BAB I PENDAHULUAN. beragam budaya dimiliki Negara Indonesia, termasuk alat musik tradisional,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. beragam budaya dimiliki Negara Indonesia, termasuk alat musik tradisional,"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kekayaan Indonesia tidak hanya sumber daya alamnya saja, tapi juga beragam budaya dimiliki Negara Indonesia, termasuk alat musik tradisional, pakaian adat, dan juga rumah tradisional yang berbeda-beda bentuk dan ciri khas di setiap suku yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Jika dilihat sekilas, rumah adat memang terlihat sangat sederhana dan alami. Namun, kenyataannya rumah adat tersebut sangat layak huni dan bahkan ramah lingkungan. Namun, sangat disesalkan bahwa saat ini sebagian besar rumah adat di seluruh Indonesia hanya berfungsi sebagai pajangan saja. Arus modernisasi dan juga efisiensi waktu membuat banyak masyarakat yang lebih memilih untuk membangun rumah yang bergaya modern. Dampaknya adalah rumah adat tradisional saat ini sudah diambang kepunahan dan hilang dari bumi pertiwi. Pokok permasalahan dari terancam punahnya rumah adat yaitu sedikitnya para ahli di bidang pembuatan rumah adat pada saat ini. Masyarakat saat ini lebih menyukai rumah bergaya modern yang terlihat lebih menjanjikan dibandingkan dengan rumah adat yang menjadi identitas suku bangsanya sendiri. Sungguh amat disayangkan, ketika harta berupa pengetahuan mengenai pembuatan rumah tradisional yang sangat berharga di negeri ini lenyap begitu saja.

2 Salah satu diantara sekian banyaknya rumah adat yang terancam punah tersebut adalah rumah adat Karo yang ada di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Rumah adat Karo yang biasa dikenal adalah rumah adat Siwalu Jabu. Siwalu dalam bahasa Indonesia berarti delapan, dan Jabu berarti keluarga, sehingga arti dari Siwalu Jabu adalah rumah yang ditempai 8 keluarga. Bagi setiap orang yang penasaran dengan rumah adat Karo Siwalu Jabu, bisa mengunjungi Desa Lingga di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara. Rumah ini masih terjaga keasliannya sejak pertama kali dibuat ratusan tahun yang lalu. Walaupun terlihat sederhana, namun kekuatannya bahkan dapat mengalahkan bangunan-bangunan modern. Dalam perjalanan sejarah penyebutan rumah adat Karo didasarkan pada seberapa banyak keluarga (jabu) yang menempati rumah tersebut. Salah satu penyebutan rumah adat Karo selain Siwaluh Jabu adalah Sepuluh Dua Jabu (rumah yang ditempati 12 keluarga). Pada penelitian ini, peneliti ingin mendeskripsikan mengenai rumah Karo yang ditinggali oleh 12 keluarga atau rumah adat Sepuluh Dua Jabu. Secara umum Rumah Adat Karo Sepuluh Dua Jabu ini diartikan hampir sama bentuknya seperti rumah adat Siwaluh Jabu dimana merupakan sebuah bangunan rumah besar yang terbuat dari bahan kayu dengan rancang desain spesifik tanpa paku besi, yang di dalamnya terdiri atas 12 (Sepuluh Dua) bagian dan setiap bagian dihuni masing-masing satu kepala keluarga (jabu) yang mempunyai kedudukan dan fungsi berbeda dalam kaitan sistem kekerabatan suku Karo. Dewasa ini Rumah Adat Karo Sepuluh Dua Jabu yang merupakan warisan budaya generasi sebelumnya, banyak dikunjungi oleh para wisatawan, apakah itu sekedar melihatnya sebagai obyek wisata di Desa

3 Beganding maupun sebagai obyek penelitian bagi para arsitektur karena keunikannya. Secara sederhana peneliti dapat menggambarkan sedikit mengenai rumah adat Sepuluh dua Jabu ini, dimana rumah tersebut berbentuk panggung. Tingginya sekitar dua meter dari permukaan tanah. Pada dinding bawah rumah terukir motif-motif tradisional yang merupakan kombinasi dari lima warna khas daerah itu, yaitu merah, putih, hitam, hijau dan kuning atau biasa disebut oleh masyarakat yang bermukim di situ sebagai warna emas-emas. Teras rumah itu dibuat dari susunan-susunan bambu yang disusun rapi. Untuk menaikinya dari arah depan, di sana terdapat sebuah tangga kayu yang terdiri dari tiga anak tangga, sementara dari arah belakang ada lima anak tangga. Ruangan masuk ke dalam rumah tersebut cenderung condong ke arah dalam dan tidak memiliki pintu. Ketika baru memasukinya, pandangan mata akan tertuju pada lima buah para atau tungku api tempat penghuninya memasak. Di atas jejeran batu yang dijadikan tungku itu terdapat tempat untuk menyimpan kayu bakar. Dua belas pembatas tersedia di dalam rumah itu untuk membatasi tempat masing-masing kepala keluarga. Di atapnya terdapat dua potong kayu yang memanjang dan dua potong kayu yang melebar sebagai penyangga rumah. Di ujung kenjahe atau arah barat dipasang kepala kerbau jantan dan di kenjuru-nya atau arah timur rumah itu dipasang kepala kerbau betina. Rumah itu terbuat dari bermacam-macam kayu yang kuat dan kokoh, namun ada tiga jenis kayu yang menjadi syarat wajib dan harus ada dalam sebuah rumah. Jika syarat tiga jenis kayu itu sudah terpenuhi, maka kayu-kayu jenis lain

4 bisa dipakai dengan leluasa untuk dijadikan material fondasi atau kontruksi rumah. Tiga jenis kayu tersebut adalah ndarasi, ambertuah dan sibernaek. Ndarasi merupakan jenis kayu yang berfungsi agar keluarga dalam rumah tersebut bisa hidup serasi, ambertuah digunakan agar mereka dapat tuah atau keturunan dan sibernaek agar mereka mendapatkan rezeki yang banyak terutama dalam hal bercocok tanam sebagai mata pencaharian sehari-hari penduduk di tempat itu. Sepuluh Dua Jabu, begitulah nama rumah adat yang ada di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Sepuluh Dua Jabu bermakna rumah dua belas keluarga jika diartikan secara harfiah. Maksudnya rumah tersebut terdiri dari dua belas keluarga yang menempatinya. Satu keluarga menempati satu kamar. Namun, kini rumah tersebut sudah ditinggalkan oleh para penghuninya. Hanya tinggal satu keluarga saja yang masih bertahan. Itupun karena tugas keluarga itu untuk menjaga kebersihan rumah. Mereka dibayar Rp. 500 ribu per bulan oleh Dinas Pariwisata Kota Karo. Rumah Adat Karo akhir-akhir ini masuk dalam kategori 5 rumah adat yang terancam punah. Rumah-rumah adat tersebut juga tak bisa dipandang sebelah mata hanya karena tampilannya yang sederhana, kenyataanya rumah tersebut sangat layak untuk dihuni dan berfungsi dengan baik. Tapi sayang, gerusan bangunan modern seakan menjadi ancaman bagi keberadaan rumah tradisional. Beberapa rumah adat bahkan sudah sulit ditemui dan nyaris punah, 5 rumah adat berikut ini contohnya.

5 1. Rumah Adat Bumbungan Lima Permasalahan utama penyebab rumah adat terancam punah adalah semakin sedikitnya para ahli yang bisa membuat rumah tradisional, karena memang masyarakat saat ini jauh lebih menyukai rumah bergaya modern, daripada rumah khas yang menjadi identitas suku bangsanya sendiri. Nasib seperti ini juga dialami oleh rumah tua bubungan lima yang menjadi identitas Bengkulu, yang unik dari rumah ini adalah Anda akan menemukan doa-doa adat yang terukir di tiang rumah ini untuk mendoakan penghuninya. Saat ini jumlah rumah ini bisa dihitung dengan jari, salah satunya adalah rumah Ibu Fatmawati Sukarno. 2. Rumah Panggung Jambi Kata siapa Indonesia tidak punya kota istana seperti yang ada di China? Pada zaman dahulu saat kerajaan melayu Jambi berjaya, Anda akan menemukan sebuah bangunan kota yang terstruktur dengan baik. Salah satu yang mengisi kota ini adalah rumah panggung jambi yang sangat khas. Rumah ini berbentuk panggung persegi panjang 12 meter x 9 meter dengan 30 tiang penyangga. Anda akan menemukan rumah seperti ini di kampung Lamo, Suku Bathin di Rantau Panjang. Mereka masih mempertahankan adat istiadat budayanya termasuk juga rumah tradisional. 3. Rumah Adat Mamasa Kunjungilah kabupaten Mamasa dan Anda akan menemukan suatu keunikan, yaitu rumah tradisionalnya yang nyaman. Sama dengan rumah adat lainnya di negeri ini, keberadaannya kini juga sulit ditemui. Hanya orang-orang pedalaman yang masih bertahan menggunakan rumah Mamasa. Bentuknya

6 hampir mirip dengan rumah adat Toraja. Bangunan ini terdiri dari empat jenis sesuai dengan status sosial penghuninya, yang paling tinggi adalah Banua layuk yang dihuni oleh ketua adat hingga yang paling rendah dihuni oleh masyarakat biasa. 4. Rumah Adat Karo Sangat disayangkan sekali apabila harta berharga negeri ini yang berupa rumah-rumah adat dan benda-benda tradisonal malah berakhir di museum, karena telah punah dan tak ada yang menggunakannya lagi. Rumah adat karo di Sumatra Utara ini contohnya. Justru keberadaan rumah adat seperti ini malah dijadikan tujuan wisata menarik, Anda akan menemukan rumah karo di desa Lingga,Kabupaten Karo. Rumah yang ada disini terjaga keaslianya sejak ratusan tahun yang lalu dan masih berdiri kokoh. Ini adalah bukti bahwa rumah adat yang terlihat sederhana, juga tak kalah kuat dengan bangunan dari batu bata dan semen 5. Rumah Adat Kudus Mempertahankan sebuah rumah adat tradisional ditengah-tengah gempuran bangunan modern seperti mall dan ruko seakan-akan hal yang mustahil dilakukan, apalagi di pulau Jawa ini. Hampir setiap suku di Jawa memiliki rumah khasnya masing-masing. Mulai dari Banten, hingga Jawa Timur, termasuk juga Kudus. Bahkan rumah adat dalam jumlah kecil yang sudah dijadikan cagar budaya oleh pemerintah setempat, malah beralih fungsi dan dipindah tangankan karena alasan ekonomi. Dari yang semula berjumlah 68 kini berkurang menjadi 64, sungguh miris sekali.

7 Kembali lagi membahas mengenai rumah adat Karo. Penghuni lain sudah banyak yang membangun rumah sendiri. Seperti yang dituturkan Brema Pranata Tarigan seorang anak laki-laki yang sempat peneliti wawancarai pada saat pra observasi di lokasi penelitian. Bocah kelas 6 Sekolah Dasar (SD) itu mengatakan bahwa keluarga-keluarga yang sebelumnya menempati rumah itu satu-persatu mulai keluar dan memilih untuk tinggal serumah hanya dengan keluarga sendiri. Di sini tak ada lagi orang, semuanya sudah pindah, ujar Brema dengan polos. Brema merupakan keluarga terakhir yang menjadi penghuni rumah itu. Ia tinggal bersama seorang adik, ibu dan ayahnya yang bekerja menjaga dan membersihkan rumah serta pekarangannya. Kadang-kadang ada juga turis yang berkunjung ke sana dan memberikan sejumlah uang yang dimasukkan dalam kotak sumbangan kebersihan yang ada di dalam rumah. Ada yang kasih (uang) seratus, dua atau tiga ratus ribu untuk duit kebersihan, tutur Brema. Sekitar tahun 1970-an, tercatat ada 28 unit rumah adat di Desa Beganding dan Desa Lingga. Rumah-rumah itu ada yang sudah berusia empat, tiga dan dua abad. Namun sudah banyak yang roboh dan hancur karena tidak terawat dan ditinggal penghuninya. Sekarang hanya tersisa empat rumah. Akibat gempa bumi yang terjadi beberapa waktu yang lalu, dua di antaranya roboh dan tak bisa ditempati lagi. Jadi rumah yang masih utuh saat ini hanya tersisa dua. Kini hanya tinggal dua (rumah), dua lagi roboh karena gempa, kata ibu Hanita Ginting (51 tahun), salah seorang tetua di Desa Beganding yang kini memilih hidup mandiri dengan keluarganya.

8 Ibu Hanita baru sekitar lima bulan lalu meninggalkan rumah adat tersebut. Dulu ia tinggal di Sepuluh Dua Jabu atau rumah dua belas, yaitu rumah tempat tinggal raja yang terdiri dari dua belas keluarga. Ia merupakan generasi ketujuh dari seorang raja yang bernama Uroeng. Ia beralasan bahwa keluarganya memilih untuk meninggalkan rumah Sepuluh Dua Jabu karena zaman sekarang orangorang sudah modern dan mulai mengenal privasi dan kebebasan berekspresi.... Kalau dulu kan orang masih mau mengikuti aturan adat yang berlaku, tapi sekarang sudah maju. Sudah modern. Kalau (tinggal) di rumah itu kan serba tertutup. Kita nggak bisa ngomong sembarangan. Orang juga butuh privasi... tuturnya dengan Bahasa Indonesia yang lancar. Kebanyakan masyarakat Desa Beganding tidak bisa berbicara dengan bahasa Indonesia.... Sekarang di kampung (Beganding) ini sudah masuk listrik. Sudah ada lampu, tivi, radio dan peralatan canggih lainnya. Jadi kalau mau hidupin tivi di rumah (adat) itu kan nggak mungkin, bisa mengganggu keluarga lain. Makanya kami pindah dan membangun rumah baru... kata Hanita yang kemudian menyeruput segelas tuak panas yang terhidang di hadapannya. Kini semakin banyak bekas penghuni rumah adat di Desa Beganding yang membangun rumah baru. Perlahan-lahan, penghuni rumat adat itu kian berkurang. Apalagi sekarang hanya tersisa dua rumah adat saja. Maka tak lama lagi eksistensi rumah ada tersebut akan punah. Hanita memahami realitas tersebut dan membuatnya khawatir. Namun bagaimanapun nasibnya rumat adat itu nanti, hal itu kembali berpulang ke kebijakan masyarakat Desa Beganding sendiri. Seperti sekarang, yang tersisa hanya penjaga dan tukang bersih rumah adatnya saja,

