KONDISI WILAYAH DAN KEBIJAKAN NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONDISI WILAYAH DAN KEBIJAKAN NASIONAL"

Transkripsi

1 53 IV. KONDISI WILAYAH DAN KEBIJAKAN NASIONAL 4.1 Kondisi Geografi dan Demografi Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) memiliki luas ,47 km 2 dengan kepadatan penduduk sekitar 35 jiwa/km 2. Kabupaten ini terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan. Wilayah paling luas adalah Kecamatan Tulung Selapan (4.853,40 km 2 ) dan yang paling sempit adalah kecamatan Kota Kayu Agung (145,45 km 2 ) (Tabel 5). Kabupaten Ogan Kemiring Ilir merupakan daerah beriklim tropis. Musim kemarau umumnya berkisar antara bulan Mei sampai bulan Oktober setiap tahunnya. Sedangkan musim penghujan berkisar antara bulan November sampai dengan bulan April. Penyimpangan musim biasanya berlangsung 5 (lima) tahun sekali, berupa musim kemarau yang lebih panjang dari pada musim penghujan. Rata-rata curah hujan mm/tahun dan rata-rata hari hujan adalah 66 hari/tahun. Wilayah Barat Kabupaten Ogan Kemiring Ilir berupa hamparan dataran rendah yang sangat luas. Sebagian besar perairan merupakan rawa-rawa yang membentang. Beberapa kecamatan di aliri sungai-sungai yang berfungsi sebagai jalur transportasi air. Daerah pegunungan hampir tidak ada, hanya terdapat daratan sempit dan daerah yang berbukit-bukit di Kecamatan Pampangan. Daerah yang paling rendah adalah Kecamatan Tanjung Lubuk dengan ketinggian hanya 6 meter di atas permukaan laut (dpl), sedangkan yang tertinggi adalah kecamatan Pampangan. Di sisi timur terdapat garis pantai yang memanjang dari Kecamatan Sungai Menang, Cengal, Tulung Selapan dan Kecamatan Air sugihan. Garis pantai tersebut bermuara pada ke laut di Selat Bangka. Sistem hidrologi yang membentuk genangan di wilayah OKI pada prinsipnya termasuk ke dalam satuan geomorfik rawa, karena air yang terakumulasi di dalam cekungan tersebut pada umumnya berasal dari rawa yang berada di sekitarnya. Di kabupaten ini dijumpai empat danau rawa, yaitu danau Deling di Kecamatan Pampangan, danau Air Nilang di Kecamatan Pedamaran, Danau Teluk Gelam di Kecamatan Teluk Gelam, dan danau Teloko di Kecamatan Kayu Agung. Di daerah aliran sungai banyak terdapat lebak, yang mana pasangnya di pengaruhi oleh musim. Pada musim penghujan lebak terendam air,

2 54 namun surut di musim kemarau. Pada bagian lebak terdapat bagian yang airnya tidak pernah surut dikenal dengan istilah lebak lebung, yang digunakan untuk perkembangan ikan. Tabel 5. Luas daerah dan jumlah desa atau kelurahan per kecamatan berdasarkan kecamatan dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir, Tahun Nama Kecamatan Luas daerah (km 2 ) Desa (buah) Kelurahan Lempuing 525, Lempuing Jaya 503, Mesuji 55, Sungai Menang 128, Mesuji makmur 1513, Mesuji Raya 2876, (buah) Tulung Selapan 4853, Cengal 2226, Pedamaran 222, Pedamaran Timur 168, Tanjung Lubuk 1059, Teluk Gelam 464, Kayu agung 145, Sirah Pulau padang 149, Jelawi 218, Pampangan 177, Pangkalan Lampam 1139, Air sugihan 2593, Jumlah , Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKI (2009). Adapun jumlah penduduk di kabupaten OKI pada tahun 2007 adalah jiwa, meningkat dibanding tahun 2006 yang jumlah penduduknya sebesar jiwa. Struktur umur penduduk kabupaten OKI tergolong penduduk muda

3 55 karena proporsi penduduk di bawah 15 tahun masih cukup tinggi, yaitu mencapai jiwa (29.88%). Sedangkan penduduk tua, yaitu usia 65 tahun ke atas sebanyak atau sekitar 4,13 % (Tabel 6). Distribusi penduduk menurut kecamatan tidak merata. Tabel 6. Luas daerah, jumlah dan kepadatan penduduk menurut kecamatan dalam wilayah Kabupaten OKI, Tahun Kecamatan Luas Jumlah Lakilakpuan rasio Perem- Sex Kepadatan/ daerah Penduduk (km 2 km 2 ) (jiwa) (jiwa) (jiwa) (%) Lempuing 525, , ,86 Lempuing 503, , ,79 Jaya Mesuji 55, , ,55 S. Menang 128, , ,87 Mesuji 1513, , ,80 Makmur Mesuji 2876, , ,90 Raya Tulung 4853, , ,11 Selapan Cengal 2226, , ,50 Pedamaran 222, , ,57 Pedamaran 168, , ,91 Timur Tjg Lubuk 1059, , ,22 Tlk Gelam 464, , ,16 Ky. agung 145, , ,71 Sirah Pulau 149, , ,26 Padang Jelawi 218, ,41 19/ ,92 Pampangan 177, , ,88 Pangkalan 1139, , ,23 Lampam Air 2593, , ,47 Sugihan Jumlah , , ,60 Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten OKI (2009). Tabel 6 memperlihatkan bahwa dari 18 (delapan belas) kecamatan yang ada di Kabupaten OKI, Kecamatan Lempuing memiliki jumlah penduduk terbanyak ( jiwa), kemudian diikuti oleh Kecamatan Lempuing Jaya ( jiwa) dan Kecamatan Kayu Agung ( jiwa). Sementara itu,

4 56 kecamatan Pedamaran Timur memiliki jumlah penduduk yang paling sedikit yaitu sebanyak jiwa. Jumlah penduduk yang masuk usia kerja di Kabupaten OKI sebanyak orang. Jumlah angkatan kerja diperkirakan sebanyak jiwa, terdiri dari angkatan kerja laki-laki dan jiwa angkatan kerja perempuan. Hal ini disesuaikan dengan konsepsi yang dikemukakan dalam Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dimaksud dengan usia kerja adalah penduduk yang berumur tahun ke atas, sedangkan angkatan kerja yaitu penduduk yang berumur tahun, yang sesungguhnya terlibat dalam kegiatan produktif (memproduksi barang dan jasa) selain yang sekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya. Sementara itu konsep bekerja yaitu penduduk yang benarbenar bekerja dengan maksud untuk memperoleh penghasilan minimal 1 jam selama seminggu yang lalu. 4.2 Kapal Penangkap Ikan dan Areal Pemeliharaan Ikan Jumlah kapal penangkap ikan di darat dalam wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2007 dikemukakan pada Tabel 7. Di lain pihak, areal pemeliharaan ikan diperlihatkan pada Tabel 8.

