PENGARUH PACLOBUTRAZOL DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KUALITAS PASCA PANEN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) SEBAGAI BUNGA POTONG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PACLOBUTRAZOL DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KUALITAS PASCA PANEN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) SEBAGAI BUNGA POTONG"

Transkripsi

1 PENGARUH PACLOBUTRAZOL DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KUALITAS PASCA PANEN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) SEBAGAI BUNGA POTONG PRIMA TRIWAHYU NUGROHO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 RINGKASAN PRIMA TRIWAHYU NUGROHO. Pengaruh Paclobutrazol dan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Kualitas Pasca Panen Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) sebagai Bunga Potong. Dibimbing oleh DEWI SUKMA. Bunga potong merupakan salah satu komoditas hortikultura yang cukup diminati oleh pasar, salah satu jenis bunga yang sangat berpotensi dijadikan sebagai bunga potong namun belum dikenal secara luas oleh masyarakat Indonesia adalah bunga matahari (Helianthus annuus L.). Dalam pengembangannya sebagai bunga potong diperlukan suatu teknik yang dapat mengendalikan tinggi tanaman bunga matahari, salah satunya adalah dengan menggunakan retardan jenis paclobutrazol. Selain itu, dalam penanganan pasca panen bunga potong, dapat menggunakan metode pulsing sebagai upaya untuk memperpanjang vaselife bunga matahari sebagai bunga potong. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh paclobutrazol dan komposisi larutan pulsing terhadap kualitas pasca panen bunga matahari sebagai bunga potong. Penelitian ini menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu pemberian paclobutrazol ketika budidaya tanaman, dengan dua taraf perlakuan P0 : tanpa pemberian paclobutrazol dan P1 : dengan pemberan paclobutrazol 10 ppm. Faktor kedua adalah jenis komposisi larutan pulsing pada saat pasca panen. Faktor kedua terdiri dari tiga taraf yaitu R0 : aquades, R1 : aquades + 5% gula dan R3 : aquades + 5% gula ppm asam salisilat. Hasil analisis data dengan uji t student pada taraf 1% dan 5% untuk peubah-peubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapangan menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol 10 ppm berpengaruh secara nyata terhadap peubah tinggi tanaman, jumlah ruas dan jumlah buku. Pemberian paclobutrazol 10 ppm tidak berpengaruh terhadap diameter batang, jumlah daun, diameter bunga primer dan waktu munculnya bunga pertama.

3 Hasil uji DMRT untuk uji lanjut pengaruh faktor perlakuan paclobutrazol dan larutan pulsing pada taraf 1% dan 5% menunjukkan bahwa, jenis komposisi pulsing R2 yaitu aquades + 5% gula ppm asam salisilat mampu memperpanjang vaselife bunga matahari hingga tujuh hari setelah perlakuan pulsing. Interaksi antara pemberian paclobutrazol dan komposisi larutan pulsing pada peubah pengamatan jumlah mahkota segar, terlihat setelah dilakukan pengamatan pada hari ke-5 dan hari ke-7 setelah perlakuan pulsing. Bunga dengan pemberian paclobutrazol 10 ppm dan menggunakan komposisi larutan pulsing R2 yaitu aquades + 5% gula ppm asam salisilat memiliki jumlah mahkota bunga segar lebih banyak 24.69% dibandingkan perlakuan lainnya.

4 PENGARUH PACLOBUTRAZOL DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KUALITAS PASCA PANEN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) SEBAGAI BUNGA POTONG Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PRIMA TRIWAHYU NUGROHO A DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

5 LEMBAR PENGESAHAN JUDUL : PENGARUH PACLOBUTRAZOL DAN KOMPOSISI LARUTAN PULSING TERHADAP KUALITAS PASCA PANEN BUNGA MATAHARI (Helianthus annuus L.) SEBAGAI BUNGA POTONG NAMA : PRIMA TRIWAHYU NUGROHO NIM : A Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Dewi Sukma, SP. M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc.Agr. NIP Tanggal Disetujui:

6 v RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Bekasi, Jawa Barat pada tanggal 25 Mei Penulis merupakan anak pertama dari keluarga Bapak Sugiyanto dan Ibu Any Tri Mastuti. Penulis memulai pendidikannya di TK Al Muhadjrin pada tahun 1993, kemudian melanjutkan ke SD Aren Jaya IX pada tahun 1995 sampai dengan tahun Pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi di SMP Negeri 1 Bekasi dan pada tahun 2004 penulis masuk SMA Negeri 1 Bekasi. Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama proses perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kepanitiaan dan organisasi. Penulis pernah menjabat sebagai Vice Director of Partnership dan Control Council National Committee International Association of Students in Agricultural and Related Sciences (IAAS) Indonesia. Selama kuliah prestasi yang pernah diperoleh antara lain menjadi Poster Presenter pada symposium international Go Organic 2009 di Bangkok Thailand, penulis juga pernah menjadi finalis Mojang Jajaka Kota Bogor 2011 dan pada tahun yang sama penulis juga terpilih sebagai Abang Favorit Kota Bekasi 2011.

7 v KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi yang berjudul Pengaruh Paclobutrazol dan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Kualitas Pasca Panen Bunga Matahari (Helianthus annuus L.) Sebagai Bunga Potong ini disusun oleh penulis sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana dari Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Dewi Sukma, SP. M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan kritik dan saran serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Sintho Wahyuning Ardie, SP. M.Si dan Dr. Ir. Syarifah Iis Aisyah, M.Sc. Agr selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan saran, kritik dan masukan yang membangun dalam penyempurnaan tulisan ini. 3. Dr. Ir. Hajrial Aswidinoor, MSc selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh perkuliahan. 4. Papa dan Mama, terima kasih atas tiap doa yang tercurah, serta dukungan moril dan materil yang tidak pernah ada habisnya 5. Kakak yang selalu ada untuk saya Ririn Eka Wahyu Ningtyas, Nanda Dwi Woro Wahyu Ningtyas dan Ma ruf Apriyanto. Terima kasih kepada dua jagoan hebat yang beranjak besar M. Ringga Vallenta Machandra dan M. Kiandra Apritama Widjaya. 6. Kepada mereka yang saya sebut sebagai sahabat Amel, Anin, Nissya, Feni, Pujo, Dama, Neneng, Enjim, Meyga, Gunar, Robi, Okvi, Ika, Hanna, Devi, Erik, Arya, Evi serta para wanita Blobo. 7. Teman-teman seperjuangan Ira Fauziah Noer dan Titin Suningsih. 8. Keluarga besar AGH 44 Bersatu yang telah menghadirkan cerita berbeda. 9. Keluarga besar IAAS LC IPB dan IAAS Indonesia yang telah menjadi tempat bekerja, bercerita dan tertawa. 10. Orang-orang yang telah memberi inspirasi Doddy Juli Irawan, Ayupry Diptasari, dan Yoghatama Cindya Zanzer.

8 vi 11. Someone over the rainbow, thank you for the story we made. 12. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan serta memajukan pertanian Indonesia. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk kedepannya. Bogor, Desember 2011 Penulis

9 vii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 Hipotesis... 3 TINJAUAN PUSTAKA... 4 Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari... 4 Budidaya Bunga Matahari... 5 Paclobutrazol... 6 Pulsing... 6 Asam Salisilat.. 7 BAHAN DAN METODE... 9 Waktu dan Tempat... 9 Alat dan Bahan... 9 Metode Penelitian... 9 Pelaksanaan Pengamatan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman di Rumah Kaca Pengamatan Pasca Panen KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix x

10 viii Nomor DAFTAR TABEL Halaman 1 Tinggi Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Diameter Batang Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Jumlah Daun pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Jumlah Ruas pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Jumlah Buku pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Jumlah Cabang Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Waktu Berbunga Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Diameter Bunga Primer Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Perlakuan Paclobutrazol terhadap Jumlah Mahkota Segar Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Perlakuan Paclobutrazol terhadap Volume Larutan Terserap. 29

11 ix DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1 Perbandingan Tinggi Tanaman Bunga Matahari pada 8 MSA Paclobutrazol Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Jumlah Mahkota Bunga Segar pada 5 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Jumlah Mahkota Bunga Segar pada 7 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Volume Larutan Terserap pada 5 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Volume Larutan Terserap pada 7 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Perbandingan Keragaan Tangkai Bunga Matahari Setelah Pemberian 10 ppm Paclobutrazol dalam Komposisi Larutan Pulsing Berbeda.. 31

12 x DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1 Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi 10 ppm Paclobutrazol dan Jenis Komposisi Larutan Pulsing terhadap Jumlah Mahkota Segar Bunga Matahari Sidik Ragam Pengaruh Aplikasi 10 ppm Paclobutrazol dan Jenis Komposisi Larutan Pulsing terhadap Volume Larutan Terserap Bunga Matahari

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman hias merupakan salah satu komoditas hortikultura yang banyak diminati saat ini, baik sebagai tanaman dalam pot maupun sebagai bunga potong segar. Xia et al. (2006) mengklasifikasikan tanaman hias berdasarkan produknya menjadi bunga potong segar, tanaman dalam pot serta tanaman lanskap. Saat ini Belanda, Amerika Serikat serta Jepang menjadi tiga negara produsen dan pangsa pasar tanaman hias terbesar di dunia. Laws (2004) dalam Xia et al., (2006) mengemukakan bahwa berdasarkan data statistik yang dilaporkan PBB, lebih dari 95 negara di dunia menghasilkan 7.9 milyar dollar Amerika dari hasil perdagangan tanaman hias. Jumlah tersebut jika dihitung, terdiri dari penjualan bunga potong sebesar 50.5%, bunga utuh sebesar 40.7%, serta daun potong sebesar 8.8%. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa bunga potong memiliki peran yang cukup penting dalam mengendalikan perdagangan tanaman hias dunia. Widyawan dan Sarwintyas (1994) menjelaskan bahwa bunga potong adalah bunga yang dimanfaatkan sebagai bahan rangkaian bunga untuk berbagai keperluan dalam hidup manusia: mulai dari kelahiran, perkawinan, dan kematian. Bunga potong di samping sebagai bahan untuk rangkaian bunga juga merupakan kebutuhan dalam prosesi tradisional, agama, upacara kenegaraan dan keperluan ritual lainnya, bahkan dibutuhkan pula untuk berbagai keperluan industri makanan, minuman, obat maupun kosmetika atau minyak wangi. Bunga matahari (Helianthus annuus L.) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang memiliki potensi cukup besar untuk dijadikan sebagai bunga potong secara komersial. Tinggi tanaman bunga matahari dapat mencapai hingga 3 meter dengan diameter bunga hingga 30 cm (Burnie et al., 2004). Di Indonesia bunga matahari belum umum untuk dijadikan bunga potong, berbeda dengan kawasan Eropa dan Amerika yang sudah cukup lama menjadikan bunga matahari sebagai bunga potong. Dalam upaya pengembangan bunga matahari sebagai bunga potong diperlukan suatu teknik yang dapat mengendalikan tinggi tanaman bunga matahari, salah satunya adalah dengan menggunakan retardan. Retardan merupakan kelompok zat pengatur tumbuh yang dapat menghambat pemanjangan

14 2 batang melalui penghambatan biosintesis giberelin (Wattimena, 1988). Perlakuan retardan (paclobutrazol) pada bunga matahari telah dilaporkan oleh Rani (2006) untuk produksi tanaman hias pot dengan dosis yang optimal sebesar 4 mg/tanaman yang dapat menghambat pertumbuhan batang sebesar 47.6%. Selain dapat mengendalikan pertumbuhan tinggi tanaman, retardan juga diduga dapat mempengaruhi kualitas pasca panen bunga potong. Sankhla dan Mackay (2006) menggunakan retardan dengan merek dagang PROHEX-Ca untuk meningkatkan kualitas pasca panen dan umur keragaan mahkota bunga Phlox paniculata. Berdasarkan penelitian tersebut komposisi GA+ PROHEX-Ca + SUC mampu memperpanjang kualitas dan umur keragaan dari mahkota bunga Phlox paniculata dengan menghambat perkembangan warna mahkota bunga. Memotong bagian bunga dari tanaman induknya dapat mengakibatkan berkurangnya umur dari bunga tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan suatu metode yang dapat mempertahankan kualitas bunga agar konsumen dapat menikmati bunga potong dalam keadaan tetap segar setelah dipanen. Murtiningsih et al (2000) menyatakan bahwa daya simpan bunga potong sangat dipengaruhi oleh penanganan pasca panen, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan. Salah satu cara penanganan pascapanen untuk memperpanjang kesegaran dan ketahanan simpan bunga potong adalah dengan melakukan pulsing. Yulianingsih et al. (2006) menyatakan bahwa pulsing merupakan proses perendaman tangkai bunga segera setelah panen dalam larutan yang berfungsi sebagai penyegar dengan selang waktu 2-24 jam. Penggunaan larutan pulsing yang berfungsi sebagai larutan penyegar merupakan salah satu upaya untuk memperpanjang masa kesegaran bunga potong. Larutan penyegar bunga potong umumnya mengandung karbohidrat sebagai sumber energi, yang kemudian dikombinasikan dengan germisida dan asam sitrat. Material lainnya yang dapat digunakan sebagai larutan pulsing adalah asam salisilat. Ramadiana (2008) dalam penelitiannya menggunakan asam salisilat 150 ppm sebagai campuran dalam larutan pulsing untuk memperpanjang masa kesegaran bunga anggrek vanda.

15 3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengaruh pemberian paclobutrazol terhadap pertumbuhan dan perkembangan bunga matahari di lapang serta kualitas pasca panen bunga matahari. 2. Untuk memperoleh komposisi larutan pulsing yang tepat dalam memperpanjang masa kesegaran bunga matahari sebagai bunga potong. Hipotesis 1. Pemberian paclobutrazol akan menghambat pertumbuhan, mempercepat pembungaan serta memperkecil ukuran bunga matahari. 2. Paclobutrazol dapat memperpanjang vaselife bunga matahari. 3. Komposisi larutan pulsing tertentu dapat memperpanjang vaselife bunga matahari. 4. Terdapat interaksi antara pengaruh pemberian paclobutrazol dengan penggunaan larutan pulsing yang tepat untuk memperpanjang kesegaran bunga matahari.

16 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Asterales Famili : Asteraceae Genus : Helianthus Spesies : Helianthus annuus Cobia (1978) menjelaskan bahwa bunga matahari merupakan tanaman asli Amerika Utara yang berasal dari negara bagian Kansas dan tumbuh liar di kawasan Amerika Serikat. Sebelum pertengahan abad ke-16, tanaman ini dibawa ke Spanyol hingga akhirnya tersebar melalui jalur perdagangan dunia, kemudian sampai ke Italia, Mesir, Afganistan, India, Cina serta Rusia. Bunga matahari digunakan oleh suku Indian sebagai bahan pangan sebelum jagung dibudidayakan. Selain itu, bunga matahari juga digunakan sebagai sebagai salah satu tanaman obat, pewarna alami, minyak pada saat upacara adat serta sebagai penanda waktu atau musim. Budidaya bunga matahari dimulai saat masa dunia baru yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan pangan tambahan. Setelah itu, bunga matahari mulai banyak digunakan sebagai tanaman penghias halaman. Kristio (2007) mendeskripsikan bunga matahari sebagai bunga yang memiliki daun berwarna hijau berbentuk jantung, saling berhadapan dengan panjang 15 cm dan lebar 12 cm, merupakan daun tunggal. Ujung daunnya meruncing, sedangkan pangkal daunnya membelah. Tepi daunnya rata dan tulang daunnya menyirip. Tangkai daunnya yang panjang tersusun pada batang utama. Tumbuhan ini berbatang lunak (herbaceus) yang lunak dan berair. Batangnya berbentuk bulat dan tumbuh tegak lurus mencapai tinggi 1-3 meter. Batang utama tidak berkambium, kasar, dan berbulu. Bunga matahari berakar serabut serta memiliki epidermis berupa rambut-rambut akar. Bunganya berukuran besar

17 5 berbentuk cawan dengan mahkota seperti pita kuning di sepanjang tepi cawan. Di tengah cawan itu terdapat bunga-bunga kecil berbentuk tabung dengan warna coklat. Diameter bunganya sekitar cm. Biji bunga matahari berasal dari bunga-bunga kecil yang dibuahi, berwarna hitam dengan garis-garis berwarna putih berkumpul di dalam cawan. Bila sudah matang, biji-biji ini mudah dilepaskan dari cawannya. Budidaya Bunga Matahari Tanaman bunga matahari tumbuh subur di daerah pegunungan, daerah yang memiliki kelembaban cukup dan banyak mendapatkan sinar matahari langsung. Tanaman ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai dengan ketinggian meter di atas permukaan laut (Kristio, 2007). Cobia (1978) menjelaskan bahwa benih bunga matahari sangat sensitif terhadap garam. Oleh sebab itu pupuk Nitrogen (N) yang ditambahkan dengan Potasium (K 2 O) ataupun Fosfat (P 2 O 5 ) harus dibatasi ketika harus diberikan, yaitu sekitar kg/ha. Selain itu hal penting lainnya yang perlu dipertimbangkan ketika menanam bunga matahari adalah kelembaban lubang tanam untuk meletakkan benih, lubang tanam tidak boleh lebih dari 7.5 cm. Lubang tanam yang ideal bagi perkecambahan benih bunga matahari adalah cm. Lubang tanam yang dangkal mengakibatkan suhu tanah yang rendah, kelembaban yang tinggi, tekstur tanah yang baik serta ukuran benih yang kecil. Benih bunga matahari dapat ditanam lebih dalam (7.5 cm) jika suhu tanah cukup tinggi, kelembaban rendah, tekstur tanah berpasir dan benih berukuran besar. Jarak tanam bunga matahari umumnya adalah 50 x 75 cm, namun pada jarak tanam 100 x 35 cm bunga matahari akan memberikan hasil yang baik. Populasi tanaman bunga matahari yang baik untuk produksi minyak adalah berkisar antara tanaman/hektar, sedangkan populasi yang baik jika tidak untuk memproduksi minyak adalah berkisar antara tanaman/hektar. Pemanenan dapat dilakukan setelah bunga matahari berumur 120 hari setelah tanam atau hari setelah pembungaan berlangsung.

18 6 Paclobutrazol Zat penghambat tumbuh mempunyai efek biologis lain disamping memperlambat pemanjangan batang. Daun-daun dari tanaman yang diberikan zat penghambat pertumbuhan berwarna hijau tua jika dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberikan zat tersebut. Zat penghambat tumbuh juga mendorong pembungaan pada beberapa tanaman tertentu. Pengaruh fisiologis dari zat penghambat tumbuh antara lain adalah : menghambat elongasi sel pada sub apikal meristem, memperpendek ruas tanaman, mempertebal batang, mencegah kerebahan, menghambat etiolasi, mempertinggi perakaran stek, menghambat senescence, memperpanjang masa simpan, meningkatkan pembuahan serta membantu perkecambahan dan pertunasan (Wattimena, 1988). Salah satu jenis zat penghambat tumbuh yang umum digunakan pada tanaman adalah paclobutrazol. Rimando (2003) mengemukakan bahwa paclobutrazol merupakan salah satu bahan kimia yang menghambat perpanjangan sel tanpa membatasi fungsi dari meristem apikal ataupun menyebabkan perubahan dari bagian tanaman yang lain. USDOE (2000) dalam Rani (2006) menambahkan, paclobutrazol merupakan zat pengatur tumbuh yang bekerja melalui xylem dan menghambat pertumbuhan vegetatif dengan menghambat biosintesis giberelin. Berdasarkan penelitian Rani (2006), paclobutrazol dengan konsentrasi yang optimum dapat memberikan pengendalian tanaman bunga matahari yang optimum, yaitu 4 mg/tanaman untuk kultivar Hallo dan 2 mg/tanaman untuk kultivar Teddy Bear dengan persentase pengendalian masing-masing kultivar secara berturut-turut adalah sebesar 47.6% dan 13.0%. Pulsing Pengawetan merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk memperpanjang kesegaran bunga potong. Tiga hal yang dilakukan berkenaan dengan pengawetan, yaitu, menambahkan nutrisi, menurunkan ph air sehingga kondisi masam, dan menghambat perkembangan jasad renik pembusuk (Amiarsi et al., 2002). Prabawati et al. (2002) menjelaskan bahwa, pulsing merupakan perlakuan pengawetan bunga segera setelah panen untuk memberi bekal sumber nutrisi pada bunga dan melindungi tangkai bunga dari serangan mikroorganisme

19 7 penyebab penyumbatan pembuluh pada tangkai bunga. Komposisi pulsing umumnya terdiri atas sumber karbohidrat, germisida, dan asam yang dapat diperkaya dengan senyawa antagonis etilen. Yulianingsih (2000) mengungkapkan bahwa penggunaan larutan perendam tidak hanya mencukupi kebutuhan air dari bunga potong, tetapi juga karbohidrat yang diperlukan untuk aktivitas hidup bunga potong selama dalam peragaan. Kandungan sukrosa yang cukup tinggi dalam larutan perendam memungkinkan ketersediaan karbohidrat yang cukup banyak untuk aktivitas bunga potong, sehingga masa kesegarannya dapat lebih lama dipertahankan dan persentase kuncup yang mekar dapat lebih banyak. Sukrosa banyak ditambahkan ke dalam zat pengawet yang pengaruhnya sama efektifnya seperti flukosa dan fruktosa (Amiarsi, 2002). Berdasarkan penelitian Murtiningsih et al. (2000), penambahan gula 15% kedalam larutan pulsing dapat menambah jumlah bunga mekar dan memperpanjang ketahanan simpannya. Asam Salisilat Asam salisilat memiliki rumus kimia C 7 H 6 O 3. Asam salisilat biasanya berbentuk jarum halus atau serbuk hablur putih, rasa agak manis, tajam dan stabil di udara. Bentuk sintesis warna putih dan tidak berbau, jika dibuat dari metil salisilat alami dapat berwarna kekuningan atau merah jambu dan berbau lemah mirip mentol. Sifat asam salisilat yaitu sukar larut dalam air dan dalam benzena, mudah larut dalam etanol dan dalam eter, larut dalam air mendidih dimana titik didih asam salisilat adalah 280 o C dengan densitas 25 o C pada 1.84 kg/l (Depkes RI, 1995) Asam salisilat memegang peran penting dalam Ketahanan Sistemik Terinduksi (KST). Beberapa produk dari gen KST mempunyai sifat antimikrobia atau dapat dimasukkan ke dalam kelas protein anti mikrobia. Protein itu antara lain berupa b,1-3, Glukanase, kitinase, thaumatin, dan protein PR-1 (Kessman et al., 1994). Dalam aplikasinya bagi tanaman hias khususnya bunga potong, asam salisilat dapat digunakan sebagai bahan larutan perendam (pulsing) untuk

20 8 memperpanjang masa keragaan bunga potong. Dalam penelitiannya Ramadiana (2008) menggunakan 150 ppm asam salisilat yang dilarutkan dengan aquades dan 3% sukrosa untuk memperpanjang masa kesegaran bunga anggrek vanda (Vanda teres) selama 10 hari dengan persentase kesegaran sebesar 58.6%.

21 9 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ini berlangsung pada bulan Maret 2011 hingga Juli 2011 berlokasi di Green House Kebun Percobaan Cikabayan dan di Laboratorium Produksi dan Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Alat dan Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu benih bunga matahari aksesi Jepang. Retardan yang digunakan adalah paclobutrazol dengan merek dagang Patrol yang memiliki konsentrasi bahan aktif paclobutrazol sebesar 250 g.l -1 ( mg.l -1 = ppm). Benih bunga matahari disemai dalam kertas tissue lembab. Setelah calon akar muncul dari benih atau ketika kecambah bunga matahari berumur satu minggu, kecambah dipindahkan ke dalam polybag 30 x 30 cm dengan media campuran pupuk kandang : tanah : sekam dengan perbandingan 2 : 2 : 1 (v/v). Pada saat transplanting, tiap tanaman diberikan pupuk dasar NPK Mutiara sebanyak 2 g/polybag. Bahan yang dibutuhkan selama proses penanganan pasca panen bunga matahari sebagai bunga potong adalah bunga hasil panen yang telah diseleksi serta terlihat segar, sehat dan seragam dengan panjang tangkai bunga sekitar 50 cm diukur dari ujung tangkai ke kelopak bunga. Bahan larutan pulsing yang digunakan adalah aquades, gula pasir, dan asam salisilat. Alat yang digunakan selama berlangsungnya penelitian ini adalah polybag dengan diameter 30 cm, ember, gembor, gelas plastik, botol, cutter, corong, gelas piala, gelas ukur, sudip, kertas ph meter, timbangan, kamera, penggaris, pipet, kertas tissue, plastik, karet, dan alat tulis. Metode Penelitian Penelitian ini disusun dalam Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) dengan dua faktor yaitu pemberian paclobutrazol dan komposisi larutan pulsing. Faktor pertama yaitu pemberian paclobutrazol di lapang yang terdiri

22 10 terdiri dari dua taraf yaitu P0 : tanpa pemberian paclobutrazol dan P1 : dengan pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 mg/l atau setara dengan 10 ppm. Faktor kedua yang menjadi perlakuan adalah jenis komposisi larutan pulsing, dimana terdapat tiga taraf yaitu : R0 : aquades R1 : aquades + 5% gula pasir R2 : aquades + 5% gula pasir ppm asam salisilat Dengan rancangan perlakuan di atas terdapat 6 kombinasi perlakuan, setiap kombinasi perlakuan diulang sebanyak 5 ulangan, sehingga terdapat sebanyak 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu tanaman. Model statistik yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman di lapangan adalah: Y ijk = μ + α i + βj + ε ij Keterangan : Y ij μ α i β j ε ij = Nilai pengamatan (respon) perlakuan pada perlakuan paclobutrazol ke-i ulangan ke-j = Nilai tengah umum = Pengaruh perlakuan paclobutrazol pada taraf ke-i = Pengaruh ulangan/kelompok ke-j = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan paclobutrazol ke-i ulangan kej Data pertumbuhan dan perkembangan di lapang dianalisis dengan menggunakan uji t-student pada selang kepercayaan 5% dan 1%. Model statistik untuk pengamatan pasca panen adalah: Y ijk = μ + α i + β j + (αβ) ij + ρ k + ε ijk Keterangan : Y ijk μ α i β j = Nilai pengamatan (respon) perlakuan pada perlakuan paclobutrazol ke-i dan komposisi larutan pulsing ke-j = Nilai tengah umum = Pengaruh perlakuan paclobutrazol pada taraf ke-i = Pengaruh perlakuan komposisi pulsing pada taraf ke-j

23 11 (αβ) ij = Komponen interaksi perlakuan paclobutrazol pada taraf ke-i dengan komposisi pulsing pada taraf ke-j ρ k ε ijk = Pengaruh kelompok atau ulangan ke-k = Pengaruh galat percobaan pada perlakuan paclobutrazol ke-i dengan komposisi larutan pulsing taraf ke-j, dan ulangan ke-k Data diuji dengan analisis uji-f pada selang kepercayaan 5% dan 1% dengan menggunakan piranti lunak SAS (Statistical Analytic System). Pengujian kemudian dilanjutkan dengan menggunakan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% dan 1%. Pelaksanaan Tahapan penelitian ini dimulai dengan persiapan berbagai alat-alat dan bahan yang akan digunakan dalam penanaman bunga matahari. Benih bunga matahari disemai dalam kertas tissue lembab. Setelah akar muncul atau saat kecambah berumur satu minggu, kecambah dipindahkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm dengan media jadi campuran media pupuk kandang : tanah : sekam. Bibit bunga matahari kemudian diletakkan di rumah kaca. Pada saat transplanting, tiap tanaman diberikan pupuk dasar NPK Mutiara sebanyak 2 g/polybag. Aplikasi paclobutrazol dilakukan dengan cara disiramkan ke media tanam (soil drenching) dengan konsentrasi 10 ppm. Tiap polybag diaplikasikan paclobutrazol dengan volume siram 200 ml/pot. Aplikasi ini dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman berumur satu bulan setelah transplanting. Pembuatan larutan paclobutrazol diawali dengan pengambilan Patrol yang memiliki konsentrasi ppm untuk dibuat larutan stok paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm sebanyak ml dengan cara : V 1 x M 1 = V 2 x M 2 Vpatrol x mg/l = ml x 10 mg/l Vpatrol = 0,56 ml Ditambahkan Patrol sebanyak 0,56 ml ke dalam 13999,44 ml aquades untuk mendapatkan ml larutan paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm yang diaplikasikan pada tanaman bunga matahari. Paclobutrazol kemudian

24 12 diaplikasikan satu kali yaitu pada saat tanaman berumur empat minggu setelah transplanting. Pemeliharaan tanaman yang dilakukan meliputi penyiraman dan pemupukan. Pemupukan dilakukan setiap dua minggu sekali menggunakan pupuk NPK Mutiara dengan konsentrasi 2 g/l dan pupuk cair dengan konsentrasi 2 ml/l, serta volume semprot 200 ml/polybag secara bergantian. Selain pemupukan, dilakukan juga pengendalian gulma yang dilakukan secara manual dengan membuang gulma yang mengganggu serta penyiraman. Pemanenan bunga matahari dilakuan saat mahkota bunga matahari ada pada stadia 75% mekar. Pemanenan dapat dilakukan pada saat yang tidak bersamaan, namun berada pada stadia yang sama. Ukuran panjang tangkai bunga matahari saat dilakukan pemanenan adalah 50 cm. Pemanenan dilakukan dengan menggunakan cutter untuk memotong tangkai bunga matahari. Perlakuan pasca panen dilakukan dengan segera setelah bunga matahari dipanen. Pembuatan komposisi larutan pulsing dilakukan beberapa jam sebelum perlakuan. Larutan pulsing yang sudah jadi sebanyak 300 ml dimasukkan ke dalam wadah botol sauce ABC bervolume 500 ml yang telah diberi label untuk masing-masing perlakuan. Setelah bunga matahari dimasukkan ke dalam wadah berdasarkan masing-masing perlakuan yang telah disebutkan, wadah tersebut kemudian kembali ditutup dengan plastik, agar larutan pulsing tidak terkontaminasi dengan udara luar. Setelah dilakukan perendaman pada larutan pulsing pada komposisi tertentu selama 24 jam, bunga matahari kemudian dipindahkan ke dalam botol peraga berisi air aquades sebanyak 300 ml untuk diamati keragaannya pada suhu ruang. Penelitian diakhiri setelah terlihat adanya diskolorasi/pencokelatan pada mahkota bunga matahari sebesar 50%. Pengamatan Pengamatan yang akan dilakukan selama penelitian ini dilakukan di lapang dan di laboratorium produksi dan pasca panen. Adapun pengamatanpengamatan yang dilakukan pada saat di lapang adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah ruas, jumlah daun, jumlah bunga, jumlah cabang, jumlah buku pada batang utama, serta diameter bunga utama. Pengamatan saat dilakukan

25 13 penanganan pasca panen bunga matahari adalah pengamatan terhadap mutu fisik bunga yang meliputi jumlah larutan terserap (ml), jumlah mahkota segar dan masa peragaan bunga matahari (hari), pengamatan ini dihitung mulai peragaan hingga terlihat adanya pencokelatan pada mahkota bunga dengan persentase 50%. Pengamatan di Lapang 1. Tinggi tanaman (cm) Tinggi tanaman diukur dari buku pertama batang hingga titik tumbuh tanaman. Pengamatan dilakukan tiap minggu, dimulai satu minggu setelah pengaplikasian paclobutrazol. 2. Diameter batang (mm) Pengukuran diameter batang dilakukan dengan menggunakan meteran pada batang ruas pertama, pengamatan dilakukan setiap minggu setelah dilakukan pengaplikasian paclobutrazol. 3. Jumlah ruas Pengamatan jumlah ruas dilakukan pada saat satu minggu setelah pengaplikasian paclobutrazol dengan menghitung jumlah ruas pada batang utama yang dimilliki masing-masing tanaman. 4. Jumlah daun Jumlah daun dihitung setiap minggu sejak diaplikasikannya paclobutrazol. Daun yang dihitung adalah daun yang masih segar dan tidak layu atau kuning. 5. Jumlah cabang Pengamatan terhadap jumlah cabang pada batang utama dilakukan saat cabang minimal sudah memiliki empat helai daun dan bakal bunga sekunder. 6. Jumlah buku pada batang utama Jumlah buku pada batang utama diamati setiap minggu pada masingmasing tanaman bunga matahari setelah pengaplikasian paclobutrazol. 7. Diameter bunga utama (mm) Pengukuran diameter bunga dilakukan saat bunga telah membuka sempurna atau telah mekar penuh. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan penggaris.

26 14 Pengamatan di Laboratorium Produksi dan Pasca Panen 1. Jumlah larutan terserap (ml/tangkai) Jumlah larutan terserap diukur pada waktu sebelum dan sesudah perendaman dengan larutan pulsing dengan mengukur larutan pada gelas ukur kemudian menghitung selisihnya. 2. Jumlah mahkota segar Jumlah mahkota segar dihitung dengan cara menghitung mahkota segar dalam satu bunga matahari yang diamati. 3. Masa peragaan bunga (hari) Bunga matahari yang telah direndam dalam larutan pulsing selama 24 jam kemudian dipindahkan ke dalam larutan air suling (aquades). Setelah dipindahkan ke dalam larutan aquades, bunga matahari diamati hingga terlihat persentase kecokelatan braktea lebih dari 50%.

27 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yang berbeda, yaitu di Green House Kebun Percobaan Cikbayan dan Laboratorium Produksi dan Pasca Panen Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor. Green House Kebun Percobaan Cikabayan terletak pada ketinggian sekitar 250 m di atas permukaan laut. Suhu rata-rata di dalam rumah kaca pada pagi hingga siang hari berkisar antara o C sedangkan kelembabannya bekisar antara %. Proses penanaman bunga matahari dimulai dengan menyemai benih bunga matahari pada media tissue, kemudian bibit bunga matahari yang sudah berumur satu minggu dipindahkan ke dalam polybag berdiameter 30 cm. Tanaman disusun berbaris secara selang-seling antara yang mendapat perlakuan paclobutrazol dengan tanaman kontrol. Secara umum seluruh tanaman bunga matahari tumbuh dengan baik, walaupun beberapa tanaman terserang hama belalang pada saat berumur 4 MSP dan kutu putih saat tanaman berumur 8 MSP. Serangan belalang tidak terlalu mengganggu karena dengan sekali penyemperotan insektisida saja sudah dapat teratasi dan tanaman kembali tumbuh normal, namun serangan kutu putih saat tanaman berumur 8 MSP cukup mengkhawatirkan, karena hampir 35% tanaman bunga matahari mati akibat serangan hama tersebut. Penanggulangan hama kutu putih dilakukan dengan pemberian deterjen yang dilarutkan ke dalam air dengan konsentarsi sebesar 5% (w/v). Larutan ini kemudian disemprotkan ke bagian tanaman yang terkena serangan kutu putih seminggu sekali. Aplikasi paclobutrazol dilakukan setelah 4 minggu setelah transplanting dengan konsentrasi paclobutrazol sebesar 10 ppm. Paclobutrazol diberikan dengan menyiramkan larutan paclobutrazol 10 ppm pada media tanam di masing-masing polybag, dengan volume siram 200 ml/polybag. Aplikasi pacobutrazol dilakukan hanya satu kali, dengan harapan reduksi pertumbuhan tanaman yang diberi paclobutrazol 10 ppm sebesar 30% dibandingkan dengan tanaman kontrol.

28 16 Tanaman bunga matahari yang dapat bertahan hidup hingga akhir penelitian berjumlah 46 tanaman bunga matahari dari total 70 tanaman bunga matahari yang ditanam. Sebagian tanaman merana karena serangan hama kutu putih. Hama kutu putih lebih banyak menyerang tanaman yang diberi paclobutrazol dibandingkan dengan tanaman kontrol. Secara umum, tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol terlihat lebih pendek dibandingkan dengan tanaman kontrol. Tanaman bunga matahari kemudian dipanen bunganya setelah mahkotanya mencapai stadia 75% mekar penuh, panjang tangkai bunga matahari yang dapat dipanen berukuran 50 cm. Pemanenan dilakukan sore hari sekitar pukul Setelah dilakukan pemanenan, tangkai bunga matahari direndam dengan menggunakan komposisi larutan pulsing sesuai dengan perlakuan di Laboratorium Produksi dan Pasca Panen, Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman di Rumah Kaca Tinggi Tanaman. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman bunga matahari mengalami peningkatan selama dilakukannya pengamatan 10 Minggu Setelah Perlakuan (MSP) paclobutrazol 10 ppm. Perlakuan pacobutrazol berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman bunga matahari. Tabel 1. Tinggi Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan cm... P P Uji t student ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Pada 1 MSP hingga 10 MSP terlihat perbedaan yang sangat nyata pada tinggi tanaman bunga matahari. Tanaman bunga matahari yang diberi

29 17 paclobutrazol memilliki tinggi yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kontrol. Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa pertambahan tinggi paling rendah pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol sebesar 4.07 cm terjadi saat tanaman berumur 3 MSP dan pertambahan tinggi tanaman yang paling tinggi yaitu cm terjadi saat umur tanaman 9 MSP. Pertambahan tinggi pada tanaman kontrol dengan nilai terkecil terjadi saat tanaman berumur 5 MSP yaitu sebesar 5.63 cm, sedangkan pertambahan tinggi terbesar yaitu cm yang terjadi saat tanaman berumur 7 MSP. Paclobutrazol mampu mereduksi pertumbuhan tinggi tanaman bunga matahari rata-rata sebesar 31.3% pada setiap minggunya jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Whipker dan McCall (2000) yang menyatakan bahwa pengaplikasian paclobutrazol pada Helianthus annus dengan metode siram ke media dengan dosis 2 mg/tanaman dan 4 mg/tanaman mampu menghasilkan tanaman yang 24% dan 33% lebih pendek pendek dibandingkan dengan tanaman kontrol. Santiasrini (2009) mengemukakan bahwa pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi yang semakin tinggi akan menyebabkan tinggi tanaman semakin rendah. A Gambar 2. Penampilan tanaman bunga matahari hasil penelitian. A : Tanaman kontrol; B : Tanaman yang diberi perlakuan 10 ppm paclobutrazol pada 8 MSA. B

30 18 Diameter Batang. Pengamatan berikutnya adalah diameter batang tanaman bunga matahari. Berbeda dengan tinggi tanaman, hasil uji t student terhadap diameter batang tanaman bunga matahari menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata sejak tanaman berumur 1 MSP hingga tanaman berumur 10 MSP. Tabel 2. Diameter Batang Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan cm.. P t P Uji t student tn tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol tn) : Tidak berbeda nyata Berdasarkan data yang tersaji pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa tidak terjadi peningkatan yang signifikan terhadap ukuran diameter batang pada tanaman bunga matahari, baik pada tanaman yang diberikan aplikasi paclobutrazol maupun tanaman kontrol. Rata-rata pertumbuhan diameter batang tanaman bunga matahari setiap minggunya berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 2 adalah sebesar 0.06 cm/minggu. Hasil penelitian di atas berbeda dengan hasil penelitian yang diperoleh Rani (2006), dimana tanaman bunga matahari yang diaplikasikan paclobutrazol memiliki diameter batang yang mm lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang tidak diberi perlakuan. Peningkatan diameter batang karena perlakuan retardan bisa saja terjadi, karena menurut Wattimena (1988) salah satu pengaruh fisiologis dari retardan adalah mempertebal batang. Cathey (1975) juga menyatakan bahwa zat penghambat tumbuh dapat menghambat biosintesis giberelin dan mempertebal batang. Penebalan batang disebabkan karena produksi sel di dalam kambium distimulir dan terjadi peningkatan volume dari sel parenkim di daerah korteks. Jumlah Daun. Pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm hanya berpengaruh sangat nyata pada peubah jumlah daun tanaman bunga

31 19 matahari saat berumur 1 MSP. Pada saat tanaman bunga matahari berumur 2 MSP hingga 10 MSP pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun tanaman bunga matahari. Tabel 3. Jumlah Daun pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan helai. P P Uji t student ** tn tn tn tn tn tn tn tn tn Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol tn) : Tidak berbeda nyata **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3, terjadi fluktuasi jumlah daun dari minggu ke minggu baik pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol maupun pada tanaman kontrol. Pada tanaman kontrol ratarata jumlah daun berkurang saat dilakukan penngamatan minggu ke-9 dan ke-10, sedangkan pada tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol jumlah daun berkurang saat tanaman berumur 6 MSP, 9 MSP dan 10 MSP. Penurunan jumlah daun pada kedua perlakuan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya akibat daun yang layu mengering kemudian gugur, serta akibat telah dilakukannya pemanenan terhadap tanaman bunga matahari sehingga kemungkinan rata-rata diperoleh dari tanaman yang jumlah daunnya lebih sedikit. Berdasarkan rata-rata jumlah daun pada tabel 2 tersebut, penurunan jumlah daun pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman kontrol, hal ini dikarenakan pada tanaman bunga matahari yang diberikan aplikasi paclobutrazol lebih banyak yang terserang kutu putih jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Rata-rata jumlah daun pada tanaman bunga matahari berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol memiliki jumlah daun yang lebih sedikit yaitu sebanyak helai, sedangkan jumlah daun pada tanaman kontrol sebanyak

32 helai, meskipun dari hasil uji t student yang telah dilakukan paclobutrazol tidak berpengaruh berpengaruh terhadap jumlah daun saat tanaman tanaman berumur 2 MSP hingga 10 MSP. Hasil penelitian Rani (2006) terhadap tanaman bunga matahari menunjukkan bahwa secara statistik jumlah daun pada tanaman bunga matahari yang diberi perlakuan paclobutrazol dan tanaman kontrol tidak berbeda nyata. Hasil tersebut sesuai dengan apa yang dinyatakan Khrisnamoorthy (1981), bahwa efek fisiologis retardan yaitu menghambat pemanjangan sel-sel di meristem sub apikal sedangkan pertumbuhan daun terletak pada meristem apikal sehingga jumlah daun tidak terpengaruh oleh pemberian paclobutrazol. Jumlah Ruas. Pengamatan terhadap jumlah ruas tanaman bunga matahari dilakukan pada batang utama. Hasil pengamatan jumlah ruas pada batang utama antara tanaman bunga matahari yang diberi paclobutrazol dengan tanaman kontrol berbeda sangat nyata seperti yang terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jumlah Ruas pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan ruas... P P Uji t student ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Jumlah ruas pada batang utama antara dua perlakuan tanaman bunga matahari terlihat meningkat dari minggu ke minggu seiring dengan bertambahnya tinggi tanaman. Pada minggu ke-7 setelah perlakuan paclobutrazol tanaman bunga matahari mengalami pertumbuhan ruas yang cukup signifikan dibandingkan dengan minggu-minggu lainnya selama pengamatan baik pada tanaman kontrol maupun pada tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol, namun demikian pertumbuhan penambahan jumlah ruas pada tanaman kontrol masih lebih besar jika dibandingkan dengan tanaman yan diberi aplikasi paclobutrazol 10 ppm.

33 21 Pertambahan ruas pada batang utama tanaman bunga matahari kontrol saat berumur 7 MSP adalah sebesar 5.8 ruas, sedangkan pada tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi pacobutrazol sebesar 5.6 ruas. Reduksi jumlah ruas terbesar pada batang utama tanaman bunga matahari dengan aplikasi paclobutrazol terjadi pada saat tanaman berumur 3 MSP dengan persentase penurunan jumlah ruas sebesar 23.8%, sedangkan reduksi jumlah ruas yang terendah terjadi pada saat tanaman berumur 9 MSP yaitu sebesar 8.16%, dengan rata-rata persentase penurunan jumlah ruas pada batang utama selama 10 minggu pengamatan setelah perlakuan paclobutrazol sebesar 15.0%. Jumlah Buku. Buku yang diamati pada tanaman bunga matahari dalam penelitian ini adalah tempat keluarnya daun pada batang utama. Berdasarkan hasil uji t-student pada taraf 5% yang diperlihatkan pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa jumlah buku pada batang utama pada pemberian paclobutrazol sebesar 10 ppm pada tanaman bunga matahari berbeda nyata dengan tanaman kontrol. Berbanding lurus dengan jumlah ruas, jumlah buku pada batang utama tanaman bunga matahari juga meningkat dari minggu ke minggu. Perlakuan Tabel 5. Jumlah Buku pada Batang Utama Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) buku. P P Uji t student ** ** ** ** ** ** ** ** ** ** Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan buku pada batang utama tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol 10 ppm lebih rendah dibandingkan dengan tanaman kontrol, yaitu sebesar 2.3 buku/minggu, sedangkan rata-rata pertumbuhan buku pada batang utama tanaman kontrol sebesar 2.5 buku/minggu. Pertumbuhan jumlah buku terbanyak terjadi

34 22 pada saat tanaman bunga matahari berumur 7 MSP, baik pada tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol maupun pada tanaman kontrol. Pertumbuhan jumlah buku pada batang utama tanaman bunga matahari yang diberi aplikasi paclobutrazol saat 7 MSP adalah sebanyak 5.7 buku, sedangkan pada tanaman kontrol pertumbuhan jumlah buku saat berumur 7 MSP adalah sebanyak 5.4 buku. Pemberian paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm juga mampu mereduksi jumlah buku pada batang utama tanaman bunga matahari rata-rata sebesar 12.8% dibandingkan dengan tanaman kontrol. Reduksi jumlah buku terbesar terjadi pada saat tanaman bunga matahari berumur 3 MSP, dengan persentase reduksi jumlah buku pada batang utama sebesar 20.2%. Jumlah Cabang. Pengamatan jumlah cabang terhadap tanaman bunga matahari dilakukan pada saat cabang pada tanaman bunga matahari minimal sudah memilliki empat daun dan terdapat kuncup bunga di bagian tengahnya. Cabang tanaman bunga matahari muncul saat tanaman telah berumur 6 MSP. Tabel 6. Jumlah Cabang Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Minggu Setelah Perlakuan (MSP) Perlakuan cabang. P P Uji t student tn tn * * ** * Keterangan : P0 : Tanaman kontrol P1 : Tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol tn) : Tidak berbeda nyata *) : Berbeda nyata pada taraf 5% **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Berdasarkan data pada Tabel 6 di atas dapat diketahui bahwa pemberian paclobutrazol memberikan pengaruh yang tidak nyata terhadap tanaman bunga matahari kontrol pada peubah jumlah cabang saat tanaman berumur 6 MSP dan 7 MSP. Perbedaan yang nyata antara tanaman yang diberi aplikasi paclobutrazol dengan tanaman bunga matahari kontrol dapat terlihat berdasarkan data uji t- student (Tabel 6) pada saat tanaman berumur 8 MSP, 9 MSP dan 11 MSP.

35 23 Jumlah cabang tanaman bunga matahari dengan pemberian paclobutrazol 10 ppm berbeda sangat nyata dengan jumlah cabang pada tanaman kontrol terjadi pada saat tanaman berumur 10 MSP. Penurunan jumlah cabang tanaman bunga matahari yang terjadi pada saat tanaman bunga matahari berumur 10 MSP dan 11 MSP diakibatkan oleh beberapa faktor diantaranya karena adanya cabang yang terkena penyakit sehingga warnanya berubah kecokelatan kemudian mati selain itu jumlah cabang yang menurun diakibatkan pula oleh telah dilakukannya pemanenan pada beberapa tanaman. Waktu Berbunga. Pengamatan terhadap waktu berbunga dilakukan pada saat tunas bunga muncul. Berdasarkan hasil analisis uji t-student yang disajikan pada Tabel 7 dapat diketahui bahwa waktu berbunga pada tanaman bunga matahari yang diberi paclobutrazol 10 ppm dengan tanaman kontrol tidak berbeda nyata. Tabel 7. Waktu Berbunga Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Perlakuan P0 (Tanaman kontrol) P1 (Tanaman dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol Keterangan : tn) : Tidak berbeda nyata Waktu Berbunga.MSP tn 8.14 tn Hasil penelitian Rosmanita (2008), menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi paclobutrazol dan jenis pupuk daun pada tanaman anggrek Dendrobium Jiad Gold x Booncho Gold belum dapat mempercepat pembungaan. Lebih lanjut Menhennet (1979) menyatakan bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh pada waktu dan konsentrasi yang tidak tepat akan menunda pembungaan hal ini disebabkan pembentukan beberapa zat yang diperlukan tanaman untuk pembentukan primordia bunga terhambat. Krishnamoorthy (1981) juga menyatakan bahwa retardan merupakan senyawa kimia yang mempunyai efek fisiologis menghambat pemanjangan sel di meristem apikal, sedangkan jumlah daun, bunga dan buah tidak dipengaruhinya.

36 24 Pengaruh retardan terhadap pembungaan merupakan pengaruh sekunder, sedangkan pengaruh primernya adalah penekanan pertumbuhan vegetatif. Diameter Bunga Primer. Bunga primer yang diamati dalam penelitian ini merupakan bunga yang pertama kali muncul pada ujung meristem apikal batang utama tanaman bunga matahari. Diameter bunga primer pada tanaman bunga matahari dalam penelitian ini, diamati dengan menggunakan penggaris pada saat dilakukan pemanenan. Tabel 8. Diameter Bunga Primer Tanaman Bunga Matahari pada Perlakuan Paclobutrazol Perlakuan P0 (Tanaman kontrol) P1 (Tanaman dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol Keterangan : tn) : Tidak berbeda nyata Diameter Bunga Primer.cm tn 12.7 tn Berdasarkan data hasil uji t-student yang disajikan pada Tabel 8 di atas, dapat diketahui bahwa pada tanaman bunga matahari yang diberikan paclobutrazol dengan konsentrasi 10 ppm tidak berbeda nyata dengan tanaman kontrol pada pengamatan diameter bunga primer. Pemberian paclobutrazol yang tidak berpengaruh terhadap diameter bunga primer tanaman bunga matahari sesuai dengan pernyataan Whipker dan Dasoju (1998), yang mengemukakan bahwa aplikasi paclobutrazol melalui daun pada konsentrasi 5 80 ppm tidak mempengaruhi diameter bunga matahari. Hal yang sama juga ditemukan Rani (2006), dimana perlakuan paclobutrazol tidak berpengaruh secara nyta terhadap diameter mahkota bunga matahari pada kultivar Hallo dan Teddy Bear. Sebaliknya, menurut hasil penelitian Santiasrini (2009), cara aplikasi paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap diameter bunga gloksinia. Tanaman gloksinia dengan aplikasi penyemprotan pada daun memiliki diameter bunga sebesar 6.05 cm, lebih besar daripada tanaman dengan aplikasi penyiraman paclobutrazol pada media tanam yang memiliki diameter bunga berukuran 3.94 cm.

37 25 Pengamatan Pascapanen Jumlah Mahkota Segar. Pengamatan terhadap jumlah mahkota segar pada bunga matahari dilakukan dengan cara menghitung jumlah mahkota segar pada bunga matahari selama dilakukan pengamatan. Kriteria bunga segar yang dihitung adalah bunga yang sebagian besar mahkotanya terlihat berwarna kuning segar serta tidak terlihat layu. Tabel 9. Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Pemberian Paclobutrazol 10 ppm terhadap Jumlah Mahkota Segar Perlakuan Hari Setelah Perlakuan (HSP) Helai Perlakuan di lapang : P0 : Tanpa paclobutrazol 22.5a 22.5a 21.9a 9.3a 4.5b P1 : Dengan paclobutrazol 10 ppm 22.9a 22.9a 22.9a 14.9a 10.7a Komposisi Larutan Pulsing : R0 : Aquades 21.9a 22.1a 22.1a 12.2ab R1 : Aquades + 5% Larutan Gula 22.7a 22.7a 22.7a 8.3b R2 : Aquades + 5% Larutan Gula ppm Asam Salisilat 23.4a 23.4a 22.5a 16.2a 8.6b Interaksi tn tn tn * ** Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 1 dan 5%. tn) : Tidak berbeda nyata *) : Berbeda nyata pada taraf 5% **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Berdasarkan data hasil uji statistik yang ditampilkan pada Tabel 9 dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah mahkota bunga matahari segar pada tanaman yang diberi paclobutrazol 10 ppm saat di rumah kaca lebih banyak dibandingkan dengan rata-rata jumlah mahkota bunga matahari segar pada tanaman yang tidak mendapat perlakuan paclobutrazol 10 ppm. Rata-rata jumlah mahkota bunga matahari saat berumur 0 HSP hingga 5 HSP tidak berbeda nyata antara tanaman yang diberi paclobutrazol 10 ppm saat di rumah kaca dengan tanaman kontrol, namun rata-rata jumlah mahkota bunga matahari segar hanya berbeda sangat nyata saat dilakukan pengamatan di hari ke tujuh setelah perendaman. Pengaruh

38 26 paclobutazol 10 ppm yang mampu menekan rata-rata jumlah mahkota layu pada penelitian ini sejalan dengan pernyataan Wattimena (1988) yang menyatakan bahwa salah satu pengaruh fisiologis dari retardan adalah memperpanjang masa simpan. Berdasarka hasil uji pengaruh komposisi larutan pulsing terhadap rata-rata jumlah mahkota bunga matahari segar dapat diketahui bahwa dari ketiga macam jenis komposisi larutan pulsing yang digunakan, komposisi larutan pulsing berpengaruh sangat nyata hanya pada 7 HSP. Dari ketiga jenis larutan pulsing yang digunakan, larutan pulsing dengan komposisi R2 (aquades + 5% larutan gula ppm asam salisilat) mempunyai rata-rata jumlah mahkota segar yang nyata lebih banyak dibandingkan dengan komposisi larutan pulsing lainnya hingga akhir pengamatan. Berdasarkan Tabel 9 juga dapat diketahui bahwa penurunan jumlah mahkota segar pada komposisi larutan pulsing R0 (aquades) dan R1 (aquades + 5% gula) cukup signifikan di hari ke-5 dan ke-7 setelah perendaman. Secara berturut-turut penurunan jumlah mahkota segar bunga matahari yang direndam dengan larutan pulsing R0 dan R1 adalah sebesar 44.8% dan 63.4%. Penurunan jumlah mahkota segar yang tidak terlalu signifikan berdasarkan Tabel 9 adalah dengan menggunakan larutan pulsing R2 (aquades + 5% gula ppm asam salisilat) dengan persentase penurunan jumlah mahkota segar sebesar 28%. Meningkatnya masa kesegaran mahkota bunga pada R2 (aquades + 5% gula ppm asam salisilat) disebabkan oleh adanya penambahan asam salisilat ke dalam larutan pulsing. Hasil ini didukung oleh penelitian Ramadiana (2008), dimana 150 ppm asam salisilat yang dilarutkan dengan aquades dan 3% sukrosa dapat memperpanjang masa kesegaran bunga anggrek vanda (Vanda teres) selama 10 hari dengan persentase kesegaran sebesar 58.6%. Asam salisilat berfungsi menurunkan ph larutan sehingga dapat menekan pertumbuhan mikroba dan juga dapat memperlancar penyerapan air oleh tangkai bunga untuk menjaga kesegaran bunga. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Conrado et al. (1980) yang mengemukakan bahwa zat pengasam seperti asam sitrat digunakan untuk menurunkan ph larutan menjadi 3-4,5 sehingga dapat meningkatkan penyerapan larutan oleh bunga potong.

39 27 Gambar 2. Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Jumlah Mahkota Bunga Segar pada 5 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Gambar 3. Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Jumlah Mahkota Bunga Segar pada 7 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Interaksi yang nyata antara perlakuan aplikasi paclobutrazol 10 ppm dengan jenis komposisi larutan pulsing terjadi saat tangkai bunga matahari berumur 5 HSP terhadap peubah jumlah mahkota segar bunga matahari. Pada 7 HSP pulsing, terjadi interaksi yang sangat nyata antara aplikasi paclobutrazol 10 ppm dengan jenis komposisi larutan pulsing berdasarkan peubah pengamatan jumlah mahkota segar. Berdasarkan Gambar 2 dan Gambar 3 yang menunjukkan grafik interaksi pemberian paclobutrazol dengan komposisi larutan pulsing terhadap pengamatan jumlah mahkota bunga segar pada 5 dan 7 HSP, pemberian paclobutrazol baik dilakukan terhadap komposisi larutan pulsing R0 (aquades) dan R2 (aquades + 5% gula ppm asam salisilat). Pemberian paclobutrazol kurang baik

40 28 dilakukan terhadap komposisi larutan pulsing R1 (aquades + 5% gula), hal ini dikarenakan jumlah mahkota bunga segar pada tanaman bunga matahari yang diberi perlakuan paclobutrazol lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah mahkota bunga matahari segar pada tanaman bunga matahari kontrol. Keragaan tangkai bunga matahari antara tanaman kontrol dengan tanaman yang diberi aplikasi 10 ppm paclobutrazol dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan gambar tersebut tanaman bunga matahari dengan aplikasi 10 ppm paclobutrazol mampu bertahan lebih lama dibandingkan dengan tanaman kontrol, sedangkan komposisi larutan pulsing terbaik yang dapat memperpanjang vaselife bunga matahari adalah R2 (aquades + 5% gula ppm asam salisilat) meskipun berdasarkan gambar tersebut terdapat satu ulangan (pencilan) dari komposisi larutan pulsing R0 yang mampu bertahan hingga hari ke 9 setelah pengamatan. Volume Larutan Terserap. Volume larutan terserap merupakan volume larutan pulsing yang terserap selama 24 jam perendaman ditambah dengan volume larutan holding (aquades) yang terserap sampai 7 HSP. Penghitungan volume larutan terserap dilakukan setiap dua hari sekali hingga terjadi pencokelatan pada 50% jumlah mahkota bunga matahari. Penyerapan larutan dilakukan berhubungan dengan adanya transpirasi yang dilakukan oleh bunga. Transpirasi merupakan kehilangan air karena adanya penguapan dari jaringan bunga. Untuk mengatasi hal kehilangan air tersebut, dilakukan penyerapan air dari lingkungannya dalam hal ini wadah bunga yang berisi air (Nofriati, 2005). Dari hasil uji statistik berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata pada 3 HSP dan pengaruh yang sangat nyata pada 7 HSP. Sedangkan pada saat tangkai bunga matahari berumur 1 HSP dan 5 HSP, pemberian paclobutrazol 10 ppm tidak berpengaruh nyata terhadap volume larutan terserap. Berdasarkan Tabel 10 juga dapat diketahui bahwa pada tanaman bunga matahari tanpa pemberian paclobutrazol terjadi fluktuasi volume larutan terserap, sedangkan pada tanaman bunga matahari dengan aplikasi paclobutrazol 10 ppm volume larutan terserap semakin menurun.

41 29 Tabel 10. Pengaruh Komposisi Larutan Pulsing dan Pemberian Paclobutrazol 10 ppm terhadap Volume Larutan Terserap Volume larutan terserap (ml) pada Perlakuan Waktu Pengamatan (HSP) ml.. Perlakuan di lapang : P0 : Tanpa paclobutrazol 25.1a 31.3a 13.3a 16.0a P1 : Dengan paclobutrazol 10 ppm 27.9a 26.1b 12.5a 9.0b Komposisi Larutan Pulsing : R0 : Aquades 31.8a 29.7a 9.1a 4.0c R1 : Aquades + 5% Larutan Gula 24.0b 29.0a 14.0a 26.0a R2 : Aquades + 5% Larutan Gula ppm Asam Salisilat 23.9b 28.2a 15.6a 11.0b Interaksi tn tn * ** Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata berdasarkan uji DMRT pada taraf 1 dan 5%. tn) : Tidak berbeda nyata *) : Berbeda nyata pada taraf 5% **) : Berbeda nyata pada taraf 1% Perbedaan yang nyata dari ketiga jenis komposisi larutan pulsing yang diuji untuk peubah volume larutan terserap terlihat pada 1 HSP, dan perbedaan yang sangat nyata antara ketiga jenis komposisi larutan pulsing dengan volume larutan terserap terjadi pada 7 HSP. Berdasarkan Tabel 10 tersebut, pada komposisi pulsing R0 (aquades) volume larutan terserap terus berkurang hingga akhir pengamatan pada 7 HSP. Fluktuasi volume larutan terserap terjadi pada tangkai bunga matahari yang direndam dengan larutan R1 (aquades + 5% gula). Sedangkan pada komposisi larutan pulsing R2 (aquades + 5% gula ppm asam salisilat) volume larutan terserap terlihat peningkatan dan penurunan yang cukup stabil jika dibandingkan dua komposisi larutan pulsing lainnya.

42 30 Gambar 4. Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Volume Larutan Terserap pada 5 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Gambar 5. Grafik Interaksi Perlakuan Paclobutrazol dengan Komposisi Larutan Pulsing terhadap Peubah Volume Larutan Terserap pada 7 Hari Setelah Perlakuan (HSP) Interaksi yang nyata antara pemberian paclobutrazol 10 ppm dengan jenis komposisi larutan pulsing terhadap volume larutan terserap pada tangkai bunga matahari, hanya terjadi pada 5 HSP. Interaksi yang sangat nyata terjadi saat tangkai bunga matahari berumur 7 HSP, sedangkan pada 1 HSP dan 3 HSP terjadi interaksi yang tidak nyata. Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5 dapat diketahui bahwa terjadi interaksi antara perlakuan paclobutrazol 10 ppm terhadap komposisi larutan pulsing berdasarkan pengamatan volume larutan terserap pada 5 HSP dan 7 HSP. Pada komposisi larutan pulsing R0 (aquades) dan R2 (aquades + 5% gula

43 31 Tanpa Pemberian Paclobutrazol (P0) Perlakuan 0 HSP 1 HSP 3 HSP 5 HSP 7 HSP 9 HSP R0 R1 R2 R0 Dengan Perlakuan Paclobutrazol (P1) R1 R2 Gambar 6. Keragaan tangkai bunga matahari antara tanaman kontrol dengan tanaman yang diberi aplikasi 10 ppm paclobutrazol dengan tiga jenis komposisi larutan pulsing berbeda ppm asam salisilat) volume larutan terserap pada tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol lebih besar dibandingkan dengan tanaman kontrol. Berdasarkan perlakuan pulsing R1 (aquades + 5% gula), volume larutan terserap

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari 4 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Bunga Matahari Menurut Kristio (2007) dalam taksonomi tumbuhan, bunga matahari dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk

BAHAN DAN METODE. = µ + A i + B j + (AB) ij + C k + ijk 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Hortikultura. Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Secara umumm planlet anggrek Dendrobium lasianthera tumbuh dengan baik dalam green house, walaupun terdapat planlet yang terserang hama kutu putih Pseudococcus spp pada

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan kering, Desa Gading PlayenGunungkidul Yogyakarta, GreenHouse di Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia

PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia PENGARUH PERENDAMAN TANGKAI BUNGA DALAM CaCl 2 TERHADAP KUALITAS PASCAPANEN BUNGA POTONG ANGGREK Dendrobium Woxinia Oleh Nurcahyawati A34304043 PROGRAM STUDI HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III METODOLOGI DAN PELAKSANAAN PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Kartini,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan

TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Krisan Krisan (Dendranthema grandiflora Tzvelev) termasuk dalam klasifikasi kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, sub-divisi Angiospermae, kelas Dicotiledonae, ordo Asterales,

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet 18 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Waktu Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada Januari April 2017 di Rumah Paranet Kampung Muteran, Pudak Payung, Banyumanik, Semarang dan Laboratorium Fisiologi

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penelitian dilakukan pada

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Suhu ruangan selama pelaksanaan penelitian ini berkisar 18-20 0 C. Kondisi suhu ini baik untuk vase life bunga potong, karena kisaran suhu tersebut dapat memperlambat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Metode Percobaan 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai dengan bulan September 2011 di rumah kaca kebun percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Kaca Gedung Hortikultura, Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan

BAHAN DAN METODE. Gambar 2. Bibit Caladium asal Kultur Jaringan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di MJ Flora, desa JambuLuwuk, Bogor dengan curah hujan 3000 mm/tahun. Lokasi penelitian berada pada ketinggian tempat kurang lebih 700 meter di atas

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di net house Gunung Batu, Bogor. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe

Percobaan 2: Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Pembungaan Jahe 23 hasil rimpang ini selain karena keterbatasan suplai air dari media, juga karena tanaman mulai memasuki akhir fase pertumbuhan vegetatif. Ketersediaan air dalam media mempengaruhi perkembangan luas daun

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHA DA METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dimulai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret B. Penyiapan Bahan Bio-slurry III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Green house Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada bulan Januari sampai Maret 2016. B. Penyiapan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Oktober 2010 di Laboraturium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman dan di Green House Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, di Desa Tamantirto,

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat Dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2016 Agustus 2016 yang bertempat di Lapangan (Green House) dan Laboratorium Tanah Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

METODE. Lokasi dan Waktu. Materi METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2005 sampai dengan Januari 2006. Penanaman dan pemeliharaan bertempat di rumah kaca Laboratorium Lapang Agrostologi, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 22 METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2010 sampai dengan Pebruari 2011. Tempat pelaksanaan kultur jaringan tanaman adalah di Laboratorium Kultur Jaringan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE 10 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor dan Rumah Kaca Instalasi

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan Kebun percobaan Petani Ciherang. Kebun ini terletak di Ciherang pada ketinggian 250 m dpl. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanaan di kebun percobaan IPB, Leuwikopo, Dramaga dengan jenis tanah latosol Dramaga. Percobaan dilaksanakan pada tanggal 26 September 2010 sampai dengan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2009 hingga bulan Mei 2010 di rumah kaca Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Kampus Dramaga, Bogor dan Balai Penelitian Tanaman

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada

III. MATERI DAN METODE. Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru. Penelitian ini dilaksanakan pada III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan Tanaman dan Media BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan

TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan 14 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gladiol Gladiol berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti pedang kecil, menunjukkan pada bentuk daunnya yang sempit dan panjang seperti pedang. Genus gladiolus terdiri

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House, Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkecambahan Benih Penanaman benih pepaya dilakukan pada tray semai dengan campuran media tanam yang berbeda sesuai dengan perlakuan. Kondisi kecambah pertama muncul tidak seragam,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang dilakukan terdiri dari (1) pengambilan contoh tanah Podsolik yang dilakukan di daerah Jasinga, (2) analisis tanah awal dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Kabupaten Bantul, Daerah istimewa Yogyakarta. Waktu pelaksanaan dimulai III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung

MATERI DAN METODE. Riau Jalan H.R Subrantas Km 15 Simpang Baru Panam. Penelitian ini berlangsung III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agronomi dan di lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian pengaruh konsentrasi dan lama perendaman IAA (Indole Acetic Acid) terhadap pertumbuhan vegetatif bibit tebu (Saccharum officinarum L.) G2 varietas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Parung Farm yang terletak di Jalan Raya Parung Nomor 546, Parung, Bogor, selama satu bulan mulai bulan April sampai dengan Mei 2011. Bahan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan

I. PENDAHULUAN. sebagai penghias meja kerja dalam bentuk vas bunga, dan dapat dikombinasikan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bisnis bunga pot menjadi salah satu usaha yang banyak dikembangkan karena memiliki daya tarik. Bunga pot dapat dijadikan sebagai penghias dalam ruangan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi dan Morfologi Tanaman Gladiol 2.1.1 Taksonomi Tanaman Gladiol Kedudukan tanaman gladiol dalam taksonomi tumbuhan sebagai berikut : Divisi : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan, Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tomat Tomat (Lycopersicum esculantum MILL.) berasal dari daerah tropis Meksiko hingga Peru. Semua varietas tomat di Eropa dan Asia pertama kali berasal dari Amerika Latin

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN)

PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) PASCA PANEN BUNGA POTONG (KRISAN) Post 04 Desember 2014, By Ir. Elvina Herdiani, MP. bbpplbungapotperkembangan bisnis bunga potong meningkat dengan cukup pesat dari waktu ke waktu, hal ini menunjukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia tanaman seledri sudah dikenal sejak lama dan sekarang TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seledri Kedudukan tanaman seledri dalam taksonomi tumbuhan, diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom Divisi Sub-Divisi Kelas Ordo Family Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sanseviera (Sanseviera trifasciata Laurentii)

Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sanseviera (Sanseviera trifasciata Laurentii) Pengaruh Paclobutrazol terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman Sanseviera (Sanseviera trifasciata Laurentii) Effect of Paclobutrazol on Growth and Development of Sanseviera (Sanseviera trifasciata

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

METODE PERCOBAAN. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan 12 METODE PERCOBAAN Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan petani di Dusun Jepang, Krawangsari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Lokasi berada pada ketinggian 90 m di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari 2009 sampai Juni 2009. Bahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah :

METODE PENELITIAN. B. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah : 11 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Screen House B Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta mulai bulan November 2015 sampai dengan bulan Maret

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat ± 32 meter di atas permukaan 13 diinduksi toleransi stres dan perlindungan terhadap kerusakan oksidatif karena berbagai tekanan (Sadak dan Mona, 2014). BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong

I. PENDAHULUAN. Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Gladiol merupakan salah satu komoditas hortikultura sebagai penghasil bunga potong yang berpotensi untuk dibudidayakan secara intensif. Prospek agribisnis

Lebih terperinci