PERMASALAHAN PENDIDIKAN PADANEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG. Christiawan Hendratmoko. Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERMASALAHAN PENDIDIKAN PADANEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG. Christiawan Hendratmoko. Abstract"

Transkripsi

1 PERMASALAHAN PENDIDIKAN PADANEGARA-NEGARA SEDANG BERKEMBANG Christiawan Hendratmoko Abstract Education is fundamental for improving human life quality and assure social and economic development. Ithasakeyroleinabsorbsmoderntechnologyandenhancethecapacityofnational production in order to reach sustainable development.young age structure, poverty,child labour, and discriminative threatment toward women to get education are the general problem faced by developmentcountries. Generally, the education level determined by interaction of supply and demand. In the developing countries,determinantfactorsfromdemand sideare more importantthanfromsupply side. Inthesecountries,mosteducationserviceandfacilityareprovidedbygovernment. Keywords: education,humanlife,economicdevelopment Pendahuluan Pendidikan adalah hal yang mendasar untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan menjamin kemajuan sosial dan ekonomi (United Nations, 1997). Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh kehidupan yang memuaskan dan berharga. Pendidikan merupakan hal yang fundamental untuk membentuk kapabilitas manusia yang lebih luas yang berada pada inti makna pembangunan. Pada negara-negara sedang berkembang, pendidikan memainkan peran kunci dalam penyerapan teknologi modern dan pengembangan kapasitas produksi nasional agarterciptapertumbuhansertapembangunan yangberkelanjutan(sustainabledevelopment). Dengandemikian,pendidikandapatdipandang sebagai komponen pertumbuhan dan pembangunan yang vital -sebagai input fungsi produksi agregat. Peran gandanya sebagai inputmaupunoutputmenyebabkanpendidikan sangatpentingdalampembangunanekonomi. Sejak beberapa dekade terakhir ini, kemampuan baca tulis (literacy) dan pendidikandasartelahdinikmatisecarameluas oleh sebagian besar orang di negara-negara berkembang. PBB melaporkan bahwa meskipun masih terdapat lebih dari 875 juta orang berusia diatas 15 tahun yang buta huruf di dunia pada tahun 2000, namun saat ini 80 persen penduduk dunia telah mampu membaca dan menulis, dibandingkan dengan 63persenpadatahun1970. Meskipun telah mencapai kemajuankemajuan yang mengagumkan, namun negara-negara Dunia Ketiga masih terus menghadapi berbagai tantangan sejalan dengan upayanya meningkatkan taraf pendidikan masyarakat. Distribusi pendidikan di suatu negara sama pentingnya dengan distribusi pendapatan. Di negara-negara sedang berkembang, masyarakat kota menikmati fasilitas pendidikan yang lengkap dan modern, sementara orang-orang yang tinggal di pedesaan yang terpencil harus puas dengan fasilitas yang serba terbatas dan tertinggal. Anak-anak orang kaya dapat bersekolahdengansaranadanprasaranayang mendukung sampai tingkat yang setinggitingginya, sedangkan anak-anak orang miskin harusbersekolahsambilbekerjadanseringkali tidak mampu melanjutkan pendidikan karena biaya sekolah yang tidak terjangkau oleh mereka. Di banyak negara sedang berkembang, pendidikan formal adalah "industri" dan konsumen terbesar dalam penggunaan anggaran pemerintah. Mereka telah mengalokasikan dana yang sangat besar dalam bidang pendidikan. Alasan utama adalah karena mereka yakin bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan dan taraf hidup rakyat tidak ada jalan lain kecuali melalui pendidikan. Pendidikan adalah pintu menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih bermartabat. Di samping adanya tekanantekananpolitisyanghebatdarimasyarakatbagi penyediaan/perluasan sekolah di negaranegara berkembang. Para orang tua semakin menyadari bahwa dalam masa dimana kompetisi hidup kian meningkat, semakin berpendidikan dan semakin banyak sertifikat yang dimiliki anak-anak mereka, semakin baik pula kesempatan mereka untuk mendapatkan pekerjaan dengan pendapatan tinggi dan 37

