tidak lengkap: Kusioner dengan isian yang terlewat atau tidak lengkap maka tidak valid. Kusioner yang valid dari proses validasi ada sebanyak 45, dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8 Validasi Kuisioner. Representasi Quisioner Setiap kuisioner direpresentasikan menjadi 56 input untuk membangun model Neural Network. 1. Tarif panggilan PSTN dan ponsel Tarif panggilan PSTN dan ponsel direpresentasikan dengan nilai tengah dari interval nilai yang dipilih oleh responden. Nilai tengah yang dicari di antara dua nilai maka untuk perhitungannya sebagai berikut. x 1 + x x 2 rep = dengan 2 x rep = nilai untuk representasi x 1 = nilai titik awal interval x = nilai titik akhir interval 2 Representasi untuk panggilan ke PSTN ada sebanyak 20 fitur masukan. Panggilan ke ponsel merepresentasikan sebanyak 10 fitur. 2. Tarif SMS, MMS dan GPRS Tarif SMS, MMS dan GPRS direpresentasikan dengan nilai tetap yang dipilih oleh responden. Nilai tetap ini berupa pilihan responden terhadap tarif SMS, MMS dan GPRS. Percobaan I (dari sisi operator) Penggunaan data pelatihan sebagai masukan pada Neural Network dalam percobaan I dibagi menjadi 17 kelas (Tabel Definisi target). Setiap kelas merepresentasikan satu produk operator yang unik. Pada setiap kelas digunakan satu data latih yang terdiri dari 56 fitur (Tabel 63 Fitur dari operator untuk Neural Network). Data pengujian pada percobaan I diambil dari data pengguna dengan pembagian 10 pengguna produk operator Mentari, 10 pengguna produk operator Im3, 10 pengguna produk operator Simpati, 4 pengguna produk operator As, 3 pengguna produk operator Esia pra bayar, 1 pengguna produk operator Jempol, 1 pengguna produk operator Bebas, 2 pengguna produk operator Xplore, 3 pengguna produk operator Fren pra bayar, dan 1 pengguna produk operator Flexi pra bayar. Percobaan I dengan menggunakan sudut pandang operator menghasilkan pola yang menunjukkan tren pemilihan produk operator di masa yang akan datang. Pengguna produk operator mengalami evolusi atas informasi dan kebutuhannya dalam dunia telekomunikasi. Neuron Lapis Tersembunyi Untuk percobaan I, dilakukan pencarian jumlah neuron lapis tersembunyi yang optimal. Jumlah neuron lapis tersembunyi yang digunakan dalam percobaan adalah 10, 20, 30,40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100. Dalam percobaan untuk menentukan neuron lapis tersembunyi yang optimal dilakukan proses checking, dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil dari proses checking menunjukkan bahwa neuron lapis tersembunyi sebesar 90 menghasilkan akurasi rata-rata 100% untuk untuk toleransi galat 0.01 dan laju pembelajaran 0.1. Hal ini berarti bahwa pada proses checking dari 17 data produk operator yang diujikan ke dalam sistem semuanya dikenali sesuai dengan kelasnya. Sementara itu, waktu pengujian yang dibutuhkan untuk laju pembelajaran detik. Toleransi Galat dan Laju Pembelajaran Proses checking selanjutnya adalah menentukan nilai toleransi galat dan laju pembelajaran yang optimal. Jumlah neuron lapis tersembunyi yang digunakan adalah sebesar 90. Pada proses checking ini dilakukan 12 perlakuan yang merupakan kombinasi dari empat tingkat toleransi galat dan tiga tingkat laju pembelajaran, yaitu :

18 10 Tabel 6 Perlakuan pada proses checking No Toleransi Galat Laju Pembelajaran Dari 12 perlakuan tersebut didapat bahwa pada toleransi galat 0.01 dan laju pembelajaran 0.1, dan laju pembelajaran 0.1, 0.3 dan 0.5 akurasi sebesar 100%. Sementara itu, waktu pelatihannya berturut-turut adalah detik, detik, detik dan Epoh ratarata yang dihasilkan berturut-turut adalah 496 epoh, 1136 epoh, 1782 epoh, dan 1195 epoh. Parameter toleransi galat yang diambil untuk tren pemilihan produk operator di masa yang akan datang adalah dengan melihat rata-rata akurasi proses checking, sehingga didapat toleransi galat sebesar 0.01, dengan laju pembelajaran 0.1, 0.3 dan 0.5. Toleransi galat dan laju pembelajaran yang diambil adalah 0.01 dan 0.1 karena mempunyai akurasi 100% dan waktu pelatihan dan epohnya yang terkecil. Tren Pemilihan Produk Operator di Masa Mendatang Percobaan selanjutnya adalah menguji sistem. Percobaan ini untuk mengujikan 45 data pengguna produk operator terhadap sistem yang telah dibangun dari sisi operator (17 produk operator). Jumlah neuron yang digunakan pada Backpropagation Neural Network yaitu sebesar 90 dengan toleransi galat sebesar 0.01 dan laju pembelajaran 0.1. Sistem diuji dengan cara memasukkan 45 data pengguna produk operator ke dalam sistem kemudian dilakukan pengenalan dengan hasil keluaran berupa hasil pengenalan dan waktu pengujian. Dari 10 data pengguna produk operator Mentari yang diuji, tren dari pengguna sekarang belum mampu sesuai dengan tren yang akan datang yang diberikan operator. Semuanya tidak dikenali sebagai pengguna produk operator mentari yang berarti persentase pemilihan pengguna sebesar 0%. Simpati 10% Star One Pra Bayar 10% Flexi Pra Bayar 10% Flexi Pasca Bayar 10% Fren Pra Bayar 10% Mentari 0% Tidak Dikenal 50% Gambar 9 Grafik tren hasil Mentari. Dari 10 data pengguna produk operator Im3 yang diuji, tren dari pengguna sekarang belum sesuai dengan tren yang akan datang yang diberikan operator. Semuanya tidak dikenali sebagai pengguna produk operator Im3 yang berarti persentase pemilihan pengguna sebesar 0%. Tren pengguna Im3 yang optimal mempunyai kecondongan ke produk operator yang berbasis CDMA. Flexi Pra Bayar 20% Star One Pasca Bayar 20% Im3 0% Flexi Pra Bayar 20% Tidak Dikenal 10% Fren Pra Bayar 30% Gambar 10 Grafik tren hasil Im3. Dari 10 data pengguna produk operator Simpati yang diuji, tren dari pengguna sekarang belum sesuai dengan tren yang akan datang yang diberikan operator. Semuanya tidak dikenali sebagai pengguna produk operator Simpati yang berarti persentase pemilihan pengguna sebesar 0%. Tren pengguna produk operator Simpati menunjukkan sebanyak 40% produk operator sekarang belum mampu menyediakan layanan yang optimal sesuai dengan kebutuhan pengguna produk operator Simpati.

19 11 Jempol 10% Star One Pra Bayar 10% Xplorer 10% Flexi Pra Bayar 10% Flexi Pasca Bayar 10% Simpati 0% Fren Pra Bayar 10% Tidak Dikenal 40% Gambar 11 Grafik tren hasil Simpati. Pemilihan yang optimal dari 45 responden menunjukkan bahwa tarif yang murah adalah kebutuhan yang optimal. Kecenderungan untuk beralih ke produk operator CDMA terlihat dari hasil optimalisasi responden, untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Optimasi 45 Responden Produk Operator Produk Operator Jumlah Awal Optimal Mentari Tidak Dikenal 5 Fren Pra Bayar 1 Flexi Pra Bayar 1 Star One Pra Bayar 1 Simpati 1 Flexi Pasca Bayar 1 Mentari 0 Im3 Tidak Dikenal 1 Fren Pra Bayar 3 Flexi Pra Bayar 2 Star One Pasca Bayar 2 Flexi Pra Bayar 2 Im3 0 Simpati Tidak Dikenal 4 Fren Pra Bayar 1 Flexi Pasca Bayar 1 Flexi Pra Bayar 1 Star One Pra Bayar 1 Jempol 1 Xplorer 1 Simpati 0 As Tidak dikenal 1 Starone Pasca Bayar 1 Produk Operator Awal Produk Operator Optimal Jumlah Mentari 1 Jempol 1 Esia Tidak dikenal 2 Flexi Pra Bayar 1 XL Jempol Tidak dikenal 1 XL Bebas Flexi Pra Bayar 1 Flexi Pasca X-plor Fren Pra bayar Bayar 2 Flexi Pasca Bayar 1 Starone Pra Bayar 2 Flexi Pra Bayar Tidak dikenal 1 Percobaan II (dari sisi pengguna produk operator) Penggunaan data pelatihan sebagai masukan pada Neural Network dalam percobaan II dibagi menjadi 3 kelas. Setiap kelas merepresentasikan satu produk operator yang unik. Pada setiap kelas digunakan 8 data latih untuk setiap kelasnya, yang terdiri dari 56 fitur. Data pengujian pada percobaan I diambil dari data pengguna dengan pembagian 2 pengguna produk operator Mentari, 2 pengguna produk operator Im3, 2 pengguna produk operator Simpati, 4 pengguna produk operator As, 3 pengguna produk operator Esia pra bayar, 1 pengguna produk operator Jempol, 1 pengguna produk operator Bebas, 2 pengguna produk operator Xplore, 3 pengguna produk operator Fren pra bayar, dan 1 pengguna produk operator Flexi pra bayar. Percobaan II dengan menggunakan sudut pandang pengguna. Percobaan II menghasilkan pola yang menunjukkan tren pemilihan produk operator sekarang ini. Penentuan Treshold Untuk percobaan II, dilakukan pencarian treshold sebagai batas minimal untuk penentuan kelas. Jumlah neuron lapis tersembunyi yang digunakan dalam percobaan adalah 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100. Dalam percobaan untuk menentukan treshold dilakukan proses checking. Penentuan treshold diambil dari checking. Treshold untuk ketiga kelas tersebut adalah untuk Mentari, untuk Im3 dan untuk Simpati.

20 12 Neuron Lapis Tersembunyi Untuk percobaan II, dilakukan pencarian jumlah neuron lapis tersembunyi yang optimal. Jumlah neuron lapis tersembunyi yang digunakan dalam percobaan adalah 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan 100. Dalam percobaan ini toleransi galat yang digunakan sebesar 0.01 dengan laju pembelajaran sebesar 0.1 dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa jumlah neuron lapis tersembunyi sebesar 60 (Gambar 12) menghasilkan rata-rata akurasi terbesar yaitu %. Hal ini berarti bahwa dari 21 data pengguna operator yang diujikan ke dalam sistem, sebanyak 13 data pengguna operator diidentifikasi secara benar, sedangkan sebanyak 8 data pengguna operator diidentifikasi salah. Berdasarkan akurasi yang dihasilkan maka jumlah hasil neuron lapis tersembunyi yang optimal sebesar 60. Nilai ini kemudian akan digunakan untuk percobaan selanjutnya. Rata-rata Akurasi (%) Neuron Lapis Tersembunyi Gambar 12 Grafik perbandingan banyaknya neuron lapis tersembunyi terhadap rata-rata akurasi. Toleransi Galat dan Laju Pembelajaran Proses pengujian selanjutnya adalah menentukan nilai toleransi galat dan laju pembelajaran yang optimal. Jumlah neuron lapis tersembunyi yang digunakan adalah sebesar 60. Pada proses checking ini dilakukan 6 perlakuan yang merupakan kombinasi dari empat tingkat toleransi galat dan tiga tingkat laju pembelajaran, dapat dilihat pada Tabel 8. Untuk masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Hal ini dilakukan untuk melihat parameter mana saja yang berubah pada saaat percobaan. Dari hasil percobaan dengan 6 perlakuan yang dilakukan, dapat dilihat bahwa untuk setiap pengulangan, parameter yang selalu berubah adalah waktu (satuan detik). Hal ini terjadi karena karena nilai yang digunakan pada inisialisasi jaringan selalu berubah. Nilai tersebut merupakan nilai yang diambil secara acak yang menyebabkan waktu perhitungan yang diperlukan menjadi berbeda. Pada Gambar 13 terlihat bahwa semakin kecil toleransi galatnya maka akan semakin besar epohnya, baik untuk laju pembelajaran 0.1, 0.3 atau 0.5. Hal ini terjadi karena Neural Network akan lebih cepat konvergen pada toleransi galat yang besar. Epoh Toleransi Galat LR 0.1 LR 0.3 LR 0.5 Gambar 13 Grafik perbandingan toleransi galat terhadap epoh. Pada Gambar 14 dapat dilihat perbandingan antara toleransi galat dengan lamanya waktu pelatihan dalam satuan detik. Dari grafik tersebut terlihat bahwa semakin besar toleransi galatnya maka semakin memperbesar waktu pelatihannya. Keadaan ini sama seperti perbandingan antara toleransi galat terhadap jumlah epoh yang berbanding lurus, dimana semakin besar toleransi galat maka akan semakin mendekati konvergen. Waktu pelatihan tercepat dicapai pada saat toleransi galat Tabel 8 Perlakuan pada proses testing No Toleransi Galat Laju Pembelajaran

21 13 Waktu Pelatihan (detik) Epoh Toleransi Galat Laju Pembelajaran LR 0.1 LR 0.3 LR 0.5 Gambar 14 Grafik perbandingan toleransi galat terhadap waktu pelatihan (satuan detik). ER 0.01 ER ER Gambar 16 Grafik perbandingan laju pembelajaran terhadap epoh. Pada Gambar 15 dapat dilihat bahwa akurasi semakin turun ketika toleransi galat diperbesar. Toleransi galat sebesar 0.01 menghasilkan ratarata akurasi tertinggi sebesar %. Rata-rata Akurasi (%) Toleransi Galat LR 0.1 LR 0.3 LR 0.5 Gambar 15 Grafik perbandingan toleransi galat terhadap rata-rata akurasi. Terlihat pada Gambar 16 bahwa epoh terkecil dapat dicapai pada saat laju pembelajaran 0.1. Gambar 17 menunjukkan bahwa laju pembelajaran menentukan lamanya waktu pelatihan. Hal ini dapat terjadi karena laju pembelajaran merupakan parameter yang mengatur berapa besar perubahan bobot yang harus dilakukan pada saat pelatihan untuk mencapai konvergensi. Besarnya perubahan bobot juga bergantung pada nilai yang terdapat pada neuron yang bersangkutan dan faktor koreksi bobot. Oleh karena itu, laju pembelajaran juga menentukan berapa kali Neural Network harus melakukan pembelajaran dari masukan yang diumpankan untuk mencapai konvergensi. Waktu Pelatihan (detik) Laju Pembelajaran ER 0.01 ER ER Gambar 17 Grafik perbandingan laju pembelajaran terhadap waktu pelatihan (satuan detik). Pada Gambar 18 menunjukkan bahwa pada saat laju pembelajaran 0.1 dan toleransi galatnya sebesar 0.01 dicapai rata-rata akurasi tertinggi yaitu sebesar %. Hal ini berarti bahwa dari tiga kali perulangan perhitungan akurasi, dari 21 data pengguna operator yang diujikan 13 data pengguna produk operator diidentifikasi pada kelas yang benar, sedangkan untuk 8 data pengguna produk operator lainnya tidak teridentifikasi secara benar. Untuk mendapatkan nilai yang optimal bagi toleransi galat dan laju pembelajaran maka parameter yang diamati adalah rata-rata akurasi yang dihasilkan. Hal ini dilakukan karena untuk membentuk pendugaan pangguna produk operator yang tepat berada kelas tertentu diperlukan Backpropagation Neural Network dengan arsitektur yang dapat menghasilkan ratarata akurasi yang terbaik. Oleh karena sebab itu, berdasarkan hasil percobaan yang dilakukan dapat diambil nilai yang optimal untuk nilai toleransi galat sebesar 0.01 dan laju pembeljaran sebesar 0.1. Hal ini dikarenakan pada saat toleransi galat sebesar 0.01 dan laju pembelajaran 0.1 dicapai rata-rata akurasi yang terbaik.

22 14 Rata-rata Akurasi (%) Laju Pembelajaran ER 0.01 ER ER Gambar 18 Grafik perbandingan laju pembelajaran terhadap akurasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sistem dibangun dengan melakukan penelitian terlebih dahulu yang berkaitan dengan reduksi data pengguna operator terhadap data dari sisi operator. Kemudian didapat 63 fitur yang akan digunakan sebagai input pada neuron lapisan input pada Backpropagation Neural Network tetapi kemudian direduksi menjadi 56 fitur karena responden mempunyai mobility yang rendah sehingga fitur coverage dihilangkan dalam proses optimasi. Pencarian parameter untuk membentuk arsitektur Backpropagation Neural Network: 1. Sisi operator: dilakukan melalui proses checking yaitu menggunakan data pelatihan untuk melakukan pengujian, didapat akurasi yang optimal sebesar 100% dengan neuron lapis tersembunyi sebesar 90, toleransi galat 0.01 dan laju pembelajaran Sisi pengguna: dilakukan melalui proses pengujian (testing), didapat akurasi yang optimal sebesar % dengan neuron lapis tersembunyi sebesar 60, toleransi galat 0.01 dan laju pembelajaran 0.1. Persentase pengguna sekarang menunjukkan pengguna produk operator belum mampu menyesuaikan dengan tarif dan fitur lain yang disediakan oleh operator. Hasil penelitian mendapatkan persentase sebesar 0% dari 45 data pengguna produk operator yang diujikan dari sisi operator. Responden memiliki kecenderungan optimal pada produk operator CDMA Pola pengguna produk operator sekarang masih mempunyai bias yang terlalu besar sehingga sistem belum mampu mencapai akurasi yang tinggi untuk menebak pola penggunaan produk operator berdasarkan kelasnya. Saran Penelitian ini masih harus dikembangkan lebih lanjut diantaranya: Pembobotan bersifat random sehingga hasil pemilihan produk operator bisa dititikberatkan pada kebutuhan utama pengguna produk operator. Pengembangan dan penambahan variabel eksternal dan fitur khusus produk operator untuk lebih mendekati pemahaman pengguna produk operator termasuk coverage area. Penyebaran kuisioner untuk data dari pengguna lebih ditingkatkan lagi untuk menjangkau kebutuhan masyarakat umumnya bukan hanya dari mahasiswa. Model prediksi (forecasting) untuk mengetahui tren teknologi yang akan banyak digunakan oleh masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Deris Setiawan, S.Kom, M.T, Teknologi Selular dan CDMA. PT.Elex Media Komputindo. Fausett, L, Fundamental of Neural Networks. Prentice Hall New Jersey Jorstad I, Dustdar S, Tahnh D Evolution of Mobile Service : An analysis of current architectures with prospect to future, Norwegian University of Science and Technology, Dept of Telematics, O.S. Bragstads plass 2E N-7491 Trondheim, Norway. McDaniel, P, 2006, Open Functionality in SMS Cellular Networks, Systems and Internet Infrastructure Security, Penn State. Miranti, E, Dahsyatnya Bisnis Jasa operator Selular. ATSI (Asosiasi Telepon Selular indonesia) South Dakota Public Utilities Commision, Myths & Magic Cellular Phone, State Capital Building 500 East Capitol Pierre SD Stordahl, K Mobile Market Dynamics. Telenar R & D Research. Trickey Graham, Multimedia Messaging Services The Big Picture,Director, Endto-End Features & Services Task Forces, GSM Association (GSMA). Hamdi M, Verscheure O, Hubaux JP, 1998, Voice Service Interworking for PSTN and IP Networks, Institute for Computer Communications and Application- ICA(EPFL).

OPTIMASI PEMILIHAN PRODUK OPERATOR GSM DAN CDMA MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DONA WIRAWAN G

OPTIMASI PEMILIHAN PRODUK OPERATOR GSM DAN CDMA MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DONA WIRAWAN G OPTIMASI PEMILIHAN PRODUK OPERATOR GSM DAN CDMA MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DONA WIRAWAN G64103023 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 Latar Belakang PENDAHULUAN Di era perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini, telepon selular telah berkembang menjadi salah satu bagian dari kehidupan masyarakat yang tidak terpisahkan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pembelajaran 0.1, 0.3, 0.5

HASIL DAN PEMBAHASAN. Laju pembelajaran 0.1, 0.3, 0.5 8 Karakteristik Spesifikasi Laju pembelajaran.1,.3,.5 Tabel 5 Definisi Target Sisi Pengguna No Operator Representasi 1 Mentari 1 Im3 1 3 Simpati 1 Lingkungan Pengembangan Sistem akan dibuat menggunakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Proses validasi data.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 3 Proses validasi data. 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, percobaan dilakukan pada dua sisi, yaitu sisi operator dan sisi pengguna. Pada percobaan sisi operator menggunakan data training dari 18 produk operator dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menempatkan telepon selular menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat. Keberadaan telepon selular telah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Kelas target No Produk Operator 1 Kartu AS 2 Xplor 3 IM3 Smart 4 Simpati 5 Jempol 6 Bebas 7 Mentari

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4 Kelas target No Produk Operator 1 Kartu AS 2 Xplor 3 IM3 Smart 4 Simpati 5 Jempol 6 Bebas 7 Mentari off peak 7). Tarif voice calling ponsel ke ponsel (operator sama), ponsel ke ponsel (operator beda) dalam zona lokal, ponsel ke ponsel dalam zona SLJJ1, SLJJ2, dan SLJJ3 (off peak 1, off peak 2, off peak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun

I. PENDAHULUAN. tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lanskap bisnis telekomunikasi mengalami perubahan yang sangat cepat, tidak pasti dan turbulen baik dari sisi teknologi, regulasi, pasar maupun persaingan. Dari sisi teknologi

Lebih terperinci

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si

MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si PERTEMUAN 12 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si POKOK BAHASAN Pengertian teknologi telepon bergerak (mobile phone).

Lebih terperinci

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA

Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA Perkembangan Teknolgi Wireless: Teknologi AMPS Teknologi GSM Teknologi CDMA Teknologi GPRS Teknologi EDGE Teknologi 3G, 3.5G Teknologi HSDPA, HSUPA TEKNOLOGI AMPS Analog mobile phone system(amps) dimulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan teknologi komunikasi dalam era globalisasi yang sangat dirasakan pengaruhnya adalah semakin mudahnya pemenuhan kebutuhan manusia dalam hal berkomunikasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah

BAB I PENDAHULUAN. cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap. lingkunagan baik secara langsung maupun tidak langsung telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedemikian cepat dirasakan telah membawa pengaruh yang signifikan terhadap lingkunagan baik secara langsung

Lebih terperinci

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI

Agus Setiadi BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Teknologi 3G 3G adalah singkatan dari istilah dalam bahasa Inggris: third-generation technology. Istilah ini umumnya digunakan mengacu kepada perkembangan teknologi telepon nirkabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah, mengingat perubahan-perubahan dapat terjadi setiap saat, baik

BAB I PENDAHULUAN. yang mudah, mengingat perubahan-perubahan dapat terjadi setiap saat, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di abad ke 21 sekarang ini telah terjadi perubahan besar umat manusia di berbagai bidang kehidupan. Mobilitas masyarakat di berbagai lapisan usaha untuk memenuhi

Lebih terperinci

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV

Teknologi Seluler. Pertemuan XIV Teknologi Seluler Pertemuan XIV Latar Belakang Teknologi jaringan seluler berevolusi dari analog menjadi sistem digital, dari sirkuit switching menjadi packet switching. Evolusi teknologi seluler terbagi

Lebih terperinci

Lampiran 1 Fitur dari operator untuk Neural Network. Fitur Keoperator) Parameter

Lampiran 1 Fitur dari operator untuk Neural Network. Fitur Keoperator) Parameter LAMPIRAN 15 16 Lampiran 1 Fitur dari operator untuk Neural Network Parameter Fitur Ke- Voice Calling Ponsel ke PSTN Lokal 1 SLJJ 1 2 SLJJ 2 3 SLJJ 3 4 Ponsel ke Ponsel Lokal(sesama operator) 5 Lokal(operator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tentang telekomunikasi, yang mendorong kompetisi penyelenggaraan

I. PENDAHULUAN. tentang telekomunikasi, yang mendorong kompetisi penyelenggaraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri seluler begitu pesat setelah hadir UU No.36/1999 tentang telekomunikasi, yang mendorong kompetisi penyelenggaraan telekomunikasi nasional. Bisnis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sejarah Singkat Telkom Flexi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah Singkat Telkom Flexi Telkom Flexi atau yang dikenali sebagai Flexi adalah salah satu produk telepon fixed wireless yang dikeluarkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi membuka suatu peluang dan tantangan bisnis baru bagi perusahaan yang beroperasi di Indonesia, dan di sisi lain keadaan tersebut memunculkan

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Teknologi GSM GSM (Global System for Mobile Communication) adalah teknologi yang menyokong sebagian besar jaringan telepon seluler dunia. GSM telah menjadi teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini industri telekomunikasi telah menjadi salah satu kontributor pendapatan ekonomi di suatu negara. Bahkan menjadi tolak ukur maju tidaknya ekonomi suatu wilayah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memanfaatkan kecanggihan telekomunikasi tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang memanfaatkan kecanggihan telekomunikasi tersebut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dari hari ke hari, peran telekomunikasi dalam kehidupan manusia semakin terasa penting. Perkembangan teknologi semakin lama semakin canggih saja. Dengan kenyataan

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. atraktif, hal senada ditunjukkan di industri telekomunikasi dengan perluasan

Bab I. Pendahuluan. atraktif, hal senada ditunjukkan di industri telekomunikasi dengan perluasan Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan laju perkembangan teknologi informasi yang sangat atraktif, hal senada ditunjukkan di industri telekomunikasi dengan perluasan pasar dan persaingan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel.

Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel. Pengantar Teknologi Nirkabel: Telepon Selular (Ponsel) Wireless Technology atau teknologi nirkabel, atau lebih sering disingkat wireless adalah teknologi elektronika yang beroperasi tanpa kabel. Wireless

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan pembahasan penelitian penerapan model dss untuk mengetahui preferensi konsumen terhadap produk telekomunikasi ini secara garis besar akan dijelaskan dalam dua bagian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing

I. PENDAHULUAN. yang semakin kecil. Demikian pula para vendor pembuat telepon selular bersaing I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan telepon selular di Indonesia diprediksikan mengalami peningkatan dengan jumlah yang cukup tajam. Hal ini merupakan dampak dari semakin ketatnya persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan lingkungan bisnis akhir-akhir ini muncul suatu gejala dimana semakin banyak dan beragamnya produk - produk yang ditawarkan oleh perusahaan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Telekomunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Industri Telekomunikasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Industri Telekomunikasi Persaingan industri telekomunikasi, beberapa tahun terakhir semakin ketat. Hal ini terbukti dari budget belanja iklan industri

Lebih terperinci

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TEORI PENUNJANG BAB II TEORI PENUNJANG 2.1 Dasar-Dasar Jaringan GSM 2.1.1 Pengertian GSM Global System for Mobile Communication disingkat GSM adalah sebuah teknologi komunikasi selular yang bersifat digital. Teknologi

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP & CARA KERJA

BAB II PRINSIP & CARA KERJA BAB II PRINSIP & CARA KERJA Secara fisik antara handphone GSM dan CDMA tidak ada perbedaan yang mencolok bahkan kalau dilihat sekilas keduanya serupa. Yang membedakan adalah kartu yang dipakai atau operator

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan kemajuan teknologi yang semakin mengglobal membawa dampak pada dunia usaha. Dengan adanya perkembangan dan kemajuan teknologi, dunia usaha dituntut

Lebih terperinci

data dengan menggunakan konektivitas tersebut terbatas jangkauan area koneksinya, meskipun pengguna tidak perlu mengeluarkan biaya.

data dengan menggunakan konektivitas tersebut terbatas jangkauan area koneksinya, meskipun pengguna tidak perlu mengeluarkan biaya. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perangkat mobile seperti telepon selular atau ponsel berkembang sangat pesat belakangan ini. Berbagai fitur baru ditambahkan pada ponsel, sehingga ponsel

Lebih terperinci

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol

Pertemuan ke 5. Wireless Application Protocol Pertemuan ke 5 Wireless Application Protocol WAP Wireless Application Protocol disingkat WAP adalah sebuah protokol atau sebuah teknik messaging service yang memungkinkan sebuah telepon genggam digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu perkembangan teknologi yang demikian pesat adalah teknologi komunikasi data, baik melalui perangkat-perangkat mobile seperti handphone, PDA dan sebagainya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakannya, ini tentu dilandasi asumsi bahwa segala tindakannya secara sadar

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakannya, ini tentu dilandasi asumsi bahwa segala tindakannya secara sadar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hampir setiap manusia membuat atau mengambil keputusan dan melaksanakannya, ini tentu dilandasi asumsi bahwa segala tindakannya secara sadar merupakan pencerminan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan konsumen telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan

BAB II LANDASAN TEORI. Kepuasan konsumen telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen telah menjadi konsep sentral dalam wacana bisnis dan manajemen. Organisasi bisnis dan non-bisnis pun berlomba-lomba mencanangkannya sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Deris Riyansyah, FT UI, Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebutuhan akan berkomunikasi dimana dan kapan saja merupakan sebuah tuntutan manusia yang dinamis pada saat ini. Salah satu kebutuhan tersebut adalah komunikasi data

Lebih terperinci

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV

SISTEM SELULAR. Pertemuan XIV Pertemuan XIV SISTEM SELULAR Sistem komunikasi yang digunakan untuk memberikan layanan jasa telekomunikasi bagi pelanggan bergerak disebut dengan sistem cellular karena daerah layanannya dibagi bagi menjadi

Lebih terperinci

Company LOGO. Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak. Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia

Company LOGO. Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak. Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia Company LOGO Pengantar (Inovasi) Aplikasi Bergerak Produk Aplikasi Bergerak di Indonesia Produk Telekomunikasi Seluler di Indonesia 3G / 3.5G (HSDPA) GSM Mobile CDMA Fixed Wireless CDMA Internet Mobile

Lebih terperinci

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series

Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Implementasi Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation dan Steepest Descent untuk Prediksi Data Time Series Oleh: ABD. ROHIM (1206 100 058) Dosen Pembimbing: Prof. Dr. M. Isa Irawan, MT Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Mengenal SMS (Short Message Service)

Mengenal SMS (Short Message Service) Mengenal SMS (Short Message Service) (Riswan 01 Aug 2006) SMS (Short Message Service) secara umum dapat diartikan sebagai sebuah service yang memungkinkan ditransmisikannya pesan text pendek dari dan ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang semakin pesat pada berbagai aspek kehidupan, salah satunya adalah perkembangan teknologi yang berbasis telekomunikasi. Ini menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menghadapi era globalisasi menuntut semua sektor bisnis harus memiliki strategi agar dapat bersaing dengan para pesaing lainnya. Salah satunya dengan memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM :

KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM : KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Ahmad Hermantiyo NIM : 10.12.4809 Stimik Amikom Yogyakarta 2010/2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan

Lebih terperinci

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011

STMIK GI MDP. Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 STMIK GI MDP Program Studi Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2010/2011 ANALISIS RANCANG BANGUN INSTANT MOBILE MESSAGING DENGAN BAHASA PALEMBANG Okky Kenedy 2007250096 Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat telah

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kehadiran teknologi komunikasi dan informasi yang begitu pesat telah mendorong mobilitas masyarakat dan individu menjadi semakin dinamis. Teknologi komunikasi

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 6.1.1 Segmentation, Targetting, dan Positioning penelitiaan 6.1.1.1 Segmentation terdiri dari dari 2: Segmentasi berdasarkan demografi: a. Jenis kelamin: Pria

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini

I. PENDAHULUAN. Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi sekarang ini sangat pesat. Salah satunya pada perkembangan telekomunikasi seluler. Mobilitas serta meningkatnya

Lebih terperinci

Pengertian dan Macam Sinyal Internet

Pengertian dan Macam Sinyal Internet Pengertian dan Macam Sinyal Internet Rizki Regina Ulfauziah Just_regina@yahoo.com Abstrak Ilmu Teknologi di dunia ini sangat luas dan akan akan terus berkembang, salah satunya yaitu pada Sinyal atau Jaringan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tujuan, latar belakang, gambaran sistem, batasan masalah, perincian tugas yang dikerjakan, dan garis besar penulisan skripsi. 1.1. Tujuan Skripsi ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM

BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 17 BAB IV PERANCANGAN & IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Desain. yang digunakan adalah jaringan recurrent tipe Elman dengan 2 lapisan tersembunyi. Masukan terdiri dari data : wind, SOI, SST dan OLR dan target adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap telekomunikasi menjadi semakin meningkat. Mobilitas masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terhadap telekomunikasi menjadi semakin meningkat. Mobilitas masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang semakin maju sekarang ini, kebutuhan manusia terhadap telekomunikasi menjadi semakin meningkat. Mobilitas masyarakat semakin tinggi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 5 - Join : Follow

Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME. Kursus Online - Pertemuan 5 - Join :  Follow Pokok Bahasan : - Perkembangan Teknologi Informasi - WELCOME Kursus Online - Pertemuan 5 - Join : www.makinpinter.com Follow : @makinpinter PERKEMBANGAN 01 Teknologi untuk berkomunikasi sudah mengalami

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR Analisis Biaya dan Perilaku Konsumen pada Voice over Internet Protocol (VoIP)

KATA PENGANTAR Analisis Biaya dan Perilaku Konsumen pada Voice over Internet Protocol (VoIP) KATA PENGANTAR Tesis yang berjudul Analisis Biaya dan Perilaku Konsumen pada Voice over Internet Protocol (VoIP) ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Manajemen dalam jenjang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ditinjau dari aspek teknologi, perkembangannya di Indonesia dapat dikatakan mengalami kemajuan yang cukup pesat. Salah satu contohnya adalah perkembangan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dunia telekomunikasi di Indonesia pada era globalisasi dewasa ini mengalami perkembangan yang cukup pesat. Seiring dengan kemajuan dan kecanggihan teknologi telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat menyediakan produk inovatif untuk mendukung

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat menyediakan produk inovatif untuk mendukung BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi semakin memperketat persaingan di industri telekomunikasi, khususnya pada perusahaan operator telekomunikasi. Pasalnya, perusahaan harus dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Layanan jasa telekomunikasi di Indonesia telah disediakan oleh perusahaan milik negara mulai tahun 1961. Pengembangan dan modernisasi atas infrastruktur telekomunikasi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan alir seperti pada Gambar 8. Gambar 8 Diagram Alir Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

1 Teknologi Seluler CDMA dan GSM Oleh, S.Kom.,M.T. di Radio SONORA FM Kerjasama Radio SONORA FM, dan PT. Elex Media Komputindo 13 Desember 2003 Perkembangan TI dalam bidang Telekomunikasi Dengan adanya

Lebih terperinci

Universal Mobile Telecommunication System

Universal Mobile Telecommunication System Universal Mobile Telecommunication System Disusun Oleh: Fikri Imam Muttaqin Kelas XII Tel 2 2010026 / 23 UMTS merupakan salah satau evolusi generasi ketiga (3G) dari jaringan mobile. Air interface yang

Lebih terperinci

Next Generation Network (NGN) Pertemuan XIII

Next Generation Network (NGN) Pertemuan XIII Next Generation Network (NGN) Pertemuan XIII Konsep Next Generation Network (NGN) merepresentasikan sintesis dari dua teknologi besar yang telah berkembang sebelumnya itu, yaitu teknologi Public Switched

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini.

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan yang sangat signifikan telah terjadi dalam perjalanan industri telekomunikasi di Indonesia. Perkembangan itu dapat terlihat dari satu dekade ini. Banyaknya

Lebih terperinci

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS???

SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS??? SISTEM KOMUNIKASI BEGERAK WHAT TECHNOLOGY ABOUT THIS??? KELOMPOK 4 1.BAYU HADI PUTRA 2. BONDAN WICAKSANA 3.DENI ANGGARA PENGENALAN TEKNOLOGI 2G DAN 3G Bergantinya teknologi seiring majunya teknologi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan teknologi komunikasi seluler generasi ke 2 (2G) berbasis Time Division Multiple Access (TDMA) seperti Global System For Mobile Communication (GSM), generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan alat komunikasi yang disebut Handphone (HP) atau telepon

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan alat komunikasi yang disebut Handphone (HP) atau telepon 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Pemanfaatan alat komunikasi yang disebut Handphone (HP) atau telepon seluler (Ponsel) semakin marak dewasa ini. Bahkan anak SD tidak jarang yang memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan pesatnya perkembangan ekonomi di negara ini, banyak muncul industri-industri serta perusahaan-perusahaan baru, salah satunya bidang teknologi komunikasi.

Lebih terperinci

PENERAPAN PROTOCOL DATA UNIT PADA SHORT MESSAGE SERVICE HASIL STUDI MAHASISWA (STUDI KASUS : STMIK BUDI DARMA MEDAN) Abstrak

PENERAPAN PROTOCOL DATA UNIT PADA SHORT MESSAGE SERVICE HASIL STUDI MAHASISWA (STUDI KASUS : STMIK BUDI DARMA MEDAN) Abstrak PENERAPAN PROTOCOL DATA UNIT PADA SHORT MESSAGE SERVICE HASIL STUDI MAHASISWA (STUDI KASUS : STMIK BUDI DARMA MEDAN) 1 Nelly Astuti Hasibuan, 2 Surya Darma Nasution 1 STMIK Budi Darma Medan, 2 STMIK Budi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara

BAB II DASAR TEORI Jaringan Syaraf Tiruan. Universitas Sumatera Utara BAB II DASAR TEORI Landasan teori adalah teori-teori yang relevan dan dapat digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel penelitian. Landasan teori ini juga berfungsi sebagai dasar untuk memberi jawaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain dari telepon seluler bertambah seiring dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. lain dari telepon seluler bertambah seiring dengan semakin BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi di bidang telepon selular membantu sektor telekomunikasi saat ini tak hanya menjadi kebutuhan masyarakat umum tetapi juga menjadi ladang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mengakibatkan persaingan di segala bidang usaha menjadi. Menghadapi hal tersebut maka perusahaan harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi mengakibatkan persaingan di segala bidang usaha menjadi. Menghadapi hal tersebut maka perusahaan harus selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi mengakibatkan persaingan di segala bidang usaha menjadi semakin ketat. Menghadapi hal tersebut maka perusahaan harus selalu berorientasi

Lebih terperinci

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN FWA INDOSAT TESIS

KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN FWA INDOSAT TESIS KAJIAN STRATEGI PENGEMBANGAN FWA INDOSAT TESIS Oleh DESRITAYANTI 0606003253 MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PASCA SARJANA BIDANG ILMU TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA GENAP 2007/2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan bagian dari aktifitas manusia sehari-hari, dengan komunikasi manusia dapat berinteraksi dengan manusia lainnya dan dapat bertukar informasi, cerita,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang bersifat convergence dengan teknologi komunikasi lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi yang bersifat convergence dengan teknologi komunikasi lainnya. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang sangat pesat mendorong terbentuknya suatu komunikasi yang bersifat convergence dengan teknologi komunikasi lainnya. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1.1 INSTRUMEN RISET PENDAHULUAN

LAMPIRAN 1.1 INSTRUMEN RISET PENDAHULUAN LAMPIRAN 1.1 INSTRUMEN RISET PENDAHULUAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN PADA MASYARAKAT Gedung GAP Lt. 3 Jl. Prof. Drg. Surya Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 KUESIONER PENELITIAN Yth. Sdr./I Mahasiswa

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya

I. PENDAHULUAN. tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi komunikasi saat ini tidak hanya menjadi kebutuhan masyarakat umum tetapi juga menjadi ladang bisnis yang menjanjikan. Dengan adanya perkembangan bisnis operator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi selular merupakan salah satu sarana komunikasi yang mampu menyediakan komunikasi secara cepat dan kapan saja. Seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi dari tahun ke tahun, membuat kehidupan dunia

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi dari tahun ke tahun, membuat kehidupan dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya teknologi dari tahun ke tahun, membuat kehidupan dunia semakin modern dan mudah. Hal tersebut berlaku juga dalam bidang telekomunikasi, teknologi

Lebih terperinci

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST. Home Networking Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://learn.rizahilmi.com Pengertian Jaringan adalah dua komputer atau lebih yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. saling berkomunikasi. Dewasa ini kebutuhan akan komunikasi menjadi sesuatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam dunia teknologi dan telekomunikasi menempatkan industri telekomunikasi seluler menjadi peluang bisnis yang sangat menjanjikan di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan

I. PENDAHULUAN. tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia dan arus globalisasi yang cepat, menunjukkan bahwa tantangan sektor telekomunikasi semakin bertambah. Karena kebutuhan masyarakat yang semakin maju

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Industri telekomunikasi selular dari tahun ke tahun bertumbuh sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Industri telekomunikasi selular dari tahun ke tahun bertumbuh sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Industri telekomunikasi selular dari tahun ke tahun bertumbuh sangat pesat, baik dari inovasi produknya maupun dari jumlah pengguna produk telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS

BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS BAB II TEKNOLOGI GSM DAN STANDAR PROTOKOL SMS 2.1 Teknologi GSM Global System for Mobile Communication (GSM) merupakan standar yang paling dominan untuk sistem mobile phone di dunia saat ini. Jaringan

Lebih terperinci

Komunikasi dan Jaringan

Komunikasi dan Jaringan Komunikasi dan Jaringan Kartika Firdausy - UAD Komunikasi Proses transfer data / instruksi / informasi antara dua atau lebih komputer atau perangkat lain Komunikasi komputer (computer communications) 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Telekomunikasi Selular (TELKOMSEL)

BAB I PENDAHULUAN Gambaran Umum Objek Penelitian PT. Telekomunikasi Selular (TELKOMSEL) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 PT. Telekomunikasi Selular (TELKOMSEL) Telkomsel merupakan operator telekomunikasi selular terdepan di Indonesia yang menyediakan beragam layanan

Lebih terperinci

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI

BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI BAB I PROTOKOL KOMUNIKASI Komunikasi adalah suatu pengalihan informasi dan pengertian diantara bagian individu, dan suatu proses pengiriman dari lambang- lambang antar pribadi dengan makna-makna yang dikaitkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telepon seluler didukung oleh SIM (Subscriber Identification Module)

BAB I PENDAHULUAN. Telepon seluler didukung oleh SIM (Subscriber Identification Module) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi semakin hari semakin pesat. Kenyataan ini bisa dilihat dalam kehidupan sehari hari dimana penggunaan telepon selular semakin meningkat.

Lebih terperinci

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG

MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG MODEL PERAMALAN HARGA SAHAM DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK TRIANA ENDANG SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia

BAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS

BAB I PENDAHULUAN. MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah MMS (Multimedia Messaging Service) adalah puncak dari evolusi SMS (Short Messaging Service) yang berupa pesan teks pendek, dan EMS (Enhanced Messaging Service)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan seperti SMS (Short Message Service), MMS. (Multimedia Messaging Service), WAP (Wireless Application Protocol),

BAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan seperti SMS (Short Message Service), MMS. (Multimedia Messaging Service), WAP (Wireless Application Protocol), BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat berpengaruh langsung terhadap kehidupan manusia antara lain internet dan telepon seluler,

Lebih terperinci

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes

Multiple Access. Downlink. Handoff. Uplink. Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Multiple Access Downlink Uplink Handoff Mobile Station Distributed transceivers Cells Different Frequencies or Codes Base Station Fixed transceiver Frequency TDMA: Time Division Multiple Access CMDA: Code

Lebih terperinci

Komunikasi dan Jaringan

Komunikasi dan Jaringan Komunikasi dan Jaringan Kartika Firdausy - UAD kartika@ee.uad.ac.id blog.uad.ac.id/kartikaf Setelah mempelajari materi ini, mahasiswa diharapkan mampu: 1. menyebutkan perangkat pengirim dan penerima dalam

Lebih terperinci