BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi"

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan antara kesetaraan jender dengan proses pembangunan ekonomi merupakan hal penting untuk memutuskan sebuah kebijakan, hal ini karena bagian dari pembangunan ekonomi adalah proses memperluas kebebasan yang sama bagi semua orang, mengurangi kemiskinan, dan mengurangi kesenjangan dalam kesejahteraan antara pria dan perempuan (UNDP, 2005; Todaro, Economic Development, 2006; World Bank, 2012). Kesetaraan hak pada jender dan pembangunan ekonomi secara bersama sama dapat memacu pembangunan ekonomi. Dengan adanya kesempatan yang sama bagi perempuan terhadap aspek ekonomi, persamaan hak pada jender dapat meningkatkan efisiensi dan meningkatkan aspek pembangunan lainnya. Sehingga perekonomian mendapat manfaat dari hubungan kesetaraan jender dengan proses pembangunan. Seperti pembuat kebijakan yang dapat menciptakan perubahan populasi produktif dengan meningkatkan fertilitas atau meredam tingkat fertilitas perempuan ataupun dapat menggunakan perspektif kesetaraan jender dalam membuat keputusan menghasilkan barang publik.

2 2 Sehingga adanya ketidaksetaraan hak pada jender menciptakan inefisensi dalam perekonomian dan menciptakan keberpihakan kemiskinan pada kaum perempuan ( World Bank, 2012). Hal ini menciptakan pemikiran yang mendasari keberpihakan tersebut. Pemikiran tersebut adalah Feminization poverty yaitu sifat dari kemiskinan yang berpihak pada kaum perempuan, sehingga perempuan menjadi objek yang paling menderita akibat kemiskinan itu sendiri. Keberpihakan kemiskinan ini didasari karena adanya berbagai hambatan pada perempuan. Banyak penelitian telah menjelaskan adanya faktor-faktor penghambat tersebut, yaitu seperti faktor kebudayaan, faktor usaha dari perempuan, pendidikan, hingga peraturan perundang-undangan, yang menyebabkan mengapa kemiskinan tidak bersifat netral pada jender (Maundeni, 2002; Medeiros & Costas, 2006; Bastos, Casac, Nunes, & Pereirinha, 2008; Chaudhuri, 2010). Sehingga mayoritas penduduk miskin di dunia adalah kaum perempuan yang diakibatkan oleh proses pembangunan ekonomi yang gagal memperbaiki kondisi kesejahteraan (Todaro, Economic Development, 2006) Dengan kata lain perempuan sangat sulit untuk keluar dari kemiskinan. Sehingga dibutuhkan peran serta dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang menyertakan partisipasi perempuan akan membantu meningkatakan posisi ekonomi kaum perempuan (United Nations 2010; UNIFEM, 2005). Sehingga cara mendorong peran perempuan pada aspek ekonomi adalah dengan pemberdayaan ekonomi perempuan. Pemberdayaan perempuan merupakan salah satu cara meningkatakan status ekonomi perempuan dengan mendorong tingkat pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, hingga menjunjung hak dan kewajiban yang

3 3 bertujuan tercapainya keteradilan. Karena, apabila seorang perempuan atau ibu memiliki pendidikan dan kesehatan yang baik maka akan berpengaruh pada generasi selanjutnya. Dengan pendidikan dan kesehatan yang baik pada perempuan atau ibu maka akan menghasilkan anak yang lebih sehat ketika dilahirkan. Sehingga hal ini berpengaruh pada populasi di masa yang akan datang seperti pada hasil penelitian Thomas, Strauss, dan Henriques (1990) dan Allendorf (2007) dalam ( World Bank, 2012). Mengintegrasikan peran perempuan pada perekonomian merupakan tujuan dari pemberdayaan. Salah satu hasil dari pemberdayaan adalah semakin tingginya partisipasi tenaga kerja perempuan di pasar tenaga kerja yang akan meningkatkan perannya pada perekonomian (Boserup, 1970; Goldin, 1994; Mammen & Paxson, 2000; Lincove, 2008; Ambreen & Sultana, 2009). Meningkatnya partisipasi tenaga kerja perempuan merupakan indikasi dari perubahan peran perempuan sebagai salah satu jalan keluar dari kemiskinan. Fenomena meningkatnya partisipasi pekerja perempuan dengan pendapatan nasional per kapita yang terjadi di negara negara berpenghasilan rendah dan negara yang sangat maju tetapi relatif rendah pada negara berpenghasilan menengah disebut fenomena U-shape (Goldin, 1994; Mammen & Paxson, 2000; Gaddis & Klasen, 2012). Fenomena ini menjelaskan bahwa tanpa menghilangkan pengaruh faktor pendidikan, pendapatan dan budaya, partisipasi tenaga kerja perempuan akan meningkat seiring dengan proses pembangunan ekonomi ketika kesempatan bekerja di white-collar terbuka bagi perempuan. Dalam hal ini pertumbuhan pendapatan nasional per kapita mewakili proses pembangunan ekonomi.

