Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala"

Transkripsi

1 Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kab. Majalengka, Purbalingga, Gunung Kidul, Madiun, Gowa, Aceh Tamiang, Ngawi dan Donggala Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2013

2 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2 BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Kabupaten Majalengka Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Purbalingga Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gunung Kidul Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan 40 i

3 2.6 Kabupaten Aceh Tamiang Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Penggunaan Lahan Eksisting Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Donggala Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kependudukan Sektor Pertanian Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Penetapan Kawasan LP2B Rencana Penggunaan Lahan 60 BAB III Kajian Lahan Sawah Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kabupaten Majalengka Kabupaten Purbalingga Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Madiun Kabupaten Gowa Kabupaten Aceh Tamiang Kabupaten Ngawi Kabupaten Donggala 76 BAB IV Kesimpulan dan Saran 78 ii

4 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 2.2 Luas Daerah, Jumlah Dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka 5 Tahun 2011 Tabel 2.3 Luas Jenis Lahan Sawah Kabupaten Majalengka Tahun Tabel 2.4 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Sawah 6 Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Tabel 2.5 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Ladang 7 Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Tabel 2.6 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Majalengka Hasil Audit Lahan Tahun Tabel 2.7 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka 10 Tabel 2.8 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Purbalingga Tahun Tabel 2.9 Kepadatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kecamatan Tahun Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten 13 Purbalingga Tahun 2011 Tabel 2.11 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Purbalingga Hasil Audit Lahan Tahun Tabel 2.12 Luas eksisting lahan tanaman pangan dan rencana lahan pertanian pangan 16 berkelanjutan Kabupaten Purbalingga berdasarkan RTRW Tabel 2.13 Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Purbalingga Tahun Tabel 2.14 Jenis Penggunaan Lahan Eksisting 19 Tabel 2.15 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan 20 Tabel 2.16 Luas Lahan menurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun Tabel 2.17 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Sistem Irgasi Tahun Tabel 2.18 Luas Sawah Kabupaten Gunung Kidul 22 Tabel 2.19 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gunung Kidul 25 Tabel 2.20 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Tahun Tabel 2.21 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun Tabel 2.22 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun 29 Tahun 2008 Tabel 2.23 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun 29 Tahun Tabel 2.24 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Madiun Berdasarkan Hasil Audit Lahan 30 Tahun 2010 Tabel 2.25 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun 33 Tabel 2.26 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa Tahun Tabel 2.27 Indikator Kependudukan Kabupaten Gowa Tahun Tabel 2.28 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Gowa Hasil Audit Lahan Tahun Tabel 2.29 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa 40 Tabel 2.30 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Tabel 2.31 Tutupan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun Tabel 2.32 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Tabel 2.33 Luas dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun Tabel 2.34 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin 2011 Kabupaten Ngawi 49 Tabel 2.35 Kepadatan Penduduk Kabupaten Ngawi Akhir Tahun Tabel 2.36 Luas Lahan Sawah dan Bukan Lahan Sawah Kabupaten Ngawi 50 Tabel 2.37 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Ngawi 51 Tabel 2.38 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Ngawi Hasil Audit Lahan Tahun Tabel 2.39 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun Tabel 2.40 Produksi dan Produktifitas Padi Kabupaten Donggala Tahun iii

5 Tabel 2.41 Rencana Penggunaan Lahan dalam Pola Ruang Kabupaten Donggala Th Tabel 3.1 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan 62 dalam RTRW Kabupaten Majalengka Tabel 3.2 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan dalam 64 RTRW Kabupaten Purbalingga Tabel 3.3 Luas Hasil Overlay Sawah Pusdatin dengan Rencana Kawasan dalam 66 RTRW Kabupaten Gunung Kidul Tabel 3.4 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 68 dalam RTRW Kabupaten Madiun Tabel 3.5 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 70 dalam RTRW Kabupaten Gowa Tabel 3.6 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 72 dalam RTRW Kabupaten Aceh Tamiang Tabel 3.7 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan 74 dalam RTRW Kabupaten Ngawi Tabel 3.8 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Donggala 76 iv

6 DAFTAR PETA Peta 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Majalengka 4 Peta 2.2 Peta Lahan Sawah Kabupaten Majalengka 8 Peta 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka Tahun Peta 2.4 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Purbalingga 11 Peta 2.5 Peta Lahan Sawah Kabupaten Purbalingga 14 Peta 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun Peta 2.7 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gunung Kidul 19 Peta 2.8 Pola Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul 20 Peta 2.9 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gunung Kidul 22 Peta 2.10 Peta rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul 24 Tahun Peta 2.11 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Madiun 27 Peta 2.12 Peta Lahan Sawah Kabupaten Madiun 30 Peta 2.13 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Madiun Tahun Peta 2.14 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gowa 34 Peta 2.15 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gowa 37 Peta 2.16 Peta rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa Tahun Peta 2.17 Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang 42 Peta 2.18 Peta Lahan Sawah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Peta 2.19 Peta Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten Aceh Tamiang 46 Peta 2.20 Peta Rencana PLP2B Kabupaten Aceh Tamiang 47 Peta 2.21 Peta Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang 47 Peta 2.22 Peta Administrasi Kabupaten Ngawi 49 Peta 2.23 Peta Lahan Sawah Kabupaten Ngawi 51 Peta 2.24 Peta Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi 54 Peta 2.25 Peta Lahan Sawah Kabupaten Donggala 55 Peta 2.26 Peta Citra Lahan Sawah Kabupaten Donggala 55 Peta 2.27 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Donggala 58 Peta 3.1 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 63 Majalengka Peta 3.2 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 65 Purbalingga Peta 3.3 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 67 Gunung Kidul Peta 3.4 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun 69 Peta 3.5 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa 71 Peta 3.6 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang 73 Peta 3.7 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 75 Peta 3.8 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten 77 Donggala v

7 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Alih fungsi lahan pertanian merupakan ancaman serius terhadap ketahanan dan keamanan pangan. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup baik jumlah maupun mutunya aman merata dan terjangkau. Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa yang secara mandiri dapat menentukan kebijakan pangannya, yang menjamin hak atas pangan bagi rakyatnya, serta memberikan hak bagi masyarakatnya untuk menentukan sistem pertanian pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal. Alih fungsi lahan-lahan pertanian subur selama ini kurang diimbangi oleh upaya-upaya terpadu mengembangkan lahan pertanian melalui pemanfaatan lahan marginal. Di sisi lain, alih fungsi lahan pertanian pangan menyebabkan berkurangnya penguasaan lahan sehingga berdampak pada menurunnya pendapatan petani. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian laju alih fungsi lahan pertanian pangan melalui perlindungan lahan pertanian pangan untuk mewujudkan ketahanan, kamandirian dan kedaulatan pangan, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat pada umumnya. Berdasarkan UU No 41 tahun 2009, untuk keperluan Kemandirian, Keamanan dan Ketahanan Pangan maka diperlukan Penyelamatan Lahan Pertanian Pangan. Penyelamatan harus segera dilakukan karena laju konversi lahan sawah atau pertanian pangan lainnya sangat cepat. penyelamatan lahan pertanian pangan dari lahan pangan yang sudah ada atau cadangannya yang disusun berdasarkan kriteria yang mencakup kesesuaian lahan, ketersediaan infrastruktur, penggunaan lahan, potensi lahan dan adanya luasan dalam satuan hamparan (Pasal 9). Amanat undangundang tersebut perlu ditindaklanjuti dengan mengidentifikasi lahan pertanian yang ada saat ini baik yang beririgasi dan tidak beririgasi. Untuk menghambat laju konversi maka UU ini memerlukan penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B), Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LCP2B) dan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B). Upaya perlindungan LP2B dilakukan melalui pembentukan kawasan (KP2B) yang akan terdiri dari LP2B dan LCP2B dan berbagai unsur pendukungnya. Hal ini bermakna selain sawah maka berbagai unsur pendukung juga perlu diketahui untuk menentukan kebijakan atau program yang sesuai. KP2B selanjutnya perlu menjadi bagian integral Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten, sedangkan LP2B dan LC2B diintegrasikan dalam Rencana Tata Ruang rinci. Dalam perundangan ini juga dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi bisa menjadi bagian kawasan maupun membentang di luar kawasan. Dalam perundangan ini juga dinyatakan lahan pertanian pangan yang akan dilindungi dapat terdapat di dalam 1

8 kawasan maupun di luar kawasan. Saat ini pemerintah kabupaten/kota menjadi perintis upaya penyelamatan sawah. Hingga Nopember 2013 dokumen RTRW Kabupaten/kota yang telah diperdakan mencapai 310 Kab/ Kota (63,14 %) yang belum 181 Kab/ Kota (36,86%) dan 107 Kab/ Kota diantaranya telah menetapkan luas LP2B di dalam Perda Tata Ruangnya. Luasan lahan LP2B yang sudah ditetap dalam RTRW seluas ha, sedangkan luas lahan sawah hasil audit Kementerian Pertanian seluas ha. Didasari hal tersebut diatas perlu dilakukan kajian berdasarkan data lahan pertanian serta kesesuaian penetapan lahan pangan pertanian berkelanjutan (hasil inventarisasi) dalam rencana tata ruang wilayah kabupaten untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten. 1.2 Tujuan Adapun tujuan kajian inventarisasi data Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) adalah melihat kesesuaian data Hasil Pemetaan Lahan Sawah dengan penetapan LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah dan memberikan masukan/saran kepada Pemerintah Daerah Kabupaten mengenai luas dan lokasi penetapan LP2B. 1.3 Sasaran Sasaran pelaksanaan kajian terhadap hasil inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah: a. Teridentifikasinya area LP2B di wilayah kabupaten b. Teridentifikasinya pola ruang wilayah kabupaten c. Teridentifikasinya lahan sawah hasil pemetaan audit lahan yang terakomodir dalam area LP2B dan kawasan pertanian dalam pola ruang wilayah kabupaten 1.4 Metodologi Metode yang digunakan dalam kajian ini yaitu melakukan analisis spasial dengan mengoverlay peta lahan sawah hasil kegiatan audit lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 dengan peta rencana pola ruang wilayah yang didalamnya terdapat area yang ditetapkan sebagai LP2B atau lahan pertanian. 1.5 Ruang Lingkup Wilayah Lingkup wilayah yang dikaji adalah Kabupaten/ Kota yang memiliki data RTRW berikut data spasial hasil inventarisasi. 2

9 BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Secara umum untuk melaksanakan kajian terhadap penetapan lahan pertanian pangan terlebih dahulu dilakukan Inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Dalam pelaksanaan Inventarisasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan yang dilakukan pada beberapa Kabupaten sebagai berikut : 2.1 Kabupaten Majalengka (Provinsi Jawa Barat) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Majalengka terletak antara ,39 Lintang Selatan sampai dengan ,75 Lintang Selatan dan ,87 Bujur Timur sampai dengan ,84 Bujur Timur dengan batas-batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Barat Kabupaten Sumedang Sebelah Timur Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon Sebelah Utara Kabupaten Indramayu Sebelah Selatan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya Luas wilayah Kabupaten Majalengka : 1.204,24 Km² (120,424 ha) atau 2,71% dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat. Wilayah Administrasi Kabupaten Majalengka terdiri atas 23 Kecamatan yang terbagi dalam 13 Kelurahan dan 317 Desa. Kondisi Geografis Majalengka terbagi dalam 3 zona daerah yaitu : daerah pegunungan dengan ketinggian m di atas permukaan laut dengan luas 482,02 Km² atau 40,03 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka; daerah bergelombang/berbukit dengan ketinggian m diatas permukaan laut dengan luas 376,53 Km² atau 31,27 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka dan daerah daratan rendah dengan ketinggian m diatas permukaan laut dengan luas 345,69 Km² atau 28,70 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Majalengka. Kondisi ini memungkinkan tumbuh suburnya potensi sumber daya alam yang melimpah seperti sayuran, buah buahan, pangan juga pariwisata Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Majalengka secara spasial disajikan pada Peta

10 Peta 2.1 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Majalengka Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Majalengka merupakan daerah agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang dipergunakan untuk sawah, yaitu sekitar 39,59 % dari seluruh luas lahan yang ada di Kabupaten Majalengka. Luas lahan sawah pada tahun 2011 sebesar Ha, dan yang menggunakan irigasi mencapai 70,95 %, untuk lebih jelasnya sebagaimana pada Tabel 2.1 berikut: Tabel 2.1 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Tahun 2011 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 Belukar ,71 2 Hutan ,46 3 Kolam 254 0,18 4 Ladang ,07 5 Padang Rumput 566 0,40 6 Pemukiman ,67 7 Perkebunan ,98 8 Sawah Irigasi ,09 9 Sawah Tadah Hujan ,50 10 Tanah Berbatu 29 0,02 11 Tubuh Air ,85 12 Water Fiil 70 0,05 Total , Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 berdasarkan hasil Estimasi Penduduk 2011 adalah jiwa terdiri atas jiwa lakilaki dan jiwa perempuan. Rata-rata kepadatan penduduk Kabupaten Majalengka pada tahun 2011 adalah 973 Jiwa/Km2, kepadatan penduduk tertinggi berada di Kecamatan Jatiwangi dengan kepadatan Jiwa/Km2 dan kepadatan terendah berada di Kecamatan Kertajati dengan kepadatan 305 Jiwa/Km 2, secara rinci sebagaimana pada Tabel

11 Tabel 2.2 Luas Daerah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Majalengka Tahun 2011 No. Kecamatan Luas daerah (km2) Jumlah Penduduk 1 Lemahsugih 78, Bantarujeg Malausma Cikijing 43, Cingambul 37, Talaga 43, Banjaran 41, Argapura 60, Maja 65, Majalengka Cigasong 24, Sukahaji Sindang Rajagaluh 34, Sindangwangi 31, Leuwimunding 32, Palasah 38, Jatiwangi 40, Dawuan Kasokandel Panyingkiran 22, Kadipaten 21, Kertajati 138, Jatitujuh 73, Ligung 62, Sumberjaya 32, Jumlah Penduduk (Jiwa) Sumber : BPS Kab. Majalengka, Estimasi Penduduk 2011 Kepadatan Penduduk per km Sektor Pertanian Pertanian di Kabupaten Majalengka secara umum memiliki potensi yang besar dan variatif dan didukung oleh kondisi agroekosistem yang cocok untuk pengembangan komoditas pertanian dalam arti luas (tanaman, ternak, ikan, kebun dan hutan). Kontribusi terbesar dari pertanian adalah dari sub tanaman pangan dan hortikultura rata-rata mencapai 25,74 persen terhadap PDRB Kabupaten Majalengka, dimana produksi terbesar di Kabupaten Majalengka berasal dari usaha budidaya tanaman pangan dan hortikultura. Selama perkembangan 4 (empat) tahun luas lahan pertanian di Kabupaten Majalengka dengan irigasi teknis mengalami kenaikan sebesar 520 ha, dari ha pada tahun 2007 menjadi ha pada tahun 2011, pada Irigasi Non PU juga mengalami kenaikan sebesar 871 ha, dari ha pada tahun 2007 menjadi ha pada tahun 2011, demikian juga dengan tadah hujan mengalami kenaikan sebesar 10 ha, dari pada tahun 2007 menjadi ha, pada irigasi setengah teknis mengalami penurunan sebesar 38 ha, dari ha pada tahun 2007 menjadi ha tahun 2011, demikian juga dengan irigasi sederhana mengalami penurunan 499 ha, dari ha pada tahun 2007 menjadi ha pada tahun 2011, sebagaimana pada Tabel 2.3. Produksi padi sawah mengalami peningkatan yaitu dari ton pada tahun 2010 menjadi ton pada tahun 2011 atau sekitar 1,53 %. Sedangkan 5

12 jika dilihat dari luas panen mengalami penurunan yaitu dari Ha pada tahun 2010 menjadi Ha pada tahun 2011 atau turun sekitar 4,3 %. Penurunan luas panen ini tidak sejalan dengan meningkatnya luas tanam, yaitu meningkat sebesar 3.86 % yaitu Ha menjadi Ha. Di lain pihak produksi padi embil mengalami penurunan sebesar %, hal ini sejalan dengan menurunnya luas panen sebesar 33,84 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4 dan tabel 2.5 sebagai berikut : Tabel 2.3 Luas Jenis Lahan Sawah Kabupaten Majalengka Tahun No. Jenis Lahan Sawah Luas Lahan Sawah (Ha) Irigasi Teknis Irigasi Setengah Teknis Irigasi Sederhana Milik PU Irigasi Non PU Tadah Hujan Sementara Tidak Diusahakan Lain-lain Jumlah Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Majalengka, 2011 Tabel 2.4 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Sawah No Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Luas Luas Produksi Produktivitas Kecamatan Tanam Panen (Ku/Ha) (Ha) (Ha) (Ton) 1 Lemahsugih ,77 2 Bantarujeg ,71 3 Malausma ,36 4 Cikijing ,67 5 Cingambul ,18 6 Talaga ,64 7 Banjaran Argapura ,6 9 Maja ,44 10 Majalengka ,21 11 Cigasong ,66 12 Sukahaji ,68 13 Sindang ,51 14 Rajagaluh ,14 15 Sindangwangi ,29 16 Leuwimunding ,56 17 Palasah ,69 18 Jatiwangi ,27 19 Dawuan ,8 20 Kasokandel ,84 21 Panyingkiran ,84 22 Kadipaten ,4 23 Kertajati ,06 24 Jatitujuh ,33 25 Ligung ,92 26 Sumberjaya ,19 Kab. Majalengka , ,92 Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka,

13 Tabel 2.5 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Padi Ladang No Kecamatan Kabupaten Majalengka Tahun 2011 Luas Tanam Luas Panen Produksi (Ha) (Ha) (Ton) 1 Lemahsugih Bantarujeg Malausma Cikijing Cingambul Talaga ,71 7 Banjaran Argapura Maja Majalengka ,39 11 Cigasong Sukahaji Sindang ,68 14 Rajagaluh Sindangwangi Leuwimunding Palasah Jatiwangi Dawuan ,55 20 Kasokandel ,34 21 Panyingkiran Kadipaten Kertajati ,66 24 Jatitujuh ,78 25 Ligung Sumberjaya Kab. Majalengka Produktivitas (Ku/Ha) , ,26 Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun 2010 hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada Tabel 2.6 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.2. Tabel 2.6 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Majalengka Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012 Luas Jenis Sawah Pusdatin No Kecamatan Irigasi Non Irigasi (ha) % (ha) % 1 ARGAPURA 109 0, ,54 2 BANTARUJEG , ,41 3 CIKIJING , ,19 4 DAWUAN , JATITUJUH , ,14 6 JATIWANGI , KADIPATEN , KERTAJATI , ,07 9 LEMAHSUGIH , ,03 10 LEUWIMUNDING 827 1, ,65 11 LIGUNG , MAJA 84 0, ,58 13 MAJALENGKA , ,43 14 PALASAH , ,02 15 PANYINGKIRAN 746 1, ,05 16 PEMBANTU BANJARAN 439 0, ,87 17 PEMBANTU CIGASONG 928 1, ,61 18 PEMBANTU CINGAMBUL , ,32 19 PEMBANTU SINDANGWANGI 91 0, ,84 20 RAJAGALUH ,59 21 SUKAHAJI 776 1, ,85 22 SUMBERJAYA , TALAGA , ,14 Jumlah , ,35 Jumlah Total

14 Peta 2.2 Peta Lahan Sawah Kabupaten Majalengka Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka tahun yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Majalengka dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 18 dalam Perda No. 11/2011 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Majalengka meliputi : a. Kawasan lindung; dan b. Kawasan budidaya Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 27 yang terdiri dari : a. kawasan peruntukkan hutan produksi; b. kawasan peruntukkan pertanian; c. kawasan peruntukkan perikanan; d. kawasan peruntukkan pertambangan; e. kawasan peruntukkan industri; f. kawasan peruntukkan pariwisata; g. kawasan peruntukkan permukiman; dan h. kawasan peruntukkan lainnya. Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 27 point b, dijabarkan dalam pasal 29 antara lain sebagai berikut : (1) Kawasan peruntukkan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf b terdiri atas: a. kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan; b. kawasan peruntukkan hortikultura; c. kawasan peruntukkan perkebunan;dan d. kawasan peruntukkan peternakan. 8

15 (2) Kawasan peruntukkan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas: a. kawasan peruntukkan pertanian lahan basah;dan b. kawasan peruntukkan pertanian lahan kering. (3) Kawasan peruntukkan pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a seluas kurang lebih (tiga puluh sembilan ribu seratus sembilan puluh) hektar berupa lahan pertanian pangan berkelanjutan terdiri atas: a. sawah irigasi teknis terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Sindang, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Bantarujeg, dan Lemahsugih. b. sawah irigasi setengah teknis terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja, Sukahaji, Malausma, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Lemahsugih, Cikijing, Talaga, Banjaran, Argapura dan Bantarujeg. c. sawah tadah hujan terdapat di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Jatiwangi, Kasokandel, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Malausma, Sindangwangi, Leuwimunding, Lemahsugih, Cikijing, Talaga, Banjaran, Argapura, Bantarujeg, Cingambul. (4) Kawasan peruntukkan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b seluas kurang lebih 626 (enam ratus dua puluh enam) hektar berada di seluruh kecamatan. Penetapan Kawasan Peruntukkan Pertanian mengenai teknis pelaksanaannya dan pengaturannya lebih lanjut diatur dalam Peraturan Bupati, ini diatur dalam Perda RTRW nomor 11 Tahun 2011 pada pasal 29 ayat 8. Peta 2.3 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Majalengka Tahun 2031 Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka Tahun

16 Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Majalengka melalui Perda No. 11 Tahun 2011 ini juga telah menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas, yaitu seluas kurang lebih hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten Majalengka, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasinya Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Majalengka Nomor 11 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel 2.7. Tabel 2.7 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Majalengka Luas No Kawasan dalam RTRW (ha) % Kawasan Lindung ,20 1 Kawasan Hutan Lindung ,09 2 Kawasan Hutan Produksi ,49 3 Kawasan Industri 482 0,39 4 Kawasan Lindung Geologi ,18 5 Kawasan Lindung Lainnya ,47 6 Kawasan Perlindungan Setempat ,97 7 Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya ,21 8 Kawasan Rawan Bencana Alam ,73 9 Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya 78 0,06 10 Minyak Gas 762 0,62 Kawasan Budidaya ,80 11 Kawasan Pertambangan ,83 12 Kawasan Peruntukan Lainnya ,99 13 Kawasan Peruntukan Pariwisata 111 0,09 14 Kawasan Peruntukan Perikanan ,17 15 Kawasan Peruntukan Permukiman ,16 16 Kawasan Peruntukan Pertanian ,82 17 (blank) ,73 Total ,00 Sumber : RTRW Kabupaten Majalengka 2.2 Kabupaten Purbalingga (Provinsi Jawa Tengah) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Purbalingga, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah dengan Ibukotanya adalah Purbalingga. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Pemalang di utara, Kabupaten Banjarnegara di timur dan selatan, serta Kabupaten Banyumas di barat dan selatan. Terletak pada " BT " BT dan 7 10" LS LS" dan terbentang pada altitude ± meter diatas permukaan laut dengan dua musim yaitu musim Hujan antara April September dan musim Kemarau antara Oktober Maret. Secara umum Purbalingga termasuk dalam iklim tropis dengan rata-rata curah hujan 3,739 mm 4,789 mm per tahun. Luas wilayah Kabupaten Purbalingga adalah ,122 kilometer persegi. Suhu udara di wilayah Kabupaten Purbalingga antara C C dengan rata-rata C. 10

17 Kabupaten Purbalingga berada di cekungan yang diapit beberapa rangkaian pegunungan. Di sebelah utara merupakan rangkaian pegunungan (Gunung Slamet dan Dataran Tinggi Dieng). Bagian selatan merupakan Depresi Serayu, yang dialiri dua sungai besar Kali Serayu dan anak sungainya, Kali Pekacangan. Anak sungai lainnya yaitu seperti Kali Klawing, Kali Gintung, dan anak sungai lainnya. Kabupaten Purbalingga terdiri atas 18 kecamatan, yaitu Kemangkon, Bukateja, Kejobong, Pengadegan, Kaligondang, Purbalingga, Kalimanah, Padamara, Kutasari, Bojongsari, Mrebet, Bobotsari, Karangreja, Karangjambu, Karanganyar, Kertanegara, Karangmoncol dan Rembang. Sebanyak 18 kecamatan itu dibagi lagi atas 224 desa dan 15 kelurahan. Jenis tanah di Kabupaten Purbalingga sebagian besar di dominasi oleh tanah latosol coklat dan regosol, tanah aluvial dan grumusol kelabu berdasarkan data dari Pusat Penelitian Tanah Bogor Tahun Persentase Jenis tanah dan luasannya adalah Latosol Coklat dan Regosol 19,22 %, Aluvial Coklat Tua 17,79 %, Latosol Coklat dari Bahan Induk Vulkanik 10,92 %, Latosol Merah Kuning 5,78 %, Latosol Coklat Tua 8,02 %, Andosol Coklat 7,28 %, Litosol 0,74 %, Padmolik Merah-Kuning 12,92 %, Grumusol Kelabu 17,33 %. Menurut Klasifikasi ketinggian, Kabupaten Purbalingga terdiri dari lima kelas dengan klasifikasi sebagai berikut : m (0,56 %), m (27,02 %), (44,13 %), m (23,05 %), di atas 1000 m (5,24 %). Karateristik kelas kemiringan lereng di wilayah Kabupaten Purbalingga berkisar antara 0% hingga 51%. Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Purbalingga secara spasial sebagaimana pada Peta 2.4. Peta 2.4 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Purbalingga Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun

18 Penggunaan Lahan Eksisting Penggunaan lahan di Kabupaten Purbalingga didominasi oleh penggunaan lahan sawah seluas Ha (irigasi seluas ha, tadah hujan ha dan tanah sawah lebak, folder, dll seluas 97 ha), atau sekitar 27,27%, Tegalan Ha (21,44%) dan Perkampungan Ha (21,18%). Untuk rincinya dapat dilihat pada Tabel 2.8 Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Purbalingga. Tabel 2.8 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 No. Penggunaan Lahan Luas (ha) % 1 Lahan Pertanian 1.1. Lahan Sawah ,27 1. Pengairan Teknis ,68 2. Pengairan Setengah Teknis ,66 3. Pengairan Sederhana ,98 4. Pengairan Non PU 293 0,38 5. Tadah Hujan ,45 6. Pasang Surut Tanah Sawah Lebak, Polder dll 97 0, Bukan Lahan Sawah ,20 1. Tegal Kebun ,42 2. Ladang Huma Perkebunan 820 1,05 4. Ditanami Pohon/Hutan Rakyat ,53 5. Tambak Kolam/Tebat/Empang 219 0,28 7. Padang Pengembalaan/Padang Rumput Sementara Tidak Diusahakan Lainnya (pekarangan yang ditanami tanaman pertanian, ,92 2. Lahan Bukan Pertanian ,54 1. Rumah, Bangunan, dan Halaman Sekitarnya ,18 2. Hutan Negara ,41 3. Rawa-rawa (tidak ditanami) Lainnya (jalan, sungai, danau, lahan tandus, dll ,95 Jumlah/Total Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan, Kabupaten Purbalingga Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Purbalingga tahun 2011 diperkirakan mendekati jiwa (lihat Tabel 2.9), dengan rata-rata kepadatan jiwa/km 2. Kota Purbalingga sebagai Ibukota Kabupaten berpenduduk sekitar jiwa dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 sebagaimana pada Tabel Tabel 2.9 Kepadatan Penduduk Kabupaten Purbalingga Menurut Kecamatan Tahun 2011 No. Kecamatan Luas Daerah Jumlah Kepadatan (Km 2 ) Penduduk Penduduk per Km 2 1. Kemangkon , Bukateja , Kejobong , Pengadegan , Kaligondang , Purbalingga , Kalimanah , Padamara , Kutasari , Bojongsari , Mrebet , Bobotsari , Karangreja , Karangjambu , Karanganyar , Kertanegara , Karangnoncol , Rembang , Jumlah/Total ,391 1, ,963 1, ,252 *) 1, ,267 *) 1, ,328 *) 1,252 Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga, Hasil Registrasi Penduduk *) Angka Perbaikan 12

19 Tabel 2.10 Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Purbalingga Tahun 2011 No. Kecamatan Banyak Penduduk Laju Pertumbuhan (1) (2) (3) (4) (5) 1. Kemangkon 52,343 53, Bukateja 65,686 66, Kejobong 42,346 42, Pengadegan 35,437 35, Kaligondang 55,477 56, Purbalingga 55,565 56, Kalimanah 49,547 50, Padamara 38,867 39, Kutasari 54,632 55, Bojongsari 54,998 56, Mrebet 65,387 66, Bobotsari 46,849 47, Karangreja 39,447 39, Karangjambu 23,496 23, Karanganyar 34,275 34, Kertanegara 30,297 30, Karangnoncol 49,941 50, Rembang 57,373 57, Jumlah/Total 851, , Sumber : BPS Kabupaten Purbalingga, Hasil Registrasi Penduduk Sektor Pertanian Sub sektor Tanaman Pangan merupakan salah satu sub sektor pertanian. Sub sektor ini mencakup tanaman padi (padi sawah dan padi gogo), jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang kedelai. Menurut luas panen tanaman padi sawah dalam tahun 2011 menurun sebesar 0.02 %, bila dibandingkan dengan tahun 2010, produksi padi sawah tahun 2011 yang sebesar ton (GKG) turun bila dibandingkan dengan tahun 2010 yang sebesar ton (GKG), produktivitasnya yaitu 55,82 kw/ha. Luas panen padi gogo tahun 2011 juga menurun, sebesar 40,89 % (dari 863 ha tahun 2010 menjadi 513 ha). Luas panen tersebut juga mempengaruhi jumlah produksi. Pada tahun 2010 yaitu mencapai ton (GKG) turun menjadi ton (GKG) tahun Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan Tahun 2012 Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun 2010 hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Purbalingga dapat dilihat pada tabel 2.11 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.5 sebagai berikut. Tabel 2.11 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Purbalingga Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012 Luas Jenis Sawah Pusdatin No Kecamatan Irigasi Non Irigasi (ha) % (ha) % 1 BOBOTSARI 996 5,45 9 0,05 2 BOJONGSARI 952 5, ,19 3 BUKATEJA , KALIGONDANG 999 5,47 2 0,01 5 KALIMANAH , KARANGANYAR , KARANGMONCOL 873 4, ,39 8 KARANGREJA 12 0, ,09 9 KEJABONG 4 0,02 6 0,03 10 KEJOBONG 230 1, ,10 11 KEMANGKON , KUTASARI 785 4, ,05 13 MREBET 743 4, ,85 14 PADAMARA , PENGADEGAN 23 0, ,18 16 PURBALINGGA 607 3, REMBANG 387 2, ,19 Jumlah , ,14 Jumlah Total

20 Peta 2.5 Peta Lahan Sawah Kabupaten Purbalingga Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 5 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga tahun yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Purbalingga dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 17 dalam Perda No. 5/2011 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Purbalingga meliputi : a. Kawasan lindung; dan b. Kawasan budidaya Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 26 yang terdiri dari : a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e. kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan peruntukan industri; g. kawasan peruntukan pariwisata; h. kawasan peruntukan permukiman; dan i. kawasan peruntukan lainnya Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 26 point c diatas, diatur dalam pasal 29 antara lain sebagai berikut : (1) Kawasan peruntukan pertanian terdiri atas: a). pertanian tanaman pangan; b). pertanian hortikultura; c). perkebunan; dan d). peternakan. (2) Pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a seluas kurang lebih (dua puluh lima ribu dua ratus tujuh) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (enam belas ribu tiga puluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih (sembilan ribu seratus tujuh puluh tujuh) hektar yang terdiri dari : 14

21 a. Kecamatan Bobotsari seluas kurang lebih (seribu empat ratus tiga puluh tujuh) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 910 (sembilan ratus sepuluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 527 (lima ratus dua puluh tujuh) hektar; b. Kecamatan Bojongsari seluas kurang lebih (seribu tiga ratus lima puluh dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu delapan puluh enam) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 266 (dua ratus enam puluh enam) hektar; c. Kecamatan Bukateja seluas kurang lebih (dua ribu lima ratus sembilan puluh satu) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu tujuh ratus empat puluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 851 (delapan ratus lima puluh satu) hektar; d. Kecamatan Kaligondang seluas kurang lebih (seribu tujuh ratus tiga puluh dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 868 (delapan ratus enam puluh delapan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 864 (delapan ratus enam puluh empat) hektar; e. Kecamatan Kalimanah seluas kurang lebih (seribu tiga ratus empat belas) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 679 (enam ratus tujuh puluh sembilan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 635 (enam ratus tiga puluh lima) hektar; f. Kecamatan Karanganyar seluas kurang lebih (seribu lima ratus tiga puluh sembilan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 268 (dua ratus enam puluh delapan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih (seribu dua ratus tujuh puluh satu) hektar; g. Kecamatan Karangjambu seluas kurang lebih 794 (tujuh ratus sembilan puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 319 (tiga ratus Sembilan belas) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 475 (empat ratus tujuh puluh lima) hektar; h. Kecamatan Karangmoncol seluas kurang lebih (seribu sembilan ratus sembilan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu dua ratus tiga puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 674 (enam ratus tujuh puluh empat) hektar; i. Kecamatan Karangreja seluas kurang lebih 202 (dua ratus dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 85 (delapan puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih117 (seratus tujuh belas) hektar; j. Kecamatan Kejobong seluas kurang lebih 474 (empat ratus tujuh puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 382 (tiga ratus delapan puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 93 (sembilan puluh tiga) hektar; k. Kecamatan Kemangkon seluas kurang lebih (dua ribu delapan ratus delapan puluh tiga) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu sembilan ratus tiga puluh delapan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 945 (semblian ratus empat puluh lima) hektar; l. Kecamatan Kertanegara seluas kurang lebih (seribu dua ratus lima belas) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu seratus dua puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 92 (sembilan puluh dua) hektar; 15

22 m. Kecamatan Kutasari seluas kurang lebih (seribu seratus enam puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu dua puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 139 (seratus tiga puluh sembilan) hektar; n. Kecamatan Mrebet seluas kurang lebih (dua ribu tiga puluh dua) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih (seribu sembilan ratus Sembilan puluh tujuh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 35 (tiga puluh lima) hektar; o. Kecamaan Padamara seluas kurang lebih (seribu dua ratus tiga puluh tiga) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 720 (tujuh ratus dua puluh) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 514 (lima ratus empat belas) hektar; p. Kecamatan Pengadegan seluas kurang lebih 154 (seratus lima puluh empat) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 55 (lima puluh lima) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 99 (sembilan puluh sembilan) hektar; q. Kecamatan Purbalingga seluas kurang lebih 714 (tujuh ratus empat belas) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 259 (dua ratus lima puluh sembilan) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 455 (empat ratus lima puluh lima) hektar; dan r. Kecamatan Rembang seluas kurang lebih (dua ribu empat ratus enam puluh delapan) hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 832 (delapan ratus tiga puluh dua) hektar dan lahan kering seluas kurang lebih (seribu enam ratus tiga puluh empat) hektar (3) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) seluas kurang lebih (dua puluh dua ribu enam ratus enam belas) hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Luas lahan eksisting dan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan pada RTRW Kabupaten Purbalingga secara rinci sebagaimana pada Tabel 2.12 dan Peta 2.6 berikut: Tabel 2.12 Luas eksisting lahan tanaman pangan dan rencana lahan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten Purbalingga berdasarkan RTRW No. Kecamatan Luas Lahan Sawah Lahan Eksisting LP2B L. Basah L. Kering Total L. Basah L. Kering Total (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) (Ha) 1 Kemangkon Bukateja Kejobong Pengadegan Kaligondang Purbalingga Kalimanah Padamara Kutasari Bojongsari Mrebet Bobotsari Karangrejo Karangjambu Karanganyar Kertanegara Karang Moncol Rembang Jumlah

23 Peta 2.6 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun Sumber : RTRW Kabupaten Purbalingga Tahun Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Purbalingga sudah menetapkan lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan pada kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan di kawasan budidaya yang telah dituangkan dalam Perda No 5 Tahun 2011 pasal 29 dengan luas lahan kurang lebih (dua puluh dua ribu enam ratus enam belas) hektar yang tersebar di 18 Kecamatan. Berdasarkan data spasial yang diperoleh dari data RTRW untuk lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasi persis lokasinya dan hanya mencantumkan luas eksisting yang luasannya lebih besar dari luas lahan yang direncanakan untuk LP2B yaitu seluas ha. Berdasarkan data tabuler yang diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Purbalingga diperoleh rencana luasan lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana pada tabel 2.12 diatas Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Purbalingga Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel Tabel 2.13 Rencana Tata Ruang Wilayah Kab. Purbalingga Tahun No Rencana Pola Ruang Luas (Ha) 1 Kawasan Lindung a) Kawasan hutan lindung b) kawasan resapan air c) sempadan sungai besar 959 d) Sempadan bendung 85 e) RTH f) Kawasan rawan bencana Kawasan Budidaya a) Hutan produksi 629 b) Hutan produksi terbatas c) Kawasan hutan rakyat d) Pertanian tanaman pangan e) Pertanian hortikultura f) Kawasan budidaya perikanan darat 300 g) Kawasan peruntukan industri 298 Sumber Data : Perda Kabupaten Purbalingga Nomor 5 Tahun

24 2.3 Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Gunung Kidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunung Kidul 1.485,36 Km 2 atau sekitar 46,63% dari luas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kota Wonosari terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak ± 39 km. Kabupaten Gunung Kidul memiliki letak geografis 110º 21' sampai 110º 50' BT; 7º 46' sampai 8º 09' LS. Batas wilayah kabupaten Gunung Kidul di sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Klaten dan Sukoharjo. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri dan di sebalah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia. Berdasarkan kondisi topografi Kabupaten Gunung Kidul dibagi menjadi 3 (tiga) zona pengembangan, yaitu : 1. Zona Utara disebut wilayah Batur Agung dengan ketinggian 200 m m di atas permukaan laut. Keadaannya berbukit-bukit, terdapat sumber-sumber air tanah kedalaman 6m-12m dari permukaan tanah. Jenis tanah didominasi latosol dengan bataun induk vulkanik dan sedimen taufan. Wilayah ini meliputi Kecamatan Patuk, Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin, dan Kecamatan Ponjong bagian utara. 2. Zona Tengah disebut wilayah pengembangan Ledok Wonosari, dengan ketinggian 150 m mdpl. Jenis tanah didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan induk batu kapur. Sehingga meskipun musim kemarau panjang, partikel-partikel air masih mampu bertahan. Terdapat sungai di atas tanah, tetapi dimusim kemarau kering. Kedalaman air tanah berkisar antara 60 m m dibawah permukaan tanah. Wilayah ini meliputi Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong bagian tengah dan Kecamatan Semanu bagian utara. 3. Zona Selatan disebut wilayah pengembangan Gunung Seribu (Duizon gebergton atau Zuider gebergton), dengan ketinggian 0 m mdpl. Batuan dasar pembentuknya adalah batu kapur dengan ciri khas bukit-bukit kerucut (Conical limestone) dan merupakan kawasan karst. Pada wilayah ini banyak dijumpai sungai bawah tanah. Zone Selatan ini meliputi Kecamatan Saptosari, Paliyan, Girisubo, Tanjungsari, Tepus, Rongkop, Purwosari, Panggang, Ponjong bagian selatan, dan Kecamatan Semanu bagian selatan. Kondisi klimatologi Kabupaten Gunung Kidul secara umum menunjukkan kondisi sebagai berikut: a. Curah hujan rata-rata pada Tahun 2010 sebesar 1.954,43 mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 103 hari/ tahun. Bulan basah 7 bulan, sedangkan bulan kering berkisar 5 bulan. Wilayah Kabupaten Gunungkidul sebelah utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding wilayah tengah dan selatan. Wilayah Gunungkidul wilayah selatan mempunyai awal hujan paling akhir. b. Suhu udara rata-rata harian 27,7 C, suhu minimum 23,2 C dan suhu maksimum 32,4 C. c. Kelembaban nisbi berkisar antara 80 % - 85 %, tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih dipengaruhi oleh musim. Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Gunung Kidul secara spasial disajikan pada Peta

25 Peta 2.7 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Penggunaan Lahan Eksisting Penggunaan lahan di Kabupaten Gunung Kidul didominasi oleh penggunaan lahan Tegalan/ladang seluas ,59 Ha (56,84%), sedangkan untuk lahan sawah (baik sawah irigasi maupun tadah hujan) seluas 6.273,69 Ha (4,23%). Untuk rincinya dapat dilihat pada Tabel 2.14 Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul dan Peta 2.8 Pola Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul. No Tabel 2.14 Jenis Penggunaan Lahan Eksisting Jenis Penggunaan Lahan (ha) % 1 Danau/situ/telaga 133,22 0,09 Emplasement 36,99 0,02 3 Hutan sejenis ,23 10,36 4 Industri non pertanian 9,29 0,01 5 Kampung ,50 25,61 6 Kebun campuran 84,94 0,06 7 Kuburan/pemakaman 2,27 0,00 8 Perairan darat 770,77 0,52 9 Perkebunan rakyat: Coklat-sudah menghas. 2,31 0,00 10 Persawahan irigasi: 1x padi 1.485,73 1,00 11 Persawahan irigasi: 1x padi + palawija 2.892,81 1,95 12 Persawahan irigasi: 2x padi/tahun-lebih 454,12 0,31 13 Persawahan: Tadah hujan 1.441,04 0,97 14 Perumahan 5,45 0,00 15 Semak 3.182,99 2,14 16 Tanah rusak 156,71 0,11 17 Tanah tandus 29,08 0,02 18 Tegalan/ladang ,59 56,84 19 (blank) 0,01 0,00 Jumlah Sumber: RTRW Kabupaten Gunung Kidul Luas ,03 100,00 19

26 Peta 2.8 Pola Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gunung Kidul Kependudukan Jumlah penduduk di Kabupaten Gunung Kidul tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk 2010 berjumlah jiwa yang tersebar di 18 kecamatan dan 144 desa, dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu Kecamatan Wonosari sejumlah jiwa. Rincian jumlah dan kepadatan penduduk per Kecamatan di Kabupaten Gunung Kidul sebagaimana Tabel Tabel 2.15 Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut Kecamatan No Nama Kecamatan Luas (km 2 ) Jumlah Penduduk (jiwa) Kepadatan (jiwa/km 2 ) 1 Panggang 99, Purwosari 71, Paliyan 58, Saptosari 87, Tepus 104, Tanjungsari 71, Rongkop 83, Girisubo 94, Semanu 108, Ponjong 104, Karangmojo 80, Wonosari 75, Playen 105, Patuk 72, Gedangsari 68, Nglipar 73, Ngawen 46, Semin 78, Jumlah 1.485, Sumber : BPS Gunungkidul *) Sensus Penduduk

27 Sektor Pertanian Pada Tahun 2011, sebagian besar produksi padi di Kabupaten Gunung Kidul dihasilkan dari jenis padi ladang. Jenis padi ini menyumbang sebesar 67% dari seluruh produksi padi yang tercatat sebesar ton atau sekitar ton. sedangkan sisanya dihasilkan oleh padi sawah. Luas lahan sawah dan non sawah berdasarkan perkecamatan di Kabupaten Gunung Kidul sebagaimana pada Tabel 2.16 dan 2.17 sebagai berikut : Tabel 2.16 Luas Lahan menurut Kecamatan dan Jenis Lahan Tahun 2011 No Nama Kecamatan Jenis Lahan Sawah Bukan Sawah Jumlah 1 Panggang Purwosari Paliyan Saptosari Tepus Tanjungsari Rongkop Girisubo Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber: Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunung Kidul Tabel 2.17 Luas Lahan Sawah Menurut Kecamatan dan Sistem Irgasi Tahun 2011 No Kecamatan Irigasi (Ha) Tadah Teknis 1/2 Teknis Sederhana Non PU Hujan Lebak Jumlah 1 Panggang Purwosari Paliyan Saptosari 5 Tepus 6 Tanjungsari 7 Rongkop 8 Girisubo 9 Semanu Ponjong Karangmojo Wonosari Playen Patuk Gedangsari Nglipar Ngawen Semin Jumlah Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Gunung Kidul 21

28 2.3.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun 2010 hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Gunung Kidul dapat dilihat pada Tabel 2.18 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.9 berikut: Tabel 2.18 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Gunung Kidul Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012 Luas Jenis Sawah Pusdatin No Kecamatan Irigasi Non Irigasi (ha) % (ha) % 1 GEDANGSARI 23 0, ,59 2 KARANGMOJO ,73 3 NGAWEN 30 0, ,22 4 NGLIPAR ,82 5 PALIYAN 210 0, ,34 6 PANGGANG ,39 7 PATUK 67 0, ,41 8 PLAYEN 5 0, ,31 9 PONJONG 429 1, ,39 10 RONGKOP 85 0, ,81 11 SEMANU 2 0, ,80 12 SEMIN 218 0, ,62 13 TEPUS ,16 14 WONOSARI 121 0, ,16 Jumlah , ,76 Jumlah Total Peta 2.9 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gunung Kidul Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul tahun yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Gunung Kidul dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya. 22

29 Sesuai dengan pasal 27 dalam Perda No. 6 tahun 2011 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gunung Kidul meliputi : a. Penetapan kawasan lindung; dan b. Penetapan kawasan budi daya Kawasan budi daya sebagaimana dimaksud diatas terdiri dari : a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perikanan; e. kawasan peruntukan pertambangan; f. kawasan peruntukan industri; g. kawasan peruntukan pariwisata; h. kawasan peruntukan permukiman; dan i. kawasan peruntukan lainnya. Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 27 point c diatas, dijabarkan lagi dalam pasal 37 antara lain sebagai berikut : (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf c meliputi : a. tanaman pangan; b. hortikultura; c. perkebunan; dan d. peternakan. (2) Kawasan tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. lahan pertanian pangan pada lahan beririgasi seluas kurang lebih (tujuh ribu delapan ratus enam puluh lima) hektar meliputi: 1. Sawah beririgasi teknis seluas (dua ribu tiga ratus lima puluh lima) hektar 2. Sawah beririgasi non teknis (setengah teknis, sederhana dan/atau air permukaan tadah hujan) seluas kurang lebih (lima ribu lima ratus sepuluh) hektar b. lahan pertanian pangan pada lahan tidak beririgasi seluas kurang lebih (tiga puluh enam ribu enam puluh lima) hektar terletak pada lahan kering di semua kecamatan. c. lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih (lima ribu lima ratus) hektar berada pada lahan pertanian pangan beririgasi dan lahan pertanian pangan tidak beririgasi. Luasan lahan pertanian tanaman pangan dengan sebaran perkecamatan berdasarkan lahan basah dan lahan kering sebagai berikut : (1) Kecamatan Gedangsari seluas kurang lebih 748 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 245 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 503 hektar; (2) Kecamatan Karangmojo seluas kurang lebih 908 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 143 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 765 hektar; (3) Kecamatan Ngawen seluas kurang lebih 871 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 492 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 378 hektar; 23

30 (4) Kecamatan Ngilapar seluas kurang lebih 321 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 100 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 221 hektar; (5) Kecamatan Paliyan seluas kurang lebih hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 69 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih hektar; (6) Kecamatan Panggang seluas kurang lebih 328 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 113 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 215 hektar; (7) Kecamatan Patuk seluas kurang lebih 624 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 165 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 459 hektar; (8) Kecamatan Playen seluas kurang lebih 821 hektar. Kecamatan Playen hanya memiliki lahan kering seluas kurang lebih 821 hektar; (9) Kecamatan Ponjong seluas kurang lebih 999 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 172 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 827 hektar; (10) Kecamatan Rongkop seluas kurang lebih hektar lahan kering (11) Kecamatan Semanu seluas kurang lebih hektar lahan kering; (12) Kecamatan Semin seluas kurang lebih 950 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 320 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 630 hektar; (13) Kecamatan Tepus seluas kurang lebih hektar lahan kering; (14) Kecamatan Wonosari seluas kurang lebih 848 hektar terdiri dari lahan basah seluas kurang lebih 0,1 hektar dan lahan kering seluas kurang lebih 848 hektar; Peta 2.10 Peta rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Tahun Sumber : RTRW Kabupaten Gunung Kidul 24

31 Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Gunung Kidul secara khusus juga telah menetapkan tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan melalui Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Tahun sebagaimana pada pasal 37 ayat 2 point c yang berbunyi lahan pertanian pangan berkelanjutan seluas kurang lebih (lima ribu lima ratus) hektar berada pada lahan pertanian pangan beririgasi dan lahan pertanian pangan tidak beririgasi. Luas lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan tersebut tersebar di wilayah Kecamatan Panggang dengan luas 15,40 Ha, Kecamatan Purwosari dengan luas 119,00 Ha, Kecamatan Paliyan dengan luas 21,70 Ha, Kecamatan Semanu dengan luas 136,50 Ha, Kecamatan Ponjong dengan luas 483 Ha, Kecamatan Karangmojo dengan luas 427 Ha, Kecamatan Wonosari dengan luas 57,40 Ha Kecamatan Playen dengan luas 193,20 Ha, Kecamatan Patuk dengan luas 812,70, Kecamatan Gedangsari dengan luas 912,80 Ha, Kecamatan Nglipar dengan luas 196 Ha, Kecamatan Ngawen 770,70 Ha, dan Kecamatan Semin 1.360,10 Ha. Sedangkan data spasial kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan belum ada datanya Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Gunung Kidul Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel Tabel 2.19 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gunung Kidul No Rencana Pola Ruang Luas (Ha) Kawasan Konservasi 1 Goa 13 2 Hutan Konservasi (TAHURA) Hutan Lindung Hutan Penelitian 34 5 Hutan Produksi Hutan Rakyat Mataair 151 Kawasan Budidaya 1 Kawasan Industri 73 2 Kawasan Militer Pantai 17 4 Perkebunan Permukiman Perdesaan Permukiman Perkotaan Pertanian Lahan Basah Pertanian Lahan Kering Plasma Nutfah Suaka Alam Suaka Margasatwa Sungai Telaga Telaga/Sungai (blank) Jumlah Sumber : RTRW Kabupaten Gunung Kidul Kabupaten Madiun (Provinsi Jawa Timur) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Madiun merupakan salah satu dari 29 kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Timur. Hingga kini, pusat pemerintahan Kabupaten Madiun masih berada di Kota Madiun, sekalipun kini perkembangan wilayah yang paling progresif 25

32 berlangsung di Kecamatan Mejayan. Secara geografis, Kabupaten Madiun terletak di sekitar sampai dengan Lintang Selatan dan sampai dengan Bujur Timur. Keseluruhan luas wilayah 1.010,86 Km 2, terdiri dari 15 wilayah administrasi kecamatan dan 206 wilayah administrasi desa/kelurahan. Adapun batas administrasi Kabupaten Madiun sebagai berikut : Sebelah Utara : Kabupaten Bojonegoro Sebelah Timur : Kabupaten Nganjuk Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo Sebelah Barat : Kabupaten Magetan dan Kabupaten Ngawi Secara Topografi Kabupaten Madiun membujur dari utara ke selatan dengan posisi terendah terdapat di lembah-lembah Bengawan Madiun berdekatan dengan pusat Kota Madiun dengan ketinggian antara mdpl. Kemudian berturut-turut ke arah selatan yang semakin bertambah tinggi hingga ketinggian hampir mdpl. Keadaan iklim di Kabupaten Madiun ditandai dengan keadaan curah hujan dan intensitas hujan, sedangkan kondisi iklim sendiri ditandai dengan keadaan dimana suatu wilayah mempunyai keadaan bulan basah dan bulan kering. Dengan tipe iklim yang ada di Kabupaten Madiun maka berdasarkan Schmidt dan Ferguson, wilayah ini termasuk iklim dengan Tipe C yaitu iklim sedang yang merupakan daerah tidak kering dan tidak basah. Kabupaten Madiun dipengaruhi oleh iklim laut dan iklim pegunungan dengan temperatur berkisar antara C. Curah hujan di Kabupaten Madiun pada Tahun 2008 rata-rata mencapai mm/tahun dengan jumlah hari hujan rata-rata 85 hari hujan/tahun. Intensitas hujan di Kabupaten Madiun berkisar antara 18,50 19,48 mm/bulan. Artinya intensitas hujan di Kabupaten Madiun dapat diklasifikasikan rendah. Berdasarkan jenis tanah di Kabupaten Madiun didominasi oleh jenis tanah aluvial dengan prosentase sebesar 36 % dari seluruh luas wilayah Kabupaten Madiun dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Kare dan Gemarang, disusul kemudian jenis tanah mediteran dengan prosentase sebesar 26 % dengan penyebaran seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Pilangkenceng, Jiwan dan Sawahan. Jenis tanah grumosol dengan prosentase sebesar 21 % dengan penyebaran hanya beberapa kecamatan diantaranya Kecamatan Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Madiun dan Sawahan. Sedangkan jenis tanah latosol dengan prosentase sebesar 13 % penyebarannya meliputi Kecamatan Dolopo, Wungu, Kare, Gemarang, Mejayan, Wonoasri dan Madiun. Untuk jenis tanah dengan luasan terkecil yaitu jenis tanah litosol dengan prosentase sebesar 4 % penyebarannya meliputi Kecamatan Dagangan, Kare dan Saradan. Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Madiun secara spasial sebagaimana pada Peta

33 Peta 2.11 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Madiun Sumber : Data Spasial Pemetaan RTRW Kabupaten Madiun Penggunaan Lahan Eksisting Penggunaan lahan di Kabupaten Madiun didominasi oleh pemukiman/pekarangan seluas ,26 Ha (15,16%), sawah seluas Ha (30,62%), tegal seluas 7.091,54 Ha (7,02%), perkebunan seluas Ha (2,45%), hutan ading seluas Ha (40,08%), perairan (kolam/waduk) seluas 836 Ha (0,83%), dan lain-lain (jalan, sungai, makam) seluas 3.902,2 Ha (3,86%) (RPJMD Kabupaten Madiun ). Menurut RTRW Kabupaten Madiun , luas sawah yang ada di Kabupaten Madiun kurang lebih Ha yang berpotensi besar untuk pengembangan ading pertanian. Berdasarkan penggunaan lahan Kabupaten Madiun tahun 2009 sebagaimana pada rincian tabel 2.20 Tabel 2.20 Luas Wilayah Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun Tahun 2009 No Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%) 1. Lahan Pertanian 1.1. Lahan Sawah 1. Irigasi Teknis 26, Irigasi Setengah Teknis 1, Irigasi Sederhana 1, Irigasi Desa/ Non PU Tadah Hujan 1, Bukan Lahan Sawah 1. Kolam/ Empang/ Waduk Ladang/ Kebun Campur 3, Semak Belukar Perkebunan 1, Peternakan Lahan Bukan Pertanian 1. Hutan Lindung 5, Hutan Rakyat 5, Hutan Produksi 40, Pemukiman/ Pekarangan/ Bangunan 10, Industri Kawasan Meliter PLTA TPA Lain - lain 1, Jumlah Total 101, Sumber: RTRW Kabupaten Madiun Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Madiun selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir selalu mengalami pertambahan setiap tahunnya. Data jumlah penduduk menggunakan tahun 1996 hingga tahun 2008 sebagaimana tabel Pada 27

34 tahun 1996 jumlah penduduk sebesar jiwa sedangkan pada tahun 2008 sebesar jiwa. Dari tahun , jumlah penduduk di Kabupaten Madiun mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 0,57 %. Sedangkan rata-rata pertambahan penduduk Kabupaten Madiun pada tahun 2003 hingga tahun 2007 adalah jiwa tiap tahunnya. Tabel 2.21 Jumlah Penduduk Kabupaten Madiun Tahun No Kecamatan Tahun Kebonsari Geger Dolopo Dagangan Wungu Karee Gemarang Saradan Pilangkenceng Mejayan Wonoasri Balerejo Madiun Sawahan Jiwan Jumlah Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun Sektor Pertanian Sektor pertanian menjadi sektor unggulan di Kabupaten Madiun. Adapun jenis komoditi tanaman pangan yang cukup menonjol di Kabupaten Madiun adalah padi, ubi, jagung, kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau. Produksi tanaman padi di Kabupaten Madiun merata untuk seluruh Kecamatan meliputi jenis padi sawah dan padi ading. Produksi tanaman padi pada tahun 2008 untuk jenis padi sawah sebesar ,40 Ton dari luas panen ,00 Ha, sedangkan untuk padi ading sebesar ,72 Ton dari luas panen 2.477,00 Ha, seperti pada Tabel Dari Tabel 2.23 dapat dilihat bahwa produksi padi sawah mengalami peningkatan dari tahun 2004 sampai dengan tahun Pada tahun 2004 produksi padi sawah sebesar ,56 ton per tahun dan tahun 2005 mengalami peningkatan produksi sebesar ,19 ton per tahun. Peningkatan produksi terus terjadi pada tahun 2006 yaitu sebesar ton pertahun dan tahun 2007 sebesar ,90 ton per tahun. Peningkatan ini disebabkan terutama karena adanya peningkatan luas panen yang terjadi tiap tahunnya. Pada tahun 2004 luas panen padi sawah seluas Ha dan mengalami peningkatan menjadi Ha pada tahun Pada tahun 2006 luas panen mengalami sedikit penurunan menjadi Ha dan pada tahun 2007 mengalami peningkatan menjadi Ha. Produktivitas tanaman padi sawah dan padi ladang mengalami peningkatan terus menerus dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan oleh penggunaan mesin-mesin pertanian secara efektif di tiap-tiap kecamatan diantaranya adalah : pompa air dangkal dan dalam, traktor roda dua, hand sprayer, emposan tikus, aplikator urea tablet, sabit 28

35 bergerigi, pedal tresher maupun power tresher. Akan tetapi terjadi penurunan produksi pada padi ladang dari tahun 2004 sampai dengan tahun Tahun 2004 produksi tanaman padi ladang sebesar 5.435,50 ton per tahun dan pada tahun 2005 mengalami penurunan yang cukup besar menjadi 3.222,84 ton per tahun. Pada tahun 2006 produksi tanaman padi ladang mengalami sedikit peningkatan menjadi 3.236,13 ton per tahun akan tetapi pada tahun 2007 produksi mengalami penurunan kembali menjadi sebesar 3.193,54 ton per tahun. Penurunan ini lebih disebabkan oleh semakin menurunnya luas panen dari tahun 2004 sampai tahun Tabel 2.22 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun Tahun 2008 Tanaman Padi No. Kecamatan Padi Sawah Padi Ladang Luas Panen Produksi Produktivitas Luas Panen Produksi Produktivitas (Ha) (Ton) (Ton/Ha) (Ha) (Ton) (Ton/Ha) 1 Kebonsari 4.665, ,70 6, Geger 3.452, ,20 6, Dolopo 2.992, ,30 6,4 9,00 48,96 5,44 4 Dagangan 4.130, ,70 6, Wungu 4.542, ,90 6, Kare 2.538, ,30 5,7 18,00 94,70 5,26 7 Gemarang 1.759, ,60 6, , ,00 5,42 8 Saradan 4.853, ,10 5,68 283, ,52 5,44 9 Pilangkenceng 5.511, ,80 6,31 193, ,99 5,43 10 Mejayan 3.704, ,60 6, Wonoasri 3.388, ,50 6, Balerejo 8.332, ,70 6,5 404, ,60 5,9 13 Madiun 4.551, ,00 6,27 273, ,21 5,77 14 Sawahan 2.741, ,20 6, Jiwan 3.347, ,80 6,26 47,00 254,74 5,42 Jumlah , ,40 6, , ,72 6 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2009 No. Tahun Tabel 2.23 Luas Panen, Produksi Dan Produktivitas Tanaman Padi Kabupaten Madiun Tahun Luas Panen (Ha) Padi Sawah Produksi (Ton) Tanaman Padi Produktivitas (Ton/Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) ,56 5, ,50 5, ,19 5, ,84 5, ,89 5, ,13 5, ,90 5, ,54 5,06 Sumber : Kabupaten Madiun Dalam Angka Tahun 2009 Padi Ladang Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 Pada tahun 2012 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan updating data Audit Lahan Tahun 2010 hasil dari Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Madiun dapat dilihat pada tabel 2.24 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada peta 2.9 berikut: 29

36 Tabel 2.24 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Madiun Berdasarkan Hasil Audit Lahan Update Tahun 2012 Luas Jenis Sawah Pusdatin No Kecamatan Irigasi Non Irigasi (ha) % (ha) % 1 BALEREJO , DAGANGAN , ,09 3 DOLOPO , GEGER , GEMARANG , ,15 6 JIWAN , KARE 9 0, ,92 8 KEBONSARI 993 3, MADIUN , MEJAYAN ,82 3 0,01 11 PILANGKENCENG , ,08 12 SARADAN , ,82 13 SAWAHAN , WONOASRI , ,07 15 WUNGU , Jumlah , ,14 Jumlah Total Peta 2.12 Peta Lahan Sawah Kabupaten Madiun Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Update Tahun Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Kebijakan dan strategi penetapan pola ruang dalam Perda nomor 9 Tahun 2011 pasal 20 dalam RTRW Kabupaten Madiun meliputi : a. kebijakan dan strategi kawasan lindung; dan b. kebijakan dan strategi kawasan budidaya. Sedangkan kebijakan dan strategi kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 di jabarkan lagi dalam pasal 28 meliputi : a. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan hutan produksi; b. kebijakan dan strategi kawasan hutan rakyat; c. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertanian; d. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan perkebunan; e. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan perikanan; f. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertambangan; 30

37 g. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan industri; h. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pariwisata; i. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan permukiman; dan j. kebijakan dan strategi kawasan peruntukan lainnya; Sedangkan untuk mendukung lahan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten Madium telah mencantumkan dalam kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertanian yang dijabarkan pada pasal 31 meliputi : (1) Kebijakan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam pasal 28 huruf c, meliputi : a. pertahanan luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Madiun sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sekaligus mempertahankan Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Provinsi Jawa Timur; b. peningkatan luasan lahan pertanian melalui pengelolaan dan pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; dan c. pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan masyarakat. (2) Strategi pertahanan luasan lahan sawah beririgasi teknis di Kabupaten Madiun sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan sekaligus mempertahankan Kabupaten Madiun sebagai lumbung padi di Provinsi Jawa Timur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, meliputi : a. menetapkan peraturan daerah yang mengatur ketentuan alih fungsi lahan sawah beririgasi teknis; b. memberikan insentif pada lahan yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak boleh alih fungsi untuk peruntukan lain; c. meningkatkan sawah setengah teknis atau sederhana menjadi lahan sawah irigasi teknis pada kawasan lain sebagai pengganti lahan yang beralih fungsi di kawasan perkotaan, sehingga sehingga secara keseluruhan luas sawah beririgasi teknis tidak berkurang; dan d. memisahkan fungsi saluran irigasi dengan drainase dan menghindari penggunaan bangunan sepanjang saluran irigasi. (3) Strategi peningkatan luasan lahan pertanian melalui pengelolaan dan pengembangan jaringan sarana dan prasarana sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, meliputi : a. mengelola dan membangun jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; b. mengelola daerah aliran sungai untuk mempertahankan vegetasi dan mencegah sedimentasi sungai, jaringan sarana dan prasarana sumber daya air; dan c. mempertahankan dan mengendalikan kawasan resapan air sebagai kawasan penyimpan cadangan air tanah. (4) Strategi pengembangan kawasan pertanian yang produktif melalui sistem agropolitan yang ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil produksi dan kesejahteraan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, meliputi : a. meningkatan fungsi sawah beririgasi setengah teknis atau sederhana secara bertahap menjadi sawah beririgasi teknis; 31

38 b. meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil pertanian melalui diversifikasi pertanian; c. mengembangkan lumbung desa; dan d. mengembangkan sistem pemasaran sampai ekspor hasil produk pertanian. Dalam Perda nomor 9 Tahun 2011 juga diatur rencana pengembangan pola ruang wilayah menggambarkan rencana sebaran kawasan lindung dan kawasan budidaya sesuai dengan pasal 59. Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan budi daya dijabarkan lagi pada pasal 67, meliputi : a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan hutan rakyat; c. kawasan peruntukan pertanian; d. kawasan peruntukan perkebunan; e. kawasan peruntukan perikanan; f. kawasan peruntukan pertambangan; g. kawasan peruntukan industri; h. kawasan peruntukan pariwisata; i. kawasan peruntukan permukiman; dan j. kawasan peruntukan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kawasan peruntukan pertanian dalam pengembangan pertanian di Kabupaten Madiun dijabarkan lagi dalam pasal 70 meliputi : (1) Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam pasal 67 huruf c meliputi pertanian lahan beririgasi, pertanian lahan tidak beririgasi, dan hortikultura. (2) Kawasan pertanian lahan beririgasi seluas kurang lebih ha meliputi sawah irigasi teknis, sawah irigasi setengah teknis, sawah irigasi sederhana, dan sawah irigasi desa (irigasi non PU) yang terdapat di seluruh kecamatan, serta sawah tadah hujan yang tersebar di Kecamatan Dolopo, Dagangan, Wungu, Kare, Gemarang, Saradan, Pilangkenceng, Mejayan, Wonoasri, Balerejo dan Madiun. (3) Kawasan pertanian tidak beririgasi berupa tegal/kebun/ladang tersebar di seluruh kecamatan, dengan luas keseluruhan kurang lebih ha. (4) Kawasan pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) yang ditetapkan sebagai kawasan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan seluas kurang lebih ,4 ha. (5) Kawasan hortikultura merupakan kawasan komoditi buah-buahan dan sayuran. Kawasan hortikultura tersebar di seluruh kecamatan. Luas keseluruhan kawasan hortikultura kurang lebih ha. 32

39 Peta 2.13 Peta Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Madiun Tahun Sumber RTRW Kabupaten Madiun Tahun Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Madiun melalui Perda No 9 Tahun 2011 ini telah menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas, yaitu seluas kurang lebih ,4 (dua puluh satu ribu lima ratus delapan puluh tujuh) hektar ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten Madiun, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasinya Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Madiun Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel No Tabel 2.25 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Madiun 1 Kawasan Lindung Luas (ha) a Hutan Lindung 5.314,00 2 Kawasan Budidaya Kawasan dalam RTW b Hutan Rakyat 5.641,78 c Hutan Produksi ,92 d Pemukiman/ Pekarangan/ Bangunan ,72 e Industri 64,90 f Kawasan Meliter 87,26 g PLTA 33,98 h TPA 6,00 i Kolam/ Empang/ Waduk 195,72 j Ladang/ Kebun Campur 3.558,06 k Semak Belukar 237,16 l Perkebunan 1.043,44 m Peternakan 33,36 n Sawah Irigasi ,09 o Sawah Tadah Hujan 1.870,86 p Lain - lain 1.922,74 Sumber Data : Perda Kabupaten Madiun Nomor 9 Tahun

40 2.5 Kabupaten Gowa (Provinsi Sulawesi Selatan) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Wilayah Kabupaten Gowa terletak pada sampai Lintang Selatan dan sampai Bujur Timur. Berdasarkan perhitungan dari data citra landsat, luas wilayah Kabupaten Gowa adalah sekitar 1.809,7 km 2 terdiri dari 18 Kecamatan (Bajeng, Bajeng Barat, Barombong, Biringbulu, Bontolempangan, Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bungaya, Manuju, Pallangga, Parangloe, Parigi, Pattallassang, Sombaopu, Tinggimoncong, Tombolopao dan Tompobulu). Perhitungan dari data citra landsat, Kabupaten Gowa berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain dengan batas wilayahnya sebagai berikut: Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar. Berdasarkan pada Administrasi Kabupaten Gowa secara spasial disajikan pada Peta Peta 2.14 Peta Administrasi Wilayah Kabupaten Gowa Lereng dan topografi merupakan salah satu faktor penentu utama penggunaan lahan, termasuk untuk pengembangan komoditi pertanian. Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Kabupaten Gowa memiliki iklim yang cukup bervariasi, terutama dilihat dari suhu. Ini dimungkinkan karena variasi ketinggian tempat wilayah kabupaten ini, berkisar dari 0 sampai m dari permukaan laut. Tipe iklim (Oldeman dan Sjarifuddin, 1977) diwilayah Kabupaten Gowa termasuk C2, C3, D3 dan D4. Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125 C. 34

41 Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan Penggunaan Lahan Eksisting Kabupaten Gowa merupakan daerah agraris, hal ini dapat ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang dipergunakan untuk sawah, yaitu sekitar 21,02 % dari seluruh luas lahan yang ada di Kabupaten Gowa. Luas lahan sawah pada tahun 2007 sebesar Ha, dan yang menggunakan irigasi mencapai 27,37 %, untuk lebih jelasnya sebagaimana pada Tabel 2.26 berikut: Tabel 2.26 Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa Tahun 2007 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) % 1 Hutan Sekunder 15, Hutan Tanaman 7, Semak Belukar 15, Perkebunan Kebun Campuran 98, Pertanian Lahan Kering 2, Sawah 38, Padang Rumput Pemukiman 1, Tubuh Air 1, Tambak Blank Total Sumber: Sistim Informasi Lahan 2007 Kab. Gowa 181, Kependudukan Dilihat dari jumlah penduduk, Kabupaten Gowa termasuk kabupaten terbesar ketiga di Provinsi Sulawesi Selatan setelah Kota Makassar dan Kabupaten Bone. Berdasarkan hasil Susenas 2007, penduduk Kabupaten Gowa tercatat sebesar jiwa. Pada Tahun 2006 jumlah penduduk mencapai jiwa, sehingga penduduk pada Tahun 2007 bertambah sebesar 1,43%. Persebaran penduduk di Kabupaten Gowa pada 18 kecamatan bervariasi. Hal ini terlihat dari kepadatan penduduk per kecamatan yang masih sangat timpang. Untuk wilayah Somba Opu, Pallangga, Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bajeng dan Bajeng Barat, yang wilayahnya hanya 11,42% dari seluruh wilayah Kabupaten Gowa, dihuni oleh sekitar 54,45% penduduk Gowa. Sedangkan wilayah Kecamatan Bontomarannu, Pattallassang, Parangloe, Manuju, Barombong, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu, yang meliputi sekitar 88,58% wilayah Gowa hanya dihuni oleh sekitar 45,55% penduduk Gowa. Keadaan ini tampaknya sangat dipengaruhi oleh faktor keadaan geografis daerah tersebut. Bila dilihat dari kelompok umur, penduduk anak-anak (usia 0-14 tahun) jumlahnya mencapai 31,12%, sedangkan penduduk usia produktif mencapai 35

42 63,18% dan penduduk usia lanjut terdapat 5,70% dari jumlah penduduk di Kabupaten Gowa. Dilihat dari jenis kelamin, maka dari total jumlah penduduk Kabupaten Gowa, terdapat atau 49,45% laki-laki dan atau 50,55% perempuan. Dengan demikian, secara keseluruhan penduduk laki-laki di Kabupaten Gowa jumlahnya lebih sedikit dari jumlah penduduk perempuan seperti yang tampak pada rasio jenis kelamin penduduk yang mencapai 98 artinya ada sejumlah 98 penduduk laki-laki di antara 100 penduduk perempuan. Indikator kependudukan Kabupaten Gowa tahun sebagaimana pada tabel Tabel 2.27 Indikator Kependudukan Kabupaten Gowa Tahun Indikator Jumlah Penduduk (000 Jiwa) 594, ,317 Pertumbuhan Penduduk (%) Kepadatan Penduduk (jiwa/km2) Sex Ratio (%) Jumlah Rumah Tangga (000 ruta) 136, ,704 Rata-rata ART (Jiwa/ruta) 4 4 Sumber: Gowa Dalam Angka, Sektor Pertanian Potensi Kabupaten Gowa yang sesungguhnya adalah sektor pertanian. Pekerjaan utama penduduk Kabupaten Gowa adalah bercocok tanam dengan sub sektor pertanian tanaman pangan sebagai andalan. Pada tahun 2009, Sektor pertanian tumbuh sebesar 5,23 persen, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan positif ini tidak lepas dari peran sub sektor-sub sektor di dalamnya seperti Sub sektor tanaman bahan pangan mengalami pertumbuhan sebesar 5,29 persen, hal ini disebabkan produksi tanaman padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu dan tanaman bahan makanan lainnya mengalami kenaikan. Pada Tahun 2009 produksi padi (padi sawah dan padi ladang) mengalami kenaikan sekitar 14,18 persen dibandingkan dengan Tahun 2008, yaitu dari ton menjadi ton, walaupun luas panen menurun 1,61 persen. Dilihat dari sisi produktivitas dan jenis padinya, produktivitas padi sawah sebesar 52,72 kwintal/ha, sedangkan produktivitas padi ladang 39,77 kwintal/ha. Kecamatan-kecamatan yang berada di dataran tinggi seperti Parangloe, Bungaya dan terutama Tinggi moncong merupakan sentra penghasil sayur-mayur. Sayuran yang paling banyak dibudidayakan adalah kentang, kubis, sawi, bawang daun dan buncis. Per tahunnya hasil panen sayur-sayuran melebihi ton. Sayuran dari Kabupaten Gowa mampu memenuhi pasar Kota Makassar dan sekitarnya, bahkan sampai ke Pulau Kalimantan dan Maluku melalui Pelabuhan Parepare dan Pelabuhan Mamuju. 36

43 2.5.2 Pemetaan Lahan Sawah dalam Audit Lahan 2012 Pada tahun 2012 Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di luar Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Untuk luas lahan sawah di Kabupaten Gowa dapat dilihat pada Tabel 2.28 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta Tabel 2.28 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Gowa Hasil Audit Lahan Tahun 2012 No Kecamatan Irigasi Tadah Hujan 1 BAJENG BAJENG BARAT BANGKALA BAROMBONG BIRINGBULU BONTOLEMPANGAN BONTOMARANNU BONTONOMPO BONTONOMPO SELATAN BONTORAMBA BUNGAYA GALESONG GALESONG SELATAN GALESONG UTARA KELARA MANGGALA MANUJU MAPPAKASUNGGU MONCONGLOE PALLANGGA PARANGLOE PARIGI PATTALLASSANG POLOMBANGKENG UTARA RUMBIA SANROBONE SINJAI BARAT SOMBA OPU TAMALATE TINGGIMONCONG TOMBOLO PAO TOMPOBULU TURATEA 1 1 Jumlah Jenis Sawah Total Peta 2.15 Peta Lahan Sawah Kabupaten Gowa Sumber : Data Spasial Pemetaan Lahan Sawah Tahun

44 Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 15 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa tahun yang s a l a h s a t u Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Gowa dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budi daya. Pada pasal 31 dalam Perda No. 15/2012 telah ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Gowa meliputi : a. Kawasan lindung; dan b. Kawasan budidaya Kawasan budidaya sebagaimana dimaksud diatas dijabarkan pada pasal 46 yang terdiri dari : a. kawasan peruntukkan hutan produksi; b. kawasan peruntukkan pertanian; c. kawasan peruntukkan perikanan; d. kawasan peruntukkan pertambangan; e. kawasan peruntukkan industri; f. kawasan peruntukkan pariwisata; g. kawasan peruntukkan permukiman; dan h. kawasan peruntukkan lainnya. Sedangkan kawasan peruntukan pertanian berdasarkan pasal 46 point b, dijabarkan dalam pasal 48 antara lain sebagai berikut : (1) Kawasan peruntukan pertanian di Kabupaten Gowa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 huruf b, terdiri atas: a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan; b. Kawasan peruntukan pertanian holtikultura; c. Kawasan peruntukan perkebunan; dan d. Kawasan peruntukan peternakan. (2) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, terdiri atas: a. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah dengan luas Ha (tiga puluh tiga ribu dua ratus lima puluh satu hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bajeng, sebagian wilayah Kecamatan Bajeng Barat, sebagian wilayah Kecamatan Barombong, sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontolempangan, sebagian wilayah Kecamatan Bontomarannu, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Manuju, sebagian wilayah Kecamatan Pallangga, sebagian wilayah Kecamatan Parangloe, sebagian wilayah Kecamatan Parigi, sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang, sebagian wilayah Kecamatan Somba Opu, sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; dan 38

45 b. Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan kering dengan luas Ha (enam belas ribu empat ratus sembilan hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Bajeng, sebagian wilayah Kecamatan Bajeng Barat, sebagian wilayah Kecamatan Barombong, sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontolempangan, sebagian wilayah Kecamatan Bontomarannu, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Manuju, sebagian wilayah Kecamatan Pallangga, sebagian wilayah Kecamatan Parangloe, dan sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang. (3) Kawasan peruntukan pertanian hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, dengan luas Ha (dua belas ribu tiga ratus delapan puluh enam hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Parigi, sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; (4) Kawasan peruntukan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dengan luas Ha (sebelas ribu dua puluh sembilan hektar) ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Biringbulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontomarannu, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo, sebagian wilayah Kecamatan Bontonompo Selatan, sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Manuju, sebagian wilayah Kecamatan Parangloe, sebagian wilayah Kecamatan Parigi, sebagian wilayah Kecamatan Pattallassang, sebagian wilayah Kecamatan Somba Opu, sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan Tombolo Pao, dan sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu; (5) Kawasan peruntukan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, merupakan kawasan peruntukan pengembangan ternak besar ditetapkan di sebagian wilayah Kecamatan Tinggimoncong, sebagian wilayah Kecamatan Tombolo Pao, sebagian wilayah Kecamatan Tompobulu, sebagian wilayah Kecamatan Bontolempangan, sebagian wilayah Kecamatan Bungaya, sebagian wilayah Kecamatan Parigi, dan sebagian wilayah Kecamatan Manuju; (6) Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah di Kabupaten Gowa sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2) huruf a yang beririgasi teknis ditetapkan sebagian sebagai kawasan pertanian tanaman pangan berkelanjutan; dan (7) Kawasan peruntukan pertanian dan perkebunan tercantum pada Lampiran Tabel III.13 dan Lampiran III.14 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari peraturan daerah ini. 39

46 Peta 2.16 Peta Rencana Pola Ruang Kabupaten Gowa Tahun Sumber : RTRW Kabupaten Gowa Tahun Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Gowa melalui Perda No. 15 Tahun 2012 ini juga telah menetapkan sebagian luas Kawasan peruntukan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud diatas, yaitu sebagian dari peruntukan pertanian tanaman pangan lahan basah ( Ha) yang beririgasi teknis ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan berkelanjutan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten Gowa, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan tidak didapat keterangan atau informasinya Rencana Penggunaan Lahan Dalam Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Gowa Nomor 15 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa Tahun disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan sebagaimana pada Tabel Tabel 2.29 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Gowa N0. Rincian Kawasan Luas (ha) % 1 Kaw. Budidaya Agroforestry 13419,43 7,44 2 Kaw. Budidaya Hortikultura ,23 6,69 3 Kaw. Budidaya Perikanan 5,89 0,00 4 Kaw. Budidaya Perkebunan ,01 7,96 5 Kaw. B..P. Lahan Basah ,17 21,81 6 Kaw. B.P. Lahan Kering ,36 9,84 7 Kaw. Hutan Lindung ,76 13,12 8 Kaw. Hutan Produksi ,04 12,80 9 Kaw. H. Produksi Konversi 309,76 0,17 10 Kaw. H. Produksi Terbatas ,22 11,38 11 Kaw. Konservasi 3.983,77 2,21 12 Kaw. Lindung lainnya 1.783,23 0,99 13 Kaw. Perairan 4.046,54 2,24 14 Kaw. Permukiman 6.054,69 3,36 Total ,30 100,00 40

47 2.6 Kabupaten Aceh Tamiang (Provinsi Aceh) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Aceh dengan letak geografis pada posisi , ,76 Lintang Utara, , ,41 Bujur Timur. Kabupaten Aceh Tamiang berbatasan langsung dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara dan merupakan pintu gerbang memasuki Provinsi Aceh, memiliki 12 Kecamatan dan 213 Kampung. Secara geografis batasbatas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang sebagai berikut : Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara, Kabupaten Gayo Lues dan Selat Malaka; Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Timur dan Kabupaten Gayo Lues; Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Langsa dan Selat Malaka dan Kabupaten Aceh Timur; dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No.4 Tahun 2002 sebagai pembentukan wilayah Kabupaten Aceh Tamiang yaitu seluas 1.957,02 Km 2, sedangkan berdasarkan hasil perhitungan pada penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang yaitu seluas 2.215,31 Km 2 mengalami perbedaan luas sebesar 258,26 Km 2. Untuk Lebih jelasnya mengenai wilayah administrasi Kabupaten Aceh Tamiang dan perbedaan luas wilayah dapat dilihat pada Tabel 2.1 dan Peta 2.1. Tabel 2.1 Nama Kecamatan dan Luas Wilayah di Kabupaten Aceh Tamiang Berdasarkan UU RI No. 4 Tahun 2002 No. Kecamatan Ibu Kota Sumber: RTRW Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2012 Jumlah Kampung Luas (Km 2 ) 1. Banda Mulia Telaga Meuku 10 48,27 2. Bandar Pusaka Babo ,37 3. Kejuruan Muda Sungai Liput ,48 4. Kota Kualasimpang Kualasimpang 5 4,48 5. Rantau Alur Cucur 16 51,71 6. Sekerak Sekerak Kanan ,95 7. Seruway Tangsi Lama ,49 8. Tamiang Hulu Pulau Tiga 9 194,63 9. Tenggulun Simpang Kiri 5 295, Manyak Payed Tualang Cut , Bendahara Sungai Iyu , Karang Baru Karang Baru ,45 Total Menurut UU RI No. 4 Tahun ,02 41

48 Peta 2.1 Wilayah Administrasi Kabupaten Aceh Tamiang Sumber: RTRW Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Penggunaan Lahan Eksisting Kondisi penggunaan lahan di Kabupaten Aceh Tamiang berupa hutan, hutan mangrove, perkebunan, perkebunan rakyat, permukiman, pertanian lahan kering, sawah, semak/belukar, sungai, tambak, tanah terbuka/kosong. Berdasarkan penggunaan lahan tersebut didominasi oleh hutan seluas ,60 Ha atau 31,86% dari total luas wilayah Kabupaten Aceh Tamiang. Untuk lebih jelasnya mengenai penggunaan lahan dan kawasan hutan berdasarkan SK Menhut No. 170 Tahun 2000 di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Tutupan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2010 No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Hutan ,60 31,86 2. Hutan Mangrove 4.504,09 2,03 3. Perkebunan ,67 11,50 4. Perkebunan Rakyat 877,61 0,40 5. Permukiman 8.786,66 3,97 6. Pertanian Lahan Kering ,63 29,69 7. Sawah 7.485,03 3,38 8. Semak/Belukar ,24 10,41 9. Sungai 5.300,84 2, Tambak 9.502,69 4, Tanah Terbuka/kosong 177,03 0,08 Jumlah ,83 100,00 Sumber: Bappeda Kabupaten Aceh Tamiang,

49 Kependudukan Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 mengalami pertambahan sebanyak jiwa, walaupun pada tahun 2009 sampai 2010 mengalami penurunan. Rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Aceh Tamiang dari tahun 2007 hingga 2012 sebesar 2.32%. Kecamatan Kota Kualasimpang merupakan Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk tertinggi mencapai 5.14%, dan Kecamatan Tenggulun merupakan Kecamatan dengan pertumbuhan penduduk terrendah hanya mencapai 0.39%, sedangkan untuk kecamatan lainya seperti Kecamatan Manyak Payed sebesar 1.83%, Kecamatan Bendahara sebesar 1.94%, Kecamatan Karang Baru sebesar 2.73%, Kecamatan Seruway sebesar 1.87%, Kecamatan Kejuruan Muda 2.43%, Kecamatan Tamiang Hulu 2.35%, Kecamatan Rantau sebesar 2.52%, Kecamatan Banda Mulia sebesar 2.59%, Kecamatan Bandar Pusaka sebesar 2.82%, dan Kecamatan Sekerak 1.26%. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Tabel 2.3. NO Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Kecamatan Jumlah Penduduk (Tahun) Manyak Payed Bendahara Karang Baru Seruway Kota Kualasimpang Kejuruan Muda Tamiang Hulu Rantau Banda Mulia Bandar Pusaka Tenggulun Sekerak JUMLAH Sumber : BPS dan Dinas Kependudukan dan Catatan SipilKabupaten Aceh Tamiang, Kepadatan penduduk di Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan luas batas administratif rata-rata hanya mencapai 1 Jiwa/Ha, sedangkan berdasarkan luas kawasan permukiman kepadatan penduduknya mencapai 33 jiwa/ha. Pada tahun 2012 kepadatan penduduk berdasarkan luas administratif terdapat di Kecamatan Kota Kualasimpang dengan kepadatan mencapai 82 Jiwa/Ha dikarenakan luas Kecamatan Kota Kualasimpang merupakan luas terkecil di Kabupaten Aceh Tamiang. Dan untuk kepadatan penduduk berdasarkan luas kawasan permukiman pada tahun 2012 Kecamatan Kota Kualasimpang masih merupakan wilayah terpadat dengan kepadatan mencapai 103 Jiwa/Ha walaupun luas kawasan permukimannya terkecil kedua dari luas kawasan 43

50 permukiman Kecamatan Sekerak yang hanya mencapai 167 Hektar. Dengan dasar hal tersebut di atas untuk Kecamatan Kota Kualasimpang dimungkinkan untuk mengalami perluasan wilayah dengan asumsi kepadatan yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainya yang terdapat di Kabupaten Aceh Tamiang Sektor Pertanian Pembangunan ekonomi sektor pertanian adalah untuk meningkatkan produksi pertanian dan bertujuan meningkatkan pendapatan petani yang sebagian besar berada di daerah pedesaan. Pertumbuhan dan perkembangan padi sawah di Kabupaten Aceh Tamiang menurut hasil pantauan tim survei memang sangat memprihatinkan terutama pada musim kemarau yang menyebabkan tanah sangat keras dan pecah-pecah. Subsektor tanaman pertanian yang mengalami perkembangan justru terjadi pada tanaman kedelai, kacang tanah dan kacang hijau. Namun dengan demikian produksi padi sawah di Kabupaten Aceh Tamiang berdasarkan data BPS tahun 2011 hampir mencapai target produktivitas nasional sebesar 6 (enam) ton per hektar bahkan untuk Kecamatan Karang Baru produktifitas padi sawah mencapai 8 (delapan) ton/hektar. Untuk lebih jelasnya mengenai produksi padi di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Tabel 2.4. Tabel 2.4 Luas dan Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tamiang, Tahun 2010 No Nama Kecamatan Luas Tanaman (Ha) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/Ha) 1. Tamiang Hulu ,0 5,00 2. Bandar Pusaka ,0 5,00 3. Kejuruan Muda ,7 5,70 4. Tenggulun ,930,0 6,00 5. Rantau ,0 5,40 6. Kota Kuala Simpang Seuruway ,0 5,10 8. Bendahara ,4 5,10 9. Banda Mulia ,2 5, Karang Baru ,0 8, Sekerak ,0 2, Manyak Payed ,0 6,80 Jumlah ,3 6,11 Sumber : BPS Kabupaten Aceh Tamiang, Pemetaan Lahan Sawah Audit Lahan 2012 Pada tahun 2012 Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan Tahun 2012 yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di Luar Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi dan menengah. Luas lahan sawah di Kabupaten Aceh Tamiang dapat dilihat pada Peta 2.2 berikut: 44

51 Peta 2.2 Peta Lahan Sawah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Sesuai dengan Perda nomor 14 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang tahun yang salah satu Kebijakan dan strategi penataan ruang Kabupaten Aceh Tamiang dalam pengembangan infrastruktur wilayah guna mendukung kehidupan sosial ekonomi masyarakat dalam menjamin ketersediaan pangan Nasional adalah dengan pengembangan kawasan budidaya. Dalam pasal 22 ayat 1 ditetapkan rencana pola ruang wilayah Kabupaten Aceh Tamiang terdiri atas: a. Kawasan lindung; b. Kawasan budidaya; dan c. Pola ruang laut Kawasan Budidaya Kabupaten Aceh Tamiang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1) huruf b terdiri atas: a. Kawasan peruntukan hutan produksi; b. Kawasan peruntukan hutan rakyat; c. Kawasan peruntukan pertanian; d. Kawasan peruntukan perikanan; e. Kawasan peruntukan pertambangan; f. Kawasan peruntukan industri; g. Kawasan peruntukan pariwisata; h. Kawasan peruntukan permukiman; dan i. Kawasan peruntukan lainnya. Dalam Pasal 34 dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 huruf c terdiri atas tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan. Adapun tanaman pangan sebagaimana dimaksud meliputi pertanian lahan basah, pertanian lahan kering; dan Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B). Pertanian lahan basah sebagaimana dimaksud, meliputi area seluas kurang lebih 6.093,41 Ha, terdapat di Kecamatan Banda Mulia, seluas 1.119,00 Ha; 45

52 Kecamatan Bandar Pusaka, seluas 69,07 Ha; Kecamatan Bendahara, seluas 901,39 Ha; Kecamatan Karang Baru, seluas 214,25 Ha; Kecamatan Kejuruan Muda, seluas 223,61 Ha; Kecamatan Manyak Payed, seluas 1.242,09 Ha; Kecamatan Rantau, seluas 639,48 Ha; Kecamatan Sekerak, seluas 10,79 Ha, Kecamatan Seruway seluas 696,52 Ha, Kecamatan Tamiang Hulu, seluas 129,26 Ha, Kecamatan Tenggulun, seluas 261,18 Ha dan`kecamatan Kota Kualasimpang, seluas 2,97 Ha. Sedangkan pertanian lahan kering sebagaimana dimaksud, meliputi area seluas kurang lebih ,23 Ha, terdapat di Kecamatan Banda Mulia seluas 399,88 Ha, Kecamatan Bandar Pusaka seluas 9.780,74 Ha, Kecamatan Bendahara seluas 1.209,65 Ha, Kecamatan Karang Baru seluas 3.105,47 Ha, Kecamatan Kejuruan Muda, seluas 7.728,77 Ha, Kecamatan Kota Kualasimpang seluas 382,52 Ha, Kecamatan Manyak Payed seluas 5.451,37 Ha, Kecamatan Rantau seluas 4.095,71 Ha, Kecamatan Sekerak seluas 6.539,54 Ha, Kecamatan Seruway seluas 2.287,83 Ha, Kecamatan Tamiang Hulu seluas ,94 Ha, dan Kecamatan Tenggulun seluas 8.269,81 Ha. Rencana kawasan budidaya Kabupaten Aceh Tamiang sebagaimana pada peta 2.3. Peta 2.3 Rencana Kawasan Budidaya Kabupaten Aceh Tamiang Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tamiang dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah nya pada Pasal 34 Ayat 5 secara khusus juga telah menetapkan tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (PLP2B) sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b seluas 885,31 Ha, meliputi: a. Kecamatan Manyak Payed meliputi Kampung Pahlawan, Kampung Kasih Sayang, Kampung Meurandeh, Kampung Meunasah Paya, Kampung Mesjid seluas 476,43 Ha; b. Kecamatan Manyak Payed meliputi Kampung Lueng Manyo, Kampung Matang Cincin seluas 211,12 Ha; dan c. Kecamatan Bendahara meliputi Kampung Rantau Pakam seluas 196,83 Ha. Untuk jelasnya dapat dilihat pada peta 2.4 sebagaiberikut : 46

53 Peta 2.4 Rencana PLP2B Kabupaten Aceh Tamiang Rencana Penggunaan Lahan Dalam rencana pola ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Perda nomor 14 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang tahun disampaikan pula rencana penggunaan lahan sebagaimana pada peta berikut : Peta 2.5 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Aceh Tamiang 47

54 2.7 Kabupaten Ngawi (Provinsi Jawa Timur) Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Kabupaten Ngawi terletak di wilayah barat Provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah. Luas wilayah Kabupaten Ngawi adalah 1.298,58 kilometer persegi, sebesar 40 persen atau 506,6 kilometer persegi adalah lahan sawah. Secara administrasi wilayah ini terbagi ke dalam 19 kecamatan dan 217 desa (empat diantaranya adalah kelurahan). Secara geografis Kabupaten Ngawi terletak pada posisi 70⁰21-70⁰31 Lintang Selatan dan 110⁰10 111⁰40 bujur timur. Topografi wilayah ini merupakan dataran tinggi dan dataran rendah. Tercatat empat kecamatan terletak pada dataran tinggi, yaitu Ngrambe, Sine, Jogorogo, Kendal yang terletak di kaki Gunung Lawu. Adapun batas administratif Kabupaten Ngawi adalah sebagai berikut. Sebelah Utara : Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora (Provinsi Jawa Tengah) dan Kabupaten Bojonegoro. Sebelah Timur : Kabupaten Madiun. Sebelah Selatan : Kabupaten Madiun dan Kabupaten Magetan. Sebelah Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sragen (Jawa Tengah). Melihat dari letaknya, Kabupaten Ngawi merupakan salah satu pintu gerbang antara Provinsi Jawa Tengah dengan Provinsi Jawa Timur, sehingga perkembangan wilayah ini dipengaruhi oleh kedua provinsi itu. Dilihat dari lokasi, Kabupaten Ngawi memiliki potensi yang sangat strategis. Wilayah Kabupaten Ngawi terbagi menjadi dua dataran seperti uraian di bawah ini. a. Dataran rendah, adapun wilayah di Kabupeten Ngawi yang terletak di dataran rendah adalah Kecamatan Geneng, Kecamatan Gerih, Kecamatan Kwadungan, Kecamatan Pangkur, Kecamatan Karangjati, Kecamatan Beringin, Kecamatan Padas, Kecamatan Kasreman, Kecamatan Ngawi, Kecamatan Paron, Kecamatan Kedunggalar, Kecamatan Pitu, Kecamatan Widodaren, Kecamatan Mantingan, Kecamatan Karanganyar. b. Dataran tinggi, adapun wilayah di Kabupeten Ngawi yang terletak di dataran tinggi adalah Kecamatan Ngrambe, Kecamatan Sine, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Kendal. Melihat keadaan alam yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan daerah tersebut sebagai salah satu jalur pintu masuk ke wilayah Provinsi Jawa Timur dari Provinsi Jawa Tengah ataupun juga sebaliknya. Kabupaten Ngawi memiliki potensi sebagai daerah transit dan juga sebagai daerah pintu gerbang di Provinsi Jawa Timur ke Jawa Tengah ataupun juga sebaliknya. Dengan posisi Kabupaten Ngawi yang banyak terdapat pada daerah dataran rendah, maka Kabupaten Ngawi memiliki potensi sebagai penyaring barang dan jasa yang akan memasuki wilayah Jawa Timur dan daerah Kabupaten Ngawi memiliki potensi sebagai daerah transit. 48

55 Peta 2.9 Peta Administrasi Kabupaten Ngawi Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi Tahun Kependudukan Demografi atau kependudukan merupakan ilmu yang melukiskan proses perubahan penduduk satu negara atau wilayah dalam suatu jangka waktu tertentu. Demografi ini menjadi faktor utama dalam sebuah perencanaan. Untuk mendapatkan perkembangan jumlah penduduk membutuhkan pencatatan dari waktu ke waktu yang dilakukan secara periodik. Jumlah penduduk Kabupaten Ngawi setiap tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2011 jumlah penduduk Kabupaten Ngawi sebesar jiwa. untuk lebih jelasnya tentang jumlah penduduk di Kabupaten Ngawi dapat dilihat di Tabel dibawah ini. Tabel 2.9 Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Rasio Jenis Kelamin 2011 No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah Rasio Jenis 1 Sine ,44 2 Ngrambe ,94 3 Jogorogo ,4 4 Kendal ,67 5 Geneng ,72 6 Gerih ,5 7 Kwadungan ,6 8 Pangkur ,05 9 Karangjati ,29 10 Bringin ,08 11 Padas ,1 12 Kasreman ,25 13 Ngawi ,78 14 Paron ,2 15 Kedunggalar ,09 16 Pitu ,06 17 Widodaren ,12 18 Mantingan ,18 19 Karanganyar ,55 Jumlah Total Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007 Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka, , , , , ,67 49

56 Tabel 2.10 Kepadatan Penduduk Akhir Tahun 2011 No. Kecamatan Luas Daerah (Km²) Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km²) 1 Sine 80, Ngrambe 57, Jogorogo 65, Kendal 84, Geneng 52, Gerih 34, Kwadungan 30, Pangkur 29, Karangjati 66, Bringin 62, Padas 50, Kasreman 31, Ngawi 70, Paron 101, Kedunggalar 129, Pitu 56, Widodaren 92, Mantingan 62, Karanganyar 138, Jumlah 1295, Tahun , Tahun , Tahun , Tahun , Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka, Sektor Pertanian Luas lahan pertanian tahun 2011 mencapai 56 persen dari luas wilayah Kabupaten Ngawi. Hal ini menggambarkan sektor pertanian merupakan sektor andalan bagi penduduk Ngawi. Produksi padi mengalami penurunan dari ton tahun 2010 menjadi ton tahun 2011 yang berarti mengalami penurunan 17,85 persen, data sebagaimana tabel dibawah ini. Penurunan produksi padi terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir. No. Tabel 2.11 Luas Lahan Sawah dan Bukan Lahan Sawah Kecamatan Lahan Sawah Bukan Lahan Sawah Jumlah 1 Sine Ngrambe Jogorogo Kendal Geneng Gerih Kwadungan Pangkur Karangjati Bringin Padas Kasreman Ngawi Paron Kedunggalar Pitu Widodaren Mantingan Karanganyar Jumlah Tahun Tahun Tahun Tahun Sumber : Kabupaten Ngawi Dalam Angka,

57 No. Tabel 2.12 Luas Panen dan Produksi Tanaman Pangan Kecamatan Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 1 Sine Ngrambe Jogorogo Kendal Geneng Gerih Kwadungan Pangkur Karangjati Bringin Padas Kasreman Ngawi Paron Kedunggalar Pitu Widodaren Mantingan Karanganyar Jumlah Tahun 2010 Tahun 2009 Tahun 2008 Tahun 2007 Padi Jagung Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Ngawi Pemetaan Lahan Sawah Audit Lahan 2010 Pada tahun 2010 Pusat Data dan Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan Tahun 2010 yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Luas lahan sawah di Kabupaten Ngawi dapat dilihat pada Tabel 2.13 dan berdasarkan spasial sebagaimana pada Peta 2.10 sebagai berikut : Tabel 2.13 Luas Lahan Sawah di Kabupaten Ngawi Hasil Audit Lahan Tahun 2010 NO KECAMATAN (ha) % (ha) % 1 Sine , Ngrambe , Jogorogo , Kendal , Geneng , Gerih Kwadungan , Pangkur , Karangjati , Bringin , Padas , Kasreman Ngawi , Paron , ,23 15 Kedunggalar , ,81 16 Pitu 414 0, ,42 17 Widodaren , ,49 18 Mantingan , ,81 19 Karanganyar Jumlah LUAS JENIS SAWAH PUSDATIN Irigasi Non Irigasi Jumlah Total Sumber : Pusdatin

58 Peta 2.10 Peta Lahan Sawah Kabupaten Ngawi Sumber : Pusdatin Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Kebijakan pola ruang wilayah dalam Perda nomor 10 Tahun 2011 pasal 26 dalam RTRW Kabupaten Ngawi meliputi : a. Pola ruang untuk kawasan lindung b. Pola ruang untuk kawasan budidaya Kebijakan kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 dijabarkan lagi dalam pasal 27 meliputi : a. Kawasan hutan lindung b. Kawasan yang memberi perlindungan terhadap kawasan bawahannya c. Kawasan perlindungan setempat d. Kawasan pelestarian alam dan cagar budaya e. Kawasan rawan bencana alam, dan f. Kawasan lindung geologi Sedangkan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 dijabarkan lagi dalam pasal 35 meliputi : a. Kawasan peruntukan hutan produksi b. Kawasan peruntukan pertanian c. Kawasan peruntukan perkebunan d. Kawasan peruntukan perikanan e. Kawasan peruntukan pertambangan f. Kawasan peruntukan industri g. Kawasan peruntukan pariwisata h. Kawasan peruntukan permukiman i. Kawasan peruntukan lainnya, dan j. Kawasan pertahanan dan keamanan 52

59 Sedangkan untuk mendukung lahan pertanian pangan berkelanjutan Kabupaten Ngawi telah mencantumkan dalam kebijakan dan strategi kawasan peruntukan pertanian yang dijabarkan pada pasal 37 meliputi : a. Kawasan peruntukan pertanian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 huruf b meliputi: kawasan pertanian pangan berkelanjutan, tegalan (tanah ladang), lahan kering, dan hortikultura. b. Kawasan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak pada bagian Selatan, Tengah, Timur dan barat dengan luas kurang lebih ha. c. Kawasan tegalan (tanah ladang) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak di seluruh kecamatan terutama pada daerah yang kurang mendapatkan air dan mengandalkan air hujan (tadah hujan). d. Kawasan lahan kering sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak pada beberapa kecamatan di wilayah bagian Timur dan Utara dengan luas kurang lebih ha. e. Kawasan holtikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terletak di Kecamatan Kendal, Sine, Ngrambe dan Jogorogo Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Ngawi melalui Perda No. 11 tahun 2012 ini telah menetapkan Undang-Undang mengenai Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan. Luas lahan pertanian pangan berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 ayat 4 telah menetapkan seluas Ha dan tersebar dalam 19 (sembilan belas) wilayah Kecamatan. Dari data spasial yang diperoleh pada RTRW Kabupaten Ngawi, mengenai kawasan mana yang ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan tidak didapatkan keterangan atau informasinya Rencana Penggunaan Lahan Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam peraturan daerah Kabupaten Ngawi No. 10 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupten Ngawi Tahun Disamping itu disampaikan pula rencana luas penggunaan lahan tahun sebagaimana pada tabel 2.14 Tabel 2.14 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi Tahun I Kawasan Lindung Arca Banteng 277 Benteng Van Den Bosch 56 Bumi Perkemahan Selondo 490 Candi Pendem Hutan Lindung Museum Trinil 271 Sempadan Sungai Besar Sempadan Sungai Kecil 557 Sempadan Waduk 573 Sungai 840 Waduk Dero 119 Waduk Kedung Bendo 32 Waduk Pondok 509 II Kawasan Budidaya Kawasan Industri Perkebunan Permukiman Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan

60 Peta 2.11 Rencana Penggunaan Lahan Kabupaten Ngawi 2.8 Kabupaten Donggala Gambaran Umum Wilayah Letak dan Administrasi Wilayah Secara geografis Kabupaten Donggala terletak di antara 0º 30 LU dan 2º 20 LS, dan 119º º 45 BT. Perbatasan wilayah kabupaten Donggala adalah: Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Parigi Moutong, Sigi, dan Kota Palu. Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar dan wilayah Provinsi Sulawesi Barat, Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toli-Toli, dan Sebelah Selatan berbatasan dengan Propinsi Sulawesi Barat, Kabupaten Sigi dan Kota Palu, Secara administratif, Kabupaten Donggala terbagi atas 16 kecamatan, 141 desa dan 9 kelurahan dengan luas wilayah 5.275,69 Km 2. Kondisi topografis Kabupaten Donggala sangat bervariasi dengan kelerengan yang beragam. Puncak tertinggi pada kawasan tenggara kabupaten dengan ketinggian di atas ± 700 m dari permukaan laut Kependudukan Penduduk Kabupaten Donggala Tahun 2011 mencapai jiwa, yang terdiri dari jiwa penduduk laki-laki dan jiwa penduduk perempuan. Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk kepadatan penduduk juga mengalami peningkatan. Hingga akhir Tahun 2011 kepadatan penduduk rata-rata mencapai 54 jiwa/km Sektor Pertanian Pembangunan di bidang ekonomi yang dilakukan pemerintah dalam tahapan pembangunan yang dilaksanakan diarahkan pada sektor industri dengan 54

61 didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Perkembangan di sektor pertanian menjadi lebih penting Lagi disebabkan jumlah penduduk yang berusaha di bidang pertanian masih sangat besar. Gambaran mengenai keadaan pertanian di Kabupaten Donggala yang menyangkut luas lahan yang digunakan, luas panen serta produksinya disajikan pada bab ini. Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor yaitu : a. Subsektor pertanian tanarnan pangan. b. Subsektor perkebunan c. Subsektor kehutanan d. Subsektor peternakan e. Subsektor perikanan Luas tanam padi pada tahun 2011 mencapai ha yang terdiri dari ha padi sawah dan 546 ha padi ladang. Sementara itu pada periode yang sama terjadi panen seluas ha yang terdiri dari padi sawah seluas ha dan padi ladang mencapai 532 ha. Produktivitas tanaman padi pada tahun 2011 sebesar 46,55 kuintal/ha dengan produksi sebesar ton. Bila dilihat menurut bulan diketahui bahwa luas panen padi sawah terluas pada bulan Mei yang mencapai ha, sedangkan produksi terbesar pada bulan yang sama yakni sebesar ton. Jumlah produksi pada Tahun 2011 sebanyak ton. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 2.15 Produksi dan Produktifitas Padi Kabupaten Donggala Tahun Pemetaan Lahan Sawah Audit Lahan 2012 Pada tahun 2012 Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Kementerian Pertanian telah melaksanakan Audit Lahan yaitu melakukan Pemetaan Lahan Sawah di luar Pulau Jawa dengan menggunakan data citra satelit resolusi tinggi. Untuk luas lahan sawah di Kabupaten Donggala dapat dilihat pada peta berikut. 55

62 Peta 2.12 Lahan Sawah Kabupaten Donggala Peta 2.13 Citra Lahan Sawah Kabupaten Donggala Kebijakan Terkait Sektor Pertanian Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Penetapan Kawasan Pertanian Dalam Rencana Pola Ruang Wilayah Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala Tahun , menetapkan pada Pasal 17 bahwa Kawasan Budidaya di Kabupaten Donggala terdiri dari: a. kawasan peruntukan hutan produksi; b. kawasan peruntukan pertanian; c. kawasan peruntukan perikanan; d. kawasan peruntukan pertambangan; e. kawasan peruntukan industri; f. kawasan peruntukan pariwisata; g. kawasan peruntukan permukiman; dan h. kawasan peruntukan lainnya. 56

63 Dalam Pasal 28 dijelaskan bahwa Kawasan Peruntukan Pertanian terdiri atas: a. kawasan peruntukan tanaman pangan; b. kawasan peruntukan hortikultura; c. kawasan peruntukan perkebunan; dan d. kawasan peternakan. Selanjutnya kawasan peruntukan tanaman pangan meliputi: a. lahan sawah yang ditetapkan juga sebagai lahan pangan pertanian berkelanjutan dengan luas kurang lebih ha meliputi : Kecamatan Tanantovea 105 ha, Kecamatan Sojol Utara ha, Kecamatan Sojol ha, Kecamatan Sirenja ha, Kecamatan Sindue Tobata 153 ha, Kecamatan Sindue Tombusabora 45 ha, Kecamatan Sindue 715 ha, Kecamatan Rio Pakava 471 ha, Kecamatan Pinembani 66 ha Kecamatan Labuan 261 ha, Kecamatan Damsol ha, Kecamatan Banawa Tengah 55 ha, Kecamatan Banawa Selatan 900 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung 53 ha, Kecamatan Balaesang ha; b. tegalan (pertanian lahan kering) luas kurang lebih ha, meliputi Kecamatan Balaesang ha, Kecamatan Balaesang Tanjung ha, Kecamatan Banawa ha, Kecamatan Banawa Selatan ha, Kecamatan Banawa Tengah ha, Kecamatan Damsol ha, Kecamatan Labuan 499 ha, Kecamatan Pinembani ha, Kecamatan Rio Pakava ha, Kecamatan Sindue ha, Kecamatan Sindue Tobata ha, Kecamatan Sirenja ha, Kecamatan Sojol ha, Kecamatan Sojol Utara ha, Kecamatan Tanantovea 869 ha, Kecamatan Sindue Tombusabora ha. c. rencana pengembangan lahan sawah di Kabupaten Donggala dengan luas kurang lebih ha meliputi Kecamatan Kecamatan Tanantovea 261 ha, Kecamatan Sojol Utara 290 ha, Kecamatan Sojol ha, Kecamatan Sirenja ha, Kecamatan Sindue Tobata 23 ha, Kecamatan Sindue 284 ha, Kecamatan Rio Pakava 764 ha, Kecamatan Labuan 290 ha, Kecamatan Damsol ha, Kecamatan Banawa Tengah 42 ha, Kecamatan Banawa Selatan 362 ha, Kecamatan Balaesang Tanjung 71 ha dan Kecamatan Balaesang ha. d. Rencana pengembangan pertanian lahan kering di Kabupaten Donggala dengan luas kurang lebih ha, meliputi Kecamatan Balaesang ha, Kecamatan Balaesang Tanjung ha, Kecamatan Banawa ha, Kecamatan Banawa Selatan ha, Kecamatan Banawa Tengah ha, Kecamatan Damsol ha, Kecamatan Labuan 499 ha, Kecamatan Pinembani ha, Kecamatan Rio Pakava ha, Kecamatan Sindue ha, Kecamatan Sindue Tobata ha, Kecamatan Sirenja ha, Kecamatan Sojol ha, Kecamatan Sojol Utara ha, Kecamatan Tanantovea 869 ha dan Kecamatan Sindue Tombusabora ha. 57

64 Peta 2.14 Rencana Pola Ruang Kabupaten Donggala Rencana pengembangan kawasan pertanian, meliputi: a. Pemantapan fungsi kawasan peruntukan pertanian irigasi teknis; b. Penetapan kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan; c. Peningkatan produktivitas kawasan pertanian lahan basah dan beririgasi teknis melalui pola intensifikasi, diversifikasi, dan pola tanam yang sesuai dengan kondisi tanah dan perubahan iklim; dan d. Pengembangan infrastruktur sumberdaya air yang mampu menjamin ketersediaan air. Kegiatan pendukung untuk pertanian di Kabupaten Donggala di arahkan sebagai kawasan agropolitan yang meliputi pengembangan kawasan agropolitan di Kecamatan Damsol, Kecamatan Balaesang, Kecamatan Sindue dan Kecamatan Rio Pakava. Kegiatan agropolitan merupakan penyediaan sentra untuk agropolitan dan pengembangannya dengan menyediakan lahan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan daya dukung lingkungan dan dari hasil studi sebagai pemenuhan kebutuhan pangan. Pertanian di Kabupaten Donggala diarahkan pada pengembangan pertanian perkotaan dan pedesaan. Adapun kebijaksanaan penataan ruang untuk kawasan pertanian ini meliputi : a. Kawasan Pertanian Pedesaan Pengoptimalan area pertanian yang ada melalui usaha intensifikasi lahan. Perluasan area pertanian dengan merubah penggunaan lahan non produktif dan memperhatikan pola penggunaan lahan optimal. Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak bisa dialihfungsikan menjadi penggunaan kegaiatan lain. Meningkatkan kualitas produksi melalui modernisasi teknologi pertanian. Memperbaiki saluran irigasi. 58

65 b. Kawasan Pertanian Perkotaan Pengoptimalan lahan pertanian yang ada melalui kegiatan intensifikasi lahan. Pengembangan kawasan pertanian dengan mempertimbangkan penataan ruang terbuka hijau yang ada. Areal lahan pertanian pangan berkelanjutan dan tidak bisa dialihfungsikan menjadi penggunaan kegaiatan lain. Produksi padi sawah di Kabupaten Donggala pada tahun 2009 meningkat sebesar 4.34 % jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu dari ton pada tahun 2008 menjadi ton pada tahun Untuk luas panen, terjadi peningkatan sebesar 4.85% dimana pada tahun 2008 luas panen mencapai kektar dan pada tahun 2009 menjadi hektar. Produktivitas padi juga mengalami penurunan dari Kw/Ha pada tahun 2008 menjadi Kw/Ha pada tahun 2009 atau turun sebesar 0.49 %. Sedangkan produksi padi ladang mencapai ton GKG, dari luas panen 598 Ha dengan produktivitas Kw/Ha. Dengan demikian Produksi padi di Kabupaten Donggala tahun 2009 mencapai GKG, dari luas panen Ha dan Produktivitas Kw/Ha. Untuk komoditas jagung terjadi kenaikan produksi yang cukup signifikan, yakni mencapai % dari ton pada tahun 2008 menjadi ton pada tahun 2009 dengan produktivitas mencapai Ku/Ha. Demikian pula dengan kedelai yang mengalami kenaikan mencapai % yakni dari 100 ton pada tahun 2008 menjadi 459 ton pada tahun 2009 dengan luas panen mencapai 342 ha dan produktivitas Ku/Ha. Rencana pengelolaan sawah di Kabupaten Donggala diarahkan sebagai berikut : a. Sawah beririgasi teknis harus dipertahankan luasannya. b. Perubahan fungsi sawah ini hanya diijinkan pada kawasan perkotaan dengan perubahan maksimum 50 % dan sebelum dilakukan perubahan atau alih fungsi harus sudah dilakukan peningkatan fungsi irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi teknis dua kali luas sawah yang akan dialihfungsikan dalam pelayanan daerah irigasi yang sama. c. Pada kawasan perdesaan alih fungsi sawah diijinkan hanya pada sepanjang jalan utama (arteri, kolektor, lokal primer), dengan besaran perubahan maksimum 20 % dari luasan sawah yang ada, dan harus dilakukan peningkatan irigasi setengah teknis atau sederhana menjadi irigasi teknis, setidaknya dua kali luasan area yang akan diubah dalam pelayanan daerah irigasi yang sama; d. Pada sawah beririgasi teknis yang telah ditetapkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan abadi maka tidak boleh dilakukan alih fungsi. e. Sawah beririgasi sederhana dan setengah teknis secara bertahap dilakukan peningkatan menjadi sawah beririgasi teknis; serta f. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan pertanian diarahkan untuk meningkatkan produktifitas tanaman pangan dengan mengembangkan kawasan cooperative farming dan holtikultura dengan mengembangkan kawasan good agriculture practices; 59

66 g. Perubahan sawah irigasi teknis menjadi kegiatan budidaya terbangun pada jaringan jalan yang memliki perkembangan sangat tinggi (misalnya jalan arteri dan jalan kolektor), maka peralihan fungsi dibatasi maksimal adalah 100 meter dari as jalan Penetapan Kawasan LP2B Pemerintah Daerah Kabupaten Donggala dalam Peraturan Daerah Kabupaten Donggala Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Donggala Tahun , sebagaimana pada pasal 28 pada ayat (5), kawasan pertanian tanaman pangan di Kabupaten Donggala akan ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan sesuai dengan daya dukung lingkungan dan hasil studi Rencana Penggunaan Lahan Rencana penggunaan lahan Kabupaten Donggala berdasarkan rencana penggunaan lahan dalam pola ruang Kabupaten Donggala tahun sebagaimana pada tabel 2.16 berikut : Tabel 2.16 Rencana Penggunaan Lahan dalam Pola Ruang Kabupaten Donggala Tahun Rencana Fungsi Kawasan Luas % HSAW, TN, TB, TWL, TAHURA, CA, SM, dll ,00 4,29 Hutan Lindung ,98 15,75 Kawasan Lindung Setempat ,32 5,92 Hutan Produksi Terbatas ,35 29,99 Hutan Produksi Tetap ,91 2,35 Hutan Produksi Yang Dapat Dikonversi ,39 4,72 Perikanan ,00 2,67 Perkebunan ,00 13,45 Permukiman ,00 2,77 Pertambangan 0 0,00 Pertanian Lahan Basah ,00 2,69 Pertanian Lahan Kering ,00 14,96 Tubuh Air 2.274,05 0,43 Jumlah , Sumber : hasil analisi kebutuhan Pola Ruang tahun

67 BAB III Kajian Lahan Sawah Pulau Jawa Dalam LP2B dan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kajian terhadap LP2B dalam Rencana Tata Ruang Wilayah dilaksanakan di beberapa Kabupaten. Kajian ini difokuskan pada lahan pertanian pangan berkelanjutan. Dalam melaksanakan kajian tersebut dilihat pengakomodiran lahan sawah dalam rencana tata ruang wilayah maka dilakukan overlay peta lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian tahun 2012 dengan rencana pola ruang wilayah pada RTRW Kabupaten yang di dalamnya mencakup lahan yang ditetapkan sebagai LP2B. Kajian yang menggunakan metode analisis spasial dengan meng-overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan tahun 2012 dengan peta rencana pola ruang wilayah terdapat kelemahan mengenai perbedaan skala. Berdasarkan hasil overlay peta lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan tahun 2012 dengan peta rencana pola ruang wilayah kabupaten dapat disampaikan hal-hal sebagai berikut : 3.1 Kabupaten Majalengka a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas ha (46,33 %) (terdiri dari dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas ha (35,81 %). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha yaitu beralih fungsi menjadi lahan permukiman seluas ha, Hutan Produksi seluas Ha, Kawasan Peruntukkan lainnya seluas ha, Kawasan Peruntukan Perikanan seluas, 601 ha, Kawasan industri 292 ha, Kawasan Pertambangan seluas 200 ha, dan Kawasan Pariwisata seluas 65 ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas ha dan sawah non irigasi seluas ha. d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung seluas Ha (17,69 %) yang Terdiri Dari Kawasan Hutan Lindung Ha, Kawasan Lindung Geologi 625 Ha, Kawasan Lindung Lainnya 792 Ha, Kawasan Perlindungan Setempat 296 Ha, Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya Ha, Kawasan Rawan Bencana Alam Ha, Kawasan Suaka Alam Dan Cagar Budaya 34 Ha. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.1 berikut : 61

68 Tabel 3.1 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Majalengka No. Kawasan Irigasi Sederhana Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung ,69 Kawasan Hutan Lindung ,60 Kawasan Lindung Geologi ,23 Kawasan Lindung Lainnya ,55 Kawasan Perlindungan Setempat ,58 Kawasan Perlindungan Terhadap Bawahannya ,14 Kawasan Rawan Bencana Alam ,53 Kawasan Suaka Alam dan Cagar Budaya ,07 Minyak Gas - 0,00 II Kawasan Budidaya ,14 Kawasan Hutan Produksi ,22 Kawasan Industri ,57 Kawasan Pertambangan ,39 Kawasan Peruntukan Lainnya ,80 Kawasan Peruntukan Pariwisata ,13 Kawasan Peruntukan Perikanan ,18 Kawasan Peruntukan Permukiman ,51 Kawasan Peruntukan Pertanian ,33 (blank) ,17 Jumlah ,00 62

69 Peta 3.1 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka

70 3.2 Kabupaten Purbalingga a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas ha (86,31 %) (terdiri dari Sawah Lahan Basah ha dan Sawah Lahan Kering 9762 ha) dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas ha (12,27 %). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha yaitu berpotensi alih fungsi menjadi lahan permukiman seluas ha, perkebunan seluas 953 ha, Hutan Produksi Terbatas seluas 17 Ha, Industri seluas 13 ha, dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) seluas 2 Ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha tersebut, terdiri dari sawah irigasi seluas ha dan sawah non irigasi seluas 684 ha. d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 254 Ha (1,39 %) yang merupakan Kawasan Hutan Lindung dan sungai. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.2 berikut : Tabel 3.2 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Purbalingga No. Kawasan Irigasi Semi Teknis Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung ,39 Hutan Lindung ,30 Sungai ,09 II Kawasan Budidaya ,58 Hutan Produksi Terbatas ,09 Industri ,07 Perkebunan ,21 Permukiman ,88 Pertambangan - 0,00 RTH ,01 Sawah Lahan Basah ,89 Sawah Lahan Kering ,42 (blank) ,03 Jumlah ,00 64

71 Peta 3.2 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Purbalingga

72 3.3 Kabupaten Gunung Kidul a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas ha (atau sekitar 45,62 % terdiri dari pertanian lahan basah seluas ha (6,61%) dan pertanian lahan kering ha (39,02%) dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas ha (37%). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha yaitu berpotensi alih fungsi menjadi lahan Kawasan Industri 8 ha, Kawasan Militer seluas 21 ha, Perkebunan seluas 12 ha, Permukiman seluas ha, Hutan produksi 358 ha dan Hutan Rakyat seluas ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 518 ha dan sawah non irigasi seluas ha. d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 216 Ha (0,77%) yang merupakan Hutan Lindung 18 ha, Hutan Konservasi 26 ha, Hutan Penelitian seluas 6 ha, Hutan Konservasi seluas 26 ha, Mata Air seluas 17 ha, Plasma Nutfah seluas 1 ha, Suaka Alam seluas 8 ha, Suaka Margasatwa seluas 27 ha, Sungai/Telaga/Pantai seluas 112 ha, dan Goa seluas 1 ha. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.3 berikut : Tabel 3.3 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Gunung Kidul No Kawasan Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung ,77 Goa 1 1 0,00 Hutan Konservasi (TAHURA) ,09 Hutan Lindung ,06 Plasma Nutfah 1 1 0,01 Suaka Alam 8 8 0,03 Suaka Margasatwa ,10 Sungai ,03 Telaga ,04 Telaga/Sungai ,32 Mataair ,06 Pantai 1 1 0,00 Hutan Penelitian 6 6 0,02 II Kawasan Budidaya ,62 Hutan Produksi ,28 Hutan Rakyat ,32 Kawasan Industri ,03 Kawasan Militer ,07 Perkebunan ,04 Permukiman Perdesaan ,20 Permukiman Perkotaan ,05 Pertanian Lahan Basah ,61 Pertanian Lahan Kering ,02 (blank) ,61 Total ,00 66

73 Peta 3.3 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gunung Kidul

74 3.4 Kabupaten Madiun a. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung Seluas 886 Ha (2,92 %) yang merupakan Hutan Lindung 78 ha, Resapan Air 618 ha, dan Kawasan Perlindungan Setempat seluas 190 ha. b. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian (didalamnya terdapat area Lahan Pangan Pertanian Berkelanjutan) seluas ha (72,04 %) (terdiri dari Sawah Irigasi ha, Sawah Tadah Hujan ha dan pertanian lahan kering ha) dan tidak masuk dalam kawasan peruntukkan pertanian ha (24,48 %). c. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha (24,48 %) yaitu berpotensi alih fungsi menjadi Kawasan hutan produksi ha, peternakan 10 ha, pariwisata 18 ha, pemukiman seluas ha, kawasan militer seluas 2 ha, kawasan industri seluas 330 ha, Peternakan 10 ha, kawasan TPA seluas 1 ha, kawasan PLTA seluas 2 ha. d. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas ha dan sawah non irigasi seluas 245 ha. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.4 berikut : Tabel 3.4 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Madiun No Kawasan Irigasi Semi Teknis Irigasi Teknis Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung ,92 Hutan Lindung ,26 Kawasan Perlindungan Setempat ,63 Resapan Air ,04 II Kawasan Budidaya ,53 Kawasan Hutan Produksi ,59 Kawasan Industri ,09 Kawasan Militer 2 2 0,01 Kawasan Pariwisata ,06 Kawasan Peternakan ,03 Kawasan PLTA 2 2 0,01 Kawasan TPA 1 1 0,00 Pemukiman Kota ,62 Pemukiman Pedesaan ,08 Pertanian Lahan Kering ,22 Sawah Irigasi ,48 Sawah Tadah Hujan ,35 (blank) ,55 Total ,00 68

75 Peta 3.4 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Madiun

76 3.5 Kabupaten Gowa a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 di Kabupaten Gowa seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian seluas ha (73,57 %) yang terdiri dari sawah irigasi ha dan sawah tadah hujan ha. Untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan luasannya adalah sebagian dari sawah irigasi teknis yang ada lebih kurang 22 %. Untuk lahan sawah yang tidak termasuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas ha (26,43 %). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha yaitu beralih fungsi menjadi lahan permukiman seluas ha, Budidaya Hutan seluas Ha, Kawasan Peruntukkan lainnya seluas 43 ha, Kawasan Peruntukan Perkebunan seluas, ha, dan Kawasan perairan seluas 187 ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas ha dan sawah non irigasi seluas ha. d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung seluas Ha (4,26 %) dari total lahan sawah seluas Ha. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.5 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.5 berikut : Tabel 3.5 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Gowa No. Kawasan Irigasi Tadah Hujan Jumlah (ha) (ha) (ha) % I Kawasan Lindung , Kawasan Lindung , II Kawasan Budidaya 10,146 24,494 34, Kawasan Budidaya Hutan 723 2,275 2, Kawasan Budidaya Perikanan Kawasan Budidaya Perkebunan 271 1,652 1, Kawasan Budidaya Pertanian 8,003 18,615 26, Kawasan Perairan Kawasan Peruntukan Permukiman 1,061 1,810 2, (blank) Jumlah 10,772 25,411 36,

77 Peta 3.5 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Gowa

78 3.6 Kabupaten Aceh Tamiang a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 di Kabupaten Aceh Tamiang seluas ,70 ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian seluas ha (82,12 %) yang terdiri dari sawah irigasi 1.106, 86 ha (6,46 %) dan sawah tadah hujan ,85 ha (75,66 %). Untuk lahan pertanian pangan berkelanjutan luasannya adalah 819,38 ha atau sekitar 4,78 %. Untuk lahan sawah yang tidak termasuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas 3.063, 98 ha (17,88 %). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas 3.063, 98 ha yaitu beralih fungsi diantaranya menjadi lahan permukiman seluas 2.170,50 ha, Kawasan Perikanan seluas 115,27 ha, Kawasan Peruntukan lainnya (transmigrasi dan pendidikan) seluas 37,07 ha, Ruang Terbuka Hijau 78,32 ha, Hutan Produksi seluas 12,38 ha dan Industri Minapolitan 11,74 ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas 3.063,98 ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas 158,66 ha dan sawah non irigasi seluas 2.905,32 ha. d. Pada Kabupaten Aceh Tamiang tidak terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung. Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.6 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.6 berikut : Tabel 3.6 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Kawasan dalam RTRW Kabupaten Aceh Tamiang Jenis Sawah No Kawasan dalam RTRW Sawah Irigasi Sawah Tadah Hujan Total Ha % Ha % Ha % 1 Holtikultura ,21 0,53 91,21 0,53 2 Hutan Produksi ,38 0,07 12,38 0,07 3 Industri Minapolitan ,74 0,07 11,74 0,07 4 Kawasan Pendidikan - - 5,13 0,03 5,13 0,03 5 Kawasan Perikanan ,27 0,67 115,27 0,67 6 Kawasan Resapan Air ,00 0,09 16,00 0,09 7 Kawasan Transmigrasi ,94 0,19 31,94 0,19 8 Perkebunan 60,47 0,35 719,88 4,20 780,35 4,55 9 Perkebunan Rakyat 47,59 0, ,32 13, ,91 14,01 10 Permukiman Pedesaan 68,43 0, ,59 10, ,02 10,91 11 Permukiman Perkotaan - 301,48 1,76 301,48 1,76 12 Pertanian Lahan Kering 654,50 3, ,19 30, ,68 33,83 13 Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 188,02 1,10 631,36 3,68 819,38 4,78 14 Ruang Terbuka Hijau 13,93 0,08 64,39 0,38 78,32 0,46 15 Sawah Irigasi 139,65 0, ,30 19, ,96 19,94 16 Sawah Tadah Hujan 16,63 0,10 748,59 4,37 765,22 4,47 17 Sempadan Sungai - 402,56 2,35 402,56 2,35 18 Sungai 0,21 0,00 117,66 0,69 117,88 0,69 19 (blank) 76,09 0,44 26,18 0,15 102,26 0,60 Jumlah 1.265,53 7, ,17 92, ,70 100,00 72

79 Peta 3.6 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Aceh Tamiang

80 3.7 Kabupaten Ngawi a. Lahan sawah Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 di Kabupaten Ngawi seluas ha, yang terakomodir dalam Kawasan Peruntukkan Pertanian seluas ha (66,76 %) yang terdiri dari sawah irigasi ha dan sawah tadah hujan ha. Untuk lahan sawah yang tidak termasuk dalam kawasan peruntukkan pertanian seluas ha (30,57 %). b. Terdapat lahan sawah hasil Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2010 yang dalam rencana kawasan pada RTRW berpotensi untuk berubah fungsi seluas ha yaitu beralih fungsi menjadi lahan permukiman seluas ha, Kawasan Peruntukan Perkebunan seluas ha, dan Kawasan industri seluas ha. c. Dari potensi pengurangan lahan sawah karena alih fungsi lahan seluas ha diatas, terdiri dari sawah irigasi seluas ha dan sawah non irigasi seluas ha. d. Terdapat lahan sawah hasil kegiatan Audit Lahan Kementerian Pertanian Tahun 2012 yang masuk dalam Kawasan Lindung seluas Ha (2,67 %). Untuk detailnya dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan secara spasial sebagaimana pada Peta 3.7 berikut : Tabel 3.7 Luas Hasil Overlay Peta Lahan Sawah dengan Rencana Pola Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi NO. Kawasan Jumlah (Ha) (%) I Kawasan Lindung ,67 Arca Banteng ,42 Bumi Perkemahan Selondo ,11 Candi Pendem ,24 Hutan Lindung ,52 Museum Trinil ,38 Sempadan Sungai Besar ,58 Sempadan Sungai Kecil ,11 Sempadan Waduk ,03 Sungai ,25 Waduk Dero 1 1 0,00 Waduk Kedung Bendo 1 1 0,00 Waduk Pondok ,02 II Kawasan Budidaya ,33 Kawasan Industri ,01 Perkebunan ,62 Permukiman ,51 Sawah Irigasi ,83 Sawah Tadah Hujan ,93 (blank) ,43 Total Irigasi Teknis (Ha) Tadah Hujan (Ha) ,00 74

81 Peta 3.7 Kesesuaian LP2B Dengan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2

DAFTAR ISI. BAB I Pendahuluan Latar Belakang Tujuan Sasaran Metodologi Ruang Lingkup Wilayah 2 DAFTAR ISI BAB I Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan 2 1.3 Sasaran 2 1.4 Metodologi 2 1.5 Ruang Lingkup Wilayah 2 BAB II Inventarisasi Data Wilayah, Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan 3 2.1

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa tengah Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang.

Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya. Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Sumedang. Letak Kabupaten Majalengka secara geografis di bagian Timur Provinsi Jawa Barat yaitu Sebelah Barat antara 108 0 03-108 0 19 Bujur Timur, Sebelah Timur 108 0 12-108 0 25 Bujur Timur, Sebelah Utara antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 59 IV. GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 4.1. Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Majalengka yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografi, topografi, tanah

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Kabupaten Purbalingga Kabupaten Purbalingga merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah. Wilayah Kabupaten Purbalingga terdiri dari 18 (delapan belas) kecamatan

Lebih terperinci

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian. Hasil Inventarisasi LP2B. Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Hasil Inventarisasi LP2B Kabupaten Gowa Provinsi Sulawesi Selatan Sub Direktorat Basis Data Lahan Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian 2014

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Gunungkidul adalah daerah yang termasuk dalam wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA 25 dimana : (dj + ) = jarak euclidian alternatif ke j kepada solusi ideal positif; (dj - ) = jalak euclidian alternatif ke j ke solusi ideal negatif. (5) Menghitung kedekatan dengan solusi ideal Perhitungan

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Umum Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten Gunungkidul

Lebih terperinci

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

PENDUDUK, TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI Kesejahteraan penduduk merupakan sasaran utama dari pem-bangunan. Sasaran ini tidak mungkin tercapai bila pemerintah tidak dapat memecahkan permasalahannya. Permasalahan tersebut diantaranya besarnya jumlah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 58 BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Profil Daerah Istimewa Yogyakarta Sumber: DPPKA Pemda DIY Gambar 4.1 Peta Administrasi Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia belum memiliki ketahanan pangan yang cukup. Barat unggul di tanaman pangan yang tersebar merata pada seluruh Kabupaten 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara agraris, Lebih dari 60% penduduk Indonesia menggantungkan kehidupan pada sektor pertanian. Berbagai tanaman dikembangkan di Indonesia,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian. Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak, Luas dan Batas Wilayah Penelitian Kabupaten Kuningan terletak di bagian timur Jawa Barat dengan luas wilayah Kabupaten Kuningan secara keseluruhan mencapai 1.195,71

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Geografis Tanjungsari adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Kecamatan ini terdiri dari 5 desa dan

Lebih terperinci

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010

JUMLAH PERUSAHAAN INDUSTRI BESAR DAN SEDANG DENGAN JUMLAH TENAGA KERJA DI KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2010 Sektor industri memegang peranan sangat penting dalam peningkatan pembangunan ekonomi suatu daerah, karena sektor ini selain cepat meningkatkan nilai tambah juga sangat besar perannya dalam penyerapan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : NOMOR : TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PADA DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lahan 4.1.1 Kemiringan Pemetaan lahan potensial budidaya gurame pada parameter kemiringan lahan disusun berdasarkan peta kemiringan lereng yang diperoleh dari

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

BAB I PENDAHULUAN. benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di antara dua benua (benua Asia dan benua Australia) dan dua samudera (samudra Pasifik dan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

LUAS LAHAN MENURUT PENGGUNAANNYA KABUPATEN PURBALINGGA 2014 No. Katalog BPS : 3311004.3303 No. Publikasi : 33033.1502 Ukuran Buku : 15 cm X 21 cm Jumlah Halaman : 19 halaman Naskah / Olah Data : Rachmat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH

KARAKTERISTIK WILAYAH III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Karakteristik Wilayah Studi 1. Letak Geografis Kecamatan Playen terletak pada posisi astronomi antara 7 o.53.00-8 o.00.00 Lintang Selatan dan 110 o.26.30-110 o.35.30 Bujur

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang 70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu dari delapan Kabupaten/Kota di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara geografis terletak antara 116-117

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2015 TENTANG KRITERIA DAN SYARAT KAWASAN PERTANIAN DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN

Lebih terperinci

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0

Draft Laporan Akhir. Rencana Penataan Lingkungan Permukiman Desa Paningkiran GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 GAMBARAN UMUM WILAYAH 2-0 2.1 KEBIJAKAN PERENCANAAN Keberadaan suatu wilayah tidak terlepas dari perkembangan wilayah lainnya yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Kebijakan nasional akan menjadi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Kondisi Fisiografi 1. Letak Wilayah Secara Geografis Kabupaten Sleman terletak diantara 110 33 00 dan 110 13 00 Bujur Timur, 7 34 51 dan 7 47 30 Lintang Selatan. Wilayah

Lebih terperinci

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA

BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA BAB III PROFIL UMUR DAN JENIS KELAMIN PENDUDUK KABUPATEN MAJALENGKA 3.1. Pengertian Demografi Untuk dapat memahami keadaan kependudukan di suatu daerah atau negara, maka perlu didalami kajian demografi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil

BAB I PENDAHULUAN. kabijakan pembangunan ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan daerah tropis karena letak geografisnya diantara 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT 141 o BT. Indonesia merupakan negara yang sedang melakukan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan Tingkat Pendidikan Kabupaten Majalengka terdiri atas 26 Kecamatan dan 334 Desa. Dari 334 desa tersebut meliputi 321 berstatus desa dan 13 berstatus kelurahan. Bila dilihat dari klasifikasi desanya terdapat 3 desa swadaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keadaan alam Indonesia yang beriklim tropis mempunyai banyak habitat yang cocok untuk semua tanaman hortikultura, hal ini merupakan salah satu keutungan komparatif

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam hayati karena dilihat dari letak astronomisnya, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki

Lebih terperinci

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng)

d. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali (Jateng) BAB II DISKRIPSI DAERAH 2.1 Letak Geografi Kabupaten Klaten termasuk daerah di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah perbatasan antara Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Lebih terperinci

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka

Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Kabupaten Majalengka 4.1. Pendidikan Tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Peningkatan SDM lebih difokuskan pada pemberian kesempatan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar

Tabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan Zat Gizi Komoditas Kedelai. Serat (g) Kedelai Protein (g) Sumber: Prosea 1996 ( Purwono: 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komoditas kedelai merupakan jenis barang yang termasuk ke dalam kebutuhan penting bagi masyarakat Indonesia yaitu sebagai salah satu makanan pangan selain beras,

Lebih terperinci

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA

PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA PERAN SEKOLAH LAPANG PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL- PTT) DALAM PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI KABUPATEN PURBALINGGA M. Eti Wulanjari dan Seno Basuki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105. IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 4.1.1. Keadaan Geografis Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.14 sampai dengan 105, 45 Bujur Timur dan 5,15

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 5.1. Kondisi Geografis V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50 Lintang Selatan dan 104 o 48-108 o 48 Bujur Timur, dengan batas wilayah

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 45 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Lokasi Administrasi Secara geografis, Kabupaten Garut meliputi luasan 306.519 ha yang terletak diantara 6 57 34-7 44 57 Lintang Selatan dan 107 24 3-108 24 34 Bujur Timur.

Lebih terperinci

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp.

ANGGARAN DAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH MENURUT JENISNYA TAHUN ANGGARAN PENDAPATAN DAERAH Anggaran. Realisasi JENIS PENDAPATAN ( Rp. Realisasi pendapatan pemerintah Kabupaten selama tahun anggaran 2009 tercatat mencapai Rp. 966.481.044.588,- Sedangkan realisasi pengeluaran mencapai Rp. 928.141.675.797,- Bila dilihat dari penerimaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Wilayah Propinsi Lampung 1. Geografi Propinsi Lampung merupakan salah satu propinsi yang terdapat di Pulau Sumatera dengan luas wilayah 35.288,35 Km 2. Propinsi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai 49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang diandalkan, karena sektor

Lebih terperinci

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

Gambar 9. Peta Batas Administrasi IV. KONDISI UMUM WILAYAH 4.1 Letak Geografis Wilayah Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6 56'49'' - 7 45'00'' Lintang Selatan dan 107 25'8'' - 108 7'30'' Bujur

Lebih terperinci

Museum Karst di Gunungkidul

Museum Karst di Gunungkidul BAB III TINJAUAN KHUSUS MUSEUM KARST DI GUNUNGKIDUL 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Gunungkidul 3.1.1 Kondisi Geografi 3.1.1.1 Letak, Batas dan Luas Gambar ar 3.1 Peta Topografi Kabupaten Gunungkidul Sumber

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya Latar Belakang Permasalahan yang menghadang Upaya pencapaian 10 juta ton surplus beras di tahun 2014 : Alih fungsi lahan sawah

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kota Yogyakarta 4.1.1 Sejarah dan Perkembangan Kota Yogyakarta Kota Yogyakarta terletak di Pulau Jawa, 500 km ke arah selatan dari DKI Jakarta, Ibukota Negara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst.

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis dan Fisiografis. perbukitan karst berarti bentuk wilayahnya perbukitan dan batuannya karst. III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis dan Fisiografis Geografis dan bentuk wilayah mempengaruhi sistem pengelolaan dan pertumbuhan tanaman secara tidak langsung. Dari fisiografi memberikan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Provinsi Lampung yang dikukuhkan berdasarkan Undang-Undang Negara Republik 47 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Profil Kabupaten Pringsewu 1. Sejarah Singkat Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu Daerah Otonom Baru (DOB) di Provinsi Lampung yang

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi ANALISIS POTENSI LAHAN PADI SAWAH DI KABUPATEN MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-1 Fakultas Geografi Diajukan oleh:

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN Dalam bab ini akan dibahas bagaimana letak, batas dan luas daerah penelitian, morfologi daerah penelitian, iklim daerah penelitian, dan keadaan penduduk daerah

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH V. GAMBARAN UMUM WILAYAH 5.1. Kondisi Geografis Luas wilayah Kota Bogor tercatat 11.850 Ha atau 0,27 persen dari luas Propinsi Jawa Barat. Secara administrasi, Kota Bogor terdiri dari 6 Kecamatan, yaitu

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Lokasi penelitian ini meliputi wilayah Kota Palangkaraya, Kabupaten Kotawaringin Barat, Kabupaten Seruyan, Kabupaten Kotawaringin Timur, Kabupaten Katingan, Kabupaten

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN 2012, No.205 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN, PANGAN

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 19 3.1 Luas dan Lokasi BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai luas wilayah seluas 2.335,33 km 2 (atau 233.533 ha). Terletak pada 2 o l'-2 o 28' Lintang Utara dan

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1. Sejarah Kabupaten Bekasi Kabupaten Bekasi dibentuk berdasarkan Undang-Undang No.14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Dasar-Dasar Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon

KONDISI UMUM LOKASI. Gambaran Umum Kabupaten Cirebon KONDISI UMUM LOKASI Gambaran Umum Kabupaten Cirebon Letak Administrasi Kabupaten Cirebon Kabupaten Cirebon merupakan salah satu wilayah yang terletak di bagian timur Propinsi Jawa Barat. Selain itu, Kabupaten

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis Kabupaten Kulonprogo Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN SLEMAN 3.1. Tinjauan Umum Kota Yogyakarta Sleman Provinsi Derah Istimewa Yogyakarta berada di tengah pulau Jawa bagian selatan dengan jumlah penduduk 3.264.942 jiwa,

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK

POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK POTENSI PENGEMBANGAN PERTANIAN DI KABUPATEN SIAK Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B) di Kab. Siak seluas 4.675 Ha (lahan sawah produktif) dan Cadangan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Cadangan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA

JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA JADWAL PENGAMBILAN FOTO DAN SIDIK JARI PNS TAHAP II DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MAJALENGKA NO HARI, TANGGAL PUKUL NAMA OPD/UNIT KERJA 1 2 3 4 Selasa, 2 September 2014 Rabu, 3 September 2014 Kamis,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH BAB III TINJAUAN KAWASAN WILAYAH 3.1 Gambaran Umum Kabupaten Klaten 3.1.1 Ruang lingkup Kabupaten Klaten Gambar 3.1 : Lokasi Kab. Klaten Sumber : http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/1/14/lo cator_kabupaten_klaten.gif

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN

BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN BAB III TINJAUAN WILAYAH KABUPATEN KLATEN Rancangan Sekolah Luar Biasa tipe C yang direncanakan berlokasi di Kabupaten Klaten. Perencanaan suatu pembangunan haruslah mengkaji dari berbagai aspek-aspek

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis 33 KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Lokasi Geografis Daerah penelitian terletak di Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Kecamatan Imogiri berada di sebelah Tenggara dari Ibukota Kabupaten Bantul.

Lebih terperinci