BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori tentang simbol berasal dari Yunani kata symboion dari syimballo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori tentang simbol berasal dari Yunani kata symboion dari syimballo"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Simbol Teori tentang simbol berasal dari Yunani kata symboion dari syimballo (menarik kesimpulan berarti memberi kesan). Simbol atau lambang sebagai sarana atau mediasi untuk membuat dan menyampaikan suatu pesan, menyusun sistem epistimologi dan keyakinan yang dianut (Sukamto, 2001). Dalam perkembangannya menurut semiotika memiliki tiga jenis yaitu: 1. Jenis Semiotika Konotatif yaitu makna tanda-tanda konotatif yang diterapkan pada bidang kesusasteraan dan arsitektur. 2. Jenis Semiotika Ekspansif yaitu pengembangan dari semiotika konotatif. Jenis ini mengambil makna sepenuhnya oleh pengertian yang diberikan seperti telah diambil alih oleh peran filosofi. 3. Jenis Semiotika Komunikatif yaitu digunakan oleh orang yang mempelajari tanda sebagai bagian proses komunikasi berupa tanda yang digunakan oleh pengirim dan diterima oleh penerima dengan maksud yang sama. Adapun maksud yang terima secara denotatif (makna yang langsung dari suatu tanda yang telah disepakati bersama dan semua orang mengetahuinya dengan arti yang sama) dan konotatif (maksud kedua atau yang tersirat selain dari dari denotatif ). Pembentukan suatu tanda yaitu akibat hubungan yang kuat antara "signifier" (pemberi tanda/semainon) dan signified (maksud dari tanda tersebut) (Havet, 1978). Berdasarkan dasarnya terdapat jenis tanda (Zoest, 1978) yaitu: 4

2 5 1. Legisign yaitu berasal dari kata lex (hukum). Legisign merupakan suatu tanda karena suatu keberaturan tertentu seperti sistem stuktur bangunan. 2. Sinsign yaitu berasal dari kata sin yang mengadaptasi dari kata singular (tunggal). Sinsign meruapakan tanda yang berdasarkan atas kejadian, bentuk yang asli seperti bangunan tradisional yang memiliki keunikan dan keaslian. 3. Qualisign yaitu berasal dari kata quality atau kwalitas ataupun sifat. Qualisign yaitu tanda yang didasari oleh sifatnya. Beberapa jenis tanda lainnya (Charles, 1977) yaitu : Ikon yaitu tanda yang menyerupai benda yang diwakilinya atau tanda yang menggunakan kesamaan ciri-ciri benda tersebut. Sifat-sifat ikon yaitu sesuatu yang pasti, memperlihatkan atau menggambarkan sesuatu, berhubungan dengan kenyataan dan mengikuti dengan apa yang diwakili. Indeks yaitu berkaitan terhadap sebab-akibat dengan apa yang diwakilinya yang memiliki sifat tergantug pada keberadaan bendanya. Misalnya gula dan semut, dimana semut akan datang jika ada gula maka semut merupakan indeks. Indeks yang berperan sebagai tanda akan kehilangan cirinya jika bendanya disingkirkan tetapi masih akan mempunyai arti. Simbol atau lambang yaitu tanda dimana hubungan antara tanda dengan denotum (penanda) ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum atau kesepakatan bersama. Simbol dapat menggambarkan suatu ide abstrak dimana tidak ada kemiripan antara bentuk tanda dan arti. Makna simbol akan menghilang jika tidak dapat dipahami oleh masyarakat yang

3 6 latar belakangnya berbeda. Simbol adalah tidak pernah benar-benar menghasilkan makna baru dalam setiap konteks yang berbeda. Hal ini bukannya tidak beralasan karena ada ketidaksempurnaan ikatan alamiah antara penanda dan petanda seperti simbol keadilan yang berupa sebuah timbangan tidak dapat digantikan oleh identitas lainnya seperti kendaraan atau kereta (Berger, 2000). Berdasarkan teori symbol, simbol dibagi menjadi dua, yaitu (Langer, 1957): 1. Simbol diskursif, ialah bentuk yang digunakan secara literal dimana unitunitnya bermakna berdasarkan konvensi (aturan yang disepakati bersama). Setiap unit memiliki maknanya sendiri seperti kata dalam serangkaian kalimat. Symbol diskursif memiliki ciri-ciri logika, parsial, gramatika, mengandung pesan, dan denotatif. Logika Menurut KBBI, logika adalah jalan pikiran yang masuk akal. Karya arsitektural yang dapat diterima oleh akal pikiran dan telah disepakati bersama (konvensi) Parsial Menurut KBBI adalah bagian dari keseluruhan. Karya arsitektur terdiri dari elemen-elemen yang dipersatukan sehingga memiliki makna yang utuh. Elemen-elemen tersebut sebenarnya memiliki makna tersendiri secara parsial. Gramatika / tatanan

4 7 Menggabungkan elemen-elemen menjadi karya arsitektur memiliki tatanan yang telah disepakati. Seperti dalam penyusunan kata menjadi serangkaian kalimat. Mengandung pesan Suatu karya arsitektur yang tersusun dari elemen-elemen dan ditata menurut tatanan yang ada akan memberikan pesan khusus bagi penggunanya. Apabila ada elemen yang dihilangkan, pesan tersebut akan berubah dari sebelumnya. Tersurat / denotatif Makna dari elemen-elemen arsitektur digambarkan secara tersurat dan dapat dilihat secara inderawi oleh pengguna. 2. Symbol presentasional, tidak terdiri dari unit-unit yang memiliki arti tetap untuk digabung berdasarkan aturan tertentu dan juga tidak dapat diuraikan. Maknanya ada didalam bentuk secara keseluruhan. Symbol presentasional terkait dengan rasa (sense), holistic, gestalt, kesan, dan konotatif. Sense (rasa) Setiap karya arsitektur akan menghadirkan sense berbeda-beda. Sense tersebut diakibatkan adanya gabungan elemen arsitektur yang saling berkaitan. Holistic Penekanan terhadap pentingnya keseluruhan dan saling keterkaitan dari bagian-bagiannya dan tidak bisa terpisahkan. Gestalt

5 8 Berarti kesatuan yang utuh dan terpadu. Kesan Menurut KBBI adalah sesuatu yang terasa (terpikir) sesudah melihat (mendengar). Dalam arsitektur, kesan pengguna terhadap karya arsitektur sangat penting. Karena kesan tersebut yang akan terus melekat pada pikiran manusia. Konotatif Menurut KBBI adalah makna yang ditambahkan pada makna denotasi. Makna konotatif akan didapatkan oleh pengguna setelah dilakukan kajian terhadap karya arsitektur secara keseluruhan. Beberapa fungsi simbol yaitu (Raho, 2007) : 1. Simbol membantu manusia untuk berhubungan dengan bidang material dan sosial dengan memperbolehkan mereka memberi nama, membuat kategori, dan mengingat objek-objek yang mereka temukan dimana saja. Dalam hal ini bahasa mempunyai peran yang sangat penting. 2. Simbol dapat menyempurnakan manusia untuk memahami lingkungannya. 3. Simbol dapat menyempurnakan kemampuan manusia untuk berpikir. Dalam hal ini, berpikir dapat dianggap sebagai interaksi simbolik dengan diri sendiri. 4. Simbol dapat meningkatkan kemampuan manusia untuk mecari solusi persoalan manusia. Sedangkan manusia bisa berpikir dengan menggunakan simbol-simbol sebelum melakukan pilihan-pilihan dalam melakukan sesuatu.

