BAB I PENDAHULUAN. benar. Proses yang baik dan benar hampir selalu melalui perjalanan yang panjang,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. benar. Proses yang baik dan benar hampir selalu melalui perjalanan yang panjang,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan tidak hanya dinilai dari hasil akhir, tetapi proses. Banyak orang yang mendapatkan hasil yang baik tanpa menjalani proses yang baik dan benar. Proses yang baik dan benar hampir selalu melalui perjalanan yang panjang, sukar, dan berliku-liku. Namun proses inilah yang menjadi pembelajaran terpenting dalam membangun karakter dan hanya orang-orang yang memiliki karakter yang berkualitas yang benar-benar mau bertahan dan dapat melalui proses tersebut. Demikianlah skripsi, karangan ilmiah yang diwajibkan sebagai bagian dari persyaratan pendidikan akademis (KBBI), dikatakan berhasil tidak hanya dilihat dari nilai akhir yang diberikan pada bobot 6 SKS saja. Jika keberhasilan skripsi hanya dilihat dari nilainya saja, maka integritas bukanlah harga yang harus dimiliki. Skripsi dikatakan berhasil saat peneliti mengerti dan memahami tujuan dan manfaat dari dilakukannya penelitian. Skripsi dikerjakan bukan untuk mendapatkan nilai A pada mata kuliah skripsi, bukan pula sekedar memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana seperti yang selalu tertera pada sampul depan skripsi. Tujuan penulisan skripsi adalah agar mahasiswa dapat berpikir logis, analitis dan ilmiah dalam menguraikan dan membahas suatu permasalahan

2 dan menuangkan hasil pemikiran dan penelitian tersebut secara sistematis dan terstruktur ( Skripsi adalah bukti integritas mahasiswa, implementasi ilmu yang telah diperoleh di perguruan tinggi, karya tertinggi mahasiswa S1 yang melibatkan rasa dan karsa serta kemampuan intelijen dan emosional mahasiswa. Sebagai bukti integritas serta implementasi teoritis akhir mahasiswa, skripsi bermanfaat untuk memberikan dedikasi kepada masyarakat dengan seluruh ilmu yang diperoleh mahasiswa selama di perguruan tinggi. Manfaat ini juga tertera dalam tridarma perguruan tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat. Untuk manfaat inilah, proses yang baik dan benar adalah kunci keberhasilan skripsi. Hasil akhir baik berupa nilai memuaskan, sangat memuaskan, maupun pujian dan pengakuan dari orang-orang adalah bonus dari proses yang telah dilalui dengan baik dan benar. Namun, sangat disayangkan banyak mahasiswa yang lupa, pura-pura lupa, atau memang tidak lupa karena sama sekali tidak mengerti manfaat skripsi pada kodratnya. Skripsi dipandang sebagai beban dan halangan besar yang harus dilewati secepat mungkin agar bisa maju, bukan lagi sebagai dedikasi terbaik yang sudah seharusnya diberikan kepada masyarakat pada akhir pengabdian seorang mahasiswa. Proses tidak lagi berharga bahkan hampir tidak terlintas dalam benak mahasiswa. Yang dipikirkan mahasiswa hanyalah cara paling instan dan mulus untuk selesai sampai bab akhir. Yang lebih memalukan lagi, mahasiswa menginginkan cara termudah dengan nilai tertinggi, waktu tercepat, dan pujian dari banyak orang tanpa mempedulikan nilai guna penelitiannya bagi masyarakat. Inilah produk sarjana yang diproduksi perguruan tinggi. Mahasiswa dengan mental yang sebenarnya belum siap untuk sarjana

3 dengan kalimat penutup Jangan lupakan almamater dengan bangga didistribusikan ke masyarakat untuk memajukan nama bangsa dan negara. Yang menjadi pertanyaannya adalah Mengapa ini semua bisa terjadi? dan Mengapa hal ini bisa tergilas dari pandangan dunia pendidikan disaat semua birokrat pendidikan berlomba-lomba untuk memperbaiki kualitas pendidikan institusinya? Salah satu hal yang sangat berkaitan dengan proses pengerjaan skripsi yang mengikutsertakan mahasiswa dan perguruan tinggi adalah bimbingan skripsi. Bimbingan skripsi makna dasarnya adalah bimbingan dalam proses skripsi. Beberapa proses dalam pengerjaan skripsi antara lain mahasiswa yang tidak fokus pada judul penelitiannya, bingung terhadap latar belakang masalah, kurang mengerti terhadap teori-teori yang akan digunakan, kurang memahami metodologi penelitian, bahkan sering kali timbul masalah saat mengumpulkan data, kesulitan dalam menganalisis data, dan kerumitan dalam membahas data secara sistematis dan terstruktur dan berbagai hal lainnya dalam proses penyelesaian skripsi yang tidak hanya menguji kecerdasan intelijen mahasiswa namun menguji kecerdasan emosional mahasiswa juga. Dengan adanya kondisi seperti ini, bimbingan skripsi adalah metode yang tepat untuk mencapai hasil maksimal dan berkualitas dari hasil penelitian ilmiah mahasiswa. Sebenarnya bimbingan skripsi memiliki peran penting dalam proses pengerjaan skripsi. Namun peran itu kurang dianggap penting oleh pihak-pihak yang bersangkutan. Bimbingan skripsi hanya dilihat sebagai formalitas, seperti tempat persetujuan dari dosen pembimbing untuk melangkah ke bab berikutnya.

