VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG
|
|
- Sudomo Susman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 101 VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG Akses dapat bermakna sebagai kemampuan dan karena itu permasalahan akses dapat dilihat dalam tatanan hubungan sosial yang lebih luas (bundle of powers) yang mengakibatkan seseorang mampu memperoleh keuntungan dari sumber daya tanpa mengindahkan ada tidaknya hubungan properti (bundle of rights). Konsep akses seperti ini memfasilitasi analisis secara mendasar mengenai siapa yang memanfaatkan (dan tidak memanfaatkan) sesuatu, dengan cara seperti apa, dan kapan (dalam situasi seperti apa), termasuk illegal access (Ribot dan Peluso, 2003). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa analisis akses adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan memetakan mekanisme perolehan, pemeliharaan, dan pengendalian akses. Dalam hal ini, proses analisis akses meliputi: a) identifikasi dan pemetaan alur keuntungan dari kepentingan masingmasing aktor; b) identifikasi mekanisme masing-masing aktor yang meliputi perolehan, pengendalian, dan pemeliharaan alur dan distribusi keuntungan; dan c) analisis hubungan kekuasaan yang mendasari mekanisme akses yang melibatkan institusi-institusi dimana keuntungan diperoleh. Dengan dasar bahwa kebanyakan sumber daya hanya dapat di ekstraksi dengan menggunakan teknologi, sehingga mereka yang memiliki akses terhadap teknologi yang lebih tinggi akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak dibandingkan terhadap yang tidak memiliki. Sementara, akses modal sering juga disebut sebagai akses terhadap kekayaan dalam bentuk keuangan dan peralatan (termasuk juga teknologi) yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi, produksi, konversi, mobilisasi buruh, dan proses lain yang sejalan dengan pengambilan keuntungan dari sesuatu atau orang lain. 6.1 Akses pada Masa Pemerintahan Marga Untuk mendapatkan hak usaha penangkapan ikan, nelayan sebagai anggota masyarakat yang melaksanakan usaha penangkapan ikan pada prinsipnya harus mengikuti proses pelelangan yang diadakan oleh pemerintah Marga, yang berlangsung di kantor Marga. Untuk wilayah penelitian ini, masyarakat Desa
2 102 Berkat harus mengikuti pelaksanaan pelelangan yang diadakan pada kantor Marga Sirah Pulau Padang (saat ini berada di ibukota kecamatan Sirah Pulau Padang, yang terletak di desa Sirah Pulau Padang). Pelelangan tersebut dilakukan setiap tahun sekitar bulan November atau Desember untuk masa usaha penangkapan ikan pada tahun berikutnya. Pelelangan dilaksanakan dengan cara penawaran meningkat, tetapi tidak ada harga standar yang ditetapkan oleh panitia lelang. Penetapan harga pertama kali dilakukan oleh juru lelang yang menawarkan pertama kali kepada para peserta lelang. Bagi nelayan yang memenangkan pelelangan, maka diharuskan membayar secara tunai pada saat pemenang lelang ditetapkan oleh juru lelang. Panitia Lelang adalah suatu kepanitiaan yang dibentuk oleh Pemerintah Marga yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Lelang Lebak Lebung, yang secara langsung diawasi oleh Pasirah (Kepala Marga). Tidak ada Pengawas Lelang yang berasal dari unsur pemerintahan diatasnya, termasuk tidak ada pula pengawasan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten OKI. Juga tidak ada Peninjau Lelang atau Perorangan atau Lembaga atau Badan Hukum yang secara sukarela ikut dalam pengawasan pelaksanaan lelang. Peserta Lelang adalah perorangan yang terdaftar sebagai penduduk pada wilayah Marga yang bersangkutan sebagai calon pengemin yang berminat untuk menawar/melelang 1 (satu) atau lebih objek lelang. Dalam proses pelelangan, dimulai dengan pengarahan dari Pasirah (sebagai Kepala Marga; juga sebagai Pengawas dan Ketua Panitia Lelang) yang mengemukakan bahwa proses pelelangan yang diadakan merupakan mekanisme yang dilakukan untuk penetapan hak usaha penangkapan ikan pada seseorang yang memang berhak untuk mengusahakannya. Objek lelang adalah bagian perairan umum lebak lebung dengan batasbatas menggunakan ciri-ciri alam yang terdapat di sekitarnya, seperti pohonpohon tanaman tahunan dan alur sungai, yang ditetapkan oleh pemerintahan Marga yang dibantu oleh para staf Marga; termasuk Pembarab, Penggawo dan Kerio. Masa penguasaan hak usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung yang dilelang tersebut adalah satu tahun yang dimulai pada tanggal 1 Januari hingga 31 Desember tahun berikutnya. Proses pelelangan dilakukan
3 103 dengan penawaran harga yang meningkat, yang dilakukan secara tertib serta pembayaran dilakukan secara tunai. Kemudian, bagi mereka yang dinyatakan sebagai pemenang dan kemudian tidak dapat membayar secara tunai, maka pemenang lelang dipindahkan kepada penawar tertinggi kedua. Dengan dasar pengemin yang ada di desa Berkat hanya satu orang, maka akses masyarakat nelayan yang lainnya yang ingin melaksanakan usaha penangkapan ikan pada perairan lebak lebung harus mendapatkan hak usaha dari pengemin dengan cara sewa secara individu. Anggota masyarakat atau nelayan yang menyewa perairan untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan disebut bekarang. Lama waktu penguasaan hak usaha tersebut sesuai dengan perjanjian hasil mufakat antara nelayan dan pengemin. Bagi sebagian nelayan ada yang hanya menyewa pada saat air berada di perairan lebak atau perairan lebak dan sungainya. Bagi nelayan yang yang hanya menyewa pada perairan lebak atau lebak dan sungainya, penggunaan alat tangkap ditetapkan oleh pihak pengemin. Kemudian, ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga harus dijual kepada pihak pengemin dengan harga yang ditentukan oleh pengemin meskipun menurut mereka berdasarkan harga yang berlaku di pasaran. Terkait dengan pengadaan alat tangkap dan perahu serta sarana penangkapan lainnya dapat saja diadakan oleh nelayan sendiri atau diadakan oleh pihak pengemin. Lama waktu pengusahaan penangkapan ikan di perairan lebak dan sungainya berkisar antara 8 9 bulan yang berlangsung sekitar bulan Maret hingga Nopember. Sementara untuk nelayan yang menyewa pada perairan lebak hanya berlangsung sekitar 5-6 bulan atau berkisar bulan Maret hingga Juli. Pada perairan lebak, biasanya pada bulan Juni atau Juli masyarakat petani sudah mulai mengolah tanah untuk menanam padi di sawah lebak. Penguasaan lebung merupakan perairan umum hak bersama antara pengemin dan pemilik sawah dimana lebung tersebut berada. Jika pengemin ingin mendapatkan ikan hasil tangkapan pada perairan lebung, maka harus membayar separuh harga yang ditetapkan secara bersama oleh kedua belah pihak. Begitu pula sebaliknya jika pemilik sawah yang menginginkan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan di perairan lebung tersebut. Setelah dicapai kesepakatan di antara pengemin dan pemilik sawah terkait dengan nilai yang diperkirakan terkandung di
4 104 dalam lebung, maka pihak yang membayar dapat saja mengalihkan hak penangkapan ikan kepada pihak lainnya. Bagi nelayan atau anggota masyarakat yang memenangkan pelelangan yang dilakukan oleh Pelaksana Lelang, berhak melaksanakan usaha penangkapan ikan dengan cara dan alat tangkap apapun, sesuai dengan ketentuan yang diperbolehkan peraturan perundang-perundangan yang berlaku. Pengemin dalam prakteknya tidak menangkap sendiri ikan yang ada dalam satu wilayah objek lelang tersebut, melainkan juga menyewakannya kepada seseorang atau sekelompok nelayan lainnya. Pengemin dalam hal ini berhak mengatur alat dan cara penangkapan yang harus diikuti oleh nelayan penyewa. Hak nelayan penyewa adalah menangkap ikan sesuai dengan alat tangkap dan cara penangkapan ikan yang disetujui pada saat mengutarakan maksud menyewa perairan terhadap pengemin. Pembayaran sewa perairan oleh nelayan penyewa dapat saja dibayar tunai atau dengan cara hutang yang selanjutnya dibayar dengan cara memperhitungkan nilai ikan hasil tangkapannya. Bagi nelayan yang membayar secara tunai dan membeli alat tangkap dengan modal sendiri, ikan hasil tangkapannya bebas untuk dijual kepada pedagang ikan manapun juga, tidak pada pengemin. Sebaliknya bagi penyewa yang berhutang, maka ikan hasil tangkapannya harus dijual kepada pengemin, dengan harga yang ditentukan pengemin. Adapun aktor yang terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung pada masa pemerintahan Marga adalah masyarakat nelayan, pedagang atau pemilik modal, dan pemerintah Marga (Kepala Marga dan perangkatnya). Keuntungan dengan adanya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung didapatkan oleh ketiga aktor diatas, yaitu masyarakat nelayan, pedagang atau pemilik modal, serta pemerintah Marga. Masyarakat nelayan dalam hal ini terbatas hanya masyarakat nelayan yang bermukim dalam satu wilayah Marga saja yang dapat memanfaatkan sumber daya perikanan perairan umum dalam wilayah Marga tersebut, sehingga tidak banyak terjadi persaingan yang ketat di antara masyarakat. Pedagang atau pemilik modal yang berada dalam wilayah Marga tersebut jumlahnya terbatas dan belum banyak berhubungan dengan pedagang lainnya di kota. Sementara