2 terjamin. Bagi golongan miskin, pendidikan dianggap sebagai jalan satu-satunya untuk mengangkat anak-anak mereka dari kemiskinan. Dalam dasawarsa terakhir ini, telah terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah negara berkembang untuk bidang pendidikan yang sangat besar baik secara proporsional terhadap pendapatan nasional maupun terhadap anggaran belanja. Alokasi anggaran pendidikan di sejumlah negara sedangberkembang meningkat dengan pesat. Negara Indonesia, sejak beberapa tahun yang lalu, secara konstitusional telah diamanatkan bahwa pemerintah harus mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Hal ini menunjukkan tekad yang serius dari negara untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana telah diamanatkandalampembukaanuud1945. Permasalahan-permasalahanYangDihadapi Secara demografis, negara-negara berkembangmemilikistrukturumurmuda,yaitu proporsi penduduk berusia muda (anak-anak) cukup besar. Rata-rata berkisar sekitar 25 persen dari total penduduk. Besarnya jumlah anak-anak di negara-negara berkembang dengan angka kemiskinan yang tinggi merupakan problema tersendiri, khususnya terkait dengan banyaknya anak-anak yang terpaksa harus bekerja dan meninggalkan sekolah serta diskriminasi perlakuan terhadap anak perempuan dan wanita pada umumnya untukmengenyampendidikan. Pekerja anak-anak adalah msalah yang meluasdinegaraberkembang. Jikaanak-anak berusia kurang dari14tahun terpaksa bekerja, maka konsekuensi minimalnya adalah terganggunya waktu mereka untuk bersekolah dandalamsebagianbesarkasus,merekatidak dapat bersekolah sama sekali. Masalah ini diperberat dengan kenyataan bahwa tingkat kesehatan pekerja anak-anak sangat buruk dibandingkan dengan anak-anak yang tidak bekerja,meskisam-samaberasaldarikeluarga miskin. Disampingitu,sebagianbesarpekerja anak-anak bekerja dalam kondisi yang sangat kerasdaneksploitatif. International Labour Organization (ILO) memperkirakan bahwa sekitar 120 juta anakanak di negara-negara berkembang berumur antara 5-14 tahun bekerja penuh waktu, dan 130 juta lainnya bekerja paruh waktu. Sekitar 61 persen dari 250 juta pekerja anak-anak tinggal di Asia, 32 persen di Afrika, dan 7 persen berada di Amerika Latin. Meskipun sebagian besar pekerja anak-anak tinggal di Asia, secara relatif Afrika memiliki tingkat pekerja anak-anak yang paling tinggi, yaitu diperkirakan sebesar 41 persen dari semua anak-anak berusia 5-14 tahun. Sedangkan tingkat pekerja anak-anak diasia danamerika Latinmasing-masingadalah 21persendan17 persen. Angka ini belum memasukkan anakanakyangbekerjapenuhwaktudirumahuntuk orang tua mereka. Di samping itu anak anak tersebut juga bekerja dalam waktu yang panjang dan dalam kondisi kerja yang sangat buruk. Meskipun demikian, tidak jelas apakah larangan untuk mempekerjakan anak-anak merupakan yang terbaik bagi anak-anak tersebut. Tanpa pekerjaan, seorang anak mungkin akan sangat kekurangan gizi. Sementaradenganbekerja, biayasekolahdan juga gizi dasar serta pelayanan kesehatan dapatdiperolehnya. Terdapat empat pendekatan utama terhadap kebijakan mengenai pekerja anakanak yang berlaku dalam kebijakan pembangunan. Pendekatan pertama memandang pekerja anak-anak sebagai cerminan dari kemiskinan dan merekomendasikan penekanan pada penanggulangan kemiskinan dan bukan penanganan masalah pekerja anak-anak secara langsung. Pendekatan kedua menekankan strategi yang mengupayakan agar lebih banyak anak-anak yang bisa bersekolah, termasuk pembangunan sekolahsekolah, seperti sekolah-sekolah baru di kawasanpedesaandanterutamainsentifuntuk mendorong para orang tua agar menyekolahkan anaknya. Strategi ini mendapat dukungan luas dari berbagai lembaga internasional dan lembaga pembangunan. Pendekatan ketiga menganggap bahwa pekerja anak-anak tidak bisa dicegah, paling tidak dalam jangka pendek, dan lebih menekankan pada ukuranukuran yang meringankan seperti peraturan yangdapatmencegahpenganiayaanterhadap anak dan memberikan berbagai pelayanan pendukung untuk anak-anak yang bekerja. Pendekatan keempat mendukung pelarangan pekerja anak-anak terutama apabila terjadi pelanggaran/kejahatanterhadappekerjaanakanak, seperti perbudakan, prostitusi, dan pekerjaan-pekerjaanyangkarenasifatnyaatau karena lingkungannya cenderung merusak kesehatan,keamanan,ataumoralanak-anak. Perbedaan perlakuan terhadap anak perempuan terjadi di banyak negara 38

3 berkembang. Anak-anak perempuan menerima pendidikan yang jauh lebih sedikit daripada anak laki-laki, sehingga kemampuan baca tulis dan lama bersekolah kaum wanita lebihrendahdibandingkandengankaumpria. Terdapat cukup banyak bukti empiris yang menyatakan bahwa diskriminasi pendidikan terhadap kaum wanita menghambat pembangunan ekonomi di samping memperburuk ketimpangan sosial. Perluasan kesempatan pendidikan bagi kaum wanita sangat menguntungkan secara ekonomis karenaempatalasan: 1. Tingkat pengembalian (rate of return) dari pendidikan kaum wanita lebih tinggi daripada tingkat pengembalian pendidikan pria dikebanyakannegaraberkembang. 2. Peningkatan pendidikan kaum wanita tidak hanya menaikkan produktivitasnya di lahan pertanian dan di pabrik, tetapi juga meningkatkan partisipasi tenaga kerja, pernikahanyanglebihlambat,fertilitasyang lebih rendah, dan perbaikan kesehatan sertagizianak-anak. 3. Kesehatan dan gizi anak-anak yang lebih baik serta ibu yang lebih terdidik akan memberikan dampak pengganda (multiplier effect) terhadap kualitas anak bangsa selama beberapa generasi yang akandatang. 4. Karena kaum wanita memikul beban terbesar dari kemiskinan dan kelangkaan lahangarapanyangmelingkupimasyarakat di negara berkembang, maka perbaikan yang signifikan dalam peran dan status wanita melalui pendidikan dapat mempunyai dampak penting dalam memutuskan lingkaran setan kemiskinan (vicious circle of poverty) serta pendidikan yangtidakmemadai. Berbagai penelitian di negara-negara berkembangsecarakonsistenmemperlihatkan bahwa ekspansi dalam pendidikan dasar anak-anak perempuan memberikan tingkat pengembalian paling tinggi di antara semua jenis investasi. Ini adalah salah satu alasan mengapa diskriminasi terhadap anak-anak perempuan dalam pendidikan dan juga kesehatan, tidak hanya tidak adil, tetapi juga sangat mahal ditinjau dari sudut pandang pencapaiansasaran-sasaranpembangunan. Pendidikan ibu yang lebih baik secara umum akan meningkatkan kemungkinan tersedianya pendidikan dan kesehatan yang lebih baik bagi putra-putrinya. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pendidikan ibu memainkan peranan yang menentukan dalam meningkatkan tingkat kecukupan gizi di daerah-daerah pedesaan. Prevalensi anakanakyangterhambatpertumbuhannya(kerdil), yang merupakan indikator jelas dari anak kuranggizi,jauhsangatrendahdenganadanya pendidikan tinggi dari sang ibu, pada tingkat pendapatanberapapun. PermintaandanPenawaranPendidikan Tingkat pendidikan yang dinikmati oleh seseorang,meskipun banyakdipengaruhioleh faktor-faktor yang bersifat non-ekonomis, secara umum dapat dipandang sebagai hasil yang ditentukanoleh interaksiantara kekuatan permintaan dan penawaran, seperti halnya dengan produk ekonomi lainnya. Di banyak negaraberkembang,faktor-faktorpenentudari sisi permintaan terhadap pendidikan menjadi jauh lebih penting daripada faktor-faktor penentu di sisi penawaran, karena hampir keseluruhan jasa dan fasilitas pendidikan disediakanolehpemerintah. Pada sisi permintaan, ada dua hal yang paling berpengaruh terhadap jumlah atau tingkatpendidikanyangdiinginkan,yaitu: (1) Harapan untuk memperoleh pekerjaan dengan penghasilan yang lebih baik pada sektor modern di masa yang akan datang. Ini merupakan manfaat pendidikan individual (private benefits of education) bagi siswa dan/atau keluarganya. (2) Biaya-biaya pendidikan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung, yang harus dikeluarkan atau ditanggung oleh siswa dan/atau keluarganya. Berdasarkanduahaltersebutdiatas,dapat disimpulkan bahwa permintaan terhadap pendidikan merupakan permintaan turunan (derived demand), yakni permintaan terhadap kesempatan memperoleh pekerjaan berpenghasilantinggidisektormodern. Halini karena untuk memperoleh pekerjaan di sektor modern, sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan seseorang. Bagi sebagian besar masyarakat di negara-negara berkembang (terutama golongan miskin), mereka menginginkan pendidikan bukan karena alasan-alasan atau manfaatnya yang bersifat nonekonomis(reputasi,gengsi,pengaruh,atau kepuasan batin), melainkan hanya sebagai suatu wahana dalam rangka "mengamankan" kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor moderen. Manfaat-manfaat pendidikan tidak langsung inilah yang pada akhirnya akan dipertimbangkanberikutbiaya-biayanya. 39

4 Pada sisi penawaran, jumlah sekolah di tingkat sekolah dasar, menengah, dan universitaslebihbanyakditentukanolehproses politik, yang sering tidak berkaitan dengan kriteria ekonomi. Semakin besar dan kuat tekanan politik yang tujukan pada pemerintah untuk menyediakan sekolah-sekolah yang lebih banyak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingtkat penawaran atau penyediaan tempat-tempat sekolah oleh negara dibatasi oleh pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan. Pada akhirnya, hal tersebut akan dipengaruhi oleh tingkat permintaan agregat dari masyarakat terhadap pendidikan. Mengingat jumlah pendidikan yang diminta secara umum menentukan jumlah penawarannya (yang sesuai dengan batasbatas kemampuan keuangan pemerintah), maka perlu diperhatikan determinandeterminan ekonomis (berorientasi pada kesempatan kerja) dari permintaan pendidikan yangsifatnyatidaklangsungini. Permintaan terhadap tingkat pendidikan yang dianggap harus dicapai untuk mendapatkan pekerjaan berpenghasilan tinggi di sektor moderen bagi seseorang sangat ditentukanolehkombinasipengaruhdariempat variabel(variabelekonomi)berikutini: (1) Perbedaan pendapatan antara sektor moderendengansektortradisional. (2) Probabilitas keberhasilan untuk mendapatkan pekerjaan di sektor moderen. (3) Biaya pendidikan langsung yang harus ditanggungsiswa/keluarganya. (4) Biaya tidak langsung atau biaya oportunitasdaripendidikan. Sebenarnya masih terdapat beberapa variabel penting lainnya yang merupakan variabel nonekonomi yang sangat mempengaruhi permintaan terhadap pendidikan, seperti tradisi budaya, gender, status sosial, pendidikan orang tua, dan besarnya anggota keluarga. Namun, dengan memusatkan perhatian pada keempat variabel ekonomi tersebut di atas, dapat diketahui gambaran penting dan menyeluruh mengenai hubungan antara tingkat permintaan terhadap pendidikan dengan tingkat penawaran kesempatankerja. Arthur Lewis mengemukakan bahwa di negara-negara berkembang terdapat selisih tingkat upah yang besar antara pekerjaan di sektor modern dengan pekerjaan di sektor tradisional (atau antara kota dengan desa). Keadaan inilah yang mendorong terjadinya arus urbanisasi dari desa ke kota. Apabila kepindahan penduduk tadi tidak dibekali dengan tingkat pendidikan yang memadai, maka hanya akan menimbulkan masalah baru di perkotaan, yaitu pengangguran karena mereka tidak bisa ditampung di sektor modern yang menuntut keahlian dan ketrampilan dari tenaga kerja yang ada. Sementara keahlian danketrampilanhanyadapatdiperolehmelalui pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan tingginya tingkat permintaan terhadap pendidikan untuk mengimbangi penawaran kesempatan kerja di sektormodern. Beberapa keadaan di negara berkembang juga mendorong tingginya permintaan terhadap pendidikan. Keyakinan pada sebagian besar masyarakatbahwa pendidikan yang baik akan menjamin masa depan yang juga baik melalui pekerjaan di sektor modern dengan penghasilan yang lebih tinggi. Akhirnya, daya tarik pendidikan tinggi yang sangat besar sebenarnya menimbulkan biaya sosial yang tidak sedikit. Biaya sosial (social costs of education) adalah biaya oportunitas yang harus ditanggung oleh masyarakat sebagai akibat dari adanya kebutuhan masyarakat tersebut untuk membiayai perluasan pendidikan yang lebih tinggi dan mahal dengan dana yang mungkin akan menjadi lebih produktif apabila digunakan pada sektor-sektor ekonomi yang lain. Di negara-negara berkembang pada umumnya, segenap biaya sosial dari pendidikan meningkat secara cepat seiring dengan semakin tingginya tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat. Sementara itu, biayabiaya pendidikan individual (private costs of education),yaknibiayayang harus ditanggung oleh anak didik dan keluarganya sendiri justru akan meningkat secara lebih lambat atau bahkanbisajadiakanmengalamipenurunan. Kesenjanganyangsemakinmelebarantara biayaindividualdenganbiayasosialakanlebih memacu tingkat permintaan atas pendidikan tinggi. Akibatnya, tingkat permintaan masyarakatataspendidikantingkatuniversitas menjadisemakin meningkat. Adanya lonjakan permintaan yang begitu besar, maka biayabiayasosial yangharusditanggungmeningkat jauh lebih cepat daripada sekedar biaya pembangunan gedung universitas dan segala fasilitasnya. Masyarakat juga harus menanggung biaya sosial berupa semakin memburuknya alokasi sumberdaya yang pada akhirnya akan menyusutkan persediaan dana dan kesempatan untuk menciptakan 40

5 kesempatan kerja secara langsung atau untuk menjalankanprogrampembangunanlainnya. Penutup Pendidikan memainkan peranan penting dalam penyerapan teknologi modern dan pengembangan kapasitas produksi nasional agar tercipta pertumbuhan dan pembangunan yang berkelanjutan guna meningkatkan taraf hidup penduduk. Pendidikan adalah pintu menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih bermartabat. Pendidikanmempunyaiperanan ganda, baik sebagai input maupun output dalampembangunanekonomi. Negara-negara berkembang pada umumnya memiliki struktur umur muda. Besarnya proporsi penduduk anak-anak dan angka kemiskinan yang tinggi merupakan masalah tersendiri, khususnya terkait dengan banyaknya anak-anak yang terpaksa harus bekerja dan meninggalkan sekolah serta diskriminasi perlakuan terhadap anak perempuan dan wanita pada umumnya untuk memperolehpendidikan. Secara umum, tingkat pendidikan yang dinikmati seseorang ditentukan oleh interaksi antara kekuatan permintaan dan penawaran. Pada negara-negara berkembang, faktorfaktor penentu dari sisi permintaan terhadap pendidikanmenjadijauhlebihpentingdaripada faktor-faktor penentu dari sisi penawaran, karena hampir keseluruhan jasa dan fasilitas pendidikandisediakanolehpemerintah. Referensi Kuncoro, Mudrajad, YKPN,Yogyakarta. Ekonomi Pembangunan :Teori, Masalah, dan Kebijakan,UPPAMP Todaro,P.MichaelandSmithC.Stephen, EconomicDevelopment, Eighth Edition, PearsonEducationLimited, UnitedKingdom. Widi,Naufal, SDMJadiKendalaUtama,JawaPos, 17April

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh: Martha Hindriyani 10/299040/EK/17980 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN EKONOMI EDISI KESEMBILAN. Modal Manusia: Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi

PEMBANGUNAN EKONOMI EDISI KESEMBILAN. Modal Manusia: Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi PEMBANGUNAN EKONOMI EDISI KESEMBILAN Modal Manusia: Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi Martha Hindriyani 10/299040/EK/17980 Senin, 15 April 2013 Kesehatan dan Pendidikan Dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama

BAB I. PENDAHULUAN. Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama BAB I. PENDAHULUAN Pembangunan sumber daya manusia merupakan salah satu tujuan utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang. Di dalam model pertumbuhan endogen (endogenous growth

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA

KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA KOMPOSISI UMUR PENDUDUK: MUNCULNYA BONUS DEMOGRAFI DAN PENDUDUK MENUA (Diterjemahkan dari Salim, E dkk 2015, Population Dynamics and Sustainable Development in Indonesia, UNFPA Indonesia, Jakarta) Jumlah

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor.

VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN. produktivitas tenaga kerja di semua sektor. VIII. KESIMPULAN, IMPLIKASI KEBIJAKAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Dalam jangka pendek peningkatan pendidikan efektif dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja pertanian dibanding dengan sektor industri

Lebih terperinci

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang

BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN. Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang BAB IV. KERANGKA PEMIKIRAN Bab ini merupakan rangkuman dari studi literatur dan kerangka teori yang digunakan pada penelitian ini. Hal yang dibahas pada bab ini adalah: (1) keterkaitan penerimaan daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimensi masalah ketenagakerjaan bukan hanya sekedar keterbatasan lapangan atau peluang kerja serta rendahnya produktivitas, namun jauh lebih serius dengan penyebab

Lebih terperinci

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. penelitian sebelumnya yang dipakai sebagai acuan dalam penulisan laporan penelitian ini dan menyajikan hipotesis. Bab III : Metode Penelitian Metode penelitian, menjelaskan mengenai metode penelitian yang

Lebih terperinci

Asesmen Gender Indonesia

Asesmen Gender Indonesia Asesmen Gender Indonesia (Indonesia Country Gender Assessment) Southeast Asia Regional Department Regional and Sustainable Development Department Asian Development Bank Manila, Philippines July 2006 2

Lebih terperinci

Negara Maju??? Negara Berkembang..??

