BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak
|
|
- Widya Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Sumber daya alam minyak dan gas bumi (MIGAS) adalah sumber daya tidak terbarukan (unrenewable resources), dalam pengelolaannya dibutuhkan kehati-hatian dan ketelitian agar dapat bermanfaat secara adil kepada semua pihak, Pengelolaan sumber daya alam merupakan suatu hal yang sangat penting dibicarakan dan dikaji dalam kerangka pelaksanaan pembangunan nasional. Dengan potensi sumber daya alam yang berlimpah sesungguhnya dapat melaksanakan proses pembangunan bangsa ini secara berkelanjutan tanpa harus dibayangi rasa cemas dan takut akan kekurangan modal bagi pelaksanaan pembangunan tersebut. Pemanfaatan secara optimal kekayaan sumber daya alam ini akan mampu membawa kesejahteraan dan kemakmuran bagi seluruh bangsa Indonesia. Namun demikian tanpa perencanaan yang baik bukannya mendatangkan kemakmuran dan kesejahteraan, namun sebaliknya akan mendatangkan malapetaka yang tidak terhindarkan. Konsekuensi dari sebuah pembangunan dapat membawa dampak terhadap lingkungan baik dampak positif maupun negatif. Semua manusia berkeinginan bahwa sebuah kegiatan (usaha) atau pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan mengelola dampak negatif dengan sebaik-baiknya, sehingga kehadiran usaha atau pembangunan tersebut dapat berhasil guna bagi semua mahluk hidup (manusia, flora dan fauna, air, tanah dan ekosistem lainnya). Kondisi riil di
2 2 lapangan menunjukkan bahwa pengelolaan pertambangan menyebabkan semakin luas dan semakin dalam pencapaian lapisan bumi jauh di bawah permukaan tanah sehingga membawa dampak terhadap pencemaran air permukaan dan air tanah. Kegiatan industri minyak dan gas bumi umumnya menimbulkan dampak pada lingkungan. Baik pada proses produksi, pengolahan minyak bumi, penyimpanan maupun industri yang menggunakan minyak bumi akan dihasilkan bahan-bahan yang merupakan salah satu sumber pencemaran lingkungan (Keputusan Menteri lingkungan Hidup Nomor 128 tahun 2003) tentang tata cara persyaratan teknis pengolahan limbah minyak bumi dan tanah terkontaminasi oleh minyak bumi secara biologis. Bahan-bahan pencemar ini pada akhirnya akan masuk kedalam lingkungan sehingga jika tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan masalah pada lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam banyak diwarnai oleh paradigma yang menilai sumber daya alam sebagai sumber pendapatan ketimbang modal. Paradigma tersebut telah berakar jauh sebelum terjadinya revolusi industri sebagai manifestasi dari hasrat manusia untuk menguasai alam yang seharusnya saling membutuhkan untuk menuju keseimbangan kualitas hidup yang lebih tinggi. Sebaliknya usaha pertambangan merupakan industri dasar yang menopang peradaban modern seperti gedung gedung tinggi, kendaraan, pesawat terbang dan peralatan yang dibutuhkan manusia seharihari, tidak mungkin akan dapat diciptakan tanpa menggunakan logam dan mineral. Usaha pertambangan sumber daya alam diharapkan mampu membangun peradaban yang mampu memenuhi ketentuan-ketentuan, kriteria, kaidah dan normanorma yang tepat sehingga pemanfaatan sumber daya alam pertambangan dapat
3 3 memberikan manfaat yang optimal dan dampak seminimal mungkin, walaupaun dalam pelaksanaanya sering menimbulkan konflik sosial pada berbagai wilayah industri pertambangan, memberikan kesadaran terutama kepada pemerintah dan industri pertambangan akan perlunya menciptakan hubungan baik antar masyarakat. Maraknya tuntutan terhadap usaha pertambangan dengan berbagai aksi dari berbagai kelompok masyarakat antara lain disebabkan oleh dua hal yaitu: manfaat usaha pertambangan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat dan kurangnya pemahaman terhadap karakteristik dan hakikat usaha pertambangan tersebut. Dampak merupakan suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas. Aktivitas ini dapat bersifat alamiah, baik secara fisik, kimia maupun biologi (Soemarwoto, 2005). Usaha atau kegiatan pertambangan merupakan suatu eksploitasi sumber daya alam yang tak terbarukan. Kegiatan ini berpotensi mengakibatkan perubahan bentuk lahan dan bentang alam, terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup sehingga akan terjadi kemerosotan sumber daya alam dalam pemanfaatannya. Selain itu dengan adanya lahan pekerjaan baru dan datangnya pekerja dari luar daerah tersebut akan mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya lokal di sekitar kegiatan (Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999 tentang AMDAL). Undang-Undang Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dampak lingkungan didefinisikan sebagai suatu perubahan lingkungan hidup yang diakibatkan oleh suatu dan atau kegiatan. Sementara itu, Soemarwoto (2005) mendefinisikan dampak sebagai suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat suatu aktivitas di mana aktivitas tersebut dapat bersifat alamiah, baik
4 4 kimia, fisik, dan biologi. Lebih lanjut didefinisikan dampak pembangunan terhadap lingkungan adalah perbedaan antara kondisi lingkungan sebelum ada pembangunan dan yang diperkirakan akan ada setelah ada pembangunan. Pembangunan yang dimaksud termasuk kegiatan penambangan Migas yang dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Keberadaan ladang minyak di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Jawa Timur berawal dari ditemukannya sumur minyak oleh Adrian Stoop, seorang sarjana pertambangan lulusan Sekolah Tinggi Teknik Delft Belanda pada tahun 1893 di Ledok, Desa Wonocolo Kecamatan Kasiman Kabupaten Bojonegoro yang berbatasan dengan Cepu, Jawa Tengah kemudian di daerah itu dikenal dengan sebutan Blok Cepu. Blok Cepu yang 90 persen wilayah operasionalnya masuk di Kabupaten Bojonegoro, menyimpan kekayaan minyak yang melimpah, dari sekitar 40 sumur yang dikerjakan PT ExxonMobil melalui anak perusahaannya, PT Mobil Cepu Limited (MCL) dan Pertamina diperkirakan mengandung 600 juta barel minyak dan gas 1,7 triliun hingga 2 triliun kaki kubik, di lapangan diperkirakan Blok Cepu menyimpan kandungan minyak 250 juta barel dan pada kondisi puncak akan mampu memproduksi minyak barel per hari atau jika dijumlah dengan yang diproduksi oleh PT Joint Operating Body Pertamina- Petrochina East Java (JOB P-PEJ) bisa setara dengan 20 persen produksi minyak Indonesia saat ini (Tabloid Blok Bojonegoro, 2011). Salah satu faktor yang mendorong peningkatan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Bojonegoro melalui bentuk pengelolaan sumber daya alam yang tepat, merupakan bagian dari ketahanan wilayah. Hal tersebut dapat mempertahankan
5 5 stabilitas ketahanan wilayah di bidang ekonomi dan moneter di daerah sehingga mampu mendorong perekonomian secara berarti. Faktor yang mendorong penduduk untuk menetap di suatu wilayah terutama daya tarik aktifitas perekonomiannya. Dengan adanya aktifitas ekonomi maka penduduk dapat memperoleh pekerjaannya sesuai bidang keahliannya. Perusahaan pertambangan tersebut dalam kinerjanya apabila dikaji dari kontribusinya terhadap Kabupaten Bojonegoro yang seharusnya ada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat setempat, demikian halnya dengan pengelolaan sumber daya alam Migas ini apabila terjadi kesenjangan maka akan menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat mengakibatkan konflik sehingga ketahanan wilayah pada daerah Bojonegoro akan terganggu. 1.2.Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas terdapat persoalan pokok yang menjadi rumusan permasalahan dalam penelitian ini, yakni: 1. Bagaimana Kondisi Eksisting Pengelolaan Migas di Kabupaten Bojonegoro? 2. Bagaimana Dampak Pengelolaan Migas terhadap Pembangunan Daerah Kabupaten Bojonegoro? 3. Bagaimana implikasi pengelolaan Migas di Kabupaten Bojonegoro terhadap ketahanan wilayah?
6 6 1.3.Tujuan Penelitian Sebagaimana rumusan masalah yang diajukan diatas maka tujuan penelitian ini menjawab ketiga rumusan masalah yang telah diajukan. Tujuan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kondisi eksisting pengelolaan Migas di Kabupaten Bojonegoro. Tahap ini merupakan tahap untuk mengetahui kondisi pengelolaan Migas sesuai dengan peraturan pemerintah maupun Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro. 2. Menganalisis dampak pengelolaan Migas terhadap pembangunan daerah di Kabupaten Bojonegoro. Tahap ini untuk mengetahui dampak pengelolaan Migas mengakibatkan dampak baik positif maupun negatif terhadap pembangunan daerah Kabupaten Bojonegoro. 3. Menganalisis implikasi pengelolaan Migas di Kabupaten Bojonegoro terhadap Ketahanan Wilayah. Pengelolaan Migas memiliki dampak terhadap pembangunan daerah setempat secara langsung atau tidak akan membawa implikasi bagi ketahanan wilayah tersebut yang merupakan kunci pokok bagi pelaksanaan ketahanan nasional. 1.4.Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu pengetahuan, penelitian ini dapat diharapkan dapat bermanfaat bagi studi-studi bidang sosial khususnya yang berkaitan dengan dengan dampak pengelolaan Sumber Daya Alam Migas sehingga dapat membuka pikiran semua
7 7 pihak untuk lebih memperhatikan hal tersebut guna terlaksananya pembangunan daerah. 2. Bagi pemerintah daerah hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pemerintah dan lembaga serta instansi yang terkait di bidang pengelolaan Sumber Daya Alam khususnya Migas dalam menentukan kebijakan atau strategi yang tepat dalam rangka mendukung terciptanya Ketahanan Wilayah. 3. Bagi masyarakat Kabupaten Bojonegoro khususnya dan masyarakat luas pada umumnya dalam pengelolaan sumber daya alam demi kelangsungan pembangunan daerah dan pembangunan Bangsa pada umumnya, selain merupakan bahan masukan atau sumber informasi untuk pmbangunan bangsa di segala bidang khususnya di bidang ketahanan wilayah yang merupakan bagian dari ketahanan nasional. 1.5 Keaslian Penelitian Tema Dampak Pengelolaan Migas dan pembangunan daerah terhadap ketahanan wilayah merupakan tema yang menarik yang sepengetahuan peneliti belum pernah dijadikan obyek kajian oleh penelitian sebelumnya, terlebih yang menjadikan Kabupaten Bojonegoro sebagai lokasi penelitian. Hal ini berdasarkan hasil penelusuran peneliti baik di program S2 Ketahanan Nasional maupun Perpustakaan Pusat Sekolah Pascasarjana UGM Yogyakarta.
8 8 Sejauh ini, Peneliti menemukan beberapa hasil penelitian terdahulu yang menjadi inspirasi dalam mencari obyek penelitian yang lain. Tesis dari La Idi (2009) yang berjudul Kontribusi Perusahaan Pertambangan PT. Nusa Halmahera Minerals Terhadap Ketahanan Wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kontribusi Perusahaan Pertambangan PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM) terhadap ketahanan wilayah di Kabupaten Halmahera Utara. Hasil penelitian tersebut yaitu Pengaruh keberadaan PT. Nusa Halmahera Minerals (NHM) terhadap kehidupan masyarakat di Kabupaten Halmahera menggunakan metode deskriptif kualitatif. Tesis hasil karya Punjung Triyogatama (2010) yang berjudul Sikap Masyarakat terhadap Pengelolaan Lingkungan dan Implikasinya dalam Ketahanan Sumber Kekayaan Alam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sikap masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan dan implikasinya pada ketahanan sumber kekayaan alam. Hasil penelitian ini adalah adanya sikap positif masyarakat terhadap pengelolaan lingkungan serta kepedulian masyarakat terhadap sumber kekayaan alam di Kabupaten Cilacap. Tesis hasil karya Agung Prapsetyo (2012) yang berjudul Strategi Pembangunan Infrastruktur Dalam Rangka Memperkuat Ketahanan Wilayah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembangunan infrastruktur dan implikasinya terhadap Ketahanan wilayah. Hasil penelitian ini adalah adanya strategi kebijakan pembangunan daerah di Kabupaten Cilacap dengan menggunakan metode deskriftif kuantitatif. Selain itu Tesis hasil karya Mohammad Wachju Rijanto (2011). yang berjudul: Peran Pemda dan Masyarakat dalam Pengembangan Energi Alternatif Terbarukan
9 9 Untuk Mendukung Ketahanan Energi Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebijakan Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam pengembangan energi alternatif, hasil dari penelitian ini adalah upaya pengembangan energi alternatif yang dilakukan pemerintah dengan merumuskan kebijakan publik dalam UU No 30 tahun 2007 tentang Energi. Terdapat perbedaan penelitian ini dengan yang dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian ini mengenai Dampak pengelolaan Sumber Daya Alam Migas terhadap pembangunan daerah dan implikasinya pada ketahanan wilayah (studi di Kabupaten Bojonegoro Jawa Timur). Ruang lingkup penelitian ini terbatas kepada lingkup lokasi Pengelolaan sumber daya alam Migas yang memiliki dampak terhadap pembangunan daerah setempat kemudian dikorelasikan dengan implikasinya pada ketahanan wilayah.
PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan akan energi yang semakin meningkat dan kenaikan harga minyak yang melonjak pesat dari tahun ke tahun mengakibatkan minyak sangatlah berharga, sehingga sumur-sumur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang melimpah menyebabkan Indonesia dijajah selama berabad-abad oleh Belanda, Prancis dan Jepang. Salah satu sumberdaya alam yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang). Bahan galian tersebut meliputi, emas, perak, tembaga, minyak dan gas bumi, batu bara, dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. bakar minyak yang berasal dan diolah dari bumi. Dimana pengertian Minyak. Bumi Pasal 1 angka 1 Menyebutkan bahwa :
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Migas atau sering disebut juga dengan Minyak dan Gas Bumi mempunyai suatu Lembaga / institusi yang bernama Perusahaan Migas, yang bergerak di bidang kegiatan pertambangan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULIAN 1.1 LATAR BELAKANG Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang letakya berada di sebelah timur kota Semarang. jarak tempuh dari Semarang ke Blora kurang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pada dasarnya pembangunan ekonomi ditujukan untuk mengatasi kemiskinan, penggangguran, dan ketimpangan. Sehingga dapat terwujudnya masyarakat yang sejahtera, makmur,
Lebih terperinciLAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG
LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG 2014-2015 KOMISI VII DEWAN PERWAKILAN RAKYAT INDONESIA 2015 BAGIAN I PENDAHULUAN A. LATAR
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR Latar Belakang. Dewasa ini tantangan pembangunan, kebijaksanaan dan langkah
13 BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Dewasa ini tantangan pembangunan, kebijaksanaan dan langkah pembangunan perlu ditingkatkan seiring dengan perkembangan jaman melalui peningkatan sumber daya manusia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum pertambangan Indonesia merupakan kekayaan alam tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia ini dikuasai oleh Negara dan diusahakan untuk kemakmuran rakyat
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan hasil bumi, baik itu perkebunan, pertanian, pertambangan, dan lain sebagainya. Kekayaan yang dimiliki oleh
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar
Lebih terperinciMENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI MUTU HIDUP
Artikel: MENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP SEBAGAI UPAYA MEMPERBAIKI MUTU HIDUP Oleh: Drs. Mardiya Manusia modern dalam kehidupan sehari-hari tidak dapat melepaskan diri dari penerapan teknologi, karena manusia
Lebih terperinciMagister Ilmu Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
ANALISIS PENAATAN DOKUMEN UKL UPL OLEH PEMRAKARSA PENAMBANGAN MINYAK BUMI PADA SUMUR TUA DESA BANGOWAN KECAMATAN JIKEN KABUPATEN BLORA Wahyu Yuwono 1 *, P. Purwanto 2 dan Dwi P Sasongko 3 1 Magister Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah dengan berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menjadi sebuah negara yang mempunyai banyak pulau, menjadikan Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang melimpah dengan berbagai macam keberagaman, dari keberagaman
Lebih terperincin.a n.a
1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan suatu bangsa memerlukan aspek pokok yang disebut dengan sumberdaya (resources) baik sumberdaya alam atau natural resources maupun sumberdaya manusia atau
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. angka pengangguran dapat dicapai bila seluruh komponen masyarakat yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu sasaran rencana pembangunan nasional adalah pembangunan disegala bidang dan mencakup seluruh sektor ekonomi. Pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan
Lebih terperinciDitulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13
Meskipun berabad-abad menjajah Indonesia, penguasaan terhadap sumber-sumber minyak bumi, gas alam, dan mineral, tak bisa dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Para investor asal Belanda baru benar-benar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengakibatkan banyak dampak bagi daerah, terutama terhadap kabupaten dan kota. Salah satu dampak otonomi daerah dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saing, efisien, dan berwawasan pelestarian fungsi lingkungan serta mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri Minyak dan Gas Bumi merupakan sektor penting di dalam pembangunan nasional baik dalam hal pemenuhan kebutuhan energi dan bahan baku industri di dalam negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berasal dari kekayan negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Negara yang seluruh atau sebagaian besar modalnya berasal dari kekayan negara
Lebih terperinciPELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) EKSPLOITASI MINYAK BUMI
PELAKSANAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) EKSPLOITASI MINYAK BUMI (Studi di Joint Operating Body Pertamina - Petrochina East Java di Kabupaten Bojonegoro) PENULISAN HUKUM Oleh: AGUS MULYADI 201010110311160
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN JUDUL PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN I.I. JUDUL PENELITIAN Evaluasi Geologi Untuk Menentukan Kelayakan Tambang di Lokasi Pertambangan Rakyat Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Provinsi Jawa Timur. I.II. LATAR BELAKANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh negara
`1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan sumber daya alam (natural resources). Sumber daya alam itu ada yang dapat diperbaharui (renewable),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah, namun di sisi lain memberikan implikasi tanggung jawab yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat melimpah. Salah satu kekayaan alam yang dimiliki Indonesia adalah sumber daya mineralnya
Lebih terperinciREKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN
REKLAMASI LAHAN BEKAS PENAMBANGAN PENDAHULUAN Masalah utama yang timbul pada wilayah bekas tambang adalah perubahan lingkungan. Perubahan kimiawi berdampak terhadap air tanah dan air permukaan. Perubahan
Lebih terperinciTAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG
TAMBANG DI KAWASAN HUTAN LINDUNG http://www.sindotrijaya.com I. PENDAHULUAN Hutan tropis Indonesia sangat kaya flora dan fauna serta kekayaan alam lainnya, termasuk mineral dan batubara. Dengan kawasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia yang sangat melimpah merupakan modal dasar pembangunan nasional dalam hal pengembangan wisata alam dan devisa Negara dari sektor
Lebih terperinciGeografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik
Kurikulum xxxxxxxxxx2013 Geografi K e l a s XI KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami
Lebih terperinciWILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi
WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar 1945 pada Pasal 33 telah
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan trend ke arah zona ekonomi sebagai kota metropolitan, kondisi ini adalah sebagai wujud dari
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa mineral dan batubara yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat cepat mengakibatkan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kebutuhan akan air semakin terasa mendesak dikarenakan setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan angka pertumbuhan jumlah penduduknya. Pertumbuhan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPengertian. Istilah bahasa inggris ; Mining law.
Pengertian Istilah bahasa inggris ; Mining law. Hukum pertambangan adalah hukum yang mengatur tentang penggalian atau pertambangan biji-biji dan mineralmineral dalam tanah. (ensiklopedia indonesia). Hukum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan baik dalam sektor pertanian, perkebunan,
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA TANAH KAS DESA DI DESA KENAIBAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN
PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA TANAH KAS DESA DI DESA KENAIBAN KECAMATAN JUWIRING KABUPATEN KLATEN Diajukan Untuk melengkapi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Hukum pada Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perusahaan Minyak dan Gas Bumi (MIGAS) memiliki potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan Minyak dan Gas Bumi (MIGAS) memiliki potensi yang cukup besar untuk meningkatkan perekonomian suatu negara. Salah satunya PT. Pertamina Hulu Energi (PHE)
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN SUMUR TUA SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA WONOCOLO BOJONEGORO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM
PENYELESAIAN SENGKETA PENGELOLAAN SUMUR TUA SECARA TRADISIONAL OLEH MASYARAKAT DI DESA WONOCOLO BOJONEGORO DITINJAU DARI ASPEK HUKUM Suprapti * Abstrak Sumur-sumur minyak di Desa Wonocolo Kecamatan Kadewan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan hidup mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, seperti tercantum dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 di dalam pengertian lingkungan hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang JOB Pertamina-Medco E&P Tomori Sulawesi adalah badan kerjasama operasi yang dibentuk berdasarkan Production Sharing Contract antara perusahaan PT. Pertamina Hulu Energi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia karena pada dasarnya energi, terutama energi teknik atau energi komersial memegang peranan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. berhasil menguasai sebidang atau seluas tanah, mereka mengabaikan fungsi tanah,
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pertambangan Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting bagi kehidupan manusia. Akan tetapi sangat disayangkan bahwa pada umumnya setelah manusia berhasil menguasai sebidang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konflik yang terjadi di kawasan hutan sering kali terjadi akibat adanya sumberdaya alam bernilai ekonomi tinggi yang menjadi daya tarik tersendiri untuk berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai beraneka ragam sumber daya alam yang berpotensi besar. Diantaranya adalah minyak bumi, gas alam dan panas
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.4, 2009 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAMBANGAN. KETENTUAN-KETENTUAN POKOK. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini dunia sedang dilanda krisis Energi terutama energi fosil seperti minyak, batubara dan lainnya yang sudah semakin habis tidak terkecuali Indonesia pun kena
Lebih terperinciBAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas bumi Cepu merupakan intansi pemerintah yang bergerak dibidang pengembangan sumber daya
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem
Lebih terperinciBBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.
Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik
Lebih terperinciTABEL 4.1 KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
TABEL 4. KETERKAITAN VISI, MISI DAN STRATEGI DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Visi Pengelolaan energi dan mineral yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,
BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa pengaturan Air Tanah dimaksudkan untuk memelihara kelestarian
Lebih terperinciBISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA ACEH
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH BISMILLAHIRRAHMANIRAHIM DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinci9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah
9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun
Lebih terperinciKesimpulan. Universitas Indonesia
102 Kesimpulan Hadirnya PetroChina sebagai BUMN yang memiliki karakteristik sebagai MNC memupuskan pendapat bahwa BUMN tidak memiliki kemampuan daya saing dengan perusahaan energi internasional. PetroChina
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat melalui beberapa proses dan salah satunya adalah dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya alam, baik berupa minyak dan gas bumi, tembaga, emas dan lain-lain. Kekayaan alam Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah otonom untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU No.23 Tahun 2014 yaitu desentralisasi, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Desentralisasi
Lebih terperinciMenghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung
ISSN : 205-421 Menghitung PDRB Hijau di Kabupaten Bandung Randy Maulana Institut Teknologi Bandung E-mail : maulana.randy@fe.unpad.ac.id Abstrak. Ekonomi hijau menunjukan hubungan antara degradasi lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak Belanda ini mendorong diberlakukannya Undang-Undang Pemerintah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era industri migas dikelompokkan menjadi tiga era yaitu era kolonial belanda, era awal kemerdekaan, dan era industri migas modern. Era kolonial Belanda ditandai
Lebih terperinciDAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR
ISBN 978-602-9092-54-7 P3AI UNLAM P 3 A I Penulis : Editor : Dr. rer. nat. Ir. H. Wahyuni Ilham, MP Cetakan ke 1, Desember 2012 Peringatan Dilarang memproduksi sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang terkenal akan kekayaan alamnya. Hutan, laut, bangunan bersejarah, flora, fauna dan masih banyak kekayaan alam yang lainnya. Namun semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan atas sumber daya air, sumber daya lahan, sumber daya hutan, sumber
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci : penambang tradisional, minyak mentah (crude oil)
ANALISIS DESKRIPTIF PENAMBANG MINYAK MENTAH (CRUDE OIL) TRADISIONAL DI KECAMATAN SAMBONG DAN JEPON KABUPATEN BLORA Hardiwinoto Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang Abstrak Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki kekayaan sumberdaya ekonomi melimpah. Kekayaan sumberdaya ekonomi ini telah dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.
BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termaktub di dalam Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang. Pelaksanaan otonomi daerah diharapkan menjadi salah satu faktor
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Paradigma baru pembangunan sekarang ini memberikan porsi seluasluasnya kepada daerah dan masyarakat untuk mengelola kekayaan alamnya guna meningkatkan kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis hukum kegiatan..., Sarah Salamah, FH UI, Penerbit Buku Kompas, 2001), hal. 40.
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945 (UUD 1945) mengatakan bahwa bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan industri pada sektor usaha bidang pertambangan batubara adalah suatu upaya pemerintah dalam meningkatkan devisa negara dan bila ditinjau dari segi pola kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. I.I. Latar Belakang Masalah. secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan
1 BAB I PENGANTAR I.I. Latar Belakang Masalah Kebudayaan menurut Sukarni Sumarto adalah cara hidup yang dianut secara kolektif dalam suatu masyarakat ( Mardimin, 1994: 55 ). Berdasarkan pemahaman tersebut
Lebih terperinciTUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA
TUJUAN DESENTRALISASI FISKAL DI INDONESIA 1. Kesinambungan kebijakan fiskal (fiscal sustainability) secara makro 2. Mengoreksi ketimpangan vertikal (vertical imbalance) antara Pusat dan Daerah 3. Mengoreksi
Lebih terperinciMODUL 3 PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
MODUL 3 PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN Dalam dua dekade terakhir ini perhatian dan kesadaran masyarakat dunia terhadap lingkungan hidup semakin meningkat. Dimulai dengan konperensi Stockholm
Lebih terperinciPP No.31 Tahun 2003 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2003 TENTANGPENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARA (PERTAMINA) MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, menempatkan manusia sebagai subjek utama yang mengambil. hidup sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan dapat dipengaruhi oleh aktivitas dan perilaku manusia. Kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi mencakup kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi. Ekplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi mengenai kondisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usaha. Mengingat keberadaan sumber daya yang bersifat ekonomis sangat terbatas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin berkembangnya dunia usaha maka akan semakin berkembang juga pengelolaan suatu perusahaan, agar dapat tetap bertahan dalam persaingan bisnis dan usaha.
Lebih terperincib. bahwa pengalihan bentuk Pertamina menjadi Perusahaan Perseroan
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2003 TENTANG PENGALIHAN BENTUK PERUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI NEGARA (PERTAMINA) MENJADI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove yang cukup besar. Dari sekitar 15.900 juta ha hutan mangrove yang terdapat di dunia, sekitar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan dan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara untuk melaksanakan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun laporan keuangan. Dengan adanya masalah tersebut maka harus diperlukan sebuah pengelolaan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. permasalahan di daerah lebih efektif dan efisien apabila urusan-urusan di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia otonomi daerah sangat penting bagi daerah otonom untuk mengembangkan potensi daerahnya. Seperti tercantum dalam UU No. 32 Tahun 2004, Otonomi daerah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan. bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3) menegaskan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap Instansi Pemerintah Daerah memiliki bagian Humas. Baik itu yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap Instansi Pemerintah Daerah memiliki bagian Humas. Baik itu yang berdiri sendiri maupun melebur dengan bagian yang lain. Misalnya di Pemkot Batu, Humas dilebur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk mendukung hal itu diperlukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. latar Belakang Masalah. Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian
BAB 1 PENDAHULUAN A. latar Belakang Masalah Indonesia di kenal sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam bahan galian mineral, Seperti bahan galian (C) jika sumber daya alam ini dapat di kelola dengan
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan baik itu kekayaan yang berupa kekayaan alam maupun kekayaan yang memiliki nilai sejarah dan budaya yang
Lebih terperinciPRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH),
KABUPATEN BOJONEGORO ATAS DASAR HARGA BERLAKU MENURUT LAPANGAN USAHA (JUTA RUPIAH), 2010-2016 A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 4 848 847.7 5 422 596.4 6 137 535.9 6 879 709.2 7 610 994.1 8 399 150.1
Lebih terperinciKERUSAKAN LINGKUNGAN
bab i KERUSAKAN LINGKUNGAN A. KONSEP KERUSAKAN LINGKUNGAN Kerusakan lingkungan sangat berdampak pada kehidupan manusia yang mendatangkan bencana saat ini maupun masa yang akan datang, bahkan sampai beberapa
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PANAS BUMI Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, bahwa
Lebih terperinciMODEL SEDERHANA DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP EKONOMI LOKAL
MODEL SEDERHANA DAMPAK PERTAMBANGAN TERHADAP EKONOMI LOKAL 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sumber daya alam (baik yang dapat diperbaharui/renewable maupun yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemeliharaan hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan daerah.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diperbaharui dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinci