HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kondisi Umum Desa Mangunlegi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kondisi Umum Desa Mangunlegi"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Batangan adalah salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Pati. Kecamatan Batangan terletak sejauh dua puluh dua kilometer ke arah timur dari kota Pati. Di sebelah utara Kecamatan Batangan berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Rembang, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Jaken dan Jakenan, dan di sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Juwana. Luas wilayah Kecamatan Batangan adalah 50,66 km 2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa yang tersebar di delapan belas desa yaitu Desa Tlogomojo, Desa Sukoagung, Desa Bulumulyo, Desa Tompomulyo, Desa Kuniran, Desa Gunungsari, Desa Kedalon, Desa Klayusiwalan, Desa Ngening, Desa Raci, Desa Ketitangwetan, Desa Bumimulyo, Desa Jembangan, Desa Lengkong, Desa Mangunlegi, Desa Batursari, Desa Gajahkumpul dan Desa Pecangaan (BPS, 2011). Kecamatan Batangan merupakan dataran rendah di pesisir pantai utara jawa (pantura) dengan ketinggian minimum dua meter dan ketinggian maksimum delapan belas meter dari permukaan laut. Jenis tanah di wilayah Kecamatan Batangan adalah tanah aluvial. Suhu maksimum di Kecamatan Batangan adalah 32 C dan suhu minimum 24 C. Kecamatan Batangan memiliki curah hujan sebanyak 847 mm/tahun dengan jumlah hari dengan curah hujan terbanyak selama 61 hari (BPS, 2011). Kondisi Umum Desa Mangunlegi Desa Mangunlegi merupakan salah satu desa di kecamatan batangan yang berada di pesisir pantai utara pulau jawa. Ketinggian rata-rata desa mangunlegi apabila diukur dari permukaan air laut adalah lima meter. Di sebelah utara, Desa Mangunlegi berbatasan dengan laut jawa. Di sebelah barat, berbatasan dengan Desa Lengkong. Di Sebelah selatan, berbatasan dengan Desa Batursari. Dan di sebelah timur, berbatasan dengan Desa Batursari dan Desa Pecangaan. Desa Mangunlegi terdiri dari 2 dukuh, yakni Dukuh Asemlegi dan Dukuh Mangonan dengan luas wilayah keseluruhan 268,27 ha. Secara administrasi, Desa Mangunlegi dibagi menjadi 2 RW dengan 7 RT. Luas wilayah Desa Mangunlegi dipergunakan sebagai tambak, sawah (sawah tadah hujan), tegal, pemukiman,

2 pemakaman, lapangan, hutan bakau, dan perkantoran pemerintahan. Hijaauan makanan ternak tumbuh secara alami seperti rumput maupun hijauan makanan ternak yang tumbuh secara buatan yang sengaja ditanam oleh warga di sekitar areal tersebut yang berpotensi untuk memasok kebutuhan ternak ruminansia yang dipelihara. Jenis penggunaan lahan di Desa Mangunlegi disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Jenis Penggunaan Lahan di Desa Mangunlegi No Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) 1. Tambak Sawah (tadah hujan) 40,25 3. Tegalan/Ladang 28,56 4. Pemukiman 26,24 5. Hutan Bakau 3 6. Pemakaman 1,5 7. Lapangan 1,5 8. Perkantoran Pemerintahan 0,25 Sumber : Profil Desa Mangunlegi (2010) Lokasi penelitian (Desa Mangunlegi) dibagi menjadi empat zona berdasarkan jarak dari pesisir pantai dan penggunaan lahan di desa mangunlegi. Zona yang pertama adalah zona pesisir pantai, dimana zona daratan yang terkena langsung air laut ketika pasang surut. Zona kedua adalah zona tambak. Zona ketiga adalah zona sawah tadah hujan dan zona keempat adalah zona pemukiman. Kondisi Umum Peternakan Desa Mangunlegi Populasi ternak Kecamatan Batangan dapat dilihat pada Tabel 4. Populasi ternak di Desa Mangunlegi didominasi oleh ternak ruminansia dan unggas. Ternak ruminansia yang banyak dipelihara oleh peternak setempat adalah sapi dan kambing, sedangkan ternak unggas yang dipelihara umumnya adalah ayam buras. Menurut lurah desa mangunlegi, beternak merupakan mata pencaharian sampingan (sambilan) yang dilakukan oleh sebagian warga. Mata pencaharian utama sebagian besar warga desa mangunlegi adalah petani garam dan peternak ikan bandeng yang dilakukan di tambak yang mereka miliki. Apabila melihat lebih lanjut tentang kondisi peternakan ruminansia, warga Desa Mangunlegi menggunakan sistem pemeliharan tradisional secara semi-intensif. Dikatakan tradisional karena warga memelihara ternaknya dengan pengetahuan 15

3 seadanya yang didasarkan oleh pengetahuan dan pengalaman yang mereka miliki. Pemeliharaannya dilakukan secara intensif dimana ternak selalu berada di dalam kandang dan semi-intensif yakni dengan cara menggembalakannya pada siang hari dan mengkandangkannya pada sore hari. Sebagian besar penanganan penyakitnyapun dilakukan dengan pemberian resep obat tradisional pada ternak yang terserang penyakit. Tabel 4. Populasi Ternak Kecamatan Batangan No Desa Jenis Ternak Sapi Kambing Domba Kuda Ayam Buras Itik 1 Tlogomojo Sukoagung Bulumulyo Tompomulyo Kuniran Gunungsari Kedalon Klayusiwalan Ngening Raci Ketitangwetan Bumimulyo Jembanga Lengkong Mangunlegi Batursari Gajahkumpul Pecangaan Kec. Batangan Sumber : Dinas Pertanian, Kehutanan dan Peternakan Kecamatan Batangan Jenis Ternak Ternak ruminansia yang banyak dipelihara oleh warga adalah sapi dan kambing. Jenis kambing yang dipelihara adalah kambing lokal (kacang) (Gambar 2a), kambing peranakan ettawa (PE), dan kambing jawarandu yang merupakan persilangan antara kambing lokal dengan peranakan ettawa. Jenis sapi yang dipelihara adalah sapi peranakan ongole (PO) (Gambar 2b) yang lebih sering disebut oleh warga sebagai sapi lokal atau sapi jawa atau sapi putih. Kambing kacang memiliki ciri bulu pendek (putih, hitam dan coklat). Tanduk berbentuk pedang 16

4 lengkung ke atas dan ke belakang. Pada umumnya memiliki telinga pendek dan tegak (Devendra dan Burns, 1983). Kambing peranakan ettawa merupakan hasil persilangan antara kambing ettawa dari India dengan kambing kacang dari Indonesia. Kambing PE banyak dikembangkan di Indonesia terutama di daerah pedesaan Jawa Tengah, Jawa Timur dan Pesisir Utara Jawa Barat (Heriyadi, 2004). Jakaria et al. (2007) menggolongkan sapi pesisir ke dalam kelompok sapi Bos indicus. Menurut Natasasmita dan Mudikdjo (1979) bangsa sapi yang diklasifikasikan ke dalam Bos indicus adalah sapi Ongole, Brahman, Angkole, dan Boran. (a) (b) Gambar 2. Ternak Ruminansia di Desa Mangunlegi. (a) kambing lokal (kacang); (b) sapi peranakan ongole (PO). Sistem pemeliharaan Pemeliharaan ternak ruminansia yang dilakukan oleh para peternak di Desa Mangunlegi yakni menggunakan dua sistem yakni intensif dan semi-intensif. Peternak yang menggunakan sistem intensif selalu menempatkan ternaknya di dalam kandang sepanjang hari dengan alasan keamanan. Peternak yang menggunakan sistem semi-intensif menggembalakan hewan ternak mereka pada siang hari dan menempatkannya di dalam kandang pada malam hari. Zona tempat penggembalaan ternak berada di zona tambak (Gambar 3a), zona sawah (Gambar 3b), dan zona pemukiman. Pada zona tambak dan zona sawah, ternak dibiarkan mencari rumput sepanjang hari, diikat dengan menggunakan tali tambang pada sebuah pasak yang tertancap di tanah. Pada zona pemukiman, ternak digembalakan di sekitar rumah mereka untuk mencari rumput. 17

5 (a) (b) Gambar 3. Zona Pengembalaan Ternak. (a) Zona tambak, (b) zona sawah. Pola penyediaan hijauan Peternak di Desa Mangunlegi menerapkan sistem pemeliharaan intensif dan semi-intensif. Peternak yang menerapkan sistem pemeliharaan secara intensif, melakukan cara cut and carry dalam menyediakan hijauan pakan bagi ternaknya (Gambar 4). Menurut Natasasmita dan Mudikdjo (1979), sistem cut and carry adalah makanan diaritkan dan diberikan di kandang. Baik jumlah maupun kualitas makanan perlu mendapat perhatian sesuai dengan fase fisiologis, bobot dan tujuan produksi. Peternak yang menerapkan sistem pemeliharaan semi-intensif, menggembalakan ternaknya pada siang hari dan mencari rumput untuk memenuhi kebutuhan ternak pada malam hari. Natasasmita dan Mudikdjo (1979) menyatakan bahwa penggembalaan berarti sebagian besar atau seluruh kebutuhan makanan diperoleh dari lapangan penggembalaan. Cukup atau tidaknya makanan yang diperoleh di lapangan penggembalaan akan dicerminkan oleh kondisi badan sapi. (a) Gambar 4. Pola Penyediaan Hijauan Makanan Ternak (b) 18

6 Peternak yang memelihara sapi selain memberi rumput potongan juga memberi pakan jerami padi kering kepada ternaknya. Peternak mengaku tidak mampu mencari rumput untuk memenuhi kebutuhan konsumsi BK sapi. Bahkan untuk peternak yang memiliki sapi lebih dari empat ekor, harus membeli jerami padi untuk konsumsi sapi yang dimiliki. Harga jerami padi yang dbeli peternak berkisar Rp ,00 Rp ,00 per truk, tergantung kadar air jerami padi. Jerami yang mereka miliki, disimpan di lumbung jerami sebagai persediaan (Gambar 5). Menurut Sarwono dan Arianto (2003), dengan memiliki persediaan jerami padi kering, peternak tidak perlu lagi mencari rumput, namun jerami padi memiliki kandungan nutrisi rendah. Jerami padi juga termasuk pakan hijauan yang sulit dicerna, karena kandungan serat kasarnya yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh struktur jaringan yang sudah tua, melalui proses lignifikasi. Gambar 5. Lumbung Jerami Pakan untuk ternak kambing biasanya diambil dari rumput dengan ditambah beberapa leguminosa atau yang disebut dengan ramban. Leguminosa tersebut antara lain adalah Leucaena leucocephala Lamk., atau dalam nama lokal disebut godhong petet, Pterocarpus indicus Willd. (godhong angsana), Gliricidia sepium Jacq. Kunth. ex Walp. (godhong kudo), Hibiscus macrophyllus Roxb. (godhong waru), Ruta angustifolia Pers. (godhong kelor). Ramban yang diambil oleh peternak adalah ramban yang disukai ternak. Berdasarkan hasil wawancara dengan peternak, beberapa hijauan yang disukai oleh ternak sapi dan telah teridentifikasi adalah jerami padi (Oryza sativa), Alternanthera philoxeroides Mart. Griseb., Andropogon bladii Retz., Andropogon sp., Arthraxon hispidus Makino., Bulbostylis warei Torr., Cardaminehirsuta L, 19

7 Carum roxburghianum Benth., Chloris garbata L. Swartz., Cynodon dactylon L. Pers., Cyperus rotundus L., Echinochloa colona L., Eleusine indica L. Gaertn., Fimbristylis aphylla Steud., Ipomoea aquatica Forsk., Ipomoea obscura L., Leptochloa chinensis L. Ness., Panicum paludosum Roxb., Panicum repens L., Paspalidium flavidium Retz., Schizachfrium brevifolium Sw. Ness., Sphaeranthus indicus L., Xerochloa cheribon Steud. Ohwi. Keanekaragaman dan Komposisi Botani Hijauan di Desa Mangunlegi Identifikasi jenis hijauan yang terdapat di Desa Mangunlegi dengan menggunakan herbarium dan untuk menganalisis komposisi botani digunakan metode Dry Weight Rank menurut Mannetje dan Haydock (1963). Setiap zona penelitian dilakukan penghitungan komposisi botani untuk menentukan persentase tiap jenis hijauan yang ada. Tabel 5. Komposisi Botani Zona Pantai No. Nama Lokal Nama Latin % Jenis 1 Kodokan Panicum repens L. 45,46 2 Grinting Cynodon dactylon L. Pers. 42,42 3 Mbakonan Tambak Xerochloa cheribon Steud. Ohwi. 9,85 4 Abangan Tambak Andropogon sp. Herb. Linn. 2,27 Hijauan di zona pantai didominasi oleh rumput Pannicum repens L. yakni sebesar 45,46% (Tabel 5). Urutan kedua ditempati oleh rumput Cynodon dactylon L. Pers. dengan porsi 42,42%. Urutan ketiga dan keempat ditempati oleh Xerochloa cheribon Steud. Ohwi. dan Andropogon sp. Herb. Linn. Pier (1999) mengatakan bahwa Panicum repens L. tumbuh di tanah yang lembab seperti pada tanah pasir di sepanjang pantai, dipinggir laguna, danau, kolam dan sungai di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Panicum repens L. secara cepat berkembang menjadi monokultur di habitatnya menggeser kehadiran rumput yang lain. Secara spesifik, Panicum repens L. adalah rumput yang sangat kompetitif dalam penyerapan air dan dapat menurunkan produksi Cynodon dactylon L. Pers. hingga 40% dalam dua tahun. Pada zona tambak teridentifikasi delapan jenis rumput. Rumput yang mendominasi adalah Cynodon dactylon L. Pers. sebanyak 30,28% (Tabel 6). Apabila 20

8 merujuk ke Tabel 9. salinitas tanah di zona tambak mencapai 3020 ppm. Cynodon dactylon L. Pers dapat tumbuh dengan baik dan mendominasi komposisi botani rumput. Kaffka (2009) menyatakan bahwa Cynodon dactylon L. Pers telah berhasil dibudidayakan di tanah yang salin di Califonia s Central Valley dan dapat tumbuh meski mendapat irigasi berupa air yang salin dan dapat digunakan sebagai makanan ternak. Tabel 6. Komposisi Botani Zona Tambak No Nama Lokal Nama Latin % Jenis 1 Grinting Cynodon dactylon L. Pers. 30,28 2 Kacang-kacangan Cardaminehirsuta L. 28,40 3 Gondan Arthraxon hispidus Makino. 12,76 4 Abangan Tambak Andropogon sp. Herb. Linn. 12,47 5 Platikan Carum roxburghianum Benth. 8,23 6 Cakar Ayam Borreria latifolia Schum. 3,02 7 Lawatan Ipomoea obscura L. 3,02 8 Mbakonan Tambak Xerochloa cheribon Steud. Ohwi. 1,81 Tabel 7. Komposisi Botani Zona Sawah No Nama Lokal Nama Latin % Jenis 1 Grinting Cynodon dactylon L. Pers. 35,17 2 Suket Teki Cyperus rotundus L. 16,82 3 Abangan Sawah Leptochloa chinensis L. Nees. 10,76 4 Tuton Echinochloa colona L. 9,16 5 Senikan Andropogon bladii Retz. 8,67 6 Kremah/Urang Alternanthera philoxeroides Mart. 6,71 Griseb. 7 Klapa-klapanan Sphaeranthus indicus L. 5,70 8 Kangkung Ipomoea aquatic Forsk. 4,12 9 Melikan Dawa Fimbristylis aphylla Steud. 2,89 Pada zona sawah teridentifikasi sembilan jenis rumput, didominasi oleh rumput Cynodon dactylon L. Pers. sebanyak 35,17% (Tabel 7). Apabila 21

9 membandingkan salinitas tanah zona penelitian (Tabel 9) zona sawah memiliki salinitas tanah yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan zona pantai maupun zona tambak. Rumput Cynodon dactylon L. Pers tetap saja mendominasi baik di peringkat pertama maupun kedua tabel komposisi botani, namun ada dampak yang nyata pada produktivitasnya. Menurut Hameed dan Ashraf (2007) jumlah daun dan berat kering tanaman pada Cynodon dactylon L. Pers. akan menurun beranding terbalik dengan peningkatan salinitas tanah. Tabel 8. Komposisi Botani Zona Pemukiman No Nama Lokal Nama Latin % Jenis 1 Grinting Cynodon dactylon L. Pers. 23,60 2 Suket Teki Cyperus rotundus L. 22,62 3 Lulangan Eleusine indica L. Gaertn. 9,35 4 Kodokan Panicum repens L. 9,05 5 Melikan Cekak Bulbostylis warei Torr. 6,04 6 Abangan Sawah Leptochloa chinensis L. Nees 6,04 7 Sadaman Elephantopus scaber L. 3,92 8 Kangkung Ipomoea aquatic Forsk. 3,92 9 Melikan Dawa Fimbristylis aphylla Steud. 3,02 10 Juwawut Chloris garbata L. Swartz. 3,02 11 Mbakonan Pemukiman Schizachfrium brevifolium Sw. Nees. 3, Panicum paludosum Roxb. 2,56 13 Klapa-klapanan Spaeranthus indicus L. 2, Paspalidium flavidium Retz. 1,81 Pada zona pemukiman teridentifikasi 14 jenis dan rumput yang banyak ditemui adalah rumput Cynodon dactylon L. Pers. dengan nilai komposisi botani sebesar 23,60% (Tabel 8). Merujuk pada Tabel 9. seiring menjauhi zona pantai, salinitas tanah mulai menurun dan keanekaragaman jenis rumput juga meningkat. Hal ini disebabkan tidak semua jenis rumput dapat berkembang dengan baik di tanah salin karena pengaruh cekaman atau stress. Harjadi dan Yahya (1988) mengungkapkan bahwa stres garam merupakan salah-satu dari antara enam bentuk stres tanaman yaitu stres suhu, stres air, stres radiasi, stres bahan kimia dan stres 22

10 angin, tekanan, bunyi dan lainnya. Stres garam terjadi dengan terdapatnya salinitas atau konsentrasi garam-garam terlarut yang berlebihan dalam tanaman. Stres garam ini umumnya terjadi dalam tanaman pada tanah salin. Stres garam meningkat dengan meningkatnya konsentrasi garam hingga tingkat konsentrasi tertentu yang dapat mengakibatkan kematian tanaman. Rumput Cynodon dactylon L. Pers. atau yang sering disebut oleh peternak sebagai suket grinting dapat tumbuh di semua zona rumput yang terdapat di Desa Mangunlegi. Berdasarkan Tabel 9. tempat zona tersebut memiliki salinitas yang berbeda. Besarnya salinitas tersebut meningkat apabila mendekati daerah pantai yang terkena air laut secara langsung. Hal ini menunjukkan bahwa rumput Cynodon dactylon L. Pers. dapat bertahan hidup di tanah yang salinitasnya hingga 3270 mg/l. Menurut Sukla et al. (2011), Cynodon dactylon L. Pers. ditemukan di habitat yang beragam. Cynodon dactylon L. Pers. dapat tumbuh dengan baik pada tanah salin, mengindikasikan Cynodon dactylon L. Pers. toleransi terhadap cekaman garam. Tabel 9. Salinitas Tanah Zona Penelitian No Zona Luas (ha) Salinitas (ppm) 1 Pantai 4, ,00 2 Tambak ,00 3 Sawah 40, ,67 4 Pemukiman 26,24 337,00 Seiring dengan menurunnya nilai salinitas tanah di tiap zona penelitian, jumlah spesies rumput yang tumbuh pun mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dengan ditemukannya empat jenis rumput di zona pantai, delapan jenis rumput di zona tambak, sembilan jenis rumput di zona sawah dan empat belas jenis rumput di zona pemukiman. 23

11 Gambar 6. Peta Komposisi Botani Hijauan Desa Mangunlegi 24

12 Alternanthera philoxeroides Mart. Griseb. Andropogon bladii Retz. Andropogon sp. Herb. Linn. Arthraxon hispidus Makino. Borreria latifolia Schum. Bulbostylis warei Torr. Cardaminehirsuta L. Carum roxburghianum Benth. Gambar 7. Hijauan Pakan di Desa Mangunlegi 25

13 Chloris barbata L. Swartz. Cynodon dactylon L. Pers. Cyperus rotundus L. Echinochloa colona L. Elephantopus scaber L. Eleusine indica L. Gaertn. Gliricidia sepium Jacq. Kunth. ex Walp. Hibiscus macrophyllus Roxb. Gambar 7. Jenis Hijauan Pakan di Desa Mangunlegi (lanjutan) 26

14 Ipomoea aquatic Forsk. Ipomoea obscura L. Leptochloa chinensis L. Nees. Leucaena leucocepala Lamk. Panicum paludosum Roxb. Fimbristylis aphylla Steud. Panicum repens L. Paspalidium flavidum Retz. Gambar 7. Jenis Hijauan Pakan di Desa Mangunlegi (lanjutan) 27

15 Pterocarpus indicus Willd. Ruta angustifolia Pers. Schizachfrium brevifolium Sw. Nees. Sphaeranthus indicus L. Xerochloa cheribon Steud. Ohwi. Gambar 7. Jenis Hijauan Pakan di Desa Mangunlegi (lanjutan) Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia (KPPTR) Kapasitas peningkatan populasi ternak ruminansia di Kecamatan Batangan dihitung berdasarkan metode Nell and Rollinson (1974) dengan pendekatan potensi lahan sebagai sumber dan penyedia hijauan bagi ternak ruminansia. Penghitungan potensi lahan sebagai sumber penyedia hijauan makanan ternak ruminansia dilakukan dengan menganalisis data sekunder yang bersumber dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Pati. Data populasi ternak diperoleh dari Dinas Pertanian, Peternakan, dan Kehutanan Kecamatan Batangan. Populasi ternak dikalikan dengan koefisien satuan ternak. 28

16 Tabel 10. Analisis KPPTR Nell & Rollinson Kecamatan Batangan No. Desa Populasi Ternak (ST) Asumsi Produksi Hijauan (ton BK/ha/thn) KKPTR Maksimum KPPTR Efektif 1 Tlogomojo 131,62 222,59 96,95-34,67 2 Sukoagung 123,96 312,30 136,03 12,07 3 Bulumulyo 308,71 822,93 358,44 49,73 4 Tompomulyo 363,36 291,64 127,03-236,33 5 Kuniran 367,91 334,28 145,60-222,31 6 Gunungsari 452,40 261,78 114,02-338,38 7 Kedalon 746,27 391,80 170,66-575,61 8 Klayusiwalan 365,68 390,60 170,13-195,55 9 Ngening 334,93 222,57 96,94-237,99 10 Raci 114,71 51,60 22,48-92,23 11 Ketitangwetan 127,38 41,88 18,24-109,14 12 Bumimulyo 36,87 77,40 33,71-3,16 13 Jembangan 306,71 140,59 61,24-245,47 14 Lengkong 45,85 89,90 39,16-6,69 15 Mangunlegi* 185,50 793,64 345,68 160,18 16 Batursari 188,17 157,68 68,68-119,49 17 Gajahkumpul 115,47 32,76 14,27-101,20 18 Pecangaan 23,40 0,00 0,00-23,40 Kec Batangan 4.338, , , ,64 *) Lokasi penelitian Kecamatan Batangan memiliki nilai KPPTR negatif (Tabel 10). Hal ini menunjukkan bahwa produksi hijauan makanan ternak (HMT) Kecamatan Batangan tidak mampu memenuhi kebutuhan ternak yang ada. Rumus dan perhitungan nilai Kapasitas Peningkatan Populasi Ternak Ruminansia dapat dilihat pada lampiran 1 dan lampiran 2. Desa Mangunlegi memiliki nilai KPPTR efektif yang paling tinggi jika dibandingkan dengan desa lain di kecamatan Batangan. Masyarakat di Desa Mangunlegi masih bisa menambah populasi ternak ruminansia yang mereka miliki 29

17 sebanyak 160,18 ST. Hal ini menunjukkan bahwa potensi hijauan di Desa Mangunlegi masih memenuhi kebutuhan untuk pakan ternak ruminansia. Selain untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak untuk Desa Mangunlegi sendiri, hijauan makanan ternak yang tersedia dapat dijual keluar daerah untuk memenuhi kebutuhan makanan ternak di desa lain. Meskipun di Desa Mangunlegi memiliki nilai KPPTR efektif yang positif, kebiasaan peternak yang suka mencari dan membeli jerami padi dari daerah lain tetap dilakukan. Hal ini disebabkan oleh peternak tidak sanggup memotong rumput selama seharian untuk memenuhi kebutuhan ternak. Kebanyakan peternak hanya mampu mencari rumput sebanyak tiga karung per hari. Selain itu, kebiasaan membeli jerami padi tetap dilakukan peternak karena produktivitas rumput lapang sangat fluktuatif. Produktivitas rumput lapang akan sangat menurun apabila musim kemarau, ditambah lagi area Desa Mangunlegi yang berada di pesisir pantai yang memiliki suhu maksimum mencapai 32ºC. Potensi Hijauan Galengan Tambak Analisis KPPTR menurut Nell dan Rollinson (1974) belum memasukkan perhitungan potensi galengan tambak sebagai penyedia hijauan. Akan tetapi, Desa Mangunlegi memiliki luas galengan tambak yang berpotensi sebagai penyedia hijauan makanan ternak. Peternak setempat memanfaatkan galengan tambak untuk menggembalakan ternak dan mencari rumput. Desa Mangunlegi, memiliki luas tambak seluas 167 ha (data profil desa). Peternak di Desa Mangunlegi sering mencari rumput lapang di area galengan tambak. Selain itu, peternak juga menggembalakan kambing yang dimiliki di area galengan tambak. Hal ini menunjukkan tambak memiliki potensi sebagai penyedia hijauan makanan ternak. Potensi hijauan yang ada di area galengan tambak diketahui berdasarkan persentase luasan galengan tambak dari luas tambak yang ada. Persentase rata-rata luas galengan 9,64% dari luas tambak secara keseluruhan (lampiran 9). Hal ini menunjukkan bahwa Desa Mangunlegi memiliki luas galengan tambak sebesar 16,10 ha. Daya dukung total galengan tambak di Desa Mangunlegi adalah sebesar 41,96 ST, menunjukkan galengan tambak memiliki potensi sebagai penyedia hijauan 30

18 untuk sekitar 41,96 ST. Jika dijumlahkan antara potensi galengan tambak dengan analisis KPPTR dengan metode Nell dan Rollinson (1974) maka nilai KPPTR efektif Desa Mangunlegi akan bertambah menjadi 202,14 ST (lampiran 10). Persentase produksi hijauan di galengan tambak sebesar 39,89% dari padang rumput permanen. Nilai persentase tersebut dapat digunakan sebagai nilai koefisien produksi hijauan tambak dalam perhitungan potensi hijauan galengan tambak yakni sebesar 0,399 dari produksi hijauan padang rumput permanen. Potensi Wilayah untuk Pengembangan Peternakan Menurut Natasamita dan Mudikdjo (1979), untuk memperhitungkan potensi suatu wilayah untuk pengembangan ternak secara teknis maka, perlu dilihat populasi ternak yang ada di wilayah tersebut dihubungkan dengan potensi makanan ternak yang dihasilkan oleh wilayah yang bersangkutan. Selain perhitungan kepadatan teknis, dihitung pula kepadatan ekonomis. Menurut Natasasmita dan Mudikdjo (1979) semakin rendah nilai kepadatan teknik suatu wilayah, maka wilayah tersebut semakin berpotensi untuk pengembangan peternakan ruminansia karena jumlah ternak tiap satuan wilayah penghasil hijauan masih sedikit. Apabila dilihat pada Tabel 11. maka desa yang memiliki nilai kepadatan teknik yang masih rendah adalah desa Sukoagung, Bumimulyo, dan Lengkong. Oleh karena itu, penambahan populasi ternak ruminansia masih memungkingkan apabila ditinjau dari aspek kepadatan teknik. Di Desa Pecangaan, memiliki nilai kepadatan teknik imajiner. Hal ini disebabkan oleh Desa Pecangaan tidak memiliki wilayah penghasil hijauan. Natasasmita dan Mudikdjo (1979) menegaskan bahwa semakin tinggi nilai kepadatan ekonomik suatu wilayah, maka wilayah tersebut cenderung ke arah konsumen hijauan. Beberapa desa yang berperan sebagai konsumen hijauan adalah Desa Kedalon, Desa Gunungsari, dan Desa Kuniran. Apabila dilihat dari aspek kepadatan ekonomik, Desa Mangunlegi relatif memiliki nilai yang rendah apabila dibandingkan dengan desa lain. Hal ini menunjukkan bahwa Desa Mangunlegi merupakan desa produsen hijauan. Untuk Desa Pecangaan, meski memiliki nilai kepadatan ekonomik yang rendah apabila dibandingkan dengan desa lain, namun Desa Pecangaan tidak bisa dikatakan sebagai daerah produsen hijauan. Hal ini disebabkan oleh Desa Pecangaan tidak memiliki wilayah sebagai penghasil hijauan. 31

19 Tabel 11. Potensi Desa untuk Pengembangan Ternak Ruminansia Kec. Batangan No Desa Jumlah Populasi Ternak (ST) Luas Wilayah (km²) Kepadatan Teknis Kepadatan Ekonomis 1 Tlogomojo 131,620 1, ,442 0,132 2 Sukoagung 123,960 1,768 70,105 0,124 3 Bulumulyo 308,710 2, ,667 0,309 4 Tompomulyo 363,360 1, ,046 0,363 5 Kuniran 367,910 1, ,560 0,368 6 Gunungsari 452,400 1, ,010 0,452 7 Kedalon 746,270 2, ,991 0,746 8 Klayusiwalan 365,680 2, ,164 0,366 9 Ngening 334,930 1, ,603 0, Raci 114,710 0, ,682 0, Ketitangwetan 127,380 0, ,232 0, Bumimulyo 36,870 0,516 71,453 0, Jembangan 306,710 0, ,363 0, Lengkong 45,850 0,599 76,506 0, Mangunlegi* 185,500 1, ,801 0, Batursari 188,170 1, ,852 0, Gajahkumpul 115,470 0, ,709 0, Pecangaan 23,400 0,000 imajiner 0,023 Kec. Batangan 4338,900 22, ,186 4,339 *) Lokasi Penelitian 32

POTENSI HIJAUAN LOKAL PESISIR PANTAI BAGI TERNAK RUMINANSIA DI DESA MANGUNLEGI KECAMATAN BATANGAN KABUPATEN PATI SKRIPSI MOH ALI HAMDAN

POTENSI HIJAUAN LOKAL PESISIR PANTAI BAGI TERNAK RUMINANSIA DI DESA MANGUNLEGI KECAMATAN BATANGAN KABUPATEN PATI SKRIPSI MOH ALI HAMDAN POTENSI HIJAUAN LOKAL PESISIR PANTAI BAGI TERNAK RUMINANSIA DI DESA MANGUNLEGI KECAMATAN BATANGAN KABUPATEN PATI SKRIPSI MOH ALI HAMDAN DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Ruminansia

TINJAUAN PUSTAKA. Ternak Ruminansia TINJAUAN PUSTAKA Potensi Wilayah Menurut Natasamita dan Mudikdjo (1979), untuk memperhitungkan potensi suatu wilayah untuk pengembangan ternak secara teknik maka, perlu dilihat populasi ternak yang ada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Peternakan Kabupaten Mandailing Natal Penduduk Kabupaten Mandailing Natal bermata pencaharian di sektor pertanian secara luas, kemudian sebagai pedagang, buruh, pegawai

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau. Sumber :

Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau. Sumber : LAMPIRAN 36 Lampiran 1. Peta Desa Air Sulau Sumber : http://www.polapsda.net/?act=detail_ws&wid=93 Lampiran 2. Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-Rata di Desa Air Sulau Selama 5 Tahun Terakhir (2006-2010)

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Keadaan Umum Kecamatan Pati HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Kabupaten Pati Kabupaten Pati merupakan salah satu dari 35 daerah kabupaten/kota di Jawa Tengah, terletak diantara 110 50` - 111 15` Bujur Timur dan 6 25` - 7 00` Lintang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai

BAB I PENDAHULUAN. Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi kekayaan alam yang dimiliki Indonesia sangatlah berlimpah, mulai dari sumber daya alam yang diperbaharui dan yang tidak dapat diperbaharui. Dengan potensi tanah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Keadaan Wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan Kabupaten Bengkulu Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu, berada di pantai barat Pulau Sumatera

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

MATERI DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2011, bertempat di pesisir pantai utara Kecamatan Gebang Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Domba merupakan salah satu ternak ruminansia kecil yang memiliki potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan sudah sangat umum dibudidayakan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan KEADAAN UMUM LOKASI Keadaan Wilayah Kabupaten Jepara adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang terletak di ujung utara Pulau Jawa. Kabupaten Jepara terdiri dari 16 kecamatan, dimana dua

Lebih terperinci

1 Sapi 80 2 Kambing Domba 20 4 Kuda 3 5 Itik 55 6 Ayam Kampung 75

1 Sapi 80 2 Kambing Domba 20 4 Kuda 3 5 Itik 55 6 Ayam Kampung 75 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Peternakan di Desa Cigobang Ternak kambing adalah ternak ruminansia yang mendomiasi atau paling banyak dipelihara di Desa Cigobang karena disamping peternakan yang turuntemurun

Lebih terperinci

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman

Tabel 4.1. Zona agroklimat di Indonesia menurut Oldeman IV. Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan HPT Jenis, produksi dan mutu hasil suatu tumbuhan yang dapat hidup di suatu daerah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu: Iklim Tanah Spesies Pengelolaan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN

Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN LAMPIRAN Lampiran 1. Form Kuesioner Wawancara Peternak Nomor : Nama pewancara : Tanggal : KUESIONER PETERNAK SAPI BALI DI DESA PA RAPPUNGANTA KABUPATEN TAKALAR, SULAWESEI SELATAN I. Identitas Responden

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas

Lebih terperinci

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN

TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN TINGKAT ADOPSI TEKNOLOGI HIJAUAN PAKAN TERNAK DI DESA MARENU, TAPANULI SELATAN RIJANTO HUTASOIT Loka Penelitan Kambing Potong, P.O. Box 1 Galang, Medan RINGKASAN Untuk pengujian terhadap tingkat adopsi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o

PEMBAHASAN. I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian. Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o PEMBAHASAN I. Keadaan Umum Wilayah Penelitian A. Kondisi Fisik Alami Secara Geografis Kabupaten Soppeng terletak antara 4 o 06 o LS dan 4 o 32 o LS serta 119 o 42 o 18 o BT 120 o 06 o 18 o BT yang terdiri

Lebih terperinci

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI H. AKHYAR Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Batang Hari PENDAHULUAN Kabupaten Batang Hari dengan penduduk 226.383 jiwa (2008) dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk,

HASIL DAN PEMBAHASAN. bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Pameungpeuk merupakan salah satu daerah yang berada di bagian selatan atau pesisir selatan Kabupaten Garut. Kecamatan Pameungpeuk, secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan konsumsi daging sapi penduduk Indonesia cenderung terus meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Unit Pendidikan, Penelitian dan Peternakan Jonggol (UP3J) merupakan areal peternakan domba milik Institut Pertanian Bogor (IPB) yang terletak di desa Singasari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan

I. PENDAHULUAN. yang dipakai untuk membudidayakan tanaman. Gangguan ini umumnya berkaitan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gulma adalah tumbuhan yang mudah tumbuh pada setiap tempat yang berbeda- beda, mulai dari tempat yang miskin nutrisi sampai tempat yang kaya nutrisi. Sifat inilah yang

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN Lokakarya Pengembangan Sistem Integrasi Kelapa SawitSapi POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN ABDULLAH BAMUALIM dan SUBOWO G. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Seiring dengan pertambahan penduduk dari tahun ke tahun yang terus meningkat yakni pada tahun 2011 berjumlah 241.991 juta jiwa, 2012 berjumlah 245.425 juta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan kebutuhan daging sapi lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan daging sapi. Ternak sapi,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur

TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu. Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur TINJAUAN PUSTAKA Kabupaten Kaur, Bengkulu (Sumber : Suharyanto, 2007) Gambar 1. Peta Kabupaten Kaur Kabupaten Kaur adalah salah satu Daerah Tingkat II di Provinsi Bengkulu. Luas wilayah administrasinya

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas

IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah BT dan LS, dan memiliki areal daratan seluas IV. GAMBARAN LOKASI PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Tengah 1. Keadaan Geografis Kabupaten Lampung Tengah merupakan salah satu kabupaten yang terletak di Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor. Desa Gunung Malang merupakan salah

Lebih terperinci

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km

GAMBARAN UMUM WILAYAH. tenggara dari pusat pemerintahan kabupaten. Kecamatan Berbah berjarak 22 km IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH A. Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administrasi menjadi wilayah bagian dari Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan strategis untuk dikembangkan di Indonesia. Populasi ternak sapi di suatu wilayah perlu diketahui untuk menjaga

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU

2015 HUBUNGAN SIFAT LAHAN SAWAH DENGAN PRODUKTIVITAS PADI DI KAWASAN PESISIR KECAMATAN PASEKAN KABUPATEN INDRAMAYU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan, sehingga memiliki kawasan pesisir yang luas dari tiap wilayah pulaunya. Kawasan pesisir ini digunakan oleh penduduk Indonesia

Lebih terperinci

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK KERBAU DI KALIMANTAN SELATAN AKHMAD HAMDAN dan ENI SITI ROHAENI BPTP Kalimantan Selatan ABSTRAK Kerbau merupakan salah satu ternak ruminansia yang memiliki potensi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON No. Potensi Data Tahun 2009 Data Tahun 2010*) 1. Luas lahan pertanian (Ha) 327 327

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian

I. PENDAHULUAN. sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi Geografis Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah dataran yang sedikit berbukit. Kecamatan Tanjung Bintang merupakan daerah yang sebagian wilayahnya dimanfaatkan

Lebih terperinci

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING A. Karakteristik Responden Responden dalam penelitian ini adalah peternak yang mengusahakan anakan ternak sapi dengan jumlah kepemilikan sapi betina minimal 2 ekor.

Lebih terperinci

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864

DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN I. Luas Wilayah ** Km2 773, ,7864 DATA SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR SAMPAI DENGAN SEMESTER I TAHUN 2016 KELOMPOK DATA JENIS DATA : DATA UMUM : Geografi DATA SATUAN TAHUN 2015 SEMESTER I TAHUN 2016 I. Luas Wilayah

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI

III. KEADAAN UMUM LOKASI III. KEADAAN UMUM LOKASI Penelitian dilakukan di wilayah Jawa Timur dan berdasarkan jenis datanya terbagi menjadi 2 yaitu: data habitat dan morfometri. Data karakteristik habitat diambil di Kabupaten Nganjuk,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi 70 V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1 Letak Geografis Kota Kendari dengan Ibukotanya Kendari yang sekaligus Ibukota Propinsi Sulawesi Tenggara, secara geografis terletak dibagian selatan garis katulistiwa

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan 78 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Pesawaran Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan UU No.33 Tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 Agustus

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Padi merupakan tanaman pangan yang menghasilkan beras sebagai sumber makanan pokok sebagian penduduk Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk dan tingkat pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI

BAB I KONDISI FISIK. Gambar 1.1 Peta Administrasi Kabupaten Lombok Tengah PETA ADMINISTRASI BAB I KONDISI FISIK A. GEOGRAFI Kabupaten Lombok Tengah dengan Kota Praya sebagai pusat pemerintahannya merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR LUDY K. KRISTIANTO, MASTUR dan RINA SINTAWATI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian ABSTRAK Kerbau bagi

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa.

IV. KEADAAN UMUM DAERAH. RW, 305 RT dengan luas wilayah ha, jumlah penduduk jiwa. 31 IV. KEADAAN UMUM DAERAH A. Letak Geografis Kecamatan Galur merupakan salah satu dari 12 kecamatan di Kabupaten Kulonprogo, terdiri dari 7 desa yaitu Brosot, Kranggan, Banaran, Nomporejo, Karangsewu,

Lebih terperinci

II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat

II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat II. Beberapa Istilah di dalam Hijauan Pakan Ternak Di dalam buku ini yang dimaksud dengan hijauan pakan ternak (HPT) adalah semua pakan sumber serat kasar yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, khususnya bagian

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN

RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN RENCANA PENGEMBANGAN PETERNAKAN PADA SISTEM INTEGRASI SAWIT-SAPI DI KALIMANTAN SELATAN MASKAMIAN Dinas Peternakan Provinsi Kalimantan Selatan Jl. Jenderal Sudirman No 7 Banjarbaru ABSTRAK Permintaan pasar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan

I PENDAHULUAN. lokal adalah salah satu unggas air yang telah lama di domestikasi, dan I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ternak unggas penghasil telur, daging dan sebagai binatang kesayangan dibedakan menjadi unggas darat dan unggas air. Dari berbagai macam jenis unggas air yang ada di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peternakan sebagai salah satu sub dari sektor pertanian masih memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia. Kontribusi peningkatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Lampung Timur merupakan salah satu daerah di provinsi Lampung yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan jagung, sehingga

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah provinsi di Indonesia, yang terletak di bagian selatan Pulau Jawa. Ibu kota Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dimanfaatkan untuk menuju Indonesia yang maju dan makmur. Wilayah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara maritim, kurang lebih 70 persen wilayah Indonesia terdiri dari laut yang pantainya kaya akan berbagai jenis sumber daya hayati dan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

HASIL DAN PEMBAHASAN. berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kecamatan Jatitujuh berada di wilayah Utara Kabupaten Majalengka dan berbatasan langsung dengan dengan Kabupaten Indramayu. Batas-batas wialayah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Kabupaten Kampar 4.1.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Kampar terletak antara 1º 02' Lintang Utara dan 0º 20' Lintang Selatan, 100º 23' - 101º40' Bujur Timur.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Tempat penelitian dilakukan di Kecamatan Kuok Kabupaten Kampar yang terdiri dari sembilan desa. Waktu penelitian akan dilaksanakan mulai bulan September

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati

Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati Lampiran 1. Peta Kabupaten Pati 39 Lampiran 2. Data Pendidikan Peternak Keterangan Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Perguruan Tinggi Kecamatan Pati 9 29 10 12 0 % 15 48,3 16,7 20 0 Ngepungrojo 6 6 1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang

BAB 1 PENDAHULUAN. Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Daerah Tingkat (dati) I Sumatera Utara, terletak antara 1-4 Lintang Utara (LU) dan 98-100 Bujur Timur (BT), merupakan wilayah yang berbatasan di sebelah utara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah tanaman murbei adalah Morus spp merupakan genus dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nama ilmiah tanaman murbei adalah Morus spp merupakan genus dari II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Murbei (Morus alba) Nama ilmiah tanaman murbei adalah Morus spp merupakan genus dari family Moraceae. Pada umumnya tanaman murbei dikaitkan dengan budidaya ulat sutera untuk produksi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA DKI Jakarta merupakan wilayah terpadat penduduknya di Indonesia dengan kepadatan penduduk mencapai 13,7 ribu/km2 pada tahun

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :...... LAMPIRAN 50 Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :... 4. Pendidikan Terakhir :.. 5. Mata Pencaharian a. Petani/peternak

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan produksi protein hewani untuk masyarakat Indonesia selalu meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh peningkatan penduduk, maupun tingkat kesejahteraan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 111 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Keadaan Geografis DKI Jakarta terletak di 6 0 12 lintang selatan dan 106 0 48 bujur timur dengan luas wilayah 661,26 km2, berupa daratan 661.52 km2 dan lautan 6,977,5

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Balai Pelaksana Teknis Bina Marga Wilayah Magelang Balai Pelaksana Teknis Bina Marga atau disingkat menjadi BPT Bina Marga Wilayah Magelang adalah bagian dari Dinas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lampung merupakan daerah yang berpotensi dalam pengembangan usaha peternakan, salah satu jenis ternak yang cocok dikembangkan adalah kambing. Pada tahun 2010 dan 2011,

Lebih terperinci

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI

III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI III. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI Sumber : Dinas CIPTARU Gambar 1. Peta Wilayah per Kecamatan A. Kondisi Geografis Kecamatan Jepara merupakan salah satu wilayah administratif yang ada di Kabupaten Jepara,

Lebih terperinci

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI

Majalah INFO ISSN : Edisi XVI, Nomor 1, Pebruari 2014 BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI BIOGAS WUJUD PENERAPAN IPTEKS BAGI MASYARAKAT DI TUNGGULSARI TAYU PATI M. Christiyanto dan I. Mangisah ABSTRAK Tujuan dari kegiatan ini adalah peningkatan produktivitas ruminansia, penurunan pencemaran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Pulorejo merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Batas-batas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia.

I. PENDAHULUAN. Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nenas adalah komoditas hortikultura yang sangat potensial dan penting di dunia. Buah nenas merupakan produk terpenting kedua setelah pisang. Produksi nenas mencapai 20%

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Kambing 2.1.1. Kambing Kacang Menurut Mileski dan Myers (2004), kambing diklasifikasikan ke dalam : Kerajaan Filum Kelas Ordo Famili Upafamili Genus Spesies Upaspesies

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA

HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA HIJAUAN GLIRICIDIA SEBAGAI PAKAN TERNAK RUMINANSIA I Wayan Mathius Balai Penelitian Ternak, Bogor PENDAHULUAN Penyediaan pakan yang berkesinambungan dalam artian jumlah yang cukup clan kualitas yang baik

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I.

Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap. jantan. Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H I. 1 Pengaruh penggunaan tepung azolla microphylla dalam ransum terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik kelinci keturunan flemish giant jantan Disusun Oleh : Sigit Anggara W.P H0504075 I. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

SKRIPSI M. ARI KUSUMA NUGRAHA.

SKRIPSI M. ARI KUSUMA NUGRAHA. IDENTIFIKASI HIJAUAN MAKANAN TERNAK DAN ANALISIS POTENSI WILAYAH UNTUK PENGEMBANGAN USAHA PETERNAKAN DOMBA DI PESISIR PANTAI UTARA KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON PROVINSI JAWA BARAT SKRIPSI M. ARI

Lebih terperinci

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) 8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota

Lebih terperinci

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan.

Cara pengeringan. Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Cara pengeringan Cara pengeringan akan menentukan kualitas hay dan biaya yang diperlukan. Prinsip pengeringan adalah CEPAT agar penurunan kualitas dapat ditekan. Cara pengeringan 1. Sinar matahari. Untuk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero

KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero KEADAAN UMUM LOKASI Peternakan Kambing Perah Cordero Peternakan kambing perah Cordero merupakan peternakan kambing perah yang dimiliki oleh 3 orang yaitu Bapak Sauqi Marsyal, Bapak Akhmad Firmansyah, dan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BONDOWOSO 2015

STATISTIK DAERAH KECAMATAN BONDOWOSO 2015 Katalog BPS : 1101002.3511100 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BONDOWOSO 2015 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN BONDOWOSO STATISTIK DAERAH KECAMATAN BONDOWOSO 2015 STATISTIK DAERAH KECAMATAN BONDOWOSO 2015 ISSN

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada BT dan 77 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak Geografis Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada 104 552-105 102 BT dan 4 102-4 422 LS. Batas-batas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara geografis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai

I. PENDAHULUAN. tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan dikatakan mempunyai 1 I. PENDAHULUAN Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan jumlah spesies tumbuhan yang menyusun suatu komunitas serta merupakan nilai yang menyatakan besarnya jumlah tumbuhan tersebut. Suatu komunitas tumbuhan

Lebih terperinci

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum

HASIL DA PEMBAHASA. Konsumsi Bahan Kering Ransum HASIL DA PEMBAHASA Konsumsi Bahan Kering Ransum 200 mg/kg bobot badan tidak mempengaruhi konsumsi bahan kering. Hasil yang tidak berbeda antar perlakuan (Tabel 2) mengindikasikan bahwa penambahan ekstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan salah satu daerah potensial di Indonesia dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan salah satu daerah potensial di Indonesia dalam sektor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Lampung merupakan salah satu daerah potensial di Indonesia dalam sektor peternakan yakni sapi potong, kambing, dan ayam broiler. Bahkan saat ini menjadi daerah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi

TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi TINJAUAN PUSTAKA Bangsa-Bangsa Sapi Bangsa (breed) sapi adalah sekumpulan ternak yang memiliki karakteristik tertentu yang sama. Atas dasar karakteristik tertentu tersebut, mereka dapat dibedakan dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu

PENDAHULUAN. memadai, ditambah dengan diberlakukannya pasar bebas. Membanjirnya susu I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sapi perah mempunyai potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia, dikarenakan kebutuhan akan susu domestik dari tahun ke tahun terus meningkat seiring dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian yang memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi Indonesia. Salah satu tujuan dari pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penampilan Produksi Sapi Madura Sapi Madura merupakan hasil persilangan antara sapi Bali (Bos sondaicus) dengan sapi PO maupun sapi Brahman, turunan dari Bos indicus. Sapi

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci