PRODUKTIVITAS PERIKANAN LEMURU DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR, BANYUWANGI, JAWA TIMUR TABAH WIRA PERDANA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRODUKTIVITAS PERIKANAN LEMURU DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR, BANYUWANGI, JAWA TIMUR TABAH WIRA PERDANA"

Transkripsi

1 PRODUKTIVITAS PERIKANAN LEMURU DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR, BANYUWANGI, JAWA TIMUR TABAH WIRA PERDANA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

2 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Produktivitas Perikanan Lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Maret 2012 Tabah Wira Perdana

3 ABSTRAK TABAH WIRA PERDANA, C , Produktivitas Perikanan Lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur, Dibimbing oleh IIN SOLIHIN dan ARI PURBAYANTO Ikan lemuru (Sardinella lemuru) merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang terdapat di Indonesia. Tempat pendaratan ikan ini terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar. Unit penangkapan ikan lemuru yang paling dominan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar yaitu purse seine, payang, dan bagan. Faktorfaktor penyebab menurunnya stok sumberdaya ikan lemuru tersebut perlu diteliti. Dengan mengetahui faktorfaktor yang ada maka masyarakat maupun pihak pelabuhan dapat menemukan cara untuk dapat mengembalikan stok sumberdaya ikan lemuru ke keadaan sebelumnya agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip dan per tahun yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar (PPP) pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan dan penurunan pada ketiga alat tangkap. Secara berturutturut ratarata produktivitas pada setiap unit penangkapan ikan lemuru per trip di PPP Muncar sebesar 781,28 kg/unit/hari (purse seine), 87,27 kg/unit/hari (payang),dan 10,93 kg/unit/hari (bagan). Sementara itu produktivitas per tahunnya berturutturut yaitu sebesar ,19 kg/unit/tahun (purse seine), ,53 kg/unit/tahun (payang),dan 3193,33 kg/unit/tahun (bagan). Produktivitas nelayan lemuru mengalami penurunan dan kenaikan. Secara berurut produktivitas nelayan lemuru paling tinggi di PPP Muncar yaitu 17,74 kg/orang/hari (purse seine), 8,81 kg/orang/hari (payang),dan 12,29 kg/orang/hari (bagan). Penelitian memperlihatkan bahwa secara bersamasama pengalaman melaut nelayan (tahun), jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar. Dari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pelabuhan sudah melakukan peranan dalam menyediakan fasilitas yang mendukung dalam kegiatan penangkapan ikan lemuru tetapi dari segi pemenuhannya, pelabuhan belum dapat menyediakan 100 % dari setiap fasilitas untuk kegiatan penangkapan ikan lemuru di Muncar. Kata kunci : Lemuru, nelayan lemuru, produktivitas, peran Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar

4 Hak cipta IPB, Tahun 2012 Hak cipta dilindungi UndangUndang 1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber : a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seizin IPB.

5 PRODUKTIVITAS PERIKANAN LEMURU DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR, BANYUWANGI, JAWA TIMUR TABAH WIRA PERDANA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

6 Judul Skripsi : Produktivitas Perikanan Lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur Nama Mahasiswa : Tabah Wira Perdana NRP : C Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Disetujui: Pembimbing 1, Pembimbing 2, Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si Prof. Dr.Ir Ari Purbayanto, M.Sc NIP NIP Diketahui: Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP Tanggal lulus :

7 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan ini. Tidak lupa kepada Rasulullah SAW yang telah memberikan bimbingan kepada umatnya bagaimana cara berhubungan dengan Allah dan bagaimana berhubungan dengan sesama manusia. Skripsi ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Depatemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli 2011 ini adalah Produktivitas Perikanan Lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis, pembaca dan semua pihak yang memerlukannya. Bogor, Maret 2012 Tabah Wira Perdana

8 UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih diucapkan kepada : 1) Dr. Iin Solihin, S.Pi, M.Si dan Prof. Dr. Bapak Ari Purbayanto, M.Sc selaku komisi pembimbing yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran. 2) Pihak UPT Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur yang telah membantu dalam mencari data penelitian. 3) Dr. Ir. Mohammad Imron, M.Si selaku pembimbing akademik. 4) Ayah (Bapak Sunaryo), Ibu (Ibu Teriposa Endang Sulistyowati), dan adikadikku (Asa Aria Dharma dan Purna San Sastra) yang telah banyak memberi motivasi, inspirasi, doa selama penelitian maupun selama pembuatan skripsi. 5) Demitra Sarah Agristianti Oyong yang tidak hentihentinya mengingatkan penulis untuk selalu ingat dan mengerjakan skripsi, mensupport ketika akan melakukan penelitian, serta membantu dalam mengoreksi tulisan ini. 6) Temanteman Asmoro Bayu, Alfin, Uwox, Kakek, Zabao, Ibay, Tomi yang selalu memberi motivasi ketika penulis sedang malasmalasan, menghibur ketika penulis penat, dan menemani ke warkop. 7) Temanteman Bagan PSP Cacat, Apoy, Gilang, dan Dedi yang telah menghibur dengan meminjamkan PS nya. 8) Temanteman PSP 45, PSP 46, PSP 47 yang selalu memberikan doa dan dukungan sehingga tulisan ini dapat selesai tepat waktu. 9) Kakakkakakku PSP 43 dan 44 yang banyak memberikan informasi tentang pembuatan skripsi. 10) Mas Sudi, Mas Baskoro, Okta, Lia yang telah memberikan informasi tentang tempat penelitian. 11) Mas Yus yang telah meminjamkan sepeda motor selama penelitian, semoga mas juga cepat lulus. 12) Temanteman UKM Bola Voli IPB yang telah memberikan motivasi selama penulis menyelesaikan tulisannya. 13) Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kediri pada tanggal 7 Agustus 1990 dari Bapak Sunaryo S.Pd dan Dra. Ibu Teriposa Endang Sulistyowati. Penulis merupakan putra pertama dari 3 bersaudara. Pendidikan penulis diawali pada tahun 1996 dengan bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 1 Senden dan lulus tahun Pada tahun 2005, penulis penyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) 2 Pamukan Utara, Kotabaru, Kalimantan Selatan, selanjutnya pada tahun 2005, penulis meneruskan pendidikan di Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Pare, Kediri, Jawa Timur dan selesai pada tahun Pada tahun yang sama yaitu pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) lewat jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis diterima pada Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif sebagai asisten mata kuliah Metode Observasi Bawah Air (MOBA), Eksplorasi Penangkapan Ikan (EPI), dan Pelabuhan Perikanan. Penulis juga aktif menulis karya ilmiah dalam bentuk Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) yang didanai oleh Depdiknas dan lolos sebanyak 2 kali pada tahun 2009 dan Selain itu penulis juga aktif mengikuti kegiatankegiatan kemahasiswaan mulai dari kepanitiaan hingga pengurus organisasi. Penulis pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) sebagai anggota Divisi Penelitian, Pengembangan dan Keprofesian pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 penulis menjadi wakil ketua Himpunan Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN), Presidium Himpunan Mahasiswa Perikanan Tangkap Indonesia (HIMPATINDO), dan aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa bidang olahraga voli.

10 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... 1 PENDAHULUAN Halaman 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru Penyebaran ikan lemuru Makanan dan tingkah laku ikan lemuru Pelabuhan Perikanan Definisi pelabuhan perikanan Klasifikasi pelabuhan perikanan Fungsi pelabuhan perikanan Fasilitas pelabuhan perikanan Produktivitas Definisi produktivitas Produktivitas penangkapan ikan METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Alat Penelitian Metode Penelitian Pengumpulan data Analisis data Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan Peran pelabuhan perikanan Muncar KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk Keadaan wilayah laut, pesisir, pantai dan sungai Keadaan umum perikanan di Kabupaten Banyuwangi Keadaan Umum Perikanan Tangkap Muncar i iii iv v i

11 4.2.1 Letak Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Unit penangkapan ikan HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Unit Penangkapan Ikan yang Digunakan Unit penangkapan purse seine di Muncar Unit penangkapan payang di Muncar Unit penangkapan bagan di Muncar Produktivitas Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru Produktivitas nelayan lemuru Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan lemuru Peran Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Fasilitas Pra Produksi Fasilitas Produksi Ketersediaan dan pemenuhan fasilitas di PPP Muncar KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ii

12 DAFTAR TABEL Halaman 1 Nama ikan lemuru berdasarkan ukuran di Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur Kriteria pelabuhan perikanan Datadata yang diperlukan beserta sumber dan jenis data Standarisasi trip unit penangkapan ikan lemuru untuk menghitung produktivitas Curah hujan dan hari hujan tahun Sebaran penduduk menurut mata pencaharian sektor perikanan Kabupaten Perkembangan armada perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun Perkembangan volume produksi hasil tangkapan Kabupaten Banyuwangi tahun Produksi penangkapan ikan di laut berdasarkan alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun Perkembangan jumlah kapal penangkapan ikan di Pelabuhan Pantai Muncar tahun Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Muncar tahun Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar tahun Produktivitas total nelayan lemuru di PPP Muncar tahun Hasil analisis regresi statistic faktor produktivitas dan produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) faktor produktivitas dan produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar Hasil ujit pengaruh masingmasing faktor terhadap produktivitas lemuru Ketersediaan dan pemenuhan fasilitas di PPP Muncar iii

13 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Ikan lemuru di daerah Muncar Perkembangan armada penangkapan ikan di PPP Muncar tahun Jumlah kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar tahun Perkembangan jumlah alat tangkap penangkap ikan lemuru di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine per trip di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas unit penangkapan payang per trip di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per trip di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine per tahun di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas unit penangkapan payang per tahun di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per tahun di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas nelayan lemuru per trip di PPP Muncar tahun Grafik penurunan dan kenaikan produksi ikan lemuru per bulan dari tahun Fasilitas penyediaan air di PPP Muncar Fasilitas pengisian bahan bakar minyak di PPP Muncar Pendapat nelayan lemuru terhadap fasilitas perbekalan di PPP Muncar Fasilitas perbengkelan di PPP Muncar Fasilitas perbaikan alat tangkap iv

14 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine, payang, dan bagan per trip di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine, payang, dan bagan per tahun di PPP Muncar tahun Data Produksi hasil tangkapan lemuru per alat tangkap dari tahun Perkembangan produktivitas nelayan lemuru per trip di PPP Muncar tahun Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan lemuru Lokasi penelitian Contoh perhitungan produktivitas unit penangkapan ikan dan produktivitas nelayan di PPP Muncar Layout Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar v

15 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lemuru (Sardinella lemuru) merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang terdapat di Indonesia. Ikan ini banyak disebut oleh orang Indonesia sebagai ikan pindang atau ikan sarden. Salah satu tempat pendaratan ikan ini terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. PPP Muncar merupakan salah satu tempat pendaratan ikan lemuru (Sardinella lemuru) yang ada di Indonesia. Total produksi ikan lemuru di PPP Muncar menyumbangkan sekitar 73,6 % dari total ikan lemuru yang didaratkan di Jawa Timur pada tahun 1998 (Inaya, 2004). Kondisi stok sumberdaya ikan lemuru PPP Muncar yang ada saat ini mulai menurun. Hal tersebut berpengaruh terhadap harga ikan lemuru. Walaupun harga dari ikan lemuru (Sardinella lemuru) cenderung mahal, tetapi dampak ini tidak bisa dirasakan oleh nelayan lemuru. Perusahaanperusahaan yang biasanya membeli hasil tangkapan mereka banyak yang menghentikan usahanya. Perusahaanperusahaan tersebut adalah perusahaan skala kecil. Keadaan tersebut tidak hanya berdampak pada harga ikan lemuru tetapi berdampak juga pada produktivitas nelayan lemuru dan produktivitas unit penangkapan ikan lemuru. Unit penangkapan ikan lemuru yang paling dominan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar yaitu purse seine, payang, dan bagan. Ketiga unit penangkapan ini merupakan penyumbang terbesar produksi ikan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Untuk itu, perlu adanya penghitungan produktivitas pada setiap alat tangkap tersebut agar dapat mengetahui gambaran hasil tangkapan ikan lemuru selanjutnya, dan dapat memperkirakan ikan lemuru yang boleh ditangkap untuk waktu berikutnya. Faktorfaktor penyebab menurunnya stok sumberdaya ikan lemuru yang ada perlu diteliti, dengan mengetahui faktorfaktor yang ada maka masyarakat maupun pihak pelabuhan dapat menemukan cara untuk dapat mengembalikan stok sumberdaya ikan lemuru ke keadaan sebelumnya agar dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Faktorfaktor yang dapat mempengaruhi menurunnya stok sumberdaya lemuru yaitu bisa diakibatkan oleh faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal bisa dari lingkungan, sedangkan faktor internal yaitu berasal dari

16 2 kemampuan tenaga kerja yang ada. Faktor internal ini diantaranya adalah jumlah anak buah kapal, pengalaman melaut dari nelayan, jumlah GT kapal, banyaknya trip yang dilakukan nelayan setiap bulannya, maupun biaya perbekalan yang dibutuhkan saat melakukan operasi penangkapan ikan lemuru. Permasalahan yang terdapat di Muncar adalah adanya penurunan stok ikan lemuru sehingga produktivitas dari nelayan lemuru yang terdapat di daerah Muncar semakin menurun setiap tahunnya. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan produktivitas yang turun. Upaya tersebut salah satunya adalah upaya dari pihak pelabuhan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu peran pelabuhan diantaranya penyediaan fasilitas yang memadai untuk menyokong kegiatan penangkapan yang terdapat di daerah Muncar. Penelitian ini sangat penting, karena dengan adanya penelitian ini peran pelabuhan dapat dilihat. Peran pelabuhan perikanan sangat dibutuhkan pada usaha peningkatan produktivitas perikanan lemuru di PPP Muncar. Usaha tersebut berupa peningkatan pengelolaan pelabuhan. Peningkatan pengelolaan ini dapat berupa pengaturan dan penertiban kegiatan di pelabuhan oleh kepala pelabuhan, koordinasi dengan pihak unit pengelola teknis pelabuhan serta penyediaan fasilitas yang terdapat di pelabuhan. Salah satu aspek yang diteliti yaitu dari segi penyediaan fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Fasilitas pelabuhan dilihat dari segi kesediannya dan pemenuhannya. Kesediaan yaitu tersedianya fasilitas fasilitas yang dapat mendukung perikanan lemuru yang terdapat di daerah Muncar sedangkan pemenuhan maksudnya yaitu tingkat pemenuhan pelabuhan terhadap penyediaan fasilitas untuk mendukung kegiatan penangkapan yang terdapat didaerah Muncar. 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini : 1. Menghitung produktivitas alat tangkap dan produktivitas nelayan lemuru di PPP Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. 2. Menentukan faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas perikanan lemuru di PPP Muncar.

17 3 3. Mendeskripsikan fungsi PPP Muncar dalam mendukung kegiatan perikanan lemuru. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini yaitu agar upayaupaya yang telah dilakukan dapat diterapkan untuk meningkatkan kesehjahteraan nelayan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Banyuwangi. Selain itu bagi pihak PPP, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dalam menentukan kebijakan yang akan ditempuh untuk pengembangannya di waktu yang akan datang.

18 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru Ikan lemuru adalah ikan yang banyak ditemui di Perairan selat Bali. Ikan ini termasuk ikan pelagis kecil. Menurut Saanin, 1984, sistematika ikan lemuru adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Sub Kelas : Teleostei Ordo : Malacopterygii Famili : Clupeidae Sub family : Clupeinae Genus : Sardinella Spesies : Sardinella lemuru Gambar 1 Ikan lemuru di Muncar Terdapat beberapa ciriciri yang ditemukan pada ikan lemuru yang sudah tertangkap di sekitar perairan Muncar. Menurut Dwiponggo, 1982, ciricirinya adalah bentuk bulat memanjang, perut agak menipis dengan sisiksisik yang menonjol dan tajam, sirip punggung D.18 (1518), sirip dubur A.15 (1516), Sirip dada P.15 (1516), sirip perut V.9, sisil garis lurus L.S.45 (4447), sisik melintang T.S. 13 (1213), ikan dapat mencapai panjang 23 cm, sirip ekor bercabang, warna badan bagian atas biru kehijauan, bagian bawah ptih keperakan, terdapat noda samarsamar dibawah pangkal sirip punggung bagian depan, siripsirip lainnya

19 5 tembus cahaya dan moncong agak kehitamhitaman. Menurut Weber dan Beufort, 1965 diacu oleh Rahmawati, 2001 mengatakan bahwa pada ikan lemuru, gigi tumbuh pada langitlangit mulut sambungan tulang dan lidah. Tapis insang dibagian belakang mata berjumlah 120 lembar, lebarnya kurang dari ½ tinggi operculum. Sisiksisiknya lembut dan bertumpuk tidak teratur, jumlah sisik didepan sirip punggung Sisik duri terdapat didepan sirip perut. Ikan lemuru memiliki nama yang berbedabeda pada setiap daerah, untuk daerah Jawa Timur ikan lemuru disebut lemuru muncar (Panjaitan, 1982). Tabel 1 Nama ikan lemuru berdasarkan ukuran di Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur No Panjang(cm) Nama Ikan Nama Daerah 1. < 11 Sempenit Muncar Protolan Muncar dan Bali Lemuru Muncar dan Bali 4. > 18 Lemuru Kucing Muncar Sumber : Merta, Penyebaran ikan lemuru Daerah penyebaran ikan lemuru cukup luas, yaitu di Lautan India bagian Timur, diantaranya daerah Phikat, Thailand, di pantaipantai selatan Jawa dan Bali dan sampai ke perairan Australia sebelah barat serta lautan pasifik. Ikan lemuru juga tersebar di bagian utara Indonesia, yaitu daerah Filipina, Hongkong, Taiwan, sampai dengan Jepang bagian selatan (Whitehead, 1985 diacu oleh Hosniyanto, 2003). Di Indonesia selain di perairan Selat Bali, ikan lemuru dapat ditemukan di selatan Ternate, Selat Madura, Selat Sunda, dan Teluk Jakarta (Soerdjodinoto, 1960 diacu oleh Hosniyanto, 2003). Menurut Dwiponggo, 1982 bahwa penyebaran dan pergerakan ikan lemuru di Perairan Bali belum dapat diungkapkan secara pasti, bergerak ke utara atau selatan. Hasil survey dengan menggunakan kapal KM Lemuru, , KM Bawal Putih, 1980, dapat diduga gerombolan ikan lemuru berada di sebelah selatan pada kedalaman 4080 meter. Daerah penyebaran lemuru adalah kearah barat sampai ke Teluk Grajagan, sedang di Pulau Bali sampai ke Semenanjung Bukit.

20 Makanan dan tingkah laku ikan lemuru Pada bulan JuliSeptember dan DesemberJanuari, makanan ikan lemuru yang paling utama adalah diatom sedangkan pada bulan lainnya adalah copepod (Noble, 1969 diacu oleh Damarjati, 2001). Sedangkan menurut Burhanudin dan Praseno, 1982 diacu oleh Damarjati, 2001, makanan utama ikan lemuru adalah fitopankton dan zooplankton. Zooplankton menduduki peringkat paling atas dengan presentase 90,52%90,54%, sedangkan fitopalnkton menduduki peringkat kedua dengan presentase 4,46%9,48% dan sisanya yaitu Copepoda dan Decapoda. Ikan ini merupakan ikan yang ada pada saat musim tertentu, artinya ikan ini terdapat sangat banyak saat musim tertentu (Subani 1971 diacu oleh Muntoha 1998). Pada saat ini adalah musim paceklik lemuru, sehingga produktivitas ikan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar mengalami penurunan. Musim ikan lemuru ini biasanya didahului oleh munculnya ikanikan seperti layang, slengseng, sembulak dan lainlain. Ikan lemuru adalah ikan yang mempunyai sifat hidup secara bergerombol. Ikan ini termasuk ikan pelagis kecil yang cenderung terdapat di permukaan laut ketika malam hari dan masuk kedalam kolom perairan saat siang hari untuk mencari makanannya (Hosniyanto, 2003). Ikan lemuru cenderung datang ke daerah pantai untuk bertelur, hal ini dikarenakan salinitas yang rendah yang ada di pantai akan meletakkan telurtelur ikan tersebut di atas perairan. Masa pemijahan ikanikan lemuru ini terjadi pada bulan junijuli dimana tempatnya tidak jauh dari pantaipantai yang terdapat di daerah sekitar selat Bali. Diperkirakan ikan lemuru memijah pada saat akhir musim hujan (Whitehead, 1985 diacu oleh Hosniyanto, 2003). 2.2 Pelabuhan Perikanan Definisi pelabuhan perikanan Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan yang disekitarnya terdapat batasbatas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan system bisnis perikanan yang digunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, dan / atau bongkar muat yang dilengkapi

21 7 dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang kegiatan perikanan (UU RI No. 45 tentang Perikanan). Menurut Murdiyanto B, 2004 diacu dalam Diniah, 2008 bahwa pelabuhan perikanan pada hakekatnya merupakan basis utama kegiatan industri perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha dan berdayaguna tinggi Klasifikasi pelabuhan perikanan Pada pengklasifikasian pelabuhan perikanan ini ditekankan pada klasifikasi yang terdapat di Indonesia. Pelabuhan perikanan di Indonesia lebih diklasifikasikan secara administratif menjadi empat tipe berdasarkan pada jenis perikanan yang beroperasi. Selain itu pengklasifikasian ini berdasarkan daya tampung kolam pelabuhan, produksi hasil tangkapan yang didaratkan dan daerah tujuan pemasarannya. Berdasarkan UU No. 31 tahun 2004 tentang perikanan, maka pelabuhan periakanan diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Pelabuhan Perikanan Samudra (tipe A) 2) Pelabuhan Perikanan Nusantara (tipe B) 3) Pelabuhan Perikanan Pantai (tipe C) 4) Pangkalan Pendaratan Ikan (tipe D) Indonesia mempunyai 5 PPS, 12 PPN, 51 PPP serta 598 PPI yang tersebar di seluruh kepulauan yang terdapat di Indonesia. Pelabuhanpelabuhan ini mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kelangsungan hidup masyarakat yang terdapat di daerah pelabuhan tersebut dibangun. Disamping jenis pelabuhan tersebut, menurut Peraturan Menteri Perikanan dan Ilmu Kelautan Republik Indonesia No.16 tahun 2006 terdapat beberapa kriteria pelabuhan perikanan yang terdapat di Indonesia. Kriteria ini didasarkan pada kapasitas dan kemampuan menangani kapal yang datang dan pergi, serta letak dan posisisnya. Kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.

22 8 Tabel 2 Kriteria pelabuhan perikanan Kelas Pelabuhan PPS PPN PPP PPI Kriteria Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan di laut territorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, dan laut lepas Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 60 GT Panjang dermaga sekurangkurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam pelabuhan sekurangkurangnya 3 m. Mampu menampung sekurangnyakurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurangkurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor Terdapat industri perikanan Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan di laut territorial, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 30 GT Panjang dermaga sekurangkurangnya 150m, dengan kedalaman kolam pelabuhan sekurangkurangnya 3 m. Mampu menampung sekurangnyakurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurangkurangnya 2250 GT kapal perikanan sekaligus Terdapat industri perikanan Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan dan laut territorial. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 10 GT Panjang dermaga sekurangkurangnya 100m, dengan kedalaman kolam pelabuhan sekurangkurangnya 2 m. Mampu menampung sekurangnyakurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurangkurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di perairan pedalaman, perairan kepulauan. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 3 GT Panjang dermaga sekurangkurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam pelabuhan sekurangkurangnya 2 m. Mampu menampung sekurangnyakurangnya 20 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurangkurangnya 60 GT kapal perikanan sekaligus Fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan memiliki peranan yang sangat penting bagi perikanan tangkap, hal ini disebabkan pelabuhan perikanan merupakan pusat saat ikan

23 9 ditangkap, ikan selesai ditangkap, maupun ketika ikan akan dipasarkan lebih lanjut. Peranan tersebut tidak lepas dari peran pelabuhan dalam penyediaan fasilitas. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan, sampai dengan pemasaran. Fungsi pelabuhan perikanan dalam mendukung kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya dapat berupa: 1. Pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal pengawas perikanan 2. Pelayanan bongkar muat 3. Pelaksanaan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan 4. Pemasaran dan distribusi ikan 5. Pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan 6. Pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat nelayan 7. Pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan 8. Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan 9. Pelaksanaan kesyahbandaran 10. Pelaksanaan fungsi karantina ikan 11. Publikasi hasil riset kelautan dan perikanan 12. Pemantauan wilayah pesisir dan wisata bahari 13. Pengendalian lingkungan (kebersihan, keamanan, dan ketertiban (K3), kebakaran dan pencemaran). Luasnya fungsi pelabuhan dan menyangkut berbagai aspek kegiatan perikanan, maka dapat dikatakan bahwa pelabuhan perikanan merupakan barometer tingkat kemajuan perikanan di daerah yang bersangkutan. (Tanjung, 2010) Fasilitas pelabuhan perikanan Fasilitasfasilitas yang terdapat disuatu pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan umunya terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas funsional

24 10 dan fasilitas tambahan/penunjang. Menurut Tojoshima diacu oleh Kamarudin 1979, fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan jika dijelaskan adalah sebagai berikut : 1) Fasiltas Pokok, terdiri dari tempat untuk menambat kapal dan kolam pelabuhan. 2) Fasilitas fungsional, terdiri dari sarana angkutan, pemeliharaan alat tangkap, suplai bahan bakar dan minuman pengawetan dan pemeliharaan kesegaran ikan, komunikasi perikanan, kesejahteraan nelayan dan perkantoran pelabuhan perikanan. Menurut Lubis 2000, fasilitas yang terdapat di pelabuhan perikanan adalah sebagai berikut : 1) Fasilitas Pokok, terdiri dari 1. Dermaga 2. Kolam pelabuhan 3. Alat bantu navigasi 4. Pemecah gelombang 2) Fasilitas fungsional, terdiri dari : 1. Penanganan hasil tangkapan dan pemasarannya, terdiri dari tempat pelelangan ikan, fasilitas pemeliharaan dan pengelolaan hasil tangkapan ikan, seperti gedung pengolahan dan tempat penjemuran ikan, pabrik es, gudang es, refrigerasi, gedunggedung pemasaran. 2. Fasilitas pemeliharaan dan perbaikan armada dan alat tangkap ikan 3. Fasilitas perbengkelan 4. Fasilitas komunikasi. 3) Fasilitas penunjang Fasilitas yang secara tidak langsung dapat meningkatkan peranan pelabuhan atau para pengguna mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktivitas dipelabuhan. Fasilitas ini terdiri dari kantin, mushola, mess, kantor pengelola pelabuhan, ruang operator, kantor syahbandar dll. Fasilitasfasilitas ini adalah fasilitas yang sangat penting untuk penunjang dari terlaksananya kegiatankegiatan yang dilakukan oleh pengguna pelabuhan perikanan.

25 Produktivitas Definisi produktivitas Produktivitas dapat dijabarkan dalam dua pengertian, yaitu dari sudut filosofis maupun teknis. Secara filosofis produktivitas merupakan sikap mental yang selalu berusaha dan mempunyai pandangan, bahwa kehidupan hari ini harus lebih baik dari pada hari kemarin. Sedangkan secara teknis pengertian produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan seluruh sumberdaya yang digunakan sebagai tingkat efisiensi dan efektifitas (Harjo, 1994). Menurut Sinungan, 1987 diacu oleh Harjo, 1994, Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil barang atau jasa dengan masukan yang ada. Masukan sering dibatasi oleh input tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik dan nilai. Ukuran tenaga kerja yang umum digunakan adalah yang berkaitan dengan tenaga kerja, yaitu perbandingan antara pengeluaran terhadap jumlah unit yang digunakan atau jam kerja orang (Simanjuntak diacu oleh Syukur, 1991). Dikatakan pula bahwa produktivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dengan totalitas masukan selama periode tersebut. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern diantaranya faktor yang berasal dari dalam individu tenaga kerja, seperti umur, jeniskelamin, tingkat pendidikan, keadaan gizi, kesehatan dan motivasi sedangkan faktor ekstern diantarnya meliputi faktor diluar individu, yaitu modal, teknologi, dan kemampuan lembaga penunjang (Sagir, 1989 diacu oleh Harjo, 1994) Produktivitas penangkapan ikan Produktivitas nelayan yang rendah umumnya diakibatkan oleh rendahnya keterampilan dan pengetahuan serta penggunaan alat penangkapan maupun perahu yang masih sederhana sehingga efektifitas dan efisiensi alat tangkap dan penggunaan faktorfaktor produksi lainnya belum optimal. Keadaan ini sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diterima oleh nelayan dan pada akhirnya

26 12 mempengaruhi pula terhadap tingkat kesejahteraannya (Barus et al, 1991 diacu oleh Tanjung, 2010). Belum optimalnya produksi yang dihasilkan sektor perikanan saat ini terutama dapat disebabkan rendahnya produktivitas nelayan. Menurut Dahuri, 2003 diacu oleh Tanjung, 2010 bahwa rendahnya produktivitas nelayan dapat disebabkan tiga faktor utama yaitu : 1) Sebagian besar nelayan merupakan nelayan tradisional dengan teknologi penangkapan yang tradisional pula, sehingga kapasitas tangkapnya rendah. Hal ini sekaligus mencerminkan rendahnya kemampuan nelayan dan kemampuan iptek penangkapan ikan ; 2) Adanya ketimpangan tingkat pemanfaatan stok ikan antar kawasan perairan laut. Di satu pihak, terdapat kawasankawasan perairan yang mengalami kondisi over fishing, seperti Selat Malaka, Pantai Utara Jawa, Selat Bali, dan Sulawesi Selatan, dan sebaliknya, masih banyak kawasan perairan laut yang tingkat pemanfaatan sumberdaya ikannya belum optimal atau bahkan belum terjamah sama sekali ; dan 3) Telah terjadi kerusakan lingkungan ekosistem laut. Kerusakan lingkungan laut ini juga disebabkan oleh pencemaran baik yang berasal dari kegiatan manusia di darat maupun di laut. Terdapat beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab masih rendahnya tingkat pendapatan nelayan. Sejumlah faktor diantaranya alat tangkap yang tidak produktif, modal untuk pengembangan usaha, keterbatasan sumberdaya, dan lainlain. Semua faktor ini dapat mempengaruhi penurunan produktivitas. Secara tidak langsung dengan produktivitas yang rendah menyebabkan keuntungan yang didapatkan nelayan pun berkurang. Oleh karena itu, semua faktor yang berperan dalam peningkatan produksi perlu dioptimalkan pemanfatannya. Peningkatan produktivitas dipengaruhi oleh kemampuan armada penangkapan dan komponenkomponen yang ada di dalamnya.

27 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus Tempat penelitian berlokasi di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Banyuwangi, Jawa Timur. 3.2 Alat Penelitian Alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah kuisioner, kamera, dan alat tulis. Kuisioner dipakai untuk mengambil data yang bersifat primer yang didapatkan dari nelayan serta pihak pelabuhan, kemudian kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. 3.3 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat Pengumpulan data Metode pengumpulan data pada penelitian ini dengan wawancara menggunakan kuisioner. Penentuan responden dilakukan dengan metode purposive sampling yaitu mencari tempat berkumpulnya pusatpusat konsentrasi nelayan lemuru. Setelah ditentukan pusatpusat tersebut maka dimulai pelaksanaan wawancara untuk pengambilan data nelayan, tengkulak, maupun pengolah tersebut. Caranya dengan bertanya kepada setiap nelayan secara acak dengan pertanyaanpertanyaan yang merupakan data yang kita perlukan. Peneliti membutuhkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, wawancara dengan pihak pelabuhan, wawancara dengan nelayan serta pengisiaan kuisioner. Sedangkan data sekunder adalah data statistik perikanan yang diperoleh

28 14 dari instansi terkait yaitu pihak pengelola pelabuhan Muncar dan staf dinas perikanan. Jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Datadata yang diperlukan beserta sumber dan jenis data No Tujuan Data yang dibutuhkan Sumber data Jenis data 1. Menghitung produktivitas unit penangkapan ikan lemuru. 2. Menghitung produktivitas nelayan lemuru 3. Mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan lemuru Jumlah dan jenis alat tangkap lemuru tahun 2010 Hasil tangkapan masingmasing alat tangkap tahun 2010 Upaya penangkapan (trip) masingmasing alat tangkap untuk menangkap lemuru selama 2010 Hasil tangkapan lemuru per trip Jumlah nelayan lemuru per trip Jumlah nelayan lemuru tahun Hasil tangkapan lemuru tahun Pengalaman melaut nelayan lemuru Jumlah anak buah kapal Ukuran kapal Lama trip Banyak trip Hasil tangkapan lemuru per trip Biaya perbekalan Dinas Perikanan Muncar Pihak PPP Muncar Dinas perikanan Muncar Wawancara nelayan Wawancara nelayan Sekunder Primer dan sekunder Primer 4. Mengetahui peran pelabuhan dalam mendukung aktivitas penangkapan ikan lemuru. Fasilitas perbekalan Fasilitas pendaratan Pelayanan jasa pelabuhan Pendapat nelayan terhadap pelabuhan Wawancara nelayan Wawancara staf pelabuhan Primer

29 Analisis data 1) Produktivitas (1) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru Menurut Tanjung, 2010, produktivitas unit penangkapan ikan adalah kemampuan suatu unit penangkapan ikan dalam menghasilkan hasil tangkapan per satuan waktu peangkapan ikan. Waktu penangkapan ikan yang dimaksud adalah trip dan per tahun. Penghitungan produktivitas unit penangkapan ikan menggunakan persamaan mengacu pada Abduramansyah, 2009 diacu dalam Tanjung, Persamaan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip dapat dicari dengan persamaan : Pupt = dimana : Pupt : Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip Hti : Hasil tangkapan ikan lemuru pada tahun kei (kg) Ti : Jumlah trip pada tahun kei (trip) ( Ui x t ) Ui : Jumlah unit penangkapan pada tahun kei t : Jumlah hari trip tahun kei 2) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun dapat dicari dengan persamaan : Pupi = dimana : Pupi : Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun Hti : Hasil tangkapan ikan lemuru pada tahun kei (kg) Ui : Jumlah unit penangkapan lemuru pada tahun kei (unit)

30 16 Pada penangkapan lemuru di PPP Muncar, terdapat beberapa alat yang digunakan, untuk itu perlu adanya standarisasi agar trip unit penangkapan tersebut sama yaitu dengan mengalikan lama operasi penangkapan ikan per trip dengan banyak trip yang dilakukan. Tabel 4 Standardisasi trip unit penangkapan ikan lemuru untuk menghitung produktivitas Hasil Produktivitas Unit Jumlah Trip Jumlah hari Tangkapan lemuru Penangkapan (trip) trip (hari) lemuru (kg) (kg/hari) 1 A X P A/(XxP) 2 B Y Q B/(YxQ) 3 C Z R C/(ZxR) (2) Produktivitas nelayan Analisis data pada penelitian yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan metode deskriptif, dengan cara menyajikan data tersebut kedalam grafik maupun tabel. Menurut Sinungan, 1987 diacu oleh Harjo, 1994, produktivitas dapat dihitung menurut jumlah dan nilai hasil tangkapan serta alat tangkap yang digunakan. Produktivitas nelayan berdasarkan hasil tangkapan (kg/orang/tahun). Produktivitas ini dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : 1) Produktivitas nelayan ikan lemuru per trip dapat dicari dengan persamaan : Pnt = dimana : Pnt : Produktivitas nelayan lemuru per trip Hti : Hasil tangkapan ikan lemuru pada tahun kei (kg) Nt : Jumlah nelayan lemuru ( h x Ui x 360 ) Ui : Jumlah unit penangkapan lemuru pada tahun kei (unit) h : Jumlah nelayan lemuru yang ikut satu kali trip

31 17 2) Produktivitas nelayan lemuru per tahun dapat dicari dengan persamaan : Pni = dimana : Pni : Produktivitas nelayan lemuru per tahun Hti : Hasil Tangkapan Ikan lemuru pada tahun kei (kg) Ni : Jumlah nelayan lemuru pada tahun kei Sedangkan untuk menghitung Produktivitas Nelayan berdasarkan nilai produksi (Rupiah/nelayan/tahun) dengan cara sebagai berikut : Pn = dimana : Pn : Produktivitas nelayan lemuru nht : Nilai produksi total hasil tangkapan lemuru Ni : Jumlah nelayan lemuru Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan lemuru dianalisis menggunakan analisis regresi. Kelebihan dari metode ini adalah mampu membantu memberikan penjelasan secara statistik akan pengaruh variabelvariabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi banyak digunakan dalam pengolahan data penelitian karena perhitungan yang dilakukan tergolong sederhana, tidak rumit dan mudah diinterpretasikan. Analisis regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier. Regresi linier ini digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel bebas terhadap satu buah variabel terikat. Pada analisis regresi linier terdapat dua

32 18 bagian, yaitu regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Penelitian yang dilakukan menggunakan analisis regresi linier berganda. Maksud dari linier berganda adalah terdapat beberapa variabel bebas dan satu buah variabel terikat. Menurut Walpole, 1993 bahwa persamaan umum dari regresi linier berganda adalah : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X b n X n dimana : a adalah koefisien intercept regresi b 1 bn adalah koefisien slope regresi X 1 X n adalah variabel bebas (independent) Y adalah veriabel terikat (dependent) Faktor yang mempengaruhi produktivitas yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu tenaga kerja dan faktor eksternal adalah faktor dari luar individu yang mempengaruhi kemampuan tenaga kerja. Menurut Tanjung, 2010 bahwa faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas unit penangkapan ikan lemuru diantaranya pengalaman melaut nelayan(tahun) sebagai faktor internal dan jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip) serta perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) sebagai faktor eksternal. Jika dituliskan dalam persamaan regresi linier berganda yaitu sebagai berikut : Y = a + b 1 X 1 + b 2 X 2 + b 3 X 3 + b 4 X 4 + b 5 X 5 + b 6 X 6 dimana : Y : hasil tangkapan per trip (kg) X 1 : pengalaman melaut nelayan (tahun) X 2 : jumlah anak buah kapal per trip (orang) X 3 : ukuran kapal (GT)

33 19 X 4 : lama operasi penangkapan ikan per trip (hari) X 5 : banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip) X 6 : biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) a : nilai intercept regresi b 1 b 6 : nilai koefisien regresi Data faktor biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip dikelompokkan menggunakan interval kelas. Pengelompokan tersebut dilakukan agar data input faktorfaktor produktivitas seragam satu sama lain dan tidak menjadi perbedaan besaran angka yang cukup jauh. Setelah ditentukan variabel bebas dan terikat, selanjutnya datadata ditabulasi ke dalam Microsoft Excel dan diolah dengan menggunakan regresi. Tahap selanjutnya ketika hasil dari rehresi sudah didapatkan maka dilakukan pengujian terhadap faktor produktivitas dengan produktivitas unit penangkapan lemuru Peran Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Menurut Harjo, 1994 ada beberapa standar yang harus dilakukan oleh suatu pelabuhan perikanan agar produktivitas nelayan itu bisa tinggi, dalam hal ini adalah peningkatan produktivitas perikanan lemuru di Muncar. Salah satu standar yang harus dipenuhi yaitu melakukan pelayanan penyediaan fasilitas yang dinamis untuk mengimbangi perkembangan kebutuhan nelayan. Jika suatu pelabuhan menyediakan fasilitas yang baik maka setidaknya sudah memenuhi salah satu standar untuk peningkatan produktivitas lemuru di daerah Muncar. Peran suatu pelabuhan perikanan berpengaruh pada kegiatan usaha penangkapan ikan yang kemudian akan berujung kepada peningkatan produktivitas penangkapan ikan. Sebagai basis perikanan tangkap meliputi kegiatan pra produksi, pasca produksi, dan kegiatan pemasaran. Setelah ditentukan beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas perikanan lemuru di PPP Muncar, selanjutnya dapat dilihat sejauh mana peran pelabuhan perikanan dalam mendukung usaha penangkapan ikan. Peran tersebut dapat dipantau dari penyediaan fasilitas yang disediakan oleh pihak pelabuhan perikanan yang

34 20 berkaitan dengan operasi penangkapan ikan yaitu yang berkaitan dengan perbekalan, pendaratan, maupun perbaikan unit penangkapan ikan. Fasilitas perbekalan meliputi fasilitas penyediaan air bersih, fasilitas penyediaan es, fasilitas penyediaan bahan bakar minyak, dan fasilitas penyediaan kebutuhan konsumsi. Sedangkan untuk fasilitas pendaratan meliputi fasilitas pangkalan pendaratan ikan, dermaga, dan kolam pelabuhan. Fasilitas perbaikan meliputi fasilitas perbaikan alat tangkap dan fasilitas perbaikan kapal ikan. Peran PPP Muncar dalam kasus ini di analisis dengan metode deskriptif. Analisis ini dapat menggambarkan dukungan yang telah diberikan pihak PPP Muncar dalam meningkatkan usaha penangkapan di Muncar. Dukungan tersebut dapat dilihat dari ketersediaan, kecukupan serta pelayanan dari fasilitas perbekalan pendaratan yang terdapat di PPP Muncar.

35 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7 o 43` 8 o 46` Lintang Selatan (LS) dan 113 o 53` 114 o 38` Bujur Timur (BT) dengan batasbatas wilayah sebagai berikut (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010) : 1. Sebelah Utara : Kabupaten Situbondo dan Bondowoso 2. Sebelah Timur : Selat Bali 3. Sebelah Selatan : Samudra Indonesia 4. Sebelah Barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan dua perairan yang berpotensi tinggi, yaitu perairan Selat Bali dan Samudra Hindia, menjadikan Kabupaten Banyuwangi daerah yang potensial di bidang perikanan dan merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur. Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km yang membujur sepanjang batas Selatan dan Timur Kabupaten Banyuwangi serta dengan jumlah pulau sebanyak 10 buah. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi 5.782,5 km 2 dibagi dalam wilayah administrasi yaitu 24 Kecamatan dan 189 Desa serta 28 Kelurahan (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian meter diatas permukaan laut, yang merupakan dataran rendah, sedikit miring arah Barat Laut ke Tenggara. Dataran tinggi terletak dibagian Barat dan Utara dimana terdapat gununggunung yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, Bondowoso dan Jember. Sedangkan bagian timur dan selatan ± 75% merupakan dataran rendah persawahan. Jenis tanah yang ada di kabupaten Banyuwangi merupakan tanah jenis Regosol, Lathosol, Podsolik, dan Gambut (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). 2) Keadaan iklim Daerah Kabupaten Banyuwangi memiliki iklim tropis dengan suhu ratarata 25 o 29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

36 22 dijumpai periode bulan basah, bulan lembab dan bulan kering (theory oldeman) dimana bulan basah dengan curah hujan diatas 200 mm yaitu vulan Januari, Mei, dan Oktober dengan ratarata hari hujan berturutturut 20, 24, dan 29. Sedangkan bulan kering adalah bulan Juli, September, dan November dengan curah hujan dibawah 100 mm, bulanbulan yang lain merupakan bulan lembab dengan tingkat curah hujan ratarata mm. Menurut perhitungan SchmidtFerguson, tahun 2010 dikategorikan mempunyai iklim sangat basah dikarenakan perbandingan antara ratarata banyaknya bulanbulan kering dan ratarata banyaknya bulan basah berada di level 00,143 (yang dikategorikan iklim sangat basah) (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Tabel 5 Curah hujan dan hari hujan tahun 2010 No Bulan Suhu(C o ) Curah Hujan (mm) Hari Hujan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Ratarata Jumlah 27,0 27,6 28,8 28,1 28,1 27,3 26,8 26,7 27,6 27,8 28,8 27,5 27,7 306,0 112,3 163,7 181,7 288,2 154,1 98,3 122,0 80,7 207,7 33,7 139, , Sumber : Badan Meteorologi dalam Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi ) Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 sebesar jiwa. Dari jumlah penduduk tersebut yang bermatapencaharian sebagai

37 23 nelayan / perikanan sebesar orang atau 1,98% dari total penduduk yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi dengan rincian sebagai berikut : Tabel 6 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian sektor perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2009 No Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) Nelayan perairan umum Pembudidaya ikan Nelayan penangkap ikan di laut ,04 17,78 75,18 Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Kondisi penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan berada di 11 (sebelas) kecamatan berpantai yakni Wongsorejo, Muncar, Pesanggaran, Purworejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Silirragung, Rogojampi, Bangorejo, dan Tegaldlimo, sedangkan untuk pembudidaya tambak (payau) dan pembenihan (hatchery) berada di 8 (delapan) Kecamatan, namun yang masih beroperasi hanya berada di 2 (dua) Kecamatan yakni, Wongsorejo dan Kalipuro, pembudidaya ikan tawar terdapat dihampir semua kecamatan sewilayah Kabupaten Banyuwangi (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010) Keadaan wilayah laut, pesisir, pantai dan sungai Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah laut dimana Selat Bali yang terletak di sebelah Timur dengan dominasi ikan permukaan (pelagis), dan hasil terbesar yaitu ikan lemuru (Sardinella lemuru) serta Samudra Indonesia yang terletak di sebelah Selatan dengan dominasi ikan demersal di samping ikan pelagis kecil dan besar. Banyuwangi mempunyai pesisir pantai sepanjang ± 282 km, beberapa wiyah pesisir merupakan lahan yang potensial bagi budidaya air payau/ tambak, pembenihan udang windu (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Kabupaten Banyuwangi memiliki 81 sungai dengan panjang keseluruhan mencapai ± 735 km yang berfungsi untuk pertanian, perikanan, dan lain lain. Sungai sungai tersebut ada yang bermuara di Selat Bali yaitu Sungai Lo, Sungai Setail, Sungai Kalibaru, Sungai Sepanjang, serta Sungai Kempit. Selain itu juga terdapat 7 waduk dengan luas mencapai 4,0 ha serta 2 rawa luasnya mencapai 1,5 ha (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010).

38 Keadaan umum perikanan di Kabupaten Banyuwangi Wilayah perairan di Kabupaten Banyuwangi yang dibatasi oleh lautan yaitu Selat Bali di sebelah Timur dan Samudra Hindia di sebelah Selatan merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur. Sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan yang tersedia, maka peningkatan kontribusi sub sektor kelautan dan perikanan di Kabupaten Banyuwangi dilaksanakan melalui peningkatan usahausaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi yang meliputi usaha penangkapan di perairan umum, rehabilitasi hutan mangrove, dan terumbu karang. Pengembangan produksi tersebut memenuhi konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, sedangkan komoditaskomoditas yang mempunyai pasaran baik di luar negeri diarahkan untuk ekspor (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Selat Bali yang luasnya 960 mil 2 memiliki potensi penangkapan maksimum lestari (MSY) untuk ikan pelagis dengan hasil ikan yakni lemuru (Sardinella lemuru) sebesar ton dan untuk Muncar memiliki MSY ton / tahun. Sedangkan untuk jenis ikan dasar, ikan hias, nener, dan benur belum ada penelitian, namun demikian sebenarnya memiliki potensi yang cukup besar. Samudra Indonesia yang luasnya ± mil 2 (belum termasuk Zona Ekonomi eksklusif 200 mil) dengan basis utamanya Pancer dan Grajagan memiliki potensi lestari sebesar ton / tahun yang terdiri dari ikan demersal sebesar ton / tahun dan ikan permukaan sebesar ton / tahun. Tingkat pengusahaan sumberdaya perikanan dan kelautan di Selat Bali sudah dilakukan secara intensif sehingga dinyatakan padat tangkap, sedangkan tingkat pengusahaan di perairan Samudra Indonesia masih relatif rendah sehingga masih memungkinkan untuk ditingkatkan beberapa kali lipat, dan pengusahaan di ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) 200 mil masih perlu untuk di eksploitasi (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010). Usaha penangkapan di perairan pantai yang masih potensial dilaksanakan melalui motorisasi dan modernisasi unit penangkapan. Jenis alat tangkap yang dikembangkan adalah trammel net, gillnet, pancing rawai, dan purse seine dengan menggunakan perahu motor tempel dan kapal motor (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010).

39 25 Tabel 7 Perkembangan armada perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun Kecamatan PTM PMT KM PTM PMT KM Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Tabel diatas menjelaskan bahwa armada perikanan Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan sebesar 11,08 % pada tahun 2010, yaitu berkurang 845 unit dari tahun Armada paling banyak yaitu pada kecamatan Muncar sebanyak 4386 unit pada tahun 2010, sedangkan armada paling sedikit terdapat di kecamatan Kabat yaitu sebanyak 147 unit pada tahun Alat tangkap yang terdapat di Kabupaten banyuwangi jenisnya sangat bervariasi. Banyak sekali alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan. Alat tangkap yang paling dominan di Kabupaten Banyuwangi adalah pancing dengan jumlah 4190 unit. Alat tangkap ini banyak digunakan karena pengoperasian alat ini terhitung mudah dan tidak memerlukan banyak modal. Sedangkan alat tangkap yang paling sedikit di wilayah ini yaitu pukat pantai dengan jumlah 25 unit. Alat tangkap ini sedikit digunakan karena hasil tangkapan dengan menggunakan alat tangkap ini tidak terlalu besar, sehingga masyarakat enggan untuk menggunakan alat tangkap ini, sedangkan alat tangkap yang banyak menangkap ikan yaitu pukat cincin, alat tangkap ini banyak dijumpai di wilayah Kecamatan Muncar. Pukat cincin menyumbang produk perikanan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi, ikan yang ditangkap khususnya ikan lemuru yang merupakan komoditas paling utama yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 8.

40 26 Tabel 8 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 Kecamatan No Alat Tangkap Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Muncar Tegaldlimo Purwoharjo Pesanggaran jumlah 1 Payang Pukat Pantai Pukat Cincin J.Insang Hanyut J.Insang Tetap Bagan Tancap Serok Trammel Net Rawai Tetap Rawai Hanyut Pancing Lain Sero Bubu Perangkap lain Lainlain Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Nelayan di daerah Banyuwangi di bagi menjadi dua jenis, yaitu nelayan juragan dengan anak buah kapal (pandega). Pandega di Kabupaten Banyuwangi jumlahnya lebih banyak dari juragan. Jumlah nelayan pada tahun 2010 sebanyak jiwa. Bila dibandingkan dengan tahun 2009 yang jumlah nelayannya jiwa terjadi penurunan. Jumah juragan dan pandega yang paling banyak terdapat di Kecamatan Muncar, jumlahnya berturutturut dan jiwa. Hal ini disebabkan alat tangkap yang terdapat di Kecamatan Muncar jumlahnya paling banyak di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan jumlah juragan paling sedikit terdapat di Kecamatan Siliarung sebanyak 4 jiwa dan pandega yang jumlahnya paling sedikit terdapat di Kecamatan Bangorejo sebanyak 11 jiwa. Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 9.

41 27 Tabel 9 Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 No Kecamatan Juragan Pandega Jumlah Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Siliragung Bangorejo Jumlah Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Banyuwangi secara umum mengalami penurunan dari tahun 2009 sampai dengan tahun Produksi perikanan paling besar di dominasi oleh Kecamatan Muncar sebesar ± 94,81 % dari semua produksi penangkapan ikan dilaut. Hal ini disebabkan karena usaha penangkapan ikan di Muncar merupakan sentra kegiatan perikanan di Kabupaten Banyuwangi, disamping itu kegiatan penangkapan ikan sudah dilaksanakan secara intensif dengan armada dan alat tangkap perikanan yang cukup memadai. Kecamatan Muncar juga memiliki banyak perusahaan pengolahan ikan. Ikan yang paling banyak diolah yaitu ikan lemuru, sebagian besar hasil tangkapan yang terdapat di Kecamatan Muncar ini yaitu ikan lemuru. Hal tersebut menjadikan Kecamatan Muncar merupakan penyumbang paling besar pendapatan dari sector perikanan yang terdapat di Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan produksi perikanan paling kecil terdapat di Kecamatan Bangorejo, hal ini diakibatkan karena jumlah alat tangkap yang terdapat di kecamatan ini sedikit dan tidak didukung dengan armada yang memadai sehingga menyebabkan produksi di Kecamatan ini paling sedikit. Perkembangan volume produksi hasil tangkapan di Kabupaten Banyuwangi dapat dilihat pada Tabel 10.

42 28 Tabel 10 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan Kabupaten Banyuwangi tahun No Kecamatan Produksi (ton) Nilai produksi (juta) Produksi (ton) Nilai produksi (juta) Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Siliragung Bangorejo , ,3 426,2 672,4 523,2 8,5 4,2 126,3 15,2 3,6 2, , , , , ,6 55,5 25,2 808, , ,4 411,8 700,4 160,2 66,6 27, , , , , ,9 468,1 196,4 111,8 779,7 271,2 0 0 Jumlah , , ,2 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi 2010 Kabupaten Banyuwangi merupakan salah satu penyumbang produk perikanan di Indonesia. Produk perikanan yang dihasilkan sebagian besar berasal dari laut, sedangkan untuk perikanan budidaya belum begitu besar. Produk perikanan laut menduduki peringkat pertama di daerah Banyuwangi. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, bahwa di daerah banyuwangi terdapat beberapa jenis alat tangkap. Alat tangkap yang ada memiliki produktivitas yang berbeda beda. Alat tangkap yang paling banyak produktivitasnya yaitu purse seine dengan jumlah hasil tangkapan yaitu ,4 ton/tahun. Hal ini disebabkan karena alat tangkap ini mempunyai efektifitas penangkapan yang tinggi, sehingga dapat menangkap ikan dalam jumlah besar. Jumlah purse seine di Kabupaten Banyuwangi juga banyak, sehingga secara otomatis hasil tangkapan yang didapatkan oleh nelayan yang mengoperasikan alat tangkap purse seine juga banyak. Sedangkan alat tangkap yang mempunyai produktivitas paling rendah di Kabupaten Banyuwangi adalah alat tangkap bagan dengan jumlah hasil tangkapan 257,5 ton/tahun. Berikut ini adalah produksi penangkapan ikan di laut berdasarkan alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi.

43 29 Tabel 11 Produksi penangkapan ikan di laut berdasarkan alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2010 No Alat Tangkap Produksi Nilai produksi (Ton) Rp (juta) Purse Seine Payang Gill Net P. Rawai Pancing lainnya Bagan Lainlain , ,5 946,8 908, ,5 257,5 470, , , , , , , ,8 Jumlah , ,3 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Letak Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terletak di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur. Kecamatan Muncar terletak di tepi pantai (Selat Bali) pada posisi 8 o 24 8 o 30 Lintang Selatan dan 114 o o 21 5 Bujur Timur yang memiliki teluk bernama Teluk Pangpang, serta mempunyai panjang pantai yang mencapai 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 4,5 km (UPT PPP Muncar 2010). Jarak Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dengan pusat Kecamatan Muncar adalah 2 km atau sekitar 10 menit, dengan kota kabupaten Banyuwangi sejauh 37 km dengan lama perjalanan sekitar 1,52 jam, serta dengan ibukota provinsi adalah 332 km yang dapat ditempuh antara 89 jam, Kecamatan Muncar mempunyai penduduk sebanyak jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya nelayan dari suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis. Suku asli yang terdapat di Kecamatan Muncar yaitu suku Jawa, sedangkan suku pendatang yaitu suku Madura, Osing, dan Bugis. Suku pendatang rata rata bermatapencaharian sebagai nelayan, hal ini disebabkan karena sukusuku pendatang mendatangi tempat tempat yang dianggap mempunyai hasil tangkapan yang melimpah (UPT PPP Muncar 2010).

44 Unit penangkapan ikan 1) Kapal penangkapan ikan Kapal penangkapan ikan yang beroperasi di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu jenis kapal motor (KM), perahu motor temple (PMT), dan perahu tanpa motor (PTM). Kapal motor dibagi menjadi kapal motor kurang dari 5 GT, 510 GT, dan 1030 GT. Jumlah armada penangkapan ikan di Muncar dari tahun 2001 sampai dengan 2010 dapat dilihat pada Tabel 12 dan Gambar 2. Tabel 12 Perkembangan jumlah kapal penangkapan ikan di Pelabuhan Pantai Muncar tahun KM Perkem bangan Tahun PTM PMT Jumlah < Jumlah GT GT GT (%) , , , , , , , Sumber : UPT PPP Muncar 2010 Tabel 12 diatas menjelaskan bahwa perkembangan armada penangkapan di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) muncar dari tahun 2001 sampai 2010 mengalami fluktuasi. Terjadi penambahan dan pengurangan armada dalam beberapa kurun waktu tesebut. Jenis kapal yang paling banyak dipakai di daerah Muncar yaitu jenis perahu motor tempel, hal ini dikarenakan perahu motor tempel dapat menempuh jarak wilayah penangkapan yang lebih jauh dari pada perahu tanpa motor, serta jika dibandingkan dengan kapal motor, harga perahu motor tempel lebih murah. Sedangkan jenis kapal yang paling sedikit di wilayah Muncar yaitu jenis perahu tanpa motor, hal ini dikarenakan daya jelajah mesin ini tidak

45 31 terlalu jauh, sehingga akan berpeluang mendapatkan hasil tangkapan yang sedikit. Biasanya perahu ini dipakai oleh nelayan kecil untuk sekedar memenuhi kebutuhan mereka seharihari Jumlah armada ( unit ) PTM PMT KM Gambar 2 Perkembangan armada penangkapan ikan di PPP Muncar tahun Grafik diatas menjelaskan bahwa fluktuasi perahu tanpa motor di Muncar pada tahun 2001 sampai dengan 2010 tidak terlalu signifikan, hal ini terlihat dari jumlah perahu tanpa motor dari tahun 2001 sampai dengan 2010 kenaikan dan penurunannya tidak terlalu besar, tetapi dapat terlihat pada tahun kenaikan jumlah perahu tanpa motor mencapai persentase lebih dari 100 %, setelah itu terjadi kenaikan dan penurunan tetapi tidak terlalu signifikan. Perkembangan yang terjadi pada perahu motor tempel di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar pada kurun waktu 2001 sampai dengan 2010 sama dengan perkembangan pada perahu tanpa motor. Tidak terjadi perubahan yang signifikan, hanya saja pada tahun terjadi penurunan lebih dari 50 %. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa faktor, diantaranya faktor lingkungan. Musim yang tidak menentu membuat nelayan tidak bisa memprediksi musimmusim yang banyak terdapat ikan, sehingga membuat nelayan tidak melaut.

46 32 Karena faktor tersebut membuat banyak kapal yang rusak, sehingga kapal motor tempel jumlahnya juga berkurang. Kapal motor di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dibagi dalam tiga jenis sesuai dengan penjelasan diatas. Jumlah paling banyak yaitu kapal motor dengan kapasitas kurang dari 5 GT. Jumlah ini stabil dari tahun 2003 sampai dengan 2010 sebanyak 566 unit. Sedangkan untuk kapal berkapasitas 510 GT jumlahnya terbanyak kedua. Jumlah paling banyak terdapat pada tahun 2004 dan stabil hingga tahun Kapal motor terakhir yang ada di muncar yaitu berkapasitas 1030 GT, jumlahnya tidak terlalu besar, tetapi jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, jumlah kapal motor yang berkapasitas 1030 GT di Muncar paling banyak. Jika dilihat pada grafik, terjadi penurunan jumlah kapal dengan kapasitas 1030 GT, hal ini juga dikarenakan musim yang tidak menentu, sehingga dapat berdampak pada berkurangnya jumlah armada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Penjabaran dari jumlah armada penangkapan di PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar unit 121 unit 319 unit 676 unit PTM PMT KM < 5 GT KM 5 10 GT KM GT 566 unit Gambar 3 Jumlah kapal perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar tahun 2010 Berdasarkan grafik diatas dapat dijelaskan bahwa jumlah kapal terbanyak pada tahun 2010 yaitu pada jenis perahu motor tempel dengan jumlah 676 unit (36,1 %), hal ini dikarenakan perahu motor tempel harganya lebih murah jika

47 33 dibandingkan dengan kapal motor dan daya jelajahnya lebih jauh jika dibandingkan dengan perahu tanpa motor. Diurutan kedua jumlah kapal paling banyak yaitu kapal motor berkapasitas kurang dari 5 GT sebanyak 566 unit (30,25 %), sedangkan posisi selanjutnya berturutturut kapal motor 510 GT berjumlah 319 unit (17 %), kapal motor 1030 GT berjumlah 189 unit (10,1 %) dan perahu tanpa motor berjumlah 121 unit (6,46 %). 2) Alat tangkap Alat tangkap yang dioperasikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar diantaranya purse Seine, payang, gill net, pancing tonda, rawai hanyut, pancing ulur, bagan tancap, sero (banjang), dan lainlain. Perkembangan jumlah alat tangkap di Muncar dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Muncar tahun Alat penangkapan ikan Tahun purse Payang net hanyut ulur tancap gill rawai pancing bagan Jumlah sero lainlain Seine Sumber : UPT PPP Muncar 2010 Perkembangan alat tangkap di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar jumlahnya naik turun setiap tahunnya. Penambahan alat tangkap paling besar terjadi pada tahun yaitu sebesar 693 alat tangkap dan penurunan alat tangkap paling besar terjadi pada tahun yaitu sebesar 562 alat tangkap. Jumlah alat tangkap paling banyak di Muncar terjadi pada tahun 2006 yaitu sebanyak unit, sedangkan jumlah alat tangkap paling sedikit terjadi pada tahun 2001, yaitu sebesar unit.

48 34 Jenis alat tangkap yang paling banyak di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar yaitu pancing ulur, dan gill net. Jumlah alat tangkap tersebut dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Sedangkan pada alat tangkap payang, dari tahun jumlahnya mengalami penurunan. Pada alat tangkap purse seine jumlahnya mengalami peningkatan setiap tahunnya, walaupun pada tahun jumlahnya mengalami penurunan, tetapi secara keseluruhan ratarata jumlahnya meningkat setiap tahunnya. Pada penelitian ini, objek yang dilihat adalah ikan lemuru, dan alat tangkap yang digunakan paling banyak digunakan untuk menangkap ikan lemuru yaitu purse seine, payang, dan bagan. Jumlah purse seine di Muncar berjumlah 1844 unit, pada alat tangkap payang jumlah lebih sedikit yaitu 770 unit sedangkan untuk alat tangkap bagan jumlahnya kedua terbanyak setelah purse seine yaitu 1510 unit. Perkembangan jumlah alat tangkap ini dapat dilihat pada tabel Jumlah (Unit) Purse seine Payang Bagan Tahun Gambar 4 Perkembangan jumlah alat tangkap penangkap ikan lemuru di PPP Muncar tahun Kapal yang digunakan dalam armada adalah jenis perahu motor tempel dengan kapasitas 1530 GT. Muncar memiliki sistem penangkapan yang menggunakan alat tangkap purse seine menggunakan dua mesin. Untuk alat tangkap payang, jenis kapal yang digunakan yaitu perahu motor tempel dengan

49 35 kapasitas 25 GT. Sedangkan untuk alat tangkap bagan, kapal yang digunakan cukup untuk menuju ke daerah tempat bagan tersebut berada, sehingga tidak memerlukan kapal dengan kapasitas yang besar. Daerah pengoperasian alat tangkap diatas antara lain di daerah Pengambengan, Karangante, Senggrong, Teluk Pangpang, sedangkan untuk alat tangkap purse seine dapat dioperasikan lebih jauh karena kapal yang digunakan dapat menempuh jarak ke daerah penangkapan kapasitasnya juga lebih besar. Daerah pengoperasiannya yaitu Pondokimbo, Celikan Bawang, dan Pandean. 3) Nelayan Mata pencaharian yang ada di Muncar salah satunya yaitu nelayan. Di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terdapat dua jenis nelayan, yaitu nelayan asli dan nelayan andon. Nelayan asli adalah nelayan yang bertempat tinggal di daerah Muncar dan seluruh waktunya digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan di laut. Sedangkan nelayan andon adalah nelayan yang tempat tinggalnyanya terdapat di luar daerah Muncar atau dapat dikatakan sebagai nelayan pendatang. Nelayan ini biasanya berasal dari daerah Madura dan Bali. Jumlah nelayan andon dapat berubah sewaktuwaktu. Perubahan itu dapat berupa perubahan positif (penanbahan) ataupun negatif (pengurangan). Jumlah nelayan di Muncar dari tahun mengalami fluktuasi. Terjadi penambahan jumlah dan pengurangan jumlah nelayan di setiap tahunnya. Daerah Muncar pada tahun mangalami penambahan jumlah nelayan. Penambahan jumlah nelayan terjadi pada tahun yaitu sebesar 8,75 %, sedangkan pengurangan jumlah nelayan paling besar teradi pada tahun yaitu sebesar 5,50 %. Tetapi secara umum, jumlah nelayan di Muncar mengalami kenaikan. Kenaikan jumlah nelayan ini diakibatkan adanya banyaknya nelayannelayan yang berasal dari daerah luar Muncar bermigrasi ke daerah Muncar, sehingga terjadi penambahan nelayan. Penambahan nelayan ini mempengaruhi penambahan jumlah alat tangkap yang ada di daerah Muncar dari tahun 2006 sampai dengan Jumlah nelayan yang terdapat di daerah Muncar dapat dilihat pada Tabel 14.

50 36 Tabel 14 Perkembangan jumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar tahun Nelayan (jiwa) Tahun Jumlah Perkembangan (%) Sumber : UPT PPP Muncar ,66 0,14 2,24 5,50 3,40 9,21 3,95 8,75 1,22

51 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Unit Penangkapan Ikan yang digunakan Unit penangkapan purse seine di Muncar Pukat cincin adalah jaring yang umumnya berbentuk empat persegi panjang tanpa kantong dengan banyak cincin di bagian bawahnya yang digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan, dan tali kerut yang berfungsi untuk membuat jaring yang semula tidak berkantong akan berbentuk kantong pada akhir penangkapan (Subani dan Barus, 1989). Purse seine di daerah Muncar merupakan alat tangkap yang paling produktif dalam penangkapan ikan Lemuru. Pada prinsipnya pukat cincin ini terdiri dari bagian jaring yang terdiri dari jaring utama berbahan nilon, jaring sayap yang berbahan nilon dan jaring kantong. Srampatan (selvedge) yang dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring, bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali, srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama. Tali temali yang terdiri dari tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali kolor, dan tali selambar. Bahan pembentuk untuk tali pelampung, tali ris atas, tali ris bawah, tali pemberat dan tali selambar adalah PE. Pemberat terbuat dari timah hitam dipasang pada tali pemberat. Sedangkan cincin terbuat dari besi, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya satu meter dengan jarak tiga meter setiap cincin, bahan cincin terbuat dari kuningan (Subani dan Barus, 1989). Metode pengoperasian purse seine di daerah Muncar yaitu dengan menggunakan dua kapal, dengan ukuran 1030 GT, jenis kapal yang digunakan adalah perahu motor tempel yang dinamakan Perahu Golekan. Perahu ini bentuknya unik, bisa dikatakan unik karena bagian haluan kapal berbentuk moncong dan terdapat hiasanhiasan. Perahu ini menyediakan tempat khusus untuk fishing master, yaitu tempat duduk yang diletakkan pada sebuah batang kayu dengan posisi di tengahtengah kapal. Sedangkan untuk jumlah anak buah kapal sekali trip yaitu antara 4050 orang. Jumlah mesin yang digunakan pada

52 38 kapal purse seine di daerah Muncar yaitu 8 mesin yang diletakkan pada bagian kiri dan kanan kapal Unit penangkapan payang di Muncar Payang adalah pukat kantong lingkar yang secara garis besar terdiri dari bagian kantong (bag), badan/perut (body or belly), dan kaki/sayap (leg /wing). Payang diklasifikasikan kedalam jenis pukat kantong lingkar (Bag Seine Net) (Subani dan Barus, 1989). Bagian kantong umumnya terdiri bagianbagian kecil yang tiap bagian mempunyai namanama sendiri dan berbeda untuk tiap daerah. Besar mata mulai dari ujung kantong hingga ujung kaki berbedabeda,mulai dari 1 cm sampai ± 40 cm. Bagian atas mulut jaring pada payang lebih menonjol ke belakang dari pada bagian bawah mulut karena pada umumnya payang dioperasiakan untuk menangkap jenis ikan pelagik yang biasa hidup di bagian atas permukaan air. Pada bagian bawah kaki/sayap dan mulut jaring diberi pemberat, sedangkan bagian atas pada jarak tertentu diberi pelampung. Pelampung yang berukuran paling besar ditempatkan dibagian tengah dari mulut jaring. Pada kedua ujung kaki/sayap disambung dengan tali panjang yang disebut tali selambar (tali hela/tali tarik) yang berfungsi menarik jaring ke kapal. (Subani dan Barus, 1989). Kapal yang dipergunakan untuk pengoperasian payang yaitu Perahu Golekan dengan ukuran 25 GT. Payang dioperasikan setiap hari, dengan lama setiap tripnya 24 jam. Tetapi nelayan Muncar melakukan penangkapan hanya 24 kali dalam sebulan. Hal ini dikarenakan karena sisa waktu yang tidak dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan digunakan untuk persiapan dan perbaikan alat tangkap. Anak buah kapal yang ikut dalam sekali trip berjumlah 2 6 orang. Mesin yang digunakan pada kapal yang digunakan dalam pengoperasian payang berjumlah 2 buah, terletak disisi kanan dan kiri kapal, dan tidak ada tempat khusus untuk fishing master seperti pada kapal purse seine Unit penangkapan bagan di Muncar Bagan tancap (stationery lift net) adalah alat penangkapan ikan yang sekali dipasang berlaku selama musim penangkapan serta kedudukannya tidak dapat

53 39 berpindahpindah (Subani dan Barus, 1989). Bagan tancap diklasifikasikan ke dalam kelompok alat tangkap jaring angkat atau lift net. Bagan tancap merupakan bangunan panggung yang berbentuk bujur sangkar, terbuat dari bambu dengan dimensi di atas permukaan air 5,5m x 5,5m dan di bawah permukaan air 6 m x 6 m. Pada umumnya bambu yang digunakan adalah bambu betung dan bambu apus dengan diameter 414 cm dan panjang antara 1215 m. Bagan ini bersifat menetap karena memilki tiang penyangga yang menancap di dasar perairan. Jaring atau waring yang digunakan berbentuk segi bujur sangkar dengan ukuran 5 x 5 m 2. Bahan jaring terbuat dari polyamide monofilament yang berwarna hitam, ukuran mata jaring kirakira 0,4 cm dan tidak bersimpul. Setiap sudut bagian bawah jaring diberi pemberat batu yang dimasukan ke dalam sebuah rajutan yang beratnya kurang lebih 10 kg. Jaring atau waring ini diturunkan pada kedalaman 10 m dengan menggunakan tali yang di pasang antara bingkai jaring dan roller (Subani dan Barus, 1989). 5.2 Produktivitas Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru 1) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip merupakan kemampuan unit penangkapan ikan lemuru untuk menghasilkan ikan lemuru setiap trip, artinya jumlah hasil tangkapan lemuru yang dihasilkan oleh setiap kali kapal perikanan yang mengoperasikan alat tangkap tertentu. Ikan lemuru yang dihasilkan ditangkap dari tiga alat tangkap yaitu alat tangkap purse seine, payang, dan bagan. Perhitungan yang dicari yaitu penentuan produktivitas paling tinggi dan paling rendah pada setiap alat tangkap, serta mengetahui sebab penurunan serta kenaikan dari produktivitas lemuru yang terdapat di daerah muncar.perhitungan ini diharapkan dapat mengetahui efektifitas dan efisiensi unit penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai muncar. Perkembangan produktivitas unit penangkapan lemuru dapat dilihat pada Gambar 5, 6, dan 7, sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan grafik dapat dilihat di Lampiran 1.

54 Produktivitas (kg/unit/hari) , ,19 576,72 537,16 435, Tahun Gambar 5 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine per trip di PPP Muncar tahun Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas unit penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap purse seine pada tahun mengalami penurunan. produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar 1.197,19 kg/unit/hari, ini berarti semua armada purse seine yang ada di Muncar setiap harinya menangkap 1.197,19 kg ikan lemuru. Sedangkan produktivitas paling rendah terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 435,64 kg/unit/hari. Ratarata produktivitas purse seine yaitu 781,28 kg/unit/hari. Penurunan produktivitas unit penangkapan ikan disebabkan karena adanya penambahan unit penangkapan purse seine setiap tahunnya di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Hal ini menyebabkan penurunan yang sangat signifikan produktivitas lemuru di daerah Muncar. Penambahan alat tangkap purse seine di Muncar diiringi dengan bertambahnya jumlah nelayan di Muncar. Faktor ini juga salah satu yang mempengaruhi menurunnya stok ikan lemuru di Muncar. Penurunan ini menyebabkan kegiatan yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai muncar terganggu. Penurunan kesehjahteraan nelayan lemuru terjadi saat penurunan stok lemuru. Penurunan kesehjahteraan khususnya pada nelayan lemuru yang tidak memiliki armada penangkapan ikan, yaitu nelayan buruh.

55 Produktivitas (kg/unit/hari) ,15 42,98 101,37 108,54 95, Tahun Gambar 6 Perkembangan produktivitas unit penangkapan payang per trip di PPP Muncar tahun Produktivitas unit penangkapan payang di Muncar dari tahun mengalami fluktuasi. Terjadi pengurangan dan penambahan produktivitas disetiap tahunnya, tetapi secara umum produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dengan alat tangkap payang pada tahun mengalami kenaikan. Kenaikan ini diakibatkan adanya penurunan unit penangkapan payang yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, sehingga menyebabkan produktivitas setiap unit penangkapan jumlahnya meningkat. Produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2009 yaitu sebesar 108,54 kg/unit/hari. Itu berarti setiap kali penangkapan, setiap armada payang yang terdapat di Muncar dapat menangkap 108,54 kg ikan lemuru. Sedangkan produktivitas paling rendah terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar 42,98 kg/unit/hari. Ratarata produktivitas payang per trip yaitu 87,27 kg/unit/hari. Jika dilihat pada grafik, terjadi penurunan produktivitas lemuru yang sangat drastis dari tahun Penurunan ini dikarenakan karena adanya cuaca dan musim yang buruk sehingga terjadi penurunan jumlah stok ikan yang ada di selat Bali, sehingga kapalkapal payang yang ratarata berukuran kecil tidak bisa menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh, padahal adanya keadaan ini harusnya kapalkapal yang mengoperasikan alat tangkap payang mencari

56 42 daerah penangkapan ikan lemuru lebih jauh, tetapi karena ukuran kapalkapal payang relatif kecil maka nelayan tidak dapat melaut, karena adanya hal tersebut sehingga berpengaruh terhadap produktivitas ikan lemuru di daerah Muncar ,37 Produktivitas (kg/unit/hari) ,91 7,59 7,02 4, Tahun Gambar 7 Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per trip di PPP Muncar tahun Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas penangkapan lemuru oleh alat tangkap bagan per trip di Muncar mengalami fluktuasi. Terjadi peningkatan dan penurunan produktivitas disetiap tahunnya, tetapi secara umum produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap bagan per trip mengalami penurunan. Produktivitas lemuru paling tinggi terdapat pada tahun 2006 yaitu sebesar 28,37 kg/unit/hari, sedangkan produktivitas paling rendah terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 4,78 kg/unit/hari. Ratarata produktivitas bagan per trip yaitu sebesar 10,93 kg/unit/hari. Penurunan produktivitas lemuru ini disebabkan karena adanya cuaca buruk yang terjadi di daerah Muncar, hal ini berpengaruh terhadap ketersediaan stok ikan lemuru yang terdapat di Muncar. Keadaan ini memaksa nelayan bagan tidak melaut, kerena nelayan bagan tidak mempunyai kapal yang dapat menjangkau daerah penangkapan ikan lemuru yang lebih jauh, sehingga produktivitas unit penangkapan bagan mengalami penurunan.

57 43 2) Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun adalah hasil tangkapan yang dapat dihasilkan oleh setiap armada penangkapan untuk menangkap ikan lemuru per tahun. Produktivitas yang dihitung adalah produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dari tahun 2006 sampai Perkembangan produktivitas lemuru di PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 8, 9, dan 10, sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan grafik dapat dilihat di Lampiran Produktivitas (kg/unit/tahun) , , , , , Tahun Gambar 8 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine per tahun di PPP Muncar tahun Grafik diatas menjelaskan bahwa produktivitas purse seine per tahun di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar mengalami penurunan dari tahun Penurunan ini disebabkan karena adanya penambahan jumlah armada purse seine yang terdapat di daerah Muncar. Produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar ,44 kg/unit/tahun, artinya bahwa setiap tahunnya masingmasing unit armada penangkapan purse seine di Muncar dapat menghasilkan ,44 kg ikan lemuru. Sedangkan produktivitas paling rendah terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar ,91 kg/unit/tahun. Ratarata produktivitas purse seine per tahun yaitu sebesar ,19 kg/unit/tahun.

58 44 Produktivitas payang per tahun di Muncar mengalami kenaikan dan penurunan. Akan tetapi secara ratarata, produktivitas payang per tahun di Muncar mengalami kenaikan. Ratarata produktivitas payang per tahun yaitu ,53 kg/unit/tahun. Produktivitas paling tinggi pada unit penangkapan payang terdapat pada tahun 2009 yaitu sebesar ,33 kg/unit/tahun, ini berarti pada tahun 2009, masingmasing armada payang menghasilkan ,33 kg ikan lemuru. Sedangkan produktivitas terendah payang terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar ,49 kg/unit/tahun.. Kenaikan produktivitas pada tahun terjadi karena berkurangnya jumlah unit payang yang terdapat di Muncar, sehingga akan mengakibatkan kenaikan produktivitas setiap unit penangkapan payang di Muncar. Perkembangan produktivitas payang per tahun dapat dilihat pada Gambar 9. Produktivitas (kg/unit/tahun) , , , , , Tahun Gambar 9 Perkembangan produktivitas unit penangkapan payang per tahun di PPP Muncar tahun Perkembangan produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun dengan menggunakan alat tangkap bagan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar pada tahun mengalami penurunan. Produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2006 yaitu sebesar 8851,11 kg/unit/tahun, sedangkan produktivitas unit penagkapan ikan lemuru dengan alat tangkap bagan paling rendah terjadi pada tahun 2007 yaitu sebesar 1094,86 kg/unit/tahun. Ratarata produktivitas

59 45 bagan per tahun yaitu sebesar 3193,33 kg/unit/tahun. Penurunan produktivitas unit penangkapan ikan lemuru dengan menggunakan alat tangkap bagan per tahun diakibatkan karena adanya habisnya stok sumber daya ikan karena pada tahun sebelumnya alat tangkap bagan yang beroperasi lebih besar jumlahnya, sehingga sumberdaya ikan yang terdapat di perairan Muncar berkurang. Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per tahun di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dapat dilihat pada Gambar 10. Produktivitas (kg/unit/tahun) , , , , , Tahun Gambar 10 Perkembangan produktivitas unit penangkapan bagan per tahun di PPP Muncar tahun Produktivitas nelayan lemuru Produktivitas nelayan lemuru merupakan hasil tangkapan lemuru yang didapatkan oleh nelayan lemuru dalam satuan waktu. Nilai produktivitas nelayan lemuru dihitung dari data primer dan sekunder yang telah didapatkan dari pihak pelabuhan. Data primer yang diambil adalah banyaknya trip yang dilakukan oleh nelayan lemuru. Sedangkan untuk data sekunder berupa data hasil tangkapan lemuru. Penghitungan produktivitas ini didasarkan pada jenis nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Jenis nelayan tersebut dibagi menjadi tiga yaitu nelayan yang mengoperasikan alat tangkap purse seine, payang, dan bagan. Perkembangan produktivitas nelayan lemuru pada tahun dapat dilihat

60 46 pada Gambar 11, sedangkan data perhitungan yang digunakan dalam pembuatan grafik dapat dilihat di Lampiran 4. Produktivitas (kg/unit/hari) Tahun Purse seine Payang Bagan Gambar 11. Perkembangan produktivitas nelayan lemuru per trip di PPP Muncar tahun Tabel diatas menjelaskan bahwa produktivitas nelayan lemuru pada setiap alat tangkap mengalami peningkatan dan penurunan. Pada alat tangkap purse seine, produktivitas paling tinggi terdapat pada tahun 2007 yaitu sebesar 17,74 kg/orang/hari. Produktivitas nelayan lemuru yang mengoperasikan payang juga mengalami fluktuasi, produktivitas tertinggi terdapat pada tahun 2009 yaitu sebesar 18,81 kg/orang/hari. Sedangkan untuk alat tangkap bagan produktivitas tertinggi terdapat pada tahun 2006 yaitu sebesar 12,29 kg/orang/hari. Produktivitas ratarata nelayan lemuru yang paling tinggi dari tahun yaitu pada nelayan lemuru yang mengoperasikan alat tangkap payang dengan nilai produksi 15,12 kg/orang/hari. Dengan produktivitas yang mencapai angka tersebut, maka dapat dikatakan bahwa pendapatan nelayan payang di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar lebih tinggi dari pada nelayan purse seine dan bagan. Jika dibandingkan dengan unit penangkapan purse seine yang hasil tangkapannya lebih banyak, tetapi untuk produktivitas paling tinggi justru terdapat pada nelayan payang, hal ini diakibatkan karena dalam satu pengoperasian alat tangkap purse

61 47 seine, jumlah ABK purse seine lebih banyak dari pada ABK unit penangkapan payang yang dalam satu kali penangkapan hanya berkisar antara 45 orang. Penyebab lain yaitu ratarata pemilik unit penangkapan payang mengoperasikan sendiri alat tangkapnya sedangkan untuk alat tangkap purse seine, ratarata nelayan yang bekerja adalah nelayan buruh sehingga pendapatan nelayan purse seine lebih rendah dari pada nelayan payang. Kesejahteraan nelayan lemuru yang mengoperasikan alat tangkap purse seine di Muncar dapat dikatakan belum sejahtera. Dengan sistem bagi hasil yang adil oleh anak buah kapal dengan pemilik kapal membuat nelayan pemilik sangat diuntungkan. Untuk sistem bagi hasil di Muncar ratarata menganut sistem bagi hasil 50:50 dimana 50 % di ambil oleh nelayan pemilik sedangkan 50 % siasanya dibagi sebanyak anak buah kapal. Sama halnya dengan nelayan payang dan bagan yang hasil tangkapan mereka tidak banyak perlu lagi adanya kebijakan dari pihak pelabuhan. Hal ini karena kesejahteraan nelayan payang dan bagan masih rendah. Dan bisa dikatakan ada yang dibawah garis kemiskinan. Kesejahteraan bisa dikatakan menjadi pemilik kapal dengan perusahaan pengolah ikan. Hal ini karena nelayan buruh tidak dapat mengatur harga. Harga justru diatur oleh pihak pengolah. Produktivitas nelayan pada penelitian ini dihitung dari volume produksi. Jika dibandingkan dengan nilai produksi jelas berbeda. Nilai produksi didasarkan pada ekoniomisnya hasil tangkapan yang dapat ditangkap. Di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, ikan lemuru merupakan ekonomis penting dan merupakan produk unggulan pertama. Hal ini berpengaruh terhadap produktivitas berdasarkan nilai produksi. Nilai produktivitas bisa dikatakan tinggi apabila ikan hasil tangkapannya juga bernilai tinggi. Jadi dapat dikatakan unit penangkapan yang menangkap ikan lemuru adalah unit penangkapan yang bernilai produksi tinggi. Unit penangkapan tersebut adalah purse seine, payang dengan bagan. Produktivitas total nelayan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar pada kurun waktu secara ratarata mengalami penurunan. Penurunan ini diakibatkan beberapa faktor. Faktorfaktor ini berasal dari lingkungan yang terdapat di wilayah banyuwangi secara umumnya, karena faktor tersebut maka produktivitas penangkapan lemuru setiap tahunnya mengalami

62 48 penurunan. Nilai produktivitas nelayan lemuru di PPP Muncar dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15 Produktivitas total nelayan lemuru di PPP Muncar tahun Tahun Total Hasil Tangkapan Jumlah nelayan total Produktivitas (kg) (orang) (kg/orang/tahun) , , , , ,2 ratarata ,3 Produktivitas total nelayan lemuru tertinggi terdapat pada tahun 2006 yaitu sebesar 4.393,36 kg/orang/tahun, sedangkan produktivitas terendah terdapat pada tahun 2010 yaitu sebesar 1.326,17 kg/orang/tahun. Produktivitas ratarata nelayan lemuru di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar sebesar 2.830,27 kg/orang/tahun. Penurunan produktivitas di Muncar setiap tahunnya disebabkan oleh peningkatan jumlah nelayan setiap tahunnya. Penambahan nelayan di PPP muncar dikarenakan kenaikan jumlah unit penangkapan ikan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar, khususnya peningkatan unit penangkapan purse seine. Gambar dibawah menjelaskan bahwa terjadi kenaikan dan penurunan jumlah hasil tangkapan purse seine yang terdapat di daerah Muncar. Kenaikan paling tinggi terdapat pada bulan Februari 2007 yaitu sebesar kg/hari. Kenaikan ini dapat diakibatkan karena musim penangkapan, meliputi arus laut yang mendukung, ketersediaan makanan yang banyak, dan lainlain. Faktorfaktor tersebut yang mangakibatkan hasil tangkapan pada bulan ini sangat tinggi. Alat tangkap purse seine di buat contoh disini karena alat tangkap ini jumlahnya paling produktif dalam manghasilkan ikan lemuru. Grafik penurunan dan kenaikan produksi ikan lemuru per bulan dari tahun dapat dilihat pada Gambar 12.

63 Gambar 12. Penurunan dan kenaikan produksi ikan lemuru per bulan dari tahun

64 Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan lemuru Produktivitas penangkapan ikan dipengaruhi beberapa faktor. Jika faktorfaktor tersebut maksimal maka produktivitas ikan lemuru yang ada juga akan tinggi, begitu pula sebaliknya, jika faktorfaktor tersebut tidak optimal maka produktivitas lemuru juga akan tidak maksimal. Agar dapat mengetahui factorfaktor tersebut maksimal ataupun tidak, maka harus dilakukan perhitungan. Perhitungan dilakukan untuk mengetahui seberapa optimal faktorfaktor yang sudah ada dalam mendukung peningkatan produktivitas lemuru. Alat tangkap lemuru yang akan dianalisis yaitu purse seine, hal ini disebabkan karena purse seine merupakan alat tangkap lemuru yang jumlahnya paling banyak di daerah Muncar, sehingga harus dianalisis agar dapat mengetahui faktorfaktor produksi yang belum maksimal, disamping paling banyak alat tangkap ini adalah alat tangkap yang paling produktif menghasilkan ikan lemuru. Analisis yang dipergunakan yaitu analisis regresi linier. Hasil analisis regresi linier terlampir pada lampiran. Dari perhitungan yang telah dilakukan didaptkan persamaan linier sebagai berikut : Y = 8,61 + 0,046 X 1 + 0,9 X 2 + 0,303 X 3 0,141 X 4 + 0,172 X 5 + 0,051 X 6 dimana : Y : hasil tangkapan per trip (kg) X 1 : pengalaman melaut nelayan (tahun) X 2 : jumlah anak buah kapal per trip (orang) X 3 : ukuran kapal (GT) X 4 : lama operasi penangkapan ikan per trip (hari) X 5 : banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip) X 6 : biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) Disamping menghasilkan persamaan diatas, perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan analisis regresi statistik. Analisis tersebut dapat digunakan sebagai acuan untuk melihat keterwakilan dari faktor produktivitas dalam menjelaskan faktor produktivitas ikan lemuru secara linier. Hasil analisis regresi statistik dapat dilihat pada Tabel 16.

65 51 Tabel 16 Hasil analisis regresi statistik faktor produktivitas dan produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar. Regression Statistics Multiple R 0,90 R Square 0,81 Adjusted R Square 0,76 Standard Error 0,55 Observations 30 Tabel diatas menjelaskan bahwa nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0,81 dan bernilai positif. Hal ini berarti nilai yang didapatkan baik dan korelasi antara variabel X dengan variabel Y tinggi. Dapat dikatakan baik karena nilai koefisien determinasi mendekati 1. Selain itu nilai determinasi 0,81 berarti 81 % faktor produktivitas yang ada dapat mewakili produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar secara linier. Sementara itu untuk melihat pengaruh faktor produktivitas terhadap faktor unit penangkapan purse seine dapat dilihat dengan menggunakan ujif dan ujit. UjiF dicari untuk digunakan untuk melihat pengaruh faktor produktivitas dengan produktivitas unit penangkapan purse seine secara bersamaan. Hasil analisis ujif faktor produktivitas dengan produktivitas unit penangkapan purse seine dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) faktor produktivitas dan produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar. Varian df SS MS F hitung F tabel Regression ,052 2,57 Residual Total Dimana : Df : degree of freedom (derajat bebas) SS : sum of square (jumlah kuadrat) MS : mid of square (kuadrat tengah) α : 0,05 Perhitungan yang telah dilakukan menghasilkan nilai F hitung sebesar 17,052 dan F tabel sebesar 2,57. Hal ini menunjukkan F hitung > F tabel sehingga Ho ditolak dengan selang kepercayaan 95 %. Berdasarkan ujif dapat dikatakan bahwa

66 52 produktivitas lemuru dapat dipengaruhi oleh pengalaman melaut nelayan (tahun), jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp). Semua faktor tersebut dapat mempengaruhi produktivitas lemuru dari purse seine. Jika dilihat dari koefisien determinasi (R 2 ), faktorfaktor diatas mempengaruhi produktivitas lemuru sebesar 81 % sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktorfaktor yang tidak diperhitungkan. Faktorfaktor tersebut misalnya musim penangkapan dan cuaca pada saat melakukan penangkapan ikan lemuru. Uji selanjutnya yaitu ujit, pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh masingmasing faktor terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Faktorfaktor yang diuji adalah pengalaman melaut nelayan (tahun), jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar. Ujit dapat yang berkaitan dengan pengaruh masingmasing faktor terhadap produktivitas lemuru. Hasil ijit untuk pengaruh masingmasing faktor dapat dilhat pada Tabel 18. Tabel 18 Hasil ujit pengaruh masingmasing faktor terhadap produktivitas lemuru Faktor produksi Koefisien regresi t hitung T (0,1, 23) X1 0,06 1,97 1,71 X2 0,09 2,93 X3 0,30 1,38 X4 0,14 0,69 X5 0,17 0,80 X6 0,05 0,22

67 53 dimana : Y : hasil tangkapan per trip (kg) X 1 : pengalaman melaut nelayan (tahun) X 2 : jumlah anak buah kapal per trip (orang) X 3 : ukuran kapal (GT) X 4 : lama operasi penangkapan ikan per trip (hari) X 5 : banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip) X 6 : biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) Berdasarkan penghitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil yaitu ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) pada selang kepercayaan 90 % nilainya lebih kecil dari t tabel. Hal ini bahwa nilai t hitung t tabel sehingga dapat disimpulkan terima H 0. Terima H 0 berarti ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Sedangkan untuk pengalaman laut nelayan (tahun) dan jumlah anak buah kapal per trip (orang) secara berurutan nilainya 1,97 dan 2,93. Hal ini menunjukkan bahwa t hitung t tabel sehingga dapat dikatakan bahwa kedua faktor tersebut berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Ujit menyatakan bahwa pada tingkat kepercayaan 90 %, ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), serta biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) tidak berbeda nyata sedangkan untuk pengalaman laut nelayan (tahun) dan jumlah anak buah kapal per trip (orang) berpengaruh nyata terhadap produktivitas lemuru yang terdapat didaerah Muncar. Pengalaman melaut pada tabel ujit mempunyai koefisien regresi 0,06 dengan nilai positif. Bisa diartikan bahwa pengalaman melaut mempunyai pengaruh terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di Muncar. Jika pengalaman melaut nelayan lemuru bertambah satu tahun, maka terdapat

68 54 penambahan produktivitas lemuru pada alat tangkap purse seine sebesar 0,06 kilogram. Pada ujit dapat dilihat dijabarkan bahwa pengalaman melaut berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru karena t hitung > t tabel. Pengalaman melaut nelayan di Muncar sangat berpangaruh terhadap produktivitas lemuru di daerah Muncar. Semakin lama pengalaman melaut nelayan lemuru, maka semakin banyak pula hasil tangkapan lemuru yang didapatkan. Pengalaman melaut sangat mempengaruhi penentuan daerah penangkapan lemuru yang terdapat di perairan Muncar. Nelayan yang berpengalaman akan lebih bisa menentukan daerah penangkapan yang potensial, disamping itu nelayan yang mempunyai jam terbang yang tinggi akan dapat mengoperasikan alat tangkap dengan baik sehingga akan berpengaruh terhadap hasil tangkapan mereka. Jumlah anak buah kapal yang banyak akan dapat mempercepat proses penangkapan ikan lemuru, dengan anak buah kapal yang banyak maka pembagian tugas dikapal menjadi lebih jelas dan setiap pekerjaan akan lebih cepat diselesaikan. Dengan mesin kapal yang banyak pada setiap kapal purse seine, penambahan anak buah kapal sangat diperlukan, jika anak buah kapal sedikit maka proses melingkari gerombolan ikan lemuru juga akan berlangsung lama, hal ini diakibatkan mesin tidak secara optimal dioperasikan, sebaliknya jika anak buah kapal banyak maka setiap mesin yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal dan akan berpengaruh juga terhadap produktivitas nelayan lemuru yang ada di Muncar. Pada ujit dapat kita lihat bahwa t hitung > t tabel, ini berarti jumlah anak buah kapal berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Pengaruh ini diakibatkan karena pengoperasian alat tangkap purse seine relatif sulit sehingga membutuhkan tenaga kerja atau anak buah kapal yang banyak juga. Bertambahnya kapasitas kapal akan mengakibatkan penambahan jumlah hasil tangkapan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Dengan ukuran kapal yang besar, maka kapasitas penyimpanan juga akan besar, disamping itu dengan ukuran kapal yang besar maka dapat menjangkau daerah penangkapan yang lebih jauh, sehingga dapat menangkap ikan lemuru yang lebih banyak dibandingkan dengan kapal yang mempunyai kapasitas yang lebih kecil. Tetapi pada khasus di daerah Muncar, sesuai dengan perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil

69 55 bahwa t hitung < t tabel, hal ini berarti kapasitas kapal tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang terdapat didaerah Muncar. Penyebabnya yaitu kapalkapal yang terdapat didaerah Muncar banyak kapalkapal berjenis motor tempel dengan kapasitas yang tidak begitu besar, sehingga tidak dapat menjangkau daerah yang lebih jauh unutk menangkap ikan serta menyimpan jumlah ikan yang tidak begitu besar. Lama operasi penangkapan ikan tidak berpangaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar, hal ini dikarenakan t hitung < t tabel, artinya bahwa kualitas hasil tangkapan akan semakin tidak baik jika terlalu lama disimpan dalam kapal. Dengan jumlah es yang tetap dan ditambahnya lama operasi penangkapan ikan lemuru akan membuat kualitas ikan lemuru turun. Dengan memperhatikan lama operasi yang benar maka kualitas ikan juga akan baik, sehingga juga akan berpengaruh terhadap produktivitas lemuru di Muncar. Dari perhitungan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa t hitung < t tabel, ini berarti bahwa jumlah trip tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang terdapat didaerah Muncar. Jika dilakukan penambahan trip pada setiap bulannya maka akan menambah jumlah hasil tangkapan lemuru. Tetapi disini perlu dikaji juga dari segi lingkungan, jika dilakukan penangkapan secara terus menerus maka akan dapat menyebabkan habisnya sumberdaya lemuru yang terdapat di perairan tersebut. 5.4 Peran Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Peran suatu pelabuhan sangat penting bagi penunjang aktivitas perikanan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Dukungan suatu pelabuhan perikanan dalam aktivitas penangkapan ikan lemuru dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu dukungan dalam aktivitas pra produksi dan aktivitas produksi. Aktivitas pra produksi adalah kegiatan yang berhubungan dengan persiapan penangkapan ikan lemuru, dalam hal ini pelabuhan menyediakan fasilitas yang berhubungan dengan aktivitas pra produksi. Fasilitas pra produksi diantaranya fasilitas perbekalan dan fasilitas perbaikan alat tangkap. Sedangkan aktivitas yang lain adalah aktivitas produksi. Dalam hal ini pelabuhan harus menyediakan fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan penangkapan ikan lemuru, seperti fasilitas yang berhubungan

70 56 dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru serta fasilitas yang berhubungan dengan peningkatan skill nelayan lemuru yang terdapat di daerah Muncar Fasilitas Pra Produksi Fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan pra produksi diantaranya fasilitas perbekalan dan fasilitas perbaikan alat tangkap. Fasilitas perbekalan meliputi fasilitas penyediaan air, penyediaan bahan bakar minyak, penyediaan kebutuhan melaut, dan penyediaan es. 1. Fasilitas perbekalan Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Produktivitas ikan lemuru yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar dapat bertahan dengan baik apabila didukung oleh penyediaan sarana perbekalan yang memadai oleh pihak pelabuhan perikanan dan dapat digunakan dengan baik oleh semua pengguna pelabuhan. Sarana perbekalan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar diantaranya fasilitas penyediaan air bersih, fasilitas penyediaan es, fasilitas penyediaan bahan bakar minyak, serta fasilitas penyediaan kebutuhan konsumsi. 1) Fasilitas penyediaan air Pengadaan sarana air sudah ada di Pelabuhan Pantai Muncar sejak tahun Tetapi terdapat penambahan unit setiap tahunnya. Pada tahun 1997 dilakukan penambahan unit penyediaan air sebanyak 6 buah. Sumber air di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar berasal dari PDAM. Nelayan dapat mendapatkan air seharga Rp. 1000, per becak dari mushola pelabuhan. Keadaan unit penyedia air bersih di PPP Muncar saat ini tidak berfungsi dengan baik. Hal ini dikarenakan tempat untuk menampung air rusak. Kerusakan ini diakibatkan hampir tidak adanya pasokan air yang disalurkan ke tangki air tersebut, sehingga semakin lama alat menjadi rusak. Kekurangan air inilah yang menyebabkan nelayan lemuru susah untuk mencuci hasil tangkapan mereka, sehingga hasil tangkapan lemuru yang habis didaratkan kotor. Hal ini mengakibatkan mutu dari ikan lemuru menjadi turun, dampaknya berujung pada harga ikan lemuru. Walaupun pihak perusahaan sudah menetapkan harga ikan lemuru, tetapi jika

71 57 mutu dari ikan tersebut turun maka pihak perusahaan dapat menurunkan harga ikan lemuru tersebut bahkan pihak perusahaan tidak mau untuk membeli ikan yang sudah ada. Gambar 13 Fasilitas penyediaan air di PPP Muncar Unit Pelaksana Teknis yang ada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar pada dasarnya sudah melakukan koordinasi dengan instansi luar yaitu Perusahaan Daerah Air Minun (PDAM), tetapi karena fasilitas penampungan air yang terdapat di pelabuhan rusak maka air yang disalurkan dari PDAM tidak dapat masuk lagi, akibatnya tidak tersedia air untuk nelayan. Keadaan diatas menandakan bahwa pelayanan penyediaan fasilitas air bersih yang ada di PPP Muncar pengelolaannya kurang baik. 2) Fasilitas penyediaan es Kebutuhan es sangat berpengaruh terhadap mutu dari ikan lemuru yang ditangkap. Nelayan yang berada di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar mendapatkan es dari pihak KUD dan swasta. Dari pihak KUD es didapatkan dari

72 58 KUD Mina yang jaraknya sekitar 200 meter dari pelabuhan. Sedangkan untuk es dari pihak swasta didapatkan dari pabrik es yang terdapat diluar kecamatan Muncar. Nelayan kecil dapat mendapatkan es dari pengecer. Pengecer es tersebut berjualan diarea pelabuhan. Untuk es yang berasal dari pihak KUD dijual dengan harga 6500/balok sedangkan es yang bersal dari pihak swasta dijual dengan harga 7000/balok. Fasilitas penyediaan es di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar hendaknya dekat dengan pelabuhan. Hal ini bertujuan untuk menghemat biaya transportasi sehingga harga es lebih murah. Jika dilihat pada fakta diatas, hanya terdapat satu KUD yang menjual es. Hal ini sangat merugikan nelayan apabila pada waktu itu musim ikan lemuru sangat banyak. Pihak KUD tidak bisa menyediakan es dengan jumlah yang banyak. Apabila ikan yang tersedia banyak, maka secara otomatis nelayan memerlukan es yang banyak untuk mengawetkannya. Pelabuhan hendaknya bekerja sama dengan pihak swasta dalam penyediaan es agar lebih mudah dan murah. Saat ini pihak pelabuhan belum melakukan kegiatan kerjasama kepada pihak swasta mengenai penyediaan es, sehingga pada saat musim puncak, nelayan harus membeli es yang berasal dari pihak swasta yang harganya lebih mahal. Hal ini berimbas pada nelayannelayan dengan armada penangkapan kecil seperti payang dan bagan. Pada saat musim puncak, nelayan ini sangat susah mendapatkan es, hal ini disebabkan karena es yang berasal dari KUD sudah habis terjual karena dibeli oleh nelayannelayan besar. Dampaknya adalah harga es menjadi lebih mahal karena mereka harus membeli dari pihak luar. Tentu saja keadaan ini sangat tidak menguntungkan nelayannelayan kecil. Untuk itu perlu adanya peran serta dari pihak pelabuhan tentang penyediaan es, misalnya dengan membatasi pembelian nelayannelayan besar di KUD sehingga nelayannelayan lemuru dengan armada penangkapan yang kecil dapat membeli es dengan harga yang murah. Pelabuhan hendaknya melakukan pengaturan dan penertiban kegiatan pada setiap fasilitas yang ada, masalah penyediaan es harusnya adalah masalah penting yang dapat diselesaikan oleh pihak pelabuhan. Pelabuhan kurang mengatur jalannya proses pembelian es sehingga pada musim puncak ketersediaan es kurang. Koordinasi yang dilakukan pelabuhan dengan pihak luar harusnya lebih

73 59 ditingkatkan, masalah yang ada yaitu perusahaan es yang ada letaknya jauh dari pelabuhan, sehingga nelayannelayan kecil akan kesulitan dalam mendapatkan es. Dalam segi fasilitas penyediaan es, pelabuhan masih kurang, hal ini dibuktikan dengan adanya kekurangan es pada saat musim puncak, sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan pelabuhan pada penyediaan fasilitas ini kurang baik. 3) Penyediaan BBM Bahan bakar minyak merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas ikan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Pada saat BBM harganya naik, maka bisa berimbas pada menurunnya produktivitas ikan lemuru dan sebaliknya. Pelabuhan perikanan pantai Muncar menyediakan fasilitas pengisian bahan bakar. Bahan bakar yang disediakan adalah solar. Harga solar yaitu Rp /liter jika pembeliaannya tunai, tetapi jika pembeliannya hutang maka harga satu liter solar menjadi Rp Penyediaan BBM yang dilakukan oleh pihak pelabuhan Muncar saat ini tidak dapat mencukupi kebutuhan nelayan yang terdapat disana. Kapasitas unit penyediaan BBM di Muncar yaitu 50 ton sedangkan kebutuhan melaut nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar per harinya yaitu ton. Hal ini sangat tidak menguntungkan nelayan. Dampak bagi nelayan besar mungkin tidak terasa tetapi dampaknya bagi nelayan kecil sangatlah terasa. jika stok BBM di PPP Muncar telah habis, maka nelayan disana membeli BBM di pom bensin yang terletak lumayan jauh dari pelabuhan. Hal ini sangat tidak menguntungkan nelayan kecil, karena mereka harus mengeluarkan biaya transportasi lagi untuk menuju ke tempat penjualan solar yang terdapat diluar pelabuhan perikanan. Masalah seperti ini harusnya disikapi oleh pihak pelabuhan karena keadaan seperti ini lebih berpihak kepada nelayan besar sehingga nelayan kecil yang tidak mempunyai modal yang besar tidak dapat bersaing, bahkan selalu mengalami kerugian. Peraturanperaturan serta kebijakankebijakan harus dilakukan dan diterapkan oleh pihak pelabuhan digunakan untuk melindungi nelayannelayan kecil. Peraturan ini berupa pembatasan pembelian bahan bakar minyak di PPP Muncar oleh nelayannelayan besar, sehingga nelayannelayan kecil tidak akan

74 60 kehabisan stok bahan bakar minyak. Dengan adanya kebijakan seperti ini maka akan sedikit membantu nelayan kecil dalam penydiaan bahan bakar minyak, mereka tidak akan lagi membeli bahan bahan minyak dari luar pelabuhan melainkan dari dalam pelabuhan sendiri. Dalam khasus ini pihak pelabuhan harus bekerja lebih keras untuk mengatur nelayannelayan besar agar tidak selalu merugikan nelayannelayan kecil yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Pihak pelabuhan harus bersikap lebih tegas dalam menentukan kebijakankebijakan kedepannya agar nasib nelayan kecil dapat lebih baik. Gambar 14 Fasilitas pengisian bahan bakar minyak di PPP Muncar 4) Penyediaan kebutuhan konsumsi Nelayan di daerah Muncar kebanyakan menangkap dengan sistem satu hari melaut, jadi pengisian bahanbahan perbekalan tidak terlalu rumit dan dipusingkan oleh nelayan di daerah Muncar. Perbekalan seperti makanan dibawa oleh nelayan yang akan melaut, jika mereka melaut dalam waktu satu hari maka biasanya nelayan Muncar membawa dua bungkus makanan. Untuk pembelian makanan ini biasanya dibeli di tokotoko yang terdapat didalam area pelabuhan. Tokotoko ini menjual berbagai keperluan nelayan seperti makanan, rokok, dan lainlain. Pengisian perbekalan yang lain seperti es, solar telah dijelaskan pada penjelasan diatas.

75 61 Fasilitas perbekalan yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Muncar menurut nelayan lemuru dirasakan kurang membantu, hal ini terlihat pada hasil kuisioner yang telah ditujukan kepada nelayan lemuru (Gambar 14) menunjukan bahwa sebanyak 39 % nelayan lemuru telah terbantu dengan fasilitas perbekalan yang terdapat di PPP Muncar sedangkan sisanya yaitu 61 % nelayan lemuru merasa kurang terbantu. membantu 39% kurang membantu 61% Gambar 15 Pendapat nelayan lemuru terhadap fasilitas perbekalan di PPP Muncar. Gambar diatas menjelaskan bahwa banyak sekali nelayan lemuru yang kurang terbantu dengan adanya fasilitas perbekalan yang terdapat di PPP Muncar. Hal ini terlihat bahwa hanya 39 % nelayan lemuru yang merasa terbantu dan sisanya merasa kurang terbantu. Situasi ini memunculkan pernyataan bahwa adanya hal tersebut dikarenakan belum optimalnya pengelolaan yang dilakukan pihak PPP Muncar terhadap fasilitas perbekalan. Hal ini memperlihatkan bahwa Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar belum cukup berperan dalam mendukung aktivitas penangkapan ikan lemuru yang terdapat di Muncar. Peran suatu pelabuhan bisa dikatakan telah berperan dengan baik apabila penyediaan, pemanfaatan serta pengelolaannyanya telah optimal ( Simanjuntak, 2005 diacu dalam Tanjung, 2010 ).

76 62 Belum optimalnya peran PPP Muncar dalam penyediaan faslilitas perbekalan dapat di lihat dari adanya faslitas perbekalan yang kurang berfungsi secara optimal. Faslitas air bersih yang sekiranya dapat membantu nelayan dalam membersihkan hasil tangkapannya ternyata rusak. Sehingga nelayan tidak bisa mencuci hasil tangkapan mereka, hal ini berakibat pada mutu hasil tangkapan mereka. Fasilitas yang lainnya yaitu fasilitas penyediaan es, kurangnya penyediaan es yang ada di PPP Muncar menyebabkan nelayannelayan lemuru kecil kesulitan dalam mencari es. Es yang harusnya mereka dapatkan dengan mudah ternyata sudah habis oleh nelayannelayan yang besar. Sedangkan untuk fasilitas penyediaan bahan bakar juga belum berfungsi dengan maksimal. Kapasitas yang ada di PPP Muncar tidak dapat mencukupi kebutuhan nelayan lemuru yang terdapat didaerah Muncar, sehingga nelayannelayan di Muncar harus membeli bahan bakar minyak diluar pelabuhan yang jelas harganya lebih mahal, karena harus menambahkan biaya transportasi. 2. Fasilitas yang berhubungan dengan perbaikan unit penangkapan ikan lemuru 1) Fasilitas perbaikan kapal Nelayan di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar biasanya memperbaiki kapal di kolam pelabuhan, hal ini mengakibatkan adanya pendangkalan pada kolam pelabuhan, sehingga kapalkapal pengangkut ikan lemuru yang akan mendaratkan ikan lemuru ke dermaga pelabuhan berhenti sekitar 150 meter dari tempat pendaratannya. Pendaratan ikan lemuru ini dilakukan di laut dan diangkut oleh buruh angkut dari kapal pengangkut menuju tempat pendaratan ikan. Mesin kapal yang rusak diperbaiki di bengkel perbaikan mesin, tetapi saat ini keadaan bengkel perbaikan sangatlah tidak memadai, bahkan bengkel perbaikan mesin tidak setiap hari dibuka, sehingga nelayannelayan yang akan memperbaiki mesin harus menunggu sampai bengkel dibuka disamping itu bengkel tidak mempunyai alatalat perbaikan mesin yang lengkap, sehingga nelayannelayan lemuru yang tidak cukup modal hanya bisa membiarkan mesin kapal mereka rusak tanpa ada perbaikan. Hal ini sangat merugikan nelayan lemuru yang terdapat di Pelabuhan

77 63 Perikanan Pantai Muncar, mereka mengalami kerugian karena tidak dapat melaut dikarenakan mesin yang akan dibuat mencari ikan rusak. Gambar 16 Fasilitas perbengkelan di PPP Muncar 2) Perbaikan alat tangkap Perbaikan alat tangkap yang terdapat di PPP Muncar biasanya sering dilakukan di kantor UPT dan TPI yang terdapat di pelabuhan tersebut. Alat tangkap yang sering diperbaiki adalah alat tangkap purse seine. System perbaikan alat tangkap yaitu bersifat gotong royong, dimana jika terdapat alat tangkap yang rusak dari salah satu nelayan lemuru, maka nelayan yang lain wajib membantu dalam perbaikan alat tangkap tersebut. Tetapi masih terdapat banyak kekurangan dalam perbaikan alat tangkap di PPP Muncar. PPP Muncar sendiri tidak memiliki tempat khusus untuk memperbaiki alat tangkap yang rusak, hal ini sangat merugikan nelayan lemuru apabila alat tangkap yang mereka miliki rusak, para nelayan tidak mempunyai lahan untuk memperbaikinya. Disamping itu jika alat tangkap yang rusak lebih dari satu maka nelayan lemuru akan mengeluarkan biaya lebih banyak untuk memperbaiki alat tersebut karena harus memindahkan alat tangkap tersebut keluar pelabuhan. Hal ini harusnya diperhatikan oeh pihak pelabuhan, agar nelayannelayan yang akan melakukan perbaikan alat tangkap

78 64 tidak menggunakan gedung TPI. Pelabuhan seharusnya menyediakan tempat khusus untuk aktivitas perbaikan alat tangkap. Gambar 17 Fasilitas perbaikan alat tangkap Fasilitas Produksi Fasilitas produksi adalah fasilitas untuk penunjang kegiatan penangkapan ikan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Fasilitas ini meliputi fasilitas yang berhungan dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru serta fasilitas yang berhungan dengan peningkatan skill menangkap ikan lemuru seperti balai pertemuan, program penyuluhan dari pelabuhan, atapun sosialisasi yang dilakukan oleh pihak pelabuhan kepada nelayannelayan lemuru yang terdapat di daerah Muncar. 1. Fasilitas yang berhubungan dengan informasi daerah penangkapan ikan lemuru Informasi tentang daerah penangkapan ikan lemuru yang terdapat di daerah Muncar dilakukan sendiri oleh nelayannelayan lemuru yang ada di Muncar. Metode penyampaian informasi hanya dari mulut ke mulut ataupun melihat kapalkapal dengan hasil tangkapan paling banyak. nelayannelayan di Muncar akan menanyakan kepada fishing master kapal tersebut terkait dengan

79 65 daerah penangkapan. Hal tersebut sangat menyulitkan nelayannelayan dengan pengalaman melaut rendah. Nelayan nelayan tersebut akan lebih bergantung dengan nelayan nelayan senior yang sudah berpengalaman dalam menentukan daerah penangkapan ikan lemuru. Melihat khasus seperti ini harusnya pihak pelabuhan dapat menyediakan fasilitas yang berhungan dengan informasi daerah penangkapan, tapi kenyataannya, Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar belum dapat menyediakan fasilitas tersebut. Jika fasilitas ini disediakan oleh pelabuhan, maka nelayannelayan dengan pengalaman melaut yang rendah dapat mengetahui daerah penangkapan ikan lemuru dengan cepat. Waktu yang dibutuhkan nelayan juga akan lebih efektif dan efisien dalam melakukan penangkapan ikan lemuru di perairan Muncar, dengan waktu yang efisien dan efektif maka hasil tangkapan ikan lemuru juga akan meningkat, dan secara otomatis akan meningkatkan produktivitas nelayan lemuru di daerah Muncar. 2. Fasilitas yang berhubungan dengan peningkatan skill nelayan Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar salah satu pelabuhan dengan fasilitas yang cukup lengkap. Hal ini pula yang mendasari PPP Muncar dijadikan sebagai pelabuhan yang berbasis minapolitan. Salah satu fasilitas yang terdapat di PPP Muncar yaitu fasilitas yang digunakan untuk peningkatan skill nelayan lemuru. Skill penangkapan tersebut meliputi skill dalam pembuatan alat tangkap, skill dalam perbaikan unit penangkapan ikan serta skill dalam pengoperasian suatu alat tangkap. PPP Muncar menyediakan fasilitas balai pertemuan nelayan yang fungsinya untuk tempat berkumpulnya nelayannelayan. Tempat ini juga berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman antara nelayan nelayan lemuru senior dengan nelayannelayan lemuru junior, dengan adanya fasilitas ini, nelayan akan terbantu dalam menangani masalahmasalah yang berhubungan dengan operasi penangkapan ikan lemuru. Peningkatan skill nelayan lemuru tidak hanya dalam balai pertemuan saja, akan tetapi pelabuhan juga melakukan peningkatan skill nelayan dengan mengadakan pelatihanpelatihan tentang teknikteknik penangkapan ikan lemuru ataupun dengan melakukan penyuluhanpenyuluhan tentang musim penangkapan ikan lemuru. Penyuluhan ini dilakukan oleh pihak pelabuhan dengan bekerjasama dengan Dinas Perikanan Dan Kelautan Kabupaten Banyuwangi. Program yang

80 66 dilakukan oleh pelabuhan ini diharapkan dapat meningkatkan skill nelayan lemuru dalam mengoperasikan alat tangkap, dengan adanya hal tersebut maka hasil tangkapan lemuru yang mereka tangkap juga akan semakin banyak Ketersediaan dan Pemenuhan Fasilitas di PPP Muncar Tabel 19 Ketersediaan dan Pemenuhan Fasilitas di PPP Muncar No Fasilitas Unit Ketersediaan Pemenuhan Kekurangan (%) Fasilitas Pra produksi 1. Bengkel 1 tersedia kurang terpenuhi Tangki BBM 1 tersedia kurang terpenuhi Gedung keranjang 10 tersedia kurang terpenuhi Menara air 1 tersedia kurang terpenuhi Gedung peralatan 1 tersedia kurang terpenuhi Rumah genzet 1 tersedia kurang terpenuhi Rumah pompa 2 tersedia kurang terpenuhi Eks pabrik es 1 tersedia kurang terpenuhi KUD Mino 1 tersedia kurang terpenuhi Slipway 3 tersedia terpenuhi Rumah BBM 1 tersedia kurang terpenuhi 50 Fasilitas produksi 1. Informasi daerah penangkapan ikan Tidak tersedia tidak terpenuhi 100 lemuru 2. Penyuluhan dari PPP Muncar tersedia terpenuhi 0 3. Balai pertemuan 1 tersedia terpenuhi 0 Tabel diatas menjelaskan ketersediaan dan pemenuhan fasilitas yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar. Beberapa fasilitas sudah

81 67 terpenuhi tetapi terdapat beberapa fasilitas yang harus dibangun lagi atapun diperbaiki. Kekurangan fasilitas ini akan mempengaruhi kinerja dari para nelayan, hal ini akan mengakibatkan penurunan jumlah produksi dari nelayan lemuru yang terdapat didaerah Muncar. Gedung tempat keranjang di pelabuhan saat ini jumlahnya kurang, hal ini diakibatkan karena jumlah keranjang yang ada sangat banyak, sedangkan tempat penyimpanannya kurang. Keadaan ini membuat nelayannelayan yang ada menyimpan keranjang mereka di rumah masingmasing, hal ini sangat merugikan nelayan karena dengan menyimpan dirumah, maka akan membuat biaya tambahan untuk mengangkut keranjangkeranjang mereka ke pelabuhan. Dengan adanya penambahan jumlah gedung tempat keranjang maka kinerja nelayan menjadi efektif. Fasilitasfasilitas yang lain sudah dijelaskan pada subbab sebelummnya., seperti menara air, fasiltas yang menyediaakan bahan bakar, maupun failitas perbaikan alat tangkap maupun kapal dari ketersediannya, pelabuhan menyediakan fasilitasfasilitas tersebut, tetapit pada segi pemenuhannya, pelabuhan dapat mencukupi karena jumlahnya kurang. Fasilitas yang berhubungan dengan penginformasian daerah penangkapan ikan lemuru yang terdapat di Pelabuhan Perikanan pantai Muncar harusnya dibangun. Fasilitas ini sangat berfungsi agar para nelayan yang akan melakukan kegiatan penangkapan ikan lemuru tidak akan susah lagi untuk mencari daerah penangkapan ikan lemuru, disamping itu dengan adanya fasilitas ini waktu yang dibutuhkan nelayan lemuru akan lebih efisien dan efektif. Hasil dari ujit dari faktor faktor yang mempengaruhi produktivitas lemuru di daerah Muncar menyatakan bahwa faktor yang berpengaruh dalam penangkapan ikan lemuru yaitu pengalaman melaut nelayan dan jumlah anak buah kapal. Adanya hal tersebut harusnya diperhatikan oleh pihak pelabuhan agar dapat dijadikan suatu acuan untuk menentukan programprogram dari pelabuhan untuk meningkatkan skill para nelayan lemuru yang terdapat di daerah Muncar agar skill dari para nelayan lemuru semakin baik dalam menangkap ikan lemuru.

82 68 Dari kedaan tersebut dapat kita simpulkan bahwa sesuai dengan ketersediaan fasilitas, Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar sudah menyediakan semua fasilitas yang berhubungan dengan penangkapan ikan lemuru, tetapi pemenuhan dari fasilitas tersebut tidak 100 % terpenuhi. Hal ini mengakibatkan kurang efektifnya kinerja dari nelayan lemuru, sehingga produktivitas yang ada cenderung menurun.

83 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip dan per tahun yang terdapat di Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar (PPP) pada tahun 2006 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan dan penurunan pada ketiga alat tangkap. Secara berturutturut ratarata produktivitas pada setiap unit penangkapan ikan lemuru per trip di PPP Muncar sebesar 781,28 kg/unit/hari (purse seine), 87,27 kg/unit/hari (payang), 10,93 kg/unit/hari (bagan). Sedangkan produktivitas per tahunnya berturutturut yaitu sebesar ,19 kg/unit/tahun (purse seine), ,53 kg/unit/tahun (payang), 3.193,33 kg/unit/tahun (bagan). Produktivitas nelayan lemuru mengalami penurunan dan kenaikan. Secara berurut produktivitas nelayan lemuru paling tinggi di PPP Muncar yaitu 17,74 kg/orang/hari (purse seine), 8,81 kg/orang/hari (payang), 12,29 kg/orang/hari (bagan). Perhitungan menggunakan ujif memperlihatkan bahwa secara bersamasama pengalaman melaut nelayan (tahun), jumlah anak buah kapal per trip (orang), ukuran kapal (GT), lama operasi penangkapan ikan per trip (hari), banyak operasi penangkapan ikan per bulan (trip), biaya perbekalan operasi penangkapan ikan per trip (Rp) berpengaruh signifikan terhadap produktivitas unit penangkapan purse seine di Muncar. Tetapi berdasarkan ujit didapatkan hasil bahwa pengalaman melaut dan jumlah anak buah kapal paling berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru di daerah Muncar, sedangkan faktorfaktor yang lain tidak berpengaruh signifikan terhadap produktivitas lemuru yang terdapat di daerah Muncar. Berdasarkan ketersediannya PPP Muncar menyediakan semua fasilitas yang berhubungan dengan kegiatan penangkapan ikan lemuru, tetapi berdasarkan pemenuhannya, pelabuhan ini belum dapat mencukupi kebutuhankebutuhan yang berhungan dengan penyediaan fasilitas pra produksi dan fasilitas produksi yang diinginkan oleh nelayan lemuru. Fasilitas pra produksi seperti gedung peralatan, menara air, pabrik es, rumah BBM dan KUD belum terpenuhi, sedangkan untuk fasilitas produksi yang belum terpenuhi adalah fasilitas yang berhubungan dengan

84 70 penyediakan informasi daerah penangkapan ikan lemuru. Kekurangan pemenuhan fasilitas mencapai %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa PPP Muncar belum dapat menyediakan falilitas dengan kapasitas yang memadai untuk kegiatan penangkapan ikan lemuru. 6.2 Saran Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar hendaknya meningkatkan produktivitas ikan lemuru dengan meningkatkan pengoptimalan fasilitasfasilitas pra produksi dan fasilitas produksi. Pengoptimalan fasilitas ini dapat dilaksanakan oleh UPT Pelabuhan, maupun Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi. Dengan adanya fasilitasfasilitas yang memadai, dapat dipastikan bahwa Kabupaten Banyuwangi pada umumnya dan secara khusus Kecamatan Muncar akan tetap menghasilkan ikan lemuru yang melimpah. Disamping itu perlu adanya penambahan fasilitas yang terdapat di PPP Muncar, hal ini dikarenakan fasilitas yang terdapat di pelabuhan tersebut, pemenuhannya belum 100 % mencukupi kebutuhan penangkapan ikan lemuru.

85 DAFTAR PUSTAKA Damarjati, D Analisis Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan dan Pola Musim Penangkapan Lemuru (Sardinella sp.) di Perairan Teluk Prigi [skripsi]. Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 67 halaman. Diniah Pengenalan Perikanan Tangkap. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. [DKP] Departemen Kelautan dan Perikanan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.16/MEN/2006 tentang Pelabuhan Perikanan. Jakarta [DKP Banyuwangi] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi Laporan Tahunan Departemen Kelautan dan Perikanan Kabupaten Banyuwangi. Banyuwangi : DKP Banyuwangi. Dwiponggo, A Beberapa Aspek Ikan Lemuru di Jawa Timur. Prosiding Perikanan Lemuru, Banyuwangi. Puslitbangkan. Jakarta. Harjo N Peranan Pelabuhan Perikanan Nusantara Brondong terhadap Aspek Produksi dari Produktivitas Nelayan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor; Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Petanian Bogor. Hosniyanto Hubungan antara Fluktuasi Konsentrasi klorofil Citra SEAWIS dengan Produksi Ikan Lemuru di Perairan Selat Bali [skrpsi]. Bogor: Departemen Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 87 hal. Inaya, I Pendugaan Hasil Tangkapan yang Didaratkan di PPI Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur [Skripsi]. Bogor; Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Petanian Bogor. Kamaruddin, I Suatu Studi Pendahuluan Tentang Lokasi dan Fasilitas Pelabuhan Perikanan di Indonesia bagian Barat. Makalah Khusus Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 76 hal. Lubis, E. Pengantar Pelabuhan Perikanan. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.

86 72 Merta, IGS Dinamika Populasi Ikan Lemuru, Sardinella lemuru Bleeker 1853 (Pisces : Clupeidae) di Perairan Selat Bali dan Alternatif Pengolahannya. Disertasi (tidak diipublikasikan). Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 201 hal. Muntoha, M Pola Musim dan Karakteristik Oseanografi Selat Bali serta Hubungannya dengan Produksi Ikan Lemuru (Sardinella lemuru) yang Didaratkan di PPP Muncar, Banyuwangi [Skripsi]. Bogor; Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Petanian Bogor. 141 hal. Panjaitan, A Distribusi dan Pemasaran Ikan Lemuru. Prosiding Perikanan Lemuru, Banyuwangi Januari Puslitbangkan. Jakarta. Hal Rahmawati, NT Analisis Sistem Pemanfaatan Sumberdaya ( Sardinella lemuru) yang didaratkan di Muncar Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Skripsi (tidak dipublikasikan), Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 78 halaman. Saanin, H Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan, Jilid I dan II. Bina Cipta, Bandung. 520 halaman. Subani W, HR Barus Alat Tangkap Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Laut. No halaman. Syukur, LA Analisa Produktivitas Nelayan dan Produktivitas Alat Penangkapan Ikan Di Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Makalah Khusus Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tanjung, I Peran Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kota Dumai dalam Mendukung aktivitas Penangkapan Ikan [Skripsi]. Bogor; Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Petanian Bogor. [UPT PPP Muncar] Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar Laporan Tahunan Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar. Banyuwangi : UPT PPP Muncar. [UUD RI No. 31] Undangundang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2004 Tentang Perikanan [UUD RI No. 45] Undangundang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 Tentang Perikanan

87 Walpole, RE Pengantar Statistika Edisi ke3. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama. 515 halaman. 73

88 LAMPIRAN

89 75 Lampiran 1 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine, payang, dan bagan per trip di PPP Muncar tahun Produktivitas unit Penangkapan Ikan per trip di PPP Muncar Tahun 2006 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Trip Jumlah hari trip Jumlah alat tangkap Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,71 Payang ,15 Bagan ,37 Produktivitas unit Penangkapan Ikan per trip di PPP Muncar Tahun 2007 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Trip Jumlah hari trip Jumlah alat tangkap Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,19 Payang ,98 Bagan ,02 Produktivitas unit Penangkapan Ikan per trip di PPP Muncar Tahun 2008 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Trip Jumlah hari trip Jumlah alat tangkap Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,72 Payang ,37 Bagan ,91 Produktivitas unit Penangkapan Ikan per trip di PPP Muncar Tahun 2009 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Trip Jumlah hari trip Jumlah alat tangkap Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,16 Payang ,54 Bagan ,59

90 76 Produktivitas unit penangkapan ikan per trip di PPP Muncar Tahun 2010 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Trip Jumlah hari trip Jumlah alat tangkap Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,64 Payang ,34 Bagan ,78 Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per trip dari data yang telah diolah Purse Seine (kg) Payang (kg) Bagan (kg) Tahun , , , , ,26 905, , ,40 892, , ,66 911, , ,47 573,

91 77 Lampiran 2 Perkembangan produktivitas unit penangkapan purse seine, payang, dan bagan per tahun di PPP Muncar tahun Produktivitas unit penangkapan ikan per tahun di PPP Muncar Tahun 2006 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Unit (Unit) Produktivitas Lemuru (kg/unit/tahun) Purse seine Payang ,68 Bagan ,10 Produktivitas unit penangkapan ikan per tahun di PPP Muncar Tahun 2007 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Unit (Unit) Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,44 Payang ,79 Bagan ,86 Produktivitas unit penangkapan ikan per tahun di PPP Muncar Tahun 2008 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Unit (Unit) Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,74 Payang ,34 Bagan ,68 Produktivitas unit penangkapan ikan per tahun di PPP Muncar Tahun 2009 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Unit (Unit) Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,41 Payang ,33 Bagan ,07

92 78 Produktivitas unit penangkapan ikan per tahun di PPP Muncar Tahun 2010 Unit Penangkapan Hasil Tangkapan Lemuru Jumlah Unit (Unit) Produktivitas Lemuru (kg/hari) Purse seine ,91 Payang ,52 Bagan ,91 Produktivitas unit penangkapan ikan lemuru per tahun dari data yang telah diolah Purse seine (kg) Payang (kg) Bagan (kg) Tahun , , , , , , , , , , , , , , ,

93 79 Lampiran 3 Data produksi hasil tangkapan lemuru per alat tangkap dari tahun Data produksi hasil tangkapan lemuru per alat tangkap tahun 2006 Bulan Hasil Tangkapan puserseine Hasil Tangkapan payang Hasil Tangkapan bagan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata2 per trip , , ,03 Data produksi hasil tangkapan emuru per alat tangkap tahun 2007 Bulan Hasil Tangkapan puserseine Hasil Tangkapan payang Hasil Tangkapan bagan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata2 per trip , ,09 392,32

94 80 Data produksi hasil tangkapan lemuru per alat tangkap tahun 2008 Bulan Hasil Tangkapan puserseine Hasil Tangkapan payang Hasil Tangkapan bagan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata2 per trip , ,68 773,17 Data produksi hasil tangkapan lemuru per alat tangkap tahun 2009 Bulan Hasil Tangkapan puserseine Hasil Tangkapan payang Hasil Tangkapan bagan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata2 per trip , ,83 790,35

95 81 Data produksi hasil tangkapan lemuru per alat tangkap tahun 2010 Bulan Hasil Tangkapan puserseine Hasil Tangkapan payang Hasil Tangkapan bagan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Rata2 per trip , ,54 497,30

96 82 Lampiran 4 Perkembangan produktivitas nelayan lemuru per trip di PPP Muncar tahun Produktivitas nelayan lemuru per trip di Muncar 2006 Unit Hasil Tangkapan Ratarata nelayan / n (orang) Penangkapan Lemuru trip (orang) Jumlah Unit (Unit) Produktivitas(kg/orang/hari) Purse seine ,18 Payang ,28 Bagan ,29 Produktivitas nelayan lemuru per trip di Muncar 2007 Unit Hasil Tangkapan Ratarata nelayan / n (orang) Penangkapan Lemuru trip (orang) Jumlah Unit (Unit) Produktivitas(kg/orang/hari) Purse seine ,74 Payang ,45 Bagan ,52 Produktivitas nelayan lemuru per trip di Muncar 2008 Unit Hasil Tangkapan Ratarata nelayan / n (orang) Penangkapan Lemuru trip (orang) Jumlah Unit (Unit) Produktivitas(kg/orang/hari) Purse seine ,54 Payang ,54 Bagan ,52

97 83 Produktivitas nelayan lemuru per trip di Muncar 2009 Unit Hasil Tangkapan Ratarata nelayan / n (orang) Penangkapan Lemuru trip (orang) Jumlah Unit (Unit) Produktivitas(kg/orang/hari) Purse seine ,96 Payang ,81 Bagan ,29 Produktivitas nelayan lemuru per trip di Muncar 2010 Unit Hasil Tangkapan Ratarata nelayan / n (orang) Penangkapan Lemuru trip (orang) Jumlah Unit (Unit) Produktivitas(kg/orang/hari) Purse seine ,45 Payang ,52 Bagan ,07

98 84 Lampiran 5 Faktorfaktor yang mempengaruhi produktivitas penangkapan ikan lemuru Hasil Tangkapan (ton) Pengalaman Melaut (tahun) Jumlah ABK Ukuran kapal (GT) Lama operasi (jam) Banyak operasi penangkapan ikan Biaya perbekalan (juta)

99 Lower Coefficients Standard Error t Stat Pvalue Lower 95% Upper 95% Intercept 90.0% Upper 90.0% X Variable X Variable X Variable X Variable X Variable X Variable

100 Lampiran 6 Gambar lokasi penelitian 86

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru Aspek biologi ikan lemuru 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Lemuru 2.1.1 Aspek biologi ikan lemuru Ikan lemuru adalah ikan yang banyak ditemui di Perairan selat Bali. Ikan ini termasuk ikan pelagis kecil. Menurut Saanin, 1984, sistematika

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dan pengambilan data dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2011. Tempat penelitian berlokasi di Pelabuhan Perikanan Pantai

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7 o 43` 8 o 46`

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian.

3 METODE PENELITIAN. Gambar 1 Peta lokasi daerah penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2009 sampai dengan bulan April 2009 bertempat di PPI Kota Dumai, Kelurahan Pangkalan Sesai, Kecamatan Dumai

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG

KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG KAJIAN AKTIVITAS DAN KAPASITAS FASILITAS FUNGSIONAL DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KRONJO, TANGERANG Oleh : Harry Priyaza C54103007 DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA

SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA SINERGISITAS PERIKANAN TANGKAP DENGAN PARIWISATA BAHARI DI PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT ADI GUMBARA PUTRA MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG

PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG PERBANDINGAN HASIL TANGKAPAN RAJUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN DUA KONSTRUKSI BUBU LIPAT YANG BERBEDA DI KABUPATEN TANGERANG Oleh: DONNA NP BUTARBUTAR C05400027 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI

PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI PELUANG EKSPOR TUNA SEGAR DARI PPI PUGER (TINJAUAN ASPEK KUALITAS DAN AKSESIBILITAS PASAR) AGUSTIN ROSS SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI

KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI KEBERADAAN FASILITAS KEPELABUHANAN DALAM MENUNJANG AKTIVITAS PANGKALAN PENDARATAN IKAN TANJUNGSARI, KABUPATEN PEMALANG, JAWA TENGAH NOVIANTI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2012, adapun tempat pelaksanaan penelitian yaitu di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kecamatan Juntinyuat

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti

TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti TUGAS: RINGKASAN EKSEKUTIF Nama: Yuniar Ardianti Sebuah lagu berjudul Nenek moyangku seorang pelaut membuat saya teringat akan kekayaan laut Indonesia. Tapi beberapa waktu lalu, beberapa nelayan Kepulauan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE

UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE UJICOBA BEBERAPA WARNA UMPAN TIRUAN PADA PENANGKAPAN IKAN DENGAN HUHATE DI PERAIRAN BONE-BONE, KOTA BAU-BAU, SULAWESI TENGGARA HENDRAWAN SYAFRIE SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KOTA DUMAI DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN INTAN TANJUNG SARI

PERAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KOTA DUMAI DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN INTAN TANJUNG SARI PERAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KOTA DUMAI DALAM MENDUKUNG AKTIVITAS PENANGKAPAN IKAN INTAN TANJUNG SARI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN

KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN KAJIAN SANITASI DI TEMPAT PENDARATAN DAN PELELANGAN IKAN PANGKALAN PENDARATAN IKAN MUARA ANGKE SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS IKAN DIDARATKAN VARENNA FAUBIANY SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PRIGI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

RIKA PUJIYANI SKRIPSI

RIKA PUJIYANI SKRIPSI KONDISI PERIKANANN TANGKAP DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI LEMPASING, BANDAR LAMPUNG RIKA PUJIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 131 8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 8.1 Pendahuluan Mewujudkan sosok perikanan tangkap yang mampu mempertahankan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR KAJIAN FASILITAS DAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DALAM MENUNJANG INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU SUKABUMI JAWA BARAT SUMIATI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN

PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN PEMANFAATAN DAN PENGELOLAAN AIR BERSIH DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS SUMATERA BARAT RULLI KURNIAWAN DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan adalah daerah perairan yang terlindung terhadap gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga dimana kapal dapat bertambat untuk

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi

7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Analisis aspek biologi 7 PEMBAHASAN 7.1 Pemilihan Teknologi Perikanan Pelagis di Kabupaten Banyuasin Teknologi penangkapan ikan pelagis yang digunakan oleh nelayan Sungsang saat ini adalah jaring insang hanyut, rawai hanyut

Lebih terperinci

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung

Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung 2. TINJAUAN PUSTAKA Pelabuhan secara umum adalah daerah yang terlindung dari badai atau ombak sehingga kapal dapat berputar (turning basin), bersandar atau membuang sauh sedemikian rupa sehingga bongkar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Secara geografis, Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI

STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI STABILITAS STATIS KAPAL PAYANG DI PALABUHANRATU PADA SAAT MEMBAWA HASIL TANGKAPAN MAKSIMUM NENI MARTIYANI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA

TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA 1 TINGKAT KEPUASAN NELAYAN TERHADAP PELAYANAN PENYEDIAAN KEBUTUHAN MELAUT DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) SIBOLGA SUMATERA UTARA Oleh : SAMSU RIZAL HAMIDI PANGGABEAN C54104008 Skripsi Sebagai salah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.08/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PEKALONGAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI

SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI BULETIN PSP ISSN: 0251-286X Volume 20. 1 Edisi Maret 2012 Hal. 89-102 SELEKSI JENIS ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU DI SELAT BALI Oleh: Himelda 1*, Eko Sri Wiyono

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN KAWASAN NELAYAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT, Menimbang

Lebih terperinci

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON. Oleh: Asep Khaerudin C PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL) YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON Oleh: Asep Khaerudin C54102009 PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun

Lebih terperinci

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU EFISIENSI TEKNIS UNIT PENANGKAPAN MUROAMI DAN KEMUNGKINAN PENGEMBANGANNYA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU PUSPITA SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memilki zona maritim yang sangat luas, yaitu 5,8 juta km 2 yang terdiri atas perairan kepulauan 2,3 juta km 2, laut teritorial

Lebih terperinci

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG

STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG 1 STABILITAS STATIS KAPAL PURSE SEINE SEMANGAT BARU BUATAN GALANGAN KAPAL PULAU TIDUNG MEIDA SAPTUNAWATI SKRIPSI MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

Lebih terperinci

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI

KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI KARAKTERISASI ALAT PENANGKAP IKAN DEMERSAL DI PERAIRAN PANTAI UTARA JAWA BARAT FIFIANA ALAM SARI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN 1.1.1. Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan, 2006. Menyatakan bahwa pelabuhan perikanan adalah tempat

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010) 37 3 METODOLOGI UMUM Penjelasan dalam metodologi umum, menggambarkan secara umum tentang waktu, tempat penelitian, metode yang digunakan. Secara spesifik sesuai dengan masing-masing kriteria yang akan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya ikan sebagai bagian kekayaan bangsa Indonesia perlu dimanfaatkan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 38 3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan daerah wisata pantai Pasir Putih dan cagar

Lebih terperinci

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI

OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI OPTIMASI PENYEDIAAN BAHAN BAKAR SOLAR UNTUK UNIT PENANGKAPAN IKAN DI PPI CITUIS, TANGERANG MOHAMMAD FACHRIZAL HERLAMBANG SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.14/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI TELUK BATANG MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR

KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR Ba b 4 KONDISI PERIKANAN DI KECAMATAN KUALA KAMPAR 4.1. Potensi Sumberdaya Perikanan dan Kelautan Kecamatan Kuala Kampar memiliki potensi perikanan tangkap dengan komoditas ikan biang, ikan lomek dan udang

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA

4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4 KONDISI UMUM KABUPATEN HALMAHERA UTARA 4.1 Gambaran Umum Kecamatan Tobelo 4.1.1 Kondisi kewilayahan Kecamatan Tobelo 1) Letak geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak pada posisi koordinat 0 o 40

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id BAB I PENDAHULUAN Segala sesuatu yang diciptakan Allah SWT di Bumi ini tiada lain untuk kesejahteraan umat manusia dan segenap makhluk hidup. Allah Berfirman dalam Al-Qur an Surat An-Nahl, ayat 14 yang

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU 1 EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU Oleh Safrizal 1), Syaifuddin 2), Jonny Zain 2) 1) Student of

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT

MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT MODEL BIONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA IKAN BAWAL PUTIH DI PERAIRAN PANGANDARAN JAWA BARAT JEANNY FRANSISCA SIMBOLON SKRIPSI PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun memiliki hak yang sama untuk mengambil atau mengeksploitasi sumberdaya didalamnya. Nelayan menangkap

Lebih terperinci

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani

POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH. Oleh : Ida Mulyani POTENSI PERIKANAN DALAM PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN CILACAP, JAWA TENGAH Oleh : Ida Mulyani Indonesia memiliki sumberdaya alam yang sangat beraneka ragam dan jumlahnya sangat melimpah

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi Pelabuhan Perikanan 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan menurut UU no. 45 tahun 2009 tentang Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batasbatas tertentu

Lebih terperinci

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI

PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI PENGARUH WARNA UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KOLAM PEMANCINGAN ILHAM SAHZALI SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2014 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI i PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP WAKTU PINGSAN DAN PULIH IKAN PATIN IRVAN HIDAYAT SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.12/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN PANTAI SUNGAILIAT MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.10/MEN/2009 TENTANG WILAYAH KERJA DAN WILAYAH PENGOPERASIAN PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI PENGARUH JENIS ALAT TANGKAP TERHADAP TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN DI KELURAHAN TEGALSARI DAN MUARAREJA, TEGAL, JAWA TENGAH DINA MAHARDIKHA SKRIPSI DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN FAKULTAS

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization.

EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA ABSTRACT. Keywords: Efficiency, facilities, fishing port, utilization. Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011) : 1-11 EFISIENSI PEMANFAATAN FASILITAS DI TANGKAHAN PERIKANAN KOTA SIBOLGA Jonny Zain 1), Syaifuddin 1), Yudi Aditya 2) 1) Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki potensi sumber daya ikan cukup besar (6.520.100 ton/tahun), seperti tertuang dalam Keputusan Menteri Kelautan dan

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu

VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu VII. PENGELOAAN SUMBERDAYA IKAN DI PERAIRAN PELABUHANRATU 7.1. Analisis Stakeholder dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Di Pelabuhanratu Identifikasi stakeholder dapat dilihat pada Tabel 23. Nilai kepentingan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 2.2 Fungsi dan Peranan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Kriteria Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) merupakan lingkungan kerja kegiatan ekonomi perikanan yang meliputi areal perairan dan daratan,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2002 TENTANG USAHA PERIKANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya ikan sebagai bagian kekayaan bangsa Indonesia perlu dimanfaatkan

Lebih terperinci

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU

ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU i ANALISIS HASIL TANGKAPAN SUMBERDAYA IKAN EKOR KUNING (Caesio cuning) YANG DIDARATKAN DI PPI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU DESI HARMIYATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci