HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT DENGAN STRATEGI PENANGANAN KONFLIK PADA EMERGING ADULTHOOD DI WILAYAH DKI JAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT DENGAN STRATEGI PENANGANAN KONFLIK PADA EMERGING ADULTHOOD DI WILAYAH DKI JAKARTA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA ATTACHMENT DENGAN STRATEGI PENANGANAN KONFLIK PADA EMERGING ADULTHOOD DI WILAYAH DKI JAKARTA Nur Fifitri Psikologi, Universitas Bina Nusantara, (Yessy Noerhardiyanty, Katarina Ira Puspita, S.Psi., M.Si) ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat korelasi antara kelekatan (attachment) antar pasangan, dengan strategi penanganan konflik yang diambil ketika pasangan memiliki konflik. Bagaimana pasangan menyelesaikan konflik dengan cara tertentu dengan tipe kelekatan (attachment) yang dimiliki. Subjek dalam penelitian ini adalah individu dalam kategori usia tahun yang sedang menjalani hubungan pacaran ataupun pertunangan dan memiliki rencana menikah ± 1 tahun kedepan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif, menggunakan penghitungan statistik terhadap 100 responden. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang bersifat negatif antara tipe avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik compromise dan terdapat hubungan yang bersifat negatif antara tipe anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik compromise. (NF) Kata kunci: kelekatan (attachment), strategi, konflik, compromise.

2 ABSTRACT The purpose of this study was to examine the correlations between attachment and conflict resolution strategy are taken when the couple has a conflict. To see how couples resolve conflict in a certain way with the type of they attachment types. Subjects in this study were individuals in the age category years old who were dating or engagement relationship and have plans to marry ± 1 years later. The method used in this study is a quantitative method, using a statistical calculation of the 100 respondents. The results of this study revealed that there are negative relationship between the type of avoidant attachment with conflict resolution strategy is compromised and there is a negative relationship between the type of attachment anxiety to compromise conflict resolution strategies. (NF) Key words: Attachment, Strategy, Conflict, Compromise

3 PENDAHULUAN Pacaran adalah istilah yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat dapat melihat atau menjadi subjek dalam fenomena pacaran ini sendiri. Tracy, Shaver, Albino dan Cooper (dalam Steuber, 2005) menyatakan bahwa pacaran adalah hubungan serius individu yang memiliki perasaan mencintai yang kuat terhadap seseorang yang secara khusus mereka lihat/pacari. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang bisaanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Dari kedua definisi tersebut diketahui bahwa pacaran merupakan bentuk kedekatan antara 2 orang untuk menjalin hubungan menuju komitmen yang lebih serius atau pernikahan. Pada umumnya ketertarikan terhadap lawan jenis mulai muncul pada masa remaja saat pembentukan identitas seksual (Santrock, 2013). Remaja menghabiskan banyak waktu untuk kencan dan memikirkan tentang kencan (Shulman, Davila, & Shachar-Saphira dalam Santrock, 2013). Menurut Santrock (2013) kencan dan hubungan romantis mulai menuju hubungan yang lebih serius terjadi ketika usia tahun, pada saat ini ikatan emosional semakin kuat dan mendekati hubungan romatis dewasa. Menurut Arnett (dalam Santrock, 2013) usia dapat dikategorikan sebagai masa emerging adulthood, yaitu transisi dari remaja ke dewasa. Salah satu karakter pada masa emerging adulthood adalah ekplorasi identitas, khususnya dalam cinta dan pekerjaan (Arnett dalam Santrock, 2013). Rubin (dalam Hazan & Shaver, 1994) menyatakan indikator yang bisa menunjukan seseorang yang sedang dalam hubungan dekat adalah frekuensi mereka saling bersama satu sama lain yang menunjukan kuantitas dari cinta pasangan satu sama lain. Selain itu agar hubungan dapat bertahan diperlukan komitmen, yaitu elemen kognitif, yang berbentuk keputusan untuk mencintai dan tetap bersama dengan orang yang dicintai (Papalia & Olds, 1998). Sebenarnya bagaimana hubungan pacaran itu terjalin tergantung dari bagaimana pribadi masing-masing pasangan menjalaninya. Ini adalah bentuk adaptasi seseorang dalam behubungan dengan orang lain dan ini mungkin ada hubungannya dengan kecenderungan dari masa kecil hingga dewasa (Hazan & Shaver, 1994). Dalam beradaptasi satu sama lain, pasangan pasti sering mengalami masalah karena dua orang yang memiliki kepribadian dan sifat yang berbeda harus bertemu satu sama lain dan mencoba memahami satu sama lain. Pietromonaco, Greenwood & Barret (2004) menyatakan bahwa sebenarnya fenomena pacaran sangat dekat dengan konflik. Canary, Cupach, & Messman (dalam Zacchilli, Hendrick dan Hendrick, 2009) menyatakan bahwa kemungkinan besar konflik bisa terjadi dari aktivitas dua orang yang terhubung satu sama lain. Konflik akhirnya dapat menjadi penyebab putus hubungan antara dua orang yang berpacaran. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan terhadap 8 orang mahasiswa Bina Nusantara yang memiliki pasangan, seluruhnya mengatakan bahwa mereka pernah mengalami konflik dengan pasangan. Seluruhnya setuju bahwa dalam hubungan pacaran pasti terdapat konflik yang muncul karena menyatukan dua pikiran yang berbeda. Penyebab konflik dari setiap pasangan juga berbeda-beda. Dari hasil wawancara lanjutan mengenai beberapa hal yang dapat menimbulkan konflik ternyata cemburu adalah penyebab yang paling sering muncul pasangan akhirnya memiliki konflik, lalu penyebab kesalah pahaman juga dirasa cukup sering menimbulkan konflik, kemudian pasangan dirasa keras kepala dan tidak mau mengalah, masalah sulitnya komunikasi dan merasa tidak diperhatikan lagi merupakan hal yang dianggap dapat menimbulkan konflik selanjutnya dan kemungkinan konflik yang paling jarang terjadi dari hasil wawancara dalah karena rasa bosan dengan pasangan. Walaupun banyak penyebab konflik tetapi mereka menganggap bahwa hal ini wajar dalam suatu hubungan dan akan menjadikan hubungan lebih kuat kalau berhasil diselesaikan dengan baik. Hasil wawancara singkat peneliti ini sejalan dengan pendapat Guererro, Anderson, & Afifi (dalam Brandenberger, 2007) bahwa konflik terjadi karena ketidakcocokan seseorang dengan pendapat orang lain dalam tujuan tertentu. Konflik akan selalu ada dalam kehidupan manusia (Zacchilli, Hendrick, & Hendrick, 2009). Walaupun konflik adalah hal yang dianggap wajar, tetapi konflik tidak bisa dibiarkan begitu saja tanpa ada usaha untuk menyelesaikan atau mencari jalan keluar dari konflik yang muncul dalam hubungan pacaran. Konflik dapat menyebabkan hal buruk terjadi dalam hubungan seperti perpisahan, seperti kasus enam orang selebriti di Indonesia yang mengalami batal menikah ketika pernikahan sudah direncanakan karena konflik yang tidak dapat diselesaikan dengan pasangan

