4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk"

Transkripsi

1 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Secara geografis, Kabupaten Banyuwangi terletak pada koordinat Lintang Selatan dan Bujur Timur serta merupakan bagian yang paling Timur dari wilayah Propinsi Jawa Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (BPS Kab. Banyuwangi, 2008): (1) sebelah utara : Kabupaten Situbondo dan Bondowoso (2) sebelah timur : Selat Bali (3) sebelah selatan : Samudera Hindia (4) sebelah barat : Kabupaten Jember dan Bondowoso Wilayahnya yang berbatasan langsung dengan dua perairan yang berpotensi tinggi, yaitu perairan Selat Bali dan Samudera Hindia, menjadikan Kabupaten Banyuwangi daerah yang potensial di bidang perikanan dan merupakan salah satu daerah perikanan utama di Jawa Timur. Kabupaten Banyuwangi memiliki panjang garis pantai sekitar 175,8 km yang membujur sepanjang batas Selatan dan Timur Kabupaten Banyuwangi serta dengan jumlah pulau sebanyak 10 buah. Luas wilayah Kabupaten Banyuwangi adalah 5.782,5 km 2 yang dibagi dalam 24 wilayah kecamatan, 28 kelurahan, 189 desa, Rukun Warga (RW), dan Rukun Tetangga (RT) (BPS Kab. Banyuwangi, 2008). Kabupaten Banyuwangi terletak pada ketinggian meter di atas permukaan laut yang merupakan dataran rendah dan mempunyai lereng dengan kemiringan lebih dari 40% meliputi lebih kurang 29,25% dari luas daerah yang mempunyai tinggi tempat lebih dari 500 meter di atas permukaan laut. Dataran tinggi terletak di bagian Barat dan Utara dimana terdapat gunung-gunung yang berbatasan dengan Kabupaten Situbondo, Bondowoso, dan Jember, sedangkan bagian Timur dan Selatan sekitar 75% merupakan dataran rendah persawahan (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008).

2 24 2) Keadaan iklim Daerah Kabupaten Banyuwangi memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 25 C-30 C. Curah hujan terjadi pada bulan November sampai April. Musim kemarau terjadi pada bulan Mei sampai Oktober. Setiap tahun dijumpai periode bulan basah dan bulan kering dimana bulan basah dengan curah hujan di atas 180 mm, yaitu bulan Desember, Januari, dan Februari dengan rata-rata hari hujan 18 dan 25 hari. Bulan kering terjadi pada bulan Agustus, September, dan Oktober dimana hari hujan pada bulan kering antara 0-5 hari per bulan. Suhu maksimum tertinggi terjadi pada bulan November, yaitu 29,9 C dan suhu minimum terendah terjadi pada bulan Agustus, yaitu 25,3 C (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008). 3) Keadaan penduduk Jumlah penduduk di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2007 adalah sebesar jiwa. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pembudidaya ikan dan nelayan adalah sebanyak jiwa atau 1,58% (Tabel 1). Tabel 1 Sebaran penduduk menurut mata pencaharian sektor perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun 2007 No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Nelayan perairan umum ,11 2 Pembudidaya ikan ,32 3 Nelayan penangkap ikan di laut ,20 4 Lain-lain ,37 Jumlah ,00 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008 Kondisi penduduk yang bermata pencaharian sebagai nelayan berada di sepuluh kecamatan berpantai, yakni Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo, Wongsorejo, Kalipuro, Banyuwangi, Kabat, Siliragung, Rogojampi, dan Tegaldelimo. Pembudidaya tambak (payau) dan pembenihan (hatchery) berada di delapan kecamatan, namun yang masih beroperasi hanya berada di dua kecamatan, yaitu Wongsorejo dan Kalipuro. Pembudidayaan ikan air tawar terdapat di hampir semua kecamatan wilayah Kabupaten Banyuwangi (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008).

3 Keadaan umum perikanan Kabupaten Banyuwangi Kabupaten Banyuwangi memiliki wilayah potensi perikanan dan kelautan yang meliputi wilayah laut di Selat Bali seluas 1500 mil 2 dengan potensi lestari ton per tahun dan didominasi ikan permukaan (pelagis), serta Samudera Hindia seluas 2000 mil 2 dengan potensi lestari ton per tahun dan didominasi ikan dasar (demersal) di samping ikan pelagis. Wilayah pesisir dan pantai sepanjang 175 km juga dimiliki oleh Kabupaten Banyuwangi, yang merupakan lahan potensial bagi budidaya air payau atau tambak dan pembenihan udang windu. Selain itu terdapat 81 sungai dengan panjang keseluruhan mencapai 735 km yang berfungsi antara lain untuk pertanian, perikanan, dan air minum. Beberapa sungai tersebut bermuara di Selat Bali, yaitu Sungai Lo, Sungai Setail, Sungai Kalibaru, Sungai Sepanjang, dan Sungai Kempit. Selain sungai juga terdapat tujuh waduk dengan luas mencapai 4 ha serta dua rawa yang luasnya mencapai 1,5 ha (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008). Selanjutnya dikatakan bahwa sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan yang tersedia, maka peningkatan kontribusi sub sektor Perikanan dan Kelautan di Kabupaten Banyuwangi dilaksanakan melalui peningkatan usaha-usaha yang meliputi usaha penangkapan di laut, budidaya air tawar, budidaya air payau, dan penangkapan di perairan umum, serta rehabilitasi hutan mangrove dan terumbu karang. Pengembangan produksi tersebut dilakukan untuk memenuhi konsumsi dan bahan baku industri dalam negeri, sedangkan komoditas-komoditas yang mempunyai pasaran baik di luar negeri diarahkan untuk ekspor. Pengembangan usaha penangkapan di perairan pantai yang masih potensial dilaksanakan melalui motorisasi dan modernisasi unit penangkapan. Jenis alat tangkap yang dikembangkan adalah trammel net, gillnet, pancing rawai, dan mini purse seine dengan menggunakan perahu motor tempel dan kapal motor. Disamping itu akan ditempuh pula usaha diversifikasi melalui perbaikan teknis penangkapan dan penggunaan beberapa jenis alat tangkap pada setiap unit penangkapan untuk meningkatkan efisiensi usaha (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008).

4 26 Tabel 2 Perkembangan armada perikanan Kabupaten Banyuwangi tahun No Kecamatan Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo PTM PMT PTM PMT Jumlah Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008 Armada perikanan Kabupaten Banyuwangi mengalami perkembangan sebesar 6,2% pada tahun 2007, yaitu bertambah 302 unit dari tahun Jumlah armada perikanan terbanyak terdapat pada Kecamatan Muncar. Jumlah perahu tanpa motor (PTM) di Muncar berkurang 25 unit, sedangkan perahu motor tempel (PMT) bertambah 327 unit. Jumlah armada untuk kecamatan lainnya di Kabupaten Banyuwangi cenderung tetap. Tabel 3 Jumlah alat tangkap di Kabupaten Banyuwangi tahun 2007 N o Jenis alat tangkap Kecamatan Purse Payang insang wai cing tancap lain Jaring Ra- Pan- Bagan Lain- Jumlah Sero seine Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Jumlah Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008 Alat tangkap yang paling dominan di Kabupaten Banyuwangi adalah alat tangkap pancing dengan jumlah unit atau 39,1% dari jumlah keseluruhan alat tangkap. Berdasarkan hasil wawancara, pancing merupakan alat tangkap yang paling digemari oleh nelayan Kabupaten Banyuwangi karena

5 27 penggunaannya yang mudah dan harganya yang relatif murah dibandingkan alat tangkap lainnya. Tabel 4 Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi tahun No Kecamatan Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo Jumlah Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008 Jumlah nelayan di Kabupaten Banyuwangi secara keseluruhan mengalami perkembangan -5,4% pada tahun 2007, yaitu berkurang sebesar jiwa dari tahun Berkurangnya jumlah nelayan tersebut dijelaskan oleh petugas setempat dikarenakan berkurangnya nelayan pendatang, yaitu nelayan yang bersifat musiman dan berasal dari daerah luar Banyuwangi seperti dari Madura. Tabel 5 Perkembangan volume produksi hasil tangkapan Kabupaten Banyuwangi tahun No Kecamatan Volume produksi (kg) Nilai Volume produksi produksi (Rp x 1000) (kg) Nilai produksi (Rp x 1000) Muncar Pesanggaran Purwoharjo Wongsorejo Kalipuro Banyuwangi Kabat Rogojampi Tegaldlimo , , , , , , , , , , , , , , , , , ,0 Jumlah , ,9 Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008

6 28 Nilai produksi penangkapan ikan di laut Kabupaten Banyuwangi mengalami penurunan sebesar 6,6% atau Rp Hal tersebut seiring dengan penurunan volume produksinya yang sebesar 0,6% atau kg. Menurut petugas Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, penurunan tersebut merupakan dampak dari kenaikan harga BBM yang menyebabkan biaya operasional melaut semakin tinggi. 4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Muncar Letak PPP Muncar Pelabuhan Perikanan Pantai Muncar terletak di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi Jawa Timur. Kecamatan Muncar terletak di tepi pantai (Selat Bali) pada posisi Lintang Selatan dan " " ssbujur Timur yang memiliki teluk bernama Teluk Pangpang, serta mempunyai panjang pantai yang mencapai 13 km dengan pendaratan ikan sepanjang 4,5 km (UPT PPP Muncar, 2009). Jarak PPP Muncar dengan pusat Kecamatan Muncar adalah 2 km atau sekitar 10 menit, dengan kota kabupaten Banyuwangi sejauh 37 km dengan lama perjalanan sekitar 1,5-2 jam, serta dengan ibukota propinsi adalah 332 km yang dapat ditempuh antara 8-9 jam. Kecamatan Muncar mempunyai penduduk sebanyak jiwa dan masyarakatnya terutama dari segi struktur budaya nelayan terdiri dari suku Jawa, Madura, Osing, dan Bugis (UPT PPP Muncar, 2009). Dari total penduduk di Muncar, hanya sedikit yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan, yaitu jiwa (8,59%). Selebihnya penduduk Kecamatan Muncar bekerja di sektor industri, perdagangan, pertanian, dan lain sebagainya. Terdapat empat tempat pendaratan ikan (TPI) di PPP Muncar untuk membantu mendaratkan ikan dan pemasarannya, yaitu TPI Kalimoro, TPI Sampangan, TPI Tratas, dan TPI Pelabuhan (Gambar 2). Namun TPI yang masih beroperasi hingga saat ini hanya TPI Pelabuhan dan TPI Kalimoro. Tempat pelelangan ikan yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah TPI Pelabuhan.

7 '38" BT ' BT 8 24' LS Kec. Srono Desa Blambangan Desa Sumbersewu Desa Tembokrejo S E L A T B A L I Desa Tapanrejo Desa Tambakrejo Desa Kedungkrejo Desa Kedungringin PPI Kalimoro PPI Sampangan PPP Muncar PPI Tratas Desa Sumberberas Kec. Tegaldelimo Desa Ringin Putih SKALA 1: '38" BT ' BT 8 30' LS Sumber: UPT PPP Muncar, 2009 Gambar 2 Peta wilayah Kecamatan Muncar tahun 2008.

8 Potensi perairan laut Selat Bali memiliki potensi lestari untuk ikan pelagis yang dominan, yaitu lemuru (Sardinella lemuru) sebesar ton per tahun. Tingkat pengusahaan sumberdaya perikanan dan kelautan di Selat Bali sudah dilakukan secara intensif sehingga dinyatakan padat tangkap. Dalam pengembangan produksi penangkapan ikan di laut, bagi daerah-daerah perairan pantai yang telah padat tangkap atau krisis sumberdaya diupayakan untuk tidak ada penambahan usaha baru (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008) Unit penangkapan ikan 1) Kapal/perahu penangkapan ikan Kapal/perahu penangkapan ikan yang beroperasi di PPP Muncar dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu jenis kapal motor (KM), perahu motor tempel (PMT), dan perahu tanpa motor (PTM). Kapal motor sendiri terdiri dari kapal motor kurang dari 5 GT, 5-10 GT, dan GT. Jumlah armada penangkapan ikan yang berada di PPP Muncar selama periode tahun dapat dilihat pada Tabel 6 dan Gambar 3. Tabel 6 Perkembangan jumlah kapal/perahu penangkapan ikan di PPP Muncar tahun Tahun PTM PMT KM Jumlah Perkembangan < Jumlah (unit) (%) GT GT GT , , , , , , , , ,0 Sumber: TPI PPP Muncar, 2009 (*diolah kembali) Jumlah kapal atau perahu perikanan yang beroperasi di PPP Muncar pada kurun waktu mengalami fluktuasi dengan pertumbuhan total rata-rata

9 31 sebesar 10,6% per tahun. Jumlah kapal atau perahu penangkapan tersebut didominasi oleh jenis perahu motor tempel. Perahu motor tempel lebih diminati oleh nelayan Muncar karena dapat menempuh fishing ground yang lebih jauh daripada perahu tanpa motor dan juga harganya yang lebih murah dibandingkan dengan kapal motor. Selain itu keuntungan yang diperoleh juga lebih besar dibandingkan jenis armada lainnya. Jumlah perahu yang paling sedikit jumlahnya adalah perahu tanpa motor. Nelayan yang menggunakan perahu jenis ini biasanya merupakan nelayan kecil atau berasal dari golongan bawah. Jumlah armada (unit) Tahun PTM PMT KM Gambar 3 Perkembangan jumlah kapal/perahu penangkapan ikan di PPP Muncar tahun Keberadaan armada kapal motor di tahun 2000 disebabkan adanya program motorisasi dari pemerintah. Selain itu, bersamaan dengan jumlah perahu tanpa motor dan perahu motor tempel yang menurun menunjukkan bahwa nelayannelayan yang mengoperasikan alat tangkap dengan menggunakan perahu tanpa motor dan perahu motor tempel beralih ke kapal motor. Perkembangan perahu motor tempel pada periode tahun berfluktuasi cukup besar terutama periode tahun , , dan Pertumbuhan positif tertinggi terjadi pada periode tahun , yaitu 30,45% atau sebesar 327 unit, sedangkan pertumbuhan negatif terbesar terjadi pada periode tahun , yaitu turun sebanyak 11,42% atau sebesar 138 unit. Penurunan jumlah perahu motor tempel pada tahun 2001 dan 2004

10 32 diimbangi dengan berkurangnya jumlah nelayan, sedangkan pertambahan jumlah perahu motor tempel pada tahun 2007 diimbangi dengan bertambahnya jumlah nelayan sekitar 9% dari menjadi Pada tahun 2007 jumlah perahu motor tempel meningkat 30,93% menjadi unit. Pada tahun yang sama jumlah perahu tanpa motor berkurang 20,66% menjadi 96 unit, sedangkan jenis perahu lainnya tidak mengalami perubahan dari tahun sebelumnya. Berdasarkan perubahan jumlah kedua perahu tersebut dapat disimpulkan bahwa nelayan Muncar mulai beralih pada perahu motor tempel. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pendapatan para nelayan yang mampu memiliki perahu motor tempel Jumlah armada (unit) PTM PMT KM < 5 GT KM 5-10 GT KM GT Jenis kapal/perahu Gambar 4 Jumlah kapal/perahu perikanan berdasarkan jenisnya tahun Pada tahun 2008, jenis armada dengan jumlah terendah adalah jenis perahu tanpa motor, yaitu sebesar 96 unit (3,7%). Hal ini dikarenakan setelah adanya program motorisasi dari pemerintah, jumlah perahu tanpa motor menurun atau lebih sedikit dibandingkan perahu jenis lainnya. Jenis armada dengan jumlah tertinggi adalah perahu motor tempel, yaitu unit (54,5%), seperti telah dijelaskan sebelumya, karena perahu motor tempel lebih diminati oleh nelayan. Armada jenis lainnya, yakni kapal motor <5 GT memiliki jumlah sebesar 566 unit (22,0%), kapal motor 5-10 GT berjumlah 319 unit (12,4%) dan kapal motor GT sebanyak 189 unit (7,4%).

11 33 2) Alat tangkap Jenis alat tangkap ikan yang dioperasikan di wilayah PPP Muncar yaitu purse seine, payang, gillnet, rawai hanyut, pancing ulur, bagan tancap, dan sero. Perkembangan jumlah alat tangkap per jenis selama 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 7 dan Gambar 5. Tabel 7 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPP Muncar tahun Alat penangkapan ikan Perkembangan Tahun Purse Payannet hanyut ulur tancap lain (%)* Gill- Rawai Pancing Bagan Lain- Jumlah Sero seine , , , , , , , , ,03 Sumber: UPT PPP Muncar, 2009 (*diolah kembali) Jumlah alat tangkap yang beroperasi mengalami fluktuasi setiap tahunnya dan mengalami rata-rata perkembangan sebesar 2,41% per tahun. Jumlah alat tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2006, yaitu sebanyak unit, sedangkan jumlah alat tangkap terendah terjadi pada tahun 2001, yaitu unit. Penurunan terbanyak jumlah alat tangkap terjadi pada tahun 2007, yaitu turun 22,39% menjadi unit. Secara keseluruhan, jenis alat tangkap yang mengalami penurunan jumlah antara lain payang, gillnet, pancing ulur, dan bagan tancap. Pada tahun yang sama jumlah alat tangkap yang mengalami pertambahan jumlah adalah purse seine. Hal ini menunjukkan bahwa banyak nelayan di Muncar yang beralih ke jenis alat tangkap purse seine karena lebih menguntungkan daripada jenis alat tangkap lainnya.

12 Jumlah (unit) Tahun Pancing ulur Gill net Purse seine Gambar 5 Perkembangan alat tangkap dominan di PPP Muncar tahun Jumlah seluruh alat tangkap yang dioperasikan di PPP Muncar pada tahun 2008 berjumlah unit dengan didominasi oleh alat tangkap pancing ulur sebanyak 395 unit (18,60%) disusul oleh gillnet sebanyak 255 unit (12,01%), dan purse seine sebanyak 185 unit (8,71%). Pancing ulur memiliki jumlah terbanyak karena harganya yang murah dibandingkan jenis alat tangkap lain. Diantara alatalat tangkap tersebut, purse seine, payang, dan gillnet adalah alat tangkap yang paling produktif terutama untuk menangkap jenis ikan dominan di Muncar seperti lemuru, layang, dan tongkol. Hal ini dapat dilihat dari jumlah hasil tangkapan ketiga alat tangkap tersebut di PPP Muncar pada tahun 2008, yaitu jumlah hasil tangkapan purse seine sebesar kg (69,35%), payang sebesar kg (3,77%) dan gillnet sebesar kg (1,51%). Jumlah (unit) Purse seine Payang Gillnet Rawai hanyut Pancing ulur Bagan tancap Sero Lain-lain Jenis alat tangkap Gambar 6 Jumlah alat tangkap per jenis di PPP Muncar tahun 2008.

13 35 Jenis armada purse seine termasuk ke dalam perahu motor tempel. Dalam melakukan operasi penangkapan, nelayan purse seine menggunakan dua buah perahu kayu yang berukuran GT. Jenis armada gillnet menggunakan kapal kayu dengan mesin tempel. Kapal tersebut memiliki ukuran sebesar 3-5 GT. Fishing ground ketiga alat tangkap tersebut antara lain perairan Bomo, Karangente, Pengambengan, Senggrong, Tanjung Pasir, Teluk Pangpang, dan Wringin. Selain itu armada purse seine dapat beroperasi ke daerah yang lebih jauh, yaitu di sebelah Utara seperti perairan Celukan Bawang, Jangkar, Pandean, dan Pondokimbo. Perkembangan ketiga jenis alat tangkap dominan tersebut dapat dilihat pada Gambar 6. 3) Nelayan Nelayan di PPP Muncar terdiri atas nelayan asli dan nelayan andon. Nelayan asli adalah nelayan yang bertempat tinggal di sekitar Muncar dan seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Nelayan andon adalah nelayan pendatang yang berasal dari luar Muncar dan biasanya bersifat sementara yang jumlahnya bertambah pada saat musim ikan. Biasanya nelayan andon tersebut berasal dari Jawa Timur, terutama Madura, dan Bali. Tabel 8 Jenis dan jumlah nelayan di PPP Muncar tahun 2008 Jenis nelayan Jumlah nelayan (jiwa) Perkembangan* Tahun 2007 Tahun 2008 (%) Nelayan asli ,90 Nelayan andon ,14 Jumlah ,96 Sumber: UPT PPP Muncar, 2009 (*diolah kembali) Tabel 8 di atas menunjukkan jumlah nelayan di PPP Muncar pada tahun 2008, yaitu sebesar jiwa. Jumlah terbanyak adalah nelayan asli, yaitu sebesar jiwa (92,53%), yang merupakan penduduk asli Muncar ataupun pendatang yang telah menetap di Muncar. Nelayan sambilan berjumlah 533 jiwa (4,35%) dan yang terakhir adalah nelayan andon yang berjumlah 383 jiwa (3,12%). Jumlah nelayan asli di Muncar merupakan jumlah terbanyak di wilayah

14 36 Kabupaten Banyuwangi, yaitu sekitar 60% dari jumlah seluruh nelayan di Kabupaten Banyuwangi. Tabel 9 Perkembangan jumlah nelayan di PPP Muncar tahun Tahun Nelayan (jiwa) Jumlah Perkembangan* (%) , , , , , , , , ,96 Sumber: UPT PPP Muncar 2009 (*diolah kembali) Perkembangan jumlah nelayan di PPP Muncar pada tahun 1999 sampai tahun 2008 sangat berfluktuatif (Tabel 9). Jumlah nelayan di PPP Muncar selama kurun waktu cenderung meningkat dengan rata-rata perkembangan total sebesar 1,89%. Penurunan yang terjadi pada tahun 2001 diiringi dengan menurunnya jumlah alat tangkap Produktivitas unit penangkapan ikan Produktivitas unit penangkapan ikan merupakan kemampuan suatu alat tangkap untuk menangkap atau menghasilkan ikan. Menurut Depdiknas (2002), produkstivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu atau daya produksi. Selain alat tangkap purse seine, payang, dan gillnet, alat tangkap bagan juga merupakan alat tangkap produktif yang menangkap ketiga jenis ikan dominan, yaitu lemuru, layang, dan tongkol. Jumlah trip alat tangkap bagan pada tahun 2008 adalah 20 trip per bulan, sama dengan jumlah trip alat tangkap payang dan gillnet, sedangkan jumlah trip alat tangkap purse seine adalah 19 kali trip per bulan. Alat tangkap purse seine mampu menghasilkan hasil tangkapan rata-rata

15 37 12,1 ton per unit per bulan, payang 4,5 ton per unit per bulan, gillnet 0,4 ton per unit per bulan, dan bagan 0,2 ton per unit per bulan Aktivitas di PPP Muncar Aktivitas-aktivitas yang terjadi di PPP Muncar antara lain kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan, pengolahan ikan, unit penangkapan ikan, penyediaan kebutuhan melaut, dan pengelolaan pelabuhan perikanan. 1) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan hasil tangkapan (1) Pendaratan hasil tangkapan Proses pertama yang dilakukan dalam pendaratan hasil tangkapan adalah pembongkaran hasil tangkapan oleh anak buah kapal (ABK) masing-masing armada penangkapan. Di saat inilah dilakukan penyortiran hasil tangkapan berdasarkan jenis dan mutu ikan. Proses pembongkaran hasil tangkapan di PPP Muncar dilakukan di dermaga pelabuhan. Namun ada juga yang melakukan proses tersebut di luar dermaga pelabuhan seperti di sisi luar dermaga pelabuhan, di tepi pantai sekitar pelabuhan, atau di perairan jauh dari dermaga pelabuhan, karena kolam pelabuhan mengalami pendangkalan akibat sedimentasi sehingga diperlukan biaya tambahan menyewa ojek perahu untuk mengangkut hasil tangkapan ke dermaga pelabuhan. Hasil tangkapan didaratkan antara malam sampai pagi hari dan dilakukan sesuai dengan keadaan terangnya bulan di perairan Muncar. Bila bulan purnama muncul pada malam hari, maka nelayan menghentikan operasi penangkapan dan mendaratkan hasil tangkapannya pada malam hari. Semakin pagi bulan muncul semakin pagi pula hasil tangkapan didaratkan. Pendaratan hasil tangkapan dilakukan oleh buruh angkut atau yang lebih dikenal dengan sebutan manol serta para bakul atau yang lebih dikenal dengan sebutan belantik. Para belantik tersebut membeli ikan dengan cara langsung mendatangi palkah kapal atau menunggu di dermaga. Lamanya pendaratan tergantung dari banyaknya hasil tangkapan, jumlah ABK yang membongkar hasil tangkapan, dan jumlah buruh angkut, biasanya berkisar antara satu sampai dua

16 38 jam. Semakin banyak hasil tangkapan semakin lama pula proses pembongkaran yang dilakukan dan semakin banyak tenaga kerja semakin cepat proses pembongkaran dilakukan. Keranjang-keranjang bambu yang berisi hasil tangkapan tersebut diangkut oleh para buruh ke dermaga dan langsung dinaikkan ke truk untuk selanjutnya dibawa ke pabrik industri. Alat bantu yang digunakan untuk membongkar dan mendaratkan hasil tangkapan antara lain sekop, keranjang bambu yang biasa disebut kudung, keranjang plastik, tali tambang kecil, bambu sepanjang 1,5-2 m, jembatan kayu yang berfungsi menghubungkan kapal dengan dermaga, serta ember. Kapasitas keranjang bambu adalah 125 kg dengan tingkat kebersihan rendah, sedangkan kapasitas keranjang plastik adalah 60 kg dengan kondisi kebersihan sedang, dan ember/timba berkapasitas 20 kg dengan tingkat kebersihan sedang. Kondisi kebersihan rendah adalah kondisi dimana peralatan bantu yang digunakan tersebut kotor, sedangkan kondisi kebersihan sedang adalah kondisi dimana peralatan bantu yang digunakan tidak kotor namun tidak higienis karena masih tersisa sedikit kotoran pada alat tersebut. Dalam proses pendaratan ini biasanya terdapat alang-alang atau pengujur yang sudah menunggu di darmaga untuk meminta hasil tangkapan atau memungut hasil tangkapan yang terjatuh. (i) (ii) Gambar 7 (i) Pendaratan hasil tangkapan (ii) Pengangkutan hasil tangkapan... kapal purse seine tahun dari kapal tahun (2) Pemasaran/pelelangan hasil tangkapan Pelelangan di PPP Muncar tidak berjalan, sehingga pemasaran hasil tangkapan dilakukan sendiri oleh pihak yang menjual hasil tangkapan, yaitu

17 39 nelayan kepada pedagang pengumpul, supplier, atau pihak industri langsung. Biasanya nelayan juragan atau pemilik alat tangkap yang mendapat hasil tangkapan banyak seperti pada alat tangkap purse seine, menjual hasil tangkapannya dengan melalui pihak perantara atau pengambeg. Nelayan juragan tersebut hanya menerima hasil penjualan ikannya dan memberi upah kepada pihak perantara. Pelelangan tidak berjalan karena pihak nelayan dan pihak industri yang menolak diadakannya pelelangan disebabkan hasil tangkapan yang diperoleh sangat banyak, terutama untuk jenis lemuru. Dengan adanya lelang menyebabkan hasil tangkapan yang diterima pembeli mengalami penurunan mutu karena harus antre sekian banyak untuk dilelang. (i) (ii) Gambar 8 (i) Penjualan ikan di TPI (ii) Penimbangan lemuru berkualitas rendah tahun dalam keranjang di TPI tahun Hasil tangkapan yang berjumlah banyak dapat dijual kepada pihak industri di sekitar Muncar secara langsung ataupun melalui pihak perantara, sedangkan hasil tangkapan yang berjumlah sedikit biasanya dijual kepada para bakul/belantik yang sudah menunggu di dermaga dan TPI saat hasil tangkapan didaratkan. Pedagang kecil/belantik yang menunggu di dermaga menjual hasil tangkapan langsung ke pabrik tanpa perantara atau menjual hasil tangkapan ke pedagang besar/pengumpul. Pada umumnya nelayan memiliki hubungan khusus dengan belantik atau pengusaha industri, yaitu belantik/pedagang ikan atau pengusaha industri olahan ikan memberi uang yang dikenal dengan cegatan atau ambaan kepada nelayan sebelum melaut. Besarnya cegatan yang dibayarkan berbeda-

18 40 beda, tergantung kemampuan belantik dan pemilik industri serta ukuran kapal atau keahlian nelayan dalam mendapatkan ikan. Cegatan atau ambaan ini dilakukan agar hasil tangkapan nelayan dijual kepada pihak yang membayar cegatan dan tidak dijual kepada pedagang lain. Hasil wawancara dengan pedagang besar adalah cegatan sebesar Rp50-75 juta untuk perahu besar dengan peralatan baik dan Rp5 juta untuk perahu kecil. Sedangkan pedagang kecil memperoleh hasil tangkapan dari kapal-kapal besar dengan membayar cegatan atau ambaan kepada nelayan sebesar Rp ,00. Berdasarkan hasil wawancara dengan para pedagang ikan atau belantik di PPP Muncar, cukup banyak kendala yang ada dalam pemasaran, antara lain pembayaran dari pihak pabrik yang seringkali terlambat, ikan tidak habis terjual pada saat musim ikan karena kebutuhan pabrik sudah dipenuhi oleh pedagang ikan lainnya, ikan yang tidak habis terjual pada hari ikan didaratkan dibiarkan begitu saja sehingga mengalami penurunan mutu dan harga bila dijual keesokan harinya. Namun sebagian pedagang lebih memilih menjual ikan di hari yang sama pada saat ikan didaratkan dan ikan yang mutunya turun dijual ke industri penepungan dengan harga rendah, yaitu dari Rp3.000,00 per kilogram menjadi Rp1.500,00 per kilogram atau berkurang hingga 50%. Selain itu ikan yang dijual ke pabrik ditimbang kembali dan dipotong 5-7% sebagai pengganti berat air. Ada pula harga ikan yang dipotong oleh pihak industri Rp100,00 per kilogram untuk berat es. Bagi pedagang yang memperoleh ikan dari nelayan dan langsung menjual ikan dagangannya kepada konsumen, kendala dalam pemasaran adalah letak pasar yang cukup jauh sehingga memerlukan biaya transportasi, yaitu bahan bakar untuk sepeda motor pribadi, serta diperlukan es lebih banyak. (3) Pendistribusian hasil tangkapan Proses distribusi dimulai dari hasil tangkapan yang telah disortir didaratkan ke dermaga dan dibawa ke tempat pembeli yang telah menunggu di sekitar dermaga atau di TPI. Hasil tangkapan yang diperjualbelikan di dermaga tidak ditimbang terlebih dahulu, tetapi beratnya diketahui dari ukuran wadah yang sudah biasa dipakai, yaitu timba/ember cat yang berkapasitas 20 kg dan keranjang bambu/kudung yang berkapasitas kg. Sebaliknya pedagang yang berada di TPI melakukan penimbangan hasil tangkapan yang telah dibeli dari beberapa

19 41 nelayan dan pedagang kecil dengan timbangan milik mereka sendiri. Kemudian dilakukan transaksi penjualan dengan harga yang sesuai dengan mutu ikan. Ikan yang telah selesai diperdagangkan dibawa ke tempat industri. Sebelum keluar dari pelabuhan, ikan yang diangkut tersebut dicatat oleh petugas TPI di dua pos yang tersebar di pintu keluar bagi kendaraan pengangkut tersebut bila akan keluar pelabuhan. Jumlah retribusi untuk ikan yang berjumlah minimal sekitar 10 kwintal dan diangkut dengan menggunakan truk atau beberapa becak motor, ditentukan dengan cara melihat jenis ikan dan menghitung jumlah keranjang atau kudung yang diangkut tersebut. Selanjutnya dilakukan pencatatan data pemilik alat tangkap, jenis ikan, dan jumlah ikan. Pemilik dari alat tangkap atau nelayan juragan tersebut dapat diketahui dengan cara melihat tanda atau ciriciri yang terdapat di bagian luar keranjang, biasanya berupa gambar, tulisan, atau warna cat. Maka petugas TPI harus hapal dengan tanda kepemilikan tersebut agar penagihan uang retribusi tidak tertukar dengan nelayan juragan lainnya. Kesepakatan yang terjalin diantara nelayan dan petugas TPI dalam penarikan retribusi bahwa satu keranjang yang kapasitasnya penuh atau kg dianggap berisi 80 kg. Dengan demikian didapat jumlah hasil tangkapan yang dikenakan retribusi sebesar jumlah keranjang penuh dikalikan dengan 80 kg. Keranjang yang berisi ¾ ikan dihitung 60 kg, ½ keranjang dihitung sebanyak 40 kg, dan ¼ keranjang dihitung sebanyak 20 kg. Selanjutnya petugas TPI menagih uang retribusi sebesar 2% dengan cara mendatangi kediaman para nelayan juragan satu per satu. Hasil tangkapan yang berjumlah sedikit dan diangkut dengan menggunakan becak, becak motor, atau sepeda motor, besarnya retribusi ditentukan dengan cara mengambil hasil tangkapan sebanyak satu sampai dua buah piring per keranjang. Ikan-ikan tersebut kemudian dikumpulkan dan dijual dengan harga yang layak. Hasil penjualan tersebutlah yang akan menjadi nilai retribusi. Cara pengambilan retribusi dengan menggunakan piring tersebut dapat merusak hasil tangkapan karena benturan yang terjadi antara piring dengan ikan. Untuk mengurangi kerusakan fisik pada ikan seharusnya ikan yang diambil untuk retribusi sudah dipisahkan oleh nelayan, atau petugas TPI hanya mengambil ikan retribusi dari satu wadah saja dan tidak mengambil ikan pada setiap wadah.

20 42 (i) (ii) Gambar 9 (i) Alat timbangan milik pedagang (ii) Becak angkut di TPI tahun tahun (4) Penanganan ikan Penanganan ikan dilakukan sejak ikan ditangkap dengan cara disimpan di dalam palkah kapal dan diberi es. Sebelum terisi oleh hasil tangkapan, palkah dijadikan tempat untuk menyimpan es sejak dilakukan persiapan perbekalan. Pada kapal purse seine terdapat 6 palkah untuk menyimpan es atau hasil tangkapan. Palkah-palkah tersebut diberi nomor secara berurut. Pengisian palkah dilakukan secara berurut dari nomor satu dan seterusnya. Fungsi dari tindakan ini adalah agar mutu hasil tangkapan tidak tercampur pada setiap tahap penangkapan. Semakin akhir hasil tangkapan yang diperoleh dari penangkapan, tentu mutunya lebih bagus dibandingkan mutu hasil tangkapan pada operasi penangkapan pertama kali apabila tidak diberi penanganan yang baik. Saat hasil tangkapan didaratkan, penanganan ikan dilakukan hanya dengan menambah es bila dianggap perlu atau bila es sudah mencair. Hal tersebut hanya dilakukan oleh pedagang. Supplier atau perantara tidak melakukan penanganan khusus pada hasil tangkapan tersebut, tetapi hanya dengan segera mengantarkan hasil tangkapan ke industri begitu pendaratan selesai dilakukan. Hasil tangkapan cenderung diperlakukan dengan tidak hati-hati sehingga menyebabkan ikan rusak. Selain itu terdapat kesalahan dalam hal penanganan ikan yang dilakukan oleh pedagang, seperti menambahkan air kolam pelabuhan ke dalam wadah hasil tangkapan, membolak-balik atau mengaduk-aduk hasil tangkapan di dalam wadah, memindahkan hasil tangkapan dari wadah yang satu

21 43 ke wadah yang lainnya dengan tidak hati-hati atau sedikit dibanting, menyeret hasil tangkapan yang berukuran besar, dan lain sebagainya. Pada beberapa nelayan bagan, penanganan hasil tangkapan dilakukan dengan cara membiarkan hasil tangkapan untuk tetap hidup di dalam jaring yang masih mengapung di perairan pada saat hauling terakhir. Hasil tangkapan tersebut baru diangkat saat akan kembali menuju fishing base, sedangkan yang dilakukan nelayan gillnet dalam mempertahankan mutu hasil tangkapannya adalah dengan cara menambahkan air laut ke dalam box hasil tangkapan. 2) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengolahan ikan Aktivitas yang termasuk kelompok ini adalah pembekuan ikan dan pengolahan ikan. Kedua aktivitas tersebut tidak dilakukan oleh pihak pelabuhan, tetapi dilakukan oleh pihak industri. Aktivitas pembekuan ikan dilakukan oleh industri yang berlokasi di luar pelabuhan, sedangkan aktivitas pengolahan ikan dilakukan oleh industri baik yang berlokasi di dalam pelabuhan, yaitu industri ubur-ubur dan pengasinan, maupun industri yang berlokasi di luar pelabuhan, seperti industri pengalengan, pemindangan, pengasinan, penepungan, dan terasi, yang berjarak paling dekat 20 meter dari gerbang pelabuhan. 3) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan unit penangkapan ikan (1) Tambat Tambat di PPP Muncar dilakukan di dermaga pelabuhan, di dermaga sisi luar pelabuhan, di tepi pantai sekitar pelabuhan, dan di luar kolam pelabuhan. Kapal yang ditambatkan di luar dermaga pelabuhan dikarenakan kolam pelabuhan yang dangkal sehingga untuk kapal motor tempel yang berukuran besar tidak dapat bertambat labuh di dalam kolam pelabuhan. Nelayan menambatkan kapalnya antara lain pada bollard, tiang listrik di dermaga, batu besar pada breakwater, dan pasak di tepi pantai. (2) Perbaikan kapal dan mesin Perbaikan kapal biasanya dilakukan di area kolam pelabuhan. Namun ada juga perahu-perahu kecil yang diperbaiki di tepi pantai. Perbaikan mesin dapat dilakukan di bengkel pelabuhan.

22 44 (3) Pembuatan kapal Proses pembuatan kapal dilakukan di lahan dock yang terletak di sebelah pom bensin pelabuhan. Dock tersebut hanya berfungsi sebagai tempat pembuatan kapal, bukan tempat untuk memperbaiki kapal. Lahan dock tersebut dapat menampung tiga buah kapal berukuran 30 GT. Lahan sekitar dock yang tidak terpakai digunakan sebagai tempat parkir truk. (4) Perbaikan alat tangkap Perbaikan alat tangkap dapat dilakukan di sebelah kantor UPT pelabuhan dan di TPI. Biasanya alat tangkap yang diperbaiki di TPI ini adalah jenis alat tangkap purse seine. Sebelum diperbaiki, nelayan memeriksa keadaan alat tangkap apakah ada kerusakan atau tidak pada saat pendaratan hasil tangkapan. Alat tangkap tersebut dipindahkan dari perahu sedikit demi sedikit ke atas truk dan dari atas truk sudah menunggu beberapa orang nelayan yang memeriksa keadaan jaring sambil menyusun jaring tersebut. Perahu disandarkan dengan sisi lambung perahu menyentuh dermaga dan truk diparkir sejajar dengan perahu di tepi dermaga untuk mempermudah proses perpindahan alat tangkap. Gambar 10 Pemindahan alat tangkap purse seine tahun ) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan penyediaan kebutuhan melaut (1) Penyediaan air Air bersih di PPP Muncar diperoleh dengan menggunakan enam unit alat pompa yang pengadaannya dilakukan secara berangsur sejak tahun Sebelumnya, yaitu pada tahun 1994 sudah ada pengadaan alat pompa air laut yang

23 45 berjumlah dua unit dan menara air, namun alat tersebut sudah rusak. air bersih yang digunakan di TPI bersumber dari PDAM, sedangkan air bersih yang digunakan nelayan untuk perbekalan melaut dibeli di mushola pelabuhan atau di pabrik sekitar pelabuhan dengan menggunakan dirigen seharga Rp1.000,00 per becak. Biaya tersebut masuk ke kas mushola atau pabrik untuk membayar listrik. (2) Penyediaan es Penyediaan es untuk kebutuhan melaut dilakukan oleh pihak KUD, swasta, dan pemerintah. KUD memiliki pabrik es yang terletak di luar pelabuhan yang berjarak sekitar 300 meter dari pelabuhan, sedangkan lima pabrik es milik swasta terletak di Kecamatan Muncar, serta pabrik es milik pemerintah yang terletak di luar Kecamatan Muncar. Terdapat sebuah bangunan kecil di dalam area pelabuhan yang merupakan milik pengecer dan digunakan sebagai tempat penjualan dan penyimpanan atau persediaan es untuk sementara waktu sebelum es dijual kepada nelayan. Ada pula es yang diangkut dengan menggunakan truk dan selanjutnya langsung dibawa ke perahu. Harga es per balok adalah Rp5.500,00 untuk pelanggan tetap, sedangkan harga bagi pembeli yang tidak berlangganan adalah Rp6.000,00 per balok. Besarnya kebutuhan es pada saat musim ikan dapat mencapai balok per hari, namun bila sedang tidak musim ikan bisa saja tidak ada satu pun balok yang diperlukan karena tidak ada nelayan yang melaut. Gambar 11 Pengangkutan es dengan truk tahun (3) Penyediaan BBM Di dalam PPP Muncar terdapat pom bensin milik Pertamina yang terletak di bagian utara pelabuhan. Harga solar adalah Rp4.500,00 per liter untuk pembelian

24 46 secara tunai, sedangkan harga untuk pembelian dengan hutang adalah Rp5.000,00 per liter. Satu unit tangki BBM berkapasitas liter dapat digunakan oleh pengguna pelabuhan, sedangkan persedian solar yang diberikan kepada nelayan berkisar antara ton per hari. Jumlah ini tentu saja tidak mencukupi kebutuhan seluruh nelayan Muncar untuk melaut, oleh karena itu nelayan membeli solar ke dua pom bensin yang terletak di Kecamatan Muncar. (4) Penyediaan kebutuhan konsumsi Jenis trip yang biasa dilakukan oleh nelayan di PPP Muncar adalah one day fishing, sehingga tidak memerlukan konsumsi khusus untuk perbekalan melaut dan nelayan menyiapkan persediaan makanan masing-masing. Namun di area pelabuhan juga banyak terdapat warung makanan dan perbekalan yang dapat digunakan nelayan dan pengunjung. 5) Kelompok aktivitas yang berhubungan dengan pengelolaan pelabuhan perikanan (1) Pengelola fasilitas non komersial (UPT) Berdasarkan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1990 yang menetapkan Pangkalan Pendaratan Ikan sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas Perikanan Daerah, maka dibentuk suatu organisasi pengelola yang diberi nama Badan Pengelola Pangkalan Pendaratan Ikan (BPPPI). Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12/MK/2004, Muncar ditingkatkan statusnya dari Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) (UPT PPP Muncar, 2009). Tugas pokok UPT Pelabuhan Perikanan Pantai adalah sebagai berikut: Melaksanakan teknis pengelolaan PPP, memberikan bimbingan dan pembinaan kepada nelayan atau bakul, pengolah hasil perikanan, serta menyusun statistik dengan petunjuk dan kebijaksanaan yang diberikan oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Melaksanakan kegiatan PPP sesuai dengan uraian tugas dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

25 47 Melaksanakan pengamanan, pengawasan, dan pengendalian teknis atas pelaksanaan tugas dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur. Jumlah pegawai yang bekerja di UPT pada tahun 2008 adalah sebanyak 15 orang. Sebagian besar pegawai yang bekerja tersebut menempuh pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau sederajat, yaitu berjumlah 9 orang. Dari keseluruhan karyawan, 3 orang memiliki latar belakang pendidikan Strata 1 (S1), 2 orang diantaranya berasal dari jurusan perikanan, sedangkan 1 orang lainnya berasal dari jurusan pertanian. Selanjutnya 1 orang berlatar belakang pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dan 2 orang berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Struktur organisasi PPP terdiri dari tiga unsur, antara lain unsur pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas sebagai Kepala Pelabuhan Perikanan Pantai; unsur pembantu pemimpin, yaitu seseorang yang diserahi tugas sebagai Kepala Sub Bagian Tata Usaha yang bertanggungjawab kepada Kepala PPP; dan unsur pelaksana, yaitu beberapa orang yang diserahi tugas sebagai Kepala Seksi, diantaranya Kepala Seksi Kenelayanan, Seksi Pengusahaan Jasa, dan Kepala Seksi Sarana, bertanggung jawab kepada Kepala PPP. Struktur organisasi UPT PPP Muncar dapat dilihat pada Gambar 12. Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kepala Pelabuhan Sub Bagian Tata Usaha Seksi Kenelayanan Seksi Pengusahaan Jasa Seksi Sarana Sumber: UPT PPP Muncar, 2009 Gambar 12 Struktur organisasi UPT PPP Muncar tahun 2008.

26 48 Kegiatan operasional yang dilakukan oleh UPT, yaitu: 1) Kegiatan penarikan pas masuk dan parkir Kegiatan penarikan pas masuk dilakukan di pos jaga gerbang pelabuhan. Penarikan pas masuk tersebut meliputi pas masuk untuk orang, sepeda, becak, kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat atau lebih. Sesuai dengan kondisi PPP Muncar yang terletak di antara dua dusun, yaitu Dusun Sampangan dan Dusun Kalimati, maka penarikan pas masuk dapat dilakukan apabila yang bersangkutan membawa ikan baik terhadap masyarakat luar atau pun masyarakat yang bersangkutan. Kendaraan roda empat dengan tujuan rekreasi, sales dan study tour dapat dipungut sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kegiatan penarikan parkir meliputi parkir untuk kendaraan roda empat atau lebih (truk ikan) dan sepeda nelayan yang dititipkan ketika sedang melaut. Biaya untuk truk satu kali masuk adalah Rp1.500,00, untuk bus dan kendaraan roda 4 adalah Rp1.000, sedangkan untuk sepeda, becak, dan motor dikenakan biaya Rp500,00. 2) Kegiatan penarikan tambat labuh Kegiatan penarikan tambat labuh diberlakukan dua kelas tertentu, yaitu kapal berukuran GT dan >20 GT. Kegiatan ini dilakukan setiap bulan dengan melakukan penarikan biaya secara door to door saat nelayan sedang tidak melaut, biasanya pada saat terang bulan. Besarnya biaya adalah sebesar Rp20.000,00 untuk kapal GT dan Rp untuk kapal >20 GT. 3) Kegiatan penarikan sewa lahan dan gedung Kegiatan penarikan sewa lahan dilakukan terhadap lahan industri di dalam pelabuhan dan lahan docking. Kegiatan sewa gedung dilakukan terhadap pemakai gedung pemerintah di PPP kecuali yang dipergunakan oleh instansi terkait, Sat POL AIR, KUD Mino Blambangan, Petugas Syahbandar, Balai Pengobatan, dan Mushola. Biaya sewa lahan yang diberlakukan adalah sebesar Rp3.000 per m 2 per bulan, sedangkan untuk sewa gedung adalah Rp per m 2 dan Rp2.500 per m 2 untuk penyewaan gedung tanpa pemakaian listrik dan air. Bila gedung digunakan untuk acara sosial maka biaya sewa ditiadakan dan hanya perlu membayar biaya kebersihan sebesar Rp

27 49 4) Kegiatan penarikan jasa terhadap penggunaan alat Kegiatan penarikan jasa ini dilakukan bila terdapat peralatan PPP yang disewakan, misalnya box untuk menyimpan hasil tangkapan dan alat-alat perbaikan mesin, serta mesin pompa. Harga sewa box adalah Rp750 per buah per hari, sedangkan alat perbaikan mesin kapal dan mesin pompa adalah Rp5.000 per bulan. 5) Kegiatan penarikan lain-lain Kegiatan lain-lain yang dikenakan fee adalah penjualan es batu yang masuk ke pelabuhan. Biaya yang diberlakukan adalah Rp50 per balok es yang dibayar oleh pihak pabrik es. (2) Pengelola TPI Penyelenggaraan pelelangan ikan diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 32 Tahun Maksud dari penyelenggaraan pelelangan ikan, yaitu mendapatkan kepastian hukum, dan stabilitas harga yang layak bagi nelayan atau petani ikan maupun konsumen. Selain itu maksud dari penyelenggaraan pelelangan ikan adalah sebagai sarana pengumpulan data statistik perikanan dan sebagai pusat pembinaan nelayan atau petani ikan. Tujuan dari penyelenggaraan pelelangan ikan antara lain peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan atau petani ikan, peningkatan pengetahuan dan kemampuan nelayan atau petani ikan, pemberdayaan masyarakat nelayan atau petani ikan, serta peningkatan PAD. Ketentuan pidana untuk pelanggaran terhadap pasal 2, 4, 5, 7, dan 10 Perda 32 Tahun 2003, yaitu dikenakan pidana kurungan paling lama enam bulan atau denda paling banyak lima juta rupiah (Dinas Perikanan dan Kelautan Banyuwangi, 2008). Rincian pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut: Pasal 2: Maksud dan tujuan Pasal 4: (1) Semua ikan hasil tangkapan nelayan harus dijual secara lelang di TPI. (2) Penjualan secara dimaksud pada ayat (1) pasal ini, dapat diberlakukan juga terhadap hasil budidaya petani ikan. (3) Pengecualian terhadap ketentuan dimaksud pada ayat (1) pasal ini, hanya dilakukan atas izin Bupati atau pejabat yang ditunjuk.

28 50 Pasal 5: Penyelenggara pelelangan ikan harus menolak untuk menjual ikan yang ternyata beracun dan berbahaya. Pasal 7: (1) Untuk menyelenggarakan pelelangan ikan, penyelenggaraan lelang harus mendapat izin dari Bupati atau pejabat yang ditunjuk. (2) Izin dimaksud pada ayat (1) pasal ini diberikan atas permohonan penyelenggara pelelangan ikan. Pasal 10: (1) Penyelenggara pelelangan ikan wajib melaporkan kepada Bupati atau pejabat yang ditunjuk mengenai pelaksanaan tugasnya, baik teknis maupun administratif. (2) Tata cara dan bentuk laporan dimaksud pada ayat (1) ditetapkan lebih lanjut oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 33 Tahun 2003 tentang retribusi pelelangan ikan di Kabupaten Banyuwangi, retribusi TPI adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa pelayanan dan atau penyediaan Tempat Pelelangan Ikan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Wajib retribusi TPI adalah orang pribadi atau badan yang mendapat jasa pelayanan dan atau jasa tempat pelelangan ikan. Obyek retribusi adalah pelayanan penyediaan pelelangan ikan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. Subjek retribusi adalah orang atau badan yang menggunakan fasilitas berupa tempat pelelangan ikan. Prinsip dan sasaran penetapan struktur serta besarnya tarif retribusi didasarkan atas tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak dan pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien berorientasi pada harga pasar. Berdasarkan Perda No.33 Tahun 2003 dan SK. Bupati No.28 Tahun 2004, besarnya tarif retribusi ditetapkan 4% dari harga transaksi penjualan hasil lelang pada saat itu, dengan rincian 2% dipungut dari nelayan atau petani ikan atau penjual dan 2% dipungut dari pedagang atau bakul atau pembeli. Rincian penggunaan hasil retribusi adalah 50% untuk Pemerintah Kabupaten (disetor ke kas daerah) dan 50% untuk penyelenggaraan, pemeliharaan, dan pembinaan pelelangan ikan. Rincian penggunaan hasil retribusi dari TPI milik propinsi diatur menurut kesepakatan kedua belah pihak (Pemkab dan Pemprop).

29 51 Selanjutnya dikatakan bahwa biaya penyelenggaraan, pemeliharaan, dan pembinaan pelelangan ikan sebesar 50% dimaksud setelah dijadikan 100% penggunaannya diatur sebagai berikut: 1) 50% untuk biaya penggajian karyawan penyelenggara lelang 2) 10% untuk biaya ongkos kantor, dengan rincian: (1) 5% untuk biaya pengadaan alat tulis kantor, pembayaran langganan listrik, telepon, dan air, serta biaya pengadaan perlengkapan kerja dan biaya perjalanan; (2) 5% untuk biaya perawatan gedung, kebersihan, keindahan, dan keamanan TPI, serta biaya biaya timbal balik jasa pemanfaatan fasilitas TPI; 3) 20% untuk biaya kesejahteraan nelayan/petani ikan dan keluarganya, meliputi biaya kematian, bantuan biaya kecelakaan, bantuan saat paceklik, biaya pendidikan anak nelayan/petani ikan, dan biaya kesehatan; 4) 5% untuk keuntungan bagi penyelenggara pelelangan ikan; 5) 10% untuk biaya pembinaan dan bimbingan nelayan; serta 6) 5% untuk biaya pembinaan dan bimbingan penyelenggaraan pelelangan ikan Fasilitas PPP Muncar Fasilitas yang terdapat di PPP Muncar terdiri dari fasilitas pokok, fasilitas fungsional, dan fasilitas penunjang. 1) Fasilitas pokok (1) Lahan pelabuhan Lahan PPP Muncar seluas m 2 merupakan lahan yang terdiri dari m 2 PPI lama dan m 2 tambahan lahan dari hasil reklamasi masingmasing tahun 1965 dan Penggunaan lahan oleh para pemilik industri di dalam area pelabuhan dilakukan dengan cara menyewa lahan kepada pihak pengelola pelabuhan. Di wilayah yang terpisah dari pelabuhan, terdapat sebuah TPI yang bernama TPI Kalimoro yang merupakan hasil reklamasi dengan luas 1525 m 2. Lahan yang digunakan oleh para pemilik industri di dalam pelabuhan,

30 52 yaitu pengasin dan pengolah ubur-ubur, dikenakan biaya sewa yang dibayarkan kepada pengelola pelabuhan. (i) (ii) Gambar 13 (i) dan (ii) Lahan penjemuran ikan tahun (2) Dermaga Dermaga di PPP Muncar memiliki luas sebesar 6193 m 2. Selain itu terdapat jetty atau pier, yaitu tipe dermaga yang letaknya lebih menonjol ke laut dan biasanya dibangun untuk mendapatkan kedalaman yang diinginkan serta kedua sisinya yang dapat digunakan kapal untuk bertambat (Lubis et al., 2010). Luas jetty/pier tersebut adalah 800 m 2. Selain di dermaga, nelayan biasa menambatkan perahu yang berukuran kecil di sepanjang pantai sebelah utara pelabuhan. Fasilitas di dermaga yang digunakan untuk tambat adalah bollard yang terbuat dari kayu dan beton, serta tiang listrik. Cara kapal merapat di dermaga PPP Muncar adalah memanjang dimana sisi kapal sejajar dengan dermaga, cara tegak dimana haluan kapal menempel pada dermaga, dan cara miring dimana sisi depan kapal yang menempel pada dermaga. Keadaan dermaga di malam hari cukup gelap karena fasilitas lampunya sudah rusak, hanya beberapa saja yang masih bisa digunakan. Proses pembongkaran dan pendaratan hasil tangkapan yang dilakukan di malam hari tidak diterangi oleh lampu dermaga, melainkan dari lampu perahu yang melakukan pembongkaran, sedangkan untuk distribusi ikan dari dermaga sampai ke luar pelabuhan diterangi oleh lampu kendaraan.

31 53 (i) (ii) Gambar 14 Dermaga (i) di sebelah Barat, (ii) jetty/pier di sebelah Timur, tahun (3) Kolam pelabuhan Kolam pelabuhan di PPP Muncar memiliki luas sebesar m 2. Saat penelitian dilakukan, kolam tersebut tidak berfungsi secara optiimal karena terjadi pendangkalan di sebagian wilayah kolam, sehingga hanya kapal-kapal atau perahu-perahu berukuran kecil yang dapat bertambat labuh di dalam kolam pelabuhan. Kapal-kapal berukuran besar (KM GT) biasanya bertambat labuh di bagian tepi alur pelayaran atau ditambatkan di luar kolam pelabuhan dengan menggunakan jangkar. (i) (ii) Gambar 15 (i) Pendangkalan kolam (ii) Kapal bertambat di luar kolam pelabuhan tahun tahun (4) Breakwater Breakwater atau penahan gelombang di PPP Muncar memiliki panjang total sebesar 170 meter yang terdiri dari breakwater di sisi kanan sepanjang 100 meter dan sisi kiri sepanjang 70 meter. Ditinjau dari bentuk bangunannya, breakwater

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas

4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas 26 4. KEADAAN UMUM 4.1 Kedaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Kedaan geografis, topografi daerah dan penduduk 1) Letak dan luas Menurut DKP Kabupaten Banyuwangi (2010) luas wilayah Kabupaten Banyuwangi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun

4 KEADAAN UMUM. 25 o -29 o C, curah hujan antara November samapai dengan Mei. Setiap tahun 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Banyuwangi 4.1.1 Keadaan geografis, topografis, iklim, dan penduduk 1) Geografis dan topografis Kabupaten Banyuwangi terletak diantara koordinat 7 o 43` 8 o 46`

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Topografis dan Luas Wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kota yang berada di selatan pulau Jawa Barat, yang jaraknya dari ibu kota Propinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI Perairan Selat Bali merupakan perairan yang menghubungkan Laut Flores dan Selat Madura di Utara dan Samudera Hindia di Selatan. Mulut selat sebelah Utara sangat sempit

Lebih terperinci

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Letak Geografis Kabupaten Sukabumi yang beribukota Palabuhanratu termasuk kedalam wilayah administrasi propinsi Jawa Barat. Wilayah yang seluas 4.128 Km 2, berbatasan dengan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Indramayu Kabupaten Indramayu secara geografis berada pada 107 52'-108 36' BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN aa 16 a aa a 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Secara geografis Kabupaten Indramayu terletak pada posisi 107 52' 108 36' BT dan 6 15' 6 40' LS. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Palabuhanratu terletak di Kecamatan Palabuhanratu yang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Perikanan Tangkap 4.1.1 Armada Kapal Perikanan Kapal penangkapan ikan merupakan salah satu faktor pendukung utama dalam melakukan kegiatan penangkapan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah 4.1.1 Geografi, topografi dan iklim Secara geografis Kabupaten Ciamis terletak pada 108 o 20 sampai dengan 108 o 40 Bujur Timur (BT) dan 7 o

Lebih terperinci

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Geografis dan Administratif Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru terbentuk di Provinsi Sulawesi Tengah berdasarkan Undang-Undang Nomor 51 tahun

Lebih terperinci

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU

6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6 KINERJA OPERASIONAL PPN PALABUHANRATU 6.1 Tujuan Pembangunan Pelabuhan Tujuan pembangunan pelabuhan perikanan tercantum dalam pengertian pelabuhan perikanan dalam Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Kota Serang 4.1.1 Letak geografis Kota Serang berada di wilayah Provinsi Banten yang secara geografis terletak antara 5º99-6º22 LS dan 106º07-106º25

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Daerah Penelitian Kabupaten Kupang merupakan kabupaten yang paling selatan di negara Republik Indonesia. Kabupaten ini memiliki 27 buah pulau, dan 19 buah pulau

Lebih terperinci

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Kota Serang Kota Serang adalah ibukota Provinsi Banten yang berjarak kurang lebih 70 km dari Jakarta. Suhu udara rata-rata di Kota Serang pada tahun 2009

Lebih terperinci

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini

34 laki dan 49,51% perempuan. Jumlah ini mengalami kenaikan sebesar 0,98% dibanding tahun 2008, yang berjumlah jiwa. Peningkatan penduduk ini 33 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Trenggalek 4.1.1 Keadaan geografi Kabupaten Trenggalek terletak di selatan Provinsi Jawa Timur tepatnya pada koordinat 111 ο 24 112 ο 11 BT dan 7 ο

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 20 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis, Letak Topografi dan Luas Sibolga Kota Sibolga berada pada posisi pantai Teluk Tapian Nauli menghadap kearah lautan Hindia. Bentuk kota memanjang

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Georafis dan Topografi Palabuhanratu merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di wilayah Kabupaten Sukabumi. Secara geografis, Kabupaten Sukabumi terletak

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Pandeglang 4.1.1 Keadaan geografis dan topografi Wilayah Kabupaten Pandeglang secara geografis terletak antara 6 21-7 10 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian, klasifikasi dan fungsi pelabuhan perikanan Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara wilayah daratan dan lautan yang dipergunakan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 15 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografis dan Topografis Kabupaten Indramayu terletak di pesisir utara Pantai Jawa, dengan garis pantai sepanjang 114 km. Kabupaten Indramayu terletak pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI JASA USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI POSO, Menimbang : a. bahwa retribusi jasa usaha

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara geografis terletak di antara 6 0.57`- 7 0.25`

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DISUSUN OLEH BAGIAN HUKUM

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Luas Wilayah, dan Administrasi Pemerintahan Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Provinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0

Lebih terperinci

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Lamongan 23 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Geografi dan Topografi Kecamatan Brondong merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Timur. Brondong adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Lamongan,

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Wilayah Banten berada pada batas astronomi 5º7 50-7º1 11 Lintang Selatan dan 105º1 11-106º7 12 Bujur Timur. Luas wilayah Banten adalah

Lebih terperinci

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN

Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm ISSN Berkala Perikanan Terubuk, Februari 2013, hlm 102 108 ISSN 0126-4265 Vol. 41. No.1 PERANAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DALAM PEMASARAN IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) KEC.

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 2.2 Fungsi dan Peran Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Menurut Lubis (2000), Pelabuhan Perikanan adalah suatu pusat aktivitas dari sejumlah industri perikanan, merupakan pusat untuk semua kegiatan perikanan,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 07 TAHUN 2009 ( DICABUT ) T E N T A N G RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DI KABUPATEN BONE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN

3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 38 3 DESKRIPSI UMUM DAERAH PENELITIAN 3.1 Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kabupaten Situbondo merupakan salah satu Kabupaten di Jawa Timur yang dikenal dengan daerah wisata pantai Pasir Putih dan cagar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis, Letak Topografis dan Luas Wilayah Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Propinsi Jawa Barat dan terletak pada 107 0 31 107 0

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 1 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 13 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN

Lebih terperinci

7 KAPASITAS FASILITAS

7 KAPASITAS FASILITAS 71 7 KAPASITAS FASILITAS 7.1 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Cituis sejak tahun 2000 hingga sekarang dikelola oleh KUD Mina Samudera. Proses lelang, pengelolaan, fasilitas,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 78 IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kecamatan Teluk Betung Selatan 1. Keadaan Geografis Kecamatan Teluk Betung Selatan merupakan salah satu dari 20 kecamatan yang terdapat di Kota Bandar

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI AREA

BAB III DESKRIPSI AREA 32 BAB III DESKRIPSI AREA 3.1. TINJAUAN UMUM Dalam rangka untuk lebih meningkatkan pendapatan asli daerah dan meningkatkan keindahan serta menjaga kelestarian wilayah pesisir, sejak tahun 1999 Pemerintah

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum PPN Palabuhanratu Secara geografis Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu (PPN Palabuhanratu) terletak pada posisi 06 59 47, 156 LS dan 106 32 61.

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Karangantu merupakan suatu pelabuhan yang terletak di Kota Serang dan berperan penting sebagai pusat kegiatan perikanan yang memasok sebagian besar

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Desa Blanakan Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi

4 KEADAAN UMUM. 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 16 4 KEADAAN UMUM 4.1Keadaan umum Kabupaten Sukabumi 4.1.1 Letak geografis Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Provinsi Jawa Barat dengan jarak tempuh 96 km dari Kota Bandung dan 119 km dari Kota Jakarta.

Lebih terperinci

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI

8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI 8 AKTIVITAS YANG DAPAT DITAWARKAN PPI JAYANTI PADA SUBSEKTOR WISATA BAHARI Aktivitas-aktivitas perikanan tangkap yang ada di PPI Jayanti dan sekitarnya yang dapat dijadikan sebagai aktivitas wisata bahari

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Daerah Penelitian 5.1.1. Letak Geografis Teluk Pelabuhanratu Kabupaten Sukabumi, merupakan salah satu daerah perikanan potensial di perairan selatan Jawa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Palabuhnratu merupakan daerah pesisir di selatan Kabupaten Sukabumi yang sekaligus menjadi ibukota Kabupaten Sukabumi. Palabuhanratu terkenal

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian (1) Letak dan Kondisi Geografis Palabuhanratu merupakan ibukota Kabupaten Sukabumi, Palabuhanratu juga merupakan salah satu kecamatan yang terdapat di

Lebih terperinci

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA

5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA 5 PPI MEULABOH DAN KONDISI OPERASIONALNYA 5.1 Keadaan Umum 5.1.1 Letak dan sejarah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Meulaboh secara geografis terletak pada 4 0 07 30 LU dan 96 0 30 BT dan terletak di wilayah

Lebih terperinci

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU

5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5 HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA PALABUHANRATU 5.1 Jenis dan Volume Produksi serta Ukuran Hasil Tangkapan 1) Jenis dan Volume Produksi Hasil Tangkapan Pada tahun 2006, jenis

Lebih terperinci

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN

5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN 5 AKTIVITAS DISTRIBUSI HASIL TANGKAPAN Aktivitas pendistribusian hasil tangkapan dilakukan untuk memberikan nilai pada hasil tangkapan. Nilai hasil tangkapan yang didistribusikan sangat bergantung kualitas

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Luas Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara geografis terletak pada 104 0 50 sampai 109 0 30 Bujur Timur dan 0 0 50 sampai 4 0 10 Lintang

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

6 HASIL DAN PEMBAHASAN

6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6 HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Riil Fasilitas Kebutuhan Operasional Penangkapan Ikan di PPN Karangantu Fasilitas kebutuhan operasional penangkapan ikan di PPN Karangantu dibagi menjadi dua aspek, yaitu

Lebih terperinci

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN

BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN BAB 2 KONDISI GEOGRAFIS DAERAH PENELITIAN DAN INFORMASI MENGENAI MASYARAKAT PESISIR DI PPP CILAUTEUREUN 2.1 Profil Daerah Penelitian Sub bab ini akan membahas beberapa subjek yang berkaitan dengan karakteristik

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) REPUBLIK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK LAPORAN TAHUNAN TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) R AH A S I A BLOK I. KETERANGAN IDENTITAS 1. Provinsi 2. Kabupaten/Kota *) 3. Kecamatan 4. Desa/Kelurahan *) 5. Data

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG RETRIBUSI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 50 5 KONDISI AKTUAL PENDARATAN DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Pelabuhan Perikanan, termasuk Pangkalan Pendaratan Ikan (PP/PPI) dibangun untuk mengakomodir berbagai kegiatan para

Lebih terperinci

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUWANGI DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN BANYUWANGI Luas Wilayah : 5.782,5 Km² Jumlah Penduduk : 1.627.130 Kepadatan Penduduk : 281 Jiwa/Km 2 (Kondisi Tahun 2013) Hutan : 31,72% Persawahan : 11,53% Perkebunan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang

VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP. Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang VI. KARAKTERISTIK PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP.. Rumahtangga Nelayan Rumahtangga nelayan merupakan salah satu potensi sumberdaya yang berperan dalam menjalankan usaha perikanan tangkap. Potensi sumberdaya

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis

4 KEADAAN UMUM. 4.1 Letak dan Kondisi Geografis 29 4 KEADAAN UMUM 4.1 Letak dan Kondisi Geografis Keadaan geografi Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu kabupaten yang memiliki luas laut yang cukup besar. Secara geografis Kabupaten Aceh Besar berada

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kabupaten Serang 4.1.1 Letak geografis dan kondisi perairan pesisir Pasauran Serang Secara geografis Kabupaten Serang terletak pada koordinassi 5 5 6 21 LS dan 105

Lebih terperinci

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh

4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh Letak topografis dan geografis Banda Aceh 22 4. KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Umum Kota Banda Aceh 4.1.1 Letak topografis dan geografis Banda Aceh Kota Banda Aceh terletak di ujung barat Pulau Sumatera. Perairan Kota Banda Aceh secara umum dipengaruhi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara 2.2 Kegiatan Operasional di Pelabuhan Perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) merupakan pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II. Pelabuhan ini dirancang untuk melayani kapal perikanan yang

Lebih terperinci

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 36 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Usaha Kecil Pengolahan Ikan di PPP Muncar Menurut UU No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berkumpulnya nelayan dan pedagang-pedagang ikan atau pembeli ikan dalam rangka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) 2.1.1. Pengertian Tempat Pelelangan Ikan TPI kalau ditinjau dari menejemen operasi, maka TPI merupakan tempat penjual jasa pelayanan antara lain

Lebih terperinci

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 40 V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 5.1. Kondisi Fisik Geografis Wilayah Kota Ternate memiliki luas wilayah 5795,4 Km 2 terdiri dari luas Perairan 5.544,55 Km 2 atau 95,7 % dan Daratan 250,85 Km 2 atau

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Pelabuhan Perikanan Berdasarkan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.16/MEN/2006, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Desa Lebih terletak di Kecamatan Gianyar, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali dengan luas wilayah 205 Ha. Desa Lebih termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 25 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Cirebon 4.1.1 Kondisi geografis dan topografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi Secara geografis Kabupaten Halmahera Utara terletak antara 127 O 17 BT - 129 O 08 BT dan antara 1 O 57 LU - 3 O 00 LS. Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Lokasi a. Letak Geografis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kota Gorontalo merupakan ibukota Provinsi Gorontalo. Secara geografis mempunyai luas 79,03 km 2 atau 0,65 persen dari luas Provinsi

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Seram Bagian Timur memiliki luas wilayah 20.656.894 Km 2 terdiri dari luas lautan 14,877.771 Km 2 dan daratan 5,779.123 Km 2. Dengan luas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka Wilayah laut Indonesia kaya akan ikan, lagi pula sebagian besar merupakan dangkalan. Daerah dangkalan merupakan daerah yang kaya akan ikan sebab di daerah dangkalan sinar

Lebih terperinci

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pelabuhan Perikanan Pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung kegiatan masyarakat perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun aspek pemasarannya

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian lapang dilakukan pada bulan Mei 2009. Penelitian bertempat di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Muncar, Kabupaten Banyuwangi, Propinsi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI

Lebih terperinci

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi

VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN. perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah alokasi VIII. PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP YANG BERKELANJUTAN Hasil analisis LGP sebagai solusi permasalahan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali memperlihatkan jumlah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1 Kondisi Umum Kecamatan Labuan 5.1.1 Kondisi Geografis Kecamatan Labuan terletak di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Daerah ini memiliki luas 15,65 Km 2. Kecamatan Labuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dengan wilayah laut yang lebih luas daripada luas daratannya. Luas seluruh wilayah Indonesia dengan jalur laut 12 mil adalah lima

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, di mana sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.955, 2011 KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Juknis. DAK. Tahun 2012 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.50/MEN/2011 TENTANG PETUNJUK

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 21 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Palabuhanratu Secara astronomis wilayah Palabuhanratu berada pada 106º31' BT-106º37' BT dan antara 6 57' LS-7 04' LS, sedangkan secara administratif

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang :

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi

4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi 20 4 KEADAAN UMUM 4.1 Keadaan Geografi Kabupaten Cirebon dengan luas wilayah 990,36 km 2 merupakan bagian dari wilayah propinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur Jawa Barat dan merupakan batas sekaligus

Lebih terperinci

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS

6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 99 6 AKTIVITAS PENDARATAN DAN PEMASARAN HASIL TANGKAPAN DI PANGKALAN-PANGKALAN PENDARATAN IKAN KABUPATEN CIAMIS 6.1 PPI Pangandaran 6.1.1 Aktivitas pendaratan hasil tangkapan Sebagaimana telah dikemukakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NO : 2 2001 SERI : B PERATURAN DAERAH KABUPATEN BEKASI NOMOR : 7 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BEKASI Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara umum perikanan tangkap di Indonesia masih didominasi oleh usaha perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya 15% usaha perikanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara kepulauan terluas di dunia, dengan panjang pantai 81.000 km serta terdiri atas 17.500 pulau, perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap sektor

Lebih terperinci

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI

8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 131 8 SELEKSI ALAT TANGKAP DAN TEKNOLOGI YANG TEPAT DALAM PEMANFAATAN SUMBERDAYA LEMURU (Sardinella lemuru Bleeker 1853) DI SELAT BALI 8.1 Pendahuluan Mewujudkan sosok perikanan tangkap yang mampu mempertahankan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis

KEADAAN UMUM. 4.1 Letak Geografis III. KEADAAN UMUM 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bangka Selatan, secara yuridis formal dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka

Lebih terperinci

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN

5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN 62 5 KONDISI AKTUAL FASILITAS DAN PELAYANAN KEPELABUHANAN TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN Ikan yang telah mati akan mengalami perubahan fisik, kimiawi, enzimatis dan mikrobiologi yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN

KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN KAJIAN PRODUKSI HASIL TANGKAPAN DIDARATKAN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN SEPTANTY DIAH BAYU WITRY MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan Pengertian pelabuhan perikanan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Pelabuhan Perikanan 2.1.1 Pengertian pelabuhan perikanan Menurut Ditjen Perikanan Deptan RI, pelabuhan perikanan adalah pelabuhan yang secara khusus menampung

Lebih terperinci

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE

6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE 76 6 KEBUTUHAN FASILITAS TERKAIT PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DI PPI MUARA ANGKE Fasilitas PPI Muara Angke terkait penanganan hasil tangkapan diantaranya adalah ruang lelang TPI, basket, air bersih, pabrik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa potensi sumber daya ikan perlu dimanfaatkan secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PUNGUTAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JENEPONTO, Menimbang : a. bahwa sumber

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311 1 BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 12 TAHUN 2003 T E N T A N G IZIN USAHA PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun

Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun LAMPIRAN 96 97 Lampiran 1 Data dan grafik produksi ikan yang didaratkan di PPI Muara Angke tahun 2005-2009 Tahun Produktivitas Produksi Pertumbuhan Ratarata per Pertumbuhan ikan yang Rata-rata didaratkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 16/MEN/2006 TENTANG PELABUHAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pasal 41 Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004

Lebih terperinci

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP

5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 30 5 TINGKAT KEBUTUHAN ES UNTUK KEPERLUAN PENANGKAPAN IKAN DI PPS CILACAP 5.1 Kapal-kapal Yang Memanfaatkan PPS Cilacap Kapal-kapal penangkapan ikan yang melakukan pendaratan seperti membongkar muatan

Lebih terperinci

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 31 4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kota Jakarta Utara Keadaan umum Kota Jakarta Utara dikemukakan dalam subbab 4.1.1 sampai dengan 4.1.3 di bawah ini ; meliputi keadaan geografis, keadaan

Lebih terperinci