BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN"

Transkripsi

1 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Masyarakat Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan memiliki ciri khas dan budaya yang unik. Rumah tinggal berbentuk panggung, aksara khusus, dan catatan kuno yang disebut lontaraq. Pengetahuannya tentang tata kehidupan harmonis dan keterkaitannya dengan alam raya adalah hal yang patut ditelusuri. Tata kehidupan harmonis untuk hidup maradeka dalam rumah, tatanan masyarakat, pemerintahan, dan ketetanggaan tercatat jelas dalam lontaraq. Ketentuan tentang ukuran, jenis tanah, dan waktu terbaik untuk membangun rumah telah membudaya sejak jaman dahulu. Eksistensi bangunan rumah Bugis dalam mengisi ruang waktu tidak dapat dipisahkan dari keunggulan penggunaan sistem struktur. Keragaman penggunaan sistem struktur yang telah teruji di laboratorium alam dalam rentang waktu yang panjang adalah hal yang mewarnai kesimpulan disertasi ini dan diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penelitian ini adalah penelitian arsitektur yang difokuskan pada sistem struktur. Hasilnya menemukan karekteristik spesifik arsitektural dan struktural. Karekteristik spesifik arsitektural yang ditemukan adalah Rumah Bugis berbentuk panggung menganut hierarki 3 tingkat. Tampak luar terdiri dari 3 tingkat yaitu awa bola, ale bola/batabbola, dan rakkeang. Ale bola / batabbola terdiri dari 3 elevasi ruang yaitu tamping elevasi terendah, batabbola elevasi tengah, dan talatala elevasi tertinggi. Secara horizontal arah panjang bangunan terbagi 3 yaitu: latteq saliweng, latteq laleng dan latteq monri. Tamping terbagi menjadi 3 yaitu: lego-lego, tamping, dan dapur. Krekteristik spasifik struktural dibahas tersendiri sebagai temuan yang lebih rinci. Kesimpulan disusun sesuai dengan tujuan penelitian. Bagian awal memuat tipe-tipa sistem struktur di Provinsi Sulawesi Selatan disusul oleh karekteristik sistem struktur bangunan rumah Bugis. Selanjutnya disajikan perubahan sistem struktur dan kaitannya dengan budaya dan kepercayaan. Bagian akhir diisi dengan kebaruan penelitian ini.

2 1. Tipe-tipe Sistem Struktur Bangunan Rumah Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan Tipe-tipe sistem struktur bangunan rumah Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan terbagi 2 menurut lokasinya. Sistem struktur rumah Bugis di kawasan utara dan sistem struktur rumah Bugis di kawasan selatan. Kawasan Bugis utara meliputi (Kabupaten Wajo, Sidrap, Soppeng) dan kawasan Bugis selatan (Kabupaten Bone, Sinjai, Barru, Maros). Sistem struktur di kawasan Bugis selatan sangat beragam dan memiliki persamaan dengan struktur rumah di kawasan etnis Makassar. Sistem yang berkembang di kawasan Bugis utara lebih seragam, sistematis dan tidak memiliki kesamaan dengan sistim yang digunakan oleh etnis Makassar Rumah tua di kedua kawasan ini telah ditemukan menggunakan sebanyak 17 cara berdasarkan komposisi batang pembentuknya. Dalam hal cara menghubungkan portal terdapat 8 cara yang berbeda. Perbedaan cara membangun struktur menurut komposisinya adalah suatu perubahan berdasarkan lokasinya. Sistem struktur rumah Bugis mengalami perubahan. Perubahan sistim terjadi di arah vertikal, semakin tinggi letak bagian struktur semakin banyak perubahan yang terjadi. Jumlah ini diperkirakan masih akan bertambah karena masih adanya wilayah lain di kawasan ini yang belum tercakup dalam disertasi ini. 2. Karekteristik Sistem Struktur Spesifik Rumah Bugis Sulawesi Selatan Perbedaan antara rumah etnis Bugis dengan rumah etnis Makassar hanya dapat dibedakan setelah mengetahui sistem struktur yang digunakannya. Sistim struktur rumah Bugis yang spesifik adalah sistim struktur yang diuraikan dalam disertasi ini. Sistem ini digunakan di kawasan Bugis utara berpusat di wilayah Kabupaten Wajo dan sekitarnya. Karekteristik sistem strukturnya dapat dikenali melalui ciri-cirinya sebagai berikut: a) Menggunakan 4 deret tiang arah lebar pada bangunan utama. b) Tidak menggunakan tiang tembus yang tinggi melewati garis batas bawah atap. c) Tidak menggunakan balok melintang pada struktur bagian atap. d) Tidak ada bagian struktur atap yang segaris dengan tiang penopang 342

