ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H"

Transkripsi

1 ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

2 ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

3 RINGKASAN MEIKHAL SAPUTRA. Analisis Respon Produksi, Permintaan Domestik dan Penawaran Ekspor Kopi Robusta Indonesia (dibimbing oleh SRI HARTOYO). Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai dengan penanganan industri hilir. Kopi memiliki sejarah yang panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas pertanian (subsektor perkebunan) yang telah terbukti dapat dijadikan sebagai andalan devisa bagi negara melalui kegitan ekspor kopi. Sekitar sepertiga produksi kopi dunia ialah kopi Robusta, kopi ini lebih mudah perawatannya dibandingkan jenis lainnya sehingga biaya produksinya juga murah dan karena kopi arabika dikenal dengan kualitas yang lebih baik, kopi Robusta biasanya dibuat kopi instant, espresso dengan tingkat caffeine hampir 2 kali lipat dibandingkan Arabika. Sumbangan Indonesia terhadap total produksi kopi jenis Robusta ini adalah sekitar 90 persen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis respon produksi kopi Robusta Indonesia terhadap harga, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan domestik kopi Robusta Indonesia, menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi Robusta Indonesia. Sedangkan, Data yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Data deret waktu meliputi data tahunan selama 17 tahun ( ). Data yang digunakan meliputi data harga pupuk, luas lahan, volume eskpor tahun sebelumnya, harga domestik, harga substitusi, populasi, harga ekspor, dummy krisis. Semua data yang dikumpulkan berasal dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta literatur dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Produksi harga dari tahun ke tahun meningkat sebesar 3.14 per tahun. Peningkatan produksi ini lebih banyak disebabkan oleh peningkatan luas areal tanpa oleh produktivitas. Keadaan ini juga terlihat dari pengaruh yang nyata luas areal terhadap produksi. Selain itu perubahan produksi juga dipengaruhi oleh peubah harga domestik dan kondisi perekonomian Indonesia. Konsumsi kopi dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Peningkatan konsumsi disebabkan jumlah penduduk yang meningkat dan juga disebabkan oleh peningkatan harga kakao. Ekspor kopi berfluktuasi dengan kecenderungan yang meningkat dengan rata-rata 0.67 persen. Harga ekspor kopi dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Indonesia dan volume ekspor lag satu tahun sebelumnya. Sementara harga ekspor dan harga domestik tidak menyebabkan peningkatan pada ekspor kopi. ii

4 Judul skripsi : ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA Nama : Meikhal Saputra NIM : H Menyetujui, Dosen Pembimbing, Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi Dedi Budiman Hakim, Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan: iii

5 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN Bogor, Februari 2010 Meikhal Saputra H iv

6 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Meikhal Saputra lahir pada tanggal 02 Mei 1987 di Padang yang berada di Provinsi Sumatera Barat. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Mardanus (alm) dan Ernani. Penulis memulai pendidikan formalnya di SD 05 Bandar Buat pada tahun 1993 dan diselesaikan pada tahun Pada tahun 2002, penulis menamatkan pendidikan menengah pertamanya di SLTP negeri 11 Padang. Pada tahun yang sama penulis diterima di SMA Semen Padang dan lulus pada tahun Pada tahun 2005, penulis meninggalkan daerah asal tersebut untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor dan diterima di program studi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kepanitiaan seperti Hipotex-R dan beberapa organisasi mahasiswa lainnya seperti Paduan Suara Mahasiswa IPB Agria Swara. v

7 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Penelitian dengan judul Analisis Respons Produksi, Permintaan Domestik dan Penawaraan Ekspor Kopi Robusta Indonesia merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan yang baik ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada: 1. Dr. Ir. Sri Hartoyo, M.S dan keluarga, selaku dosen pembimbing yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis. Bukan hanya meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengetahuan baik secara teknis, teoritis, maupun moril, tapi juga memberikan kritik dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Wiwiek Rindayanti selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik, saran, semangat pantang menyerah dan nasihat dalam penulisan skripsi. 3. Fifi Diana Thamrin, M. Si selaku penguji dari komisi akademik, yang telah memberikan kritik, saran, dan nasihat dalam penulisan skripsi. 4. Seluruh dosen pengajar Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen yang telah memberikan ilmu bermanfaat bagi penulis serta semua staf Tata Usaha yang telah memberikan kelancaran berbagai urusan administrasi 5. Mama dan almarhum papa, terima kasih atas doa, harapan, kepercayaan, cinta, kebahagiaan, kasih sayang yang tiada tara, nasihat dan motivasi, semangat dan cahaya kehidupan, serta dukungan moriil dan materiil yang telah diberikan sepanjang hidup penulis. mom and dad...i realize that i m not the best,but i always try to be the best.. 6. Kakak-kakakku tercinta Yola Victoria dan Veronica, dan adikku tersayang Renando Meiko Putra. Terima kasih atas doa dan semangat serta motivasi yang diberikan selama ini. 7. Sahabat-sahabat Potter Vani, Rini, Agi, Nadia. Terima kasih buat semua dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis. vi

8 8. Sahabat-sahabat di masa perkuliahan yaitu memes (jupee), dynce, njay, dithee yang telah memberikan dukungan, nasehat semangat, serta doa kepada penulis. 9. Temen-temen di Agria Swara Putri (dad), greth (mom), githa (jadul), merry (luna), yuli (kukang), nova (inang). Terima kasih untuk canda tawa, kebahagian, kesabaran, doa, dan semangat yang selalu diberikan kepada penulis. 10. Temen satu bimbingan skripsi penulis yaitu Nazrul Anwar, Maryam Ardanila, Elby, untuk kebersamaannya dalam mencari dan mengolah data, sharing pengetahuan, serta dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis. 11. Temen-temen kosan syakir, bangkit, eris, debora, reni, oni. Terima kasih atas doa dan motivasi yang diberikan kepada penulis. 12. Temen-temen IE 42 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. 13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi, yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Terima kasih Bogor, Februari 2010 Meikhal Saputra H vii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 9 II. TINJAUAN PUSTAKA Teori Perdagangan Internasional Teori Penawaran Teori Permintaan Domestik Elastisitas Penawaran Penelitian Terdahulu III. KERANGKA TEORITIS Konsep Pemikiran Teoritis Teori kuota Fungsi Ekspor Model Respon Produksi, Permintaan Domestik, dan Penawaran Ekspor Kopi. 18 IV. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Model Ekonemetrika Model Respon Produksi Model Permintaan Domestik Model Penawaran Ekspor Persamaan Identitas Identifikasi Model V. GAMBARAN UMUM Luas Areal Perkebunan KopiRobusta Indonesia Produksi Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Produktifitas Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Potensi Kopi Robusta Indonesia viii

10 5.5 Produksi Kopi Robusta Dunia Tingkat Harga Kopi Robusta di Indonesia Perkembangan Ekspor Kopi Robusta Indonesia Bentuk Kopi yang Diekspor Negara Tujuan Ekspor Kopi Robusta Indonesia Pasar Kakao Olahan Dunia dan Kakao Olahan Indonesia VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Model Fungsi Respon Produksi Kopi Robusta Model Fungsi Permintaan Domestik Kopi Model Fungsi Penawaran Ekspor Kopi Robusta VII. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan pada Tahun Perkembangan Produksi dan Ekspor Kopi di Dunia Tahun Identifikasi Model dengan Order Condition Persentase Luas TM Kopi Robusta Nasional Terhadap Luas Lahan Kopi Robusta Nasional dan Luas Lahan Kopi Nasional Pada Tahun (Ha) Pertumbuhan Luas Areal (TM), Produksi, dan Produktifitas Perkebunan Kopi Robusta Seluruh Indonesia tahu Syarat Tumbuh Kopi Robusta Jumlah Produksi negara-negara Produsen Utama Kopi Robusta di Dunia Pada Tahun (000 Bags) Perkembangan Ekpor Kopi Robusta Indonesia Periode 2000/ / Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun Hasil Penduga Fungsi Persamaan Respon Produksi Kopi Robusta Hasil Penduga Fungsi Persamaan Permintaan Domestik Kopi Robusta Hasil Penduga Fungsi Persamaan Penawaran Ekspor Kopi Robusta x