4 4 Namun, masih rendahnya tingkat pendidikan perempuan pada tahap pembangunan ekonomi hingga adanya batasan budaya yang membuat stigma negatif menciptakan etos kerja perempuan untuk bekerja diluar rumah merupakan hal yang dilarang oleh norma sosial di awal pembangunan ekonomi. Maka dari itu perempuan tidak akan mendapat manfaat dari berkembanganya industri dan sektor formal lainnya. Ketika pembangunan ekonomi mencapai tahapan selanjutnya perempuan akan ikut berpartisipasi dalam pasar tenaga kerja, dan batasan batasan seperti norma sosial akan menghilang seiring berjalannya waktu dan semakin tinggi tingkat pendidikan di masyarakat (Mincer, 1962; Goldin, 1994; Mammen & Paxson, 2000; Lincove, 2008). Di banyak negara dari waktu ke waktu akan memperlihatkan fenomena kurva berbentuk U, khususnya negara berkembang yang mana peran perempuan dalam kegiatan ekonomi sudah berkembang dan dapat diketahui dari partispasi tenaga kerja perempuan seperti dikatakan oleh Mincer (1962) dan Kain (1966) dalam (Ambreen & Sultana, 2009). Namun, tidak semua pengaruh pembangunan ekonomi terhadap partisipasi tenaga kerja perempuan akan ikut meningkat dan membentuk U-shape Hal tersebut karena tidak semua negara memiliki kebijakan yang sama dan tidak semua negara berkembang dalam proses pembangunan ekonomi menciptakan peningkatan pendidikan, pendapatan hingga hilangnya batasan batasan perempuan yang menghambat masuknya perempuan ke pasar tenaga kerja (Gaddis & Klasen, 2012). Sedangkan, meningkatnya partisipasi angkatan kerja perempuan tidak hanya berdampak pada peningkatan status ekonomi kaum perempuan, namun juga

5 5 berdampak pada diskriminasi upah antara perempuan dengan laki-laki. Latar belakang tersebut dikarenakan perempuan merupakan pemain baru dalam pasar tenaga kerja (Greenberg, 2011). Adanya sex-role stereotypes dan glass ceiling menciptakan terhambatnya pertumbuhan upah atau pun turunya pertumbuhan upah perempuan khususnya yang telah menikah dibandingkan dengan laki-laki ataupun perempuan yang tidak menikah. Walaupun dengan jenjang pendidikan yang sama antara laki-laki dan perempuan (Ahituv & Lerman, 2007; Loughran & Zissimopoulos, 2009). Dari hal tersebut diketahui bahwa pembangunan ekonomi masih belum bisa untuk mencapai kesetaraan hak pada jender. Bahkan bagi negara negara yang sudah memiliki pendapatan tinggi dan indeks pembangunan manusia yang tinggi, masih memiliki permasalahan ketidaksetaraan hak pada jender (UNDP, 2014). Ketidakseteraan jender ini dapat terlihat pada Gender Inequality Index (GII) pada grafik 1.1

6 6 Grafik 1.1 Indeks Ketidaksetaraan Jender dengan Klasifikasi Human Development Index pada 187 Negara di Tahun % Very high human development High human development Medium human development Low human development (UNDP, 2014) Gender Inequality Index (GII) atau indeks ketidaksetaraan jender adalah metode perhitungan ketidaksetraan dari penyesuaian indeks pembangunan manusia yang dapat diinterpretasikan sebagai kombinasi dari hilangnya pencapaian dalam hal kesehatan reproduksi, pemberdayaan termasuk pendidikan dan partisipasi tenaga kerja pada perempuan. Karena GII memiliki hal yang tidak dimilik HDI, hal ini tidak bisa di interpretasikan sebagai HDI. Nilai GII yang tinggi mengindikasi tingginya ketidaksetaraan pada jender (UNDP, 2014). Dari grafik 1.1 dapat diketahui bahwa di negara yang memiliki indeks pembangunan manusia yang sangat tinggi pun memiliki nilai rata-rata GII sebesar 0,197. Hal ini menjelaskan bahwa sebesar 19,7 persen perempuan kehilangan haknya dalam kesetaraan jender pada tiga aspek yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan/pendidikan dan partisipasi dalam pasar tenaga kerja. Pada negara yang memiliki indeks pembangunan manusia yang rendah, nilai rata-rata GII

7 7 indeks sebesar 0,587. Sedangkan di negara yang memiliki indeks pembangunan manusia sedang dan negara yang memiliki indeks pembangunan manusia yang tinggi memiliki nilai GII sebesar 0,513 untuk negara yang memilik indeks pembangunan sedang dan 0,315 untuk negara yang memiliki indeks pembangunan tinggi. Dengan rata-rata nilai GII pada dunia sebesar 0,451, maka dapat disimpulkan bahwa sebanyak 45,1 persen perempuan di dunia kehilangan haknya dalam kesetaraan jender pada tiga aspek yaitu kesehatan reproduksi, pemberdayaan/pendidikan dan partisipasi dalam pasar tenaga kerja (UNDP, 2014). GII di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 0,50 persen, maka ada indikasi bahwa di Indonesia terjadi ketidaksetraan jender khususnya pada hak kesehatan reproduksi, pemberdayaan perempuan yang termasuk pendidikan dan partisipasi perempuan dalam pasar tenaga kerja. Karena sebesar 50 persen perempuan di Indonesia tidak mendapatkan haknya dalam kesetaraan jender. Data dan grafik dapat dilihat pada lampiran 1.1 hingga 1.3 yang terdiri dari GII negara negara ASEAN dan GII per wilayah di dunia. Pertumbuhan partisipasi tenaga kerja perempuan meningkat seiring dengan pertumbuhan PDB perkapita di Indonesia pada tahun 2000 hingga 2012 yang terlihat pada lampiran 1.4 dan 1.5. Namun partisipasi tenaga kerja perempuan di Indonesia pada tahun 2000 hingga 2002 mengalami penurunan sekitar 2%, walaupun begitu di tahun 2003 hingga 2012 pertumbuhan partisipasi tenaga kerja perempuan meningkat lebih besar dari 2% seiring dengan kenaikan pertumbuhan PDB perkapita. Hal tersebut menciptakan kurva meneyerupai bentuk U pada

8 8 partisipasi tenaga kerja perempuan, yang mengindikasikan adanya fenomena hipotesis U di Indonesia terlihat pada grafik 1.2. Grafik 1.2 Tingkat Partisipasi Tenaga Kerja Perempuan dengan Pertumbuhan GDP per Kapita periode Tingkat Partisipas Tenga Kerja Permpuan ln GDP per kapita Sumber: (ILO Key Indikator Labor Market Edisi 8, 2013). Sementara itu, penyerap tenaga kerja rata-rata dari tahun 2008 hingga 2012 paling besar terdapat di sektor pertanian yaitu sebesar 37,86 %, di mana porsi lakilaki 10% lebih banyak dari pada perempuan. Penyerapan tenaga kerja yang paling besar setelah sektor pertanian adalah sektor perdagangan, dimana porsi perempuan sedikit lebih tinggi dibanding laki-laki dengan rata-rata tahun 2008 hingga 2012 sebesar 0,18%. Lalu pada sektor jasa kemasyarakatan, porsi laki-laki sedikit lebih banyak, dengan rata-rata tahun 2008 hingga 2012 sebesar 1,4% lebih besar dibanding perempuan. Dapat dilihat pada lampiran 2.1. Lain halnya di sektor industri yang merupakan kontributor utama struktur PDB di Indonesia, sektor ini hanya mampu menyerap persen total tenaga kerja Indonesia, dimana porsi laki-laki lebih banyak dibanding perempuan secara

9 9 agregat. Jumlah pekerja laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan dengan perbandingan 6:4. Perbandingan dapat dilihat pada lampiran 2.2. Dalam hal rata-rata upah di Indonesia pada lampiran 2.2, upah rata-rata yang diterima laki-laki lebih tinggi dibandingkan yang diterima perempuan, dengan selisih sekitar 30 persen hingga 37 persen. Perbedaan upah perempuan dan laki-laki menciptakan kesenjangan yang semakin besar dari tahun ke tahun, walaupun pertumbuhan partisipasi tenaga kerja perempuan meningkat setiap tahunnya, namun pertumbuhan kenaikan upah perempuan tidak sebesar kenaikan upah pada laki-laki. Di tahun 2009 dan 2010 peningkatan upah rata-rata pada perempuan sedikit lebih tinggi dengan perubahan upah laki-laki yaitu sebesar 1,3 banding 1 di tahun 2009 sedangkan di tahun 2010 yaitu 1,07 banding 1. Terlihat pada lampiran 2.2 sampai dengan 2.6. Di pada tahun 2011 dan 2012 peningkatan upah rata-rata nominal yang diterima laki-laki lebih besar daripada yang diterima perempuan. Pada tahun 2011 terjadi peningkatan upah rata-rata yang sangat besar dibandingkan tahun Salah satu penyebabnya adalah peningkatan gaji PNS, seperti yang termuat dalam Peraturan Pemerintah No.11 Tahun 2011 tanggal 16 Februari Jumlah penerima upah yang mengalami perubahan yang paling tinggi terjadi pada kisaran Rp 1-2,5 juta. Terlihat pada grafik 1.2.

10 10 Rp1,200, Rp1,000, Grafik 1.3 Rata-rata Upah yang Diterima oleh Tenaga Kerja di Indonesia Berdasarkan Jenis Kelamin. Rp800, Rp600, Rp400, Rp200, Rp Rata rata upah nominal perempuan Rata rata upah nominal laki laki Data Sakenas BPS (2013) dan diolah sendiri. Adanya perbedaan upah antara perempuan dan laki-laki pada pekerjaan yang sama memiliki kecenderungan bahwa adanya diskriminasi. Indikasi tersebut bertentangan dengan falsafah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak mengenal adanya perbedaan diskriminasi. Namun, indikasi ini belum tentu melanggar pengakuan dari persamaan hak, karena bisa jadi ada perbedaan produktivitas kerja. Adanya perbedaan produktivitas kerja antara pihak tertentu, dapat melatarbelakangi perbedaan upah. Sehingga secara hukum, pengakuan hak antara perempuan dan laki-laki adalah sama dan tercantum dalam UUD 1945 dan perubahannya. Dalam pasal 27 dinyatakan bahwa (ayat 1) Segala Warga negara bersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan Pemerintahan dan wajib menjunjung Hukum dan Pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. (ayat 2) Tiap-tiap warga negara berhak atas

11 11 pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Sedangkan hak dalam bekerja disebutkan pada pasal 28D, ayat 2, yaitu setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja (ILO, 2005). Mengingat sedikitnya penelitian yang telah mengkaji partisipasi tenaga kerja perempuan dan perbedaan upah di Indonesia dan berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, maka peneliti berminat untuk mengambil judul Analisis pembangunan ekonomi, partsipasi tenaga kerja perempuan, dan diskriminiasi jender di pasar tenaga kerja Indonesia periode : Analisis Data Panel. B. Rumusan masalah Sebagaimana dapat disimpulkan dari studi literatur, mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait hal tersebut dengan studi kasus Indonesia. Dengan kata lain, sentral dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efek pembangunan ekonomi (pendapatan nasional per kapita) terhadap partisipasi tenaga kerja perempuan. Dalam hal ini sektor pertanian merupakan basis dimana fenomena bentuk U terjadi ketika pengaruh pangsa sektor ini mempengaruhi partisipasi tenaga kerja perempuan, sedangkan sektor industri dan sektor jasa merupakan sektor yang mendukung ada tidaknya transformasi struktural pada suatu perekonomian (Gaddis & Klasen, 2012). Sebagai tambahan atas penelitian U-shape, penelitian juga memasukkan beberapa indikator makroekonomi dari kajian literatur dan teori yang berhubungan dalam mempengaruhi partisipasi tenaga kerja perempuan yaitu upah rata-rata laki-laki per provinsi dan rata-rata pendidikan perempuan per provinsi.

12 12 Sedangkan, meningkatnya partisipasi angkatan kerja perempuan tidak hanya berdampak pada peningkatan status ekonomi kaum perempuan, namun juga berdampak pada diskriminasi upah antara perempuan dengan laki-laki. Latar belakang tersebut dikarenakan perempuan merupakan pemain baru dalam pasar tenaga kerja (Greenberg, 2011). Adanya sex-role stereotypes dan glass ceiling menciptakan terhambatnya pertumbuhan upah atau pun turunya pertumbuhan upah perempuan khususnya yang telah menikah dibandingkan dengan laki-laki ataupun perempuan yang tidak menikah. Walaupun dengan jenjang pendidikan yang sama antara laki-laki dan perempuan (Ahituv & Lerman, 2007; Loughran & Zissimopoulos, 2009). Efek memiliki anak bagi perempuan juga mempengaruhi efek terhadap upah. Maka dalam hal adanya diskriminasi upah pada perempuan, peneliti menggunakan variabel seperti, jenis kelamin, jam bekerja per bulan, pernikahan, tingkat pendidikan, dan memiliki anak. Peneliti juga menganalisis latar belakang perempuan yang sudah menikah terhadap ada tidaknya opportunity cost antara mengurus pekerjaan atau rumah tangga. Sehingga memunculkan hipotesisi kombinasi jam untuk bekerja dan jam untuk mengurusi rumah tangga (Goldin, 1994). Maka peneliti menganalisis adanya indikasi dari kecenderungan peran perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak akan memaksimalkan kehidupan di rumah tangga dan dikehidupan kerjanya. Dalam hal ini peneliti menggunakan variabel dependen adalah jam bekerja per bulan dan variabel independen adalah tingkat upah, menikah, anak.

13 13 C. Pertanyaan Penelitian Uraian ringkas dalam latar belakang masalah di atas memberi dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian yaitu: 1. Apakah hubungan bentuk-u antara partisipasi angkatan kerja perempuan dan tingkat pertumbuhan ekonomi ada di Indonesia, bagaimana respon pangsa tenaga kerja dari sektor pertanian, industri dan jasa per provinsi, hingga rata-rata upah laki-laki provinsi, rata-rata jenjang pendidikan di tingkat provinsi terhadap partisipasi angkatan kerja perempuan? 2. Apakah jenis kelamin, pendidikan, menikah, memliki anak akan berdampak pada perbedaan pertumbuhan upah antar perempuan dan laki laki? 3. Apakah faktor pendidikan dan memiliki anak dapat menjelaskan adanya kecenderungan perempuan dalam mengoptimalkan kehidupan di rumah tangga dan kehidupan kerjanya? D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini mencoba untuk memberikan analisis pada berbagai aspek partisipasi angkatan kerja perempuan di Indonesia. Maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis hubungan bentuk-u antara partisipasi angkatan kerja perempuan dan tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia, pangsa tenaga kerja dari sektor pertanian, industri dan jasa per provinsi, rata-rata upah laki-laki provinsi, rata-rata jenjang pendidikan di tingkat provinsi.

