BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Hasil dan Pembahasan Penelitian IV.1.1. Sejarah Rumah Sakit Sejarah berdirinya RSU PKU Muhammadiyah Bantul, diawali dengan rasa keprihatinan ibu-ibu pimpinan Aisyiyah karena belum adanya fasilitas pelayanan untuk ibu dan anak (utamanya) di sekitar Bantul kecuali RS Negeri. Setelah bermusyawarah dengan Pimpinan Muhammadiyah maka terbentuklah Badan Pelaksana Rumah bersalin Pembina Kesejahteraan Oemat (PKO) Muhammadiyah Bantoel. Pada tanggal 9 Zdulqo dah 1385 H atau 1 Maret 1966 Masehi berdirilah RB PKO Muhammadiyah atau lebih dikenal dengan sebutan BKIA. Selama 29 tahun perjalanannya, RB PKO berupaya memenuhi persyaratan agar dapat berubah menjadi Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA). Berkat usaha keras yang dilakukan, surat ijin sementara Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Prop DIY pada tahun 1955 melalui SK no : 503/1099/PK/V/95. Dengan 30 tempat tidur dan SK. Menkes RI No : YM yang dimiliki, ijin tetap diberikan pada RSKIA PKU Muhammadiyah Bantul. Dalam semangatnya untuk memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas, RSKIA tidak jalan ditempat. Dan pada tahun 2001 setelah melakukan studi kelayakan, mengajukan permohonan ijin sebagai Rumah Sakit Umum. Dengan 102 tempat tidur pada tanggal 20 Oktober 2001 ijin sebagai RSU dapat dipegang 1

2 dengan mengantongi SK. Ka DINKES Kab. Bantul no. 445/4318. Dan sekarang lebih dikenal masyarakat dengan nama RSU. PKU Muhammadiyah Bantul. Saat ini RSU PKU Muhammadiyah Bantul telah mendapatkan sertifikat ISO untuk Pelayanan Kesehatan Standar Mutu Internasional dan lolos Akreditasi RS dari KARS pada bulan November a. Struktur Organisasi Rumah Sakit Struktur organisasai Rumah Sakit PKU Bantul merupakan struktur matrik dimana seluruh unsur yang ada dalam struktur tersebut berorientasi pada pelayanan kepada pelanggan. Pimpinan tertinggi dalam struktur organisasi ini adalah Direktur yang di bantu oleh 4 wadir yaitu Wadir Pelayanan medis, Wadir Penunajng Medis, Wadir Umum dan Keuangan dan Wadir SDI dan Bindatra. Dalam upaya penyelenggaraan tata kelola klinik yang baik, Direktur di bantu oleh Komite Medis, sedangkan untuk membangun Sistem Mutu RS Direktur dibantu oleh Komite Mutu dan untuk melakukan pengawasan internal terhadap prosesproses pelayanan, Direktur dibantu oleh SPI. Masing-masing Wadir membawahi Kepala Bidang atau Kepala Bagian sesuai dengan unit kerja dibawah koordinasinya. Kepala Bidang membawahi Kepala Seksi sesuai kebutuhanya. Kepala Bagian membawahi Kepala Sub Bagian sesuai dengan kebutuhannya. Struktur organisasi secara lengkap dapat dilihat pada gambar dibawah ini 2

3 Gambar 4.1. Struktur Organisasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul 3

4 b. Visi dan Misi Rumah Sakit 1) Visi Terwujudnya Rumah Sakit yang Islami yang mempunyai keunggulan kompetitif global, dan menjadi kebanggaan umat. 2) Misi Berdakwah melalui pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan mengutamakan peningkatan kepuasan pelanggan serta peduli pada kaum dhu'afa IV.1.2. Sumber Daya Manusia RS PKU Muhammadiyah Bantul memiliki 17 orang dokter umum, 52 orang dokter spesialis, 328 orang karyawan tetap, 49 orang karyawan kontrak dan 49 orang karyawan PKWT. IV.1.3. LAZISMU LAZISMU adalah lembaga zakat tingkat nasional yang berkhidmat dalam pemberdayaan masyarakat melalui pendayagunaan secara produktif dana zakat, infaq, wakaf dan dana kedermawanan lainnya baik dari perseorangan, lembaga, perusahaan dan instansi lainnya. Didirikan oleh PP. Muhammadiyah pada tahun 2002, selanjutnya dikukuhkan oleh Menteri Agama Republik Indonesia sebagai Lembaga Amil Zakat Nasional melalui SK No. 457/21 November

5 Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor. Pertama, fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah. Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi zakat, infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada. Berdirinya LAZISMU dimaksudkan sebagai institusi pengelola zakat dengan manajemen modern yang dapat menghantarkan zakat menjadi bagian dari penyelesai masalah (problem solver) sosial masyarakat yang terus berkembang. Dengan budaya kerja amanah, professional dan transparan, LAZISMU berusaha mengembangkan diri menjadi Lembaga Zakat terpercaya. Dan seiring waktu, kepercayaan publik semakin menguat. Dengan spirit kreatifitas dan inovasi, LAZISMU senantiasa menproduksi program-program pendayagunaan yang mampu menjawab tantangan perubahan dan problem sosial masyarakat yang berkembang. LAZISMU ini juga terdapat di RS PKU Muhammadiyah Bantul, untuk meninjau dan membantu pasien-pasien yang mengalami kesulitan untuk membayar biaya rumah sakit. 5

6 IV.2. Hasil Dan Pembahasan Penelitian ini menganalisis perputaran piutang pelayanan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul melalui tingkat perputaran piutang, average collection period, rasio tunggakan dan ratio penagihan. Pada penelitian ini data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Adapun data primer didapatkan melalui wawancara dengan bagian manajemen keuangan untuk mendapatkan gambaran tentang alur piutang di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul, analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan Rumah Sakit, dan kinerja Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul sebelumnya. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul mulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 yang kemudian dihitung tingkat perputaran piutang, average collection period, rasio tunggakan dan ratio penagihan. Adapun hasil penelitian yang diperoleh akan dijelaskan di bawah ini. IV.2.1. Alur Piutang Rumah Sakit Hasil wawancara dengan pihak manajemen keuangan RS PKU Muhammadiyah menjelaskan bahwa piutang pelayanan yang terjadi di RS PKU Muhammadiyah Bantul terdiri dari piutang oleh pasien umum, pasien askes, jamkesmas, jamkesos dan relasi. Adapun penagihan biaya rawat inap dilakukan ketika pasien akan pulang. Piutang pelayanan pada pasien umum, sebagian penyebabnya adalah karena pasien tersebut naik kelas perawatannya. Misalnya pasien dari kelas 3 6

7 selama masa perawatan minta naik kelas 2 dan ternyata hanya mampu membayar sebagian, sehingga yang sebagian lagi menjadi piutang. Metode penagihan yang digunakan adalah dengan perjanjian pada pasien umum, mampu melunasi dalam waktu berapa bulan. Jika dalam jangka waktu yang ditentukan masih belum dibayarkan maka pihak manajemen keuangan akan melakukan penagihan lewat pos. Rata-rata penagihan hanya dilakukan 1x. Sudah sangat jarang dilakukan penagihan hingga 2x. Penagihan yang ke-2 biasanya dilakukan 1 bulan setelah tidak ada tanggapan dari surat penagihan yang pertama. Hampir seluruh pasien yang memiliki piutang hanya mendapatkan surat penagihan sebanyak 1x. Sedangkan untuk pasien yang benar-benar tidak mampu, maka harus mengurus ke lazis mui untuk mendapatkan keringanan. Metode penagihan pasien relasi harus melunasi dalam jangka waktu maksimal 1 bulan. Begitu juga pada pasien askes, jamkesmas dan jamkesos selalu dibuat klaim atas rumah sakit tiap bulannya. Akan tetapi klaim yang dibuat tiap bulan oleh keempat pasien dengan jaminan ini tidak selalu semuanya cair. Contoh penyebab yang paling sering adalah diagnosa yang tidak lengkap, diagnosa tidak sesuai dengan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Tidak ada batas waktu untuk melengkapi data yang kurang. Piutang pasien dihapuskan setelah berumur 10 tahun. Besar piutang yang dihapuskan Rp ,00- Rp ,00. Besaran piutang yang dihapuskan diputuskan dalam rapat BPH. Apabila pasien membayar piutang setelah piutang tersebut dihapuskan, maka akan masuk ke pendapatan lain-lain. Dalam menentukan saldo kas minimal berdasarkan saldo kas tahun lalu. 7

8 IV.2.2. Analisis kinerja keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Tabel 4.1 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Return On Investment (ROI) RETURN ON INVESTMENT (ROI) Ebit Penyusutan Capital Employed Nilai 21% 16% 25% Bobot Pada tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan indikator return on investment (ROI), ratio yang paling rendah nilainya adalah pada tahun Karena Capital Emplyed pada tahun 2012 yang paling tinggi. Bobot penilaian tahun 2011 dan 2013 adalah 15 karena nilai ROI 18%. ROI adalah untuk menilai kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan laba. ROI yang semakin tinggi berarti semakin baik. ROI yang paling baik adalah pada tahun 2013 yaitu 25%. Dari tabel diatas pada tahun 2013, intepretasi tabel adalah Rp. 1 menghasilkan laba sebesar Rp Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Rasio Kas (Cash Ratio) RASIO KAS (CASH RATIO) Kas Bank Deposito Current Laibilities Nilai 142% 151% 427% Bobot

9 Adapun hasil perhitungan kinerja keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan indikator Rasio Kas pada tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kinerja keuangan tiap tahunnya dan menunjukkan makin likuid perusahaan untuk memenuhi liabilitas yang jatuh tempo. Rasio kas untuk mengukur kemampuan Rumah Sakit memenuhi kewajiban jangka pendek. Dengan nilai cash ratio 142 % pada tahun 2011 menjadi 151% pada tahun 2012 kemudian meningkat kembali menjadi 427% pada tahun Bobot penilaian pada tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah 3.0 karena nilai rasio kas melebihi 35%. Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Rasio Lancar (Current Ratio) RASIO LANCAR (CURRENT RATIO) Current Asset Current Laibilities Nilai 220% 183% 600% Bobot Rasio lancar adalah untuk mengetahui kemampuan rumah sakit membayar kewajibannya yang jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Apabila rasio lancar kurang dari 1 menunjukkan adanya resiko tidak mampu memenuhi liabilitas yang jatuh tempo. Rasio lancar yang terlalu tinggi menunjukkan bahwa rumah sakit terlalu banyak menyimpan aset lancar. Satndard rasio lancar untuk industri adalah 2. Pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa nilai rasio lancar pada RS PKU Muhammadiyah Bantul mengalami penurunan pada tahun 2011 ke 2012 yaitu dari 9

10 220% menjadi 183%. Kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2013, yaitu menjadi 600%. Bobot penilaian untuk rasio lancar pada tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah 15 karena nilai rasio lancar melebihi 125%. Pada tahun 2011 menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 kewajiban lancar ditanggung Rp2,2 aset lancar. Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Perputaran Piutang (Collection Periods) COLLECTION PERIODS (CP) Total Piutang Usaha Total Pendapatn Usaha Nilai 15 hari 7 hari 17 hari Bobot Pada tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan indikator collection period, kinerja keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul mengalami peningkatan pada tahun 2012, yaitu dari 15 hari pada tahun 2011 menjadi 7 hari pada tahun Kemudian mengalami penurunan pada tahun 2013, yaitu dari 7 hari pada tahun 2012 menjadi 17 hari pada tahun Piutang usaha pada tahun 2012 adalah yang paling sedikit sehingga memiliki collection period yang paling pendek. Berdasarkan standar kinerja keuangan dari Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit, bobot penilaian untuk collection period pada tahun 2011 hingga 2013 adalah 15 point, karena nilai colecction period ketiga periode < 60 hari. 10

11 Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Perputaran Persediaan PERPUTARAN PERSEDIAAN Total Persediaan Total Pendapatn Usaha Nilai 16 hari 12 hari 11 hari Bobot Hasil perhitungan kinerja keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan indikator Perputaran Persediaan pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa perputaran persediaan tercepat terjadi pada tahun 2013 yaitu 11 hari dan terlama terjadi pada tahun 2011 yaitu 16 hari. Sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 terjadi peningkatan perputaran persediaan yaitu 16 hari pada tahun 2011 menjadi 12 hari pada tahun 2012 dan menjadi 11 hari pada tahun Berdasarkan standar kinerja keuangan dari Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit, bobot penilaian untuk perputaran persediaan pada tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah 10. Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Perputaran Total Asset PERPUTARAN TOTAL ASET Total Pendapatan Capital Employed Nilai 417% 338% 377% Bobot