4 Seharusnya pemaknaan seperti ini adalah penghinaan bagi dosen pembimbing karena ilmu yang dimiliki serta perannya sebagai pembimbing bukan hanya sekedar berguna untuk paraf saja. Sayangnya, dosen pembimbing juga kurang menyadari atau seolah-olah tidak menyadari keberadaan mahasiswa yang kurang memahami tujuan penulisan skripsi. Berhasil atau tidaknya skripsi adalah tanggung jawab dari mahasiswa yang melakukan penelitian tersebut. Namun keberhasilan skripsi juga dipengaruhi oleh lingkungan mahasiswa. Ketika motivasi internal mahasiswa dalam proses penyusunan skripsi menurun, motivasi eksternal dari lingkungan sangat dibutuhkan. Dan dosen pembimbing skripsi adalah bagian dari lingkungan mahasiswa tersebut. Dengan kata lain, keberhasilan skripsi juga merupakan tanggung jawab dosen pembimbing yang notabene adalah utusan dari perguruan tinggi agar secara langsung membimbing mahasiswa. Dosen pembimbing skripsi mempunyai peran membimbing mahasiswa agar mahasiswa memahami etika penelitian ilmiah terutama yang menyangkut plagiarisme dan sikap ilmiah, menetapkan masalah penelitian, menelusuri literatur, menyusun usul penelitian, mampu menerapkan teknik presentasi yang baik, mampu menulis skripsi, mampu melakukan ujian lisan saat mempertanggungjawabkan hasil pengerjaan skripsinya di hadapan dosen penguji ( Oleh sebab itu, peranan dosen pembimbing saat bimbingan skripsi sangatlah penting dalam mendukung mahasiswa dalam penelitian dan proses pengerjaan skripsinya. Melalui bimbingan skripsi, dosen pembimbing skripsi bertanggung jawab untuk membimbing mahasiswa sehingga mahasiswa mengerti etika penelitian ilmiah, tidak mengalami tekanan mental

5 dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi, serta menghasilkan skripsi yang berkualitas dan bermanfaat bagi masyarakat. Namun fenomena yang ditemukan adalah penyebab kecemasan yang dialami mahasiswa tingkat akhir bukan hanya karena kerumitan proses penelitian ilmiah yang akan dihadapi, tetapi juga karena kekhawatiran mahasiswa terhadap dosen yang membimbing mahasiswa dalam bimbingan skripsi serta terhadap metode bimbingan skripsi dosen tersebut. Mahasiswa mengalami ketidakpastian terhadap karakter dosen yang akan membimbing mereka. Mahasiswa mengharapkan untuk dibimbing oleh dosen tertentu yang sesuai dengan karakternya dan merasa cemas jika mendapatkan dosen pembimbing yang di kalangan mahasiswa telah mendapatkan label kejam, kaku, perfeksionis, sangat mendominasi, dan banyak permintaan. Kecemasan dan ketidakpastian yang dialami mahasiswa berpengaruh terhadap interaksi komunikasi antarpribadi mahasiswa dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi. Dalam proses bimbingan skripsi, semua mahasiswa selalu mengalami kecemasan dan ketidakpastian. Namun yang menjadi perhatian adalah tidak semua mahasiswa dapat mengatasi kecemasan dan ketidakpastiannya dalam bimbingan skripsi. Salah satu contoh mahasiswa yang tidak mampu mengatasi kecemasan dan ketidakpastian dalam dirinya adalah mahasiswa yang memohon kepada departemen untuk mengganti dosen pembimbingnya saat dia mengetahui dosen pembimbingnya adalah seorang dosen yang tidak sesuai dengan karakternya. Mahasiswa ini dikatakan tidak dapat mengatasi kecemasan dan ketidakpastiannya

6 karena dia memutuskan untuk tidak melakukan interaksi komunikasi dengan dosen pembimbingnya. Kecemasan dan ketidakpastian yang sangat tinggi dan tidak dapat diatasi membuat individu membatasi dirinya berkomunikasi dengan individu lainnya. Kecemasan dan ketidakpastian jika tidak dapat diatasi oleh mahasiswa, maka akan mengalami peningkatan. Kecemasan dan ketidakpastian yang semakin meningkat dapat menghambat komunikasi antarpribadi dosen pembimbing dan mahasiswa dalam bimbingan skripsi. Salah satu kelebihan komunikasi antarpribadi yaitu komunikasi antarpribadi selalu dimulai dari proses hubungan yang bersifat psikologis dan proses tersebut mengakibatkan keterpengaruhan diantara individu-individu pelaku komunikasi antarpribadi. Proses komunikasi yang bersifat psikologis ini yang menyebabkan komunikasi antarpribadi sangat berperan terhadap psikologi individu-individu pelaku komunikasi. Komunikasi antarpribadi dapat mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral khalayaknya. Interaksi dosen pembimbing dengan mahasiswa dalam bimbingan skripsi memerlukan peranan komunikasi antarpribadi yang dapat mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral mahasiswa dalam menyelesaikan skripsinya. Peranan dosen pembimbing diharapkan mampu mengurangi permasalahan yang akan dialami mahasiswa dalam proses pengerjaan skripsi, namun terdapat kondisi riil dimana dosen pembimbing skripsi menjadi salah satu permasalahan bagi mahasiswa dalam proses pengerjaan skripsinya. Mahasiswa merasa khawatir bila akan bertemu dengan dosen pembimbingnya dan mengalami kecemasan

7 berkomunikasi saat bimbingan skripsi. Bahkan kekuatiran tersebut membuat mahasiswa menjadikan atau menganggap hal yang wajar bila bimbingan skripsi hanya sebagai pertemuan untuk persetujuan tiap bab, bukan untuk berdiskusi atau mendapatkan pengarahan dari dosen pembimbing. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah mahasiswa yang sedang melakukan bimbingan skripsi di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) USU. Pemilihan lokasi penelitian di FISIP USU dilakukan karena pada fakultas inilah ditemukan beberapa kasus kecemasan mahasiswa dalam interaksi komunikasi dengan dosen dalam bimbingan skripsi dikarenakan dosen pembimbing skripsi yang tidak sesuai dengan harapan mahasiswa. Bila melihat pada salah satu tujuan komunikasi antarpribadi adalah untuk memelihara hubungan yang bermakna dengan orang lain, maka yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi, serta bagaimana komunikasi antarpribadi yang terjadi antara dosen pembimbing dengan mahasiswa dalam bimbingan skripsi di FISIP USU. Penelitian ini setidaknya dapat membantu dalam memperoleh pengetahuan mengenai bagaimana selama ini subjek penelitian membangun komunikasi antarpribadinya dan sejauhmana hal ini berpengaruh terhadap proses penyelesaian dan hasil tugas akhir mahasiswa tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti fenomena kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi pada mahasiswa FISIP USU.

8 I.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah interaksi komunikasi antarpribadi dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa dalam bimbingan skripsi? - Apakah persepsi mahasiswa terhadap dosen pembimbingnya dalam bimbingan skripsi? - Apakah mahasiswa terbuka untuk berdiskusi dan berinteraksi dengan dosen pembimbingnya? - Apakah mahasiswa merasakan perasaan capek, marah, sedih, atau senang dosen pembimbingnya? - Apakah mahasiswa menilai dosen pembimbingnya secara positif? - Apakah terdapat kesamaan antara mahasiswa dengan dosen pembimbing? 2. Bagaimanakah kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian mahasiswa dalam pengalaman interaksi komunikasi mereka dengan dosen pembimbing dalam tahap penunjukan, perkenalan, dan personal bimbingan skripsi? - Apakah mahasiswa merasa antusias atau cemas dalam tahap penunjukan, perkenalan, maupun tahap personal selama proses bimbingan skripsi?

9 - Apakah kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa meningkat atau menurun dari satu tahap menuju tahap selanjutnya selama proses bimbingan skripsi? 3. Faktor-faktor apakah yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya fenomena kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam pengalaman interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi? I.3. Pembatasan Masalah Agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka perlu dibuat pembatasan masalah. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti oleh peneliti adalah: 1. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan studi kasus sebagai metode riset peneliti. 2. Yang menjadi perhatian peneliti adalah kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam interaksi komunikasi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi. 3. Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara 4. Penelitian terbatas pada mahasiswa S1 Reguler yang sedang mengerjakan tugas akhir dan melakukan bimbingan skripsi.

10 I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1. Tujuan Penelitian Setiap penelitian yang dilakukan sudah pasti mempunyai tujuan yang akan dicapai. Adapun tujuan penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis interaksi komunikasi antarpribadi dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa dalam bimbingan skripsi. 2. Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena kecemasan berkomunikasi dan ketidakpastian mahasiswa dalam pengalaman interaksi komunikasi mereka dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi. 3. Penelitian ini bertujuan untuk memahami faktor-faktor yang berpotensi menjadi penyebab terjadinya fenomena kecemasan dan ketidakpastian mahasiswa dalam pengalaman interaksi komunikasi antarpribadi dengan dosen pembimbing dalam bimbingan skripsi. I.4.2. Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memperluas dan memperkaya penelitian kualitatif dalam bidang ilmu komunikasi.

11 b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat melengkapi dan memperkaya khasanah penelitian tentang komunikasi antarpribadi sebagai bagian dari ilmu komunikasi. c. Secara praktis, penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bersama dalam memahami konteks komunikasi antarpribadi dalam bimbingan skripsi yang terjadi di sekitar kita. I.5. Kerangka Teori I.5.1. Komunikasi Antarpribadi Kehidupan manusia ditandai dengan pergaulan di antara manusia dalam keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, tempat bekerja, organisasi sosial dan lain sebagainya. Semua ditunjukkan tidak saja pada derajat suatu pergaulan di dalam lingkungan, komunikasi, frekuensi pertemuan, jenis relasi mutu dari interaksi-interaksi di antara mereka tetapi juga terletak pada seberapa jauh keterlibatan di antara mereka satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Menurut Lasswell dalam bukunya The Structure and function of Communication in Society, cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what effect (Rakhmat, 2002). Ciri khas komunikasi interpersonal ini ialah sifatnya dua arah atau timbal balik (two ways traffic communication). Di dalam komunikasi interpersonal, komunikator dan komunikan saling berganti fungsi. Menurut Joseph A.Devito, ciri komunikasi antarpribadi yang efektif adalah keterbukaan (openness), empati

12 (empathy), dukungan (supportiveness), rasa positif (positiveness), kesetaraan (equality). (Liliweri, 1991:13) I.5.2 Communication Apprehension Tingkat kecemasan ataupun ketakutan individu yang berkaitan dengan komunikasi yang sedang atau yang akan dilakukan dengan orang lain dinamakan dengan Communication Apprehension (CA). CA merupakan perilaku yang biasa dan normal karena setiap individu mengalaminya, namun tidak semua individu dapat mengatasi hal ini sehingga dapat mengganggu komunikasi individu tersebut dengan orang lain. Patterson dan Ritts dalam penelitiannya mengemukakan beberapa parameter yang menunjukkan komunikator mengalami kecemasan sosial dan komunikasi. Menurut mereka kecemasan sosial dan komunikasi memiliki aspek fisik, aspek tingkah laku, serta aspek kognitif. Terkait dengan pemikiran negatif, Patterson dan Rits mengemukakan: Negative thinking can lead to anxious self-perception that keeps a person from considering all of the information and cues in the environment. (Pemikiran negatif menyebabkan seseorang menjadi terlalu khawatir dengan dirinya sendiri sehingga ia harus memperhitungkan segala informasi dan gejala yang muncul dari lingkungan di sekitarnya). Hal ini menyebabkan proses dan pengolahan informasi yang normal terganggu yang pada akhirnya mendorong seseorang untuk menarik diri dari lingkungannya. (Morrisan, 2010:9) Joseph A. Devito (Devito, 2001:81-82) menuliskan faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi, antara lain: a. Derajat Evaluasi b. Subordinate status c. Degree of conspicuousness d. Degree of unpredictability e. Degree of dissimilarity f. Prior success and failures g. Lack of communication skills and experience

13 I.5.3. Teori Pengurangan Ketidakpastian (Uncertainty Reduction Theory) Teori pengurangan ketidakpastian atau Uncertainty Reduction Theory (URT) pertama sekali dikembangkan oleh Berger dan Calabrese pada tahun Tujuan Berger dan Calabrese dalam membangun teori ini adalah untuk menjelaskan bagaimana komunikasi digunakan untuk mengurangi ketidakpastian antara orang-orang yang baru saling mengenal yang terlibat dalam percakapan. Teori pengurangan ketidakpastian membahas proses dasar bagaimana kita memperoleh pengetahuan mengenai orang lain melalui interaksi komunikasi. (Morissan, 2010: 86) Berger dan Calabrese menuliskan tujuh aksioma ketidakpastian, yakni: a.ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal b.pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi c.ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah d.ketidakpastian tinggi, keintiman komunikasi rendah e. ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi f.kesamaan mengurangi ketidakpastian g.ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah (Morrisan, 2010:93) I.6. Kerangka Konsep Prof. Dr. H.M. Burhan Bungin mengartikan konsep sebagai generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama ( Bungin, 2001:73) Kerangka konsep adalah hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai serta

14 perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang dicapai serta perumusan kerangka konsep merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 1995:40). Maka konsep operasional yang akan diteliti adalah: Kecemasan Berkomunikasi dan Ketidakpastian Mahasiswa dalam Komunikasi Antarpribadi dengan Dosen Pembimbing dalam Bimbingan Skripsi I.7. Operasionalisasi Konsep Berdasarkan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka konsep operasional tersebut dijadikan acuan untuk memecahkan masalah. Agar konsep operasional tersebut dapat membentuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian, maka dioperasionalkan sebagai berikut: Konsep Operasional Komunikasi Antar Pribadi Mahasiswa Bimbingan dan Dosen Pembimbing Skripsi Operasionalisasi Konsep 1.Komunikasi antarpribadi yang efektif a. Keterbukaan (Openness) b. Empati (Empathy) - Turut merasakan perasaan orang lain - Terlibat aktif melalui ekspresi wajah dan gerak c. Dukungan (Supportiveness) - Situasi yang terbuka untuk mendukung berlangsungnya komunikasi efektif. d. Rasa positif (Positiveness) - Penilaian positif komunikator pada komunikan

15 - Sikap positif karena suasana yang menyenangkan e. Kesamaan (Equality) - Memperlakukan orang lain secara horizontal dan demokrasi - Mengkomunikasikan penghargaan dan rasa hormat pada perbedaan pendapat. Faktor Pengaruh dan Eksplorasi Komunikasi Antarpribadi 1. Uncertainty Reduction Theory a.ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal b.pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi c.ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah d.ketidakpastian tinggi, keakraban komunikasi rendah e.ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi f.kesamaan mengurangi ketidakpastian g.ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah 2. Communication Apprehension a.parameter kecemasan berkomunikasi - Aspek fisik - Aspek tingkah laku - Aspek kognitif b.faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi - Derajat Evaluasi - Subordinate status - Degree of conspicuousness

16 - Degree of unpredictability - Degree of dissimilarity - Prior success and failures - Lack of communication skills and experience I.8 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara mengukur variabel-variabel. Definisi operasional juga merupakan suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yamg akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 1995: 46). Definisi operasional dalam penelitian ini adalah: 1. Komunikasi Antar Pribadi Dosen Pembimbing Skripsi dan Mahasiswa Bimbingan a. Keterbukaan (Openness) Keterbukaan dosen pembimbing dalam menerima mahasiswa tersebut sebagai seseorang yang akan dibimbingnya, dan keterbukaan mahasiswa menerima dosen sebagai pembimbingnya. Serta keterbukaan untuk saling memberikan informasi yang membantu penyelesaian tugas akhir.

17 b. Empati Sikap menerima atau tidak menerima dalam membentuk konsep diri yang positif dan meningkatkan motivasi mahasiswa. c. Dukungan (Supportiveness) Perhatian dan kepercayaan dosen pembimbing terhadap mahasiswa bimbingannya. d. Rasa positif Perasaan dan pikiran yang positif serta optimis akan kemampuan mahasiswa bimbingannya baik IQ maupun EQ. e. Kesamaan (Equality) Memberi pengertian bahwa dosen pembimbing menerima mahasiswa bimbingannya, dan sebaliknya. 2. Faktor pengaruh dan eksplorasi komunikasi antarpribadi a. Uncertainty Reduction Theory - ketidakpastian tinggi, mendorong komunikasi verbal Ketidakpastian tinggi pada tahap masukan/ tahap perkenalan, mendorong peningkatan komunikasi verbal antara dosen pembimbing dan mahasiswa. - pernyataan nonverbal rendah, ketidakpastian tinggi

18 Pada tahap awal interaksi komunikasi antarpribadi dalam bimbingan skripsi, ketika ungkapan nonverbal meningkat maka tingkat ketidakpastian menurun. - ketidakpastian tinggi mendorong pencarian informasi rendah Ketidakpastian yang tinggi pada mahasiswa terhadap dosen pembimbing akan meningkatkan upaya untuk mencari informasi mengenai perilaku dosen pembimbing. - ketidakpastian tinggi,keintiman komunikasi rendah Tingkat ketidakpastian yang tinggi dalam hubungan dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa menyebabkan turunnya tingkat keintiman isi komunikasi. - ketidakpastian tinggi, resiprositas tinggi Semakin sedikit informasi yang diberikan oleh mahasiswa maka dosen pembimbing akan melakukan hal yang serupa, dan sebaliknya. - kesamaan mengurangi ketidakpastian Kesamaan antara dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa akan mengurangi ketidakpastian. - ketidakpastian tinggi, kesukaan rendah Ketidakpastian yang meningkat antara dosen pembimbing skripsi dan mahasiswa akan mengurangi perasaan tertarik.

19 b. Communication Apprehension - Parameter kecemasan berkomunikasi 1. Aspek fisik Kecemasan berkomunikasi yang terlihat dari fisik individu seperti denyut jantung atau wajah yang memerah karena malu 2. Aspek tingkah laku Kecemasan berkomunikasi yang terlihat dari tingkah laku individu seperti penghindaran dan perlindungan diri. 3. Aspek kognitif Kecemasan berkomunikasi yang dapat dilihat dari kerangka berpikir individu seperti terlalu fokus pada diri sendiri (self-focus) serta timbulnya pemikiran negatif. - Faktor-faktor yang meningkatkan kecemasan berkomunikasi 1. Derajat Evaluasi Semakin tinggi mahasiswa merasa dirinya sedang dievaluasi, maka kecemasan akan semakin meningkat. 2. Subordinate status Saat mahasiswa merasa bahwa dosen pembimbing memiliki pengetahuan yang jauh lebih luas dari mahasiswa bahkan mahasiswa

20 tidak dapat mengejarnya, maka kecemasan berkomunikasi akan semakin meningkat. 3. Degree of conspicuousness Semakin mencolok seorang mahasiswa, maka kecemasan berkomunikasi akan semakin tinggi. 4. Degree of unpredictability Semakin banyak situasi tak terduga, maka semakin besar tingkat kecemasan. 5. Degree of dissimilarity Saat mahasiswa merasakan sedikit persamaan, maka akan terjadi kecemasan berkomunikasi. 6. Prior success and failures Keberhasilan atau kegagalan mahasiswa di satu situasi dalam bimbingan skripsi akan berpengaruh terhadap respon mahasiswa pada bimbingan selanjutnya. 7. Lack of communication skills and experience Kurangnya kemampuan dan pengalaman mahasiswa akan menyebabkan kecemasan berkomunikasi, terutama jika mahasiswa tidak berusaha untuk meningkatkan kemampuannya.

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah. mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah. mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tidak ada manusia yang sempurna, artinya semua orang pernah mengalami situasi sulit. Ada beberapa orang yang sebenarnya memiliki kemampuan dan pengetahuan standar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupannya sering dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. Organisasi adalah sebuah sistem sosial yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini Perguruan Tinggi merupakan tempat berkumpulnya civitas akademika dalam menempuh pendidikan sarjana. Perguruan Tinggi adalah lembaga pendidikan

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI

PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI PERSEPSI MAHASISWA DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FISIP USU TERHADAP PROSES KOMUNIKASI DALAM BIMBINGAN SKRIPSI (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Persepsi Mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU

Lebih terperinci

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL

PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL PROSES KOMUNIKASI ANTARPRIBADI PADA WARGA BINA SOSIAL (Studi Deskriptif Kualitatif Proses Komunikasi Antarpribadi Sesama Warga Bina Sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi) Rittar Murdani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa, pada masa tersebut mahasiswa memiliki tanggung jawab terhadap masa BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa sebagai peserta didik yang terdaftar dan belajar pada Perguruan Tinggi pada umumnya berusia antara 18-24 tahun. Mahasiswa merupakan masa memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai kodratnya manusia adalah makhluk pribadi dan sosial dengan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam usaha untuk memenuhi kebutuhankebutuhan tersebut manusia memerlukan

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. canggih ini membutuhkan sarana atau media untuk menyampaikan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran globalisasi membawa pengaruh bagi kehidupan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pengaruh globalisasi dirasakan diberbagai bidang kehidupan seperti

Lebih terperinci

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki

Komunikasi Interpersonal. Dwi Kurnia Basuki Komunikasi Interpersonal Dwi Kurnia Basuki Definisi Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Proses

BAB I PENDAHULUAN. usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Proses BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan tempat dilakukannya berbagai kegiatan dalam usaha pencapaian tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Proses pencapaian tujuan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kunci dari kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar,

B A B I PENDAHULUAN. yang sangat mendasar dan vital dalam kehidupan manusia. Dikatakan mendasar, B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi secara sederhana dapat diartikan sebagai proses penyampaian pesan dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi merupakan proses sosial yang sangat mendasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal.

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan satu sama lainnya dalam suatu wadah baik formal maupun informal. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar, digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa merupakan sebutan bagi individu yang belajar atau mengikuti pengajaran di perguruan tinggi maupun akademi. Tidak hanya sekedar gelar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada konteks dan situasi. Untuk memahami makna dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam komunikasi, sering sekali muncul berbagai macam penafsiran terhadap makna sesuatu atau tingkah laku orang lain. Penafsiran tersebut, tergantung pada konteks dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal merupakan bagian dari ilmu komunikasi adalah hal yang sangat penting dalam suatu organisasi untuk kelancaran kegiatan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta

bagaimana seseorang melihat atau memahami dirinya (sense of self) serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

III. METODE PENELITIAN. yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Konteks Masalah Penyesuaian diri terhadap lingkungan yang baru dijajaki merupakan proses awal untuk dapat bertahan hidup dalam sebuah lingkungan baru. Berbagai masalah-masalah akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan manusia banyak didukung dari beberapa faktor, diantaranya adalah faktor kesehatan, gizi, dan mental atau psikologis, dimana faktor-faktor tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Vivit Puspita Dewi, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hubungan interpersonal sangat penting untuk perkembangan perasaan kenyamanan seseorang dalam berbagai lingkup sosial. Hubungan Interpersonal membantu dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek,

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu objek, BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Metode deskriptif yaitu suatu metode dalam penelitian status kelompok manusia, suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu

BAB I PENDAHULUAN. maka hampir dipastikan semua sektor akan berdampak kemacetan, oleh sebab itu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pelayanan publik merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi stagnasi maka hampir

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant 1. Definisi Komunikasi Interpersonal Individu Dengan Ciri-ciri Avoidant Komunikasi interpersonal (interpersonal communication)

Lebih terperinci

2. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan antara warga bina sosial dan pegawai.

2. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan antara warga bina sosial dan pegawai. 2. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan antara warga bina sosial dan pegawai. 1.4 Manfaat penelitian Adapun yang menjadi manfaat peneliti ini adalah: 1. Secara akademis, diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang. dan pengalaman masing-masing dalam percakapan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Komunikasi interpersonal adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang biasanya tidak diatur secara formal. Dalam komunikasi interpersonal, setiap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau hubungannya dengan judul yang akan diteliti yaitu Peranan Komunikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau hubungannya dengan judul yang akan diteliti yaitu Peranan Komunikasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tinjauan penelitian terdahulu digunakan sebagai referensi dari penelitian yang akan diteliti, penelitian terdahulu dipilih oleh peneliti yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan, kegiatan komunikasi tidak terlepas dari aktivitas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia diciptakan, kegiatan komunikasi tidak terlepas dari aktivitas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejak manusia diciptakan, kegiatan komunikasi tidak terlepas dari aktivitas manusia itu sendiri. Untuk terus-menerus dapat melangsungkan hidupnya, manusia harus saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses dua arah yang menghasilkan pertukaran informasi dan pengertian antara masing-masing individu yang terlibat. Komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa.

BAB I PENDAHULUAN. lain (non media). Ketika sumber dari non media tidak dapat memuaskan. kebutuhan kita, maka kita mencarinya dari media massa. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masyarakat pada era teknologi ini benar-benar merasakan bahwa mereka tidak dapat hidup tanpa adanya interaksi terhadap lingkungan dan media massa. Ada berbagai kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam pendidikan. Perguruan Tinggi diadakan dengan tujuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi

Lebih terperinci

FENOMENA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DOSEN PEMBIMBING DAN MAHASISWA DALAM BIMBINGAN SKRIPSI SKRIPSI

FENOMENA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DOSEN PEMBIMBING DAN MAHASISWA DALAM BIMBINGAN SKRIPSI SKRIPSI FENOMENA KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DOSEN PEMBIMBING DAN MAHASISWA DALAM BIMBINGAN SKRIPSI (Studi Kasus Kecemasan Berkomunikasi dan Ketidakpastian Pada Mahasiswa FISIP USU) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya. mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya. mengemukakan hasil penelitian lain yang relevan dalam pendekatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1. Tinjauan Tentang Penelitian Sebelumnya Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu sebagai perbandingan dan tolak ukur serta

Lebih terperinci

Salsabila Khairani 1 ABSTRAK

Salsabila Khairani 1 ABSTRAK KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI ORANG TUA ANAK PENDERITA AUTIS DENGAN TERAPIS DALAM MASA TERAPI SERTA EFEKNYA TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK (Studi Pada Orang Tua Dan Terapis Siswa Autis Di SLB Dharma Bhakti Dharma

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI Diajukan oleh : Rozi Januarti F. 100 050 098 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009 BAB

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. membutuhkan bimbingan serta pengawasan dalam mengunakan gadget. Proses

BAB V PENUTUP. membutuhkan bimbingan serta pengawasan dalam mengunakan gadget. Proses BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pada penelitian ini didapatkan bahwa komunikasi antarpribadi sangat penting peranannya bagi orangtua dengan anak di masa sekolah dasar yang masih membutuhkan bimbingan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

Peran Komunikasi Horizontal Dalam Menangani Konflik Antar Pegawai di Dinas Bina Marga Kota Medan. Tira Syahrina Harahap. Abstrak

Peran Komunikasi Horizontal Dalam Menangani Konflik Antar Pegawai di Dinas Bina Marga Kota Medan. Tira Syahrina Harahap. Abstrak Peran Komunikasi Horizontal Dalam Menangani Konflik Antar Pegawai di Dinas Bina Marga Kota Medan Tira Syahrina Harahap Abstrak Penelitian ini berjudul Peran Komunikasi Horizontal Dalam Menangani Konflik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat penting dan kompleks

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat penting dan kompleks BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi menjadi salah satu aktivitas yang sangat penting dan kompleks bagi kehidupan manusia, dimana dapat kita lihat komunikasi dapat terjadi pada setiap gerak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Komunikasi antar pribadi merupakan salah satu bentuk komunikasi. Komunikasi Antar Pribadi sebenarnya merupakan satu proses sosial dimana orang orang yag terlibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai kualitas komunikasi yang dijabarkan dalam bentuk pengertian kualitas BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini terbagi atas empat sub bab. Sub bab pertama membahas mengenai komunikasi sebagai media pertukaran informasi antara dua orang atau lebih. Sub bab kedua membahas mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia setiap hari melakukan komunikasi mulai dari lingkungan keluarga, di tempat bekerja, di pasar, dan sebagainya. Sejalan hal tersebut komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu fase dalam kehidupan manusia yang sangat penting dilalui bagi kehidupan setiap orang ialah masa kanak-kanak. Masa kanak-kanak ialah masa yang membutuhkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan

I. PENDAHULUAN. berbeda-beda baik itu kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara kodrati tercipta dengan sifat yang unik, berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Setiap individu memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan kebutuhan manusia, setiap aspek kehidupan kita seharihari dipengaruhi oleh komunikasi kita dengan orang lain. Komunikasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan implementasi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mencerdaskan bangsa. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Narapidana sebagai orang-orang yang dinyatakan bersalah merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Narapidana sebagai orang-orang yang dinyatakan bersalah merupakan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang masalah Narapidana sebagai orang-orang yang dinyatakan bersalah merupakan orang-orang yang mengalami kegagalan dalam menjalani hidup bermasyarakat. Mereka gagal memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Lembang. Lembaga formal dalam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) pada umumnya berada pada rentang usia antara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan, baik fisik maupun mental. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia berharap dilahirkan dalam keadaan yang normal dan sempurna, akan tetapi tidak semua manusia mendapatkan kesempurnaan yang diinginkan karena adanya keterbatasan-keterbatasan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu berkeinginan untuk berbicara, tukar-menukar gagasan, mengirim dan menerima informasi, berbagi pengalaman, bekerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat, menanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat, menanggapi dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat, menanggapi dan mengambil kesimpulan tentang penyebab perilaku orang lain. Sejalan dengan itu kita juga menanggapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin maju menuntut masyarakat untuk semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah satu tujuan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus. berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kampus UIN Maulana Malik Ibrahim (MMI) Malang sebagai kampus berbasis Islam menerapkan beberapa kebijakan yang ditujukan untuk mencetak lulusan yang tidak saja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Tiap kelompok. Setiap suku dan bangsa mempunyai budaya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Tiap kelompok. Setiap suku dan bangsa mempunyai budaya masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan. Segala kegiatan dan buah pikiran manusia menghasilkan kebudayaan. Tiap kelompok masyarakat mempunyai

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian Kuantitatif

Metodologi Penelitian Kuantitatif Modul ke: Metodologi Penelitian Kuantitatif Pengertian dan Ruang Lingkup Penelitian Ilmiah Fakultas ILMU KOMUNIKASI Finy F. Basarah, M.Si Program Studi Penyiaran www.mercubuana.ac.id Pengertian dan Ruang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Stres pada Wanita Karir (Guru) 1. Pengertian Istilah stres dalam psikologi menunjukkan suatu tekanan atau tuntutan yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : A15.113.02 / Interpersonal Revisi ke : Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tgl revisi : Jml Jam kuliah dalam seminggu : 2.5 jam

Lebih terperinci

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR MANFAAT EMOTIONAL INTELLIGENCE BAGI PENGAJAR DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Astrini Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Bina Nusantara University, Jln. Kemanggisan Ilir III No 45, Kemanggisan, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Kompetensi Interpersonal 1. Pengertian Kompetensi Interpersonal Menurut Mulyati Kemampuan membina hubungan interpersonal disebut kompetensi interpersonal (dalam Anastasia, 2004).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. pribadi untuk kontak sosial. Melalui komunikasi seseorang tumbuh dan belajar, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Komunikasi menjadi aktivitas yang tidak terelakkan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Hampir setiap saat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan dan salah satu kebutuhan utama bagi setiap manusia untuk meningkatkan kualitas hidup serta untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan manusia lainnya. Ketika seorang anak masuk dalam lingkungan sekolah, maka anak berperan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG MASALAH Peneliti ingin mengambil tema tentang budaya komunikasi di organisasi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan peneliti ingin menelitinya dan menarik untuk dikaji

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS KOMUNIKASI DAN CITRA DIRI DENGAN KESEPIAN PARA ISTRI ANGGOTA TNI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Dalam mencapai derajat Sarjana S-1 oleh : DWI BUDI UTAMI F 100 040

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT 100904069 ABSTRAK Penelitian ini berjudul Konsep Diri dalam Komunikasi Antarpribadi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada perguruan tinggi tahun pertama harus bersiap menghadapi dunia baru yaitu dunia perkuliahan yang tentu saja berbeda jauh dengan kultur dan sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang khas yang menghadapkan manusia pada suatu krisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya bisa menghadapi masalah berupa tantangan, tuntutan dan tekanan dari lingkungan sekitar. Setiap tahap perkembangan dalam rentang kehidupan

Lebih terperinci

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN MOTIVASI BELAJAR (Studi Korelasional Pengaruh Komunikasi Antarpribadi Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Anak Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Kabanjahe) Sepfiany Evalina Ginting

Lebih terperinci

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY.

Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY. Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id 1 Untuk menghasilkan Kesan yang Tepat diperlukan suatu latihan yang teratur dan sistematis.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Skripsi adalah karya ilmiah yang wajib ditulis oleh mahasiswa sebagai bagian dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat SD,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diajarkan di institusi-institusi pendidikan, baik ditingkat SD, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam dunia pendidikan. Matematika dalam pelaksanaan pendidikan diajarkan di institusi-institusi

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut Wahjudi (2009), kecemasan komunikasi adalah perasaan takut atau tingkat kegelisahan dalam transaksi komunikasi. Kecemasan dalam berkomunikasi dapat muncul

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN PENGUNGKAPAN DIRI SKRIPSI. Oleh : TARI SEPTHIA BAFITA

EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN PENGUNGKAPAN DIRI SKRIPSI. Oleh : TARI SEPTHIA BAFITA EFEKTIFITAS KOMUNIKASI ANTARPRIBADI DAN PENGUNGKAPAN DIRI (Studi kasus tentang Hubungan antara Efektifitas Komunikasi Antarpribadi dan Pengungkapan Diri dalam Kaitannya dengan Prestasi Belajar pada Mahasiswa

Lebih terperinci

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS)

RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PERKULIAHAN SEMESTER (RPKPS) Kode / Nama Mata Kuliah : A15.112.07/ Psikologi Komunikasi Revisi ke : Satuan Kredit Semester : 3 SKS Tgl revisi : Jml Jam kuliah dalam seminggu :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan

BAB I PENDAHULUAN. stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menempuh pendidikan di perguruan tinggi tidak dapat dipisahkan dari stress. Seperti kehidupan normal pada umumnya, kehidupan di perguruan tinggi juga meliputi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis, 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian teori 1. Komunikasi Komunikasi merupakan sebuah kata yang abstrak dan memiliki sejumlah arti. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communis, yang berarti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa mengalami kecemasan komunikasi dapat terjadi didalam kelas, forum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mahasiswa sama halnya dengan peserta didik yang lain, mereka juga samasama memiliki permasalahan. Mulai dari masalah akademik, masalah dengan orang tua,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian yang yang bertujuan

Lebih terperinci

2.1.1 Definisi dan proses komunikasi. 2003:8). Ada banyak pengertian yang dapat menggambarkan mengenai

2.1.1 Definisi dan proses komunikasi. 2003:8). Ada banyak pengertian yang dapat menggambarkan mengenai BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi dan proses komunikasi Komunikasi adalah kebutuhan dasar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Hakikat komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 03FIKOM. Ruang Lingkup Komunikasi. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 03FIKOM. Ruang Lingkup Komunikasi. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas 03FIKOM Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom Program Studi MARCOMM Ruang Lingkup Komunikasi Dalam memahami ruang lingkup komunikasi sama

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KOMUNIKASI

JENIS-JENIS KOMUNIKASI JENIS-JENIS KOMUNIKASI 1. KOMUNIKASI INTERPERSONAL 2. KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL 3. KOMUNIKASI PUBLIK Komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang ada di dalam diri kita sendiri. Contohnya seperti merenung,

Lebih terperinci