5 57 Tabel 7. Jumlah Perahu/Kapal Penangkap Ikan Laut dan Darat di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2007 No Kecamatan Perikanan Darat (buah) 1 Lempuing 60 2 Lempuing Jaya Mesuji Sungai Menang - 5 Mesuji Makmur Mesuji Raya Tulung Selapan Cengal Pedamaran Pedamaran Timur Tanjung Lubuk Teluk Gelam Kayuagung Sirah Pulau Padang Jejawi Pampangan 1, Pangkalan Lampam Air Sugihan 634 Jumlah total 7,518 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ogan Komering Ilir Tabel 8. Luas Areal Pemeliharaan Ikan di Kabupaten OKI Tahun 2007 Kecamatan Kolam (ha) Sawah (ha) Keramba (buah) 1 Lempuing 19,0 8, Lempuing Jaya Mesuji Sungai Menang 7 3,1-5 Mesuji Makmur 8, Mesuji Raya Tulung Selapan Cengal 1, Pedamaran 31, Pedamaran Timur Tanjung Lubuk 1, Teluk Gelam 2 5, Kayuagung 8,2 10,7 2, Sirah Pulau Padang 3,7 7,3 1, Jejawi 2,6 2,6 1, Pampangan 1,3 1, Pangkalan Lampam 2,0 1,0-18 Air Sugihan 18,8 Jumlah 172,8 159, Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ogan Komering Ilir

6 Produksi Perikanan Produksi perikanan perikanan umum di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2007 adalah ,2 ton (Tabel 9 dan Tabel 10). Tabel 9. Produksi perikanan perairan umum dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir, Tahun 2007 No. Kecamatan Perikanan Perairan Umum (ton) 1 Lempuing Lempuing Jaya Mesuji Sungai Menang Mesuji Makmur - 6 Mesuji Raya 238,4 7 Tulung Selapan Cengal Pedamaran Pedamaran Timur Tanjung Lubuk Teluk Gelam Kayuagung 1, Sirah Pulau Padang 1, Jejawi Pampangan 2, Pangkalan Lampam Air Sugihan Jumlah ,2 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ogan Komering Ilir. Tabel 10. Jumlah Produksi Perikanan darat di Perairan Umum Dalam Kabupaten OKI Tahun 2007 Uraian Produksi (ton) Sungai Rawa Waduk 1 Jaring Insang Hanyut Jaring Insang Tetap Pancing Rawai sejenisnya Sero , Bubu Jermal Lainnya Jumlah 3, , ,136.3 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ogan Komering Ilir

7 59 Di lain pihak, perikanan budidaya yang menghasilkan produksi mencapai 2.096,42 ton (Tabel 11). Jenis ikan yang dibudidayakan diantaranya ikan patin, gabus, nila dan betutu. Sementara tempat budidaya dilakukan dengan menggunakan kolam dan keramba. Tabel 11. Produksi Perikanan Budidaya Dalam Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun No. Kecamatan Perikanan Budidaya Perikanan Budidaya Kolam (ton) Keramba (ton) 1 Lempuing 17 31,20 2 Lempuing Jaya 16 24,20 3 Mesuji 7,2-4 Sungai Menang 6,1-5 Mesuji Makmur 5,3-6 Mesuji Raya 4,3-7 Tulung Selapan 0,4 117,20 8 Cengal 0,3 15,60 9 Pedamaran 15,94-10 Pedamaran Timur 13,3-11 Tanjung Lubuk 0,3 23,70 12 Teluk Gelam 0,5 20,30 13 Kayuagung 6,4 560,48 14 Sirah Pulau Padang 1,3 499,28 15 Jejawi 0,7 432,40 16 Pampangan 0,5 204,32 17 Pangkalan Lampam 1,2 62,90 18 Air Sugihan 8,1 - Jumlah total 104, ,58 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI). 4.4 Sumber daya dan Pengawasan Perikanan Pada Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten OKI (Anonimous, 2009) dikemukakan bahwa pembinaan sumber daya dan pengawasan perikanan dilaksanakan berdasarkan Perda Kab. OKI No.11 Tahun 2001 dan Perda Kab. OKI No.30 Tahun 2002 meliputi pemanfaatan sumber daya hayati perairan dan sumber daya non hayati kelautan. Tujuannya adalah meningkatkan daya dukung sumber daya, produksi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan kelestarian sumber daya ikan beserta lingkungannya. Potensi perikanan darat Kabupaten OKI terdapat hampir di seluruh kecamatan dalam Kabupaten OKI. Potensi perikanan perairan umum daratan

8 60 terdiri dari penangkapan dan budidaya. Budidaya terdiri dari budidaya air tawar dan budidaya air payau. Penangkapan diperairan umum dikelola melalui lelang lebak lebung yang diatur dalam Perda Kab. OKI No.30 Tahun 2002 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Perda Kab. OKI No.9 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Perda Kabupaten OKI No.30 Tahun 2002 tentang Lelang Lebak Lebung dalam Kabupaten OKI. Pengawasan bertujuan agar sumber daya ikan dapat lestari dan dapat dimanfaatkan secara terus-menerus serta terbentuknya kondisi pemanfaatan sumber daya ikan yang bertanggung jawab oleh para pemangku kepentingan (stakeholder). Pada pelaksanaannya pengawasan dijabarkan dalam fungsi-fungsi MCS (Monitoring, Control and Surveillance). Fungsi monitoring dalam penangkapan ikan laut dilaksanakan dengan menerapkan Log Book Perikanan bagi kapal perikanan. Khususnya dalam penangkapan di perairan umum daratan dilaksanakan dengan menerapkan catatan harian pengemin/nelayan. Dari pelaksanaan ini diharapkan dapat terdeteksi, antara lain dimana dan sudah berapa banyak sumber daya ikan yang ada sudah dimanfaatkan dan dengan alat apa. Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. OKI melaporkan bahwa banyak ditemukan pelanggaran penangkapan ikan seperti putas, stroom listrik di perairan sungai-sungai serta lebak lebung yang tersebar hampir seluruh kecamatan dalam Kabupaten OKI. Namun hasil surveillance dan laporan masyarakat mengenai pelanggaran tersebut belum dapat ditindak lanjuti dengan fungsi investigasi karena kurangnya perangkat lunak peraturan perundang-undangan dan perangkat keras (sarana patroli/transportasi, alat komunikasi dan pembiayaan) serta SDM karena belum adanya tenaga PPNS (Penyidik Pegawai Negeri Sipil) atau WASDI (Pengawas Sumber daya Ikan ) di pemerintah daerah Kabupaten OKI. Serangan penyakit ikan di perairan umum daratan dan menjadi wabah di perikanan budidaya di Kabupaten OKI sering terjadi pada musim kemarau dan peralihan musim kemarau ke musim hujan. Kegiatan Konservasi dan rehabilitasi sumber daya ikan dan lingkungan perairan dilakukan melalui kegiatan pengelolaan suaka perikanan (reservaat), penebaran ikan (restocking) di perairan umum daratan. Suaka perikanan (reservaat) adalah bagian dari perairan yang dilindungi sehingga dilarang dilakukan penangkapan ikan dan kegiatan-kegiatan

9 61 lain yang merusak lingkungan. Suaka perikanan tersebut ditetapkan dengan SK Gubernur Sumatera Selatan yaitu Reservaat Teluk Rasau di Kecamatan Pedamaran serta suaka lainnya ditetapkan dengan SK Bupati OKI. Penebaran benih ikan di perairan umum daratan merupakan salah satu upaya rehabilitasi sumber hayati perikanan dengan tujuan untuk meningkatkan stock populasi di perairan umum daratan dalam rangka pembinaan sumber daya hayati perikanan melalui pengendalian dan pemanfaatan yang berpedoman pada asas pelestarian sumber daya ikan. Pemanfaatan produksi ikan di perairan umum daratan untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan dalam rangka membantu meningkatkan gizi (protein hewani asal ikan) bagi masyarakat serta untuk memenuhi kebutuhan pasar. Peningkatan kesejahteraan masyarakat/nelayan di sekitar perairan umum daratan melalui peningkatan pendapatan yang merata dan kesempatan kerja tambahan di sektor perikanan. Kemudian, untuk membantu pengendalian gulma air dan keseimbangan ekosistem perairan. Pada tahun 2008 telah dilaksanakan penebaran ikan di perairan umum daratan Kabupaten OKI pada 4 (empat) lokasi yaitu di aliran Sungai Komering di Desa Sepang Kecamatan Pampangan, Desa Terusan Menang Kecamatan Sirah Pulau Padang. Kelurahan Jua-Jua Kecamatan Kota Kayuagung dan Danau Teluk Gelam Kecamatan Teluk Gelam. Ikan yang ditebar adalah Baung, Gurame, Patin dan Tambakan dengan jumlah total sebanyak ekor. Perairan umum daratan Kabupaten OKI yang merupakan rawa banjiran (flood plain) sangat rentan terhadap pencemaran perairan, terutama pada puncak musim kemarau dan awal musim hujan (peralihan musim kemarau dan musim hujan) pencemaran perairan setiap tahun menyebabkan kematian ikan di aliran sungai-sungai yang terdapat di daratan Kabupaten OKI seperti Sungai Komering, Sungai Mesuji dan lain-lain. Pencemaran ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor antara lain pencemaran alamiah atau biasa disebut masyarakat dengan istilah Air Bangar yaitu proses dari pembusukan akar-akar/tumbuh-tumbuhan air yang biasanya terjadi di daerah rawa-rawa jika musim hujan datang pembusukan tersebut menyebabkan air cenderung bersifat asam. Kemudian, karena bahan kimia dan energi dari limbah pabrik serta lahan pertanian dan perkebunan serta disebabkan oleh limbah domestik/rumah tangga.

10 Kelembagaan Penyuluhan Perikanan Kelembagaan penyuluhan perikanan untuk tingkat kabupaten biasanya dinamakan sebagai Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K). Pada wilayah Kabupaten OKI telah dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati OKI No.15 Tahun 2007 tertanggal 2 Juli BP4K ini adalah lembaga non struktural yang berkedudukan dibawah dan bertanggungjawab kepada Bupati dan dipimpin oleh seorang kepala yang setingkat dengan eselon IIb. Secara umum, beberapa tugas pokok dan fungsi BP4K, ada yang telah dilaksanakan, tetapi ada pula yang belum dapat dilaksanakan dengan alasan tertentu sesuai dengan kondisi pendanaan yang tersedia (Nasution et al., 2009). Sebagai contoh, telah dilakukan penyusunan kebijakan dan program penyuluhan kabupaten/kota yang sejalan dengan kebijakan dan program penyuluhan provinsi dan nasional. Hal ini dilakukan dengan cara masing-masing penyuluh di BP4K mengidentifikasi program pada masing-masing sektor di tingkat Kabupaten OKI (Nasution et al., 2009). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa aktivitas lainnnya yang telah dilakukan adalah melaksanakan penyuluhan dan mengembangkan mekanisme, tata kerja dan metode penyuluhan, yang dilakukan melalui pengembangan tata kerja hingga tingkat BP3K dan Penyuluh Programa. Kemudian, juga telah melaksanakan pengumpulan, pengolahan, pengemasan, dan penyebaran materi, penyuluhan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Telah melaksanakan pembinaan pengembangan kerjasama, kemitraan, pengelolaan kelembagaan, ketenagaan, sarana dan prasarana, serta pembiayaan penyuluhan. Hal ini dilakukan dengan cara kerjasama dengan Dinas Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Kabupaten OKI, Pusat Pengembangan Penyuluhan Perikanan (dalam hal ini mendapat penempatan 3 (tiga) fasilitas sepeda motor dari departemen Kelautan dan Perikanan), Dinas Pertanian Tanaman Pangan, dan Dinas Kehutanan. Aktivitas lainnya adalah menumbuhkembangkan dan memfasilitasi kelembagaan dan forum kegiatan bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Juga, melaksanakan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, swadaya dan swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. Namun demikian, untuk proses

11 63 penetapan kebijakan dan strategi penyuluhan kabupaten/kota, bupati dibantu oleh Komisi Penyuluhan Kabupaten/Kota. Dalam hal ini, telah terbentuk Badan Pelaksana Penyuluhan dan Komisi Penyuluhan kabupaten/kota diatur dengan peraturan Bupati/Walikota. Sejalan dengan adanya peraturan Bupati tentang pembentukan BP4K tersebut, maka diadakan pula Pengangkatan Pejabat Fungsional pada BP4K tersebut di lingkup wilayah Kabupaten OKI, yang didasarkan atas Keputusan Bupati OKI No /375/KEP-BKD/2008 tertanggal 16 April Kemudian, sebagai tindak lanjut urutan tugas yang lebih operasional terkait dengan kegiatan penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan, ditetapkan pula wilayah binaan penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan dalam wilayah Kabupaten OKI. Surat Keputusan tersebut ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati OKI Nomor: 520/401/KEP/BP4K/2008 tertanggal 26 Agustus Pada Lampiran Surat Keputusan ini terlihat bahwa setiap satu penyuluh ditetapkan fungsinya sebagai penyuluh dan atau kedudukan tertentu dan juga ditetapkan wilayah binaan (WIBI) yang menjadi wilayah tugasnya. Adapun wilayah binaan yang ditetapkan dalam keputusan bupati tersebut adalah bersamaan dengan batasan administratif kecamatan. Secara umum, sebagian besar wilayah tugas penyuluh tersebut melingkupi 2 (dua) desa dalam satu wilayah kecamatan yang sama. Dalam hal ini untuk seluruh wilayah Kabupaten OKI telah ditempatkan 205 tenaga penyuluh dengan berbagai tingkatan jabatan fungsional pada XIV wilayah kecamatan dalam wilayah Kabupaten OKI (Nasution et al., 2009). Terkait dengan desa Berkat, hingga saat dilaksanakannya penelitian ini pada bulan Juli hingga Desember 2009, belum ada petugas penyuluh yang melapor kepada Kepala Desa Berkat, Kecamatan Sirah Pulau Padang (SP Padang). Lebih lanjut, terkait dengan bidang tugas yang harus dilakukan oleh setiap penyuluh sifatnya tidak hanya menangani satu sektor saja, tetapi bersifat polivalen atau menangani seluruh sektor yang ada pada wilayah binaannya masing-masing. Sementara, kelembagaan penyuluhan tingkat kecamatan yang dimaksudkan adalah keberadaan Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan atau BP3K pada tingkat kecamatan (Nasution et al., 2009).

12 64 Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI telah ditetapkan melalui keputusan Bupati Kabupaten OKI berbarengan dengan penempatan para petugas penyuluh di wilayah Kabupaten OKI. Pada keputusan tersebut sekaligus pula ditetapkan para pejabat dan petugas yang berkedudukan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI. Nomor SK Bupati Kabupaten OKI No /375/KEP-BKD/2008 tertanggal 16 April Pada keputusan tersebut sekaligus pula ditetapkan para pejabat dan petugas yang berkedudukan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI (Nasution et al., 2009). Sebagai contoh, salah satu BP3K yang ada di wilayah Kabupaten OKI adalah BP3K yang berada di Desa Air Itam, yang membawahi 2 (dua) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan SP Padang dan Kecamatan Jejawi (dalam hal ini, kantornya masih menempati kantor Balai Benih Tanaman Pangan). Pada BP3K tersebut telah dilakukan tugas pokok yang berkaitan dengan penyusunan program penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan program penyuluhan kabupaten/kota. Namun demikian, terlihat bahwa kegiatan penyuluhan berdasarkan program penyuluhan tersebut belum berjalan, sebagai akibat belum selesainya programa yang dibuat. Meskipun demikian, telah dilakukan penyediaan dan penyebarluasan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar. Aktivitas memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha juga telah dilakukan oleh BP3K, yang dalam hal ini bekerjasama dengan Kepala Cabang Dinas yang berada di tingkat kecamatan. Namun demikian, belum banyak dilakukan peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya, dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan. Demikian pula, telah dilaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha bagi pelaku utama dan pelaku usaha. Kemudian, telah tersedia balai penyuluhan sebagai tempat pertemuan penyuluh, pelaku utama dan pelaku usaha, yang bertanggung jawab kepada Badan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten/kota sesuai dengan peraturan bupati/walikota. Kelembagaan penyuluhan tingkat desa yang dimaksudkan adalah berupa Pos Penyuluhan Desa/Kelurahan yang bersifat non struktural yang dikelola secara

13 65 partisipatif oleh pelaku utama sektor pembangunan. Dalam hal ini, belum tersedia lembaga pada level desa/kelurahan ini yang dapat difungsikan menyusun programa penyuluhan. Namun demikian, pada tingkat desa (desa Berkat), terkait dengan perikanan tangkap perairan umum daratan telah dilakukan pembentukan Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) yang anggotanya berjumlah 13 orang (Nasution et al., 2009). POKMASWAS ini mendapatkan laporan tentang hal-hal yang terkait dengan keamanan perairan juga dari masyarakat nelayan yang melaksanakan penangkapan ikan di perairan umum. Terkait dengan pelaksanaan penyuluhan di desa/kelurahan, maka telah dilakukan penjelasan terhadap masyarakat, terutama masyarakat nelayan yang melaksanakan usaha penangkapan ikan di wilayah desa Berkat. Artinya, kegiatan ini sekaligus pula berfungsi sebagai wadah untuk melaksanakan inventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya. Sebagai contoh, adanya kasus pencurian ikan yang dilakukan oleh nelayan luar desa Berkat, telah ditindaklanjuti dengan adanya perampasan terhadap alat tangkap. Proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha bagi pelaku utama dan pelaku usaha belum pernah dilakukan di tingkat desa. Berkaitan dengan hal ini, maka akan berpengaruh terhadap proses menumbuhkembangkan kepemimpinan, kewirausahaan serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha. Sementara, kegiatan rembug, pertemuan teknis, temu lapang dan metode penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha ditindaklanjuti melalui kegiatan musyawarah desa yang berisikan tentang kesepakatan dan pengaturan-pengaturan yang perlu diikuti oleh masyarakat nelayan. Kegiatan musyawarah tersebut dapat pula merupakan media yang memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku utama dan pelaku usaha, yang sekaligus dapat merupakan proses memfasilitasi forum penyuluhan pedesaan. Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan ini berada pada sentra-sentra kegiatan pelaku usaha perikanan, khususnya nelayan pembudidaya, pengolah ikan, atau pusat teknologi perikanan yang berada di daerah yang bersangkutan. Kemudian, penetapan lokasi Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan dilakukan oleh Bupati/Walikota atas persetujuan dan kerjasama dengan unit yang ditempati.

14 66 Fungsinya antara lain adalah tempat untuk saling berkomunikasi para penyuluh fungsional perikanan atau penyuluh lainnya dalam melaksanakan tugas penyuluhan perikanan. Terkait dengan desa Berkat yang menjadi wilayah penelitian belum memiliki Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan baik pada tingkat desa maupun pada tingkat kecamatannya. Yang ada saat ini dan ditetapkan dengan peraturan dan atau surat keputusan Bupati Kabupaten OKI adalah BP3K yang berada di Desa Air Itam, namun melingkupi wilayah Kecamatan Jejawi dan Kecamatan SP Padang, dimana Desa Berkat berada. Dengan demikian, tugas yang terkait dengan fungsi Pos Pelayanan Penyuluhan Perikanan ini belum dapat dilaksanakan (Nasution et al., 2009). Adapun tugas pos pelayanan penyuluhan perikanan adalah menyusun program kerja, rencana kegiatan penyuluhan perikanan dan melaksanakan penyuluhan perikanan di lapangan. Disamping itu, melakukan kegiatan administrasi penyuluhan perikanan, melakukan kerjasama dan memperluas jaringan kerja, serta melakukan evaluasi dan pelaporan kegiatan penyuluhan perikanan yang dilaksanakan. Kesemua tugas-tugas ini pada prinsipnya saat ini menjadi bagian dari tugas BP3K yang berada di Desa Air Itam. 4.6 Desa Berkat; Gambaran Umum Desa Nelayan Desa Berkat terletak di Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Ogan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Jarak antara Desa Berkat dan Kecamatan Sirah Pulau Padang sejauh 8 km dan ditempuh dengan menggunakan angkutan kota selama 20 menit (Nasution et al., 2007). Desa ini telah memiliki jalan aspal dan jalan pengerasan. Status jalannya adalah jalan kabupaten tanpa penerangan jalan namun desa ini telah memiliki sambungan listrik. Secara administratif luas wilayah Desa Berkat adalah 575 Ha. Letak geografis desa ini merupakan desa bukan pantai, dan dalam 5 tahun terakhir tidak ada bencana alam seperti tsunami, gempa bumi, tanah longsor, angin puting beliung, banjir yang terjadi di Desa Berkat. Penduduk di Desa Berkat berjumlah orang dengan komposisi pria dan wanita sebesar 55% dan 45%. Jumlah Kepala Keluarga (KK) mencapai 570 KK. Terjadinya perpindahan penduduk terkait dengan alasan mencari pekerjaan.

15 67 Kota tujuannya adalah Batam dan Bangka. Kondisi perumahan penduduk secara umum merupakan rumah semi permanen (rumah yang dindingnya terbuat dari papan kayu serta beratapkan seng). Belum ada masyarakat yang menggunakan beton sebagai pondasi dan batu bata sebagai dinding. Sarana pendidikan yang tersedia di Desa Berkat hanya sekolah dasar. Jumlahnya sebanyak 2 (dua) buah. Untuk pendidikan lebih lanjut, masyarakat harus menuju desa lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan sarana kesehatan, terdapat 1 (satu) buah puskesmas pembantu dan 2 (dua) buah pos pelayanan terpadu (posyandu). Sarana ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat yang ada di desa berupa toko yang menyediakan keperluan seharihari. Pasar yang ada berupa pasar yang dilakukan secara mingguan di sebut Kalangan. Untuk kalangan (pasar mingguan) di kecamatan Sirah Pulau Padang dilakukan pada hari Minggu dengan jarak 8 km dari Desa Berkat. Kalangan (pasaran) di kecamatan Sukaraja dilakukan pada hari Kamis dengan jarak 0,5 km dari Desa Berkat. Jika masyarakat ingin menuju BRI maka harus ditempuh dengan jarak 7-8 km. Sarana ibadah yang tersedia berupa Mushola sebanyak 2 (dua) buah. Hal ini dikarenakan mayoritas penduduk beragama Islam. Sarana umum yang terdapat di Desa Berkat adalah kantor kepala desa meski rumah ini merupakan rumah contoh dari ABRI, selain itu juga terdapat balai desa. Beberapa sarana lain seperti kantor pos, internet dan sarana olahraga belum tersedia dan harus menuju desa tetangga atau ke kota untuk dapat menikmati sarana tersebut. Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani, berkebun dan nelayan perikanan tangkap perairan umum khususnya di rawa. Jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan perairan umum adalah sebesar 150 KK dengan 100 KK diantaranya adalah nelayan penuh. Ada juga masyarakat yang berprofesi sebagai pengolah ikan dan pengolah ikan yang merangkap sebagai penjual ikan segar. Ibuibu melakukan jual beli ikan segar, jika ikan yang dijual banyak yang mati maka diolah menjadi ikan asin. Yang mengolah ikan asin adalah suami. Rata-rata pendapatan masyarakat (85%) < Rp , pendapatan masyarakat (Rp ,00-Rp ) sebanyak 10%. Untuk pendapatan antara Rp Rp didapatkan oleh masyarakat yang berprofesi

16 68 sebagai pedagang besar. Kegiatan pemasaran ikan dilakukan oleh pedagang dengan jumlah 6-7 orang dan jumlah pengecer keliling sebanyak 2-3 orang. Pemasaran ikan dilakukan di dalam desa serta dikirim ke kota Palembang. Ikan yang dipasarkan oleh pedagang pengumpul sebanyak 2-3 pikul/hari dengan berat sekitar kg. Kegiatan ini dilakukan selama 6 bulan dan dilakukan mulai bulan Januari dan Februari. Rata-rata volume ikan yang dipasarkan oleh pedagang pengecer adalah 10 kg/hari. Organisasi sosial yang ada dimasyarakat meliputi kelompok pembudidaya ikan dengan nama Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) dan karang taruna. Ada beberapa aktifitas masyarakat yang terkait dengan perikanan tetapi masih belum memiliki wadah perkumpulan seperti pengolahan ikan dan pedagang ikan. Kegiatan tersebut masih dilakukan secara individual dan tidak terorganisir dalam suatu kelompok. Lembaga swadaya masyarakat baik yang bergerak di sektor perikanan atau lainnya masih belum terbentuk. Pengumpulan zakat, infaq dan shodaqoh dilakukan oleh pengurus masjid dan musholla tanpa ada suatu lembaga secara khusus. Pada desa ini pula tidak terdapat lembaga adat yang mengatur kehidupan bermasyarakat. Masyarakat di desa Berkat Kecamatan Sirah Pulau Padang memiliki keterikatan yang kuat terhadap sumber daya perairan umum khususnya rawa. Secara geografis seluruh masyarakat yang tinggal di daerah ini memiliki profesi utama sebagai penangkap ikan baik di sungai atau di rawa. Desa Berkat memiliki aliran anak Sungai Komering dengan lebar sungai meter. Selain menangkap ikan, masyarakat juga mekakukan pengolahan ikan hasil tangkapan. Kegiatan penangkapan ikan dilakukan sewaktu musim kering. Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan cukup beragam. Jenis ikan yang dominan tertangkap adalah Ikan Gabus, Ikan Lele Ikan Sepat dan Ikan Betok. Estimasi tangkapan tiap hari sebanyak 500 kg/hari dengan jenis ikan adalah ikan gabus 20%, ikan lele 20%, ikan sepat 50% dan ikan betok 10%. Kegiatan pengolahan ikan di Desa Berkat banyak dilakukan oleh Ibu-ibu. Ikan yang berhasil ditangkap oleh kaum lelaki atau kaum bapak, diasinkan lalu dijemur sampai kering. Tujuan dari pengolahan ikan adalah untuk mendapatkan nilai tambah dan agar dapat bertahan lebih lama. Ikan hasil tangkapan lebih disukai jika dijual secara segar tetapi jika

17 69 harga ikan asin sedang bagus maka mereka akan menyukai untuk menjualnya. Kegiatan ini marak khususnya ketika mulai musim penghujan ketika ikan-ikan yang tertangkap mulai melimpah. Jenis ikan yang banyak di olah adalah ikan gabus dan ikan sepat. Aktivitas masyarakat yang terkait dengan kegiatan di rawa adalah penambangan pasir. Kegiatan ini dilakukan oleh orang dari luar desa. Kegiatan lain adalah mencuci dan mandi, pertanian. Selain itu digunakan untuk air minum. Penggunaan armada perikanan rata-rata menggunakan perahu tanpa motor dengan jumlah 150 buah. Penggunaan perahu dirasakan menjadi sebuah kebutuhan agar mempercepat mobilitas yang dilakukan. Selain untuk menangkap ikan, perahu juga digunakan sebagai alat transportasi masyarakat untuk menuju dari satu tempat ke tempat lainnya. Penangkapan ikan di Desa Berkat, menggunakan berbagai alat tangkap. Alat tangkap yang digunakan berupa bubu, jaring tepi, pancing, rawai, sero, jala dan anco. Bubu digunakan untuk menangkap belut dengan bahan bambu. Jumlahnya sebanyak buah. Alat tangkap pancing memiliki mata pancing. Alat pengolah ikan yang ada berupa pengasinan dan pengasapan ikan. 4.7 Kebijakan Nasional Pengelolaan Sumber daya Ikan Kebijakan adalah arahan masa depan (Nugroho, 2006). Kebijakan (policy) merupakan sebuah instrumen pemerintahan, bukan saja dalam arti government yang hanya menyangkut aparatur negara, melainkan pula governance yang menyentuh pengelolaan sumber daya publik. Kebijakan pada intinya merupakan keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan tindakan yang secara langsung mengatur pengelolaan dan pendistribusian sumber daya alam, finansial dan manusia demi kepentingan publik, yakni rakyat banyak, penduduk, masyarakat atau warga negara. Dengan kata lain, kebijakan merupakan hasil dari adanya sinergi, kompromi atau kompetisi antara berbagai gagasan, teori, ideologi, dan kepentingan-kepentingan yang mewakili sistem politik suatu negara (Brigman dan Davis 2004). Kebijakan pengelolaan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum pada level nasional antara lain dapat dikaji berdasarkan atas keberadaan

