MODUL PENDAHULUAN 1 A. Mengapa Perlu Mempelajari Pembuatan Keputusan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MODUL PENDAHULUAN 1 A. Mengapa Perlu Mempelajari Pembuatan Keputusan"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN MODUL 1 Apakah keputusan? Apakah pengambilan keputusan (decision-making)? Mengapa dan bagaimana manusia mengambil keputusan? Apakah pengambilan keputusan dibatasi oleh sejumlah faktor? Faktor-faktor apa yang membatasi terbentuknya keputusan yang efektif? Apa yang dimaksud dengan keputusan terbaik, keputusan yang efektif? Apakah proses pengambilan keputusan dipengaruhi oleh gaya pemikiran yang digunakan seseorang? Apakah kajian pengambilan keputusan harus dipandang dari sudut ilmiah ala pandangan rasional? Dapatkah kajian ini dipandang dari sudut "irasional"? Sejumlah pertanyaan ini hanyalah bag ian kecil dari sejumlah pertanyaan filosofis lainnya tentang pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan kaj ian utama yang telah, sedang dan akan selalu menjadi kajian penting dalam organisasi. Mengapa penting mendiskusikan tema ini? A. Mengapa Perlu Mempelajari Pembuatan Keputusan Dalam menghadapi tantangan pekerjaan, para administrator atau manajer, tentu akan aktif mencari cara-cara untuk dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam meningkatkan aktivitas kerja mereka. Biasanya usaha-usaha untuk meningkatkan prestasi kerja ini dilakukan antara lain melalui upaya meningkatkan kemampuan untuk membuat keputusan yang lebih bermutu. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat dari perusahaan atau kantor 1

2 pemerintah terhadap jasa konsultan, bertambah larisnya mata pelajaran teori dan teknik pembuatan keputusan yang diajarkan di berbagai Perguruan Tinggi, ataupun dari pembicaraan-pembicaraan, di kalangan administrator dan manajer tersebut. Meningkatnya mutu keputusan akan bertambah mudah meyakinkan orang lain tentang keputusan yang kita ambil karena dibuat dengan cara yang sistematis akan mengakibatkan pengaruh yang positif terhadap karier profesional seorang administrator. Dengan sendirinya hal ini akan membuat keputusan yang tersendiri bagi yang bersangkutan. Sebab, pembuatan keputusan adalah fungsi utama seorang manajer atau administrator. Apabila suatu keputusan tidak bermutu, maka besar kemungkinan keputusan tersebut ditentang oleh pihak-pihak yang terpengaruhi oleh keputusan itu. Akibatnya seorang administrator atau manajer yang bersangkutan akan terpaksa berusaha ekstra untuk menetralisasi akibat negatif itu. Jelas di sini bahwa kemampuan dalam pembuatan keputusan akan langsung mempengaruhi karier dan kepuasan kerja dari manajer yang bersangkutan. Dari segi kepentingan perusahaan atau organisasi di mana seorang manajer bekerja, meningkatkan kemampuan manajer dalam pembuatan keputusan berarti akan meningkatkan produktivitas dalam perusahaan tersebut. Jelas bahwa keputusan yang dibuat oleh seorang manajer ada pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan perusahaan atau kantor di mana ia bekerja, atau unit di mana ia sebagai kepala. Keputusan tersebut juga akan mempengaruhi teman sekerja dan pegawai bawahannya. Meningkatnya kemampuan membuat keputusan juga akan menambah efisiensi kerja manajer, meskipun tugas utama seorang manajer adalah pelaksanaan (implementasi) dari keputusan yang sudah dibuat, ia juga terlibat secara terus-menerus di dalam kegiatan pembuatan keputusan. Karena pembuatan keputusan banyak sekali memakan waktu para manajer maka mereka berusaha untuk meningkatkan kemampuan agar bisa membuat keputusan yang lebih baik dan dalam waktu yang lebih singkat. Mereka ingin membuat keputusan dengan cara yang lebih efisien. Dalam kenyataan banyak keputusan yang dibuat berkualitas rendah, tanpa disadari. Apalagi sebagai manusia, para pembuat keputusan cenderung untuk melupakan keputusan yang berkualitas rendah, dan selalu ingat kepada keputusan yang baik. Yang 2

3 dimaksud dengan "kualitas" keputusan adalah dalam arti yang luas, termasuk menjabarkan semua alternatif keputusan yang mungkin dipakai termasuk ketepatan waktu dan legitimasinya. Mereka cenderung melihat kegagalan sebagai akibat hal-hal yang berada di luar penguasaannya, sedangkan keberhasilan dianggap sebagai hasil usaha mereka. Teman sekerja umumnya, tidak mau menunjukkan kesalahan- kesalahan kita baik karena mereka juga terlibat dalam pembuatan keputusan itu atau mungkin mereka khawatir kalau kita membalasnya dengan menunjukkan kesalahan mereka. Hal ini menyebabkan terus berulangnya kesalahan yang sama kembali. B. Pengambilan Keputusan Sebagai Sebuah IImu dan Seni Manusia adalah makhluk pembuat keputusan (decision-making man), pengam bil keputusan, penentu atas sebuah pilihan dari sejumlah pilihan. Pengambilan keputusan terjadi setiap saat sepanjang hidup man usia. Kehidupan manusia adalah kehidupan yang selalu diisi oleh peristiwa pengambilan keputusan. Kita dapat mengatakan: "Tiada saat tanpa pengambilan keputusan". Pengambilan keputusan merupakan prasyarat penentu tindakan, Pengarnbilan keputusan adalah causa bagi respond tindakan, bagi effect konsekuensi. Namun, keba nyakan dari manusia tidak pernah tahu akan konsekuensi dari suatu keputusan yang diambil. Ketidaktahuan akan bagaimana seharusnya sebuah keputusan diambil dapat menghantarkan kita pada dua konsekuensi: baik atau buruk. Sering sesuatu yang telah diputuskan oleh seseorang dipandang menghasilkan keuntungan. Walau pada kenyataannya kerugian yang muncul. Boleh jadi kita membenci sesuatu, padahal apa yang kita benci, yang kita pandang buruk, sesungguhnya mendatangkan manfaat bagi kita. Boleh jadi pula kita menyukai sesuatu, padahal sesuatu tersebut sesungguhnya mendatangkan kerugian bagi kita. Bila kita menghadapi masalah, termasuk masalah dalam pencapaian tujuan, maka langkah terbaik adalah mempertimbangkan seluruh alternatif solusi sebaik mungkin dengan menggunakan "alat" pertimbangan yang tepat. Pendekatan terhadap penyelesaian masalah yang benar membantu kita dalam 3

