REGRESI NONLINEAR. A. Model Polinom. Model polinom dinyatakan dalam bentuk umum y = c 0 + c 1 + c 2 x c k x k

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REGRESI NONLINEAR. A. Model Polinom. Model polinom dinyatakan dalam bentuk umum y = c 0 + c 1 + c 2 x c k x k"

Transkripsi

1 REGRESI NONLINEAR Asumsi kelinearan tidak selalu dapat dipenuhi dalam suatu analisis regresi. Hal ini dapat juga dilihat dari letak titik-titik pada diagram pencar data (x,y) yang sangat menyimpang dari sebuah garis lurus. Banyak sekali model regresi nonlinear, dan hanya beberapa yang akan dibahas disini. Model polinommerupakan topik pertama yang kita bicarakan, sebelum membicarakan model-model lainnya, seperti model eksponen, model geometri, dan model hiperbola. A. Model Polinom Model polinom dinyatakan dalam bentuk umum y = c 0 + c 1 + c 2 x c k x k dimana c i i = 0, 1, 2,..., k ( yang harus bilangan bulat positif ) adalah konstanta. Untuk lebih kongkretnya pembahasan, model derajat dua akan menjadi pusat perhatian pada bagian berikut ini. 1. Model Derajat Dua Kita perhatikan bahwa model polinom mempunyai hanya satu peubah dasar, yaitu x. Untuk k = 1, kita peroleh model regresi linear sederhana ( garis lurus ) y = c 0 + c 1 x. Polinom derajat dua, yaitu untuk k = 2 mempunyai model kuadratik ( parabola ) dengan bentuk umum y = c 0 + c 1 + c 2x 2. Dari model matematis diatas, kita dapat menulis model statistis parabola dalam bentuk atau μ Y x = β 0 + β 1 X + β 2 X 2 Y = β 0 + β 1 X + β 2 X 2 + ε Dengan persamaan ini, huruf besar Y dan X menunjukkan peubah statistik ; β 0, β 1, dan β 2 menyatakan parameter yang tidak diketahui dan disebut koefisien regresi; μ Y x menyatakan rata-rata Y dan X yang diberikan; dan ε menyatakan komponen kesalahan yang mewakili selisih antara respons teramati Y dan X respons rata-rata μ Y x pada X. Jika kita asumsikan model parabola diatas yang cocok untuk menjelaskan hubungan X dan Y, kita harus menentukan sebuah taksiran parabola tertentu yang paling sesuai dengan ditentukan dengan menggunakan metode kuadrat terkecil.

2 Taksiran untuk model parabola kuadratik dapat ditulis dengan. Ŷ = b 0 + b 1 X 2 + b 2 X 2 Dengan koefisien-koefisien b 0, b 1, dan b 2 ditentukan berdasarkan data hasil pengalaman. Jika (xi, yi), i = 1, 2,..., n menyatakan data hasil pengamatan dalam sebuah sampel berukuran n, metode kuadrat terkecil memberikan nilai-nilai b 0, b 1, dan b 2 dengan cara menyelesaikan persamaan normal berikut. n b 0 + b 1 + b 2 2 = b 0 + b b 2 3 = b b b 2 4 = 2 yi Kita akan perhatikan sebuah contoh hipotesis berikut untuk menunjukkan metode regresi polinom Andaikan sebuah studi labolatorium untuk menentukan hubungan antara dosis (X) dari jenis obat dan tambahan berat badan (Y) dari sejenis hewan. Delapan hewan jenis kelamin, umur, dan ukuran badan yang sama dipilih secara acak dan deberikan satu diantara delapan tingkatan dosis. Rancagan studi ini dapat dipertanyakan karena tidak mempunyai lebih dari satu hewan yang menerima dosis yang sama, seperti juga kecilnya ukuran sampel. Ulangan pada setiap dosis yang akan memberikan taksiaran yang andal tentang variasi data dari hewan ke hewan. Akan tetapi, untuk beberapa studi labolatorium, mendapatkan sejumlah hewan yang cukup tidak selalu tersedia dengan mudah, juga biaya dan waktu sering menjadi faktor penghambat. Harus dicatat bahwa data untuk contoh ini diupayakan untuk menyederhanakan analisis dan menunjukkan adanya hubungan yang elas bersifat derajat dua. Tabel 6.1 Tambahan berat badan setelah dua minggu sebagai fungsi dari tingkatan dosis. Tingkatan Dosis (X) Tambahan Berat (Y) (dag) 1 1,2 1,8 2,5 3,6 4,7 6,6 9,1 Tambahan berat dalam dekagram (dag) diukur untuk setiap hewan setelah dua minggu, dimana semua hewan dalam keadaan labolatorium dan gizi yang sama. Data diberikan dalam Tabel 6.1, dan diagram pencarkan diberikan pada gambar 6.1. Dengan mata kepala dapat melihat bahwa diagram menunjukkan sebuah kurva parabola dan merupakan model yang lebih sesuai daripada sebuah garis lurus. Kita akan mengkuantitatifkan hasil pengamatan mata ini.

3 y x Kita memcoba mentukan regresi nonlinear dengan mengambil bentuk parabola kuandrik. Untuk itu, kita buat Tabel 6.2 dengan menambahkan X 2, X 3, XY dan X 2 Y pada Tabel 6.1. Dari Tabel 6.2, kita peroleh persamaan normal 8 b b b 2 = 30,5 36 b b b 2 = 184,0 204 b b b 2 = 1227,0 Tabel 6.2 Nilai-nilai yang perlu untuk regresi parabola X Y X X X XY XY , ,4 4,8 3 1, ,4 16,2 4 2, , , ,2 169,2 7 6, ,2 323,4 8 9, ,8 582, ,

4 Setelah tiga persamaan simultan ini diselesaikan, diperoleh b 0 = 1,348, b 1 = -0,414, dan b 2 = 0,170, sehingga persamaan regresi parabola dapat ditulis Ŷ = 1,348-0,414 X + 0,170 X 2 Terdapat tiga pertanyaan dasar yang berkaitan dengan inferensi regresi polinom derajat dua. 1. Apakah regresi kuadratik itu signifikan; yaitu lebih banyak variasi Y yang dapat dijelaskan oleh model derajat dua daripada mengabaikan X sama sekali ( dan hanya menggunakan Y )? 2. Apakah model derajat dua secara signifikan memberikan daya ramal yang lebih besar daripada yang diberikan yang diberikan oleh model garis lurus? 3. Andaikan bahwa model derajat dua lebih sesuai daripada model garis lurus, apakah sebagainya) terhadap model derajat dua? Untuk menentukan apakah regresi kuadratik signifikan, kita memerlukan uji hipotesis nol, H 0 : Regresi dengan suku-suku X dan X 2 tidak signifikan (yaitu β 1 = β 2 = 0 ). Prosedur penguji untuk hipotesis nol ini menggunakan uji F dengan menghitung RJK Regrsi RJKR F = = RJK Kesalahan RJKK Dimana RJK adalah rata-rata jumlah kuadrat, atau jumlah kuadrat (JK) dibagi dengan derajat kebebasan (dk) yang bersangkutan, sehingga RJKR menyatakan rata-rata jumlah kuadrat kesalahan. Untuk membandingkan nilai statistik F dengan nilai krisis yang sesuai dari distribusi F, digunakan nilai tabel yang (dalam contoh ini) mempunyai dk pembilang 2 dan dk penyebut 5. Jika nilai statistik F lebih besar daripada nilai F tabel, maka pengujian signifikan dan H 0 ditolak. Akan tetapi dengan perhitungan komputer, nilai tabel distribusi F tidak diperlukan karena nilai statistika F yang diperoleh disertai dengan nilai peluang P(F > F hitung ) yang bisa disebut nilai p. Jika nilai p inilebih kecil daripada nilai taraf signifikansi yang ditentukan, maka pengujian signifikan. Tabel analisis variasi (ANAVAR) untuk model regresi parabola dapat dibuat seperti pada model regresi garis lurus. Dengan bantuan SAS. Perhitungan akan lebih mudah dan hanya memberikan perintah Prog GLM; Model Y = X X*X; Apa yang telah ditunjkkan saat ini? Kita menyimpulkan bahwa model derajat satu (garis lurus) tidak sebagus model derajat dua (parabola). Kita sekarang perlu menentukan apakah menambahkan suku-suku derajat lebih tinggi terhadap model derajat dua dibutuhkan. Sebagai contoh, kita dapat menembahkan suku X 3 pada model derajat dua dan kemudian menguji apakah hasil ramalan secara signifikansi ditingkatkan. Membentuk model derajat tiga dengan kuadrat terkecil menghasilkan table ANAVAR yang diberikan pada Tabel 6.5

5 Tabel 6.5 ANAVAR untuk model kubik dengan data berta hewan Sumber Variansi dk JK RJK F Regresi X 1 52,04 52,04 X 2 X 1 4, X 3 X,X ,00 Kesalahan 4 0, Total 7 57,07 R 2 = Untuk menguji apakah tambahan suku derajat tiga secra signifikan meningkatkan kesesuaian model, statistic berikut di hitung: = = ( ekstra tambahan X3 /1 (model derajat tiga Statistik ini mempuyai distribusi F dengan dk pembilang 1 dan dk penyebut 4 pada H 0 : Penambahan suku X 3 tidak berarti (yakni β 3 =0). Karena F 0.95;(1,4) = 7.71 dan F 0.99;(1,4) =21,20, kita mempunyai 0.01<p<0,05. Nilai p ini membuat sedikit kesulitan untuk menentukan apakah kita memasukkan suku X 3 dalam model. Hal ini menunjukkan bahwa H 0 ditolak untuk taraf signifikansi α=0,05 akan tetapi tidak untuk α=0,01. Namun demikian, beberapa pertanyaan lain harus dipertimbangkan; a) Nilai R2 untuk model parabola sangat tinggi, yaitu 0,997 b) Nilai R2 hanya meningkat dari 0,997 ke 0,999 dalam perjalanan dari model derajat dua ke model derajat tiga, c) Diagram pencar jelas menunjukkan kurva derajat dua, dan d) Jika ragu, model yang paling sederhana lebih baik karena itu akan paling mudah diinterpretasi. Semuanya dipertimbangkan, kemudian kesimpulan yang paling masuk akal adalah model derajat dua yang paling sesuai. Kesimpulan untuk data Tabel 6.1 adalah model yang paling baik adalah: Ŷ=1,348-0,414+0,170X 2, dengan R 2 =0,997 Akhirnya, mengetahui simpangan baku (atau kesalahan baku) dari taksiran koefisien regresi akan bermanfaat. Sangant sulit menghitung dengan manual untuk model yang melibatkan dua atau lbeih peubah peramal. Namun, semua program regresiyang umumnya digunakan memberikan nilai-nilai numeric untuk taksiran koefisien regresi beserta taksiran simpangan bakunya. Untuk model regresi derajat dua terdapat hasil pengolahan data dalam hasil

6 computer, kita mendapatkan S b1 =0,141 (Std.Error of Estimate untuk X) dan S b2 =0.015 (Std.Error of Estimate untuk X*X). Sebagai contoh, interval kepercayaan 100(1-α % untuk β 2 adalah: b 2 t (1-α 2);5 b2, Di mana dk untuk nilai kritis tyang sesuai adalah dk yang sesuai dengan JKK dalam Tabel 6.3. ecara khusus, interval kepercayaan 95% untuk β 2 dalam contoh kita adalah: 0,170 2,57(0,015)atau 0,13 β 2 0,21, Karena b 2 =0,170, t 0,975;5 =2,57, dan S b2 =0,015. Kita bias melihat bahwa interval ini tidak memuat nol, yang sesuai dengan kesimpulan table ANAVAR yang menyangkut pentingnya suku X2 dalam model kuadratik. adi, tidak cukup alas an untuk menyatakan bahwa β 2 =0 pada taraf kepercayaan 95%. 2. Model derajat lebih tinggi Kita sudah melihat cara ide-ide dasar regresi ganda dapat diterapkan untuk membentuk dan menguji model kuadratik dan kubik.metode yang sama digunakan untuk semua model polinon derajat lebih tinggi.namun,beberapa isu terkait perlu didiskusikan : yakni penggunaan polinom ortogonal dan strategi untuk memilih sebuah model polinom. Beberapa derajat polinom untuk dipertimbangkan bergantung pada masalah yang dipelajari,serta banyak dan jenis data yang terkumpul.satu pertayaanan,khususnya dalam studi biologi dan ilmu sosial, perlu dijawab: apakah hubungan regresi dapat dijelaskan oleh sebuah fungsi monoton ( yakni yang selalu naik, atau selaluh turun)? Jika hanya fungsi-fungsi monoton yang menjadi perhatian, biasanya model derajat dua atau derajat tiga akan memadai ( walaupun kemonotonan tidak menjamin,karna untuk contoh, beberapa parabola naik kemudian turun). Sejumlah besar nilai peubah paramal yang baik tepatnya dalam kesalahan variasi yang kecil diperlukan untuk membentuk model derajat lebih tinggi dari kubik secara andal. Pertimbangan yang lebih umum adalah banyaknya lengkungan ( lebih teknis,titik-titik belok) dalam kurva polinom yang akan dibentuk.sebagai contoh,model derajat satu tidak mempunyai lengkungan ; model derajat dua tidak akan mempunyai lebih dari satu lengkungan; dan setiap tambahan suku derajat lebih tinggi menambah satu potensi lengkungan.dalam praktik, menentukan model polinom lebih dari derajat tiga biasanya membawah ke model yang tidak selalu turundan tidak juga selalu naik. Teori, substansi,dan bukti empiris harus ada untuk mendukung penggunaan model-model rumit yang tidak menoton tersebut. Banyaknya data secara langsung membatasi derajat yang dapat digunakan.kita dapat memperhatikan data tambahan berat hewan(tabel 6.1) dengan delapan nilai yang berbeda,polinom derajat tujuh akan sesuai dengan delapan titik secara sempurna, memberikan nilai JKK=0 dan nilai R 2 =1. Namun, karna persamaan yang dibentuk akan mempunyai delapan taksiran parameter,tidak ada penghematan yang dibuat dengan hanya

7 mendaftar delapan titik.umumnya,maksimum derajat polinom yang dapat dibentuk satu kurangnya dari banyaknya nilai X yang berbeda. 3. Uji Tuna Cocok Andaikan bahwa sebuah model polinum sudah dibentuk dan taksiran-taksiran koefisien regresinya diuji untuk signifikansi. Bagimana seseorang dapat meyakini bawhwa sebuah model dari derajat lebih tinggi dari derajat tertinggi yang diuji tampaknya tidak diperlukan? Uji Tuna Cocok dapat digunakan untuk pertanyaan ini. Secara koseptual, uji Tuna Cocok menyangkut evaluasi dari sebuah model yang lebih rumit dari pada yang dipertimbangakansbelumnya. Secara historis, istila tersebut kadang-kadang digunakan untuk menjelaskan prosedur klasik. Uji Tuna Cocock klasik dapat digunakan hanya kalau pada pengulangan pengamatan. Dengan istila ulangan, kita maksudkan bahwasatuan eksperimen (subjek) mempunyai nilai X yang sama dengan satuna eksperimen yang lain. Misalnya, data dalam table 6.6 menunjukkan hasil pengamatan terhadap banyaknya pengunjung (X) dan banyaknya yang brbelanja (Y) pada sebuah tokoh selam 30 hari. Untuk mempermudahkan perhitungan, data diurutkan berdasarkan besarnya X Tabel 6.6 Data pengunjung (X) dan pembeli (Y) sebuah Tokoh X Y X Y X Y Kita bias melihat adanya ulangan nilai-nilai X pada data tersebut, sehingga variasi kesalahan pengukuran dapat diperhitungkan. Dari hasil computer, kita peroleh nilai F=92,335 dengan nilai p=0,0001. Dengan demikian, taksiran model Regeresi Y= 8,24 + 0,68X siginafikansi secara statis. Kita bias memeriksa, apakah JKK masih cukup besar. Kalau JKK masih cukup besar, kita bias meningkatakan model dengan memepertimbangakan model lain, seperti kuadratik atau model non linier lainnya. Untuk maksud ini, uji tuna cocok dapat dilakukan. Untuk melakukan itu JKK dipecah menjadi dua bagian, yaitu JKK karena pengukuaran, yaitu JKK(P), dan JKK karena tuna cocok, yaitu JKK(TC). Rumus untuk menghitung JKK(P) adalah ( )= { Y i 2 - ( Y i) 2 n i } x

8 Dengan tanda jumlah yang pertama diambil untuk semua nilai X yang sama, dan ni=banyaknya nilai X yang sama tersebut untuk kelompok ke-i. JKK(TC) dapat dihitung dengan pengurangan yaitu: JKK(TC)=JKK-JKK(P). Selanjutnya, dk untuk JKK(TC)=k-2, dimana k=banyaknya nilai-nilai X yang berbeda, dan dk untuk JKK(P)=n-k. Table ANAVAR (hasil komputer) memberikan nilai jumlah kuadrat kesalahan, JKK=46, JKKK ini dapat dipecah menjadi dua bagian, dan JKK(P), dihitung sebagai berikut: JKK(P)=36,9667. Dengan demikian, JKK(TC)=JKK-JKK(P)=46, ,7667=9,3302. Banyaknya nilai X yang berbeda k=12, sehingga dk untuk tuna cocok adalah 12-2=10. Kemudian, kita dapat membuat table ANAVAR seperti pada Tabel 6.7 Tabel 6.7 ANAVAR untuk model uji tuna cocok Sumber variansi dk JK RJK F Regresi X 1 152, , ,3350 Kesalahan 28 46,2962 1,6534 Tuna cocok 10 9,3302 0,9330 0,4543 Pengukuran 18 36,9667 2,0537 ika α=5%, dengan dk pembilang 10 dan dk penyebut 18, kita mendapatkan F0,05;(10,18)=2,41. Untuk uji tuna cocok, didapat F=0,4543 dan ini lebih kecil dari 2,41. Jadi, pengujian tidak signifikan, yang berarti rerata kuadrat tuna cocok tidak dapat menjadi alas an untuk mangatakan bahwa model linier ditolak. Dengan demikian, tidak ada alas an untuk mencari model nonlinier. 4. strategi penentuan model polinom Model polinom, kadang-kadang memulai dengan model terkecil, melibatkan hanya satu satu suku linear, dan secara berurutan menambahkan suku-suku X yang pangkatnya meningkat. Prosedur ini adalah sebuah strategi pembuatan model seleksi maju. Dengan strategi seleksi maju, seseorang biasanya menguji pentingnya sebuah calon peubah peramal(predictor) dengan membandingkan jumlah kuadrat ekstra regresi untuk tambahan peramal itu terhadap rerata kuadrat sisaan (residual mean square). Rerata kuadrat

9 sisaan ini berdasarkan pada penentuan sebuah model yang memuat calon peubah(peramal) dean peubah-peubah yang tidak ada di dalam model. Statistik F parsial yang sesuai dalam bentuk ( ) ( ) ( ) Pendekatan uji seleksi maju yang dijelaskan di atas dapat membawa pada pelemahan (underfitting) data, yakni algoritma seleksi maju tampaknya berhenti terlalu cepat, sehinnga memilki model dengan derjat lebih rendah daripada yang sesungguhnya diperlukan. Bias ini dapat dihindari dengan menggunakan strategi seleksi mundur, dimana uji F pada setiap langkah mundur selalu melibatkan rata-rata kuadrat kesalahan untuk model penuh (atau terbesar) yang dibentuk. Akan tetapi, ketika menggunakan pendeketan eliminasi mundur, itu mungkin menguatkan (overfit) data, (yakni memilih sebuah model akhir yang sedikit lebih tinggi daripada yang diperlukan). Untungnya, taksiran rata-rata kuadrat sisa dari model penuh masih merupakan taksiran sahih (unbiased). Akibatnya, menggunakan taksiran ini pada penyebut uji F parsial pada setiap langkah mundurakan tetap menjadi prosedur sahih. Apa yang hilang dengan sedikit mengangkat data adalah suatu kuasa statistis (statistical power), akan tetapi kehilangan ini biasanya diabaikan. Jadi, untuk menetapkanm model polinom, kita umumnya merekomendasikan strategi eliminasi mundur untuk memilih peubah, dan menggunakan dalam semua uji F parsial taksiran rata-rata kuadrat kesalahan berdasarkan pada model polinom derajat tertinggi. Jika mengimplementasikan startegi ini,kita rekomendasikan pertama, memilih model derajat tiga atau lebih rendah untuk menyederhanakan interpretasi dan meningkatkan kecermatan perhitungan. Kedua, lakukan seleksi mundur dalam bentuk bertahap mulai dari suku derajat tertinggi, seseorang harus secara berturut-turut menghilangkan suku-suku yang tidak signifikan, berhenti pada suku dengan derajat yang pertama signifikan. Suku ini dan semua suku dengan derajat lebih rendah harus dipertahankan dalam model akhir. Ketiga, lakukan uji F parsial-ganda untuk tuna cocok. Keempat, metode analisis sisaan harus digunakan, seperti dengan semua pendekatan regresi. B. Model Eksponen Model eksponen adalah salah satu model yang juga banyak digunakan apabila situasi tidak memungkinkan model linear atau polinom. Taksiran model eksponen ditulis dengan Ŷ Dengan a dan b konstanta, dan dapat dikembalikan kepada model linear apabila diambil logaritmanya. Dalam bentuk logaritma persamaannya menjadi

10 log Ŷ = log a +(log b X Apabila diambil Ŷ * = log Ŷ, a* = log a, dan b* = log b, maka diperoleh Ŷ * = log a* + b* X Dan ini adalah model linaer sederhana. Dengan menggunakan rumus koefisien regresi linear sederhana, a* dan b* dapat dihitung, dan selanjutnya a dan b dapat ditentukan. Dalam bentuk logaritma, a dan b dapat dicari dengan rumus ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Untuk penggunaan model ini, kita perhatikan data dalam Tabel 6.8. Tabel 6.8 Tinggi semacam tumbuhan selama 10 minggu. Tinggi Y (cm) Minggu ke Dari rumus diatas, tampak bahwa nilai-nilai Y harus diambil logaritmanya, sedangkan X tetap sebagai mana asalnya. Jika ini dilakukan, maka hasilnya diperoleh seperti pada Tabel 6.9. Tabel 6.9 Logaritma tinggi semacam tumbuhan selama 10 minggu. Peubah X Log Y 0,7782 1,1761 1,3617 1,4314 1,4771 1,5682 1,5798 1,5798 1,5911 1,6021 0,9031 1,0792 1,3617 1,4624 1,5185 1,5682 1,5563 1,5563 1,5798 1,5798 0,9542 1,1139 1,3010 1,4771 1,5051 1,5563 1,5563 1,5911 1,6232 1,1139 1,3979 1,5441 1,5441

11 Dari Tabel 6.9 diperoleh Dengan demikian diperoleh ( ) ( )( ) ( ) ( ), atau log b = 0,0692 yang menghasilkan b = 1,173 ( )( ), atau Log a = 1,051 yang menghasilkan a = 1,25 Jadi regresi model eksponen yang diperoleh adalah Ŷ = (11,25) (1,173) X Nilai log a dan log b dapat diperoleh langsung dengan bantuan komputer. Perintah yang diberikan pada SAS adalah Proc Reg ; Model log Y = X Model eksponen yang kita bangun adalah log Ÿ = log a + log b X, sehingga dari hasil komputer kita peroleh log a = 1,051 dan log b = 0,0693 (cara manual memberikan hasil 0,0692). Dari hasil komputer, selain kita dapat menentukan taksiran parameter model, signifikansi model juga diberikan. Kita perhatikan bahwa nilai F =77,792 dengan nilai P = 0,0001. Nilai R 2 = 0,7151 menunjukkan bahwa model signifikan dengan daya ramal sekitar 72%. Model eksponen diatas sering pula disebut model pertumbuhan karena sering banyak digunakan dalam menganalisis data sebagai hasil pengamatan mengenai gejala yang sifatnya tumbuh. Dalam hal ini, modelnya diubah sedikit dan persamaannya menjadi Ŷ = ae bx Dengan e = bilangan pokok logaritma alam atau logaritma Napier, yang nilainya hingga empat desimal adalah 2,7183. Penyelesaian model terakhir dilakukan dengan mengambil logaritma alam dan bukan logaritma biasa. Hasilnya menjadi ln Ŷ =ln a + b X dan ini linear dalam X sehingga ln a dan b dapat diri seperti biasa.

12 Jika daftar logaritma alam (kalkulator dengan fungsi ln atau bilang e) tidak tersedia maka dapat digunakan daftar logaritma biasa, akan tetapi persamaan regresi menjadi C. Model Geometris log Ŷ = log a + 0,4343 b X Persamaan umum model ini ditaksir oleh bentuk Ŷ = a X b Dengan a dan b konstanta. Jika model ini diambil logaritmanya diperoleh hasil log Ŷ = log a + b log X dan ini merupakan model linear dalam log X dan log Ŷ. oefisien-koefisien a dan b dapat dicari dari ( ) ( )( ) ( ) Untuk melihat penggunaan rumus ini, kita perhatikan data (sudjana,1992) dalam Tabel 6.10 yang grafiknya terdapat pada gambar 6.2. Tabel 6.10 data hasil pengamatan X Y X Y Y

13 X Kita akan melihat apakah model geometris cocok atau tidak dan untuk ini diperlukan tabel 6.11 Tabel 6.11 nilai-nilai yang diperlukan untuk menghitung a dan b model geometris xi Yi log xi log yi log xi log yi log^2 xi , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,26638 jumlah 29, , , ,35446 Dengan menggunakan rumus diatas untuk data tabel 6.11 kita peroleh : ( ) ( )( ) ( ) ( ) 377,6. ( ) ( ) yang menghasilkan a = Persamaan regresinya adalah Ŷ =(377,6) X -0,2856 atau Ŷ =

14 Nilai log a dan log b maupun hasil uji signifikansi model dapat pula diperoleh langsung dengan bantuan komputer. Perhitungan komputer dengan model log Ŷ = log a + b log X memberikan hasil seperti berikut. Kita dapat melihat pada hasil komputer bahwa log a = 2,5770 dan b = -0,2856 yang sama dengan hasil manual. Informasi tambahan pada hasil komputer memberi tahukan bahwa model signifikan karena nila F = 47,673 dengan nila F =0,0001. Selanjutnya, daya ramal model sebesar 83% (R 2 = 0,8266) diberikan juga dalam hasil komputer itu. D.MODEL LOGISTIK Model logistik mempunyai banyak bentuk,dan penggunaannya juga cukup luas. Bentuk model logistik yang paling sederhana dapat ditaksir oleh Ŷ= Dengan a dan b konstanta. Untuk Ŷ yang tidak sama dengan nol,bentuk diatas dapat pula ditulis sebagai Ŷ = a Jika rumus diambil logaritmanya,maka diperoleh log( Ŷ ) =log a + (log b) X Yang merupakan model linear dalam peubah X dan log ( Ŷ ). Koefesien-koefesien a dan b dapat dicari dengan menggunakan rumus log a = - (log b ) ) ( ) ( ) log b = n ( ) Kita gunakan data Tabel 6.10 untuk membuat suatu model logistik log ( Ŷ ) = log a + (log b) X. Hasil komputer dapat memberikan nilai nilai log a dan log b sebagai berikut. Dari hasil komputer kita peroleh nilai log a = -2,0864 yang memberikan nilai a = 0,0082, dan log b = 0, yang memberikan b = 1, dengan demikian, logistik yang diperoleh adalah Ŷ ( )( ) Ŷ ( )( ) Model ini signifikan dan memilki daya ramal sekitar 93%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F =138,145 dengan nilai p =0,0001, dan nilai R 2 = 0,9325.

15 Model logistik ini memiliki aplikasi yang cukup penting pada regresi dengan peubah terikatnya bernilai biner( 0 dan 1). Jika Y peubah bernilai 1 dan 0, sedangkan X peubah dengan skala pengukuran interval, bentuk khusus model regresi logistik adalah ( ) Dimana (x) = H (Y x) adalah nilai harapan bersyarat Y untuk nilai tertentu X = x yang diberikan. Karena Y, peubah dikontomi, nilai harapan bersyarat ini harus lebih atau sama dengan 0 dan kurang dari atau sama dengan 1 (yakni H(Y x 1. Bentuk model logistik yang secara khusus digunakan dalam Hosmer dan Stanley Lomeshow (1989) dengan mendefinisikan logit transformation adalah sebagai berikut ( ) [ ( ) ( ) ] Transformasi ini sangat penting karena model regresinya memilki sifat-sifat seperti sebuah model regresi linear. E. Model Hiperbola Perkiraan persamaan umum sederhana untuk model hiperbola ini dapat dituliskan dalam bentuk atau jika tidak ada Ŷ yang bernilai nol dapat ditulis menjadi dengan a dan b konstanta,yang ternyata merupakan bentuk linear dalam peubah-peubah X dan 1/Y. Koefisien-koefisien a dan b dapat dihitung seperti pada model garis lurus dengan rumus a = ( )( ) ( )( ) ( ) b = ( ) ( )( ) ( ) Untuk data Tabel 6.10, kita tentukan regresinya dengan mengambil model hiperbola. Untuk ini perlu dibuat Tabel 6.12 untuk membantu proses perhitungan. Tabel 6.12 Nilai-nilai yang diperlukan untuk menghitung koefisien model hiperbola Xᵢ Yᵢ 1/Yᵢ Xᵢ² Xᵢ/Yᵢ , , , , , ,5714

16 Dengan nilai-nilai , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1435 yang diperoleh dari Tabel 6.12 didapat a = ( )( ) ( )( ) = 0,0319 ( ) ( ) b = ( ) ( )( ) = 0, ( ) ( ) Persamaan regresi model hiperbila untuk soal tersebut adalah Hasil ini memberikan taksiran regresi Ŷ = 122,262 0,085 X + 0, X 2. Model ini pun signifikan dengan daya ramal 87%. Hal ini ditunjukkan oleh nilai F = 31,17 dengan nilai p = 0,0001 dan nilai R 2 = 0,8737. Kita bandingkan model hiperbola = 0, ,00012 yang mempunyai daya ramal 93% (R 2 = 0,9265 dengan model kuadratik Ŷ = 122,262 0,085 X + 0, X 2 yang mempunyai daya ramal 87% (R 2 = 0,8737). Kita bisa melihat bahwa model hiperbola sedikit lebih tinggi daya ramalnya dibandingkan dengan model kuadratik. Disamping daya ramal, kesederhanaan model dan kemudahan interprestasi harus ikut dipertimbangkan sebelum memilihmodel yang akan digunakan.

17

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel

Lebih terperinci

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT

MODEL-MODEL LEBIH RUMIT MAKALAH MODEL-MODEL LEBIH RUMIT DISUSUN OLEH : SRI SISKA WIRDANIYATI 65 JURUSAN STATISTIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA 04 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut dengan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Sebelum hasil penelitian disajikan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai

BAB 4 HASIL PENELITIAN. Sebelum hasil penelitian disajikan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karateristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, maka terlebih dahulu akan dijelaskan mengenai karateristik responden yang meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan

Lebih terperinci

REGRESI LINIER. b. Variabel tak bebas atau variabel respon -> variabel yang terjadi karena variabel bebas. Dapat dinyatakan dengan Y.

REGRESI LINIER. b. Variabel tak bebas atau variabel respon -> variabel yang terjadi karena variabel bebas. Dapat dinyatakan dengan Y. REGRESI LINIER 1. Hubungan Fungsional Antara Variabel Variabel dibedakan dalam dua jenis dalam analisis regresi: a. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI ANALISIS REGRESI DAN KORELASI SEDERHANA LATAR BELAKANG Analisis regresi dan korelasi mengkaji dan mengukur keterkaitan seara statistik antara dua atau lebih variabel. Keterkaitan antara dua variabel regresi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi yang berarti peramalan, penaksiran, atau pendugaan pertama kali diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton (1822-1911) sehubungan dengan penelitiannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik adalah ilmu yang mempelajari tentang seluk beluk data, yaitu tentang pengumpulan, pengolahan, penganalisisa, penafsiran, dan penarikan kesimpulan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Konsep Dasar Statistika Statistik merupakan cara cara tertentu yang digunakan dalam mengumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa dan memberi interpretasi terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Analisis Regresi Linier Analisis regresi merupakan teknik yang digunakan dalam persamaan matematik yang menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Analisis regresi linier

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 14 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Analisis Regresi Kata regresi (regression) diperkenalkan pertama kali oleh Francis Dalton pada tahun 1886. Menurut Dalton, analisis regresi berkenaan dengan studi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi pertama kali digunakan sebagai konsep statistika pada tahun 1877 oleh sir Francis Galton. Beliau memperkenalkan model peramalan, penaksiran, atau pendugaan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data 4.1.1 Layanan Bimbingan Kelompok Data variabel Layanan Bimbingan Kelompok menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 120 dan skor terendah adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Regresi pertama kali digunakan sebagi konsep statistika pada tahun 1877 oleh sir Francis Galton.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Regresi pertama kali digunakan sebagi konsep statistika pada tahun 1877 oleh sir Francis Galton. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Regresi Regresi pertama kali digunakan sebagi konsep statistika pada tahun 1877 oleh sir Francis Galton. Beliau memperkenalkan model peramalan, penaksiran, atau pendugaan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN. digunakan 3 bulan ( april, mei, juni 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN. digunakan 3 bulan ( april, mei, juni 2013) 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di sekolah SMA Negeri sekota Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN 3 kota Gorontalo

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut dengan bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

Pertemuan Ke-10. Teknik Analisis Regresi_M. Jainuri, M.Pd

Pertemuan Ke-10. Teknik Analisis Regresi_M. Jainuri, M.Pd Pertemuan Ke-0 Teknik Analisis Regresi_M Jainuri, MPd Pengertian Regresi Dalam kehidupan sehari-hari, kita dihadapkan dengan berbagai gejala yang meliputi bermacam variabel Sebagai misal : Berat badan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Regresi Istilah regresi pertama kali digunakan oleh Francis Galton. Dalam papernya yang terkenal Galton menemukan bahwa meskipun terdapat tendensi atau kecenderungan

Lebih terperinci

REGRESI LINEAR SEDERHANA

REGRESI LINEAR SEDERHANA REGRESI LINEAR SEDERHANA DAN KORELASI 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 5. Kecocokan Model Regresi 6. Korelasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Analisis Regresi dan Korelasi 1. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau

Lebih terperinci

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak

Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu bidang

Lebih terperinci

Pertemuan keenam ANALISIS REGRESI

Pertemuan keenam ANALISIS REGRESI Pertemuan keenam ANALISIS REGRESI Secara umum ada dua macam hubungan antara dua variable atau lebih, yaitu bentuk hubungan dan keeratan hubungan. Untuk mengetahui bentuk hubungan digunakan analisis regresi.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi dan Korelasi 2.1.1 Analisis Korelasi Analisis Korelasi adalah metode statstika yang digunakan untuk menentukan tingkat hubungan Y dan X dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan

BAB II LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan BAB II LANDASAN TEORI 21 Konsep Dasar Analisis Regresi Analisis regresi (regressison analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau

BAB 2 LANDASAN TEORI. satu variabel yang disebut variabel tak bebas (dependent variable), pada satu atau BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi pertama kali digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Gallon, istilah regresi pada mulanya bertujuan untuk membuat perkiraan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Analisis regresi merupakan bentuk analisis hubungan antara variabel prediktor (variabel independent) dengan variabel outcome (variabel dependen) untuk

Lebih terperinci

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi. Antara sampai dengan 0,599 : cukup tinggi

Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi. Antara sampai dengan 0,599 : cukup tinggi 55 Antara 0,800 sampai dengan 1,000 : sangat tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,799 : tinggi Antara 0.400 sampai dengan 0,599 : cukup tinggi Antara 0,00 sampai dengan 0,399 : rendah Antara 0,000 sampai

Lebih terperinci

dan Korelasi 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 6.

dan Korelasi 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 6. Regresi Linear Sederhana dan Korelasi 1. Model Regresi Linear 2. Penaksir Kuadrat Terkecil 3. Prediksi Nilai Respons 4. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 5. Kecocokan Model Regresi 6. Korelasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. pertama digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis

BAB 2 LANDASAN TEORI. pertama digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Dalam ilmu statistika teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel atau lebih variabel adalah analisa regresi linier. Regresi

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI SEDERHANA

ANALISIS REGRESI SEDERHANA ANALISIS REGRESI SEDERHANA Reff : 1. Sudjana 2. Natawirria & Riduwan 3. Walpole 4, Berbagai sumber Luvy S. Zanthy, M.Pd. 1 SEJARAH REGRESI Istilah Regresi diperkenalkan oleh Fancis Galtom Meskipun ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hubungan tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGARUH VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 3 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENGARUH VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 3 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENGARUH VARIASI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP NEGERI 3 PEKALONGAN A. Analisis Variasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 3 Pekalongan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep dan Definisi Pendapatan Regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah maupun

Lebih terperinci

Modul Matematika MINGGU 4. g. Titik Potong fungsi linier

Modul Matematika MINGGU 4. g. Titik Potong fungsi linier MINGGU 4 Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Tujuan Instruksional Umum : Hubungan dan : 1. Hubungan 2. a. Pengertian fungsi b. Jenis-jenis fungsi c. Diagram fungsi d. Pengertian fungsi linier e. Penggambaran

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

Regresi Linier Sederhana dan Korelasi. Pertemuan ke 4

Regresi Linier Sederhana dan Korelasi. Pertemuan ke 4 Regresi Linier Sederhana dan Korelasi Pertemuan ke 4 Pengertian Regresi merupakan teknik statistika yang digunakan untuk mempelajari hubungan fungsional dari satu atau beberapa variabel bebas (variabel

Lebih terperinci

STATISTIKA 2 IT

STATISTIKA 2 IT STATISTIKA 2 IT-021259 UMMU KALSUM UNIVERSITAS GUNADARMA 2016 Regresi & Korelasi Linier Regresi? Korelasi? 1. Regresi Linier Sederhana Model regresi adalah persamaan matematik yang memungkinkan dalam peramalan

Lebih terperinci

1. Model Regresi Linear dan Penaksir Kuadrat Terkecil 2. Prediksi Nilai Respons 3. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 4.

1. Model Regresi Linear dan Penaksir Kuadrat Terkecil 2. Prediksi Nilai Respons 3. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 4. * 1. Model Regresi Linear dan Penaksir Kuadrat Terkecil 2. Prediksi Nilai Respons 3. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 4. Kecocokan Model Regresi 5. Korelasi Utriweni Mukhaiyar MA 2081 Statistika

Lebih terperinci

MODEL MODEL LEBIH RUMIT

MODEL MODEL LEBIH RUMIT 08/0/06 MODEL MODEL LEBIH RUMIT Di susun oleh Nurul Hani Ulvatunnisa Kanthi Wulandari Sri Siska Wirdaniyati Kamal Adyasa Unib Sedya Pramuji 08/0/06 Model Polinom Berbagai Ordo Model Yang Melibatkan Transformasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat

BAB II LANDASAN TEORI. : Ukuran sampel telah memenuhi syarat. : Ukuran sampel belum memenuhi syarat BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Uji Kecukupan Sampel Dalam melakukan penelitian ini yang berhubungan dengan kecukupan sampel maka langkah awal yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap jumlah sampel. Pengujian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran pada industri pengolahan tahu di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Dalam

Lebih terperinci

BAB 2. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB 2. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum disajikan data hasil penelitian setiap variabel yang dikaji dalam penelitian ini, terlebih dahulu secara ringkas akan dideskripsikan karakteristik

Lebih terperinci

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI

BAB ΙΙ LANDASAN TEORI 7 BAB ΙΙ LANDASAN TEORI Berubahnya nilai suatu variabel tidak selalu terjadi dengan sendirinya, bisa saja berubahnya nilai suatu variabel disebabkan oleh adanya perubahan nilai pada variabel lain yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya

TINJAUAN PUSTAKA. Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prediksi Prediksi pada dasarnya merupakan dugaan atau prediksi mengenai terjadinya suatu kejadian atau peristiwa di waktu yang akan datang. Prediksi bisa bersifat kualitatif (tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Regresi Linier Sederhana Dalam beberapa masalah terdapat dua atau lebih variabel yang hubungannya tidak dapat dipisahkan karena perubahan nilai suatu variabel tidak selalu terjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Terdistribusi Kualitas Sistem Informasi Business

BAB 4 HASIL PENELITIAN Deskripsi Data Terdistribusi Kualitas Sistem Informasi Business BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Data Terdistribusi Kualitas Sistem Informasi Business Trip Berdasarkan instrumen penelitian yang menggunakan skala 1 (satu) sampai

Lebih terperinci

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi.

BAB II METODE ANALISIS DATA. memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu model regresi. 10 BAB II METODE ANALISIS DATA 2.1 Pengertian Regresi Berganda Banyak data pengamatan yang terjadi sebagai akibat lebih dari dua variabel, yaitu memerlukan lebih dari satu variabel dalam membentuk suatu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitien Deskriptif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitien Deskriptif III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitien Deskriptif Verifikatif, dengan menggunakan metode pendekatan Ex Post Fakto dan Survey. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Statistika Statistika merupakan cara-cara tertentu yang digunakan dalam megumpulkan, menyusun atau mengatur, menyajikan, menganalisa dan mmberi interpretasi terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu variabel tak bebas (dependent

BAB 2 LANDASAN TEORI. berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu variabel tak bebas (dependent BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu

BAB IV HASIL PENELITIAN. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari tiga variabel yaitu data tentang kepemimpinan kepala sekolah (X 1 ), sikap guru terhadap pekerjaan (X 2

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1.Data Data adalah suatu bahan mentah yang jka diolah dengan baik melalui berbagai analisis dapat melahirkan berbagai informasi. 2.1.1.Menurut sifatnya Menurut sifatnya, data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu suatu metode yang menggambarkan secara sistematis dan obyektif tentang hubungan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian Sebagaimana telah dikemukakan pada bab-bab sebelumnya bahwa penelitian ini terdiri dari dua perangkat data, yakni 1) Data Pola

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI VARIASI MENGAJAR PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS V DI MIS KERTIJAYAN

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI VARIASI MENGAJAR PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS V DI MIS KERTIJAYAN BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI VARIASI MENGAJAR PADA MATA PELAJARAN FIQIH KELAS V DI MIS KERTIJAYAN A. Analisis Pendahuluan Analisis pendahuluan merupakan tahap pengelompokan data yang dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton,

BAB 2 LANDASAN TEORI. Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu varibel yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 59 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

6/28/2016 al muiz

6/28/2016 al muiz 6/28/2016 al muiz 2013 1 Unsur-unsur dalam model matematis Varia bel Kons tanta Para meter Unsur model matematis 6/28/2016 al muiz 2013 2 Variabel adalah sesuatu yang besarnya dapat berubah, misalnya sesuatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Dalam ilmu statistika teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan anatara dua variabel atau lebih adalah analisa regresi linier. Regresi pertama digunakan

Lebih terperinci

Regresi Linear Sederhana

Regresi Linear Sederhana Regresi Linear Sederhana dan Korelasi 1. Model Regresi Linear dan Penaksir Kuadrat Terkecil 2. Prediksi Nilai Respons 3. Inferensi Untuk Parameter-parameter Regresi 4. Kecocokan Model Regresi 5. Korelasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Keahlian Teknik Gambar Bangunan yang terletak di jalan Bojongkoneng

BAB III METODE PENELITIAN. Keahlian Teknik Gambar Bangunan yang terletak di jalan Bojongkoneng BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 5 Bandung Kompetensi Keahlian Teknik Gambar Bangunan yang terletak di jalan Bojongkoneng No.37A Bandung.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan (Forecasting) Peramalan pada dasarnya merupakan proses menyusun informasi tentang kejadian masa lampau yang berurutan untuk menduga kejadian di masa depan. Peramalan

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan

FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR. EvanRamdan FUNGSI DAN PERSAMAAN LINEAR TEORI FUNGSI Fungsi yaitu hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainnya. Unsur-unsur pembentukan fungsi yaitu variabel (terikat dan bebas), koefisien dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir Francis Galton pada

BAB 2 LANDASAN TEORI. berarti ramalan atau taksiran pertama kali diperkenalkan Sir Francis Galton pada BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi merupakan suatu model matematis yang dapat digunakan untuk mengetahui pola hubungan antara dua atau lebih variabel. Istilah regresi yang berarti

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Wonopringgo Pekalongan (Variabel X), peneliti menggunakan metode angket yang

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Wonopringgo Pekalongan (Variabel X), peneliti menggunakan metode angket yang 40 BAB IV AALISIS HASIL PEELITIA A. Analisis Kompetensi Profesional Guru MTs. Syarif Hidayatullah Wonopringgo Pekalongan Untuk mengetahui kompetensi profesional guru MTs. Syarif Hidayatullah Wonopringgo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. Menurut Sugiyono (2009:3),

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. Menurut Sugiyono (2009:3), BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rancangan bagaimana suatu penelitian dilakukan dengan menggunakan metode tertentu. Menurut Sugiyono (2009:3), Secara umum metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan statistik inferensial, yaitu tehnik statistik yang digunakan untuk menganalisis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (a) hasil pengujian analisis deskriptif data penelitian untuk memperoleh gambaran

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. (a) hasil pengujian analisis deskriptif data penelitian untuk memperoleh gambaran BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan berturut-turut (1) hasil penelitian yang meliputi (a) hasil pengujian analisis deskriptif data penelitian untuk memperoleh gambaran tentang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia

BAB 2 LANDASAN TEORI. digunakan sebagai konsep statistik pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galton. Dia 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Dalam ilmu statistika teknik yang umum digunakan untuk menganalisa hubungan antara dua variabel atau lebih adalah analisa regresi linier. Regresi pertama

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persamaan Regresi Menurut Sir Francis Galton (1822-1911) persamaan regresi adalah persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai atau variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun

BAB 2 LANDASAN TEORI. Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Analisis regresi (regression analysis) merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (prediction).

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis, (c) hasil pengujian hipotesis penelitian, (2) pembahasan, dan (3) keterbatasan penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. analisis, (c) hasil pengujian hipotesis penelitian, (2) pembahasan, dan (3) keterbatasan penelitian. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan berturut-turut (1) hasil penelitian yang meliputi (a) hasil pengujian analisis deskriptif data penelitian untuk memperoleh gambaran tentang

Lebih terperinci

BAB VI UJI PRASYARAT ANALISIS

BAB VI UJI PRASYARAT ANALISIS BAB VI UJI PRASYARAT ANALISIS A. Uji Normalitas 1. Dengan Kertas Peluang Normal Buatlah daftar distribusi frekuensi kumulatif kurang dari berdasarkan sample yang ada dan gambarkan ogivenya. Pindahkan ogive

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan

BAB II LANDASAN TEORI. Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data Data merupakan bentuk jamak dari datum. Data merupakan sekumpulan datum yang berisi fakta-fakta serta gambaran suatu fenomena yang dikumpulkan, dirangkum, dianalisis, dan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode

III. METODELOGI PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode 39 III. METODELOGI PENELITIAN Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif-korelasional (kausal) yang menjelaskan adakah hubungan dan seberapa besar pengaruh tiap-tiap variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama bekerja. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

BAB IV HASIL PENELITIAN. meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan, lama bekerja. Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Istilah regresi pertama kali diperkenalkan oleh Francis Galton. Menurut Galton, analisis regresi berkenaan dengan studi ketergantungan dari suatu variabel yang

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian 1. Data tentang Intensitas Latihan Membaca Al-Qur an Siswa MTs Al-Khoiriyyah Semarang Tahun Pelajaran 2013/2014 Data tentang intensitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1Uji Sampel Sebagai ketentuan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengambilan data adalah harus diketahui ukuran sampel yang memenuhi untuk di analisa. Untuk menentukan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. A. Regresi

BAB III LANDASAN TEORI. A. Regresi BAB III LANDASAN TEORI A. Regresi 1. Pengertian Regresi Regeresi adalah alat yang berfungsi untuk membantu memperkirakan nilai suatu varibel yang tidak diketahui dari satu atau beberapa variabel yang tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. bermacam-macam istilah: variabel penjelas, variabel eksplanatorik, variabel BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Regresi Regresi dalam statistika adalah salah satu metode untuk menentukan tingkat pengaruh suatu variabel terhadap variabel yang lain. Variabel yang pertama disebut

Lebih terperinci

MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi

MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi MA5283 STATISTIKA Bab 7 Analisis Regresi Orang Cerdas Belajar Statistika Silabus Silabus dan Tujuan Perkuliahan Silabus Tujuan Peubah bebas dan terikat, konsep relation, model regresi linier, penaksir

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan dalam penelitian yang bekerja dengan angka,

Lebih terperinci

Pertemuan 12. Analisis Regresi Sederhana

Pertemuan 12. Analisis Regresi Sederhana Pertemuan 1 Analisis Regresi Sederhana Analisis Regresi Regresi atau peramalan adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang apa yang paling mungkin terjadi dimasa yang akan datang berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Metode penelitian berkaitan dengan prosedur dan teknik yang harus dilakukan dalam penelitian, metode penelitian memberikan pedoman mengenai langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengetahuan, terutama para peneliti yang dalam penelitiannya banyak

BAB 2 LANDASAN TEORI. pengetahuan, terutama para peneliti yang dalam penelitiannya banyak 17 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Analisis Regresi Statistik merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling banyak mendapatkan perhatian dan dipelajari oleh ilmuan dari hampir semua ilmu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN 81 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Untuk memperoleh data dari responden yang ada, maka digunakan kuesioner yang telah dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas butir pertanyaan yang diajukan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Di sini akan dikemukakan deskripsi data dari masing-masing variabel dalam penelitian ini. Data yang dimaksud adalah data kemampuan menulis teks negosiasi (Y),

Lebih terperinci

BAB 5 Interpolasi dan Aproksimasi

BAB 5 Interpolasi dan Aproksimasi BAB 5 Interpolasi dan Aproksimasi Interpolasi merupakan proses penentuan dan pengevaluasian suatu fungsi yang grafiknya melalui sejumlah titik tertentu. Sebaliknya, pada aproksimasi grafik fungsi yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, III. METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel penelitian. Beberapa hal lain yang perlu

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Indeks Pembangunan Manusia Pembangunan manusia merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas penduduk, hal ini dapat ditempuh dengan cara meningkatkan kapasitas

Lebih terperinci

UJI HOMOGENITAS. Pada dasarnya uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih

UJI HOMOGENITAS. Pada dasarnya uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih UJI HOMOGENITAS Pada dasarnya uji homogenitas dimaksudkan untuk memperlihatkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama. Uji homogenitas terbagi

Lebih terperinci