BAB IV. PERKEMBANGAN PARIWISATA di PANTAI PANGANDARAN. Bab ini merupakan uraian analisis dari hasil penelitian di kawasan wisata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV. PERKEMBANGAN PARIWISATA di PANTAI PANGANDARAN. Bab ini merupakan uraian analisis dari hasil penelitian di kawasan wisata"

Transkripsi

1 72 BAB IV PERKEMBANGAN PARIWISATA di PANTAI PANGANDARAN Bab ini merupakan uraian analisis dari hasil penelitian di kawasan wisata Pantai Pangandaran untuk memberikan gambaran umum mengenai masyarakat sekitar kawasan wisata Pantai Pangandaran yaitu tentang Perkembangan Pariwisata di Pantai Pangandaran dan Dampaknya Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Tahun sesuai dengan fakta-fakta dan sumber tertulis berupa buku-buku, dokumen dan arsip-arsip yang relevan dengan kajian yang penulis lakukan. Pembahansan dalam bab ini dikembangkan lagi menjadi tiga sub bab, yaitu 1) Gambaran umum kondisi kehidupan masyarakat Kecamatan Pangandaran, 2) Perkembangan kawasan wisata Pantai Pangandaran, 3) Dampak keberadaan kawasan wisata Pantai Pangandaran terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat sekitar. 4.1 Gambaran Umum Wilayah Kecamatan Pangandaran Keadaan Geografis dan Administratif Kecamatan Pangandaran merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Ciamis yang berlokasi di sebelah selatan ibukota kabupaten yang berjarak sekitar 91 km dari ibu kota Kabupaten Ciamis. Kecamatan Pangandaran juga merupakan kecamatan yang baru terbentuk pada tahun Sebelumnya kecamatan ini termasuk ke dalam Kecamatan Sidamulih. Namun pada tahun 2000 Kecamatan 72

2 73 Sidamulih mengalami pemekaran wilayah menjadi dua kecamatan yakni Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih itu sendiri. Terjadinya pemekaran wilayah Kecamatan Sidamulih itu dikarenakan terlalu luasnya wilayah administratif Kecamatan Sidamulih sehingga banyak wilayah-wilayah yang tidak terperhatikan. Kecamatan Sidamulih yang pada awalnya memiliki luas wilayah sebesar 138,75 Km² setelah terjadinya pemekaran wilayah, luas wilayah Kecamatan Sidamulih yaitu 73,85 Km², dan luas wilayah Kecamatan Pangandaran yaitu 64,90 Km². Terjadinya pemekaran wilayah Kecamatan Sidamulih ini berdampak positif terhadap wilayah Kecamatan Pangandaran yang merupakan daerah yang perkembangannya cukup pesat dikarenakan di wilayah Kecamatan Pangandaran ini terdapat objek wisata Pantai Pangandaran. Kecamatan Pangandaran memiliki luas wilayah administratif sebesar 7.442,706 Ha, yang terdiri dari 880,635 Ha tanah pesawahan, tanah kering, Ha tanah basah, Ha tanah hutan, 1.354,086 Ha tanah perkebunan, 137,000 Ha tanah keperluan fasilitas umum, dan sisanya 343,574 Ha yaitu tanah tandus dan tanah pasir (Kecamatan Pangandaran Dalam Angka Tahun 2005:1). Adapun batas-batas wilayah Kecamatan Pangandaran adalah sebagai berikut: Utara berbatasan dengan Kecamatan Kalipucang Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia Barat berbatasan dengan Kecamatan Sidamulih Timur berbatasan dengan Kecamatan Jatinagara.

3 74 Gambar 4.1 Peta Kabupaten Ciamis Tahun 2005 (Sumber BPS Kabupaten Ciamis Tahun 2005)

4 75 Secara administratif Kecamatan Pangandaran terdiri dari 8 desa, 30 dusun, 329 RT, dan 88 RW. Pembagian wilayah tersebut untuk mempermudah pembinaan penduduk sebanyak jiwa yang tersebar di seluruh desa di wilayah Kecamatan Pangandaran. Tabel 4.1 Jumlah RW dan RT di Kecamatan Pangandaran Tahun 2005 Desa RT RW Wonoharjo Pananjung 39 6 Pangandaran 45 9 Babakan Sukahurip Purbahayu 23 4 Sidomulyo Pagergunung 21 4 Jumlah Sumber: Kecamatan Pangandaran Dalam Angka Tahun 2005 Kecamatan Pangandaran berada pada lintasan antara Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan letak kawasan dan sarana transportasi yang demikian lancar menyebabkan luas pemukiman di sekitar Pantai Pangandaran menjadi bertambah, hal ini dikarenakan adanya pertambahan jumlah penduduk, baik penduduk asli maupun penduduk pendatang. Wilayah tersebut juga merupakan salah satu objek wisata yang memiliki banyak tempat serta pemandangan yang indah, sehingga Pangandaran dikenal sebagai daerah tujuan wisata Kabupaten Ciamis.

5 Kondisi Kehidupan Masyarakat Kecamatan Pangandaran Kehidupan masyarakat Kecamatan Pangandaran yang dilatarbelakangi oleh kehidupan pertanian, perikanan dan peternakan membentuk nilai budaya tersendiri di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan kebudayaan yang dicerminkan dalam berbagai kegiatan kesenian masyarakat telah memperkaya berbagai jenis kesenian. Sungai dan laut merupakan tempat yang digunakan untuk mengekspresikan kekuatan seni mereka melalui berbagai syukuran, festival, bentuk perahu dan lain-lain. Dalam kehidupan sosial masyarakat, budaya kegotongroyongan masyarakat masih nampak sekali dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam membangun rumah penduduk, tempat ibadah, perbaikan jalan, membantu hajatan seseorang dan lain sebagainya. Dalam hal ini masayarakat mengerjakan bersamasama tanpa adanya suatu imbalan ataupun upah, kadang bantuan-bantuan itu juga berupa materi atau sumbangan pemikiran sebagai rasa kepedulian sosial yang tinggi terhadap sesama anggota masyarakat (wawancara dengan bapak Jajang pada tanggal 13 Juli 2009). Mayoritas masyarakat Kecamatan Pangandaran beragama Islam. Menurut data yang ada di Pangandaran 99% adalah beragama Islam. Kegiatan yang ada khususnya agama Islam adalah berupa pengajian-pengajian, sholat berjamaah, dan kesenian yang bernuansa islami. Melalui media inilah penanaman moral, akhlak ditanamkan sejak usia dini dengan terbukti banyaknya TK-TPA Al-Qur an yang terus tanpa hentinya memberikan wawasan dan penerangan. Dengan dijadikannya Pangandaran sebagai salah satu tujuan wisata tentunya sangat rentan dengan

6 77 berbagai masalah, seperti tumbuhnya kafe-kafe serta tempat hiburan. Ini merupakan fenomena di satu pihak Pangandaran merupakan masyarakat yang mayoritas beragama Islam tetapi di lain pihak Pangandaran merupakan kawasan wisata. Dalam kehidupan keagamaan, selain menjalankan kewajiban beragama namun mereka juga masih memadukan antara agama dan adat. Hal ini menyebabkan susahnya untuk memisahkan antara agama dan adat karena kedua unsur ini erat serta telah menjadi adat kebiasaan dan kebudayaan masyarakat Kecamatan Pangandaran. Unsur ini masih sangat kuat, terlihat dari mayoritas masyarakat Pangandaran yang masih menggunakan sesajen apabila mereka akan melakukan suatu acara, misalnya upacara hajat laut dan hajat bumi. Hal tersebut terjadi dikarenakan masyarakat Pangandaran masih tetap berpegang teguh pada adat dan kepercayaan. (wawancara dengan Bapak Jasman tanggal 27 Agustus 2009). Jumlah penduduk di Kecamatan Pangandaran dari tahun 1990 sampai tahun 2005 terus mengalami perkembangan yang cukup cepat. Hal ini terjadi karena pertumbuhan penduduk di Pangandaran diimbangi dengan tingkat kelahiran yang cukup baik serta banyaknya penduduk pendatang yang menetap menjadi penduduk Pangandaran. Besarnya jumlah penduduk di Kecamatan Pangandaran ini merupakan modal tenaga kerja dalam proses pembangunan, namun di lain pihak juga menimbulkan lahirnya masalah baru. Pemerintah dituntut untuk menyediakan lahan permukiman, kesempatan kerja yang luas serta

7 78 fasilitas pendidikan, kesehatan dan fasilitas umum lainnya yang mampu melayani kebutuhan masyarakat. Pertumbuhan jumlah penduduk di sekitar objek wisata Pantai Pangandaran dari tahun 2001 sampai Pada tabel berikut ini akan diuraikan jumlah penduduk Kecamatan Pangandaran pada kurun waktu : Tabel 4.2 Perkembangan Penduduk Kecamatan Pangandaran Tahun Tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Jumlah * * * * * Keterangan: *: jumlah penduduk setelah mengalami pemekaran wilayah (sumber buku laporan Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis ) Data yang disajikan pada tabel di atas tidak berurutan berdasarkan tahun kajian yaitu dari tahun karena keterbatasan sumber. Berdasarkan data penduduk pada tabel di atas, dapat terlihat sebelum tahun 2000 dan sesudah tahun 2000 jumlah penduduk Kecamatan Pangandaran mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini dikarenakan sebelum tahun 2000 wilayah Kecamatan Pangandaran termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Sidamulih, namun pada tahun 2000 wilayah Kecamatan Sidamulih mengalami pemekaran yang menjadikan Kecamatan Sidamulih terbagi ke dalam dua kecamatan yaitu Kecamatan Pangandaran dan Kecamatan Sidamulih. Hal inilah yang

8 79 menyebabkan terjadinya perbedaan jumlah penduduk yang signifikan antara tahun 1999 dan Berdasarkan data di atas juga dapat diketahui bahwa jumlah penduduk di sekitar kawasan wisata Pantai Pangandaran mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2001 jumlah penduduk adalah sebesar jiwa kemudian pada tahun 2005 mengalami peningkatan sebesar 0,20% yaitu mencapai jiwa. Peningkatan ini disebabkan karena adanya pertambahan angka kelahiran serta bertambahnya jumlah pendatang yang menetap di Kecamatan Pangandaran. Hal ini dikarenakan Kecamatan Pangandaran yang merupakan daerah tujuan wisata memberikan kesempatan kerja sehingga menjadikan para pendatang merasa tertarik untuk menetap di Kecamatan Pangandaran. Pertambahan jumlah penduduk menyebabkan kebutuhan akan lapangan pekerjaan sangat diperlukan dan meningkat setiap tahunnya. Masyarakat Pangandaran terutama yang tinggal di sekitar kawasan objek wisata Pantai Pangandaran memiliki mata pencaharian yang cukup beragam. Ada yang bekerja sebagai petani, nelayan, pengusaha, pengrajin, pegawai/ pengelola pantai, buruh, pedagang, pegawai negeri sipil, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya mengenai mata pencaharian masyarakat Kecamatan Pangandaran dapat dilihat tabel berikut:

9 80 Tabel 4.3 Jumlah Masyarakat Kecamatan Pangandaran Berdasarkan Mata Pencahariannya No Jenis Mata Pencaharian Jumlah 1 Pegawai Negeri Sipil Petani Pengusaha Pedagang Nelayan Pengrajin Buruh TNI/POLRI 56 9 Pensiunan Lain-lain Kecamatan Pangandaran Arsip Laporan Penduduk Kecamatan Pangandaran. Pangandaran: Kantor Kecamatan Pangandaran. Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian atau pekerjaan masyarakat Kecamatan Pangandaran sebagian besar sebagai petani yaitu sebesar 54% dan sebagian lainnya 46% bekerja sebagai pedagang, nelayan, pengusaha, Pegawai Negeri Sipil (PNS), wiraswasta, buruh, dan lain-lain. Alternatif untuk memperoleh penghasilan bagi sebagian masyarakat sekitar objek wisata Pantai Pangandaran yang berpendidikan rendah dan tidak mempunyai banyak keahlian adalah bekerja di kawasan Pantai Pangandaran. Mereka bekerja sebagai pedagang, nelayan, pemandu wisata, tukang parkir, tukang foto, penyewa senter, tukang ojeg, tukang becak, berjualan dan lain-lain. Mereka tidak memerlukan pendidikan yang tinggi, akan tetapi mereka hanya memerlukan keterampilan dan keahlian tertentu sesuai dengan pekerjaan tersebut. Keberadaan Pantai Pangandaran memberikan pengaruh terhadap perubahan mata pencaharian masyarakat dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Aspek yang paling mempengaruhi dari keberadaan objek wisata Pantai

10 81 Pangandaran terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat adalah tersedianya lapangan kerja baik dalam bidang pariwisata atau bidang lain. Dengan adanya Pantai Pangandaran, masyarakat sekitar Pantai Pangandaran mempunyai keragaman mata pencaharian, tidak hanya mengandalkan sektor pertanian meskipun saat ini sektor pertanianlah yang menjadi mata pencaharian dominan dari masyarakat Kecamatan Pangandaran. Dengan tersedianya lapangan kerja baik di sektor pariwisata atau sektor lainnya, seperti wirausaha maka pendapatan masyarakat menjadi meningkat. Perkembangan pariwisata di Pangandaran juga memberikan kesempatan pada masyarakat untuk dapat mengenyam dunia pendidikan yang lebih baik dari kesempatan sebelumnya. Kondisi sosial ekonomi yang masih tetap sangat terbatas adalah kendala utama bagi sebagian besar masyarakat untuk dapat meraihnya, walaupun hanya sebatas meraih wajib belajar sembilan tahun saja. Keberhasilan pembangunan masyarakat sangat ditentukan pada kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang tinggi dapat dicapai melalui pendidikan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tilaar (1997: 92), pendidikan merupakan suatu proses mengungkapkan potensi yang ada pada manusia sebagai individu, yang selanjutnya dapat memberikan sumbangan kepada masyarakat bangsanya, dan pada akhirnya kepada masyarakat global. Dalam hal ini pemerintah memiliki peranan yang tinggi dalam peningkatan SDM, yaitu dengan cara memberikan kesempatan yang sama kepada semua lapisan masyarakat untuk dapat mengecap pendidikan.

11 82 Perkembangan pendidikan masyarakat Kecamatan Pangandaran, khususnya di Desa Pangandaran yang merupakan daerah paling dekat dengan objek wisata Pantai Pangandaran dari jumlah siswa pada lembaga pendidikan formal tahun , setiap tahunnya mengalami peningkatan. Tabel 4.4 Perkembangan Pendidikan Masyarakat Desa Pangandaran Pada Pendidikan Formal Tahun Jumlah Siswa Tahun Perguruan SD SMP SMA Tinggi Data Kantor Desa Pangandaran ( : Tanpa Halaman). Profil Pangandaran. Pangandaran: Kantor Kepala Desa Pangandaran. Desa Berdasarkan tabel di atas dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pada umumnya tingkat pendidikan masyarakat di sekitar objek wisata Pantai Pangandaran yaitu sampai tingkat Sekolah Dasar (SD). Hal ini terjadi dikarenakan keterbatasan ekonomi. Berdasarkan penelitian, ada beberapa anak dari responden yang mengalami putus sekolah dengan alasan karena tidak ada biaya bahkan ada juga yang mengatakan bahwa mereka tidak berminat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan lebih memilih untuk bekerja untuk membantu kedua orangtuanya baik itu menjadi nelayan ataupun petani. Hal ini membuktikan bahwa selain masalah perekonomian, pemahaman mereka tentang pentingnya pendidikan masih rendah.

12 Perkembangan Pariwisata di Pantai Pangandaran ( ) Letak, Luas, Status dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran merupakan semenanjung kecil yang terletak di pantai selatan pulau Jawa. Semenanjung ini merupakan sebuah pulau yang dihubungkan dengan daratan utama dan dipisahkan oleh jalur sempit yang diapit antara dua teluk selebar ± 200 meter. Semenanjung Pangandaran beriklim khusus dengan curah hujan rata-rata 3196 mm/tahun, dan suhu rata-rata berkisar antara C dan kelembaban berkisar antara 80%-90%. Secara geografis kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran terletak pada koordinat '05'' '43'' Bujur Timur dan 7 42'23'' '03'' Lintang Selatan, dengan luas ± 37,7 ha. Dengan batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara, berbatasan dengan Desa Pangandaran Sebelah timur, berbatasan dengan Teluk Pangandaran Sebelah selatan, berbatasan dengan Cagar Alam Pangandaran Sebelah barat, berbatasan dengan Teluk Parigi Kawasan Konservasi Sumber Daya Alam Pananjung Pangandaran terdiri dari tiga kawasan, yang berstatus Taman Wisata Alam, Cagar Alam Darat dan Cagar Alam Laut adalah 1000 Ha. Seluas 37,7 Ha merupakan Taman Wisata Alam sisanya seluas 492, 3 Ha merupakan Cagar Alam Darat, dan 470 Ha adalah Cagar Alam Laut (BKSDA Jawa Barat II 2005:6). Sejarah terbentuknya kawasan konservasi di Pangandaran yaitu pada tahun 1922 saat Residen Priangan (Y. Eycken) berkuasa, mengusulkan untuk menjadikan kawasan yang semula tempat perladangan menjadi taman baru.

13 84 Kemudian pada tahun 1934 dilaksanakan penunjukan kawasan Pananjung Pangandaran seluas 457 Ha menjadi Suaka Margasatwa berdasarkan GB. No.19 Stbl 669 yang dikeluarkan oleh Director Van Scomishe Zoken, tanggal Pada tahun 1961, terjadi perubahan status dari Suaka Margasatwa menjadi Cagar Alam Pangandaran seluas ± 457 Ha berdasarkan SK Mentan No.34/KMP/1961, tanggal 20 April 1961 dengan ditemukannya bunga Rafflesia Patma. Pada tahun 1978 terjadi lagi perubahan fungsi sebagian kawasan Cagar Alam Pangandaran menjadi Taman Wisata Alam seluas 37,7 Ha, sehingga luas Cagar Alam Pangandaran menjadi 419,3 Ha berdasarkan SK Mentan No.170/Kpts/Um/1978 tanggal 10 Maret Pada tahun 1990 dilakukan penunjukan perairan pantai di sekitar Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Pangandaran seluas 470 Ha menjadi Cagar Alam Laut berdasarkan SK Menhut No.225/Kpts-II/1990 tanggal 8 Mei Status pengelolaan kawasan ini pada mulanya sampai tahun 1957 ditangani oleh Kebun Raya Bogor. Kemudian pada tahun pengelolaannya ditangani oleh Jawatan Kehutanan, sedangkan dari tahun ditangani oleh Seksi Perlindungan dan Pengawetan Alam Jawa Barat II yang berkedudukan di Bandung. Kemudian dari tahun 1978 sampai sekarang berada di bawah tanggung jawab Sub Balai Konservasi Sumber Daya Alam Pangandaran dan sekitarnya, yang berkedudukan di Pangandaran, Ciamis (BKSDA Jawa Barat II 2005: 6). Sejak lama keberadaan Pantai Pangandaran sudah dikenal dan cukup banyak dikunjungi para wisatawan, akan tetapi jumlah para pedagang yang ada di

14 85 sekitar pantai belum begitu banyak dan suasana alami pantai pun masih begitu terasa. Sekitar tahun 1980 laut di kawasan Cagar Alam Pangandaran dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mencari ikan, terumbu karang, pasir dan rumput laut. Seiring berjalannya waktu jumlah terumbu karang, pasir dan rumput laut semakin terbatas sehingga semakin sulit untuk dicari selain itu adanya larangan dan penertiban dari Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis terhadap pengambilan terumbu karang dan rumput laut karena dapat merusak habitat asli laut (Wawancara dengan Pak Suratman pada tanggal 05 Oktober 2009). Akan tetapi pada tahun 1990-an setelah semakin ramainya Pangandaran dikunjungi para wisatawan maka mulai banyak para pendatang yang tertarik untuk mencari nafkah di Pangandaran yaitu sebagai pedagang, pengusaha, wiraswasta, nelayan dan buruh nelayan. Tahun 1990 usaha jasa pariwisata ini mulai berkembang pesat dengan adanya UU No. 9 tentang Kepariwisataan. Kegiatan berdagang yang dahulu hanya merupakan kegiatan sampingan dan hanya dilakukan di akhir pekan atau hari libur saja, kini kegiatan berdagang tersebut menjadi mata pencaharian utama masyarakat. Seiring dengan semakin banyaknya masyarakat yang berdagang di sekitar Pantai Pangandaran, maka Pemda Ciamis pada tahun 1997 membangun pasar seni dan pada tahun 2002 dibangun pasar wisata yang letaknya berada di dalam kawasan wisata Pantai Pangandaran. Dengan harapan setelah dibangunnya pasar seni dan pasar wisata tersebut para pedagang lebih tertib dalam berjualan dan keindahan pantai tetap terjaga. Pihak pengelola Pantai dan Cagar Alam Pangandaran mulai melibatkan masyarakat sekitar di dalam pengelolaan objek

15 86 wisata pantai Pangandaran. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 18 Tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Kepariwisataan yang di dalam salah satu pasalnya menyebutkan bahwa pengelolaan kepariwisataan harus selalu melibatkan masyarakat sekitar, pasal tersebut berisi sebagai berikut: Cinderamata yang disediakan merupakan cinderamata khas masyarakat setempat dengan mengutamakan hasil pengrajin masyarakat sekitar. Dalam wisata budaya mengutamakan seni budaya tradisional masyarakat setempat dan dilarang seni budaya asing maupun budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai agama, kesusilaan atau ketertiban umum. Dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk dilibatkan secara langsung di dalam pengelolaan objek wisata Pantai dan Cagar Alam Pangandaran. Hal ini berdampak sangat baik bagi masyarakat setempat dimana masyarakat diberikan peluang di dalam memperbaiki dan meningkatkan perekonomiannya Keadaan Ekosistem dan Biologi TWA Pantai Pangandaran Ekosistem Kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran mempunyai beberapa tipe ekosistem, antara lain: Ekosistem pantai didominasi oleh Butun (Barringtonia asiatica), Ketapang (Terminalia cattapa), Nyamplung (Calophylum inophylum), Pandan (Pandanus tectorius).

16 87 Ekosistem hutan daratan rendah, didominasi oleh jenis Laban (Vitex pubescens), Kondang (Ficus variegata), Marong (Cratoxylon formosum), Kisegel (Dilenia excelsa). Ekosistem hutan tanaman, didominasi oleh Jati (Tectona grandis) dan Mahoni (Swietenia macrophyla) Flora Sekitar 30% dari seluruh wilayah Taman Wisata Alam Pangandaran masih ditutupi oleh hutan sekunder tua yang umumnya antara tahun. Selebihnya terdiri dari sisa-sisa hutan primer yang tidak luas dan terpencil letaknya terutama di sekitar tempat-tempat yang dianggap suci atau keramat. Hutan pantai dan hutan tanaman terdapat dalam beberapa bidang kecil yaitu di bagian utara semenanjung seluas ±20 Ha. Selain hutan sekunder, hutan primer, hutan pantai dan hutan tanaman, selebihnya merupakan padang perumputan. Diantaranya ada 2 padang perumputan yang sampai saat ini masih baik keadaannya yaitu Nanggorak dan Cikamal. Hutan sekunder merupakan bagian yang terluas di kawasan ini. Tumbuhan yang hidup di hutan sekunder ditutupi oleh pepohonan yang terdiri dari berbagai jenis-jenis pohon. Ketinggian jenis pohon-pohon di hutan sekunder ini antara m. Jenis flora yang ada di Kawasan Taman Wisata Alam Pangandaran diantaranya terdiri dari kelompok Pohon 249 species, Perdu 71 species, Liana 65 species, Semak 193 species, Rumput 53 species, Epyphyt 26 species, Parasit 10 species. Tumbuhan yang paling mendominasi di dalam kawasan Taman Wisata

17 88 Alam Pangandaran dan merupakan hutan tanaman yaitu jenis Jati (Tectona grandis) dan Mahoni (Swietenia macrophyla). Di samping tumbuh-tumbuhan yang memiliki keanekaragaman jenis, ada satu jenis flora langka dan unik yang jarang ditemukan di daerah lain di Indonesia, jenis tersebut yaitu Raflesia patma suatu species yang tumbuh sebagai parasit pada jenis Liana Kibarera (Tetrastigma lanceolarium). Bunga ini pertama kali ditemukan di Cagar Alam Pangandaran oleh Mr. Apelman pada tahun Penemuan bunga ini telah mengubah status Kawasan Konservasi dari Suaka Margasatwa menjadi Cagar Alam pada tahun 1961 (BKSDA Jawa Barat II 2005: 20). Raflesia patma merupakan tumbuhan yang bersifat endemik parasit sejati pada tumbuhan Liana Kibarera (Tetrastigma lanceolarium). Maka cara yang paling mudah untuk menemukan kuncup Raflesia patma adalah dengan mencari tumbuhan inangnya terlebih dahulu. Di Taman Wisata Alam Pangandaran bunga Raflesia Patma dapat ditemukan di Blok Wisma Wana dan Blok Gua Lanang. Perkembangan maksimum bunga Raflesia patma adalah antara bulan Juli sampai dengan September, bertepatan dengan musim hujan. Karena sifatnya yang endemik, khas, dan unik menjadikan jenis bunga Raflesia ini menjadi maskot Kabupaten Ciamis Fauna Selain terdapat flora, di Taman Wisata Alam Pangandaran juga banyak terdapat jenis fauna yang cukup menarik dan perlu adanya upaya penanganan yang lebih serius sebagai upaya perlindungan. Jenis-jenis fauna tersebut yaitu:

18 89 kelompok Mamalia 30 jenis, Amphybia 5 jenis, Reftilia 16 jenis, dan Aves 99 jenis. Beberapa satwa yang dapat dijumpai di kawasan ini dari kelompok Mamalia antara lain: Banteng, Rusa, Mencek, Trenggeling, Lutung, Kera, Tando, Jelarang. Dari kelompok Aves antara lain: Kangkareng, Ayam hutan, Tulung tumpuk. Sedangkan dari kelompok Reftilia antara lain: Biawak dan berbagai jenis Ular (BKSDA Jawa Barat II 2005: 25) Perkembangan Kawasan Wisata Pantai Pangandaran Berkembangnya suatu daerah menjadi tempat wisata sehingga menarik wisatawan untuk berkunjung dapat dilihat dari hal-hal yang dapat dilihat dan dinikmati, wisatawan dapat beraktivitas dan membeli makanan atau cinderamata serta tempat tinggal sementara. Maryani (1997: 11) juga menambahkan bahwa berkembangnya suatu daerah wisata agar dapat menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan dapat dilihat dari: 1. How to arrive, termasuk di dalamnya aksesibilitas. Bagaimana kita dapat mengunjungi objek wisata tersebut, kendaraan apa yang digunakan, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk dapat tiba di tempat wisata tersebut. 2. Something to see, artinya di tempat tersebut harus ada objek wisata yang berbeda dengan yang dimiliki oleh daerah lain. Dengan kata lain daerah itu harus mempunyai daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat dijadikan entertainment bagi wisatawan. 3. Something to do, artinya di suatu objek wisata wisatawan dapat beraktifitas, misalnya berenang, berselancar, berjemur, makanmakan, dan sebagainya. 4. Something to buy, artinya di tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal. 5. How to stay, artinya bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara waktu selama dia berlibur di objek wisata tersebut, untuk itu diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang maupun losmen dan sebagainya.

19 90 Berdasarkan pemaparan di atas, maka selanjutnya akan dipaparkan mengenai objek daya tarik wisata, sarana dan prasarana, dan pengelolaan kawasan wisata Objek Daya Tarik Wisata Di dalam suatu kawasan wisata, apapun jenis dan tema yang ditawarkan kepada wisatawan tidak bisa dipisahkan dengan aspek aktivitas dan fasilitas apa yang dapat dilakukan dan dinikmati oleh pengunjung yang datang. Oleh karenanya, diperlukan suatu perencanaan yang tepat bagi pengembangan kawasan wisata Pantai Pangandaran. Termasuk perencanaan aktivitas dan fasilitas apa saja yang akan tersedia serta dapat dinikmati khususnya aktivitas dan fasilitas yang berhubungan dengan rekreasi air. Berdasarkan kondisi umum wilayah, potensi TWA Pangandaran meliputi unsur-unsur daya tarik, yaitu keunikan wilayah berbentuk semenanjung yang dikelilingi laut dan dihubungkan dengan tanah genting selebar ± 200 meter, perpaduan keindahan hutan dan pantai, gejala alam berupa susunan geomorfologi pada gua dan batu alam serta peninggalan budaya situs batu Kalde dan obyek sejarah Gua Jepang. Objek wisata alam Pantai Pangandaran selain memiliki panorama alam yang indah juga terdapat beberapa pemandangan yang menarik untuk dilihat dan dinikmati oleh wisatawan, diantaranya: 1. Kehidupan nelayan Pantai Pangandaran memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan objek wisata lain yang ada pada umumnya. Keunikannya dikarenakan di dalam lokasi objek wisata tersebut terdapat pemukiman

20 91 penduduk yang berpotensi sebagai nelayan. Hal ini dapat dijadikan daya tarik wisata karena kehidupan nelayan dan segala aktifitasnya sangat unik dan menarik. Wisatawan dapat melihat saat nelayan akan mencari ikan di laut dan pulang dari melaut. Perahu-perahu milik nelayan yang diparkir berjajar di pinggir pantai menjadi pemandangan unik. Selain itu perahuperahu nelayan yang sedang berlalu lalang di tengah laut juga menjadi atraksi menarik yang dapat dinikmati. 2. Sentra kerajinan kerang Apabila mengunjungi pantai Pangandaran, salah satu kesan yang unik yaitu adanya tempat kerajinan kerang (hasil-hasil laut) yang banyak diperjualbelikan di kios-kios yang terdapat di pasar seni dan pasar wisata maupun di sepanjang jalan masuk objek wisata pantai. Pengunjung dapat membeli kerajinan laut mulai dari gantungan lampu yang terbuat dari kerang, aksesoris sampai hiasan dinding yang besar-besar. 3. Sentra pembuatan ikan asin Sebagai tempat kegiatan para nelayan, Pantai Pangandaran tidak terlepas dari aktifitas para nelayannya termasuk proses pengeringan ikan asin hasil tangkapannya. Di Pangandaran juga terdapat sentra pembuatan ikan asin dan juga pembuatan produk olahan hasil laut lainnya seperti terasi dan kerupuk. Usaha pembuatan ikan asin ini dikelola oleh pedagang asin itu sendiri, mereka membeli asin dari nelayan kemudian mengolahnya sendiri dengan keluarga masing-masing.

21 92 4. Kekayaan budaya masyarakat Kecamatan Pangandaran seperti sedekah/ hajat laut serta seni tari atau jaipong. Upacara sedekah laut adalah acara ritual yang diselenggarakan setiap tahun oleh masyarakat nelayan Pangandaran yang pelaksanaannya jatuh pada hari Selasa Kliwon atau Jum at Kliwon bulan Syura (Muharram). Acara ini terselenggara sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat nelayan atas hasil yang didapat dan keselamatannya. Sedangkan seni ibing atau tari jaipong adalah seni tari tradisi sunda yang masih dilestarikan dari generasi ke generasi, seni tari ini lahir dari masyarakat tradisional, yang biasa dipakai untuk hiburan dalam acara pernikahan, khitanan, dan acara-acara lain yang sifatnya mengungkapkan rasa kegembiraan. Budaya yang ada dan biasa dilakukan oleh perorangan adalah tradisi ngayun yaitu suatu kegiatan dimana suatu keluarga mempunyai bayi dan baru pertama kali diayun, yang kemudian biasanya diteruskan dengan kegiatan lainnya jika seorang laki-laki dikhitan dan jika seorang perempuan dimeser atau peperan yaitu kegiatan untuk meratakan gigi atau membersihkan gigi yang tetunya akan dilanjutkan dengan resepsi dengan hiburan seni ibing atau jaipong yang terus dilestarikan. Dari semua kegiatan sosial budaya di atas, semuanya merupakan suatu aktivitas yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan memelihara adat-adat para leluhur dan memupuk rasa persaudaraan dan kebersamaan, yang kini mulai dirasakan sangat bebas keluar masuknya

22 93 budaya-budaya dari luar yang belum tentu kesemuanya sesuai dengan kultur wilayah Pangandaran. 5. Even wisata Selain beberapa objek yang menarik yang dapat dilihat di Pantai Pangandaran, ada juga even wisata yang dapat disaksikan oleh wisatawan, diantaranya yaitu adanya festival layang-layang tingkat nasional. Walaupun even wisata tersebut diadakan setahun sekali saja. Selain itu wisatawan juga dapat melihat lomba memancing dan atraksi freestyle motor. Berdasarkan hasil pengamatan dan hasil wawancara yang dilakukan peneliti, diketahui bahwa jenis objek dan atraksi yang dilihat oleh wisatawan pada saat penelitian sebagian besar menjawab melihat keindahan panorama alam seperti Pantai dan Cagar Alam Pangandaran 6. Goa-goa/ makam keramat Selain memiliki kekayaan flora dan fauna, kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran ini juga memiliki ekosistem yang masih utuh, dengan fenomena alamnya yang khas dan unik seperti batu karang, gua-gua alam, bekas benteng pertahanan Jepang, Pasir Putih, Air Terjun, Cirengganis, dan Batu Kalde. Obyek-obyek tersebut memiliki nilai-nilai geologis, historis maupun legendaris sehingga merupakan obyek-obyek yang menarik bagi para pengunjung. a) Gua Panggung Gua ini berukuran ± 30 meter menembus bukit batu gamping dan berakhir di Pantai Timur. Pada ujung gua yang menghadap ke laut terdapat

23 94 semacam panggung yang atapnya dihiasi beberapa stalaktit yang menarik dan kadang dipergunakan sebagai tempat burung wallet. Di gua ini terdapat sebuah makam yang konon adalah kemenakan Nyi Roro Kidul yang terletak di atas panggung. Gua ini memiliki nilai legendaris, dan terkadang dipakai untuk bersemedi oleh sebagian pengunjung. b) Gua Parat Letak gua ini berdampingan dengan Gua Panggung, tinggi mulut gua kurang lebih 1,5 meter. Di dalamnya terdapat beberapa stalaktit yang cukup besar. Gua ini tembus ke daerah Wisma Wana menghadap ke laut. Ruangan gua makin membesar di bagian tengah karena ruangan membelok mengakibatkan ruangan tengah gua cukup gelap. Lantai gua beronggarongga dan tergenang air. Gua ini menembus bukit ke arah pantai timur yang di depannya terdapat 2 buah makam kuno peninggalan masa transisi Hindu dan Islam. c) Gua Lanang Gua ini terletak di atas bukit kecil di antara hutan jati. Di mulut gua ini terdapat stalagtit yang cukup unik tetapi di dalamnya terdapat ruangan yang besar dan luas dan tidak mempunyai stalagtit maupun stalagnit. Pada dinding di dalam gua terdapat relief alam yang mirip relief sebuah candi. d) Gua Sumur Mudal Gua ini terletak di bagian tengah dari kawasan Taman Wisata Alam, dimana pada mulut gua berbentuk setengah lingkaran dan hampir

24 95 tertutup oleh batu besar sehingga berbentuk celah saja. Pada dinding gua dihiasi relief yang indah. e) Gua Jepang Gua ini merupakan gua buatan yang dibuat pada zaman Jepang. Menurut sejarah gua ini berfungsi sebagai tempat pertahanan saat berlangsung Perang Dunia II. Gua ini mempunyai keunikan parit yang berliku-liku mengitari bukit-bukit kecil dimana gua berada. Di taman wisata ini terdapat dua lokasi gua Jepang, yaitu di Ciborok dan di dekat Taman Laut. Masing-masing gua ini memiliki keunikan tersendiri, gua di Ciborok di dalamnya berbelok-belok dan bentuk mulut gua teratur menyerupai persegi empat dan pada bagian akhir gua terdapat tangga-tangga yang berakhir dengan lubang kecil. Sedangkan gua yang letaknya dekat dengan Taman Laut berbentuk seperti benteng beton yang tertimbun tanah dimana di dalamnya terdapat lubang-lubang pengintai mengarah ke laut. f) Batu Kalde Di Taman wisata ini ada beberapa batu yang diperkirakan bekas peninggalan kebudayaan kuno zaman Hindu. Salah satu dari beberapa batu tersebut ada batu yang berbentuk seperti sapi jantan setinggi ±0,5 m. Dua ukiran pada bagian atas batu tersebut sudah hampir hilang akibat pelapukan, batu ini hampir menyerupai sebuah candi. Di antara batu-batu tersebut terdapat lima buah makam kuno yang menurut legendanya adalah makam pahlawan-pahlawan dari kerajaan Galuh yang berkuasa di Ciamis pada zaman Hindu.

25 96 g) Pantai Pasir Putih Pantai pasir putih terjadi akibat adanya ombak laut yang menghancurkan terumbu karang dan menghantarkan pecahan ke tepi pantai sehingga mengakibatkan penumpukan batu pasir. Pantai seperti ini terdapat di dua lokasi, yaitu di sebelah Timur Taman Wisata Alam dan sebelah Barat Cagar Alam. Di kedua pantai ini memiliki nilai keindahan tersendiri antara lain dapat menikmati terbit dan terbenamnya matahari, atau memandang perahu nelayan dan perahu pesiar. h) Cirengganis Cirengganis merupakan salah satu obyek yang mempunyai nilai geologis dan legendaris. Berupa air sungai yang keluar dari gua, airnya berasal dari dataran tinggi Nanggorak yang menghilang ke dalam tanah dan muncul dalam gua di kaki bukit kapur, sehingga nampak seperti mata air. Gua ini terletak di atas batu gamping yang di atasnya banyak ditumbuhi rimba. Hal ini bisa menjelaskan bagaimana sebenarnya fungsi hutan terhadap tata air. Air Cirengganis dipercaya oleh sebagian orang karena mempunyai khasiat dapat membawa awet muda, sehingga pada malam Jum at Kliwon seringkali orang mandi di sungai tersebut. Kepercayaan sebagian orang tersebut tidak terlepas dari nilai legenda Dewi Rengganis, yaitu seorang puteri dari kahyangan yang mandi di pemandian Raden Raja Mantri dan kemudian menjadi suaminya. Sejak saat itu pemandian tersebut diserahkan kepada Sang Dewi dan dikenal dengan Cirengganis.

26 97 i) Batu Layar Batu yang berbentuk seperti layar ini terletak di Pantai Timur Semenanjung Pangandaran. Batu ini terlihat seperti bongkahan yang tergeser dari pantai yang curam. Kemungkinan besar terjadinya akibat adanya semacam kekuatan seperti pukulan ombak. Pecahan ombak itu pada awalnya terbatas pada lapisan teratas, tetapi lama-kelamaan menyebabkan rubuhnya dinding pantai Sarana dan Prasarana Taman Wisata Alam Pangandaran merupakan lembaga milik pemerintah yang berada di bawah naungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat II serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Ciamis. Setelah Pangandaran diresmikan menjadi tempat pariwisata, Pemerintah Daerah Ciamis membangun segala sarana dan prasarana penunjang pariwisata agar Pangandaran menjadi tempat wisata yang diminati oleh masyarakat. Pembangunan sarana dan prasarana Pangandaran tersebut meliputi pembangunan akses jalan menuju Pangandaran, pembangunan lahan parkir yang luas, pembangunan kios-kios agar para pedagang yang berjualan di area Pantai Pangandaran tersusun rapi, dan juga pembangunan sarana dan prasarana penunjang lainnya. Sebagainmana yang telah digariskan di dalam program pengembangan daerah Kabupaten Ciamis, bahwa objek wisata Pantai Pangandaran harus memiliki sarana dan prasarana wisata agar kebutuhan wisatawan dapat terpenuhi. Kenyamanan dan kelengkapan sarana dan prasarana akan mempengaruhi perkembangan suatu objek wisata. Selama kurun waktu , pihak

27 98 pengelola TWA Pangandaran telah membangun beberapa fasilitas sebagai upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, yaitu berupa: pusat informasi, mushola, lokasi parkir, warung makan, toilet, pembuatan papan penunjuk arah, pembuatan pagar dan pintu masuk ke objek wisata, pembangunan panggung pentas kesenian di lokasi objek wisata, pembangunan tanggul penahanan tsunami, pembangunan pasar wisata dan pasar seni, dan lain-lain. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sarana dan prasarana yang ada di objek wisata Pantai Pangandaran sudah dapat dikatakan memadai dan mampu menyediakan kebutuhan pengunjung yaitu seperti adanya toilet, mushola, panggung terbuka, serta tempat bermain/berenang anak-anak. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sudah seharusnya penyediaan sarana dan prasarana harus lebih ditingkatkan dan disesuaikan dengan aturanaturan yang berlaku serta tidak merusak lingkungan, sehingga Pantai Pangandaran bisa tetap bersaing dengan kawasan wisata lain.

28 99 Tabel 4.5 Pelayanan Pengunjung di Taman Wisata Alam Pangandaran No Jenis Fasilitas 1 Informasi Pusat informasi pengunjung Rambu-rambu penunjuk arah Papan informasi utama Papan informasi khusus 2 Perbelanjaan Restaurant/Cafe/Rumah Makan Kios kebutuhan pribadi wisatawan Pasar wisata dan Pasar seni 3 Peribadatan Mesjid dan Gereja 4 Pengamanan Pos pengamat pantai/ Menara Baywatch 5 Keselamatan Pos P3K Medical Center Ambulance 6 Kebersihan Kamar Mandi/WC Umum Tempat Sampah Gerobak Sampah 8 Pos Pembelian Tiket Ruang pembelian tiket masuk Taman Wisata Alam Pangandaran juga relatif mudah dicapai lewat jalan raya dari beberapa kota, antara lain: Dari Jakarta (400 km), Bandung (223 km), Tasikmalaya (108 km), dan dari Ciamis (91 km). Jalan-jalan tersebut secara umum sudah memadai namun untuk kelancaran arus wisata perlu beberapa pengembangan. Dari Cirebon (291 km) dengan rute: Cirebon-Kuningan-Panawangan- Kawali-Ciamis-Banjar-Banjarsari-Pangandaran. Dari Jawa Tengah: Purwokerto-Majenang-Karangpucung-Banjar- Banjarsari-Pangandaran.

29 100 Lapangan terbang yang kusus untuk komersil telah dibangun di Nusawiru, Cijulang ± 26 km dari Pangandaran yang sudah dapat didarati pesawat jenis CN 250, dan sampai sekarang sudah digunakan untuk kegiatan olahraga dirgantara. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jika suatu objek wisata memiliki aksesibilitas yang baik maka jumlah wisatawan yang berkunjung akan semakin banyak, dan sebaliknya jika aksesnya kurang baik maka jumlah wisatawan yang berkunjung akan semakin sedikit. Salah satu faktor yang menyebabkan objek wisata Pantai Pangandaran cepat berkembang salah satunya yaitu mudahnya akses menuju objek wisata ini, karena jaringan transportasi, kondisi jalan, jenis angkutan, waktu tempuh, dan tarif angkutan merupakan hal yang dapat mempengaruhi aksesibilitas Pengunjung Sebagai tempat wisata, Pangandaran telah dikenal baik oleh wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Sebagian besar pengunjung yang datang yaitu pada akhir pekan atau hari-hari libur umum. Bulan Juli dan Agustus merupakan bulan yang penuh kunjungan wisatawan, dan biasanya kunjungan terbanyak mencapai puncaknya pada saat lebaran Idul Fitri serta Natal dan Tahun Baru. Ketertarikan pengunjung untuk datang di daerah TWA Pangandaran adalah karena daya tarik pantainya yang terkenal indah dan mempesona. Taman Wisata Alam Pangandaran mengalami perkembangan yang sangat pesat baik dari segi jumlah pengunjung maupun sarana dan prasarana penunjangnya. Hal ini dikarenakan Pangandaran sebagai tempat wisata mampu

