RADIOGRAPH BASED DISCUSSION KARDIOMEGALI PADA CHF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RADIOGRAPH BASED DISCUSSION KARDIOMEGALI PADA CHF"

Transkripsi

1 RADIOGRAPH BASED DISCUSSION KARDIOMEGALI PADA CHF Untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Radiologi Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Oleh : Hana Mitayani Naim Ismail Imunu Tutut Nila Munana KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI RS ISLAM SULTAN AGUNG FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG 2015

2 LEMBAR PENGESAHAN RADIOGRAPH BASED DISCUSSION Diajukan guna melengkapi tugas kepaniteraan klinis bagian ilmu radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Nama : Hana Mitayani Naim Ismail I Tutut Nila M Judul : Kardiomegali Pada CHF Bagian : Ilmu Radiologi Fakultas : Kedokteran UNISSULA Pembimbing : dr. Bambang Satoto, Sp. Rad Telah diajukan dan disahkan Semarang, Juli 2015 Pembimbing, dr. Bambang Satoto, Sp. Rad ii

3 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii DAFTAR ISI...iii BAB I PENDAHULUAN...1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anatomi Jantung Bentuk dan letak jantung Lapisan jantung Ruang-Ruang Jantung Katup Jantung Sirkulasi jantung Radiologi Jantung Jantung Normal Pembesaran Jantung Congestive heart fealure (CHF) Definisi CHF Etiologi CHF Patofisiologi CHF Klasifikasi CHF Manifestasi Klinis CHF Gambaran Radiologi CHF Diagnosis Banding CHF Penatalaksanaan CHF...38 iii

4 BAB III LAPORAN KASUS Identitas Penderita Anamnesa (Alloanamnesa) Diagnosis Pemeriksaan Penunjang...41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pembahasan...43 BAB V KESIMPULAN...46 DAFTAR PUSTAKA...47 iv

5 BAB I PENDAHULUAN Konsep pelayanan kesehatan primer tidak dapat dilaksanakan dengan berhasil tanpa dukungan pelayanan-pelayanan diagnostik yang memadai termasuk fasilitas untuk radiologi diagnostik. Oleh karena itu, salah satu langkah yang dilakukan oleh WHO adalah membuat Sistem Radiologi Dasar untuk memberikan cakupan radiologi yang lebih memadai bagi penduduk yang sekarang kurang terlayani (Hartono, 1995). Pada pembacaan foto rontgen dada, pendekatan secara sistematis adalah penting, berdasarkan penilaian pertama pada anatomi dan selanjutnya fisiologi. Jantung mudah dibedakan dari paru-paru karena jantung lebih mengandung darah dengan densitas air lebih besar dibanding udara. Karena darah melemahkan x-ray lebih kuat dibanding udara, jantung relatif tampak berwarna putih dan paru-paru relatif hitam. Perkembangan terkini memperlihatkan, penyakit kardiovaskular telah menjadi suatu epidemi global yang tidak membedakan pria maupun wanita, serta tidak mengenal batas geografis dan sosio-ekonomis. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan satu dari tiga orang di seluruh dunia pada tahun 2001, meninggal karena penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskuler menyebabkan perubahan-perubahan yang beragam dan kompleks dalam gambaran foto rontgen dada, salah satunya adalah gagal jantung atau Congestive Heart Failure (CHF). Selain EKG (Ekokardiografi) yang merupakan pemeriksaan non-invasif yang 1

6 2 digunakan untuk diagnosis suatu gagal jantung, kita juga perlu mengetahui bagaimana cara diagnosis melalui gambaran rontgen dada (Sudoro, 2006). Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Definisi gagal yaitu relatif terhadap kebutuhan metabolik tubuh, penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium, gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulasi dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya yang bermanifestasi terhadap pembesaran jantung atau kardiomegali sebegai respon jantung terhadap mekanisme kompensatorik. Kardiomegali adalah suatu keadaan dimana terjadi pembesaran pada jantung. Beberapa penyebab kardiomegali antara lain penyakit miokardia, penyakit arteri koroner, defek jantung kongenital dengan gagal jantung ataupun beberapa keadaan lain seperti tumor jantung, anemia berat, kelainan endokrin, malnutrisi, distrofi muskular dan gagal jantung akibat penyakit paru (Ismail, 2009). Dari 4,8 juta penduduk Amerika, sekitar penduduk yang terdiagnosa terkena penyakit gagal jantung kongestif per tahunnya. 1,5% - 2% orang dewasa di Amerika Serikat menderita CHF (Congenital Heart Disesase), terjadi perawatan di rumah sakit per tahun. Di Inggris, sekitar pasien dirawat di rumah sakit setiap tahun untuk gagal jantung., merpresentasikan 5% dari semua perawatan medis dan menghabiskan lebih dari 1% dana perawatan

7 3 kesehatan nasional. Di Indonesia, sekitar 3-20 per 1000 orang pada populasi mengalami gagal jantung, dan prevalensinya meningkat seiring pertambahan usia yaitu 100 per 1000 orang pada usia di atas 65 tahun (Gray, 2003; brashers, 2008). Gagal jantung susah dikenali secara klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda-tanda klinis pada tahap awal penyakit. Maka dari itu pemeriksaan penunjang seperti rontgen sangat membantu untuk menegakkan diagnosa. Gambaran sinar rontgen yang menyokong diagnosa dari gagal jantung ialah adanya kardiomegali yang paling sering dijumpai, penonjolan vaskular pada lobus atas, efusi pleura dan adanya kongesti vena paru (garis Kerley B) atau edema paru. Beberapa gambaran di atas itulah yang menjadi karakteristik dari gambaran rontgen toraks pasien gagal jantung (Gleadle, 2005). Dengan data perkembangan seperti ini, penyakit gagal jantung atau CHF yang bernafestasi terhadap pemebesaran jantung akan menyebabkan permasalahan yang signifikan bagi masyarakat global dan bukan tidak mungkin dalam kurun beberapa tahun kedepan angka statistik ini akan bergerak naik jika para praktisi medis khususnya tidak segera memperhatikan faktor risiko utama yang menjadi awal mula penyakit ini. Dengan demikian perlu adanya penanganan dari segala aspek baik secara biomedik maupun biopsikososial. Dan untuk itu kasus ini diangkat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab sebagai praktisi medis agar dapat mengenal penyakit ini lebih rinci sebelum benar-benar mengaplikasikan teori pengobatan yang rasional.

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Jantung Bentuk dan letak jantung Jantung berbentuk seperti buah pir atau kerucut terletak seperti piramida terbalik dengan apeks (puncak) berada di bawah dan basis (alas) berada di atas. Jantung yang normal terletak di rongga dada sebelah kiri, di dalam ruang mediastinum. Apeks jantung menghadap ke kiri depan bawah. Besar jantung lebih kurang sebesar kepalan tangan pemiliknya. Pada bayi ukurannya relatif lebih besar daripada dewasa. Pada bayi, perbandingan jantung terhadap rongga dada (rasio kardiotoraks) mencapai 60%, pada anak besar sampai dewasa muda mencapai 50% (Guyton, 2008). Gambar 2.1. Letak Jantung Lapisan jantung Lapisan otot jantung terdiri dari perikardium, epikardium, miokardium dan endokardium. Lapisan perikardium adalah lapisan paling atas dari jantung terdiri dari fibrosa dan serosa dan berfungsi sebagai pembungkus 4

9 5 jantung. Lapisan perikardium terdiri dari perikardium parietal (pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang langsung menempel pada jantung). Antara perikardium parietal dan visceral terdapat ruangan perikardium yang berisi cairan serosa berjumlah ml dan berfungsi sebagai pelumas. Lapisan epikardium merupakan lapisan paling atas dari dinding jantung. Selanjutnya adalah lapisan miokardium yang merupakan lapisan fungsional jantung yang memungkinkan jantung bekerja sebagai pompa. Miokardium mempunyai sifat istimewa yaitu bekerja secara otonom (miogenik), durasi kontraksi lebih lama dari otot rangka dan mampu berkontraksi secara ritmik. Ketebalan lapisan miokardium pada setiap ruangan jantung berbedabeda. Ventrikel kiri mempunyai lapisan miokardium yang paling tebal karena mempunyai beban lebih berat untuk memompa darah ke sirkulasi sistemik yang mempunyai tahanan aliran darah lebih besar. Miokardium terdiri dari dua berkas otot yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Setiap serabut otot dipisahkan diskus interkalaris yang berfungsi mempercepat hantaran impuls pada setiap sel otot jantung. Antara sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel terdapat lubang yang dinamakan anoulus fibrosus yang merupakan tempat masuknya serabut internodal dari atrium ke ventrikel. Lapisan endokardium merupakan lapisan yang membentuk bagian dalam jantung dan merupakan lapisan endotel yang sangat licin untuk membantu aliran darah (Guyton, 2008).

10 6 Gambar 2.2. Lapisan jantung Ruang-Ruang Jantung Jantung terdiri dari empat ruang, dua ruang berdinding tipis disebut atrium dan dua ruang berdinding tebal disebut ventrikel. 1. Atrium Atrium kanan. Berfungsi menampung darah yang rendah oksigen dari seluruh tubuh yang mengalir dari vena kava superior dan inferior serta sinus koronarius yang berasal dari jantung sendiri. Kemudian darah dipompakan ke ventrikel kanan dan selanjutnya ke paru-paru. Atrium kiri. Berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paruparu melalui empat buah vena pulmonalis. Kemudian darah mengalir ke ventrikel kiri dan dipompakan ke seluruh tubuh melalui aorta. 2. Ventrikel Ventrikel kanan. Berfungsi memompakan darah dari atrium kanan ke paru-paru melalui vena pulmonalis. Ventrikel kiri. Berfungsi memompakan darah yang kaya oksigen dari atrium kiri ke seluruh tubuh melalui aorta (Guyton, 2008).

11 7 Gambar 2.3. Ruang-Ruang Jantung Katup Jantung Katup jatung terbagi menjadi 2 bagian, yaitu katup yang menghubungkan antara atrium dengan ventrikel dinamakan katup atrioventrikuler, sedangkan katup yang menghubungkan sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal dinamakan katup semilunar. Katup berfungsi mencegah aliran darah balik ke ruang jantung sebelumnya sesaat setelah kontraksi atau sistolik dan sesaat saat relaksasi atau diastolik. Tiap bagian daun katup jantung diikat oleh chordae tendinea sehingga pada saat kontraksi daun katup tidak terdorong masuk keruang sebelumnya yang bertekanan rendah. Chordae tendinea sendiri berikatan dengan otot yang disebut muskulus papilaris. Katup atrioventrikuler terletak antara atrium dan ventrikel. Katup yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan disebut katup trikuspidalis. Katup yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri disebut katup bikuspidalis atau katup mitral. Katup atrioventrikuler memungkinkan darah mengalir dari masing-masing atrium ke ventrikel pada saat diastolik dan mencegah aliran balik pada saat ventrikel berkontraksi memompa darah keluar jantung yaitu pada saat sistolik. Katup semilunar terdiri dari katup pulmonal yaitu katup yang menghubungkan antara ventrikel kanan dengan pulmonal trunk, katup

12 8 semilunar yang lain adalah katup yang menghubungkan antara ventrikel kiri dengan asendence aorta yaitu katup aorta (kumar, 2007). Gambar 2.4. Katup Jantung Sirkulasi jantung Lingkaran sirkulasi jantung dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Namun demikian terdapat juga sirkulasi koroner yang juga berperan sangat penting bagi sirkulasi jantung. 1. Sirkulasi Sistemik Mengalirkan darah ke berbagai organ tubuh. Memenuhi kebutuhan organ yang berbeda. Memerlukan tekanan permulaan yang besar. Banyak mengalami tahanan. Kolom hidrostatik panjang. 2. Sirkulasi Pulmonal Hanya mengalirkan darah ke paru. Hanya berfungsi untuk paru-paru. Mempunyai tekanan permulaan yang rendah. Hanya sedikit mengalami tahanan.

13 9 3. Kolom hidrostatiknya pendek. Sirkulasi Koroner Efisiensi jantung sebagi pompa tergantung dari nutrisi dan oksigenasi yang cukup pada otot jantung itu sendiri. Sirkulasi koroner meliputi seluruh permukaan jantung dan membawa oksigen untk miokardium melalui cabang-cabang intramiokardial yang kecil-kecil (Guyton, 2008). Gambar 2.5. Sirkulasi Sistemik dan Pulmonal

14 Radiologi Jantung Pemerikasaan jantung dan pembuluh darah terdiri dari 2 macam yaitu non radiologis dan radiologis. Non radiologis bisa menggunakan eletrokardiogram dan echocardiogram sedangkan secara radiologis bisa menggunakan X foto toraks tanpa media kontras, namun ada juga pemerikasaan radiologi dengan enggunakan kontras seperti angiogrrafi dan MSCT jantung. Pemeriksaan X foto toraks sering menggunakan proyeksi PA dan lateral namun bisa juga di tabahkan dengan proyeksi kanan-kiri dengan esophagus diisi barium. Hal ini dilakukan setelah pasien memenuhi persyaratan sebagai berikut Posisi PA Simestris Inspirasi cukup Bentuk dada Normal FFD : 1,8 m 2 m Jantung Normal Sebuah pemahaman rinci tentang struktur yang membentuk kontur normal jantung dan mediastinum (kontur cardiomediastinal) pada radiografi dada sangat penting untuk menilai kelainan yang terdeteksi pada kelainan jantung. Berikut ini tampilan gambar jantung yang normal: a. Tampilan Frontal Tampak PA Batas kanan jantung dari superior ke inferior Tonjolan I : (pelebaran sisi mediastinum); vena kava superior Tonjolan II : garis lurus munju arkus aorta (aorta ascenden, biasanya tak terlihat Tonjolan III : terkadang ada (v. Azygos) Tonjolan IV : atrium kanan. Batas kiri jantung dari superior ke inferior Tonjolan I ; arkus aorta Tonjolan II : arteri pulmonalis (pada anak-anak kadang terasa besar) Tonjolan III : aurikel atriu kiri (biasanya tidak menonjol) Tonjolan IV : ventrikel kiri

15 11 Gambar Cardiomedistinal tampak proyeksi PA b. Tampak lateral Batas anterior jantung dari superior ke inferior Aorta ascending Ventrikel kanan outflow track Ventrikel kanan

16 12 Batas posterior jantung dari superior ke inferior Atrium kiri dan vena pulmonalis Atrium kanan Vena cava inferior (Collins, 2007). Gambar Cardiomedistinal tampak proyeksi lateral (sinistra et dektra) Dalam melakukan pembacaan X foto toraks jantung dilakukan beberapa penilian antara lain yaitu: a. Konvigurasi Batas kanan : parasternal Batas kiri : pertengahan klavikula (mid clavikula) Batas atas (batas dari arkus aorta): 1-2 c di bawah manubrium sterni Batas bawah : sukar ditentukan. b. Letak atau Situs Kedudukan orga di dada dan dibawah diafragma. Normalnya yaitu jantung di hemitoraks kiri dan fundus gaster dan apeks jantung di abdomen sisi kiri (situs solitus) c. Ukuran Untuk menentukan ukuran jantung dengan menggunakan CTR (Cardo Thoracic Ratio yang telah memuni syarat untuk pemeriksaan jantung Pembesaran Jantung Dari segi radiologik, cara yang mudah untuk mengukur jantung apakah membesar atau tidak, adalah dengan membandingkan lebar jantung dan lebar dada pada foto toraks PA (cardio-thoracis ratio). Pada gambar, diperlihatkan garis-garis untuk mengukur lebar jantung (a+b) dan lebar dada (c1-c2) (Rasad, 2010)..

17 13 (normal : %) Gambar 2.8. Pengukuran CTR Kardiomegali pada foto thoraks PA dan lateral (Collins, 2007). : Pembesaran ruang X foto Proyeksi PA X foto proyeksi Lateral jantung Ventrikel Kanan Apeks ke segmen laterokranial, Ruang retrosternal sempit pulmomnalis menonjol Atrium Kanan Batas jantung kanan, Tak memberikan gambaran meleber ke kanan, lebih khas dari 1/3 hemithorax kanan Ventrikel Kiri Apeks ke laterokaudal Retrocardial space distal sempit Atrium kiri Double contour, Retrocardiac space bagian penonjolan aurikel atrium atas sempit kiri, brongkus utama kiri

18 14 terangkat Gambar pembesaran atrium kanan Gambar pembesaran Ventrikel kanan

19 15 Gambar pembesaran atrium kiri Gambar pembesaran ventrikel kiri

20 Congestive heart fealure (CHF) Definisi CHF Congestive heart fealure (CHF) atau Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh gagalnya mekanisme kompensasi otot miokard dalam mengantisipasi peningkatan beban volume berlebihan ataupun beban tekanan yang berlebih pada jantung, sehingga tidak mampu memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan olaeh karena gangguan primer otot jantung, atau beban jantung yang berlebihan, atau kombinasi keduanya. Beban jantung yang berlebihan pada preload atau beban volume terjadi pada defek dengan pirau kiri ke kanan, regurgitasi katup, atau fistula arteriovena. Sedangkan beban yang berlebihan pada afterload atau beban tekanan terjadi pada obstruksi jalan keluar jantung, misalnya stenosis aorta, stenosis pulmonal, atau koarktasio aorta (Wilson, 2006) Etiologi CHF Dalam hubungan yang luas ada dua faktor penyebab gagal jantung : 1. Faktor mekanik (kelainan struktur jantung), yaitu : Kondisi miokardium normal, akan tetapi gangguan dari beban kerja yang berlebihan, biasanya kelebihan beban volume (preload) atau tekanan (afterload) akibat penyakit jantung bawaan atau didapat. 2. Faktor miokardium, yaitu : Kelainan otot jantung sendiri atau insufisiensi miokardium, misalnya: a. Radang atau intoksikasi otot jantung pada penderita demam reumatik atau difteri. b. Otot jantung mengalami defisiensi nutrisi, seperti pada anemia berat. c. Perubahan-perubahan patologis dalam struktur jantung, misal kardiomiopati.

21 Patofisiologi CHF Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi volume sekuncup, dan meningkatkan volume residu ventrikel. Dengan meningkatnya EDV (volume akhir diastolik) ventrikel, terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri (LVEDP). Derajat peningkatan tekanan bergantung pada kelenturan ventrikel. Dengan meningkatnya LVDEP, terjadi pula peningkatan tekanan atrium kiri (LAP) karena atrium dan ventrikel berhubungan langsung selama diastol. Peningkatan LAP diteruskan ke belakang ke dalam pembuluh darah paru-paru, meningkatkan tekanan kapiler dan vena paru-paru. Apabila tekanan hidrostatik anyaman kapiler paru-paru melebihi tekanan onkotik pembuluh darah, akan terjadi transudasi cairan ke dalam interstisial. Jika kecepatan transudasi cairan melebihi kecepatan drainase limfatik, akan terjadi edema interstisial. Peningkatan tekanan lebih lanjut dapat mengakibatkan cairan merembes ke dalam alveoli dan terjadilah edema paru. Tekanan arteri paru-paru dapat meningkat akibat peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonalis meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serangkaian kejadian seperti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan yang akhirnya akan menyebabkan edema dan kongesti sistemik. Perkembangan dari edema dan kongesti sistemik atau paru dapat diperberat oleh regurgitasi fungsional dan katup-katup trikuspidalis atau mitralis secara bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi anulus katup atroventrikularis, atau perubahan orientasi otot papilaris dan korda tendinae akibat dilatasi ruang (Kumar, 2007).

22 18 Gambar 2.6. Mekanisme Edema Paru pada CHF Klasifikasi CHF Gagal jantung dapat diklasifikasikan menurut beberapa faktor. The New York Heart Association (NYHA) classification for heart failure membaginya menjadi 4 kelas, berdasarkan hubungannya dengan gejala dan jumlah atau usaha yang dibutuhkan untuk menimbulkan gejala, sebagai berikut : 1. Kelas I : Penderita dengan gagal jantung tanpa adanya pembatasan aktivitas fisik, dimana aktivitas biasa tidak menimbulkan rasa lelah dan sesak napas. 2. Kelas II: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan adanya pembatasan aktivitas fisik yang ringan, merasa lega jika beristirahat. 3. Kelas III: Penderita dengan gagal jantung yang memperlihatkan adanya pembatasan aktivitas fisik yang ringan, kegiatan fisik yang lebih ringan dari kegiatan biasa sudah memberi gejala lelah, sesak napas. 4. Kelas IV: Penderita dengan gagal jantung yang tidak sanggup melakukan kegiatan apapun tanpa keluhan, gejala sesak napas tetap ada walaupun saat beristirahat (Wilson, 2006).

23 Manifestasi Klinis CHF Diagnosa gagal jantung kongestif menurut Framingham dibagi menjadi 2 yaitu kriteria mayor dan kriteria minor. Diagnosis ditegakkan dari dua kriteria mayor atau satu kriteria mayor dan dua kriteria minor harus ada di saat bersamaan. Kriteria mayor : 1. Dispnea nocturnal paroksismal atau ortopnea. 2. Peningkatan tekanan vena jugularis 3. Ronkhi basah tidak nyaring 4. Kardiomegali 5. Edema paru akut 6. Irama derap S3 7. Peningkatan tekanan vena >16 cm H20 8. Refluks hepatojugular. Kriteria minor : 1. Edema pergelangan kaki 2. Batuk malam hari 3. Dispneu d effort 4. Hepatomegali 5. Efusi pleura 6. Kapasitas vital berkurang menjadi 1/3 maksimum 7. Takikardi (120x/menit) (Wilson, 2006) Gambaran Radiologi CHF Dua fitur utama dari radiografi dada berguna dalam evaluasi pasien dengan gagal jantung kongestif: (1) ukuran dan bentuk siluet jantung, dan (2) edema di dasar paru-paru.

24 20 Gambar 2.7. Anatomi Radiografi Jantung Pada gagal jantung hampir selalu ada dilatasi dari satu atau lebih pada ruang-ruang di jantung, menghasilkan pembesaran pada jantung. Dengan perkembangan dari gagal jantung kongestif, atrium kiri mengalami peningkatan tekanan yang paling pertama. Hal ini menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik, tekanan kapiler paru serta pembentukan edema interstitial terutama pada daerah basal paru. Hal ini menyebabkan peningkatan resistensi vaskuler yang mengalir ke basal paru, menyebabkan pirau aliran darah ke pembuluh-pembuluh darah pada lobus atas parusehingga menyebabkan adanya peralihan pada vena-vena pada lobus atas. Pengalihan pada lobus atas dapat didiagnosis dengan radiografi posisi erect (tegak), pembesaran pembuluh-pembuluh darah pada lobus atas sama dengan atau melebihi pembuluh-pembuluh darah pada lobus bawah yang berjarak sama dari hilum (Rasad, 2010). Peningkatan tekanan vena pulmonalis atau hipertensi pulmonal berhubungan dengan pulmonary capillary wedge pressure (PCWP) dan dapat di klasifikasikan menjadi beberapa derajat yang sesuai dengan gambaran radiologisnya pada foto toraks. Pengklasifikasian ini merupakan urut-urutan yang terjadi pada CHF. Menurut Elliots, klasifikasi hipertensi vena pulmonalis dibagi menjadi :

25 21 1. Stage 1 : Pada stage 1 PCWP [13-18 mm]. Terjadi redistribusi dari pembuluh darah paru. Pada foto toraks PA normal, pembuluh darah pada lobus atas lebih kecil dan sedikit dibanding pembuluh darah pada lobus bawah paru. Pembuluh darah paru yang beranastomosis memiliki kapasitas reservoir dan akan mengalir pada vaskular yang tidak menerima perfusi darah, sehingga menyebabkan terjadinya ditensi pada vaskular yang telah mendapat perfusi darah. Hal ini mengakibatkan terjadinya redistribusi pada aliran darah pulmonal. Awalnya terjadi aliran darah yang sama, kemudian terjadi redistribusi aliran darah dari lobus bawah menuju lobus atas. Pada gambaran radiologis tampak redistribusi dari pembuluh darah paru, kardiomegali, dan broad vascular pedicle. 2. Stage 2 : Pada stage 2, PCWP [18-25 mm]. Tahap ini ditandai oleh kebocoran cairan kedalam interlobular dan interstitial peribronkial sebagai akibat dari meningkatnya tekanan di dalam kapiler paru. Saat kebocoran cairan masuk ke dalam septum interlobular perifer, akan tampak gambaran garis Kerley B pada foto toraks. Saat kebocoran cairan masuk ke dalam interstitial peribronkovaskular, pada foto toraks akan tampak gambaran penebalan pada dinding bronkus yang disebut peribronchial cuffing dan pengaburan pembuluh darah paru (perihilar haze). Selain itu, fisura interlobaris juga akan terlihat menebal pada foto toraks. 3. Stage 3 : Pada stage ini, PCWP [> 25 mm]. Tahap ini ditandai dengan berlanjutnya kebocoran cairan menuju interstitial, yang tidak dapat dikompensasi oleh drainase limfatik. Hal ini akan mengakibatkan kebocoran cairan menuju alveoli (edema alveolar) dan kebocoran cairan menuju cavum pleura (efusi pleura). Pada foto toraks akan tampak gambaran konsolidasi, air bronchogram, cotton woll appearance, dan efusi pleura. 4. Stage 4 : Pada tahap ini terjadi proses hemosiderosis, osifikasi (tampak pada hipertensi pulmonum yang lama) (Lorraine, 2011).

26 22 Gambar 2.9. Klasifikasi CHF pada Gambaran Radiologi

27 23 Seiring dengan meningkatnya tekanan hidrostatik, terjadilah tandatanda edema interstitial yang diikuti tanda-tanda edema alveolar: a) Pengaburan dari tepi pembuluh darah b) Perihilar kabur Gambar Cardiomegali dengan perihilar yang terlihat kabur c) Peribronchial cuffing : Gambaran seperti donat kecil. Terjadi akibat akumulasi cairan interstitial di sekeliling bronkus yang menyebabkan menebalnya dinding bronkus. Gambar Peribronchial cuffing tampak seperti gambaran donat kecil pada bronkus. d) Garis Kerley A : Berupa gambaran garis yang agak panjang (2-6 cm) yang tampak seperti garis bercabang dengan arah diagonal dari hilus menuju ke arah perifer. Munculnya garis ini disebabkan oleh distensi saluran yang beranastomosis antara pembuluh limfe paru perifer dan sentral. Garis ini jarang ditemui dibanding garis Kerley B, dan tidak akan tampak tanpa disertai adanya garis Kerley B atau garis Kerley C.

28 24 Gambar Garis kerley A, Garis Kerley B, dan Kerley C e) Garis Kerley B : Berupa gambaran garis pendek yang berparalel pada daerah paru perifer. Garis ini dapat terlihat ketika cairan mengisi dan mendistensi septum interlobular. Panjangnya kurang dari 1 cm dan paralel antara satu dengan lainnya pada sudut kanan bawah dari pleura. Garis ini bisa tampak pada semua daerah paru, tapi lebih sering pada paru bagian basal di sudut costofrenicus pada foto toraks PA.

29 25 Gambar Garis kerley B tampak berupa garis putih horizontal yang pendek-pendek pada bagian basal paru f) Garis Kerley C Garis ini jarang terlihat dibanding garis yang lain. Bentuk garis ini pendek dan tipis dengan gambaran reticular yang merepresentasikan garis Kerley B en face. Munculnya garis ini disebabkan oleh menebalnya anastomosis pembuluh limfe atau superimpose dari beberapa garis Kerley B. g) Efusi pleura Efusi laminar yang berkumpul di bawah pleura viseral, yakni pada jaringan ikat longgar antara paru dan pleura. Gambar Efusi pleura tampak pada foto torak PA dan lateral h) Bat s Wings Saat tekanan hidrostatik mencapai 25 mmhg, cairan melewati alveoli dan menyebabkan edema paru. Hal ini dapat terlihat sebagai densitas alveolar multiple dari setengah bagianbawah paru. Kemungkinan lain, dapat juga terlihat densitas ruang udara bilateral yang difus dan kurang tegas/jelas atau densitas perihilar.

30 26 Gambar Congestive Heart Failure dengan densitas ruang udara perihilar di dalam distribusi bat wings yang mewakili edema paru. Gambar Ilustrasi Gambaran Foto Toraks Pasien CHF

31 27 Gambar Congestive Heart Failure Radiografi dada memperlihatkan kardiomegali, pengalihan venavena lobus atas (tanda panah), garis septum (garis Kerley B) terlihat baik di zona bawah kanan (tanda panah terbuka), dan penebalan/cairan di fisura horizontal (mata panah). Cairan di fisura horizontal kanan kadang-kadang disebut Phantom tumour, itu bisa menghilang pada pemeriksaan radiologi berikutnya, bila keadaan pasien membaik. Penyebab lain yang menyebabkan terjadinya gagal jantung juga memiliki gambaran radiologis yang berbeda antara satu dengan lainnya, seperti pada kelainan jantung didapat dan pada kelainan jantung bawaan (Cremers, 2010; Rasad, 2010) Diagnosis Banding CHF Kelainan Jantung Didapat 1. Stenosis mitral Penyakit reuma atau infeksi oleh coccus, menimbulkan parut yang dapat menyempitkan katup mitral. Penyempitan yang berat dengan diameter 1 cm atau kurang, menyebabkan hambatan bagi darah yang mengalir dari paru melalui vena-vena pulmonalis. Vena-vena ini melebar karena bertambah isinya dan tampak pada foto sebagai pembuluh darah lebar dan pendek diatas hilus dengan arah ke atas.

32 28 Selain bertambahnya vena-vena ini, tekanan atrium kiri dan vena pulmonalis juga bertambah tinggi sehingga menyebabkan tekanan di dalam sirkulasi paru juga bertambah tinggi. Kedaan ini disebut hipertensi pulmonal karena bendungan pada vena. Pekerjaan ventrikel kanan menjadi bertambah. Otot ventrikel kanan mengalami hipertrofi. Lama kelamaan hiupertrofi ini akan diikuti oleh dilatasi venrikel kanan. Dilatasi ventrikel kanan ini akan nampak pada foto jantung pada posisi lateral dan pada posisi PA. Vaskular paru, baik yang arterial maupun yan venosus tampak bertambah melebar. Pembesaran ventrikel kanan ini lama kelamaan dapat mempengaruhi fungsi katup tricuspid. Katup ini akan mengalami insufisiensi. Kalau ventrikel kanan mengalami kegagalan, maka darah yang mengalir ke paru berkurang. Dilatasi ventrikel kanan akan bertambah, sehingga kemungkinan terjadinya insufisiensi katup tricuspid semakin besar pula. Ventrikel kiri biasanya tidak mengalami banyak perubahan. Pada keadaan stenosis mitral yang berat, ventrikel kiri dapat menjadi kecil, begitu juga aorta, karena kekurangan volume darah. Pembuluh darah paru bertambah terutama di daerah suprahilar kanan. Vena-vena tampak sebagai pembuluh darah yang pendek dan lebar di hilus kana-kiri bagian atas.

33 29 Gambar Kardiomegali sedang dengan atrium kiri yang mengalami dilatasi berat. Tampak perubahan pada kedua lobus bawah paru akibat kongesti vena yang berkepanjangan. Serta tampak garis Kerley B pada kedua paru. 2. Insufisiensi mitral (Regurgitasi mitral) Bila pada stenosis mitral katup menyempit, tetapi masih dapat menutup dengan baik, maka pada insufisiensi mitral (regurgitsi mitral) katup mitral tidak dapat menutup dengan sempurna. Hal ini disebabkan oleh : Otot papilaris lemah karena meradang Otot papilaris putus karena trauma Prolaps katup Cincin katup melebar mengikuti dilatasi atrium kiri atau ventrikel kiri Pada waktu sistolik sebagian darah dari ventrikel kiri masuk lagi ke dalam atrium kiri. Darah balik ini jumlahnya dapat besar, bergantung pada parahnya kerusakan katup mitral. Pada diastolic darah dari atrium yang jumlahnya menjadi besar ini mengalir ke dalam ventrikel kiri.

34 30 Akibat regurgitasi darah pada insufisiensi mitral ini terjadilah pembesaran ventrikel kiri dan atrium kiri. Darah yang mengalir melalui aorta menjadi kurang jumlahnya. Hal ini dapat berakibat mengecilnya caliber aorta. Pembesaran atrium kiri ini akan menghambat masuknya darah dari paru melalui vena-vena pulmonalis. Vena-vena pulmonalis terbendung, melebar, dan ini menyebabkan tekanan di dalam vena meninggi. Maka terjadilah hipertensi pulmonal. Ventrikel kanan membesar karena hipertrofi dan dilatasi, sebagaimana terlihat pada stenosis mitral. Bentuk jantung pada insufisiensi mitral ini hampir sama dengan stenosis mitral dan masih memiliki bentuk konfigurasi mitral. Pada insufisiensi mitral, ventrikel kiri nampak besar, sedang pada stenosis mitral ventrikel ini normal atau kecil. Aorta pada insufisiensi mitral besarnya bergantung pada darah yang mengalir melalui aorta. Bila regurgitasi itu besar, maka jumlah darah yang mengalir melalui aorta menjadi kecil. Pada foto arkus aorta akan tampak kecil. Pada kelainan mitral, baik yang bersifat stenosis atau insufisiensi sering terjadi kelainan-kelainan pada paru. Perubahan ini akan nampak jelas bila penderita menunjukkan tanda-tanda dekompensasi. Perubahan-perubahan yang terjadi pada paru adalah : a) Pelebaran pembuluh paru yaitu pembuluh vena dan kemudian juga akan terjadi pelebaran arteri. Pelebaran ini disebabkan karena bendungan pada vena pulmonalis. Selama arteri pulmonalis masih nampak, biasanya ventrikel kanan masih bekerja baik. Bila arteri ini mulai kecil dan sukar dilihat, maka kemungkinan ventrikel kanan sudah menunjukka gejala kegagalan. b) Terjadi bintik opak di parenkim paru. Biasanya dimulai sekitar hilus kanan dan kiri. Bintik ini menunjukkan adanya

35 31 edema di jaringan interstitial. Gambaran paru menjadi lebih suram dari normal. Makin banyak edema, bercak-bercak ini makin bertmabah besar lebar dan mengakibatkan perselubungan di sekitar hilus kanan dan kiri. Ini adalah edema alveolar. c) Efusi pleura Biasanya penimbunan cairan di kavum pleura ini agak jarang. Efusi pleura dapat terjadi terutama pada dekompensasi yang sudah lanjut. d) Bintik perkapuran di paru hemosiderosis. 3. Insufisiensi aorta (Regurgitasi aorta) Pada insufisiensi aorta, katup aorta tidak dapat menutup sempurna. Penyebabnya banyak sekali, atara lain radang reuma, radang sifilis, dan cincin katup melebar karena dilatasi ventrikel kiri. Pada sistolik, darah dari ventrikel kiri masuk ke dalam aorta secara normal. Pada diastolic, darah dari aorta sebagian masuk ke dalam ventrikel. Jumlahnya bergantung pada parahnya katup aorta. Dalam keadaan parah yang lanjut, jumlah darah yang kembali itu besar. Darah yang bolak balik ini disebut regurgitasi. Dengan demikian penyakit katup ini disebut regurgitasi aorta atau insufisiensi aorta. Aorta pada sistolik melebar, sedangkan pada diastolic mengecil, lebih kecil daripada aorta yang normal sebagai akibat regurgitasi. Ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan juga dilatasi. Pada foto tampak pembesaran aorta dan ventrikel kiri, sedang pinggang jantung bertambah mendalam. Bentuk jantung semacam ini disebut konfigurasi aorta atau bentuk sepatu. Bila ventrikel kiri mengalami kegagalan, maka atrium kiri dan pembuluh darah paru melebar, terutama vena pulmonalis.

36 32 4. Stenosis aorta Stenosis katup aorta menyebabkan terjadinya dilatsi pasca stenotik pada aorta asendens. Aorta desenden tidak berubah, tetapi kadangkadang menjadi lebih kecil dari normal. Ventrikel kiri mengalami hipertrofi dan kemidian disertai dilatasi. Selama ventrikel kiri cukup kompeten, keadaan vascular paru tidak berubah. Bila ventrikel kiri mengalami kegagalan, maka darah tidak dapat dipompa ke aorta secara biasa, dan akibat timbunan darah di ventrikel kiri ini terjadilah pembesaran atrium kiri dan bendungan vena pulmonalis (Rasad, 2010). Gambar Kardiomegali sedang dengan batas jantung kiri yang mendatar Kelainan Jantung Bawaan 1. Stenosis Pulmonal Stenosis pulmonal untuk sebagian besar merupakan kelainan congenital. Sebagian lainnya disebabkan oleh pengisutan katup akibat reuma. Penyempitan pada arteri pulmonalis dapat terjadi di berbagai tempat, yang penting adalah :

37 33 a) Penyempitan pada infundibular, mengakibatkan stenosis infundibular. b) Penyempitan di katup pulmonal sendiri, stenosis valvular. c) Penyempitan di cabang-cabang arteri pulmonalis, stenosis supravalvular. Stenosis dapat terjadi di dua tempat, misalnya stenosis infundibular dan stenosis valvular atau stenosis supravalvular. 2. Atrial Septal Defect (ASD) Defek pada sekat atrium dapat terjadi pada septum primum yang tidak menutup. Atau terjadi pada septum sekundum (foramen ovale), karena foramen ini terlalu lebar atau penutupnya kurang sempurna (Kumar, 2007). Pada kebocoran jantung dengan arah arus dari kiri ke kanan ini (L-R shunt) hilus melebar, tebal, dan tampak pulsasi hilus. Pulsasi ini disebut hilar dance. Hilar dance ini terjadi karena arteri pulmonalis penuh darah dan melebar, sehingga pulsasi ventrikel kanan merambat sampai ke hilus. Hilar dance ini dapat dilihat pada kedua hilus dengan fluoroskopi. Darah dari atrium kiri mengalir ke dalam atrium kanan (L-R shunt). Bersama dengan darah dari atrium kanan, darah tersebut masuk ke dalam ventrikel kanan lalu ke arteri pulmonalis. Jumlah darah dalam ventrikel kanan dan arteri pulmonalis menjadi besar dan terjadi dilatasi ventrikel kanan dan arteri pulmonalis. Darah yang masuk ke ventrikel kiri berkurang. Makin besar defeknya, makin kecil jumlah darah yang mengalir ke ventrikel kiri, karena sebagian besar darah dari atrium kiri mengalir ke atrium kanan melalui defek. Aorta menjadi kecil, hampir sukar dilihat, sedangkan arteri pulmonalis menjadi 3-5 kali lebih besar. Pembuluh darah hilus melebar demikian juga cabang-cabangnya. Lambat laun

38 34 pembuluh darah bagian tepi menyempit dan tinggal pembuluh darah dari sentral (hilus) saja yang melebar. Bentuk hilus yang melebar, meruncing ke bawah berbentuk seperti tanda koma terbalik (inverted coma). Gambaran ini menunjukkan adanya tekanan yang meninggi dari pembuluh darah paru : hipertensi pulmonal (arterial). Tingginya hipertensi pulmonal ini akan membawa perubahan pada arah kebocoran. Tekanan di ventrikel kana dan di atrium kanan berangsur menjadi tinggi. Bila tekanan atrium kanan lebih tinggi daripada atrium kiri, kebocoran menjadi terbalik arahnya yaitu kebocoran dari kanan ke kiri (R-L shubt). Pada awalnya penderita tidak sianotik, sekarang dengan pembalikan arah arus darah penderita menjadi sianotik. Keadaan ini disebut sindrom Eisenmenger (Rasad, 2010). Gambar Gambaran arteri pulmonalis yang sedikit meningkat dan arteri pulmonalis utama tampak konveks dengan ukuran jantung yang normal 3. Ventricular Septal Defect (VSD) Kelainan congenital ini paling sering dijumpai pada anak-anak. Kebocoran ini terjadi di septum intraventrikular. Kebocoran ini terjadi karena kelambatan dalam pertumbuhannya. Biasanya terjadi di pars muskularis atau di pars membranasea dari septum. Besarnya kebocoran

39 35 bervariasi, mulai dari ukuran kecil sampai besar. Darah dari ventrikel kiri mengalir melalui defek ke dalam ventrikel kanan (L-R shunt). Bersama-sama darah yang datng dari atrium kanan, darah di ventrikel kanan jumlahnya bertambah besar. Seluruh pembuluh darah arteri pulmonalis beserta pembuluh darah di paru melebar. Hilus melebar. Arteri pulmonalis menonjol. Aorta menjadi kecil, karena darah yang seharusnya mengalir ke aorta, sebagian mengalir kembali ke ventrikel kanan. Atrium kiri yang menampung darah dari vena pulmonalis yang julahnya banyak, akan melebar dari biasa dan dapat mengalai dilatasi. Ventrikel kiri otot-ototnya mengalami hipertrofi. Hipertrofi ini agak sukar dilihat pada foto polos. Arah arus dari kiri ke kanan dapat berbalik menjadi dari kanan ke kiri bila terjadi kelainan pada pembuluh darah paru, yaitu pembuluh darah paru lumennya menjadi sempit terutama di bagian perifer. Hal ini berakibat tekanan di arteri pulmonalis menjadi tinggi. Tekanan di ventrikel kanan juga meninggi. Bila tekanan di ventrikel kanan menjadi lebih tinggi dari pada tekanan di ventrikel kiri, maka terjadilah pembalikan arah kebocoran menjadi R-L shunt. Perubahan arah kebocoran ini menyebabkan penderita menjadi sianosis, sesuai dengan gejala Eisenmenger.

40 36 Gambar Kardiomegali sedang dengan apeks ventrikel kiri yang membesar hingga dinding toraks kiri. Pembuluh darah paru meningkat simetris dengan arah aliran yang berbentuk konveks 4. Patent Ductus Arteriosus (PDA) Pada kelainan congenital ini terdapat hubungan antara aorta dengan arteri pulmonalis. Penghubungnya adalah duktus arteriosus Botali. Pada kehidupan intrauterine, duktus itu berfungsi untuk sirkulasi darah dari arteri pulmonalis ke aorta. Pada waktu lahir, duktus ini menutup. Bila duktus ini besar, maka ia akan tetap merupakan hubungan antara aorta dan arteri pulmonalis. Darah dari aorta akan mengalir arteri pulmonalis (L-R shunt). Kelainan ini disebut PDA. Aorta asenden terisi normal dengan darah dari ventrikel kiri. Caliber arkus tampak normal. Setelah sampai duktus, sebagian darah mengalir ke arteri pulmonalis. Arteri pulonalis dan cabang-cabangnya menjadi lebar, sedangkan aorta desenden mengecil. Pembuluh darah paru melebar, hilus melebar, dan pada fluoroskopi tamapak hilar dance. Bila kemudian tetjadi penyempitan pembuluh darah paru bagian tepi, maka tekanan di arteri pulmonalis akan meninggi. Keadaan ini akan memungkinkan arah arus kebocoran berbalik menjadi R-L shunt, dari

41 37 arteri pulmonalis ke aorta. Pada saat itu pasien akan mengalami sianosis atau mengalami sindrom Eissenmenger. Gambar Kardiomegali ringan dengan arteri pulmonalis utama yang berbentuk konveks dan arkus aorta yang prominen diatas MPA. 5. Tetralogi Fallot Pada tetralogi fallot terdapat 4 kelainan pokok, yaitu : a) Hipertrofi ventrikel kanan Ventrikel kanan mengalami dilatasi dan penebalan otot (hipertrofi) yang dapat dilihat jelas pada foto lateral. b) Semitransposisi letak aorta Posisi aorta dapat dilihat dari posisi septum. Septum tampak sebagai bayangan hitam antara ventrikel kanan-kiri. Semitransposisi aorta (overriding aorta) akan tampak dari posisi aorta yang pangkalnya sebagian berada di ventrikel kiri dan sebagian berada di ventrikel kanan. c) VSD dengan kebocoran kanan ke kiri d) Stenosis pulmonal Pada foto polos tampak paru yang radioluse dari biasanya. Pembuluh darah paru berkurang dan pembuluh yang Nampak mempunyai caliber kecil. Jantung membesar ke kiri dengan pinggang jantung yang

42 38 mendalam atau konkaf. Arkus aorta sering Nampak di sebelah kanan kolumna vertebra. Akibat kelaianan ini, sejak lahir bayi menjadi sianosis. Gambar Bentuk jantung seperti sepatu (boot shaped) dengan ukuran yang normal. Pembuluh darah paru tampak berkurang dan arkus aorta tampak prominen di sebelah kiri Penatalaksanaan CHF Gagal jantung ditangani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama fungsi miokardium, baik secara sendiri-sendiri ataupun gabungan dan: (1) beban awal, (2) kontraktilitas, dan (3) beban akhir. Penanganan biasanya dimulai bila timbul gejala saat beraktivitas biasa (NYHA kelas fungsional II). Regimen penangangan secara progresif ditingkatkan sampai mencapai respons klinis yang diinginkan. Eksaserbasi akut dan gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung berat dapat menjadi alasan untuk perawatan di rumah sakit dan penanganan yang lebih agresif (Rasad, 2010).

43 39 BAB III LAPORAN KASUS 3.1. Identitas Penderita Nama : Tn. S Usia : 72 th 6 bln 7hr Jenis kelamin : Laki Laki Alamat : Sedang guo RT 03/09 G. Tembalan Semarang Agama : Islam Pekerjaan : Tidak bekerja Pendidikan : SD Status : Menikah Suku Bangsa : Jawa (WNI) Ruangan : Baitus Salam 1/Rawat INAP Masuk RSISA : Selasa, 7 Juli Anamnesa (Alloanamnesa) Anamnesis Keluhan Utama : Riwayat Penyakit Sekarang : Onset : Lokasi : Kualitas : Kuantitas Nyeri dada 1 bulan sebelum masuk Rumah Sakit dada sebelah kiri nyeri terus menerus dirasakan menjalar sebelah kiri. : Keluhan tersebut membuat penderita tidak nyaman saat aktivitas Faktor yang memperberat : bertambah nyeri jika aktivitas, mengangkat benda berat Faktor yang memperingan : berbaring Gejala Penyerta : mual(-),muntah(-),demam (-), pusing (+) Kronologi : 1 tahun yang lalu pernah merasakan nyeri dada namun masih bisa melakukan aktifitas berat, namun membaik setelah mendapat obat dari puskesmas. 1 bulan ini sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh nyeri dada kembali. Nyeri timbul semakin lama semakin berat.

44 40 Keluhan tersebut membuat penderita tidak nyaman saat istirahat dan aktivitas. Nyeri semakin sakit jika penderita mengangkat benda berat. Nyeri berkurang jika penderita berbaring. 3 hari ini keluhan semakin berat, pasien memeriksakan diri ke IGD RSISA dan rawat inap. Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat sakit dengan keluhan serupa Riwayat operasi sebelumnya disangkal Riwayat penyakit gula diakui Riwayat hipertensi ada Riwayat alergi obat disangkal Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat anggota keluarga pernah atau sedang Riwayat Psikososial menderita keluhan serupa disangkal : Penderita tidak bekerja, social ekonomi kurang, olaraga jarang dan perokok Diagnosis Suspek CHF 3.4. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan Laboratorium HEMATOLOGI Darah Rutin Hb Ht Leukosit Trombosit Golongan Darah/Rh B/Positif APTT Waktu Protombin 10.4 KIMIA Gula Darah Sewaktu Ureum Creatinin Darah 1.41

45 Natrium Kalium Chloride Pemeriksaan Radiologi Gambaran Radiologi Thorax Pembacaan Hasil Foto Thorax Cor : Apeks ke laterokaudal, elongasi arcus aorta Pulmo : Corakan vaskuler tak meningkat, tak tampak gambaran infiltrate, diaphragm dan sinus costo frenikus tak tampak kelainan K E SAN Kardiomegali suspek LVH Elongasi Arcus Aorta Pulmo Tenang

46 42

47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Seorang pasien laki-laki dengan usia 72 tahun tahun datang ke UGD pada selasa tangal 7 Juli bulan yang lalu sebelum masuk rumah sakit, penderita mengeluh nyeri dada kiri. Nyeri dirasakan semakin lama semakin berat. Keluhan tersebut membuat penderita tidak nyaman saat aktivitas ringan. Nyeri semakin sakit jika penderita mengangkat benda berat. Nyeri berkurang jika penderita berbaring. 3 hari ini keluhan semakin berat, pasien memeriksakan diri langsung ke IGD RISA dan langsung menjalani rawat inap. Penderita memiliki riwayat hipertensi, jarang olaraga, dan merokok. Dari hasil pemeriksaan radiologi foto thoraks, didapatkan gambaran pada foto thoraks : Cor : CTR > 50%, mengalami pembesaran (suspek LVH).Pulmo : Tak tampak Kelainan., dan di dapatkan elongasi aorta. 4.2 Pembahasan Hubungan antara usia dengan kardiomegali (LVH) Pasien Tn. S memiliki usia kategori usia lanjut yang sangat berisiko terjadinya pembesaran jantung. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan dilakukan di Poliklinik Penyakit Dalam RSU Kota Tasikmalaya oleh Gyse le S. Bleumink dkk, dimana insiden kejadian gagal jantung banyak dijumpai pada usia lebih dari 65 tahun Hubungan antara hipertensi dengan kardiomegali (LVH) Dari hasil pemeriksaan di dapatkan pasien Tn. S memiliki riwayat hipertensi dan berdasarkan hasil 43 pemeriksaan radiologi mengalami

48 44 pembesaran jantung kiri atau LVH. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya bahwa hipertensi merupakan faktor resiko terhadap kejadian hipertrofi ventrikel kiri dimana pria dengan hipertensi beresiko sebesar 7,737 kali mendapatkan LVH dibandingkan dengan mahasiswa pria yang normotensi (Ribka dkk, 2015). Pada pemeriksaan ekokardiografi menujukan bahwa LVH terjadi pada lebih dari 50% penderita hipertensi sedang dan hamper pada semua penderita yang di rawat karena hipertensi berat (Horrower, 1998). Jantung mengalami hipertrofi dalam usaha akibat beban tekan (Pressure over load) atau beban volume (Voleme overload yang mengakibatkan peningkatan tegangan dinding otot jantung. Hipertrofi ventrikel kiri dimulai dengan peningkatan kontraktilitas miokard yang dipengaruhi oleh sistem saraf adrenergik sebagai respon neurohumoral, kemudian diikuti dengan peningkatan aliran darah balik vena karena vasokontriksi dipembuluh darah perifer dan retensi cairan oleh ginjal. Bertambahnya volume darah dalam vaskuler akan meningkatkan beban kerja jantung, kontraksi otot jantung akan menurun karena suplai aliran darah yang menurun dari aliran koroner akibat arteriosclerosis dan berkurangnya cadangan aliran pembuluh darah koroner. Dengan peningkatan tahanan perifer dan beban sistolik ventrikel kiri, jantung mengalami hipertrofi karena aktifasi simpatis untuk meningkatkan kontraksi miokard. Akibat dari pembesaran jantung kiri menyebabakan perubahan posisi anatomi, dimana apeks cordis akan bergeser kearah laterokaudal dan menempati ruang retrocardiac space (Statters, 2000)

49 Hubungan antara aktivitas fisik dengan kardiomegali (LVH) Berdasarkan riwayat pasien menunjukan adanya aktivitas yang buruk yaitu di tunjukan dengan jarangnya olaraga dan merokok. Pada penelitian hubungan aktivitas Fisik dengan LVH sebelumnya menujukan bahwa pria dengan aktivitas fisik yang kurang berisiko sebesar 6,333 kali mendapatkan LVH di bandingkan dengan pri yang beraktivitas fisik sedang. Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi (Ribka dkk, 2015).

50 BAB V KESIMPULAN Congestive heart fealure (CHF) atau Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis yang disebabkan oleh gagalnya mekanisme kompensasi otot miokard dalam mengantisipasi peningkatan beban volume berlebihan ataupun beban tekanan yang berlebih pada jantung, sehingga tidak mampu memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan tubuh. Pada pasien dalam kasus diatas didapkan diagnosis Congestive heart fealure (CHF) atau Gagal jantung kiri di dasarkan pada pemeriksaan rasiologi X foto thorak posisi PA di dapatkan apeks kelaterokaudal dan adanya elongasi aorta. Pada mekanisme kompensasi otot miokard ventrikel kiri pada pasien ini akibat peningkatan tahanan perifer dan beban sistolik ventrikel kiri, jantung mengalami hipertrofi karena aktifasi simpatis untuk meningkatkan kontraksi miokard. Akibat dari pembesaran jantung kiri menyebabakan perubahan posisi anatomi, dimana apeks cordis akan bergeser kearah laterokaudal dan menempati ruang retrocardiac space. 46

51 DAFTAR PUSTAKA Brashaers, Valentina L. Gagal jantung kongestif. Dalam: Aplikasi klinis patofisiologi, pemeriksaan dan manajemen. 2nd ed. Jakarta: EGC p53-5. Collins J, Stern EJ Chest radiology, the essentials. Lippincott Williams & Wilkins. ISBN: Cremers, Simon., Bradshaw, Jennifer., Herfkens, Freek Chest X Ray-Heart Failure. The Radiology Assistant. Publication date : Gleadle, Jonathan At a Glance : Anamnesis & Pemeriksaan Fisik. Jakarta : Erlangga. Guyton, A.C; Hall, J.E; Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC H. Gray, Huon, D. Dawkins, Keith, dkk Lecture Notes : Kardiologi. Edisi 4. Jakarta : Erlangga Medical Series. Hartono L Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter Umum. Cetakan IV. Jakarta: EGC. Horrower, A. and Mc Farlane, G., Left ventricular hypertrophy in hyper tension. Am J Med;(S)1B: Ismail. Gagal jantung kongestif. [Online] 1 Mei 2009 [akses 18 Juli 2015]. Available from: URL: Kumar, Cotran, Robbins Buku Ajar Patologi. Edisi 7 Volume 2.Jakarta : EGC. L. brashers, Valentina Aplikasi Klinis Patofisiologi pemeriksaan dan Manajemen. Edisi 2. Jakarta : EGC. Lorraine B. Ware, M.D., and Michael A. Matthay, M.D Acute Pulmonary Edema. (Akses 17 Juli 2015) Available from: URL Rasad, Sjahriar Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta : Balai Penerbit FKUI Ribka L, Wowor., Kandou, G.D., Umboh, J.M.L., Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembesaran Jantung Kiri (LVH) pada Mahasiswa Pria Peserta Kepanitraan Klinik Madya Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. FK Universitas Sam Ratulangi Manado. 47

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung

Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung Pembacaan Foto Rontgen Toraks Jantung dr. Asmah Yusuf, Sp. Rad Kontributor Blok Sistem Kardiovaskuler Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara Pendahuluan Penilaian pembacaan foto rontgen toraks

Lebih terperinci

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg)

Gambar 1. Atresia Pulmonal Sumber : (http://www.mayoclinic.org/images/pulmonary-valve-atresia-lg-enlg.jpg) DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP RSHS BANDUNG TUGAS PENGAYAAN Oleh : Asri Rachmawati Pembimbing : dr. H. Armijn Firman, Sp.A Hari/Tanggal : September 2013 ATRESIA PULMONAL PENDAHULUAN Atresia pulmonal

Lebih terperinci

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner

STRUKTUR JANTUNG RUANG JANTUNG KATUP JANTUNG tiga katup trikuspidalis dua katup bikuspidalis katup mitral Katup pulmonal Katup aorta Arteri Koroner Pengertian Kardiovaskuler Sistem Kardiovaskuler yaitu sistem peredaran darah di dalam tubuh. Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah. Jantung terletak di dalam mediastinum di

Lebih terperinci

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A

Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A Dr. Prastowo Sidi Pramono, Sp.A PENYAKIT JANTUNG BAWAAN Penyakit jantung yang dibawa dari lahir kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir akibat gangguan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari sekian banyak kasus penyakit jantung, Congestive Heart Failure (CHF) menjadi yang terbesar. Bahkan dimasa yang akan datang penyakit ini diprediksi akan terus bertambah

Lebih terperinci

Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia

Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia Cara Kerja Fungsi Anatomi Fisiologi Jantung Manusia Editor : Jeanita Suci Indah Sari G1CO15010 PROGRAM STUDI DIV ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

Lebih terperinci

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep

BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL. OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN)

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no. 94 Padang Telp.: 0751-31746 Fax.: 32838 PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) BAGIAN 2 SEMESTER 4 TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER

STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER STRUKTUR DAN FUNGSI SISTEM KARDIOVASKULER Tujuan Pembelajaran Menjelaskan anatomi dan fungsi struktur jantung : Lapisan jantung, atrium, ventrikel, katup semilunar, dan katup atrioventrikular Menjelaskan

Lebih terperinci

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO

PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PERBEDAAN CARDIOTHORACIC RATIO PADA FOTO THORAX STANDAR USIA DI BAWAH 60 TAHUN DAN DI ATAS 60 TAHUN PADA PENYAKIT HIPERTENSI DI RS. PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

DIAGNOSTIK PENUNJANG RONTGEN THORAKS DALAM MENEGAKKAN GAGAL JANTUNG

DIAGNOSTIK PENUNJANG RONTGEN THORAKS DALAM MENEGAKKAN GAGAL JANTUNG DIAGNOSTIK PENUNJANG RONTGEN THORAKS DALAM MENEGAKKAN GAGAL JANTUNG Refli Hasan, Douglas Siagian, Sari Harahap, Naomi Dalimunthe, Rahmad Isnanta, Zainal Safri Divisi Kardiologi Departemen Ilmu Penyakit

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jantung 2.1.1. Anatomi Jantung Jantung terletak di rongga toraks di antara paru paru. Lokasi ini dinamakan mediastinum (Scanlon, 2007). Jantung memiliki panjang kira-kira

Lebih terperinci

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016 PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PADANG 2016

Lebih terperinci

Bunyi Jantung I (BJ I)

Bunyi Jantung I (BJ I) Murmur dan gallop Murmur Murmur adalah kelainan bunyi jantung akibat tubulensi aliran darah. Tubulensi dapat terjadi karena penyempitan kritis katub, katub yang tidak berfugsi dengan baik yang menyebabkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan

PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala dan gejala baru tampak pada masa kanak- kan BAYI DENGAN RESIKO TINGGI: KELAINAN JANTUNG KONGENITAL OLEH. FARIDA LINDA SARI SIREGAR, M.Kep PENDAHULUAN Sekitar 1% dari bayi lahir menderita kelainan jantung bawaan. Sebagian bayi lahir tanpa gejala

Lebih terperinci

SISTEM CARDIOVASCULAR

SISTEM CARDIOVASCULAR SISTEM CARDIOVASCULAR Forewords Jantung (bahasa Latin, cor) adalah sebuah rongga, rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti

Lebih terperinci

Ekspertise Efusi Pleura

Ekspertise Efusi Pleura Ekspertise Efusi Pleura Pembimbing : dr. Rachmat Mulyana Memet, Sp. Rad Oleh : Jayyidah Afifah 2010730055 Identitas : Tn. S/LK/70thn Marker : L Tanggal : 3 Desember 2013 Posisi : PA Jenis foto : Foto polos

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Gagal Jantung Kongestif 1.1 Defenisi Gagal Jantung Kongestif Gagal jantung kongestif (CHF) adalah keadaan patofisiologis berupa kelainan fungsi jantung, sehingga jantung tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Ruhyanudin, 2007). Gagal jantung

Lebih terperinci

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR

CARDIOMYOPATHY. dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY dr. Riska Yulinta Viandini, MMR CARDIOMYOPATHY DEFINISI Kardiomiopati (cardiomyopathy) adalah istilah umum untuk gangguan otot jantung yang menyebabkan jantung tidak bisa lagi berkontraksi

Lebih terperinci

ANATOMI JANTUNG MANUSIA

ANATOMI JANTUNG MANUSIA ANATOMI JANTUNG MANUSIA Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang memberi fasilitas proses pengangkutan berbagai substansi dari, dan ke sel-sel tubuh. Sistem ini terdiri dari organ penggerak yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi tubuh kita karena berfungsi mengantarkan oksigen,nutrien,dan substansi lain ke jaringan dan membuang sisa metabolisme

Lebih terperinci

Karna posisi ini mengurangi aliran balik vena dan tekanan kapiler paru (isselbacher,2012)

Karna posisi ini mengurangi aliran balik vena dan tekanan kapiler paru (isselbacher,2012) 1e. patofisiologi sesak Penyebab: kardiovaskular : gagal jantung Peningkatan vena pulomonalis dan tekana kapiler pembendungan pembuluh darah paru dan edema paru intentisial peningkatan kerja otot untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari. setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung bawaan terjadi pada 8 bayi dari setiap 1000 kelahiran. (Sommer, 2008) Penyakit jantung bawaan yang paling sering terjadi ialah defek septum ventrikel

Lebih terperinci

JANTUNG dan PEREDARAN DARAH. Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO

JANTUNG dan PEREDARAN DARAH. Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO JANTUNG dan PEREDARAN DARAH Dr. Hamidie Ronald, M.Pd, AIFO Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan

Lebih terperinci

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery

What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery What should be evaluated by echocardiography in patients after Tetralogy Fallotsurgery Sri EndahRahayuningsih MD, PhD Pediatric Department HasanSadikin General Hospital Faculty of Medicine Padjadjaran

Lebih terperinci

PENYAKIT KATUP JANTUNG

PENYAKIT KATUP JANTUNG PENYAKIT KATUP JANTUNG DEFINISI Kelainan katup jantung adalah kelainan pada jantung yang menyebabkan kelainan kelainan pada aliran darah yang melintasi katup jantung. Katup yang terserang penyakit dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung

Lebih terperinci

Diagnostic Radiology. Thorax-Mediastinum. Disusun oleh JB.Prasodjo.dr.,Sp.Rad. SMF.Ro.FKUNS/RSDM

Diagnostic Radiology. Thorax-Mediastinum. Disusun oleh JB.Prasodjo.dr.,Sp.Rad. SMF.Ro.FKUNS/RSDM Diagnostic Radiology Thorax-Mediastinum Disusun oleh JB.Prasodjo.dr.,Sp.Rad. SMF.Ro.FKUNS/RSDM Proyeksi Thorax PA Pasien berdiri tegak Obyek menempel film Scapula terlempar ke lat Sinar tegak lurus obyek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah kelainan struktur dan fungsi pada jantung yang muncul pada saat kelahiran. (1) Di berbagai negara maju sebagian besar pasien PJB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral merupakan salah satu penyakit katup jantung. Pada kondisi ini terjadi perubahan struktur katup mitral yang menyebabkan gangguan pembukaan, sehingga aliran

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 Jantung merupakan organ otot

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Kesehatan Jantung Lansia 2.1.1. Kesehatan Jantung Lansia Kesehatan untuk lansia adalah kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidup secara efektif dalam masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. ini terdapat diseluruh dunia, bahkan menjadi problema utama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Efusi pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gagal jantung adalah keadaan di mana jantung tidak mampu memompa darah untuk mencukupi kebutuhan jaringan melakukan metabolisme dengan kata lain, diperlukan peningkatan

Lebih terperinci

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u

ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u ADHIM SETIADIANSYAH Pembimbing : dr. HJ. SUGINEM MUDJIANTORO, Sp.Rad FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV. MUHAMMADIYAH JAKARTA S t a s e R a d i o l o g i, R u m a h S a k i t I s l a m J a k a r t a, P o n d o k

Lebih terperinci

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi

Curah jantung. Nama : Herda Septa D NPM : Keperawatan IV D. Definisi Nama : Herda Septa D NPM : 0926010138 Keperawatan IV D Curah jantung Definisi Kontraksi miokardium yang berirama dan sinkron menyebabkan darah dipompa masuk ke dalam sirkulasi paru dan sistemik. Volume

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS

SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS SISTEM PEREDARAN DARAH DAN KARDIOVASKULAS ALAT PEREDARAN DARAH JANTUNG PEMBULUH DARAH KAPILER DARAH JANTUNG JANTUNG ATAU HEART MERUPAKAN SALAH SATU ORGAN YANG PENTING DALAM KELANGSUNGAN HIDUP KITA. TELAH

Lebih terperinci

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung

Mahasiswa mampu: 3. Melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kateterisasi jantung Wantiyah Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan tentang arteri koroner 2. Menguraikan konsep keteterisasi jantung: pengertian, tujuan, indikasi, kontraindikasi, prosedur, hal-hal yang harus diperhatikan 3. Melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gagal jantung adalah sindroma klinis yang kompleks yang timbul akibat kelainan struktur dan atau fungsi jantung yang mengganggu kemampuan ventrikel kiri dalam mengisi

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Penyakit Jantung Bawaan Penyakit jantung bawaan (PJB) adalah suatu bentuk kelainan kardiovaskular yang dibawa sejak lahir dan terjadi karena kelainan perkembangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Asia saat ini terjadi perkembangan ekonomi secara cepat, kemajuan industri, urbanisasi dan perubahan gaya hidup seperti peningkatan konsumsi kalori, lemak, garam;

Lebih terperinci

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang

BAB I. 1.1 Latar Belakang. Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang BAB I 1.1 Latar Belakang Atrial fibrilasi (AF) didefinisikan sebagai irama jantung yang abnormal dengan aktivitas listrik jantung yang cepat dan tidak beraturan. Hal ini mengakibatkan atrium bekerja terus

Lebih terperinci

Sistem Kardiovaskuler COR (JANTUNG)

Sistem Kardiovaskuler COR (JANTUNG) Sistem Kardiovaskuler COR (JANTUNG) dr. Ch. Tri Nuryana, M.Kes Terdiri atas: Cor (jantung) sbg pemompa darah Vasa darah sbg jalur transpor Darah sbg medium transpor Fungsi: transpor nutrien & O2, ekskresi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab stenosis mitral paling sering adalah demam rematik, kemudian dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. 1 Penyebab

Lebih terperinci

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT

VENTRIKEL SEPTAL DEFECT VENTRIKEL SEPTAL DEFECT 1. Defenisi Suatu keadaan abnormal yaitu adanya pembukaan antara ventrikel kiri dan ventrikel kanan 2. Patofisiologi Adanya defek ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sirkulasi Janin dan Perubahan Setelah Lahir Tali pusat berisi satu vena dan dua arteri. Vena ini menyalurkan oksigen dan makanan dari plasenta ke janin. Sebaliknya, kedua arteri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut American Heart Association (2015), Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada. gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang berdenyut dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular adalah sistem organ pertama yang berfungsi penuh sejak janin berada dalam rahim(kira-kira pada gestasi minggu ke-8). Tanpa adanya jantung yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa ada berbagai kondisi yang. non modifiable yang merupakan konsekuensi genetik yang tak dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Gagal jantung merupakan salah satu penyebab morbiditas & mortalitas. Akhir-akhir ini insiden gagal jantung mengalami peningkatan. Kajian epidemiologi menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA

SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA Organ Sistem Peredaran darah: darah, jantung, dan pembuluh. 1. Darah, tersusun atas: a. Sel-sel darah: 1) Sel darah merah (eritrosit) 2) Sel darah putih (leukosit) 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sehingga aliran darah balik vena paru akan menuju ke atrium kanan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Defek septum atrium (atrial septal defect) adalah defek bawaan dimana terdapat lubang pada sekat interatrial yang menghubungkan atrium kanan dan kiri sehingga aliran

Lebih terperinci

JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH JANTUNG

JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH JANTUNG JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH JANTUNG Jantung merupakan organ utama dalam system kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-organ muscular, apex dan basis cordis, atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karsinoid, sistemik lupus erimatosus, reumatoid artritis, mukopolisakaridosis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karsinoid, sistemik lupus erimatosus, reumatoid artritis, mukopolisakaridosis dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stenosis mitral 2.1.1 Definisi dan etiologi stenosis mitral Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase

Lebih terperinci

&Biery 1999). Pada pandangan lateral secara radiografi (Gambar 24) terdapat tanda arah panah sebagai arah pembesaran dan warna sebagai tanda

&Biery 1999). Pada pandangan lateral secara radiografi (Gambar 24) terdapat tanda arah panah sebagai arah pembesaran dan warna sebagai tanda 27 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Studi kasus diawali dengan pengumpulan literatur atau pustaka. Data-data kasus diambil dari klinik My Vets Bumi Serpong Damai Tanggerang dan Kemang Selatan Jakarta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi Menurut WHO menetapkan bahwa tekanan darah seseorang adalah tinggi bila tekanan sistolik (sewaktu bilik jantung mengerut) melewati batas lebih

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Diabetes Melitus gestasional pada Kehamilan Diabetes gestational terjadi karena kelainan yang dipicu oleh kehamilan, diperkirakan karena terjadinya perubahan pada metabolisme

Lebih terperinci

Nurcholid Umam Kurniawan

Nurcholid Umam Kurniawan Nurcholid Umam Kurniawan CHANGES IN CIRCULATIONAFTER BIRTH Shift of blood flow for gasexchange from placenta to the lungs 1.Interruption of the umbilical cord Increase of SVR Closure of ductusvenosus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem kardiovaskular terdiri dari jantung, jaringan arteri, vena, dan kapiler yang mengangkut darah ke seluruh tubuh. Darah membawa oksigen dan nutrisi penting untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. disebabkan adanya penyempitan pada katup mitral (Rilantono, 2012). Kelainan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stenosis mitral adalah penyakit kelainan katup jantung yang menyebabkan terlambatnya aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri pada fase diastolik disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut

BAB I PENDAHULUAN. individu. Pemberian antibiotik seperti penisilin pada streptococcal faringitis turut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Stenosis mitral adalah kondisi dimana terjadi hambatan aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri pada fase diastolik akibat penyempitan katup mitral. Stenosis

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga 5 2.2. Cara Kerja Jantung Pada saat berdenyut, setiap ruang jantung mengendur dan terisi darah (disebut diastol). Selanjutnya jantung berkontraksi dan memompa darah keluar dari ruang jantung (disebut sistol).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Jantung Koroner 2.1.1 Definisi Penyakit jantung koroner adalah penyakit pada pembuluh darah arteri koroner yang terdapat di jantung, yaitu terjadinya penyempitan dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Embriologi Jantung Indikasi pertama adanya perkembangan kardiovaskular terjadi kurang lebih hari ke- 18 atau 19. Pembuluh darah intraembrionik pertama ditemukan pada hari ke-22,

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Anemia adalah berkurangnya volume sel darah merah atau menurunnya konsentrasi hemoglobin di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis kelamin. 8,9 Sedangkan literatur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUN PUSTAKA BAB 2 TINJAUN PUSTAKA 2.1 Definisi Penyakit Jantung Bawaan (PJB) adalah penyakit dengan kelainan pada struktur jantung atau fungsi sirkulasi jantung yang dibawa dari lahir yang terjadi akibat adanya gangguan

Lebih terperinci

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI

PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI PROFIL RADIOLOGIS TORAKS PADA PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI POLIKLINIK PARU RSUD DR HARDJONO-PONOROGO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran OLEH : EKA DEWI PRATITISSARI

Lebih terperinci

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN PEMERIKSAAN F O T O T H O R A X C A R D I O V A S K U L A R FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2017 1 TATA-TERTIB LABORATORIUM DAN CLINICAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal. gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat.

BAB I PENDAHULUAN. jantung, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa gejala gagal. gangguan fungsi struktur atau fungsi jantung saat istirahat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gag adah sindrom klinis yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi. 1 Untuk dapat didiagnosis sebagai gag, seorang pasien harus memiliki tampilan berupa geja

Lebih terperinci

Nurcholid Umam Kurniawan

Nurcholid Umam Kurniawan Nurcholid Umam Kurniawan CHANGES IN CIRCULATIONAFTER BIRTH Shift of blood flow for gasexchange from placenta to the lungs 1.Interruption of the umbilical cord Increase of SVR Closure of ductusvenosus

Lebih terperinci

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA)

PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) PATENT DUCTUS ARTERIOSUS (PDA) DEFENISI PDA kegagalan menutupnya duktus arteriosus ( arteri yang menghubungkan aorta dan arteri pulmonal ) pd minggu pertama kehidupan, yang menyebabkan mengalirnya darah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jantung 2.1.1 Anatomi Jantung Jantung adalah sebuah organ berotot dengan empat ruang yang terletak di rongga dada dibawah perlindungan tulang iga, sedikit ke sebelah kiri sternum.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. peradangan sel hati yang luas dan menyebabkan banyak kematian sel. Kondisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang mengenai seluruh organ hati, ditandai dengan pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Keadaan tersebut terjadi karena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Jantung Jantung terletak pada bagian mediastinum medialis dan sebagian jantung tertutup oleh jaringan paru. Bagian depan jantung dibatasi oleh sternum dan juga iga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai hidung sampai alveoli termasuk

Lebih terperinci

Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG. Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK

Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG. Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK Tutorial BUNYI DAN BISING JANTUNG Dr. Poppy S. Roebiono, SpJP(K) Dept. Kardiologi dan Kedokteran Vaskular FKUI / PJNHK LISTRIK JANTUNG impuls listrik dari SA node melalui atrium AV node berkas His serabut

Lebih terperinci

SISTEM SIRKULASI MANUSIA

SISTEM SIRKULASI MANUSIA SISTEM SIRKULASI MANUSIA by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta 1 2 Sistem Sirkulasi Manusia Sistem Peredaran Darah, fungsi: Mensuplai O 2 dan sari makanan dari sistem pencernaan ke seluruh jaringan

Lebih terperinci

STENOSIS MITRALIS. DEF; tidak membukanya katup mitral secara sempurna saat diastolik akibat perubahan struktur katup blok aliran darah

STENOSIS MITRALIS. DEF; tidak membukanya katup mitral secara sempurna saat diastolik akibat perubahan struktur katup blok aliran darah STENOSIS MITRALIS DEF; tidak membukanya katup mitral secara sempurna saat diastolik akibat perubahan struktur katup blok aliran darah Etio : 1. P. j. rematik ( >90) dan ± 40% GJ. Wanita>pria 2. Miksoma

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 6. SISTEM TRANSPORTASI PADA MANUSIALATIHAN SOAL 1. Penyakit keturunan di mana penderitanya mengalami gangguan dalam pembekuan darah disebut... Leukopeni Leukositosis Anemia Hemofilia

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman : 1. Pengertian Angina pektoris ialah suatu sindrom klinis berupa serangan nyeri dada yang khas, yaitu seperti rasa ditekan atau terasa berat di dada yang sering menjalar ke lengan kiri. Nyeri dada tersebut

Lebih terperinci

Chronic Hearth Disease (CHD)/ Gagal Jantung

Chronic Hearth Disease (CHD)/ Gagal Jantung Chronic Hearth Disease (CHD)/ Gagal Jantung I. DEFINISI Chronic Hearth Disease (CHF)/gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan

Lebih terperinci

11/18/2008. Beberapa Tipe Penyakit Jantung Bawaan pada Anak. Katup-katup Jantung Terbuka

11/18/2008. Beberapa Tipe Penyakit Jantung Bawaan pada Anak. Katup-katup Jantung Terbuka Beberapa Tipe Penyakit Jantung Bawaan pada Anak Katup-katup Jantung Terbuka 1 Klasifikasi Umum I. Tidak Sianosis: tanpa pirau (pengalihan) 1. Stenosis Katup Pulmonal (PS) 2. Koarktasio (Penyempitan) Aorta

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MONITORING HEMODINAMIK RUMAH SAKIT Tanggal terbit: Disahkan oleh: Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Ns. Hikayati, S.Kep., M.Kep. NIP. 19760220 200212 2 001 Pengertian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Ini merupakan suatu potensi nasional yang besar bila dapat dibina

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Ini merupakan suatu potensi nasional yang besar bila dapat dibina BAB I PENDAHULUAN Sebagaimana diketahui jumlah penduduk di Indonesia adalah yang kelima terbesar di dunia. Ini merupakan suatu potensi nasional yang besar bila dapat dibina kualitas insaninya. Pada dasarya

Lebih terperinci

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I

MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I MONITORING HEMODINAMIK TIM ICU INTERMEDIATE ANGKATAN I Hemodinamik Aliran darah dalam sistem peredaran tubuh kita baik sirkulasi magna/ besar maupun sirkulasi parva/ sirkulasi dalam paru paru. Monitoring

Lebih terperinci

Dr RISTA D.SOETIKNO SpRad (K).Mkes

Dr RISTA D.SOETIKNO SpRad (K).Mkes Gambaran Foto Toraks Pada Congenital Heart Disease Pendahuluan Dr RISTA D.SOETIKNO SpRad (K).Mkes Congenital Heart disease (CHD,cacat jantung bawan ) merupakan kelainan kongenital yang dapat terjadi mulai

Lebih terperinci

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka

Profesi _Keperawatan Medikal Bedah_cempaka PNEUMOTHORAX A. Definisi Pneumotoraks adalah suatu kondisi adanya udara dalam rongga pleura akibat robeknya pleura (Price & Willson, 2003). Pneumotoraks terjadi ketika pleura parietal ataupun visceral

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA PRAKTIKUM DENYUT NADI DAN TEKANAN DARAH Oleh : Lie Willeon Wijaksono (1050888) Merriam Novitalia (1050897) Yenny Mayasari Liem (1050901) Emi Puspasari (1050902)

Lebih terperinci

Task Reading: ASBES TOSIS

Task Reading: ASBES TOSIS Task Reading: ASBES TOSIS Pendahuluan Asbestosis merupakan menghirup serat asbes. gangguan pernapasan disebabkan oleh Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika tahan terhadap asam kuat, serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hipertensi 1. Definisi Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 140 mmhg dan tekanan darah diastolic 90 mmhg atau buila pasien memakai obat hipertensi. (7) 2. Manifestasi Klinis

Lebih terperinci

ALAT DAN BAHAN. 2 buah penggaris / mistar. Pulpen. Kapas dan alkohol SKENARIO SESAK NAFAS

ALAT DAN BAHAN. 2 buah penggaris / mistar. Pulpen. Kapas dan alkohol SKENARIO SESAK NAFAS (JVP) dalam bahasa Inggris, adalah tekanan sistem vena yang diamai secara idak langsung (indirek). Secara langsung (direk), tekanan sistem vena diukur dengan memasukkan kateter yang dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau iskemia miokard, adalah penyakit yang ditandai dengan iskemia (suplai darah berkurang) dari otot jantung, biasanya karena penyakit

Lebih terperinci

Buku 2: RKPM. Modul Fungsi Kardiovaskuler

Buku 2: RKPM. Modul Fungsi Kardiovaskuler UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Jl. Farmako Sekip Utara Yogyakarta Buku 2: RKPM Rencana Kegiatan Pembelajaran Mingguan Modul Pembelajaran Pertemuan ke-1 Modul

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. khususnya nefrologi dan endokrinologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam khususnya nefrologi dan endokrinologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah

Lebih terperinci

JANTUNG. TUGAS I Disusun untuk memmenuhi tugas browsing ilmiah. Disusun Oleh: LULUK SHOLEKAH NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

JANTUNG. TUGAS I Disusun untuk memmenuhi tugas browsing ilmiah. Disusun Oleh: LULUK SHOLEKAH NIM : G0C PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN 1 JANTUNG TUGAS I Disusun untuk memmenuhi tugas browsing ilmiah Disusun Oleh: LULUK SHOLEKAH NIM : G0C015053 PROGRAM DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anemia Anemia adalah keadaan berkurangnya sel darah merah atau konsentrasi hemoglobin (Hb) di bawah nilai normal sesuai usia dan jenis kelamin. 11,12 Poplack dan Varat menyatakan,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI

PENDAHULUAN ETIOLOGI EPIDEMIOLOGI PENDAHULUAN Hemotoraks adalah kondisi adanya darah di dalam rongga pleura. Asal darah tersebut dapat dari dinding dada, parenkim paru, jantung, atau pembuluh darah besar. Normalnya, rongga pleura hanya

Lebih terperinci

sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia

sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia sistem sirkulasi darah dalam tubuh manusia Author : Chaidar Warianto Publish : 31-05-2011 21:35:25 Pendahuluan Di dalam tubuh manusia, darah mengalir keseluruh bagian (organ-organ) tubuh secara terusmenerus

Lebih terperinci

3.2.7 RADIOLOGI JANTUNG DR. ROZZETY

3.2.7 RADIOLOGI JANTUNG DR. ROZZETY 3.2.7 RADIOLOGI JANTUNG DR. ROZZETY 1. Tanpa Kontras (Polos) 2. Dengan Kontras Tanpa Kontras Rutin & Pendahuluan Proyeksi PA & LAT Dapat dilengkapi dengan Oblio Barium Fluoroskopi Pulsasi & Gerakan Jantung

Lebih terperinci