3 bangunan. e) Sistem struktur atap tidak menyatu kaku dengan sistem struktur badan bangunan. f) dibangun dengan cara mappasituppu. Karekteristik sistim struktur di kawasan Bugis utara adalah menggunakan batang berpenampang bundar, dibangun menggunakan prinsip mappasituppu, memiliki ruang bawah atap yang lapang yang tidak terganggu oleh elemen struktur panutup atap. Sistem strukturnya dapat dikategorikan sebagai sistem struktur 5 balok bundar, 4 balok bundar, 2 balok bundar, sistem struktur balok persegi. Sistim struktur rumah Bugis dibangun dengan prinsip mappasituppu. Prinsip ini terbukti memberikan keuntungan secara struktural pada bangunan rumah dalam hal kemampuannya menahan beban yang bekerja padanya. Hasil pengujian menjelaskan bahwa perpindahan titik horizontal di struktur rumah Bugis dengan prinsip mappasituppu mengalami peningkatan perpindahan horizontal rata-rata 0,4 cm atau sebesar 8 % dalam perubahan penggunaannya. 3. Karekteristik Perubahan Sistem Struktur Rumah Bugis Provinsi Sulawesi Selatan Berdasarkan temuan bukti fisik bangunan rumah tua Bugis dikawasan utara perubahan sistem strukturnya telah mengalami 4 fase. Fase pertama adalah sistim struktur 5 balok bundar; fase kedua adalah sistim struktur 4 balok bundar; fase ketiga adalah sistem struktur 2 balok bundar; dan fase keempat adalah sistim struktur balok persegi. Sistim struktur balok persegi memiliki 3 tipe yaitu; sistem struktur 5 balok persegi; sistem struktur 4 balok persegi; dan sistem struktur balok persegi tanpa pattoloq yaseq. Perubahan sistem struktur di rumah Bugis diakibatkan oleh faktor alam dan kekakuan bangunan sebagai implementasi budaya dan kepercayaan masyarakat. Faktor alam berkaitan dengan ketersediaan bahan secara kualitas dan kuantitas. Faktor kekakuan berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sistem struktur yang lebih kaku. Faktor budaya dan kepercayaan berkaitan dengan implementasi mempertahankan hidup dan kehidupan secara umum. 343

4 Pengaruh kualitas bahan diketahui dari lemahnya sistem struktur bangunan tua bila dianalisis menggunakan properties bahan yang dipakai di bangunan generasi terakhir. Secara kuantitas diketahui dari penggunaan bahan yang berubah dari dimensi dan penampang. Dimensi bahan struktur bangunan tua lebih besar dibandingkan dengan dimensi bahan di bangunan berikutnya. Bentuk penampang batang yang digunakan berubah dari penampang bundar menjadi penampang persegi 11, persegi 8, dan persegi 4. Pengaruh kekakuan sistem struktur diketahui dari hasil analisis yang menunjukkan bahwa perubahan sistem struktur bangunan rumah Bugis semakin kaku. Rataan perpindahan titik horizontal di sistem struktur 5 balok bundar adalah 8,29 cm = 18,59 % lebih lemah dari sistem struktur berikutnya (sistem struktur 4 balok persegi). Sistem struktur 4 balok bundar rataan perpindahan titiknya adalah 6,997 cm = 62,49% lebih lemah dari sistem struktur 2 balok persegi. Sistem struktur 2 balok bundar mengalami rataan perpindahan titik sebesar 4,306 cm = 14,636 % lebih lemah dari sistem struktur balok persegi. Sistem struktur balok persegi mengalami rataan perpindahan titik sebesar 3,756 cm. Perpindahan titik yang semakin kecil di sistem struktur yang lahir kemudian disebabkan oleh peralihan penggunaan metode menyambung batang dari metode perletakan bebas yang tidak kaku di bagian ujung atas tiang menjadi hubungan lobang dan pasak tembus kolom yang lebih kaku. Perubahan sistem struktur bangunan rumah Bugis menuju ke sistem yang lebih kaku dilakukan dengan cara pengurangan dimensi dan peningkatan metode membangun struktur. Pengaruh budaya dan kepercayaan diketahui dari keterangan lontaraq yang sesuai dengan kepercayaan masyarakat dan aplikasinya dalam pembangunan rumah. Letak perubahan sistem struktur terjadi di pertemuan antara sistem struktur badan bangunan dengan sistem struktur atap bangunan. Fenomena ini dipahami dari keterangan lontaraq tentang kepercayaan masyarakat Bugis kepada SGSR. SGSR akan tinggal dalam keluarga berbudi luhur. Salah satu ciri berbudi luhur adalah memberi makan orang lapar. Akibat dari kepercayaan tersebut masyarakat Bugis berusaha memiliki sawah yang luas untuk mengumpulkan padi yang banyak sebagai bahan makanan utama. Padi diletakkan di ruang atap yang 344

5 mengakibatkan konsentrasi beban besar dibagian ini dan berkonsekuensi logis terhadap penggunaan balok besar. Perubahan budaya bertani dan fenomena sosial senada dengan perubahan sistem struktur di bagian ini. Sistem struktur bangunan rumah Bugis adalah penentu rumah Bugis yang spesifik. Sistem struktur ini mengalami perubahan yang dapat diketahui dengan cara melihat sistem struktur yang digunakan di struktur pertemuan badan bangunan dengan struktur atap bangunan. Karakteristik perubahan sistem struktur rumah Bugis dapat dijelaskan secara struktural dan arsitektural. Secara struktural adalah sistem struktur berubah menjadi lebih baik dalam hal kekakuan menurut perpindahan titik struktur horizontal. Peningkatan kekakuan ini diperoleh melalui perbaikan metode sambungan dan reduksi bahan. Metode sambungan beralih dari cara perletakan bebas yang kurang kaku menjadi sambungan lubang tembus terjepit antar batang yang lebih kaku. Reduksi bahan diperoleh melalui penggunaan batang yang semakin sedikit dalam volume dan semakin kecil dalam dimensi. Secara arsitektural adalah sistem struktur bangunan rumah Bugis mengalami perubahan dalam tatanan bentuk dan ruang arsitektur yang tetap. 4. Pelajaran Dari Perubahan Sistem Struktur Bangunan Rumah Bugis Sulawesi Selatan Kandungan dan pengaruh perubahan sistem struktur bangunan rumah Bugis diketahui melalui tinjauan arsitektural dan struktural. Secara arsitektural terjadi perubahan yang lamban dalam prinsipnya. Secara struktural terjadi perubahan yang lebih besar dibanding perubahan arsitekturalnya. Lambannya perubahan arsitektural karena berakar dari budaya dan kepercayaan. Besarnya perubahan struktural karena usaha meningkatkan tuntutan fungsinya. Sistem struktur bangunan rumah Bugis berubah mempertahankan tatanan ruang arsitektur. Sistem struktur bangunan rumah Bugis mengandung prinsip struktur yang sesauai dengan prinsip hidup maradeka. Salah satu prinsip maradeka adalah tidak ada ibu dan anak yang saling menghendaki keburukan. Kandungan fenomena ini terlihat dalam perilaku sistem struktur dalam mengalami bencana puting beliung. 345

6 Sistem struktur yang lebih kecil tidak akan mengakibatkan kerusakan di bagian bangunan tempatnya bertumpuh. Kemampuannya mempertahankan diri terbatas dan terukur untuk betahan dan hancur. Sistem struktur bangunan rumah Bugis terdiri dari sistem struktur utama dan sistem struktur penunjang. Sistem struktur utama dirancang lebih baik dibanding dengan sistem struktur penunjangnya termasuk penggunaan kualitas bahannya. Struktur penunjang dirancang sebagai bagian yang mudah dilepas pasang dalam jangkauan normal. Sistem struktur bangunan rumah Bugis dirancang dengan mengutamakan aspek keselamatan manusia yang tertinggi. Lantai tempat manusia di dalam rumah dipasang dengan cara perletakan bebas secara vertikal dan horizontal (deletasi vertikal dan horizontal). Rancangan demikian mengakibatkan sistem struktur utama dan sistem lantai tidak terhubung kaku. Pengaruh pergerakan struktur utama terhadap sistem struktur penunjang dan sebaliknya tidak berlaku secara total melainkan adanya reduksi akibat sistem sambungannya. Sistem struktur bangunan rumah Bugis memuat pelajaran berharga akan rancangan sistem struktur bangunan yang belajar dari alam. Angin yang umum bertiup dikawasan ini berorientasi timur-barat. Orientasi bangunan yang dianggap lebih baik oleh masyarakat Bugis adalah sama dan terbukti lebih kuat menahan beban dari arah dimaksud. Prinsip pembangunan sistem strukturnya analog dengan sebatang pohon. Proses kerusakan yang terjadi di pohon dan kerusakan yang terjadi di bangunan rumah Bugis akibat angin adalah sama. Kandungan perubahan sistem struktur bangunan rumah Bugis adalah; perubahan sistem struktur menuju kepada perbaikan sistem yang baik; sistem struktur yang baik adalah sistem struktur yang mampu memberikan pelayanan optimal terhadap tuntutan kebutuhan yang mudah beradaptasi; prinsip membangun sistem struktur belajar dari alam dengan cara tidak melawannya tetapi mengetahui batas kemampuan bertahan tanpa merugikan struktur penopang yang lebih penting untuk keselamatan penghuni; memanfaatkan potensi alam secara optimal termasuk bentuk alamiah sumber daya alam. 346

7 5. Arsitektur Bangunan Spesifik Rumah Bugis Sulawesi Selatan Dalam Budaya Dan Kepercayaan Dasar pembentukan arsitektural rumah Bugis di Provinsi Sulawesi Selatan diperoleh dari keterangan 2 lontaraq kuno yaitu lontaraq ATRW (Attoriolongnge Ri Wajo) dan lontaraq MPL (Meong Mpaloe). MPL mengandung rincian pesan sifat mulia secara pribadi dan keluarga sementara ATRW lebih cenderung kepada pribadi dan tata kelola hubungan kemasyarakatan dan pemerintahan, didominasi oleh aspek hukum dan peradilan dalam negeri maradeka. Keterangan kedua lontaraq tersebut analog dengan pembentukan tatanan arsitektural di bangunan rumah Bugis dalam hal bentuk permukiman, bentuk rumah, komposisi ruang, dan penggunaan simbol. Bagian akhir diungkapkan analogi pembentukan sistem struktur bangunan rumah Bugis dengan bentuk aksaranya. Analogi kondisi bentuk permukiman dengan prinsip hidup maradeka ditelusuri dari keadaan permukiman yang dapat tumbuh pesat dan ditinggalkan dalam waktu singkat. Permukiman dekat air dan sistem struktur lubang tembus adalah perwujudan tuntutan jiwa maradeka terhadap bentuk permukiman dimaksud. Sistem struktur rumah memungkinkan untuk dibongkar pasang dan dipindahkan ketempat lain. Bentuk rumah dan komposisi ruang pada rumah bugis yang menganut hierarki 3 tingkatan adalah wujud kepercayaannya kepada SGSR (Sangiang Serriq = Dewi Padi) dan prinsip hidup maradeka. SGSR membagi alam raya dan alam langit menjadi 3 bagian, merdeka membagi kebebasan menjadi 3 tingkatan. Analoginya di rumah Bugis terdapat di susunan vertikal dan horisontal. 3 pembagian vertikal terdiri dari bagian, awa bola, ale bola/batabbola, dan rakkeang. Pada bagian ale bola juga bertingkat 3 yaitu tamping, batabbola, dan tala tala. 3 pembagian horizontal terjadi pada tamping dan batabbola/ale bola. 3 bagian tamping adalah lego-lego, tamping, dan dapur. 3 bagian batabbola/ale bola adalah latteq saliweng, latteq tengnga, dan latteq laleng. Bangunan ini dibangun menggunakan ukuran tubuh pemilik sebagai acuannya. Definisi maradeka mengantarkan tentang 3 hierarki kebebasan yaitu; kebebasan besar, kebebasan terbatas, dan pengendali kebebasan analog dengan 347

8 hierarki kebebasan di rumah Bugis. Ruang bawah untuk binatang hanya dibatasi oleh tiang rumah analog dengan besarnya kebebasan yang dimiliki oleh binatang. Ruang atas badan bangunan diperuntukkan bagi manusia, ruangnya dibatasi secara tegas oleh bidang dinding sekelilingnya, lantai, dan jajaran tiang terbatas analogi dengan kebebasan manusia yang terbatas. Ruang bawah atap diperuntukkan bagi padi sebagai sumber kehidupannya, dibatasi secara utuh oleh bidang lantai, bidang atap, dan timpaq lajaq. Ruang ini tertutup sempurna analog dengan kesempurnaan pengendali kebebasan. Timpaq lajaq bersusun di rumah Bugis sebagai simbol status sosial pemilik analog dengan kepercayaan kepada SGSR. SGSR hanya akan menempati rumah yang pemiliknya berbudi luhur, setiap malam ia akan mengelilingi jagad raya mencari rumah untuk ditempatinya. Penempatan simbol status sosial diatap rumah karena pada tempat inilah SGSR berada, yang berarti pemiliknya adalah orang yang berbudi luhur. Timpaq lajaq dibuat bersusun sebagai tempat keluar masuknya. Proses pembentukan aksara Bugis analog dengan proses pendirian struktur bangunan rumahnya. Aksara Bugis dan struktur bangunan rumahnya dibangun oleh dua unsur yaitu titik dan garis. Titik dan garis menentukan makna dalam aksara Bugis. Titik dan batang adalah pembentuk makna di rumah Bugis. Awal pembangunan adalah titik tiang utama disusul pemasangan tiang utama sebagai batang kemudian dirangkai dengan batang lainnya menjadi struktur bangunan untuk kehidupan manusia. 6. Kebaruan Dalam Penelitian Perubahan Sistem Struktur Bangunan Rumah Bugis Sulawesi Selatan Arsitektur bangunan rumah Bugis berlatar belakang budaya dan kepercayaan sebagaimana umumnya bangunan vernacular. Kebaharuannya adalah budaya, kepercayaan, dan prinsip hidup yang mendasari pembentukannya dapat dijelaskan secara tegas. Unsur-unsur tersebut menyatu dalam bentuk bangunan dan sistem struktur sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Prinsip hidupnya adalah maradeka dan kepercayaannya adalah SGSR sebagai pembentuk 348

9 tatanan arsitektur. Prinsip hidup dan kepercayaan menganut hierarki 3 tingkatan diwujudkan dalam prinsip membangun mappasituppu sebagai dasar pembentuk sistem strukturnya. Kedua dasar tersebut bertujuan mencari pengendali kebebasan sebagai harapan tertinggi dalam kehidupan. Secara arsitektural pengendali kebebasan berakses vertikal mengarah ke atas kepada SGSR dan secara struktural pengendali kebebasan berakses horizontal mengarah terpusat yang disimbolkan kepada tiang posiq bola. Sistem struktur bangunan rumah Bugis adalah penentu karaktersitiknya sebagai pembeda dengan etnis lainnya dikawasan Provinsi Sulawesi Selatan. Sistem ini mengalami perubahan dan dibangun dengan cara belajar dari kesalahan untuk mengoptimalkan pelayanan fungsi. Pengoptimalan pelayanan fungsi melalui peningkatan kekakuan dan pemanfaatan potensi alam yang ada dilingkungannya dengan memperlakukan bahan sesuai potensi eksistensinya di alam. Prinsip perancangan sistem strukturnya adalah bertahan sesuai dengan kemampuan tanpa merugikan sistem struktur yang lebih penting. Kesesuaian antara bentuk, ruang, sistem struktur, budaya, kepercayaan, dan prinsip hidup masyarakat Bugis terbungkus menjadi satu dalam tatanan arsitektur rumah yang kompak dalam hal ini disebut arsitektur hidup maradeka. 7. Saran - Saran Secara struktural telah terungkap prinsip membangun dengan cara mappasituppu sebagai metode membangun yang dianut masyarakat Bugis Sulawesi Selatan di kawasan utara. Penggunaan metode ini membuka peluang tindak lanjut penelitian untuk pengembangan dan penerapannya di bangunan modern dengan bahan yang berbeda tetapi dalam prinsip sama. Penelitian disertasi ini telah menemukan prinsip membangun lainnya di rumah Bugis di kawasan selatan yang disebut kejjeq. Motode membangun ini belum dikembangkan dan dibahas secara mendalam di penelitian ini karena fokus dan lokusnya berada di luar batasan penelitian ini yaitu di kawasan Bugis selatan. Prinsip membangun dengan cara kejjeq memiliki keterkaitan dengan prinsip membangun dengan cara mappasituppu namun dilakukan dengan cara yang 349

10 berbeda. pengungkapan prinsip membangun di kawasan Bugis selatan akan menjadi nilai tambah khasanah pengetahuan pembangunan berbasis lokal dan menjadi catatan usulan penelitian selanjutnya. Penelitian ini memberi saran dalam hal budaya dan pencerahan sejarah sosial. Saran ini didasarkan atas adanya fenomena kepemilikan rumah tua di kawasan utara yang tidak diakui oleh pemiliknya sebagai keluarga bangsawan. Fenomena diatas berbeda dengan pemilik rumah sampel di kawasan selatan yang dimiliki oleh keturunan bangsawan. 350

Oleh Dr. Hermayulis, Hernadewita, ST, MSi, Prof. Dr. Che Husna Azhari

Oleh Dr. Hermayulis, Hernadewita, ST, MSi, Prof. Dr. Che Husna Azhari KEARIFAN LOKAL PADA SENIBINA RUMAH DAN GUNA TANAH TAPAK PERUMAHAN PADA MASYARAKAT BUGIS SULAWESI SELATAN Oleh Dr. Hermayulis, Hernadewita, ST, MSi, Prof. Dr. Che Husna Azhari (ATMA UKM, UNIV. YARSI, STMI