5 105 pemerintah Marga bersifat otonom untuk dapat memanfaatkan nilai hasil lelang lebak lebung yang ada pada wilayah Marganya. 6.2 Akses pada Masa Pemerintahan Kabupaten Hak usaha penangkapan ikan, didapatkan masyarakat nelayan pada masa pemerintahan kabupaten pada prinsipnya harus mengikuti proses pelelangan yang diadakan oleh pemerintah kabupaten, melalui Panitia Pelaksana Lelang yang berada pada tingkat kecamatan. Untuk wilayah penelitian ini, masyarakat desa Berkat harus mengikuti pelaksanaan pelelangan yang diadakan pada kantor Kecamatan Sirah Pulau Padang. Pelelangan tersebut dilakukan setiap tahun sekitar bulan Oktober sampai dengan Desember untuk masa usaha penangkapan ikan pada tahun berikutnya. Pelelangan dilaksanakan dengan cara penawaran meningkat dengan harga standar yang ditetapkan oleh panitia lelang. Penetapan harga standar ini merupakan kewenangan Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir yang ditetapkan setiap tahunnya atas usulan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kab. OKI). Bagi nelayan yang memenangkan pelelangan, maka diharuskan membayar secara tunai pada saat pemenang lelang ditetapkan oleh juru lelang (biasanya orang yang mengetahui batas-batas perairan pada masa pemerintahan Marga). Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan dalam peraturan daerah, yang dimaksud dengan Panitia Lelang adalah suatu kepanitiaan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Lelang Lebak Lebung. Pengawas Lelang adalah suatu unit dari Panitia Lelang yang bertindak sebagai pejabat pengawas pelaksanaan lelang lebak lebung, Pelaksana Lelang adalah suatu unit / sub unit dari Panitia Lelang yang bertanggungjawab atas pelaksanaan lelang. Peninjau Lelang adalah Perorangan atau Lembaga atau Badan Hukum yang secara sukarela ikut dalam pengawasan pelaksanaan lelang. Peserta Lelang adalah Perorangan atau Koperasi yang terdaftar pada Pelaksana Lelang sebagai calon pengemin yang berminat untuk menawar/melelang 1 (satu) atau lebih objek lelang.
6 106 Dalam proses pelelangan, dimulai dengan pengarahan dari pejabat (berasal dari Panitia Lelang) yang isinya mengemukakan bahwa proses pelelangan yang diadakan merupakan mekanisme yang dilakukan untuk mendapatkan hak usaha penangkapan ikan pada suatu objek lelang. Objek lelang adalah bagian perairan umum lebak lebung dengan batas-batas menggunakan ciri-ciri alam yang terdapat disekitarnya, seperti pohon-pohon tanaman tahunan dan alur sungai, yang ditetapkan sejak pemerintahan Marga. Masa penguasaan hak usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung yang dilelang tersebut adalah satu tahun yang dimulai pada bulan Januari hingga Desember tahun berikutnya. Proses pelelangan dilakukan dengan penawaran harga yang meningkat dari harga standar yang telah ditetapkan, yang dilakukan secara tertib serta pembayaran dilakukan secara tunai. Kemudian, bagi mereka yang dinyatakan sebagai pemenang dan kemudian tidak dapat membayar secara tunai, maka pemenang lelang dipindahkan kepada penawar tertinggi kedua. Setelah adanya pengarahan tersebut, maka proses pelelangan dimulai oleh juru lelang (salah satu dari panitia lelang) dengan cara menawarkan harga standar objek lelang yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Bupati. Bagi sebagian nelayan ada yang hanya menyewa pada saat air berada di perairan lebak atau perairan lebak dan sungainya. Bagi nelayan yang yang hanya menyewa pada perairan lebak atau lebak dan sungainya, penggunaan alat tangkap ditetapkan oleh pihak pengemin. Kemudian, ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga harus dijual kepada pihak pengemin dengan harga yang ditentukan oleh pengemin. Terkait dengan pengadaan alat tangkap dan perahu serta sarana penangkapan lainnya dapat saja diadakan oleh nelayan sendiri atau diadakan oleh pihak pengemin. Pada perairan lebung merupakan hak bersama antara pengemin dan pemilik sawah dimana lebung tersebut berada. Jika pengemin ingin mendapatkan ikan hasil tangkapan pada perairan lebung, maka harus membayar separuh harga yang ditetapkan secara bersama oleh kedua belah pihak. Begitu pula sebaliknya jika pemilik sawah yang menginginkan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan di perairan lebung. Setelah dicapai kesepakatan di antara pengemin dan pemilik
7 107 sawah terkait dengan nilai yang diperkirakan terkandung di dalam lebung, maka pihak yang membayar dapat saja mengalihkan hak penangkapan ikan tersebut. Pada Desa Berkat terdapat satu orang pengemin yang mengatur hak penangkapan ikan yang dilakukan oleh seluruh nelayan penyewa pada seluruh bagian perairan. Hak nelayan penyewa adalah menangkap ikan sesuai dengan alat tangkap dan cara penangkapan ikan yang disetujui pada saat mengutarakan maksud menyewa perairan terhadap pengemin. Pembayaran sewa perairan oleh nelayan penyewa dapat saja dibayar tunai atau dengan cara hutang yang selanjutnya dibayar dengan cara memperhitungkan nilai ikan hasil tangkapannya. Bagi nelayan yang membayar secara tunai dan membeli alat tangkap dengan modal sendiri, ikan hasil tangkapannya bebas untuk dijual kepada pedagang ikan manapun juga, tidak pada pengemin. Sebaliknya bagi penyewa yang berhutang, maka ikan hasil tangkapannya harus dijual kepada pengemin, dengan harga yang ditentukan pengemin. Aktor yang terlibat dalam pemanfaatan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung pada masa pemerintahan kabupaten adalah masyarakat nelayan, pedagang atau pemilik modal, dan petugas pemerintah kecamatan, desa, kabupaten dan perangkatnya. Keuntungan dengan adanya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung didapatkan oleh keseluruhan aktor diatas. Masyarakat nelayan dalam hal ini tidak terbatas hanya masyarakat nelayan yang bermukim dalam satu wilayah kecamatan (kira-kira setara Marga) saja, tetapi seluruh penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), sehingga terjadi dominasi pedagang trhadap masyarakat nelayan. Pedagang atau pemilik modal tersebut berada dalam wilayah kabupaten dan jumlahnya banyak dan berhubungan dengan pedagang lainnya di luar kabupaten. Pemerintah kabupaten dalam hal ini bersifat mengatur penggunaan dalam pemanfaatan nilai hasil lelang lebak lebung yang ada pada wilayah kabupaten ini. 6.3 Penyempitan Akses Masyarakat Nelayan Berdasarkan uraian akses pada masa pemerintahan Marga dan masa pemerintahan kabupaten yang dikemukakan pada point 6.1 dan 6.2 serta masa
8 108 pemerintahan kabupaten selama tahun 2009 dan 2010 (pada perairan lebak lebung yang tidak dilelang; berdasarkan materi Peraturan Desa Berkat No. 1 Tahun 2009), maka analisis proses akses masyarakat terhadap sumber daya perikanan PULL dipaparkan pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa telah terjadi penyempitan akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan pada masa pemerintahan kabupaten jika dibandingkan dengan masa pemerintahan Marga. Hal ini berdampak terhadap perolehan keuntungan bagi masyarakat nelayan pada masa pemerintahan kabupaten menjadi semakin kecil dan sulit untuk didapatkan. Hal ini antara lain dapat diketahui dengan alasan bahwa meskipun pada prinsipnya sistem penguasaan perairan umum melalui sistem lelang lebak lebung dapat mengatur nelayan untuk menangkap ikan di perairan umum, tetapi akses yang didapatkan masyarakat nelayan adalah illegal. Nelayan hanya mendapatkan akses untuk menangkap ikan dari para pengemin (pemenang lelang)dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pelelangan. Dengan demikian, lelang lebak lebung sebagai kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum yang ditujukan untuk umum, tidak terbatas kepada nelayan yang benar-benar memenuhi kriteria sebagai nelayan yaitu mereka yang mata pencaharian utama adalah sebagai nelayan (full time fishermen), mengakibatkan nelayan mendapatkan akses yang illegal. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Arifin (1972) yang mengemukakan bahwa sejak tahun 1972 lisensi pada beberapa perairan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (termasuk masa pemerintahan Marga) juga didapatkan oleh pedagang / pemilik modal, yang tidak berprofesi sebagai nelayan sama sekali.
9 109 Tabel 14. Analisis Akses Masyarakat Nelayan Terhadap Sumber daya Perikanan Perairan Umum Lebak Lebung Berdasarkan 3 (tiga) Periode Pemerintahan. Komponen Akses Masa Pemerintahan Marga (hingga tahun 1982) Masa Pemerintahan Kabupaten ( ) Masa Pemerintahan Kabupaten ( ) Pihak yang paling mendapatkan keuntungan Mekanisme perolehan hak usaha penangkapan ikan; Mekanisme pengendalian perolehan hak usaha penangkapan ikan Distribusi keuntungan; Hubungan kekuasaan terkait mekanisme akses; Sumber: Data Primer Diolah (2009). Masyarakat nelayan mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil usaha penangkapan ikan yang mereka lakukan, meskipun modal untuk membayar lelang perairan berasal dari pedagang. Hanya masyarakat nelayan memiliki hak suara untuk mengikuti pelelangan sumber daya perikanan yang diadakan pada setiap Marga. Masyarakat nelayan dibatasi hanya dapat menjadi pengemin pada 3 objek lelang. Masyarakat nelayan yang utama mendapatkan keuntungan, kemudian pemerintah Marga. Didominasi oleh masyarakat nelayan dalam hubungannya dengan kekuasaan (Pasirah). Pedagang yang paling banyak mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil usaha penangkapan ikan yang dilakukan nelayan, dan pedagang menguasai akses hak usaha penangkapan ikan. Seluruh anggota masyarakat dalam wilayah kabupaten memiliki hak yang sama untuk mengikuti dan memenangkan pelelangan hak usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung. Masyarakat tidak dibatasi hanya dapat menjadi pengemin pada 3 objek lelang. Pedagang yang utama mendapatkan keuntungan, kemudian Pemerintah Daerah; Didominasi oleh pedagang dalam hubungannya dengan proses pelelangan (perlu modal dan biaya transaksi yang tinggi), sehingga nelayan sulit mendapatkan akses. Masyarakat nelayan yang paling mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil usaha penangkapan ikan, meskipun modal untuk membeli alat tangkap berasal dari pedagang. Masyarakat memiliki hak untuk mendaftarkan diri sebagai pihak yang akan melaksanakan usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung. Setiap anggota masyarakat dapat melakukan usaha penangkapan ikan asalkan mendaftarkan diri di Kantor Desa. Masyarakat nelayan yang paling utama mendapatkan keuntungan; Didominasi oleh masyarakat nelayan dalam hubungannya dengan Pemerintah Desa.
10 110 Salah satu penyebab terjadinya perolehan hak usaha penangkapan ikan oleh pemilik modal adalah adanya syarat bahwa penawar lelang harus mempunyai uang tunai, sedangkan nelayan sebagian besar tidak mempunyai modal. Padahal, pemilik modal ini tidak pernah langsung mengadakan penangkapan ikan, melainkan hanya mencari keuntungan dengan memperdagangkan surat lelang ini kepada para nelayan penggarap. Surat lelang ini mereka jual kepada nelayan penggarap dengan harga yang relatif tinggi, kadang-kadang mencapai % lebih tinggi dari harga yang tercantum dalam surat lelang tersebut. Penjualan lisensi hak penangkapan ikan kepada nelayan penggarap sering disertai dengan perjanjian yang mengikat misalnya bahan makanan dan peralatan selama mengadakan penangkapan harus dibeli dari penjual surat lelang yang pembayarannya berupa hasil tangkapan. 6.4 Ikhtisar Analisis akses adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan memetakan mekanisme perolehan, pemeliharaan, dan pengendalian akses. Dalam hal ini, proses analisis akses meliputi: a) identifikasi dan pemetaan alur keuntungan dari kepentingan masing-masing aktor; b) identifikasi mekanisme masing-masing aktor yang meliputi perolehan, pengendalian, dan pemeliharaan alur dan distribusi keuntungan; dan c) analisis hubungan kekuasaan yang mendasari mekanisme akses yang melibatkan institusi-institusi dimana keuntungan diperoleh. Dengan dasar bahwa kebanyakan sumber daya hanya dapat di ekstraksi dengan menggunakan teknologi, sehingga mereka yang memiliki akses terhadap teknologi yang lebih tinggi akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak dibandingkan terhadap yang tidak memiliki. Sementara, akses modal sering juga disebut sebagai akses terhadap kekayaan dalam bentuk keuangan dan peralatan (termasuk juga teknologi) yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi, produksi, konversi, mobilisasi buruh, dan proses lain yang sejalan dengan pengambilan keuntungan dari sesuatu atau orang lain. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyempitan akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan pada masa pemerintahan kabupaten jika dibandingkan dengan masa pemerintahan Marga. Hal ini
11 111 berdampak terhadap perolehan keuntungan bagi masyarakat nelayan pada masa pemerintahan kabupaten menjadi semakin kecil dan sulit untuk didapatkan. Hal ini antara lain dapat diketahui dengan alasan bahwa meskipun pada prinsipnya sistem penguasaan perairan umum melalui sistem lelang lebak lebung dapat mengatur nelayan untuk menangkap ikan di perairan umum, tetapi akses yang didapatkan masyarakat nelayan adalah illegal. Nelayan hanya mendapatkan akses untuk menangkap ikan dari para pengemin (pemenang lelang) dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pelelangan. Lelang lebak lebung sebagai kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum yang ditujukan untuk umum, tidak terbatas kepada nelayan yang benar-benar memenuhi kriteria sebagai nelayan yaitu mereka yang mata pencaharian utama adalah sebagai nelayan (full time fishermen), mengakibatkan nelayan mendapatkan akses yang illegal dengan harga yang mahal. Salah satu penyebab terjadinya perolehan hak usaha penangkapan ikan oleh pemilik modal adalah adanya syarat bahwa penawar lelang harus mempunyai uang tunai, sedangkan nelayan sebagian besar tidak mempunyai modal. Tingginya biaya penangkapan berpengaruh pada tanggung jawab nelayan dalam menjaga kelestarian sumber daya perikanan. Nelayan selalu berusaha menangkap ikan sebanyak mungkin dengan tujuan untuk mengembalikan keseluruhan biaya yang mereka keluarkan baik untuk menyewa perairan maupun untuk mengadakan peralatan penangkapan.
V. EFEKTIFITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN LELANG LEBAK LEBUNG,
77 V. EFEKTIFITAS KELEMBAGAAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN LELANG LEBAK LEBUNG, Efektifitas kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan lelang lebak lebung dalam hal ini dikemukakan dalam bentuk
Lebih terperinciVIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG
126 VIII. ALTERNATIF KELEMBAGAAN ADAPTIF UNTUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG 8.1 Pembelajaran Dari Sistem Lelang Lebak Lebung Berdasarkan data dan informasi yang didapatkan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
36 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Landasan Filosofis Pemanfaatan sumber daya perikanan PULL tanpa memperhatikan proses alam dalam menyediakan sumber daya perikanan tersebut adalah suatu perbuatan yang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perairan umum sungai dan rawa adalah perairan umum air tawar yang memiliki ciri spesifik, yang berbeda dengan perairan umum air tawar lainnya. Perairan umum sungai dan
Lebih terperinciVII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN
112 VII. DEGRADASI KONDISI SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG DAN KEMISKINAN MASYARAKAT NELAYAN Degradasi sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung dan kemiskinan masyarakat nelayan
Lebih terperincif. bahwa untuk penyempurnaan tersebut, perlu dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Ogan Komering Ilir.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG LELANG LEBAK LEBUNG DALAM KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ILIR Menimbang
Lebih terperinciLampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang.
155 Lampiran 1. Salinan Peraturan Desa Berkat No. 01 Tahun 2009 Tentang Pengelolaan Lebak, Lebung dan Sungai yang Tidak Dilelang. PERATURAN DESA DESA BERKAT, KECAMATAN SIRAH PULAU PADANG, KABUPATEN OGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG LELANG LEBAK LEBUNG KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN NOMOR 18 TAHUN 2005 TENTANG LELANG LEBAK LEBUNG KABUPATEN MUSI BANYUASIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI BANYUASIN, Menimbang : a. b. bahwa dalam
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2010 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR TAHUN 2010 NOMOR 18 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 18 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN LEBAK, LEBUNG DAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DESA BANGSAL KECAMATAN PAMPANGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN DESA BANGSAL KECAMATAN PAMPANGAN KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN LEBAK LEBUNG DAN SUNGAI DALAM DESA BANGSAL DESA BANGSAL KECAMATAN PAMPANGAN KABUPATEN
Lebih terperinciBUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG
BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PENYELENGGARAAN PELELANGAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PEMAKAIAN KEKAYAAN MILIK PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS YANG BERASAL DARI EKS TANAH KAS DESA
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH : 4 TAHUN 1991
PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI RAWAS NOMOR : 4 TAHUN 1991 T E N T A N G LELANG LEBAK LEBUNG DALAM KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPALA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBerkaitan dengan hal tersebut, mohon bantuannya untuk disebarluaskan pengumuman sebagaimana terlampir, melalui web Pemerintah Kabupaten Demak.
DEMAK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KEKAYAAN DAERAH Jalan Kyai Jebat Nomor 88 la Demak 59511, Telp : 0291 685660 Fax (0291) 685990 Demak, 26 Oktober 2016 Nomor : 028/ ^20T /2016
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN GODONG DESA JATILOR Jl. Raya Purwodadi-Semarang Km. 13 Telp. (0292) Kode Pos 58162
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN KECAMATAN GODONG DESA JATILOR Jl. Raya Purwodadi-Semarang Km. 13 Telp. (0292) 7711100 Kode Pos 58162 PERATURAN KEPALA DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN NOMOR
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAJENE
PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG USAHA KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang : a. bahwa sumber daya kelautan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2009
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG TEMPAT PELELANGAN IKAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 25 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 25 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan pasal 85 Peraturan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirubah yakni dari ikan yang dijual sendiri-sendiri menjadi ikan dijual secara lelang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara tradisional setelah nelayan memperoleh hasil ikan tangkapan, mereka lalu mencoba menjual sendiri kepada konsumen setempat melalui cara barter atau dengan nilai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
Menimbang Mengingat : : PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, a. bahwa untuk menjamin kelancaran
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN
PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK, Menimbang : a. bahwa berdasarkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KAYONG UTARA DI PROVINSI KALIMANTAN BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA SEWA TANAH SAWAH MILIK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK
BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 23 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA SEWA TANAH SAWAH MILIK PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 21 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota pada seluruh pemerintahan daerah bahwa pelaksanaan pembangunan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciKECAMATAN TEGALDLIMO DESA KEDUNGASRI
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN TEGALDLIMO DESA KEDUNGASRI Jalan Plengkumg Indah No. 159, Telepon (0333) 591 429 68484 PERATURAN DESA KEDUNGASRI KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR
Lebih terperinciSEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN
2016/08/11 07:58 WIB - Kategori : Warta Penyuluhan SEMANGAT DONNA OCTAVIANA, PENYULUH PERIKANAN OKI TUMBUHKEMBANGKAN POKDAKAN OKI (11/8/2016) www.pusluh.kkp.go.id Penyuluhan merupakan bagian dari upaya
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG. Tahun 2009 Nomor 4 Seri CA Nomor 13 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2009 Nomor 4 Seri CA Nomor 13 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BATANG Tahun 2009 Nomor 4 Seri C Nomor 1 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI
Lebih terperinciMengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 23 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 23 TAHUN 2005 TENTANG LELANG LEBAK LEBUNG DALAM KABUPATEN BANYUASIN DENGAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG
SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN LELANG TANAH MILIK PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK BERUPA TANAH DESA YANG DESANYA BERUBAH STATUS
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN
PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PENYELENGGARAAN PELELANGAN IKAN Menimbang Mengingat : : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA
11 LEMBARAN DAERAH Oktober KABUPATEN LAMONGAN 16/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMONGAN, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka pengelolaan, pemanfaatan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO DI PROVINSI SULAWESI UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENGELOLAAN LELANG LEBAK LEBUNG DALAM PEMANFAATAN PERAIRAN UMUM DI KECAMATAN RANTAU BAYUR IQBAL SETIAWAN
PENGELOLAAN LELANG LEBAK LEBUNG DALAM PEMANFAATAN PERAIRAN UMUM DI KECAMATAN RANTAU BAYUR IQBAL SETIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciBUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG
Menimbang BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 93 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT
Lebih terperinci5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN
56 5 KETERLIBATAN TENGKULAK DALAM PENYEDIAAN MODAL NELAYAN 5.1 Bentuk Keterlibatan Tengkulak Bentuk-bentuk keterlibatan tengkulak merupakan cara atau metode yang dilakukan oleh tengkulak untuk melibatkan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 31 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS - DINAS KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dari segi model bagi hasil pada petani bawang merah di dusun Temukerep yaitu pelaksanaan bagi hasil pertanian di dusun Temukerep desa Larangan kecamatan Larangan Kabupaten
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 80 TAHUN 2016
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 80 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN
WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi
PEMERINTAHAN DAERAH Harsanto Nursadi Beberapa Ketentuan Umum Pemerintah pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN KOMERING ULU TIMUR Menimbang
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban yang diberikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai petani. Bagi rakyat Indonesia, tanah menempati kedudukan penting dalam kehidupan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG
PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SEWA/LELANG TANAH KAS DESA JATILOR KECAMATAN GODONG KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2014 DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN IZIN RUMAH KOS DAN, ATAU RUMAH SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menimbang : a. bahwa usaha penyelenggaraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian adalah salah satu wujud dari pembangunan nasional yang merupakan salah satu keunggulan bangsa Indonesia. Pada hakikatnya pembangunan nasional adalah pembangunan
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN,
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN KEKAYAAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan sebagaimana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memacu perkembangan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 12 / PRT / M / 2010 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BUTON UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2007 (31/2007) TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 31 TAHUN 2007 (31/2007) TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TUAL DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang Mengingat : a. bahwa untuk mewujudkan peningkatan
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Perairan Umum Lebak Lebung
ISSN : 1978-4333, Vol. 02, No. 02 6 Perkembangan Ekonomi Masyarakat Nelayan Perairan Umum Lebak Lebung Zahri Nasution 1 Ringkasan Keterbatasan analisis ekonomi (parsial dan ahistoris) yang dilakukan oleh
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES. Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 6 Tahun : 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN RETRIBUSI TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008; 7. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN SINJAI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN
PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPENDIRIAN DAN KEANGGOTAAN KOPERASI
PENDIRIAN DAN KEANGGOTAAN KOPERASI HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN Tidak akan ada manfaatnya koperasi itu, apabila para pendiri tidak mengetahui berbagai persoalan pokok mengenai koperasi Walaupun koperasi
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES LEMBARAN DAERAH Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan urusan bidang kelautan dan perikanan khususnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan, yang disebabkan oleh tidak terpenuhinya hak-hak dasar masyarakat, antara lain kebutuhan akan
Lebih terperinciBAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN
43 BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam pembahasan bab ini, penulis akan memaparkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN KONAWE UTARA DI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.
Lebih terperinciRANCANAGN PERATURAN DESA CILANGKAP KECAMATAN WANASALAM KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG
RANCANAGN PERATURAN DESA CILANGKAP KECAMATAN WANASALAM KABUPATEN LEBAK NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN TANAH KAS DESA CILANGKAP KECAMATAN WANASALAM KABUPATEN LEBAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA, SUMBER PENDAPATAN DESA, KERJA SAMA DESA, LEMBAGA ADAT, LEMBAGA KEMASAYARATAN DAN
Lebih terperinciBAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT
BAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT A. Gambaran Umum Desa Mekarjati, Kecamatan Hargeulis, Kabupaten Indramayu Mekarjati adalah desa
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.
BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK A. Gambaran Umum Desa Bolo Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik 1. Demografi Berdasarkan data Administrasi Pemerintahan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 SERI C.2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1990 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sumber daya ikan sebagai bagian kekayaan bangsa Indonesia perlu dimanfaatkan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO
UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN GORONTALO UTARA DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang: a. bahwa untuk memacu perkembangan dan kemajuan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 6 Tahun : 2010 Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan urusan bidang kelautan dan perikanan khususnya Tempat Pelelangan Ikan (TPI) berdasarkan Peraturan Pemerintah
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,
BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT PENDARATAN IKAN PADA DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN BULUNGAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 76 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,
SALINAN PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 76 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ASET DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 45 Peraturan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN ILIR NOMOR : 15 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN TEMPAT PARKIR KENDARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI OGAN ILIR, Menetapkan : a bahwa dalam usaha meningkatkan
Lebih terperinciTingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUPANG NOMOR 22 TAHUN 2000 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA, SEKRETARIS DESA, KEPALA-KEPALA URUSAN DAN KEPALA-KEPALA DUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUPANG
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IJIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Klik Dibatalkan dan Ditindaklanjuti Instruksi Bupati No 8 Tahun 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN IJIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pasal
Lebih terperinciSURAT PERJANJIAN SEWA TANAH
SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH SURAT PERJANJIAN SEWA TANAH Saya yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama :.. Tempat, Tgl Lahir :.. Pekerjaan :.. Alamat :.... Nomor KTP/SIM :.. Dalam hal ini bertindak atas
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN KEPALA DESA JATILOR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG SEWA/LELANG TANAH KUSUTAN EKS. BENGKOK SEKRETARIS DESA, KEPALA URUSAN UMUM DAN
Lebih terperinciBAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN
BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dalam kehidupan sosial bermasyarakat, keadaan suatu wilayah sangat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN
1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN
BAB III PENERAPAN ANTARA PEMILIK KAPAL DAN NELAYAN DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN A. Gambaran Umum Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan 1. Letak Geografis Desa Paloh merupakan
Lebih terperinciPeraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1990 Tentang : Usaha Perikanan
Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1990 Tentang : Usaha Perikanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 15 TAHUN 1990 (15/1990) Tanggal : 28 MEI 1990 (JAKARTA) Sumber : LN 1990/19; TLN NO. 3408 Presiden
Lebih terperinciDHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA
DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB VIII PENUTUP. I dan desa Muara II. Desa Muara I masuk kedalam areal kawasan kabupaten
BAB VIII PENUTUP 8.1. Kesimpulan Desa Muara-Binuangeun adalah salah satu desa pesisir yang ada di kabupaten Lebak, provinsi Banten. Desa ini dibagi menjadi dua yaitu desa Muara I dan desa Muara II. Desa
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.
PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PENGELOLA DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT KELURAHAN DENGAN
Lebih terperinciKOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG
SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN BANDUNG NOMOR: 47/Kpts/KPU-Kab-011.329047/2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS DANA KAMPANYE DALAM PEMILIHAN BUPATI DAN
Lebih terperinci