DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2"

Transkripsi

1

2 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2 BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Majalengka Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Purbalingga Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gunung Kidul Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan 39 BAB III Kajian Lahan Sawah Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kabupaten Majalengka Kabupaten Purbalingga Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Madiun 47 BAB IV Kesimpulan dan Saran 49 i

3 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 2.2 Luas Daerah, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka 5 Tahun 2011 Tabel 2.3 Luas Jenis Lahan Sawah Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 2.4 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Sawah 7 Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Tabel 2.5 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Ladang 8 Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Tabel 2.6 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Majalengka Hasil Audit Lahan Tahun Tabel 2.7 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka 12 Tabel 2.8 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Purbalingga Tahun Tabel 2.9 Kepadatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kecamatan Tahun Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten 15 Purbalingga Tahun 2011 Tabel 2.11 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Purbalingga Hasil Audit Lahan Tahun Tabel 2.12 Luas eksisting lahan tanaman pangan dan rencana lahan pertanian pangan 20 berkelanjutan Kabupaten Purbalingga berdasarkan RTRW Tabel 2.13 Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Purbalingga Tahun Tabel 2.14 Jenis Penggunaan Lahan Eksisting 23 Tabel 2.15 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan 24 Tabel 2.16 Luas Lahan menurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun Tabel 2.17 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Sistem Irgasi Tahun Tabel 2.18 Luas Sawah Kabupaten Gunung Kidul 26 Tabel 2.19 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gunung Kidul 30 Tabel 2.20 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Tahun Tabel 2.21 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun Tabel 2.22 Tabel 2.23 Tabel 2.24 Tabel 2.25 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun Tahun 2008 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun Tahun Luas Lahan Sawah di Kabupaten Madiun Berdasarkan Hasil Audit Lahan Tahun 2010 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Tabel 3.1 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan 41 dalam RTRW Kabupaten Majalengka Tabel 3.2 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan dalam 43 RTRW Kabupaten Purbalingga Tabel 3.3 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan dalam 45 RTRW Kabupaten Gunung Kidul Tabel 3.4 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Madiun 47 ii

4 DAFTAR PETA Peta 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Majalengka 4 Peta 2.2 Peta Lahan Sawah Kabupaten Majalengka 9 Peta 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka Tahun Peta 2.4 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Purbalingga 13 Peta 2.5 Peta Lahan Sawah Kabupaten Purbalingga 17 Peta 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun Peta 2.7 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gunung Kidul 23 Peta 2.8 Pola Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul 24 Peta 2.9 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gunung Kidul 26 Peta 2.10 Peta rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul 29 Tahun Peta 2.11 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Madiun 31 Peta 2.12 Peta Lahan Sawah Kabupaten Madiun 35 Peta 2.13 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Madiun Tahun Peta 3.1 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 41 Majalengka Peta 3.2 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 44 Purbalingga Peta 3.3 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 46 Gunung Kidul Peta 3.4 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun 48 iii

5 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman serius terhadap ketahanan dan keamanan pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya aman merata dan terjangkau. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Alih fungsi lahan-lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh upaya-upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pemanfaatan lahan marginal. Di sisi lain, alih fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan berkurangnya penguasaan lahan sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan petani. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian laju alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan, kamandirian dan kedaulatan pangan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan UU No 41 tahun 2009, untuk keperluan Kemandirian, Keamanan dan Ketahanan Pangan maka diperlukan Penyelamatan Lahan Pertanian Pangan. Penyelamatan harus segera dilakukan karena laju konversi lahan sawah atau pertanian pangan lainnya sangat cepat. penyelamatan lahan pertanian pangan dari lahan pangan yang sudah ada atau cadangannya yang disusun berdasarkan kriteria yang mencakup kesesuaian lahan, ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan, potensi lahan dan adanya luasan dalam satuan hamparan (Pasal 9). Amanat undangundang tersebut perlu ditindaklanjuti dengan mengidentifikasi lahan pertanian yang ada saat ini baik yang beririgasi dan tidak beririgasi. Untuk menghambat laju konversi maka UU ini memerlukan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) dan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B). Upaya perlindungan LP2B dilakukan melalui pembentukan kawasan (KP2B) yang akan terdiri dari LP2B dan LCP2B dan berbagai unsur pendukungnya. Hal ini bermakna selain sawah maka berbagai unsur pendukung juga perlu diketahui untuk menentukan kebijakan atau program yang sesuai. KP2B selanjutnya perlu menjadi bagian integral Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, sedangkan LP2B dan LC2B diintegrasikan dalam Rencana Tata Ruang rinci. Dalam perundangan ini juga dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi bisa menjadi bagian kawasan maupun membentang di luar kawasan. Dalam perundangan ini juga dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi dapat terdapat di dalam kawasan maupun di luar kawasan. Saat ini pemerintah kabupaten/kota menjadi perintis upaya penyelamatan sawah. Hingga September 2013 dokumen RTRW 1

6 Kabupaten/kota yang telah diperdakan mencapai 62,5% dan 69 diantaranya telah menetapkan luas LP2B di dalam Perda Tata Ruangnya. Didasari hal tersebut diatas perlu dilakukan kajian berdasarkan data lahan pertanian serta kesesuaian penetapan lahan pangan pertanian berkelanjutan (hasil inventarisasi) dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten. 1.2 Tujuan Adapun tujuan kajian inventarisasi data Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan (LP2B) adalah melihat kesesuaian data Hasil Pemetaan Lahan Sawah dengan penetapan LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah dan memberikan masukan/saran kepada Pemerintah Daerah Kabupaten mengenai luas dan lokasi penetapan LP2B. 1.3 Sasaran Sasaran pelaksanaan kajian terhadap hasil inventarisasi Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan adalah: a. Teridentifikasinya area LP2B di wilayah kabupaten b. Teridentifikasinya pola ruang wilayah kabupaten c. Teridentifikasinya lahan sawah hasil pemetaan audit lahan yang terakomodir dalam area LP2B dan kawasan pertanian dalam pola ruang wilayah kabupaten 1.4 Metodologi Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu melakukan analisis spasial dengan mengoverlay peta lahan sawah hasil kegiatan audit lahan tahun 2010 dengan peta rencana pola ruang wilayah yang didalamnya terdapat area yang ditetapkan sebagai LP2B 1.5 Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah yang dikaji adalah 4 (empat) kabupaten yang memiliki data RTRW berikut data spasial hasil inventarisasi. 2

7 BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Secara umum untuk melaksanakan kajian terhadap penetapan lahan pertanian pangan terlebih dahulu dilakukan Inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dalam pelaksanaan Inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada tahap awal dilakukan pada 4 lokasi kabupaten di Pulau Jawa sebagai berikut : 2.1 Kabupaten Majalengka (Provinsi Jawa Barat) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Majalengka terletak antara ,39 Lintang Selatan sampai dengan ,75 Lintang Selatan dan ,87 Bujur Timur sampai dengan ,84 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat Kabupaten Sumedang Sebelah Timur Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon Sebelah Utara Kabupaten Indramayu Sebelah Selatan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Luas wilayah Kabupaten Majalengka : 1.204,24 Km² (120,424 ha) atau 2,71% dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Wilayah Administrasi Kabupaten Majalengka terdiri atas 23 Kecamatan yang terbagi dalam 13 Kelurahan dan 317 Desa. Kondisi Geografis Majalengka terbagi dalam 3 zona daerah yaitu : daerah pegunungan dengan ketinggian m di atas permukaan laut dengan luas 482,02 Km² atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka; daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian m diatas permukaan laut dengan luas 376,53 Km² atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka dan daerah daratan rendah dengan ketinggian m diatas permukaan laut dengan luas 345,69 Km² atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka. Kondisi ini memungkinkan tumbuh suburnya potensi sumber daya alam yang melimpah seperti sayuran, buah buahan, pangan juga pariwisata Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Majalengka secara spasial disajikan pada Peta

8 Peta 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Majalengka Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Majalengka merupakan daerah agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang dipergunakan untuk sawah, yaitu sekitar 39,59 % dari seluruh luas lahan yang ada di Kabupaten Majalengka. Luas lahan sawah pada tahun 2011 sebesar Ha, dan yang menggunakan irigasi mencapai 70,95 %, untuk lebih jelasnya sebagaimana pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Tahun 2011 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 Belukar ,71 2 Hutan ,46 3 Kolam 254 0,18 4 Ladang ,07 5 Padang Rumput 566 0,40 6 Pemukiman ,67 7 Perkebunan ,98 8 Sawah Irigasi ,09 9 Sawah Tadah Hujan ,50 10 Tanah Berbatu 29 0,02 11 Tubuh Air ,85 12 Water Fiil 70 0,05 Total , Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 berdasarkan hasil Estimasi Penduduk 2011 adalah jiwa terdiri atas jiwa lakilaki dan jiwa perempuan. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten 4

9 Majalengka pada tahun 2011 adalah 973 Jiwa/Km2, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jatiwangi dengan kepadatan Jiwa/Km2 dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Kertajati dengan kepadatan 305 Jiwa/Km 2, secara rinci sebagaimana pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Luas Daerah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2011 No. Kecamatan Penduduk (Jiwa) Luas daerah (km2) Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk per km2 1 Lemahsugih 78, Bantarujeg Malausma Cikijing 43, Cingambul 37, Talaga 43, Banjaran 41, Argapura 60, Maja 65, Majalengka Cigasong 24, Sukahaji Sindang Rajagaluh 34, Sindangwangi 31, Leuwimunding 32, Palasah 38, Jatiwangi 40, Dawuan Kasokandel Panyingkiran 22, Kadipaten 21, Kertajati 138, Jatitujuh 73, Ligung 62, Sumberjaya 32, Jumlah Sumber : BPS Kab. Majalengka, Estimasi Penduduk Sektor Pertanian Pertanian di Kabupaten Majalengka secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman, ternak, ikan, kebun dan hutan). Kontribusi terbesar dari pertanian adalah dari sub tanaman pangan dan hortikultura rata-rata mencapai 25,74 persen terhadap PDRB Kabupaten Majalengka, dimana produksi terbesar di Kabupaten Majalengka berasal dari usaha budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Selama perkembangan 4 (empat) tahun luas lahan pertanian di Kabupaten Majalengka dengan irigasi teknis mengalami kenaikan sebesar 520 ha, dari ha pada tahun 2007 menjadi ha pada tahun 2011, pada Irigasi Non PU juga mengalami kenaikan sebesar 871 ha, dari ha pada tahun 5

10 2007 menjadi ha pada tahun 2011, demikian juga dengan tadah hujan mengalami kenaikan sebesar 10 ha, dari pada tahun 2007 menjadi ha, pada irigasi setengah teknis mengalami penurunan sebesar 38 ha, dari ha pada tahun 2007 menjadi ha tahun 2011, demikian juga dengan irigasi sederhana mengalami penurunan 499 ha, dari ha pada tahun 2007 menjadi ha pada tahun 2011, sebagaimana pada Tabel 2.3. Produksi padi sawah mengalami peningkatan yaitu dari ton pada tahun 2010 menjadi ton pada tahun 2011 atau sekitar 1,53 %. Sedangkan jika dilihat dari luas panen mengalami penurunan yaitu dari Ha pada tahun 2010 menjadi Ha pada tahun 2011 atau turun sekitar 4,3 %. Penurunan luas panen ini tidak sejalan dengan meningkatnya luas tanam, yaitu meningkat sebesar 3.86 % yaitu Ha menjadi Ha. Di lain pihak produksi padi embil mengalami penurunan sebesar %, hal ini sejalan dengan menurunnya luas panen sebesar 33,84 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan tabel 2.5 sebagai berikut : Tabel 2.3 Luas Jenis Lahan Sawah Kabupaten Majalengka Tahun No. Jenis Lahan Sawah Luas Lahan Sawah (Ha) Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Irigasi Sederhana Milik PU Irigasi Non PU Tadah Hujan Sementara Tidak Diusahakan 7 Lain lain Jumlah Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka,

11 Tabel 2.4 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Sawah Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Luas Luas Produksi Produktivitas No Kecamatan Tanam Panen (Ku/Ha) (Ha) (Ha) (Ton) 1 Lemahsugih ,77 2 Bantarujeg ,71 3 Malausma ,36 4 Cikijing ,67 5 Cingambul ,18 6 Talaga ,64 7 Banjaran Argapura ,6 9 Maja ,44 10 Majalengka ,21 11 Cigasong ,66 12 Sukahaji ,68 13 Sindang ,51 14 Rajagaluh ,14 15 Sindangwangi ,29 16 Leuwimunding ,56 17 Palasah ,69 18 Jatiwangi ,27 19 Dawuan ,8 20 Kasokandel ,84 21 Panyingkiran ,84 22 Kadipaten ,4 23 Kertajati ,06 24 Jatitujuh ,33 25 Ligung ,92 26 Sumberjaya ,19 Kab. Majalengka , ,92 Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka,

12 Tabel 2.5 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Ladang Kabupaten Majalengka Tahun 2011 No Kecamatan Luas Tanam Luas Panen Produksi (Ha) (Ha) (Ton) Produktivitas (Ku/Ha) 1 Lemahsugih Bantarujeg Malausma Cikijing Cingambul Talaga ,71 7 Banjaran Argapura Maja Majalengka ,39 11 Cigasong Sukahaji Sindang ,68 14 Rajagaluh Sindangwangi Leuwimunding Palasah Jatiwangi Dawuan ,55 20 Kasokandel ,34 21 Panyingkiran Kadipaten Kertajati ,66 24 Jatitujuh ,78 25 Ligung Sumberjaya Kab. Majalengka , ,26 Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka,

13 2.1.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2010 Pada tahun 2010 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan Tahun 2010 yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.2. Tabel 2.6 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Majalengka Hasil Audit Lahan Tahun 2010 Luas Jenis Sawah Pusdatin No Kecamatan Irigasi Non Irigasi (ha) % (ha) % 1 ARGAPURA 109 0, ,54 2 BANTARUJEG , ,41 3 CIKIJING , ,19 4 DAWUAN , JATITUJUH , ,14 6 JATIWANGI , KADIPATEN , KERTAJATI , ,07 9 LEMAHSUGIH , ,03 10 LEUWIMUNDING 827 1, ,65 11 LIGUNG , MAJA 84 0, ,58 13 MAJALENGKA , ,43 14 PALASAH , ,02 15 PANYINGKIRAN 746 1, ,05 16 PEMBANTU BANJARAN 439 0, ,87 17 PEMBANTU CIGASONG 928 1, ,61 18 PEMBANTU CINGAMBUL , ,32 19 PEMBANTU SINDANGWANGI 91 0, ,84 20 RAJAGALUH ,59 21 SUKAHAJI 776 1, ,85 22 SUMBERJAYA , TALAGA , ,14 Jumlah , ,35 Jumlah Total Peta 2.2 Peta Lahan Sawah Kabupaten Majalengka Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Tahun

14 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka tahun yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Majalengka dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 18 dalam Perda No. 11/2011 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Majalengka meliputi : a. Kawasan lindung; dan b. Kawasan budidaya Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 27 yang terdiri dari : a. kawasan peruntukkan hutan produksi; b. kawasan peruntukkan pertanian; c. kawasan peruntukkan perikanan; d. kawasan peruntukkan pertambangan; e. kawasan peruntukkan industri; f. kawasan peruntukkan pariwisata; g. kawasan peruntukkan permukiman; dan h. kawasan peruntukkan lainnya. Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 27 point b, dijabarkan dalam pasal 29 antara lain sebagai berikut : (1) Kawasan peruntukkan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b terdiri atas: a. kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan; b. kawasan peruntukkan hortikultura; c. kawasan peruntukkan perkebunan;dan d. kawasan peruntukkan peternakan. (2) Kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a. kawasan peruntukkan pertanian lahan basah;dan b. kawasan peruntukkan pertanian lahan kering. (3) Kawasan peruntukkan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a seluas kurang lebih (tiga puluh sembilan ribu seratus sembilan puluh) hektar berupa lahan pertanian pangan berkelanjutan terdiri atas: a. sawah irigasi teknis terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Bantarujeg, dan Lemahsugih. b. sawah irigasi setengah teknis terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Malausma, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Lemahsugih, Cikijing, Talaga, Banjaran, Argapura dan Bantarujeg. 10

15 c. sawah tadah hujan terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Jatiwangi, Kasokandel, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Malausma, Sindangwangi, Leuwimunding, Lemahsugih, Cikijing, Talaga, Banjaran, Argapura, Bantarujeg, Cingambul. (4) Kawasan peruntukkan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b seluas kurang lebih 626 (enam ratus dua puluh enam) hektar berada di seluruh kecamatan. Penetapan Kawasan Peruntukkan Pertanian mengenai teknis pelaksanaannya dan pengaturannya lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati, ini diatur dalam Perda RTRW nomor 11 Tahun 2011 pada pasal 29 ayat 8. Peta 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka Tahun 2031 Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka Tahun Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka melalui Perda No. 11 Tahun 2011 ini juga telah menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas, yaitu seluas kurang lebih hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten Majalengka, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasinya. 11

16 Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Luas No Kawasan dalam RTRW (ha) % Kawasan Lindung 27, Kawasan Hutan Lindung 2, Kawasan Hutan Produksi 4, Kawasan Industri Kawasan Lindung Geologi 1, Kawasan Lindung Lainnya 1, Kawasan Perlindungan Setempat 1, Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya 8, Kawasan Rawan Bencana Alam 5, Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya Minyak Gas Kawasan Budidaya 96, Kawasan Pertambangan 1, Kawasan Peruntukan Lainnya 4, Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan Peruntukan Perikanan 2, Kawasan Peruntukan Permukiman 29, Kawasan Peruntukan Pertanian 49, (blank) 8, Total 123, Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka 2.2 Kabupaten Purbalingga (Provinsi Jawa Tengah) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Purbalingga, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan Ibukotanya adalah Purbalingga. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di utara, Kabupaten Banjarnegara di timur dan selatan, serta Kabupaten Banyumas di barat dan selatan. Terletak pada " BT " BT dan 7 10" LS LS" dan terbentang pada altitude ± meter diatas permukaan laut dengan dua musim yaitu musim Hujan antara April September dan musim Kemarau antara Oktober Maret. Secara umum Purbalingga termasuk dalam iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 3,739 mm 4,789 mm per tahun. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah ,122 kilometer persegi. Suhu udara di wilayah Kabupaten Purbalingga antara C C dengan rata-rata C. Kabupaten Purbalingga berada di cekungan yang diapit beberapa rangkaian pegunungan. Di sebelah utara merupakan rangkaian pegunungan (Gunung Slamet dan Dataran Tinggi Dieng). Bagian selatan merupakan Depresi Serayu, yang dialiri dua sungai besar Kali Serayu dan anak sungainya, Kali Pekacangan. Anak sungai lainnya yaitu seperti Kali Klawing, Kali Gintung, dan anak sungai lainnya. 12

17 Kabupaten Purbalingga terdiri atas 18 kecamatan, yaitu Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan, Kaligondang, Purbalingga, Kalimanah, Padamara, Kutasari, Bojongsari, Mrebet, Bobotsari, Karangreja, Karangjambu, Karanganyar, Kertanegara, Karangmoncol dan Rembang. Sebanyak 18 kecamatan itu dibagi lagi atas 224 desa dan 15 kelurahan. Jenis tanah di Kabupaten Purbalingga sebagian besar di dominasi oleh tanah latosol coklat dan regosol, tanah aluvial dan grumusol kelabu berdasarkan data dari Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun Persentase Jenis tanah dan luasannya adalah Latosol Coklat dan Regosol 19,22 %, Aluvial Coklat Tua 17,79 %, Latosol Coklat dari Bahan Induk Vulkanik 10,92 %, Latosol Merah Kuning 5,78 %, Latosol Coklat Tua 8,02 %, Andosol Coklat 7,28 %, Litosol 0,74 %, Padmolik Merah-Kuning 12,92 %, Grumusol Kelabu 17,33 %. Menurut Klasifikasi ketinggian, Kabupaten Purbalingga terdiri dari lima kelas dengan klasifikasi sebagai berikut : m (0,56 %), m (27,02 %), (44,13 %), m (23,05 %), di atas 1000 m (5,24 %). Karateristik kelas kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Purbalingga berkisar antara 0% hingga 51%. Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Purbalingga secara spasial sebagaimana pada Peta 2.4. Peta 2.4 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Purbalingga Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun Penggunaan Lahan Eksisting Penggunaan lahan di Kabupaten Purbalingga didominasi oleh penggunaan lahan sawah seluas Ha (irigasi seluas ha, tadah hujan ha dan tanah sawah lebak, folder, dll seluas 97 ha), atau sekitar 27,27%, Tegalan Ha (21,44%) dan Perkampungan Ha (21,18%). Untuk rincinya dapat dilihat 13

18 pada Tabel 2.8 Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Purbalingga. Tabel 2.8 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 No. Penggunaan Lahan Luas (ha) % 1 Lahan Pertanian 1.1. Lahan Sawah ,27 1. Pengairan Teknis ,68 2. Pengairan Setengah Teknis ,66 3. Pengairan Sederhana ,98 4. Pengairan Non PU 293 0,38 5. Tadah Hujan ,45 6. Pasang Surut Tanah Sawah Lebak, Polder dll 97 0, Bukan Lahan Sawah ,20 1. Tegal Kebun ,42 2. Ladang Huma Perkebunan 820 1,05 4. Ditanami Pohon/Hutan Rakyat ,53 5. Tambak Kolam/Tebat/Empang 219 0,28 7. Padang Pengembalaan/Padang Rumput Sementara Tidak Diusahakan Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian ,92 2. Lahan Bukan Pertanian ,54 1. Rumah, Bangunan, dan Halaman Sekitarnya ,18 2. Hutan Negara ,41 3. Rawa-rawa (tidak ditanami) Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll ,95 Jumlah/Total Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kabupaten Purbalingga Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga tahun 2011 diperkirakan mendekati jiwa (lihat Tabel 2.9), dengan rata-rata kepadatan jiwa/km 2. Kota Purbalingga sebagai Ibukota Kabupaten berpenduduk sekitar jiwa dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 sebagaimana pada Tabel

19 Tabel 2.9 Kepadatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kecamatan Tahun 2011 No. Kecamatan Luas Daerah Jumlah Kepadatan (Km 2 ) Penduduk Penduduk per Km 2 1. Kemangkon , Bukateja , Kejobong , Pengadegan , Kaligondang , Purbalingga , Kalimanah , Padamara , Kutasari , Bojongsari , Mrebet , Bobotsari , Karangreja , Karangjambu , Karanganyar , Kertanegara , Karangnoncol , Rembang , Jumlah/Total ,391 1, ,963 1, ,252 *) 1, ,267 *) 1, ,328 *) 1,252 Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga, Hasil Registrasi Penduduk *) Angka Perbaikan Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 No. Kecamatan Banyak Penduduk Laju Pertumbuhan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kemangkon 52,343 53, Bukateja 65,686 66, Kejobong 42,346 42, Pengadegan 35,437 35, Kaligondang 55,477 56, Purbalingga 55,565 56, Kalimanah 49,547 50, Padamara 38,867 39, Kutasari 54,632 55, Bojongsari 54,998 56, Mrebet 65,387 66, Bobotsari 46,849 47, Karangreja 39,447 39, Karangjambu 23,496 23, Karanganyar 34,275 34, Kertanegara 30,297 30, Karangnoncol 49,941 50, Rembang 57,373 57, Jumlah/Total 851, , Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga, Hasil Registrasi Penduduk Sektor Pertanian Sub sektor Tanaman Pangan merupakan salah satu sub sektor pertanian. Sub sektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi gogo), jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai. Menurut luas panen tanaman padi sawah dalam tahun 2011 menurun sebesar 0.02 %, bila dibandingkan dengan tahun 2010, produksi padi sawah tahun 2011 yang sebesar ton (GKG) turun bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar ton (GKG), 15

20 produktivitasnya yaitu 55,82 kw/ha. Luas panen padi gogo tahun 2011 juga menurun, sebesar 40,89 % (dari 863 ha tahun 2010 menjadi 513 ha). Luas panen tersebut juga mempengaruhi jumlah produksi. Pada tahun 2010 yaitu mencapai ton (GKG) turun menjadi ton (GKG) tahun Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Tahun 2010 Pada tahun 2010 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan Tahun 2010 yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada tabel 2.11 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.5 sebagai berikut. Tabel 2.11 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Purbalingga Hasil Audit Lahan Tahun 2010 Luas Jenis Sawah Pusdatin No Kecamatan Irigasi Non Irigasi (ha) % (ha) % 1 BOBOTSARI 996 5,45 9 0,05 2 BOJONGSARI 952 5, ,19 3 BUKATEJA , KALIGONDANG 999 5,47 2 0,01 5 KALIMANAH , KARANGANYAR , KARANGMONCOL 873 4, ,39 8 KARANGREJA 12 0, ,09 9 KEJABONG 4 0,02 6 0,03 10 KEJOBONG 230 1, ,10 11 KEMANGKON , KUTASARI 785 4, ,05 13 MREBET 743 4, ,85 14 PADAMARA , PENGADEGAN 23 0, ,18 16 PURBALINGGA 607 3, REMBANG 387 2, ,19 Jumlah , ,14 Jumlah Total

21 Peta 2.5 Peta Lahan Sawah Kabupaten Purbalingga Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Tahun Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga tahun yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Purbalingga dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 17 dalam Perda No. 5/2011 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Purbalingga meliputi : a. Kawasan lindung; dan b. Kawasan budidaya Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 26 yang terdiri dari : a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e. kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan peruntukan industri; g. kawasan peruntukan pariwisata; h. kawasan peruntukan permukiman; dan i. kawasan peruntukan lainnya Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 26 point c diatas, diatur dalam pasal 29 antara lain sebagai berikut : 17

22 (1) Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas: a). pertanian tanaman pangan; b). pertanian hortikultura; c). perkebunan; dan d). peternakan. (2) Pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih (dua puluh lima ribu dua ratus tujuh) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (enam belas ribu tiga puluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih (sembilan ribu seratus tujuh puluh tujuh) hektar yang terdiri dari : a. Kecamatan Bobotsari seluas kurang lebih (seribu empat ratus tiga puluh tujuh) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 910 (sembilan ratus sepuluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 527 (lima ratus dua puluh tujuh) hektar; b. Kecamatan Bojongsari seluas kurang lebih (seribu tiga ratus lima puluh dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu delapan puluh enam) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 266 (dua ratus enam puluh enam) hektar; c. Kecamatan Bukateja seluas kurang lebih (dua ribu lima ratus sembilan puluh satu) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu tujuh ratus empat puluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 851 (delapan ratus lima puluh satu) hektar; d. Kecamatan Kaligondang seluas kurang lebih (seribu tujuh ratus tiga puluh dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 868 (delapan ratus enam puluh delapan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 864 (delapan ratus enam puluh empat) hektar; e. Kecamatan Kalimanah seluas kurang lebih (seribu tiga ratus empat belas) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 679 (enam ratus tujuh puluh sembilan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 635 (enam ratus tiga puluh lima) hektar; f. Kecamatan Karanganyar seluas kurang lebih (seribu lima ratus tiga puluh sembilan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 268 (dua ratus enam puluh delapan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih (seribu dua ratus tujuh puluh satu) hektar; g. Kecamatan Karangjambu seluas kurang lebih 794 (tujuh ratus sembilan puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 319 (tiga ratus Sembilan belas) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 475 (empat ratus tujuh puluh lima) hektar; h. Kecamatan Karangmoncol seluas kurang lebih (seribu sembilan ratus sembilan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu dua ratus tiga puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 674 (enam ratus tujuh puluh empat) hektar; i. Kecamatan Karangreja seluas kurang lebih 202 (dua ratus dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 85 (delapan puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih117 (seratus tujuh belas) hektar; j. Kecamatan Kejobong seluas kurang lebih 474 (empat ratus tujuh puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 382 (tiga ratus delapan puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 93 (sembilan puluh tiga) hektar; k. Kecamatan Kemangkon seluas kurang lebih (dua ribu delapan 18

23 ratus delapan puluh tiga) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu sembilan ratus tiga puluh delapan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 945 (semblian ratus empat puluh lima) hektar; l. Kecamatan Kertanegara seluas kurang lebih (seribu dua ratus lima belas) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu seratus dua puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 92 (sembilan puluh dua) hektar; m. Kecamatan Kutasari seluas kurang lebih (seribu seratus enam puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu dua puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 139 (seratus tiga puluh sembilan) hektar; n. Kecamatan Mrebet seluas kurang lebih (dua ribu tiga puluh dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu sembilan ratus Sembilan puluh tujuh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 35 (tiga puluh lima) hektar; o. Kecamaan Padamara seluas kurang lebih (seribu dua ratus tiga puluh tiga) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 720 (tujuh ratus dua puluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 514 (lima ratus empat belas) hektar; p. Kecamatan Pengadegan seluas kurang lebih 154 (seratus lima puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 55 (lima puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 99 (sembilan puluh sembilan) hektar; q. Kecamatan Purbalingga seluas kurang lebih 714 (tujuh ratus empat belas) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 259 (dua ratus lima puluh sembilan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 455 (empat ratus lima puluh lima) hektar; dan r. Kecamatan Rembang seluas kurang lebih (dua ribu empat ratus enam puluh delapan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 832 (delapan ratus tiga puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih (seribu enam ratus tiga puluh empat) hektar (3) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seluas kurang lebih (dua puluh dua ribu enam ratus enam belas) hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Luas lahan eksisting dan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan pada RTRW Kabupaten Purbalingga secara rinci sebagaimana pada Tabel 2.12 dan Peta 2.6 berikut: 19

24 Tabel 2.12 Luas eksisting lahan tanaman pangan dan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten Purbalingga berdasarkan RTRW No. Kecamatan Luas Lahan Sawah Lahan Eksisting LP2B L. Basah L. Kering Total L. Basah L. Kering Total (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1 Kemangkon Bukateja Kejobong Pengadegan Kaligondang Purbalingga Kalimanah Padamara Kutasari Bojongsari Mrebet Bobotsari Karangrejo Karangjambu Karanganyar Kertanegara Karang Moncol Rembang Jumlah Peta 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sudah menetapkan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan pada kawasan peruntukan pertanian tanaman 20

25 pangan di kawasan budidaya yang telah dituangkan dalam Perda No 5 Tahun 2011 pasal 29 dengan luas lahan kurang lebih (dua puluh dua ribu enam ratus enam belas) hektar yang tersebar di 18 Kecamatan. Berdasarkan data spasial yang diperoleh dari data RTRW untuk lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasi persis lokasinya dan hanya mencantumkan luas eksisting yang luasannya lebih besar dari luas lahan yang direncanakan untuk LP2B yaitu seluas ha. Berdasarkan data tabuler yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga diperoleh rencana luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana pada tabel 2.12 diatas Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel Tabel 2.13 Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Purbalingga Tahun No Rencana Pola Ruang Luas (Ha) 1 Kawasan Lindung a) Kawasan hutan lindung b) kawasan resapan air c) sempadan sungai besar 959 d) Sempadan bendung 85 e) RTH f) Kawasan rawan bencana Kawasan Budidaya a) Hutan produksi 629 b) Hutan produksi terbatas c) Kawasan hutan rakyat d) Pertanian tanaman pangan e) Pertanian hortikultura f) Kawasan budidaya perikanan darat 300 g) Kawasan peruntukan industri 298 Sumber Data : Perda Kabupaten Purbalingga Nomor 5 Tahun Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Gunung Kidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunung Kidul 1.485,36 Km 2 atau sekitar 46,63% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak ± 39 km. Kabupaten Gunung Kidul memiliki letak geografis 110º 21' sampai 110º 50' BT; 7º 46' sampai 8º 09' LS. Batas wilayah kabupaten Gunung Kidul di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Sukoharjo. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri dan di sebalah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. 21

26 Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunung Kidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu : 1. Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit, terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan bataun induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Kecamatan Ponjong bagian utara. 2. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150 m mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara. 3. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan. Kondisi klimatologi Kabupaten Gunung Kidul secara umum menunjukkan kondisi sebagai berikut: a. Curah hujan rata-rata pada Tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 103 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul wilayah selatan mempunyai awal hujan paling akhir. b. Suhu udara rata-rata harian 27,7 C, suhu minimum 23,2 C dan suhu maksimum 32,4 C. c. Kelembaban nisbi berkisar antara 80 % - 85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Gunung Kidul secara spasial disajikan pada Peta

27 Peta 2.7 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Penggunaan Lahan Eksisting Penggunaan lahan di Kabupaten Gunung Kidul didominasi oleh penggunaan lahan Tegalan/ladang seluas ,59 Ha (56,84%), sedangkan untuk lahan sawah (baik sawah irigasi maupun tadah hujan) seluas 6.273,69 Ha (4,23%). Untuk rincinya dapat dilihat pada Tabel 2.14 Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul dan Peta 2.8 Pola Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul. Tabel 2.14 Jenis Penggunaan Lahan Eksisting No Jenis Penggunaan Lahan Luas (ha) % 1 Danau/situ/telaga 133,22 0,09 Emplasement 36,99 0,02 3 Hutan sejenis ,23 10,36 4 Industri non pertanian 9,29 0,01 5 Kampung ,50 25,61 6 Kebun campuran 84,94 0,06 7 Kuburan/pemakaman 2,27 0,00 8 Perairan darat 770,77 0,52 9 Perkebunan rakyat: Coklat-sudah menghas. 2,31 0,00 10 Persawahan irigasi: 1x padi 1.485,73 1,00 11 Persawahan irigasi: 1x padi + palawija 2.892,81 1,95 12 Persawahan irigasi: 2x padi/tahun-lebih 454,12 0,31 13 Persawahan: Tadah hujan 1.441,04 0,97 14 Perumahan 5,45 0,00 15 Semak 3.182,99 2,14 16 Tanah rusak 156,71 0,11 17 Tanah tandus 29,08 0,02 18 Tegalan/ladang ,59 56,84 19 (blank) 0,01 0,00 Jumlah ,03 100,00 Sumber: RTRW Kabupaten Gunung Kidul 23

28 Peta 2.8 Pola Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Gunung Kidul tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk 2010 berjumlah jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari sejumlah jiwa. Rincian jumlah dan kepadatan penduduk per Kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul sebagaimana Tabel Tabel 2.15 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan No Nama Kecamatan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Panggang 99, Purwosari 71, Paliyan 58, Saptosari 87, Tepus 104, Tanjungsari 71, Rongkop 83, Girisubo 94, Semanu 108, Ponjong 104, Karangmojo 80, Wonosari 75, Playen 105, Patuk 72, Gedangsari 68, Nglipar 73, Ngawen 46, Semin 78, Jumlah 1.485, Sumber : BPS Gunungkidul *) Sensus Penduduk

29 Sektor Pertanian Pada Tahun 2011, sebagian besar produksi padi di Kabupaten Gunung Kidul dihasilkan dari jenis padi ladang. Jenis padi ini menyumbang sebesar 67% dari seluruh produksi padi yang tercatat sebesar ton atau sekitar ton. sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi sawah. Luas lahan sawah dan non sawah berdasarkan perkecamatan di Kabupaten Gunung Kidul sebagaimana pada Tabel 2.16 dan 2.17 sebagai berikut : Tabel 2.16 Luas Lahan menurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun 2011 No Nama Kecamatan Jenis Lahan Sawah Bukan Sawah Jumlah 1 Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunung Kidul Tabel 2.17 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Sistem Irgasi Tahun 2011 No Kecamatan Irigasi (Ha) Tadah Teknis 1/2 Teknis Sederhana Non PU Hujan Lebak Jumlah 1 Panggang Purwosari Paliyan Saptosari 5 Tepus 6Tanjungsari 7 Rongkop 8 Girisubo 9 Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunung Kidul 25

30 2.3.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2010 Pada tahun 2010 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan Tahun 2010 yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Gunung Kidul dapat dilihat pada Tabel 2.18 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.9 berikut: Tabel 2.18 Luas Lahan Sawah Kabupaten Gunung Kidul Luas Jenis Sawah Pusdatin No Kecamatan Irigasi Non Irigasi (ha) % (ha) % 1 GEDANGSARI 23 0, ,59 2 KARANGMOJO ,73 3 NGAWEN 30 0, ,22 4 NGLIPAR ,82 5 PALIYAN 210 0, ,34 6 PANGGANG ,39 7 PATUK 67 0, ,41 8 PLAYEN 5 0, ,31 9 PONJONG 429 1, ,39 10 RONGKOP 85 0, ,81 11 SEMANU 2 0, ,80 12 SEMIN 218 0, ,62 13 TEPUS ,16 14 WONOSARI 121 0, ,16 Jumlah , ,76 Jumlah Total Sumber : Pusdatin 2010 Peta 2.9 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gunung Kidul Sumber : Pusdatin

31 2.3.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul tahun yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Gunung Kidul dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya. Sesuai dengan pasal 27 dalam Perda No. 6 tahun 2011 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gunung Kidul meliputi : a. Penetapan kawasan lindung; dan b. Penetapan kawasan budi daya Kawasan budi daya sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari : a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e. kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan peruntukan industri; g. kawasan peruntukan pariwisata; h. kawasan peruntukan permukiman; dan i. kawasan peruntukan lainnya. Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 27 point c diatas, dijabarkan lagi dalam pasal 37 antara lain sebagai berikut : (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c meliputi : a. tanaman pangan; b. hortikultura; c. perkebunan; dan d. peternakan. (2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. lahan pertanian pangan pada lahan beririgasi seluas kurang lebih (tujuh ribu delapan ratus enam puluh lima) hektar meliputi: 1. Sawah beririgasi teknis seluas (dua ribu tiga ratus lima puluh lima) hektar 2. Sawah beririgasi non teknis (setengah teknis, sederhana dan/atau air permukaan tadah hujan) seluas kurang lebih (lima ribu lima ratus sepuluh) hektar b. lahan pertanian pangan pada lahan tidak beririgasi seluas kurang lebih (tiga puluh enam ribu enam puluh lima) hektar terletak pada lahan kering di semua kecamatan. c. lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih (lima ribu lima ratus) hektar berada pada lahan pertanian pangan beririgasi dan lahan pertanian pangan tidak beririgasi. Luasan lahan pertanian tanaman pangan dengan sebaran perkecamatan berdasarkan lahan basah dan lahan kering sebagai berikut : 27

32 (1) Kecamatan Gedangsari seluas kurang lebih 748 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 245 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 503 hektar; (2) Kecamatan Karangmojo seluas kurang lebih 908 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 143 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 765 hektar; (3) Kecamatan Ngawen seluas kurang lebih 871 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 492 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 378 hektar; (4) Kecamatan Ngilapar seluas kurang lebih 321 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 100 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 221 hektar; (5) Kecamatan Paliyan seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 69 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih hektar; (6) Kecamatan Panggang seluas kurang lebih 328 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 113 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 215 hektar; (7) Kecamatan Patuk seluas kurang lebih 624 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 165 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 459 hektar; (8) Kecamatan Playen seluas kurang lebih 821 hektar. Kecamatan Playen hanya memiliki lahan kering seluas kurang lebih 821 hektar; (9) Kecamatan Ponjong seluas kurang lebih 999 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 172 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 827 hektar; (10) Kecamatan Rongkop seluas kurang lebih hektar lahan kering (11) Kecamatan Semanu seluas kurang lebih hektar lahan kering; (12) Kecamatan Semin seluas kurang lebih 950 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 320 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 630 hektar; (13) Kecamatan Tepus seluas kurang lebih hektar lahan kering; (14) Kecamatan Wonosari seluas kurang lebih 848 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 0,1 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 848 hektar; 28

33 Peta 2.10 Peta rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Tahun Sumber : RTRW Kabupaten Gunung Kidul Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul secara khusus juga telah menetapkan tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan melalui Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Tahun sebagaimana pada pasal 37 ayat 2 point c yang berbunyi lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih (lima ribu lima ratus) hektar berada pada lahan pertanian pangan beririgasi dan lahan pertanian pangan tidak beririgasi. Luas lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Panggang dengan luas 15,40 Ha, Kecamatan Purwosari dengan luas 119,00 Ha, Kecamatan Paliyan dengan luas 21,70 Ha, Kecamatan Semanu dengan luas 136,50 Ha, Kecamatan Ponjong dengan luas 483 Ha, Kecamatan Karangmojo dengan luas 427 Ha, Kecamatan Wonosari dengan luas 57,40 Ha Kecamatan Playen dengan luas 193,20 Ha, Kecamatan Patuk dengan luas 812,70, Kecamatan Gedangsari dengan luas 912,80 Ha, Kecamatan Nglipar dengan luas 196 Ha, Kecamatan Ngawen 770,70 Ha, dan Kecamatan Semin 1.360,10 Ha. Sedangkan data spasial kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan belum ada datanya Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Gunung Kidul Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel

34 Tabel 2.19 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gunung Kidul No Rencana Pola Ruang Luas (Ha) Kawasan Konservasi 1Goa 13 2Hutan Konservasi (TAHURA) 699 3Hutan Lindung 803 4Hutan Penelitian 34 5Hutan Produksi Hutan Rakyat Mataair 151 Kawasan Budidaya 1 Kawasan Industri 73 2 Kawasan Militer 143 3Pantai 17 4 Perkebunan 188 5Permukiman Perdesaan Permukiman Perkotaan Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Plasma Nutfah Suaka Alam Suaka Margasatwa Sungai Telaga Telaga/Sungai (blank) Jumlah Sumber : RTRW Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 29 kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur. Hingga kini, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun masih berada di Kota Madiun, sekalipun kini perkembangan wilayah yang paling progresif berlangsung di Kecamatan Mejayan. Secara geografis, Kabupaten Madiun terletak di sekitar sampai dengan Lintang Selatan dan sampai dengan Bujur Timur. Keseluruhan luas wilayah 1.010,86 Km 2, terdiri dari 15 wilayah administrasi kecamatan dan 206 wilayah administrasi desa/kelurahan. Adapun batas administrasi Kabupaten Madiun sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo Sebelah Barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi Secara Topografi Kabupaten Madiun membujur dari utara ke selatan dengan posisi terendah terdapat di lembah-lembah Bengawan Madiun berdekatan dengan pusat Kota Madiun dengan ketinggian antara mdpl. Kemudian berturut-turut ke arah selatan yang semakin bertambah tinggi hingga ketinggian hampir mdpl. Keadaan iklim di Kabupaten Madiun ditandai dengan keadaan curah hujan dan intensitas hujan, sedangkan kondisi iklim sendiri ditandai dengan keadaan dimana suatu wilayah mempunyai keadaan bulan basah dan bulan kering. Dengan tipe 30

35 iklim yang ada di Kabupaten Madiun maka berdasarkan Schmidt dan Ferguson, wilayah ini termasuk iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang yang merupakan daerah tidak kering dan tidak basah. Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh iklim laut dan iklim pegunungan dengan temperatur berkisar antara C. Curah hujan di Kabupaten Madiun pada Tahun 2008 rata-rata mencapai mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 85 hari hujan/tahun. Intensitas hujan di Kabupaten Madiun berkisar antara 18,50 19,48 mm/bulan. Artinya intensitas hujan di Kabupaten Madiun dapat diklasifikasikan rendah. Berdasarkan jenis tanah di Kabupaten Madiun didominasi oleh jenis tanah aluvial dengan prosentase sebesar 36 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Madiun dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare dan Gemarang, disusul kemudian jenis tanah mediteran dengan prosentase sebesar 26 % dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Pilangkenceng, Jiwan dan Sawahan. Jenis tanah grumosol dengan prosentase sebesar 21 % dengan penyebaran hanya beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Madiun dan Sawahan. Sedangkan jenis tanah latosol dengan prosentase sebesar 13 % penyebarannya meliputi Kecamatan Dolopo, Wungu, Kare, Gemarang, Mejayan, Wonoasri dan Madiun. Untuk jenis tanah dengan luasan terkecil yaitu jenis tanah litosol dengan prosentase sebesar 4 % penyebarannya meliputi Kecamatan Dagangan, Kare dan Saradan. Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Madiun secara spasial sebagaimana pada Peta 2.8. Peta 2.11 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Madiun Sumber : Data Spasial Pemetaan RTRW Kabupaten Madiun Penggunaan Lahan Eksisting Penggunaan lahan di Kabupaten Madiun didominasi oleh pemukiman/pekarangan seluas ,26 Ha (15,16%), sawah seluas Ha (30,62%), tegal seluas 7.091,54 Ha (7,02%), perkebunan seluas Ha (2,45%), hutan ading seluas Ha (40,08%), perairan (kolam/waduk) seluas 836 Ha (0,83%), dan lain-lain (jalan, sungai, makam) seluas 3.902,2 Ha (3,86%) (RPJMD Kabupaten Madiun ). Menurut RTRW Kabupaten Madiun , luas sawah yang ada di Kabupaten Madiun kurang lebih Ha 31

36 yang berpotensi besar untuk pengembangan ading pertanian. Berdasarkan penggunaan lahan Kabupaten Madiun tahun 2009 sebagaimana pada rincian tabel 2.20 Tabel 2.20 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Tahun 2009 No Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%) 1. Lahan Pertanian 1.1. Lahan Sawah 1. Irigasi Teknis 26, Irigasi Setengah Teknis 1, Irigasi Sederhana 1, Irigasi Desa/ Non PU Tadah Hujan 1, Bukan Lahan Sawah 1. Kolam/ Empang/ Waduk Ladang/ Kebun Campur 3, Semak Belukar Perkebunan 1, Peternakan Lahan Bukan Pertanian 1. Hutan Lindung 5, Hutan Rakyat 5, Hutan Produksi 40, Pemukiman/ Pekarangan/ Bangunan 10, Industri Kawasan Meliter PLTA TPA Lain lain 1, Jumlah Total 101, Sumber: RTRW Kabupaten Madiun Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Madiun selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir selalu mengalami pertambahan setiap tahunnya. Data jumlah penduduk menggunakan tahun 1996 hingga tahun 2008 sebagaimana tabel Pada tahun 1996 jumlah penduduk sebesar jiwa sedangkan pada tahun 2008 sebesar jiwa. Dari tahun , jumlah penduduk di Kabupaten Madiun mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 0,57 %. Sedangkan rata-rata pertambahan penduduk Kabupaten Madiun pada tahun 2003 hingga tahun 2007 adalah jiwa tiap tahunnya. 32

37 Tabel 2.21 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun No Kecamatan Tahun Kebonsari Geger Dolopo Dagangan Wungu Karee Gemarang Saradan Pilangkenceng Mejayan Wonoasri Balerejo Madiun Sawahan Jiwan Jumlah Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun Sektor Pertanian Sektor pertanian menjadi sektor unggulan di Kabupaten Madiun. Adapun jenis komoditi tanaman pangan yang cukup menonjol di Kabupaten Madiun adalah padi, ubi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Produksi tanaman padi di Kabupaten Madiun merata untuk seluruh Kecamatan meliputi jenis padi sawah dan padi ading. Produksi tanaman padi pada tahun 2008 untuk jenis padi sawah sebesar ,40 Ton dari luas panen ,00 Ha, sedangkan untuk padi ading sebesar ,72 Ton dari luas panen 2.477,00 Ha, seperti pada Tabel Dari Tabel 2.23 dapat dilihat bahwa produksi padi sawah mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun Pada tahun 2004 produksi padi sawah sebesar ,56 ton per tahun dan tahun 2005 mengalami peningkatan produksi sebesar ,19 ton per tahun. Peningkatan produksi terus terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar ton pertahun dan tahun 2007 sebesar ,90 ton per tahun. Peningkatan ini disebabkan terutama karena adanya peningkatan luas panen yang terjadi tiap tahunnya. Pada tahun 2004 luas panen padi sawah seluas Ha dan mengalami peningkatan menjadi Ha pada tahun Pada tahun 2006 luas panen mengalami sedikit penurunan menjadi Ha dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi Ha. Produktivitas tanaman padi sawah dan padi ladang mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh penggunaan mesin-mesin pertanian secara efektif di tiap-tiap kecamatan diantaranya adalah : pompa air dangkal dan dalam, traktor roda dua, hand sprayer, emposan tikus, aplikator urea tablet, sabit bergerigi, pedal tresher maupun power tresher. Akan tetapi terjadi penurunan produksi pada padi ladang dari tahun 2004 sampai dengan tahun Tahun 2004 produksi tanaman padi ladang sebesar 5.435,50 ton per tahun dan pada tahun 2005 mengalami penurunan yang cukup besar menjadi 3.222,84 ton per tahun. Pada tahun 2006 produksi tanaman padi ladang mengalami sedikit peningkatan menjadi 3.236,13 ton per tahun akan tetapi pada tahun 2007 produksi mengalami penurunan kembali menjadi sebesar 3.193,54 ton per tahun. Penurunan ini lebih disebabkan oleh semakin 33

38 menurunnya luas panen dari tahun 2004 sampai tahun Tabel 2.22 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun Tahun 2008 Tanaman Padi No. Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang Luas Panen Produksi Produktivitas Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1 Kebonsari 4.665, ,70 6,42 2 Geger 3.452, ,20 6,33 3 Dolopo 2.992, ,30 6,4 9,00 48,96 5,44 4 Dagangan 4.130, ,70 6,25 5 Wungu 4.542, ,90 6,3 6 Kare 2.538, ,30 5,7 18,00 94,70 5,26 7 Gemarang 1.759, ,60 6, , ,00 5,42 8 Saradan 4.853, ,10 5,68 283, ,52 5,44 9 Pilangkenceng 5.511, ,80 6,31 193, ,99 5,43 10 Mejayan 3.704, ,60 6,11 11 Wonoasri 3.388, ,50 6,21 12 Balerejo 8.332, ,70 6,5 404, ,60 5,9 13 Madiun 4.551, ,00 6,27 273, ,21 5,77 14 Sawahan 2.741, ,20 6,35 15 Jiwan 3.347, ,80 6,26 47,00 254,74 5,42 Jumlah , ,40 6, , ,72 6 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2009 No. Tahun Tabel 2.23 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun Tahun Luas Panen (Ha) Padi Sawah Produksi (Ton) Tanaman Padi Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Padi Ladang Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) ,56 5, ,50 5, ,19 5, ,84 5, ,89 5, ,13 5, ,90 5, ,54 5,06 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun

39 2.4.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2010 Pada tahun 2010 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan Tahun 2010 yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel 2.24 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada peta 2.9 berikut: Tabel 2.24 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Madiun Berdasarkan Hasil Audit Lahan Tahun 2010 Luas Jenis Sawah Pusdatin No Kecamatan Irigasi Non Irigasi (ha) % (ha) % 1 BALEREJO , DAGANGAN , ,09 3 DOLOPO , GEGER , GEMARANG , ,15 6 JIWAN , KARE 9 0, ,92 8 KEBONSARI 993 3, MADIUN , MEJAYAN ,82 3 0,01 11 PILANGKENCENG , ,08 12 SARADAN , ,82 13 SAWAHAN , WONOASRI , ,07 15 WUNGU ,93 0 Jumlah , ,14 Jumlah Total Peta 2.12 Peta Lahan Sawah Kabupaten Madiun 35

40 2.4.3 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Kebijakan dan strategi penetapan pola ruang dalam Perda nomor 9 Tahun 2011 pasal 20 dalam RTRW Kabupaten Madiun meliputi : a. kebijakan dan strategi kawasan lindung; dan b. kebijakan dan strategi kawasan budidaya. Sedangkan kebijakan dan strategi kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 di jabarkan lagi dalam pasal 28 meliputi : a. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan hutan produksi; b. kebijakan dan strategi kawasan hutan rakyat; c. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertanian; d. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan perkebunan; e. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan perikanan; f. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertambangan; g. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan industri; h. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pariwisata; i. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan permukiman; dan j. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan lainnya; Sedangkan untuk mendukung lahan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten Madium telah mencantumkan dalam kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertanian yang dijabarkan pada pasal 31 meliputi : (1) Kebijakan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf c, meliputi : a. pertahanan luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Madiun sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sekaligus mempertahankan Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Provinsi Jawa Timur; b. peningkatan luasan lahan pertanian melalui pengelolaan dan pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; dan c. pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan masyarakat. (2) Strategi pertahanan luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Madiun sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sekaligus mempertahankan Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Provinsi Jawa Timur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. menetapkan peraturan daerah yang mengatur ketentuan alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis; b. memberikan insentif pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan lain; c. meningkatkan sawah setengah teknis atau sederhana menjadi lahan sawah irigasi teknis pada kawasan lain sebagai pengganti lahan yang beralih fungsi di kawasan perkotaan, sehingga sehingga secara keseluruhan luas sawah beririgasi teknis tidak berkurang; dan d. memisahkan fungsi saluran irigasi dengan drainase dan menghindari penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi. 36

41 (3) Strategi peningkatan luasan lahan pertanian melalui pengelolaan dan pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. mengelola dan membangun jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; b. mengelola daerah aliran sungai untuk mempertahankan vegetasi dan mencegah sedimentasi sungai, jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; dan c. mempertahankan dan mengendalikan kawasan resapan air sebagai kawasan penyimpan cadangan air tanah. (4) Strategi pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. meningkatan fungsi sawah beririgasi setengah teknis atau sederhana secara bertahap menjadi sawah beririgasi teknis; b. meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil pertanian melalui diversifikasi pertanian; c. mengembangkan lumbung desa; dan d. mengembangkan sistem pemasaran sampai ekspor hasil produk pertanian. Dalam Perda nomor 9 Tahun 2011 juga diatur rencana pengembangan pola ruang wilayah menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya sesuai dengan pasal 59. Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan budi daya dijabarkan lagi pada pasal 67, meliputi : a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perkebunan; e. kawasan peruntukan perikanan; f. kawasan peruntukan pertambangan; g. kawasan peruntukan industri; h. kawasan peruntukan pariwisata; i. kawasan peruntukan permukiman; dan j. kawasan peruntukan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan peruntukan pertanian dalam pengembangan pertanian di Kabupaten Madiun dijabarkan lagi dalam pasal 70 meliputi : (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 huruf c meliputi pertanian lahan beririgasi, pertanian lahan tidak beririgasi, dan hortikultura. (2) Kawasan pertanian lahan beririgasi seluas kurang lebih ha meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana, dan sawah irigasi desa (irigasi non PU) yang terdapat di seluruh kecamatan, serta sawah tadah hujan yang tersebar di Kecamatan Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Balerejo dan Madiun. 37

42 (3) Kawasan pertanian tidak beririgasi berupa tegal/kebun/ladang tersebar di seluruh kecamatan, dengan luas keseluruhan kurang lebih ha. (4) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) yang ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan seluas kurang lebih ,4 ha. (5) Kawasan hortikultura merupakan kawasan komoditi buah-buahan dan sayuran. Kawasan hortikultura tersebar di seluruh kecamatan. Luas keseluruhan kawasan hortikultura kurang lebih ha. Peta 2.13 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Madiun Tahun Sumber RTRW Kabupaten Madiun Tahun Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun melalui Perda No 9 Tahun 2011 ini telah menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas, yaitu seluas kurang lebih ,4 (dua puluh satu ribu lima ratus delapan puluh tujuh) hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten Madiun, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasinya. 38

43 Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Madiun Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel Tabel 2.25 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun No Kawasan dalam RTW Luas (ha) 1 Kawasan Lindung a Hutan Lindung 5.314,00 2 Kawasan Budidaya b Hutan Rakyat 5.641,78 c Hutan Produksi ,92 d Pemukiman/ Pekarangan/ Bangunan ,72 e Industri 64,90 f Kawasan Meliter 87,26 g PLTA 33,98 h TPA 6,00 i Kolam/ Empang/ Waduk 195,72 j Ladang/ Kebun Campur 3.558,06 k Semak Belukar 237,16 l Perkebunan 1.043,44 m Peternakan 33,36 n Sawah Irigasi ,09 o Sawah Tadah Hujan 1.870,86 p Lain - lain 1.922,74 Sumber Data : Perda Kabupaten Madiun Nomor 9 Tahun

44 BAB III Kajian Lahan Sawah Pulau Jawa Dalam LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kajian terhadap LP2B dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dilaksanakan di 4 (empat) Kabupaten pada 4 (empat) Provinsi. Kajian ini difokuskan pada lahan pangan pertanian berkelanjutan. Dalam melaksanakan kajian tersebut dilihat pengakomodiran lahan sawah dalam rencana tata ruang wilayah maka dilakukan overlay peta lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian tahun 2010 dengan rencana pola ruang wilayah pada RTRW Kabupaten yang di dalamnya mencakup lahan yang ditetapkan sebagai LP2B. Kajian yang menggunakan metode analisis spasial dengan meng-overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan tahun 2010 dengan peta rencana pola ruang wilayah terdapat kelemahan mengenai perbedaan skala. Berdasarkan hasil overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan tahun 2010 dengan peta rencana pola ruang wilayah kabupaten dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut : 3.1 Kabupaten Majalengka a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas ha (46,33 %) (terdiri dari dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas ha (35,81 %). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha yaitu beralih fungsi menjadi lahan permukiman seluas ha, Hutan Produksi seluas Ha, Kawasan Peruntukkan lainnya seluas ha, Kawasan Peruntukan Perikanan seluas, 601 ha, Kawasan industri 292 ha, Kawasan Pertambangan seluas 200 ha, dan Kawasan Pariwisata seluas 65 ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas ha dan sawah non irigasi seluas ha. d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang masuk dalam Kawasan Lindung seluas Ha (17,69 %) yang Terdiri Dari Kawasan Hutan Lindung Ha, Kawasan Lindung Geologi 625 Ha, Kawasan Lindung Lainnya 792 Ha, Kawasan Perlindungan Setempat 296 Ha, Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya Ha, Kawasan Rawan Bencana Alam Ha, Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya 34 Ha. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.1 berikut : 40

45 No. Kawasan Tabel 3.1 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Majalengka Irigasi Sederhana Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung ,69 Kawasan Hutan Lindung ,60 Kawasan Lindung Geologi ,23 Kawasan Lindung Lainnya ,55 Kawasan Perlindungan Setempat ,58 Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya ,14 Kawasan Rawan Bencana Alam ,53 Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya ,07 Minyak Gas 0,00 II Kawasan Budidaya ,14 Kawasan Hutan Produksi ,22 Kawasan Industri ,57 Kawasan Pertambangan ,39 Kawasan Peruntukan Lainnya ,80 Kawasan Peruntukan Pariwisata ,13 Kawasan Peruntukan Perikanan ,18 Kawasan Peruntukan Permukiman ,51 Kawasan Peruntukan Pertanian ,33 (blank) ,17 Jumlah ,00

46 Peta 3.1 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka

47 3.2 Kabupaten Purbalingga a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas ha (86,31 %) (terdiri dari Sawah Lahan Basah ha dan Sawah Lahan Kering 9762 ha) dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas ha (12,27 %). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha yaitu berpotensi alih fungsi menjadi lahan permukiman seluas ha, perkebunan seluas 953 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 17 Ha, Industri seluas 13 ha, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 2 Ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha tersebut, terdiri dari sawah irigasi seluas ha dan sawah non irigasi seluas 684 ha. d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 254 Ha yang merupakan Kawasan Hutan Lindung dan sungai. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.2 berikut : Tabel 3.2 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Purbalingga No. Kawasan Irigasi Semi Teknis Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung ,39 Hutan Lindung ,30 Sungai ,09 II Kawasan Budidaya ,58 Hutan Produksi Terbatas ,09 Industri ,07 Perkebunan ,21 Permukiman ,88 Pertambangan 0,00 RTH ,01 Sawah Lahan Basah ,89 Sawah Lahan Kering ,42 (blank) ,03 Jumlah ,00 43

48 Peta 3.2 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga

49 3.3 Kabupaten Gunung Kidul a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas ha (atau sekitar 45,62 % terdiri dari pertanian lahan basah seluas ha (6,61%) dan pertanian lahan kering ha (39,02%) dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas ha (37%). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha yaitu berpotensi alih fungsi menjadi lahan Kawasan Industri 8 ha, Kawasan Militer seluas 21 ha, Perkebunan seluas 12 ha, Permukiman seluas ha, Hutan produksi 358 ha dan Hutan Rakyat seluas ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 518 ha dan sawah non irigasi seluas ha. d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 216 Ha (0,77%) yang merupakan Hutan Lindung 18 ha, Hutan Konservasi 26 ha, Hutan Penelitian seluas 6 ha, Hutan Konservasi seluas 26 ha, Mata Air seluas 17 ha, Plasma Nutfah seluas 1 ha, Suaka Alam seluas 8 ha, Suaka Margasatwa seluas 27 ha, Sungai/Telaga/Pantai seluas 112 ha, dan Goa seluas 1 ha. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.3 berikut : Tabel 3.3 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Gunung Kidul No Kawasan Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung ,77 Goa 1 1 0,00 Hutan Konservasi (TAHURA) ,09 Hutan Lindung ,06 Plasma Nutfah 1 1 0,01 Suaka Alam 8 8 0,03 Suaka Margasatwa ,10 Sungai ,03 Telaga ,04 Telaga/Sungai ,32 Mataair ,06 Pantai 1 1 0,00 Hutan Penelitian 6 6 0,02 II Kawasan Budidaya ,62 Hutan Produksi ,28 Hutan Rakyat ,32 Kawasan Industri ,03 Kawasan Militer ,07 Perkebunan ,04 Permukiman Perdesaan ,20 Permukiman Perkotaan ,05 Pertanian Lahan Basah ,61 Pertanian Lahan Kering ,02 (blank) ,61 Total ,00 45

50 Peta 3.3 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul

51 3.4 Kabupaten Madiun a. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 886 Ha (2,92 %) yang merupakan Hutan Lindung 78 ha, Resapan Air 618 ha, dan Kawasan Perlindungan Setempat seluas 190 ha. b. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas ha (72,04 %) (terdiri dari Sawah Irigasi ha, Sawah Tadah Hujan ha dan pertanian lahan kering ha) dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian ha (24,48 %). c. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha (24,48 %) yaitu berpotensi alih fungsi menjadi Kawasan hutan produksi ha, peternakan 10 ha, pariwisata 18 ha, pemukiman seluas ha, kawasan militer seluas 2 ha, kawasan industri seluas 330 ha, Peternakan 10 ha, kawasan TPA seluas 1 ha, kawasan PLTA seluas 2 ha. d. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas ha dan sawah non irigasi seluas 245 ha. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.4 berikut : Tabel 3.4 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Madiun No Kawasan Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung ,92 Hutan Lindung ,26 Kawasan Perlindungan Setempat ,63 Resapan Air ,04 II Kawasan Budidaya ,53 Kawasan Hutan Produksi ,59 Kawasan Industri ,09 Kawasan Militer 2 2 0,01 Kawasan Pariwisata ,06 Kawasan Peternakan ,03 Kawasan PLTA 2 2 0,01 Kawasan TPA 1 1 0,00 Pemukiman Kota ,62 Pemukiman Pedesaan ,08 Pertanian Lahan Kering ,22 Sawah Irigasi ,48 Sawah Tadah Hujan ,35 (blank) ,55 Total ,00 47

52 Peta 3.4 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. Letak Kabupaten Majalengka secara geografis di bagian Timur Provinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 108 0 03-108 0 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108 0 12-108 0 25 Bujur Timur, Sebelah Utara antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 59 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Umum Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: DPPKA Pemda DIY Gambar 4.1 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa

Lebih terperinci

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pem-bangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris, Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010 Sektor industri memegang peranan sangat penting dalam peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain cepat meningkatkan nilai tambah juga sangat besar perannya dalam penyerapan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : NOMOR : TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di antara dua benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

LUAS LAHAN MENURUT PENGGUNAANNYA KABUPATEN PURBALINGGA 2014 No. Katalog BPS : 3311004.3303 No. Publikasi : 33033.1502 Ukuran Buku : 15 cm X 21 cm Jumlah Halaman : 19 halaman Naskah / Olah Data : Rachmat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lahan 4.1.1 Kemiringan Pemetaan lahan potensial budidaya gurame pada parameter kemiringan lahan disusun berdasarkan peta kemiringan lereng yang diperoleh dari

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis karena letak geografisnya diantara 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT 141 o BT. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam hayati karena dilihat dari letak astronomisnya, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat yang cocok untuk semua tanaman hortikultura, hal ini merupakan salah satu keutungan komparatif

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

Museum Karst di Gunungkidul

Museum Karst di Gunungkidul BAB III TINJAUAN KHUSUS MUSEUM KARST DI GUNUNGKIDUL 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Gunungkidul 3.1.1 Kondisi Geografi 3.1.1.1 Letak, Batas dan Luas Gambar ar 3.1 Peta Topografi Kabupaten Gunungkidul Sumber

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN SYARAT KAWASAN PERTANIAN DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng) BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 2.1 KEBIJAKAN PERENCANAAN Keberadaan suatu wilayah tidak terlepas dari perkembangan wilayah lainnya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Kebijakan nasional akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komoditas kedelai merupakan jenis barang yang termasuk ke dalam kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai salah satu makanan pangan selain beras,

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka 4.1. Pendidikan Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM lebih difokuskan pada pemberian kesempatan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 Kecamatan dan 334 Desa. Dari 334 desa tersebut meliputi 321 berstatus desa dan 13 berstatus kelurahan. Bila dilihat dari klasifikasi desanya terdapat 3 desa swadaya

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 7 Tahun : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp. Realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten selama tahun anggaran 2009 tercatat mencapai Rp. 966.481.044.588,- Sedangkan realisasi pengeluaran mencapai Rp. 928.141.675.797,- Bila dilihat dari penerimaan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi ANALISIS POTENSI LAHAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ketahanan pangan pada tataran nasional merupakan kemampuan suatu bangsa untuk menjamin seluruh penduduknya memperoleh pangan dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kab. Siak seluas 4.675 Ha (lahan sawah produktif) dan Cadangan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Cadangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN

BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN BAB III PUSAT STUDI PENGEMBANGAN BELUT DI SLEMAN 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Sleman 3.1.1 Kondisi Geografis Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34

Lebih terperinci

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya alam yang memiliki fungsi yang sangat luas dalam memenuhi berbagai kebutuhan manusia. Di lihat dari sisi ekonomi, lahan merupakan input

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kabupaten Sumedang memiliki luas wilayah 152.220 Ha yang terbagi kedalam luasan darat seluas 118.944 Ha (78,14%) dan pesawahan seluas 33.276 Ha (21,86%).

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci