ANALISIS SEMIOTIK DALAM ANTOLOGI WARISAN GEGURITAN MACAPAT KARYA SUWARDI. Emi Lestari Universitas Muhammadiyah Purworejo. Abstrak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS SEMIOTIK DALAM ANTOLOGI WARISAN GEGURITAN MACAPAT KARYA SUWARDI. Emi Lestari Universitas Muhammadiyah Purworejo. Abstrak"

Transkripsi

1 ANALISIS SEMIOTIK DALAM ANTOLOGI WARISAN GEGURITAN MACAPAT KARYA SUWARDI Emi Lestari Universitas Muhammadiyah Purworejo Abstrak Lestari Emi Analisis Semiotik Dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi. Skripsi. Purworejo. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Bahasa dan sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan: (1) pembacaan heuristik pada Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi; (2) pembacaan hermeneutik pada Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi. Jenis penelitian ini adalah deskripsi kualitatif dengan bidang kajian sastra. Subjek yang dijadikan dalam penelitian ini adalah Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi, dipunwedalaken dening Balai Pustaka Jakarta taun 1983, 69 halaman. Adapun yang menjadi objek kajian adalah pembacaan heuristik pada Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi dan pembacaan hermeneutik pada Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi. Pengumpulan data dalam penelitiaan ini menggunakan teknik baca dan teknik catat. Analisis data menggunakan metode analisis isi yang mengkaji isi teks dengan teliti dan menyeluruh. Hasil analisisnya adalah pada Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi terdapat beberapa penyimpangan frasa dan sintaksis yang sulit dibaca oleh pembaca, sehingga analisis pembacaan heuristik dianggap sangat membantu pembaca dalam memaknai tembang macapat yang terdapat di dalamnya. Konvensi ketaklangsungan ekspresi yang terdapat dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi lebih banyak disebabkan oleh penggunaan displacing of meaning (penggantian arti) karena penggunaan bahasa kiasan, seperi personifikasi, metafora, simile, hiperbola dan beberapa oleh distorting of meaning (penyimpangan) serta creating of meaning (penciptaan arti). Keseluruhan makna yang terdapat dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi adalah tentang kritik, saran, dan nasihat yang ditujukan kepada manusia tentang bagaimana dalam menjalani kehidupan seperti halnya tidak berputus asa, semangat mencari rezeki, mencari ilmu. Kata kunci: antologi, heuristik, hermeneutik Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 118

2 A. PENDAHULUAN Keberadaan manusia dalam proses perkembangan akal budinya tidak dapat lepas dari bahasa. Hal ini didasari atas kedudukan bahasa sebagai penunjang aktualisasi ide, gagasan, dan tingkah laku manusia. Dapat dikatakan kemunculan dan perkembangan bahasa merupakan tanda-tanda dari kemunculan budaya. Bahasa pada karya sastra mempunyai sifat khusus yang berbeda. Kelebihan dalam bahasa sastra banyak memunculkan penafsiran-penafsiran, salah satunya adalah penafsiran-penafsiran dalam puisi. Puisi sebagai bagian dalam karya sastra pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang dari alam batinnya. Perwujudan ekspresi pengarang melalui puisi difasilitasi melalui bahasa yang bertujuan memberi kesan dan suasana emotif tertentu untuk mempengaruhi perasaan/pikiran penikmat puisi. Puisi merupakan suatu karya sastra yang banyak digunakan sebagai media komunikasi untuk menyampaikan pikiran dan perasaan pengarang kepada pembaca. Puisi sebagai karya sastra menggunakan bahasa sebagai media untuk mengungkapkan makna. Makna tersebut diungkapkan melalui sistem tanda yaitu tanda-tanda yang mempunyai arti. Puisi sebagai salah satu hasil karya sastra, tidak tercipta atau diciptakan oleh penciptanya tanpa manfaat bagi masyarakat di mana puisi itu diciptakan. Bagi para penciptanya, puisi diciptakan sebagai salah satu karya seni, di samping bertujuan untuk melestarikan sastra itu sendiri, juga bertujuan untuk menyampaikan apa yang ada di dalam benak penciptanya. Untuk memahami puisi yang lebih menyeluruh diperlukan sebuah usaha pengkajian yang lebih mendalam yaitu melalui pendekatan sastra. Pendekatan sastra yang dimasksud adalah sebuah cara yang mengarah pada upaya untuk mempengaruhi emosi dan perasaan pembaca. Seperti yang diketahui, karya sastra dalam implementasinya membutuhkan berbagai penafsiran yang mendalam. Bahasa yang digunakan pengarang terkadang membutuhkan berbagai macam penjelasan agar tidak mengalami penyimpangan arti dan makna. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 119

3 Perbedaan penafsiran yang diterima oleh pembaca berdasarkan apa yang dibaca terkadang berbeda dengan maksud dari pengarang. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, seperti perbedaan zaman, pengalaman, kemampuan menganalisa, dan perasaan pembaca. Dengan kata lain, perbedaan makna terjadi karena apa yang diharapkan pembaca berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan oleh pengarang, sehingga timbul berbagai penafsiran makna dari sebuah karya sastra yang diciptakan. Untuk memahami karya sastra yang lebih mendalam diperlukan adanya penganalisisan yang utuh mengenai arti, makna dari sebuah karya sastra. Salah satunya adalah pendekatan semiotik. Analisis ini memiliki tujuan untuk mengkaji tentang tanda, makna, dan arti dari teks sastra secara utuh dan bulat. Semiotik digunakan sebagai analisis untuk menemukan makna yang manifes maupun laten yang ingin disampaikan oleh penciptanya. Analisis semiotik dalam penelitian ini bertujuan untuk mempelajari sistem-sistem, tanda tanda, dan konvesi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti. Cara yang lebih mendekati dalam pemahaman sebuah puisi lebih didekatkan pada pembacaan heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik adalah pembacaan tembang berdasarkan struktur bahasa. Adapun pembacaan hermeneutik adalah penafsiran mengenai ideologi dalam teks sastra secara menyeluruh. Antologi Warisan Geguritan Macapat merupakan karya sastra berbentuk puisi, yaitu tembang macapat yang ditulis oleh Suwardi. Tembang macapat dalam Antologi ini berisi tentang persoalan kehidupan manusia yang disajikan dalam bentuk tembang. Persolan kehidupan manusia tidak lepas dari nila-nilai yang membangunnya agar tercipta sebuah kehidupan yang normatif. Terdapat 36 tembang dengan berbagai pupuh yang disajikan. Bahasa yang digunakan oleh Suwardi dalam Antologi ini sangat variatif, ada yang mudah diterima karena ringan, ada juga yang membutuhkan penafsiran mendalam, karena kandungan estetika bahasanya yang begitu indah. Penafsiran-penafsiran dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi perlu adanya penganalisisan makna secara utuh, agar tidak Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 120

4 mengalami penyimpangan arti dan makna dengan menggunakan pendekatan heuristik dan hermeneutik seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul Analisis Semiotik dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi. B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Kajian Semiotik a) Pengertian semiotik Semiotik berasal dari kata Yunani, semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah model penelitian sastra dengan memperhatikan tandatanda (Endraswara, 2003: 64) sedangkan menurut Hoed dalam Nurgiyantoro (2009: 40), semiotik adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Kedua teori semiotik tersebut mengacu kepada pandangan semiotik yang berasal dari teori mengenai bahasa oleh Ferdinan de Sausure dalam Nurgiyantoro (2009: 39) bahwa bahasa merupakan sebuah sistem tanda, dan sebagai suatu tanda bahasa mewakili sesuatu yang lain yang disebut makna. b) Pembacaan Heuristik Pembacaan heuristik adalah pembacaan berdasarkan struktur bahasanya atau secara semiotik adalah berdasarkan konvensi sistem tingkat pertama. Menurut Nurgiyantoro (2009: 33), kerja heuristik merupakan pembacaan karya sastra pada sistem semiotik tingkat pertama. Ia berupa pemahaman makna sebagaimana yang dikonvensikan oleh bahasa (yang bersangkutan). Jadi bekal yang dibutuhkan adalah pengetahuan tentang sistem bahasa itu, kompetensi terhadap kode bahasa. Kerja heuristik menghasilkan pemahaman makna secara harfiah, makna tersurat, actual meaning. c) Pembacaan Hermeneutik Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan karya sastra berdasarkan sistem semiotik tingkat kedua atau berdasarkan konvensi sastranya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 121

5 Pembacaan hermeneutik adalah pembacaan ulang (retroaktif) sesudah pembacaan heuristik dengan memberi konvensi sastranya (Pradopo 2009 : 135). Sedangkan menurut Teeuw dalam Nurgiyantoro (2009: 33), hermeneutik adalah ilmu atau teknik memahami karya sastra dan ungkapan bahasa dalam arti yang lebih luas menurut maksudnya. Pradopo (2009: 135) menjelaskan bahwa dalam pembacaan retroaktif atau hermeneutik, pembacaan heuristik harus diulang kembali dengan bacaan retroaktif atau ditafsirkan secara hermeneutic berdasarkan konvensi sastra (puisi), yaitu sistem semiotik tingkat kedua. Konvensi sastra yang memberikan makna itu di antaranya konvensi ketaklangsungan ucapan (ekspresi) sajak 2. Tembang Macapat Tembang macapat merupakan jenis metrum dalam tembang Jawa yang diklasifikasikan dalam sastra Jawa tengahan. Menurut Sutardjo (2011: 1), sastra Jawa terbagi dalam dua bagian yaitu sastra tradisional dan sastra modern. Pada Kesastraan Jawa tradisional umumnya tergubah dalam bentuk gancaran prosa, dan basa pinathok puisi, sajak. Kesastraan puisi di antaranya berbentuk puisi Jawa Kuna meliputi saloka dan kakawin, sementara Jawa Tengahan berupa tembang tengahan yaitu kidung. Kesastraan Jawa Baru berupa tembang macapat, lagu dolanan anak-anak, geguritan. Adapun Sastra modern merupakan hasil dari rangsangan kreatif dalam masyarakat modern, misalkan novel yang dewasa ini banyak dijumpai. 1. Mijil Mijil berarti keluar atau lahir, bayi yang baru lahir dari gua garba, rahim ibu. juga berarti lahirnya gagasan, panemu atau uneg-uneg. Ketika bayi yang baru lahir mempunyai adat yang selalu dialami yakni menangis. Hal itu melambangkan lahirnya gagasan baru. Sifatnya: gandrung-gandrung, prihatin, dan serius. Gunanya: mengungkapkan rasa prihatin, mengemukakan petuah yang cukup berbobot nilainya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 122

6 2. Sinom Sinom mempunyai arti muda, suatu masa untuk meniti cita-cita. Umur yang masih muda dinasihatkan untuk rajin mencari ilmu sebagai bekal dalam meniti hidup. Muda memiliki sifat semangat dan belum dibebani oleh sejumlah masalah yang berat, sehingga dengan usianya harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Sifatnya: sederhana, susah, dan gigih. Gunanya: untuk nasihat, mengungkapkan rasa susah, namun tetap optimis terhadap masa depan. 3. Maskumambang Pemuda yang penuh perjuangan sehingga tampak tampan seperti mas mengapung. Masa muda merupakan jembatan emas asal diamanatkan sebaik-baiknya. Pemuda yang rajin dan pandai akan menyenangkan orang tua, guru dan masyarakatnya. Sifatnya: susah, merana, prihatin dan nelangsa. Gunanya: mengungkapkan rasa susah karena baru kena musibah. 4. Asmaradana Menggambarkan masa remaja yang mulai merasakan jatuh cinta. Cinta merupakan hal yang abstrak dan kemampuannya di luar batas kehendak pribadi manusia. Cinta yang diluar batas kesanggupan manusia itu hendaknya disalurkan sesuai dengan moral agama dan sosial. Asmara yang diatur dengan baik akan membuahkan keselamatan, kehormatan, kemuliaan, dan kebahagiaan. Sifatnya: sengsem, susah, prihatin dan cengeng. Gunanya: mengungkapkan rasa susah karena cinta. 5. Dhandhanggula Rasa optimis terhadap masa depan yang lebih manis, cerah, dan gemilang, karena agenda hidup yang jelas dan tertata rapi, lumampah anut wirama, berjalan sesuai dengan aturan yang berlaku. Keoptimisan seseorang tergantung dengan apa yang sudah diagendakan dan diusahakan. Orang yang pesimis karena tidak percaya dengan kemampuan diri dan kurangnya usaha atas hal yang diupayakan. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 123

7 Sifatnya luwes, manis, serba cocok untuk suasana apa saja. Gunanya: untuk nasihat, mengungkapkan rasa sedih, buat permulaan gendhing. 6. Durma Hidup harus berani menghadapi tantangan yang datangnya silih berganti. Hambatan, gangguan, dan cobaan hidup adalah suatu yang biasa dalam perjuangan, sehingga tidak diperkenankan putus asa. Putus asa merupakan salah satu sifat syaitan, sehingga manusia hendaknya selalu berusaha dengan apa yang dimilikina. Sifatnya: tegang, marah, dendam. Gunanya: untuk peringatan, peperangan, menantang. 7. Pangkur Kemewahan dunia fana yang penuh dengan jebakan ini hendaknya dihindari, sehingga mampu hidup sakmadya. Gaya hidup yang bermewah-mewahan akan membuat hati kurang peka dan cepat lupa diri, karena sibuk dengan urusan yang berhubungan dengan sifat ketamakan hati. Sifatnya: tegang dan serius. Gunanya: untuk memberi peringatan agar tidak melupakan masa lalu. 8. Gambuh Ilmu sangkan paraning dumadi harus diketahui. Sebagai seorang yang beriman, harus mempelajari pengetahuan dan meyakini adanya kehidupan di alam akhirat. Disini peranan ilmu agama sangat penting. Ilmu yang wajib dicari oleh manusia adalah ilmu agama, karena ilmu ini adalah ilmu sepanjang hayat sebagai bekal menuju Tuhannya. Sifatnya: menerangkan, menjelaskan. Gunanya: untuk mengajar dengan keterangan yang mudah. 9. Pucung Penggambaran sewaktu mayat mulai dipocong atau dikafani. Ilmu harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga membuahkan kesejahteraan bagi diri sendiri dan lingkungannya. Sifatnya: mempunyai makna seenaknya, bersenda gurau. Gunanya: untuk berkelakar, teka-teki lucu, petuah agar senantiasa selalu ingat hari akhir. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 124