30 101 memberikan keanekaragaman wisata alam yang pada masa sekarang ini wisata alam sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat. Perkembangan pariwisata di Pantai Pangandaran dapat dilihat dari data jumlah pengunjung Taman Wisata Alam Pangandaran berikut ini: Tabel 4.6 Perkembangan Jumlah Pengunjung Taman Wisata Cagar Alam Pangandaran Tahun No Tahun Bulan Wisnu Wisman Jumlah Pendapatan Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des *) *) Jan s/d Des *) *) Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Jan s/d Des Keterangan: *) data tahun 1997 dan 1998 tidak mencatatat secara rinci (Sumber diperoleh dari buku data KPH Ciamis Perum Perhutani tahun 2005 dan Laporan Bulanan Satuan Kerja Pangandaran tahun ) Berdasarkan data di atas penulis mengambil sebuah kesimpulan bahwa jumlah pengunjung Pantai Pangandaran setiap tahunnya mengalami peningkatan. Walaupun di beberapa tahun seperti tahun 1997, 1998, dan 1999 Pantai Pangandaran sempat mengalami penurunan jumlah pengunjung. Faktor penyebab penurunan ini diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu karena kurang adanya penambahan objek daya tarik wisata serta terjadinya krisis moneter namun

31 102 secara keseluruhan selama 15 tahun terakhir pengunjung Pantai Pangandaran terus mengalami peningkatan. Maka dapat dikatakan bahwa Pantai Pangandaran mengalami perkembangan yang cukup baik dari segi pengunjung, hal ini menggambarkan bahwa kebutuhan masyarakat akan pariwisata alam mulai meningkat. Kebutuhan akan wisata alam ini bukan lagi hanya sebagai pelengkap, melainkan sudah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia. 4.3 Pengelolaan Objek Wisata Pantai Pangandaran Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disediakan untuk memenuhi kebutuhan pariwisata (sesuai dengan Undangundang Nomor 9 tahun 1990, pada bab I Ketentuan Umum Pasal 1 butir 7). Taman Wisata Alam Pangandaran ini pengelolaan kawasannya berada di bawah Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Ciamis dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat II sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Departemen Kehutanan. Penunjukkan Kawasan Cagar Alam (Darat) Pangandaran berdasarkan SK. Menteri Pertanian No. 34/KMP/1961 tanggal 20 April 1961, dan Penunjukan Cagar Alam Laut Pangandaran berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No. 225/Kpts-II/90 tanggal 8 Mei Tujuan pengelolaan kawasan ini adalah untuk memanfaatkan potensi keindahan alam dan budaya guna mendorong perkembangan pariwisata dengan memperhatikan kelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, mutu dan keindahan alam untuk mewujudkan pembangunan yang

32 103 berkelanjutan. Usaha pengembangan pariwisata memiliki keterkaitan sektoral yang tinggi, berarti keberhasilan bergantung pada banyak pihak, baik pemerintah, instansi yang terkait, masyarakat, pengusaha swasta serta Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Peran Pemerintah Dalam upaya optimalisasi fungsi TWA Pangandaran, pada tahun 1966 Izin Pengusahaan Pariwisata Alam (IPPA) blok pemanfaatan TWA Pangandaran seluas 20 Ha diberikan oleh Perum Perhutani sebagaimana pemberian izin pengusahaan pariwisata alam berdasarkan SK Menhut No. 341/Kpts-II/1966 Tgl 4 Juli Kegiatan pengusahaan pariwisata di Pantai Pangandaran yang sudah dilakukan diantaranya yaitu:

33 104 Tabel 4.7 Kegiatan Pengusahaan Pariwisata di TWA Pangandaran Setelah IPPA Diberikan Kepada Perum Perhutani No Tanggal Uraian Keterangan 1 8 Mei 1990 Penunjukan perairan pantai di SK Menhut No.225/Kpts-II/1990 sekitar CA dan TWA Pangandaran menjadi Cagar Alam Laut 2 4 Juli 1996 Surat Izin pengusahaan pariwisata alam kepada Perum Perhutani SK Menhut No.341/Kpts-II/ Oktober 1999 Serah terima fisik penguasahaan TWA Pangandaran 4 Tahun 2000 Perum Perhutani melaksanakan renovasi kecil terhadap MCK, kantin, shelter serta pemeliharaan pintu gerbang masuk 5 21 November 2001 Pencabutan izin pengusahaan pariwisata alam Perum Perhutani pada Taman Wisata Alam Pangandaran Surat Kepala Balai KSDA Jabar II No.2603/BKSDA-2/ Januari 2004 Pengembangan fasilitas TWA Pangandaran. Bekerjasama dengan PT. Tirtagangga Gitawana 7 18 Maret 2004 Penandatanganan MOU antara BKSDA JB II, Unit III Perum Perhutani dan PT. Tirtagangga 8 7 Mei 2005 Pengembangan pariwisata alam di TWA Pangandaran dengan PT Tirtagangga Gitawana 9 21 Juni 2005 Tindak lanjut pengusahaan Pariwisata Alam oleh Perum Perhutani Agustus 2005 Usulan pencabutan izin pengusahaan pariwisata alam di TWA Pangandaran oleh Perum Perhutani Surat Kepala Balai KSDA Jabar II No.485/BKSDA.JB.II/2004 Kerjasama pengusahaan wisata alam di TWA Pangandaran Surat Kepala Balai KSDA Jabar II no.s.202/iv.k-12/wa/2005 Surat Dirjen PHKA no.s.397/iv- WA/2005 Surat Kepala Balai KSDA JB II no 3176/IV-K.12/ September 2005 Rencana kerjasama pengusahaan TWA Pangandaran - Jawa Barat Surat Dirut Perum Perhutani no.141/043.7/prod/dir Sumber diperoleh dari buku data KPH Ciamis Perum Perhutani tahun 2005 dan Laporan Bulanan Satuan Kerja Pangandaran tahun

34 105 Di dalam tinjauan kebijaksanaan dasar Pemerintah Daerah Kabupaten Ciamis tahun 2005 telah disebutkan ada beberapa kebijakan pembangunan ekonomi khususnya dalam sektor pariwisata sebagai berikut: 1. Menciptakan peran sektor pariwisata sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Ciamis melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan infrastruktur dan peningkatan pajak dan pendapatan daerah. 2. Promosi potensi wisata. 3. Peningkatan sarana prasarana wisata. 4. Peningkatan kesadaran masyarakat terhadap arti pentingnya pariwisata. Upaya pemanfaatan secara optimal potensi sumber daya alam yang bercirikan keunikan dan kekhasan alam setempat, dilakukan oleh pemerintah Ciamis dalam rangka memenuhi kebutuhan wisatawan akan obyek wisata alam dengan tetap memperhatikan lingkungan dan kelestariannya. Upaya tersebut ditempuh antara lain dengan menunjuk sebagian Cagar Alam Pananjung yang berbatasan dengan tanah milik, diubah fungsinya menjadi Taman Wisata Alam. Berbagai obyek wisata yang ada dapat diklasifikasikan sesuai dengan potensi yang dimilikinya yaitu: Wisata Alam, Wisata Budaya/Sejarah, Wisata Ilmiah dan Wisata Bahari. Keanekaragaman potensi tersebut merupakan aset wisata yang dapat diunggulkan dan dapat saling menunjang dalam melengkapi sebagai suatu paket wisata daerah Tujuan Wisata Priangan Timur. Rincian jenis wisata dirinci dalam bentuk kegiatan dan sarananya, seperti pada tabel berikut:

35 106 Tabel 4.8 Jenis Kegiatan Wisata yang Dikembangkan di TWA Pangandaran No Jenis Wisata Bentuk Kegiatan Sarana 1 Wisata Alam - Lintas Alam - Bersepeda - Camping - Photo Hunting - Menikmati panorama - Piknik - Jalan - Jalan setapak - MCK - Shelter - Bangku-bangku - Tenda-tenda 2 Wisata Budaya - Melihat peninggalan sejarah dan tempattempat keramat 3 Wisata Bahari - Lintas Alam - Berenang - Bersampan - Berperahu motor - Memancing - Snorkeling - Scuba diving - Berjemur di pantai 4 Wisata Ilmiah - Studi Tour - Studi Banding - Penelitian - Jalan setapak - MCK - Shelter - Pelampung - Tambatan perahu - Pondok Club Diving Shelter - Kamar ganti, bilas & MCK - Menara Pengawas - Labolatorium & pustaka konservasi - Ruang serba guna - Perlengkapan audiovisual Sumber diperoleh dari buku laporan tahunan TWA Pangandaran (2005) Penerbit UPT BKSDA Pangandaran Peran Masyarakat Peran serta masyarakat dalam usaha pengembangan pariwisata mutlak diperlukan. Menurut Prayogo (1976: 47) partisipasi penduduk dalam pengembangan pariwisata ada dua jenis, yaitu: 1. Partisipasi langsung, merupakan partisipasi penduduk secara sadar yang memang diarahkan untuk pengembangan pariwisata, meliputi pengembangan secara gotong royong, pentas-pentas pertunjukan yang dijadikan atraksi wisata, kerelaan penduduk untuk memenuhi peraturan-peraturan dalam zoning suatu daerah karena sadar daerah

36 107 tersebut untuk kepentingan pengembangan pariwisata yang akan bermanfaat bagi masyarakat. 2. Partisipasi secara tidak langsung, meliputi pemeliharaan kebersihan lingkungan, pembinaan seni budaya yang bermutu, pembinaan kepribadian serta pemeliharaan keindahan. Di dalam meningkatkan kepariwisataan masyarakat Pangandaran mempunyai peran tersendiri, yaitu dengan cara selalu menjaga kenyamanan dan keamanan bagi para wisatawan. Karena dengan adanya suasana yang nyaman dan aman, masyarakat menyadari bahwa wisatawan akan merasa nyaman untuk tinggal berlama-lama disana. Dan hal ini akan berdampak positif bagi orang-orang yang mengandalkan kehidupan perekonomiannya di sekitar Pantai Pangandaran, karena dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung maka hal ini akan menjadikan terjadinya kegiatan ekonomi terhadap masyarakat (wawancara dengan bapak Wewen pada tanggal 3 Agustus 2009). Berdasarkan data yang diperoleh dari kantor Kecamatan Pangandaran, jumlah para pedagang yang ada di sekitar Taman Wisata Alam Pangandaran jumlahnya yaitu sekitar pedagang, ini merupakan pedagang yang menetap di sekitar Taman Wisata Alam Pangandaran, sedangkan di waktu libur para pedagang di sekitar Taman Wisata Alam Pangandaran dapat bertambah dua kali lipat, hal ini dikarenakan bermunculannya pedagang musiman yang memanfaatkan situasi dan kondisi Pantai Pangandaran yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan.

37 Dampak Keberadaan Pariwisata di Pantai Pangandaran Terhadap Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat Sekitar Pariwisata adalah suatu kegiatan yang secara tidak langsung menyentuh dan melibatkan masyarakat, sehingga membawa berbagai dampak terhadap masyarakat setempat (Pitana 2005: 109). Salah satu dampaknya yaitu terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Terutama masyarakat sekitar tempat dibangunnya usaha pariwisata tersebut. Hampir semua literatur dan kajian studi lapangan menunjukan bahwa pembangunan pariwisata di daerah mampu memberikan dampak-dampak bernilai positif, diantaranya peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan penerimaan devisa, peningkatan kesempatan kerja dan peluang usaha, peningkatan pendapatan pemerintah dari pajak, dan sebagainya. Dampak ekonomi kegiatan pariwisata alam yang dilihat dalam kegiatan penelitian ini adalah dampak ekonomi wisata yang didapatkan oleh masyarakat sekitar dan juga kesempatan lapangan kerja yang terbuka dengan adanya kegiatan pariwisata di kawasan tersebut. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di kawasan wisata Pantai Pangandaran dan masyarakat sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana dampak dari adanya kawasan wisata Pantai Pangandaran terhadap masyarakat sekitar yang mengandalkan perekonomiannya dari keberadaan Pantai Pangandaran. Pangandaran terletak pada jalur ramai yaitu di jalur utama antara Ciamis dan Tasik yang cukup banyak dilalui orang-orang. Selain itu juga, Pangandaran letaknya dekat dengan kawasan wisata lainnya seperti kawasan wisata Pantai

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak, Luas, Status dan Sejarah Pengelolaan Kawasan Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pangandaran menyatu dengan Cagar Alam (CA) Pangandaran, merupakan semenanjung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan bentuk industri pariwisata yang belakangan ini menjadi tujuan dari sebagian kecil masyarakat. Pengembangan industri pariwisata mempunyai peranan penting

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 114 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Dari hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Aspek pengembangan suatu objek wisata diantaranya meliputi pengembangan tata

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata.

I. PENDAHULUAN. andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka percepatan pembangunan daerah, salah satu sektor yang menjadi andalan untuk memperoleh pendapatan asli daerah adalah sektor pariwisata. Pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia tidak hanya dikaruniai tanah air yang memiliki keindahan alam yang melimpah, tetapi juga keindahan alam yang mempunyai daya tarik sangat mengagumkan.

Lebih terperinci

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS Oleh : Pengendali EkosistemHutan TAMAN NASIONAL BALURAN 2004 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Baluran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Propinsi Lampung merupakan wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah dan keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan Propinsi

Lebih terperinci

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU

BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU BAB V ARAHAN PENGEMBANGAN WISATA KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN PASAR BENGKULU Berdasarkan analisis serta pembahasan sebelumnya, pada dasarnya kawasan studi ini sangat potensial untuk di kembangkan dan masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai sumber penerimaan devisa, membuka lapangan kerja sekaligus kesempatan berusaha. Hal ini didukung dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang BAB I PENDAHULUAN Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah pembangunan skala nasional, hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan sebagai salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. sosialnya yang berbeda seperti yang dimiliki oleh bangsa lain. Dengan melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Melakukan perjalanan wisata sudah banyak sekali dilakukan oleh masyarakat modern saat ini, karena mereka tertarik dengan hasil kemajuan pembangunan suatu negara, hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek Pariwisata merupakan kegiatan melakukan perjalanan dengan mendapatkan kenikmatan, mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN

BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN BAB II TINJAUAN ASET WISATA DAN PEMUKIMAN TRADISIONAL MANTUIL 2.1. TINJAUAN KONDISI DAN POTENSI WISATA KALIMANTAN SELATAN 2.1.1. Kondisi Wisata di Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Tourism Organization (2005) dalam WTO Tourism 2020 Vision, memperkirakan jumlah kunjungan wisatawan internasional di seluruh dunia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu industri terbesar dan merupakan sektor jasa dengan tingkat pertumbuhan paling pesat di dunia saat ini. World Tourism

Lebih terperinci

7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI

7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI 7 KONDISI DAN AKTIVITAS WISATA BAHARI PANTAI JAYANTI 7.1 Kondisi Alam dan Fasilitas Pendukung Wisata Bahari Selain memiliki potensi perikanan laut, Pantai Jayanti memiliki kelebihan dalam hal potensi wisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan suatu daerah. Pengembangan pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dan terdiri dari lima pulau besar dan belasan ribu pulau kecil. Letak antara satu pulau dengan pulau lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Pentingnya sektor pariwisata karena sektor pariwisata ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang sangat penting bagi negara-negara diseluruh dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki banyak potensi alam baik di daratan maupun di lautan. Keanekaragaman alam, flora, fauna dan, karya cipta manusia yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 1.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan konsep

Lebih terperinci

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA

OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA OBJEK DAN DAYA TARIK WISATA Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung untuk datang ke suatu daerah atau tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Negara Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak ragam pariwisata dan budaya yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Mulai dari tempat wisata dan objek wisata

Lebih terperinci

6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN

6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN 6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN 6.1 Aktivitas Wisata Pantai 6.1.1 Taman wisata cagar alam Taman wisata cagar alam merupakan suatu taman konservasi yang dikelola oleh perhutani dengan luas

Lebih terperinci

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Objek Wisata Pulau Pari merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Pulau ini berada di tengah gugusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap merupakan salah satu Daerah Tujuan Wisata dan kawasan pengembangan pariwisata Jawa Tengah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan kaya akan potensi sumber daya alam. Dengan demikian, Indonesia memiliki potensi kepariwisataan yang tinggi, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Industri pariwisata merupakan sektor bisnis yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa. Produk yang ditawarkan berupa atraksi wisata, tempat hiburan, sarana

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TRIANGGULASI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema Ekoturisme)

PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TRIANGGULASI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema Ekoturisme) LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PENGEMBANGAN WISATA PANTAI TRIANGGULASI DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO BANYUWANGI (Penekanan Desain Arsitektur Organik Bertema Ekoturisme) Diajukan

Lebih terperinci

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepariwisataan saat ini sangat ramai dibicarakan karena berkembangnya sektor pariwisata maka pengaruh terhadap sektor lainnya sangat besar, oleh karena itu permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri Pariwisata merupakan salah satu sektor jasa yang menjadi unggulan di tiap-tiap wilayah di dunia. Industri Pariwisata, dewasa ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata merupakan salah satu sarana untuk berkembangnya pembangunan daerah. Provinsi Lampung merupakan salah satu tujuan wisata karena memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut,

I. PENDAHULUAN. budaya. Upaya-upaya penemuan dan pengembangan potensi-potensi tersebut, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya,

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 14 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4. 1. Sejarah dan Status Kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu telah dikunjungi wisatawan sejak 1713. Pengelolaan

Lebih terperinci

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati:

Berikut obyek wisata yang bisa kita nikmati: Daya tarik wisata alam Ujung Genteng memang membuat banyak orang penasaran karena keragaman objek wisatanya yang bisa kita nikmati dalam sekali perjalanan, mulai dari pantai berpasir putih, melihat penyu

Lebih terperinci

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Deskripsi umum lokasi penelitian 3.1.1 Perairan Pantai Lovina Kawasan Lovina merupakan kawasan wisata pantai yang berada di Kabupaten Buleleng, Bali dengan daya tarik

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi yang memiliki potensi wisata untuk dikembangkan dan diupayakan menjadi daya tarik wisata daerah. Potensi wisata tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries), 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini perhatian terhadap pariwisata sudah sangat meluas, mengingat bahwa pariwisata mendatangkan manfaat dan keuntungan bagi negara yang menerima

Lebih terperinci

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

2 dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 752, 2014 KEMENHUT. Penetapan Rayon. Taman Nasional. Taman Hutan Raya. Taman Wisata Alam. Taman Buru. PNBP. Pariwisata Alam. Penetapan Tata Cara. Pencabutan. PERATURAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah, baik di darat maupun di laut. Hal ini didukung dengan fakta menurut Portal Nasional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

I. PENDAHULUAN. beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang cukup luas dengan penduduk yang beragam adat istiadat, bahasa, agama serta memiliki kekayaan alam, baik yang ada di

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan analisa komponen pengembangan wisata belanja, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada potensi dan kemungkinan pengembangan wisata belanja Kabupaten Karanganyar

Lebih terperinci

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH KABUPATEN PESISIR SELATAN SUMATRA BARAT BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN KAPO - KAPO RESORT DI CUBADAK KAWASAN MANDEH Keputusan pemerintah dalam pelaksanaan program Otonomi Daerah memberikan peluang kepada berbagai propinsi di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah, mendapat pemasukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya, dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi sebuah perhatian yang besar dari para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 Pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang merupakan terpanjang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor ekonomi yang memiliki perananan penting bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism Organization (WTO) sektor

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 18 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pariwisata merupakan bagian yang terintegrasi dalam proses pembangunan nasional dalam rangka mencapai cita cita bangsa indonesia sebagai bangsa yang mandiri,

Lebih terperinci

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 17.270 kunjungan, sehingga dari hasil tersebut didapat nilai ekonomi TWA Gunung Pancar sebesar Rp 5.142.622.222,00. Nilai surplus konsumen yang besar dikatakan sebagai indikator kemampuan pengunjung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya.

BAB I PENDAHULUAN. multi dimensional baik fisik, sosial, ekonomi, politik, maupun budaya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekayaan sumber daya alam Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya yang dimiliki oleh setiap daerah merupakan modal penting untuk meningkatkan pertumbuhan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR Oleh : BETHA PATRIA INKANTRIANI L2D 000 402 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara kepulauan yang memiliki kekayaan potensi pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk meningkatkan kunjungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan 118 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Objek wisata Curug Orok yang terletak di Desa Cikandang Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Taman Wisata Alam Rimbo Panti Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diperhatikan dalam kancah npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat dijadikan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 24 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Sejarah Kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Punti Kayu merupakan kawasan yang berubah peruntukannya dari kebun percobaan tanaman kayu menjadi taman wisata di Kota Palembang.

Lebih terperinci

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN

BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN BERWISATA BAHARI MENYUSURI SEGARA ANAKAN Sebagai sebuah negara kepulauan yang memiliki lebih dari 13 ribu pulau, Indonesia layak disebut sebagai negara dengan potensi bahari terbesar di dunia. Indonesia

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal,

V. GAMBARAN UMUM. Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Lulut secara administratif terletak di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini berbatasan dengan Desa Bantarjati

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada zaman pemerintahan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Sejarah Berdirinya Kelurahan Karangrejo Karangrejo adalah salah satu Kelurahan di Kecamatan Metro Utara Kota Metro. Kelurahan Karangrejo pertama kali dibuka pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam menunjang otonomi daerah, pemerintah berupaya untuk menggali dan menemukan berbagai potensi alam yang tersebar diberbagai daerah untuk dikembangkan potensinya, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2014 TENTANG TATA CARA PENETAPAN RAYON DI TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, TAMAN WISATA ALAM DAN TAMAN BURU DALAM RANGKA PENGENAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan, yang memiliki potensi besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian besar bertempat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Lampung. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada sampai 31 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kota Bandar Lampung Kota Bandar Lampung merupakan Ibu Kota Propinsi Lampung. Oleh karena itu, selain merupakan pusat kegiatan pemerintahan, sosial,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Deskripsi Lokasi Penelitian Berdasarkan olahan data penulis, dengan menggunakan check list maka beberapa informasi yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut

Lebih terperinci

TINJAUAN PULO CANGKIR

TINJAUAN PULO CANGKIR BAB II TINJAUAN PULO CANGKIR II.1 GAMBARAN UMUM PROYEK Judul Proyek : Kawasan Rekreasi Kampung Pulo Cangkir dan Sekitarnya. Tema : Arsitektur Tradisional Sunda. Kecamatan : Kronjo. Kelurahan : Pulo Cangkir

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan tersebar dari pulau Sumatera sampai ke ujung timur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor penting untuk meningkatkan devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah yang memiliki industri

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan, telah dikenal memiliki kekayaan alam, flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam ini, hampir merata terdapat di seluruh wilayah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

BAB II URAIAN TEORITIS. yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling. BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Pariwisata Kata Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua suku kata yaitu : pari dan wisata. Pari artinya banyak, berkali-kali atau berkeliling.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 170 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis yang telah penulis lakukan, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kawasan Sorake,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara, dengan adanya pariwisata suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 53 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung 1. Visi dan Misi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bandar Lampung Visi dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir merupakan wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan di laut yang saling berinteraksi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup hampir seluruh aspek kehidupan manusia. Oleh karena itu pembangunan pariwisata harus ditinjau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kondisi Geofisik 1. Letak Geografis Desa Kepuharjo yang berada sekitar 7 Km arah Utara Kecamatan Cangkringan dan 27 Km arah timur laut ibukota Sleman memiliki aksesibilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan menakjubkan. Kondisi kondisi alamiah seperti letak dan keadaan geografis, lapisan tanah yang subur

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau-pulau kecil memiliki potensi pembangunan yang besar karena didukung oleh letaknya yang strategis dari aspek ekonomi, pertahanan dan keamanan serta adanya ekosistem

Lebih terperinci

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu Obyek Wisata Batu Seribu terletak di Desa Gentan Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo. Letaknya sekitar 20 KM sebelah selatan Kota

Lebih terperinci

CURUG CIMANDAWAY, PESONA WISATA DI UJUNG KULON TANAH WIJAYAKUSUMA Oleh: Nur Efri Setyadi, S.Pd

CURUG CIMANDAWAY, PESONA WISATA DI UJUNG KULON TANAH WIJAYAKUSUMA Oleh: Nur Efri Setyadi, S.Pd CURUG CIMANDAWAY, PESONA WISATA DI UJUNG KULON TANAH WIJAYAKUSUMA Oleh: Nur Efri Setyadi, S.Pd Beberapa tahun silam penulis beserta kawan se-desa mendengar samar-samar tentang keindahan sebuah curug di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang

BAB I PENDAHULUAN. Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hutan Indonesia dikenal memiliki keanekaragaman sumber daya hayati yang sangat tinggi, sehingga memiliki peranan yang baik ditinjau dari aspek ekonomi, sosial

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur.

V. GAMBARAN UMUM. administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Berdasarkan Data Potensi Desa/ Kelurahan (2007), Desa Tlekung secara administratif terletak di Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Provinsi Jawa Timur. Desa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kampung BatuMalakasari merupakan objek wisata alam dan pendidikan di Kabupaten Bandung tepatnyadi Desa Malakasari, Kecamatan Baleendah. Objek wisata ini berdiri

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten

BAB III METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Desa Guci Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal, yaitu Objek Wisata Alam Pemandian Air Panas. Penelitian ini akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 34 BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1. Desa Karimunjawa 4.1.1. Kondisi Geografis Taman Nasional Karimunjawa (TNKJ) secara geografis terletak pada koordinat 5 0 40 39-5 0 55 00 LS dan 110 0 05 57-110

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Masalah Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang mengupayakan pengembangan kepariwisataan. Kepariwisataan merupakan perangkat yang penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik flora

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik flora BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, baik flora maupun fauna. Salah satu famili dari flora yang menjadi ciri khas di Indonesia adalah Rafflesiaceae

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Peraturan Pemerintah No. 18 Tahun 1994 Tentang : Pengusahaan Pariwisata Alam Di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, Dan Taman Wisata Alam Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 18 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal

BAB I PENDAHULUAN. yang semula hanya dinikmati segelintir orang-orang yang relatif kaya pada awal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Diawali dari kegiatan yang semula

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan beberapa wilayah lainnya di Pulau Jawa. Tingkat kehidupan Jakarta dan sekitarnya

Lebih terperinci