4 (Lihat.co.id, 2014). Seperti kasus salah seorang selebritis dengan inisial BS, yang terancam batal menikah karena terjadi konflik dengan pasangan yaitu masalah komunikasi, padahal rencana pernikahan dengan pasangannya sudah direncanakan oleh kedua belah pihak keluarga (Selebuzz, 2014). Ketidakcocokan bisa digambarkan sebagai bentuk tidak mampu menyelesaikan konflik dengan baik. Menurut Rusbult, dkk (dalam Aronson, Wilson dan Akert, 2007) ketika salah satu pasangan sudah bersikap menghancurkan hubungan, dan salah satu berusaha mencoba bersifat membangun, hubungan masih mungkin dapat dilanjutkan dan konflik diselesaikan tetapi jika keduanya sudah sama-sama berperilaku menghancurkan maka hubungan pasti akan berakhir. Hal ini menunjukan konflik yang tidak ditanggapi dengan perilaku yang tepat oleh kedua pasangan akan menyebabkan perpisahan hubungan pada pasangan. Penyelesaian konflik adalah menyelesaikan ketidakcocokan atau argumen yang berbeda satu sama lain (Mansilla dalam Kintanar, 2010). Penyelesaian konflik harus dilakukan oleh pasangan agar konflik dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin dan hubungan bisa dilanjutkan. Karena penyelesaian konflik yang baik dapat meningkatkan kepuasan dalam hubungan (Shi, 1999). Dalam penelitiannya Gotman (dalam Steuber, 2005) mengidentifikasi berilaku berinteraksi dalam menyelesaikan konflik, bagaimana perilaku mereka memengaruhi kepuasan dalam hubungan. Ketika seseorang saling bertukar pesan positif maka akan menghasilkan cinta dan menghargai, sedangkan jika mereka mengirimkan pesan yang hostile maka komunikasi yang bersifat negative tersebut akan menghasilkan ketidakpuasan hubungan (Steuber, 2005). Selain itu dengan mengetahui tipe penyelesaian konflik yang dimiliki oleh pasangan maka akan mudah bagi pasangan untuk memerbaiki hubungan satu sama lain. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Creasay, & Hesson-McInnus (dalam Steuber, 2005) yang penelitiannya berfokus pada bagaimana seseorang menjadikan konflik untuk memprediksi konflik dan mengarahkan kepada kepuasan hubungan. Terdapat enam strategi penanganan konflik yang dibuat oleh Zacchilli, Hendrick & Hendrick (2009); compromise, domination, submission, avoidance, dan interactional reactivity. Keenam startegi penyelesaian konflik tersebut ada yang bersifat constructive (membangun), destructive (menghancurkan) bahkan diantara keduanya (Zacchilli, Hendrick & Hendrick, 2009). Bagaimana seseorang menyelesaikan konflik berarti akan berhubungan dengan efek selanjutnya dari hubungan pacaran. Jika pasangan mampu menyelesaikan masalah dengan cara yang constructive maka hubungan akan berjalan dengan baik setelah konflik diselesaikan, tetapi jika destructive (menghancurkan) mungkin akan sebaliknya. Cara seseorang menangani konflik yang dihadapi berbeda-beda. Lofton (2010) mengungkapkan ada 5 hal yang memengaruhi seseorang dalam bagaimana mereka menaggapi konflik, yaitu sejarah keluarga, pengalaman eksternal, pilihan dan status, norma sosial dan jenis kelamin. Menurut Lofton (2010), sejarah keluarga memengaruhi dalam penanganan konflik karena perilaku yang kita menculkan dipelajari dari keluarga. Keluarga adalah media sosialisasi pertama manusia dalam hidupnya, jadi wajar saja kalau seseorang belajar bagaimana berbicara atau bertindak dalam menyelesaikan konflik dari keluarga atau orang terdekat. Teori konflik dalam keluarga dimulai dengan hal ketidakharmonisan dalam keluarga dan mengalami konflik (Ray, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan Trentacosta, dkk (2012) mendemonstrasikan perubahan signifikan yang terjadi mengenai konflik dan kehangatan selama masa perkembangan. Perkembangan seseorang tentu saja tidak pernah lepas dari peran orang tua, orang tua bisa saja menjadi model anak dalam mengatasi masalah. Anak yang memiliki orang tua yang positif dalam memandang hubungan akan menjadi working model bagi anak untuk berperilaku prososial dan kooperatif, sehingga pada saatnya nanti anak akan mampu membangun hubungan yang hangat dengan ibu mereka (Trentacosta, dkk. 2012) Hubungan interaksi ibu dan anak, tidak dapat dipisahkan dari proses pengasuhan dan kelekatan (attachment) yang terjadi. Kelekatan (attachment) adalah komponen penting dalam pengalaman hidup manusia; from the cradle to the grave (Bowlby, dalam Fraley & Shaver 2000). Hal ini menunjukan bahwa kelekatan (attachment) memiliki peran yang sangat penting dalam awal kehidupan manusia hingga perkembangannya. Fraley & Shaver (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) menjelaskan bahwa pola dari ekspektasi, kebutuhan, emosi dan perilaku sosial adalah hasil dari pengalaman kelekatan (attachment) pada masa sebelumnya, bisaanya hubungan ini dimulai dari orang tua. Konsep secara umum dari teori kelekatan (attachment) pada bayi sebenarnya sama dengan teori kelekatan (attachment) dewasa, karena para ahli tetap berpatokan pada kelekatan (attachment) dari teori Ainsworth (dalam Mikulincer & Shaver, 2007). Terdapat 3 tipe kelekatan (attachment) menurut

5 Ainsworth, dkk (dalam Aronson, Wilson & Akert, 2007) yaitu secure attachment style, avoidant attachment style dan anxious/ambivalent attachment style. Jika pada masa bayi pemberi perhatian dalam kelekatan (attachment) adalah pengasuh atau orang tua dari bayi, dalam kelekatan (attachment) dewasa khususnya hubungan berpacaran hal ini agak berbeda. Pada kelekatan (attachment) bayi, anak selalu mencari perhatian dari pengasuh untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan menurut Hazan & Shaver (1994), kelekatan (attachment) dalam hubungan dewasa bersifat timbal balik dari keduanya, setiap pasangan harus bisa menjadi provider maupun caregiver dalam hubungan. Pada orang dewasa, kelekatan (attachment) itu sendiri didasari oleh dua dimensi yaitu, avoidant dan anxiety (Pratishita, 2008). Menurut Brennan, dkk (dalam Pratishita, 2008) pada dimensi anxiety perasaan seseorang tentang keberhargaan drinya berkaitan dengan seberapa tinggi individu merasa khawatir bahwa dirinya akan ditolak, ditinggalkan dan tidak lagi dicintai oleh pasangan. Dimensi avoidant berkaitan dengan seberapa jauh individu membatasi keintiman dan ketergantungan dengan orang lain. Kedua dimensi ini disebut dengan working model of self and attachment figures. Dalam penelitian ini juga akan melihat kelekatan (attachment) menggunakan dua dimensi besar pada kelekatan (attachment) dewasa tersebut. Kelekatan (attachment) dalam hubungan berpacaran sering mendapat perhatian dari para peneliti. Bahkan menurut Fraley & Shaver (2000) kelekatan (attachment) dalam pacaran sudah mulai didalami untuk diteliti sejak tahun 1980-an karena kelekatan (attachment) yang ada dalam hubungan pacaran masih berhubungan dengan kelekatan (attachment) pada bayi. Dalam menjalin hubungan pacaran seseorang memerlukan kelekatan (attachment) untuk tetap bertahan pada hubungan mereka. Hal ini disebabkan karena sebenarnya manusia memerlukan perhatian dari orang lain sejak manusia lahir. Seperti yang dijelaskan oleh teori Bowlby dan Ainsworth mengenai bagaimana seorang bayi memiliki ikatan dengan pengasuh atau orang tuanya, jenis ikatan yang dibangun sejak kecil tesebut akan memengaruhi jenis kelekatan (attachment) seorang manusia saat dewasa termasuk saat menjalin hubungan dengan orang lain (Aronson, Wilson & Akert, 2007). Pietromonaco, Greenwood, & Barret (2004) menyatakan bahwa teori kelekatan (attachment) dianggap bisa membantu dalam membahas konflik pada pasangan. Teori kelekatan (attachment) dapat membahas bagaimana seorang anak berintetraksi dengan orang lain hingga menemukan cara dalam penyelesaian konflik, karena konflik adalah hal dapat menjadi pemicu stress dalam hubungan pacaran, konflik juga dapat menjadi tantangan bagi pasangan untuk mengetahui kemampuan dalam regulasi emosi dan perilaku mereka yang berhubungan dengan proses kelekatan (attachment) (Pietromonaco, Greenwood, & Barret, 2004).

6 METODE PENELITIAN Subyek Penelitian dan Teknik Sampling Karakteristik subyek penelitian yang akan digunakan oleh penulis adalah pria dan wanita di wilayah DKI Jakarta, berusia tahun, memiliki rencana menikah 1 tahun kedepan, dan sedang menjalani hubungan pacaran. Teknik pengambilan sampel adalah dengan menggunakan teknik Purposive Sampling. Desain Penelitian Penelitian yang penulis lakukan dapat diklasifikasikan sebagai penelitian kuantitatif. Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan desain penelitian berupa penelitian korelasional. Desain korelasional digunakan untuk mengetahui hubungan variabel attachment terhadap variable strategi penanganan konflik pada masyarakat yang memiliki rencana menikah 1 tahun kedepan di wilayah DKI Jakarta Alat Ukur Penelitian Attachment Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur attachment. Dikembangkan oleh Fraley, Waller dan Brennan (2000). Bentuk dari instrumen ini adalah kuesioner. Alat ukur tersebut menggunakan 2 dimensi besar dari attachment yaitu anxiety dan avoidant. Pilihan respon yang diberikan adalah (1) sangat tidak setuju dengan pernyataan, (2) tidak setuju dengan pernyataan, (3) agak setuju dengan pernyataan, (4) netral dengan pernyataan, (5) agak setuju dengan pernyataan, (6) setuju dengan pernyataan, (7) sangat setuju dengan pernyataan. Berikut instruksi yang harus disampaikan kepada partisipan sebelum mengisi kuesioner ini: Penyataan dibawah ini menyangkut mengenai apa yang Anda rasakan secara emosional dalam masa pacaran. Kami akan melihat bagaimana pengalaman Anda secara umum dalam hubungan pacaran, bukan hanya apa yang terjadi dalam hubungan pacaran. Jawab setiap pernyataan untuk mengidentifikasi seberapa setuju atau tidak setuju Anda dengan pernyataan dibawah. Strategi Penanganan Konflik Pengukuran strategi penanganan konflik dilakukan dengan instrument RPCS (Romantic Partner Conflict Scale) yang dikembangkan oleh Zacchilli, Hendrick dan Hendrick (2009) Instrumen ini menerapkan metode survei dengan menggunakan 5 skala yang tersusun sebagai berikut: (1) Sangat tidak setuju (2) Tidak setuju (3) netral (4) setuju (5) sangat setuju. Berikut instruksi yang harus disampaikan kepada partisipan sebelum mengisi kuesioner ini: Pikirkan mengenai bagaimana Anda menanggapi konflik dengan pasangan. Secara spesifik, pikirkan mengenai konflik yang signifikan atau sering terjadi dengan pasangan. Gunakan skala dibawah, yang menandakan respon yang paling sering muncul dalam menanggapi masalah. Jika Anda tidak memiliki pasangan, jawab sesuai dengan perasaan anda secara umum mengenai pasangan.. Hipotesa Penelitian Hipotesa pada penelitian ini adalah; H01: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik compromise pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha1: Terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik compromise pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H02: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik Interactional Reactivity pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha2: Terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik Interactional Reactivity pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H03: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik Separation pada emerging adulthood di DKI Jakarta.

7 Ha3: Terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik Separation pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H04: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik domination pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha4: Terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik domination pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H05: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik submission pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha5: Terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik submission pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H06: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik avoidance pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha6: Terdapat hubungan yang signifikan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik avoidance pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H07: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik compromise pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha7: Terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik compromise pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H08: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik Interactional Reactivity pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha8: Terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik Interactional Reactivity pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H09: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik Separation pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha9: Terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik Separation pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H010: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik domination pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha10: Terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik domination pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H011: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik submission pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha11: Terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik submission pada emerging adulthood di DKI Jakarta. H012: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik avoidance pada emerging adulthood di DKI Jakarta. Ha12: Terdapat hubungan yang signifikan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik avoidance pada emerging adulthood di DKI Jakarta. HASIL DAN BAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan pengolahan serta analisa data yang peneliti lakukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif antara avoidant attachment dengan

8 strategi penanganan konflik compromise, tidak terdapat hubungan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik interactional reactivity, tidak terdapat hubungan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik domination, tidak terdapat hubungan antara avoidant attachment dengan stategi penanganan konflik separation, tidak terdapat hubungan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik submission, tidak tedapat hubungan antara avoidant attachment dengan strategi penanganan konflik avoidance. Pada anxiety attachment juga demikian diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang negatif antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik compromise, tidak terdapat hubungan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik interactional reactivity, tidak terdapat hubungan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik domination, tidak terdapat hubungan antara anxiety attachment dengan stategi penanganan konflik separation, tidak terdapat hubungan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik submission, tidak tedapat hubungan antara anxiety attachment dengan strategi penanganan konflik avoidance. SIMPULAN DAN SARAN SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hanya terdapat hubungan antara dimensi avoidant attachment dengan compromise dan anxiety attachment dengan compromise pada 100 orang subjek dalam kategori emerging adulthood di wilayah DKI Jakarta. Tidak terdapat antara dimensi attachment dengan strategi penanganan konflik yang lain. SARAN 1. Untuk subjek perlu diperhatikan dalam status hubungan yang dijalani, sebaiknya menggunakan subjek yang sudah memiliki ikatan pertunangan resmi, karena strategi penanganan konfik dirasa sudah penting dalam status hubungan ini. Akan lebih baik jika subjek dalam penelitian ini juga melibatkan pasangan, bukan hanya dari satu sisi. 2. Untuk mengukur strategi penanganan konflik ada baiknya jika penelitian selanjutnya lebih memperhatikan item agar dimensi lebih jelas. REFERENSI Arnett, J. (2000). Emerging Adulthood A Theory of Development From the Late Teens Trough the Twenties. American Psychologist, Arnett, J. (2004). Emerging Adulthood: The Winding Road from Late Teens through the Twenties. London: Oxford university Press. Arnett, J. (2007). Emerging Adulthood: What Is It? and What Is It Good For? Society for Research in Child Development, Arnett, J.J., Ramos, K.D., Jensen, L.A. (2001). Ideological Views in Emerging Adulthood: Balancing Autonomy and Community. Journal of Adult Development, Bretherton, I. (1992). The Origin of Attachment Theory: John Bowlby and Mary Ainsworth. Development Psychology, Christopher J. Trentacosta, Michael M. Criss, D. S., Shaw, E. L., Luke, W. H., dan Thomas, J. D. (2012, September 1). PMC. Retrieved from NCBI: Damayanti, N. (2010). Hubungan antara Tipe Kelekatan (Attachment) dengan Kecemburuan pada Pasangan Berpacaran Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Sarjana Universitas Negeri Indonesia.

9 Felicia, N. (2013). Hubungan antara Kecemburuan dengan Pola Attachment pada Dewasa Awal yang berpacaran. Disertasi tidak diterbitkan. Jakarta: Program Sarjana Universitas Bina Nusantara. Fraley, R.C & Shaver, P.R. (2000). adult romantic attachment: theoritical developments, emerging controversies, and unanswered questions. review of general psychology, Fraley, R.C., Waller, N.G., & Brennan, K.A. (2000). An Item Response Theory Analysis of Self-Report Measures of Adult Attachment. Journal of Personality and Social Psychology, Hazan, C & Shaver, P.R. (1994). Attachment as an Organizational Framework for Research on Close Relationships. Psychological Inquiry, Howe, F. (2002). The Value of Intimate Relationships and The Challenge of Conflict. Journal of Invitational Theory and Practice, Indriwati, E.S. dan Fauziah, N. (2012). Attachment dan Penyesuaian Diri dalam Perkawinan. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, Retrieved from Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Kintanar, N.S. (2010). Filipino Conflict Resolution Behaviors: An Attachment Perspective. Disertasi tidak diterbitkan. Manila: Degree Master of Arts Lofton, L. (2013, mei 13). Eximiner.com. Retrieved from AXS Network: Mikulincer, M &Shaver, P.R. (2007). Attachment in Adulthood. New York: The Guilford Press. N.N. (1 Januari 2013). Psychologymania. Retrieved from Psychologymania: N.N. (2014, 10 6). Lihat. Retrieved from lihat.co.id: Indonesia-ini- Merasa-Ditipu-Akhirnya-batal-Nikah.html#axzz3K9MdGKra Pietromonaco, P.R., Greenwood., & Barret, L.F. (2004). Conflict in Adult Close Relationship: Attachment Perspective. Adult Attachment: New Directions and Emerging Issues, Pratishita, N.L. (2008). Attachment Style pada Gay Dewasa Muda. Jurnal FSIP UI Priyatno, D. (2012). Belajar Cepat Olah Data SPSS. Yogjakarta: ANDI Santrock, J. W. (2002). Life-Span Development. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta:Penerbit Erlangga Sari, A., Hubeis, V.S., Mangkuprawira, S., dan Saleh, A. (2010). Pengaruh Pola Komunikasi Keluarga dalam Fungsi Sosialisasi. Jurnal Komunikasi Pembangunan, Shaugnessy, J.S., Zerchmester, E.B., Zechmester,.S. (2012). Metode Penelitian dalam Psikologi. Yogyakarta: Delta Buku Shi, L. (1999). Conflict Resolution in Romantic Relationships: an Examination of Adult Attachment and Early Attachment Experience. Disertasi tidak diterbitkan. Texas: Degree of Doctor of Philosophy Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabet Bandung. Steuber. K.R. (2005). Adult Attachment, Conflict Style, and Relationship Satisfaction: A Comprehensive Model. Disertasi tidak diterbitkan. London: Degree of Master Arts in Communication. Troy. (2014, 12 29). Selebuzz.News. Retrieved from Selebuzz: Widodo, P. (2006). Reliabilitas dan Validitas Konstruk Skala Konsep Diri Untuk Mahasiswa Indonesia. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro, 1-9.

10 Zacchilli, T.L, Hendrick, C., & Hendrick, S.S. (2009). The Romantic Partner Conflict Scale: A New Scale to Measure Relationship Conflict. Journal of Social and Personal Relationships, RIWAYAT PENULIS Nur Fifitri. Lahir di Jakarta 16 April Peneliti menamatkan pendidikan S1 Di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Psikologi pada tahun 2015.

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pacaran adalah istilah yang sudah tidak asing lagi didengar oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat dapat melihat atau menjadi subjek dalam fenomena pacaran ini

Lebih terperinci

BAB 2 Tinjauan Pustaka

BAB 2 Tinjauan Pustaka BAB 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Kelekatan (attachment) 2.1.1. Definisi Kelekatan (attachment) Bowlby mengatakan bahwa kelekatan (attachment) adalah ikatan antara bayi dan ibu, sedangkan menurut Papalia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menjaga hubungan romantis dengan pasangan romantis (romantic partner) seperti saat masih menjadi teman dekat atau pacar sangat penting dilakukan agar pernikahan bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Sejak lahir, manusia sudah bergantung pada orang lain, terutama orangtua BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial, artinya manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dan membentuk hubungan sosial dengan orang lain, karena pada dasarnya manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap 7 BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang menguraikan tahap perkembangan khususnya pada tahapan dewasa muda, hubungan romantis, attachment dan tipe attachment. 2.1 Dewasa

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : mahasiswa, attachment style, long-distance relationship UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK. Kata Kunci : mahasiswa, attachment style, long-distance relationship UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan pada Mahasiswa Universitas X Bandung yang menjalani long-distance relationship. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu memiliki beberapa tahap dalam kehidupannya, salah satunya adalah masa dewasa muda. Pada masa ini ditandai dengan telah tiba saat bagi individu untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: pola adult attachment, secure. v Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: pola adult attachment, secure. v Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan Pola Adult Attachment sebelum dan setelah menikah pada istri perwira di Dinas X Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA KORBAN SEXUAL INFIDELITY USIA 18-25 TAHUN YANG TETAP MEMERTAHANKAN RELASI BERPACARANNYA SEKAR NAWANG WULAN Eka Riyanti Purboningsih, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. iii. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara big five model s trait dan attachment style. Responden pada penelitian ini berjumlah 63 orang yang dipilih berdasarkan teknik penarikan

Lebih terperinci

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging

dengan usia sekitar 18 hingga 25 tahun. Menurut Jeffrey Arnett (2004), emerging STUDI DESKRIPTIF MENGENAI CINTA PADA MAHASISWA UNIVERSITAS PADJADJARAN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP YOLANDA CHYNTYA NOVIYANTI BASARIA 190110100132 ABSTRACT Cinta dapat dipahami sebagai sebuah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : anggota komunitas sel Superheroes, attachment to God, attachment to parent. vii

ABSTRAK. Kata Kunci : anggota komunitas sel Superheroes, attachment to God, attachment to parent. vii ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan attachment to parent dan attachment to God pada anggota komunitas sel Superheroes di Gereja X Bandung. Populasi sebanyak 60 orang diikutsertakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui

Lebih terperinci

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi

INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi INTUISI 7 (1) (2015) INTUISI Jurnal Ilmiah Psikologi http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/intuisi HUBUNGAN ANTARA ADULT ATTACHMENT STYLE DENGAN KOMITMEN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL Binti Khumairoh

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN

GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN GAMBARAN KOMITMEN PADA EMERGING ADULT YANG MENJALANI HUBUNGAN PACARAN JARAK JAUH DAN PERNAH MENGALAMI PERSELINGKUHAN RIMA AMALINA RAHMAH Langgersari Elsari Novianti, S.Psi., M.Psi. 1 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan orang lain yang meliputi interaksi di lingkungan sekitarnya. Sepanjang hidup, manusia akan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA

PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA PENGARUH KONSEP DIRI TERHADAP KEKERASAN DALAM PACARAN PADA REMAJA DI JAKARTA Fitria Fauziah Psikologi, Gading Park View ZE 15 No. 01, 081298885098, pipih.mail@gmail.com (Fitria Fauziah, Cornelia Istiani,

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Kesepian 2.1.1 Definisi Kesepian Kesepian didefinisikan sebagai perasaan kehilangan dan ketidakpuasan yang dihasilkan oleh ketidaksesuaian antara jenis hubungan sosial yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang artinya manusia membutuhkan orang lain dalam hidupnya. Adanya interaksi sosial antara manusia yang satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah salah satu tahap penting dalam siklus kehidupan individu di samping siklus kehidupan lainnya seperti kelahiran, perceraian, atau kematian

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) Perbedaan Psychological Well-being Emerging Adulthood Antara Pasangan Long Distance Relationship Dengan Pasangan Proximal Relationship Putri Delinda Wendyana Tedjo Fakultas Psikologi putridelinda_92@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan interaksi dengan sesama. Ketergantungan dengan manusia lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang dalam menjalankan kehidupannya senantiasa membutuhkan orang lain.kehadiran orang lain bukan hanya untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M.

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN. : Elfa Gustiara NPM : : dr. Matrissya Hermita, M. HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN (ATTACHMENT) DAN INTIMACY PADA MAHASISWA YANG BERPACARAN Nama : Elfa Gustiara NPM : 12509831 Pembimbing : dr. Matrissya Hermita, M.si LATAR BELAKANG MASALAH Saat berada dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya Tuhan menciptakan manusia berpasang-pasangan, antara pria dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, dimana mereka tidak dapat hidup seorang diri. Manusia selalu membutuhkan orang lain, baik untuk saling membantu, bekerja sama, bahkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai Adult Attachment Styles pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas X di Kota Bandung. Ukuran sampel sebesar 100 mahasiswa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang

Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang HUBUNGAN KELEKATAN DAN KECERDASAN EMOSI PADA ANAK USIA DINI Henni Anggraini Universitas Kanjuruhan Malang ABSTRAK. Kelekatan (Attachment) merupakan hubungan emosional antara seorang anak dengan pengasuhnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan peneliti adalah deskriptif dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan peneliti adalah deskriptif dengan 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan dilaksanakan peneliti adalah deskriptif dengan desain non eksperimental. Penelitian deskriptif digunakan ketika peneliti

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Awal dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Masa Dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan romantis. Hubungan romantis (romantic relationship) yang juga digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecemburuan merupakan hal yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan antarindividu. Afeksi yang terlibat dalam hubungan tersebut membuat individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Di usia remaja antara 10-13 tahun hingga 18-22 tahun (Santrock, 1998), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting menuju kedewasaan. Masa kuliah akan menyediakan pengalaman akademis dan

BAB I PENDAHULUAN. penting menuju kedewasaan. Masa kuliah akan menyediakan pengalaman akademis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Individu pada masa dewasa awal menjadikan masa kuliah sebagai salah satu jalur penting menuju kedewasaan. Masa kuliah akan menyediakan pengalaman akademis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI HUBUNGAN ANTAR PRIBADI Modul ke: Fakultas Psikologi Macam-macam hubungan antar pribadi, hubungan dengan orang belum dikenal, kerabat, hubungan romantis, pernikahan, masalah-masalah dalam hubungan pribadi

Lebih terperinci

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian Pengaruh Student-Teacher Relationships terhadap Tipe-Tipe School Engagement pada siswa SMP Z Kota Bandung bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh Student-Teacher Relationships

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI

2015 HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI PARENTAL ATTACHMENT DAN RELIGIUSITAS DENGAN KESIAPAN MENIKAH PADA MAHASISWA MUSLIM PSIKOLOGI UPI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagian besar mahasiswa strata satu adalah individu yang memasuki masa dewasa awal. Santrock (2002) mengatakan bahwa masa dewasa awal adalah masa untuk bekerja

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia memiliki tugas perkembangannya masing-masing sesuai dengan tahap perkembangannya. Mahasiswa memiliki berbagai tugas

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

1.PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah 1 1.PENDAHULUAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran attachment styles yang dialami oleh gay yang berada pada rentang usia dewasa muda. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dijelaskan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui ada tidaknya hubungan antara attachment (X) dengan cinta pada individu dewasa yang telah menikah (Y), maka penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan kecemburuan, pola

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan kecemburuan, pola BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori-teori yang berkaitan dengan kecemburuan, pola attachment, dewasa awal dan pacaran. 2.1 Attachment 2.1.1 Definisi Attachment Bowlby adalah tokoh pertama

Lebih terperinci

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH

PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH PERBEDAAN KOMITMEN BERPACARAN ANTARA DEWASA MUDA YANG MEMILIKI SELF-MONITORING TINGGI DAN SELF-MONITORING RENDAH Fransisca Iriani Dosen Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Jakarta dosenpsikologi@yahoo.com

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Dewasa Muda Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi dewasa.

Lebih terperinci

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto

*) Alumni Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto STUDI DESKRIPTIF KUANTITATIF TENTANG POLA KELEKATAN REMAJA DENGAN TEMAN SEBAYA PADA PESERTA DIDIK DI SLTP NEGERI 1 AYAH, KEBUMEN DESCRIPTIVE STUDY ON THE QUANTITATIVE PATTERN ADOLESCENT ATTACHMENT WITH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak dapat hidup tanpa berelasi dengan orang lain. Setiap manusia, selalu berinteraksi dengan orang-orang yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Hal yang dibahas diantaranya lokasi dan sampel penelitian, desain penelitian, variabel

Lebih terperinci

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara adult attachment style dengan kecerdasan emosional pada mahasiswa baru angkatan 2014 Fakultas Psikologi. Penentuan responden dari penelitian

Lebih terperinci

BAB 3. Metodologi Penelitian

BAB 3. Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian 3.1 Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan karakteristik atau fenomena yang dapat berbeda di antara organisme, situasi, atau lingkungan (Christensen, 2001). 3.1.1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Varibabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya : 1. Variabel Tergantung : Kecenderungan Perilaku Bullying 2. Variabel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya zaman banyak perubahan yang terjadi, salah satunya adalah perubahan dalam pandangan orang dewasa mengenai pernikahan. Hal ini didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat. berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman era modern seperti sekarang ini teknologi sudah sangat berkembang dengan pesat. Diantara sekian banyak teknologi yang berkembang, internet merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sepanjang rentang kehidupan individu, banyak hal yang dipelajari dan mempengaruhi perkembangan psikologis individu. Pengalaman-pengalaman bersama keluarga dan

Lebih terperinci

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA

PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA PENGARUH KONFORMITAS DAN HARGA DIRI TERHADAP KECENDERUNGAN MENJADI KORBAN KEKERASAN (BULLYING VICTIM) PADA REMAJA NUR IKHSANIFA Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda INTISARI Penelitian

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP

GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP GAMBARAN KOMITMEN BERPACARAN PADA PASANGAN BERUSIA 18-25 TAHUN YANG MENJALANI LONG DISTANCE RELATIONSHIP Renata Ratnasari Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Dibimbing Oleh : Dr. Hj. Hendriati Agustiani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena perilaku seks pranikah di kalangan remaja di Indonesia semakin meningkat prevalensinya dari tahun ke tahun. Hasil survei yang dilakukan oleh Biro

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan target atau yang disebut sebagai standar keahlian. keahlian atau pun standar keunggulan (standard of excellent).

BAB I PENDAHULUAN. dengan target atau yang disebut sebagai standar keahlian. keahlian atau pun standar keunggulan (standard of excellent). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motivasi berprestasi sangat penting bagi kehidupan. Motivasi berprestasi yang baik akan membawa dampak positif bagi setiap individu. Hal ini terbukti dengan penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cinta. kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Cinta. kehilangan cinta. Cinta dapat meliputi setiap orang dan dari berbagai tingkatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cinta 1. Pengertian Cinta Stenberg (1988) mengatakan cinta adalah bentuk emosi manusia yang paling dalam dan paling diharapkan. Manusia mungkin akan berbohong, menipu, mencuri

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: conflict resolution style, dewasa awal, pacaran. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: conflict resolution style, dewasa awal, pacaran. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perceraian disebabkan salah satunya oleh penyelesaian konflik yang tidak konstruktif. Sebagai tindakan preventif sebelum menikah, diperlukan adanya penyelesaian konflik yang konstruktif sehingga

Lebih terperinci

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship

Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Perbedaan Psychological Well-being pada Dewasa Muda Pasangan Long Distance Relationship dengan Pasangan Non Long Distance Relationship Sania Faradita ABSTRACT The purpose of this study, is to know the

Lebih terperinci

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016)

Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.5 No.1 (2016) Hubungan Gaya Kelekatan dengan Kecenderungan Neuroticism pada Individu yang sedang Menjalin Hubungan Romantis Made Silvana Dwi Utami Fakultas Psikologi madesilvana27@gmail.com Abstrak - Kedekatan dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Attachment menurut Bowlby (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Attachment menurut Bowlby (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Attachment 2.1.1 Definisi attachment Attachment menurut Bowlby (dalam Mikulincer & Shaver, 2007) adalah suatu hubungan atau interaksi antara 2 individu yang merasa terikat kuat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab metodologi penelitian, akan dibahas mengenai variabel penelitian, masalah penelitian, subjek penelitian, metode pengambilan data, alat ukur yang digunakan, prosedur

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Selain itu, bab ini juga berisikan saran, baik saran metodologis maupun saran praktis

Lebih terperinci

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan awal terbentuknya kehidupan keluarga. Setiap pasangan yang mengikrarkan diri dalam sebuah ikatan pernikahan tentu memiliki harapan agar pernikahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ABSTRAK... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.. ABSTRAK... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI viii. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR BAGAN... ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan Kepuasan Pernikahan pada istri yang telah menikah selama 3-4 tahun berdasarkan Attachment Style di Gereja X Bandung. Metode yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa dekade lalu, orang tua sering menjodohkan anak mereka dengan anak kenalannya untuk dinikahkan. Pada proses penjodohan itu sendiri terkadang para anak tersebut

Lebih terperinci

KELEKATAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL DI KOTA BANDA ACEH. Putri Soraiya, Maya Khairani, Risana Rachmatan, Kartika Sari, Arum Sulistyani

KELEKATAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL DI KOTA BANDA ACEH. Putri Soraiya, Maya Khairani, Risana Rachmatan, Kartika Sari, Arum Sulistyani KELEKATAN DAN KEPUASAN PERNIKAHAN PADA DEWASA AWAL DI KOTA BANDA ACEH Putri Soraiya, Maya Khairani, Risana Rachmatan, Kartika Sari, Arum Sulistyani Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini

GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA TAHUN YANG BELUM MENIKAH. Siti Anggraini GAMBARAN PROFIL ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PERNIKAHAN PADA WANITA BEKERJA USIA 30-40 TAHUN YANG BELUM MENIKAH Siti Anggraini Langgersari Elsari Novianti, S.Psi. M.Psi. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood

Abstrak. Kata kunci : Attachment to God, Psychological Well Being, Early Adulthood Abstrak Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kontribusi dimensi Attachment to God terhadap dimensi Psychological Well Being. Adapun responden dalam penelitian tersebut adalah 200

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Bandung, karena menurut data dari Pengadilan Tinggi tahun 2010, Bandung menempati

Lebih terperinci

menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga 1. Seniger, menjelaskan bahwa

menyebutkan dunia kerja serta hidup berumah tangga 1. Seniger, menjelaskan bahwa Siti Aisyah, 11410028, Hubungan Self Esteem dengan Orientasi Masa Depan pada Siswa SMA Kelas XI di SMA Negeri 3 Malang, Skripsi, Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ainsworth (dalam Helmi, 2004) mengartikan kelekatan sebagai ikatan afeksional pada seseorang yang ditujukan pada figur lekat dan ikatan ini berlangsung lama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. suatu interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Proses interaksi salah satunya dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak bisa lepas dari interaksi dengan manusia lainnya. Setiap manusia berinteraksi membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktifitasnya karena

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si

HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR. Dr. Poeti Joefiani, M.Si HUBUNGAN ANTARA TIPE POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA AKHIR DYAH NURUL HAPSARI Dr. Poeti Joefiani, M.Si Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran Pada dasarnya setiap individu memerlukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian kali ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang menggunakan paradigma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Dimana ciri- ciri penelitian ini adalah menggunakan perhitungan statistik, memiliki subjek yang banyak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal merupakan awal dari suatu tahap kedewasaan dalam rentang kehidupan seseorang. Individu pada masa ini telah melewati masa remaja dan akan memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, terutama dalam gaya hidup masyarakat. Indonesia pun tidak luput dari perubahanperubahan

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL. Erick Wibowo HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN REGULASI EMOSI KARYAWAN PT INAX INTERNATIONAL Erick Wibowo Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara anxiety dalam menghadapi respon dari orang terdekat dengan masing-masing dimensi pada psychological

Lebih terperinci

STUDI MENGENAI HUBUNGAN ANTARA POLA ATTACHMENT AYAH-ANAK PEREMPUAN DENGAN KAPASITAS INTIMACY WANITA TERHADAP LAWAN JENIS PADA MASA DEWASA AWAL

STUDI MENGENAI HUBUNGAN ANTARA POLA ATTACHMENT AYAH-ANAK PEREMPUAN DENGAN KAPASITAS INTIMACY WANITA TERHADAP LAWAN JENIS PADA MASA DEWASA AWAL STUDI MENGENAI HUBUNGAN ANTARA POLA ATTACHMENT AYAH-ANAK PEREMPUAN DENGAN KAPASITAS INTIMACY WANITA TERHADAP LAWAN JENIS PADA MASA DEWASA AWAL SANTI LESTARI SIDJABAT ABSTRAK Pola relasi yang individu peroleh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah masyarakat yang berada dalam usia muncul dewasa, yaitu berusia 18-20, yang memiliki saudara kandung dan belum menikah.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL

PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL PSIKOLOGI PERKEMBANGAN DEWASA DAN LANSIA PERKEMBANGAN SOSIO-EMOSIONAL PADA MASA DEWASA AWAL Oleh: Dr. Rita Eka Izzaty, M.Si Yulia Ayriza, Ph.D STABILITAS DAN PERUBAHAN ANAK-DEWASA TEMPERAMEN Stabilitas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: deskriptif, attachment to God, siswa SMA. iii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: deskriptif, attachment to God, siswa SMA. iii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kemampuan kognitif remaja yang mulai mampu berpikir abstrak memungkinkannya untuk membangun hubungan pribadi dengan Tuhan. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran model Attachment to

Lebih terperinci

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON

HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON HUBUNGAN BODY IMAGE DENGAN PERILAKU DIET BERLEBIHAN PADA REMAJA WANITA YANG BERPROFESI SEBAGAI PEMAIN SINETRON ANJANA DEMIRA Program Studi Psikologi, Universitas Padjadjaran ABSTRAK Perkembangan dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang

BAB I PENDAHULUAN. orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Attachment pada manusia pertama kali terbentuk dari hubungan antara orang tua dengan anak. Orang tua merupakan makhluk sosial pertama yang berinteraksi dengan bayinya.

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Regulasi Diri Berikut ini akan dijelaskan mengenai definisi, tahapan, dan faktor-faktor yang mempengaruhi regulasi diri. 2.1.1. Definisi Regulasi Diri Regulasi diri adalah proses

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Kesepian merupakan salah satu masalah psikologis yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Setiap manusia pernah menghadapi situasi yang dapat menyebabkan kesepian.

Lebih terperinci