12 TATO untuk mengetahui efektivitas perusahaan dalam menggunakan asetnya untuk menciptakan pendapatan, yaitu dengan mengukur perputaran semua aset.tato yang rendah menunjukkan rumah sakit terlalu banyak menempatkan dananya dalam bentuk aset dasar. Sedangkan TATO yang tinggi menunjukkan rumah sakit menggunakan sedikit aset atau aset yang digunakan sudah usang. Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa kinerja keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan indikator perputaran total asset, mengalami penurunan dari tahun 2011 yaitu dari 417% menjadi 338% pada tahun Pada tahun 2012 mengalami peningkatan nilai perputaran total asset yaitu 338% menjadi 377% pada tahun Berdasarkan standar kinerja keuangan dari Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit, bobot penilaian untuk perputaran total asset pada tahun 2011 sampai tahun 2013 adalah 10. Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Kinerja Keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan Rasio Modal Sendiri terhadap Total Aktiva RASIO MODAL SENDIRI TERHADAP TOTAL AKTIVA Total Ekuitas Total Aset Nilai 417% 338% 377% Bobot Tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa kinerja keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan indikator rasio modal sendiri terhadap total aktiva, dari tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan, dari 82% menjadi 73%. Kemudian mengalami penurunan, dari 73% pada tahun

13 menjadi 91% pada tahun Berdasarkan standar kinerja keuangan dari Pedoman Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran BLU Rumah Sakit, bobot penilaian untuk rasio modal sendiri terhadap total aktiva yang paling tinggi pada tahun 2012 adalah 15 dan yang paling rendah adalah 13 poin pada tahun Tabel 4.8 Kinerja Keuangan RS PKU Muhammadiyah Bantul Berdasarkan 7 Kinerja Keuangan Rumah Sakit Periode No Bobot Imbalan Investasi ( ROI ) Rasio Kas ( Cash Ratio ) Rasio Lancar ( Current Ratio ) Collection Period (CP ) Perputaran Persediaan (PP) Perputaran total Asset (TATO) Rasio Aktivita Bersih Terhadap Total Aktiva Jumlah sehat (AA) sehat (AA) sehat (AA) Tabel 4.8 diatas menunjukkan Kinerja Keuangan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Periode Dari tersebut kinerja keuangan dari tahun mendapat nilai AA yang menunjukkan bahwa kineerja keuangan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul dalam keadaam sehat. Terjadi penurunan kinerja keuangan rumah sakit tiap tahunnya dimana pada tahun 2011 dengan nilai 94 selanjutnya pada tahun 2012 dengan nilai 93.5 dan terjadi penurunan pula pada tahun 2013 dengan jumlah skor 93 poin 13

14 IV.2.3. Ratio Piutang IV Ratio Perputaran Piutang periode. Ratio perputaran piutang menunjukkan perputaran piutang dalam satu Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Ratio Perputaran Piutang RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Perputaran Piutamg Pelayanan Pendapatan Pelayanan Piutang Pelayanan Ratio perputaran Piutang 6 kali 14 kali 5 kali Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ratio perputaran piutang yang paling baik adalah pada tahun 2012 yaitu dengan angka ratio 14. Ratio perputaran piutang yang paling buruk adalah pada tahun 2011 yaitu 6. Semakin tinggi angka perputaran piutang menunjukkan semakin baik pengelolaan piutang. Semakin rendah ratio perputaran piutang menunjukkan semakin buruk pengelolaan piutang. Berdasarkan standard ratio LPPK Muhammadiyah, hari pelunasan piutang adalah hari. Maka ratio perputaran piutang berkisar antara 5x-7x dalam setahun. Maka ratio perputaran piutang pelayanan pada tahun 2011 hingga 2013 sesuai dengan standard ratio LPPK Muhammadiyah. Hal ini menunjukkan pengelolaan piutang yang efektif. IV Average Collection Period (ACP) Average Collection Period (ACP) adalah perbandingan antara piutang usaha dan rata-rata penjualan per hari. 14

15 Tabel Hasil Perhitungan Average Collection Period RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Average Collection Period (ACP) Konstanta Perputaran Piutang ACP 60 hari 26 hari 72 hari Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Average Collection Period (ACP) yang paling baik adalah pada tahun 2012 dengan nilai ACP: 26 hari, hal ini menunjukkan bahwa piutang yang berubah menjadi kas kembali dalam waktu 26 hari. kemudian diikuti oleh tahun 2011 dengan nilai ACP : 60 hari. Sedangkan pada tahun 2013 menunjukkan nilai ACP : 72 hari. Semakin baik ACP menunjukkan semakin baik kinerja rumah sakit tersebut karena modal kerja yang tertanam dalam bentuk piutang kecil sekaligus mencerminkan sistem penagihan piutang yang berjalan dengan baik. Berdasarkan standard ratio LPPK Muhammadiyah, hari pelunasan piutang adalah hari. Maka yang sesuai dengan standard adalah ACP periode tahun 2011 dan ACP tahun 2013 lebih 2 hari dari standard ratio yang ada. IV Ratio Tunggakan Ratio Tunggakan digunakan untuk mengetahui jumlah piutang yang sudah jatuh tempo dan belum tertagih. 15

16 Tabel Hasil Perhitungan Ratio Tunggakan RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Ratio Tunggakan Piutang Tertunggak Total Piutang Ratio Tunggakan 12% 5% 23% Dari data diatas diketahui bahwa pada tahun 2013 memiliki ratio tunggakan yang paling besar yaitu 23 %. Ratio tunggakan yang paling kecil pada tahun 2012 yaitu sebesar 5%. Hal ini menunjukkan nilai piutang yang tak tertagih dan jatuh tempo yang paling kecil adalah pada tahun Pada tahun 2012 piutang yang terbayar paling besar diabndingkan tahun 2011 dan 2013 sehingga memiliki ratio tunggakan yang paling kecil IV Ratio Penagihan Ratio Penagihan digunakan untuk mengetahui jumlah piutang yang tertagih dari seluruh total piutang yang ada. Tabel Hasil Perhitungan Ratio Penagihan RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Ratio Penagihan Piutang Tertagih Total Piutang Ratio Penagihan 88% 95% 77% Dari data diatas diketahui bahwa ratio penagihan yang paling kecil adalah pada tahun 2013 yaitu 77 % dan ratio penagihan yang paling besar adalah pada yahun 2012 yaitu 95%. Piutang yang terbayar pada tahun 2013 adalah piutang 16

17 yang terkecil diabndingkan pada tahun 2011 dan 2012 sehingga pada tahun 2013 memiliki ratio penagihan yang lebih besar. IV Piutang Pelayanan Pasien Umum Tabel Hasil Perhitungan Ratio Perputaran Piutang dan Average Collection Period pasien umum RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Piutang Pelayanan Pasien Umum Pendapatan Pasien Umum Piutang Pasien Umum 193, Ratio perputaran Piutang 7 kali 8 kali 9 kali Average Collection Period 51 hari 45 hari 40 hari Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ratio perputaran piutang pelayanan pada pasien umum selama 3 tahun tergolong rendah. Pada tahun 2011, angka rationya hanya 7, sedangkan yang tertinggi pada tahun 2013 dengan angka ratio 9. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2011 perputaran piutang yang terjadi selama setahun terjadi 7x. Selain ratio perputaran piutang, dari tabel diatas dapat diketahui Average Collection period atau waktu pengumpulan piutang. Dari tabl diatas dapat diketahui bahwa waktu untuk pengumpulan piutang yang paling lama adalah pada tahun 2011 yaitu selama 51 hari. Kemudian pada tahun 2012 selama 45 hari dan yang paling cepat adalah pada tahun 2013 selama 40 hari. Jika berdasarkan ketentuan pelunasan pembayaran piutang pada pasien umum rata-rata adalah 14 hari hingga 60 hari, maka waktu pengumpulan piutang pada 3 tahun periode tersebut masih masuk dalam ketentuan pembayaran. Ratio perputaran piutang dan 17

18 ACP piutang pelayanan pasien umum sesuai dengan standard ratio LPPK Muhammadiyah IV Piutang Pelayanan Pasien Relasi Tabel Hasil Perhitungan Ratio Perputaran Piutang dan Average Collection period Pasien Relasi RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Piutang Pelayanan Pasien Relasi Pendapatan Pasien Relasi Piutang Pasien Relasi Ratio perputaran Piutang 2 kali 14 kali 1 kali Average Collection Period 180 hari 26 hari 360 hari Dari tabel diatas tingkat perputaran piutang yang rendah terjadi pada tahun 2011 dengan angka ratio 2 dan pada tahun 2013 menunjukkan angka ratio 1. Pada tahun 2013 menunjukkan bahwa piutang hanya berputar 1x dalam setahun. Sedangkan pada tahun 2012 menunjukkan angka ratio yang paling baik yaitu 14. Selain ratio perputaran piutang, dari tabel diatas dapat diketahui Average Collection period atau waktu pengumpulan piutang. Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa waktu untuk pengumpulan piutang yang paling cepat adalah pada tahun 2012 yaitu selama 26 hari, kemudian pada tahun 2011 yaitu selama 180 hari dan yang paling lama adalah pada tahun 2013 dengan waktu pengumpulan piutang adalah 360 hari. Jika berdasarkan perjanjian pelunasan piutang pada pasien relasi adalah 30 hari setelah rawat inap, maka yang memenuhi target adalah hanya pada tahun Sedangkan pada tahun 2011 dan 2013 tidak sesuai dengan ketentuan yang ada. 18

19 Jika berdasarkan standard ratio LPPK Muhamadiyah, maka yang sesuai dengan jumlah hari pelunasan piutang adalah pada tahun 2012 yaitu 26 hari. Pada tahun 2012 dan 2013 nilai ACP-nya lebih dari hari. Pembayaran piutang yang rendah pada tahun 2011 dan 2013 dapat juga disebabkan ketentuan yang longgar dalam pelunasan piutang,. IV Piutang Pelayanan Pasien Jamkesmas Tabel Hasil Perhitungan Ratio Perputaran Piutang dan Average Collection period Pasien Jamkesmas RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Piutang Pelayanan Pasien Jamkesmas Pendapatan Pasien Jamkesmas Piutang Pasien Jamkesmas Ratio perputaran Piutang 3 kali 6 kali 2 kali Average Collection Period 120 hari 60 hari 180 hari Dari tabel diatas tingkat perputaran piutang pasien Jamkesmas selama 3 periode tergolong rendah. Angka ratio perputaran piutang yang paling rndah adalah pada tahun 2013 dengan nilai angka ratio 2. Diikuti tahun 2011 dengan angka ratio 3 dan pada tahun 2012 dengan angka ratio 6. Dari tabel diatas juga dapat diketahui average collection period atau waktu pengumpulan piutang. Waktu pengumpulan piutaqng yaqng paling pendek adalah pada tahun 2012 selama 60 hari. Diikuti tahun 2011 selama 120 hari dan yang paling lama dalah pada tahun 2013 yaitu selama 180 hari. Pada tahun 2011 dan 2013 tidak sesuai dengan standar ratio yang seharusnya hari. Pada tahun 2011 pembayaran piutang terlambat 50 hari 19

20 dari kentuan yang ada dan pada tahun 2013 terlambat 110 hari. Lamanya ACP biasanya disebabkan karena berkas yang diklaimkan kurang sesuai dengan ketentuan yang ada. Sehingga berkas yang tidak sesuai tidak akan dibayar klaimnya. Tidak ada tenggat waktu tertentu, kapan berkas tersebut harus segera dilengkapi untuk mengajukan klaim kembali. IV Piutang Pelayanan Pasien Askes Tabel Hasil Perhitungan Ratio Perputaran Piutang dan Average Collection period pasien askes RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Piutang Pelayanan Pasien Askes Pendapatan Pasien Askes Piutang Pasien Askes Ratio perputaran Piutang 6 kali 21 kali 10 kali Average Collection Period 60 hari 17 hari 36 hari Dari data tabel diatas dapat diketahui bahwa ratio perputaran piutang pasien askes yang paling rendah adalah tahun 2011 dengan nilai angka ratio 6. Sedangkan pada tahun 2012 ratio perputaran piutang yang paling tinggi yaitu 21. Average coleection Period atau waktu pengumpulan pituang pada pasien askes dari tabel diatas yang paling cepat adalah pada tahun 2012 selama 17 hari selanjutnya pada tahun 2013 selama 36 hari dan yang paling lama adalah pada tahun 2011 yaitu selama 60 hari. ACP untuk piutang pelayanan Pasien askes dari tahun 2011 hingga 2013 sudah sesuai dengan standard. 20

21 IV Piutang Pelayanan Pasien Jamkesos Tabel Hasil Perhitungan Ratio Perputaran Piutang dan Average Collection period Pasien Jamkesos RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Piutang Pelayanan Pasien Jamkesos Pendapatan Pasien Jamkesos Piutang Pasien Jamkesos Ratio perputaran Piutang 20 kali 15 kali 7 kali Average Collection Period 18 hari 24 hari 51 hari Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa ratio perputaran piutang pasien Jamkesos yang paling rendah adalah pada tahun 2013 dengan ratio perputaran piutangnya adalah 7. Sedangkan yang paling tinggi pada tahun 2011 dengan ratio perputaran piutangnya 20. Rendahnya ratio perputaran piutang pada tahun 2013 dikarenakan piutang pasien Jamkesos yang paling besar adalah pada tahun Dari tabel diatas juga dapat diketahui Average Collection period atau waktu pengumpulan piutang dari tahun Waktu pengumpulan piutang yang paling singkat adalah pada tahun 2011 yaitu selama 18 hari. Selanjutnya pada tahun 2012 selama 24 hari. Yang paling lama untuk waktu pengumpulan piutang adalah pada tahun 2013 yaiu selama 51 hari. ACP piutang pelayanan pasien jamkesos dari tahun 2011 hingga 2013 sudah sesuai dengan standard yang ada. 21

22 IV Rerata masing-masing piutang pelayanan Tabel Hasil Perhitungan Rerata Piutang Pelayanan Ratio Perputaran Piutang (PP) dan Average Collection period (ACP) RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Piutang Pasien Perputaran Piutang Average Coleection Period Umum 8 kali 45 hari Relasi 6 kali 189 hari Jamkesmas 4 kali 120 hari Askes 12 kali 38 hari Jamkesos 14 kali 31 hari Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa Jamkesos memiliki perputaran piutang yang baik yaitu 14 kali selama 1 tahun dan memiliki ACP paling rendah yaitu 31 hari. Hal itu menunjukkan perubahan piutang menjadi kas hanya selama 31 hari. Pengelolaan piutang yang paling tidak efektif adalah pada piutang pasien jamkesmas. Rerata perputaran piutangnya hanya 4x dan nilai ACP: 120 hari. Melebihi santdard ratio yang ada. Piutang pasien rellasi yang memiliki nilai ACP yang paling besar yaitu selama 189 hari. IV Average Collection Period RS PKU Muhammadiyah Bantul Dibandingkan dengan LPPK Muhammadiyah dan RS Hermina Grup. Tabel Perbandingan Average Collection period (ACP) RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode dengan standard LPPK Muhammadiyah dan RS Hermina Grup Piutang Pasien LPPK Muhammadiyah RS Hermina Grup Umum hari 45 hari Relasi Jamkesmas Askes Jamkesos (untuk piutang dengan jaminan) 22

23 Dari tabel 4.19 diatas untuk membandingkan kebiakan ACP yang ditetapkan dari 3 rumah sakit, yaitu LPPK Muhammadiyah untuk Rumah sakit Muhammadiyah dan Rumah sakit Hermina Grup. Adapun tujuannya adalah untuk memberikan masukan Jika berdasarkan standard dari LPPK muhammadiyah, maka yang nilai ACP-nya tidak sesuai ada 4 yaitu Piutang pasien Relasi pada tahun 2011 dan 2013 dan Piutang pasien Jamkesmas pada tahun 2011 dan Jika Berdasarkan standar ACP dari RS Hermina Grup dengan nilai ACP < 45 hari, maka terdapat 6 piutang pelayanan yang tidak sesuai yaitu piutang pelayana pasien relasi tahun 2011 dan 2013, piutang pasien Jamkesmas tahun 2011, 2012 dan 2013, serta piutang pelayanan askes tahun Hal ini menunjukkan bahwa ACP dari LPPK muhammadiyah lebih lama dibandingkan dengan RS Hermina Grup. IV Penetapan Saldo Kas Minimal Tabel Hasil Perhitungan Ratio Kas atas Aktiva Lancar RS PKU Muhammadiyah Bantul Periode Ratio kas atas Aktiva Lancar Kas Aktiva Lancar Ratio kas 3,2% 3% 4,2% Dari tabel diatas, ratio kas atas aktiva lancar yang paling besar adalah pada tahun 2013 dengan nilai 4 % dan pada tahun 2011 dan 2013 hanya 3,2% dan 3 %. Jika mengutip pendapat H.G Guthman bahwa jumlah kas yang ada didalam perusahaan yang well Finance hendaknya tidak kurang dari 5% sampai 10% dari jumla aktiva lancar. Tujuannya adalah jumlah minimal dari kas yang harus 23

24 dipertahankan oleh perusahaan agar dapat memenuhi kewajiban finansialnya sewaktu waktu. Rendahnya rasio kas tersebut mencerminkan kebijakan yang berisiko, karena pelayanan kesehatan di rumah sakit baik volume kegiatan maupun jenis pelayanan sulit diprediksi secara pasti. Permintaan masyarakat akan pelayanan rumah sakit tergantung pada penyakit yang ada dimasyarakat. Oleh karena ketidakpastiannya cukup tinggi, maka diperlukan kehati-hatian dalam persediaan kas minimal untuk menjaga likuiditas. Dari tiga periode diatas semuanya kurang dari 5%. Rendahnya persediaan kas minimal rumah sakit, sangat rentan terhadap tidak terpenuhinya kewajiban jangka pendek atau dapat dikatakan illikuid. Penetapan besarnya Kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya dan berusaha menekan jumlah kas seminimal mungkin karena pihak rumah sakit sudah bekerja sama dengan bank yang buka selama 24 jam. Sehingga pembayaran dan penerimaan dapat dilakukan sewaktu-waktu. 24

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Mengadakan penilaian atau analisis terhadap laporan keuangan perusahaan akan sangat bermanfaat bagi penganalisa laporan keuangan untuk dapat mengetahui perkembangan keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2012): laporan keuangan meliputi

Lebih terperinci

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%)

Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan. Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROI (%) L1 Daftar skor penilaian indikator-indikator aspek keuangan Tabel 2.2 Daftar skor penilaian ROE ROE (%) Skor 15 < ROE 2 13 < ROE < 15 18 11 < ROE < 13 16 9 < ROE < 11 14 7,9 < ROE < 9 12 6,6 < ROE < 7,9

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Indofarma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dalam Bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Pengelolaan piutang yang dijalankan oleh PT. INTI kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor pemerintah maupun di sektor swasta. Hal ini dapat dirasakan pada sekitar. modal, baik modal asing maupun modal dalam negeri.

BAB I PENDAHULUAN. sektor pemerintah maupun di sektor swasta. Hal ini dapat dirasakan pada sekitar. modal, baik modal asing maupun modal dalam negeri. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan rumah sakit yang merupakan suatu bentuk usaha pelayanan kesehatan di Indonesia sejak Pelita I sampai saat ini sangat pesat sekali, baik di sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Penelitian Terdahulu dilakukan oleh Vera Febrina Chirsti (2012). yaitu

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Penelitian Terdahulu dilakukan oleh Vera Febrina Chirsti (2012). yaitu BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu dilakukan oleh Vera Febrina Chirsti (2012). yaitu studi kasus pada PT Kereta Api (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia, banyak berdiri berbagai bentuk perusahaan baik yang bergerak dibidang perdagangan, jasa maupun

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT. Kimia Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Hamidullah (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Rasio Keuangan Sebagai Dasar Untuk Memprediksi Kondisi Keuangan Perusahaan Pada PT. Agro Max

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Brigham (2010:84) Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini dengan semakin tingginya tingkat persaingan bisnis di Indonesia telah memaksa perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk sebisa mungkin mempertahankan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Kalbe Farma Tbk., maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Hasil kinerja likuiditas perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada

BAB IV PEMBAHASAN. Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada BAB IV PEMBAHASAN A. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BUMN PT. KIMIA FARMA (PERSERO) Tbk PERIODE 2012-2014 Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Manajemen

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Piutang Piutang meliputi semua klaim atau hak untuk menuntut pembayaran kepada pihak lain, yang pada umumnya akan berakibat adanya penerimaan kas di masa yang akan datang. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi setiap penduduk sehingga dapat mewujudkan masyarakat yang sehat yang merupakan unsure kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus, yang meliputi 4

BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pengkajian kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus, yang meliputi 4 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, dengan fokus melakukan pengkajian kinerja keuangan PDAM Kabupaten Kudus, yang meliputi 4 (empat)

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. Menurut Kasmir (2010) menjelaskan bahwa : Sedangkan Najmudin (2011) menyatakan bahwa :

BAB II BAHAN RUJUKAN. Menurut Kasmir (2010) menjelaskan bahwa : Sedangkan Najmudin (2011) menyatakan bahwa : BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Untuk memahami pengertian dari laporan keuangan, berikut dijelaskan beberapa definisi laporan keuangan dari beberapa ahli. Menurut

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah institusi Rumah sakit PKU Muhammadiyah Bantul adalah rumah sakit umum terletak di Jalan Jendral Sudirman 124 Bantul Yogyakarta. Rumah sakit ini memiliki sejarah

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM Dalam menetapkan tujuan, sasaran dan indikator kinerja Balai Besar Laboratorium menggunakan acuan berupa regulasi atau peraturan sebagai berikut : 1) Peraturan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan

BAB II LANDASAN TEORI. BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1 BUMN II.1.1.1 Pengertian BUMN BUMN menurut undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 bab I pasal 1 adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Untuk itu tentu saja

BAB I PENDAHULUAN. dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya. Untuk itu tentu saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu perusahaan pada umumnya dalam melakukan kegiataan operasional perusahaannya adalah dengan tujuan menghasilkan laba yang maksimal serta dapat mempertahankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kinerja Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA

BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA BAB III TUJUAN DAN SASARAN KERJA 3.1 DASAR HUKUM a. Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor 57/KMK.05/2010 tanggal 05 Februari 2010 tentang Penetapan pada Kementerian Kesehatan sebagai Instansi Pemerintah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Astra Agro Lestari Tbk. yang selanjutnya dibandingkan dengan PT. PP London Sumatra Tbk. dengan menggunakan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAGIAN KEUANGAN RUMAH SAKIT

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAGIAN KEUANGAN RUMAH SAKIT Bagian Keuangan terdiri atas : 1. Sub Bagian Perbendaharaan 2. Sub bagian Penerimaan 3. Sub bagian Verifikasi 4. Sub bagian Akuntansi 1. Sub Bagian Perbendaharaan, mempunyai tugas : Melaksanakan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para

BAB I PENDAHULUAN. perseorangan atau badan hukum Koperasi, dengan pemisahan kekayaan para BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 17 tahun 2012 : pasal 1, Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum Koperasi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut James C. Van Horne, (2013:36) menyebutkan bahwa, Laporan adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut James C. Van Horne, (2013:36) menyebutkan bahwa, Laporan adalah BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Menurut James C. Van Horne, (2013:36) menyebutkan bahwa, Laporan adalah suatu proses akhiran dari suatu kegiatan yang sebelumnya atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 21 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT ITC dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan usaha perusahaan tersebut yang tercermin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kompas.com harga saham Garuda pada saat Initial Public Offering (IPO), hargas

BAB I PENDAHULUAN. Kompas.com harga saham Garuda pada saat Initial Public Offering (IPO), hargas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, perusahaan penerbangan banyak diminati oleh banyak orang untuk berpergian karena pelayanan yang diberikan dan waktu yang relatif singkat dalam melakukan

Lebih terperinci

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga

PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga PT BENTOEL INTER LAPORAN POSISI KE 200 KETERANGAN 2009 ASSET ASSET LANCAR kas dan setara kas 84,310,801,719 piutang usaha pihak ketiga 174,309,061,823 pihak relasi piutang lain - lain pihak hubungan istimewa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penjabaran dan pembahasan penelitian yang dilakukan penulis pada bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Akuntansi Keuangan 2.1.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Data akuntansi merupakan salah satu sumber pokok analisis keuangan, oleh karena itu pemahaman terhadap

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan

Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan LAMPIRAN 81 Lampiran 1. Kepala Cabang, Supervisor dan Karyawan Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan susunan kepala cabang, supervisor dan karyawan PT Indonesia Trading Company cabang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menilai perkembangan kinerja keuangan Haneda Decorations adalah dengan melakukan analisis terhadap

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit. BAB IV PEMBAHAS AN IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama IV.1.1. Analisis Kebijakan Penjualan Kredit Penjualan merupakan kegiatan operasional perusahaan di mana dengan ini perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Kinerja Perusahaan 2.1.1 Pengertian Kinerja Perusahaan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Metode Pengakuan Pendapatan Rawat Inap di Rumah Sakit PKU

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Metode Pengakuan Pendapatan Rawat Inap di Rumah Sakit PKU BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil dan Pembahasan 1. Metode Pengakuan Pendapatan Rawat Inap di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul Metode pengakuan pendapatan dalam teori akuntansi ada dua

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan

BAB II LANDASAN TEORI. dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang bersangkutan. Laporan 5 BAB II LANDASAN TEORI A. LAPORAN KEUANGAN Untuk mengetahui perkembangan suatu perusahaan haruslah mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan kondisi keuangan suatu perusahaan dapat diketahui

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2006-2008 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan PT. Telekomunikasi Indonesia (PT. TELKOM) periode 2005 sampai dengan 2008 maka dapat ditarik kesimpulan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap

BAB IV ANALISIS DATA. Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap BAB IV ANALISIS DATA A. Pengukuran Kinerja PT Nindya Karya (Persero) Sejak satu hingga 2 dekade terakhir, pengukuran kinerja tidak lagi dianggap sebagai fokus utama pengendalian manajemen tradisional,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 telah mempengaruhi semua bidang kehidupan. Hal ini menuntut dunia usaha untuk memperbaiki

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN KINERJA KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Laporan Keuangan Menurut Baridwan (2000 : 17), laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, suatu ringkasan dari transaksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Piutang Karena berbentuk penjualan kredit maka ada resiko yang tidak tertagih atau gagal bayar, maka dari itu perlu yang namanya manajemen piutang. Manajemen piutang

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA. Unit Eselon II : Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun Anggaran : 2012

PENETAPAN KINERJA. Unit Eselon II : Balai Besar Laboratorium Kesehatan Surabaya Tahun Anggaran : 2012 Lampiran 1 PENETAPAN KINERJA Unit Eselon II : Tahun Anggaran : 2012 No Sasaran strategis Indikator Kinerja Target 2012 Satuan (1) (2) (3) (4) 1 Terlaksananya berbagai jenis pelayanan laboratorium yang

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 21 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 21 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENATAUSAHAAN POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (PPK-BLUD)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Rasio Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Analisis rasio adalah suatu metode Analisis untuk mengetahui hubungan pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi

Lebih terperinci

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75

Rasio Lancar. Rasio Lancar 2.75 1. Likuiditas Perusahaan 2009 2010 2011 2012 Rasio Lancar 2.35 2.43 2.75 2.8 Rasio Cepat 1.5 1.6 1.76 1.82 Periode penagihan rata-rata 34.15 42.26 41.13 45.4 Perputaran piutang usaha 10.69 8.64 8.88 8.04

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efektif dan efisien agar dapat bertahan hidup serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. bekerja lebih efektif dan efisien agar dapat bertahan hidup serta dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era perdagangan bebas saat ini dengan semakin pesatnya perkembangan dunia usaha yang didukung oleh kemajuan teknologi di berbagai bidang mengakibatkan persaingan.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN

ANALISIS KINERJA KEUANGAN VI ANALISIS KINERJA KEUANGAN Analisis kinerja keuangan atau analisis finansial pada suatu perusahaan atau organisasi merupakan salah satu faktor yang dapat mencerminkan kondisi perusahaan atau organisasi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk. periode 2005-2007 maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk mengetahui kondisi keuangan suatu perusahaan adalah dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Analisis yang dilakukan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya

TINJAUAN PUSTAKA. Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Koperasi Koperasi (cooperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya kerja sama. Dalam hal ini, kerja sama tersebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Sugiono (2008 : 2) memaparkan bahwa secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada umumnya setiap perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu mencapai laba yang maksimum dan menjaga agar kelangsungan hidup serta pertumbuhan usahanya

Lebih terperinci

ALOKASI REALISASI ANGGARAN DAN PENERIMAAN RUMAH SAKIT TAHUN 2016

ALOKASI REALISASI ANGGARAN DAN PENERIMAAN RUMAH SAKIT TAHUN 2016 ALOKASI REALISASI ANGGARAN DAN PENERIMAAN RUMAH SAKIT TAHUN 206 Realisasi anggaran belanja tahun 206 adalah sebagai berikut : Anggaran Rupiah Murni : KODE URAIAN TERAKHIR REVISI VI SELF SETELAH SELF REALISASI

Lebih terperinci

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

MODUL ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BAB IV Analisis Rasio A. Tujuan Instruksional : 1. Umum : Mahasiswa dapat memahami teknik dan aspek dalam menilai kinerja suatu perusahaan 2. Khusus : - Mahasiswa dapat menghitung berdasarkan ratio likuiditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sepakat untuk meningkatkan sumber daya dan upaya mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang sepakat untuk meningkatkan sumber daya dan upaya mencapai tujuan 1 A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Perusahaan adalah sebuah organisasi dan terdiri atas sekelompok orang yang sepakat untuk meningkatkan sumber daya dan upaya mencapai tujuan bersama. Perkembangan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian, Tujuan dan Jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan suatu perusahaan memiliki peranan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

Lebih terperinci

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Secara umum setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Secara umum setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Secara umum setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan dan mendapatkan laba yang maksimum. Dengan mendapatkan laba yang tinggi dan terus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Keuangan 1.1.1 Pengertian Manajemen keuangan Manajemen keuangan sangat penting bagi semua jenis usaha atau organisasi, selain itu manajemen keuangan juga berperan penting

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA. No Sasaran strategis Indikator Kinerja Target. (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas berbagai

PENETAPAN KINERJA. No Sasaran strategis Indikator Kinerja Target. (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas berbagai Lampiran 1 PENETAPAN KINERJA Unit Eselon II : Tahun Anggaran : 2013 No Sasaran strategis Indikator Kinerja Target (1) (2) (3) (4) 1 Meningkatnya kualitas dan kuantitas berbagai Jumlah capaian pemeriksaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan rumah sakit harus memberikan pelayanan yang lebih optimal kepada

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan rumah sakit harus memberikan pelayanan yang lebih optimal kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan badan pelayanan jasa yang bergerak dalam bidang kesehatan. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan pengaruh globaliasi, perilaku pasien semakin

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT INDOFARMA (PERSERO) TBK (Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor :KEP- 100/MBU/2002)

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT INDOFARMA (PERSERO) TBK (Berdasarkan Keputusan Menteri BUMN Nomor :KEP- 100/MBU/2002) ejournal Ilmu Administrasi Bisnis, 2016, 4 (1): 103-115 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id Copyright 2016 ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PT INDOFARMA (PERSERO)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan.

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dan interprestasi terhadap laporan keuangan badan yang bersangkutan. BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Pada bab sebelumnya di jelaskan bahwa laporan keuangan merupkan sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil usaha suatu badan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan akan. kerja dalam periode tertentu. Irham Fahmi (2011)

BAB II DASAR TEORI. pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja keuangan akan. kerja dalam periode tertentu. Irham Fahmi (2011) BAB II DASAR TEORI A. Penilaian Kinerja Keuangan 1. Pengertian Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturanaturan

Lebih terperinci

Fandi Wijaya Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Fandi Wijaya Raden Rustam Hidayat Sri Sulasmiyati Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA (Studi Kasus Pada Pt. Aneka Tambang (Persero) Tbk. Yang Terdaftar Di Bei 2012-2015) Fandi Wijaya Raden Rustam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Dari analisis laporan keuangan yang telah dilakukan, berikut adalah kesimpulan hasil perbandingan kinerja tiga perusahaan telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek

Lebih terperinci

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI Aprilia Puspasari Abstrak: Analisis perusahaan diperlukan guna mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengatasi masalah masalah perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu cara untuk menilai baik-buruknya kinerja suatu perusahaan adalah dengan melihat tingkat likuiditas perusahaan tersebut. Likuiditas merupakan kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk

BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN. PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk 30 BAB IV ANALISA MASALAH DAN PEMBAHASAN 4.1 Penyajian Laporan Keuangan PT. PLN P3B sesuai Keputusan Direksi memiliki peran dan tugas untuk mengelola operasi sistem tenaga listrik Jawa Bali, mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat dan semakin berkembangnya sumber daya manusia, akan membawa dampak yang besar dan luas terhadap perubahan struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan

BAB I PENDAHULUAN. tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia usaha mengalami pertumbuhan yang pesat. Hal ini tampak dari bertambahnya jumlah perusahaan-perusahaan baik pemerintah dan swasta maupun

Lebih terperinci

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA

PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA PROFIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN JAKARTA 1. SEJARAH RSUD TARAKAN JAKARTA Pada mulanya tahun 1953, rsud tarakan hanya berbentuk balai pengobatan. Kemudian pada tahun 1956, beralih menjadi puskesmas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Penelitian ini merupakan studi kasus pada rumah sakit islam PKU

BAB III METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Penelitian ini merupakan studi kasus pada rumah sakit islam PKU 31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ini merupakan studi kasus pada rumah sakit islam PKU Muhammadiyah Pekajangan. Penelitian studi kasus adalah suatu

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK.

ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK. ANALISIS RASIO KEUANGAN SEBAGAI ALAT UKUR KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN PADA PT. MANDOM INDONESIA TBK. Nama : Annisa Damayanti Puspitasari NPM : 21213127 Kelas : 3EB03 Jurusan : Akuntansi Pembimbing : Dini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V Kesimpulan dan Saran 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan evaluasi terhadap laporan keuangan PT. Karwell Indonesia Tbk. yang meliputi analisa laporan keuangan, analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja Keuangan 2.1.1 Pengertian Kinerja Keuangan Menurut pendapat Darsono (2010: 47), Kinerja Keuangan adalah hasil kegiatan perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian - 1 - BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini, istilah globalisasi ekonomi telah menjadi topik hangat yang mencerminkan dunia usaha yang semakin kompetitif, tidak terkecuali di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Latar Belakang PT ABC. PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Latar Belakang PT ABC PT ABC yang merupakan salah satu klien dari KKP Agustinus Mujianto merupakan perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang tekstil. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur. pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul:

BAB IV HASIL PENELITIAN. Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur. pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul: BAB IV HASIL PENELITIAN A. Prosedur Pengeluaran Kas Berikut ini pembahasan dari penelitian penulis mengenai prosedur pengeluaran kas di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Bantul: 1. Bagian yang terkait dan diskripsi

Lebih terperinci

PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH SAKIT

PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH SAKIT PEDOMAN PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN RUMAH SAKIT PENDAHULUAN Sistem penilaian melalui indicator merupakan salah satu alat yang dapat digunakan untuk menilai suatu proses kegiatan rumah sakit secara terus

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. EPSINDO JAYA PRATAMA

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. EPSINDO JAYA PRATAMA ANALISIS LAPORAN ARUS KAS PADA PT. EPSINDO JAYA PRATAMA Nama : FITRI SUNDARI NPM : 22211925 JURUSAN : AKUNTANSI PEMBIMBING : SRI SAPTO DARMAWATI, SE., MMSI PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH: 1. Dalam

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston, 18 II. LANDASAN TEORI 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya. Adapun tujuan akhir yang ingin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era persaingan industri manufaktur yang berkembang bebas saat ini, perusahaan diharapkan mampu menghasilkan produk bermutu bagi konsumen untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : BAB IV Analisis dan Pembahasan Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Internasional pada tahun 2011 dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan

Lebih terperinci