9 sementara rumah adat itu sendiri sudah lebih cenderung terlihat sebagai museum daripada rumah adat yang pernah menjadi bukti sejarah peradaban masyarakat Desa Beganding. Berdasarkan kekhawatiran tersebut maka peneliti merasa sangat perlu untuk mengngkat topik pembahasan ini ke dalam bentuk tulisan yang berdasarkan penelitian lapangan. Sudah lama metode etnografi digunakan untuk menyimpan dan menyelamatkan sisa-sisa kebudayaan masyarakat di banyak Negara. 1.2.Tinjauan Pustaka Ada tiga wujud kebudayaan menurut Koentjaraningrat (1979: ). Pertama wujud kebudayaan sebagai ide, gagasan, nilai, atau norma. Kedua, wujud kebudayaan sebagai aktifitas atau pola tindakan manusia dalam masyarakat. Ketiga adalah wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia. Wujud pertama berbentuk absarak, sehingga tidak dapat dilihat dengan indera penglihatan. Wujud ini terdapat di dalam pikiran masyarakat. Ide atau gagasan banyak hidup bersama dengan masyarakat. Gagasan itu selalu berkaitan dan tidak bisa lepas antara yang satu dengan yang lainnya. Keterkaitan antara setiap gagasan ini disebut sistem. Koentjaraningrat mengemukaan bahwa kata adat dalam bahasa Indonesia adalah kata yang sepadan untuk menggambarkan wujud kebudayaan pertama yang berupa ide atau gagasan ini. Sedangkan untuk bentuk jamaknya disebut dengan adat istiadat (Koentjaraningrat 1979: 187). Wujud kebudayaan yang kedua disebut dengan sistem sosial (Koentjaraningrat, 1979: 187). Sistem sosial dijelaskan Koentjaraningrat sebagai

10 keseluruhan aktifitas manusia atau segala bentuk tindakan manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Aktifitas ini dilakukan setiap waktu dan membentuk pola-pola tertentu berdasarkan adat yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Tindakan-tindakan yang memiliki pola tersebut disebut sebagai sistem sosial oleh Koentjaraningrat. Sistem sosial berbentuk kongkrit karena bisa dilihat pola-pola tindakannya dengan indra penglihatan. Kemudian wujud ketiga kebudayaan disebut dengan kebudayaan fisik (Koentjaraningrat, 1979: 188). Wujud kebudayaan ini bersifat konkret karena merupakan benda-benda dari segala hasil ciptaan, karya, tindakan, aktivitas, atau perbuatan manusia dalam masyarakat. Pada wujud kebudayaan ini lah manusia menciptakan hasil karya berbagai macam jenis dan fungsi, salah satunya adalah pembuatan rumah adat tradisional yang telah diwariskan sejak berabad-abad seperti rumah adat Sepuluh Dua Jabu di Kabupaten Karo. Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya, beraneka ragam bahasa dan suku dari Sabang sampai Marauke sehingga Indonesia memiliki banyak koleksi rumah adat. Hingga saat ini masih banyak suku dan daerah- daerah di Indonesia yang masih mempertahakan rumah adat sebagai usaha untuk memelihara nilai-nilai budaya yang kian tergeser oleh budaya modernsasi. Bangunan-bangunan bersejarah yang ada di tanah Karo sangat penting untuk dilestarikan dan diketahui jenis-jenisnya, karena dengan adanya bangunan-bangunan tersebut dapat kita lihat perkembangan desain arsitektur modern di Indonesia berdasarkan perjalanan sejarah di Kabupaten Karo.

11 Kampung pada masyarakat Karo disebut juga kuta atau huta (dalam bahasa Toba). Kuta (bahasa Karo) biasanya lebih besar dari huta dan terdiri dari penduduk yang berasal dari beberapa klen atau marga-marga yang berbeda. Setiap kuta atau huta itu dahulu dikelilingi oleh satu parit yaitu dinding tanah yang tinggi dan rumpun-rumpun bambu yang tumbuh rapat. Kegunaan dari hal-hal tersebut adalah sebagai pertahanan terhadap serangan-serangan musuh dari kuta klen yang lain (Koentjaraningrat, 2004 : 98). Kebudayaan suku Karo merupakan salah satu unsur dalam pembentukan kebudayaan nasional yang harus dirawat dan dilestarikan keberadaannya, sehingga sedapat mungkin terhrindar dari kepunahan, sejalan dengan itu ciri khas daerah berupa tradisi dan budaya sangat berperan dalam pengembangan daerah tersebut. Arsitektur merupakan penandaan yang memberikan identitas bagi sebuah tempat. Arsitektur memiliki peran yang signifikan bagi kelanjutan sejarah dalam memori generasi yang berikutnya, kecuali sebuah Bangsa atau Negara telah kehilangan penghargaanya terhadap sejarah, arsitektur dari masa lalu semestinya tetap dapat memberikan perjalanan berharga bagi bangsa dikemudian hari kelak. Menurut Pont (dikutip dari Kusno 2000 : 40) menyatakan bahwa :... Arsitektur adalah lingkungan yang diciptakan manusia untuk dirinya dari alam, untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan sikapnya pada kehidupan, untuk menghasilkan suasana yang diinginkan dan memenuhi kebutuhan status. Arsitektur hadir sebagai salah satu unsur pembentuk sejarah.meskipun banyak yang bukan merupakan hasil karya bangsa sendiri, peninggalan bersejarah tersebut memiliki nilai arsitektur yang tinggi dan menyimpan nilai historis yang luhur...

12 Bentuk dan arsitektur rumah adat di Indonesia masing-masing daerah memiliki bentuk dan arsitektur berbeda sesuai dengan adat setempat misalnya: Bali, Jawa, Minang, dan Batak. Rumah adat pada umumnya dihiasi ukiran-ukiran yang indah. Pada zaman dulu rumah adat yang paling indah dimiliki keluarga kerajaan atau ketua adat setempat, menggunakan kayu pilihan dan pengerjaannya dilakukan secara tradisional. Banyak rumah adat yang saat ini berdiri kokoh dan sengaja dipertahanan dan dilestarikan sebagai simbol budaya Indonesia. Pada zaman dahulu rumah di perkampungan Karo pada umumnya mempunyai pola mengelompok dan pengelompokan tersebut berada pada satu bidang tanah tertentu, akan tetapi pengelompokan tersebut dibagi juga menjadi beberapa sektor atau Kesain (halaman kampung yang diketuai oleh seorang penghulu (Sitanggang, 1991 : 5). Sebuah Kesain (kepenghuluan) pada umumnya terdiri dari beberapa bangunan tradisional (Sitanggang, dalam Ginting 2010:2), yakni rumah adat Sepuluh Dua Jabu sebagai tempat tinggal, rumah adat Karo terkenal dengan nama rumah Sepuluh Dua Jabu yang berarti rumah yang didiami oleh dua belas keluarga (Tarigan,1990 : 1), dari beberapa buah rumah adat, Jambur, Geriten, dan Lesung, ada juga Jambur dan Geriten, dimana Jambur berfungsi sebagai tempat musyawarah adat, sedangkan Geriten berfungsi sebagai tempat tulangtulang manusia yang telah meninggal. Kehidupan manusia tidak lepas dari kebutuhan pokok atau makanan sehari-hari, Sapo Page pada masyarakat Karo zaman dahulu digunakan sebagai tempat atau wadah untuk menyimpan hasil pertanian khususnya padi, sedangkan

13 Lesung untuk mengolah padi menjadi beras (Ginting, 1994 : 12-14). Kelima bangunan tersebut memiliki hubungan satu sama lain yang saling melengkapi. Oleh karena itu bangunan-bangunan tersebut merupakan satu kesatuan dalam sebuah Kesain. Simbol Manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai rasa keindahan, manusia mempunyai pikiran, perasaan, dan sikap melalui ungkapan-ungkapan simbolis. Ungkapan simbolis tersebut merupakan ciri khas manusia yang membedakannya dari mahluk lain. Simbol adalah suatu tanda dimana hubungan tanda dan denotasinya ditentukan oleh suatu peraturan yang berlaku umum dan di tentukan oleh suatu kesepakatan bersama. Setiap hal yang dilihat dan didiami manusia dan diolah menjadi serangkaian simbol yang dimengerti oleh manusia (Suparlan dalam Edi Suprayitno 2009 : 15). Simbol pada hakekatnya merupakan perlambang yang disepakati pemakainya untuk menandai atau mempresentasikan identitas tertentu. Selain itu simbol juga merujuk pada suatu yang transenden, yakni hal-hal yang berkaitan dan berhubungan dialog antara manusia dengan Tuhan. Dengan demikian simbol bukan semata-mata konstruksi kognitif, tetapi juga konstruksi emotif. Simbol merupakan sebuah obyek yang berfungsi sebagai sarana untuk mempresentasikan sesuatu hal yang bersifat abstrak, misalnya burung merpati yang digunakan sebagai simbol kedamaian. Menurut Charles Sanders Peirce (Teori Trikonomi Semiotika Arsitektural):

14 Simbol merupakan tanda yang hadir karena mempunyai hubungan yang sudah disepakati bersama atau sudah memiliki perjanjian (arbitrary relation) antara penanda dan petanda. Sedangkan dalam Sign, Symbol and Architecture, Charles Sanders Peirce menjelaskan Symbol adalah suatu tanda atau gambar yang mengingatkan kita kepada penyerupaan benda yang kompleks yang diartikan sebagai sesuatu yang dipelajari dalam konteks budaya yang lebih spesifik atau lebih khusus. 1 Manifestasi simbol tidak terbatas pada bentuk fisik saja, melainkan nonfisik, seperti bahasa, ilmu pengetahuan yang menyatukan pengertian sesama manusia. Dengan demikian, terdapat hubungan antara simbol dan kebudayaan, kaduanya membawahi manusia dalam kehidupan yang membuat manusia bertanggung jawab atas tindakannya. Simbol mengawali manusia dengan tindakannaya, dalam hal ini simbol memberikan maknanya melalui kabut tekateki yang diperlawankan, yaitu hal-hal yang bermakna dan hal-hal yang tidak bermakna. Disini tanggung jawab manusia dituntut atas simbol yang dibuatnya. Jika pilihan nilai- nilai tidak dijabarkan dalam berbagai prantara organisasi, akan muncul berbagai tindakan yang berbeda dengan makna simbol atau kebudayaannaya, perwujudan kesenian senantiasa terkait dengan penggunaan kaidah dan simbol. Penggunaan simbol dalam seni, sebagai makna dalam bahasa menyiaratkan sesuatu bentuk pemahaman bersama diantara warga masyarakat pendukungnya. 1 ju naidi.blogspot.com/2009/10/ definisi- tanda- lambang-dan simbol.html. diakses pada 1 April 2016

15 Aspek Historis Rumah Sepuluh Dua Jabu Pada masyarakat Karo dalam melihat rumah adat Sepulu Dua Jabu sangat memiliki banyak sekali simbol, baik dari segi warna, bentuk, motif ukiran dan tata letak yang semua itu memiliki nilai-nilai yang terkandun g dalam budaya masyarakat Karo. Awalnya masyarakat yang tinggal di Tanah Karo biasanya mendirikan rumah- rumah kecil sebagai tempat tinggal masing- masing rumah tangga. Bentuk rumah tersebut masih sangat sederhana seperti pondok (gubuk) yang dalam bahasa Karo disebut barung atau sapo. Bahan yang digunakan untuk mendirikan barung ini adalah bahan-bahan dari kayu dan ijuk dan bahan-bahan lainnya yang masih sangat mudah ditemukan di hutan. Akan tetapi, seiring dengan bertambahnya penduduk dan mulai hadirnya para pendatang, secara langsung berpengaruh terhadap bertambahnya jumlah barung-barung yang ada. Dari situasi seperti itu kemudian muncul ide dari masyarakat untuk mendirikan rumah yang lebih besar dan lebih tahan lama untuk mereka tempati bersama. Mereka berpendapat bahwa dengan mendirikan rumah yang lebih kokoh dan tahan lama tersebut maka keamanan mereka akan lebih terjamin. Untuk lebih melihat tentang apa-apa saja hal yang berhubungan seputar rumah adat Sepuluh Dua Jabu, kita dapat membacanya pada hasil penelitian di bawah ini. Pada dasarnya masyarakat yang tinggal di suatu daerah di wilayah Tanah Karo mendirikan rumah-rumah kecil sebagai tempat tinggalnya (satu keluarga). Bentuk rumah tersebut masih sangat sederhana seperti pondok (gubuk) dalam bahasa Karo dinamakan barung atau sapo, bahan-bahan yang digunakan terbuat

16 dari bahan yang mudah diambil di hutan sekitar tempat tinggal penduduk. Karena bertambahnya penduduk dan karena adanya pendatang baru dan bertambahnya keturunan, barung-barung atau sapo-sapo tersebut juga bertambah semakin banyak dan kemudian menjadi kelompok perumahan yang besar. Seiring dengan pertambahan jumlah tersebut, kemudian timbullah ide atau gagasan dari penduduk untuk mendirikan rumah besar yang lebih kuat dan lebih tahan lama. Dengan mendirikan rumah tersebut mereka merasa keamanan lebih terjamin baik itu gangguan dari binatang buas maupun gangguan atau serangan pendatang yang berniat jahat. Berkat kerja sama, kegigihan, dan keseriusan mereka, maka akhirnya rumah besar tersebut berhasil dibangun dengan bentuk dan konstruksi yang spesifik. Bentuknya dibuat empat persegi panjang, atapnya tinggi dan di dalamnya terdiri dari beberapa jenis jabu. Tiangnya dari kayu bulat yang sangat besar dan diambil dari hutan, dinding dari balahan kayu diikat dengan tali ret-ret, atapnya dari ijuk dan di atas ujung atap dipasang tanduk. Bagian depan rumah itu dibuat beranda yang disebut ture. Semua bahan untuk membuat rumah besar tersebut diambil di hutan. Rumah besar yang berhasil didirikan itu disebut rumah adat Karo (Siwaluh Jabu atau Sepuluh Dua Jabu). 1.3.Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah diuraikan maka masalah penelitian yang akan saya rumuskan adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tahapan dalam mendirikan rumah adat Sepuluh Dua Jabu?

17 2. Bagaimana makna dari setiap bentuk dan bagian dari bangunan rumah adat Sepuluh Dua Jabu? 3. Bagaimana kehidupan sosial budaya keluarga-keluarga yang menempati rumah adat Sepuluh Dua Jabu? 1.4.Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana makna dari setiap bentuk dan bagian dari bangunan rumah adat Sepuluh Dua Jabu. Mencari penjelasan mengenai arti dari bentuk-bentuk ornament yang melekat dalam suatu bangunan merupakan hal yang penting guna menangkap pikiran-pikiran dari penggagas pembangunan rumah tersebut. Kemudian peneliti juga bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana kehidupan sosial budaya keluarga-keluarga yang menempati rumah adat Sepuluh Dua Jabu. Hal ini penting guna melihat bagaimana pola kehidupan penghuni rumah adat Karo tersebut agar dapat mengidentifikasi keterkaitan kehidupan manusia yang ada di dalam rumah tersebut dengan rumah tempat mereka tinggal. Serta mendeskripsikan tahapan-tahapan dalam mendirikan rumah adat Sepuluh Dua Jabu. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bentuk penyelamatan atas kekayaan benda hasil kebudayaan suku bangsa yang dituliskan dalam bentuk tulisan etnografi. Untuk masyarakat luas, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi mengenai kekayaan arsitektur yangada di Indonesia, yang mana keberadaannya sudah mulai punah. Untuk pemerintah, dapat digunakan sebagai

18 bahan rujukan dalam upaya tindakan penyelamatan atas bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kabupaten Karo. Untuk perguruan tinggi dimana peneliti menimba ilmu dapat digunakan sebagai bahan literature dan kepustakaan dalam mengkaji kekayaan budaya nusantara. 1.5.Lokasi Penelitian Untuk membatasi wilayah operasional penelitian maka peneliti menetapkan Lokasi Penelitian dalam studi ini di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena Rumah Adat Sepuluh Dua Jabu hanya tersisa satu dan hanya terletak di Desa Beganding, yang kebetulan kondisi bangunannya juga cukup terawat. 1.6.Metode penelitian Metode penelitian yang akan saya gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif yang bertipe deskriptif. Penelitian ini akan mengoptimalkan bermacam-macam instrumen penelitian guna mencari informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Data yang dikumpulkan nantinya akan diklasifikasikan menjadi dua jenis data yakni data yang bersifat sekunder dan data yang bersifat primer. Data yang bersifat sekunder merupakan data literatur yang sifatnya tambahan yang berasal dari buku, jurnal, artikel dan internet. Sementara itu data primer merupakan prioritas utama dalam penelitian ini berupa hasil yang didapatkan dari lapangan melalui observasi dan wawancara mendalam.

19 Adapun diantara cara yang akan dilakukan peneliti dalam usaha mendapatkan data untuk menjawab masalah penelitian ini adalah : a. Observasi Observasi yang akan saya lakukan dalam penelitian ini adalah teknik pengamatan lapangan dalam hal ini bangunan rumah adat tradisional Sepuluh Dua Jabu. Observasi dilakukan di tempat penelitian yang berlokasi di Desa Beganding, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Tujuan dari dilaksanakannya observasi ini adalah untuk melihat sendiri bagaimana bentuk dan makna-makna yang terdapat pada bangunan rumah adat Sepuluh Dua Jabu. Serta melihat bagaimana perlakuan masyarakat umum terhadap bangunan rumah adat Sepuluh Dua Jabu tersebut sebagai cerminan sikap masyarakat terhadap warisan budaya tersebut. Peneliti akan mencari data melalui wawancara dengan informan yang mengerti betul sejarah pembuatan bangunan rumah tersebut dan bagaimana kehidupan keluarga yang pernah menempati bangunan tersebut. Peneliti juga akan mengklarifikasi kepada pihak dinas terkait sebagai pihak yang paling berwenang dalam proses penyelamatan bangunan rumah adat Sepuluh Dua Jabu yang kini terancam punah sebagai proses triangulasi data.

20 b. Wawancara Wawancara yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam yang mana peneliti berusaha memperoleh data melalui tanya jawab dan bertemu secara langsung dengan informan yang sudah dipilih berdasarkan proses. 2 Adapun daftar informan yang akan dimintai informasi oleh peneliti adalah sebagai berikut : - Pihak keluarga (jabu) yang masih tinggal di rumah adat sepuluh dua jabu tersebut - Pihak keluarga yang sudah tidak tinggal di rumah adat Sepuluh Dua Jabu tersebut - Dinas Pariwisata Kabupaten Karo yang menjadi perpanjangan tangan Pemerintah dalam hal pengelolaan aset-aset wisata - Dinas Tata Ruang Kabupaten Karo sebagai perpanjangan tangan Pemerintah dalam mengelola dan menata tata ruang di Kabupaten Karo - Badan Warisan Sumatera (BWS) sebagai lembaga yang mengawasi aset-aset bersejarah di Kota Medan - Balai Pelestarian Nilai Budaya Dalam melakukan penelitian ini tentunya peneliti akan memerlukan tools atau alat penelitian guna membantu peneliti untuk menjalankan kegiatan mencari datanya. Adapun alat yang akan digunakan adalah sebagai berikut : 2 Metode Penelitian Kualitatif, Burhan Bungin : 2011

21 - Pedoman wawancara (interview guide). Pedoman wawancara ini sangat diperlukan oleh peneliti guna membantu peneliti mengarahkan poin-poin utama dalam menyampaikan pertanyaan kepada informan. - Alat perekam. Peneliti juga memerlukan alat perekam guna menyimpan setiap informasi yang diucapkan oleh narasumber. Hal ini dilakukan mengingat keterbatasan otak manusia dalam mengingat setiap kata yang diucapkan. - Kamera Foto. Kamera diperlukan oleh peneliti untuk mengabadikan momen-momen yang kiranya dirasa penting dalam menggambarkan suasana penelitian. - Kamera Video. Kamera video digunakan untuk merekam semua kegiatan para nelayan untuk memperjelas setiap gesture pengunjung di cagar budaya kawasan berikat tersebut. - Peneliti. Dari sekian banyak alat penelitian yang digunakan tentu yang paling penting adalah si peneliti itu sendiri. Sebab peneliti mempunyai tugas penting dalam menganalisis data yang telah didapat serta menuangkannya dalam bentuk tulisan. Kemudian untuk tahap analisis nya peneliti akan menggunakan analisis data secara kualitatif. Data akan dikelompokan pada bagian-bagian yang sesuai dengan struktur penulisan yang peneliti rasa penting. Data yang diperoleh baik bersifat primer maupun sekunder akan disaring dan dipilih berdasarkan relevansi rumusan masalah yang dibuat.

22 1.7.Penelitian Terdahulu 1. Potensi Rumah Adat Tradisional Karo Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Desa Dokan Kabupaten Karo (Yesti Gibierta Ginting, 2011) Salah satu penelitian yang pernah membahas mengenai rumah adat Karo adalah penelitian Yesti Gibierta Ginting pada tahun 2011 tentang potensi rumah adat Karo sebagai daerah tarik wisata. Dalam tulisan ini dipaparkan mengenai berbagai objek wisata menarik yang terdapat di Desa Dokan, Kabupaten Karo salah satu diantaranya adalah bangunan tradisional yang disebut Rumah Adat Tradisional Karo. Secara harfiah Rumah Adat Tradisional Karo berarti sebuah bangunan rumah besar yang terdiri dari atas delapan bagian/hunian/kepala keluarga. Namun yang menarik adalah menyangkut konstruksi dan ornamen bangunannya yang unik serta yang lebih penting struktur dan sistem kekerabatan penghuninya yang spesifik. Kesemuanya itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Rumah adat tradisional Karo merupakan daya tarik wisata yang cukup potensial dalam meningkatkan kepariwisataan Kabupaten Karo. Keunikan arsitektur dan ornamen-ornamen rumah adat dapat menambah daya tarik bangunan tersebut. Desa Dokan adalah salah satu desa di Tanah Karo yang memiliki rumah adat tradisional yang dijadikan sebagai wisata Budaya. Potensi yang ada di Desa Dokan, baik potensi sumber daya alam, sumber daya budaya maupun sumber daya manusia dapat diberdayakan secara lebih optimal sehingga meningkatkan kualitas kepariwisataan Kabupaten Karo dan memberi manfaat bagi masyarakat karo umumnya dan masyarakat Desa Dokan khususnya.

23 Karena itu Rumah Adat Tradisional Karo yang masih ada di Desa Dokan yakni bangunan besar dengan delapan kepala keluarga penghuni, harus tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai objek wisata penunjang kepariwisataan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dalam tulisan ini didapati kesimpulan bahwa Rumah Adat Tradisional Karo di Desa Dokan sebagai objek wisata menarik untuk diamati, dikembangkan dan dilestarikan guna menunjang kiprah kepariwisataan Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo. 2. Potensi Rumah Adat Tradisional Karo Desa Melas Sebagai Daya Tarik Wisata Budaya Di Kabupaten Karo (Serly Mei Rina Sitepu, 2011) Pada penelitian ini Serly Mei Rina Sitepu mengangkat tema penelitian mengenai potensi rumah adat Karo dari sisi pariwisata. Seperti yang diketahui Kabupaten Karo adalah salah satu daerah tujuan wisata yang memiliki beberapa objek wisata yang cukup potensial dan menarik. Rumah adat tradisional karo merupakan daya tarik wisata yang cukup potensial dalam meningkatkan kepariwisataan Kabupaten Karo. Keunikan arsitektur dan ornamen-ornamen rumah adat dapat menambah daya tarik bangunan tersebut. Desa Melas adalah salah satu desa di Tanah Karo yang memiliki dua rumah adat tradisional. Potensi yang ada di Desa Melas, baik potensi sumber daya alam, sumber daya budaya maupun sumber daya manusia dapat diberdayakan secara lebih optimal, sehingga meningkatkan kualitas kepariwisataan Kabupaten Karo dan memberi manfaat bagi masyarakat karo umumnya dan masyarakat Desa Melas khususnya. Pada penelitian ini dipaparkan mengenai bagian-bagian rumah dan juga proses pembuatan rumah.

24 3. Potensi Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu Desa Lingga Dalam Meningkatkan Kepariwisataan Kabupaten Karo (Yuni Artika Dewi Ginting, 2010) Pada penelitian berikutnya mengenai rumah adat Karo diangkat oleh Yuni Artika Dewi Ginting pada tahun Berbagai objek wisata menarik terdapat di daerah ini, salah satu diantaranya adalah objek wisata Desa Budaya Lingga, yang didalamnya terdapat bangunan tradisional yang disebut Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu. Secara harfiah Rumah Adat Karo Siwaluh Jabu berarti sebuah bangunan rumah besar yang terdiri dari atas delapan bagian/hunian/kepala keluarga. Namun yang menarik adalah menyangkut konstruksi dan ornamen bangunannya yang unik serta yang lebih penting struktur dan system kekerabatan penghuninya yang spesifik. Kesemuanya itu menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Karena itu Rumah Adat Siwaluh Jabu yang masih ada di Desa Lingga yakni bangunan besar dengan delapan kepala keluarga penghuni, singsinganya tetap dipelihara dan dilestarikan sebagai objek wisata penunjang kepariwisataan di Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Dengan demikian maka Rumah Adat Siwaluh Jabu di Desa Lingga sebagai objek wisata menarik untuk diamati, dikembangkan dan dilestarikan guna menunjang kiprah kepariwisataan Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo. 4. Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo (Marta Ulina Perangin-angin, 2011)

25 Penelitian selanjutnya berasal dari mahasiswa Antropologi Sosial FISIP USU yang bernama Marta Ulina Perangin-angin pada tahun Satu contoh dari kebudayaan Karo adalah rumah adat Siwaluh Jabu, karena untuk mendirikan rumah adat Karo tidak pernah terlepas dari unsur kepercayaan. Salah satu dari 7 unsur kebudayaan adalah unsur kepercayaan atau religi. Cara untuk mendirikan rumah adat ini juga tidak terlepas dari unsur kepercayaan dan adat istiadat seperti rakut sitelu dan tutur siwaluh. Susunan yang terdapat dalam jabu pun tidak sembarangan karena susunan ini diatur atau ditentukan sesuai dengan kedudukan dan fungsi kekeluargaan yang tinggal di rumah adat tersebut. Begitu juga cara memasuki rumah adat ini memiliki beberapa tahapan yaitu tahap persiapan dan kegiatan dalam waktu memasuki rumah adat tersebut. Melihat dari cara pembuatan atau mendirikan, susunan jabu dan cara memasuki rumah adat ini, kebudayaan Karo memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri yang dapat menambah kekayaan kebudayaan Karo.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri dari banyak suku bangsa. Setiap suku memiliki keunikan masing-masing baik dalam seni budaya maupun tradisi. Warisan ini sampai sekarang masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo

BAB I PENDAHULUAN. dan adat istiadatnya inilah yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia, dan suku Karo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa besar yang terdiri dari berbagai suku, tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi dan adat istiadat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern saat ini sangat jarang terlihat rumah-rumah tradisional dibangun, namun cukup banyak ditemukan bangunan-bangunan yang diberi sentuhan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Setiap suku memiliki kebudayaan, tradisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai Negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa. Masing-masing suku bangsa memiliki warisan budaya yang tak ternilai harganya.kata budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesemuanya adalah satu dalam pangkuan NKRI. Dengan demikian, sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara kita negara Bineka tunggal ika, yang terdiri dari beberapa suku Bangsa dengan berbagai adat istiadat, bahasa dan kebudayaanya.namun kesemuanya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Warisan pra kolonial di Tanah Karo sampai sekarang masih dapat dilihat jejak keberadaannya, salah satunya adalah Rumah Tradisional Kalak Karo atau disebut dengan Siwaluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara:

BAB I PENDAHULUAN. Sumatera Utara dengan ibu kotanya Medan. Sumatera Utara terdiri dari 33. dan Dokumentasi Ornamen Tradisional di Sumatera Utara: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terbentang dari Sabang sampai Marauke yang terdiri dari lima pulau besar yaitu pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang

Lebih terperinci

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Struktur masyarakat Indonesia yang majemuk menjadikan bangsa Indonesia memiliki keanekaragaman adat istiadat, budaya, suku, ras, bahasa dan agama. Kemajemukan tersebut

Lebih terperinci

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo

Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo Bab 1 Arsitektur Tradisional Karo 1.1. Profil Karo adalah salah Suku Bangsa asli yang mendiami Pesisir Timur (Ooskust) Sumatera atau bekas wilayah Kresidenan Sumatera Timur, Dataran Tinggi Karo, Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan

BAB I PENDAHULUAN. di Bengkalis, Indragiri Hulu, Kampar, dan wilayah Pekanbaruyang merupakan kekuatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri dari berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Bangsa bisa disebut juga dengan suku,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berlatar belakang sejarah Kota Sumedang dan wilayah Sumedang, yang berawal dari kerajaan Sumedang Larang yang didirikan oleh Praburesi Tajimalela (kurang lebih

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multi kulturalisme yang di dalamnya terdapat beranekaragam suku. Batak merupakan sebuah suku di Sumatera Utara, adapun Suku batak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arsitektur sebagai produk dari kebudayaan, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan teknologi. Perkembangan teknologi mengakibatkan terjadinya proses perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata.

BAB I PENDAHULUAN. yang terbentang sepanjang Selat Malaka dan Selat Karimata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki sekitar 500 kelompok etnis, tiap etnis memiliki warisan budaya yang berkembang selama berabad-abad, yang dipengaruhi oleh kebudayaan India,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah kekayaan warisan yang harus tetap dijaga, dan dilestarikan dengan tujuan agar kebudayaan tersebut bisa bertahan terus menerus mengikuti perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional dan bahasa daerah. Sumatera merupakan pulau keenam terbesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman

BAB I PENDAHULUAN. Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ruang Publik Yaroana Masigi berada di tengah-tengah permukiman tradisional Kelurahan Melai, merupakan permukiman yang eksistensinya telah ada sejak zaman Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PASAR SENI DI WAIKABUBAK SUMBA BARAT NTT ARSITEKTUR TRADISIONAL SEBAGAI ACUAN PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuatu yang hidup dialam ini merupakan makluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain itu kesenian juga mempunyai fungsi lain, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kasus Proyek BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Kasus Proyek Perkembangan globalisasi telah memberikan dampak kesegala bidang, tidak terkecuali pengembangan potensi pariwisata suatu kawasan maupun kota. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan dan memiliki aneka budaya yang beranekaragam. Indonesia memiliki lima pulau besar yaitu, Pulau Sumatera,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara kepulauan yang memiliki beraneka ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak jaman kerajaan-kerajaan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang

BAB V PENUTUP. rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang 1 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari penjelasan di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa arsitektur rumah limas di desa Sirah Pulaupadang dan arsitektur rumah limas di Palembang mencerminkan sebuah ekspresi

Lebih terperinci

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH

RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH RUMAH LIMAS PALEMBANG WARISAN BUDAYA YANG HAMPIR PUNAH Reny Kartika Sary Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Palembang Email : renykartikasary@yahoo.com Abstrak Rumah Limas

Lebih terperinci

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal

Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Ciri Khas Arsitektur Tradisional Pada Rumah Warga di Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal Andhika Bayu Chandra 15600022 4A Arsitektur Teknik Universitas PGRI Semarang Andhikabayuchandra123@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota selalu menjadi pusat peradaban dan cermin kemajuan suatu negara. Perkembangan suatu kota dari waktu ke waktu selalu memiliki daya tarik untuk dikunjungi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan kebudayaan mulai dari ujung Utara sampai Selatan dan Timur sampai ke Barat baik kebudayaan asli dari bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Budaya merupakan cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh kelompok masyarakat dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbetuk dari banyak unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kota Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan, perdagangan, jasa, pariwisata dan kebudayaan juga merupakan pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan latar belakang masalah, rumusan permasalahanpermasalahan yang ada, tujuan yang ingin dicapai serta metode penelitian yang mencakup teknik pengumpulan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah suatu hal yang menjadi identitas suatu suku bangsa. Selain itu, kebudayaan juga membentuk kepribadian masyarakat yang menyebut dirinya berbudaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain. Proses sejarah yang panjang serta kondisi geografis

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah Negara yang kaya akan kebudayaan yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Berbagai macam suku, ras adat istiadat mengenai ragam budaya Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar

BAB I PENDAHULUAN. Agustono, B., Suprayitno., Dewi, H., dkk, (2012), Sejarah Etnis Simalungun, Penerbit Hutarih Jaya, Pematang Siantar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Batak adalah salah satu kelompok gelombang proto Melayu. Menurut Ichwan Azhari

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia prasejarah maupun saat ini memerlukan tempat tinggal. Manusia prasejarah mencari dan membuat tempat untuk berlindung yang umumnya berpindah-pindah / nomaden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari puluhan ribu pulau, salah satunya adalah Pulau Belitung. Belitung merupakan pulau kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang

BAB I PENDAHULUAN. Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peninggalan sejarah merupakan warisan budaya masa lalu yang mempresentasikan keluhuran dan ketinggian budaya masyarakat. Peninggalan sejarah yang tersebar di

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Pada bagian ini akan disimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dalam penulisan skripsi yang berjudul. Kehidupan Masyarakat Baduy Luar Di Desa Kanekes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya dan berperadaban. Budaya itu adalah sesuatu yang difikirkan, dilakukan, diciptakan oleh manusia. Manusia adalah makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia terdiri atas berbagai ragam suku bangsa yang memiliki jenis kebudayaan yang beragam pula. Masyarakat Karo sebagai salah satu ragam suku bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya pemerintah Indonesia dalam pengembangan kepariwisataan diwujudkan dalam program Visit Indonesia yang telah dicanangkannya sejak tahun 2007. Indonesia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (1947), wujud kebudayaan ada tiga macam: 1) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan adalah keseluruhan aktivitas manusia, termasuk pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat-istiadat, dan kebiasaan kebiasaan lain. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Adat merupakan ciri khas bangunan suatu etnik di suatu wilayah tertentu. Masing-masing daerah (wilayah) tersebut yang memiliki keragaman dan kekayaan budaya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang

BAB I PENDAHULUAN. suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang mempunyai keanekaragaman budaya, suku, agama, dan adat istiadat yang tak pernah luput dari Anugerah sang pencipta. Tak heran negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pemilihan Project BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Project Pada zaman sekarang ini, manusia selalu memperoleh tekanan untuk bertahan hidup. Tekanan untuk bertahan hidup ini mendorong manusia

Lebih terperinci

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo

Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo 9 Rumah Adat Siwaluh Jabu: Makna dan Fungsinya Bagi Masyarakat Karo di Desa Lingga, Kab. Karo Marta Ulina Perangin angin 1) J ika kita melihat judul yang tertera di atas, maka akan terlintas di dalam benak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat dikenal sebagai Kota Parahyangan/Tatar Sunda, yang berarti tempat para Rahyang/Hyang bersemayam. Menurut cerita cerita masyarakat kuno, Tatar Parahyangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masyarakat dan kebudayaan merupakan hubungan yang sangat sulit dipisahkan. Sebab masyarakat adalah orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan. Dengan demikian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan bertanggung jawab dan pembangunan bangsa, baik sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Istilah atau nama museum sudah sangat dikenal oleh rakyat Indonesia termasuk oleh rakyat yang ada di Sumatera Utara. Secara umum mereka sudah mengetahui bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Pengembangan sanggar tari tradisional berbasis pendidikan di kota tangerang selatan Kota Tangerang Selatan, yang merupakan sebuah pemekaran dari Kabupaten Tangerang

Lebih terperinci

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara

Kampung Wisata -> Kampung Wisata -> Konsep utama -> akomodasi + atraksi Jenis Wisatawan ---> Domestik + Mancanegara Kampung Wisata -> suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan

BAB I PENDAHULUAN. menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku bangsa Tionghoa merupakan salah satu etnik di Indonesia. Mereka menyebut dirinya dengan istilah Hokkian, Tiochiu, dan Hakka. Kedatangan leluhur orang Tionghoa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Danau Toba merupakan salah satu danau vulkanik air tawar terbesar di dunia, dan merupakan yang terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara, memiliki luas perairan sepanjang

Lebih terperinci

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR Oleh : SABRINA SABILA L2D 005 400 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai ragam budaya yang dilatarbelakangi suku-suku dari daerah setempat. Ragam budaya tersebut memiliki ciri khas masing-masing

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, bangunan bersejarah mulai dilupakan oleh masyarakat khusunya generasi muda. Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi membuat bangunan-bangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut

Lebih terperinci

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan

MUSEUM GERABAH NUSANTARA Penerapan arsitektur bangunan berbahan gerabah pada bentuk bangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Batasan Pengertian Judul Museum :Gedung yg digunakan sebagai tempat untuk pameran tetap benda-benda yang patut mendapat perhatian umum, seperti peninggalan sejarah, seni, dan ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentang dari sabang hingga merauke. Oleh karena itu Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman suku dan budaya serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Globalisasi sering diterjemahkan sebagai gambaran dunia yang lebih seragam dan terstandar melalui teknologi, komersialisasi, dan sinkronisasi budaya yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan suku Sasak yang beragam dan menjadi ciri khas tersendiri bagi suku Sasak tersebut. Suku Sasak yang memiliki kebudayaan, adat isitiadat bahkan struktur ruang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendukung dan sangat berarti terhadap pembangunan, karena melalui pariwisata dapat diperoleh dana dan jasa bagi

Lebih terperinci

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang EKONOMI SOSIAL POLITIK INDUSTRI PARIWISATA BUDAYA mengalami perkembangan mengikuti kemajuan zaman meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Keadaan Museum di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Keadaan Museum di Indonesia Keberadaan museum di dunia dari zaman ke zaman telah melalui banyak perubahan. Hal ini disebabkan oleh berubahnya fungsi dan tugas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kebudayaan dan Kesenian. 1. Kebudayaan sebagai proses pembangunan Koentjaraningrat dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan mendeskripsikan bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan.

BAB I PENDAHULUAN. satu suku yang dapat ditemui di Sumatera bagian Utara yang ber-ibukota Medan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pulau Sumatera merupakan salah satu pulau terbesar di Indonesia dan memiliki penduduk dengan beraneka ragam suku. Suku Batak merupakan salah satu suku yang dapat ditemui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara kaya akan kebudayaan. Dengan

I. PENDAHULUAN. dikarenakan Indonesia merupakan suatu negara kaya akan kebudayaan. Dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan dan adat istiadat yang berbeda satu sama lain dikarenakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di

BAB I PENDAHULUAN. dan memenuhi kepentingan politis pihak yang berkuasa sari negara yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan oleh beberapa negara di seluruh dunia. Negara menggunakan pariwisata sebagai penyokong ekonomi dan juga devisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kebudayaan bangsa-bangsa asing yang datang ke Indonesia. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Inkulturasi budaya Indonesia berawal dari masuknya bangsa-bangsa asing ke Indonesia yang awalnya memiliki tujuan untuk berdagang. Dengan masuknya budaya-budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama

BAB I PENDAHULUAN. akan dapat diterima orang lain, sehingga tercipta interaksi sosial sesama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bahasa untuk berkomunikasi satu sama lain. Melalui bahasa pula, semua informasi yang ingin kita sampaikan akan dapat diterima

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara

1 BAB I PENDAHULUAN. Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arsitektur rumah tradisional yang tersebar hingga ke pelosok Nusantara memiliki berbagai keistimewaan masing-masing. Proses pembuatan atau pembangunan rumah tersebut,

Lebih terperinci

KAJIAN FUNGSI DAN SIGN ARSITEKTUR KARO Studi Kasus Rumah Raja Di Kampung Lingga FIRMAN EDDY,ST

KAJIAN FUNGSI DAN SIGN ARSITEKTUR KARO Studi Kasus Rumah Raja Di Kampung Lingga FIRMAN EDDY,ST KAJIAN FUNGSI DAN SIGN ARSITEKTUR KARO Studi Kasus Rumah Raja Di Kampung Lingga FIRMAN EDDY,ST Program Studi Arsitektur Jurusan Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai beragam kebudayaan yang mewakili daerahnya masing-masing. Setiap Kebudayaan tersebut mempunyai unsur yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang. kampung adat yang secara khusus menjadi tempat tinggal masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kampung Naga merupakan salah satu perkampungan masyarakat yang ada di Indonesia dan masih terjaga kelestariannya. Kampung ini merupakan kampung adat yang secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang subordinatif, di mana bahasa berada dibawah lingkup kebudayaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan, ada juga yang mengatakan bahwa bahasa dan kebudayaan merupakan dua hal yang berbeda, namun antara bahasa dan kebudayaan

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Museum adalah suatu tempat yang menyimpan benda-benda bersejarah yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran dan pariwisata. Menurut KBBI edisi IV, Museum

Lebih terperinci

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi

Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi Dari Bukit Turun Ke Sawah PLPBK di Kawasan Heritage Mentirotiku dan Lakessi PLPBK DI KAWASAN HERITAGE MENTIROTIKU Kabupaten Toraja Utara memiliki budaya yang menarik bagi wisatawan dan memilki banyak obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan pariwisata di kota Bandung sebagai ibukota provinsi Jawa Barat semakin mengalami peningkatan. Hal ini dapat terlihat dari padatnya pintu tol Pasteur sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa kini pembangunan sedang berkembang. Terbukti dengan banyaknya pembangunan yang makin banyak dalam hal pembangunan Mall, Hotel, dan Pemukiman. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II Neo Vernacular Architecture (Materi pertemuan 8) DOSEN PENGAMPU: ARDIANSYAH, S.T, M.T PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI Arsitektur

Lebih terperinci

ARSITEKTUR DAN SOSIAL BUDAYA SUMATERA UTARA

ARSITEKTUR DAN SOSIAL BUDAYA SUMATERA UTARA ARSITEKTUR DAN SOSIAL BUDAYA SUMATERA UTARA Penulis: Julaihi Wahid Bhakti Alamsyah Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2013 Hak Cipta 2013 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak

Lebih terperinci

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suku Asmat adalah suku terbesar di Irian Jaya yang terkenal dengan seni pahatan kayunya. Uniknya, ketika mereka membuat ukiran tersebut, mereka tidak membuat sketsa

Lebih terperinci