14 14 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan upah antar jender yaitu faktor pendidikan dan fenomena wage schooling locus di jenjang pendidikan perempuan, jenis kelamin, wage penalty bagi perempuan yang menikah, efek menikah terhadap laki-laki, dan motherhood penalty. 3. Menganalisis kecenderungan peran perempuan dalam mengoptimalkan kehidupan di rumah tangga dan kehidupan kerjanya dengan faktor faktor yang mempengaruhi yaitu anak, upah, dan pendidikan. E. Lingkup Penelitian Pengaruh dampak pembangunan ekonomi terhadap partisipasi tenaga kerja perempuan, maka peneliti menganalisis hubungan tersebut menggunakan analisis sektoral. Sektor yang digunakan dalam analisis ini adalah pangsa tenaga kerja dari sektor pertanian, jasa dan industri dibagi dengan seluruh sektor. Hal ini karena peneliti telah mempertimbangkan penelitan dari Claudia (1990), Mammen & Paxson (2000) dan Gaddis & Klasen (2012), dimana sektor tersebut adalah salah satu variabel kunci terhadap kontribusi pada fenomena tersebut. Selain analisis sektoral, peneliti juga menggunakan analisis spasial per provinsi dengan variabel seperti rata-rata pendidikan perempuan per provinsi dan rata - rata upah laki-laki per provinsi. Dengan observasi yang akan dijadikan objek penelitian adalah 21 provinsi di Indonesia pada periode pada data SUSENAS. Di penelitian tentang diskriminasi jender pada pasar tenaga kerja. Analisis yang digunakan tidak hanya pada lapangan usaha atau sektor tertentu melainkan keseluruhan sektor di Indonesia. Hal ini karena diskriminasi upah terjadi tidak

15 15 hanya sektor di pertanian, melainkan terjadi hampir disemua sektor. Dapat dilihat pada tabel di lampiran 2.3 hingga 3.2. Pada analisis wage penalty dan wage premium, data yang digunakan adalah IFLS1 hingga IFLS4 yaitu periode 1993, 1997, 2000, dan Observasi yang diteliti di IFLS adalah perempuan dan laki-laki yang telah bekerja. Selain itu, peneliti juga memiliki tujuan penelitian lainya yang terkait dari analisis wage premium dan wage penalty. Pertama, adalah menganalisis fenomena wage schooling locus pada perempuan dan kedua, adalah kombinasi jam bekerja yang dipilih oleh pekerja perempuan yang sudah berumah tangga. Pada analisis wage penalty dan wage premium peneliti memilih 21 provinsi yang sama dengan penelitian di pendekatan U-shape. Hal tersebut dilatarbelakangi pada keinginan peneliti menganalisis fenomena U-shape dan fenomena kesenjangan pertumbuhan upah perempuan pada 21 provinsi di Indonesia. F. Manfaat Penelitian Dengan adanya latar belakang yang telah diuraikan, rumusan permasalahan serta tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka manfaat yang akan diperoleh adalah sebagai berikut: 1. Sebagai gambaran umum bagi pekerja perempuan, mengenai kondisi pasar tenaga kerja di Indonesia. 2. Bagi pembuat kebijakan sebagai acuan dalam pengambilan kebijakan yang terkait dalam masalah per buruhan. 3. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan bagi dunia pendidikan dan memperkaya studi empiris bagi para peneliti mengenai topik yang

16 16 diteliti sehingga penelitian dengan topik serupa bisa lebih dikembangkan khususnya pada penelitian marriage market. G. Sistematika Penulisan Bagian utama dari penulisan ini disusun dengan mempergunakan sistematika sebagai berikut: I. Bab I akan dipaparkan uraian terkait pendahuluan; yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, lingkup penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. II. Bab II akan dipaparkan uraian terkait landasan teori; yang memuat tinjauan pustaka, penelitian terdahulu yang sesuai dengan penelitian. III. Bab III akan dipaparkan uraian terkait data metodologi, pembatasan data survai, alat analisis dan hipotesis penelitian. IV. Bab IV akan dipaparkan hasil dan pembahasan, tahapan analisis, hasil dan temuan, dan pembahasan hasil penelitian. V. Bab V terdiri dari kesimpulan merangkum hasil penelitian secara keseluruhan, maupun kekurangan dan saran dari penelitian ini. serta rekomendasi yang bisa dijadikan bahan penelitian selanjutnya.

BAB III METODE PENELITIAN A.Data dan Metodologi Pembatasan Observasi SUSENAS Pembatasan Observasi IFLS B.

BAB III METODE PENELITIAN A.Data dan Metodologi Pembatasan Observasi SUSENAS Pembatasan Observasi IFLS B. ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI... ii LEMBAR PERNYATAAN PEMBIMBING... iii LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iii KATA PENGANTAR...v DAFTAR ISI... ix DAFTAR GRAFIK... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. total penduduk di hampir setiap negara di dunia (World Bank, 2012). Namun, kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. total penduduk di hampir setiap negara di dunia (World Bank, 2012). Namun, kontribusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam tiga dekade terakhir, populasi wanita di dunia telah mencapai setengah dari total penduduk di hampir setiap negara di dunia (World Bank, 2012). Namun, kontribusi

Lebih terperinci

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KESENJANGAN UPAH GENDER

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KESENJANGAN UPAH GENDER PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP KESENJANGAN UPAH GENDER Dara Veri Widayanti 1 Nindy Sintya Indriani Rachman 2 Widya Mauretya 3 1,2 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Jl. Margonda

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL PENELITIAN

ANALISIS HASIL PENELITIAN 69 VI. ANALISIS HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hubungan antara realisasi target pertumbuhan ekonomi dan pengeluaran pemerintah terhadap ketimpangan gender di pasar tenaga kerja Indonesia. Pertama, dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi di suatu negara tentunya tidak bisa terlepas dari keikutsertaan seluruh komponen masyarakat, tidak terkecuali peranan wanita didalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara berkembang, Indonesia turut serta dan berperan aktif dalam setiap kegiatan dan program-program pembangunan yang menjadi agenda organisasi negara-negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka pangjang, dan pertumbuhan ekonomi merupakan fenomena penting yang dialami dunia belakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Temuan lembaga riset "The Indonesian Institute" tahun 2014 mencatat, ada tiga hal besar yang masih menjadi persoalan dalam bidang kesehatan di Indonesia. Pertama,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dan paling banyak menyerap tenaga kerja. Devisa yang dihasilkan oleh I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan dan paling

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Sumatera Barat yang identik dengan Minangkabau merupakan satu-satunya daerah di Indonesia yang menganut sistem matrilineal. Masyarakat Minangkabau ini pun merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk Indonesia, sepakat untuk mengadopsi deklarasi Millenium Development Goals (MDG) atau Tujuan Pertumbuhan

Lebih terperinci

Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia

Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia Oleh: Chitrawati Buchori and Lisa Cameron Maret 2006 Kesetaraan Gender dan Pembangunan di Indonesia Kemajuan signifikan yang mengarah pada pencapaian keseimbangan

Lebih terperinci

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA

V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA 63 V. STRUKTUR PASAR TENAGA KERJA INDONESIA Bab berikut membahas struktur pasar tenaga kerja yang ada di Indonesia. Tampak bahwa sebagian besar tenaga kerja Indonesia terserap di sektor jasa. Sektor jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia. Jumlah penduduk Indonesia meningkat terus dari tahun ke tahun. Sensus penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara

BAB I PENDAHULUAN. kultural, dengan tujuan utama meningkatkan kesejahteraan warga bangsa secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses yang berkesinambungan yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat, termasuk aspek sosial, ekonomi, politik dan kultural, dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal manusia berperan penting dalam pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan merupakan tujuan dari suatu negara maka modal manusia merupakan faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk suatu negara merupakan sumber daya manusia yang memiliki potensi atau peranan yang cukup besar dalam pembangunan ekonomi. Penduduk tersebut berdasarkan pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai teori yang menjadi dasar pokok penelitian. Teori yang dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, inflasi, pengangguran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Hubungan keduanya dijelaskan dalam Hukum Okun yang menunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan satu dari banyak permasalahan yang terjadi di seluruh negara di dunia, terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini terjadi karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebuah negara tidak akan pernah bisa lepas dari berbagai permasalahan yang berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih pada negara-negara yang memiliki

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator berjalannya roda perekonomian suatu negara. Ketika ekonomi tumbuh, maka ada peningkatan produksi barang dan jasa yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan sebuah upaya atau proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih perlu mendapat prioritas dalam pembangunan nasional. Berdasarkan laporan United Nation for Development Programme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi pada dasarnya bervariasi antarwilayah, hal ini disebabkan oleh potensi sumber daya yang dimiliki daerah berbeda-beda. Todaro dan Smith (2012: 71)

Lebih terperinci

PENGANTAR Pengertian Jender. Wiwik D Pratiwi

PENGANTAR Pengertian Jender. Wiwik D Pratiwi PENGANTAR Pengertian Jender Wiwik D Pratiwi SISTEMATIKA Arti jender Apa perbedaan jender dan seks Bagaimana bentuk hubungan jender? Apakah ketidakadilan jender itu? Apa arti dari jender? Jender berasal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Indeks Pembangunan Manusia Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa manusia adalah kekayaan bangsa yang sesungguhnya. Pembangunan manusia menempatkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kualitas bangsa ditentukan oleh kualitas penduduk yang tercermin pada kualitas sumberdaya manusia (SDM). Salah satu indikator kualitas penduduk adalah Human Development Index

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Hubungan antara variabel terikat Y dengan variabel bebas biasanya dilukiskan dalam sebuah garis, yang disebut dengan garis regresi. Garis regresi ada yang berbentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

BAB I PENDAHULUAN. baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk pola

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS)

PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) 9 BAB 2 PEMBANGUNAN WILAYAH YANG TIDAK SEIMBANG (UNEQUAL DEVELOPMENT OF REGIONS) SEBAGAI SALAH SATU DAMPAK DARI PROSES MAKRO GLOBALISASI (MACROPROCESS OF GLOBALIZATION) 2.1 Globalisasi Munculnya arus migrasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertumbuhan Ekonomi 2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus dilakukan pemerintah dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik. Upaya pembanguan ini ditujukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang

PENDAHULUAN. hidup yang layak dibutuhkan pendidikan. Pendidikan dan kesehatan secara. dan merupakan jantung dari pembangunan. Negara-negara berkembang BAB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dan kesehatan merupakan tujuan dasar dari pembangunan. Manusia dapat menikmati hidup dengan nyaman apabila sehat dan untuk dapat hidup yang layak dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan ekonomi Indonesia telah berhasil menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi setiap tahunnya. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berlangsung secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan. pendidikan bagi masyarakat di antaranya berkaitan dengan pengurangan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan dinilai sangat penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi suatu negara (World Bank, 1980; Barro, 1998; Barro dan Sala-i-Martin, 2004). Beberapa peneliti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Ketenagakerjaan Penduduk suatu negara dapat dibagi menjadi dua yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah penduduk yang berusia kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pada suatu periode tertentu.pertumbuhan yang positif menunjukkan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah merupakan indikator yang sangat penting untuk mengetahui dan mengevaluasi pembangunan suatu negara khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam memperkuat suatu perekonomian agar dapat berkelanjutan perlu adanya suatu perhatian khusus terhadap pembangunan ekonomi. Perekonomian suatu negara sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja. perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa pembangunan sekarang ini sumber daya manusia merupakan faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus tujuan pembangunan. Produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan nasional tidak akan terwujud secara optimal tanpa adanya partisipasi aktif segenap komponen masyarakat, baik laki-laki maupun perempuan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perserikatan Bangsa-Bangsa pada Tahun 1967 telah mengeluarkan Deklarasi mengenai Penghapusan Diskriminasi Terhadap Wanita. Deklarasi tersebut memuat hak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Padahal sebenarnya, kemiskinan adalah masalah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan seringkali dipahami dalam pengertian yang sangat sederhana yaitu sebagai keadaan kekurangan uang, rendahnya tingkat pendapatan dan tidak terpenuhinya kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan (poverty) merupakan masalah yang dihadapi oleh seluruh negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum kemiskinan dipahami sebagai keadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama

BAB I. Pendahuluan Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah yang menjadi perhatian utama para ekonom penentu kebijakan. Beberapa tahun terakhir, tingkat kemiskinan khususnya di Indonesia mengalami

Lebih terperinci

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) METODE BARU Tujuan utama pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif

Lebih terperinci

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur

Masalah lain yang muncul adalah berubahnya struktur Di Indonesia proses transisi demografi dapat dikatakan berhasil yang ditunjukkan dengan penurunan tingkat kematian bayi dan kematian maternal secara konsisten. Di sisi yang lain, terjadi peningkatan angka

Lebih terperinci

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia

Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Kemiskinan dan Kesenjangan di Indonesia Capaian Pembelajaran Mahasiswa dapat menjelaskan indikator dan faktor-faktor penyebab kemiskinan Mahasiswa mampu menyusun konsep penanggulangan masalah kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses untuk melakukan perubahan pada indikator sosial maupun ekonomi menuju kearah yang lebih baik dan berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama pembangunan masyarakat nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan terpenting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indikator perbaikan dunia yang tercantum dalam Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. indikator perbaikan dunia yang tercantum dalam Millenium Development Goals BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengentasan kemiskinan dan kelaparan ekstrim merupakan salah satu target indikator perbaikan dunia yang tercantum dalam Millenium Development Goals (UNDP, 2007: 6).

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... DAFTAR TABEL Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan... 40 Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon... 54 Tabel IV.3 Komposisi pegawai berdasarkan golongan kepangkatan...

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi

I. PENDAHULUAN. Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan memerlukan Gross National Product (GNP) yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Di banyak negara syarat utama bagi terciptanya penurunan kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perhatian khusus pada kualitas sumber daya manusia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah tidak terlepas dari sumber daya manusia yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk membangun suatu wilayah diperlukan perhatian khusus pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi,

BAB I PENDAHULUAN. dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki tujuan besar yang sama yakni kesejahteraan rakyatnya. Kesejahteraan rakyat merupakan salah satu indikator kesuksesan sebuah negara dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen penting dalam kehidupan. Di tangan pendidikanlah masa depan bangsa ini dipertaruhkan. Melalui pendidikan, masyarakat diberi alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tiongkok merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia. Saat ini total populasi penduduk Tiongkok tahun 2015 kurang lebih 1,49 milyar jiwa. Jumlah populasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri.

I. PENDAHULUAN. keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masayarakat industri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakekatnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi ekonomi dan keberlanjutan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian terdahulu yang berkaitan dengan yang akan diteliti. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akandibahas mengenai teori yang menjadi dasar pokok permasalahan. Teori yang akan dibahas dalam bab ini meliputi definisi kemiskinan, Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kaum perempuan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, karena sebagai sumber daya manusia, kemampuan perempuan yang berkualitas sangat diperlukan.