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 3.1 Kurva perdagangan Internasional xi

13 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai dengan penanganan industri hilir. Kopi memiliki sejarah yang panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia dengan letak geografisnya yaitu 6 o LU 11 o LS dan 95 o BT 141 o BT, sangat menguntungkan bagi tanaman kopi. Letak Indonesia sangat ideal bagi iklim mikro untuk pertumbuhan dan produksi kopi. Dari 40 jenis varietas kopi yang ada di dunia, terdapat dua jenis kopi utama yang paling banyak diperdagangkan yaitu kopi arabika dan kopi robusta. Komoditas kopi merupakan salah satu komoditas pertanian (subsektor perkebunan) yang telah terbukti dapat dijadikan sebagai andalan devisa bagi negara melalui kegitan ekspor kopi. Pada saat Indonesia mengalami krisis ekonomi, komoditas kopi mampu menunjukkan kemampuannya sebagai salah satu katup penyelamat perekonomian nasional. Komoditas kopi bersama komoditas pertanian lainnnya tetap mampu menjadi sumber devisa bagi negara yang sangat dibutuhkan untuk membiayai pembangunan dan membayar cicilan hutang luar negeri (ICO, 2000). Kemampuan ini bersumber dari struktur biaya sektor pertanian, terutama subsektor perkebunan yang didominasi oleh komponen biaya yang berasal dari sumberdaya domestik sehingga tidak bergantung pada nilai mata uang asing. Dari sisi teknologi, sebagian besar industri pengolahan kopi Indonesia merupakan industri rumah tangga yang masih menggunakan teknologi konvensional 1

14 sehinggga praktis tidak tergantung pada impor. Sekalipun industri swasta umumnya sudah menggunakan teknologi pengolahan modern yang diimpor, seperti mesin pengering dan mesin penggilingan, namun pengaruh krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia relatif kecil. Jadi perusahaan tidak akan gulung tikar disebabkan karena mesin-mesin tersebut merupakan barang investasi yang bersifat jangka panjang (International Contact Business System dalam Sunarni (2002)). Pengusahaan perkebunan kopi di Indonesia dilakukan oleh tiga kelompok pengusaha perkebunan yaitu perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta.(tabel1.1). Tabel 1.1 Luas Areal dan Produksi Perkebunan Seluruh Indonesia Menurut Pengusahaan Pada Tahun Tahun Luas Areal (Ha) PR/Smallholders PBN/Government PBS/Private Jumlah *) **) *) **) Sumber:Direktorat Jenderal Perkebunan, Keterangan: (*) Angka Sementara Pengusahaan kopi pada perkebunan rakyat umumnya masih menggunakan teknologi sederhana dan produksi mengacu pada harga kopi yang berlaku. Pada saat harga kopi jatuh maka sejumlah petani kopi tidak akan menjual kopinya. Petani dapat meninggalkan begitu saja lahannya dan mereka dapat beralih usaha pada tanaman perkebunan lainnya yang lebih menguntungkan. Masalah lain yang 2

15 masih terjadi sampai saaat ini di dalam perkebunan rakyat, yaitu mengenai kualitas kopi yang dihasilkan yang sebagian besar bermutu rendah. Hal ini berkaitan dengan masalah produksi, yaitu petani seringkali melakukan panen sebelum masak atau dikenal dengan istilah petik hijau, yang seharusnya biji kopi dipetik setelah biji berwarna merah (Meryana,2007). Sekitar sepertiga produksi kopi dunia ialah kopi robusta, kopi ini lebih mudah perawatannya dibandingkan jenis lainnya sehingga biaya produksinya juga murah dan karena kopi arabika dikenal dengan kualitas yang lebih baik, kopi robusta biasanya dibuat kopi instant, espresso dengan tingkat caffeine hampir 2 kali lipat dibandingkan Arabika. Posisi Indonesia juga cukup strategis dalam perdagangan kopi dunia, karena Indonesia menempati posisi keempat sebagai negara produsen dan pengekspor kopi terbesar dunia (Tabel1.2). Tabel 1.2 Perkembangan Produksi dan Ekspor Kopi di dunia, Tahun 2002 No Negara Produksi (Ribu Ton) Ekspor (Ribu Ton) 1 Brazil Colombia Vietnam Indonesia India Guatemala Mexico Ethiopia Uganda Peru Sumber: AEKI,2005 3

16 Ekspor kopi mencapai jumlah sekitar 70 persen dari total produksi nasional dan sisanya digunakan untuk konsumsi dan stok nasional. Masalah mutu kopi yang rendah dan kuantitas produksi yang tidak konsisten tentunya mempengaruhi perkembangan ekspor kopi robusta Indonesia pada masa mendatang. Hal ini merupakan masalah yang cukup mempengaruhi perkembangan industri kopi robusta Indonesia. Masalah ini perlu dengan segera dibenahi sehingga industri ini dapat bertahan dan berkembang di pasar domestik maupun internasional. Pembenahan produksi kopi perlu segera ditindaklanjuti guna mencapai kualitas dan kuantitas produksi yang maksimal. Hal ini disebabkan sebagian besar produksi kopi robusta Indonesia dijual ke luar negeri sehingga kontinuitas dan kualitas biji kopi merupakan syarat mutlak jika ingin tetap berada di puncak persaingan pasar kopi robusta. Adanya kecenderungan akan meningkatnya tingkat konsumsi kopi dunia tentu merupakan peluang tambahan bagi perindustrian kopi robusta Indonesia untuk meningkatkan dan menjamin adanya kontinuitas jumlah produksi. Dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, komoditas kopi robusta Indonesia diharapkan mampu untuk terus memberikan devisa bagi negara. Selain bagi devisa negara, komoditas kopi robusta juga diharapkan mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat, terutama bagi masyarakat di sentra-sentra produksi kopi. Oleh karena itu, penting bagi semua pihak, baik pemerintah maupun swasta, yang peduli terhadap pembangunan perkopian Indonesia untuk selalu mengkaji setiap permasalahan perkopian Indonesia. 4

17 1.2 Perumusan Masalah Tantangan yang dihadapi saat ini dan saat mendatang adalah bagaimana meningkatkan pangsa pasar kopi Indonesia sehingga kecendrungan masalah surplus produksi dapat dikurangi. Konsumsi per kapita kopi di Indonesia relatif masih rendah dan berfluktuasi. Tahun 1994 hanya sebesar Kg, bahkan pada tahun 1994 hanya Kg. Di Brazil angka tersebut mencapai 2.39 Kg, dan Columbia 4.00 Kg. Oleh sebab itu, mengapa di tengah-tengah relatif berhasilnya peningkatan produksi kopi, tapi tidak diikuti dengan kenaikan konsumsi dalam negeri atau pada pasar domestik (Ditjenbun, 1994). Mutu bibit yang digunakan pada perkebunan rakyat kebanyakan merupakan bibit dengan mutu klon yang rendah (Absenia). Selain itu perkembangan harga kopi robusta di Indonesia dapat dikatakan tergantung dari tingkat harga kopi dunia. Hal ini karena kopi robusta merupakan komoditas ekspor dan sebagian besar kopi robusta Indonesia dijual ke luar negeri sehingga harga jual maupun harga beli mengikuti harga yang terbentuk dalam pasar kopi internasional. Harga kopi robusta pun berbeda dengan harga kopi arabika. Harga kopi arabika cenderung lebih tinggi daripada harga kopi robusta. Adapun hal-hal yang yang tidak dapat dikendalikan dalam mengontrol harga kopi adalah jumlah produksi dari negara-negara eksportir kopi utama seperti Vietnam dan Brazil. Pada saat Brazil mengalami frost atau Vietnam mengalami kekeringan sehingga produksi dunia berkurang dapat menyebabkan harga kopi menguat. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, karena ketika kondisi alam kedua negara tersebut telah kembali normal atau mereka dapat mengatasinya (ICO,2000), menyebabkan harga mengalami penurunan kembali. Permintaan kopi dunia dari tahun ke tahun 5

18 mengalami peningkatan. Kondisi tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan ekspor kopinya. Dalam perkembangannya, ekspor kopi Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor sehingga menyebabkan fluktuasi seperti kebijakan ekspor dan harga kopi dunia yang terus berubah. Dalam menjaga kestabilan dari harga kopi, sejumlah program telah dijalankan, seperti adanya pembatasan kuota dan retensi kopi oleh ICO dan ACPC. Namun, kebijakan-kebijakan tersebut ternyata tidak dapat menjaga keseimbangan dari harga kopi. Produksi yang menurun tentunya juga berimbas pada volume ekspor kopi nasional. Kondisi tersebut sangat membahayakan posisi Indonesia sebagai negara eksportir pada perdagangan kopi dunia, karena posisinya dapat tergeser oleh negara-negara pesaing dan permintaan konsumen dunia dapat pula berpindah karena ketidakmampuan kopi Indonesia untuk memenuhinya. Terkait dengan persaingan lahan, selain untuk pengembangan biofuel lahan kopi bersaing dengan komoditi lain seperti; kakao, kelapa yang merupakan komoditi kompetitif. Program pengendalian ekspor (retensi) kopi yang dimulai sejak bulan mei 2000 tidak membuahkan hasil karena menghadapi kendala financial dan sejumlah negara yang awalnya menyatakan setuju untuk melakukan retensi kopi ternyata tidak melaksanakan sesuai dengan yang dilaporkan. Harga kopi pun semakin memburuk sehingga program retensi dibubarkan pada akhir bulan September Kegagalan ACPC untuk memulihkan harga kopi membuat organisasi ini diyakini oleh para anggotanya tidak layak lagi untuk dipertahankan sehingga ACPC resmi dibekukan pada akhir Januari 2002 (Herman, 2003). 6

19 Komoditas kopi robusta cukup mempunyai sumberdaya yang mendukung perkembangannya. Produk kopi robusta Indonesia pun masih tetap diperhitungkan di pasar kopi internasional. Penulis mencoba untuk menggambarkan secara detail yang menjadi menghambat perkembangan kopi robusta nasional dalam merumuskan permasalahan yang terjadi. 1) Luas lahan kopi yang meningkat. Industri pengolahan kopi robusta mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai pemasukan yang besar bagi devisa negara. Lahan perkebunan kopi diramalkan akan semakin bertambah hingga tahun 2009 sampai dengan seluas hektar. Dengan lahan yang semakin luas tentunya dapat menghasilkan produksi kopi yang lebih besar. 2) Konsumsi kopi yang cenderung meningkat. Pasar kopi masih terbuka lebar sebagai minuman favorit bagi masyarakat Indonesia maupun dunia. Saat ini kopi pun tidak hanya diminati sebagai minuman saja, tetapi juga sebagai bahan tambahan (penyedap) untuk industri makanan. Oleh karena itu, dapat dikatakan banyak industri pendukung yang turut berperan dalam peningkatan konsumsi kopi. Hal ini merupakan potensi yang dapat mendukung perkembangan industri kopi Robusta nasional. 3) Produksi yang meningkat dihadapkan pada permintaan dunia yang kecil. Jumlah produksi kopi robusta saat ini cukup besar yaitu sebesar 90 persen dari produksi kopi nasional. Permintaan kopi robusta didunia relatif kecil dibandingkan dengan kopi arabika, yaitu hanya sekitar 30 persen. Keadaan produksi dalam negeri yang meningkat sementara permintaan dunia yang 7

20 masih kecil merupakan suatu kesenjangan yang perlu diperhatikan agar dapat bersaing di pasar kopi dunia. 4) Industri hilir kopi kurang berkembang. Pemasaran kopi di negara kita dapat dikatakan lebih berorientasi pada pasar ekspor dan umumnya sebagian ekspor yang dilakukan dalam bentuk biji kopi. Ekspor kopi dalam bentuk olahan masih dalam persentase yang sangat kecil. Keadaan seperti ini telah lama terjadi dan sepertinya masih sulit untuk berubah. Dalam pasar ekspor, masalah yang dihadapi Indonesia bukan hanya kebijakan perdagangan, tetapi juga mutu, khususnya kopi robusta yang sering dianggap sebagai kopi bermutu rendah. Berbagai upaya telah dilakukan untuk peningkatan mutu antara lain kebijakan standarisasi dan pengawasan mutu kopi. Standarisasi mutu tersebut terus ditingkatkan, dan hasilnya adalah bahwa pangsa pasar kopi untuk mutu tinggi menjadi persen, mutu sedang 70,8 persen dan mutu rendah turun menjadi 17,5 persen. Permasalahannya adalah sejauh mana mutu tersebut dapat meningkatkan ekspor dan tambahan benefit yang diperoleh eksportir yang dapat ditransmisikan kepada petani. Secara ringkas permasalahan kopi di Indonesia adalah jumlah produksi yang terus meningkat yang dihadapkan dengan kemungkinan penetrasi pasar yang harus bersaing dengan negara produsen lainnya pada pasar internasional (Hasyim A.L, 1994). 8

21 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis respon produksi, permintaan domestik dan penawaran ekspor kopi robusta Indonesia yang secara spesifik dapat dijabarkan menjadi : 1. Menganalisis respon produksi kopi robusta Indonesia terhadap harga. 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan domestik kopi robusta Indonesia. 3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor kopi robusta Indonesia. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaaan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengembangkan dan mengimplementasikan ilmu yang sudah dipelajari agar lebih bermanfaat lagi. 2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan bisa memberikan rekomendasi kebijakan-kebijakan untuk meningkatkan ekspor kopi Indonesia 3. Bagi akademisi, penelitian ini berguna sebagai sumber informasi atau rujukan untuk menganalis masalah yang sama. 9

22 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Sedangkan, menurut Lindert dan Kindleberger (1995), perdagangan internasional dianggap sebagai suatu akibat dari adanya interaksi antara permintaan dan penawaran yang bersaing. Pada prinsipnya, perdagangan antara dua negara timbul akibat adanya perbedaan permintaan dan penawaran. Perbedaan permintaan disebabkan oleh selera dan tingkat pendapatan, sedangkan perbedaan penawaran disebabkan oleh jumlah dan kualitas faktor produksi serta tingkat teknologi. Selain itu, perdagangan dua negara juga timbul karena adanya keinginan untuk memperluas pasar komoditas untuk menambah devisa negara. Karenanya, di banyak negara, perdagangan internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan pendapatan nasional. Perdagangan merupakan faktor penting dalam merangsang pertumbuhan ekonomi di setiap negara karena perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara dan akan meningkatkan output dunia. Perdagangan juga cenderung meningkatkan pemerataan atas distribusi pendapatan dan kesejahteraan dalam lingkup domestik ataupun internasional. Perdagangan dapat membantu semua negara dalam menjalankan usaha-usaha pembangunan mereka melalui 10

23 promosi serta pengutamaan sektor-sektor ekonomi yang mengandung keunggulan komperatif. Jika perdagangan dunia yang bebas benar-benar tercipta, maka harga dan biaya-biaya produksi internasional akan mampu berfungsi sebagai suatu determinan pokok mengenai seberapa negara harus berdagang dalam rangka memaksimalkan kesejahteraan nasionalnya (Todaro, 2003). Perkembangan teori perdagangan internasional dimulai dari teori merkantilisme yang menyatakan bahwa sebuah negara hanya akan memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan mengorbankan negara lainnya, sebagai akibatnya, mereka menganjurkan agar dilakukan pembatasan yang ketat terhadap impor, memberikan insentif terhadap ekspor serta memberlakukan aturan pemerintah yang ketat terhadap ekonomi (Salvatore, 1997). Selanjutnya, Adam Smith menyatakan bahwa perdagangan didasarkan pada keunggulan absolut dan akan menguntungkan kedua belah pihak. Jika sebuah negara lebih efisien daripada negara lain (memiliki keunggulan absolut) dalam memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien (memiliki kerugian absolut) dibanding negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut akan sama-sama memperoleh keuntungan jika masing-masing negara melakukan spesialisasi untuk memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukarkan sebagiannya dengan komoditi yang memiliki kerugian absolut. Sementara, David Ricardo memperkenalkan hukum keunggulan komperatif (Salvatore, 1997). Menurutnya, walaupun salah satu negara kurang efisien dari negara lainnya dalam memproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar untuk melakukan perdagangan yang saling menguntungkan. Caranya, 11

24 negara yang kurang efisien tersebut harus melakukan spesialisasi untuk memproduksi komiditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (yaitu komoditi yang memilki keunggulan komparatif). 2.2 Teori Penawaran Penawaran (supply) didefinisikan sebagai hubungan fungsional yang menunjukkan berapa banyak suatu komoditas akan ditawarkan (untuk dijual) pada suatu tempat dan waktu tertentu pada berbagai tingkat harga, faktor lain tidak berubah (Tomek and Robinson, 1981). Sementara, menurut Lipsey (1995), penawaran merupakan sejumlah barang dan jasa yang disediakan untuk dijual pada berbagai tingkat harga, pada waktu dan tempat tertentu. Penawaran menunjukkan apa yang ingin dijual oleh perusahaan. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah penawaran suatu komoditas secara umum adalah harga komoditas, harga komoditas alternatif, tujuan perusahaan, harga faktor produksi dan tingkat teknologi. Kurva penawaran menunjukkan hubungan yang positif antara jumlah komoditas yang akan dijual dengan tingkat harga dari komoditas tersebut (Lantican, 1990). Kurva penawaran tersebut menggunakan asumsi bahwa produsen bertindak rasional yang selalu berusaha untuk memaksimumkan keuntungan. 2.3 Teori Permintaan Domestik Permintaan adalah keinginan konsumen untuk membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja dan Manurung, 12

25 2001). Sementara, Kotler dan Armstrong (1992) menyatakan bahwa konsumen akan memilih produk yang menghasilkan kepuasan yang tertinggi dan keinginan konsumen tersebut akan menjadi permintaan jika didukung oleh daya beli. Menurut Rahardja dan Manurung (2001), kurva permintaan merupakan tempat titik yang masing-masing menggambarkan tingkat maksimum pembelian dengan harga tertentu cateris paribus. Kurva permintaan memiliki slope negatif dari kiri atas ke kanan bawah, dimana jika terjadi penurunan harga akan menambah jumlah komoditi yang diminta (Nicholson, 2001). 2.4 Elastisitas Penawaran Elastitas penawaran adalah suatu nilai untuk mengetahui ukuran ketanggapan komoditas yang ditawarkan terhadap perubahan harga komoditas tersebut (Samuelson dan Nordhaus, 2003). Penawaran suatu barang dikatakan elastis jika perubahan harga menyebabkan perubahan yang cukup besar pada jumlah yang ditawarkan. Sebaliknya penawaran dikatakan inelastis jjika perubahan jumlah yang ditawarkan hanya sedikit ketika terjadi perubahan harga. Faktor utama yang dapat mempengaruhi elastisitas penawaran adalah kemudahankemudahan yang menyebabkan produksi dalam industri dapat ditingkatkan. Faktor penting lainnya yang mempengaruhi elastisitas penawaran adalah rentang waktu yang ada. 2.5 Penelitian Terdahulu Suryono (1991) dalam tesisnya membahas tentang Analisis Perdagangan Kopi Indonesia di Pasar Dalam Negeri dan Internasional secara umum membahas 13

26 struktur kopi Indonesia serta penawaran dan permintaan kopi di dalam negeri. Alat analisis yang digunakannya berupa dua macam Model Ekonometrika yaitu Model Sistem Persamaan Simultan dan Model Regresi Linear Berganda. Perubahan nilai tukar mata uang asing dan kebijakan devaluasi diduga berpengaruh terhadap ekspor kopi Indonesia maupun penawaran kopi di dalam negeri. Faktor-faktor tertentu dari sisi produksi seperti produktivitas lahan pertanaman kopi, gangguan keadaan alam, dan stok kopi pada tahun sebelumnya, ternyata mempengaruhi ekspor kopi Indonesia namun tidak berpengaruh terhadap penawaran kopi domestik. Disamping itu dari sisi permintaan, faktor jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat Indonesia juga tidak mempengaruhi ekspor kopi Indonesia. Dari ketiga hal tersebut dapat dikatakan bahwa kopi yang di produksi oleh Indonesia lebih ditujukan untuk kegiatan ekspor. Akan tetapi, Indonesia dalam mengekspor kopi lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor non-ekonomi, seperti keamanan, kondisi politik dan pemogokan, dibandingkan dengan faktor-faktor ekonomi. Corry (2002), dalam skripsinya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran ekspor dan aliran perdagangan kopi Indonesia. Pada penelitiannya digunakan analisi model ekonometrika untuk menganalisis peubahpeubah yang berpengaruh terhadap ekspor kopi di dalam penelitian ini meliputi produksi kopi domestik, harga riil kopi domestik, harga riil ekspor kopi, nilai tukar rupiah terhadap dollar (US$) serta lag volume ekspor kopi tahun sebelumnya. Kesimpulan hasil penelitiannya menyatakan bahwa hampir semua peubah yang terdapat dalam model memiliki pengaruh positif terhadap jumlah penawaran ekspor, hanya peubah harga riil domestik yang memiliki nilai negatif. 14

27 Penelitian ini juga membahas mengenai aliran perdagangan kopi Indonesia ke negara-negara tujuan ekspor dengan menggunakan model gravity dimana produk impor berdasarkan faktor-faktor ekonomi dapat dijadikan pertimbangan dalam penentuan negara tujuan ekspor kopi Indonesia. Penelitian mengenai perdagangan kopi Indonesia di pasar dalam negeri dan internasional dilakukan oleh Darmansyah (1986) dengan menggunakan model regresi. Dalam penelitiannya mengkaji daya saing kopi Indonesia di pasar internasional dan integrasi pasar kopi Indonesia di pasar internasional, baik horizontal maupun vertikal. Diperoleh hasil bahwa Indonesia mempunyai daya saing dari segi produksi kopi jenis Robusta dibanding negara-negara produsen dan eksportir kopi lainnya dan integrasi pasar horizontal antara Indonesia dengan negara-negara produsen kopi lainnya kurang baik, terdapat kecenderungan bahwa naiknya harga kopi negara lain diikuti dengan turunnya harga kopi Indonesia. 15

28 III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara permintaan dan penawaran kopi robusta di Indonesia, yang berada pada sisi kanan, digambarkan pada diagram tengah sebagai permintaan Indonesia terhadap kopi impor (kurva ED). Perbedaaan antara permintaan dan penawaran terhadap kopi di luar negeri, di sisi kiri, digambarkan pada diagram tengah sebagai penawaran luar negeri yang berupa ekspor kopi. Interaksi dari permintaan dan penawaran dari kedua negara akan menetnukan harga kopi dan kuantitas yang dihasilkan, diperdagangkan, dan dikonsumsikan. Selama ini, kekhawatiran terhadap produksi kopi yang melimpah lebih mengarah pada jenis kopi robusta. Dimana sekitar 30 persen permintaan dunia adalah kopi robusta. Gambar 3.1 memperlihatkan sebelum terjadinya perdagangan internasional harga di negara A sebesar P A, sedangkan di negara B sebesar P B. Penawaran di pasar internasional akan terjadi jika harga internasional lebih rendah dari P B. 16

29 Perdagangan internasional tidak akan terjadi apabila harga internasional sama dengan P A tau P B. Apabila harga internasional lebih besar dari P A maka terjadi excess supply pada negara A dan apabila harga internasional lebih rendah dari P B maka terjadi excess demand pada negara B. Sehingga dari A dan B akan terbentuk kurva ES dan ED di pasar internasional, dimana perpotongan antara kurva ES dan ED akan menentukan harga yang terjadi di pasar internasional sebesar P* (Salvatore,1997). 3.2 Teori Kuota Kuota yang dalam pengertiannya jatah atau pembakuan kuantitas merupakan bentuk hambatan perdagangan non tarif yang sering digunakan negara-negara dalam melakukan perdagangan internasional. Menurut Salvatore (1997), kuota adalah pembatasan secara langsung terhadap jumlah impor atau ekspor. Latar belakang penggunaan kuota sebagai hambatan non tarif antara lain untuk menjaga stabilitas harga dunia, untuk melindungi industri dalam negeri atau untuk melindungi sektor pertanian suatu negara. Kuota bisa berupa pembatasan kuota pasokan, misalnya sekian ton atau sekian unit per tahun, atau bisa juga berupa pembatasan nilai, misalnya ekspor produk ke suatu negara tidak boleh melebihi sekian juta dollar per tahun. Kuota ekspor merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang diekspor. Pembatasan ini biasanya diberlakukan dengan mmeberikan lisensi kepada beberapa kelompok individu atau perusahaan domestik untuk mengekspor suatu produk atau komoditi yang jumlahnya langsung dibatasi itu. Kuota impor merupakan pembatasan langsung atas jumlah barang yang diimpor. 17

30 3.3 Fungsi Ekspor Ekspor merupakan kelebihan penawaran domestik atau produksi barang atau jasa yang tidak dikonsumsi oleh konsumen negara yang bersangkutan dan tidak disimpan dalam bentuk stok (Kindleberger dan Lindert, 1982), sehingga bisa dirumuskan: QX t = Q t - C t S t-1 (3.1) Dimana: QX t = jumlah yang diekspor C t = jumlah konsumsi S t-1 = stok pada tahun t Jumlah stok diasumsikan tetap dari tahun ke tahun,maka : QX t = Q t - QD t (3.2) Dimana: QX t = jumlah yang diekspor Q t = jumlah produksi QD t = jumlah penawaran domestik 3.4 Model Respons Produksi, Permintaan Domestik, dan Penawaran Ekspor Kopi Robusta Produksi domestik suatu komoditi akan dipengaruhi oleh luas lahan, harga domestik tahun sebelumnya, harga input, jumlah tenaga kerja dan faktor produksi lainnya. Dalam penelitian ini, peubah yang dianalisis dan diduga mempengaruhi respon produksi kopi adalah luas lahan, harga domestik, dummy krisis dan harga pupuk, sehingga secara matematis dapat dituliskan menjadi: PD t = f (LL t, HD, HP t, D) (3.3) 18

31 Dimana : PD t LL t HD HP t D = produksi domestik tahun ke-t (ton) = luas lahan tahun ke-t (hektar) = harga domestik (Rp) = harga pupuk (Rp) = peubah dummy berupa krisis ekonomi Indonesia Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan secara matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Persamaan matematis yang dapat menjelaskan permintaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dapat dituliskan sebagai berikut (Rahardja dan Manurung, 2001): QDt = f (HDt, HSt, YP t, T t, Id t, Pop t, Pp t, Adv t ) (3.4) QDt HDt HSt YP t Id t T t Pop t Pp t Adv t = volume permintaan domestik tahun ke-t = harga domestik tahun ke-t = harga barang substitusi tahun ke-t = pendapatan perkapita tahun ke-t = jumlah pendapatan rata-rata tahun ke-t = selera tahun ke-t = jumlah penduduk tahun ke-t = perkiraan harga barang x periode mendatang tahun ke-t = upaya produsen meningkatkan penjualan tahun ke-t Dari peubah fungsi permintaan domestik pada persamaan di atas, dalam penelitian ini peubah yang dianalisis hanyalah harga domestik kopi, harga barang substitusi, dan jumlah penduduk, dan Tren. Sehingga fungsi permintaan domestik bisa dituliskan menjadi: QD t = f ( HD t, HS t, Pop t ) (3.5) Dimana : QDt HDt HSt Pop t = volume permintaan domestik tahun ke-t (ton) = harga domestik tahun ke-t (Rp/kg) = harga barang substitusi/kakao tahun ke-t (Rp/Kg) = jumlah penduduk tahun ke-t 19

32 Penawaran ekspor sebuah negara akan dipengaruhi oleh faktor permintaan penduduk domestik terhadap komoditi ekspor, yaitu harga domestik tahun ini (HD t ), produksi tahun ini (PD t ) dan harga domestik tahun sebelumnya (HD t-1 ). Sebagai penawaran, ekspor komoditi akan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan negara pengimpornya terhadap komoditi yang bersangkutan, yaitu harga domestik negara tujuan ekspor (HDI t ), harga impor dari negara tujuan ekspor (HII t ), pendapatan perkapita penduduk negara tujuan ekspor (YPI t ), dan selera penduduk negara tujuan ekspor (SI t ). Faktor dari pasar internasional yang turut mempengaruhi penawaran ekspor suatu komoditi adalah harga internasional (HX t ) dan nilai tukar uang efektif (KU t ). Untuk mengetahui pengaruh jangka panjang dalam kegiatan ekspor, dalam model dimasukkan ramalan volume ekspor tahun sebelumnya (X t-1 ). Di fungsi itu juga dimasukkan ramalan kondisi perekonomian sebagai peubah dummy (D t ). Secara keseluruhan fungsi penawaran ekspor suatu komoditi secara matematis dapat dituliskan menjadi: X t = f (HD t, HD t-1, PD t, HDI t, HII t, YPI t, SI t, HX t, NT t, X t-1, D) (3.6) Dimana : X t = volume ekspor tahun ke-t (ton) HD t = harga domestik tahun ke-t (Rp/kg) HD t-1 = harga domestik tahun sebelumnya (Rp/kg) PD t = produksi domestik tahun ke-t HDI t = harga domestik dari negara tujuan ekspor tahuin ke-t HII t = harga impor dari negara tujuan impor YPI t = pendapatan perkapita negara tujuan ekspor SI t = selera negara tujuan ekspor HX t = harga ekspor tahun ke-t KU t = nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika tahun ke-t (Rp/US$) X t-1 = volume ekspor tahun sebelumnya D = peubah dummy kondisi perekonomian negara 20

33 Dari peubah fungsi penawaran ekspor pada persamaan di atas, dalam penelitian ini peubah yang dianalisis hanyalah nilai tikar rupiah terhadap dollar Amerika tahun ke-t, harga ekspor tahun ke-t, harga domestik tahun ke-t, sehingga secara matematis, fungsi penawaran ekspor kopi bisa dituliskan menjadi : X t = f (X t-1, HI t, HD t, D) (3.7) Dimana : X t HD t HX t X t-1 D = volume ekspor tahun ke-t (ton) = harga domestik tahun ke-t (Rp/kg) = harga ekspor tahun ke-t (US$/ton) = volume ekspor tahun sebelumnya (ton) = peubah dummy berupa krisis ekonomi Indonesia 21

34 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan sebagai bahan analisis dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data deret waktu (time series). Data deret waktu meliputi data tahunan selama 18 tahun ( ). Semua data yang dikumpulkan berasal dari Badan Pusat Statistik, Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian, Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI), Departemen Perindustrian dan Perdagangan serta literatur dari lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. 4.2 Model Ekonometrika Model Respons Produksi PD t = α 0 + α 1 HD t + α 2 HP t + α 3 LL t + α 4 D + ε t (4.1) Dimana : α 0 = konstanta persamaan respon produksi kopi α 1 = koefisien regresi persamaan respon produksi kopi (i = 1, 2, 3, 4) PD t = volume jumlah produksi kopi domestik (ton) HD t = harga domestik (Rp/kg) HP t = harga pupuk (Rp) LL t = luas lahan kopi (hektar) D = peubah dummy, sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1 ε t = kesalahan pengganggu persamaan respon produksi kopi t = periode ke-t Model Permintaan Domestik QD t = β 0 + β 1 HD t + β 2 HS t + β 3 Pop t + εt (4.2) Dimana : β 0 = konstanta persamaan permintaan domestik kopi β = koefisien regresi persamaan permintaan domestik kopi (i = 1, 2, 3, 4) 22

35 QD t HD t HS t Pop t ε t t = volume jumlah permintaan domestik kopi (ton) = harga domestik kopi (Rp/Kg) = harga barang substitusi/kakao (Rp/Kg) = jumlah penduduk tahun ke-t = kesalahan pengganggu persamaan permintaan domestik kopi = periode ke-t Model Penawaran Ekspor X t = γ 0 + γ 1 X t-1 + γ 2 HD t + γ 3 HX t + γ 4 D + ε t (4.3) Dimana : γ 0 = konstanta persamaan penawaran ekspor kopi γ = koefisien regresi persamaan penawaran ekspor kopi (i = 1, 2, 3, 4) X t = volume jumlah penawaran ekspor kopi (ton) HX t = harga ekspor kopi (US$/ton) HD t = harga domestik kopi (Rp/Kg) X t-1 = volume ekspor tahun sebelumnya (ton) D = peubah dummy, sebelum krisis = 0, setelah krisis = 1 ε t = kesalahan pengganggu persamaan penawaran ekspor kopi t = periode ke-t Persamaan Identitas PD t = QD t + X t (4.4) Dimana : PD t QD t X t = respon produksi domestik kopi(ton) = permintaan domestik kopi (ton) = penawaran ekspor kopi (ton) 4.3 Identifikasi Model Identifikasi model dilakukan untuk mengetahui apakah suatu model dapat diduga atau tidak. Model yang digunakan dalam penelitian ini berupa model persamaan secara simultan. Sebelum menentukan metode regresi persamaan simultan, identifikasi harus diketahui terlebih dahulu. Salah satu cara identifikasi 23

36 model persamaan simultan adalah dengan menggunakan order condition, sebagai berikut: (K-k) (m-1) (4.5) Dimana : K k m = jumlah peubah eksogen di dalam model simultan = jumlah peubah eksogen di dalam persamaan persamaan tertentu = jumlah peubah endogen di dalam persamaan persamaan tertentu Jika (K-k) < (m-1), maka persamaan dalam model tidak teridentifikasi (under identified), jika Jika (K-k) = (m-1), persamaan dalm model tepat teridentifikasi (exactly identified), dan Jika (K-k) > (m-1), maka persamaan dalam model terlalu teridentifikasi (over identified). Model simultan dalam penelitian ini terdiri dari tiga persamaan struktural, yaitu model fungsi respons produksi domestik, model fungsi permintaan domestik dan model penawaran ekspor. Sedangkan jumlah peubah eksogen dalam model (K) adalah 8, jumlah peubah eksogen paling banyak dalam suatu persamaan adalah 4, (k maksimum 4), jumlah peubah endogen yang paling banyak dalam suatu persamaan adalah 2, (m maksimum 2). Mengikuti rumus identifikasi model dengan kriteria order condition, maka setiap persamaan pada model persamaan simultan dalam penelitian ini adalah over identified. Teknik ekonometrika yang dapat digunakan untuk mengestimasi persamaan simultan yang over identified adalah metode Two Stage Least Square (2SLS). 24

37 Tabel 4.3 Identifikasi Model dengan Order Condition Persaamaan K-k m-1 Kesimpulan Respon Produksi 4 1 over identified Permintaan Domestik 5 1 over identified Penawaran Ekspor Sumber: Pengolahan Data 4 1 over identified Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa setiap persamaan pada model persamaan simultan dalam penelitian ini adalah over identified. Teknik ekonometrika yang dapat digunakan untuk mengestimasi persamaan simultan yang over identified adalah metode Two Stage Least Square (2SLS). Dimana yang menjadi peubah eksogen yaitu luas lahan, harga pupuk, volume ekspor lag satu tahun sebelumnya, harga substitusi, populasi, harga ekspor, dummy. Sedangkan yang menjadi peubah endogen yaitu produksi, konsumsi, ekspor, harga domestik. 25

38 V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas hektar (Tabel 5.1). Keseluruhan data pada tabel menunjukkan bahwa luas areal TM kopi robusta memiliki persentase yang cukup besar terhadap luas lahan kopi robusta nasional dengan angka rata-rata 67,45 persen. Luas lahan kopi robusta nasional memiliki persentase 92,09 persen terhadap luas lahan kopi nasional. Tabel 5.1 Persentase Luas TM Kopi Robusta Nasional Terhadap Luas Lahan Kopi Robusta Nasional dan Luas Lahan Kopi Nasional Pada Tahun (Ha) Tahun Luas TM Kopi Robusta Nasional (A) Luas Lahan Kopi Robusta Nasional (B) Luas Lahan Kopi Nasional (C) Persentase A terhadap B (%) Persentase A terhadap C (%) Persentase B terhadap C (%) ,00 67,45 92, ,52 66,36 94, ,59 67,72 93, ,66 67,55 92, ,21 66,60 92, ,51 65,99 89, ,12 66,71 90, ,74 64,71 91, ,29 67,73 93, ,58 67,75 93, ,03 67,43 92, ,29 69,74 91, ,64 69,03 91, * ,64 69,57 91,97 Ratarata Sumber:Direktorat Jenderal Perkebunan, Keterangan: (*) Angka Sementara 26

39 5.2 Produksi Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Tingkat pertumbuhan produksi cukup kecil dengan rata-rata 3,14 persen (Tabel 5.3). Pertumbuhan yang cukup kecil ini sebagian besar dikarenakan masih rendahnya kualitas pengolahan kopi robusta khususnya mulai dari masa pra panen. Petani umumnya masih menggunakan teknologi yang sederhana atau tingkat perlakuan pada lahan masih minim. Hal ini disebabkan oleh tidak adanya insentif harga yang dapat memacu petani untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas mulai dari lahan hingga hasilnya. Produksi kopi robusta di Indonesia dari tahun 1994 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan jumlah walaupun ada di antara tahun-tahun tertentu mangalami penurunan dengan jumlah yang tidak signifikan. Jika dilihat dari angka pertumbuhannya, maka penurunan terjadi pada tahun 1995, 1997, 2003, 2004, dan Sedangkan peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 1998, 2000, dan Produktivitas Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Produktivitas lahan kopi robusta dari tahun 1994 hingga 2006 juga menunjukkan adanya peningkatan dengan persentase rata-rata angka pertumbuhan sebesar 1,67 persen (Tabel 5.3). Namun, tingkat produktivitas lahan kopi Indonesia masih rendah bila dibandingkan dengan negara-negara eksportir kopi utama. Hal ini dikarenakan terbatasnya penggunaan bahan tanam unggul, terlambatnya peremajaan, penanganan panen (petik merah), dan pasca panen yang belum memadai. 27

40 Tabel 5.3 Pertumbuhan Luas Areal (TM), Produksi dan Produktivitas Perkebunan Kopi Robusta Seluruh Indonesia Tahun Luas Areal Produksi Produktivitas Tahun Total (Ha) Pertumbuhan (%) Total (Ton) Pertumbuhan (%) Total (Ton/Ha) Pertumbuhan (%) , , ,81 0,53-5, , ,90 0,54 1, , ,94 0,49-9, , ,21 0,59 14, , ,33 0,61 2, , ,48 0,63 3, , ,76 0,61-2, , ,29 0,71 15, , ,37 0,72 1, , ,78 0,67-7, , ,03 0,66-0, * , ,95 0,67 1,27 Ratarata , ,14 0,62 1,67 Sumber:Direktorat Jenderal Perkebunan, Keterangan: (*) Angka Sementara 5.4 Potensi Kopi Robusta Indonesia Kopi robusta hingga saat ini merupakan jenis kopi yang paling banyak ditanam di Indonesia. Diplihnya kopi robusta sebagai jenis kopi yang paling banyak dibudidayakan di Indonesia selain karena ketahanannya terhadap penyakit karat daun yaitu mudah dalam pembudidayaannya dibandingkan arabika. Kopi robusta umumnya ditanam di dataran rendah dengan ketinggian tempat 400 sampai dengan 800 meter dpl (di atas permukaan laut). Syarat ketinggian lahan produksi ini menuntut suhu udara yang sesuai seperti kopi robusta dapat ditanam di daerah dengan suhu udara yang agak panas. Lahan kopi robusta tidak membutuhkan banyak kadar bahan organic yaitu cukup dengan persentase sebesar 3,5-10,0 persen. Tekstur tanah yang disyaratkan untuk kopi robusta ini pun sederhana yaitu tanah yang gembur. 28

41 Tabel 5.4 Syarat Tumbuh Kopi Robusta Kriteria Syarat Tumbuh Garis Lintang LS sampai LU Tinggi Tempat m dpl Suhu Udara Rata-rata C Curah Hujan mm/th Jumlah Bulan Kering (curah hujan < bln/th mm/bulan PH 5,5 6,5 Bahan Organik Min 2 % Kedalaman Tanah Efektif >100 cm Kemiringan tanah <25 % Sumber:Direktorat Jenderal Perkebunan, Kopi robusta ini telah ditanam oleh para petani hampir di seluruh provinsi dengan daerah penanaman utama meliputi provinsi Lampung, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Areal perkebunan robusta mempunyai persentase luas lahan yang lebih besar dibandingkan dengan arabika. Berdasarkan status kepemilikan areal perkebunan kopi robusta di Indonesia terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan besar negara serta perkebunan swasta. Perkebunan rakyat memiliki porsi terbesar dari total luas areal kopi robusta yang ada di Indonesia. Dengan demikian produksi kopi robusta dalam negeri didominasi oleh hasil perkebunan rakyat. Hampir seluruh produksi kopi robusta di seluruh dunia dihasilkan secara kering dan dituntut tidak mengandung rasa asam dari terjadinya fermentasi, untuk mendapatkan rasa lugas (neutral taste). Kopi robusta memiliki kelebihan, seperti kekentalan yang lebih dan warna yang kuat. Oleh karena itu, kopi robusta banyak diperlukan untuk bahan campuran (blends) untuk merek-merek tertentu. Kopi ini banyak digunakan oleh industri sebagai bahan baku untuk kopi serbuk, sehingga hasilnya didapatkan kopi yang memiliki kekentalan dengan warna yang kuat. Negara utama yang merupakan penghasil kopi ini yaitu Indonesia, Pantai Gading, 29

ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H

ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H ANALISIS RESPONS PRODUKSI, PERMINTAAN DOMESTIK DAN PENAWARAN EKSPOR KOPI ROBUSTA INDONESIA OLEH MEIKHAL SAPUTRA H14050518 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor yang mampu menciptakan penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena pengusahaannya dimulai dari kebun sampai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan

III. KERANGKA TEORITIS. adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan III. KERANGKA TEORITIS 3.1 Konsep Pemikiran Teoritis Pada pasar kopi (negara kecil), keinginan untuk memperdagangkannya adalah perbedaan antara permintaan dan penawaran di suatu negara. Perbedaan antara

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia. hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878. V. GAMBARAN UMUM 5.1 Luas Areal Perkebunan Kopi Robusta Indonesia Luas lahan robusta sampai tahun 2006 (data sementara) sekitar 1.161.739 hektar dengan luas lahan tanaman menghasilkan (TM) seluas 878.874

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor andalan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi pedesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian. Pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas

Lebih terperinci

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H

DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H DAMPAK KEBIJAKAN PERDAGANGAN DI SEKTOR INDUSTRI CPO TERHADAP KESEIMBANGAN PASAR MINYAK GORENG SAWIT DALAM NEGERI OLEH WIDA KUSUMA WARDANI H14104036 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H

ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H ANALISIS RESPONS PENAWARAN KELAPA DI INDONESIA PADA PERIODE 1971-2006 OLEH THOMSON MARGANDA SIANIPAR H14050232 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama

BAB I PENDAHULUAN. salah satu komoditas penting yang diperdagangkan secara luas di dunia. Selama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi dalam perdagangan dan investasi menawarkan banyak peluang dan tantangan bagi agribisnis perkebunan di Indonesia. Kopi merupakan salah satu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR BIJI KAKAO INDONESIA OLEH IRMA KOMALASARI H14104044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS

KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS 3.1. Teori Perdagangan Internasional Teori tentang perdagangan internasional telah mengalami perkembangan yang sangat maju, yaitu dimulai dengan teori klasik tentang keunggulan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Permintaan Permintaan adalah jumlah barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode tertentu (Pappas & Hirschey

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A

ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A ANALISIS PENGARUH PAJAK EKSPOR TERHADAP KINERJA INDUSTRI KELAPA SAWIT OLEH: MARIA IRENE HUTABARAT A14105570 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMENAGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang tepat untuk

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta. Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Model Fungsi Respons Produksi Kopi Robusta Pendugaan fungsi respons produksi dengan metode 2SLS diperoleh hasil yang tercantum pada Tabel 6.1. Koefisien determinan (R 2 ) sebesar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan tradisional yang mempunyai peran penting dalam perekonomian Indonesia. Peran tersebut antara lain adalah sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan di Indonesia karena memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar negeri. Sebagian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang berbasis pada sektor pertanian, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan yang memegang peranan penting dalam perdagangan dan perekonomian negara. Kopi berkontribusi cukup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penelitian Terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang memiliki kesamaan topik dan perbedaan objek dalam penelitian. Ini membantu penulis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam menyumbangkan pendapatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan yang ada di Indonesia, 82,71

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam pembangunan perekonomian nasional dan menjadi sektor andalan serta mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan negara karena setiap negara membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI PENGOLAHAN DAN HASIL OLAHAN KAKAO INDONESIA OLEH : RIZA RAHMANU H14052235 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN RIZA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka, di mana lalu

Lebih terperinci

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK

: Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu ABSTRAK Judul Nama : Pengaruh Luas Lahan, Jumlah Produksi, Kurs Dollar Amerika Serikat dan Inflasi Terhadap Ekspor Kakao Indonesia Kurun Waktu 1994-2013 : I Kadek Edi Wirya Berata Nim : 1206105079 ABSTRAK Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha perkebunan merupakan usaha yang berperan penting bagi perekonomian nasional, antara lain sebagai penyedia lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi petani, sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Penawaran Menurut Sukirno (2013) teori penawaran menerangkan tentang ciri hubungan antara harga sesuatu barang dan jumlah barang yang ditawarkan para

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pada penelitian tentang penawaran ekspor karet alam, ada beberapa teori yang dijadikan kerangka berpikir. Teori-teori tersebut adalah : teori

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang memegang peranan penting bagi perekonomian nasional. Hal ini ditunjukkan dari nilai devisa yang dihasilkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin berkembangnya perdagangan bebas ini, persaingan bisnis global membuat masing-masing negera terdorong untuk melaksanakan perdagangan internasional. Perdagangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

IV. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. KERANGKA PEMIKIRAN 52 IV. KERANGKA PEMIKIRAN 4.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Sesuai dengan tujuan penelitian, kerangka teori yang mendasari penelitian ini disajikan pada Gambar 10. P P w e P d Se t Se P Sd P NPM=D CP O

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Luas Areal Tanaman Perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan perkebunan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Pengembangan luas areal

Lebih terperinci

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H

PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONESIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWARAN OLEH I MADE SANJAYA H PROYEKSI PENAWARAN TEBU INDONES SIA TAHUN 2025 : ANALISIS RESPON PENAWA ARAN OLEH I MADE SANJAYA H14053726 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 PROYEKSI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor strategis dalam pembangunan perekonomian nasional seperti dalam hal penyerapan tenaga kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor

BAB I PENDAHULUAN. Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi Indonesia merupakan salah satu komoditas perkebunan yang telah di ekspor ke pasar dunia. Dari total produksi kopi yang dihasilkan oleh Indonesia, sekitar 67% kopinya

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. kesejahteraan, serta dampak kuota impor terhadap kesejahteran. 19 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama perdagangan bawang merah di Indonesia mencakup kegiatan produksi, konsumsi, dan impor. Berikut ini dipaparkan teori dari fungsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang mengandalkan sektor migas dan non migas sebagai penghasil devisa. Salah satu sektor non migas yang mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di Indonesia, meskipun telah terjadi transformasi struktur ekonomi, dimana perekonomian negara lebih ditopang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang tangguh dalam perekonomian dan memiliki peran sebagai penyangga pembangunan nasional. Hal ini terbukti pada saat Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi Pertumbuhan dan perkembangan sektor usaha perkebunan di Indonesia dimotori oleh usaha perkebunan rakyat, perkebunan besar milik pemerintah dan milik swasta. Di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang gencargencarnya melaksanakan pembangunan dalam segala bidang. Tujuannya adalah untuk menciptakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi,

III. KERANGKA TEORI. sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, III. KERANGKA TEORI Pasar jagung, pakan dan daging ayam ras di Indonesia dapat dilihat dari sisi produksi maupun pasar, disajikan pada Gambar 1. Dari sisi produksi, keterkaitan ketiga pasar tersebut dapat

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Peranan pertanian antara lain adalah : (1) sektor pertanian masih menyumbang sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari peran sektor pertanian tersebut dalam perekonomian nasional sebagaimana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian dari waktu ke waktu semakin meningkat. Lada merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia, yaitu sebagai penghasil devisa, sumber pendapatan petani,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya terencana untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara ekonomi dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen.

III. KERANGKA PEMIKIRAN. fungsi permintaan, persamaan simultan, elastisitas, dan surplus produsen. III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Komponen utama pasar beras mencakup kegiatan produksi dan konsumsi. Penelitian ini menggunakan persamaan simultan karena memiliki lebih dari satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL

ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN JURNAL ANALISIS DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI DAYA SAING KOMODITAS KOPI INDONESIA TAHUN 2001 2015 JURNAL Oleh: Nama : Ilham Rahman Nomor Mahasiswa : 13313012 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara

BAB 1 PENDAHULUAN. hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam situasi global tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dagang dengan pihak luar negeri, mengingat bahwa setiap negara tidak dapat memenuhi

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumberdaya alam, terutama dari hasil pertanian. Sektor pertanian menjadi sektor penting sebagai penyedia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kopi (coffea s.p) merupakan salah satu produk agroindustri pangan yang digemari oleh masyarakat. Hal ini disebabkan karena kopi memiliki aroma khas yang tidak dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peran penting dalam menunjang peningkatan ekspor nonmigas di Indonesia. Indonesia merupakan negara produsen

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN CENGKEH INDUSTRI ROKOK KRETEK DI INDONESIA OLEH: ROYAN AGUSTINUS SIBURIAN A14301041 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. ternak. Penanaman tanaman dengan sistem agroforestri ini dapat meningkatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agroforestri adalah sistem dan teknologi lahan dimana tanaman berkayu ditanam secara sengaja pada unit manajemen lahan yang sama dengan pertanian dan/atau ternak. Penanaman

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan perekonomian suatu negara tentunya tidak terlepas dari aktivitas perdagangan international yaitu ekspor dan impor. Di Indonesia sendiri saat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi telah menambahkan banyak tantangan baru bagi agribisnis di seluruh dunia. Agribisnis tidak hanya bersaing di pasar domestik, tetapi juga untuk bersaing

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A

ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA. Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A ANALISIS DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK DAN INDUSTRI GULA INDONESIA Oleh: AGUS TRI SURYA NAINGGOLAN A14302003 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KOPI INDONESIA OLEH AJI WAHYU ROSANDI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KOPI INDONESIA OLEH AJI WAHYU ROSANDI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN EKSPOR KOPI INDONESIA OLEH AJI WAHYU ROSANDI H14103092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara

KERANGKA PEMIKIRAN. transformasi input (resources) ke dalam output atau yang melukiskan antara III. KERANGKA PEMIKIRAN Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas, menganalisis harga dan integrasi pasar spasial tidak terlepas dari kondisi permintaan, penawaran, dan berbagai kebijakan

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi

I. PENDAHULUAN , , , ,3 Pengangkutan dan Komunikasi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang memegang peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor pertanian secara potensial mampu memberikan kontribusi

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL UPAYA PENINGKATAN KUALITAS DAN KUANTITAS KOMODITI KOPI JAWA TIMUR GUNA MENUNJANG PASAR NASIONAL DAN INTERNASIONAL Dwi Nugroho Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Jember, 26 Maret 2018 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk

BAB I PENDAHULUAN. yang memerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan, sabuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini kebutuhan akan karet alam terus meningkat sejalan dengan meningkatnya standar hidup manusia. Hal ini terkait dengan kebutuhan manusia yang memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia, kebutuhan jagung di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA

DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA DAMPAK PENGHAPUSAN TARIF IMPOR KEDELAI DI INDONESIA Oleh: RONI A 14105600 PROGRAM SARJANA EKTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN RONI, Dampak Penghapusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian telah memberikan sumbangan yang nyata dalam perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia, mempercepat pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA)

DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) DAMPAK KETERGANTUNGAN PEREKONOMIAN PROVINSI JAMBI TERHADAP SUMBERDAYA ALAM TAK TERBARUKAN (PEMBERLAKUAN KUOTA EKSPOR BATUBARA) OLEH BUDI KURNIAWAN H14094019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Perkembangan Jagung Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 66 VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI, PERMINTAAN, IMPOR, DAN HARGA BAWANG MERAH DI INDONESIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan bawang merah dalam penelitian

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB. I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu kegiatan yang berperan penting dalam perekonomian suatu negara adalah kegiatan perdagangan internasional. Sehingga perdagangan internasional harus

Lebih terperinci

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A

ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER. Oleh : ERWIN FAHRI A ANALISIS ALIRAN PERDAGANGAN TEH INDONESIA SEBELUM DAN SETELAH KRISIS MONETER Oleh : ERWIN FAHRI A 14105542 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan Internasional merupakan salah satu upaya untuk mengatasi masalah bagi suatu negara dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Banyak keuntungan yang

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn) I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Peran strategis sektor pertanian digambarkan dalam kontribusi sektor pertanian dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan maupun mengatasi ketimpangan ekonomi dan pengembangan industri. Pada kondisi rawan pangan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta)

ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta) ANALISIS EKONOMI KELEMBAGAAN PEMASARAN CPO PRODUKSI P.T. PERKEBUNAN NUSANTARA (PTPN) (Kasus Kantor Pemasaran Bersama (KPB) PTPN Jakarta) OLEH HENGKY GAMES JS H14053064 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi

I. PENDAHULUAN. Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gaya hidup pada zaman modern ini menuntun masyarakat untuk mengkonsumsi makanan dan minuman berkualitas. Salah satu contoh produk yang sangat diperhatian kualitasmya

Lebih terperinci