4 meraih keputusan yang memiliki konsekuensi baik (berhasil menyelesaikan masalah). Narnun pandangan yang muncul atas dorongan hawa nafsu dalam pengambilan keputusan, misal: keputusan dalam menentukan alokasi sumber daya guna memenuhi keinginan yang tidak terbatas, telah memberikan konsekuensi buruk, masalah besar dalam bentuk kerusakan lingkungan dan kerusakan sosial budaya. Pernah kita merenung kala mengambil keputusan: Akibat atau konsekuensi apa yang akan muncul dari keputusan yang akan diambil? Apakah solusi yang akan dipilih menguntungkan satu pihak saja, namun merusak pihak lain? Bagaimana pengaruh dari tindakan yang akan saya ambil terhadap lingkungan; baik atau buruk? Masalah dalam kehidupan adalah bukti kedangkalan dan keterbatasan logika. Keterbatasan yang didorong hawa nafsu menjadikan kita tidak pernah dapat tepat mengetahui sesuatu yang akan terjadi di kemudian hari. Sedang mengetahui "secara tepat" atas sesuatu yang akan terjadi pada kemudian hari hanya dapat dicapai bila seseorang menguasai langkah-langkah untuk "melihat" masa depan; rnelalui pendalaman atas "wadah" untuk melihatnya: ilmu dan seni pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan ilmu dan seni yang harus dicari, dipelajari, dimiliki dan dikembangkan secara mendalam oleh setiap orang. Bila manusia gagal menguasai bidang tersebut, maka muncullah beragam masalah. Masalah yang muncul dalam pencapaian tujuan dapat dihubungkan dengan ketidakmampuan kita dalam melakukan proses pengambilan keputusan, dalam menentukan pilihan yang tepat. Kita tidak lagi menguasai dengan benar dan baik bagaimana seharusnya pengambilan keputusan dilakukan. Bila penguasaan kita atas ilmu dan seni pengambilan keputusan rendah, maka peluang kita untuk selalu menghadapi masalah juga besar. Hal penguasaan ilmu dan seni ini berlaku bagi individu maupun bagi organisasi. Pengambilan keputusan merupakan saripati penggerak tindakan. Sebuah tindakan selalu dan pasti selalu, akan didahului oleh pengambilan keputusan, dimulai oleh pemilihan satu alternatif solusi. 4

5 Pengambilan keputusan disebut sebagai seni karena kegiatan tersebut selalu dihadapkan pada sejumlah peristiwa yang memiliki karakteristik keunikan tersendiri. Keputusan yang diambil dalam kasus penentuan pembelian bangunan untuk kantor organisasi dengan keputusan yang diambil untuk meningkatkan kualitas surnber daya manusia memerlukan pendekatan pengambilan keputusan yang berbeda-beda, Pengambilan keputusan terprogram dan tidak terprogram, pengambilan keputusan dalam kondisi konflik atau tekanan waktu, memerlukan penerapan seni tersendiri yang bersifat unik. Pengambilan keputusan yang merupakan seni selalu terikat pada tujuan yang hendak dicapai, jenis masalah yang dihadapi, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi. Setiap keputusan yang muncul atas pandangan pengambilan keputusan sebagai sebuah seni akan memiliki "cita rasa dan nuansa" yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat muncul semenjak pembuat keputusan memiliki perbedaan dalam beragam hal, seperti: perbedaan kecerdasan, kerangka berpikir, tingkat preferensi atas masalah, serta persepsi. Selain itu, pengambilan keputusan sebagai seni juga dipengaruhi oleh perbedaan beragam faktor lingkungan internal organisasi, seperti: budaya dan struktur organisasi, gaya kepemimpinan atasan dan sistem komunikasi dalam organisasi. Perbedaan-perbedaan tersebut selah. mempengaruhi keputusan yang diambil. Oleh karenanya, pengambilan keputusan sebagai sebuah seni tidak dapat "dipelajari" oleh terdapatnya sejumlah perbedaan yang unik, yang mernpengaruhi proses pengambilan keputusan. Untuk meraih tahapan seni pengambilan keputusan, ilmu tentang pengambilan keputusan jelas tidak bisa ditinggalkan. Pengambilan keputusan merupakan ilmu, karena aktivitas tersebut memiliki sejumlah cara, metode, atau pendekatan tertentu yang bersifat sistematis, teratur dan terarah. Pendekatan atau langkah-langkah pengarnbilan keputusan dikatakan sisternatis oleh terdapatnya sejurnlah langkah A-Z yang jelas dalam menjawab sebuah masalah. Kejelasan langkah tersebut menjadikan pengambilan keputusan bersifat teratur dan terarah, yang berarti aktivitas tersebut selalu diarahkan untuk rnenghasilkan 5

6 solusi serta tindakan yang tegas bagi pencapaian tujuan. Ilmu pengambilan keputusan didasarkan atas penerapan gaya pemikiran yang dianut oleh seseorang dan persepsinya at as lingkungan dan masalah. Paradigrna pengambilan keputusan yang dianut pada saat ini adalah pengambilan keputusan merupakan ilmu yang menerapkan sejumlah pendekatan penelitian ilmiah (scientific research approach) dalam bentuk teknik-teknik pengambilan keputusan atas dasar perhitungan matematis atau statistik. Paradigma ini berangkat dari gaya pemikiran rasional empiris yang berkembang sejajan dengan semakin besarnya pengaruh pandangan ilmiah dalarn kehidupan sehari-hari. Pengambilan keputusan sebagai ilmu juga menandakan bahwa kaj ian tersebut dapat dipelajari oleh siapapun dan pendekatannya; teknik atau metode pengambilan keputusan, dapat diterapkan oleh mereka yang mempelajarinya. Namun tentunya setelah sejumlah pende katan dimodifikasi terlebih dahulu. Ilrnu pengambilan keputusan memetakan langkah-iangkah sistematis yang menghasilkan solusi dan tindakan. Oleh terdapatnya panduan langkah sistematis tersebut, teknik yang pernah digunakan seseorang dalam menentukan pilihan dapat digunakan oleh orang lain guna menyelesaikan masalah pada waktu, pada situasi dan di tempat lain yang berbeda. Singkatnya, ilmu pengambilan keputusan dapat dikatakan sebagai "suatu sejarah" mengenai sejumlah latar belakang filosofis, asumsi, teori, kon sep, model dan teknik-teknik pengambilan keputusan. Dimana sejarah tersebut dapat dipelajari, dikembangkan, diterapkan dan diperbaharui terus menerus. Ilmu dan seni pengambilan keputusan pada akhirnya bertujuan untuk memudahkan manusia dalam menentukan keputusan terbaik. Dimana keputusan yang diambil akan mempengaruhi cara pencapaian tujuan yang hendak diraih. Dari sejumlah pandangan tersebut di atas definisi tentang pengambilan keputusan dapat dinyatakan sebagai ilmu dan seni pemilihan alternatif solusi atau alternatif tindakan dari sejumlah alternatif solusi dan tindakan yang tersedia guna menyelesaikan masalah. Pengambilan keputusan dapat juga 6

7 didefinisikan sebagai studi mengenai langkah-langkah pengambilan keputusan, atau kajian kritis tentang cara-cara pengambilan keputusan yang baik. Pengambilan keputusan merupakan pendekatan terhadap metode penyelesaian masalah dan pencapaian tujuan. Pengambilan keputusan merupakan bakat bawaan manusia yang dalam perkembangannya, bakat tersebut harus terus diasah melalui pendalaman atas ilmu dan seninya. Sebagai makhluk pembuat keputusan, kegagalan dalam menguasai ilmu dan seni tersebut akan mengakibatkan sulitnya kita menyeimbangkan antara pencapaian tujuan yang diinginkan, dengan perbaikan dan peningkatan kualitas kehidupan dan lingkungan. Masalah tentang penyeimbangan dua tujuan ini merupakan pekerjaan rumah terberat bagi kajian pengambilan keputusan. C. Hubungan Antara Pengambilan Keputusan Dengan Pencapaian Tujuan Setiap manusia memiliki tujuan yang hendak diraih. Tujuan tersebut dapat diraih secara "sendiri", atau dicapai melalui kelompok. Organisasi merupakan wadah atau alat yang digunakan oleh manusia untuk mengkoordinasikan seluruh tindakan mereka dengan tujuan saling berinteraksi untuk mencapai sejumlah tujuan yang sarna. Pada saat ini, lingkungan eksternal organisasi bisnis berubah dengan pesat. Perubahan tersebut mendorong setiap organisasi untuk mempertimbangkan penerapan sejumlah konsep manajemen perubahan, seperti organisasi pemelajaran (learning organisation), dalam organisasinya. Organisasi muncul didorong oleh kemunculan sejumlah masalah dan tantangan yang harus dihadapi manusia. Masalah utama yang dihadapi para pengelolanya adalah menemukan kebijakan dan strategi terbaik agar organisasi tetap dapat bertahan hidup dan menciptakan kemakmuran bagi para pemilik maupun pengelolanya. Mencari solusi yang akan membantu kelangsungan hidup organisasi sehingga organisasi dapat terus menciptakan kemakmuran bagi pemiliknya merupakan tujuan utama dari pengambilan keputusan. Pencapaian tujuan merupakan konsep yang dikaitkan dengan masa depan. Artinya, tujuan yang hendak dicapai oleh seseorang atau organisasi 7

8 merupakan sesuatu yang hendak diraih. Untuk meraih tujuan terse but kita dihadapkan pada kelangkaan sumber daya. Kelangkaan (scarcity) dengan demikian menjadi salah satu faktor penghambat seseorang atau organisasi mencapai tujuan ideal yang diharapkan. Selain kelangkaan, konsep lain yang merupakan hambatan bagi pencapaian tujuan adalah konsep tentang ketidakpastian (uncertainty). Masa depan diisi oleh ketidakpastian. Dari ketidakpastian yang terwujud, terdapat dua peluang kondisi yang akan muncul. Kondisi pertama menghasilkan keuntungan, dengan asumsi, manusia dapat melakukan peramalan atas apa yang akan terjadi pada masa depan dengan tepat. Kondisi kedua menghasilkan kerugian atau risiko (risk). Risiko dikatakan sebagai kesenjangan antara hasil yang diharapkan (expected return) dengan kenyataan atau hasil yang terealisasi (realized return). Konsep-konsep utama dalam kajian manajemen ini dilandaskan atas ketersediaan informasi tentang peristiwa masa depan. Ketidakpastian dan peluang terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan mendorong kita untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi menjadi data yang dapat dipakai sebagai panduan dalam menentukan keputusan. Dengan demikian informasi merupakan kata kunci yang mendorong manusia, manajer dalam melakukan tindakan dan menetapkan keputusan guna mencapai tujuan. Informasi menjadi "bahan baku" yang harus diolah lebih lanjut melalui serangkaian teknik, metode, alat ukur. Hasil pengolahan terse but dipakai sebagai masukan bagi pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan merupakan salah satu bidang kajian utama dalam ilmu manajemen. Pengambilan keputusan telah menjadi tugas, kewajiban dan tanggung jawab bagi setiap manajer. Pengambilan keputusan yang dilakukan seorang manajer bukan sekedar "hanya pengambilan keputusan" atau "... yang penting mengambil keputusan". Tidak! Dan bukan demikian. Seorang manajer diharuskan untuk menentukan keputusan yang berkualitas. Pengambilan keputusan yang berkualitas dikaitkan dengan dua keadaan (sesuai dengan pandangan disiplin perilaku organisasi): Pertama kualitas pengambilan keputusan yang akan mempengaruhi mekanisme pencapaian tujuan pribadi, seperti kesejahteraan, karir, kepuasan kerja 8

9 dan lain-lain. Kedua pengambilan keputusan yang memberikan kontribusi besar terhadap pencapaian tujuan sosial, tujuan organisasi, atau tujuan bersama. Seluruh konsep, metode, teori, serta teknik yang terdapat dalam ilmu manajemen pada akhirnya akan ditujukan untuk membantu manajer dalam membuat keputusan terbaik. Keputusan yang diambil oleh para pengelola organisasi akan mendorong organisasi dalam mencapai tujuannya. Bila tujuan organisasi berhasil dicapai, maka secara otomatis tujuan pribadi para manajer akan diraih juga. Memadukan pencapaian dua tujuan agar tidak terjadi goals divergence, memerlukan pemahaman yang baik tentang pengambilan keputusan. Tanpa pemahaman yang baik akan bidang tersebut, para manajer cenderung akan memilih alternatif solusi yang tidak tepat atas sebuah masalah. Menjawab pertanyaan tentang bagaimana seseorang dapat menyeimbangkan pencapaian dua tujuan ini merupakan landasan utama dari pengambilan keputusan yang efektif, baik dan berkualitas. Sebagaimana kualitas yang dikenal sebagai "something lies in the eyes of beholders", maka demikian pula pengambilan keputusan. Para pembuat keputusan dapat dikatakan telah membuat keputusan yang baik bila alternatif solusi yang mereka pilih menunjukkan hasil yang sesuai dengan apa yang diperkirakan. Ini menandakan penilaian baik-buruknya suatu keputusan atas dasar hasil pencapaian (result oriented}. Kesesuaian antara yang diperkiraan dan kenyataan merupakan indikator penting mengenai keberhasilan pengambilan keputusan. Namun masalah justru terletak pada bagaimana kita dapat menentukan tingkat keberhasilan atau kesesuaian yang diperkirakan dengan kenyataan. Semenjak penentuan tingkat tersebut merupakan masalah mengenai perhitungan nilai peluang dari suatu peristiwa. Kesulitan dalam mewujudkan kesesuaian tentang hasil yang mungkin terjadi dengan kenyataan mendorong kita menetapkan proses pengambilan keputusan seeara eerdas. Dimana proses tersebut dibantu oleh sejumlah teknik analisis penentuan alternatif solusi. Proses pengambilan keputusan menunjukkan langkah sistematis tentang penearian jawaban atas pertanyaan: apa (what) masalah yang dihadapi, mengapa (why) masalah penting untuk 9

10 diselesaikan dan bagaimana (how) eara menyelesaikan masalah. Ketiga pertanyaan ini selalu muneul dalam peneapaian tujuan organisasi. Seluruh alat, metode, konsep dan teori yang dibangun dalam kajian manajemen dipakai untuk menjawab pertanyaan tersebut. Oleh posisi manusia yang selalu dihadapkan pada sejumlah pilihan, hukum pilihan (law of choice), keinginan untuk meneapai sesuatu, kelangkaan, ketidakpastian dan risiko, maka pengambilan keputusan tidak kajian yang taken for granted. Mendalami kajian ini merupakan kewajiban setiap pengambil keputusan, para manajer. Pengambilan keputusan adalah sesuatu yang kodratiah (something innate) dalam diri man usia. Dia muncul sejalan dengan dihadapkannya manusia pada sejumlah alternatif peristiwa. Alternatif peristiwa terse but diasumsikan memiliki nilai yang sarna. Keterbatasan manusia dalam menentukan alternatif mana yang terbaik yang harus dipilih mendorong kita untuk memahami secara mendalam tentang pengambilan keputusan. Oleh pernyataanpernyataan di atas, kembali kita dihadapkan pada kajian tentang pengambilan keputusan yang akan dinilai sebagai sebuah ilmu atau seni, atau bahkan keduanya? Guna memahami bagaimana manusia (dalam kajian ini manajer) dapat membuat keputusan yang terbaik, maka pada bagianbagian selanjutnya akan dibahas tentang landasan filosofis, teori, model dan konsep pengambilan keputusan dalam wilayah kajian organisasi. Organisasi dalam kajian pengambilan keputusan bukan hanya sebuah mesin pencipta nilai dan manfaat ekonomis keuangan (a value and economic-financial benefit creation machine). Namun organisasi juga merupakan sebuah mesin pembuat keputusan (a decisionmaking machine). Oleh adanya tujuan yang hendak dicapai organisasi, sedang kelangkaan sumber daya merupakan faktor penghalang, maka kecerdasan dalam memilih alternatif solusi merupakan faktor penentu keberhasilan mesin pembuat keputusan dalam menciptakan nilai dan manfaat bagi organisasi, sekaligus bagi masyarakat (equilibrium of self and social interest). Karena organisasi adalah juga merupakan mesin 10

11 pembuat keputusan, maka seluruh manajer di setiap level manajemen di organisasi akan selalu membuat keputusan terbaik yang berkualitas. Organisasi sebagai sebuah mesin pembuat keputusan mengakumulasikan seluruh daya upaya dan kecerdasan para pengelolanya guna menghasilkan penentuan pilihan atas satu alternatif solusi penyelesaian masalah terhadap pencapaian tujuan. Bagaimana mereka, para manajer, membuat keputusan akan menentukan nilai atau kualitas nilai yang diciptakan untuk organisasi dan lingkungan sosial. Para pembuat keputusan umumnya tidak mengetahui perbedaan yang begitu besar antara kualitas yang potensial dari keputusan dan kualitas keputusan yang sebenarnya. Ini di sebabkan, karena mereka tidak mengetahui atau tidak sadar akan adanya metode-metode yang bisa dipakai untuk meningkatkan kualitas dari keputusan. Ketidaktahuan ini disebabkan oleh banyak faktor, antara lain karena tidak mendapat latihan tentang teori dan teknik pembuatan keputusan, tidak pernah bekerja sama dengan seorang manajer yang ahli dan berpengalaman, dalam metode-metode pembuatan keputusan, dan karena kesibukan kerja yang tidak memungkinkan kegiatan belajar sendiri untuk meningkatkan keterampilannya. Meskipun sulit bagi kebanyakan orang untuk menyadari sampai seberapa jauh pembuatan keputusan yang mereka lakukan perlu penyempurnaan, tetapi patut di banggakan bahwa begitu banyak para manajer berusaha mencari cara-cara untuk benar-benar meningkatkan kemampuan mereka dalam pembuatan keputusan. Mereka jelas tidak puas kalau hanya dengan modal pengalaman saja. Di lain pihak berdasarkan kenyataan bahwa pembuatan keputusan adalah penting dalam suatu organisasi, tidaklah mengherankan bila banyak usaha sudah dilakukan untuk studi dan pengembangan yang sistematis dari metodemetode pembuatan keputusan. Sebelum kita melanjutkan ke aspek yang lain dari pembuatan keputusan ada baiknya kita bicarakan istilah pembuatan keputusan yang dimaksudkan dalam buku ini. Istilah pembuatan keputusan kadang-kadang dipakai untuk menggambarkan satu set kegiatan-kegiatan secara sempit yaitu, berkenaan dengan pemilihan satu alternatif dari satu rentetan alternatif yang ada. Pada kesempatan lain, istilah itu dipakai untuk menggambarkan satu seri kegiatan 11

12 yang luas yang meliputi pencarian dan pelaksanaan serta jalan keluar dari satu permasalahan. Dalam hal ini kasus yang pertama di atas disebut pemecahan masalah (problem solving). Istilah "pembuatan keputusan" (decision making) yang dipakai dalam buku ini adalah sebagai kegiatan- kegiatan yang meliputi perumusan permasalahan, pembahasan alternatif- alternatif, dan penilaian serta pemilihan alternatif bagi penyelesaian masalah. Huber (1980: 8) menjabarkan ruang lingkup pembuatan keputusan sebagai berikut (Huber, 1980: 8). Menurut Huber, proses pembuatan keputusan mulai ketika suatu masalah di jajaki dan berakhir ketika satu alternatif sudah dipilih. Ia mengatakan pembuatan keputusan sebagai the proses through whien a course of action is chosen (1980: 9). 12

DETERMINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DETERMINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN DETERMINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MODUL 6 A. pendahuluan Masalah proses pengambilan keputusan terletak dari pengaturan tentang bagaimana tujuan yang hendak kita capai itu terwujud, dengan melalui

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH

KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH PENDAHULUAN Pengambilan Keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer dalam suatu organisasi. Pengambilan keputusan sering menjadi kegelisahan

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA BERKELOMPOK

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA BERKELOMPOK PENGAMBILAN KEPUTUSAN SECARA BERKELOMPOK MODUL 5 Bagian ini membahas tentang beberapa teknik pengambilan keputusan secara berkelompok yang dilakukan dalam organisasi. Teknik yang disajikan merupakan teknik

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH

KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH KONSEP DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DOSEN : DIANA MA RIFAH PENDAHULUAN Pengambilan Keputusan merupakan fungsi utama seorang manajer dalam suatu organisasi. Pengambilan keputusan sering menjadi kegelisahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau

BAB I PENDAHULUAN. Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hidup ini memang penuh dengan aneka pilihan. Tetapi menentukan atau memilih karir bukanlah keputusan yang main-main. Memilih karir tidak sama dengan memilih

Lebih terperinci

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN

ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN ADJOURNING BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelompok merupakan kesatuan unit yang terkecil dalam masyarakat. Individu merupakan kesatuan dari kelompok tersebut. Anggota kelompok tersebut merupakan individu-individu

Lebih terperinci

Perencanaan (Planning)

Perencanaan (Planning) Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan akan ada dalam setiap fungsi manajemen karena fungsi-fungsi tersebut hanya

Lebih terperinci

Permasalahan Umum yang Sering Terjadi pada Perusahaan

Permasalahan Umum yang Sering Terjadi pada Perusahaan Makalah Mata Kuliah Pengantar Manajemen Semester Gasal Permasalahan Umum yang Sering Terjadi pada Perusahaan Oleh: Kharisma Safiri (01212080) Dosen: Iga Aju Nitya Dharmani, SE., MM. Fakultas Ekonomi Departemen

Lebih terperinci

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING

MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING MANAGEMENT SUMMARY CHAPTER 7 DECISION MAKING MANAJER SEBAGAI PEMBUAT KEPUTUSAN PROSES MEMBUAT KEPUTUSAN Manajer bertugas membuat keputusan. Dan mereka ingin keputusan tersebut menjadi keputusan yang terbaik,

Lebih terperinci

DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN

DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN Dosen : Diana Ma rifah DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN Menurut George R. Terry, dasar pengambilan keputusan dibedakan menjadi 5 (lima) macam. Kelima macam dasar pengambilan keputusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. khusus berusaha untuk memantapkan penanaman nilai-nilai dari masyarakat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, proses pendidikan yang sesungguhnya adalah interaksi kegiatan yang berlangsung di ruang kelas. Proses interaksi di kelas secara khusus berusaha

Lebih terperinci

Pengertian Pengambilan Keputusan

Pengertian Pengambilan Keputusan Dadang Sunendar Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa perhitungan dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bila masa depan adalah kenyataan, apakah masa depan akan dialami oleh setiap orang? Jawabannya bisa iya bisa tidak. Tetapi yang paling terpenting adalah masa depan itu

Lebih terperinci

TIM DOSEN : ASKOLANI,SE,MM ROFI ROFAIDA, SP.,M.Si. TPK - Pendahuluan 1

TIM DOSEN : ASKOLANI,SE,MM ROFI ROFAIDA, SP.,M.Si. TPK - Pendahuluan 1 TIM DOSEN : ASKOLANI,SE,MM ROFI ROFAIDA, SP.,M.Si TPK - Pendahuluan 1 Setelah mengikuti perkuliahan mahasiswa : Memahami konsep dasar, tujuan, dan ruang lingkup pendekatan Teori Pengambilan Keputusan dalam

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bagian ini dibahas hasil dari perhitungan yang telah dilakukan dari jawaban

BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. bagian ini dibahas hasil dari perhitungan yang telah dilakukan dari jawaban BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Berdasarkan hasil analisis deskriptif serta pengujian hipotesis, maka pada bagian ini dibahas hasil dari perhitungan yang telah dilakukan dari jawaban responden berjumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Geografi sebagai salah satu mata pelajaran dari beberapa mata pelajaran yang diajarkan di Sekolah Mengah Atas (SMA). Geografi juga masuk dalam mata pelajaran yang diujikan

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa atau negara dapat dikatakan maju, berkembang atau terbelakang dapat dilihat dari sejauh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting di dalam suatu perusahaan. Tanpa peran manusia meskipun berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting di dalam suatu perusahaan. Tanpa peran manusia meskipun berbagai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam sebuah perusahaan, manusia merupakan salah satu unsur yang terpenting di dalam suatu perusahaan. Tanpa peran manusia meskipun berbagai faktor yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi, dibimbing

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK

FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK FAKTOR-FAKTOR YANG MELATARBELAKANGI MAHASISWA AKUNTANSI DALAM PEMILIHAN KARIER SEBAGAI AKUNTAN PUBLIK DAN NON AKUNTAN PUBLIK (Studi Empiris Perguruan Tinggi di Wilayah Surakarta) Skripsi Diajukan Untuk

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Materi ke -6

PENGAMBILAN KEPUTUSAN. Materi ke -6 PENGAMBILAN KEPUTUSAN Materi ke -6 Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan/ Decision Making merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan organisasi. Pengambilan keputusan dapat didefinisikan

Lebih terperinci

C. TEORI PERUSAHAAN D. PENGUKURAN LABA - Pengukuran Profitabilitas Perusahaan - Perbedaan Profitabilitas Dari Berbagai Perusahaan

C. TEORI PERUSAHAAN D. PENGUKURAN LABA - Pengukuran Profitabilitas Perusahaan - Perbedaan Profitabilitas Dari Berbagai Perusahaan PENDAHULUAN Ari Darmawan, Dr. S.AB, M.AB Email: aridarmawan_fia@ub.ac.id A. PENDAHULUAN - Konsep Ekonomi - Konsep Sumber Daya B. EKONOMI MANAJERIAL - Hubungan ekonomi manajerial dengan ilmu ekonomi lainnya

Lebih terperinci

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika

Manajemen Sains. Pengenalan Riset Operasi. Eko Prasetyo Teknik Informatika Manajemen Sains Pengenalan Riset Operasi Eko Prasetyo Teknik Informatika Univ. Muhammadiyah Gresik 2011 Pendahuluan Riset Operasi (Operations Research/OR) banyak diterapkan dalam menyelesaikan masalahmasalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG

STUDI DESKRIPTIF ASPEK PERMODALAN KOPERASI DALAM IMPLEMENTASI UU NO 17 TAHUN 2012 PADA KOPERASI MAHASISWA SE-KOTA BANDUNG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah berjalan lebih dari 20 tahun, UU Perkoperasian No 25 Tahun 1992 diubah menjadi UU Perkoperasian No 17 Tahun 2012. Pergantian tersebut dikarenakan UU No 25

Lebih terperinci

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI. kualitas sumber daya manusianya melalui penyelenggaraan diklat secara terus

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI. kualitas sumber daya manusianya melalui penyelenggaraan diklat secara terus PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI Oleh, Drs. Idris, M.Si Agar tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan ekonomis, maka salah satu strategi manajemen yang ditempuh adalah

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi

Materi Minggu 3. Pengambilan Keputusan dalam Organisasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 11 Materi Minggu 3 Pengambilan Keputusan dalam Organisasi 3.1 Definisi dan Dasar Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan dibutuhkan ketika kita memiliki masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit atas laporan keuangan sangat diperlukan, terutama bagi perusahaan berbadan hukum berbentuk perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT terbuka). Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan nasional menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi serta efisiensi manajemen pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan

Lebih terperinci

Pengertian dan Ruang Lingkup Pengambilan Keputusan

Pengertian dan Ruang Lingkup Pengambilan Keputusan Modul 1 Pengertian dan Ruang Lingkup Pengambilan Keputusan Wawan Hermawan, S.E., M.T. M PENDAHULUAN odul ini menyajikan konsep tentang perlunya pengambilan keputusan, bagaimana keputusan yang bermutu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan siswa secara optimal baik secara kognitif, afektif dan. kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai peran yang sangat penting dalam mewujudkan manusia yang kritis, mandiri dan kreatif. Hal ini sejalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu faktor penentu dalam menciptakan generasi bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang harus ditempuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepala Madrasah adalah unsur pelaksana administrasi dengan tugas dan tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak mengecilkan arti keterlibatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar,

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menuju perdagangan bebas perkembangan perekonomian di Indonesia yang semakin meningkat serta perusahaan-perusahaan yang semakin besar, adanya persaingan antara para

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini globalisasi sedang terjadi di berbagai bidang, hal ini sudah pasti mempengaruhi kinerja perusahaan dalam berbagai sektor yang terutama dalam sektor

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA

PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA PENGELOLAAN PENDIDIKAN ANAK GIFTED DI INDONESIA Oleh : Rochmat Wahab Staf Pengajar Jurusan PLB FIP UNY PENGANTAR PENGALAMAN REFORMASI PENDIDIKAN AS SEBAGAI RESPON TERHADAP PRESTASI RUSIA YANG MELUNCURKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilakukan oleh bangsa Indonesia adalah pembangunan manusia seutuhnya yang bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap hari kegiatan yang ada di perusahaan tidak lepas darikegiatandengan fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi pengarahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Nurchasanah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika adalah ilmu dasar yang memiliki nilai esesensial dalam kehidupan sehari-sehari. Matematika berhubungan dengan ide-ide atau konsep abstrak yang tersusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua perusahaan pasti memerlukan manajemen yang berkaitan dengan usaha mencapai tujuan tertentu bagi perusahaan tersebut. Berhasil atau tidaknya suatu organisasi

Lebih terperinci

Biro Konsultasi Psikologi

Biro Konsultasi Psikologi PRODUCT OVERVIEW Biro Konsultasi Psikologi Kantor pusat : Jl. Aria Barat III No. 2 Aria Graha Regency, Soekarno Hatta Bandung Telp / Fax: (022) 70536588 (022) 7531469 Kantor Cabang : Jl. Paledang No.49

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin oleh seorang kepala sekolah. Kepala sekolah memegang manajemen penyelenggaraan, sehingga kepala

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN. (Studi Kasus Pada PT Macanan Jaya Cemerlang di Klaten)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN. (Studi Kasus Pada PT Macanan Jaya Cemerlang di Klaten) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KARYAWAN (Studi Kasus Pada PT Macanan Jaya Cemerlang di Klaten) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Lebih terperinci

Dalam kenyataan sehari-hari, perusahaan sesungguhnya mengharapkan prestasi atau hasil kerja terbaik dari para karyawannya. Menurut Rivai (2005: 309),

Dalam kenyataan sehari-hari, perusahaan sesungguhnya mengharapkan prestasi atau hasil kerja terbaik dari para karyawannya. Menurut Rivai (2005: 309), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan, Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai peranan penting. Manusia sebagai SDM menunjang perusahaan melalui karya, bakat, kreativitas, peran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Terkadang tidak jarang bagi seorang manajer untuk melakukan mark up

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut. Terkadang tidak jarang bagi seorang manajer untuk melakukan mark up BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penjualan merupakan kekuatan utama yang perlu diperhatikan dalam dunia usaha. Dengan meningkatnya penjualan, berbanding lurus dengan profit yang diperoleh.

Lebih terperinci

KUNCI KEBERHASILAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN

KUNCI KEBERHASILAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KUNCI KEBERHASILAN PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN Oleh: Budi Santoso 1 ABSTRAK Pengambilan keputusan bukan merupakan suatu kajian sepele yang dapat diabaikan begitu saja. Masa depan organisasi dipertaruhkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Guru yang profesional tentu akan selalu berupaya melaksanakan pembelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Guru yang profesional tentu akan selalu berupaya melaksanakan pembelajaran yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Guru yang profesional tentu akan selalu berupaya melaksanakan pembelajaran yang sebaik mungkin. Pembelajaran disini adalah sebagaimana yang terdapat pada pasal UU No.

Lebih terperinci

Dewasa ini terjadi perubahan yang signifikan dalam lingkungan. bisnis. Seperti globalisasi, kemajuan teknologi, dan telekomunikasi, serta

Dewasa ini terjadi perubahan yang signifikan dalam lingkungan. bisnis. Seperti globalisasi, kemajuan teknologi, dan telekomunikasi, serta BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini terjadi perubahan yang signifikan dalam lingkungan bisnis. Seperti globalisasi, kemajuan teknologi, dan telekomunikasi, serta fragmentasi pasar telah

Lebih terperinci

Merumuskan Solusi Masalah

Merumuskan Solusi Masalah Merumuskan Solusi Masalah Mencari dan Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah 1. Apa yang dimaksud Alternatif Pemecahan Masalah? Kata alternatif menurut kamus besar bahasa indonesia mempuyai arti yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam segala aktivitas perusahaan karena manusia adalah faktor yang dapat Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam segala aktivitas perusahaan karena manusia adalah faktor yang dapat Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Pada era globalisasi banyak sekali persaingan yang terjadi baik dalam bidang industri maupun jasa, perusahaan dituntut dapat memberikan kualitas yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sasaran atau serangkaian sasaran bersama (Robbins, 2006:4). Akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan unit sosial yang dengan sengaja diatur, terdiri atas dua orang atau lebih yang berfungsi secara relatif terus menerus untuk mencapai sasaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan dalam suatu organisasi merupakan aset terpenting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Karyawan dalam suatu organisasi merupakan aset terpenting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karyawan dalam suatu organisasi merupakan aset terpenting dalam pencapaian tujuan suatu organisasi, dimana karyawan mampu menghasilkan kinerja yang baik dapat

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN Materi 6 Perencanaan: Manajemen sebagai Pembuat Keputusan Viraguna Bagoes Oka, M Finc Dharma Iswara Bagoes Oka, M Finc

PENGANTAR MANAJEMEN Materi 6 Perencanaan: Manajemen sebagai Pembuat Keputusan Viraguna Bagoes Oka, M Finc Dharma Iswara Bagoes Oka, M Finc PENGANTAR MANAJEMEN Materi 6 Perencanaan: Manajemen sebagai Pembuat Keputusan Viraguna Bagoes Oka, M Finc Dharma Iswara Bagoes Oka, M Finc 1 Proses Pengambilan Keputusan (1) Pengambilan keputusan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (shareholder) dengan jalan memaksimalkan kekayaan pemilik.

BAB I PENDAHULUAN. (shareholder) dengan jalan memaksimalkan kekayaan pemilik. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemilik perusahaan kadang kala mengalami keterbatasan dalam pengelolaan perusahaan, oleh karena itu pemilik pada sebagian perusahaan menyerahkan tanggung jawab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Pada masa sekarang ini, manajemen bukan lagi merupakan istilah yang asing bagi kita. Istilah manajemen telah digunakan sejak dulu, berasal dari bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi kinerja manajer puncak kemudian digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengevaluasi kinerja manajer puncak kemudian digunakan sebagai dasar BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Peran informasi akuntansi baik informasi akuntansi untuk mengevaluasi kinerja manajer puncak kemudian digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan tentang balas jasa

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH. kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan BAB I LATAR BELAKANG MASALAH 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan yang sangat cepat di semua sektor kehidupan khususnya dunia kerja, mendorong perguruan tinggi untuk membekali lulusannya dengan kemampuan

Lebih terperinci

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : )

JURNAL STIE SEMARANG, VOL 5, NO 1, Edisi Februari 2013 (ISSN : ) PERAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN (SIM) DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN Anastasia Lipursari Dosen Tetap ASM Semarang Abstrak Sistem informasi mutlak diperlukan dalam pengambilan keputusan yang logis sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Baharuddin (2007:14) belajar sebagai perubahan yang dapat dilihat dan tidak peduli apakah hasil balajar tersebut menghambat atau tidak menghambat proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut setiap organisasi perusahaan untuk senantiasa meningkatkan kualitas demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan organisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara psikologis masa remaja dikatakan sudah mencapai masa remaja yaitu ketika sudah menginjak usia 14-18 tahun. Pada masa ini seorang anak tidak lagi hanya bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan organisasi/perusahaan dalam menjawab tantangan bisnis di masa mendatang dengan mendukung dan menunjang peningkatan jabatan yaitu melalui program

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN SUPERVISOR DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN AMIGO GROUP CABANG GRANADA DELANGGU SKRIPSI

PENGARUH PENGAWASAN SUPERVISOR DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN AMIGO GROUP CABANG GRANADA DELANGGU SKRIPSI PENGARUH PENGAWASAN SUPERVISOR DAN KINERJA KARYAWAN TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN AMIGO GROUP CABANG GRANADA DELANGGU SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan berlangsung secara bersamaan. Pembangunan nasional di bidang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dan berlangsung secara bersamaan. Pembangunan nasional di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan tidak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Pembangunan diarahkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkup usaha tersebut serta bagaimanapun bentuk perusahaan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. lingkup usaha tersebut serta bagaimanapun bentuk perusahaan yang sudah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan bertujuan untuk mencapai laba, Karena dengan adanya laba dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan. Apapun ruang lingkup usaha tersebut

Lebih terperinci

STRATEGIC OF HUMAN RESOURCE MANAGEMENT

STRATEGIC OF HUMAN RESOURCE MANAGEMENT Modul ke: 04 Dr. Fakultas Sekolah Pasca Sarjana STRATEGIC OF HUMAN RESOURCE MANAGEMENT Work Design and Job Analysis: An overview for Managers Chaerudin, MM Program Studi Magister Manajemen Program Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang dimiliki. Secara teoritis, kualitas sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang dimiliki. Secara teoritis, kualitas sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keunggulan suatu organisasi sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Secara teoritis, kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam suatu organisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilakukan. Namun, menurut Covaleski et al. (2003) dan Shields and

BAB I PENDAHULUAN. banyak dilakukan. Namun, menurut Covaleski et al. (2003) dan Shields and BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian partisipasi anggaran yang berbasis pada motivasi sudah banyak dilakukan. Namun, menurut Covaleski et al. (2003) dan Shields and Shields (1998) dalam

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi dan Konsep Risiko Secara sederhana, risiko diartikan sebagai kemungkinan kejadian yang merugikan, sedangkan ketidakpastian merupakan

Lebih terperinci

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI

9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI 9. PERUBAHAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI Manajer senatiasa mengantisipasi perubahan-perubahan dalam lingkungan yang akan mensyaratkan penyesuaian-penyesuaian disain organisasi diwaktu yang akan datang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang dimiliki oleh orang yang menjalankan pekerjaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian yang dimiliki oleh orang yang menjalankan pekerjaan tersebut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi sekarang ini dengan tingkat kompetensi pencarian pekerjaan yang cukup tinggi, pemilihan pekerjaan yang tepat sangat penting untuk dapat menunjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu bangsa. Melalui pendidikan setiap peserta didik difasilitasi,

Lebih terperinci

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma

Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen. Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Gambaran Umum Sistem Informasi Manajemen Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Jurusan Sistem Informasi Universitas Gunadarma Tujuan Pembelajaran Memahami Konsep dasar SIM Mempunyai Gambaran Umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan agar siswa dapat mencapai tujuan tertentu. Agar siswa dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan maka diperlukan pembinaan

Lebih terperinci

BAB IV PENGERTIAN KLHS

BAB IV PENGERTIAN KLHS KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS Materi 4 : TPL 408-2 SKS Oleh : Ken Martina Kasikoen 4.1 Pengertian KLHS BAB IV PENGERTIAN KLHS UU No.32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

Lebih terperinci

PERANAN GURU DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

PERANAN GURU DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN PERANAN GURU DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN Prof. Udin S. Sa ud, Ph.D UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 RASIONAL Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak positif terhadap peningkatan

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS Oleh SRI MURTINI NIM : P.100030113 Program Studi : Magister Manajemen

Lebih terperinci

Ada beberapa ahli yang memberikan pendapatnya mengenai Pengertian Manajemen Keuangan:

Ada beberapa ahli yang memberikan pendapatnya mengenai Pengertian Manajemen Keuangan: BAB I PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN KEUANGAN 1.1.Pergertian dan Fungsi Manajemen Keuangan Manajemen merupakan suatu proses mencapai tujuan melalui kemampuan orang lain. Sehingga manajemen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu diadakan peningkatan mutu pendidikan. Mutu pendidikan bergantung dari kualitas seorang guru.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan pendidikan saat ini dan masa yang akan datang adalah menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berat, yaitu tantangan internal dan eksternal. Secara internal kita telah

BAB I PENDAHULUAN. yang berat, yaitu tantangan internal dan eksternal. Secara internal kita telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan nasional kita sedang menghadapi dua tantangan yang berat, yaitu tantangan internal dan eksternal. Secara internal kita telah dihadapkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini, merupakan hasil penelusuran teori-teori terdahulu terkait dengan pengertian risiko,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dicky Fauzi Firdaus, 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dicky Fauzi Firdaus, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan sumber daya manusia untuk pembangunan suatu negara. Tanpa pendidikan

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. lebih dari lima puluh orang. Usaha kecil memiliki ciri-ciri: (1) manajemen

BAB II URAIAN TEORITIS. lebih dari lima puluh orang. Usaha kecil memiliki ciri-ciri: (1) manajemen BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Usaha Kecil 2.1.1 Pengertian Usaha kecil adalah usaha yang pemiliknya mempunyai jalur komunikasi langsung dengan kegiatan operasi dan juga dengan sebagian besar tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikan oleh sekelompok orang, tentu bertujuan untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. didirikan oleh sekelompok orang, tentu bertujuan untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Organisasi merupakan sebuah wadah yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan bersama. Setiap organisasi didirikan mempunyai tujuan tertentu yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, berbagai kemajuan pesat di bidang industri mau tak mau mengisyaratkan perusahaan untuk berkembang sejalan dengan kemajuan tersebut, yang berarti

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 6 (enam) Mata Pelajaran : Matematika Program : Peminatan MIPA Pokok Bahasan : Trigonometri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998 telah

I. PENDAHULUAN Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998 telah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah di Indonesia yang dimulai pada tahun 1998 telah membuat perubahan yang sangat mendasar dalam sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah dan sistem pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dirasakan oleh setiap warga negara. Dengan adanya pendidikan terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Sistematis oleh karena proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan bisnis di Indonesia semakin lama semakin lama semakin kompleks, dan berkembang. Keadaan ini menimbulkan persaingan yang ketat antar perusahaan yang mengharuskan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. penelitian. Simpulan dan saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan. pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

BAB V PENUTUP. penelitian. Simpulan dan saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan. pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya. BAB V PENUTUP Bab lima berisi simpulan, saran atau rekomendasi dan keterbatasan penelitian. Simpulan dan saran dibuat berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi telah muncul sebagai fenomena baru yang telah dilahirkan oleh kemajuan jaman. Dalam bidang perekonomian hal ini membawa dampak yang cukup

Lebih terperinci

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu:

2.1.2 Tipe-Tipe Kepemimpinan Menurut Hasibuan (2009: ) ada tiga tipe kepemimpinan masing-masing dengan ciri-cirinya, yaitu: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepemimpinan 2.1.1 Pengertian Kepemimpinan Menurut Wukir (2013:134), kepemimpinan merupakan seni memotivasi dan mempengaruhi sekelompok orang untuk bertindak mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Pengelolaan Madrasah Aliyah Negeri Insan Cendekia Serpong sudah menggunakan pendekatan-pendekatan model madrasah efektif mulai dari input, proses, dan outputnya.

Lebih terperinci