Lebih terperinci

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan

Indikator Pembangunan. Pengantar Ekonomi Pembangunan Indikator Pembangunan Pengantar Ekonomi Pembangunan Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Perlunya Indikator Pembangunan Indikator Moneter Indikator Sosial Kelemahan Indikator pendapatan per kapita Indikator

Lebih terperinci

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN OLEH: DEPUTI BIDANG PUG BIDANG POLITIK SOSIAL DAN HUKUM Disampaikan

Lebih terperinci

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI

MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI MAKALAH EKONOMIKA PEMBANGUNAN 1 MODAL MANUSIA: PENDIDIKAN DAN KESEHATAN DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI Oleh: Martha Hindriyani 10/299040/EK/17980 Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik atau meningkat. Pembangunan Nasional yang berlandaskan. dan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau meningkat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan manusia merupakan paradigma baru yang menempatkan manusia sebagai kunci pembangunan. Pergeseran paradigma tersebut terjadi pada tahun 1960-an,

Lebih terperinci

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat Keadaan Ketenagakerjaan No. 69/11/76/Th. XI, 6 November BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI BARAT Keadaan Ketenagakerjaan Di Provinsi Sulawesi Barat : Tingkat Pengangguran Terbuka di Sulawesi Barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. baik selama periode tertentu. Menurut Sukirno (2000), pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara yang berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kekayaan suatu negara yang dijadikan sebagai modal dasar pembangunan. Pembangunan bertujuan untuk menciptakan lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketenagakerjaan merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian utama pemerintah dari masa ke masa. Permasalahan ini menjadi penting mengingat erat kaitannya dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup

I. PENDAHULUAN. perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya yang sudah direncanakan dalam melakukan suatu perubahan dengan tujuan utama memperbaiki dan meningkatkan taraf hidup masyarakat, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010)

BAB I PENDAHULUAN. fisik/fasilitas fisik (Rustiadi, 2009). Meier dan Stiglitz dalam Kuncoro (2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Pembangunan merupakan proses perubahan untuk mengalami kemajuan ke arah yang lebih baik. Pembangunan di berbagai negara berkembang dan di Indonesia seringkali diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)

BAB I PENDAHULUAN. sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara maka membutuhkan pembangunan. Pembangunan adalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu wilayah akan berkembang sesuai dengan cara alokasi pemanfaatan sumber daya yang tersedia. Sumber daya tersebut adalah sumber daya manusi (SDM) dan sumber daya modal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis 3.1.1. Input Produksi dan Pasar Tenaga Kerja Salah satu aspek yang digunakan dalam mengukur kinerja ekonomi adalah seberapa efektif suatu perekonomian menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia diarahkan untuk pembangunan manusia seutuhnya dan masyarakat seluruhnya. Termasuk dalam proses pembangunan adalah usaha masyarakat untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. perhatian perencanaan pembangunan, terutama di negara sedang berkembang, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang tidak bisa lepas dari sektor informal. Keberadaan sektor informal di Indonesia tidak terlepas dari proses pembangunan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1.LatarBelakangMasalah Otonomi daerah atau sering disebut desentralisasi fiskal mengharuskan pemerintah daerah dan masyarakat bersama-sama membangun daerahnya sendiri. Otonomi daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu yang dapat menjadi acuan dalam mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi yaitu dengan melihat besarnya angka pengangguran. Apabila perekonomian di suatu negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia

Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Menilai Pekerjaan Layak di Indonesia Sekilas tentang Profil Nasional untuk Pekerjaan Layak Apa itu Pekerjaan Layak? Agenda Pekerjaan Layak, yang dikembangkan Organisasi (ILO) semakin luas diakui sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia adalah masalah kependudukan, Indonesia memiliki penduduk yang begitu besar dari tahun ke tahun, begitu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemiskinan adalah masalah bagi negara-negara di dunia terutama pada negara yang sedang berkembang. Bagi Indonesia yang merupakan salah satu negara berkembang yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah masalah pengangguran (Sukirno,1985). Menurut Nanga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan penduduk yang semakin cepat dan dalam jumlah yang besar dapat menimbulkan beberapa masalah baru dan salah satu masalah tersebut adalah masalah pengangguran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu

BAB I PENDAHULUAN. mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu Negara, pemerintah mempunyai berbagai kekuasaan untuk mengatur masuk dan keluarnya perusahaan dari sebuah indutri, standar mutu produk, menetapkan

Lebih terperinci

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan TUJUAN 3 Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan 43 Tujuan 3: Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Target 4: Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses terus menerus dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses terus menerus dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses terus menerus dalam upaya peningkatan kesejahteraan. Salah satu indikator dari suksesnya suatu pembangunan ekonomi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan dan jumlah komposisi tenaga kerja tersebut akan terus mengalami perubahan seiring dengan berlangsungnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang sangat erat, jumlah penduduk menentukan efisiensi perekonomian dan kualitas dari tenaga kerja itu

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Kuncoro (2014), dalam jurnal Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Tingkat Pengangguran dan Pendidikan terhadap Tingkat Kemiskinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan negara, dimana pembangunan mengarah pada proses untuk melakukan perubahan kearah yang lebih baik.

Lebih terperinci

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam. yang sangat kompleks karena mempengaruhi sekaligus dipengaruhi oleh 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang dalam pengelompokkan negara berdasarkan taraf kesejahteraan masyarakat, dimana salah satu permasalahan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan produksi. Jumlah SDM di Indonesia terus mengalami peningkatan sejalan dengan

Lebih terperinci