6 9 5. Penggunaan simbol-simbol memungkinkan manusia berpikir melampaui pemahaman yang biasanya dari segi waktu, tempat dan bahkan diri mereka sendiri. Dengan menggunakan simbol-simbol manusia bisa membayangkan bagaimana hidup dimasa lampau atau akan datang. Mereka juga bisa membayangkan tentang diri mereka sendiri berdasarkan pandangan orang lain. 6. Simbol-simbol memungkinkan manusia bisa membayangkan kenyataankenyataan metafisis seperti surga dan neraka. 7. Simbol-simbol memungkinkan manusia agar tidak diperbudak oleh lingkungannya. Mereka bisa lebih aktif ketimbang pasif dalam mengarahkan dirinya kepada sesuatu yang mereka perbuat. 2.2 Pengertian Rumah Arsitektur adalah lingkungan fisik. Arsitektur adalah pewadahan aktifitas/kegiatan manusia. Di dalam lingkungan fisik tersebut terdapat "lingkungan fisik terkecil" dalam aktifitas manusia, yaitu rumah tinggal. Dalam arsitektur, merancang rumah tinggal mempunyai keunikan tersendiri. Rumah merupakan produk arsitektur yang paling dasar dan lengkap. Rumah tinggal mewakili pelaku aktifitas di dalamnya, yaitu manusia yang beraktifitas di dalamnya (Setiyoko, 2007). Dimana arsitektur berkaitan dengan lingkungan buatan sebuah lingkungan tempat tinggal yang diciptakan untuk melindungi dirinya dari pengaruh alam secara global dan dalam kenyataan sebenarnya berupa gedung dan lingkungan fisik (alam) di sekitarnya (Ronald, 2005).

7 10 Rumah tinggal berfungsi sebagai tempat beristirahat, tempat bersosialisasi, tempat berlindung, dan tempat menciptakan rasa kekeluargaan antara anggota keluarga (Mukono,2000). Fungsi rumah tinggal lainnya (Turner, 1976) yaitu: a. Rumah sebagai penunjang identitas keluarga (identity) yang ditampilkan pada hunian atau perlindungan yang diberikan oleh hunian tempat individu melakukan aktifitasnya. Kebutuhan akan rumah tinggal dimaksudkan agar penghuni dapat memiliki tempat berteduh guna melindungi diri dari iklim dan lingkungan setempat. b. Rumah sebagai penunjang kesempatan (opportunity) keluarga untuk mengembangkan kehidupan sosial budaya dan sosial ekonomi. Kebutuhan rumah ditinjau dari pemenuhan kebutuhan sosial budaya dimana dalam kehidupan, bersosialisasi dengan lingkungan dan masyarakat sangat dibutuhkan dan kemudahan menuju tempat kerja untuk mendapatkan sumber penghasilan. c. Rumah sebagai penunjang rasa aman (security) dalam arti terjaminnya keadaan keluarga di masa depan setelah mendapatkan rumah. Jaminan keamanan atas lingkungan rumah tinggal serta jaminan keamanan berupa kepemilikan rumah dan lahan. Rumah yang dikategorikan sehat yaitu tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana pembinaan keluarga yang dapat menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental, dan sosial sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara produktif (Keman, 2005). Setiap pemilik rumah atau yang dikuasakannya wajib memanfaatkan rumah sebagaimana mestinya sesuai dengan fungsinya sebagai tempat tinggal atau hunian dan mengelola serta memelihara

8 11 rumah sebagaimana mestinya (Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1992 dengan judul Perumahan dan Permukiman). 2.3 Rumah Tradisional Tradisional adalah sikap dan cara berfikir serta bertindak yang selalu berpegang pada norma dan adat yang ada secara turun temurun. Tradisional berasal dari kata tradisi artinya adat kebiasaan turun temurun yang masih dijalankan oleh kelompok masyarakat (Suharjanto, 2011). Tradisionalism adalah suatu paham yang berdasarkan pada tradisi (Poerwadarminta. 1976) Rumah tradisional adalah rumah dari beberapa generasi tidak mengalami perkembangan, maupun perubahan (Hidayati, 1993). Dalam satu budaya tertentu, di lingkungan tertentu pula, terdapat bermacam-macam perilaku masyarakat, tidak selalu memiliki kesamaan perilaku dari anggota budaya tertentu. Norma budaya diturunkan dari satu generasi ke generasi lainnya melalui proses sosialisasi. Kesetiaan pada adat kebiasaan ini bergantung pada persepsi seseorang (Marcella, 2004). Rumah tradisional secara umum memiliki kesamaan yang khas, yaitu pondasi rumah panggung yang merupakan pondasi umpak yang berada di permukaan tanah dan di atasnya berdiri struktur rangka kayu dengan menggunakan 2 sistem. Sistem pertama menggunakan konstruksi bertiang dengan balok-balok pengikat, sistem hubungan tiang ke balok menggunakan pasak dan pen. Sistem kedua menggunakan konstruksi balok bulat horizontal sebagai penyangga badan rumah. Aspek-aspek tersebut adalah landasan untuk

9 12 menentukan corak modernisasi yang akan mewarnai arsitektur Indonesia selanjutnya (Soeroto, 2003). 2.4 Rumah Tradisional Karo Perkembangan kebudayaan berkaitan dengan sejarah kebangsaan sedangkan perkembangan arsitektur berhubungan dengan sejarah kebudayaan suatu bangsa. Masuknya suatu peradaban baru mustahil dapat menggoyahkan kebudayaan yang sedemikian utuh. Teknologi dan tata nilai berhasil diadaptasi ke dalam bentuk bangunan tradisional. Proses pembaharuan berlangsung tanpa merusak nilai-nilai yang menjiwai wujud arsitekturnya, dan arsitektur tradisional mencapai puncak keindahannya sebagai gambaran kebesaran kebudayaan suatu bangsa (Soeroto, 2003). Dengan mengetahui dan memahami arsitektur tradisional dan mengetahui latar belakang budayanya, maka nilai-nilai tradisi akan terus hidup dan berkembang sebagai bagian kebudayaan bangsa. Pemahaman tradisi dan budaya tersebut akan mengembalikan jati diri dan memberi warna pada bangunan-bangunan yang bercirikan kepribadian Indonesia. Kehidupan yang terus berjalan dan kebudayaan pun akan berkembang seiring jaman. Kebudayaan harus menciptakan bentuk arsitekturnya yang lahir dari keinginan rohani. Dari bentuk yang jujur, wajar, sederhana dan memancarkan kebenaran niscaya terwujud keindahan sejati (Soeroto, 2003) yaitu dengan membahas dan mempelajari kembali nilai-nilai luhur kebudayaan dan juga kearifan arsitekturnya. Secara umum rumah tradisional Karo mempunyai bentuk empat persegi panjang dengan dua buah pintu (ture) sebagai pintu utama yaitu pintu hulu (Ture

10 13 Julu) dan pintu hilir (Ture Jahe) sebagai pintu utama. Bagian-bagian atapnya berbentuk paduan trapesium dimana bagian depan atap berbentuk segitiga yang disebut dengan wajah rumah (ayo atau lambe-lambe). Bagian dinding yang juga berbentuk trapesium yang ditopang oleh dapur-dapur yang terletak di atas beberapa tiang. Terdapat beberapa jenis bangunan tradisional Karo yaitu: 1. Si Waluh Jabu, yaitu tempat tinggal raja yang memiliki banyak ornamen dan makna. Delapan rumah atau makna sebenarnya berarti delapan keluarga dalam satu kekerabatan. Rumah Si Waluh Jabu adalah nama lain dari Gerga atau Belang Ayo. Gambar 2.1 Si Waluh Jabu Sumber: id.pinterest.com

11 14 Gambar 2.2 Denah rumah Siwaluh Jabu Sumber : Buku Arti dan Fungsi Tanah (2015) Nama kedudukan dan fungsi setiap jabu adalah (Antonius, 2015): Jabu nomor 1 dinamakan jabu bena kayu, yaitu sebagai tempat kedudukan keluaga bangsa taneh. Derajatnya sebagai pemimpin merangkap anggota jabu-jabu. Dialah yang berhak tanah rumah siwaluh jabu. Jabu nomor 2 dinamakan jabu ujung kayu, yaitu sebagai tempat kedudukan anak beru dari jabu benah kayu. Penghuni jabu ini bertindak mewakili penghuni jabu bena kayu untuk menyampaikan perintah-perintah atau nasihat-nasihat pada semua penghuni atau anggota rumah siwaluh jabu.