Lebih terperinci

Perubahan Sistem Struktur Bangunan Rumah Bugis Sulawesi Selatan

Perubahan Sistem Struktur Bangunan Rumah Bugis Sulawesi Selatan Perubahan Sistem Struktur Bangunan Rumah Bugis Sulawesi Selatan Hartawan 1), Bambang Suhendro 2), Eugenius Pradipto 3), Arif Kusumawanto 4) 1) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi berdasarkan

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Bangunan gedung merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam mengembangkan suatu daerah. Gedung dapat digunakan sebagai prasarana untuk mengembangkan perekonomian,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni 128 BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Konsep dasar yang digunakan dalam Perancangan Sekolah Seni Pertunjukan Tradisi Bugis ini adalah mencakup tiga aspek yaitu Konsep kosmologis rumah bugis, beserta

Lebih terperinci

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN

ELEMEN-ELEMEN STRUKTUR BANGUNAN ELEMEN-ELEMEN BANGUNAN Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan di atas tanah. Fungsi struktur dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral

BAB I PENDAHULUAN Umum. Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Umum Pada dasarnya dalam suatu struktur, batang akan mengalami gaya lateral dan aksial. Suatu batang yang menerima gaya aksial desak dan lateral secara bersamaan disebut balok

Lebih terperinci

TIANG Gambar Balok Lantai Dimasukkan ke dalam Tiang (Sketsa : Ridwan)

TIANG Gambar Balok Lantai Dimasukkan ke dalam Tiang (Sketsa : Ridwan) TIANG Setelah pondasi yang berada di dalam tanah, bagian selanjutnya dari struktur Rumah Bubungan Tinggi adalah tiang. Tiang merupakan struktur vertikal yang menyalurkan beban dari bagian atap hingga ke

Lebih terperinci

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang BAB II TINJAUAN PIISTAKA 2.1 Pendahuluan Pekerjaan struktur secara umum dapat dilaksanakan melalui 3 (tiga) tahap (Senol,Utkii,Charles,John Benson, 1977), yaitu : 2.1.1 Tahap perencanaan (Planningphase)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perkembangan pembangunan yang sangat pesat, juga diikuti munculnya berbagai teknik membangun, konstruksi dan bahan yang baru dan beraneka ragam, dengan spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI

BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI BAB 8 KESIMPULAN DAN KONTRIBUSI 8.1. Kesimpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan dalam penelitan ini maka dibuat kesimpulan dari fokus kajian mengenai, perubahan ruang hunian, gaya hidup dan gender,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Struktur Bangunan Suatu sistem struktur kerangka terdiri dari rakitan elemen struktur. Dalam sistem struktur konstruksi beton bertulang, elemen balok, kolom, atau dinding

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Pembebanan merupakan faktor penting dalam merancang stuktur bangunan. Oleh karena itu, dalam merancang perlu diperhatikan beban-bean yang bekerja pada struktur agar

Lebih terperinci

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM BAB VI KONSTRUKSI KOLOM 6.1. KOLOM SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Dinding ( wall ) adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi suatu area pada konstruksi seperti rumah, gedung bertingkat, dan jenis konstruksi lainnya. Umumnya,

Lebih terperinci

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD

STATIKA I. Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT. Modul ke: Fakultas FTPD Modul ke: 02 Fakultas FTPD Program Studi Teknik Sipil STATIKA I Reaksi Perletakan Struktur Statis Tertentu : Balok Sederhana dan Balok Majemuk/Gerbe ACEP HIDAYAT,ST,MT Reaksi Perletakan Struktur Statis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Berkembangnya kemajuan teknologi bangunan bangunan tinggi disebabkan oleh kebutuhan ruang yang selalu meningkat dari tahun ke tahun. Semakin tinggi suatu bangunan, aksi gaya

Lebih terperinci

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993)

Gambar 1.1 Tampak samping Rumah Tongkonan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1993) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tana Toraja, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan, merupakan tempat tinggal bagi suku aslinya yaitu Suku Toraja. Kabupaten yang seluruh daerahnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Struktur bangunan bertingkat tinggi memiliki tantangan tersendiri dalam desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang memiliki faktor resiko

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA MEKANIKA STRUKTUR I PENDAHULUAN Soelarso.ST.,M.Eng JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA PENDAHULUAN Gaya serta sifatnya perlu difahami dalam ilmu Meknika Struktur/Analisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pembebanan Struktur bangunan yang aman adalah struktur bangunan yang mampu menahan beban-beban yang bekerja pada bangunan. Dalam suatu perancangan struktur harus memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan komponen struktur terutama struktur beton bertulang harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara Perhitungan

Lebih terperinci

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR :

STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR : STRUKTUR BANGUNAN BENTANG LEBAR : STADION NASIONAL BEIJING Nama : Stadion Nasional Lokasi : Area Olimpiade Hijau, Beijing, China Mulai pembangunan : 24 Desember 2003 Pembukaan : 28 Juni 2008 Permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada bangunan tinggi tahan gempa umumnya gaya-gaya pada kolom cukup besar untuk menahan beban gempa yang terjadi sehingga umumnya perlu menggunakan elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Beban Struktur Pada suatu struktur bangunan, terdapat beberapa jenis beban yang bekerja. Struktur bangunan yang direncanakan harus mampu menahan beban-beban yang bekerja pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung dalam bidang tersebut.

Lebih terperinci

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh:

PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL. Disusun Oleh: PERILAKU DINAMIS PORTAL BAJA BIDANG BERTINGKAT DENGAN VARIASI BUKAAN TITIK PUNCAK PENGAKU DIAGONAL GANDA K JURNAL Disusun Oleh: HAFIZH FADLA NIM. 105060107111002-61 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Pada perencanaan bangunan bertingkat tinggi, komponen struktur direncanakan cukup kuat untuk memikul semua beban kerjanya. Pengertian beban itu

Lebih terperinci

Geometri Façade Bola to sama Arsitektur Bugis (Studi kasus: daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan)

Geometri Façade Bola to sama Arsitektur Bugis (Studi kasus: daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan) TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Geometri Façade Bola to sama Arsitektur Bugis (Studi kasus: daerah pantai, dan daerah pegunungan Suku Bugis Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan) Mohammad Mochsen Sir Labo, Teori, Sejarah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN BAB III METODOLOGI PERENCANAAN 3.1. Diagram Alir Perencanaan Struktur Atas Baja PENGUMPULAN DATA AWAL PENENTUAN SPESIFIKASI MATERIAL PERHITUNGAN PEMBEBANAN DESAIN PROFIL RENCANA PERMODELAN STRUKTUR DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudirman Thamrin, dan kini sudah menyebar pertumbuhan bangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sudirman Thamrin, dan kini sudah menyebar pertumbuhan bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perkembangan kota dapat di lihat dari sisi infrastrukturnya dan banyaknya bangunan tinggi pada kota tersebut. Seperti halnya di Negara lain, Jakarta memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Suatu struktur bangunan yang direncanakan harus sesuai dengan peraturan - peraturan yang berlaku, sehingga mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi.

Lebih terperinci

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT PELESTARIAN BANGUNAN MASJID TUO KAYU JAO DI SUMATERA BARAT Dion Farhan Harun, Antariksa, Abraham Mohammad Ridjal Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) 1 PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI) Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai S-1 Teknik Sipil diajukan

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PASAR BRINGHARJO YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA-1

PEREMAJAAN PASAR BRINGHARJO YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA-1 LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PEREMAJAAN PASAR BRINGHARJO YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA-1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA TEKNIK (S-1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Komponen Struktur Perencanaan suatu struktur bangunan gedung didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan

BAB I PENDAHULUAN. Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan BAB I PENDAHULUAN 1.6 Latar Belakang Konstruksi bangunan tidak terlepas dari elemen-elemen seperti balok dan kolom, baik yang terbuat dari baja, beton atau kayu. Pada tempat-tempat tertentu elemen-elemen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan suatu kombinasi antara beton dan baja tulangan. Beton bertulang merupakan material yang kuat

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan

BAB VI PENUTUP. karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan Jalan BAB VI PENUTUP VI.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis temuan lapangan dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai karakter arsitektural ruang jalan di koridor Jalan Sudirman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara

BAB I PENDAHULUAN. Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang. merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bermukim merupakan salah satu cerminan budaya yang merepresentasikan keseluruhan dari teknik dan objek, termasuk didalamnya cara berfikir, lingkungan, kebiasaan, cara

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu

BAB VI HASIL PERANCANGAN. konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu BAB VI HASIL PERANCANGAN Perancangan Pusat Seni Musik Blues di Kota Malang ini menggunakan konsep lagu blues Everyday I Have Blues, menerapkan nilai serta karakter lagu tersebut dengan memasukkan tiap

Lebih terperinci

DINDING DINDING BATU BUATAN

DINDING DINDING BATU BUATAN DINDING Dinding merupakan salah satu elemen bangunan yang berfungsi memisahkan/ membentuk ruang. Ditinjau dari segi struktur dan konstruksi, dinding ada yang berupa dinding partisi/ pengisi (tidak menahan

Lebih terperinci

Rumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT.

Rumah Tahan Gempa. (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Rumah Tahan Gempa (Bagian 1) Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. KONSTRUKSI RUMAH TAHAN GEMPA Wilayah Indonesia mencakup daerah-daerah yang mempunyai tingkat resiko gempa yang tinggi diantara beberapa daerah gempa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

Bab 5 Kesimpulan dan Saran

Bab 5 Kesimpulan dan Saran Bab 5 Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Desain konstruksi yang telah dilakukan dalam tugas akhir ini membuktikan bahwa anggaran yang besar tidak diperlukan untuk mendesain suatu bangunan tahan gempa.

Lebih terperinci

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP

STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP STUDI PENGGUNAAN BAJA RINGAN SEBAGAI KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA TAHAN GEMPA PRAYOGA NUGRAHA NRP 3105 100 080 Dosen Pembimbing : Endah Wahyuni, ST.MSc.PhD Ir. Isdarmanu MSc JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI VII. 1. Kesimpulan Penelitian proses terjadinya transformasi arsitektural dari kampung kota menjadi kampung wisata ini bertujuan untuk membangun teori atau

Lebih terperinci

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu pembangunan fisik berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman oleh perencana agar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Jembatan Pelengkung (arch bridges) Jembatan secara umum adalah suatu sarana penghubung yang digunakan untuk menghubungkan satu daerah dengan daerah yang lainnya oleh karena

Lebih terperinci

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta

Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta SEMINAR HERITAGE IPLBI 2017 KASUS STUDI Perkuatan Struktur pada Revitalisasi Bangunan Cagar Budaya Kasus Studi: Toko Dynasti, Jalan AM Sangaji Yogyakarta Augustinus Madyana Putra (1), Andi Prasetiyo Wibowo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda

BAB I PENDAHULUAN. apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rancangan sebuah bangunan tinggi untuk penggunaan tunggal seperti apartemen, perkantoran, sekolahan dan rumah sakit, ataupun untuk penggunaan ganda berskala lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1 perbandingan bahan Sifat Beton Baja Kayu. Homogen / Heterogen Homogen Homogen Isotrop / Anisotrop Isotrop Isotrop Anisotrop BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dunia konstruksi di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat. Saat ini, di berbagai tempat dibangun gedung-gedung betingkat, jembatan layang, jalan, dan

Lebih terperinci

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif

BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN. perencana. Dengan kerjasama yang baik dapat menghasilkan suatu kerja yang efektif BABV PELAKSANAAN PEKERJAAN 5.1 Tinjauan Umum Dalam pelaksanaan pekerjaan diperlukan kerjasama yang baik dari semua pihak yang terkait, baik itu perencana, pemberi tugas, pengawas maupun pelaksana karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah daerah rawan gempa, untuk mengurangi resiko korban jiwa akibat bencana gempa perlu suatu konstruksi bangunan yang tahan terhadap gempa. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Perubahan Sistem Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Rumah Bugis Sulawesi Selatan 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Perubahan Sistem Struktur Bangunan Dalam Arsitektur Rumah Bugis Sulawesi Selatan 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Penelitian ini bernaung di bawah tema besar arsitektur vernacular. Kekhususan bidang penelitian adalah sistem struktur bangunan rumah vernacular menurut tinjauan arsitektural dalam hal

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB III PEMODELAN STRUKTUR BAB III Dalam tugas akhir ini, akan dilakukan analisis statik ekivalen terhadap struktur rangka bresing konsentrik yang berfungsi sebagai sistem penahan gaya lateral. Dimensi struktur adalah simetris segiempat

Lebih terperinci

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR 3.1. ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR PELAT Struktur bangunan gedung pada umumnya tersusun atas komponen pelat lantai, balok anak, balok induk, dan kolom yang merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM BAB 4 PENGUJIAN LABORATORIUM Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan perilaku struktur bambu akibat beban rencana. Pengujian menjadi penting karena bambu merupakan material yang tergolong

Lebih terperinci

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR

PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Pendahuluan POKOK BAHASAN 1 PENGANTAR KONSTRUKSI BANGUNAN BENTANG LEBAR Struktur bangunan adalah bagian dari sebuah sistem bangunan yang bekerja untuk menyalurkan beban yang diakibatkan oleh adanya bangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkantoran, sekolah, atau rumah sakit. Dalam hal ini saya akan mencoba. beberapa hal yang harus diperhatikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perkantoran, sekolah, atau rumah sakit. Dalam hal ini saya akan mencoba. beberapa hal yang harus diperhatikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Dalam merancang sebuah bangunan struktur, ada banyak hal yang harus diperhatikan. Tidak hanya material pembentuk struktur apakah baja atau beton. Tetapi juga fungsi gedung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perencanaan desain struktur konstruksi bangunan, ditemukan dua bagian utama dari bangunan, yaitu bagian struktur dan nonstruktur. Bagian struktur ialah bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Umum dan Latar Belakang Pembangunan terhadap gedung gedung bertingkat pada umumnya sangat membutuhkan penanganan yang serius, terutama pada konstruksi yang terbuat dari beton, baja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara konstruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Gempa adalah fenomena getaran yang diakibatkan oleh benturan atau pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan (fault zone). Besarnya

Lebih terperinci

BAB III. Sport Hall/Ekspresi Struktur TINJAUAN KHUSUS. Laporan Skripsi dan Tugas Akhir. Pengertian Tema

BAB III. Sport Hall/Ekspresi Struktur TINJAUAN KHUSUS. Laporan Skripsi dan Tugas Akhir. Pengertian Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS III.1 Pengertian Tema Pemilihan tema Ekspresi Struktur dalam penulisan skripsi ini berdasarkan kebutuhan akan sebuah bangunan yang mempunyai bentangan yang lebar sehingga membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERENCANAAN. Gambar 3.1 Dimensi jembatan utama. 1. Tipe jembatan : Rangka baja

BAB III METODE PERENCANAAN. Gambar 3.1 Dimensi jembatan utama. 1. Tipe jembatan : Rangka baja 34 BAB III METODE PERENCANAAN 1.1 Data Perencanaan 1.1.1. Data konstruksi 6 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 7,5 Gambar 3.1 Dimensi jembatan utama. 1. Tipe jembatan : Rangka baja 2. Jumlah bentang : 1 3. Kelas

Lebih terperinci

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA

) DAN ANALISIS PERKUATAN KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) DENGAN KAYU KELAS I (BENGKIRAI), KAYU KELAS II (KAMFER) DAN PELAT BAJA ABSTRAK STUDI ANALISIS KINERJA BANGUNAN 2 LANTAI DAN 4 LANTAI DARI KAYU GLULAM KELAS III (NYATOH) TERHADAP BEBAN SEISMIC DENGAN ANALISIS STATIC NON LINIER (STATIC PUSHOVER ANALYSIS) DAN ANALISIS PERKUATAN

Lebih terperinci

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR

ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR ANALISIS SITE LAHAN/TAPAK RELATIF DATAR Oleh : Ririn Dina Mutfianti, MT Desain Arsitektur Jurusan Arsitektur-Universitas Widya Kartika Kenapa harus menganalisis Site? Karena : 1. Sebagian besar bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tugas Akhir Perencanaan Struktur dan Rencana Anggaran Biaya Gedung Serbaguna 2 lantai Latar Belakang. 1.2. Tugas Akhir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan suatu struktur bangunan harus memenuhi peraturanperaturan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman secara kontruksi. Struktur

Lebih terperinci

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI

BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI BAB I KOLOM BAJA, BALOK BAJA DAN PLAT LANTAI 1.1 Pengertian Kolom dan Balok Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur

Lebih terperinci

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR BAB IV PERMODELAN STRUKTUR IV.1 Deskripsi Model Struktur Kasus yang diangkat pada tugas akhir ini adalah mengenai retrofitting struktur bangunan beton bertulang dibawah pengaruh beban gempa kuat. Sebagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut : 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Pembebanan Struktur Perencanaan struktur bangunan gedung harus didasarkan pada kemampuan gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam Peraturan

Lebih terperinci

Studi Elemen Interior Rumah Adat Sumbawa

Studi Elemen Interior Rumah Adat Sumbawa Studi Elemen Interior Rumah Adat Sumbawa Depri Satriawan 1 dan Chairil Budiarto Amiuza 2 1 Mahasiswa Program Sarjana Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya 2 Dosen Program Sarjana Arsitektur,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Berfikir Sengkang merupakan elemen penting pada kolom untuk menahan beban gempa. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan tulangan utama dan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK

ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA ABSTRAK VOLUME 6 NO. 1, FEBRUARI 2010 ANALISA PENGARUH DINDING GESER PADA STRUKTUR BANGUNAN HOTEL BUMI MINANG AKIBAT BEBAN GEMPA Fauzan 1, Zaidir 2, Dwi Putri Nengsi 3, Indri Miswar 4 ABSTRAK Sumatera Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung mempengaruhi struktur bangunan tersebut. Berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. maupun tidak langsung mempengaruhi struktur bangunan tersebut. Berdasarkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Struktur Dalam perencanaan struktur bangunan harus mengikuti peraturanperaturan pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman. Pengertian

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL Gedung Auditorium Musik Bandung ini merupakan fasilitas yang diperuntukkan kepada kaum remaja di Bandung. Kaum remaja yang senang berekspresi menjadi pertimbangan dalam pencarian

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal

BAB IV KONSEP. 4.1 Ide Awal BAB IV KONSEP 4.1 Ide Awal Kawasan Manggarai, menurut rencana pemprov DKI Jakarta akan dijadikan sebagai kawasan perekonomian yang baru dengan kelengkapan berbagai fasilitas. Fasilitas utama pada kawasan

Lebih terperinci

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR DENAH, POTONGAN, TAMPAK DAN DETAIL BANGUNAN

MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR DENAH, POTONGAN, TAMPAK DAN DETAIL BANGUNAN MENGKOMUNIKASIKAN GAMBAR DENAH, POTONGAN, TAMPAK DAN DETAIL BANGUNAN DENAH atau PLAN : berasal dari kata latin PLANUM berarti dasar, arti lebih jauh lantai DENAH adalah : Merupakan penampang potongan horisontal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pasar Oeba selain sebagai layanan jasa komersial juga sebagai kawasan permukiman penduduk. Kondisi pasar masih menghadapi beberapa permasalahan antara lain : sampah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangunan adalah wujud fisik berupa struktur yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari mulai pondasi, dinding sampai atap secara permanen dan dibuat pada satu tempat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses di mana Pemerintah Daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KONSEP PEMILIHAN JENIS STRUKTUR Pemilihan jenis struktur atas (upper structure) mempunyai hubungan yang erat dengan sistem fungsional gedung. Dalam proses desain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pembangunan dewasa ini semakin pesat seiring dengan majunya teknologi maupun metodologi pelaksanaanya. Kekuatan dan ketahanan struktur bangunan sangat

Lebih terperinci

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA

MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA MODIFIKASI PERENCANAAN JEMBATAN KALI BAMBANG DI KAB. BLITAR KAB. MALANG MENGGUNAKAN BUSUR RANGKA BAJA Mahasiswa: Farid Rozaq Laksono - 3115105056 Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Djoko Irawan, Ms J U R U S A

Lebih terperinci

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut :

BAB V. KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN. Bina Nusantara adalah sebagai berikut : 112 BAB V KONSEP PERENCANAAN dan PERANCANGAN V.1. Konsep Perancangan Kegiatan Adapun jenis kegiatan dan sifat kegiatan yang ada di dalam asrama mahasiswa Bina Nusantara adalah sebagai berikut : Jenis Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Perencanaan Umum 3.1.1 Komposisi Bangunan Pada skripsi kali ini perencanaan struktur bangunan ditujukan untuk menggunakan analisa statik ekuivalen, untuk itu komposisi bangunan

Lebih terperinci

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI

BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI BAB 1 STRUKTUR DAN KONSTRUKSI Sistem struktur dan konstruksi Rumah Gadang memiliki keunikan, dimulai dari atapnya yang rumit hingga pondasinya yang sederhana tetapi memiliki peran yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK

IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG ABSTRAK VOLUME 7 NO.1, FEBRUARI 2011 IDENTIFIKASI KEGAGALAN, ALTERNATIF PERBAIKAN DAN PERKUATAN PADA STRUKTUR GEDUNG POLTEKES SITEBA PADANG Febrin Anas Ismail 1 ABSTRAK Pasca gempa 30 September 2009 Gedung Poltekes

Lebih terperinci

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA. Tri Hartanto. Abstrak KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PENGGUNAAN BETON BERTULANG TERHADAP KAYU PADA KONSTRUKSI KUDA-KUDA Tri Hartanto Abstrak Pengetahuan tentang sistim struktur dan konstruksi, dan teknologi bahan sangat erat sekali

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi umum Desain struktur merupakan salah satu bagian dari keseluruhan proses perencanaan bangunan. Proses desain merupakan gabungan antara unsur seni dan sains yang membutuhkan

Lebih terperinci

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi.

03. Semua komponen struktur diproporsikan untuk mendapatkan kekuatan yang. seimbang yang menggunakan unsur faktor beban dan faktor reduksi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendahuluan Perancangan struktur suatu bangunan gedung didasarkan pada besarnya kemampuan gedung menahan beban-beban yang bekerja padanya. Disamping itu juga harus memenuhi

Lebih terperinci

Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap)

Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) TEMU ILMIAH IPLBI 2017 Karakteristik Arsitektur Rumah Bugis Tolotang di Amparita, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Andriani Jamaluddin (1), Afifah Harisah (1), Syahriana Syam (1) rhyasmartcommunity@gmail.com

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR... FORMAT RENCANA PEMBELAJARAN... i ii iii iii iii iii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci