STRATEGI IMPLEMENTASI CONTINUAL SERVICE IMPROVEMENT MENGGUNAKAN FRAMEWORK ITIL V.3

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI IMPLEMENTASI CONTINUAL SERVICE IMPROVEMENT MENGGUNAKAN FRAMEWORK ITIL V.3"

Transkripsi

1 STRATEGI IMPLEMENTASI CONTINUAL SERVICE IMPROVEMENT MENGGUNAKAN FRAMEWORK ITIL V.3 Husniati Mafatihus Solehah, Sasongko Pramono Hadi Magister Teknologi Informasi, Jurusan Teknik Elektro dan Teknologi Informasi, Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika 2 Yogyakarta Telp. (0274) husniatimafatihus@gmail.com, sasongko@te.ugm.ac.id ABSTRAK Menghadapi tantangan zaman, organisasi dituntut untuk menghasilkan layanan TI yang berkepanjangan. Salah satu obat yang ditawarkan adalah dengan menerapkan konsep Continual Service Improvement (CSI). CSI merupakan suatu proses yang berfokus pada peningkatan efisiensi, memaksimalkan efektivitas dan mengoptimalkan biaya layanan dan mendasari dari proses Information Technology Service Management (ITSM). Dengan menggunakan Framework Information Technology Infrastructure Library (ITIL), proses CSI ini memiliki tujuh tahapan yang harus dilakukan secara berurutan. Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui cara mengimplementasikan proses CSI dengan berbagai proses dan metode. Kata Kunci: Continual Service Improvement (CSI), Information Technology Service Management (ITSM), Information Technology Infrastructure Library (ITIL) 1. PENDAHULUAN Menghadapi tantangan zaman, organisasi dituntut untuk dapat menghasilkan sebuah layanan Teknologi Informasi (TI) yang berkepanjangan untuk dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pelanggannya. Dalam upaya untuk dapat memberikan layanan TI yang baik kepada pelanggan tentunya tidak lepas dari permasalahan yang timbul pada tahap implementasi sehingga mengakibatkan terganggunya layanan yang berdampak pada user. Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan ekplorasi terhadap pendekatanpendekatan baru. Salah obat yang ditawarkan adalah dengan menerapkan konsep Continual Service Improvement (CSI) dalam suatu organisasi. Melalui adanya Continual Service Improvement ini dapat memberikan pedoman untuk menciptakan dan memelihara nilai bagi pelanggan melalui strategi, design, transisi, dan penyelenggaraan jasa yang lebih baik (OGC, 2011). CSI menggabungkan prinsip-prinsip, praktek, dan metode dari manajemen mutu, manajemen perubahan, dan manajemen peningkatan. Disisi lain, orang melihat CSI sebagai sebuag proses yang dikembangkan untuk memastikan pemenuhan tujuan dan memastikan strategi organisasi sejalan dengan kebutuhan bisnis secara berkelanjutan. CSI ini akan diselaraskan dengan sebuah konsep perancangan strategis yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Ada beberapa konsep pemikiran yang sering diacu dengan metode-metode yang diurutkan secara logis dan memiliki kelebihan satu dengan lainnya yang dapat digunakan, salah satunya adalah dengan menggunakna Framework Information Technology Infrastructure Library (ITIL). Pada Framework ITIL, CSI merupakan tahap kelima dari siklus hidup ITIL. Akan tetapi ini tidak bisa diartikan sebagai tahap terakhir dari siklus ITIL melainkan harus menjadi bagian yang saling terintegrasi dari setiap tahap (Orr, 2011). 2. PENGERTIAN CONTINUAL SERVICE IMPROVEMENT Memahami makna CSI kadangkala dirasakan tidak mudah, karena pada beberapa literatur memberikan makna yang berbeda dan sampai saat ini tidak ada definisi yang baku. Menurut AS/NZS ISO 14001:2004, CSI adalah proses yang berulang untuk meningkatkan di lingkungan sistem manajemen untuk mencapai perbaikan di lingkungan kinerja secara keseluruhan dan konsisten dengan menerapkan kebijakan dilingkungan organisasi (AS/NZS ISO 14001:2004, 2004). Juergensen berpendapat bahwa CSI merupakan sebuah filosopi bahwa deming digambarkan hanya terdiri dari inisiatif peningkatan yang meningkatkan keberhasilkan dan berkurangnya kegagalan (Juergensen, 2000). Disisi lain, AS/NZS ISO 9001:2000 mengatakan bahwa tidak ada yang baku mengenai definisi CSI itu sendiri namun AS/NZS ISO 9001:2000 menyatakan bahwa organisasi harus terus meningkatkan efektivitas sistem manajemen mutu melalui kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisis data, tindakan perbaikan dan pencegahan serta adanya tinjauan dari sisi manajemen (AS/NZS ISO 9001:2000, 2000). Volvo Production System, mendefinisikan CSI sebagai suatu proses yang terdokumentasi untuk mengidentifikasi dan melaksanakan perbaikan berdasarkan standarisasi dan keterlibatan karyawan serta diselesaikan dengan siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA) (Helman, 2007). Berbeda halnya dengan CSI menurut The Office of Government Commerce (OGC), menjelaskan bahwa CSI merupakan suatu 579

2 proses yang berfokus pada peningkatan efisiensi, memaksimalkan efektivitas dan mengoptimalkan biaya layanan dan mendasari dari proses Information Technology Service Management (ITSM) (OGC, 2011). Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa CSI merupakan sebuah proses yang berulang untuk mengidentifikasi keseluruhan kegiatan yang terjadi di organisasi untuk meningkatkan efisiensi dan memaksimalkan efektivitas dengan tujuan memberikan pelayanan yang optimal kepada pelanggan. 2.1 Tujuan Continual Service Improvement Tujuan dari tahap CSI menurut tahapan siklus di ITIL adalah untuk menyelaraskan layanan TI dengan perubahan kebutuhan bisnis dengan mengidentifikasi dan melaksanakan perbaikan layanan TI yang mendukung proses bisnis. Kegiatan perbaikan ini mendukung pendekatan siklus hidup melalui service strategy, service design, service transition dan service operation. CSI selalu dapat mencari cara untuk meningkatkan efektivitas pelayanan, efektivitas proses, efektivitas biaya. Tujuan CSI adalah (OGC, 2011): a. review, menganalisis, memprioritaskan dan membuat rekomendasi mengenai peluang perbaikan diri setiap tahap siklus hidup: service strategy, service design, service transition dan service operation serta CSI itu sendiri; b. mereview dan menganalisa pencapaian tingkat pelayanan; c. mengidentifikasi dan melaksanakan kegiatan spesifik untuk meningkatkan kualitas layanan TI dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses yang memungkinkan; d. meningkatkan efektivitas biaya dalam memberikan layanan TI tanpa mengorbankan kepuasan pelanggan; e. memastikan metode manajemen yang berlaku untuk mendukung kegiatan perbaikan terus menerus; f. memastikan setiap proses memiliki tujuan yang jelas dan pengukuran yang mengarah pada perbaikan yang ditindaklanjuti; g. memahami apa yang diukur, mengapa diukur, dan apa hasil yang diharapkan. 2.2 Cakupan Continual Service Improvement ITIL CSI memiliki empat panduan utama, yaitu (OGC, 2011): a. perbaikan secara keseluruhan ITSM sebagai suatu disiplin; b. penyesuaian secara terus menerus dari portofolio layanan dengan kebutuhan bisnis saat ini dan akan datang; c. kematangan dan kemampuan organisasi, manajemen, proses, dan orang-orang dalam menggunakan layanan; d. perbaikan yang berkesinambungan dari semua aspek layanan TI dan layanan aset yang mendukung mereka. Untuk menerapkan CSI mencapai keberhasilan, kegiatan yang penting diketahui untuk mendukung kegiatan CSI adalah sebagai berikut (OGC, 2011): a. meninjau informasi manajemen dan tren untuk memastikan bahwa layanan memenuhi tingkat yang disepakati; b. meninjau informasi manajemen dan tren untuk memastikan bahwa output dari proses mencapai hasil yang diinginkan; c. secara berkala melakukan penilaian kematangan terhadap proses kegiatan dan peran yang terkait untuk menunjukkan perbaikan atau sebaliknya; d. secara berkala melakukan audit internal untuk memverifikasi dan proses kepatuhan karyawan; e. meninjau penyampaian berdasarkan kesesuaian; f. secara berkala mengusulkan rekomendasi untuk peluang perbaikan; g. secara berkala melakukan survei kepuasan pelanggan; h. memperhatikan tren bisnis dan perubahan prioritas dan mengikuti perkembangan proyeksi bisnis; i. melakukan layanan eksternal dan internal untuk mengidentifikasi peluang CSI; j. mengukur dan mengidentifikasi nilai yang diciptakan melalui perbaikan CSI. Kegiatan ini tidak harus secara langsung bisa diterapkan, organisasi atau setiap yang membutuhkan adanya CSI ini harusnya mempunyai tim sebagai penyedia layanan yang dapat diberdayakan untuk mengawal kegiatan tersebut. Tim tersebut harus direncanakan dan dijadwalkan secara berkelanjutan. Hasil dari CSI ini sendiri harus tetap ditinjau secara berkelanjutan untuk memverifikasi kelengkapan, fungsi, dan kelayanan guna memastikan bahwa hal tersebut masih tetap relevan dan tidak menjadi kadaluarsa sehingga tidak bisa digunakan. 3. SEJARAH DAN EVOLUSI CSI Akar dari kegiatan perbaikan secara modern dapat ditelusuri dari inisiatif yang dilakukan perusahaan ditahun 1800an. Pada tahun tersebut manajemen mendorong karyawan untuk melakukan tindakan perbaikan dan beberapa program yang sudah diatur untuk karyawan guna membawa perubahan positif dalam organisasi (Schroeder dan Robinson, 1991). Dimulai pada tahun 1894, Program National Cash Register sudah termasuk dalam skema reward yaitu peluang pengembangan untuk karyawan dan meningkatkan hubungan dari karyawan dan manajemen. Rentang awal tahun 1800an dan akhir 1900an banyak perhatian diberikan kepada tindakan manajemen, hal ini melibatkan pengembangan metode yang bertujuan 580

3 untuk membantu manajer melakukan analisis dan memecahkan masalah produksi dengan menggunakan metode ilmiah berdasarkan pengontrolan ketat waktu uji coba dalam mencapai tingkat standar kerja yang tepat bagi tenaga kerja. Mendukung hal tersebut, Pemerintah Amerika Serikat kemudian mendirikan Training Within Industry. Layanan tersebut dilakukan selama perang dunia kedua guna meningkatkan output dari industri mencapai skala nasional. Layanan tersebut merupakan pelatihan metode kerja, sebuah program yang dirancang untuk mendidik pengawas tentang pentingnya dan teknik metode CSI. Program ini kemudian diperkenalkan di Jepang oleh para ahli seperti Demin, Juran, dan Gilbreth serta dihadiri oleh pasukan Amerika Serikat yang hadir di Jepang setelah akhir Perang Dunia Kedua (Robinson, 1990). Melalui kegiatan tersebut, akhirnya Jepang mengembangkan ide-ide mereka sendiri dan melakukan kontrol penuh terhadap kualitas yang digunakan (pada awalnya) pada proses manufaktur dan telah berkembang menjadi istilah yang lebih luas lagi, tumbuh menjadi alat manajemen untuk perbaikan yang berkelanjutan tang melibatkan semua orang dalam organisasi (Imai, 1986). Inisiatif CSI di masa lalu mencerminkan penggunaan prinsip yang berhubungan dengan perbaikan pekerjaan sedangkan untuk perkembangan CSI secara modern dikaitkan dengan metodologi yang terorganisir dan komprehensif. Program CSI ini, melibatkan organisasi secara keseluruhan atau sebagain besar dari organisasi yang terlibat dalam perubahan. 4. METODOLOGI CSI Dalam kurun waktu terakhir, menjadi sebuah kebutuhan bahkan keharusan untuk terus meningkatkan layanan pada skala yang lebih besar dalam sebuah organisasi, beberapa metode CSI telah dikembangkan berdasarkan konsep dasar kualitas atau perbaikan proses, bahkan keduanya. Metode yang paling terkenal adalah lean manufacturing, six sigma, balanced scorecard, lean six sigma dan ITIL. 4.1 Lean Manufacturing Pada awal abad kesembilan belas, Henry Ford mendirikan konsep untuk produksi massal di pabriknya. Pada saat itu orang Jepang mengadopsi lean manufacturing lalu meningkatkannya. Metodologi adalah pendekatan secara sistematis untuk mengidentifikasi dan menghilangkan limbah melalui cara CSI dengan mengikuti produk ditarik dari pelanggan untuk mengejar kesempurnaan. Tujuan dari lean manufacturing pada saat itu adalah penghapusan limbah dalam setiap bidang produksi dan termasuk hubungan pelanggan, desain produk, jaringan pemasok, dan manajemen pabrik. Digambarkan lean manufacturing sebagai penangkal (Womack dan Jones, 1996). Tujuannya adalah untuk menggabungkan usaha dengan sumber daya manusia yang terbatas, persediaan yang terbatas, dan waktu yang sedikit untuk mengembangkan produk serta sedikit ruang untuk menjadi sangat responsif terhadap permintaan pelanggan sambil menghasilkan produk yang bermutu dengan cara yang paling efisien dan ekonomis. Limbah ini didefinisikan sebagai sesuatu dengan harapan pelanggan tidak akan membayar utnuk hal tersebut. Lean manufacturing jika diterapkan dengan benar, akan menghasilkan kemampuan organisasi untuk belajar. Kesalahan dalam organisasi umumnya tidak akan pernah diulang karena ini adalah sebuah bentuk dari pemborosan (Robinson, 1990). Womack memutuskan bahwa tiga prinsip lean manufacturing adalah meningkatkan aliran material dan informasi di seluruh fungsi bisnis, fokus untuk menarik pelanggan dan komitmen organisasi untuk menerapkan CSI (Womack et al, 1990). 4.2 Six Sigma Pada tahun 1986, Six Sigma mendapatkan popularitas di Amerika Serikat, bertepatan ketika Motorola Inc memperkenalkan sarana untuk mengukur kualitas proses dengan menggunakan pengendalian pada proses statistik. Six Sigma didefinisikan sebagai metode yang terorganisir dan sistematis untuk perbaikan pada proses strategis dan dalam pengembangan produk dan jasa baru yang bergantung pada metode statistik dan metode ilmiah untuk membuat pengurangan secara dramatis di pelanggan (Linderman et al, 2003). Meminimalkan cacat sampai ke level pengguna mendekati titik nol dalam sebuah metodologi dan berfokus pada pengurangan variasi di semua proses organisasi. Untuk mencapai hal ini metode six sigma dikembangkan, yaitu menentukan peluang, mengukur kinerja, menganalisis peluang, meningkatkan kinerja, dan mengontrol kinerja. Six sigma menyediakan pengukuran kualitas yang dapat digunakan di seluruh organisasi baik dalam sisi desain, administrasi dan layanan. 4.3 Balanced Scorecard Pada awal tahun 1990an, dikembangkan sebuah metodologi yang mampu menerjemahkan tujuan dari organisasi menjadi sebuah tindakan, menerjemahkan tujuan dan inisiatif menjadi empat perspektif yang berbeda, yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan (Robert Kaplan dan David Norton, 1996). Metodologi ini kemudian dikenal dengan nama balanced scorecard. Balanced Scorecard umumnya digunakan untuk memperjelas dan memperbarui strategi bisnis, menghubungkan tujuan organisasi dengan anggaran tahunan, memungkinkan perubahan organisasi, dan meningkatkan pemahaman tentang visi dan misi perusahaan. Balanced Scorecard dapat digunakan untuk menerjemahkan visi dan misi organisasi ke dalam 581

4 satu set tujuan yang luas dan setiap kinerja dapat diukur serta dinilai. Balanced Scorecard dinilai sebagai sebuah kombinasi dari sistem pengukuran, sistem manajemen startegis, dan alat komunikasi yang berupa: a. measurement system. Balanced Scorecard membantu organisasi dalam menerjemahkan visi dan strategi melalui tujuan dan ukuran yang sudah ditetapkan pada langkah-langkah keuangan. Menurut Gaplin (2007), yang dimaksud dengan tujuan dan sasaran terukur adalah salah satu faktor keberhasilan untuk mewujudkan strategi; b. strategic management system. Balanced Scorecard membantu organisasi untuk menyelaraskan tindakan jangka pendek dengan strategi yang dimiliki sehingga dapat menghilangkan hambatan di organisasi dalam pelaksanaan strategis dalam jangka panjang; c. communication tool. Balanced Scorecard membantu organisasi dalam menggambarkan atau memperjelas strategi dan menerapkan pada level karyawan sehingga karyawan mampu berkontribusi terhadap organisasi. 4.4 Lean Six Sigma Lean six sigma ini merupakan metodologi yang relatif baru sehingga belum diteliti dengan sangat rinci. Beberapa organisasi telah menggunakan keduanya secara paralel selama bertahun-tahun. Lean six sigma memaksimalkan nilai pemegang saham dengan mencapai tingkat tercepat dari peningkatan kepuasan pelanggan, biaya, kualitas, kecepatan proses, dan modal yang diinvestasikan (George, 2002). Mengkombinasikan dari metode lean dan six sigma ini menjadikan lean six sigma dapat memberikan nilai yang lebih besar kepada pelanggan. Lean berusaha untuk menghilangkan pemborosan sedangkan six sigma berusaha untuk mengurangi variasi. Dengan menggabungkan keduanya memungkinkan variasi yang jauh lebih mudah. Lean six sigma juga membahas isu-isu penting yang diabaikan pada metode six sigma dan lean, seperti: langkah-langkah dalam proses yang harus ditangani terlebih dahulu, urutan yang harus diterapkan dan sejauh mana perbaikan dapat dibuat secara signifikan dalam hal biaya, kualitas dan lead time. Gabungan dari dua metodologi tersebut dapat memaksimalkan potensi sebuah organisasi untuk perbaikan. 4.5 ITIL ITIL memastikan konsep latihan yang terbaik untuk menyiapkan proses ITSM ke dalam organisasi. ITIL memberikan panduan untuk mengelola proses TI, infrstruktur TI, layanan TI yang berfokus pada pemantauan kinerja dan koreksi yang diperlukan untuk perbaikan secara berkelanjutan. Proses dan fungsi dalam siklus layanan TI sesuai dengan standart ITIL V.3 ditampilkan pada gambar 1 (Koniza dan Tomicic, 2010). Gambar 1. Tahap Hidup Layanan TI Persyaratan bisnis yang timbul dari strategi bisnis memulai untuk tahapan dalam siklus hidup TI. Organisasi yang bergerak dalam bidang TI sebagai penyedia layanan harus dapat mengidentifikasi pengguna layanan mereka dan tidak hanya untuk mendukung proses bisnis tetapi juga untuk mengembangkan bisnis dan memberikan inovasi.hasil dari tahap perancangan strategis adalah tingkatan pada layanan. Fase pada mendesain sebuah layanan dapat menciptakan semua solusi yang diperlukan untuk pelaksanaan layanan TI dan mengembangan layanan desain tersebut. Tujuan utama dari CSI ini sendiri adalah untuk terus dapat menyelaraskan layanan TI dengan kebutuhan bisnis yang berubah dengan cara mengidentifikasi dan melaksanakan perbaikan layanan TI yang mendukung di semua proses bisnis. Proses CSI mendukung pada semua tahapan layanan siklus hidup TI. Dengan hal tersebut, proses ITSM harus terrus dapat dipantau dan ditingkatkan sesuai dengan program CSI (Koniza dan Tomicic, 2010). 5. TAHAPAN CSI DENGAN ITIL Kegiatan CSI harus direncanakan dengan baik. Kegiatan di CSI akan menjadi proses seperti pada proses ITSM di dalam organisasi TI (kegiatan yang ditetapkan meliputi input, output, sumber daya dan kontrol proses). Untuk perencanaan pelaksanaan proses CSI dapat dilihat pada gambar

5 sering terjadi adalah langkah-langkah tersebut tidak dilaksanakan secara urut atau bahkan ada yang terlewatkan. Hal ini dapat terjadi karena perencanaan tersebut tidak direncanakan atau karena organisasi berfikir bahwa mereka tidak perlu melakukan evaluasi bersama pelanggan. Gambar 2. Model Perencanaan Proses CSI Langkah awal pada proses ini adalah dengan mengetahui visi dan strategi organisasi TI. Pengukuran dalam kegiatan CSI ini bukan berdasarkan apa yang ingin diukur oleh organisasi, akan tetapi apa yang ingin dicapai oleh organisasi tersebut. Visi dari layanan dapat diperoleh dari pertanyaan yang berupa Apa yang diinginkan dari sebuah organisasi TI?, yang dirumuskan dari bisnis dan TI secara bersamaan dengan melihat tujuan bisnis organisasi ke depan.visi dari organisasi harus dapat menjelaskan maksud dan tujuan dari program CSI (OGC, 2011). Memulai dari visi, misi dan tujuan operasional bisnis/ti, proses CSI mempunyai 7 tahapan. Langkah-langkah tahapan CSI ini ditampilkan pada gambar 3 (OGC, 2011). Gambar 3. Tujuh Tahap Proses CSI Hal yang penting untuk diperhatikan adalah untuk tidak melewatkan setiap langkah, terutama pada tahap pertama dan kedua yang merupakan bagian sangat penting untuk diimplementasikan langkah-langkah selanjutnya. Kesalahan umum yang 5.1 Tahap Pertama-Tentukan Apa Yang Seharusnya Diukur Fokus bisnis pada sebuah organiasi akan menjadi persyaratan kriteria yang harus diikur. Pada awalnya, jika organisasi menginginkan sebuah peningkatan maka harus membuat daftar yang relevan dengan bisnis mereka. Hal ini penting untuk memilih matrik yang relevan dan mudah diakses. Selain itu, setiap proses pada ITSM harus ditetapkan berdasarkan Key Performance Indicator (KPI) dan berdasarkan faktor-faktor kunci keberhasilan seperti yang ditunjukkan pada gambar Tahap Kedua-Tentukan Apa Yang Dapat Diukur Dalam langkah ini, penting untuk melakukan gap analysis dalam upaya untuk menentukan jenis organisasi dan apa yang dapat diukur. Gap analysis sangat berguna karena memungkinkan organisasi untuk memperkirakan biaya, analisis risiko, tingkat pengetahuan dan tanggung jawab, serta teknologi yang diperlukan. Dalam setiap organisasi akan memiliki alat tertentu yang dapat digunakan (alat manajemen, alat monitoring, alat pelaporan, alat investigasi, dan lain-lain) atau disesuaikan. Hasil dari gap analysis harus disampaikan kepada organisasi TI dan pelanggan mereka. 5.3 Tahap Ketiga-Kumpulkan Data Pengumpulan data harus dimonitor oleh proses, aplikasi, bantuan alat atatu dengan cara lain. Hal ini dikarenakan tujuan dari pengumpulan data adalah adalah kualitas dari data itu sendiri. Pengumpulan data ini tidak berorientasi pada aliran proses tetapi pada identifikasi faktor-faktor proses yang dapat dan harus ditingkatkan. Adapun tujuan dari CSI ini adalah bukan untuk menyatakan apakah masalah dapat diselesaikan, akan tetapi apakah dapat diselesaikan dengan kesepakatan, biaya yang disepakati, dan pencegahannya. Ada tiga jenis metrik yang dapat digunakan dalam mengumpulkan data, yaitu (OGC, 2011): a. Siapa yang bertanggung jawab terhadap monitoring dan pengumpulan data? b. Bagaimana cara data dikumpulkan? c. Kriteria yang digunakan untuk melakukan evaluasi data. Akurasi dan makna dari data yang dikumpulkan harus diverifikasi sebelum disampaikan kepada orang-orang penting di organisasi. Orang yang memasukkan data mungkin melakukan kesalahan, tapi kesalahan-kesalahan tersebut bisa menjadi 583

6 indikator bahwa ada sesuatu yang terjadi saat proses pengumpulan data tersebut. 5.4 Tahap Keempat-Pengolahan Data Proses pengolahan data merupakan proses transformasi data mentah menjadi informasi. Meskipun biasanya data dikumpulkan dan diproses secara otomatis menggunakan alat, beberapa data masih dikumpulkan secara manual. Seperti pengumpulan data, pengolahan data harus mempunya standar tertentu juga. Format untuk informasi harus disesuaikan dengan tujuan dan penerima informasi. 5.5 Tahap Kelima-Analisis Data Data itu sendiri tidak akan berarti apapun jika tidak dianalisis. Masalah yang terjadi tidak akan mampu terselesaikan jika kita tidak tahu ada hubungan apa diantara data yang kita terima. Untuk menganalisa data itu sendiri pun tidaklah mudah, kita harus mengetahui arti dari data tersebut. Setelah melakukan analisis terhadap data, kita baru akan bisa memutuskan cara menyajikan laporan secara benar dan menyesuaikannya dengan si penerima laporan tersebut. Berdasarkan hasil analisis tersebut, harus dapat menunjukkan dimana hambatan yang terjadi pada sebuah proses, apa tujuan awal yang ingin di capai, dan apakah tujuan setelah mengetahui proses yang terjadi, serta apakah dapat diukur dengan menggunakan matrik. Analisis CSI diperlukan untuk mengubah data yang dikumpulkan menjadi informasi dari proses yang telah diamati. 5.6 Tahap Keenam-Penyajian dan Penggunaan Informasi Cara penyajian informasi harus disesuaikan dengan si penerima. Ini menandakan bahwa format presentasi dan jumlah informasi harus disesuaikan dengan apa saja informasi yang akan disajikan. Informasi yang disajikan harus dibedakan berdasarkan penerima misalnya untuk manajemen, untuk pelanggan, untuk supplier, dan/atau untuk pihak ketiga, yang mana semuanya itu tidak dibagi secara sama isi kandungan dari masing-masing informasi yang telah diolah. 5.7 Tahap Ketujuh-Penerapan Tindakan Perbaikan Bagian yang paling penting dari ketujuh tahap CSI adalah pelaksanaan kegiatan untuk memperbaiki semua proses yang telah diketahui melalui keenam tahap sebelumnya. Pada bagian ketujuh ini mampu menyajikan saran untuk perbaikan dan saran yang tepat untuk para pemegang keputusan yang bertanggung jawab dalam membuat keputusan dan cara yang diambil untuk memperbaiki semua proses yang telah diketahui. Dengan hal tersebut, maka tujuan utama dari metode CSI ini dapat terpenuhi. Dengan demikin siklus proses baru dapat dimulai. 6. TEKNIK DAN METODE CSI Untuk memastikan konsistensi pelaksanaan dan pengukuran yang efektif, terutama untuk kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, teknik dan metode yang digunakan harus didokumentasikan dan didokumentasikan secara jelas kepada staf yang akan bertanggung jawab untuk proses eksekusi tersebut. Pilihan metode dan teknik yang efektif untuk analisis, presentasi, dan pengukuran informasi sangat tergantung pada keadaan yang menunjukkan tugas-tugas yang dilakukan dan sebelumnya tidak didokumentasikan dengan baik. Ada beberapa metode dan teknik yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan CSI. Setiap organisasi dapat memilih yang terbaik sesuai dengan kebutuhan organisasi. Berikut beberapa metode dan teknik yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan CSI: 6.1 Assessment Pilihan metode dan teknik yang efektif untuk analisis, presentasi, dan pengukuran informasi sangat tergantung pada keadaan yang menunjukkan tugas-tugas yang dilakukan dan sebelumnya tidak didokumentasikan dengan baik. Ada beberapa metode dan teknik yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan CSI. Setiap organisasi dapat memilih yang terbaik sesuai dengan kebutuhan organisasi. Berikut beberapa metode dan teknik yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan CSI: a. Tahap perencanaan, sebagai titik awal untuk sebuah proses; b. Tahap implementasi, pemeriksaan bahwa proses telah benar; c. Pengukuran fase, melengkapi keseimbangan dan identifikasi lebih lanjut dalam perbaikan kedepan. 6.2 Benchmark Benchmark merupakan jenis penilaian dan proses yang digunakan dalam manajemen khususnya manajemen strategis. Pada proses ini organisasi mengevaluasi berbagai aspek proses yang berkaitan dengan praktik terbaik, biasanya ini terjadi pada bidang organisasi masing-masing. Ada 4 cara yang dilakukan dengan metode benchmark ini, yaitu: 1) internal, dilakukan terhadap titik tolak awal; 2) internal, dilakukan terhadap sistem lain atau departemen; 3) eksternal, dilakukan terhadap strandar industri; 4) eksternal, dilakukan dengan organisasi-organisasi yang serupa. Tujuan metode dan teknik dengan menggunakan cara benchmark ini adalah: a. Pengukuran biaya (harga) dan kinerja penyedia layanan internal maupun eksternal. b. Membandingkan kinerja proses dengan standar industri yang ada. c. Membandingkan kinerja keuangan global biaya TI dengan standar industri atau organisasi lainnya. d. Mengukur efektifitas dalam mencapai kepuasan pelanggan yang diperlukan. 584

7 6.3 Metrics Hal yang penting untuk diingat bahwa ada tiga jenis metrik sebuah organisasi perlu untuk menggunakan CSI dalam mendukung proses kegiatan proses lainnya (OGC, 2011): a. Technology metrics. Metrics ini sering dikaitkan dengan metrik komponen dan aplikasi berbasis seperti kinerja, ketersediaan dll. b. Process metrics. Metrics ini ditangkap dalam bentuk faktor penting keberhasilan (CSF), KPI dan aktivitas metrik untuk proses manajemen pelayanan. Metrics ini dapat membantu menentukan kebaikan secara keseluruhan dari suatu proses. KPI dapat membantu menjawab empat pertanyaan kunci pada kualitas, kinerja, nilai dan kepatuhan mengikuti proses. CSI menggunakan metrik ini sebagai masukan dalam mengidentifikasi peluang perbaikan untuk setiap proses. c. Service metrics. Metrics ini merupakan ukuran kinerja pelayanan end-to-end. Teknologi individu dan proses metrics yang digunakan saat menghitung metrics layanan end-to-end. Secara umum, metrics merupakan skala pengukuran yang didefinisikan dalam hal standar, yaitu unit yang terdefinisi dengan baik. Metrics adalah sistem parameter atau cara penilaian kuantitatif dari proses yang akan diukur. Metrics menentukan apa yang akan diukur. 6.4 Balanced Scorecard Teknik yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton4 pertengahan tahun 1990 melibatkan definisi dan implementasi kerangka pengukuran meliputi empat perspektif yang berbeda, yaitu: pelanggan, bisnis internal; pembelajaran dan pertumbuhan; dan keuangan. Keempat perspektif terkait memberikan balanced scorecard berguna untuk mendukung kegiatan strategis dan tujuan organisasi, dan dapat digunakan untuk mengukur kinerja TI secara keseluruhan. Balanced scorecard melengkapi ITIL meliputi: a. Perspektif Client IT sebagai penyedia layanan, terutama didokumentasikan dalam SLA. b. Proses keunggulan operasional internal dengan memanfaatkan manajemen insiden, manajemen masalah, manajemen perubahan, aset dan konfigurasi layanan manajemen, dan melepaskan dan manajemen penyebaran, serta lainnya pada proses IT dalam keberhasilan pengiriman proyek TI. c. Belajar dan pertumbuhan produktivitas bisnis, fleksibilitas IT, investasi dalam perangkat lunak, pembelajaran dan pengembangan profesional. d. Keuangan sejajarkan TI dengan tujuan bisnis, mengelola biaya, mengelola risiko, memberikan nilai, manajemen keuangan untuk layanan TI adalah proses yang digunakan untuk mengalokasikan biaya dan menghitung ROI. Kaplan dan Norton pertama kali memperkenalkan gagasan balanced scorecard di awal tahun 1992 Harvard Business Review. Kebutuhan untuk metode seperti ini muncul dari pengakuan yang berkembang bahwa ukuran finansial saja tidak cukup untuk mengelola organisasi modern. Sebagian besar penekanan dalam lingkungan kerja saat ini adalah persiapan untuk mencapai tujuan keuangan, mencapai proses inovasi, dan menciptakan serta memelihara jenis hubungan baru dengan pelanggan. Balanced scorecard bukan hanya sistem pengukuran tetapi sistem manajemen yang memungkinkan organisasi untuk mengklarifikasi visi, misi, tujuan, sasaran, dan strategi dan menerjemahkannya ke dalam tindakan. Ketika semuanya dikerahkan, balanced scorecard mengubah perencanaan strategis dari latihan akademis ke pusat saraf dari suatu perusahaan. Ini memberikan umpan balik pada kedua proses bisnis internal dan hasil eksternal dalam rangka untuk terus meningkatkan kinerja strategis dan hasil yang strategis juga. 7. TANTANGAN, RISIKO DAN FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN 7.1 Tantangan Setiap organisasi memiliki seperangkat tantangan yang unik. Salah satu tantangan utama adalah mengelola perubahan perilaku. Adapun masalah lain yang sering timbul dalam CSI ini sering membutuhkan alat yang memadai untuk memantau dan mengumpulkan data, menganalisis data serta melaporkan data. CSI tidak hanya melalui kegiatan otomatisasi tetapi juga membutuhkan sumber daya yang dialokasikan untuk kegiatan CSI. Beberapa tantangan umum yang mungkin sering ditemui dalam mengimplementasikan CSI (OGC, 2011): a. kurangnya komitmen manajemen; b. sumber daya, anggaran dan waktu yang tidak memadai; c. kurangnya pengelolaan proses pelayanan yang matang dan kurangnya informasi, monitoring dan proses pengukuran; d. kurangnya pengetahuan; e. resistensi terhadap perencanaan dan keengganan ketika terbukti bersalah; f. kurangnya tujuan, strategi, kebijakan, dan arah bisnis perusahaan; g. kurangnya tujuan, strategi, dan kebijakan TI; h. kurangnya pengetahuan mengenai apresiasi bisnis mengenai dampak dan prioritas; i. teknologi yang beragam; j. resistensi terhadap perubahan budaya, komunikasi, dan kurangnya keselarasan antara bisnis dan TI; 585

8 k. kurangnya alat, standar, dan keterampilan. 7.2 Faktor Penentu Keberhasilan Beberapa faktor penentu keberhasilan di CSI adalah (OGC, 2011): a. menunjuk seorang manajer CSI; b. mengadopsi CSI dalam organisasi; c. komitmen manajemen yang sedang menjabat, terlibat partisipasi dalam kegiatan CSI seperti menciptakan visi untuk CSI, mengkomunikasikan visi, arah pengaturan dan pengambilan keputusan (jika diperlukan); d. mendefinisikan kriteria yang jelas untuk memprioritaskan proyek-proyek perbaikan; e. mengadopsi pendekatan siklus layanan hidup; f. memiliki dana yang cukup dan berkelanjutan untuk kegiatan CSI; g. alokasi resource yang didedikasikan untuk kegiatan CSI; h. mengadopsi proses-proses yang menggabungkan pengelolaan pelayanan bukannya beradaptasi untuk memenuhi kebutuhan pribadi. 7.3 Risiko Beberapa risiko yang sering ditemukan (OGC, 2011): a. menjadi terlalu ambisius, jangan mencoba untuk memperbaiki semuanya secara sekaligus, bersikaplah lebih realistis sesuai jadwal dan harapan; b. tidak membahas peluang perbaikan dengan keterlibatan bisnis. Bisnis harus tetap terlibat dalam dampak keputusan; c. tidak berfokus pada peningkatan kedua layanan dan proses pengelolaan pelayanan; d. tidak memprioritaskan proyek-proyek perbaikan; e. pelaksanaan CSI yang tidak menyeluruh (setengah-setengah) atau tanpa didukung oleh teknologi; f. menerapkan inisiatif CSI tanpa sumber daya yang artinya harus menyediakan orang untuk dialokasikan dan didedikasikan untuk kegiatan CSI tersebut; g. pelaksaan CSI tanpa adanya transfer pengetahuan dan pelatihan. Hal ini bisa dilakukan dengan cara memberikan pengetahuan lalu pelatihan. Pelatihan ini sendiri juga harus dilakukan sedekat mungkin dengan kegiatan perbaikan; h. tidak melakukan semua langkah dari tujuh langkah pengembangan CSI. Penting untuk mengikuti semua langkah yang sudah ditetapkan dalam proses CSI. Tidak terpenuhi atau terlewati salah satu saja dari tujuh proses tersebut dapat menyebabkan keputusan yang buruk mengenai apa dan bagaimana caranya untuk melakukan peningkatan layanan; i. kurangnya membuat keputusan secara strategis, taktis atau operasional; j. kurangnya manajemen dalam pengambilan tindakan pada layanan yang direkomendasikan untuk tindakan perbaikan; k. kurangnya pertemuan personil dalam bisnis untuk memahami kebutuhan bisnis baru; l. kurangnya sosialisasi komunikasi/kesadaran untuk perbaikan dalma bentuk apapun atau bahkan terlambat, hilang sama sekali; m. tidak melibatkan orang yang tepat di semua tingkatan, seperti dalam perencanaan, pembangunan, pengujian dan penerapan perbaikan; n. menghapus pengujian sebelum kegiatan pelaksanaan atau hanya melakukan sebagian pengujian sehingga semua aspek perbaikan tidak diuji dengan baik. Menerapkan CSI bukanlah tugas yang mudah. Ini memerlukan perubahan dalam manajemen dan sikap staf serta nilai-nilai yang menunjukkan bahwa perbaikan secara terus menerus adalah sesuatu yang perlu dilakukan secara proaktif dan bukan reaktif. Mengidentifikasi risiko dan tantangan sebelum menerapkan CSI merupakan langkah pertama yang penting. Sebuah analisa SWOT (Strengths, Weeknesess, Opportunities, Threats) dapat membantu mengidentifikasi hal-hal tersebut (OGC, 2011). 8. PENERAPAN CSI Ada banyak penelitian yang berkaitan dengan CSI ini dengan metode dan cara yang bermacammacam. Adapun metode ataupun cara yang yang dipilih oleh masing-masing peneliti adalah disesuaikan dengan pendekatan dari organisasi atau obyek penelitian. Seperti yang dilakukan oleh Zuzana dan Iveta pada tahun 2009 melakukan penelitian mengenai cara mengembangkan CSI dengan metode ITIL untuk dilingkungan Universitas. Pada penelitian tersebut Zazuna dan Iveta menggunakan tujuh tahapan proses pengembangan pada CSI (Zazuna dan Iveta, 2009). Pada tahun yang sama, Donko dan Traljic melakukan penelitian yang sama yaitu menggembangkan CSI dengan menggunakan metodologi Balance Scorecard. Pada penelitian tersebut, Donko menyebutkan bahwa terdapat kesulitan implementasi CSI dengan menggunakan Balance Scorecard dikarenakan ada tahapan konsolidasi. Hal ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan semua proses fasilitas ditingkat layanan operasional. Kerangka yang digunakan adalah dengan menggunakan hubungan antara bisnis dan layanan TI serta mengidentifikasi teknik kuantitatif dalam mengidentifikasi berbagi kemungkinan kerugian yang akan muncul (Donko dan Traljic, 2009). Dilanjutkan pada tahun 2013, sebuah penelitian yang dilakukan oleh Anita yang membahas bagaimana cara mengimplementasikan proses CSI di 586

9 sebuah organisasi. Pada penelitian tersebut Anita menggunakan konsep Learning Improvement. Konsep tersebut dapat mewadahi orang-orang agar secara terus menerus dapat memperbesar kapasitasnya untuk menciptakan hasil yang benarbenar organisasi inginkan dengan cara memelihara dan mengekspansif pola pikir aspirasi secara kolektif dapat terwadahi dan orang dapat terus menerus belajar secara keseluruhan (Anita, 2013). Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Koniza pada tahun 2010, menggambarkan aplikasi metode BSC melalui proses Service Level Management (SLM) sesuai standar ITIL. Berdasarkan kerangka BSC yang memadai, manajer TI dapat membuat keputusan tentang kemampuan untuk mengimplementasikan CSI. 9. KESIMPULAN Kualitas layanan TI untuk mendukung bisnis suatu organisasi tergantung pada proses perencanaan, pelaksanaan, pengukuran, analisis, dan perbaikan secara terus menerus dari proses manajemen layanan TI. Perencanaan dalam proses CSI adalah tugas yang sangat kompleks yang memerlukan keselarasan antara manusia, proses, dan teknologi yang disediakan oleh manajemen yang memadai. Seperti pada umumnya strategi yang ingin dihasilkan, proses CSI ini juga penting untuk didokumentasikan, dipantau, dan ditingkatkan. Melalui makalah ini, kita dapat dituntun untuk melakukan kegiatan CSI mulai dari perencaan sampai dengan implementasi. PUSTAKA OGC Office of Government Commerce ITIL Continual Service Improvement. UK. Orr, Anthony Focus On: ITIL Continual Service Improvement. Houston, Texas. Australia/New Zealand Standard: Quality Management System-Requirements with guidance for use (AS/NZS ISO 14001:2004 ed.). Juergensen,T Continuous Improvement: Mindsets, Capability, Process, Tools and Results. The Juergensesn Consulting Group, Inc., Indianapolis, IN. Australia/New Zealand Standard: Quality Management System-Requirements (AS/NZS ISO 9001:2004 ed.). Helman, Douglas Engaging Service Providers in Continuous Improvement. Sweden: Lund University. Schroeder, D., Robinson, A America s Most Successful Export to Japan: Continuous Improvement Program. Sloan Management Review, Vol. 32 No.3, pp Robinson,A Modern Approaches to Manufacturing Improvement. Polandia: Productivity Press. Imai,M Kaizen: The Key to Japan s Competitive Success. New York: Random House. Womack,J., Jones, D Lean Thinking. New York: Simon and Schuster. Womack,J., Jones, D., Ross, D The Machine That Changed the World. New York: Macmillan Publishing. Linderman,K., Schroeder,R., Zaheer,S., Choo,A Six Sigma: A Goal-Theoretic Perspective. Journal of Operations Management, Vol. 21 No.2, pp Kaplan,R., Norton,D The Balanced Scorecard: Translating Strategy into Action. Cambridge: Harvard Business School Press. Gaplin,T Making Strategy Work. San Francisco: Jossey-Bass. George, M Lean Six Sigma: Combining Six Sigma Quality with Lean Production Speed. New York:McGraw-Hill. Koniza, Melita., Tomicic, Emilija Planning to Implement Continual Service Improvement Process. Kroasia:University of Zagreb. Hnatova, Zuzana., Kremeňová, Iveta Continual Service Improvement at University Environment by ITIL. Department of Communication, University of Zilina Univerzitná 8215/1, Žilina, Slovakia. Donko, Dzenana., Traljic, Ismet Continual Service Improvement Using Balanced Scorecard. Zmaja od Bosne bb, Kampus Univerziteta, Sarajevo, Bosnia And Hezegovina. Yus, Anita Implementasi Continuous Improvement Dalam Organisasi. Jurnal Educandu S3 Unimed, Vol. 1, No. 1, Ed. 1, Medan. 587

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PT. Gamatechno Indonesia sebagai organisasi yang menyediakan solusi total Teknologi Informasi (TI) dengan fokus bisnis pada penyediaan produk software serta jasa konsultasi,

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian ini adalah langkah demi langkah dalam penyusunan Tugas Akhir mulai dari tahap persiapan penelitian hingga pembuatan dokumentasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. layanan TI agar berkualitas dan memenuhi kebutuhan bisnis. IT Service. dari orang, proses dan teknologi informasi.

BAB II LANDASAN TEORI. layanan TI agar berkualitas dan memenuhi kebutuhan bisnis. IT Service. dari orang, proses dan teknologi informasi. BAB II LANDASAN TEORI 2.1 IT Service Management IT Service Management adalah Manajemen pelaksanaan dan pengelolaan layanan TI agar berkualitas dan memenuhi kebutuhan bisnis. IT Service Management dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Pengukuran Kinerja Terdapat suatu ungkapan dalam manajemen modern, yaitu : Mengukur adalah untuk mengerti (memahami), Memahami adalah untuk memperoleh pengetahuan, Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai

BAB II DASAR TEORI. Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai 6 BAB II DASAR TEORI 2.1 Tata kelola departemen TI Strategi TI terbaik adalah strategi yang selalu baru dan sesuai mencerminkan perubahan bisnis dan kondisi pasar serta isu-isu yang berkembang (D.Lutchen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan Teknologi Informasi (TI) saat ini telah mencakup berbagai bidang. Hal tersebut dapat dilihat bahwa Teknologi Informasi saat ini sudah menjadi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk

BAB III METODOLOGI. Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk BAB III METODOLOGI 3.1. Kerangka Berpikir Dalam penyusunan thesis ini kerangka berpikir yang akan digunakan adalah untuk menjawab pertanyaan Apakah Strategi TI Bank Indonesia sudah sesuai dan sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah :

BAB III METODOLOGI. proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu. diperhatikan. Komponen-komponen tersebut adalah : 19 BAB III METODOLOGI 3.1. Komponen Sebuah Perencanaan Penyusunan sebuah perencanaan terdiri atas beberapa komponen. Pada proses penyusunan perencanaan strategi, terdapat beberapa komponen yang perlu diperhatikan.

Lebih terperinci

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto

BEST PRACTICES ITG di Perusahaan. Titien S. Sukamto BEST PRACTICES ITG di Perusahaan Titien S. Sukamto Beberapa Best Practices Guideline untuk Tata Kelola TI 1. ITIL (The Infrastructure Library) ITIL dikembangkan oleh The Office of Government Commerce (OGC),

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD LANGKAH AWAL MENYUSUN BALANCE SCORECARD FOKUS PENGUKURAN BSC Fokus pengukuran BSC untuk melaksanakan proses manajemen sbb: Mengklarifikasi dan menerjemahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara

BAB I PENDAHULUAN. dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya teknologi telekomunikasi di dunia pada umumnya dan Indonesia pada khususnya, maka semakin banyak peluang bagi penyelenggara telekomunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini ada 3 tahap yang dilewati yaitu: (1) tahap awal, (2) tahap pengembangan, dan (3) tahap akhir. Pada tahap awal dilakukan pengumpulan data yang diperlukan untuk

Lebih terperinci

Taryana Suryana. M.Kom

Taryana Suryana. M.Kom Performance Management Taryana Suryana. M.Kom taryana@yahoo.com http://kuliahonline.unikom.ac.id 1 Pendahuluan Scorecard, Merupakan sebuah metrik kinerja yang digunakan dalam manajemen strategis untuk

Lebih terperinci

INFORMATION TECHNOLOGY SERVICE MANAGEMENT

INFORMATION TECHNOLOGY SERVICE MANAGEMENT INFORMATION TECHNOLOGY SERVICE MANAGEMENT 06PEM Kelompok 8 Hari Cahya Nugraha 1501203064 Ratu Dewi Ayu M 1501201885 Alena Rizki 1501185534 Teddy Marzen S 1501185673 Zuageri Adhirahmana 1501187016 APA ITU

Lebih terperinci

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi

LAMPIRAN. A. Hasil kuisioner Proses TI PO2 Menentukan Arsitektur Informasi LAMPIRAN Lampiran A. Hasil kuisioner Proses TI PO Menentukan Arsitektur Informasi Responden Adanya kesadaran bahwa arsitektur informasi penting bagi organisasi Pengetahuan untuk mengembangkan arsitektur

Lebih terperinci

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000

MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 MODUL KULIAH MANAJEMEN INDUSTRI SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9000 Oleh : Muhamad Ali, M.T JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2011 MODUL IX SISTEM MANAJEMEN

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD

STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD STRATEGI EKSEKUSI DAN BALANCE SCORE CARD Banyak organisasi yang mampu merumuskan rencana strategis dengan baik, namun belum banyak organisasi yang mampu melaksanakan kegiatan operasional bisnisnya berdasarkan

Lebih terperinci

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi

Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi Bab IV Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi IV.1 Usulan Perencanaan Investasi Teknologi Informasi dengan Val IT Perencanaan investasi TI yang dilakukan oleh Politeknik Caltex Riau yang dilakukan

Lebih terperinci

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG

PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG PENERAPAN IT BALANCE SCORECARD UNTUK PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI SMK MEDIKACOM BANDUNG 1 Hanif fakhrurroja, S,Si.,M.T. 2 Irvan Akbar Maulana 1 Program Studi Manajemen Informatika STMIK LKPIA

Lebih terperinci

DAFTAR ISI CHAPTER 5

DAFTAR ISI CHAPTER 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI 2 CHAPTER 5 ANOTHER INTERNAL CONTROL FRAMEWORK : CobiT 5.1 Pengantar COBIT... 3 5.2 Kerangka COBIT 4 5.3 Menggunakan COBIT untuk Menilai Pengendalian Intern... 6 5.4 Langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah persaingan bisnis yang semakin ketat, perusahaan haruslah mempunyai strategi agar tetap dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Selain

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi merupakan teknologi yang dapat digunakan untuk membantu manusia dalam memproses data untuk mendapatkan informasi yang bermanfaat. Perkembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Total Quality Management dengan siklus PDCA (Plan Do Check Action)

BAB I PENDAHULUAN. Total Quality Management dengan siklus PDCA (Plan Do Check Action) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan dan organisasi pada umumnya menginginkan kualitas terbaik bagi pelanggannya, baik itu dalam bisnis manufaktur ataupun jasa. Berbagai macam alat atau metode

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXV Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 30 Juli 2016 PERANCANGAN TATA KELOLA SERVICE DESK MENGGUNAKAN KERANGKA KERJA INFORMATION TECHNOLOGY INFRASTRUCTURE LIBRARY ( ITIL ) V. 3 PADA PT BERLIAN JASA TERMINAL INDONESIA Rendra Wijaya 1) dan R. V. Hari Ginardi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. TEORI DASAR 2.1.1. Peranan COBIT dalam tata kelola TI COBIT adalah seperangkat pedoman umum (best practice) untuk manajemen teknologi informasi yang dibuat oleh sebuah lembaga

Lebih terperinci

2015 IT PERFORMANCE MANAGEMENT

2015 IT PERFORMANCE MANAGEMENT BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kinerja merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi

Lebih terperinci

MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI SERVIS STRATEGI & DESIGN 2KA30

MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI SERVIS STRATEGI & DESIGN 2KA30 MANAJEMEN LAYANAN SISTEM INFORMASI SERVIS STRATEGI & DESIGN 2KA30 Disusun oleh: Mukhamad Arif Kurniawan (17114619) Richart Wirianto (19114247) Indra Oktamara (15114300) FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN INFORMASI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman mengakibatkan perubahan lingkungan bisnis yang pada akhirnya menimbulkan persaingan dalam industri yang semakin ketat. Jika dulu produsen yang memegang

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

Manejemen Pusat Data

Manejemen Pusat Data Manejemen Pusat Data Modul ke: 03 Fakultas Ilmu Komputer ITSM (Management Layanan Teknologi Informasi) Dian Wirawan, S.Kom, M.Kom Program Studi Teknik Informatika ITSM (BERBASIS ITIL V3) Management Pusat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Dokumen BSI UMY Penelitian memerlukan dokumen visi dan misi BSI UMY. Visi yang dimiliki oleh BSI UMY adalah menjadi Biro yang mampu meningkatkan posisi UMY sebagai

Lebih terperinci

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL

PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL PENGGUNAAN FRAMEWORK ITIL DALAM AUDIT PERUSAHAAN TELKOMSEL OLEH EKA SAPUTRA DESTILVIANUS 321110012 JONATHAN HENRY GUNAWAN 321110013 MARGARETHA FELICIA 321110017 PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

Key Performance Indicators Perusahaan

Key Performance Indicators Perusahaan Key Performance Indicators Perusahaan Cascade Strategic Visi dan Misi Unit : Corporate Unit Pelayanan Memberikan pelayanan terbaik dengan standart perbankan untuk mencapai kepuasan pelanggan. 1. Meningkatkan

Lebih terperinci

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1

Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA. deden08m.com 1 Materi 14 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA deden08m.com 1 EVALUASI STRATEGI DAN KINERJA: Posisi Perusahaan dalam Industri (1) Rencana bisnis yang efektif harus mendefinisikan secara jelas di mana posisi perusahaan

Lebih terperinci

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3 Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3 Agenda Permasalahan Service Service Management Apa itu ITIL? Komponen ITIL Daur hidup ITIL Permasalahan Business Manager & IT Manager Perencanaan strategis IT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini teknologi informasi dan komunikasi berkembang sangat cepat seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan teknologi informasi dan komunikasi tersebut. Kebutuhan

Lebih terperinci

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto

BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto BALANCED SCORECARD DALAM TATA KELOLA TI Titien S. Sukamto Balanced Scorecard (BSC) BSC dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada tahun 1992. BSC merupakan sebuah Performance Management System yang memungkinkan

Lebih terperinci

ANALISA PROSES BISNIS

ANALISA PROSES BISNIS ANALISA PROSES BISNIS Pertemuan 2: Manajemen Proses Bisnis Credit to. Mahendrawati ER, Ph.D. Outline Materi 1 1. Konsep Proses Bisnis 2. Peningkatan Kinerja 3. Dokumentasi Proses Pikirkan sebuah produk/jasa

Lebih terperinci

Integrasi Balanced Scorecard dan Data Envelopment Analysis dalam Pengukuran Kinerja dan Efisiensi

Integrasi Balanced Scorecard dan Data Envelopment Analysis dalam Pengukuran Kinerja dan Efisiensi Petunjuk Sitasi: och, B. N., Muslim, E., & Karina, L. (2017). Integrasi Balanced card dan Data Envelopment Analysis dalam Pengukuran Kinerja dan Efisiensi. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. F125-131).

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A )

PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Media Indormatika Vol. 8 No. 3 (2009) PENGUKURAN TINGKAT MATURITY TATA KELOLA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT VERSI 4.1 (Studi Kasus : Rumah Sakit A ) Hartanto Sekolah Tinggi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan atau program ataupun kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, penggunaan TI (Teknologi Informasi) sudah tidak dapat dipisahkan dengan proses bisnis suatu perusahaan sehingga TI menjadi penggerak bagi

Lebih terperinci

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT. MCA)

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan (Studi Kasus: PT. MCA) 1 st Seminar on Application and Research in Industrial Technology, SMART 2006 Yogyakarta, 27 April 2006 Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan Erlinda Muslim 1 dan Setio

Lebih terperinci

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR

PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR PERENCANAAN STRATEGIS E-GOVERNMENT BERDASARKAN INPRES NO. 3 TAHUN 2003 PADA KANTOR PUSAT DATA, ARSIP DAN PERPUSTAKAAN KABUPATEN FLORES TIMUR Natalis Sariman Simbolon 1), Febriliyan Samopa ) 1) Magister

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perencanaan Audit Sistem Informasi Langkah awal dalam tahap perencanaan audit sistem informasi menghasilkan beberapa tahap perencanaan audit. Hasil perencanaan audit

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

BAB II LANDASAN TEORI. layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Informasi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan sebuah layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD

TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD TUGAS KELOMPOK TECHNOLOGY MANAGEMENT AND VALUATION REVIEW: PERFORMANCE MEASUREMENT OF HIGHER EDUCATION INFORMATION SYSTEM USING IT BALANCED SCORECARD Kelas : LMA3 Andy Gracia 1701498540 Junaidy 1701498534

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis Persaingan di dunia usaha yang sangat ketat dewasa ini terjadi karena setiap perusahaan berupaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. PT INDOFOOD SUKSES MAKMUR Tbk Bogasari Division sebagai salah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri tepung terigu merupakan industri dengan pertumbuhan yang tinggi di jaman Orde Baru. Hal ini karena industri tepung terigu merupakan industri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa era globalisasi sekarang ini, setiap perusahaan ditantang untuk mampu beradaptasi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya, atau dengan kata lain setiap perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberhasilan merupakan hal yang sangat diinginkan oleh setiap organisasi. Hal inilah yang seringkali membuat organisasi terus menerus melakukan perbaikanperbaikan yang

Lebih terperinci

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3

Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3 Pengantar IT Infrastructure Library Versi 3 Oleh: Arrianto Mukti Wibowo, M.Sc., Dr.*, CISA, CGEIT* (*cand.) amwibowo@cs.ui.ac.id 0856-8012508, 311ef9ee Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Perkenalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian. Adapun hasil-hasil

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari penggunaan hardware, software, dan fasilitas komunikasi lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. berasal dari penggunaan hardware, software, dan fasilitas komunikasi lainnya yang BAB II LANDASAN TEORI 1.1 Layanan Sistem dan Teknologi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan layanan yang berasal dari penggunaan hardware, software, dan fasilitas komunikasi lainnya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini

BAB 1 PENDAHULUAN. tidur dan tenaga kerja sebanyak 677 orang. Masalah utama dalam penelitian ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah Sakit Umum Sari Mutiara adalah Rumah Sakit dengan status kelas B yang berdiri tahun 1962. Rumah sakit ini memiliki kapasitas hunian 375 tempat tidur dan tenaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perencanaan Strategis SI/TI Menurut Ward dan Peppard (2002), Perencanaan strategis SI/TI merupakan proses identifikasi portofolio aplikasi SI berbasis komputer yang mendukung

Lebih terperinci

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab 4 Hasil dan Pembahasan Bab 4 Hasil dan Pembahasan Setelah membuat metode penelitian pada bab sebelumnya, maka pada bab ini akan ditampilkan hasil dari analisis yang dilakukan pada RSUD kota Salatiga. 4.1 Analisis Maturity Level

Lebih terperinci

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise)

Cobit memiliki 4 Cakupan Domain : 1. Perencanaan dan Organisasi (Plan and organise) COBIT Control Objective for Information and related Technology Dikeluarkan dan disusun oleh IT Governance Institute yang merupakan bagian dari ISACA (Information Systems Audit and Control Association)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang sedemikian pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas, membuka peluang bagi proses akses, pengelolaan, dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rekomendasi audit pengembangan teknologi informasi. 4.1 Evaluasi Hasil Pengujian & Laporan Audit BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini membahas tentang identifikasi kendali dan memperkirakan resiko, mengumpulkan bukti, mengevaluasi temuan, sampai dengan membuat rekomendasi audit pengembangan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak perencanaan semakin besar kemungkinan untuk menang.

BAB I PENDAHULUAN. Semakin banyak perencanaan semakin besar kemungkinan untuk menang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin banyak perencanaan semakin besar kemungkinan untuk menang. Semakin sedikit perencanaan semakin sedikit kemungkinan untuk jaya. Jadi, bagaimana dengan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang

LANDASAN TEORI. Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Enterprise Resource Planning Enterprise Resource Planning (ERP) adalah sebuah aplikasi bisnis yang didisain untuk dapat menyediakan lingkungan yang terintegrasi dan sistematis

Lebih terperinci

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan

Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Tulisan ini bersumber dari : WikiPedia dan penulis mencoba menambahkan Control Objectives for Information and related Technology (COBIT) adalah seperangkat praktik terbaik (kerangka) untuk teknologi informasi

Lebih terperinci

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih

Project Integration Management. Binsar Parulian Nababan Sutrisno Diphda Antaresada Adrian Kosasih Project Integration Management Binsar Parulian Nababan 201381156 Sutrisno 201381129 Diphda Antaresada 201581294 Adrian Kosasih 201581301 Kunci Sukses Proyek Keseluruhan: Manajemen Integrasi Proyek yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. investasi ini, keberhasilan dan kegagalan suatu perusahan tidak dapat diukur BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengukuran kinerja perusahaan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan perusahaan tersebut telah tercapai. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya faktor ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, teknologi, dan lain-lain. Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Balanced Scorecard pertama kali dikembangkan pada tahun 1990 oleh ahli Amerika Serikat, yaitu Robert S. Kaplan dan David P. Norton. Saat itu mereka diberikan tugas

Lebih terperinci

USULAN TATA KELOLA MANAJEMEN INSIDEN DAN MASALAH BERDASARKAN KOMBINASI COBIT 4.1 DAN ITIL V3

USULAN TATA KELOLA MANAJEMEN INSIDEN DAN MASALAH BERDASARKAN KOMBINASI COBIT 4.1 DAN ITIL V3 USULAN TATA KELOLA MANAJEMEN INSIDEN DAN MASALAH BERDASARKAN KOMBINASI COBIT 4.1 DAN ITIL V3 Megawati 1, Kridanto Surendro 2 1 Sistem Informasi, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jl.H.R

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam persaingan bisnis di era globalisasi ini, terdapat banyak faktor yang menentukan usaha perusahaan untuk tetap mempertahankan eksistensinya di dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai sisi kehidupan manusia. Melalui pemanfaatan sistem informasi, maka

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai sisi kehidupan manusia. Melalui pemanfaatan sistem informasi, maka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan sistem dan teknologi informasi berkembang sangat pesat dalam berbagai sisi kehidupan manusia. Melalui pemanfaatan sistem informasi, maka dimungkinkan penerapan

Lebih terperinci

PENERAPAN IT BALANCED SCORECARD DALAM PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI STIKI MALANG

PENERAPAN IT BALANCED SCORECARD DALAM PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI STIKI MALANG PENERAPAN IT BALANCED SCORECARD DALAM PERENCANAAN STRATEGIS SISTEM INFORMASI DI STIKI MALANG Koko Wahyu Prasetyo Sekolah Tinggi Informatika & Komputer Indonesia (STIKI) Malang Email: kwprasetyo@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin hari semakin ketat, pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam persaingan bisnis yang semakin hari semakin ketat, pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam persaingan bisnis yang semakin hari semakin ketat, pelaksanaan manajemen yang efektif pada setiap proses bisnis di dalam sebuah perusahaan menjadi sangatlah penting.

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard)

Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard) Sistem Informasi Manajemen dan Perencanaan Strategis SI/TI (Pertemuan Pertama) Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard) 1 Pokok Bahasan dalam Perencanaan Strategis Sistem Informasi (Ward-Peppard)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini setiap perusahaan dan industri bertahan di dalam perekonomian yang semakin tidak menentu, khususnya perbankan yang termasuk kategori

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II

BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II BAB 4 EVALUASI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI PELAYANAN JASA KAPAL PADA PT. PELABUHAN INDONESIA II Teknologi informasi pada saat ini telah digunakan hampir pada seluruh aspek penting dalam setiap perusahaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah

I. PENDAHULUAN. Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akuntabilitas kinerja organisasi sektor publik, khususnya organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah serta perusahaan milik pemerintah dan organisasi sektor publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya penerapan teknologi informasi tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya penerapan teknologi informasi tidak lepas dari 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam upaya penerapan teknologi informasi tidak lepas dari permasalahan-permasalahan yang timbul pada tahap implementasi. Implementasi teknologi informasi perlu

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD

MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD MANAJEMEN STRATEGIS BERBASIS BALANCED SCORECARD KINERJA Kinerja adalah hasil kerja yang secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

Lebih terperinci

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC

JAMHARI KASA TARUNA NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Dr.Ir. Udisubakti Ciptomulyono, M.Eng.SC TESIS MM PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DI DINAS PEKERJAAN UMUM DAERAH KOTA BLITAR DENGAN METODE BALANCED SCORECARD DAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) JAMHARI KASA TARUNA NRP 9106 201 307 DOSEN

Lebih terperinci

JSIKA Vol. 5, No. 10, Tahun 2016 ISSN X

JSIKA Vol. 5, No. 10, Tahun 2016 ISSN X Pembuatan Prosedur Incident Management untuk Penanganan Pengaduan pada PPTI Berdasarkan Framework ITIL V-3 Taskhiyatul Nufus R. 1) Erwin Sutomo 2) Yoppy Mirza M. 3) Program Studi/Jurusan Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan lingkungan bisnis di dunia saat ini begitu dinamis. Hal tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor sosiologis, teknologi, ekonomi dan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah proses mendefinisikan tujuan organisasi, membuat strategi untuk mencapai tujuan itu, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi.

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

ANALISA KESENJANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK DENGAN TUJUAN AKADEMIK UNIVERSITAS DI UNIVERSITAS 45 SURABAYA

ANALISA KESENJANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK DENGAN TUJUAN AKADEMIK UNIVERSITAS DI UNIVERSITAS 45 SURABAYA ANALISA KESENJANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK FAKULTAS TEKNIK DENGAN TUJUAN AKADEMIK UNIVERSITAS DI UNIVERSITAS 45 SURABAYA Bayu Setyawan, Achmad Holil Noor Ali Program Magister Manajemen Teknologi Bidang

Lebih terperinci

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE

ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE ANALISIS TATA KELOLA TI PADA INNOVATION CENTER (IC) STMIK AMIKOM YOGYAKARTA MENGGUNAKAN MODEL 6 MATURITY ATTRIBUTE Aullya Rachmawati1), Asro Nasiri2) 1,2) Magister Teknik Informatika STMIK AMIKOM Yogyakarta

Lebih terperinci

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto

ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI. Titien S. Sukamto ANALISA STRATEGIS SI/TI: MENILAI DAN MEMAHAMI KONDISI SAAT INI Titien S. Sukamto Pengantar Dalam proses mencapai keselarasan dan dampaknya, diperlukan adanya pemahaman akan lingkungan bisnis dan teknologi,

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources

Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Tugas Mata Kuliah Tata Kelola IT Maturity Attribute of COBIT AI5 Process: Procure IT Resources Oleh : Ariyan Zubaidi 23509025 MAGISTER INFORMATIKA SEKOLAH TEKNIK ELEKTRO DAN INFORMATIKA INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan Framework Enterprise Architecture pada perguruan tinggi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan Framework Enterprise Architecture pada perguruan tinggi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Tinjauan pustaka dalam thesis ini tidak terlepas dari penelitian yang menggunakan Framework Enterprise Architecture pada perguruan tinggi. Perkembangan

Lebih terperinci

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X

AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X AUDIT TATA KELOLA TI BERBASIS MANAJEMEN RISIKO DENGAN MENGGUNAKAN PBI 9/15/2007 DAN COBIT 4.1 DI BANK X Bayu Endrasasana 1) dan Hari Ginardi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu

Lebih terperinci

MAKALAH KEAMANAN INFORMASI. Oleh : Muhammad Shodiqil Khafili Djakfar. Dosen Pengajar : Ferry Astika Saputra, ST, M.Sc

MAKALAH KEAMANAN INFORMASI. Oleh : Muhammad Shodiqil Khafili Djakfar. Dosen Pengajar : Ferry Astika Saputra, ST, M.Sc MAKALAH KEAMANAN INFORMASI Oleh : Muhammad Shodiqil Khafili Djakfar 2110155027 Dosen Pengajar : Ferry Astika Saputra, ST, M.Sc Pendahuluan Informasi merupakan aset yang sangat penting bagi Instansi penyelenggara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Sistem dan Teknologi Informasi Layanan Sistem dan Teknologi Informasi (STI) merupakan sebuah layanan yang memanfaatkan kegunaan dari software, hardware, dan fasilitas

Lebih terperinci

MODEL INTEGRASI BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA MOTOROLA

MODEL INTEGRASI BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA MOTOROLA MODEL INTEGRASI BALANCED SCORECARD DENGAN SIX SIGMA MOTOROLA Iwan Kurniawan Hadianto, Patdono Suwignjo Program Studi Magister Bidang Keahlian Manajemen Operasional Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN

STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN STRATEGI & PENGUKURAN MANAJEMEN PENGETAHUAN PENDAHULUAN Strategi KM dan kerangka kerja pengukuran sebagai tambahan siklus KM Terintegrasi Strategi KM terkait dengan business objective organisasi keseluruhan

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Langkah-langkah penelitian 3.1.1 Observasi di PT Pertamina Gas Pada tahap ini, dilakukan pengamatan langsung ke Departemen Sumber daya manusia PT Pertamina Gas yang

Lebih terperinci