Negara Maju??? Negara Berkembang..?? Geografi Negara Maju??? Negara Berkembang..?? Indikator kategorisasi negara maju dan berkembang: Pendapatan per kapita nasional / Gross National Product (GNP) Struktur mata pencaharian dari angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di masa lalu migrasi dari desa ke kota dipandang sebagai sesuatu yang positif. Migrasi dianggap sebagai proses alami di mana surplus tenaga kerja sedikit demi sedikit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik analisis yang BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan indeks pembangunan manusia juga telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Alitasari (2014), teknik

Lebih terperinci

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal

KOMPONEN IPM 5.1 INDIKATOR KESEHATAN. Keadaan kesehatan penduduk merupakan salah satu modal KOMPONEN IPM Pembangunan manusia adalah suatu proses untuk memperbanyak pilihan-pilihan yang dimiliki manusia (masyarakat). Di antara berbagai pilihan, yang terpenting yaitu berumur panjang dan sehat,

Lebih terperinci

PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014

PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014 PENGAKUAN DAN PENGUATAN PERAN PEREMPUAN DALAM IMPLEMENTASI UU DESA NO 6 TAHUN 2014 Oleh: LILI ROMLI STAF AHLI MENTERI BIDANG HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan salah satu kebijakan pengembangan wilayah yang mencoba merubah sistem sentralistik menjadi desentralistik. Melalui kebijakan ini, diharapkan

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Bab 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Keterbatasan kesempatan kerja di Indonesia secara umum membuat beberapa kelompok sosial dan masyarakat terpinggirkan karena minimnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1

MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 MENINGKATKAN PERAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN 1 A. KONDISI KEMISKINAN 1. Asia telah mencapai kemajuan pesat dalam pengurangan kemiskinan dan kelaparan pada dua dekade yang lalu, namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia lebih mengacu kepada keadaan berupa kekurangan hal-hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia lebih mengacu kepada keadaan berupa kekurangan hal-hal yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah global, sering dihubungkan dengan kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Kemiskinan yang terjadi Indonesia lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola. baik di daerah pedesaan dan perkotaan. Dualisme kota dan desa yang terdapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia dan beberapa daerah perkotaan mempunyai pola perekonomian yang cenderung memperkuat terjadinya ketimpangan ekonomi dan kesenjangan sosial yang bermuara kepada

Lebih terperinci

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang

Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang Pendidikan sebagai Investasi Jangka Panjang Profesor Toshiko Kinosita mengemukakan bahwa sumber daya manusia Indonesia masih sangat lemah untuk mendukung perkembangan industri dan ekonomi. Penyebabnya

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER

BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER BERITA RESMI STATISTIK BPS KABUPATEN PASER IPM (INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA) KABUPATEN PASER TAHUN 2011 Pencapaian pembangunan manusia di Kabupaten Paser pada kurun 2007 2011 terus mengalami peningkatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan lebih mendalam tentang teori-teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Selain itu akan dikemukakan hasil penelitian terdahulu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak penduduknya maka semakin besar pula kesempatan kerja yang dibutuhkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebagai salah satu penduduk terbanyak di dunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat. Oleh karena ini, tentunya Indonesia memiliki angkatan kerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kemiskinan 2.1.1 Defenisi Kemiskinan Berdasarkan Undang-Undang No. 24 Tahun 2004, kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang atau sekelompok orang yang tidak terpenuhinya

Lebih terperinci

BAB IV. KESIMPULAN. Pembangunan sumberdaya manusia merupakan salah satu tujuan utama. dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang.

BAB IV. KESIMPULAN. Pembangunan sumberdaya manusia merupakan salah satu tujuan utama. dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang. BAB IV. KESIMPULAN Pembangunan sumberdaya manusia merupakan salah satu tujuan utama dalam pembangunan ekonomi suatu negara di dalam jangka panjang. Pembangunan sumberdaya manusia mencakup dua aspek yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Di tangan pendidikanlah masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari keikutsertaan seluruh komponen masyarakat, tidak terkecuali peranan wanita didalamnya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk meningkatkan pengetahuan manusia, kreativitas dan keterampilan serta kemampuan orang-orang dalam masyarakat. Pengembangan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah 7 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Pengertian Tenaga Kerja Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN

Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN Makalah Pembangunan Berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan pembangunan berkelanjutan sekarang telah merupakan komitmen setiap orang, sadar atau tidak sadar, yang bergelut

Lebih terperinci

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN

KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN KOMITMEN MASYARAKAT INTERNASIONAL TERHADAP PENDIDIKAN KEAKSARAAN Dasar Hukum Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 : Setiap warga negara mempuyai hak untuk memperoleh pengajaran Undang-Undang Nomor 20 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan yang harus dihadapi. Melalui pendidikanlah seseorang dapat memperoleh BAB I PENDAHULUAN I. 1. LATAR BELAKANG Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak dituntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dari semakin kerasnya kehidupan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat.

SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat. SEMINAR NASIONAL Dinamika Pembangunan Pertanian dan Pedesaan: Mencari Alternatif Arah Pengembangan Ekonomi Rakyat Rumusan Sementara A. Pendahuluan 1. Dinamika impelementasi konsep pembangunan, belakangan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Secara umum, pendidikan ayah dan pendidikan ibu berpengaruh positif terhadap probabilitas bersekolah bagi anaknya, baik untuk jenjang SMP maupun SMA. Jika dibandingkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan pembangunan pada era 1950-an hanya berfokus pada bagaimana suatu negara dapat meningkatkan pendapatannya guna mencapai target pertumbuhan. Hal ini sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya,

BAB I PENDAHULUAN. fiskal maupun moneter. Pada skala mikro, rumah tangga/masyarakat misalnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum angka inflasi yang menggambarkan kecenderungan umum tentang perkembangan harga dan perubahan nilai dapat dipakai sebagai informasi dasar dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia,

Gambar Perkembangan Kemiskinan di Indonesia, Kemiskinan Termasuk bagian penting dari aspek analisis ketenagakerjaan adalah melihat kondisi taraf kehidupan penduduk, yang diyakini merupakan dampak langsung dari dinamika ketenagakerjaan. Kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi nasional,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. masalah klasik dan mendapat perhatian khusus dari negara-negara di dunia. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori dan Konsep 2.1.1. Konsep Kemiskinan Pada umumnya masalah kemiskinan hingga saat ini masih menjadi masalah klasik dan mendapat perhatian

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia MODUL PERKULIAHAN Perekonomian Indonesia Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Akuntansi 08 84041 Abstraksi Modul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi nasional yang dapat dicapai melalui pembenahan taraf hidup masyarakat, perluasan lapangan

Lebih terperinci

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global

Fokus Negara IMF. Fokus Negara IMF. Ekonomi Asia yang Dinamis Terus Memimpin Pertumbuhan Global Fokus Negara IMF Orang-orang berjalan kaki dan mengendarai sepeda selama hari bebas kendaraan bermotor, diadakan hari Minggu pagi di kawasan bisnis Jakarta di Indonesia. Populasi kaum muda negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan permasalahan pokok yang dialami oleh semua negara. Menurut Bank Dunia (2000) dalam Akbar (2015), definisi kemiskinan adalah kehilangan kesejahteraan

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hal ini dapat tercapai bila jumlah supply tenaga kerja yang besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tenaga kerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan, yang dilakukan setiap negara ataupun wilayah-wilayah administrasi dibawahnya, sejatinya membutuhkan pertumbuhan, pemerataan dan keberlanjutan. Keberhasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang sangat banyak, serta memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, hal ini membuat Indonesia pantas disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan (PDRB). Dalam hal ini faktor-faktor produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan pendapatan (PDRB). Dalam hal ini faktor-faktor produksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perbaikan dalam bidang pendidikan dapat secara positif mempengaruhi suatu bangsa dalam produktivitas, GDP, dan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan gambaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pembangunan Ekonomi dan Pertumbuhan Ekonomi Dewasa ini perhatian para ahli ekonomi terhadap masalah pembangunan ekonomi di setiap negara sangat besar sekali, karena

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) yakni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu proses prioritas pembangunan nasional sebagaimana dimanfaatkan oleh program pembangunan nasional ( Propenas ) 2005-2009 yakni di bidang sumber daya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Manusia ataupun masyarakat adalah kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN RASIO GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN RASIO GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH 1 PENGARUH KUALITAS SUMBER DAYA MANUSIA, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN RASIO GENDER TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH OLEH RENI MUSTIKA FITRI BP/NIM : 2008/00508 PRODI EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi merupakan hal penting untuk memutuskan sebuah kebijakan, hal ini karena bagian dari pembangunan

Lebih terperinci

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi

Transformasi Paradigma Pembangunan Ekonomi Oleh: Junaedi A. Pendahuluan Perkembangan pemikiran tentang pembangunan ekonomi selalu berubah seiring dengan perubahan zaman. Dari perubahan pemikiran itu kemudian menimbulkan perubahan paradigma dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pendidikan nasional dilandasi oleh paradigma membangun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pendidikan nasional dilandasi oleh paradigma membangun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pendidikan nasional dilandasi oleh paradigma membangun Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang memiliki kapasitas untuk mengaktualisasikan potensi dan

Lebih terperinci

ABSTRACT The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province

ABSTRACT The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province ABSTRACT NENDEN BUDIARTI. The Analysis of Rate of Return to Education in Nanggroe Aceh Darussalam Province. Under supervision of RINA OKTAVIANI and RATNA WINANDI. 2Education is one of human capital investment,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah dalam pembangunan yang bersifat multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya. Kemiskinan juga didefinisikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus

I. PENDAHULUAN. masalah kompleks yang telah membuat pemerintah memberikan perhatian khusus 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Kemiskinan merupakan isu sentral yang dihadapi oleh semua negara di dunia termasuk negara sedang berkembang, seperti Indonesia. Kemiskinan menjadi masalah kompleks yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Lebih terperinci

PENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA INDONESIA AGAR DAPAT BERSAING DI LUAR NEGERI DALAM ERA GLOBALISASI

PENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA INDONESIA AGAR DAPAT BERSAING DI LUAR NEGERI DALAM ERA GLOBALISASI PENINGKATKAN KUALITAS TENAGA KERJA INDONESIA AGAR DAPAT BERSAING DI LUAR NEGERI DALAM ERA GLOBALISASI Latar Belakang TKI ke Luar Negeri Sebagaimana tercantum dalam UUD 1945 khususnya Pasal 27 D ayat (2)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis

BAB II LANDASAN TEORI. (PDRB) di Kota Salatiga tahun Adapun teori-teori yang ditulis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka terdiri atas teori - teori yang menyangkut penelitian mengenai Pengaruh kesempatan kerja terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Kota

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berupa pendidikan dalam pembangunan di suatu daerah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berupa pendidikan dalam pembangunan di suatu daerah. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas mengenai landasan teori dan studi pustaka yang berkaitan dengan studi ini. Teori yang akan dibahas berkaitan dengan modal manusia berupa pendidikan dalam pembangunan

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA 63 V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA Bab berikut membahas struktur pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia terserap di sektor jasa. Sektor jasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pembangunan Ekonomi Pembangunan menurut Todaro dan Smith (2006) merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu upaya untuk mencapai pertumbuhan kesejahteraan sosial, yaitu berupa kegiatan-kegiatan yang dilakukan suatu negara untuk mengembangkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu ciri perekonomian Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar penduduk yang berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembangunan ekonomi, pertumbuhan ekonomi, dan teori konvergensi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar dari pokok permasalahan yang diamati. Teori yang dibahas dalam bab ini terdiri dari pengertian pembangunan ekonomi,

Lebih terperinci

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA

BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA BRIEFING NOTE RELFEKSI PENCAPAIAN MILLENNIUM DEVELOPMENT GOAL (MDG) DI INDONESIA (Disampaikan dalam Diplomat Briefing, Jakarta 11 Maret 2013) Kata Pengantar Refleksi tentang Pencapaian MDG ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah 16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Ekonomi Pembangunan Pembangunan secara tradisional diartikan sebagai kapasitas dari sebuah perekonomian nasional yang kondisi-kondisi ekonomi awalnya kurang lebih bersifat

Lebih terperinci

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan indikator dan faktor-faktor penyebab kemiskinan Mahasiswa mampu menyusun konsep penanggulangan masalah kemiskinan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakekatnya merupakan serangkaian usaha kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dalam memperluas kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN

VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN VISI MISI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013 2018 Visi Terwujudnya Kudus Yang Semakin Sejahtera Visi tersebut mengandung kata kunci yang dapat diuraikan sebagai berikut: Semakin sejahtera mengandung makna lebih

Lebih terperinci

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung

Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds. Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds Disusun oleh: Restra Pindyawara Hanif Muslih Kahfi Maulana Hanung Outline 1. Growth and poverty reduction in agriculture s three worlds 2. The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah salah satu upaya meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

Lebih terperinci

Melebihi Batas Pertanian

Melebihi Batas Pertanian Presentasi Ekonomika Pertanian dan Perdesaan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM Yogyakarta, 14 Mei 2013 Melebihi Batas Pertanian Oleh: Ulfa Maulidya Adrian Nalendra Perwira Ade bayu Erlangga Vincentia Anggita

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. ilmu tersendiri yang mempunyai manfaat yang besar dan berarti dalam proses BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Pembangunan Pertanian Dalam memacu pertumbuhan ekonomi sektor pertanian disebutkan sebagai prasyarat bagi pengembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci