NASKAH PUBLIKASI KEPUASAN KERJA DAN BURNOUT PADA POLISI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "NASKAH PUBLIKASI KEPUASAN KERJA DAN BURNOUT PADA POLISI"

Transkripsi

1 1 NASKAH PUBLIKASI KEPUASAN KERJA DAN BURNOUT PADA POLISI Oleh : KASMA ERVINA HAIDA SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006

2 2 KEPUASAN KERJA DAN BURNOUT PADA POLISI Kasma Ervina Haida Sus Budiharto INTISARI Burnout merupakan kondisi penarikan diri oleh seseorang dari pekerjaan sebagai respon terhadap stres yang berlebihan yang diakibatkan ketidakpuasan dalam pekerjaan. Burnout biasanya terjadi pada individu dengan profesi bidang pelayanan sosial, salah satunya polisi. Burnout pada polisi merupakan keadaan internal negatif yang dirasakan seorang polisi sebagai sindrom kelelahan emosional, depersonalisasi dan berkurangnya penghargaan diri ketika mencoba mencapai suatu tujuan yang dialami dalam jangka waktu yang cukup lama, dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional tinggi atau merupakan tahap akhir dari proses kegagalan penyesuaian stres kerja. Salah satu hal yang memicu burnout adalah kepuasan kerja yang tidak terpenuhi. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi. Responden dalam penelitian ini adalah 111 anggota polisi yang memiliki masa kerja minimal 3 tahun di Polres Banjar, Polsek Kertak Hanyar, Polsek Karang Intan, Polsek Aluh-Aluh, dan Polsek Mataraman. Responden adalah polisi yang ditempatkan pada bidang opsnal yang dalam tugas kesehariannya berinteraksi langsung dengan masyarakat, yaitu Samapta, Lalu Lintas, Intelkam, Reskrim, dan Bina mitra. Adapun alat ukur yang digunakan adalah skala kepuasan kerja menurut Locke (1976) yang berjumlah 45 aitem. Sedangkan skala burnout diambil dari dimensi yang diutarakan Maslach & Jackson (Lee & Ashforth, 1996) yang berjumlah 22 aitem. Metode analisis data menggunakan korelasi product moment Pearson dari program SPSS for windows. Analisis menunjukkan -0,458 dengan p = 0,000 atau p < 0,05 yang artinya ada hubungan negatif yang signifikan antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi. Responden yang memiliki kepuasan kerja tinggi, tingkat burnoutnya rendah. Sebaliknya, responden yang memiliki kepuasan kerja rendah, tingkat burnoutnya tinggi. Kata kunci : burnout, kepuasan kerja

3 3 I. Pengantar Profesi polisi oleh hampir seluruh peneliti dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang sangat rawan stres (Ahmad, 2004). Stres yang dialami oleh polisi dapat berasal dari stressor fisik, sosial, psikologis, politik dan ekonomi, juga dapat berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji, minimnya sarana, lingkungan kerja yang tidak kondusif, resiko nyawa pada saat bertugas, rutinitas kerja dan sebagainya. Dengan berbagai keterbatasan internal dan eksternal tersebut maka tidak mudah menampilkan peran polisi dalam bentuk ideal. Kendala-kendala tersebut akhirnya menimbulkan stres yang menyebabkan timbulnya perilaku negatif pada polisi. Polisi lalu lintas yang sering terlambat datang di jalan macet, atau anggota reskrim yang bermalasan dalam menuntaskan kasus-kasusnya merupakan contoh gambaran yang dipersepsi oleh masyarakat tentang polisi. Menurut Adrianus Meliala (Aditama, 2004) salah satu asumsi munculnya penampilan kerja polisi yang mengecewakan tersebut disebabkan gejala burnout yang timbul di kalangan anggota polisi. Peneliti melakukan pengamatan dan perbincangan dengan beberapa anggota polisi Polri Daerah Kalimantan Selatan Resort Banjar, mereka menyatakan bahwa kondisi kerja yang dirasakan kurang memuaskan, misalnya sarana dan perlengkapan kerja kurang memadai, kondisi geografis yang tidak mengenakkan, jarak tempuh antara tempat tinggal dan tempat dinas yang jauh. Selain itu kurangnya jumlah personel polisi sehingga terdapat ketidakseimbangan antara rasio polisi : masyarakat. Polisi juga harus siaga 24 jam, setiap saat ketika panggilan datang harus cepat dan tanggap, fasilitas asrama polisi juga tidak memadai, beberapa polsek tidak memiliki asrama bagi anggotanya sehingga

4 4 ketika terjadi peristiwa darurat maka tidak bisa langsung secepatnya menuju lokasi dan berpengaruh pada kurangnya pengakuan dan apresiasi dari masyarakat. Beberapa polisi juga mengeluhkan banyak kasus yang berhasil ditangani menjadi berubah ketika sampai pada tahap peradilan. Beberapa faktor di atas merupakan bagian dari terpenuhi atau tidaknya kepuasan kerja Jika kondisi ini dibiarkan terus berlanjut maka motivasi untuk menjalankan tugas menjadi menurun. Dalam jangka panjang apabila keadaan seperti itu dibiarkan berlarut-larut tanpa terpenuhinya sejumlah aspek kepuasan kerja seperti yang terjadi di lapangan maka mendorong munculnya burnout, misalnya tidak bersemangat dalam menjalankan tugas karena kelelahan emosional, membuat jarak dengan orang lain serta bersikap negatif dan merasa kehadiran dirinya untuk orang lain atau organisasi tidak bermanfaat sehingga pemaknaan terhadap pekerjaan menjadi berkurang. Dalam suatu studi terhadap keluarga polisi, polisi yang mengalami burnout digambarkan sebagai seseorang yang pulang ke rumah dengan keadaan tegang, cemas, jengkel, dan marah-marah serta selalu mengeluh mengenai persoalan yang dihadapi dalam pekerjaan. Para polisi ini juga menjadi lebih pendiam selama berada di rumah, lebih suka menyendiri daripada melewatkan waktu bersama keluarga. Polisi ini juga mempunyai sikap negatif terhadap orangorang yang dilayaninya serta mempunyai sedikit teman (Jackson, 1999). Munculnya gejala burnout ini menunjuk pada kondisi penarikan diri oleh seorang polisi dari pekerjaannya, merupakan respon terhadap stres yang berlebihan yang diakibatkan adanya kepuasan kerja yang tidak terpenuhi (Aditama, 2004).

5 5 Burnout merupakan gejala yang lebih sering ditemukan pada bidang pekerjaan pelayanan sosial (human service) dibandingkan pada bidang pekerjaan lainnya. Pekerjaan polisi jelas memiliki nilai sosial lebih. Hakekat tugas polisi memang merupakan bagian birokrasi yang benar-benar langsung berhadapan dengan masyarakat, baik secara fisik maupun psikis. Burnout merupakan konsekuensi dari situasi yang tidak mengenakkan atau tekanan yang menyebabkan stres yang sifatnya berkepanjangan di tempat kerja (Tanner dkk, 2002). Burnout jelas merugikan karena mengurangi kemampuan dan efektivitas kerja polisi. Selanjutnya dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologi polisi, memberi dampak buruk pada pelayanan kepolisian yang diberikan serta mengganggu fungsi-fungsi administrasi yang berjalan. Gejala burnout merupakan hambatan bagi pengembangan kualitas kinerja polisi (Aditama, 2004). Penelitian Ni mah (2003) menunjukkan semakin positif persepsi terhadap iklim organisasi, maka kecenderungan terjadinya burnout semakin rendah. Apabila iklim organisasi dipersepsi positif dan menyenangkan oleh karyawan maka akan menimbulkan kepuasan kerja pada karyawan. Deskripsi observasi, wawancara, literatur, dan penelitian di atas yang mendorong peneliti untuk meneliti lebih lanjut tentang keterkaitan antara kepuasan kerja dan burnout. Kepuasan kerja merupakan sikap positif menyangkut penyesuaian diri yang sehat dari karyawan terhadap kondisi dan situasi kerja, termasuk di dalamnya masalah upah, kondisi sosial, kondisi fisik dan kondisi psikologis (Anoraga, 1992). Salah satu teori mengenai kepuasan kerja adalah discrepancy theory oleh Locke (As ad, 2003). Locke (As ad, 2003) menerangkan kepuasan kerja seseorang bergantung pada discrepancy antara should be (expectation, needs

6 6 and values) dengan apa yang menurut perasaan atau persepsinya telah diperoleh atau telah dicapai melalui pekerjaan. Jika polisi memang menghadapi beban kerja berlebihan, pekerjaan yang diulang-ulang, monoton dan tidak variatif, namun diiringi juga dengan kurangnya reward, kurangnya pengarahan, kondisi atasan yang tidak responsif, tidak adanya kesempatan pengembangan diri, adanya peraturan yang tidak fleksibel yang menyebabkan individu merasa terperangkap dalam sistem yang tidak adil, polisi tersebut akan memiliki kepuasan kerja rendah. Apabila kondisi tersebut tidak segera ditangani dan dibiarkan berlarut-larut, polisi dapat mengalami burnout. Penulis ajukan perspektif sebagai kerangka berpikir dalam menjelaskan hubungan kepuasan kerja dan burnout dalam bagan berikut :

7 7 Pekerjaan, promosi, pembayaran, tunjangan, pengakuan, kondisi kerja, supervisi, rekan kerja, perusahaan & manajemen Kepuasan kerja Terpenuhi Tidak Terpenuhi Positive human relation, aktualisasi diri, kesehatan fisik Kelelahan emosional Depersonalisasi Menurunnya penghargaan terhadap diri dan mental sendiri Burnout Bagan 1. Model hubungan antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi

8 8 Menurut Robbins (2005) sebuah pekerjaan menuntut interaksi dengan rekan sekerja dan atasan, mengikuti aturan dan kebijakan organisasi, memenuhi standar kinerja, hidup pada kondisi kerja yang sering kurang ideal, dan hal serupa lainnya. Berarti penilaian seorang karyawan terhadap seberapa puas atau tidak puasnya dia dengan pekerjaannya merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur pekerjaan yang diskret (terbedakan dan terpisahkan satu sama lain). Hal inilah yang dihadapi oleh polisi dalam kesehariannya, seorang polisi dituntut berinteraksi dengan masyarakat, pandai berkomunikasi dengan rekan kerja, dan loyal terhadap atasan. Dari berbagai dimensi pekerjaan yang harus dijalani polisi pertimbangan untuk memutuskan merasa puas atau tidak puas terhadap profesi yang diembannya memang tidak bisa ditilik hanya dari satu bagian saja, melainkan berbagai macam sudut terakumulasi sehingga menjadi titik puncak seberapa besar kepuasan kerja atau ketidakpuasan yang dialami seorang polisi. Dapat ditarik benang merah, jika polisi menganggap kepuasan terhadap pekerjaannya rendah maka akan berdampak terhadap perilaku atau tindakan yang akan diambil dalam menghadapi berbagai persoalan yang berhubungan dengan tanggung jawab profesinya yang akan menimbulkan adanya kecenderungan burnout. II. Metode Penelitian A. Responden Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah polisi yang bertugas di Polri Daerah Kalimantan Selatan Resort Banjar. Responden yang digunakan diambil dengan teknik sampel berstrata disproporsional pada anggota Polres

9 9 Banjar, polsek Karang Intan, polsek Aluh-Aluh, polsek Kertak Hanyar, dan polsek Mataraman karena jumlah personel yang besar serta alasan statistik untuk mendapatkan jumlah responden yang sama dari masing-masing sub kelompok. Karakteristik responden yang digunakan dalam penelitian ini dikhususkan pada anggota polisi yang ditempatkan dalam fungsi teknis samapta, lalu lintas, reskrim, intelijen keamanan, dan bina mitra. Alasan penggunaan responden ini karena polisi dalam satuan fungsi tersebut merupakan pihak yang lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat atau lebih memberikan pelayanan sosial yang lebih. Untuk penentuan lokasi penelitian tidak dilaksanakan dengan random namun lebih merujuk pada kondisi geografis lokasi penyebaran polsek. Responden penelitian ini juga dikhususkan bagi anggota yang telah menjalankan masa dinas minimal tiga tahun. Peneliti mengambil keputusan ini dengan pemikiran bahwa anggota yang telah menjalani masa dinas minimal tiga tahun diharapkan telah merasakan pengalaman sebagai polisi, telah mengalami pergantian wilayah penempatan, ataupun pergantian satuan fungsi. Anggota ini juga telah memiliki pengalaman mengenai kenaikan pangkat atau kenaikan gaji, dan hal lainnya yang lebih spesifikl. Pertimbangan penentuan responden penelitian ini didasarkan pada asumsi bahwa populasi penelitian ini cenderung bersifat heterogen. Dengan latar fungsi satuan berbeda, penempatan wilayah dinas berbeda, serta rentang waktu masa dinas yang cukup lama akan sangat mempengaruhi responden dalam melakukan pengisian skala burnout dan skala kepuasan kerja.

10 10 B. Metode Pengumpulan Data Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode skala. Skala yang digunakan adalah : 1. Skala Burnout Skala ini dibuat berdasarkan aspek burnout oleh Maslach dan Jackson (Lee & Ashforth, 1996). Aspek-aspek yang akan diungkap oleh peneliti dalam membuat skala burnout, yaitu : kelelahan emosional, depersonalisasi, dan berkurangnya penghargaan pada diri sendiri. Skala burnout terdiri dari 22 aitem. 2. Skala Kepuasan Kerja Skala ini dibuat berdasarkan aspek kepuasan kerja oleh Locke (1976) yang bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya kepuasan kerja anggota Polri Daerah Kalimantan Selatan Resort Banjar, adapun aspek-aspeknya meliputi : pekerjaan, pembayaran, promosi, pengakuan, tunjangan, kondisi kerja, supervisi, rekan kerja, serta perusahaan dan manajemen. Skala kepuasan kerja terdiri dari 45 aitem. C. Metode Analisis Data Dengan menggunakan program Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows 12.0 maka analisa statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah analisa korelasi product moment yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel tergantung.

11 11 III. Hasil Penelitian A. Deskripsi Data Penelitian. Deskripsi penyebaran skala dapat dilihat pada tabel 1 berikut : Deskripsi Penyebaran Skala Penelitian Bidang opsnal Daerah penugasan Jumlah Bina mitra Kota 11 Desa 11 Intelkam Kota 11 Desa 11 Lantas Kota 11 Desa 11 Reskrim Kota 11 Desa 11 Samapta Kota 12 Desa 11 TOTAL 111 Untuk memperoleh gambaran umum mengenai data penelitian dapat dilihat pada tabel deskripsi data penelitian berisikan fungsi-fungsi statistik dasar yang disajikan secara lengkap pada tabel berikut ini.

12 12 Skor yang dimungkinkan kskor yang diperoleh (empirik) Variabel (hipotetik) X X Mean SD X X Mean SD max min max min Kepuasan ,5 37, , ,28127 kerja Burnout ,76352 B. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang mencakup uji normalitas dan uji linearitas. a. Uji normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS for windows 12,0 dengan statistik teknik one sample kolmogorov smirnov test. Variabel kepuasan kerja menunjukkan K-SZ = 0,567; p = 0,904. (p > 0,05), dan variabel burnout menunjukkan K-SZ = 1, 182; p = 0,122. (p > 0,05). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kedua alat ukur ini memiliki distribusi atau sebaran normal. b. Uji Linearitas Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS for windows 12.0 dengan statistik compare mean. Untuk linearity pada hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara kepuasan kerja dan burnout diperoleh bahwa F = 28, 929 dan p = 0,000 (p < 0,01). Hasil uji

13 13 linearitas ini menunjukkan bahwa antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi bersifat linear. C. Uji Hipotesis Hasil analisis data dengan menggunakan korelasi analisis product moment pada program komputer SPSS for windows Hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara kepuasan kerja dan burnout diperoleh angka korelasi sebesar 0,458 dengan p = 0,00 (p < 0,01). Angka korelasinya bertanda negatif. Hal ini mengindikasikan bahwa hubungannya bersifat negatif, artinya jika kepuasan kerja seorang anggota polisi tinggi maka burnoutnya rendah, dan sebaliknya jika kepuasan kerja anggota polisi rendah, maka terdapat kecenderungan burnout dalam dirinya atau dapat dikatakan tinggi. Dalam penelitian ini ditambahkan analisis regresi (anareg) yang bertujuan untuk memprediksi besarnya nilai yang mempengaruhi tiap aspek pada variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil menunjukkan hanya empat aspek yang mempengaruhi burnout pada polisi, yaitu aspek kondisi kerja sebesar 21,5 %, aspek tunjangan sebesar 5,5 %, aspek pekerjaan sebesar 4,5 %, dan aspek supervisi sebesar 2,6 %. Selain itu, peneliti juga melakukan uji t untuk membedakan kepuasan kerja dan burnout berdasarkan daerah penugasan. Sebagai syarat dalam melakukan uji beda maka perlu dilakukan uji homogenitas agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya, selain uji normalitas di atas. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputer SPSS for wimdows 12.0 dan diperoleh nilai levene statistic kepuasan kerja sebesar 1,383 dengan p = 0,245; p > 0,05 yang

14 14 menunjukkan sebaran yang homogen. Sedangkan nilai levene statistic burnout sebesar 0,463 dengan p = 0,763; p > 0,05 yang menunjukkan sebaran yang homogen. Syarat untuk melakukan uji beda terpenuhi, yakni uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas (data normal) dan uji homogenitas (data homogen). Setelah dilakukan perhitungan statistik didapatkan bahwa tidak ada perbedaan kepuasan kerja berdasarkan daerah penugasan (t = 0,604; p = 0,547; p > 0,05) dan tidak ada perbedaan burnout berdasarkan daerah penugasan (t = 0,657; p = 0,513; p > 0,05). Peneliti juga melakukan perhitungan statistik untuk membedakan kepuasan kerja dan burnout berdasarkan bidang opsnal. Didapatkan hasil ada perbedaan kepuasan kerja berdasarkan bidang opsnal (F = 8,659; p = 0,000; p < 0,05). Urutannya adalah lalu lintas, samapta, reskrim, intelkam, bina mitra. Kemudian ada perbedaan burnout berdasarkan bidang opsnal (F = 2,482; p = 0,048; p < 0,05). Urutannya adalah intelkam, bina mitra, samapta, reskrim, lalu lintas. IV. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi. Berdasarkan analisis deskriptif yang dilakukan, diperoleh hasil bahwa kepuasan kerja karyawan memiliki mean empirik 178, 3063, sedangkan mean hipotetiknya 157,5. Berarti secara rata-rata skor responden pada alat ukur lebih tinggi dari rata-rata hipotetiknya dan mayoritas berada pada taraf sedang sebanyak 53 orang (47,75 %) dan taraf tinggi sebanyak 50 orang (45,04 %). Secara garis

15 15 besar dapat dikatakan bahwa anggota Polri Daerah Kalimantan Selatan Resort Banjar cenderung merasakan kepuasan kerja yang sedang dan tinggi. Sedangkan dalam skala burnout diperoleh hasil bahwa mean empirik 43, sedangkan mean hipotetiknya sebesar 55. Tampak bahwa rata-rata skor responden pada alat ukur lebih rendah dari rata-rata hipotetiknya. Sementara dari deskripsi data diperoleh hasil bahwa anggota polisi yang berada pada kategori rendah sebanyak 86 orang (77,47 %). Sehingga dapat disimpulkan bahwa burnout yang terjadi pada anggota polisi yang ditugaskan di Polri Daerah Kalimantan Selatan Resort Banjar berada pada kategori rendah. Analisis data dilakukan dan diperoleh koefisien korelasi sebesar -0,458 dengan p = 0,000 atau p < 0,05 yang artinya ada hubungan negatif antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi. Semakin tinggi kepuasan kerja maka burnout pada polisi rendah. Sebaliknya semakin rendah kepuasan kerja maka burnout pada polisi tinggi. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Baron dan Greenberg (1990) mengenai salah satu kategori utama yang berhubungan dengan kepuasan kerja, yaitu faktor organisasi. Menurut peneliti, burnout dapat disebabkan dari keadaan sebuah organisasi menghadirkan iklim atau budaya yang berkembang di instansinya. Apabila iklim organisasi dipersepsi positif dan menyenangkan oleh anggota polisi, maka akan menimbulkan kepuasan kerja pada dirinya. Adapun kepuasan kerja menurut Lateiner dan Levine (Ni mah, 2003) adalah karyawan akan merasa senang dalam bekerja sehingga menimbulkan aktivitas dan sikap yang positif, di mana kepuasan kerja ini akan mereduksi stres, dan pada akhirnya kecenderungan terjadinya burnout pun

16 16 semakin rendah. Jika iklim organisasi dipersepsi negatif oleh anggota polisi, maka dapat menimbulkan ketidakpuasan kerja yang mengarah pada burnout. Penelitian ini juga dikuatkan oleh pendapat yang diajukan oleh kriminolog UI Adrianus Meliala (Aditama, 2004). Beliau menyatakan salah satu asumsi tentang munculnya penampilan kerja polisi yang mengecewakan disebabkan oleh adanya gejala burnout yang timbul di kalangan anggota polri. Konsep burnout menunjuk pada kondisi penarikan diri oleh seseorang dari pekerjaan sebagai respon terhadap stres yang berlebihan atau akibat ketidakpuasan dalam pekerjaan. Gejala tersebut merupakan bentuk coping yang dipilih individu untuk mengatasi stres pekerjaan yang dihadapinya. Penarikan diri secara psikologi tersebut ditandai dengan munculnya perilaku antara lain mudah tersinggung, menurunnya sikap positif terhadap masyarakat yang dihadapi, menyalahkan masyarakat, menghindar dari masyarakat yang seharusnya ditangani, berbuat sewenang-wenang, dan sebagainya. Untuk faktor karakteristik personal, gejala burnout ini bahkan dapat muncul pada individu yang sebelumnya menunjukkan dedikasi yang tinggi dalam pekerjaannya. Gejala burnout jelas merugikan karena akan mengurangi kemampuan dan efektivitas kerja polisi. Selanjutnya dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologi, memberi dampak buruk pada proses pelayanan kepolisian yang diberikan serta mengganggu fungsi-fungsi administrasi yang sedang berjalan. Gejala burnout ini terdiri atas kelelahan emosional, depersonalisasi dan low personal of accomplishment (berkurangnya penghargaan dalam diri sehingga mendongkrak penurunan pencapaian prestasi diri) yang dialami oleh individu yang bekerja memberikan pelayanan kepada orang lain. Peneliti juga menghitung sumbangan

17 17 efektif aspek kepuasan kerja terhadap burnout dengan menggunakan analisis regresi dengan bantuan program SPSS for windows Dari hasil analisis tambahan tersebut, aspek kondisi kerja paling tinggi memberikan sumbangan efektif terhadap kemungkinan munculnya burnout sebesar 21,5 %. Anggota polisi akan merasa kepentingannya diperhatikan oleh organisasi apabila organisasi memperhatikan kondisi kerjanya. Dari observasi yang dilakukan peneliti, kondisi geografis beberapa polsek yang dijadikan lokasi penelitian memang masih memprihatinkan, sempitnya jalan dengan kepadatan lalu lintas, rusaknya jalan penghubung dengan wilayah lain, kurangnya personel polisi yang ditempatkan, sarana telekomunikasi tidak bisa dikatakan optimal karena masih ada polsek yang menggunakan handy talkie, sarana patroli yang kurang sehingga tingkat kesulitan menjalankan pekerjaan menjadi bertambah. Selain itu, yang termasuk kondisi kerja di sini adalah jam kerja, sementara kita semua telah mengetahui bahwa jam kerja atau jam siaga seorang polisi selama 24 jam, non stop dalam sehari. Aspek kepuasan kerja kedua yang dapat memprediksi munculnya burnout pada polisi adalah tunjangan (benefits). Salah satu faktor yang menimbulkan kepuasan kerja adalah tunjangan dalam bentuk fasilitas seperti fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan. Ghiselli & Brown (As ad, 2003) menyatakan masalah finansial dan jaminan sosial kebanyakan berpengaruh terhadap kepuasan kerja. Aspek kepuasan kerja ketiga yang dapat memprediksi munculnya burnout adalah aspek pekerjaan. Aspek pekerjaan itu sendiri meliputi isi pekerjaan termasuk umpan balik dan otonomi, pekerjaan yang menarik dan menantang,

18 18 tidak membosankan dan yang memberikan status bagi karyawan (Baron & Greenberg, 1990), bagaimana suatu pekerjaan memberikan anggota organisasi tugas yang menarik, kesempatan untuk belajar, dan kesempatan untuk menerima tanggung jawab (Smith dkk dalam Luthans, 1998). Karakteristik pekerjaan yang diemban polisi jelas memiliki tuntutan dan kemampuan adaptasi tinggi. Jika tidak mampu diatasi akan berpengaruh terhadap munculnya gejala burnout. Jackson (Rohman, 1997) menyatakan burnout dapat muncul disebabkan oleh pekerjaan yang diulang-ulang, monoton, dan tidak variatif karena pekerja cenderung memilih pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk menggunakan keahlian dan menawarkan tugas yang bervariasi, kebebasan, dan umpan balik mengenai seberapa baik pekerjaan mereka (Robbins, 1998). Dalam faktor pekerjaan, profesi polisi jelas memiliki beban pekerjaan yang berat. Kondisi seperti inilah yang seringkali mendukung munculnya burnout. Maksud peneliti adalah polisi dalam melaksanakan tugasnya mendapatkan tekanan yang sangat banyak, mereka juga sangat rentan mengalami stres kerja. Apabila stres kerja dibiarkan begitu saja dan terjadi dalam jangka waktu yang lama, maka polisi akan mengalami burnout. Aspek terakhir yang dapat memprediksi munculnya burnout pada polisi adalah supervisi. Menurut Ghiselli & Brown (As ad, 2003) salah satu faktor yang menimbulkan kepuasan kerja adalah mutu pengawasan. Hubungan antara anggota dengan pihak pimpinan sangat penting artinya dalam menaikkan produktivitas kerja. Kepuasan kerja anggota dapat ditingkatkan melalui perhatian dan hubungan yang baik dari pimpinan kepada bawahan, sehingga anggota akan merasa dirinya merupakan bagian penting dari organisasi kerja (sense of

19 19 belonging). Pengawas atau pimpinan harus tanggap terhadap kelemahan dan kemampuan setiap bawahan dan harus cepat mengatasi kelemahan-kelemahan. Dari analisis tambahan lainnya, peneliti juga menemukan tidak ada perbedaan kepuasan kerja dan burnout berdasarkan wilayah penugasan kota dan desa. Menurut peneliti, hal ini disebabkan faktor-faktor pemicu kepuasan kerja sama diterapkan antara polres dan polsek yang berbeda kondisi geografisnya. Hasil lain yang peneliti peroleh dari penelitian ini adalah ada perbedaan kepuasan kerja antara polisi yang ditempatkan dalam bidang opsnal yang berbeda, yaitu bina mitra, intelkam, lantas, reskrim, dan samapta. Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa lantas menempati urutan pertama. Hal yang berkaitan dengan pembagian dan jadwal tugas untuk bidang opsnal lantas menunjukkan bahwa pimpinan unit lantas cenderung lebih sering melakukan pembagian dan penetapan jadwal tugas, karena menangani kasus yang relatif beragam sehingga perlu orang tertentu untuk menangani suatu kasus (Sylvana, 2005), sehingga menurut peneliti hal ini mendorong lebih terpuaskannya seorang anggota polisi yang ditempatkan diunit lalu lintas, dan tentu saja tidak menutup kemungkinan masih banyak faktor lain yang mendorong munculnya kepuasan kerja pada polisi lantas. Sedangkan untuk adanya kecenderungan burnout, intelkam menduduki urutan pertama. Tugas polisi yang berada di jajaran intelkam ini mempunyai keunikan kerja yang berbeda di banding dengan tugas di bidang opsnal lain, salah satunya adalah antisipasi terhadap situasi yang mendadak. Oleh karena itu, peneliti mempunyai sudut pandang bahwa hal ini bisa memicu munculnya burnout, karena polisi intel harus mampu menguak hal-hal yang terselubung

20 20 dalam masyarakat dan adanya adanya tuntutan internal dan eksternal yang kurang dapat dipenuhi oleh individu itu sendiri. Tuntutan eksternal misalnya, tuntutan yang berasal dari struktur organisasi tempat bekerja (contoh : target pekerjaan dari pimpinan yang harus diselesaikan dalam satu bulan). Sedangkan tuntutan internal misalnya harga diri, motivasi, aktualisasi diri, dan sebagainya. Kelemahan dari penelitian ini salah satunya adalah pemilihan responden pada Polsek Karang Intan, Polsek Aluh-Aluh, Polsek Kertak Hanyar, dan Polsek Mataraman kondisi geografis lokasi penyebaran polsek yang tidak memungkinkan dilakukan random. Hal ini memiliki kemungkinan berdampak pada peneliti tidak dapat mengetahui lebih lanjut mengenai kemungkinan burnout yang lebih tinggi pada polisi yang bertugas di daerah dengan kondisi geografis sulit. V. Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Ada hubungan negatif antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi. Hal ini menunjukkan semakin tinggi kepuasan kerja maka semakin rendah burnout pada polisi. Sebaliknya, semakin rendah kepuasan kerja maka semakin tinggi burnout pada polisi. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan negatif antara kepuasan kerja dan burnout pada polisi diterima. 2. Pada analisis tambahan diperoleh : a. Sumbangan efektif aspek kepuasan kerja terhadap burnout yaitu aspek kondisi kerja sebesar 21,5 %, aspek tunjangan sebesar 5,5 %, aspek pekerjaan sebesar 4,5 %, dan aspek supervisi sebesar 2,6 %.

21 21 b. Perbedaan kepuasan kerja dan burnout berdasarkan daerah penugasan (1) Tidak ada perbedaan kepuasan kerja berdasarkan daerah penugasan (2) Tidak ada perbedaan burnout berdasarkan daerah penugasan c. Perbedaan kepuasan kerja dan burnout berdasarkan bidang opsnal (1) Ada perbedaan kepuasan kerja berdasarkan bidang opsnal, yang menunjukkan bahwa bidang opsnal lantas menduduki kepuasan kerja paling tinggi. (2) Ada perbedaan burnout berdasarkan bidang opsnal, yang menunjukkan bahwa bidang opsnal intelkam menduduki urutan burnout paling tinggi. VI. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan tersebut, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi responden Dengan mengetahui ada keterkaitan antara kepuasan kerja dan burnout maka anggota polisi dapat berupaya mencegah hal-hal yang bisa menurunkan kepuasan kerja dirinya dan orang lain. Membentengi diri dengan iman dan nilai diri yang kuat perlu ditumbuhkan dalam diri anggota polisi. 2. Bagi instansi Polri Daerah Kalimantan Selatan Resort Banjar Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian anggota Polres Banjar memiliki kepuasan kerja yang sedang mengarah ke tinggi dan burnout ratarata rendah. Oleh karena itu harus lebih peka menyikapi fenomena yang berkembang dalam organisasinya. Menciptakan iklim organisasi yang

22 22 kondusif dan memperhatikan aspek-aspek kepuasan kerja dapat dijadikan pedoman dalam menjaga adanya kemungkinan burnout berkembang dan mewabah dalam diri anggota Polri Daerah Kalimantan Selatan Resort Banjar. 3. Bagi peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti tema yang sama, disarankan untuk memilih lokasi penelitian di kota-kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Makasar, dan lainnya karena tingkat pelanggaran kamtibmas lebih tinggi yang diprediksi melalui individu yang lebih banyak disertai kemajuan teknologi yang berkembang pesat sehingga mempengaruhi cara mendeskripsikan kepuasan kerja oleh polisi. Selain itu, daerah rawan konflik juga menarik untuk diteliti seperti Papua, Ambon, Palu, dan kota lainnya karena banyaknya kasus yang ditangani dan mendorong kepuasan kerja yang tidak terpenuhi dan meninggikan kemungkinan terjadinya burnout. Peneliti selanjutnya juga menggunakan responden fungsi kepolisian yang jarang terekspos, atau mengkhususkan pada satu bidang, misalnya intelkam. Adapun penelitian mengenai burnout sebaiknya dilakukan melalui metode kualitatif sehingga dapat ditemukan penjelasan lebih mendalam pada kalangan polisi.

23 23 DAFTAR PUSTAKA Aditama, A Fenomena Burnout pada Polisi. Majalah Emphaty. Edisi Juli. Hal Ahmad, J Menjadi Polisi dengan Hati Nurani. Majalah Emphaty. Edisi Juli. Hal 2-4 Anoraga, P Psikologi Kerja. Jakarta : PT Rineka Cipta As ad, M Psikologi Industri Seri Ilmu Sumber Daya Manusia. Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty Baron & Greenberg Behavior In Organizations : Understanding and Managing the Human Side of Work. Third Edition. Massachusetts : Allyn & Bacon Handoko, T. H Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Yogyakarta : BPFE Jackson, S. E & Randall S. S Manajemen Sumber daya Manusia. Menghadapi Abad Ke-21. Jakarta : Erlangga Lee, R. T & Ashforth, B. E A Meta-Analytic Examination of the Correlates of the Three Dimensions of Job Burnout. Journal of Applied Psychology. Vol 81. Pages Locke, E. A The Nature and Causes of Job Satisfaction. Handbook of Industrial and Organizational Psychology. Editor : Dunnete Chicago : Rand Mc Nally Luthans, F Organizational Behavior. Sixth Edition. Singapore : McGraw- Hill, Inc Munandar, A. S Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : UI Press Ni mah, M Hubungan antara Persepsi Terhadap Iklim Organisasi dengan Burnout pada Perawat. Intisari Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada Robbins, S. P Organizational Behavior. Concepts, Controversies, Applications. Eigth Edition. New Jersey : Prentice Hall International, Inc Robbins, S. P Perilaku Organisasi. Jakarta : Prentice Hall

24 24 Rohman, T. N., dkk Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Burnout pada Perawat Putri di Rumah Sakit Swasta. Jurnal Psikologika. Nomor 4. Tahun II. Hal Schaufelli & Buunk Professional Burnout. England : John Wiley & Sons Ltd Sylvana, A Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja dan Kepuasan Kerja Anggota Polisi. Tanner, S., et. al The Process of Burnout in White-Collar and Blu-Collar Jobs : Eigth-Year Prospective Study of Exhaustion. Journal of Organizational Behavior. Vol 23. Pages

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN. KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN PT. PUPUK KALTIM Tbk Oleh: ADHY PURWANTO MIFTAHUN NI MAH SUSENO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAAN KERJA KARYAWAN PT KRAKATAU DAYA LISTRIK CILEGON

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAAN KERJA KARYAWAN PT KRAKATAU DAYA LISTRIK CILEGON NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAAN KERJA KARYAWAN PT KRAKATAU DAYA LISTRIK CILEGON Oleh: THULIK KURNIA CAHYADI SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KETERAMPILAN MANAJERIAL BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN SEMANGAT KERJA KARYAWAN Oleh: HANDINI IKA PRATIWI SUS BUDIHARTO FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS KEHUTANAN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS KEHUTANAN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PENGEMBANGAN KARIR DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS KEHUTANAN PALEMBANG PROPINSI SUMATERA SELATAN Oleh: Ulviana Arvanti Finra Putri Sus Budiharto PROGRAM

Lebih terperinci

Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin

Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin Burnout Pada Karyawan Ditinjau Dari Persepsi Terhadap Lingkungan Kerja Psikologis Dan Jenis Kelamin (Employees Burnout in Relation to Perception toward Psychological Work Environment and Sex) Imelda Novelina

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN PERSONAL RESPONSIBILITY KARYAWAN LEMBAGA PENDIDIKAN PERKEBUNAN YOGYAKARTA DISUSUN OLEH SUGESTI HANUNG ANDITYA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan yang penting seperti pabrik, atau suatu organisasi secara keseluruhan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Iklim organisasi (Organizational climate) Menurut Davis dan Newstrom (1985) iklim organisasi adalah lingkungan didalam mana para pegawai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN TUGAS GURU DENGAN STRES KERJA PADA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KERTEK, KABUPATEN WONOSOBO, JAWA TENGAH NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Rudi Prasetyo 04320307

Lebih terperinci

BAB 6. Kesimpulan dan Saran

BAB 6. Kesimpulan dan Saran BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya tentang hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja karyawan, maka penulis mengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji,

BAB I PENDAHULUAN. berupa stressor kerja seperti beban kerja yang berlebihan, rendahnya gaji, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi polisi oleh hampir seluruh peneliti dikategorikan sebagai jenis pekerjaan yang sangat rawan stres (Ahmad, 2004). Stres yang dialami oleh polisi dapat

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA 1 PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI MASA KERJA Indah Lestari M. Bachtiar INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kepuasan kerja karyawan ditinjau dari masa kerja. Dugaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN

HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA DENGAN PRESTASI KERJA PADA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Oleh: ELI SASARI F. 100 080 046 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 1 2 HUBUNGAN ANTARA STRES KERJA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas dan satu variabel tergantung. Variabel-variabel tersebut adalah sebagai

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN KEPUASAN KERJA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONDISI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) KABUPATEN CIREBON

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONDISI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) KABUPATEN CIREBON NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONDISI KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI KOMISI PEMILIHAN UMUM DAERAH (KPUD) KABUPATEN CIREBON Oleh : AUDHIA PUJARANA SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAJI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PERAWAT RUMAH SAKIT NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M.

HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB. Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M. HUBUNGAN ANTARA KEBERMAKNAAN HIDUP DENGAN PERILAKU PRODUKTIF PADA GURU SLB Ermy Herawaty Sus Budiharto, S. Psi, M. Si, Psi INTISARI Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya fakta yang menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN HIGH POINT SERVICED APARTMENT SURABAYA

PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN HIGH POINT SERVICED APARTMENT SURABAYA AGORA Vol. 4, No. 2, (2016) 389 PENGARUH KEPUASAN KERJA DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP TURNOVER INTENTION KARYAWAN HIGH POINT SERVICED APARTMENT SURABAYA Rossalia Mahadewi Tanuwijaya dan Dhyah Harjanti

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada penelitian ini burnout akan dibahas menggunakan teori dari Maslach (2003). Teori digunakan karena adanya kesesuaian dengan fenomena yang didapatkan.

Lebih terperinci

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN HARGA DIRI, ORIENTASI KONTROL, DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN Andri 1 Lieke E.M. Waluyo 2 1,2 Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Depok 16424, Jawa Barat 2 andric@minamas.co.id

Lebih terperinci

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta.

BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. BAB IV ORIENTASI KANCAH DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian ini dilakukan di PT. Bank BRI Yogyakarta. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas.

BAB I PENDAHULUAN. Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam. yang memiliki lebih sedikit jumlah pegawai yang puas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja (job satisfaction) merupakan sasaran penting dalam manajemen Sumber Daya Manusia (SDM), karena secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN. Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 HUBUNGAN ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Tiara Noviani F 100 030 135 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ISTRI DENGAN KECEMASAN SUAMI MENJELANG MASA PENSIUN oleh : MUTYA GUSTI RAMA Dra. AISAH INDATI, M.S FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi

PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN REKAN KERJA DENGAN

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN REKAN KERJA DENGAN HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA ANGGOTA TAMTAMA-BINTARA TNI ANGKATAN DARAT DETASEMEN PEMELIHARAAN PESAWAT TERBANG LANDASAN UDARA AHMAD YANI SEMARANG Novira Daniaputri, * Zaenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja. sebuah evaluasi karakteristiknya. Rivai & Sagala (2009) menjelaskan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja 1. Kepuasan Kerja Guru Robbins & Judge (2012) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan di era globalisasi perusahaan dituntut untuk bekerja lebih efisien dan efektif. Persaingan yang semakin ketat menyebabkan perusahaan dituntut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh

BAB III METODE PENELITIAN. yang menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang dioleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif, menurut Azwar (2011) pendekatan kuantitatif merupakan penelitian yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) KOTA SEMARANG Risma Widyakusumastuti, Nailul Fauziah Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro, Jl.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi. Untuk Memenuhi Sebagian Syarat HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : SEPTIANI BAROROH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepuasan kerja guru ditandai dengan munculnya rasa puas dan terselesaikannya tugastugas yang menjadi tanggung jawab guru tersebut secara tepat waktu, disamping

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK ORANGTUA (AYAH IBU) - ANAK DENGAN DEPRESI PADA REMAJA Oleh : Finda Fatmawati Hepi Wahyuningsih PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Bab ini berisi uraian berbagai teori tentang kepuasan kerja yang menjadi dasar dalam penelitian ini. Pertama-tama akan dibahas tentang kepuasan kerja, kemudian diikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan yang memiliki peranan penting sebagai penunjang kesehatan masyarakat. Keberhasilan suatu rumah sakit

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN DENGAN SEMANGAT KERJA PADA PT.HAMUDHA PRIMA MEDIA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN DENGAN SEMANGAT KERJA PADA PT.HAMUDHA PRIMA MEDIA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KESEJAHTERAAN DENGAN SEMANGAT KERJA PADA PT.HAMUDHA PRIMA MEDIA NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai gelar sarjana S1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada suatu organisasi atau perusahaan, kepuasan kerja adalah faktor penting yang harus terbentuk di lingkungan kerja. Sebab, kepuasa kerja akan berdampak pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karyawan perusahaan sebagai makhluk hidup merupakan sumber daya dinamis yang mempunyai pemikiran, perasaan dan tingkah laku yang beraneka ragam. Jika terjadi pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan atau profesi yang sebenarnya bertujuan membangun

BAB I PENDAHULUAN. Banyak pekerjaan atau profesi yang sebenarnya bertujuan membangun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Polisi adalah salah satu pekerjaan yang memiliki tanggung jawab moral yang besar. Polisi adalah penegak moralitas masyarakat secara konkrit. Banyak pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. aspek fisik maupun emosional. Keluhan tersebut akan menimbulkan upaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ketidakmampuan karyawan untuk memenuhi harapan dan tuntutan di tempat kerja akan mengakibatkan stres. Reaksi stres biasanya berisikan keluhan, baik dari aspek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. : Gaya Kepemimpinan Transformasional. B. Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Bebas : Gaya Kepemimpinan Transformasional Variabel Tergantung : Kepuasan Kerja B. Definisi Operasional 1. Kepuasan Kerja a. Secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI KEADILAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. AGUS JAYA MOJOKERTO

HUBUNGAN PERSEPSI KEADILAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. AGUS JAYA MOJOKERTO HUBUNGAN PERSEPSI KEADILAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. AGUS JAYA MOJOKERTO ARTIKEL OLEH PRADNYA DAHNIAR ARDINI NIM 409112420738 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kinerja. yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2000). Sedangkan pengertian kinerja BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kinerja 1. Pengertian kinerja Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSAHABATAN DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA MAHASISWA BARU Oleh : Chinta Pradhika H. Fuad Nashori PRODI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut merupakan proses yang diarahkan pada pencapaian tujuan organisasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan wadah interaksi antara berbagai komponen, seperti sumber daya manusia, sumber daya fisik dan sumber daya informasi. Interaksi tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan.

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Disamping itu pula, pekerjaan semakin sulit untuk didapatkan. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pekerjaan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat penting bagi masyarakat. Bekerja merupakan suatu tuntutan yang mendasar, baik dalam rangka memperoleh imbalan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT. DJITOE INDONESIAN TOBACCO SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres.

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam. Tak seorang pun bisa terhindarkan dari stres. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan. Siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjang pendek yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO . HUBUNGAN ANTARA BUDAYA PERUSAHAAN DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN PRODUKSI CV. CAHYO NUGROHO JATI SUKOHARJO Agustina Dwisari Handa Endah Mujiasih Achmad mujab Masykur Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai standar yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan merupakan langkah terakhir yang penulis lakukan dalam penelitian yang berjudul Hubungan Kondisi Kerja Psikologis dengan Kinerja Pegawai pada PT. Tarumatex Bandung

Lebih terperinci

KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA. Ariana Sumekar

KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA. Ariana Sumekar JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Vol. 6/No. 2/2013: 113-119 KINERJA DITINJAU DARI STRES KERJA PADA KARYAWAN STIKES WIRA HUSADA YOGYAKARTA Ariana Sumekar Program Studi Kesehatan Masyarakat STIKES Wira Husada

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi. Uji asumsi ini terdiri dari uji normalitas dan uji linearitas. Uji asumsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 57 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Variabel adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Burnout pada guru telah didefinisikan sebagai respon terhadap kesulitan menghadapi stres kerja pada guru (Cherniss, 1980). Lebih lanjut Cherniss (1980) mengatakan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. USMANTEK KABUPATEN MAGELANG

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. USMANTEK KABUPATEN MAGELANG NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN MOTIVASI KERJA KARYAWAN PT. USMANTEK KABUPATEN MAGELANG Oleh: FIRDAUS CHRISTYOADI SUKARTI MIFTAHUN NI MAH SUSENO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. INTI (Persero) Bandung merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa telekomunikasi. PT. INTI (Persero) Bandung selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stres merupakan fenomena yang sering dialami dialami tidak terkecuali oleh para karyawan sebuah organisasi ataupun lembaga. Stres yang dialami secara berkepanjangan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical

BAB V HASIL PENELITIAN. uji linieritas hubungan variabel bebas dan tergantung. diuji normalitasnya dengan menggunakan program Statistical BAB V HASIL PENELITIAN A. Uji Asumsi Setelah semua data penelitian diperoleh, maka dilakukan uji asumsi sebagai syarat untuk melakukan analisis data. Uji asumsi yang dilakukan adalah uji normalitas sebaran

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DAN SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN OPERASIONAL PT KAI (PERSERO) PURWOKERTO

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DAN SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN OPERASIONAL PT KAI (PERSERO) PURWOKERTO HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KOMPENSASI DAN SEMANGAT KERJA PADA KARYAWAN OPERASIONAL PT KAI (PERSERO) PURWOKERTO Harlina Nurtjahjanti Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Jl. Prof Sudharto. SH,

Lebih terperinci

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 56 6. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Bab ini berisikan kesimpulan hasil penelitian, diskusi mengenai hasil penelitian, dan saran bagi penelitian di masa mendatang. 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis

Lebih terperinci

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP KOMITMEN ORGANISASI DI CV.BARUTAMA SAMARINDA DIDIK PRASETYO UTOMO Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, 75234. Indonesia E-mail : didik_utomo12@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan 16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan lingkungan yang cepat, yang ditandai dengan kemajuan informasi, perubahaan selera pasar, perubahan demografi, fluktuasi ekonomi dan kondisi dinamis lain

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA PEGAWAI KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA WILAYAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Armayanti Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Program Studi Psikologi ABSTRAK

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA. Oleh: Reza Rizky Aditya

HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA. Oleh: Reza Rizky Aditya HUBUNGAN KOMITMEN ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP INTENSI KELUAR KARYAWAN PADA PT. PURNA GRAHA ABADI TASIKMALAYA Oleh: Reza Rizky Aditya Abstrak Sumber daya manusia salah satu sumber daya perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang selalu ditandai dengan terjadinya perubahanperubahan pesat pada kondisi ekonomi secara keseluruhan, telah menyebabkan munculnya sejumlah tuntutan

Lebih terperinci

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA ANTARA GURU YANG TELAH BERSERTIFIKASI DENGAN YANG BELUM BERSERTIFIKASI DI KOTA SURAKARTA

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA ANTARA GURU YANG TELAH BERSERTIFIKASI DENGAN YANG BELUM BERSERTIFIKASI DI KOTA SURAKARTA PERBEDAAN KEPUASAN KERJA ANTARA GURU YANG TELAH BERSERTIFIKASI DENGAN YANG BELUM BERSERTIFIKASI DI KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurang nafsu

BAB III METODE PENELITIAN. ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurang nafsu BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Definisi Operasional 1. Burnout Burnout mempunyai lima dimensi utama, yaitu: (1) Kelelahan fisik, ditandai dengan serangan sakit kepala, mual, susah tidur, kurang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian a. Tahap Persiapan 1) Di mulai dengan perumusan masalah 2) Menentukan variabel penelitian 3) Melakukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP BEBAN KERJA DENGAN STRES KERJA PRAMUNIAGA MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja (Job Satifaction) seharusnya pekerja terima. Menurut As ad (2004) kepuasan kerja adalah keadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kepuasan Kerja (Job Satifaction) seharusnya pekerja terima. Menurut As ad (2004) kepuasan kerja adalah keadaan 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Kerja (Job Satifaction) 1. Definisi Kepuasan Kerja (Job Satifaction) Robin (2002) mengemukakan bahwa kepuasan kerja adalah sikap umum terhadap pekerjaan seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat). ini adalah perilaku kerja kontraproduktif.

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat). ini adalah perilaku kerja kontraproduktif. 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel dan Devisi Operasional 1. Variabel Dalam penelitian ini variabel yang digunakan dua jenis variabel yaitu variabel independen (bebas) dan variabel dependent (terikat).

Lebih terperinci

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari

Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari TINJAUAN PUSTAKA Burnout Ada sebuah ungkapan yang menyatakan bahwa burnout adalah suatu syndrome dari seseorang yang bekerja atau melakukan sesuatu, dengan ciri-ciri mengalami kelelahan emosional, sikap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori motivasi Vroom (1964) Teori motivasi Vroom (1964) tentang cognitive of motivation menjelaskan mengapa seseorang tidak akan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. JBT II. Organisasi UIP JBT II dibentuk dengan Surat Peraturan Direksi PT

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. JBT II. Organisasi UIP JBT II dibentuk dengan Surat Peraturan Direksi PT BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan 1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini meneliti tentang hubungan antara kebermaknaan dalam bekerja dan kepuasan kerja karyawan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fred Luthans 2006:439) Munandar (2004)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fred Luthans 2006:439) Munandar (2004) BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang Penelitian Globalisasi mengakibatkan adanya perubahan dengan tuntutan tertentu pada tenaga kerja seperti dalam hal penguasaan teknologi baru, batasan atau waktu yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Stres Kerja Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir, dan kondisi seseorang (Handoko,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Definisi Stres Kerja BAB II LANDASAN TEORI A. STRES KERJA 1. Definisi Stres Kerja Menurut Lazarus & Folkman (dalam Morgan, 1986) stres merupakan suatu keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. data normal atau tidak. Alat yang digunakan adalah One Sample. Uji normalitas pada skala subjective well-being BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti terlebih dahulu melakukan uji asumsi, yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. a. Uji

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi

II. LANDASAN TEORI. Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi 16 II. LANDASAN TEORI A. Definisi Iklim Organisasi Menurut Lussier (2005: 486) mengatakan bahwa iklim organisasi adalah persepsi pegawai mengenai kualitas lingkungan internal organisasi yang secara relatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. sampel auditor internal pada perusahaan perusahaan tersebut. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di beberapa perusahaan dagang dan jasa di Jakarta yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan mengambil sampel

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Asumsi Sebelum dilakukan uji hipotesis, dilakukan uji asumsi data hasil penelitian tersebut. Setelah dilakukan uji asumsi berupa uji normalitas dan linieritas selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung pula oleh sumber daya manusia yang berkualitas, baik dari segi mental, spritual maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pusat Koperasi Syariah (Puskopsyah) Alkamil Jawa Timur sebagai salah satu lembaga keuangan syariah nonbank yang berbadan hukum koperasi, memiliki kegiatan menyimpan

Lebih terperinci

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala 1,

Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala 1, ISSN : 2355-9357 e-proceeding of Management : Vol.4, No.1 April 2017 Page 221 Pengaruh Stres Kerja Terhadap Kinerja Karyawan : Studi Kasus pada Tenaga Pengajar di Telkom University Ella Jauvani Sagala

Lebih terperinci

Hubungan Antara Konflik Kerja dengan Etos Kerja Pegawai di PDAM Kabupaten Malang

Hubungan Antara Konflik Kerja dengan Etos Kerja Pegawai di PDAM Kabupaten Malang Hubungan Antara Konflik Kerja dengan Etos Kerja Pegawai di PDAM Kabupaten Malang Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan yang muncul, semakin banyak perusahaan yang muncul, semakin banyak pula persaingan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN PROFETIK DENGAN KEPUASAN KERJA

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN PROFETIK DENGAN KEPUASAN KERJA 1 NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN PROFETIK DENGAN KEPUASAN KERJA Oleh : DENNY ARIFIYANTO SUS BUDIHARTO PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana semboyan Tribrata

BAB I PENDAHULUAN. membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana semboyan Tribrata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kepolisian Indonesia adalah suatu lembaga hukum yang siap membantu apa pun pengaduan dari masyarakat, seperti pencurian, pembunuhan, dan perampokan. Sebagaimana

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun di kantor, orang sering kali berbicara satu dengan yang lain tentang tingkat stres yang mereka alami. Gejala stres dimiliki

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA PILOT PENERBANGAN ANGKATAN DARAT (PENERBAD) DI SEMARANG DAN JAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA PILOT PENERBANGAN ANGKATAN DARAT (PENERBAD) DI SEMARANG DAN JAKARTA HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KEHIDUPAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA PILOT PENERBANGAN ANGKATAN DARAT (PENERBAD) DI SEMARANG DAN JAKARTA Rahadyan Sekar Gupita Negara, Harlina Nurtjahjanti Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN PT. SANDANG PANGAN SUKSES MAKMUR NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN PT. SANDANG PANGAN SUKSES MAKMUR NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA IKLIM ORGANISASI DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN PT. SANDANG PANGAN SUKSES MAKMUR NASKAH PUBLIKASI Disusun Guna Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTROVERT INTROVERT DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTROVERT INTROVERT DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN KEPRIBADIAN EKSTROVERT INTROVERT DENGAN BURNOUT PADA PERAWAT Ranti Putri Arifianti, S.Psi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Penelitian ini bertujuan adalah untuk menguji

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konflik Kerja 1. Pengertian Konflik Kerja Dalam setiap organisasi, agar setiap organisasi berfungsi secara efektif, maka individu dan kelompok yang saling bergantungan harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut, bukan saja dari masukannya yang bervariasi, melainkan dari proses pembelajaran yang diselenggarakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA BUKITTINGGI

HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA BUKITTINGGI HUBUNGAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL DENGAN KEPUASAN KERJA PEGAWAI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA BUKITTINGGI Novia Gusliza Jurusan/Program Studi Administrasi Pendidikan FIP UNP Abstract This research

Lebih terperinci

JURNAL ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL FACTORS, SOSIAL AND WORK TOWARD A MAJOR FACTOR IN JOB SATICFACTION OF EMPLOYEES AT PT TELKOM KEDIRI

JURNAL ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL FACTORS, SOSIAL AND WORK TOWARD A MAJOR FACTOR IN JOB SATICFACTION OF EMPLOYEES AT PT TELKOM KEDIRI JURNAL PENGARUH STRUKTUR ORGANISASI, FAKTOR SOSIAL, DAN FAKTOR UTAMA TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN PADA PT TELKOM KEDIRI ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF INDIVIDUAL FACTORS, SOSIAL AND WORK TOWARD A MAJOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service

BAB I PENDAHULUAN. Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi guru merupakan satu bentuk pelayanan kemanusiaan (human service profession) yang penuh tantangan (Maslach & Jackson, 1986, dalam Wardhani, 2012). Guru

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT

HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT HUBUNGAN ANTARA ROLE OVERLOAD DENGAN STRES KERJA PADA PERAWAT NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun oleh: RISKI NUGRAENI F 100100130 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULIAN. di bidang pendistribusian BBM atau SPBU, dimana pekerjaan serta lingkungan

BAB I PENDAHULIAN. di bidang pendistribusian BBM atau SPBU, dimana pekerjaan serta lingkungan BAB I PENDAHULIAN 1.1 Latar Belakang Penelitian PT Nagamas Putera Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pendistribusian BBM atau SPBU, dimana pekerjaan serta lingkungan kerjanya

Lebih terperinci