PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS UMPAN UF6 KE REAKTOR ROTARY KILN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS UMPAN UF6 KE REAKTOR ROTARY KILN"

Transkripsi

1 PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS MPAN F6 KE REAKTOR ROTARY KILN P. Zacharias 1, M. Pancoko 1, Pusat Rekayasa Perangkat Nuklir, Kawasan PSPIPTEK Serpong, Gedung 71, Tangerang Selatan, ABSTRAK PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS MPAN F6 KE REAKTOR ROTARY KILN. Proses konversi F6-O melalui Jalur Kering Terintegrasi (JKT) dilakukan dalam reaktor rotary kiln. Ada dua tahapan perlakuan/pengkondisian awal sebelum umpan F6 dimasukkan ke reaktor, yaitu pertama, mengubah F6 padat menjadi fase gas suhu 60 o C dalam sebuah evaporator, kemudian kedua menaikkan suhu F6 gas dari 60 o C menjadi 90 o C dalam sebuah Heat Exchanger (HE). Oleh karena itu perlu didesain sebuah HE yang berfungsi sebagai pemanas umpan F6 gas. Kegiatan desain HE ini berupa penentuan/perhitungan spesifikasi HE sebagai pemanas. Langkah-langkah kegiatan penentuan spesifikasi HE mengikuti urutan sebagai berikut : menentukan nilai beban panas Q, menentukan perkiraan dimensi Heat Exchanger, menentukan dimensi/spesifikasi terkoreksi Heat Exchanger, dan menghitung pressure drop HE. Spesifikasi HE yang dihasilkan adalah Jenis double pipe HE hairpin dengan panjang 1 ft, x 1 ¼ IPS. Material pipa adalah Inconel ( alloy -600) yang tahan terhadap F6, HF, dan Steam. Annulus terbuat dari baja karbon. Penurunan tekanan dalam annulus sebesar 0,0004 psi, dan dalam pipa 0,04 psi. Heat Exchanger dengan spesifikasi sepert ini dapat difungsikan sebagai pemanas F6 gas sehingga suhunya naik dari 60 o C menjadi 90 o C. Kata kunci: Heat Exchanger, F6 gas, steam, Spesifikasi HE ABSTRACT ESIGN OF HEAT EXCHANGER FOR HEATING F6 FEE INTO ROTARY KILN REACTOR. The process of conversion of F 6 to O through Integrated ry Route (IR) is done in a rotary kiln reactor. There are two stages of initial treatment / conditioning before inserting the F 6 in to the reactor: changing F 6 solid into the gas phase at a temperature of 60 C in an evaporator, and then, raising the temperature of F 6 gas from 60 o C to 90 o C in a Heat Exchanger (HE). Therefore it is necessary to design a HE for heating F6 gas by determination / calculation of HE specifications as a heater. The steps activities of determining the specifications of HE in the following sequence: determining the value of the heat load Q, determining the approximate dimensions of the Heat Exchanger, determining the dimensions / specifications corrected Heat Exchanger, HE pressure drop calculation. The result of this design specification is a type of hairpin double pipe HE with a length of 1 ft, x 1 ¼ IPS. Pipe material is Inconel (alloy -600) that is resistant to F 6, HF, and Steam. Annulus material carbon steel. Pressure drop in annulus is psi, and in innerpipe is 0.04 psi. Heat Exchanger with specs like this can function as F 6 gas heater so that the temperature be 90 o C. Keywords: Heat Exchanger, F6 gas, steam, HE specification 1. PENAHLAN esain pabrik elemen bakar untuk memproduksi O dari umpan F 6 menggunakan dua jalur konversi F 6 -O, yaitu jalur amonium uranil karbonat (AK) dan jalur kering terintegrasi (JKT). Proses AK lebih panjang jalurnya, peralatan/unit operasi yang digunakan lebih banyak, demikian juga dengan bahan kimia yang diperlukan dan berakibat sisa produk yang perlu diolah agar ramah -175-

2 lingkungan juga banyak. Proses JKT jalurnya lebih singkat, peralatan/unit operasi yang digunakan lebih sedikit, dan berarti bahan proses dan sisanya juga lebih sedikit. Karena itu dapat dikatakan proses konversi F 6 -O malalui jalur kering terintegrasi lebih ramah lingkungan. Meskipun demikian, di negara produsen bahan bakar seperti Korea Selatan, ke dua jalur proses ini digunakan secara paralel. Pada proses JKT, konversi F 6 -O dilakukan dalam reaktor rotary kiln. mpan yang masuk ke reaktor adalah F 6 gas, oleh karena itu sebelumnya perlu dilakukan penyiapan umpan untuk mengubah F 6 padat menjadi fase gas. Perubahan fase ini dilakukan dalam alat autoclave ( evaporator ) dengan pemanas CCl 4. Kemudian F 6 gas dinaikkan suhunya menjadi 90 0 C dalam alat penukar panas, selanjutnya diumpankan ke reaktor. alam reaktor terjadi reaksi hidrolisa F 6 oleh uap air menghasilkan O F, kemudian dilanjutkan dengan reduksi O F menjadi O oleh gas H yang dialirkan dari unit pemanas. Produk utama O serbuk ke luar dari reaktor langsung masuk ke hooper dan glovebox untuk menunggu proses selanjutnya. Produk lain atau produk samping yang ke luar dari reaktor dan perlu pengelolaan khusus untuk rekoveri atau dijadikan limbah adalah F 6 gas, HF, H O uap, H, dan ikutan O. Proses JKT minimal menggunakan 4 alat penukar panas, dua berfungsi sebagai pemanas (heater) untuk pengkondisian awal umpan dan pemanas H, dan dua lagi sebagai unit pengolah produk samping sebagai cooler dan kondensor. Pemanasan F 6 gas dan H ini penting untuk mencapai suhu reaksi di dalam reaktor rotary kiln [1]. Karena itu, perlu didesain alat penukar panas yang sesuai dengan kebutuhan proses konversi F 6 -O, khususnya pada jalur kering terintegrasi. Perhitungan spesifikasi desain alat penukar panas mengacu ke buku Kern, Process Heat Transfer [], sedangkan peralatan mekanik sesuai dengan Mechanical Standards TEMA [3] dan IPS-E-PR-775 "Process esign of ouble Pipe Heat Exchangers" [4]. Alat penukar panas untuk proses produksi bahan bakar nuklir masuk kelas B Mechanical Standards TEMA. Jenis Heat Exchanger (HE ) yang akan digunakan dalam desain ini adalah ouble pipe Heat Exchanger atau Shell and Tube Heat Exchanger bergantung pada flow area yang diperlukan oleh proses. TEORI ouble Pipe Heat Exchanger berisikan pipa atau beberapa pipa yang mempunyai shell ( annulus ) sendiri-sendiri. Aliran fluida searah atau lawan arah dapat digunakan, baik fluida panas maupun dingin dalam shell dan fluida lain dalam pipa. ntuk keperluan praktis, alat ini berbentuk pipa dan bagian luarnya diberi sirip untuk meningkatkan pemindahan panas. Keistimewaan jenis ini selain sederhana adalah mampu beroperasi pada tekanan tinggi, dan karena tidak ada sambungan, resiko tercampur kedua fluida sangat kecil. Kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil. [3,4] Sketsa ouble Pipe Heat Exchanger untuk aliran fluida lawan arah seperti tampak pada Gambar 1. T t t1 T1 Gambar 1. Aliran fluida lawan arah pada ouble Pipe Heat Exchanger Sebuah Shell and Tube Heat Exchanger terdiri dari sebuah shell silindris (badan Heat Exchanger ) yang di dalamnya terdapat sejumlah tube (tube bundle) yang disusun dengan pola tertentu. Tipe susunan tube yang banyak digunakan adalah In-line Square Pitch, In-line Triangular Pitch, iamond Square Pitch dan Triangular Pitch. Temperatur aliran fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell) sehingga terjadi perpindahan panas melalui dinding tube antara aliran fluida di dalam tube dan di luar tube. engan demikian, luas permukaan -176-

3 perpindahan panas bergantung pada jumlah tube/pipa dalam shell. Jenis material pipa dan ketebalan harus sesuai dengan karakter fluida dan kondisi operasinya. aerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side dan yang di luar tube disebut shell side. [3,4] 3. TATA CARA PENETAN SPESIFIKASI HEAT EXCHANGER Hal pertama yang harus ditentukan dalam mendesain HE adalah material yang digunakan untuk HE. Material/ bahan untuk shell dan tube ( pipa ) perlu dipilih /ditentukan agar sesuai dengan fluida yang akan mengalir. Yang menjadi pertimbangan antara lain sifat kimia fluida terhadap material yang digunakan, seperti sifat korosi dan embritlement hidrogen. Fluida korosif dialirkan dalam pipa, sedangkan yang tidak korosif dalam shell. Selanjutnya penentuan spesifikasi HE melalui sejumlah perhitungan. rutan perhitungan spesifikasi HE yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut. [4] 3.1. BEBAN PANAS YANG IPERLKAN, Q. Beban panas dalam HE dapat dihitung dengan menggunakan konsep neraca panas dengan berdasarkan rumus di bawah ini: Keterangan : W = laju alir massa fluida panas, kg/jam w = laju alir massa fluida dingin, kg/jam C = kapasitas panas fluida panas, c = kapasitas panas fluida dingin, T 1 = suhu masuk fluida panas. o C T = suhu keluar fluida panas. o C t 1 = suhu masuk fluida dingin. o C t = suhu keluar fluida dingin. o C (1) 3.. BEA TEMPERATR RATA-RATA LOGARITMIK (LOG MEAN TEMPERATR IFFERENCE LMT) Beda temperatur rata-rata logaritmik (Log. Mean Temperature ifference LMT) adalah perbedaan temperatur rata-rata setiap bagian HE, karena perbedaan temperatur di setiap bagian HE tidak sama. Rumus ΔT LMT di bawah ini berdasarkan ouble Pipe Heat Exchanger yang mengacu ke Gambar 1. ΔT LMT = t ln( t t ) t 1 1 () keterangan : t 1 adalah selisih suhu antara t 1 T t adalah selisih suhu antara t T LAS PERMKAAN PERPINAHAN PANAS HEAT EXCHANGE Berdasarkan harga Q, ΔTLMT, dan, luas permukaan perpindahan panas sementara ( As ) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan ( 3 ) di bawah ini : -177-

4 As Q t (3) Q adalah aliran panas (kj/jam, Btu/hr ), adalah dirty overall coefficient ( koefisien overall perpindahan panas setelah dinding pipa kotor ). ntuk fluida panas ( steam ) dan fluida dingin gas, nilai kisaran adalah 50 [4] PERHITNGAN PERPINAHAN PANAS PAA ANNLS AN INNER PIPE Perhitungan pada Inner Pipe Luas penampang aliran dalam pipa ( a p ) dapat dihitung dengan Pers. ( 4). a p = 4 ( 4 ) adalah diameter-dalam pipa, ft, inchi Kecepatan massa Gp di dalam pipa ditentukan dari Pers. ( 5 ) Gp = W/a p (5) W adalah laju alir massa dalam satuan lb/jam atau kg/jam Jenis aliran fluida dalam pipa ditunjukkan oleh nilai bilangan Reynold yang dapat ditentukan dengan Pers.( 6 ) Re p Gp ( 6 ) μ adalah viskositas, lb/ft.jam = centipoise x,4 Nilai bilangan Re p di atas diterapkan ke Figure 4 Kern [4] diperoleh harga Heat- transfer Factor, J H kemudian gunakan Pers.(7) untuk menghitung koefisien transfer panas (heattransfer coeficient) fluida di dalam pipa, h i h i J H k c k 1/ 3 (7) Kemudian ubah h i ke h io dengan menggunakan Pers. ( 8). h io h i I1 O1 ( 8 ) Perhitungan pada Annulus/Shell Luas penampang aliran dalam annulus ( a a ) dapat dihitung dengan Pers. ( 9 ). ( 1 ) a a = 4 adalah diameter dalam annulus, ft atau inchi 1 adalah diameter luar pipa, ft atau inchi an diameter ekuivalent ( e ) didapat dari Pers. ( 10 ) ( 9 ) -178-

5 e = ( 1 ) 1 (10 ) Kecepatan massa Ga di luar pipa adalah penyesuaian dari Pers. ( 5 ), menjadi: Ga = W/a a (11) W adalah laju alir massa dalam annulus satuan lb/jam atau kg/jam Selanjutnya menentukan jenis aliran berdasarkan bilangan Reynold dengan rumus berikut ini. Re a e Ga (1) Nilai bilangan Re a di atas diterapkan ke Figure 4 Kern [4] diperoleh harga Heat- transfer Factor, J H kemudian gunakan Pers.( 13 ) untuk menghitung koefisien transfer panas fluida di luar pipa, h o h o J H k e c k 1/ 3 (13 ) Perhitungan Koefisien Keseluruhan Perpindahan Panas Ada dua Koefisien Keseluruhan Perpindahan Panas yang harus dihitung, yaitu Koefisien Keseluruhan Perpindahan Panas Bersih ( c ) dan Koefisien Keseluruhan Perpindahan Panas esain ( ), yang masing-masing dirumuskan sebagai berikut. hio ho c hio ho ( 14) 1 1 Rd min c ( 15) Rd min adalah faktor pengotor minimal Perhitungan luas permukaan yang diperlukan, A Luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan dihitung dengan menggunakan Pers. ( 3 ). Nilai berdasarkan hasil hitungan dari Pers. ( 15 ). Kemudian dari nilai A dapat ditentukan panjang pipa ( L ), dan dari harga L dapat ditentukan jumlah pipa HE yang diperlukan (Np ) Perhitungan nilai terkoreksi Berdasarkan harga Np, luas permukaan yang sebenarnya Kemudian terkoreksi dihitung dengan rumus berikut. A Q sebenarnya t (A sebenarnya ) dapat dihitung. ( 16 ) Menentukan faktor pengotoran, Rd -179-

6 Faktor pengotoran ditentukan dengan memakai Pers. (17), terkoreksi. dan menggunakan R d C C (17) 3.5. PERHITNGAN PENRNAN TEKANAN, P Selama fluida melewati HE akan mengalami penurunan tekanan (pressure drop). Secara umum, HE dapat diterima bila nilai pressure drop yang diijinkan untuk fluida gas dalam pipa dan annulus berkisar 1,5 psi, sedangkan untuk cairan sekitar 10 psi. Langkah perhitungan pressure drop sebagai berikut Pressure drop pada annulus iameter ekuivalen dicari dengan rumus di bawah ini. ' e ( 1) ( 18 ) adalah diameter dalam annulus, ft atau inchi 1 adalah diameter luar pipa, ft atau inchi Jenis aliran berdasarkan bilangan Reynold dihitung dengan Pers.(19) berikut ini. Re ' a ' e Ga (19) Berdasarkan nilai Re a, faktor gesekan dalam annulus dihitung dengan Pers.( 0 ) f (0) 0.4 ( G / ) an Pressure drop dalam satuan feet of liquid adalah F a 4 fga L g ' e ( 1 ) Kecepatan alir massa dalam satuan feet per second adalah V G a 3600 ( ) Pressure drop per hairpin dalam satuan feet F i V g' ( 3 ) Pressure drop selama fluida mengalir dalam annulus dalam satuan psi adalah -180-

7 ( Fa Fi) Pa ( 4 ) Pressure drop pada pipa Rumus untuk menghitung Pressure drop fluida dalam pipa sama dengan di annulus. Perbedaan hanya pada nilai bilangan Reynold dan laju alir massa ( Gp ) karena fluida yang berbeda. 4. HASIL AN PEMBAHASAN F 6 gas keluar dari evaporator bersuhu 60 o C karena itu sebelum diumpankan ke reaktor suhunya harus dinaikkan menjadi 90 o C sebagai persyaratan umpan ke reaktor. Karena itu diperlukan HE yang berfungsi sebagai pemanas untuk memanaskan umpan F 6 gas dari 60 o C menjadi 90 o C [1] MENETKAN MATERIAL HEAT EXCHANGER Material/ bahan heat exchanger untuk shell dan tube ( pipa ) perlu dipilih /ditentukan agar sesuai dengan fluida yang akan mengalir. Fluida pemanas yang akan digunakan adalah uap air (steam ) dan F 6 yang menerima panas. Karena itu harus dipilih material yang tahan uap air dan F 6 gas, terutama ketahanan terhadap korosi dan embrittlement hidrogen. ari literatur proses [5] konversi F 6 -O dan F 6 F 4, bahan pada alat unit operasi umumnya menggunakan Inconel ( alloy-600). Karena F 6 gas melalui tube/ pipa, maka bahan pipa harus terbuat dari Inconel, sedangkan bahan annulus ( shell ) pada HE agar lebih murah dapat menggunakan baja karbon. Baja karbon juga tahan korosi uap air. Steam akan mengalir dalam annulus sebagai fluida panas dan F 6 gas mengalir dalam pipa ( inner pipe ) sebagai fluida dingin. 4.. MENENTKAN NILAI BEBAN PANAS Q [4] Nilai aliran panas (beban panas ) Q dihitung dalam satuan kj/jam atau BT/hr. Nilai Q didapat dari perhitungan neraca panas di sekitar HE, perhitungan neraca panas dilakukan sebelum perhitungan desain spesifikasi HE. Tabel 1 menunjukkan hasil perhitungan neraca massa dan neraca panas di sekitar HE pemanas umpan F 6 gas dari 60 o C menjadi 90 o C. Tabel 1. ata steam dan F 6 saat masuk dan keluar HE Fluida Panas Fluida ingin Nama Fluida Steam Nama Fluida F 6 gas Alliran massa (W) 5.3 kg/hr = lb/hr Alliran massa (w) kg/hr = lb/hr Temperatur masuk (T1) 304C = 580 F Temperatur masuk (t1) 60C = 140 F Temperatur keluar (T) 304C = 580 F Temperatur keluar (t) 90C = 554 F Beban panas (Q) = kj/hr = Btu/hr Δt 1 = T 1 - t 6 F Δt = T - t F -181-

8 4.3. MENGHITNG ΔT LMT MENGGNAKAN PERS ( ). ari Tabel 1 didapat Δt 1 = T 1 - t = 6 F dan Δt = T - t 1 = 440 F ΔT LMT = o F 4.4.LAS AREA SEMENTARA PERMKAAN PERPINAHAN PANAS (A s ) IHITNG BERASARKAN PERS.( 3 ). Nilai Q dari Tabel 1,dan t adalah ΔT LMT. Nilai sementara diasumsikan adalah = 3 Btu/jam.ft.F. Jadi luas permukaan transfer panas sementara As adalah : As ft Karena nilai As < 00 ft ( yaitu ft ), maka dipilih pemanas tipe ouble Pipe Heat Exchanger Kemudian pilih dengan panjang 1 ft, outerpipe NPS in. dan innerpipe NPS 1 ¼ in. IPS. imensi pipa dapat dilihat pada Tabel. Tabel. imensi pipa baja (IPS ) yang digunakan pada desain ini Inner Pipe Schedule I1(inc) O1(inc) 1 ¼ Outer Pipe Schedule I O Berdasarkan data pipa dari Tabel dilakukan perhitungan untuk menentukan spesifikasi pipa dan annulus untuk ouble Pipe Hairpin HE. Fluida panas adalah steam mengalir dalam annulus dan fluida dingin adalah F 6 gas mengalir dalam pipa PERRHITNGAN PERPINAHAN PANAS ALAM PIPA F6 gas mengalir dalam pipa sebagai fluida dingin. Temperatur rerata dan sifat fisis F6 [6] adalah : tav = 347 O F Cp = 0.10 Btu/(lb. O F) μ = lb/(ft.hr) ρ = lb/ft 3 k = Btu/(hr.ft.F) Luas penampang aliran dalam pipa ( ap ) dapat dihitung dengan Pers. ( 4 ). = I1/1 = 1.38/1 = ft Hasilnya adalah ap = ft Perhitungan kecepatan massa (Gp ), bil. Reynold ( Rep ), Heat- transfer Factor (JH ), dan koefisien transfer panas fluida di dalam pipa ( hi ) dan hio berturut-turut dihitung dari Pers. ( 5 ),Pers. (6 ) Pers. ( 7 ), Pers. ( 8 ), yang hasilnya sebagai berikut. -18-

9 Gp = lb/(ft.hr) = JH = 100 = 5.33 = PERHITNGAN PERPINAHAN PANAS ALAM ANNLS Yang mengalir dalam annulus adalah steam sebagai fluida panas. Temperatur rerata dan sifat fisis adalah : Tav = 580 o F Cp = 1.5 Btu/(lb. o F) μ = 0.16 lb/(ft.hr) ρ = lb/ft 3 k = Btu/(hr.ft.F) Luas penampang aliran dalam annulus ( aa ) dan diameter ekuivalen ( e ) dihitung dengan Pers. ( 9 ) dan Pers. (10 ) =I/1 = 0.17 ft 1 =O1/1 = ft iperoleh aa = ft dan e = ft Perhitungan kecepatan massa (Ga ), bil. Reynold ( Rea ), Heat- transfer Factor (JH ), dan koefisien transfer panas fluida di luar pipa ( ho ) berturut-turut dihitung dari Pers. ( 11 ),Pers. (1 ) Pers. (13 ) yang hasilnya sebagai berikut. Ga = lb/(ft.hr) JH = 3.5 = PERHITNGAN KOEFISIEN KESELRHAN PERPINAHAN PANAS Koefisien Keseluruhan Perpindahan Panas Bersih ( c ) dan Koefisien Keseluruhan Perpindahan Panas esain ( ) masing-masing dihitung dari Pers.( 14 ) dan Pers. (15 ). imana = 4.43 dan = 8.3, hasil hitungan adalah =.89 Btu/hr ft F ntuk menghitung diasumsikan Rd min = 0.003, Rd min adalah faktor pengotor minimal sehingga diperoleh =.87 Btu/hr ft F Luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan dihitung dari Pers. ( 3 ). Nilai =.87 Btu/hr ft F, ΔTLMT = o F dan Q = Btu/hr didapat A = 16,44 ft Kemudian dari nilai A dapat ditentukan panjang pipa ( L ), dan dari harga L dapat ditentukan jumlah pipa HE yang diperlukan (Np ). L = = ft = 1.6 an tentukan Np =, yaitu pipa hairpin 1 ft seri dengan L sebenarnya = 48 ft -183-

10 4.8. PERHITNGAN NILAI TERKOREKSI Berdasarkan harga Np = Luas permukaan yang sebenarnya (Asebenarnya ) adalah (Np).(x1).(π1) = 0.85 ft Kemudian terkoreksi dihitung dengan Pers. (16). =.6 Btu/hr ft F 4.9. Menentukan faktor pengotoran, Rd Faktor pengotoran ditentukan dengan memakai Pers. (17), dan menggunakan terkoreksi. = Tampak nilai Rd > Rdmin, sehingga HE memenuhi syarat. 5. MENGHITNG ROP HE 4) Secara umum, HE dapat diterima bila nilai pressure drop yang diijinkan untuk fluida gas dalam pipa dan annulus berkisar 1,5 psi PRESSRE ROP PAA ANNLS ari Pers. (18 ) dan Pers.(19 ) didapat nilai diameter ekuivalen dan bil. Reynold, yaitu = ft dan = Selanjutnya, faktor gesekan dalam annulus, Pressure drop dalam satuan feet of liquid, Kecepatan alir massa dalam satuan feet per second dan Pressure drop per hairpin dalam satuan feet ditentukan dari Pers. ( 0 ), Pers. (1) dan Pers.( ). = 0.05 = 0.01 ft = fps Pressure drop per hairpin dalam satuan feet dhitung dari Pers. ( 3 ), hasilnya adalah = ft engan Pers. ( 4 ) Pressure drop selama fluida mengalir dalam annulus adalah psi Nilai ini lebih kecil dari Allowable ΔP max = 1,5 -. psi untuk gas. Jadi Pressure drop selama fluida mengalir dalam annulus dapat diterima. 5.. PRESSRE ROP PAA PIPA Menentukan Pressure drop dalam pipa caranya sama dengan di annulus, dengan menggunakan Rep = dan Gp = lb/(ft.hr). Pressure drop fluida dalam pipa sebesar 0.04 psi Nilai ini lebih kecil dari Allowable ΔP max = 1,5 -. psi untuk gas. Jadi Pressure drop selama fluida mengalir dalam pipa dapat diterima. Laju alir F6 ( 16,976 lb/jam ) lebih kecil dari laju alir steam ( lb/jam ), oleh karena itu F6 gas dialirkan dalam pipa ( inner pipe ), sehingga menyebabkan laju alir F6 bertambah cepat karena mengalir pada pipa berdiameter kecil (dibandingkan dengan diameter shell, annulus ). Cara ini akan mengurangi/menghambat terjadinya fouling. Selain itu, vikositas steam lebih besar dari -184-

11 viskositas F6, sehingga sangat cocok bila fluida dengan viskositas tinggi mengalir dalam annulus, sedangkan yang encer (F6 gas) dialirkan dalam pipa. F6 gas bersifat lebih korosif, bila dialirkan dalam annulus akan mengkorosi di dua bagian, yaitu dinding dalam annulus dan permukaan luar pipa, artinya kerugian lebih banyak. Karena itu tepat bila F6 gas dialirkan dalam pipa, bila terkorosi hanya bagian dalam pipa saja, annulus tidak terkorosi oleh F6. Hal-hal tersebut di atas tetap harus dipertimbangan dengan tepat, karena hanya bahan pipa yang menggunakan Inconel, sedangkan bahan annulus dari baja karbon agar lebih murah. ari perhitungan desain didapat luas permukaan panas ( A ) adalah 0,85 ft yang diperlukan untuk perpindahan panas sehingga dapat menaikkan suhu F6 dari 60 o C ke 90 o C oleh steam 304 o C. Peran ini dapat dilakukan oleh ouble pipe HE dengan dua pipa hairpin ( pipa hairpin adalah pipa berbentuk ) dengan panjang tiap kaki adalah 1 ft x 1 ¼ IPS. ua pasang pipa hairpin ini disusun seri, artinya F6 gas suhu 60 o C masuk ke hairpin pertama kemudian keluar langsung masuk ke pipa hairpin ke dua, dan F6 gas keluar dari hairpin ke dua bersuhu 90 o C. Selama fluida mengalir akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan terutama oleh gesekan aliran dengan dinding dan pembelokan aliran. ari perhitungan diperoleh Pannulus = 0,0004 psi, P pipe = 0,04 psi. Kedua nilai ini lebih kecil dari batas maksimum P Allowable, yang berarti desain ini dapat diterima. 6. KESIMPLAN ari kegiatan ini telah dapat ditentukan spesifikasi HE yang berfungsi sebagai pemanas F6 sebelum diumpankan ke reaktor rotary kiln. Kegiatan ini masih dalam taraf desain dasar, oleh karena itu hasil perhitungan spesifikasi HE ini masih perlu disempurnakan untuk mendapatkan hasil yang lebih siap untuk dijadikan masukan pada desain rinci. esain dasar alat ini dapat melengkapi kepentingan desain proses konversi F6-O melalui jalur kering terintegrasi. Langkah kerja perhitungan spesifikasi HE ini dapat juga digunakan untuk penentuan spesifikasi HE yang lain dalam proses JKT, seperti cooler dan kondensor pada jalur gas buang. Ringkasan dari hasil desain Heat Exchanger Sebagai Pemanas mpan F6 ke Reaktor Rotary Kiln dapat dilihat pada tabel dan gambar di bawah ini

12 1 ft T1 t t1 Inner pipe 1.5 in Annulus in T Gambar. desain double pipe HE hairpin dengan panjang 1 ft, x 1 ¼ IPS ( tidak berskala ) Fungsi : Menaikan temperatur F6 gas dari 60 o C menjadi 90 o C Tipe : double pipe HE hairpin dengan panjang 1 ft, x 1 ¼ IPS A total : 0,85 ft C :,89 Btu/jam.ft.F :,6 Btu/jam.ft.F Rd : 0,097 Material : Bahan pipa adalah Inconel ( alloy -600) tahan terhadap F6, HF, dan Steam, annulus terbuat dari baja karbon Pressure drop, : Pannulus = 0,0004 psi, P pipe = 0,04 psi P Allowable, max 1,5 - psi 7. AFTAR PSTAKA 1. BAMBANG GALNG SSANTO, dkk., Prastudi Kelayakan Pabrik Elemen Bakar Nuklir Tipe Presurizer Water Reactor ( PWR ) di Indonesia, Rev.1, 009. RICHAR C. BYRNE, Standard of the Tubular Exchanger Manufacturers Association, 5 North Broadway,Tarrytown,NY 10591, IPS-E-PR-775, Engineering Standard for Process esign of ouble Pipe Heat Exchangers, Original Edition, KERN, ONAL Q., Process Heat Transfer, McGraw Hill Kogakusha,LT, Anonymous, Plant and Equipment for the Conversion of ranium, Special esigned or Prepared Systems for the Conversion of F6 to O, and F6 to F4, April R. EWITT, ranium Hexafluoride: a Survey of the Physico- Chemical Properties, August 1, 1960 PERTANYAAN : 1. ntuk memperoleh transfer panas dari annulus ke fluida lain yang diinginkan harus berapa panjang kontak pipa?(stomo) JAWABAN : 1. raiperhitungan A=0,85 ft luas permukaan perpindahan panas Q=773,31 kg/hr =6893 btu/hr (panas yg harus dipindahkan). iperlukan panjang total pipa 48 ft (4 x 1 ft)yang disusun dlam dua pasang double pipe heat exchanger hairpin =1 ft, x 1,5 ips -186-

PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS UMPAN UF 6 DALAM PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR

PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS UMPAN UF 6 DALAM PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR ABSTRAK PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS UMPAN UF 6 ALAM PABRIK ELEMEN BAKAR NUKLIR P. Zacharias, M. Pancoko PRPN-BATAN, Kawasan Puspiptek, Serpong, TangSel, Banten, 15310 PEREKAYASAAN HEAT

Lebih terperinci

PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS UMPAN UF6 KE REAKTOR ROTARY KILN

PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS UMPAN UF6 KE REAKTOR ROTARY KILN Proseding pertemuan flmiah Rekayasa Perangkat Nuklir PRPN- BATAN, 30 November 2011 PEREKAYASAAN HEAT EXCHANGER SEBAGAI PEMANAS UMPAN UF6 KE REAKTOR ROTARY KILN P. Zacharias', M. pancoko2 '.2 PUSOltRekayasa

Lebih terperinci

HEAT EXCHANGER ALOGARITAMA PERANCANGAN [ PENUKAR PANAS ]

HEAT EXCHANGER ALOGARITAMA PERANCANGAN [ PENUKAR PANAS ] -07504046-Indra wibawads- HEAT EXCHANGER [ PENUKAR PANAS ] ALOGARITAMA PERANCANGAN. Menuliskan data-data yang diketahui Data-data dari fluida panas dan fluida dingin meliputi suhu masuk dan suhu keluar,

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

LAPORAN KERJA PRAKTEK 1 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Alat penukar kalor (Heat Exchanger) merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk menukarkan energi dalam bentuk panas antara fluida yang berbeda temperatur yang

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Pabrik Fosgen ini diproduksi dengan kapasitas 30.000 ton/tahun dari bahan baku karbon monoksida dan klorin yang akan beroperasi selama 24 jam perhari dalam

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan

V. SPESIFIKASI ALAT. Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan V. SPESIFIKASI ALAT Pada lampiran C telah dilakukan perhitungan spesifikasi alat-alat proses pembuatan pabrik furfuril alkohol dari hidrogenasi furfural. Berikut tabel spesifikasi alat-alat yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN HEAT EXCHANGER

PERANCANGAN HEAT EXCHANGER One Shell Pass and One Tube Pass PERANCANGAN HEAT EXCHANGER Abdul Wahid Surhim Pengertian HE adalah alat yang berfungsi sebagai alat penukar panas (kalor) Dilihat dari fungsinya dapat dinamakan : Pemanas

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES

BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 34 BAB III SPESIFIKASI PERALATAN PROSES 3.1. Tangki Tangki Bahan Baku (T-01) Tangki Produk (T-02) Menyimpan kebutuhan Menyimpan Produk Isobutylene selama 30 hari. Methacrolein selama 15 hari. Spherical

Lebih terperinci

BAB III TUGAS KHUSUS

BAB III TUGAS KHUSUS BAB III TUGAS KHUSUS 3.1 Judul Menghitung Efisiensi Heat Exchanger E-108 A Crude Distiller III di Unit CD & GP PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju Palembang. 3.2 Latar Belakang Heat Exchanger E-108 A

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Larutan benzene sebanyak 1.257,019 kg/jam pada kondisi 30 o C, 1 atm dari tangki penyimpan (T-01) dipompakan untuk dicampur dengan arus recycle dari menara

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Persiapan Bahan Baku Proses pembuatan Acrylonitrile menggunakan bahan baku Ethylene Cyanohidrin dengan katalis alumina. Ethylene Cyanohidrin pada T-01

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar panas (heat exchanger), mekanisme perpindahan panas pada heat exchanger, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger,

Lebih terperinci

Kern, Chapter 7-9, 11 Abdul Wahid Surhim

Kern, Chapter 7-9, 11 Abdul Wahid Surhim Kern, Chapter 7-9, 11 Abdul Wahid Surhim Pengantar Pemenuhan banyak pelayanan industri memerlukan penggunaan DOUBLE-PIPE HAIRPIN HE Jika memerlukan permukaan perpindahan panas yang besar, maka yang terbaik

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Proses pembuatan natrium nitrat dengan menggunakan bahan baku natrium klorida dan asam nitrat telah peroleh dari dengan cara studi pustaka dan melalui pertimbangan

Lebih terperinci

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR

PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR PENERAPAN PERANGKAT LUNAK KOMPUTER UNTUK PENENTUAN KINERJA PENUKAR KALOR Sugiyanto 1, Cokorda Prapti Mahandari 2, Dita Satyadarma 3. Jurusan Teknik Mesin Universitas Gunadarma Jln Margonda Raya 100 Depok.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN

LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN LAPORAN TUGAS AKHIR MODIFIKASI KONDENSOR SISTEM DISTILASI ETANOL DENGAN MENAMBAHKAN SISTEM SIRKULASI AIR PENDINGIN Disusun oleh: BENNY ADAM DEKA HERMI AGUSTINA DONSIUS GINANJAR ADY GUNAWAN I8311007 I8311009

Lebih terperinci

BAB III TUGAS KHUSUS. Evaluasi Performance Hot gas Oil Heat Exchanger 6-2 Crude Distiller III Di Unit CD & GP PT. Pertamina (Persero) Ru III Plaju

BAB III TUGAS KHUSUS. Evaluasi Performance Hot gas Oil Heat Exchanger 6-2 Crude Distiller III Di Unit CD & GP PT. Pertamina (Persero) Ru III Plaju BAB III TUGAS KHUSUS 3.1 Judul Tugas Khusus Evaluasi Performance Hot gas Oil Heat Exchanger 6-2 Crude Distiller III Di Unit CD & GP PT. Pertamina (Persero) Ru III Plaju 3.2 Latar Belakang Heat Exchanger

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT

Prarancangan Pabrik Polistirena dengan Proses Polimerisasi Suspensi Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Stirena Tangki Air Tangki Asam Klorida Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan air Menyimpan bahan baku stirena monomer proses untuk 15

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Metanol dan Asam Salisilat Kapasitas Ton/Tahun BAB III SPESIFIKASI ALAT. Kode T-01 T-02 T-03 BAB III SPESIFIKASI ALAT 1. Tangki Penyimpanan Spesifikasi Tangki Metanol Tangki Asam Tangki Metil Sulfat Salisilat Kode T-01 T-02 T-03 Menyimpan Menyimpan asam Menyimpan metil metanol untuk 15 sulfat

Lebih terperinci

BAB III TUGAS KHUSUS. 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong.

BAB III TUGAS KHUSUS. 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong. 55 BAB III TUGAS KHUSUS 3.1 Judul Evaluasi kinerja Reboiler LS-E6 pada Unit RFCCU di PT. Pertamina (Persero) RU III Plaju - Sungai Gerong. 3.2 Latar Belakang Dalam suatu industri perminyakan, banyak ditemukan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT BAB III SPESIFIKASI ALAT III.1. Spesifikasi Alat Utama III.1.1 Reaktor : R-01 : Fixed Bed Multitube : Mereaksikan methanol menjadi dimethyl ether dengan proses dehidrasi Bahan konstruksi : Carbon steel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijabarkan mengenai penukar kalor, mekanisme perpindahan kalor pada penukar kalor, konfigurasi aliran fluida, shell and tube heat exchanger, bagian-bagian shell

Lebih terperinci

proses oksidasi Butana fase gas, dibagi dalam tigatahap, yaitu :

proses oksidasi Butana fase gas, dibagi dalam tigatahap, yaitu : (pra (Perancangan (PabnHjhjmia 14 JlnhiridMaleat dari(butana dan Vdara 'Kapasitas 40.000 Ton/Tahun ====:^=^=============^==== BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah Proses Pada proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah Ilmu termodinamika yang membahas tentang transisi kuantitatif dan penyusunan ulang energi panas dalam suatu tubuh materi. perpindahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 HE Shell and tube Penukar panas atau dalam industri populer dengan istilah bahasa inggrisnya, heat exchanger (HE), adalah suatu alat yang memungkinkan perpindahan dan bisa berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT digilib.uns.ac.id 47 BAB III PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk

Lebih terperinci

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks

Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks Pengaruh Pemilihan Jenis Material Terhadap Nilai Koefisien Perpindahan Panas pada Perancangan Heat Exchanger Shell-Tube dengan Solidworks Arif Budiman 1,a*, Sri Poernomo Sari 2,b*. 1,2) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari berpindahnya suatu energi (berupa kalor) dari suatu sistem ke sistem lain karena adanya perbedaan temperatur.

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 47 BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Alat Utama Tabel 3.1 Spesifikasi Reaktor Kode R-01 Mereaksikan asam oleat dan n-butanol menjadi n-butil Oleat dengan katalis asam sulfat Reaktor alir tangki berpengaduk

Lebih terperinci

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN

EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN EVALUASI DESAIN TERMAL KONDENSOR PLTN TIPE PWR MENGGUNAKAN PROGRAM SHELL AND TUBE HEAT EXCHANGER DESIGN Saut Mangihut Tua Naibaho 1), Steven Darmawan 1) dan Suroso 2) 1) Program Studi Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER. ALAT DAN BAHAN - Alat Seperangkat alat Double Pipe Heat Exchanger Heater Termometer - Bahan Air

DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER. ALAT DAN BAHAN - Alat Seperangkat alat Double Pipe Heat Exchanger Heater Termometer - Bahan Air DOUBLE PIPE HEAT EXCHANGER I. TUJUAN - Mengetahui unjuk kerja alat penukar kalor jenis pipa ganda (Double Pipe Heat Exchanger). - Menghitung koefisien perpindahan panas, faktor kekotoran, efektivitas dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Kalor Perpindahan kalor adalah ilmu yang mempelajari perpindahan energi karena perbedaan temperatur diantara benda atau material. Apabila dua benda yang berbeda

Lebih terperinci

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian

WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Tujuan Pengujian 1.1 Tujuan Pengujian WATER TO WATER HEAT EXCHANGER BENCH BAB I PENDAHULUAN a) Mempelajari formulasi dasar dari heat exchanger sederhana. b) Perhitungan keseimbangan panas pada heat exchanger. c) Pengukuran

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah

Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Karakteristik Perpindahan Panas dan Pressure Drop pada Alat Penukar Kalor tipe Pipa Ganda dengan aliran searah Mustaza Ma a 1) Ary Bachtiar Krishna Putra 2) 1) Mahasiswa Program Pasca Sarjana Teknik Mesin

Lebih terperinci

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin

Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-132 Perancangan Termal Heat Recovery Steam Generator Sistem Tekanan Dua Tingkat Dengan Variasi Beban Gas Turbin Anson Elian dan

Lebih terperinci

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas.

atm dengan menggunakan steam dengan suhu K sebagai pemanas. Pra (Rancangan PabrikjEthanoldan Ethylene danflir ' BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses 3.1.1 Langkah proses Pada proses pembuatan etanol dari etilen yang merupakan proses hidrasi etilen fase

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas Perpindahan panas adalah perpindahan energi karena adanya perbedaan temperatur. Perpindahan kalor meliputu proses pelepasan maupun penyerapan kalor, untuk

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE SATU LALUAN CANGKANG DUA LALUAN TABUNG SEBAGAI PENDINGINAN OLI DENGAN FLUIDA PENDINGIN AIR SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA Basis perhitungan Satuan berat Kapasitas produksi Waktu operasi : 1 jam operasi : Kilogram (kg) : 9.000 ton/tahun : 0 hari/tahun Berat Molekul : Cl = 70,914 kg/mol Bahan

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES digilib.uns.ac.id BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES 3.1. Spesifikasi Alat Utama 3.1.1 Mixer (NH 4 ) 2 SO 4 Kode : (M-01) : Tempat mencampurkan Ammonium Sulfate dengan air : Silinder vertical dengan head

Lebih terperinci

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA

ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA ANALISA KINERJA ALAT PENUKAR KALOR JENIS PIPA GANDA Oleh Audri Deacy Cappenberg Program Studi Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta ABSTRAK Pengujian Alat Penukar Panas Jenis Pipa Ganda Dan

Lebih terperinci

V. SPESIFIKASI PERALATAN

V. SPESIFIKASI PERALATAN V. SPESIFIKASI PERALATAN A. Peralatan Proses Peralatan proses Pabrik Tricresyl Phosphate dengan kapasitas 25.000 ton/tahun terdiri dari : 1. Tangki Penyimpanan Phosphorus Oxychloride (ST-101) Tabel. 5.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan Heat Exchanger BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam proses produksi Asam Sulfat banyak menimbulkan panas. Untuk mengambil panas yang ditimbulkan oleh proses reaksi dalam pabrik asam sulfat tersebut digunakan

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR

PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR PENYUSUNAN PROGRAM KOMPUTASI PERANCANGAN HEAT EXCHANGER TIPE SHELL & TUBE DENGAN FLUIDA PANAS OLI DAN FLUIDA PENDINGIN AIR Afdhal Kurniawan Mainil, Rahmat Syahyadi Putra, Yovan Witanto Program Studi Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA Basis perhitungan Satuan berat Kapasitas produksi Waktu operasi : 1 jam operasi : Kilogram (kg) : 7.000 ton/tahun : 0 hari/tahun Berat Molekul : Cl = 70,914 kg/mol Bahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER

PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER PENINGKATAN UNJUK KERJA KETEL TRADISIONAL MELALUI HEAT EXCHANGER Rianto, W. Program Studi Teknik Mesin Universitas Muria Kudus Gondangmanis PO.Box 53-Bae, Kudus, telp 0291 4438229-443844, fax 0291 437198

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai

BAB III PERANCANGAN PROSES. bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 Uraian Proses Proses pembuatan Metil Laktat dengan reaksi esterifikasi yang menggunakan bahan baku Metanol dan Asam Laktat dapat dilakukan melalui tahap-tahap sebagai berikut

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN

ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN ANALISIS EFEKTIFITAS ALAT PENUKAR KALOR SHELL & TUBE DENGAN MEDIUM AIR SEBAGAI FLUIDA PANAS DAN METHANOL SEBAGAI FLUIDA DINGIN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Heat Exchanger (HE) Heat Exchanger (HE) adalah alat penukar panas yang memfasilitasi pertukaran panas antara dua cairan pada temperatur yang berbeda

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 56 BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1 Analisa Varian Prinsip Solusi Pada Varian Pertama dari cover diikatkan dengan tabung pirolisis menggunakan 3 buah toggle clamp, sehingga mudah dan sederhana dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Dalam proses ini untuk menetukan hasil design oil cooler minyak mentah (Crude Oil) untuk jenis shell and tube. Untuk mendapatkan hasil design yang paling optimal untuk

Lebih terperinci

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi

31 4. Menghitung perkiraan perpindahan panas, U f : a) Koefisien konveksi di dalam tube, hi b) Koefisien konveksi di sisi shell, ho c) Koefisien perpi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Dalam proses ini untuk menetukan hasil design oil cooler minyak mentah (Crude Oil) untuk jenis shell and tube. Untuk mendapatkan hasil design yang paling optimal untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perpindahan Panas/Kalor Perpindahan kalor (heat transfer) ialah ilmu untuk meramalkan perpindahan energi yang terjadi karena adanya perbedaan suhu di antara benda atau material.

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat proses pabrik isopropil alkohol terdiri dari tangki penyimpanan produk, reaktor, separator, menara distilasi, serta beberapa alat pendukung seperti kompresor, heat

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES III.. Spesifikasi Alat Utama Alat-alat utama di pabrik ini meliputi mixer, static mixer, reaktor, separator tiga fase, dan menara destilasi. Spesifikasi yang ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN PROSES

BAB III PERANCANGAN PROSES BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1. Uraian Proses Reaksi pembentukan C8H4O3 (phthalic anhydride) adalah reaksi heterogen fase gas dengan katalis padat, dimana terjadi reaksi oksidasi C8H10 (o-xylene) oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dua atau

BAB I PENDAHULUAN. Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dua atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Destilasi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dua atau lebih komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Uap yang dibentuk

Lebih terperinci

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 27 BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR 4.1 Pemilihan Sistem Pemanasan Air Terdapat beberapa alternatif sistem pemanasan air yang dapat dilakukan, seperti yang telah dijelaskan dalam subbab 2.2.1 mengenai

Lebih terperinci

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.

TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100. EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRA PERANCANGAN PABRIK BIODIESEL DARI DISTILAT ASAM LEMAK MINYAK SAWIT (DALMS) DENGAN PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN Oleh: RUBEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan

BAB I PENDAHULUAN. pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Salah satu proses dalam sistem pembangkit tenaga adalah proses pendinginan untuk mendinginkan mesin-mesin pada sistem. Proses pendinginan ini memerlukan beberapa kebutuhan

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN VALIDASI DESAIN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS

PERANCANGAN DAN VALIDASI DESAIN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS PERANCANGAN DAN VALIDASI DESAIN ALAT PENUKAR KALOR TIPE SHELL AND TUBE MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS Eko Kiswoyo 1, Anwar Ilmar Ramadhan 2,* 1 Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan Teknik Mesin, Fakultas

Lebih terperinci

ANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS

ANALISA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS ANALISA HEAT EXHANGER JENIS SHEEL AND TUBE DENGAN SISTEM SINGLE PASS ahya Sutowo Teknik Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Proses perpindahan kalor pada dunia industri pada saat ini, merupakan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Kimia Propilena Oksida dengan proses Hydroperoxide Kapasitas ton/tahun BAB III

Prarancangan Pabrik Kimia Propilena Oksida dengan proses Hydroperoxide Kapasitas ton/tahun BAB III BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Spesifikasi alat proses utama terdiri dari reaktor gelembung, menara distilasi, reaktor batch, flash drum-01, adsorber, dan flash drum-02. Reaktor gelembung berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi,

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi, BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi, kondenser, accumulator, reboiler, heat exchanger, pompa dan tangki. tiap alat ditunjukkan dalam

Lebih terperinci

(VP), untuk diuapkan. Selanjutnya uap hasil dari vaporizer (VP) dipisahkan

(VP), untuk diuapkan. Selanjutnya uap hasil dari vaporizer (VP) dipisahkan BAB III PERANCANGAN PROSES 3.1 URA1AN PROSES Methane, 99,85% dari tangki penyimpan bahan baicu (T-01) yang mempunyai kondisi suhu 30»C dan teka,ata, dipompa menuju vap0ri2er (VP), untuk diuapkan. Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi,

BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES. Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi, BAB III SPESIFIKASI ALAT PROSES Alat-alat di pabrik ini meliputi reactive distillation, menara distilasi, kondenser, accumulator, reboiler, heat exchanger, pompa dan tangki. tiap alat ditunjukkan dalam

Lebih terperinci

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Penggunaan Baffle pada Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perpindahan Panas Perpindahan kalor atau panas (heat transfer) merupakan ilmu yang berkaitan dengan perpindahan energi karena adanya perbedaan suhu diantara benda atau material.

Lebih terperinci

DECANTER (D) Sifat Fisis Komponen Beberapa sifat fisis dari komponen-komponen dalam decanter ditampilkan dalam tabel berikut.

DECANTER (D) Sifat Fisis Komponen Beberapa sifat fisis dari komponen-komponen dalam decanter ditampilkan dalam tabel berikut. DECANTER (D) Deskripsi Tugas : Memisahkan benzaldehyde dari campuran keluar reaktor yang mengandung benzaldehyde, cinnamaldehyde, serta NaOH dan katalis 2 HPb-CD terlarut dalam air Suhu : 50 o C (323 K)

Lebih terperinci

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS TON / TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA PRARANCANGAN PABRIK UREA FORMALDEHID PROSES FORMOX KAPASITAS 44.000 TON / TAHUN MURTIHASTUTI Oleh: SHINTA NOOR RAHAYU L2C008084 L2C008104 JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL)

ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL) ANALISIS KEEFEKTIFAN ALAT PENUKAR KALOR TABUNG SEPUSAT ALIRAN BERLAWANAN DENGAN VARIASI PADA FLUIDA PANAS (AIR) DAN FLUIDA DINGIN (METANOL) David Oktavianus 1,Hady Gunawan 2,Hendrico 3,Farel H Napitupulu

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh :

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS TON/TAHUN. Oleh : EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PRAPERANCANGAN PABRIK KIMIA PRAPERANCANGAN PABRIK ETILEN GLIKOL DENGAN KAPASITAS 80.000 TON/TAHUN Oleh : JD Ryan Christy S Louis Adi Wiguno L2C008065 L2C008070 JURUSAN TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SUHERI SUSANTO NIM

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik SUHERI SUSANTO NIM ANALISIS ALAT PENUKAR KALOR SHELL AND TUBE SEBAGAI PEMANAS MARINE FUEL OIL ( MFO ) UNTUK BAHAN BAKAR BOILER PLTU UNIT 4 DI PT. PLN (PERSERO) SEKTOR PEMBANGKITAN BELAWAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk

Lebih terperinci

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan

I. Pendahuluan. A. Latar Belakang. B. Rumusan Masalah. C. Tujuan I. Pendahuluan A. Latar Belakang Dalam dunia industri terdapat bermacam-macam alat ataupun proses kimiawi yang terjadi. Dan begitu pula pada hasil produk yang keluar yang berada di sela-sela kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III TUGAS KHUSUS (Ini mse gbgan smo bab3 yg HE)

BAB III TUGAS KHUSUS (Ini mse gbgan smo bab3 yg HE) BAB III TUGAS KHUSUS (Ini mse gbgan smo bab3 yg HE) 3.1 Judul Menghitung kinerja alat Reboiler Debutanizer FLRS-E-107 pada Unit RFCC (Riser Fluidized Catalityc Crangking) di PT. Pertamina (Persero) RU

Lebih terperinci

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger

Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Efektivitas Shell-and-Tube Heat Exchanger JURNAL TEKNIK MESIN Vol. 2, No. 2, Oktober 2: 86 9 Pengaruh Kecepatan Aliran Terhadap Shell-and-Tube Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi Industri Jurusan Teknik Mesin Universitas

Lebih terperinci

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow

Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow Jurnal Teknik Elektro dan Komputer, Vol.I, No.2, Oktober 2013, 161-168 161 Karakteristik Perpindahan Panas pada Double Pipe Heat Exchanger, perbandingan aliran parallel dan counter flow Mustaza Ma a Program

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh)

ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh) ANALISIS PERFORMANSI PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHEEL AND TUBE TIPE BEM DENGAN MENGGUNAKAN PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA FLUIDA PANAS (Mh) Aznam Barun, Eko Rukmana Universitas Muhammadiyah Jakarta, Jurusan

Lebih terperinci

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES

BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES BAB V SPESIFIKASI ALAT PROSES A. Peralatan Proses 1. Reaktor ( R-201 ) : Mereaksikan 8964,13 kg/jam Asam adipat dengan 10446,49 kg/jam Amoniak menjadi 6303,2584 kg/jam Adiponitril. : Reaktor fixed bed

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM. 1. Aristia Anggraeni S.

TUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM. 1. Aristia Anggraeni S. TUGAS AKHIR PABRIK SIRUP GLUKOSA DARI BEKATUL DENGAN PROSES HIDROLISA ENZIM Oleh : 1. Aristia Anggraeni S. 2. Aulia Kartika D. 2310030017 2310030037 Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Danawati HP. M.Pd.

Lebih terperinci

Neraca Panas Heater II

Neraca Panas Heater II Neraca Panas Heater II aliran 15 t 1 = 50 C Heater II T 2 = 130 C steam T 1 = 130 C aliran 16 t 2 = 60 C 29 Komponen masuk H (kcal) Komponen keluar H (kcal) Aliran 16: Aliran 18: FFA: Metil ester asam

Lebih terperinci

RANCANG ULANG HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE PADA PRESSURE REDUCING SYSTEM UNTUK COMPRESSED NATURAL GAS KAPASITAS 150 m 3 /Jam

RANCANG ULANG HEAT EXCHANGER SHELL AND TUBE PADA PRESSURE REDUCING SYSTEM UNTUK COMPRESSED NATURAL GAS KAPASITAS 150 m 3 /Jam Available online at Website http://ejournal.undip.ac.id/index.php/rotasi RANCANG ULANG HEAT EXCHANGER SHELL AN TUBE PAA PRESSURE REUCING SYSTEM UNTUK COMPRESSE NATURAL GAS KAPASITAS 150 *Anwar Ilmar Ramadhan

Lebih terperinci

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48

Sujawi Sholeh Sadiawan, Nova Risdiyanto Ismail, Agus suyatno, (2013), PROTON, Vol. 5 No 1 / Hal 44-48 PENGARUH SIRIP CINCIN INNER TUBE TERHADAP KINERJA PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER Sujawi Sholeh Sadiawan 1), Nova Risdiyanto Ismail 2), Agus suyatno 3) ABSTRAK Bagian terpenting dari Heat excanger

Lebih terperinci

BAB lll METODE PENELITIAN

BAB lll METODE PENELITIAN BAB lll METODE PENELITIAN 3.1 Tujuan Proses ini bertujuan untuk menentukan hasil design oil cooler pada mesin diesel penggerak kapal laut untuk jenis Heat Exchager Sheel and Tube. Design ini bertujuan

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA HEAT EXCHANGER DENGAN METODE FOULING FAKTOR. Bambang Setyoko *)

EVALUASI KINERJA HEAT EXCHANGER DENGAN METODE FOULING FAKTOR. Bambang Setyoko *) EVALUASI KINERJA HEAT EXCHANGER DENGAN METODE FOULING FAKTOR Bambang Setyoko *) Abstract The performance of heat exchangers usually deteriorates with time as a result of accumulation of deposits on heat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses pemanasan atau pendinginan fluida sering digunakan dan merupakan kebutuhan utama dalam sektor industri, energi, transportasi, serta dibidang elektronika. Sifat

Lebih terperinci

Pada pembuatan Butil Etanoat dengan proses esterifxkasi fase cair-cair

Pada pembuatan Butil Etanoat dengan proses esterifxkasi fase cair-cair \Agung Surya Jaelani ( 02 521 039 ) 1, Azhar (02521222) BAB III PERANCANGAN PROSES Pada pembuatan Butil Etanoat dengan proses esterifxkasi fase cair-cair terbagi dalam tiga tahap : 1. Persiapan bahan baku

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PERANCANGAN PABRIK SORBITOL DENGAN PROSES HIDROGENASI KATALITIK KAPASITAS 100.000 TON/TAHUN Oleh : Dewi Fatmawati Putri Diliyan Shakt L2C309006 L2C309015

Lebih terperinci

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini

Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini Pabrik Alumunium Sulfat dari Bauksit Dengan Modifikasi Proses Bayer dan Giulini Dosen Pembimbing : Ir. Elly Agustiani, M.Eng NIP. 19580819 198503 2 003 Oleh Ricco Aditya S. W (2310 030 044) Rieska Foni

Lebih terperinci

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) Mirza Quanta Ahady Husainiy 2408100023 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin

LAMPIRAN A REAKTOR. = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil. = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin LAMPIRAN A REAKTOR Fungsi = Untuk mereaksikan Butanol dengan Asam Asetat menjadi Butil Asetat. Jenis = Reaktor Alir Tangki Berpengaduk Dengan Jaket Pendingin Waktu tinggal = 62 menit Tekanan, P Suhu operasi

Lebih terperinci

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN

BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN BAB III DATA PEMODELAN SISTEM PERPIPAAN Dalam pemodelan sistem perpipaan diperlukan data-data pendukung sebagai input perangkat lunak dalam analisis. Data yang diperlukan untuk pemodelan suatu sistem perpipaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA Basis perhitungan : 1 jam operasi Satuan berat : kilogram (kg) Kapasitas produksi : 5.000 ton/tahun Waktu operasi : 0 hari/tahun Berat Molekul : C 6 H 5 NHCOCH 15 kg/kmol

Lebih terperinci

BAB III SPESIFIKASI ALAT

BAB III SPESIFIKASI ALAT 42 BAB III SPESIFIKASI ALAT 3.1. Reaktor Tugas 1. Tekanan 2. Suhu umpan 3. Suhu produk Waktu tinggal Shell - Tinggi - Diameter - Tebal Shell Head - Tebal head - Tinggi head Tabel 3.1 Reaktor R Mereaksikan

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS TON PER TAHUN EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA TUGAS PRARANCANGAN PABRIK SIRUP MALTOSA BERBAHAN DASAR TAPIOKA KAPASITAS 30000 TON PER TAHUN Disusun Oleh : Gita Lokapuspita NIM L2C 008 049 Mirza Hayati

Lebih terperinci