12 15 Jabu nomor 3 dinamakan jabu leper bena kayu, yaitu sebagai tempat kedudukan pihak anak, saudara penghuni jabu benah kayu. Penghuni jabu tergolong bangsa taneh. Menurut fungsi bahwa jabu ini dinamakan jabu sungkun barita, karena bertugas meneliti dan menyampaikan berita yang diperoleh dari luar. Jabu nomor 4 disebut jabu leper ujung kayu, yaitu sebagai tempat kedudukan pihak kalimbubu juga jabu simangan minem. Kedudukan penghuni jabu sangat dihormati karena statusnya sebagai kalimbubu. Jabu nomor 5 disebut jabu sedapurka bena kayu yaitu sebagai tempat kedudukan anak beru menteri dari jabu benah kayu. Sesuai dengan fungsinya, jabu ini dinamakan juga jabu peninggel-ninggel yang artinya mendengarkan. Fungsi jabu yaitu mendengarkan segala pembicaraan dan keputusan di dalam musyawarah anggota rumah adat. Jabu nomor 6 dinamakan jabu sedapurka ujung kayu, yaitu sebagai tempat kedudukan anak, saudara dari penghuni jabu kalimbubu bena kayu. Jabu ini disebut juga jabu ariteneng yaitu yang dianggap sebagai pemberi ketenangan, ketentraman bagi seluruh penghuni jabu. Jabu nomor 7 disebut jabu sedapurka leper bena kayu yaitu sebagai tempat kedudukan guru atau dukun. Jabu ini dinamakan jabu bicara guru yang berkewajiban mengatur hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan. Jabu nomor 8 disebut jabu sedapurka leper ujung kayu yaitu disebut sebagai tempat kedudukan anak, saudara penghuni jabu ujung kayu.

13 16 Jabu ini disebut juga jabu singkapur belo sesuai dengan kedudukannya yang bertugas menyediakan, menyuguhkan sirih kepada seseorang pendatang dan pembantu penghuni jabu bena kayu menjamu tamu. 2. Sepulu Jabu, yaitu satu rumah yang terdiri dari 10 keluarga dalam satu kekerabatan dan memiliki ukuran lebih besar dari Si Waluh Jabu 3. Sepulu Dua Jabu, yaitu rumah yang terdapat 12 keluarga dalam satu kekerabatan yang tidak memiliki kamar seperti Rumah Si Waluh Jabu dan Sepuluh Jabu. Gambar 2.3 Sepulu Dua Jabu Sumber: Collectie Tropen Museum, Netherland 4. Sepulu Enem Jabu, yaitu rumah tertinggi di Indonesia. Dihuni oleh 16 keluarga dalam satu kekerabatan dan merupakan rumah terbesar di budaya Karo

14 17 Gambar 2.4 Sepulu Enem Jabu Sumber: Collectie Tropen Museum, Netherland 5. Si Enem Jabu, yaitu rumah yang berukuran lebih kecil dari Si Waluh Jabu dan dihuni oleh 6 keluarga dalam satu kekerabatan 6. Si Empat Jabu, yaitu rumah yang berukuran palig kecil dan dihuni oleh 4 keluarga dalam satu kekerabatan. 7. Jambur, yaitu suatu Balai Pertemuan Adat. Bangunan yang memiliki bentuk rumah tradisional Karo dengan atap ijuk merupakan tempat pelaksanaan acara-acara adat dan juga kegiatan masyarakat lainnya. Jambur juga digunakan sebagai tempat beristirahat anak muda. Para pemuda bertanggung jawab atas keamanan kampung Simpang Empata. Para pemuda tidak pantas tidur dengan orangtuanya dalam satu kelambu yang disekat-sekat dan sempit. 8. Griten (Geriten), yaitu bangunan sebagai tempat menyimpan tengkorak keluarga yang telah meninggal. Terdiri dari 2 tingkat dan berbentuk panggung, yang ditopang oleh tiang penyangga bangunan. 9. Sapo Page dan Lesung yaitu lumbung padi yang berbentuk seperti rumah tradisional Karo dan berada pada halaman depan rumah. Terdiri dari dua

15 18 tingkat dan ditopang oleh tiang dan lantai bawah tidak memiliki dinding. Ruang ini juga digunakan sebagai tempat duduk-duduk, beristirahat dan sebagai ruang tamu. Pada bagian atas digunakan sebagai menyimpan padi. Gambar 2.5 Sapo Page Sumber: pusakakaro.wordpress.com 10. Keben yaitu tempat untuk menyimpan beras yang merupakan bagian terpenting dari budaya Karo karena beras merupakan tingkat status yang menunjukkan kekayaan seseorang. Gambar 2.6 Keben Sumber: amstrophel13architect.files.wordpress.com

16 Masyarakat Karo Suku Karo dikenal diperkirakan pada tahun Pada mulanya suku ini bernama suku Haru yang kemudian disebut Haro dan akhirnya dinamai suku Karo (Putro, 1951). Haru adalah kerajaan yang cukup kuat dan memiliki wilayah yang sangat luas, mulai dari Siak (Riau) hingga ke sungai Wampu di Langkat. Raja kerajaan Haru sudah berganti secara turun-temurun karena kerajaan yang sudah cukup lama bertahan, dan pada tahun 1539 kerajaan Haru kalah akibat serangan tentara Aceh yang memiliki senjata yang kuat. Setelah menerima serangan, rakyat pergi menyelamatkan diri hingga ke Singkel, Pak-pak/Dairi, Aceh(Gayo Alas), Asahan, Simalungun dan dataran tinggi Karo (Karo Gugung), daerah Sipi-sipis dan Tebing Tinggi (Wahid, 2013). Pada awalnya terdapat tiga kelompok kekerabatan (marga), yakni Ginting, Peranginangin dan Tarigan, kemudian bertambah menjadi marga Karo-Karo dan Sembiring, tergambar pada bentuk pemerintahan lokal yaitu: Kerajaan Sinembah yang rajanya berasal dari keturunan Sembiring Meliala, Kerajaan Suka dari keturunan Ginting Suka, dan Kerajaan Lingga dari keturunan Sinulingga. Pada jaman kolonial Belanda ditambah lagi dengan kerajaan Kuta Buluh yang rajanya berasal dari keturunan Peranginangin (Wahid, 2013) Di dalam wilayah suku bangsa Karo terdapat beberapa bagian daerah yaitu (Putro, 1981): 1. Daerah Karo Gugung yaitu Kabupaten Karo. Daerah Karo Gugung terbagi lagi yaitu Taneh Urung Julu, Taneh Urung Gunung-Gunung dan Taneh Urung Melas

17 20 2. Daerah Karo Timur yaitu Serdang Hulu dan daerah bekas Kecamatan Cingkes tahun Daerah Karo Baluren, Urung Taneh Pinem dan Pamah yang berada disepanjang sungai Lau Renun 4. Daerah Karo Jahe yaitu derah Hulu 5. Daerah Karo Binge yaitu Karo Salapian, Karo Buah Orok yang sekarang disebut dengan Karo Langkat Orang yang mendirikan kampung (kuta) pasti memiliki marga. Misalnya kampung yang didirikan oleh marga Karo-Karo, maka kampung disebut Panteken (yang mendirikan) marga Karo-Karo. Maka marga Karo-Karo sebagai marga (anak) tanah. Dan jika ada marga lain yang datang untuk tinggal di kampung tersebut akan menjadi satu keluarga dan memiliki kedudukan sebagai kalimbubu (pihak keluarga perempuan yang dinikahi) atau anak beru (keluarga laki-laki yang menikahi anak perempuan sebuah keluarga). 2.6 Pola Perkampungan Masyarakat Karo Perkampungan Karo pada umumnya mempunyai pola mengelompok dan pengelompokannya berada pada satu bidang tanah tertentu tetapi pengelompokkannya dibagi menjadi beberapa sektor atau Kesain (halaman kampung yang diketuai oleh seorang penghulu) (Sitanggang, 1991). Pola perkampungan Karo pada umumnya mengelompok atau berbaris mengikuti alur sungai sehingga perletakan rumah didasarkan pada aliran sungai, dimana pintu utama atau depan menghadap ke hulu sungai sedangkan pintu belakang menghadap ke hilir sungai. Namun, pada saat tertentu dapat juga mengikuti arah

18 21 Utara-Selatan, dimana pintu utama diletakkan searah dengan aliran sungai atau dibagian selatan, dengan demikian panjang bangunan diletakkan pada arah utara selatan dan lebarnya pada arah timur dan barat. Dengan demikian tidak terdapat rumah yang dibangun menentang arus sungai. Mata angin yang digunakan masyarakat Karo disebut Desa Siwaluh yaitu mata angin yang terdiri dari delapan penjuru yang sama halnya dengan mata angin pada umumnya (Wahid,2013). 2.7 Rumah Tradisional Karo Bagian Bawah Rumah Merupakan barisan kolom (binangun) yang terbuat dari kayu damar laut atau pohon enau (perangkih) berbentuk segidelapan atau bulat dengan diameter 30 cm sebanyak 16 buah, delapan diantaranya digunakan sebagai pemikul lantai dan atap sedang, delapan lainnya hanya memikul lantai saja. Jarak antar kolom adalah 3 depan atau sekitar 3 mm. Rangkaian kolom diikat dengan susunan balok (pemajang) berukuran 10x20 cm yang ditembuskan melewati kolom dengan pen dan disusun berselang-seling dengan jarak antara lapis dengan lapis sekitar cm. Pada kolom sudut, balok menjulur keluar sekitar 40 cm. Ketinggian kolom dihitung antara permukaan tanah dengan permukaan lantai adalah sekitar cm atau 2,5 m. Seluruh rangkaian kolom diletakkan diatas pondasi batu kali (palas) yang ditanam kedalam tanah sampai kedalaman sekitar 60 cm. Pondasi ini diletakkan di atas beberapa lembar sirih (belo cawir) dan sejenis besi (besi mersik) (Wahid, 2013).

19 22 Gambar 2.7 Bagian Bawah Rumah Sumber : Buku Arsitektur Dan Sosial Budaya Sumatera Utara Bagian Tengah Rumah (Lantai) Bangunan Karo menggunakan lantai berlapis dengan ketinggian lantai bawah 1,5 m dari tanah dan jarak antara lantai atas dan bawah adalah sekitar 0,4 cm. Konstruksi rangka lantai diawali dari balok-balok (awit) kecil terbuat dari pohon enau kering (pengguh) bulat berdiameter 10 cm atau berbentuk papan berukuran 8x12 cm yag menjorok keluar sepanjang 70 cm dan terletak melintang diatas balok penghubung kolom-kolom (pemajang) bangunan yang paling atas dimana struktur lantai diletakkan dinamai dabuhen. Di atas balok-balok (awit) kecil tersebut diletakkan belahan bambu (galigar awit) berukuran 6x12 cm yang tidak struktural yang disusun rapat yang ditutupi dengan lapisan salimar yang terbuat dari papan dengan ketebalan 6 cm. Di atas susunan belahan bambu terdapat balok dan konsol (kemping atau bangunan kalang papan) berukuran 7x40 cm yang terletak berlawanan arah dengan susunan bambu, kemudian diatas balok binangun kalang papan ini diletakkan balok-balok (kalang papan) berukuran 8x15 cm yang berfungsi menunjang langsung papan-papan lantai (papan jabu) berukuran 5x20 cm. Pada

20 23 ujung awit yang menjorok keluar sejauh 0,7 m yang menopang balok keliling berukuran 88x20 cm yang disebut dapur-dapur yang diletakkan miring. Dapur yang mirip dengan perahu dibuat mengelilingi bangunan dan dapur melintang dan membujur dihubungkan dengan pen (Wahid, 2013) Bagian Tengah Rumah (Dinding) Dinding bangunan berada pada posisi miring sekitar 30 derajat dengan ketinggian sekitar 100 m, terletak di atas dapu-dapur yang terdiri dari papanpapan dari bahan kayu yang dinamakan ndap-dap tua yang dihubungkan dengan satu sama lain dengan cara diikat dengan tali ijuk (ret-ret). Di bagian bawah, dinding tegak miring lalu dihubungkan dengan sambungan celah dengan dapudapur dan dibagian atas dinding miring bertumpu pada balok (Junjungan Derpih) berukuran 7x15 cm yang berfungsi untuk pengikat, di atas junjungan derpih terdapat rusuk-rusuk (perongkil) penahan penutup atap ijuk berukuran 5x5x200 cm berjarak sekitar 40 cm antara satu dengan lainnya yang dibuat dari batang enau (Wahid, 2013). Ukiran horizontal yang memanjang di bagian dinding secara keseluruhan membentuk motif binatang melata seperti cecak. Sudut dinding (Susi atau Cuping) terbuat dari bahan kayu yang cukup tua yang terdiri dari papan berukur berukuran 4x30 cm yang terletak di sudut dapu-dapur dan digunakan untuk memikul junjungan derpik dan disambung dengan pen (Wahid, 2013).

21 24 Gambar 2.8 Dinding Rumah Sumber : Buku Arsitektur Dan Sosial Budaya Sumatera Utara Bagian Tengah Rumah (Pintu Atau Labah) Rumah Karo pada umumnya memiliki dua buah pintu (labah) yang terletak pada bagian hilir (pintu jahe) dan dibagian hulu atau pintu hulu. Tetapi di bagian sebelah kamar rumah raja juga terdapat pintu yang berbentuk seperti bentuk labah tetapi lebih kecil. Setiap pintu diberi palang dibagian dalam sebagai kunci (Wahid, 2013). Rumah Karo pada umumnya juga memiliki jendela, paling sedikit terdapat dua buah jendela di setiap sisi bangunannya yaitu bagian hilir (pintu perik kenjahe) dan satu di bagian hulu (pintu perik kenjulu). Tetapi sering juga terdapat di setiap kamar. Jendela kecil yang berbentuk memanjang dengan ukuran panjang 120 cm dan lebar 25 cm. Jendela lainnya yaitu jendela yang disebut pintu perik mirip dengan pintu tetapi hanya dengan satu daun (Wahid, 2013). Daun pintu dibuat dari bahan kayu yang terdiri dari 2 papan berupa daun pintu dengan ketebalan 5 cm dan lebar 40 cm atau 8x30 cm dan dibentuk sehingga mempunyai pen dan engsel. Pintu tersebut diletakkan pada dapur-dapur bagian bawah dan menyangkut pada junjungan derpik bagian atas sehingga keduanya merangkap sebagai kusen dan ditempatkan memanjang ditengah ruang. Biasanya

22 25 dilengkapi dengan pegangan tangan (cikepen). Pintu diukir dan dilengkapi dengan kunci pen kayu (Wahid, 2013). Gambar 2.9 Pintu Rumah Sumber : Buku Arsitektur Dan Sosial Budaya Sumatera Utara Gambar 2.10 Jenis Jendela Rumah Sumber : Buku Arsitektur Dan Sosial Budaya Sumatera Utara

23 26 Gambar 2.11 Jenis Jendela Rumah Sumber : Buku Arsitektur Dan Sosial Budaya Sumatera Utara Bagian Tengah Rumah (Para Atau Rak) Para adalah tempat berbentuk rak yang ditopang dengan beberapa tiang atau digantung yang diletakkan pada bagian yang tinggi dalam rumah. Terdapat 4 buah para yang diletakkan bertingkat (Wahid, 2013) yaitu: 1. Para pengeringan (Tuhor) Para pengeringan terletak di atas dapur masing-masing jabu (ruang) yang terdapat dalam rumah. Ukuran para tuhor 2x2 m (sesuai dengan luas dapur). Tiap-tiap sudut para pengeringan diberi gantungan untuk tempat menggantungkan sesuatu seperti daging, parang dan lain-lain. Sedangkan pada bagian tengahnya dijadikan tempat mengeringkan lada dan lain-lain. 2. Para penyimpanan periuk (Kudin) Para periuk adalah bagian dari para pengeringan yang terletak pada bagian atas, berbentuk bak dengan kedalaman 30 cm. Para ini berfungsi sebagai tempat menyimpan kuali atau periuk dan mengeringkan kemiri dan lainlain. 3. Para sesajen (Ndegeng)

24 27 Para sesajen adalah para yang terletak diatas Jabu Bata Ruang yang terbuat dari balok atau papan dengan lebar 2 m dengan panjang 6 m. Para ini berfungsi sebagai tempat memberikan sesajen kepada dewa dan arwah leluhur. 4. Para layar Para layar terletak pada bagian teratas dari ketiga lainnya yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan periuk yang diperkirakan adalah periuk tempat sesembahan Bagian Tengah Rumah (Beranda) Setiap rumah mempunyai dua buah beranda (ture) yang terletak disebelah hilir (ture jahe) dan satu bagian hulu (ture julu). Beranda ini terbuat dari lantai bambu ulat yang ditopang dengan tiang setinggi 1,5 m, dengan panjang sekitar 3 m dan lebar 6 m. Beranda berfungsi sebagai (Wahid, 2013) : Tempat para wanita menganyam bakul, tikar dan lain-lain pada saat malam hari Tempat berbincang dan memadu kasih antara gadis dan pemuda pada malam hari Tempat memandikan anak Tempat memandikan mayat (bila ada salah satu anggota rumah yang meninggal dunia) Tempat buang air bagi anak-anak

25 28 Gambar 2.12 Beranda Rumah Sumber : Buku Arsitektur Dan Sosial Budaya Sumatera Utara Bagian Tengah Rumah (Dapur) Setiap rumah mempunyai 4 buah dapur, yaitu dua dibagian hilir dan dua dibagian hulu yang terdapat pada tiap jabu ruang. Tiap dapur digunakan oleh dua keluarga yang saling bersebelahan (Sedapuren). Dapur berbentuk bujur sangkar, dengan ukuran 2x2 meter persegi dilengkapi dengan anak batu (mutu), dan tiga buah tungku (diliken) di tengah-tengah dapur, yang menggambarkan kelompok kekerabatan masyarakat Karo yang disebut pengikat tiga (Rakut si telu) yaitu, anak beru, kalimbubu, dan senina. Karena setiap dapur digunakan oleh dua keluarga, maka setiap dapur terdapat dua pasang tungku yang terdiri dari enam buah tungku (diliken) (Wahid, 2013) Bagian Atas Rumah (Atap) Beberapa kolom bangunan memiliki ketinggian lantai sekitar 2,5 m dari muka tanah dan yang lainnya memanjang sampai pada bagian bawah atap yaitu pada ketinggian para-para sekitar 4,5 m dari muka tanah atau sekitar 2 m dari

26 29 lantai. Bentuk atap merupakan gabungan antara pelana dan perisai dan pada ujung puncak atap pelana terdapat kepala kerbau yang terbuat dari ijuk sebagai simbol (Wahid, 2013). Tanduk rumah terbuat dari tanduk kerbau yang diletakkan pada atas ujungujung bubungan pada rangka ujung atas rusuk yang menyerupai kepala kerbau. Di Barus Jahe tanduk rumah terletak pada ruang kayu yang terbuat dari tanduk kerbau jantan dan pada bagian utara adalah tanduk kerbau betina. Pada bagian mulut kerbau digantungkan periuk tanah yang terbuat yang diisi dengan sesajen yang memiliki arti agar kerbau tidak memangsa penghuni rumah (Wahid, 2013). Gambar 2.13 Tanduk Kerbau Sumber : Buku Arsitektur Dan Sosial Budaya Sumatera Utara Atap pada bangunan Karo merupakan unsur yang paling dominan dari segi tampak dan potongan karena memiliki ketinggian ¾ dari ketinggian rumah. Bagian segitiga ang dibentuk oleh atap pelana yang dinamakan lambe-lambe (ayo rumah) terbuat dari papan atau tepas yang dianyam dan diletakkan sesuai dengan arah hulu ke hilir. Motif yang digunakan pada lambe-lambe yaitu bunga Gundur,

27 30 Tampune-tampune, Pako-pako, Lumut laut, Ampik-ampik lembu, ujen labang, desa sawaluh serta lipan-lipan (Wahid, 2013). Rangka tempat dudukan atap ijuk terbuat dari bambu yang dibelah dengan ukuran 1x3 cm yang disusun dengan jarak 4 cm dan diikat dengan rotan, atap ijuk diikatkan dengan diapit bambu belah dan disusun secara berlapis-lapis sehingga semakin kebawah maka akan semakin tebal. Ketebalan pada bagian atas hanya sekitar 15 cm tetapi di bagian bawah memiliki ketebalan 25 cm. Di bagian samping cucuran atap disusun dengan membuat gulungan ijuk berdiameter 10 cm yang disusun dua lapis secara teratur dan diikat lalu ditutup dengan lembaranlembaran ijuk lainnya lalu diikat dengan ijuk (Wahid, 2013). Penutup atap terbuat dari ijuk yang dikaitkan dengan reng yang terbuat dari belahan kayu bambu kecil-kecil yang dihubungkan dengan rusuk-rusuk atap dengan cara diikat dengan tali rotan atau ijuk. Adapun perhitungan keperluan banyaknya ijuk (Wahid, 2013) yaitu : Berat ijuk penutup atap 2,4 ton untuk setiap rumah 1 rumah memerlukan 20 ikat ijuk 1 ikat memiliki berat 20 kg yang terdiri dari 100 hingga 200 lembar lempengan ijuk. Manurut bentuk atapnya terdapat dua tipologi rumah yaitu rumah biasa dan rumah Raja Sibayak. Adapun pembagian lainnya yaitu: 1. Rumah dengan atap (tersek) tak bertingkat (Rumah kurung manik)

28 31 Gambar 2.14 Rumah Kurung Manik Sumber : Buku Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara 2. Rumah dengan beratap satu tingkat (Sada tersek) Gambar 2.15 Rumah Sada Tersek Sumber : Buku Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara 3. Rumah dengan atap bertingkat dua dilengkapi dengan menara (anjunganjung) 2.8 Makna Ragam Hias Tradisional Karo Ragam hias yang diterapkan di rumah-rumah arsitektur Karo biasanya bermotif dari tumbuh-tumbuhan, binatang dan alam lainnya. Namun sering terlihat bahwa antara nama dan wujud sebenarnya berbeda, misalnya wujud yang

29 32 kelihatan tumbuh-tumbuhan (salur-saluran) namun namanya hubun sikawiten (embun beranak), berupa cosmos. Ragam hias tersebut biasa ditemukan di dapur. Terdapat 5 jenis warna pada ragam hias yang disesuaikan dengan banyak marga di Tanah Karo (marga utama). Adapun makna dari kelima warna tersebut yaitu : (1) Putih yang artinya berhati bersih/suci, (2) Merah yang artinya merawa/garang, (3) Hitam yang artinya Si kujuma kurumah/rakyat jelata/awam, (4) Biru yang arinya pendek/orang yang sering berdoa, (5) Kuning yang artinya guru/dukun. Tabel 2.1 Ragam Hias Pada Rumah Tradisional Karo Gambar Nama Arti Ornamen Pengeret-eret Tapak Raja Sulaiman Sebagai kekuatan menolak bala, ancaman dari roh jahat terhadap penghuni/pemilik rumah dan juga sebagai persatuan keluarga. Ornamen ini terbuat dari anyaman ijuk dan dikaitkan dengan dinding depan rumah sebagai pengganti paku. Nama ornamen diadaptasi dari nama raja yang dianggap sakti dan dihormati serta ditakuti oleh roh-roh jahat sehingga dapat menghindari niat jahat

30 33 Gambar Nama Arti Ornamen Panai yang datang secara nyata atau tidak nyata. Ornamen ini memiliki makna kekeluargaan dan kekuatan. Sebagai tolak bala pada anak-anak Tupak Salah Silimalima Melambangkan kekeluargaan merga silima sebagai sistem sosial masyarakat Karo yang utuh dan dihormati. Kesatuan dimaknai sebagai kekuatan karena kekuatan masyarakat Karo pada hakikatnya terletak pada kebersamaan yang dibangun. Kelima merga merupakan merga induk yang diikat oleh struktur sosial dan tak terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dan ornamen ini sebagai penolak bala terhadap niat jahat dari adanya keinginan yang mengganggu keutuhan merga silima.

31 34 Gambar Nama Arti Ornamen Ornamen Desa Berbentuk geometris Siwaluh seperti bintang dengan delapan bagian yang berfungsi sebagai arah mata angindan juga dapat menentukan arah yang baik dan buruk. Kedelapan mata angin yaitu : Purba(timur), Aguni(tenggara), Daksina(selatan), Nariti(barat daya), Pustima(barat), Mangabiya(barat laut), Utara (utara), Irisen (timur laut). Embun Sikawiten Sebagai petunjuk hubungan antara kalimbubu (awan tebal bagian atas) dan anak beru (bayangan awan di bagian bawah). Sesuai dengan peranan kalimbubu sebagai pelindung anak beru dalam sistem hubungan masyarakat Karo. Bayangan awan di bawah akan bergerak mengikuti iringan

32 35 Gambar Nama Arti Ornamen gumpalan awan tebal di atasnya sesuai dengan fungsi kalimbubu. Bindu Matagah Sebagai kekuatan batin agar pemilik rumah tidak diganggu oleh kekuatan jahat. Biasanya terletak pada dinding pemikul. Bindu Matoguh Berbentuk menyilam diagonal. Yang memiliki arti keteguhan masyarakat Karo untuk bertindak adil dan tidak melanggar norma. Indung-indung Simata Sebagai hiasan pada bangunan gantang beruberu, cimba lau, dan gantang perburiken. Tulak Paku Petundal Sebagai penolak niat jahat terhadap penghuni rumah. Lipan Tongkeh Nangkih Lipan memanjat tunggul, terbuat dari benang merah di atas kain berwarna gelap

33 36 Gambar Nama Arti Ornamen Kite-kite Perkis Segala sesuatu yang dapat digunakan sebagai jembatan dinamakan kitekite, sedang perkis adalah nama untuk semut Ipen-ipen Sebagai menolak bala yang diadaptasi dari runcingnya segitiga yang seperti gigi. Lukisen Suki Suki artinya pojok, jadi artinya lukisan yang diletakkan dipojok Bunga Bincole Bunga Bincole Pucuk Merbung Pucuk pakis Aji Pucuk Tenggiang Pucuk pakis Aji Surat Buta Tujuh huruf dari aksara Karo yang dianggap memiliki kekuatan untuk menangkal roh jahat

34 37 Gambar Nama Arti Ornamen Bendi-bendi Pegangan pintu atau jendela Keret-keret Ketadu Keret artinya keratin atau potongan sedangkan ketadu adalah sejenis ulat hijau Litap-litap Lembu Pegangan pintu atau jendela Lukisen Tonggal Pegangan pintu atau jendela Taruk-taruk Pucuk labu kuning Kidu-kidu Jeroan Lukisan Perdamaiken Lukisan perdamaian Lukisan Binara Burung Binara adalah jenis tanaman yang digunakan sebagai ramuan obat, sedangkan arti keduanya adalah nama seorang dewa yang menguasai angin ribut

35 38 Gambar Nama Arti Ornamen Tanduk Kerbo Payung Tanduk kerbau Sumber: Buku Arsitektur dan Sosial Budaya Sumatera Utara 2.9 Desa Lingga Desa Lingga terdapat di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Jarak Desa Lingga dari ibukota Kabupaten Karo yaitu 4,5km. Kecamatan Simpang Empat memiliki luas wilayah 93,48 meter persegi dan memiliki penduduk sebanyak orang (website BPS Kabupaten Karo). Desa Lingga memiliki bangunan rumah tradisional Karo berusia 250 tahun yang dikenal dengan nama Rumah Siwaluh Jabu yang dihuni oleh 8 kepala rumah tangga yang hidup berdampingan dalam keadaan damai dan tenteram. Bahan bangunan rumah tradisional Siwaluh Jabu terbuat dari kayu bulat, papan, bambu dan beratap ijuk tanpa menggunakan paku yang dikerjakan oleh tenaga masyarakat pada zaman dulu. Jarak dari Kota Berastagi ke desa Lingga yaitu 15 kilometer yang dapat ditempuh menggunakan kendaraan umum dan kendaraan bus pariwisata.

36 39 Gambar 2.16 Rumah Tradisional Karo di Desa Lingga Sumber : Karo.or.id Desa Lingga terletak pada ketinggian 1200 meter dari permukaan laut.. Jarak Desa Lingga dari ibukota kecamatan Simpang Empat yaitu 5 km. Luas keseluruhan Desa Lingga adalah 16,24 km 2. Desa Lingga terletak di dataran rendah yang dikelilingi desa-desa lainnya yang merupakan daerah pertanian. Adapun batas-batas Desa Lingga yaitu : Sebelah utara berbatasan dengan Desa Surbakti. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Kacaribu. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kaban. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Nang Belawan 1. Iklim Desa Lingga yaitu iklim kemarau dan penghujan. 2. Mata pencaharian utama masyarakat Desa Lingga yaitu bertani. 3. Agama pada Desa Lingga terdiri dari Agama Kristen Protestan 55%, Agama Islam 10% dan Agama Katholik 35%.

37 40 Gambar 2.17 Desa Lingga Sumber: Website Pariwisata Sumatera Utara

38 KERANGKA BERPIKIR LATAR BELAKANG Desa Lingga dikenal sebagai desa tradisional yang menjadi salah satu objek wisata karena desa-desa tersebut mewakili sejarah dan peradaban budaya Karo. Rumah tradisional Karo terkenal dengan seni arsitekturnya yang khas, gagah dan kokoh dan juga ornamen-ornamen yang kaya akan filosofi mendukung rumah tradisional Karo menjadi salah satu aset budaya yang ada di Indonesia khususnya di Sumatera Utara. Dengan berkembangya zaman, masyarakat pada Desa Lingga sudah tidak banyak yang memiliki bangunan dengan gaya rumah tradisional Karo. PERUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana simbol pada arsitektur bagian dinding rumah tradisional Karo yang ada di Desa Lingga? 2. Bagaimana pengaruh simbol tersebut terhadap masyarakat pada Desa Lingga yang masih mempertahankan rumah tradisional Karo? TUJUAN PENELITIAN 1. Mengetahui simbol pada arsitektur yang terdapat di dinding rumah tradisional Karo yang ada pada Desa Lingga. 2. Mengetahui pengaruh simbol tersebut terhadap masyarakat pada Desa Lingga yang masih mempertahankan rumah tradisional Karo. METODOLOGI PENELITIAN 1. Jenis penelitian. 2. Variabel penelitian 3. Sampel penelitian 4. Metoda pengumpulan data 5. Kawasan penelitian 6. Metoda analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.9 Distorsi Binatang Gambar 2.10 Stilasi Tangan Gambar 2.11 Dekorasi... 20

DAFTAR GAMBAR. Gambar 2.9 Distorsi Binatang Gambar 2.10 Stilasi Tangan Gambar 2.11 Dekorasi... 20 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Beberapa bentuk garis dengan ketebalan serta sifat goresan yang berbeda, memberi kesan tertentu... 13 Gambar 2.2 Menurut letaknya pada bidang gambar, garis dapat memberi bentuk

Lebih terperinci

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo 1.1. Profil Karo adalah salah Suku Bangsa asli yang mendiami Pesisir Timur (Ooskust) Sumatera atau bekas wilayah Kresidenan Sumatera Timur, Dataran Tinggi Karo, Sumatera

Lebih terperinci

KAJIAN SIMBOL PADA ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL KARO DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH KHAIRINA QISTHIA ( )

KAJIAN SIMBOL PADA ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL KARO DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH KHAIRINA QISTHIA ( ) KAJIAN SIMBOL PADA ARSITEKTUR RUMAH TRADISIONAL KARO DI DESA LINGGA KABUPATEN KARO SKRIPSI OLEH KHAIRINA QISTHIA (120406094) DEPARTEMEN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing baik dalam seni budaya maupun tradisi. Warisan ini sampai sekarang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada di daerah Karo khususnya di perkotaan banyak dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang ada di daerah Karo khususnya di perkotaan banyak dijumpai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Karo adalah satu daerah yang masih memiliki ornamen dalam jumlah dan jenis yang relatif banyak dibanding dengan daerah lain. Melihat kondisi yang

Lebih terperinci

KAJIAN FUNGSI DAN SIGN ARSITEKTUR KARO Studi Kasus Rumah Raja Di Kampung Lingga FIRMAN EDDY,ST

KAJIAN FUNGSI DAN SIGN ARSITEKTUR KARO Studi Kasus Rumah Raja Di Kampung Lingga FIRMAN EDDY,ST KAJIAN FUNGSI DAN SIGN ARSITEKTUR KARO Studi Kasus Rumah Raja Di Kampung Lingga FIRMAN EDDY,ST Program Studi Arsitektur Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL KARO DI DESA LINGGA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H

BENTUK DAN FUNGSI ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL KARO DI DESA LINGGA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H BENTUK DAN FUNGSI ORNAMEN RUMAH TRADISIONAL KARO DI DESA LINGGA SEBAGAI DAYA TARIK WISATA BUDAYA KERTAS KARYA DIKERJAKAN O L E H TRI UTAMI BR SEMBIRING NIM : 072204016 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS

Lebih terperinci

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN

ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN ELEMEN PEMBENTUK ARSITEKTUR TRADISIONAL BATAK KARO DI KAMPUNG DOKAN Putra Adytia, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jalan MT.Haryono 167, Malang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bertanggung jawab dan pembangunan bangsa, baik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita negara Bineka tunggal ika, yang terdiri dari beberapa suku Bangsa dengan berbagai adat istiadat, bahasa dan kebudayaanya.namun kesemuanya adalah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA RUMAH ADAT KARO SIWALUH JABU

BAB II URAIAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA RUMAH ADAT KARO SIWALUH JABU BAB II URAIAN TENTANG OBJEK WISATA BUDAYA RUMAH ADAT KARO SIWALUH JABU 2.1 Sejarah Kerajaan Desa Lingga Nama Desa Lingga di Kabupaten Karo mulai dikenal sejak kedatangan keturunan Raja Linggaraja dari

Lebih terperinci

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI Sistem struktur dan konstruksi Rumah Gadang memiliki keunikan, dimulai dari atapnya yang rumit hingga pondasinya yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo 9 Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo Marta Ulina Perangin angin 1) J ika kita melihat judul yang tertera di atas, maka akan terlintas di dalam benak

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.I Identifikasi Wilayah 2.1.1 Lokasi Desa Sukanalu Desa Sukanalu termasuk dalam wilayah kecamatan Barus Jahe, kabupaten Karo, propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Sukanalu adalah

Lebih terperinci

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN. 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan BAB III RUMAH ADAT BETAWI SETU BABAKAN 3.1 Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan Gambar 3.1 Gerbang Masuk Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah sebuah perkampungan budaya yang dibangun untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau disebut dengan Siwaluh

Lebih terperinci

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV: PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Survey (Observasi) Lapangan Dalam penelitian ini, secara garis besar penyajian data-data yang dikumpulkan melalui gambar-gambar dari hasil observasi lalu diuraikan

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH

KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH KARAKTERISTIK RUMAH ADAT TAMBI SUKU LORE SULAWESI TENGAH OLEH : SANDRA REZITHA KEMALASARI Mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya Email: sandrarezitha@hotmail.com ABSTRAK Karakteristik

Lebih terperinci

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT

SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT SIMBOL SIMBOL KEBUDAYAAN SUKU ASMAT MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Komunikasi Lintas Budaya Oleh : Jesicarina (41182037100020) PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNKASI

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Tipologi bangunan rumah tinggal masyarakat lereng gunung Sindoro tepatnya di Dusun

Lebih terperinci

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual)

DAFTAR INFORMAN. Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) DAFTAR INFORMAN 1. Nama : Timbangan Perangin-angin : Medan Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional Karo (penggual) 2. Nama : Mail bangun : kabanjahe Pekerjaan : Wiraswasta dan pemusik tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Desa Sugau Nama desa secara administrasi disebut desa Sugau, masyarakat sering menyebut desa ini dengan nama Simpang Durin Pitu. Simpang Durin Pitu dibuat

Lebih terperinci

RUMAH ADAT LAMPUNG. (sumber : foto Tri Hidayat)

RUMAH ADAT LAMPUNG. (sumber : foto Tri Hidayat) RUMH T LMPUN Rumah-rumah tradisional Lampung arat adalah rumah panggung yaitu rumah yang terbuat dari kayu yang dibawah nya sengaja dikosongkan sebagai tempat menyimpan ternak dan hasil panen. pada umum

Lebih terperinci

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun

Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun Lampiran 1 Tabel Bentuk Ornamen dan tanda-tanda semiotika pada ornamen Masjid Raya Al-Mashun No Bentuk Ornamen Keterangan bentuk Tanda-tanda Semiotika Ikon Indeks Simbol 1 Ornamen Geometris ini terdapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN :

PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : PEMERINTAH KABUPATEN.. DINAS PENDIDIKAN SMKNEGERI. UJIAN AKHIR SEKOLAH TAHUN PELAJARAN : Kompetensi Keahlian : Hari / Tanggal : Teknik Gambar Bangunan Kelas / Jurusan : III / Teknik Gambar Bangunan Waktu

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT

DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT DATA RUMAH ADAT DI JAWA BARAT 1. Nama : Rumah Adat Citalang : Desa Citalang, Kecamatan Purwakarta, Kabupaten Purwakarta : Pemukiman di Desa Citalang menunjukkan pola menyebar dan mengelompok. Jarak antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG

IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG TEMU ILMIAH IPLBI 2013 IDENTIFIKASI RUMAH TRADISIONAL DI LORONG FIRMA KAWASAN 3-4 ULU, PALEMBANG Wienty Triyuly (1), Sri Desfita Yona (2), Ade Tria Juliandini (3) (1) Program Studi Teknik Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan 1 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kebudayaan adalah salah satu yang dimiliki oleh setiap negara dan menjadi identitasnya masing-masing. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki beragam kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut, pertama rumah Besemah disebut ghumah baghi yang berarti rumah lama. Rumah tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Penulisanskripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judulskripsi ini. Adapun buku-buku yang digunakan dalam memahami dan

Lebih terperinci

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD

by NURI DZIHN P_ Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD by NURI DZIHN P_3204100019 Sinkronisasi mentor: Ir. I G N Antaryama, PhD Kurangnya minat warga untuk belajar dan mengetahui tentang budaya asli mereka khususnya generasi muda. Jawa Timur memiliki budaya

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

A. GAMBAR ARSITEKTUR.

A. GAMBAR ARSITEKTUR. A. GAMBAR ARSITEKTUR. Gambar Arsitektur, yaitu gambar deskriptif dari imajinasi pemilik proyek dan visualisasi desain imajinasi tersebut oleh arsitek. Gambar ini menjadi acuan bagi tenaga teknik sipil

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 2 TAHUN 2002 TENTANG LAMBANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Studi Tipologi Bangunan Pabrik Gula Krebet. Kawasan Pabrik gula yang berasal dari buku, data arsitek dan sumber-sumber lain BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Konsep dasar yang digunakan dalam Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet Malang ini mencangkup empat aspek yaitu: Standar Perancangan Objek Prinsip-prinsip

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budaya Masyarakat Karo 2.1.1. Sosial budaya masyarakat Batak Karo Ada dua hal yang menjadi keunikan dalam kebudayaan suku Batak Karo, yaitu sistem kepercayaan (religi) dan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA

REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA REGOL PAGAR RUMAH TRADISIONAL DI LAWEYAN SURAKARTA Aswin Yuyun Triady 1, Dhani Mutiari 2 1 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gorga Sopo Godang merupakan sebuah tempat atau rumah yang hanya memiliki satu ruang tanpa kamar atau pembatas, yang berfungsi untuk tempat tinggal serta memusyahwarakan

Lebih terperinci

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN BAB V1 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan mengenai identifikasi perubahan rumah tradisional desa Kurau, dalam upaya memberikan kontribusi secara deskriptif,

Lebih terperinci

Teknis Menggambar Desain Interior

Teknis Menggambar Desain Interior TEKNIK MEMBUAT GAMBAR KERJA DESAIN INTERIOR Pentingnya gambar teknik bagi orang yang bekerja di bidang teknik, dapat disamakan dengan pentingnya menulis bagi pengarang. Gambar teknik merupakan suatu media

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango 17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan

Lebih terperinci

Jawa Timur secara umum

Jawa Timur secara umum Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten

Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Gaya Arsitektur Masjid Kasunyatan, Masjid Tertua di Banten Alya Nadya alya.nadya@gmail.com Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara yang sangat luas dan memiliki beranekaragam suku bangsa, tentu memiliki puluhan bahkan ratusan adat budaya. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana pintu utama atau depan menghadap kehulu sungau dan bagian belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dimana pintu utama atau depan menghadap kehulu sungau dan bagian belakang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Arsitektur Karo 2.1.1 Pola Perkampungan Pola perkampungan karo secara umum mengelompok atau berbaris mengikuti alur sungai sehingga peletakan rumah didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat

BAB I PENDAHULUAN. rias, tata busana, pentas, setting, lighting, dan property. Elemen-elemen tari dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni tari merupakan ungkapan perasaan manusia yang dilahirkan melalui gerakgerak tubuh manusia. Maka dapat dilihat bahwa hakikat tari adalah gerak. Disamping gerak sebagai

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang mencerminkan sebuah ekspresi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588).

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain (Alwi, dkk 2003: 588). BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA

ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari, Adaptasi Teknologi di Rumah Adat Sumba 109 ADAPTASI TEKNOLOGI DI RUMAH ADAT SUMBA M.I. Ririk Winandari* Jurusan Arsitektur - Universitas Trisakti, Jl. Kyai Tapa No.1 Grogol, Jakarta

Lebih terperinci

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan manusia yang sedang berkembang menuju pribadi yang mandiri untuk membangun dirinya sendiri maupun masyarakatnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk, yang memiliki keragaman atas dasar suku (etnis), adat istiadat, agama, bahasa dan lainnya. Masyarakat etnis

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257.

BAB VI HASIL PERANCANGAN. simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. BAB VI HASIL PERANCANGAN Revitalisasi kawasan wisata makam Kartini ini berlandaskan pada konsep simbolisme dari kalimat Minazh zhulumati ilan nur pada surat Al Baqarah 257. Nilai-nilai Islam yang terkandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. wujud hasil kebudayaan seperti nilai - nilai, norma-norma, tindakan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan keanekaragaman hasil kebudayaan. Keanekaragaman hasil kebudayaan itu bisa dilihat dari wujud hasil kebudayaan

Lebih terperinci

A. Pasangan Dinding Batu Bata

A. Pasangan Dinding Batu Bata Perspektif dua titik lenyap digunakan karena bangunan biasanya mempunyai arah yang membentuk sudut 90. Sehubungan dengan itu, maka kedua garis proyeksi titik mata dari titik berdiri (Station Point = SP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragam budaya dimiliki Negara Indonesia, termasuk alat musik tradisional,

BAB I PENDAHULUAN. beragam budaya dimiliki Negara Indonesia, termasuk alat musik tradisional, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kekayaan Indonesia tidak hanya sumber daya alamnya saja, tapi juga beragam budaya dimiliki Negara Indonesia, termasuk alat musik tradisional, pakaian adat, dan juga

Lebih terperinci

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja

Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja SEMINAR HERITAGE IPLBI 207 KASUS STUDI Masjid Cipari Garut, Masjid Berasitektur Mirip Gereja Franciska Tjandra tjandra.fransiska@gmail.com A rsitektur Islam, Jurusan A rsitektur, F akultas Sekolah A rsitektur

Lebih terperinci

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00

+ 3,63 + 2,60 ± 0, ,00 LANTAI DAN DINDING Seluruh ruangan dalam rumah Bubungan Tinggi tidak ada yang dipisahkan dinding. Pembagian ruang hanya didasarkan pembagian bidang horisontal atau area lantai yang ditandai dengan adanya

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Jenis-jenis kayu untuk konstruksi di proyek- Pada kesempatan ini saya akan berbagi informasi tentang Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan Kayu adalah material

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V

Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Tugas I PERANCANGAN ARSITEKTUR V Buyung Hady Saputra 0551010032 FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN SURABAYA 2011 Rumah Adat Joglo 1. Rumah Joglo Merupakan rumah

Lebih terperinci

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN B A B II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Letak Desa Desa Lau Rakit merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan STM Hilir, Kabupaten Deli Serdang, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lau

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 178 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Situs Kabuyutan Ciburuy, terletak di Desa Pamalayan Kecamatan Bayongbong Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Di dalam lingkungan situs ini terdapat artefak-artefak

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL 3.1. Tujuan Komunikasi Dalam melakukan sebuah proses pembuatan / pengkaryaan sebuah karya akhir, agar karya tersebut ataupun informasi yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden

Lebih terperinci

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami

BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO. Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami BAB II STRUKTUR SOSIAL DAN BUDAYA MASYARAKAT KARO 2.1 Domisili Orang Karo Jauh sebelum kedatangan Belanda, orang-orang Karo sudah bermukim dan mendiami sebagian besar daerah Sumatra Timur, wilayah ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan

BAB VI HASIL RANCANGAN. produksi gula untuk mempermudah proses produksi. Ditambah dengan BAB VI HASIL RANCANGAN 6.1 Hasil Rancangan Kawasan Revitalisasi Kawasan Pabrik Gula Krebet ini dibagi menjadi 3 yaitu bangunan primer, sekunder dan penunjang yang kemudian membentuk zoning sesuai fungsi,

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR

PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR Teknologi PERENCANAAN DAN PENERAPAN SISTEM STRUKTUR 1 PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA SALAH SATU SOLUSI UNTUK MENGURANGI TINGKAT RESIKO KORBAN JIWA DI DALAM BANGUNAN Latar Belakang : Indonesia memiliki

Lebih terperinci

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap

KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap KONSTRUKSI ATAP 12.1 Menggambar Denah dan Rencana Rangka atap Gambar 12.1 Rencana Atap Rumah Tinggal 12.2 Menggambar Ditail Potongan Kuda-kuda dan Setengah Kuda- Kuda Gambar 12.2 Potongan Kuda-kuda dan

Lebih terperinci

MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPRI KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-09/MUNAS.VIII/XII/2015 TENTANG

MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPRI KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-09/MUNAS.VIII/XII/2015 TENTANG MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPRI KEPUTUSAN MUSYAWARAH NASIONAL VIII KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA NOMOR: KEP-09/MUNAS.VIII/XII/2015 TENTANG LAMBANG, PANJI, DAN MARS KORPRI Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

TIANG Gambar Balok Lantai Dimasukkan ke dalam Tiang (Sketsa : Ridwan)

TIANG Gambar Balok Lantai Dimasukkan ke dalam Tiang (Sketsa : Ridwan) TIANG Setelah pondasi yang berada di dalam tanah, bagian selanjutnya dari struktur Rumah Bubungan Tinggi adalah tiang. Tiang merupakan struktur vertikal yang menyalurkan beban dari bagian atap hingga ke

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara yang kaya akan etnis budaya, dimana setiap etnis menebar diseluruh pelosok Negeri. Masing masing etnis tersebut memiliki

Lebih terperinci