BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulasi yang diterima dari luar. Oleh karena itu ada stimulasi tersebut, maka

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulasi yang diterima dari luar. Oleh karena itu ada stimulasi tersebut, maka"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Konsep Perilaku Perilaku adalah respon/reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar dan dari dalam dirinya sendiri (Ali, 2010), menurut Skinner (1938) dikutip Notoatmodjo (2012), menyatakan bahwa perilaku merupakan respon terhadap stimulasi yang diterima dari luar. Oleh karena itu ada stimulasi tersebut, maka akan terjadi perilaku pada organisme tersebut yang merupakan respon, sehingga teori ini dinamakan S-O-R atau Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respons-respon yang relatif tetap. 2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulasi ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Perilaku Tertutup (covert behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert), respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih 6

2 terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain, maka disebut covert behaviour atau unobservable behaviour. 2. Perilaku terbuka (overt behaviour) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah diamati atau dilihat, maka disebut overt behaviour. Perilaku manusia itu didorong oleh motif tertentu sehingga manusia berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang perilaku (Machfoedz dan Suryani, 2007) : 1. Teori Naluri (Instinc Theory) Menurut McDougall perilaku itu disebabkan oleh naluri. Naluri merupakan perilaku yang innate, perilaku yang bawaan dan naluri akan mengalami perubahan karena pengalaman. Pendapat McDougall ini mendapatkan tanggapan yang cukup tajam dari F. Allport yang menerbitkan buku Psikologi Sosial pada tahun 1942, yang berpendapat bahwa perilaku manusia itu disebabkan oleh banyak faktor, termasuk orang-orang yang ada disekitarnya dengan perilakunya 2. Teori Dorongan (Drive Theory) Teori ini bertitik tolak pada pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan atau drive tertentu. Dorongan- 7

3 dorongan ini berkaitann dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku. Bila organisme ini mempunyai kebutuhan dan organisme ingin memenuhi kebutuhannya maka akan terjadi ketegangan dalam diri organisme itu. Bila organisme berperilaku dan dapat memenuhi kebutuhannya, maka akan terjadi pengurangan atau reduksi dari dorongan-dorongan tersebut, oleh karena itu menurut Hull disebut juga teori drive reduction. 3. Teori Intensif (Incentive Theory) Dengan intensif akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku. Insentif atau disebut juga reinforcement ada yang positif dan negatif. Reinforcement positif adalah yang berkaitan dengan hadiah atau award, sedangakan reinforcement negatif adalah yang berkaitan dengan sanksi sehingga dapat mengahambat organisme dalam berperilaku, ini berarti perilaku timbul karena adanya insentif atau reinforcement. 4. Teori Atribusi Teori ini menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku orang. Apakah perilaku tersebut disebabkan oleh disposisi internal (misal motif, sikap dsb) atau keadaan eksternal. Teori ini dikemukakan oleh Fritz Heider dan teori ini menyangkut lapangan psikologi sosial. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi interna, tetapi juga dapat atribusi eksternal. 8

4 2.1.2 Perilaku Kesehatan Berdasarkan batasan perilaku dari skinner pada pembahasan sebelumnya, maka perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Maka perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan mejadi tiga kelompok, yaitu: 1. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance) Perilaku pemeliharaan kesehatan adalah usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit dan usaha untuk penyembuhan. Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga aspek, yaitu: a. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit bila sakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari penyakit. b. Perilaku peningkatan kesehatan apabila seseorang dalam keadaan sehat. c. Perilaku gizi (makanan dan minuman). 2. Perilaku pencarian atau penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). Tindakan atau perilaku ini mulai dari megobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri. 9

5 3. Perilaku kesehatan lingkungan Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang (organisme) merespons lingkungan terhadap stimulus yang diterima, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya, dapat disimpulkan bahwa perilaku kesehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan seseorang dalam mengelola lingkungannya sehingga tidak menyebabkan sakit baik bagi diri sendiri maupun anggota keluarga yang lain serta masyarakat sekitar. Misalnya, bagimana mengelola pembuangan tinja, air minum, tempat pembuangan sampah, pembuangan limbah dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012) Bentuk-Bentuk Perilaku Benyamin Bloom membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a). Perilaku kongnitif (kesadaran, pengetahuan), b).afektif (emosi), c). Psikomotor (gerakan, tindakan). Menurut Kihajar Dewantoro membagi perilaku manusia ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni: a). Cepta (peri akal), b). Rasa ( peri rasa), c). Karsa (peri tindak). Menurut Ahli-ahli lain a). Knowledge (pengetahuan), b). Attitude (sikap), c). Practice (tindakan) ( Ali, 2002). 10

6 Perkembangannya untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni: 1. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan menusia diperoleh melalui mata dan telinga.pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior). a. Proses Adopsi Perilaku Pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), seperti yang dikutip Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : 1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. 2. Interest,yakni orang tertarik kepada stimulus. 3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. 4. Trial, yakni orang mulai mencoba perilaku baru. 5. Adaption, yakni subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 11

7 b. Tingkat Pengetahuan di Dalam Domain Kognitif Pengatahuan yang tercakup di dalam doamain kognitif mempunyai 6 tingkatan : (Notoatmodjo, 2012) 1. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajri sebelumnya. 2. Memehami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitanya satu sama lain. 5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 12

8 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. 2. Sikap (attitude) Menurut L.L Thurston, sikap sebagai tindakan kecenderungan yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan objek psikologis. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang emosional terhadap stimulus sosial. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Menurut Notoatmodjo (2012) sikap dibedakan atas beberapa tindakan : 1. Menerima (Receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek). 2. Merespon (Responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang tinggi. 13

9 Menurut Allport (1954) bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu : 1. Keyakinan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 2. Kepercayaan, ide, konsep terhadap suatu konsep. 3. Kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh dalam pembentukan sikap, pengetahuan, berfikir, keyakina dan emosional memegang peranan yang sangat penting (Notoatmodjo, 2012). 3. Praktek atau tindakan (Practice) Suatu sikap belum pasti akan dilakukan dalam bentuk tindakan (overt behavior). Bahwa untuk menunjukkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Sikap ibu yang positif terhadap imunisasi harus mendapatkan konfirmasi dari suaminya, dan ada fasilitas imunisasi yang mudah dicapai, agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua dan lain-lain. Tingkat-tingkat praktek : 1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya. 14

10 2. Respons Terpimpin (Guided Responses) Melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupkan indiktor prektek tingkat dua. Misalnya, seorang ibu dapat memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotongmotongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya. 3. Mekanisme (Mecanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. Misalnya seorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 4. Adaptasi (Adaptation) Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya tindakan itu sudah dimodifikasianya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana Determinan Perilaku Menurut Lawrence Green (1980), seperti yang dikutip Notoatmodjo (2012), perilaku ditentekan oleh 3 faktor utama, yaitu: 1. Faktor presisposisi (predisposing factors) Faktor-faktor yang dapat mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku pada diri seseorang atau masyarakat adalah pengetahuan dan sikap 15

11 seseorang atau masyarakat tersebut terhadap apa yang akan dilakukan. Misalnya perilaku ibu untuk memeriksakan kehamilannya akan dipermudah apabila ibu tersebut tahu apa manfaat periksa hamil, tahu siapa dan dimana periksa hamil tersebut dilakukan. 2. Faktor pemungkin (enabling factors) Faktor pemungkin atau pendukung (enabling) perilaku adalah fasilitas, saran atau prasarana yang mendukung atau yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Misalnya, untuk terjadinya perilaku ibu periksa hamil, maka diperlukan bidan atau dokter, fasilitas periksa hamil seperti puskesmas, rumah sakit, klinik, posyandu dan sebagainya. 3. Faktor penguat (reinforcing factors) Pengetahuan, sikap dan fasilitas yang tersedia kadang-kadang belum menjamin terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat. Sering terjadi bahwa masyarakat sudah tahu manfaat keluarga berencana (ber-kb) dan juga telah tersedia di lingkungannya fasilitas pelayanan KB, tetapi mereka belum ikut KB karena alasan yang sederhana. 2.2 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Menurut Permenkes RI No.2269/MENKES/PER/XI/2011 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan lingkungan harus 16

12 dipraktikkan perilaku mencuci tangan dengan sabun, pengelolahan air minum dan makanan yang memenuhi syarat, menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di dalam ruangan dan lain-lain. Perilaku hidup bersih dan sehat merupakam salah satu program prioritas pemerintah melalui puskesmas dan menjadi sasaran luaran dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, seperti yang disebutkan pada Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan tahun (Kemenkes, 2011). Sasaran PHBS tidak hanya terbatas tentang hygiene, namun harus lebih komprehensif dan luas, mencakup perubahan lingkungan fisik, lingkungan biologi dan lingkungan sosial-budaya masyarakat sehingga tercipta lingkungan yang berwawasan kesehatan dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan fisik seperti sanitasi dan hygiene perorangan, keluarga dan masyarakat, tersedianya air bersih, lingkungan perumahan, fasilitas mandi, cuci dan kakus (MCK) dan pembuangan sampah serta limbah. Lingkungan biologi adalah flora dan fauna. Lingkungan sosial-budaya seperti pengetahuan, sikap perilaku dan budaya setempat yang berhungan dengan PHBS. Kaitan perilaku tentang kesehatan yang dilakukan atas dasar kesadaran, yang membuat individu, keluarga dan masyarakat mampu menolong dirinya sendiri dan berperan aktif dalam memelihara dan meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat (Maryunani, 2013). 17

13 2.2.1 Tujuan Peningkatan PHBS Membudayanya perilaku hidup bersih dan sehat bagi perorangan, keluarga/kelompok, masyarakat umum, meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2011) Manfaat PHBS Promkes Depkes RI (2006) menjelaskan beberapa manfaat akan diperoleh apabila menerapkan PHBS dalam kehidupan, yaitu : 1. Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat. 2. Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan. 3. Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada. 4. Masyarakat mampu mengembangkan Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM) seperti Posyandu, Jaminan Pemeliharan Kesehatan, Pondok Bersalin Desa (Polindes) dan lain-lain Konsep Tatanan Tatanan adalah suatu tempat dimana manusia secara aktif memanipulasi lingkungan, sehingga menciptakan dan sekaligus juga mengatasi masalahmasalahnya dibidang kesehatan, maka pembinaan PHBS harus disesuaikan untuk masing-masing tatanan. Adanya lima tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat umum dan tatanan fasilitas kesehatan. Pembinaan PHBS dilakukan melalui pendekatan tatanan, 18

14 karena setiap orang hidup dalam tatanannya yang saling mempengaruhi dan menimbulkan interaksi yang dinamis antarberbagai pribadi dalam tatanannya, sehingga dapat memacu peningkatan perilaku positif antar anggota dalam tatanan tersebut untuk mementau, menilai dan mengukur tingkat kemajuan tatanan agar lebih mudah dibandingkan dengan perorangan (Depkes, 2011) PHBS di Berbagai Tatanan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat mencakup semua perilaku yang harus dipraktikkan di bidang pencegahan dan penanggulangan penyakit, penyehatan lingkungan, kesehatn ibu dan anak, keluarga berencana, gizi, farmasi dan pemeliharaan kesehatan. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam membudayakan perilaku hidup bersih dan sehat sasaran dikelompokan dalam lima tatanan, yaitu: 1. Tatanan Rumah Tangga 2. Tatanan Institusi Pendidikan (sekolah, madrasah, dsb) 3. Tatanan Institusi Kesehatan (puskesmas, RS, klinik bersalin) 4. Tatanan Tempat Kerja (kantor, pabrik, tempat usaha) 5. Tatanan Tempat (tempat ibadah, pasar, tempat rekreasi, dsb) Strategi Perilaku hidup Bersih dan Sehat Strategi adalah cara atau pendekatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan PHBS. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS, yaitu: 19

15 1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terusmenerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attiude) dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). 2. Bina Suasana (Social Support) Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada. Oleh karena itu untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan Bina Suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana yaitu: pendekatan individu, pendekatan kelompok dan pendekatan masyarakat umum. 3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy) Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencan untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu yang singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan yaitu : 20

16 a) mengetahui atau menyadari adanya masalah, b) tertarik untuk ikut mengatasi, c) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, d) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, e) memutuskan tindak lanjut kesepakatan Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang telah sesuai dengan dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapka berdasarkan area wilayah (Depkes RI, 2011). 1. Indikator Nasional Ditetapkan 3 indikator, yaitu: a. Presentase penduduk tidak merokok. b. Presentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan. c. Presentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga. Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan regional (Mega Country Health Promotion Network Healthy Asean Life Styles), seperti merokok telah menjadi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti jantung, kanker paru-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba. Pola makanan yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila terjadi pada usia balita akan menjadikan generasi yang lemah/generasi yang hilang dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang kurang sehat, bagi usia produksi akan mengakibatkan 21

17 metabolisme tubuh terganggu, apabila berlangsung lama akan menyebabkan berbagai penyakit seperti jantung, paru-paru dan lain-lain. 2. Indikator PHBS di tiap tatanan Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indikator lingkungan di lima, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan sekolah, tatanan sarana kesehatan, tatanan tempat kerja dan tatanan tempat-tempat umum. Berikut adalah indikator ditiap tatanan: Tatanan Indikator Perilaku Indikator Lingkungan Rumah Tangga Institusi Pendidikan Sarana Kesehatan Tempat Kerja 1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 2. Memberikan ASI Ekslusif 3. Menimbang bayi dan balita 4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 5. Makan buah dan sayur setiap hari 6. Melakukan aktifitas fisik setiap hari 7. Tidak merokok di dalam rumah 1. Kebersihan pribadi 2. Tidak merokok 3. Olahraga teratur 4. Makan buah dan sayur setiap hari 5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 1. Tidak merokok 2. Kebersihan lingkungan 3. Kebersihan kamar mandi 1. Menggunakan alat pelindung 2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok 3. Olahraga teratur 4. Bebas NAPZA 5. Kebersihan 6. Ada asuransi kesehatan 1. Air bersih 2. Jamban sehat / keluarga 3. Memberantas jentik nyamuk 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ada IPAL (RS) 6. Ventilasi 7. Tempat cuci tangan 8. Ada pencegahan serangga 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ventilasi 6. Pencahayaan 7. Ada K3 ( Kesehatan Keselamatan Kerja) 22

18 Tempattempat Umum Sumber: (Depkes, 2011) 1. Kebersihan jamban 2. Kabersihan lingkungan 8. Ada kantin 9. Terbebas dari bahan berbahaya 10. Ada klinik 1. Ada jamban 2. Ada air bersih 3. Ada tempat sampah 4. Ada SPAL 5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja) 2.3 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Tatanan Institusi Pendidikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di institusi pendidikan adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan institusi pendidikan agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang diprektikkan oleh peserta didik, guru dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2011) Hidup bersih dan sehat adalah dambaan setiap manusia, karena semua kegiatan dan aktivitas manusia di dunia ini sangat bergantung pada kebersihan dan kesehatan. Sebagai contoh apabila seorang tidak bersih dalam merawat tubuhnya, maka kesehatannya akan terganggu dan akan mengakibatkan terserang penyakit (Maryunani, 2013). 23

19 2.4 Manfaat PHBS Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan yang menerapkan PHBS dalam kehidupan sehari-hari akan mendapat manfaat sebagai berikut : 1. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit 2. Meningkatkan semangat belajar 3. Meningkatkan produktivitas belajar 4. Menurunkan angka absensi karena sakit 5. Meningkatkan semangat belajar siswi berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan 6. Menurunkan biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orang tua 7. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat. 2.5 Penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Intitusi Pendidikan Indikator Perilaku 1. Kebersihan Pribadi a. Memelihara rambut agar bersih dan rapi Kebersihan rambut berguna untuk melindungi kepala dan memberikan keindahan, rambut yang bersih tidak akan menjadi sarang kutu, ketombe dan sangat mudah kotor. Adapun pemeliharaan rambut dapat dilakukan dengan cara : Mencuci rambut dan memangkas atau memotong rambut. b. Memakai pakaian bersih dan rapi Kebersihan pakaian berguna untuk melindungi kulit dari kotoran yang berasal dari luar seperti debu, lumpur dan mencegah masuknya bibit penyakit. Pemeliharaan pakaian sudah tentu pakaian yang dipakai seseorang harus 24

20 bersih maka pakaian hendaknya diganti setelah selesai mandi atau bila basah, baik terkena air maupun terkena keringat. Pakaian yang bersih adalah pakaian yang dicuci dan kadang ada perlu di seterika, kalau tidak bisa langsung dicuci pakaian yang basah jangan ditumpuk sebaiknya baju digantung untuk mencegah tumbuhnya jamur (karena jamur akan tumbuh subur ditempat yang lembab). Setelah dicuci baju di setrika dengan baik dan rapi hendaknya mencuci pakaian dengan air bersih dan sabun cuci/deterjen yang dapat menghilangkan kotoran perlu diingat bahwa menjemur pakaian dengan sinar matahari dapat membunuh hama penyakit. c. Memelihara kuku agar selalu pendek dan bersih Kuku mempunyai fungsi dan peranan yang amat penting dalam kehidupan kita, kuku yang kotor dapat menjadi sarang berbagai kuman penyakit. Ciriciri kuku yang baik yaitu kuku harus tumbuh dengan baik, kuat, bersih dan halus. Tidak membiarkan kuku terlalu panjang. 2. Tidak merokok Merokok berbahaya bagi kesehatan perokok dan orang yang berada di sekitar perokok. Dalam satu batang rokok yang dihisap akan dikeluarkan 4000 bahan kimia berbahaya diantaranya : a. Nikotin adalah suatu bahan adikdif, bahan yang dapat membuat orang menjadi ketagihan, menimbulkan ketergantungan dan kerusakan jantung serta pembuluh darah. 25

21 b. Tar adalah kumpulan dari ratusan atau ribuan bahan kimia dalam komponen padat asap rokok, tar mengandung bahan-bahan karsinogendapat menyebabkan kerusakan sel paru-paru dan pemicu kanker c. CO menyebabkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen sehingga sel-sel tubuh akan mati(aditama, 2011). Wanita muda sering termotivasi untuk merokok karena keinginan untu mengekalkan bentuk tubuh yang menarik serta kelihatan gaul daripada mencegah kejadian penyakit pada usia lanjut. Walaupun perokok mempunyai keinginan untuk berhenti merokok, terdapat berbagai alasan dan pengaruh yang terus menjebak mereka seperti pengaruh dari teman, pengiklanan dan lain-lain (Hanlon, 2006). 3. Olahraga teratur Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak dan meningkatkan kemampuan kualitas hidup. Olahraga merupakan alat untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan fungsional jasmani, rohani dan sosial. Olahraga yang dapat dilakukan seperti jalan cepat atau jalan lambat (jogging), senam aerobik, senam pernafasan dan lain-lain (Maryunani, 2012). Olahraga merupakan aktivitas tubuh yang dapat meningkatkan atau mengembalikan kondisi fisiologis dan kesehatan tubuh. Olahraga teratur dapat meningkatkan respon sistem imun dan mencegah kejadian penyakit-penyakit seperti penyakit jantung, diabetes melitus tipe 2 dan obesitas. Selain itu dengan berolahraga juga dapat meningkatkan kesehatan mental, mencegah depresi, 26

22 membantu meningkatkan rasa percaya diri serta membuat bentuk tubuh menjadi menarik (Depkes, 2009). olahraga yang teratur telah terbukti dapat mencegah dan mengurangi penyakit-penyakit kronis dan mengancam nyawa seperti hipertensi, obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, insomnia dan depresi. Berdasarkan penelitian olahraga yang teratur oleh seorang individu yang sehat akan menyebabkan pelepasan sejenis opioid narural tubuh yaitu endorfin yang menyebabkan euforia dan meningkatkan hormon pertumbuhan dan testosteton (Santoso, 2009). 4. Makan buah dan sayur setiap hari Untuk menunjang aktivitas tubuh, manusia perlu makan, selain untuk mengembalikan energi yang terpakai makan juga untuk memenuhi kebutuhan akan protein, mineral dan vitamin. Pola makan tidak sehat ini akan mempengaruhi kesehatan tubuh mulai dari yang ringan seperti gangguan sistem pencernaan hingga berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes dan penyakit jantung (Siswono, 2003). Makan makanan bergizi berarti mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang sehingga dapat memelihara kesehatan tubuh, namun tidak berlebihan. Mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran setiap hari. Makan buah dan sayur setiap hari sangat penting, kerena mengandung vitamin dan mineral, yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh dan mengandung serat yang tinggi. 27

23 Makanan seimbang yang dimaksud adalah haruslah memiliki kandungan zat gizi yang meliputi karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, lemak dan serat. Oleh karena itu enting untuk diketahui bahwa untuk hidup yang lebih sehat makanlah makanan dari berbagai jenis dan sumber. Makan secara teratur dan kurangilah pengambilan makanan yang tinggi kandungan gula, garam dan lemak (Siswono, 2003). Manfaat vitamin yang ada didalam sayur dan buah a. Vitamin A untuk pemeliharaan kesehatan mata b. Vitamin D untuk ksehatan tulang c. Vitamin E untuk kesuburan dan awet muda d. Vitamin K untuk pembekuan darah e. Vitamin C meningkatkan daya tahan tubuh terhadap infeksi f. Vitamin B mencegah penyakit beri-beri g. Vitamin B12 meningkatkan nafsu makan 5. Kebiasaan mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Mencuci tangan adalah tindakan membersihkan tangan dengan atau tanpa air, cairan lain dan sabun dengan tujuan membersihkan tangan daripada kotoran dan mikroorganisme. Tujuan tindakan mencuci tangan adalah untuk membersihkan tangan dari patogen (termasuk bakteri dan virus) dan zat-zat kimiawi yang dapat membahayakan dan mengancam kesehatan. Kebiasaan ini harus diterapkan kepaa seluruh masyarakat karena tindakan paling efektif untuk mencegah penyebaran patogen adalah dengan mencuci tangan dengan benar. Mencuci tangan tidak dapat mencegah penyakit yang bersifat droplet 28

24 dan airborne seperti campak, influenza dan tuberkulosis. Jenis penyakit infeksi yang dapat dicegah dengan cara mencuci tangan adalah infeksi yang ditularkan secara fekal-oral serta kontak fisik, Selain menggunakan air dan sabun, tindakan mencuci tangan juga boleh dilakukan dengan menggunakan alkohol yang juga efektif membunuh patogen patogen tertentu (Pusat Informasi Penyakit Infeksi, 2005). Langkah-langkah mencuci tangan yang benar a. Basahi tangan dengan air dibawah kran atau air mengalir. b. Ambil sabun secukupnya untuk seluruh tangan. Jenis sabun yang lebih baik digunakan adalah sabun yang mengandung antiseptik. c. Gosokkan kedua telapak tangan sampai ke ujung jari. d. Telapak tangan menggosok punggung tangan kiri dan sebaliknya dengan jari-jari saling mengunci (berselang-seling) antara tangan kanan dan kiri, lakukan sebaliknya. e. Letakkan punggung jari satu dengan punggung jari lainnya dan saling mengunci, usapkan ibu jari tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan gerakan berputar, lakukan hal yang sama dengan ibu jari tangan kiri. f. Gosok telapak tangan dengan punggung jari tangan satunya dengan gerakan ke depan dan berputar, lakukan sebaliknya. g. Pegang pergelangan tangan kanan dengan tangan kiri dan lakukan gerakan memutar, lakukan pula untuk tangan kiri. h. Bersihkan sabun dari kedua tangan dengan air mengalir lalu keringkan tangan dengan handuk atau tisu(cdc, 2010). 29

25 2.5.2 Indikator Lingkungan Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenihi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor laingkungan yang mempunyai derajat kesehatan manusia (Azwar, 1995). Upaya sanitasi dasar meliputi penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban), pengelolaan sampah dan saluran pembuangan air limbah. 1. Menggunakan jamban bersih dan sehat Jamban adalah suatu ruang yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia.kotoran manusia merupakan masalah yang sangat penting. Pembuangan tinja tinja secara tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air, tanah menjadi sumber penyakit yang tergolong waterborne disease akan mudah terjangkit seperti tifoid, paratifoid, disentri, diare, kolera, penyakit cacing, hepatitis viral, dan sebagainya (Chandra, 2007). Jamban harus memenuhi syarat kesehatan seperti a. Tidak mencemari sumber air minum (jarak antara sumber air minum dengan lubang penampungan minimal 10 meter). b. Tidak berbau c. Kotoran tidak dapat dijamah oleh serangga dan tikus. d. Tidak mencemari tanah sekitar. e. Mudah dibersihkan dan aman digunakan. f. Dilengkapi dinding dan atap pelindung. 30

26 g. Penerangan dan ventilasi yang cukup. h. Lantai kedap air dan luas ruangan maemadai. i. Tersedia air, sabun dan alat pembersih. 2. Menggunakan air bersih Air adalah kebutuhan dasar yang dipergunakan sehari-hari. Air bersih baik secara fisik tidak berwarna harus bening/jernih. Air tidak keruh harus bebas dari pasir, debu, lumpur, sampah, busa dan kotoran lainya. Air tidak berasa, tidak berasa asin, tidak berasa asam, tidak payau dan tidak pahit harus bebas dari bahan kimia beracun. Air tidak berbau seperti bau amis, anyir, busuk atau belerang. Air bersih bermanfaat bagi tubuh supaya terhindar dari gangguan penyakit Diare, Kolera, Thypus, Kecacingan, Penyakit mata, penyakit kulit atau keracunan (Proverawati, 2012). Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Didalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar itu terdiri dari air. Tubuh orang dewasa sekitar 55-60% berat badan dari air, untuk anak anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. Air dibutuhkan oleh manusia untuk memenuhi berbagai kepentingan antara lain: diminum, masak, mandi, mencuci dan pertanian. Menurut WHO di negara-negara maju tiap orang memerlukan air antara liter per hari. Sedangkan dinegara-negara berkembang termasuk indonesia, tiap orang memerlukan air antara liter per hari (Notoatmodjo, 2012). Menjaga kebersihan sumber air bersih merupakan hal yang penting. Jarak letak sumber air dengan jamban dan tempat pembuangan sampah paling sedikit 31

27 10 meter. Sumber mata air harus dilindung dari pencemaran. Air yang sehat harus mempunyai persyartan sebagai berikut: 1. Syarat fisik adalah bening (tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya, tidak keruh, bebas dari lumpur, samah busa. 2. Syarat bakteriologis adalah air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri. 3. Syarat kimia (Maryunani, 2013). 3. Membuang sampah ke tempat sampah Sampah merupakan salah satu penyebab tidak seimbangnya lingkungan hidup. Sampah jika dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Potensi bahaya yang ditimbulkan oleh sampah dapat menyebabkan penyakit diare, kolera, tyfus menyebar dengan cepat karena virus yang berasal dari sampah dengan pengelolaan tidak tepat dapat bercampur dengan sumber air bersih. Penyakit DBD dapat meningkat dengan cepat. Diharapkan tersedia tempat sampah yang terpilah antara sampah organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya (Proverawati, 2012). Pembuangan sampah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat juga sabagai media bagi kehidupan vektor penyakit yang dapat mengganggu kesehatan. Pembuangan sampah yang terbuka dapat menyebarkan penyakit seperti penyakit kulit, jamur dan penyakit kontak langsung, kontaminasi makanan dan minuman maupun melalui udara yang bersumber pada sampah. Tempat sampah harus disediakan, sampah harus dikumpulkan setiap hari dan 32

28 dibuang ke tempat penampungan sementara, bila tidak terjangkau oleh pelayanan pembuangan sampah ke tempat pembuangan akhir dapat dilakukan pemusnahan sampah dengan cara di timbun atau dibakar (Widyastuti, 2005). 4. Adanya SPAL ( Sarana Pengelolahan Air Limbah) Limbah cair dapat berasal dari kamar mandi, peturasan, cucian barang/bahan dari dapur, limbah cair yang bersal dari WC/jamban. Limbah cair tersebut harus dikelola, karena bila dibuang sembarangan akan membuat lingkungan kotor, berbau dan mengurangi estetika dan kebersihan lingkungan, menjadi tempat perkembang biakan bibit penyakit seperti DBD, disentri, thypus dan lain-lain. 2.6 Kerangka Konsep Variabel Independen Variabel Dependen - Tingkat pengetahuan - Sikap Tindakan mahasiswi tentang perilaku hidup bersih dan sehat Gambar 2.2 Kerangka Konsep 2.7 Hipotesis Penelitian Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan sikap dengan tindakan mahasiswi Akademi Kebidanan Pemkab Langkat Stabat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. 33

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku 2.1.1 Konsep Perilaku Perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan sangat luas. Jadi dapat disimpulkan

Lebih terperinci

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia. Kepentingan kesegaran jasmani dalam pemeliharaan kesehatan tidak diragukan lagi, semakin tinggi tingkat kesehatan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan. kegiatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Penyuluhan Kesehatan a. Pengertian Penyuluhan Kesehatan Penyuluhan kesehatan merupakan kegiatan yang melekat pada setiap upaya peningkatan kesehatan.penyuluhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan 2.1.1. Definisi Pengetahuan Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2002), disebutkan bahwa istilah pengetahuan berasal dari kata dasar tahu yaitu paham, maklum, mengerti.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi Kesehatan 2.1.1. Pengertian Promosi Kesehatan Promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran diri oleh dan untuk masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), tujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANC (Antenatal Care) 1. Pengertian ANC Antenatal care adalah perawatan yang diberikan kepada ibu selama masa kehamilan (Prawirohardjo, 2000). Menurut Manuaba (2001), Antenatal

Lebih terperinci

Oleh: Aulia Ihsani

Oleh: Aulia Ihsani Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Menurut Hendrik L. Blum, derajat kesehatan dipengaruhi 4 faktor yaitu faktor lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan, dan keturunan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh 1. Pengertian Pola asuh orang tua adalah sikap atau perilaku orang tua dalam berinteraksi dengan anak-anaknya. Perilaku yang bersifat relatif dan konsisten dari waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan kesehatan berupaya membangun perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diharapkan mampu melakukan upaya pencegahan secara lebih efisein dan efektif.

Lebih terperinci

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan

SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) : Siswa-siswa sekolah dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela Mampang, Mampang Prapatan SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Sasaran Waktu : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Sekolah : Siswa-siswa dasar negeri (SDN) 05 dan 08 Pela

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG. JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT, Volume 1, Nomor 2, Tahun 2012, Halaman 922-933 Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Air Susu Ibu (ASI) 1. Pengertian ASI Air susu Ibu (ASI) mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan pengecapkan (Setiawati,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. secara langsung maupun tidak langsung oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2007). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang mempunyai cakupan luas antara lain: berbicara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamban Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab

Lebih terperinci

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH

PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH PENERAPAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BAGI SISWA- SISWI SEKOLAH DASAR DI DUSUN PANJANG KECAMATAN TANAH TUMBUH M.Adam MT, Nurhidayati, Ade Suhendra dan Robi Putra Mahasiswa Universitas Muara Bungo Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. KEHAMILAN RISIKO TINGGI 2.1.1 Defenisi Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi yang lebih besar terhadap ibu maupun janin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. Panti Asuhan Harapan Kita bertempat di Desa Huntu Utara, Kabupaten Bone Bolango, yang didirikan pada tanggal 2 Agustus 2003. Panti

Lebih terperinci

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS BAMBANG PRIHUTOMO, SKM., MPH. Kepala Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Kemitraan Bidang Kemitraan dan Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan Kab.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sasaran pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) (advokasi), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) 2.1.1. Pengertian PHBS adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar/ menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POSYANDU 2.1.1. Defenisi Posyandu Posyandu merupakan strategi jangka panjang pemerintah untuk menurunkan angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde

Lebih terperinci

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003): 2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Imunisasi 2.1.1. Pengertian Imunisasi Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah lingkungan erat sekali hubungannya dengan dunia kesehatan. Untuk mencapai kondisi masyarakat yang sehat diperlukan lingkungan yang baik pula. Dalam hal ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Perilaku Perilaku adalah suatu aksi reaksi organisme terhadap lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.1.1 Pengertian Beberapa pengertian kaitannya dengan PHBS adalah 1) Perilaku Sehat adalah pengetahuan, sikap, dan tindakan proaktif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higiene dan Sanitasi Makanan 1. Pengertian Higiene dan Sanitasi Pengertian sanitasi makanan menurut Departemen Kesehatan adalah suatu pencegahan yang menitikberatkan kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sehat merupakan kondisi yang diinginkan setiap individu. Menurut. yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sehat merupakan kondisi yang diinginkan setiap individu. Menurut. yang dianut dan tingkat sosial ekonominya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2.1.1. Sehat Sehat merupakan kondisi yang diinginkan setiap individu. Menurut WHO dalam Notoatmodjo (2007) definisi sehat adalah keadaan sejahtera,

Lebih terperinci

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga Surabaya, ehealth. Apakah anda merasa bahwa diri anda dan keluarga anda merupakan keluarga sehat? Mungkin mayoritas langsung menganggukkan kepala jika

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Populasi anak usia sekolah merupakan elemen yang cukup penting karena proporsinya yang tinggi dalam keseluruhan populasi rakyat Indonrsia (Reksoprodjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kesehatan pada umumnya, disebabkan tiga faktor yang timbul secara bersamaan, yaitu (1) adanya bibit penyakit, (2) adanya lingkungan yang memungkinkan berkembangnya

Lebih terperinci

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

5. Sintesis (synthesis), merupakan kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. A. Pengertian Perilaku Menurut Notoatmodjo (2007) perilaku manusia adalah semua tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik yang dapat diamati langsung,

Lebih terperinci

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik 1 Hidup Sehat untuk Jadi Anak Hebat Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Kesehatan juga merupakan anugerah yang diberikan oleh Tuhan kepada makhluknya. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi akan penyakit (Maryunani, 2013). Oleh karena itu, pada masa ini anak usia sekolah dasar

Lebih terperinci

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai

Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar. dimensi produksi dan dimensi konsumsi. Dimensi produksi memandang keadaan sehat sebagai Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan Sekitar Sehat merupakan kondisi optimal fisik, mental dan sosial seseorang sehingga dapat memiliki produktivitas, bukan hanya terbebas dari bibit penyakit. Kondisi sehat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Perilaku Mencuci Tangan Perilaku adalah respon atau reaksi individu terhadap stimulasi yang berasal dari luar atau dari dalam dirinya ( Ali, 2010). Pengertian perilaku menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa dalam suatu negara yang sangat potensial bagi pembangunan nasional. Maka diperlukan bimbingan serta pembinaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian intergral dari pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sanitasi Rumah Pengertian sanitasi adalah usaha usaha pengawasan yang ditujukan terhadap faktor faktor lingkungan yang dapat merupakan mata rantai penularan penyakit 3. Sedangkan

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 78 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DI KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2 Lintang Sekar Langit lintangsekar96@gmail.com Peminatan Kesehatan Lingkungan,

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perumahan dan permukiman yang dikelola dengan baik merupakan sebuah indikator kesejahteraan dan target intervensi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat (Thomson, 2001).

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA

PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA PENATALAKSANAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SISWI KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 1 CILEULEUS TASIKMALAYA INDA AINI NOOR FADILAH MA 0712072 INTISARI Perilaku hidup bersih dan sehat dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai Indonesia Sehat,

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Nama saya adalah Elly Tetty Purba / 111121115, mahasisiwi di Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saat ini saya sedang melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rumah Sehat 1) Definisi Rumah Sehat Rumah bagi manusia memiliki arti sebagai tempat untuk melepas lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 ) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sehat merupakan karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengetahui dengan objek yang diketahui. Namun dalam pertemuan ini subjek tidak BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan bukanlah hanya sekedar pertemuan antara subjek yang mengetahui dengan objek yang diketahui, tetapi pengetahuan adalah persatuan antara subjek

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN TEORITIS

II. TINJAUAN TEORITIS II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Promosi Kesehatan (Health Promotion) Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan masyarakat (Blum, dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. diaplikasikan pada bidang kesehatan (Azmi, 2013). Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran

BAB II TINJAUAN TEORI. diaplikasikan pada bidang kesehatan (Azmi, 2013). Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Pendidikan Kesehatan Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kasehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah

Lebih terperinci

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia

Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan. membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun oleh manusia BAB II KAMPANYE CUCI TANGAN DENGAN SABUN UNTUK ANAK ANAK DI BANDUNG 2. 1. Cuci Tangan Dengan Sabun Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan dan jari jemari

Lebih terperinci

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :

berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku Menurut Lewit (1993), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan Definisi Pendidikan kesehatan adalah suatu upaya atau kegiatan untuk menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Pendidikan kesehatan konsepnya berupaya agar masyarakat menyadari atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah pembunuh utama balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti AIDS, malaria, dan campak. Infeksi

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

BAB II. Tinjauan Pustaka. respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Konsep Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku menurut Skinner (1938) seorang ahli psikologi adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com)

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (www.datastatistik-indonesia.com) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anak usia sekolah merupakan tumpuan bagi masa depan bangsa. Mereka merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tahun 1980 ditingkatkan menjadi keputusan bersama antara Depdik-bud dan Depkes BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 1. Defenisi Usaha Kesehatan Sekolah dirintis sejak tahun 1956 melalui pilot project di Jakarta dan Bekasi yang merupakan kerjasama antara Departemen

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus di wujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia, sebagaimana di maksud

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007)

BAB I PENDAHULUAN. dipelihara dan ditingkatkan. Hendrik L. Bloom dalam Notoadmojo (2007) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar manusia yang merupakan karunia tuhan yang sangat tinggi nilainya. Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya guna tercapainya negara yang kuat (Ratna, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia merupakan bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini: N a m a : U s i a : Alamat : Pekerjaan : No. KTP/lainnya : Dengan sesungguhnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. payudara, sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. 25 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SADARI 2.1.1. Defenisi SADARI Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan SADARI adalah suatu cara yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI I. DATA UMUM : Tanggal Konseling : No. Rekam Medik : Nama : Umur : Nama orang tua/kk : Pekerjaan : Alamat RT/RW/RK : Kelurahan/Desa : II. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan

LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI. Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER UNTUK PENJAMAH MAKANAN LAPAS KELAS IIA BINJAI A. IDENTITAS PEKERJA Nama Alamat Usia :... :... :. Tahun Jenis Kelamin : 1.Laki-laki 2. Perempuan Status Perkawinan : 1.Kawin 2.

Lebih terperinci

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR

GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT KOTA BOGOR Saat ini Kota Bogor merupakan salah satu kota di Indonesia yang turut menghadapi masalah kesehatan triple burden, yaitu masih adanya penyakit infeksi, meningkatnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 HUBUNGAN ANTARA SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LIMBUR LUBUK MENGKUANG KABUPATEN BUNGO TAHUN 2013 Marinawati¹,Marta²* ¹STIKes Prima Prodi Kebidanan ²STIKes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar RUMAH SEHAT Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar Pengertian Rumah Rumah Adalah tempat untuk tinggal yang dibutuhkan oleh setiap manusia dimanapun dia berada. * Rumah adalah

Lebih terperinci

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN. SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DESA SAMIR DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh : Dra. NUNUN NURHAJATI, M.Si.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN. SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DESA SAMIR DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh : Dra. NUNUN NURHAJATI, M.Si. Nunun Nurhajati, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) Masyarakat Desa Samir Dalam Meningkatkan 1 PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DESA SAMIR DALAM MENINGKATKAN KESEHATAN MASYARAKAT Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. mmpengaruhi kesehatan mereka (Hilderia, 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sekolah dasar merupakan tempat belajar anak usia antara 7-12 tahun, kelompok tingkat kerawanan tinggi karena dalam proses pertumbuhan. Karakteristik anak sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air.

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan, khususnya bagi manusia yang selama hidupnya selalu memerlukan air. Tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kawasan Tanpa Rokok 2.1.1 Pengertian Kawasan Tanpa Rokok Kawasan Tanpa Rokok merupakan ruangan atau area yang dinyatakan dilarang untuk melakukan kegiatan merokok atau kegiatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK Masalah penyakit akibat perilaku dan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan ikan segar. Menurut Handajani (1994) (dalam Sari, 2011), ikan asin lebih menguntungkan dalam hal kesehatan. 1 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu dan teknologi maka berkembang pula peralatan-peralatan mekanis yang dapat mempercepat dan memperbaiki mutu produknya. Produkproduk perikanan

Lebih terperinci

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah A. Karakteristik Responden 1. Nama :. Umur :. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : B. Pertanyaan 1. Apakah ibu/bapak sebelum dan sesudah bekerja mengolah selalu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan (Knowledge) 2.1.1. Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 2.1.1 Definisi Buku KIA Buku KIA adalah buku yang berisi catatan kesehatan ibu mulai dari hamil, bersalin, nifas, dan catatan kesehatan anak

Lebih terperinci

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO, Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat. ISPA masih menjadi masalah kesehatan yang penting karena

Lebih terperinci

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN 5.1 Sejarah Perkembangan Promosi Kesehatan Pada jaman awal kemerdekaan, upaya untuk mempromosikan produk atau jasa (jaman kemerdekaan istilahnya propaganda) di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anak sekolah Definisi anak sekolah menurut World Health Organization (WHO) yaitu golongan yang berusia antara 7-15 tahun, sedangkan di Indonesia lazimnya anak berusia antara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Paparan Asap Rokok Asap rokok mengandung sekitar 4.000 zat kimia seperti karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NO), asam sianida (HCN), amonia (NH4OH), acrolein, acetilen,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pentingnya menjaga kesehatan bagi masyarakat adalah hal mutlak. Karena dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat terus produktif.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah karunia Tuhan yang perlu disyukuri, karena sehat merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*)

EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO. Dwi Helynarti Syurandari*) EFEKTIFITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PHBS DI MTS MIFTAHUL ULUM KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Dwi Helynarti Syurandari*) Abstrak Perilaku Hidup bersih dan Sehat merupakan sekumpulan perilaku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Balita Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi

Lebih terperinci