BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah gunung berapi terbanyak di dunia, karena memiliki lebih dari 400 gunung berapi. Gunung Merapi merupakan salah satu gunung berapi yang paling aktif di Indonesia (Badan Geologi ESDM Merapi, 2013). John Seach dalam BBC Volcano Live menyatakan bahwa, Gunung Merapi sangat berbahaya, karena produksi pyroclastic flows (awan panas) yang dihasilkan Gunung Merapi melebihi gunung berapi lainnya yang ada di dunia dan letusan Gunung Merapi yang terjadi pada tahun 2010 merupakan letusan gunung berapi terbesar dalam 100 tahun terakhir (Seach, 2013). Letusan Gunung Merapi pada tahun 2010 memakan korban jiwa sebanyak 341 orang, korban luka-luka sebanyak 368 orang, dan pengungsi sebanyak orang (Data Informasi dan Bencana Indonesia, 2010). Saat terjadinya erupsi, tindakan yang paling penting dilakukan adalah evakuasi ke tempat yang aman. Namun kenyataannya pada erupsi Merapi yang terjadi di tahun 2010, tidak sedikit warga sekitar Merapi yang enggan melakukan tindakan evakuasi bahkan menolak saat tim penyelamat datang untuk mengevakuasi warga karena berbagai alasan. Berdasarkan survey yang dilakukan Lavigne dkk (2011) pada masyarakat sekitar Merapi, hanya ada beberapa masyarakat yang peduli dan paham terhadap risiko erupsi gunung berapi, sisanya tidak mengerti mengenai bahaya erupsi dan cenderung mempercayakan keselamatan dirinya pada penjaga gunung, yang disebut Juru Kunci. Bahkan di tahun 2006, masyarakat sekitar mengabaikan himbauan keras pemerintah untuk melakukan evakuasi sebelum erupsi Gunung Merapi terjadi, karena pada saat itu Juru Kunci menolak untuk di evakuasi. Penelitian dengan tujuan untuk meningkatkan proses evakuasi melibatkan banyak disiplin ilmu, salah satunya dengan ilmu permodelan dan simulasi. Permodelan dan simulasi dapat dilakukan untuk meningkatkan wawasan 1

2 2 terhadap proses evakuasi saat terjadinya bencana erupsi Gunung Merapi, sehingga dampak negatif dari bencana erupsi dapat diantisipasi sebelum terjadinya bencana. Dalam membangun model ada banyak cara dan software yang dapat digunakan. Model simulasi yang baik bergantung pada analisa perilaku manusia yang dimodelkan. Memahami perilaku manusia saat terjadinya erupsi sangat penting agar model yang dibuat efektif dan sesuai dengan keadaan nyata. Perilaku masyarakat dalam menghadapi bencana erupsi gunung berapi akan sangat bervariasi tergantung pada beberapa faktor atau atribut. Menurut penelitian yang ada, (Neumayer dan Plumper, 2007; Morin dan Lavigne, 2009; Lavigne dkk, 2011;) beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku saat terjadinya bencana antara lain budaya, kondisi fisik, dan gender. Faktor-faktor tersebut dapat berubah dan sangat berbeda, tergantung pada keadaan dan lokasi terjadinya bencana. Masyarakat sekitar Gunung Merapi yang masih banyak menganut kepercayaan tradisional dan terdiri dari kondisi ekonomi menengah ke bawah, memiliki perilaku yang berbeda satu sama lain saat terjadinya bencana. Menurut Pan (2006) perilaku manusia adalah suatu outcome dari proses pengambilan keputusan. Untuk mengetahui perilaku manusia saat terjadinya bencana, sebelumnya harus diketahui bagaimana proses pengambilan keputusannya dan faktor apa saja yang menjadi pendukung dari proses tersebut. Penelitian mengenai identifikasi perilaku manusia ini telah dilakukan dengan beberapa metode yang berbeda, diantaranya yaitu mengkaji data historikal dengan panel data analysis random effect, melakukan direct observation and interview dengan warga sebagai korban bencana dan menganalisis perilaku dengan menggunakan risk games. Menurut Kendal dan Creen (2007) untuk menemukan perilaku manusia yang akan dimodelkan, salah satu metode yang efektif adalah menggunakan metode knowledge engineering. Knowledge engineering terdiri dari lima tahap yang dapat mengolah data yang berasal dari experts menjadi suatu knowledge yang dapat digunakan nantinya dalam permodelan. Kendal dan Creen (2007) menjelaskan, knowledge engineering biasa digunakan untuk mengidentifikasi informasi atau permasalahan sebagai dasar

3 3 dibuatnya suatu sistem, direction dan permodelan yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan. Kelebihan penggunaan knowledge engineering antara lain lebih efisien dalam mengolah data menjadi informasi, dapat membantu dalam proses pengambilan keputusan, kapabilitas penjelasan yang lebih akurat, dan ilmu dari expert yang dapat digunakan secara berulang pada permasalahan yang sering terjadi (Kendal dan Creen, 2007). Sampai saat ini, analisis perilaku manusia pada saat terjadinya bencana erupsi gunung dengan knowledge engineering masih jarang dilakukan, karena pada umumnya analisis perilaku manusia tidak dilakukan hingga pada tahap proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, penelitian yang akan dilakukan ini akan menggunakan metode knowledge engineering. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam pembangunan model selanjutnya, agar lebih akurat dan sesuai dengan keadaan nyata sehingga dapat membantu masyarakat untuk mengurangi dampak negatif saat terjadi bencana di kemudian hari Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perbedaan perilaku manusia dalam proses evakuasi saat terjadinya bencana erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010? 2. Apa saja aspek atau faktor pembeda dari situasi bencana erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010 yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan saat melakukan evakuasi? 3. Bagaimana proses pengambilan keputusan para korban bencana saat terjadinya erupsi Gunung Merapi pada tahun 2010?

4 Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dan batasan pada penelitian ini adalah: 1. Kejadian bencana yang diteliti adalah erupsi Gunung Merapi yang terjadi pada tahun Penelitian hanya dilakukan pada kawasan rawan bahaya (zona berbahaya) 3. Penelitian dilakukan pada tahap terjadinya bencana saat melakukan tindakan evakuasi 4. Penelitian yang dilakukan hanya sebatas tahap pembuatan konsep model yaitu tahap ketiga. Tahap empat dan tahap lima pada knowledge engineering, yaitu tahap perealisasian dan implementasi konsep menjadi model tidak dilakukan dalam penelitian ini. 5. Dalam konsep model, masyarakat diasumsikan hanya memiliki 2 akhir dari proses evakuasi, yaitu dapat selamat sampai tempat evakuasi atau tidak sampai ke tempat evakuasi dan meninggal Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu: 1. Mengidentifikasi atribut sebagai faktor pembeda perilaku manusia dalam proses pengambilan keputusan saat melakukan tindakan evakuasi 2. Mengetahui proses pengambilan keputusan manusia dengan perbedaan atribut yang mereka miliki 3. Mengkarakterisasi perilaku manusia berdasarkan atribut dan proses pengambilan keputusannya

5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dalam pembuatan model yang efektif dan mendekati kondisi nyata. Pembuatan model dan simulasi tindakan evakuasi saat terjadinya bencana erupsi Gunung Merapi diharapkan dapat menjadi salah satu bentuk persiapan untuk mengurangi dampak negatif dari bencana yang mungkin terjadi di kemudian hari.