18 70 makna yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan pada level nasional. Peraturan tersebut terutama didasarkan kepada UU RI No.45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan [LN RI Tahun 2009 No.154, TLN No.5073]. Berdasarkan peraturan tersebut di lihat pasal-pasal mana yang terkait dengan bahasan tujuan kebijakan, kewenangan stakeholder kebijakan dari sisi pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya (misalnya swasta), dan sanksi atas pelanggaran kewenangan. Hasil identifikasi menggunakan pokok bahasan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan dapat dikemukakan keterkaitannya terhadap UU RI No.45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Terlihat bahwa terdapat beberapa pasal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya dan pengendalian lingkungan perairan umum serta partisipasi masyarakat. Pada Pasal I angka 2 undang-undang tersebut dinyatakan azas-azas dalam pengelolaan sumber daya perikanan yaitu harus didasarkan azas manfaat, keadilan, kebersamaan, kemitraan, kemandirian, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, kelestarian, dan pembangunan yang berkelanjutan. Berdasarkan azas yang dikemukakan, maka sudah seharusnya dalam pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum dapat memberikan manfaat bagi pemanfaatnya, terutama masyarakat nelayan. Kemudian, berdasarkan azas kemitraan, maka seyogyanya dalam mengelola sumber daya perikanan perairan umum dapat menguntungkan pihak yang terkait, sehingga ada unsur kebersamaan yang dapat diperjuangkan dan dipertahankan secara bersama. Dengan demikian, diharapkan ada keterbukaan, keterpaduan dan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum tersebut. Para pihak pemanfaat diharapkan memperoleh manfaat sumber daya perikanan perairan umum secara merata dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya perikanan tersebut, sehingga dapat menjadi sumber penghidupan secara berkelanjutan. Kemudian, terkait dengan pengendalian lingkungan perairan umum dikemukakan pada Pasal I angka 3 yang menyatakan tentang perubahan ketentuan pasal 7 yang memperlihatkan bagaimana pengendalian lingkungan perairan umum, termasuk sumber daya yang ada didalamnya seharusnya dilakukan.

19 71 Dalam hal ini misalnya terkait rencana pengelolaan perikanan, baik yang terkait dengan pengaturan yang berhubungan alat tangkap, habitat dan lingkungan, potensi dan alokasi, daerah dan jalur penangkapan, musim penangkapan, jenis ikan, kawasan konservasi, dan ketentuan yang harus diikuti seseorang atau yang melakukan usaha dan atau pengelolaan perikanan. Berdasarkan ketentuan pasal I angka 3 tersebut dapat dinyatakan bahwa dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum harus ada pengaturan yang terkait dengan penggunaan alat tangkap yang diperbolehkan bagi masyarakat pemanfaat. Juga harus ada pengaturan tentang perlindungan habitat ikan dan lingkungannya, yang dapat saja berupa kawasan suaka perikanan. Dapat dikemukakan pula bahwa perlunya identifikasi potensi sumber daya perikanan sebagai dasar pengelolaannya atau alokasi hak penangkapan ikan. Begitu pula hal yang terkait dengan jalur penangkapan ikan, musim penangkapan ikan, jenis ikan yang dilarang untuk ditangkap serta ketentuan lainnya yang diperlukan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum. Pasal I angka 28 menyatakan bahwa diantara Pasal 66 dan Pasal 67 disisipkan 3 (tiga) pasal yakni Pasal 66 A, Pasal 66 B, dan Pasal 66 C. Pasal 66 A menyatakan orang yang dimaksudkan sebagai pengawas perikanan adalah pegawai negeri sipil yang bekerja di bidang perikanan yang di angkat oleh menteri atau pejabat yang ditunjuk. Kemudian, dijelaskan hal-hal yang terkait dengan jabatan pengawas perikanan. Terkait dengan pengawas perikanan, dapat dikemukakan bahwa pada Dinas Kelautan dan Perikanan setempat seyogyanya tersedia tenaga pengawas perikanan yang membidangi pengawasan sumber daya perikanan perairan umum. Tenaga pengawas perikanan, dalam hal ini dapat saja diangkat oleh Menteri Kelautan dan Perikanan atau Pejabat yang ditunjuk. Pasal 66 B dikemukakan pula wilayah yang menjadi areal pelaksanaan tugas pengawas perikanan tersebut, beserta sarana dan prasarana yang terkait dengan kegiatan pengawasan tersebut, termasuk hal-hal yang berkaitan dengan konservasi perairan. Pasal 66 C, dinyatakan kewenangan pengawas perikanan yang dimaksudkan untuk memasuki kegiatan tempat usaha, memeriksa, mendokumentasikan, mengambil contoh, dan lain-lain yang terkait. Dalam hal ini,

20 72 terutama terkait penghentian, memeriksa, membawa, menahan dan menangkap kapal dan atau orang yang melakukan tindak pidana perikanan di wilayah negara RI. Oleh karena itu, keberadaan Pengawas Perikanan sebagai aparat pengawas dalam pelaksanaan pengelolaan perikanan berdasarkan pada undang-undang ini menjadi unsur yang penting sebagai salah satu alat pengendali dari unsur aparat pemerintah. Pasal 100 B dan Pasal 100 C dinyatakan bentuk ancaman pidana apabila terjadi pelanggaran dari peraturan-peraturan yang diantaranya mengenai pengelolaan dan pengendalian lingkungan dan sumber daya perikanan. Bentuk ancaman pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 12, Pasal 14 ayat (4), Pasal 16 ayat (1), Pasal 20 ayat (3), Pasal 21, Pasal 23 ayat (1), Pasal 26 ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 27 ayat (3), Pasal 28 ayat (1), Pasal 28 ayat (3), Pasal 35 ayat (1), Pasal 36 ayat (1), Pasal 38, Pasal 42 ayat (3), atau Pasal 55 ayat (1) yang dilakukan oleh nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp ,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah). Kemudian, Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (2) dilakukan oleh nelayan kecil dan/atau pembudidaya ikan kecil di pidana dengan pidana denda paling banyak Rp ,00 (seratus juta rupiah). Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum dan lingkungannya dikemukakan dalam Pasal I angka 4 yang juga menyatakan beberapa perubahan; yang terkait dengan larangan merusak sumber daya perikanan dan ketentuan lainnya. Ketentuan tersebut misalnya mengenai pengaturan alat tangkap dan atau alat bantu penangkapan. Kemudian, juga terkait dengan peranan pemerintah dalam mengatur dan membina tata pemanfaatan lahan dan air untuk pembudidayaan ikan, termasuk penyediaan sabuk hijau (green-belt). Dengan demikian, masyarakat diwajibkan untuk berpartisipasi dalam melaksanakan ketentuan dalam pasal ini. Berdasarkan uraian di atas, secara umum dapat dikemukakan bahwa dari tujuan yang dikemukakan dalam peraturan yang dibahas terlihat bahwa sumber daya perikanan dan lingkungan perairan umum harus dimanfaatkan dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Meskipun demikian, berbagai kebijakan

21 73 masih menunjukkan penggunaan pendekatan kebijakan command and control. Pendekatan ini efektif apabila mekanisme penegakan sanksi dilengkapi dengan organisasi yang kuat yang didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Efektifitas penegakan sanksi juga akan tercapai apabila masyarakat turut serta mendukung kebijakan tersebut. 4.8 Ikhtisar Kabupaten Ogan Kemiring Ilir merupakan daerah yang beriklim tropis. Musim kemarau umumnya berkisar antara bulan Mei sampai bulan Oktober setiap tahunnya, sedangkan musim penghujan berkisar antara bulan November sampai dengan bulan April. Sistem hidrologi yang membentuk genangan di wilayah OKI pada prinsipnya termasuk ke dalam satuan geomorfik rawa, karena air yang terakumulasi di dalam cekungan tersebut pada umumnya berasal dari rawa yang berada di sekitarnya. Di daerah aliran sungai banyak terdapat lebak, yang mana pasangnya dipengaruhi oleh musim. Pada musim penghujan lebak terendam air, namun surut di musim kemarau. Pada bagian lebak terdapat bagian yang airnya tidak pernah surut dikenal dengan istilah lebak lebung, yang digunakan untuk perkembangan ikan. Produksi perikanan di Kabupaten Ogan Komering Ilir tahun 2007 adalah ,2 ton perikanan umum dan juga perikanan budidaya yang menghasilkan sebanyak 2.096,42 ton ikan. Jenis ikan yang dibudidayakan diantaranya ikan patin, gabus, nila dan betutu. Pembinaan sumber daya dan pengawasan perikanan dilaksanakan berdasarkan Perda Kab. OKI No.11 Tahun 2001 dan Perda Kab. OKI No.30 Tahun 2002 yang meliputi Pemanfaatan sumber daya hayati perairan dan sumber daya non hayati kelautan. Tujuannya adalah meningkatkan daya dukung sumber daya, produksi, PAD dan kelestarian sumber daya ikan beserta lingkungannya. Potensi perikanan darat Kabupaten OKI terdapat hampir di seluruh kecamatan dalam Kabupaten OKI. Potensi perikanan perairan umum daratan terdiri dari penangkapan dan budidaya. Budidaya terdiri dari budidaya air tawar dan budidaya air payau. Penangkapan diperairan umum dikelola melalui lelang lebak lebung yang diatur dalam Perda OKI No.30 Tahun 2002 sebagaimana telah

22 74 beberapa kali diubah terakhir dengan Perda Kab. OKI No.9 Tahun 2005 tentang Perubahan Kedua Atas Perda Kab. OKI No.30 Tahun 2002 tentang Lelang Lebak Lebung dalam Kabupaten OKI. Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. OKI melaporkan bahwa banyak ditemukan pelanggaraan penangkapan ikan seperti putas, stroom listrik di perairan sungai-sungai serta lebak lebung yang tersebar hampir seluruh kecamatan dalam Kabupaten OKI. Serangan penyakit ikan di perairan umum daratan dan wabah budidaya di Kabupaten OKI sering terjadi pada musim kemarau dan peralihan musim kemarau ke musim hujan. Kegiatan konservasi dan rehabilitasi sumber daya ikan dan lingkungan perairan dilakukan melalui kegiatan pengelolaan suaka perikanan (reservaat), penebaran ikan (restocking) di perairan umum daratan. Suaka perikanan atau reservaat adalah bagian dari perairan yang dilindungi sehingga dilarang dilakukan penangkapan ikan dan kegiatan-kegiatan lain yang merusak lingkungan. Suaka perikanan tersebut ditetapkan dengan SK Gubernur Sumatera Selatan yaitu Reservaat Teluk Rasau di Kecamatan Pedamaran serta suaka lainnya ditetapkan dengan SK Bupati OKI. Kelembagaan penyuluhan perikanan untuk tingkat kabupaten biasanya dinamakan sebagai Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K). Pada wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) telah dibentuk berdasarkan Peraturan Bupati Ogan Komering Ilir (OKI) Nomor: 15 Tahun 2007 tertanggal 2 Juli Balai Penyuluhan Pertanian, Pertanian dan Kehiutanan (BP3K) dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI telah ditetapkan melalui keputusan Bupati Kabupaten OKI berbarengan dengan penempatan para petugas penyuluh di wilayah Kabupaten OKI. Dalam keputusan tersebut sekaligus pula ditetapkan para pejabat dan petugas yang berkedudukan di Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (BP3K) dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI. Nomor SK Bupati Kabupaten OKI Nomor: 821.2/375/KEP-BKD/2008 tertanggal 16 April Dalam keputusan tersebut sekaligus pula ditetapkan para pejabat dan petugas yang berkedudukan di Balai Penyuluhan Pertanian, Pertanian dan Kehiutanan (BP3K) dalam lingkup wilayah Kabupaten OKI. Desa Berkat terletak di Kecamatan Sirah Pulau Padang Kabupaten Okan Komering Ilir Propinsi Sumatera Selatan. Jarak antara Desa Berkat dan

23 75 Kecamatan Sirah Pulau Padang sejauh 8 km dan ditempuh dengan menggunakan angkutan kota selama 20 menit. Desa ini telah memiliki jalan aspal dan jalan pengerasan. Status jalannya adalah jalan kabupaten tanpa penerangan jalan namun desa ini telah memiliki sambungan listrik. Secara administratif luas wilayah Desa Berkat adalah 575 Ha. Menurut letak geografis desa merupakan desa bukan pantai. Sumber mata pencaharian penduduk adalah petani, berkebun dan nelayan perikanan tangkap perairan umum khususnya di rawa. Jumlah masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan perairan umum adalah sebesar 150 KK dengan 100 KK diantaranya adalah nelayan penuh. Masyarakat di Desa Berkat Kecamatan Sirah Pulau Padang memiliki keterikatan yang kuat terhadap sumber daya perairan umum khususnya rawa. Secara geografis seluruh masyarakat yang tinggal di daerah ini memiliki profesi utama sebagai penangkap ikan baik di sungai atau di rawa. Desa Berkat memiliki aliran anak Sungai Komering dengan lebar sungai meter. Selain menangkap ikan, masyarakat juga mekakukan pengolahan ikan hasil tangkapan.kegiatan penangkapan ikan dilakukan sewaktu musim kering. Jenis ikan yang tertangkap oleh nelayan cukup beragam. Jenis ikan yang dominan tertangkap adalah ikan gabus, lele, sepat dan betok. Kebijakan pengelolaan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum pada level nasional antara lain dapat dikaji berdasarkan atas keberadaan makna yang terkandung dalam peraturan perundang-undangan pada level nasional. Peraturan tersebut terutama didasarkan kepada UU RI No.45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU RI No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan [Lembaran Negara RI Tahun 2009 NO. 154, TLN NO. 5073]. Berdasarkan peraturan tersebut dilihat pasal-pasal mana yang terkait dengan bahasan tujuan kebijakan, kewenangan stakeholder kebijakan dari sisi pemerintah, masyarakat dan pihak lainnya (misalnya swasta), dan sanksi atas pelanggaran kewenangan. Hasil identifikasi menggunakan pokok bahasan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan dapat dikemukakan keterkaitannya terhadap UU RI No. 45 Tahun 2009 Tentang Perubahan Atas UU RI No.31 Tahun 2004 Tentang Perikanan. Terlihat bahwa terdapat beberapa pasal yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya dan pengendalian lingkungan perairan umum serta

24 76 partisipasi masyarakat. Pada Pasal I angka 2 undang-undang tersebut dinyatakan azas-azas dalam pengelolaan sumber daya perikanan yaitu harus didasarkan azas manfaat, keadilan, kebersamaan, kemitraan, kemandirian, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, kelestarian, dan pembangunan yang berkelanjutan.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, Menimbang : a. bahwa potensi pembudidayaan perikanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Lampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang.

Lampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang. 155 Lampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang. PERATURAN DESA DESA BERKAT, KECAMATAN SIRAH PULAU PADANG, KABUPATEN OGAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN

Lebih terperinci

VII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN

VII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN 112 VII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN Degradasi sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan

Lebih terperinci

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)

UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K) UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K) PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sumber daya air adalah merupakan

Lebih terperinci

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM QANUN KABUPATEN ACEH BESAR NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN DI PERAIRAN UMUM BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH BESAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang:

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN

SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN 2016/08/11 07:58 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN OKI (11/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Penyuluhan merupakan bagian dari upaya

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN -1- PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT

GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN LAMPUNG BARAT 4.1 Wilayah Kabupaten Lampung Barat dengan Ibukota Liwa terbentuk pada tanggal 24 September 1991 berdasarkan Undang-undang Nomor 06 tahun 1991. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA)

PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) PP 27/1991, RAWA... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal: 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/35; TLN NO. 3441 Tentang: RAWA Indeks:

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR Jumlah rumah tangga usaha pertanian di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2013 sebanyak 126.511 rumah tangga Jumlah perusahaan pertanian berbadan hukum di Kabupaten Ogan Komering Ilir Tahun 2013 sebanyak

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH 1 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan umum sungai dan rawa adalah perairan umum air tawar yang memiliki ciri spesifik, yang berbeda dengan perairan umum air tawar lainnya. Perairan umum sungai dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 797 TAHUN : 2010 Menimbang : a. PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 37 IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pengelolaan Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang Kawasan Hutan Produksi Terusan Sialang merupakan kawasan hutan produksi yang telah ditetapkan sejak tahun

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA )

RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) RENCANA STRATEGIS ( RENSTRA ) DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN TULANG BAWANG TAHUN 2011 2016 PEMERINTAH KABUPATEN TULANG BAWANG MENGGALA DAFTAR ISI Cover Renstra... i Daftar Isi... ii Bab I Pendahuluan...

Lebih terperinci

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan

Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 0 BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa guna menunjang pembangunan sektor kelautan dan perikanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan yang memadai akan dapat membuat manusia mempunyai kesempatan memperbaiki

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.180, 2013 SDA. Rawa. Pengelolaan. Pengawasan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5460) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG, BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN TEMANGGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2009 NOMOR 04 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABALONG NOMOR 04 TAHUN 2009 TENTANG PENANGKAPAN DAN PERLINDUNGAN SUMBERDAYA HAYATI DI PERAIRAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 18 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUKAMARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

P E R A T U R A N D A E R A H

P E R A T U R A N D A E R A H LEMBARAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN TAHUN 2005 NOMOR 29 SERI E NOMOR SERI 2 P E R A T U R A N D A E R A H KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 17 TAHUN 2005 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA IKAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 15 TAHUN : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa

Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa Peraturan Pemerintah No. 27 Tahun 1991 Tentang : Rawa Oleh : Presiden Republik Indonesia Nomor : 27 TAHUN 1991 (27/1991) Tanggal : 2 MEI 1991 (JAKARTA) Sumber : LN 1991/35; TLN NO. 3441 Presiden Republik

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH,

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H

L E M B A R A N D A E R A H L E M B A R A N D A E R A H TAHUN 2001 NOMOR 52 P E R A T U R A N D A E R A H NOMOR 15 TAHUN 2001 TENTANG PENANGKAPAN DAN PERLINDUNGAN IKAN DI SUNGAI, RAWA, DANAU, WADUK DAN GENANGAN AIR LAINNYA DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 2004 TENTANG PERIKANAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT IRIGASI PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang Mengingat : a. bahwa air sebagai sumber kehidupan masyarakat yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUARA ENIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG IRIGASI DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG GARIS SEMPADAN SUNGAI, DAERAH MANFAAT SUNGAI, DAERAH PENGUASAAN SUNGAI DAN BEKAS SUNGAI DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa sektor pertanian mempunyai peran yang sangat strategis

Lebih terperinci

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME KERJA DAN METODE PENYULUHAN DI WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5

LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5 LEMBARAN DAERAH KOTA PEKALONGAN TAHUN 2006 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN Menimbang : a.

Lebih terperinci

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.797, 2015 KEMEN PU-PR. Rawa. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a. bahwa irigasi sebagai salah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim

IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Kondisi Geografis dan Iklim Provinsi Banten secara geografis terletak pada batas astronomis 105 o 1 11-106 o 7 12 BT dan 5 o 7 50-7 o 1 1 LS, mempunyai posisi strategis pada lintas

Lebih terperinci

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991); RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK Menimbang : a. bahwa untuk mengarahkan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyuluh Kehutanan. Swasta. Swadaya Masyarakat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.42/MENHUT-II/2012 TENTANG PENYULUH

Lebih terperinci

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kabupaten Mesuji terletak pada arah

BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis wilayah Kabupaten Mesuji terletak pada arah 29 BAB. IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Aspek Geografi Secara geografis wilayah Kabupaten Mesuji terletak pada 3.45 4.40 arah Utara-Selatan dan 106.15 107.00 arah Timur-Barat. Kabupaten Mesuji mempunyai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka pengelolaan, pemanfaatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2001 TENTANG I R I G A S I PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perubahan sistem pemerintahan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PUNGUTAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan yang rentan terhadap dampak perubahan iklim. Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang termasuk rawan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009 DRAFT-4 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa pertanian mempunyai

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJARNEGARA, Menimbang

Lebih terperinci