8 10. Megatruh Tingkatan makrifat yang sudah ikhlas lahir batin, mati sajroning ngaurip mencapai akhir hidup yang khusnul khotimah akhir hidup yang baik. Sifatnya: susah, meyesal sekali. Gunanya: untuk mengungkapkan rasa susah karena jiwa dan raga akan berpisah. 11. Kinanti Di akhirat iman dan ilmu amal itulah bekalnya, sehingga seseorang akan memperoleh pahala di akhirat kelak yang berupa surga. Sifatnya mengandung makna pengharapan gandrung. Gunanya: mengungkapkan rasa susah dan menuntun ke arah kiblat. 3. Gaya bahasa dalam konvensi puisi Keraf (2010: ) membagi gaya bahasa menjadi 4 pengklasifikasian, yaitu: gaya bahasa berdasarkan pilihan kata; gaya bahasa berdasarkan nada; gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat; serta gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna. Adapun dalam penelitian ini difokuskan pada gaya bahasa kiasan dalam penganalisisannya. C. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif di sini adalah membaca tembang dengan kajian semiotik, yang berfokus pada pembacaan heuristik dan hermeneutik, sehingga dalam penelitiannya tidak membutuhkan data-data yang berupa angka atau analisis statistik lainnnya. Dalam hal ini bidang kajian yang menjadi penelitian adalah sastra. Dalam hal ini bidang kajian yang menjadi penelitian adalah sastra. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah adalah Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi, diterbitkan oleh Balai Pustaka, Jakarta, tahun dengan tebal halaman 69 halaman. Adapun yang menjadi objek penelitian adalah adalah analisis semiotik dengan pendekatan pembacaan heuristik dan pembacaan hermeneutik dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 125

9 Dalam penelitiaan ini digunakan teknik pustaka dan teknik simak catat. Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini, adalah nota pencatat data dan alat tulisnya yaitu berupa buku, balllpoint, beserta referensi-referensi untuk mempermudah penyusunan. Kertas pencatat digunakan untuk mencatat data yang berupa kutipan-kutipan, Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi, dan buku-buku teori sastra sebagai acuan dalam penulisan penelitian ini. Dalam menganalisis data penelitian, penulis menggunakan metode content analysis (analisis isi). D. PEMBAHASAN 1. Pembacaan heuristik Adapun pembacaan heuristik pada Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi ini, dilakukan dengan mengembalikan penyimpangan frasa dan sintaksis untuk mencapai keutuhan makna pada setiap bait dengan menyisipkan kata atau sinonim kata-katanya di dalam kurung. Berikut beberapa contoh hasil analisis: a) Desa Ginawe Ayu (Mijil) LKMD saiki wus mijil, gawe desa (dadi) monjo, (desa) iki padha dipun tata dhewe, pager latar (lan) kebon (kabeh) dipun predi, dadi karang kitri, (marakake) resep yen dinulu (WGM: 22). LKMD sekarang sudah keluar, membuat desa menjadi lebih dari yang lain, ini semua dikelola sendiri, pagar halaman dan kebun dirawat, semua dirawat, menjadi tanaman yang berbuah, menjadikan nikmat jika dipandang. Berdasarkan kutipan di atas penyusunan kalimat menyesuaikan dengan metrum tembang mijil. Untuk mempermudah proses pembacaannya, dalam pembacaan heuristik Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 126

10 ini diberikan keterangan kata, kata penghubung yang terletak dalam kurung, yaitu (dadi), (desa), (lan), (kabeh), dan (marakake). b) Idham-idhamane si enom (Sinom) Wiwit cilik bocah tansah, kepengin barang kang becik, tangane wiwit kranggehan, sasat menek ancik-ancik, (lan) tan leren anyedhaki, najan (bocah) durung bisa mlaku, ora ketang kethawilan, (iku) pralambang uripnya yekti, janmi iki tansah duwe dham-idhamane (WGM: 17). Sejak kecil anak selalu, ingin hal yang baik, tangannya mulai meraih, nekad memanjat ranting-ranting, tidak berhenti mendekati, walaupun anak belum bisa berjalan, walaupun hanya bergelayutan, itu merupakan pertanda hidupnya baik, manusia ini selalu punya keinginan. Berdasarkan kutipan di atas penyusunan kalimat menyesuaikan dengan metrum tembang sinom. Untuk mempermudah proses pembacaannya, dalam pembacaan heuristik ini diberikan keterangan preposisi, kata yang terletak dalam kurung agar dalam pembacaannya tercapai keutuhan makna, yaitu (lan), (bocah), dan (iku) c) Nggegulang Kasarasan (Maskumambang) Badan iki sapa ingkang durung ngerti, yen tansah (di-)pun bekta, ing salaminipun urip, apa uwis den gatekna (WGM: 50). Badan ini siapa yang belum tahu, jika selalu dibawa, selama hidup, apa sudah diperhatikan. Berdasarkan kutipan di atas penyusunan kalimat menyesuaikan dengan metrum tembang maskumambang. Untuk mempermudah proses pembacaannya, dalam pembacaan heuristik ini diberikan keterangan preposisi yang terletak dalam kurung agar tidak dalam pembacaannya tercapai keutuhan makna, yaitu (di-). Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 127

11 d) Ajine Pribadi (Asmaradana) Kasmaran (iku) laku utami, (yaiku) marsudi murih sampurna, dimen kepenak uripe, najan manungsa tan ana, kang datan darbe cacat, nanging kabeh tindak tanduk, iku bisa den gegulang (WGM: 47). Kasmaran itu sikap utama, yaitu mencari agar sempurna, senang enak hidupnya, walaupun manusia tidak ada, yang tidak punya cacat, namun semua sikap, itu bisa dilatih. Berdasarkan kutipan di atas penyusunan kalimat menyesuaikan dengan metrum tembang asmaradana. Untuk mempermudah proses pembacaannya, dalam pembacaan heuristik ini diberikan keterangan kata penjelas yang terletak dalam kurung agar dalam pembacaannya tercapai keutuhan makna yaitu (iku) dan (yaiku). 2. Pembacaan Hermeneutik Pembacaan hermeneutik dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi dilakukan dengan memperhatikan konvensi-konvensi seperti ketidaklangsungan ekspresi akibat dari displacing of meaning (penggantian arti), distorting of meaning (penyimpangan arti) dan creating of meaning (penciptaan arti) yang disampaikan menurut Riffaterre (dalam Pradopo 2009:124). Berikut penulis sajikan satu contoh pembahasan pembacaan hermeneutik dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi. a) Desa ginawe ayu (Mijil) LKMD saiki wus mijil, gawe desa monjo, iki padha dipun tata dhewe, pager latar kebon dipun predi, dadi karang kitri, resep yen dinulu (WGM: 22) Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 128

12 LKMD sekarang sudah keluar, membuat desa menjadi lebih dari yang lain, ini semua dikelola sendiri, pagar halaman kebun dirubah, menjadi tanaman yang berbuah, enak jika dipandang. Pembahasan: Kata mijil pada baris pertama dapat disebut sebagai ambiguitas, karena kata tersebut memiliki arti ganda dan menimbulkan banyak tafsiran. Ambiguitas adalah salah satu penyebab terjadinya distorting of meaning (penyimpangan arti). Kalimat yang berbunyi LKMD saiki wus mijil memiliki beberapa tafsiran dalam penerjemahannya. Berdasarkan makna utuhnya adalah LKMD sekarang sudah keluar, namun juga bisa diartikan dengan LKMD sudah mulai dijalankan, atau bisa juga peraturan LKMD sudah dikeluarkan oleh pemerintah daerah. Ambiguitas secara tidak langsung memberi kesempatan kepada pembaca untuk menafsirkan sesuai pemahaman pembaca. Selain ambiguitas, pada kata mijil tersebut merupakan sebuah konvensi yang disebut sarana retorika, yaitu berwujud sasmitaning tembang (simbol tembang). Simbol ini tidak disampaikan dalam bentuk implisit, namun secara langsung. Melalui kata mijil tersebut secara otomatis pembaca mngetahui bahwa tembang tersebut adalah tembang mijil. Tinandhuran jeruk pisang cengkih, nyatane ya ewoh, uga klapa genjah kopi kates, sakabehe ginawe linuwih, nanging tetep asri, nora katon njembrung (WGM: 22). Ditanami jeruk pisang cengkih, kenyatannya ya tumbuh, juga kelapa tanaman yang cepat tumbuh kopi pepaya, semuanya dibuat lebih, namun tetap asri, tidak terlihat tumbuh rumput liar. Pembahasan: Berdasarkan bait kedua di atas, tidak nampak adanya distorting of meaning (penggantian arti), ambiguitas, atau creating of meaning (penciptaan arti). Semua kata demi kata terangkai sesuai konvensi yang telah ditentukan sesuai dengan tembang mijil, yaitu terdiri dari 6 guru gatra dengan guru wilangannya berupa 10i 60 10e 10i 6i 6u. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 129

13 Pemaparan mengenai tumbuh-tumbuhan diperkat dengan kata ya ewoh. Sebuah kata yang menandakan sebuah keseriusan, seperti halnya sifat dari tembang mijil ini. Lamun dhusun papan uwis dadi, seneng ingkang manggon, thethukulan sajak sarwa pamer, woh-wohane pancen ngimingngiming, among kari methil, kanggo tambal butuh (WGM: 22). Jika tempat desa sudah jadi, senang yang menempati, tumbuhannya nampak pamer, tumbuh-tumbuhannya memang memamerkan, hanya tinggal memetik, untuk menamba kebutuhan. Pembahasan: Kata dhusun papan uwis dadi, seneng ingkang manggon pada baris pertama dapat disebut sebagai ambiguitas, karena kata tersebut memiliki arti ganda dan menimbulkan banyak tafsiran. Ambiguitas adalah salah satu penyebab terjadinya distorting of meaning (penyimpangan arti). Kalimat yang berbunyi dhusun papan uwis dadi, seneng ingkang manggon memiliki beberapa tafsiran dalam penerjemahannya. Berdasarkan makna utuhnya adalah tempat desa sudah jadi, senang yang menempati, namun juga bisa diartikan dengan keadaan di desa yang sudah stabil, dengan tumbuh berbagai tanaman, sumber daya manusia yang telah maju, akan membuat siapa yang datang ke desa tersebut senang. Hal serupa juga bisa diartikan dengan tempat-tempat di pedesaan yang telah dibangun membuat senang siapa yang hendak menempatinya. Ambiguitas secara tidak langsung memberi kesempatan kepada pembaca untuk menafsirkan sesuai pemahaman pembaca. Pada kalimat berikutnya terdapat juga displacing of meaning (penggantian arti) dan creating of meaning (penciptaan arti). Penggantian arti dalam kalimat woh-wohane pancen ngimingngiming disebabkan oleh penggunaan personifikasi dalam kata ngiming-ngiming yang berarti sebuah tindakan yang dilakukan dengan Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 130

14 sengaja untuk membuat orang menginginkan sesuatu atau dengan singkat yaitu pamer. Pamer merupakan sikap yang dilakukan oleh manusia, akan tetapi dalam kalimat di atas disebutkan tumbuhanlah yang telah pamer. Maksud dari majas personifikasi dalam kalimat tersebut adalah, begitu lebatnya buah-buahan atau hasil tumbuhan yang tumbuh dan berkualitas dengan baik, membuat siapa yang melihat pasti ingin meraihnya. Adapun penciptaan arti dalam teks tersebut berkaitan dengan persajakan dalam tembang macapat pupuh mijil, yaitu terdiri dari 6 guru gatra dengan guru wilangannya berupa 10i 6o 10e 10i 6i 6u. Pemaparan mengenai hasil buah tumbuh-tumbuhan diperkuat dengan kata tethukulan. Mengidentifikasikan sebuah tembang mijil. Sejatine sinten datan ngerti, lamun dhusun mono, sumber butuh sadina-dinane, butuh ora kudu dhuwit, kebon cumawis, dadi warung idhup (WGM: 22). Sebenarnya siapa yang tidak tahu, jika desa seperti itu, sumber butuh sehari-hari, karena kebutuhan tidak harus uang, kebun sudah tercukupi, menjadi warung hidup. Pembahasan: Berdasarkan bait kedua di atas, tidak nampak adanya distorting of meaning (penggantian arti), ambiguitas, atau creating of meaning (penciptaan arti). Semua kata demi kata terangkai sesuai konvensi yang telah ditentukan sesuai dengan tembang mijil, yaitu terdiri dari 6 guru gatra dengan guru wilangannya berupa 10i 60 10e 10i 6i 6u, walaupun terdapat kata serapan bahasa Indonesia yang di bahasa Jawakan yaitu warung idhup. Idhup berasal dari bahasa Indonesia yaitu hidup, atau urip dalam istilah Jawa. Hal ini disebabkan oleh pengarang guna memenuhi sebuah konvensi tembang mijil tanpa merusak makna aslinya. Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 131

15 Ora kleru dhusun iki panti, ingkang kanggo ngaso, lamun resik adoh memalane, mangkono panemu ingkang becik, prakara kang mligi, (ingkang) LKMD rembug (WGM: 22). Tidak salah jika desa ini panti, yang (digunakan) untuk beristirahat, jika bersih jauh dari penyakit, seperti itu ide yang baik, perkara yang pokok, LKMD membahas. Pembahasan: Pada kalimat pertama terdapat displacing of meaning (penggantian arti) dan creating of meaning (penciptaan arti). Penggantian arti dalam kalimat Ora kleru dhusun iki panti disebabkan oleh penggunaan simile dalam kata dhusun iki panti yang memiliki arti yang berbeda. Dhusun adalah desa, di dalamnya segala aktifitas warga masyarakat dikelola dengan baik, sesuai program pemerintah daerah. Adapun panti adalah sebuah yayasan kemanusian yang bergerak dalam bidang sosial dengan adanya tujuan tertentu dalam lingkup kecil serta milik perorangan atau kelompok. Pengarang berusaha menyamakan antara desa dengan panti. Persamaan itu diambil dari keadaan yang teroganisir dan lebih memperkonkritkan sebuah keadaan desa mirip dengan panti yang lebih terprogram. Adapun penciptaan arti dalam teks tersebut berkaitan dengan persajakan dalam tembang macapat pupuh mijil, yaitu terdiri dari 6 guru gatra dengan guru wilangannya berupa 10i 6o 10e 10i 6i 6u. Pemaparan mengenai hasil buah tumbuh-tumbuhan diperkuat dengan kata panemu temuan baru. Mengidentifikasikan sebuah tembang mijil. Bekicot kang tansah saba warih, kanthi gotong-royong, iki cara ingkang langkung sae, nyara bakal bisa amungkasi, ing desamu mesthi, swarga ginawe ayu (WGM: 22). Keong yang selalu bermain di air, (bekerja) dengan gotong royong, ini cara yang sangat bagus, cara yang hendak bisa Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 132

16 menutupi (menyempurnakan), di desamu pasti, suarga dibuat indah. Pembahasan: Pada kalimat pertama terdapat displacing of meaning (penggantian arti) dan creating of meaning (penciptaan arti). Penggantian arti dalam kalimat Bekicot kang tansah saba warih, kanthi gotong-royong, iki cara ingkang langkung sae disebabkan oleh penggunaan fabel dalam kata Bekicot kang tansah saba warih, kanthi gotong royong dengan iki cara ingkang langkung sae yang secara langsung menyamakan antar sifat baik hewan untuk dicontoh oleh manusia. Adapun penciptaan arti dalam teks tersebut berkaitan dengan persajakan dalam tembang macapat pupuh mijil, yaitu terdiri dari 6 guru gatra dengan guru wilangannya berupa 10i 6o 10e 10i 6i 6u. E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Dari pembahasan skripsi yang berjudul Analisis Semiotik Dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat karya Suwardi dapat diambil simpulan sebagai berikut. a) Pada Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi terdapat beberapa penyimpangan frasa dan sintaksis yang sulit dibaca oleh pembaca, sehingga analisis pembacaan heuristik dianggap sangat membantu pembaca dalam memaknai tembang macapat yang terdapat di dalamnya. b) Konvensi ketaklangsungan ekspresi yang terdapat dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi lebih banyak disebabkan oleh penggunaan displacing of meaning (penggantian arti) (penggantian arti) karena penggunaan bahasa kiasan, seperi personifikasi, metafora, simile, hiperbola dan beberapa oleh distorting of meaning (penyimpangan) serta creating of meaning (penciptaan arti). Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 133

17 Keseluruhan makna yang terdapat dalam Antologi Warisan Geguritan Macapat Karya Suwardi adalah tentang kritik, saran, dan nasihat yang ditujukan kepada manusia tentang bagaimana dalam menjalani kehidupan 2. Saran a) Bagi peneliti Diharapkan skripsi ini dapat menjadi panduan dalam mengkaji analisis semiotik dalam tembang lebih khusus terkait pembacaan heuristik dan hermeneutik. b) Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu media pengajaran analisis tembang dari segi pembacaannya. c) Bagi Siswa Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai contoh dalam menganalisis tembang atau geguritan dari segi membaca serta struktur konvensi tembangnya. F. DAFTAR PUSTAKA Ambarsiwi, Inne Wahyu Skripsi. Representasi Perempuan dan Ideologi Patriaki dalam lirik lagu Mulan Jameela (Kajian Semiotik). Fakultas Dakwah, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rosdakarya Eco,Umberto Teori Semiotika ; Signifikasi Komunikasi, Teori kode, serta teori produksi tanda. Bantul : Kreasi Wacana Jabrohim Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Prasetya Widya Pratama Keraf, Gorys Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka. Moleong, Lexy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 134

18 Nurgiyantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press Poerwadarminta, W.J.S Baoesastra Djawa. Batavia: J.B Wolters- Groningen Purwadi; dkk Ensiklopedi Kebudayaan Jawa. Yogyakarta: Bina Media. Pradopo, Rachmat Djoko Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapanya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sobur, Alex Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Subroto, Edi Pengantar Metoda Penelitian Linguistik Struktural. Surakarta: Sebelas Maret University Press Sudaryanto Metode dan Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana Suhardi, Taufik Skripsi. Analisis Semiotik Dalam Serat Pepeling Karya Jagawigata. Program Studi Bahasa dan Sastra Jawa. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Sutardjo, Imam Tembang Macapat. Surakarta: Jurusan Sastra Jawa Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS Suwardi Warisan Geguritan Macapat. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Pedoman Skripsi. Purworejo: Universitas Muhammadiyah Purworejo Waluyo, Herman J. Dkk Pemakaian Bahasa Dalam Tembang dan Puisi Jawa Modern. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional Jakarta Jurnal Program Studi Pendidikan Bahsa dan Sastra Jawa_Universitas Muhammadiyah Purworejo 135

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL

ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL ANALISIS SEMIOTIK PADA ANTOLOGI GEGURITAN BENGKEL SASTRA JAWA 2003 LAYANG SAKA GUNUNGKIDUL Oleh: Lastriani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa lasthree92@gmail.com Abstrak: penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

Analisis Semiotik Serat Babad Banyuurip Pupuh Maskumambang Karya Ki Amat Takjin

Analisis Semiotik Serat Babad Banyuurip Pupuh Maskumambang Karya Ki Amat Takjin Analisis Semiotik Serat Babad Banyuurip Pupuh Maskumambang Karya Ki Amat Takjin Oleh: Siti Anisa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa anisa.ngb@gmail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam

BAB V PENUTUP. tertentu, menekankan penuturan atau emosi, menghidupkan gambaran, menunjukkan bahwa bahasa kias mempunyai peranan yang penting dalam BAB V PENUTUP A. Simpulan Dalam novel AW karya Any Asmara ditemukan enam jenis penggunaan bahasa kias, yaitu simile, metafora, personifikasi, metonimia, sinekdoke dan hiperbola. Fungsi bahasa kias yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam

BAB I PENDAHULUAN. Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia terdapat dua macam arti, yaitu ragam sastra yang bahasanya terikat oleh rima atau pengulangan bunyi yang

Lebih terperinci

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam 12 Telepon Genggam terdapat banyak gaya bahasa yang khas dan unik serta belum banyak orang yang meneliti gaya bahasa puisi kontemporer. Gaya bahasa yang dideskripsikan melalui penelitian Gaya Bahasa dalam

Lebih terperinci

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3

Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3 Analisis Semiotik Syair-Syair Tembang Campursari karya Didi Kempot pada Volume 1, 2, 3 Oleh: Aditya Apriliyani Program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Tyaapriliyani559@gmail.com Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan karakter sebagian pemuda-pemudi saat ini sehubungan dengan pendidikan karakter atau kodratnya sebagai makhluk sosial, dapat dikatakan sangat memprihatinkan.

Lebih terperinci

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang

Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Nilai Pendidikan Moral dalam Serat Pamorring Kawula Gusti dan Relevansinya dalam Kehidupan Sekarang Oleh: Sugeng Triwibowo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Miftah1919@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

Analisis Semiotik Tembang Macapat Pupuh Asmaradana dalam Serat Witaradya 2 Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita

Analisis Semiotik Tembang Macapat Pupuh Asmaradana dalam Serat Witaradya 2 Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita Analisis Semiotik Tembang Macapat Pupuh Asmaradana dalam Serat Witaradya 2 Karya Raden Ngabehi Ranggawarsita Oleh: Tri Dayati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.dyatieee@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK DALAM SERAT PEPELING LAN PAMRAYOGA KARYA JAGAWIGATA. Rochimansyah, Taufik Suhardi Universitas Muhammadiyah Purworejo

ANALISIS SEMIOTIK DALAM SERAT PEPELING LAN PAMRAYOGA KARYA JAGAWIGATA. Rochimansyah, Taufik Suhardi Universitas Muhammadiyah Purworejo ANALISIS SEMIOTIK DALAM SERAT PEPELING LAN PAMRAYOGA KARYA JAGAWIGATA Rochimansyah, Taufik Suhardi Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Serat Pepeling lan Pamrayoga sebagai salah satu karya sastra

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011

KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011 KAJIAN SEMIOTIK DALAM KUMPULAN GEGURITAN PADA MAJALAH DJAKA LODANG EDISI TAHUN 2011 Oleh : Eni Lismawati Nurmawitantri program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa e_nie23@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012)

Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012) Analisis Gaya Bahasa dan Ajaran Moral dalam Antologi Geguritan Sapu (Antologi Geguritan lan Esai Bengkel Bahasa dan Sastra Jawa 2012) Oleh: Suci Alfiatun Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI MORAL TEMBANG MACAPAT DALAM BUKU MÉGA MENDUNG KARANGAN TÉDJASUSASTRA DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG

KAJIAN NILAI MORAL TEMBANG MACAPAT DALAM BUKU MÉGA MENDUNG KARANGAN TÉDJASUSASTRA DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG KAJIAN NILAI MORAL TEMBANG MACAPAT DALAM BUKU MÉGA MENDUNG KARANGAN TÉDJASUSASTRA DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG Oleh: Fitri Afniati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa gastedant_fianti@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan bahasa ringkas, pilihan kata yang konotatif, banyak penafsiran, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Puisi merupakan bentuk karya sastra yang tersaji menggunakan kata-kata yang indah dan kaya bahasa yang penuh makna (Kosasih, 2008: 31). Keindahan puisi ditentukan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Ulin Niswah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adi_Jaddati@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

BAB I PENDAHULUAN  A. Bahasa Karya Sastra BAB I PENDAHULUAN Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan itu beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian

BAB V PENUTUP. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian 112 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Wujud sarana retorika yang digunakan dalam Puisi-puisi Anak di Harian Kedaulatan

Lebih terperinci

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA

Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Struktur Fisik dan Struktur Batin Antologi Geguritan Kristal Emas Karya Suwardi Endraswara dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya di Kelas XI SMA Oleh: Miskiyatun Isnainiyah Program Studi Pendidikan Bahasa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Untuk memperjelas dan memantapkan ruang lingkup permasalahan, sumber data, dan kerangka teoretis penelitian ini,

Lebih terperinci

PERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG

PERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG PERPADUAN SENI ISLAM DAN JAWA DALAM TEMBANG MAKALAH Disusun guna memenuhi tugas Mata kuliah : Islam dan Budaya Jawa Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hj. Sri Suhanjati Oleh Silma Ariyani (1504026064) FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah salah satu hasil dari kebudayaan. Sastra merupakan kreasi manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra manusia bisa menuangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau studi-studi mutakhir yang pernah diteliti oleh peneliti terdahulu yang berkaitan

Lebih terperinci

Analisis Semiotik Syair Lagu Campursari Cak Diqin dalam Album By Request Langgam Jawa

Analisis Semiotik Syair Lagu Campursari Cak Diqin dalam Album By Request Langgam Jawa Analisis Semiotik Syair Lagu Campursari Cak Diqin dalam Album By Request Langgam Jawa Oleh: Nani Cahyo Widati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa nani.cahyo@yahoo.com Abstrak: Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikaji dari sudut kesejarahannya, mengingat sepanjang sejarahnya, dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puisi merupakan salah satu karya yang dapat dikaji dari bermacam-macam aspek. Puisi dapat dikaji dari struktur dan unsur-unsurnya, mengingat bahwa puisi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG, RUMUSAN MASALAH, TUJUAN, MANFAAT PENELITIAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali Tradisional yang dibentuk oleh pupuh-pupuh. Setiap pupuh

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS KESALAHAN EJAAN PADA KARANGAN EKSPOSISI SISWA KELAS X MAN PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Ige Janet L. W. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK SKRIPSI Usulan Penelitian untuk Skripsi S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, diberi irama dengan bunyi yang padu, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Puisi dalam Kamus Istilah Sastra (1984) adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Hal yang sama

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT DASACARITA SATO WANA KARYA JOODKALI PADMAPUSPITA SERTA KEMUNGKINAN PEMBELAJARAN DI SMA

ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT DASACARITA SATO WANA KARYA JOODKALI PADMAPUSPITA SERTA KEMUNGKINAN PEMBELAJARAN DI SMA ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI PENDIDIKAN MORAL DALAM SERAT DASACARITA SATO WANA KARYA JOODKALI PADMAPUSPITA SERTA KEMUNGKINAN PEMBELAJARAN DI SMA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PURWOREJO

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PURWOREJO PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII MTs NEGERI PURWOREJO Oleh: Sri Hartati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammasdiyah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan zaman, tentu masyarakat Jawa mengalami perubahan-perubahan. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan zaman, tentu masyarakat Jawa mengalami perubahan-perubahan. Hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masyarakat Jawa mempunyai khasanah kebudayaan yang beraneka ragam. Mulai dari sastra, musik, teater, tari, seni rupa, dan sebagainya. Dilihat dari perkembangan zaman,

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah BAB V KESIMPULAN Berdasarkan hasil inventarisasi naskah didapatkan bahwa naskah Kempalan Dongeng yang memuat teks Kyai Prelambang dengan bertuliskakan aksara Jawa tidak ditemukan di tempat lain selain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media bahasa (Pradopo, 2010: 121). Bahasa merupakan media BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan sebuah struktur yang bermakna. Hal ini disebabkan karya sastra merupakan sistem tanda yang mempunyai makna yang menggunakan media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk mengikuti perkembangan zaman. Pembelajaran memiliki peran serta mendidik siswa agar menjadi manusia

Lebih terperinci

PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum.

PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. PEMAKNAAN PUISI DONGA BALIK Oleh Turita Indah Setyani NIM: 0806481210 Tugas Pengkajian Puisi Jawa Pengajar: Karsono H. Saputra, M.Hum. Secara etimologis, kata puisi dalam bahasa Yunani berasal dari poesis

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI

IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI IDENTIFIKASI KARAKTER TOKOH UTAMA DALAM NOVEL DI UJUNG JALAN SUNYI KARYA MIRA WIJAYA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA KELAS XI Oleh: Ariyadi Kusuma Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bentuk karya sastra yang memiliki keindahan dalam bahasanya yaitu puisi. Waluyo (1991:3) mengatakan bahwa puisi adalah bentuk karya sastra yang paling tua.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulannya. Kesimpulan tersebut adalah

BAB V PENUTUP. penelitian ini, maka dapat diketahui kesimpulannya. Kesimpulan tersebut adalah BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang bentuk, nilai, dan fungsi parikan pada lirik lagu karya Genk Kobra yang telah dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat

Lebih terperinci

KAJIAN SEMIOTIK PADA POCAPAN GARA-GARA PAGELARAN WAYANG PURWA DENGAN LAKON DURYUDANA GUGUR OLEH KI TIMBUL HADI PRAYITNO

KAJIAN SEMIOTIK PADA POCAPAN GARA-GARA PAGELARAN WAYANG PURWA DENGAN LAKON DURYUDANA GUGUR OLEH KI TIMBUL HADI PRAYITNO KAJIAN SEMIOTIK PADA POCAPAN GARA-GARA PAGELARAN WAYANG PURWA DENGAN LAKON DURYUDANA GUGUR OLEH KI TIMBUL HADI PRAYITNO Oleh : Hesti Nur Cahyo program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa hestinurcahyo@gmail.com

Lebih terperinci

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo

Wahyu Aris Aprillianto Universitas Muhammadiyah Purworejo KAJIAN FILOLOGI SERAT-SERAT ANGGITAN DALEM KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA IV JILID I (WANAGIRI JAMAN KANGJENG GUSTI PANGERAN ADIPATI ARIYA MANGKUNEGARA III) Wahyu Aris Aprillianto Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu. tahun Skripsi tersebut menggunakan semiotik Michael Riffatterre sebagai BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Studi Terdahulu Sebelumnya, ada beberapa penelitian yang memiliki tema yang sama. Pertama, Intertekstual Lirik-Lirik Lagu Karya Ahmad Dhani: Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,

Lebih terperinci

Analisis Semantik Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Periode Januari-Juli 2013 Edisi 1-30

Analisis Semantik Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Periode Januari-Juli 2013 Edisi 1-30 Analisis Semantik Geguritan dalam Majalah Panjebar Semangat Periode Januari-Juli 2013 Edisi 1-30 Oleh: CandraDwi Pravitasari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa candra_dwipravitasari@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Nuraeni S, 2014 Analisis garap pupuh pangkur dalam audio CD Pupuh Raehan karya Yus Wiradiredja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pupuh merupakan puisi yang termasuk bagian dari sastra Sunda. Pupuh itu terikat oleh patokan (aturan) berupa guru wilangan, guru lagu, dan watek. Guru wilangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003:

BAB II LANDASAN TEORI. curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono (Peny.), 2003: 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Lirik Lagu Sebagai Genre Sastra Lirik mempunyai dua pengertian yaitu (1) karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, (2) susunan sebuah nyanyian (Moeliono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai

Lebih terperinci

Analisis Semiotik dalam Antologi Geguritan Siter Gadhing Karya Djaimin. K

Analisis Semiotik dalam Antologi Geguritan Siter Gadhing Karya Djaimin. K Analisis Semiotik dalam Antologi Geguritan Siter Gadhing Karya Djaimin. K Oleh : Asih Yulianti Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Azihyulianty@yahoo.co.id Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,

Lebih terperinci

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG STRUKTUR SERAT PARTAWIGENA SKRIPSI Disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra oleh Nama : Imam Arief Hidayat NIM : 2151407002 Program Studi : Sastra Jawa Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI

GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI GAYA BAHASA KIASAN DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Progam Studi Pendidikan Bahasa dan

Lebih terperinci

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO

KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO KAJIAN STILISTIKA PADA KUMPULAN GEGURITAN BOJONEGORO ING GURIT HIMPUNAN SANGGAR SASTRA PAMARSUDI BASA JAWI BOJONEGORO Oleh: Noviorita Prahutami program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa noviorita@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI

ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI ABSTRAK GEGURITAN MASAN RODI ANALISIS STRUKTUR DAN NILAI Penelitian terhadap Geguritan Masan Rodi ini membahas tentang analisis struktur dan fungsi. Analisis ini mempunyai tujuan untuk mengungkapkan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam

Lebih terperinci

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan

Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Kuningan PERBEDAAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI PUISI MELALUI KEGIATAN MEMBACA DAN MENDENGARKAN SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 LEBAKWANGI KABUPATEN KUNINGAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Ida Hamidah Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi merupakan bentuk karya sastra yang sangat populer di kalangan masyarakat sampai saat ini. Puisi digemari oleh semua lapisan masyarakat, karena kemajuan masyarakat

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN

GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 9 GEMOLONG SRAGEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang lagu sehingga lirik-lirik lagunya menarik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Gaya bahasa menimbulkan efek keindahan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Efek keindahan gaya bahasa berkaitan dengan selera pribadi pengarang dan kepekaannya

Lebih terperinci

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo

Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Analisis Kesalahan Kebahasaan pada Lembar Kerja Siswa Kuncaraning Widya Bagelen Kelas X SMA Kabupaten Purworejo Oleh: Mahasih Hesti Rochayati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa mahesti0509@gmail.com

Lebih terperinci

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono

Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono Gaya Bahasa dan Nilai Pendidikan dalam Antologi Geguritan Ombak Wengi Karya Yusuf Susilo Hartono Oleh: Nita Pratiwi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa pratiwinita25@gmail.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. katanya. Puisi pada dasarnya merupakan sarana ekspresi seseorang untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Puisi sebagai salah satu jenis karya sastra memiliki nilai seni kesusastraan yang tinggi melalui bahasanya yang padat dan bermakna dalam setiap pemilihan katanya. Puisi

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MEMANFAATKAN TEKNIK BRAINWRITING PADA PESERTA DIDIK SD/MI KELAS V Oleh: Aida Azizah Universitas Islam Sultan Agung Semarang ABSTRAK Peserta didik Sekolah Dasar/Madrasah

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU EBIT G. ADE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah Diajukan oleh : EMA WIDIYAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kata merupakan alat penyalur gagasan atau ide yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata-kata dijalin-satukan melalui penggabungan dalam suatu konstruksi yang lebih

Lebih terperinci

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG

KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG KAJIAN NILAI PENDIDIKAN MORAL PADA KUMPULAN GEGURITAN MAJALAH PANJEBAR SEMANGAT TERBITAN TAHUN 2012 DAN RELEVANSINYA DENGAN KEHIDUPAN SEKARANG Oleh: Ade Irma progran studi pendidikan bahasa dan sastra

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia memiliki beragam suku dan tentu saja bahasa daerah yang beragam banyaknya. Bahasa daerah yang beragam digunakan sebagai alat komunikasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lagu merupakan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi dan hubungan temporal biasanya diiringi dengan alat musik untuk menghasilkan gubahan musik yang

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA

ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA ANALISIS GAYA BAHASA PADA LIRIK LAGU GRUP MUSIK WALI DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI DI SMA Oleh: Supriyadi Wibowo Progam Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN

PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN PENGGUNAAN GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN KATA KHUSUS PADA KUMPULAN PUISI KETIKA CINTA BICARA KARYA KAHLIL GIBRAN Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 KOHESI GRAMATIKAL DAN LEKSIKAL PADA WACANA PUISI JAWA DALAM KOLOM GEGURITAN HARIAN SOLOPOS EDISI PEBRUARI-MARET 2008 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pandidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil renungan seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulis. Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN PENERAPAN TEKNIK RANGSANG GAMBAR DAN SUMBANG KATA PADA SISWA KELAS VII E DI SMP NEGERI 1 JATEN TAHUN AJARAN 2009/2010 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS MAJAS DALAM NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Mei Arisman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS SEMIOTIK SYAIR-SYAIR TEMBANG CAMPURSARI KARYA MANTHOUS

ANALISIS SEMIOTIK SYAIR-SYAIR TEMBANG CAMPURSARI KARYA MANTHOUS ANALISIS SEMIOTIK SYAIR-SYAIR TEMBANG CAMPURSARI KARYA MANTHOUS Oleh: Murniasih pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.yuli3@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) pembacaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena

BAB I PENDAHULUAN. estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan karya seni, sebagai karya seni yang mengandung unsur estetik dan keindahan di dalamnya. Sastra dan tata nilai kehidupan adalah dua fenomena sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan tradisional antara lain Ndolalak, Jathilan, Srandul, Reog, Nini

BAB I PENDAHULUAN. permainan tradisional antara lain Ndolalak, Jathilan, Srandul, Reog, Nini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Permainan tradisional merupakan suatu permainan yang pada dasarnya tersebar secara lisan. Dalam masyarakat Jawa, dikenal beberapa macam jenis permainan tradisional

Lebih terperinci

BAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian

BAB 3 SIMPULAN. Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian BAB 3 SIMPULAN Kitab Mazmur merupakan teks prosa keagamaan, dan merupakan bagian dari kitab suci umat nasrani, yaitu Alkitab. Kitab Mazmur merupakan kitab terpanjang dan kitab yang paling banyak dikutip

Lebih terperinci

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata

Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Alih Kode dan Campur Kode dalam Roman Kadurakan Ing Kidul Dringu Karya Suparto Brata Oleh: Yuliana Wardani program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa y.adinda@ymail.com Abstrak: Penelitian ini bertujuan:

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO

PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO PENGGUNAAN TEKNIK PANGGIL PENGALAMAN DALAM UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS X SMA N 5 PURWOREJO Oleh: Farida Tuzzaman Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

ANALISIS SEMANTIK PUISI TINTRIM KARYA LELANA BRATA DALAM ANTOLOGI GEGURIT SEWINDU PUSTAKA CANDRA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK

ANALISIS SEMANTIK PUISI TINTRIM KARYA LELANA BRATA DALAM ANTOLOGI GEGURIT SEWINDU PUSTAKA CANDRA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK ANALISIS SEMANTIK PUISI TINTRIM KARYA LELANA BRATA DALAM ANTOLOGI GEGURIT SEWINDU PUSTAKA CANDRA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMK Ayu Yulianingrum yulianngrm35@gmail.com Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

ANALISIS DIKSI DAN KONSEP SEMANTIK MANTRA DALAM PRIMBON ADJIMANTRAWARA TERBITAN SOEMODIDJOJO MAHADEWA

ANALISIS DIKSI DAN KONSEP SEMANTIK MANTRA DALAM PRIMBON ADJIMANTRAWARA TERBITAN SOEMODIDJOJO MAHADEWA ANALISIS DIKSI DAN KONSEP SEMANTIK MANTRA DALAM PRIMBON ADJIMANTRAWARA TERBITAN SOEMODIDJOJO MAHADEWA Yoga Wicaksono Yogafomb@yahoo.co.id Universitas Muhammadiyah Purworejo ABSTRAK Masalah yang dikaji

Lebih terperinci

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas

Lebih terperinci

Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo

Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo Analisis Aspek Diksi Dalam Antologi Geguritan Guritan Oleh Suripan Sadi Hutomo Oleh: Vivi Kusumawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa kusumawativivi19@yahoo.com mailto:fenia228@gmail.com

Lebih terperinci

ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA

ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA ETIKA DAN ESTETIKA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA Oleh : Qoriatul Anief Agustina program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa aniefagustina@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang

BAB I PENDAHULUAN. suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan ungkapan perasaan yang dihayati oleh penyairnya ke dalam suatu bahasa. Puisi juga merupakan cara penyampaian tidak langsung seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. Ungkapan tersebut berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, semangat, dan keyakinan dalam suatu kehidupan, sehingga

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL KERAJUT BENANG IRENG KARYA HARWIMUKA

STRUKTUR DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL KERAJUT BENANG IRENG KARYA HARWIMUKA STRUKTUR DAN NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL KERAJUT BENANG IRENG KARYA HARWIMUKA Oleh : Rita Setyawati program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa putriragil256@rocketmail.com ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI

ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI ANALISIS MAJAS DAN WUJUD CITRAAN DALAM NOVEL MANJALI DAN CAKRABIRAWA KARYA AYU UTAMI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia

Lebih terperinci

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS

GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS GAYA BAHASA PUISI TANPA SYARAT PADA AKUN INSTAGRAM @PuisiLangit SEBAGAI MEDIA AJAR PEMAKNAAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Theresia Pinaka Ratna Ning Hapsari, Veronica Melinda Nurhidayati Universitas

Lebih terperinci

Etika Jawa dan Gaya Bahasa dalam Antologi Crita Cekak Kidung Wengi Ing Gunung Gamping karya S.T. Iesmaniasita

Etika Jawa dan Gaya Bahasa dalam Antologi Crita Cekak Kidung Wengi Ing Gunung Gamping karya S.T. Iesmaniasita Etika Jawa dan Gaya Bahasa dalam Antologi Crita Cekak Kidung Wengi Ing Gunung Gamping karya S.T. Iesmaniasita Oleh: Fadhilah Rozaq Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa fadhilahrozaq@yahoo.com

Lebih terperinci

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA

KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA KAJIAN KOHESI DAN KOHERENSI DALAM NOVEL KADURAKAN ING KIDUL DRINGU KARYA SUPARTO BRATA Oleh: Astuti Kurnia Salmi program studi pendidikan bahasa dan sastra jawa astuti.kurniasalmi@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Landasan Teori 2.1.1 Konsep Konsep adalah (1) rancangan atau buram surat dan sebagainya; (2) ide atau pengertian yang diabstrakkan dari

Lebih terperinci

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI 0 ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI PADA KUMPULAN CERPEN INSOMNIA KARYA ANTON KURNIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman,

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkrit yang membangkitkan

Lebih terperinci

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang 1 PENDAHULUAN Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan berbagai masalah yang dihadapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh

BAB I PENDAHULUAN. sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan adalah suatu karya sastra tradisional yang mempunyai sistem konvensi sastra tertentu yang cukup ketat. Geguritan dibentuk oleh pupuh atau pupuh pupuh, dan

Lebih terperinci