PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PT. SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT YULIFA DEVI DWIJAYANTI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PT. SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT YULIFA DEVI DWIJAYANTI"

Transkripsi

1 PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PT. SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT YULIFA DEVI DWIJAYANTI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

2 PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PT. SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT YULIFA DEVI DWIJAYANTI Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

3 RINGKASAN YULIFA DEVI DWIJAYANTI. E Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat. Dibimbing oleh EFI YULIATI YOVI. PT. Suka Jaya Makmur sebagai salah satu perusahaan IUPHHK-HA, tidak terlepas dari aktivitas yang melibatkan tenaga kerja dengan peralatan dan metode kerja yang memiliki risiko bahaya yang cukup besar. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sesuai dengan peraturan yang berlaku (Permenaker 05/MEN/1996). Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai kondisi K3, mengkaji penerapan SMK3, mengidentifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 serta membandingkan hasil kajian penerapan SMK3 dengan hasil identifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, pengisian kuesioner oleh responden, pengamatan langsung di lapangan dan studi pustaka. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dengan pengolahan data dilakukan menggunakan software Microsoft Office Excel 2007 dan Expert Choice Analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif untuk menggambarkan kondisi K3 dan hasil kajian penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur sedangkan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur, data dianalisis dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP). Teknik pengkajian yang dilakukan pada penelitian ini adalah dengan cara wawancara kepada P2K3 yang ada di perusahaan. Kegiatan K3 di perusahaan dilakukan melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hasil wawancara terhadap P2K3 menunjukkan bahwa SMK3 yang sedang diterapkan oleh perusahaan merupakan kriteria emas menurut Permenaker 05/MEN/1996 yaitu sebanyak 92,17%. Berdasarkan perhitungan AHP, prinsip yang paling dominan dalam penerapan SMK3 adalah komitmen dan kebijakan yaitu sebesar 0,514. Aktor yang paling berperan adalah top management yaitu sebesar 0,619. Tujuan utama adalah pencegahan kecelakaan kerja yaitu sebesar 0,861. Alternatif tindakan berupa sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan merupakan prioritas pertama yaitu sebesar 0,573. Perbedaan prioritas yang dimiliki oleh pihak perusahaan dapat disebabkan oleh SMK3 yang merupakan peraturan wajib oleh pemerintah. Kata kunci: keselamatan dan kesehatan kerja, penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, panitia pembina keselamatan dan kesehatan kerja

4 SUMMARY YULIFA DEVI DWIJAYANTI. E Implementation of Occupational Safety and Health Management System (SMK3) at PT. Suka Jaya Makmur, West Kalimantan. Supervised by EFI YULIATI YOVI. PT. Suka Jaya Makmur, one of IUPHHK-HA companies, can not be separated from the activities involving workforce with tools and working methods that have a risk of considerable danger. Such conditions may cause occupational accidents in the implementation of the company's activities. Therefore, it is necessary to have Occupational Safety and Health Management System (SMK3) in accordance with the applicable regulation (Decree of the Minister of Workforce and Transmigration 05/MEN/1996). This research was conducted to obtain information about Occupational Safety and Health (K3), review SMK3 implementation, identify problems in the implementation of SMK3 and compare the results of the study on SMK3 implementation with problem identification result in the implementation of SMK3 at PT. Suka Jaya Makmur. The data used in this study were primary data and secondary data, which were gathered through interviews, questionnaires, direct field observation and literature. The sampling was done by purposive sampling with data processing using Microsoft Office Excel 2007 and Expert Choice The data analysis used was descriptive analysis to describe the condition of K3 and the result of SMK3 implementation at PT. Suka Jaya Makmur, while to identify problems in the implementation of SMK3 at PT. Suka Jaya Makmur, the data were analyzed by using Analytical Hierarchy Process (AHP). The study technique used in this research was the interviews with Advisory Committee on Occupational Safety and Health (P2K3) of the company. K3 activities in the company involved planning, implementation, monitoring and evaluation. The result of the interviews with P2K3 showed that SMK3 being implemented by the company belonged to a gold criterion according to Decree of the Minister of Workforce and Transmigration 05/MEN/1996, because it was as high as 92.17%. Based on the calculation of AHP, the dominant principle in the implementation of SMK3 was commitment and policy, reaching The actor playing the most significant role was top management with a score of The main goal was the prevention of occupational accidents and it amounted to Alternative measures such as socialization, education, and training was the first priority with a score of Different priorities adopted by the company could be caused by SMK3, which is required by the government regulations. Keywords: Occupational Safety and Health, implementation of Occupational Safety and Health Management System, Advisory Committee on Occupational Safety and Health

5 5 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks atau dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, September 2012 Penulis

6 Judul Penelitian : Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat Nama NRP : Yulifa Devi Dwijayanti : E Menyetujui: Dosen Pembimbing, Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc NIP Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Hutan, Dr. Ir. Didik Suharjito, MS NIP Tanggal Lulus:

7 i KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillah puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kehutanan pada Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun untuk memberikan suatu informasi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur. Penerapan SMK3 yang dilakukan diharapkan sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996 sehingga tujuan yang diinginkan perusahaan dapat tercapai. Penulis menyadari keterbatasan kemampuan dalam menyusun skripsi ini, oleh sebab itu Penulis menyampaikan permohonan maaf dan mengharapkan saran serta kritik yang membangun. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Bogor, September 2012 Penulis

8 ii RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Rembang, Jawa Tengah, pada tanggal 13 Juli 1990 dari pasangan DYS Setiabudi Achmadi dan Rinto Hastiningsih, S.Pd. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Sluke pada tahun 2002 kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Rembang dan lulus pada tahun Selanjutnya penulis lulus dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Rembang pada tahun Pada tahun 2008 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), di Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Selanjutnya penulis mengambil program minor Perlindungan Hutan. Selama masa perkuliahan, penulis ikut berpartisipasi dalam Organisasi Mahasiswa Daerah Himpunan Keluarga Rembang di Bogor (HKRB). Penulis juga cukup aktif di lembaga kemahasiswaan dan berbagai kepanitiaan, yaitu sebagai staf Divisi Sosial Masyarakat Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor periode , Panitia BIMANTARA (Bina Masyarakat Sejahtera), Panitia Seminar Kehutanan Nasional "Smile of Human", Panitia Bina Corps Rimbawan 2010 serta Panitia Temu Manajer Selain itu penulis juga pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Dendrologi tahun 2010 dan Lolos seleksi PKM-P program pendanaan tahun 2011 dengan judul Studi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat di Gunung Kapur Cibadak Bogor. Penulis telah melaksanakan Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan pada tahun 2010 di Cagar Alam Pangandaran dan Suaka Margasatwa Gunung Sawal, Praktik Pengelolaan Hutan pada tahun 2011 di Hutan Pendidikan Gunung Walat- Sukabumi, dan Praktik Kerja Lapang pada tahun 2012 di IUPHHK-HA PT. Suka Jaya Makmur. Untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan IPB, penulis menyelesaikan skripsi dengan judul Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat dibimbing oleh Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc.

9 iii UCAPAN TERIMA KASIH Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu baik secara moral maupun materiil. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak DYS Setiabudi Achmadi dan Ibu Rinto Hastiningsih, S.Pd, selaku orang tua yang selalu memberikan doa dan dukungan penuh agar terselesaikannya studi tepat waktu. Kedua saudaraku Qorry Ika Septiningtyas, S.Pd dan Rizki Tria Saputra serta seluruh keluarga besar yang selalu memberikan doa dan dukungannya. 2. Ibu Dr. Efi Yuliati Yovi, S.Hut, M.Life.Env.Sc selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, nasihat, saran, ilmu dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. 3. Ibu Dr. Ir. Arzyana Sunkar, MSc selaku dosen penguji dan Ibu Dr. Dra. Nining Puspaningsih, MS selaku ketua sidang yang bersedia meluangkan waktunya dan memberikan saran pada skripsi ini. 4. Ibu Maria, Ibu Prasti, Bapak Hendra Tambora, Bapak Joko Widiyanto, Bapak Mujoto dan seluruh pihak dari PT. Suka Jaya Makmur yang telah mengizinkan dan bersedia meluangkan waktu dan partisipasinya selama proses penelitian. 5. Teman satu PKL (Yunensih, Linda Lestari, Ramdhani dan Toni Dokles) yang telah membantu dalam pengambilan data di lapangan. 6. Seluruh staf pengajar dan tata usaha Departemen Manajemen Hutan IPB. 7. Teman-teman satu bimbingan (Widya Prajawati, Muhibudin dan Reza Ahda) untuk motivasi, kebersamaan dan kerjasamanya selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi ini. 8. Destika Restyani, Hapriza Aprilia, Desty Sri Kurnia, Wieke Herningtyas, Yulia Devy A dan teman-teman mahasiswa MNH IPB angkatan 45 atas kerja sama, kepedulian dan kebersamaannya selama ini. 9. Sherly Andika Sari, Novita L Zahro, Septi Prima Yesti, Maika Fitriana, Nurul Hidayati, Ade Nelvia, Shaibatul Islamiah dan seluruh Wismo Ayu Crew atas doa, dukungan, kepedulian dan kebersamaannya selama ini. 10. Teman-teman HKRB 45 untuk segala semangat, kebersamaan dan kekeluargaannya selama berada di perantauan ini. 11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

10 iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i RIWAYAT HIDUP... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I... 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Rumusan Masalah... 2 TINJAUAN PUSTAKA Kecelakaan Kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia... 9 BAB III METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat Penelitian Metode Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Statistik Deskriptif Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas... 20

11 v 4.2 Kondisi Fisik Iklim Topografi Geologi Daerah Aliran Sungai (DAS) Kondisi Sumber Daya Hutan Kondisi Sosial Kependudukan Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur Kajian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Penyusunan Struktur Hierarki Analisis Prioritas Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif Perbandingan Hasil Kajian Penerapan SMK3 dengan Hasil Identifikasi Permasalahan Dalam Penerapan SMK BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 50

12 vi DAFTAR TABEL Halaman 1 Nilai skala banding secara berpasang Matriks pendapat individu Matriks pendapat gabungan Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Luas areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan kelas lereng Kriteria-kriteria SMK3 menurut Permenaker 05/MEN/1996 yang diterapkan pada PT. Suka Jaya Makmur Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap 5 prinsip dalam penerapan SMK Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap tujuan penerapan SMK Susunan prioritas faktor atau unsur menyeluruh terbobot Susunan prioritas aktor menyeluruh terbobot Susunan prioritas tujuan menyeluruh terbobot Susunan prioritas alternatif tindakan menyeluruh terbobot... 46

13 vii DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Hierarki identifikasi permasalahan Nilai RI untuk matriks berukuran n (1 15) Kerangka pemikiran penelitian Susunan hierarki permasalahan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur... 43

14 viii DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. Suka Jaya Makmur Kuesioner penelitian (AHP) Pembuatan hierarki (software Expert Choice 2000) Pengolahan data AHP... 63

15 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu tujuan sekaligus indikator kesuksesan suatu perusahaan serta merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja. Menurut Suardi (2007), tujuan inti penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberikan perlindungan kepada tenaga kerja. Perlindungan terhadap tenaga kerja meliputi perlindungan atas keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Perlindungan K3 dilakukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga kerja sehingga dapat bekerja dengan lebih optimal. Selain itu, dengan adanya jaminan keselamatan, keamanan dan kesehatan selama bekerja, maka tenaga kerja akan memberikan kepuasan dan meningkatkan loyalitas mereka terhadap perusahaan. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih dari penerapan sistem manajemen K3 adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Kondisi K3 pada suatu perusahaan dapat menentukan kinerja perusahaan tersebut. PT. Suka Jaya Makmur sebagai salah satu perusahaan Izin Usaha Pengelolaan Hasil Hutan Kayu Hutan Alam (IUPHHK-HA), tidak terlepas dari aktivitas yang melibatkan tenaga kerja dengan peralatan dan metode kerja yang memiliki risiko bahaya yang cukup besar. Kondisi seperti ini memungkinkan terjadinya kecelakaan kerja dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan terutama pada bagian produksi dan mekanik. Yovi (2009) menyebutkan bahwa pekerjaan di bidang kehutanan termasuk pekerjaan dengan risiko tinggi karena harus menghadapi lingkungan kerja yang sulit, pekerjaan fisik yang berat dan risiko tinggi terhadap kecelakaan dengan berbagai keterbatasan. Menurut Suma mur (1977), angka kecelakaan kerja pada kegiatan penebangan dan pengangkutan kayu menduduki 70% dari seluruh kecelakaan pada pekerjaan kehutanan. Kegiatan lainnya meliputi 15% kecelakaan pemeliharaan hutan, 5% akibat pembuatan jalan dan 10% karena akibat lainnya. Oleh karena itu, dibutuhkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

16 2 Kerja (SMK3) yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Selain sebagai bentuk perlindungan terhadap tenaga kerja, SMK3 juga merupakan skema sertifikasi yang dapat digunakan untuk peningkatan kepercayaan dan kepuasan konsumen terhadap perusahaan. Peraturan yang mengatur mengenai penerapan SMK3 diantaranya yaitu Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 5 Tahun 1996 (Permenaker 05/MEN/1996) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 50 Tahun Pada penelitian ini peraturan yang digunakan yaitu Permenaker 05/MEN/ Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memperoleh informasi mengenai kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur. 2. Mengkaji penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur. 3. Mengidentifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan hierarki penyusunnya dengan Analytical Hierarchy Process (AHP). 4. Membandingkan hasil kajian penerapan SMK3 dengan hasil identifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti Dapat memberikan suatu pengetahuan mengenai pelaksanaan dan permasalahan dalam penerapan SMK3 pada suatu perusahaan. 2. Bagi institusi Dapat dijadikan rekomendasi bagi peningkatan kualitas dan kinerja pada suatu perusahaan. 3. Bagi peneliti lain Dapat dijadikan rekomendasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya. 1.4 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kondisi K3 di PT. Suka Jaya Makmur?

17 3 2. Bagaimana penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur? 3. Faktor-faktor apa yang menjadi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur? 4. Bagaimana hasil perbandingan antara hasil kajian penerapan SMK3 dengan hasil identifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur?

18 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak fatal. Sedangkan penyakit akibat kerja yaitu suatu penyakit yang didapatkan sebagai akibat suatu pemajanan terhadap faktor risiko yang timbul dari kegiatan pekerjaan (ILO 1998). Istilah kecelakaan akibat kerja meliputi seluruh kecelakaan yang dikarenakan oleh pekerjaan dan semua penyakit-penyakit akibat kerja. Suatu kecelakaan disebabkan oleh suatu peristiwa luar yang tiba-tiba dan tak terduga; suatu penyakit akibat kerja adalah akibat pengaruh buruk yang lama seperti oleh getaran atau kebisingan (Suma mur 1977). Kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan perang dunia. Riset yang dilakukan badan dunia ILO menghasilkan kesimpulan bahwa setiap hari rata-rata orang meninggal yang setara dengan satu orang setiap 15 detik, atau 2,2 juta orang per tahun akibat sakit atau kecelakaan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka. Jumlah pria yang meninggal dua kali lebih banyak ketimbang wanita karena mereka lebih mungkin melakukan pekerjaan berbahaya. Secara keseluruhan, kecelakaan di tempat kerja telah menewaskan orang. Sisanya meninggal karena sakit yang diderita dalam pekerjaan seperti membongkar zat kimia beracun (Suardi 2007). 2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Kesehatan kerja adalah praktik-praktik meningkatkan kesehatan tenaga kerja dengan setinggi-tingginya, baik kuratif, maupun preventif. Sasarannya adalah faktor manusia dan lingkungannya. Tujuan akhirnya adalah tenaga kerja yang sehat, sejahtera, gairah dan produktif. Ruang lingkup kesehatan kerja dalam uraian ini adalah:

19 5 1. Kesehatan kuratif, yang biasanya dilakukan oleh tenaga medis di perusahaan dan bermaksud menekan keadaan sakit menjadi sekecil-kecilnya dengan upaya kedokteran yang sebaik-baiknya serta efisien. 2. Kesehatan preventif untuk mencegah tenaga kerja mengalami gangguan kesehatan atau penyakit, baik oleh karena keadaan umum, maupun oleh akibat pekerjaan. 3. Pengamanan bahaya-bahaya oleh karena proses produksi yang mungkin berakibat buruk kepada tenaga kerja atau masyarakat luas. 4. Penserasian di antara tenaga kerja dengan pekerjaannya dengan tujuan kegairahan dan efisiensi kerja Keselamatan kerja bertujuan, agar tenaga kerja mendapatkan perlindungan keselamatan pada pekerjaannya dari bahaya-bahaya kecelakaan yang bersumber kepada mesin dan peralatan kerja, lingkungan dan faktor-faktor manusia sendiri (Suma mur 1977). 2.3 Peraturan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia Menurut Anonim (2005), berdasarkan kategorinya, peraturan K3 dibedakan menjadi 6, yaitu: 1 Undang-Undang a Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja b Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan 2 Peraturan Pemerintah Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Peredaran Pestisida 3 Peraturan Menteri a Peraturan Tenaga Kerja, Transkop Nomor: Per.01/MEN/1976 tentang Kewajiban Latihan Hiperkes bagi Dokter Perusahaan b Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No. Per.01/MEN/1978 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja dalam Pengangkutan dan Penebangan Kayu

20 6 c Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.03/MEN/1978 tentang Penunjukan dan Wewenang, serta Kewajiban Pegawai Pengawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Ahli Keselamatan kerja d Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/MEN/1979 tentang Kewajiban Latihan Hygiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja bagi Tenaga para Medis Perusahaan e Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.02/MEN/1980 tentang: Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Keselamatan Kerja f Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan g Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja h Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Per.02/MEN/1982 tentang Kualifikasi Juru Las i Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja j Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.04/MEN/1987 tentang Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja k Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.02/MEN/1992 tentang Tata Cara Penunjukan, Kewajiban dan Wewenang Ahli Keselamatan dan Kesehatan Kerja l Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja m Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.01/MEN/1998 tentang Penyelenggaraan Pemeliharaan Kesehatan bagi Tenaga Kerja dengan Manfaat Lebih dari Paket Jaminan Pemeliharaan Dasar Jaminan Sosial Tenaga Kerja

21 7 n Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.03/MEN/1998 tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kesehatan o Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Per.04/MEN/1998 tentang Pengangkatan, Pemberhentian dan Tata Kerja Dokter Penasihat 4 Keputusan Menteri tentang K3 a Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.155/MEN/1984 tentang Penyempurnaan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor Kep. 125/Men/82, tentang Pembentukan, Susunan dan Tata Kerja Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional, Dewan Keselamatan dan Kesehatan Wilayah dan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja b Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.1135/MEN/1987 tentang Bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja c Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja d Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.245/MEN/1990 tentang Hari Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional e Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.186/MEN/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja f Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. No. Kep.197/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya g Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi R.I. No. Kep.75/MEN/2002 tentang Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. SMI Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000) di Tempat Kerja 5 Instruksi Menteri Instruksi Menteri Tenaga Kerja No. Ins.11/M/BW/1997 tentang Pengawasan Khusus K3 Penanggulangan Kebakaran 6 Surat Edaran dan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan a Surat Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Departemen Tenaga Kerja R.I. No.

22 8 Kep.84/BW/1998 tentang Cara Pengisian Formulir Laporan dan Analisis Statistik Kecelakaan b Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan No. Kep.331/BW/2002 tentang Sertifikasi Kompetensi Keselamatan dan Kesehatan Kerja Teknisi Listrik 2.4 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) SMK3 adalah struktur, tanggung jawab, praktik dan prosedur sumber daya perusahaan untuk menerapkan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (ILO 1998). Menurut Permenaker 05/MEN/1996, definisi dari SMK3 adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja, untuk terciptanya tempat keja yang aman, efisien dan produktif. Menurut Suardi (2005) terdapat tujuan dan manfaat dari penerapan SMK3, yaitu: 1. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri atau pekerja-pekerja bebas. 2. Sebagai upaya untuk mencegah dan memberantas penyakit dan kecelakaankecelakaan akibat kerja, memelihara dan meningkatkan kesehatan dan gizi para tenaga kerja, merawat dan meningkatkan efisiensi dan daya produktivitas tenaga manusia, memberantas kelelahan kerja dan melipatgandakan gairah serta kenikmatan bekerja. Adapun manfaat dari penerapan SMK3 yaitu: 1. Melindungi karyawan 2. Memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang 3. Mengurangi biaya 4. Membuat sistem manajemen yang efektif 5. Meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan

23 9 2.5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indonesia Menurut Permenaker 05/MEN/1996, terdapat 5 prinsip dan 12 elemen yang menjadi pedoman untuk penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Lima prinsip ini merupakan siklus yang berkesinambungan, sedangkan 12 elemen sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Lima prinsip yang menjadi pedoman untuk penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu: 1. Komitmen dan kebijakan Salah satu bentuk komitmen sebuah perusahaan menerapkan SMK3 adalah dengan menyediakan sumber daya yang memadai. 2. Perencanaan Perusahaan diharuskan merencanakan untuk memenuhi kebijakan, sasaran dan tujuan K3 yang telah diterapkan. Perencanaan yang baik harus memiliki kedua hal yang penting diterapkan yaitu manajemen risiko yang baik dan pemenuhan peraturan standar yang ada. 3. Penerapan - Kemampuan menyiapkan sumberdaya yang andal dan profesional. - Integrasi SMK3 ke dalam sistem manajemen perusahaan sehingga dapat berjalan secara selaras dan seimbang. - Kesadaran semua pihak untuk mendukung. 4. Pengukuran dan evaluasi Perusahaan perlu mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3. Adapun pelaksanaannya meliputi inspeksi dan pengujian peralatan, metode dan temuan yang terdapat pada pekerjaan. 5. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen Tinjauan berkala berguna untuk meningkatkan SMK3 dengan tujuan meningkatkan kinerja K3 secara keseluruhan. Menurut Suardi (2007), langkah-langkah penerapan sistem manajemen K3 dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu:

24 10 1. Tahap persiapan Merupakan tahapan atau langkah awal yang harus dilakukan suatu organisasi atau perusahaan. Langkah ini melibatkan lapisan manajemen dan sejumlah personil, mulai dari menyatakan komitmen sampai dengan menetapkan kebutuhan sumber daya yang diperlukan. Adapun tahap persiapan ini, antara lain: a Komitmen manajemen puncak b Menentukan ruang lingkup c Menetapkan cara penetapan d Membentuk kelompok penerapan e Menetapkan sumber daya yang diperlukan 2. Tahap penerapan dan pengembangan Sistem dalam tahapan ini berisi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh organisasi atau perusahaan dengan melibatkan banyak personil, mulai dari menyelenggarakan penyuluhan dan melaksanakan sendiri kegiatan audit internal serta tindakan perbaikannya sampai dengan melakukan sertifikasi. Adapun tahap penerapan dan pengembangan ini, antara lain: a Menyatakan komitmen b Menetapkan cara penerapan c Membentuk kelompok kerja penerapan d Menetapkan sumber daya yang diperlukan e Kegiatan penyuluhan f Peninjauan sistem g Penyusunan jadwal kegiatan h Pengembangan sistem manajemen K3 i Penerapan sistem j Proses sertifikasi

25 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada bulan Maret sampai dengan April Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a Personal komputer yang dilengkapi software Microsoft Office 2007 dan Expert Choice b Kuesioner penelitian. c Kamera dan alat tulis. 3.3 Metode Pengumpulan Data Proses penelitian harus menggunakan data, maka data perlu dikelompokkelompokkan terlebih dahulu sebelum digunakan dalam proses analisis. Data primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik dari individu atau perseorangan seperti hasil dari wawancara atau hasil pengisian kuesioner. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain misalnya dalam bentuk tabel-tabel atau diagram-diagram (Umar 2005). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer terdiri dari: a. Data yang diperoleh langsung dengan cara wawancara semi terstruktur oleh pihak manajemen, b. Data hasil pengamatan langsung di lapangan dan c. Data yang diperoleh dari pengisian kuesioner yang dilakukan oleh pihakpihak terkait yang dianggap berkompeten dan paham mengenai SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur.

26 12 2. Data sekunder meliputi gambaran umum perusahaan, statistik kecelakaan dan data-data lain yang berkaitan dengan objek penelitian ini. Pengambilan sampel responden menggunakan metode purposive sampling, dimana responden ditentukan dengan maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan responden atau informan dilakukan dengan memperhatikan tingkat jabatan pada organisasi P2K3 di PT. Suka Jaya Makmur. 3.4 Pengolahan dan Analisis Data Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan data dalam bentuk kuantitatif dengan tidak menyertakan pengambilan keputusan melalui hipotesis. Data dipresentasikan ke dalam bentuk deskriptif tanpa diolah dengan teknik-teknik analisis statistik lainnya (Sarwono 2009). Digunakan metode analisis statistik deskriptif untuk mengetahui kondisi K3 dan pelaksanaan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur Analytical Hierarchy Process (AHP) Pengolahan data untuk identifikasi permasalahan penerapan SMK3 menggunakan metode AHP. Untuk mengolah data dengan menggunakan metode AHP dilakukan dengan aplikasi software Expert Choice Menurut Fewidarto (1996), metode AHP ini ditujukan untuk memodelkan problem-problem dan pendapat-pendapat sedemikian rupa, dimana permasalahan yang ada telah benar-benar dinyatakan secara jelas, dievaluasi, diperbincangkan dan diprioritaskan untuk dikaji. Dalam penerapan AHP, sedapat mungkin dihindari adanya penyederhanaan seperti dengan jalan membuat asumsi-asumsi agar diperoleh model-model kuantitatif, sebaliknya kita harus mempertahankan model yang kompleks seperti semula. Agar model ini realistis kita harus memasukkan dan mengukur semua hal penting baik yang nyata maupun yang tak nyata, yang dapat diukur secara kuantitatif dan kualitatif. Penerapan AHP membuka kesempatan adanya perbedaan pendapat dan konflik sebagaimana yang ada dalam kenyataan sehari-hari,

27 13 dalam usaha mencapai konsensus. Oleh karena itu, penggunaan metode AHP untuk mengkaji masalah dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan kerangka kerja AHP, penelitian ini diawali dengan pengumpulan data dan informasi yang digunakan untuk menyusun hierarki. Hierarki disusun sesuai dengan kebutuhan serta didasarkan pada teori dalam literatur dan hasil wawancara dengan pihak perusahaan yang bertindak sebagai pengambil keputusan. Kuesioner diberikan untuk mengetahui pembobotan setiap unsur pada setiap tingkatan dalam hierarki. Data yang diperoleh dari responden kemudian diproses dengan menggunakan software Expert Choice 2000 dan software Microsoft Office Excel Langkah-langkah dalam analisis metode AHP secara umum dibagi dalam 8 langkah (Saaty 1991), yaitu: 1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan. Fokus dari analisis ini adalah strategi penerapan SMK3 pada perusahaan. Setelah ditentukan fokus analisis, selanjutnya ditentukan komponen-komponen dan pendefinisian masing-masing komponen. 2. Membuat hierarki dari sudut pandang manajemen secara menyeluruh. Setelah komponen-komponen dari fokus analisis diketahui, lalu dilakukan pembuatan hierarki. Hierarki merupakan abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap sistem. Pembuatan hierarki bertujuan untuk mengetahui tingkatan-tingkatan analisis. Penyusunan hierarki terdiri dari beberapa tingkatan, dari seperangkat peubah. Pada fokus identifikasi permasalahan tersusun beberapa tingkatan seperti tingkat 1 adalah fokus sasaran, tingkat 2 adalah faktor atau kriteria masalah, tingkat 3 adalah aktor atau pelaku, tingkat 4 adalah tujuan yang ingin dicapai yang sesuai dengan sasaran pada tingkat 1 dan di tingkat 5 adalah alternatif kegiatan yang dapat diambil untuk mengatasi masalah yang ada. Contoh hierarki dari identifikasi permasalahan penerapan SMK3 dapat dilihat pada Gambar 1.

28 14 Tingkat 1 Fokus/ultimate goal Tingkat 2 Faktor/kriteria masalah Tingkat 3 Aktor/pelaku Tingkat 4 Tujuan/penyebab masalah Tingkat 5 Skenario/alternatif Gambar 1 Hierarki identifikasi permasalahan (Saaty 1991). 3. Menyusun matriks gabungan Matriks gabungan berpasangan adalah matriks yang membandingkan bobot unsur dalam suatu hierarki dengan unsur-unsur dalam hierarki atasnya. 4. Mengumpulkan semua pertimbangan yang dilakukan dari hasil perbandingan yang diperoleh pada langkah 3. Tabel 1 Skala banding secara berpasang Identifikasi masalah (UG) F1 F2 F3 F4 Nilai Skala Definisi Penjelasan 1 Kedua elemen sama Dua elemen menyumbangnya sama penting besar pada sifat itu. A1 A2 A3 A4 T1 T2 T3 T4 S1 S1 S1 S1 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting ketimbang yang lainnya. 5 elemen yang satu esensial atau sangat penting ketimbang elemen yang lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih penting dari elemen yang lainnya. 9 Satu elemen mutlak lebih penting ketimbang elemen yang lainnya. 2,4,6,8 Nilai-nilai antara di antara dua pertimbangan yang berdekatan. Sumber: Saaty (1991) Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas yang lainnya. Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya. Satu elemen dengan kuat disokong, dan dominannya terlihat dalam praktik. Bukti yang menyokong elemen yang satu atas lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. Kompromi diperlukan antara dua pertimbangan.

29 15 Lanjutan Tabel 1 Nilai Skala Penjelasan Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i. Sumber: Saaty (1991) Setelah matriks perbandingan berpasangan antar unsur dibuat, selanjutnya dilakukan perbandingan berpasangan antar setiap unsur pada kolom ke-i dengan setiap unsur pada kolom ke-j, yang berhubungan dengan fokus identifikasi permasalahan. Pembandingan berpasangan antar unsur-unsur tersebut dilakukan dengan pertanyaan: seberapa kuat unsur pada baris kei didominasi, dipengaruhi, dipenuhi atau diuntungkan oleh fokus permasalahan, dibandingkan dengan kolom ke-j? jika unsur-unsur yang diperbandingan merupakan suatu peluang atau waktu, maka pertanyaannya adalah seberapa lebih mungkin suatu unsur baris ke-i dibandingkan dengan unsur kolom ke-j, sehubungan dengan fokus?. Menurut Saaty (1991), untuk mengisi matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 1. Pengisian matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari kiri atas ke kanan bawah. 5. Memasukkan nilai-nilai kebalikan beserta bilangan 1 sepanjang diagonal utama. Angka 1 9 digunakan bila F1 lebih mendominasi atau dipengaruhi sifat G dibandingkan dengan F2, sedangkan F1 kurang mendominasi atau mempengaruhi dibandingkan F2 maka digunakan angka kebalikannya. 6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan dalam hierarki tersebut. Pembandingan dilakukan untuk semua unsur pada setiap tingkat keputusan yang terbatas pada hierarki, berkenaan dengan kriteria unsur di atasnya. Matriks pembandingan dalam model AHP dibedakan menjadi: a. Matriks Pendapat Individu (MPI) Matriks ini merupakan matriks hasil pembandingan yang dilakukan oleh individu, dengan unsur yang disimbolkan dengan a ij, yaitu unsur matriks pada baris ke-i dalam kolom ke-j (Tabel 2).

30 16 Tabel 2 Matriks pendapat individu G A1 A2 A3... A n A1 a 11 a 12 a a 1n A2 a 21 a 22 a a 2n A3 a 31 a 32 a a 3n A m a m1 a m2 a m3... a mn b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG) Matriks yang terdiri dari susunan baru yang unsurnya (g ij ) berasal dari rataan geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio inkonsistennya lebih kecil atau sama dengan 10% dan setiap unsur pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik (Tabel 3). Tabel 3 Matriks pendapat gabungan G G1 G2 G3... G n G1 g 11 g 12 g g 1n G2 g 21 g 22 g g 2n G3 g 31 g 32 g g 3n G m g m1 g m2 g m3... g mn Rataan geometrik dapat diperoleh dengan menggunakan rumus berikut: keterangan: g ij a ij (k) k... (1) = unsur MPG baris ke-i, kolom ke-j. = unsur baris ke-i, kolom ke-j dari MPI ke-k = indeks MPI dari individu ke-k yang memenuhi persyaratan = perkalian dari unsur k=1 sampai k=m 7. Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan vektor-vektor prioritas. Pengolahan matriks pendapat terdiri dari dua tahap yaitu pengolahan horizontal dan pengolahan vertikal. Kedua jenis pengolahan tersebut dapat dilakukan untuk MPI maupun MPG. Pengolahan vertikal dilakukan setelah MPI dan MPG diubah secara horizontal, dimana MPI dan MPG harus memenuhi persyaratan rasio inkonsistensi. a. Pengolahan Horizontal Pengolahan horizontal digunakan untuk menyusun prioritas unsur keputusan untuk satu level hierarki keputusan terhadap unsur yang

31 17 berada satu level di atasnya. Tahapan yang harus ditempuh sebagai berikut: Pengolahan baris (Z i ) dengan menggunakan rumus:... (2) keterangan: Z i = unsur pendapat gabungan i, j = 1, 2, 3,..., n n = jumlah unsur. Perhitungan vektor prioritas dengan rumus:...(3) keterangan: VP i = Unsur vektor prioritas ke-i. Perhitungan nilai eigen maksimum dengan menggunakan rumus: VA = a i VP i dengan VA = (VA i ) VA = dengan VB = (VAB i ) Untuk i = 1, 2, 3,..., n... (4) VA = VB = Vektor antara. b. Pengolahan Vertikal Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun proiritas pengaruh setiap unsur pada tingkat hierarki keputusan terhadap sasaran utama. Hasil akhir dari pengolahan vertikal ini merupakan bobot prioritas pengaruh setiap unsur pada tingkat keputusan paling bawah terhadap sasaran utama. Rumus yang digunakan yaitu: NP pq =... (5) Untuk p = 1, 2, 3,..., n q = 1, 2, 3,..., n keterangan: NPH pq (t,q-1) = nilai prioritas pengaruh unsur ke-p tingkat ke-q terhadap unsur ke-t pada tingkat di atasnya (q 1), nilai diperoleh dari pengolahan horizontal

32 18 NPTt(q-1) = nilai prioritas pengaruh unsur ke-t pada tingkat ke- (q 1) terhadap sasaran utama r = jumlah unsur yang ada pada tingkat ke-q s = jumlah unsur yang ada pada tingkat ke-(q 1) q = tingkat atau level dalam hierarki. Kedua proses pengolahan di atas dapat dilakukan pada Matriks Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG). Pengolahan vertikal dapat dilakukan setelah pengolahan horizontal selesai dilakukan, dengan cara syarat MPI atau MPG memenuhi persyaratan rasio konsistensi (CR). Rasio konsistensi diperoleh dari nilai perbandingan antara indeks konsistensi (CI) dengan indeks acak (RI). Jika rasio konsistensi (CR) 0,1 (10%), maka tingkat konsistensinya baik dan dapat diterima. Tingkat konsistensi (CI) dirumuskan dengan (Fewidarto 1996):... (6) keterangan: λ max = eigen value maksimum n = jumlah unsur yang diperbandingkan. Nilai nisbah konsistensi diperolah dari:... (7) keterangan: RI = random indeks. RI merupakan nilai yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory dari matriks yang berorde 1 15 dengan menggunakan contoh berukuran 100. N RI Gambar 2 Nilai RI untuk matriks berukuran n (1 15). Jika indeks konsistensi terlalu tinggi, maka dicari simpangan RMS... (8) keterangan: a i... a n = set angka hasil percobaan b i... b n = set angka yang diketahui n = set jumlah unsur atau percobaan.

33 19 8. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hierarki. Langkah terakhir adalah mengevaluasi setiap indeks konsistensi untuk seluruh hierarki dengan mengalikan setiap indeks konsistensi dengan prioritas utama kriteria yang bersangkutan dengan menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan persyaratan sejenis menggunakan indeks inkonsistensi acak yang sesuai dengan dimensi masing-masing matriks. Dengan cara yang sama, pada setiap indeks inkonsistensi acak dibobot berdasarkan prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. Untuk memperoleh hasil yang baik, rasio inkonsistensi hirarki 10%. PT. Suka Jaya Makmur Kondisi K3 di PT. Suka Jaya Makmur Kajian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Identifikasi masalah dan kendala dalam penerapan SMK3 Umpan Balik Analytical Hierarchy Process (AHP) Membandingkan antara hasil kajian penerapan SMK3 dengan hasil identifikasi permasalahan dalam penerapan SMK3 Rekomendasi alternatif perbaikan penerapan SMK3 bagi perusahaan Gambar 3 Kerangka pemikiran penelitian.

34 20 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Berdasarkan Surat Keputusan Hak pengusahaan No. 106/KPTS-II/2000 tanggal 29 Desember 2000, PT. Suka Jaya Makmur diberi kepercayaan untuk mengusahakan areal hutan seluas ha yang terletak di kelompok hutan Sungai Pesaguan-Sungai Tayap-Sungai Biya, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan SK. IUPHHK No. 106/KPTS-II/2000, maka luas Hutan Produksi Terbatas sebesar ha dan Hutan Produksi Tetap sebesar ha. Menurut pembagian wilayah administrasi pemerintahan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur meliputi Kecamatan Tumbang Titi, Nanga Tayap, Sandai, Matan Hilir Selatan dan Sokan, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pembagian administrasi kehutanan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketapang dan Sintang Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. Secara geografis, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur terletak di antara BT BT dan LS LS (PT. Suka Jaya Makmur 2011b). 4.2 Kondisi Fisik Iklim Kondisi iklim di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk tipe iklim A, dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara mm/tahun. Tabel 4 menyajikan hasil pengukuran curah hujan dan hari hujan rata-rata di stasiun pengamat cuaca terdekat dengan areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur (Stasiun Pengamat Cuaca Tumbang Titi).

35 21 Tabel 4 Curah hujan dan hari hujan rata-rata bulanan di areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur Bulan Curah hujan (mm) Hari hujan (hari) , , , , , , , , , , , ,4 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah ,1 Rata-rata 230 8,7 Sumber: PT. Suka Jaya Makmur (2011b) Topografi Topografi areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur umumnya bergelombang, datar, landai hingga agak curam. Areal tersebut memiliki ketinggian minimum 300 mdpl dan maksimum 700 mdpl, dengan rata-rata ketinggian 500 mdpl dengan persentase kemiringan lapangan seperti yang disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Luas areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan kelas lereng Klasifikasi Kelerengan (%) Luas (ha) Persentase (%) Datar ,02 20,85 Landai ,34 15,69 Agak Curam ,57 32,55 Curam ,27 20,74 Sangat curam > ,00 10,17 Jumlah ,00 100,00 Sumber: PT. Suka Jaya Makmur(2011b) Geologi Berdasarkan peta geologi Provinsi Kalimantan Barat, diketahui bahwa batuan yang terdapat pada areal unit hutan produksi IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur adalah basal bunga, batuan gunung api Kerabai, granit Laur, granit Sangiyang dan granit Sukadana. Formasi-formasi tersebut mengandung sedikit kadar magnetik yang merupakan peleburan dari sisa-sisa letusan gunung api. Pada areal hutan produksi ini tidak terdapat tambang. Sesuai

36 22 dengan peta tanah Provinsi Kalimantan Barat, jenis tanah yang terdapat pada areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur hampir seluruhnya terdiri atas tanah podsolik merah kuning (PT. Suka Jaya Makmur 2011b) Daerah Aliran Sungai (DAS) Berdasarkan pembagian administrasi kehutanan, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan Ketapang dan Sintang Selatan, Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat. Berdasarkan pembagian kesatuan wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS), areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah DAS Pawan sub DAS Pesaguan (sub-sub DAS Pending, sub-sub DAS Burung), sub DAS Kerabai, sub DAS Tayap dan sub DAS Pinoh (PT. Suka Jaya Makmur 2011b). 4.3 Kondisi Sumber Daya Hutan Kawasan hutan pada areal kerja IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk tipe hutan hujan tropika basah yang didominasi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae antara lain meranti kuning, meranti merah, melapi, keruing, medang, sawang, benuang, kempas, mersawa dan jenis-jenis komersil lainnya. Berdasarkan peta paduserasi (RTRWP & TGHK) Provinsi Kalimantan Barat dan peta penunjukan kawasan hutan dan perairan Provinsi Kalimantan Barat, areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur seluas ha terdiri atas Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas ha dan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas ha (PT. Suka Jaya Makmur 2011b). 4.4 Kondisi Sosial Kependudukan Areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Hulu Sungai (Menyumbung), Kecamatan Nanga Tayap, Kabupaten Ketapang dan Kecamatan Nanga Sokan, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat. Dari data kependudukan (PT. Suka Jaya Makmur 2011b) ditinjau dari asal suku bangsanya terdiri dari suku Dayak sebanyak jiwa

37 23 (93,83%), suku Melayu 87 jiwa (0,64%), suku Cina 33 jiwa (0,24%), suku Jawa 72 jiwa (0,53%) dan suku Sanganan 649 jiwa (4,76%) Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH) Keberadaan IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur sampai saat ini sangat berpengaruh sekali terhadap pelaku penduduk desa baik yang berpengaruh positif maupun negatif. Tetapi apabila dilihat dari segi manfaatnya bagi penduduk desa, maka keberadaan IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur sangat banyak membantu dan memperlancar berbagai keperluan masyarakat seperti dalam hal transportasi pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan komunikasi. Hal ini dilihat dengan beroperasinya IUPHHK-HA, masyarakat desa dapat bepergian ke daerah lain lebih cepat dengan menggunakan fasilitas angkutan IUPHHK-HA, sehingga fasilitas angkutan air menjadi lebih banyak ditinggalkan masyarakat desa, kecuali urusan pemerintahan masih menggunakan transportasi air untuk wilayah desa yang belum ada prasarana jalan ke wilayah kecamatan. Selain mudah di dalam transportasi dan komunikasi, secara tidak disadari kawasan tersebut telah terbuka dari isolasi atau keterpencilan, sehubungan dengan dibukanya akses jalan ke wilayah desa dan jalan IUPHHK-HA menuju ibukota kecamatan. PT. Suka Jaya Makmur selain melalui kegiatan PMDH yang ada, juga membantu di dalam pengadaan pangan masyarakat melalui koperasi yang ada atau melalui aktivitas pasar murah dan memberikan bantuan subsidi. Selain itu, dengan adanya IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur hasil pertanian atau ladang masyarakat desa bisa dipasarkan ke perusahaan dengan harga yang sesuai, juga dengan adanya IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur masyarakat diberi kesempatan untuk menjadi karyawan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pada intinya dengan beroperasinya IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur lebih banyak memberikan pengaruh positif daripada negatifnya. Pengaruh negatif yang mungkin dikhawatirkan penduduk desa di dalam atau di sekitar areal IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur adalah hal-hal berikut: 1 Ganti rugi yang tidak diberikan atau kurang memuaskan terhadap tanaman masyarakat akibat aktivitas atau kegiatan IUPHHK-HA.

38 24 2 Pelanggaran terhadap adat istiadat yang ada oleh masyarakat pendatang. 3 Pencemaran lingkungan terutama air sungai. 4 Tidak diberikan kesempatan bekerja bagi penduduk desa di dalam atau di sekitar areal IUPHHK-HA. Hal-hal tersebut telah diantisipasi oleh pihak IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur dengan melakukan sosialisasi tentang aktivitas IUPHHK-HA dan ketentuan-ketentuan hukum yang berlaku di dalam pengelolaan hutan, baik melalui pelaksanaan program PMDH maupun melalui media lain seperti rapat dewan adat maupun tokoh-tokoh masyarakat desa serta aparat lain atau instansi terkait lainnya. Aspek sosial diarahkan pada pembinaan masyarakat di dalam dan sekitar hutan sehingga dapat meningkatkan pendapatan, terbukanya kesempatan kerja dan kesempatan berusaha serta tumbuhnya ekonomi pedesaan yang berwawasan lingkungan, selain itu juga diharapkan dapat tersedianya sarana dan prasarana sosial ekonomi yang memadai serta terciptanya kesadaran perilaku positif masyarakat dalam pelestarian sumber daya hutan sehingga dapat meningkatkan keamanan hutan secara swakarsa dan dapat mengendalikan peladang berpindah (PT. Suka Jaya Makmur 2011b).

39 25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur Kegiatan produksi di perusahaan mengandung bahaya cukup tinggi terutama pada kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan. Selain itu, kegiatan mekanik di show room juga memiliki tingkat risiko bahaya yang cukup tinggi. Oleh karena itu, perusahaan membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) yang menjalankan dan mengembangkan program K3 pada perusahaan. P2K3 adalah suatu panitia yang dibentuk untuk memberikan saran tentang K3. Komposisi panitia tersebut meliputi wakil pengusaha dan wakil pekerja ( ILO 1998). P2K3 dibentuk dengan usulan dari perusahaan yang diajukan ke Depnaker Ketapang kemudian diresmikan pada bulan Juni 2009 oleh petugas di Ketapang. Tujuan dari pembentukan P2K3 yaitu: 1. Agar perusahaan memiliki organisasi yang secara jelas menangani K3 di perusahaan terutama di bagian camp 2. Menunjukkan kepada pemerintah bahwa perusahaan telah melakukan penanganan K3 dengan etika yang baik 3. Untuk melindungi karyawan dari bahaya atau risiko kecelakaan kerja 4. Adanya kejelasan tugas (job description) untuk masing-masing pihak dan disosialisasikan sehingga seluruh pihak bertanggung jawab terhadap tugasnya dan melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yang ada. Kegiatan K3 di perusahaan dilakukan melalui kegiatan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kegiatan perencanaan yang dilakukan yaitu analisis dan perincian risiko keselamatan dan kesehatan kerja. Pelaksanaan K3 dilakukan dengan kegiatan sosialisasi pemakaian alat pelindung diri (APD). Selain itu, perusahaan juga mensosialisasikan cara pengobatan yang sesuai, mengadakan training teknik dan logistik serta sosialisasi penanganan dan pemanfaatan limbah. Kegiatan monitoring yang dilakukan yaitu pemeriksaan penggunaan APD pada seluruh bidang pekerjaan. Pemeriksaan dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Kegiatan evaluasi dilakukan setiap 1 tahun sekali dengan mengacu pada berita kecelakaan kerja dan hasil pemeriksaan pengunaan APD pada seluruh bidang pekerjaan. Untuk mendukung pelaksanaan

40 26 K3, manajemen membuat kebijakan tentang petunjuk kerja K3 berupa Standard Operating Procedure (SOP) TNK 47. Tujuan utama adanya SOP TNK 47 yaitu untuk mencegah kecelakaan, menjaga keselamatan serta kesehatan pekerja yang dapat merugikan dan mengganggu aktivitas produksi atau pekerjaan. SOP tersebut berisi tentang prosedur kerja untuk masing-masing kegiatan yang ada di perusahaan, prosedur tata cara evakuasi terhadap kecelakaan kerja, laporan dan evaluasi K3 serta ketentuan pemakaian APD dan sangsi pelanggarannya. Tingkat kecelakaan di PT. Suka Jaya Makmur dikategorikan atas cara penanganannya, yaitu: 1. Diobati di tempat kejadian, contoh kecelakaannya yaitu kaki tergigit lipan 2. Dibawa ke poliklinik camp, contoh kecelakaannya yaitu terpeleset di atas crane 3. Dibawa ke Puskesmas Nanga Tayap, contoh kecelakaannya yaitu mulut terkena jack hydraulic 4. Dibawa ke Rumah Sakit Agoes Jam-Ketapang, contoh kecelakaannya yaitu terpeleset dan terkena batu 5. Dibawa ke Rumah Sakit Pontianak, contoh kecelakaannya yaitu jatuh dari sepeda motor 6. Dibawa ke rumah sakit provinsi lain, contoh kecelakaannya yaitu pinggang kena tarik jack (korban dibawa ke rumah sakit di Yogyakarta) Sampai saat ini kecelakaan yang terjadi sebagian besar diobati di poliklinik camp sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kecelakaan tergolong pada tingkat yang masih rendah. Perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan K3 dengan berbagai cara, seperti: 1. Membuat aturan baku tentang K3 dengan mengacu pada peraturan pemerintah. 2. Melakukan analisis dan perincian kecelakaan kerja yang mungkin terjadi (preventif). 3. Melakukan analisis mengenai kesehatan kerja baik itu dari fisik, biologis maupun kimia. 4. Mengadakan sosialisasi mengenai pemakaian APD. 5. Melakukan monitoring di semua lingkungan kerja setiap bulannya. 6. Melakukan evaluasi sistem K3 yang mengacu pada hasil monitoring bulanan.

41 Kajian Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pengkajian SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur mengacu pada Permenaker 05/MEN/1996 dan dilakukan pada P2K3 yang ada di perusahaan. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap P2K3, penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur yaitu: Tabel 6 Kriteria-kriteria SMK3 menurut Permenaker 05/MEN/1996 yang diterapkan pada PT. Suka Jaya Makmur No. Indikator Keterangan 1 Adanya kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja yang tertulis. 2 Kebijakan yang ditandatangani oleh pengusaha dan atau pengurus. 3 Kebijakan disusun oleh pengusaha dan atau pengurus. 4 Perusahaan mengkomunikasikan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja kepada seluruh tenaga kerja, tamu, kontraktor, pelanggan dan pemasok. 5 Kebijakan khusus dibuat untuk masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang bersifat khusus. 6 Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dan kebijakan khusus lainnya ditinjau ulang secara berkala. 7 Tanggung jawab dan wewenang untuk mengambil tindakan dan melaporkan kepada semua personil yang terkait dalam perusahaan yang telah ditetapkan harus disebarluaskan dan didokumentasikan. 8 Penunjukkan penanggung jawab keselamatan dan kesehatan kerja harus sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 9 Pimpinan unit kerja dalam suatu perusahaan bertanggung jawab atas kinerja keselamatan dan kesehatan kerja pada unit kerjanya. 10 Perusahaan mendapatkan saran-saran dari ahli bidang keselamatan dan kesehatan kerja. 11 Petugas yang bertanggung jawab menangani keadaan darurat mendapatkan pelatihan. 12 Kinerja keselamatan dan dan kesehatan kerja dimasukkan dalam laporan tahunan perusahaan dan dievaluasi. 13 Pimpinan unit kerja diberi informasi tentang tanggung jawab mereka terhadap tenaga kerja kontraktor dan orang lain yang memasuki tempat kerja. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Berasal dari pimpinan perusahaan. Kebijakan ditandatangani oleh main camp manager. Tanggung jawab diserahkan kepada P2K3 yang telah dibentuk dan disahkan oleh main camp manager dan pemerintah setempat.

42 28 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 14 Tanggung jawab untuk memelihara dan mendistribusikan informasi terbaru mengenai peraturan perundangan keselamatan dan kesehatan kerja telah ditetapkan. 15 Pengurusan tanggung jawab secara penuh untuk menjamin sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja dilaksanakan. 16 Hasil tinjauan ulang dimasukkan ke dalam perencanaan tindakan manajemen. 17 Pengurus harus meninjau ulang pelaksanaan Sistem Manajemen K3 secara berkala 18 Hasil peninjauan ulang dicatat dan didokumentasikan. 19 Keterlibatan tenaga kerja dan penjadwalan konsultasi dengan wakil perusahaan yang ditunjuk didokumentasikan. 20 Dibuatkan prosedur yang memudahkan konsultasi mengenai perubahan-perubahan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. 21 Perusahaan telah membentuk Panitia Pembina K3 (P2K3). 22 Ketua P2K3 adalah pengurus atau pimpinan puncak. Ada data dan dievaluasi. Contoh kegiatan yang dilakukan yaitu diskusi mengenai pengadaan Alat Pelindung Diri (APD). Ketua P2K3 adalah pengurus yang merupakan manajer PHLP PT. Suka Jaya Makmur. 23 Sekretaris adalah Ahli K3. 24 P2K3 menitikberatkan kegiatan pada pengembangan kebijakan dan prosedur untuk mengendalikan risiko. 25 P2K3 mengadakan pertemuan secara teratur P2K3 melaporkan kegiatannya secara teratur. 27 Dibentuk kelompok-kelompok kerja dan dipilih dari wakil-wakil kerja yang ditunjuk sebagai penanggung jawab kesealamatan dan kesehatan kerja di tempat kerjanya dan kepadanya diberikan pelatihan. Pelaksanaan K3 juga menjadi tanggung jawab kepala kelompok organisasi terkecil yang ada pada PT. Suka Jaya Makmur. 28 Tenaga kerja diberi informasi tentang struktur kelompok kerja yang telah dibentuk. 29 Petugas yang berkompeten telah mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang telah teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi. 30 Perencanaan strategi keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan telah ditetapkan dan diterapkan untuk mengendalikan potensi bahaya dan risiko keselamatan dan kesehatan kerja yang teridentifikasi, yang berhubungan dengan operasi. Analisis risiko kecelakaan telah dibuat dan didokumentasikan. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan

43 29 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 31 Rencana khusus yang berkaitan dengan produk, proses, proyek atau tempat kerja tertentu telah dibuat. 32 Rencana didasarkan pada potensi bahaya dan insiden, serta catatan keselamatan dan kesehatan kerja sebelumnya. 33 Rencana tersebut menetapkan tujuan keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan yang dapat diukur, menetapkan prioritas dan menyediakan sumber daya. 34 Manual Sistem Manajemen K3 meliputi kebijakan, tujuan, rencana, dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja untuk semua tingkatan dalam perusahaan. 35 Apabila diperlukan, telah dibuat manual khusus yang berkaiatan dengan produk, proses, atau tempat kerja tertentu. 36 Manual Sistem Manajemen K3 mudah didapat oleh semua personil dalam perusahaan. 37 Informasi tentang kegiatan dan masalah keselamatan dan kesehatan kerja disebarkan kepada seluruh tenaga kerja perusahaan. 38 Catatan-catatan informasi keselamatan dan kesehatan kerja dipelihara dan disediakan untuk seluruh tenaga kerja dan orang lain yang datang ke tempat kerja. 39 Prosedur dan terdokumentasi mempertimbangkan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dilakukan pada tahap melakukan perancangan atau perancangan ulang. 40 Prosedur dan instruksi kerja untuk penggunaan produk, pengoperasian sarana produksi dan proses yang aman disusun selama tahap perancangan. 41 Petugas yang kompeten telah ditentukan untuk melakukan verifikasi bahwa perancangan memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja yang ditetapkan. 42 Semua perubahan dan modifikasi perancangan yang mempunyai implikasi terhadap keselamatan dan kesehatan kerja diidentifikasi, didokumentasi, ditinjau ulang dan disetujui oleh petugas yang berwenang. 43 Prosedur yang didokumentasikan harus mampu mengidentifikasi dan menilai potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan dan masyarakat, di mana prosedur tersebut digunakan pada saat memasok barang dan jasa dalam suatu kontrak. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan - Daerah operasional yang luas. Perusahaan juga telah melakukan pelatihan dan sosialisasi SOP K3, penyebaran slogan-slogan K3 serta pemasangan himbauan/larangan di seluruh areal kerja. Analisis risiko K3 telah dibuat termasuk cara penanggulangannya. Pembaharuan dilakukan agar menghasilkan data yang selalu relevan.

44 30 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 44 Identifikasi bahaya dan penilaian risiko dilakukan pada tahap tinjauan ulang kontrak oleh personil yang berkompeten. 45 Kontrak-kontrak ditinjau ulang untuk menjamin bahwa pemasok dapat memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. 46 Catatan tinjauan ulang kontrak dipelihara dan didokumentasikan. 47 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja mempunyai identifikasi status, wewenang, tanggal pengeluaran dan tanggal modifikasi. 48 Penerima distribusi dokumen tercantum dalam dokumen tersebut. 49 Dokumen keselamatan dan kesehatan kerja edisi terbaru disimpan secara sistematis pada tempat yang ditentukan. 50 Dokumen usang segera disingkirkan dari penggunaannya sedangkan dokumen usang yang disimpan untuk keperluan tertentu diberi tanda khusus. 51 Terdapat sistem untuk membuat dan menyetujui perubahan terhadap dokumen keselamatan dan kesehatan kerja. 52 Apabila memungkinkan, diberikan alasan terjadinya perubahan dan tertera dalam dokumen atau lampirannya. 53 Terdapat prosedur pengendalian dokumen atau daftar seluruh dokumen yang mencantumkan status dari setiap dokumen tersebut, dalam upaya mencegah penggunaan dokumen yang usang. 54 Terdapat prosedur yang terdokumentasi yang dapat menjamin bahwa spesifikasi teknik dan informasi lain yang relevan dengan keselamatan dan kesehatan kerja telah diperiksa sebelum keputusan untuk membeli. 55 Spesifikasi pembelian untuk setiap saran produksi, zat kimia atau jasa harus dilengkapi spesifikasi dan standar keselamatan dan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi pembelian. 56 Konsultasi dengan tenaga kerja yang potensial berpengaruh pada saat keputusan pembelian dilakukan apabila persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja dicantumkan dalam spesifikasi pembelian. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Kontrak pemasok dievaluasi/dinilai oleh manajemen Pontianak/Jakarta Pengendalian dokumen yang ada dilakukan sesuai dengan SOP yang dimiliki oleh perusahaan. Dokumen dipelihara dalam jangka waktu lima tahun. Tersedia lembar amandemen dan persetujuannya pada SOP-K3. Terdapat SOP pengendalian dokumen. Terdapat SOP pemesanan dan pembelian serta pengeluaran barang Perusahaan juga menerima dan mempertimbangkan masukan dari karyawan yang berpengalaman dibidangnya.

45 31 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 57 Kebutuhan pelatihan, pasokan alat pelindung diri dan perubahan terhadap prosedur kerja perlu dipertimbangkan serta ditinjau ulang sebelum pembelian, dan pemakaian sarana dan bahan kimia. 58 Barang dan jasa yang telah dibeli diperiksa kesesuaiannya dengan spesifikasi pembelian. 59 Barang dan jasa yang dipasok pelanggan, sebelum digunakan terlebih dahulu diidentifikasi potensi bahaya dan dinilai risikonya. Catatan tersebut dipelihara untuk memeriksa prosedur ini. 60 Produk yang disediakan oleh pelanggan dapat diidentifikasikan dengan jelas. 61 Petugas yang bekompeten telah mengidentifikasikan bahaya yang potensial dan telah menilai risiko-risiko yang timbul dari suatu proses kerja. 62 Apabila upaya pengendalian risiko diperlukan maka upaya tersebut ditetapkan melalui tingkat pengendalian. 63 Terdapat prosedur kerja yang didokumentasikan dan jika diperlukan diterapkan suatu sistem Ijin Kerja untuk tugas-tugas yang berisiko tinggi. 64 Prosedur atau petunjuk kerja untuk mengelola secara aman seluruh risiko yang teridentifikasi didokumentasikan. 65 Kepatuhan dengan peraturan, standar dan ketentuan pelaksanaan diperhatikan pada saat mengembangkan atau melakukan modifikasi prosedur atau petunjuk kerja. 66 Prosedur kerja dan instruksi kerja dibuat oleh petugas yang berkompeten dengan masukan dari tenaga kerja yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas dan prosedur disahkan oleh pejabat untuk ditunjuk. 67 Alat pelindung diri disediakan bila diperlukan dan digunakan secara benar serta dipelihara selalu dalam kondisi layak pakai. 68 Alat pelindung diri yang digunakan dipastikan telah dinyatakan layak pakai sesuai dengan standar dan atau peraturan perundangan yang berlaku. 69 Upaya pengendalian risiko ditinjau ulang apabila terjadi perubahan pada proses kerja. 70 Dilakukan pengawasan untuk menjamin bahwa setiap pekerjaan dilaksanakan dengan aman dan mengikuti setiap prosedur dan petunjuk kerja yang telah ditentukan. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Quality control dilakukan di bagian logistik PT. Suka Jaya Makmur. Contoh kegiatan yang dilakukan yaitu pengecekan part number. Analisis risiko K3 telah dibuat termasuk cara penanggulangan-nya. Karyawan tidak diperbolehkan untuk memaksakan bekerja pada situasi yang berisiko tinggi. Perusahaan mengacu pada UU No.1/1970 dan SOP-K3. Dilakukan pengecekan sesuai dengan spek pesanan.

46 32 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 71 Setiap orang diawasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka dan tingkat risiko tugas. - Pengawasan dilakukan terhadap setiap jenis pekerjaan dan dievaluasi risikonya. 72 Pengawas ikut serta dalam mengidentifikasi bahaya dan membuat upaya pengendalian. 73 Pengawas diikutsertakan dalam pelaporan dan penyelidikan penyakit akibat kerja dan kecelakaan, dan wajib menyerahkan laporan dan saran-saran kepada pengurus. 74 Pengawas ikut serta dalam proses konsultasi. 75 Persyaratan tugas tertentu, termasuk persyaratan kesehatan, diidentifikasi dan dipakai untuk menyeleksi dan menempatkan tenaga kerja. tersebut harus sehat. 76 Penugasan pekerjaan harus berdasarkan pada kemampuan dan tingkat keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing tenaga kerja. 77 Perusahaan melakukan penilaian lingkungan kerja untuk mengetahui daerah-daerah yang memerlukan pembatasan ijin masuk. 78 Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan ijin masuk. 79 Fasilitas-fasilitas dan layanan yang tersedia di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis. 80 Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat dipasang. 81 Penjadwalan pemeriksaan dan pemeliharaan sarana produksi serta peralatan mencakup verifikasi alat-alat pengaman dan persyaratan yang ditetapkan oleh peraturan perundangan, standar dan pedoman teknis yang berlaku. 82 Semua catatan yang memuat data-data secara rinci dari kegiatan pemeriksaan, pemeliharaan, perbaikan dan perubahan-perubahan yang dilakukan atas sarana produksi harus disimpan dan dipelihara. 83 Sarana produksi yang harus terdaftar memiliki sertifikat yang masih berlaku. 84 Perawatan, perbaikan dan setiap perubahan harus dilakukan personil yang berkompeten. 85 Apabila memungkinkan, sarana produksi yang akan diubah harus sesuai dengan persyaratan peraturan perundangan yang berlaku. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Penempatan karyawan disesuaikan dengan keahlian dan karyawan Pembatasan ijin yang ada pada perusahaan diantaranya yaitu SOP limbah, portal, pamhut dan pamwil, dan lain-lain. Tidak semua orang diperbolehkan dan masuk dengan mudah ke lingkungan kerja yang berbahaya. Rambu-rambu/petunjuk mengenai keselamatan dan tanda serta slogan K3 dipasang di tempat-tempat yang strategis.

47 33 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 86 Terdapat prosedur permintaan pemeliharaan yang mencakup ketentan mengenai peralatanperalatan dengan kondisi keselamatan yang kurang baik dan perlu untuk segera diperbaiki. 87 Terdapat suatu sistem penandaan bagi alat yang sudah tidak aman lagi jika digunakan (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya. 88 Apabila diperlukan, dilakukan penerapan sistem penguncian pengoperasian (lock out system) untuk mencegah agar sarana produksi tidak dihidupkan sebelum saatnya. 89 Prosedur persetujuan untuk menjamin bahwa peralatan produksi dalam kondisi yang aman untuk dioperasikan. 90 Apabila perusahaan dikontrak untuk menyediakan pelayanan yang tunduk pada standar dan undang-undang keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pelayanan memenuhi persyaratan. 91 Apabila perusahaan diberi pelayanan melalui kontrak, dan pelayanan tunduk pada standar perundangan keselamatan dan kesehatan kerja, maka perlu disusun prosedur untuk menjamin bahwa pemberian pelayanan memenuhi persyaratan. 92 Keadaan darurat yang potensial (di dalam atau di luar tempat kerja) telah diidentifikasi dan prosedur keadaan darurat tersebut telah didokumentasikan. 93 Prosedur keadaan darurat diuji dan ditinjau ulang secara rutin oleh petugas yang berkompeten. 94 Tenaga kerja mendapat instruksi dan pelatihan mengenai prosedur keadaan darurat yang sesuai dengan tingkat risiko. 95 Petugas penanganan keadaan darurat diberikan pelatihan khusus. 96 Instruksi keadaan darurat dan hubungan keadaan darurat diperhatikan secara jelas/menyolok dan diketahui oleh seluruh tenaga kerja perusahaan. 97 Alat dan sistem keadaan darurat diperiksa, diuji dan dipelihara secara berkala. 98 Kesesuaian, penempatan dan kemudahan untuk mendapatkan alat keadaan darurat telah dinilai oleh petugas yang berkompeten. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Terdapat SOP pemeliharaan dan perbaikan peralatan. - Perusahaan lebih banyak hanya memberikan tanda/label saja. Peralatan yang telah diperbaiki diberikan tanda OK. Hingga saat ini perusahaan belum pernah secara resmi menyediakan pelayanan seperti disebut di atas sehingga prosedur yang disyaratkan belum ada. Prosedur belum ada akan tetapi kegiatan tersebut sudah dilakukan melalui organisasi. Contoh dari tindakan tersebut yaitu dengan adanya SOP penanganan kebakaran. - Hanya sesekali dilakukan. - Hanya sebagian tenaga kerja. - Perusahaan hanya melakukan perencanaan sistem dalam keadaan daruratnya. Perusahaan telah menempatkan alat pemadam kebakaran dan alat-alat lainnya sesuai dengan tempatnya.

48 34 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 99 Perusahaan telah mengevaluasi alat PPPK dan menjamin bahwa sistem PPPK yang ada memenuhi standar dan pedoman teknis yang berlaku. 100 Petugas PPPK telah dilatih dan ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 101 Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur. 102 Inspeksi dilaksanakan bersama oleh wakil pengurus dan wakil tenaga kerja yang telah memperoleh pelatihan mengenai identifikasi potensi bahaya. 103 Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas di tempat yang diperiksa. 104 Daftar periksa (check list) tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat inspeksi. 105 Laporan inspeksi diajukan kepada pengurus dan P2K3 sesuai dengan kebutuhan. 106 Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya. 107 Pemantauan lingkungan kerja dilaksanakan secara teratur dan hasilnya dicatat dan dipelihara. 108 Pemantauan lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, biologis, radiasi dan psikologis. 109 Terdapat sistem yang terdokumentasi mengenai identifikasi, kalibrasi, pemeliharaan dan penyimpanan untuk alat pemeriksaan, ukur dan uji mengenai kesehatan dan keselamatan. 110 Alat dipelihara dan dikalibrasi oleh petugas yang berkompeten. 111 Kesehatan tenaga kerja yang bekerja pada tempat kerja yang mengandung bahaya harus dipantau. 112 Perusahaan telah mengidentifikasi keadaan di mana pemeriksaan kesehatan perlu dilakukan dan telah melaksanakan sistem untuk membantu pemeriksaan ini. 113 Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter pemeriksa yang ditunjuk sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 114 Perusahaan menyediakan pelayanan kesehatan kerja sesuai peraturan perundangan yang berlaku. 115 Catatan mengenai pemantauan kesehatan dibuat sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 116 Terdapat prosedur proses pelaporan sumber bahaya, personil perlu diberitahu mengenai proses pelaporan sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Perusahaan melakukan pengecekan kelengkapan dan tanggal kadaluarsanya setiap saat. - Pelaksanaan inspeksi tidak teratur. - Pelaksanaan hanya sesekali/tidak rutin. Kalibrasi alat kesehatan. - Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh juru rawat/mantri. Perusahaan melakukan pendataan mengenai penyakit yang sering diderita karyawan. - Belum ada prosedur secara formal tentang proses pelaporan sumber bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja. -

49 35 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 117 Terdapat prosedur terdokumentasi yang menjamin bahwa semua kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta insiden di tempat kerja dilaporkan. 118 Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilaporkan sebagai mana ditetapkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. 119 Perusahaan mempunyai prosedur penyelidikan kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang dilaporkan. 120 Penyelidikan dan pencegahan kecelakaan kerja dilakukan oleh petugas atau ahli K3 yang telah dilatih. 121 Laporan penyelidikan berisi saran-saran dan jadwal waktu pelaksanaan usaha perbaikan. 122 Tanggung jawab diberikan kepada petugas yang ditunjuk untuk melaksanakan tindakan perbaikan sehubungan dengan laporan penyelidikan. 123 Tindakan perbaikan didiskusikan dengan tenaga kerja di tempat terjadinya kecelakaan. Setiap kecelakaan kerja yang terjadi dibuat berita acaranya. Setiap kecelakaan kerja dibuat berita acaranya dan dievaluasi penyebabnya. Laporan penyelidikan berisi saran dan solusi perbaikan. Kegiatan ini dilakukan tidak secara formal. 124 Efektivitas tindakan perbaikan dipantau. 125 Terdapat prosedur untuk menangani masalah keselamatan dan kesehatan kerja yang timbul dan sesuai denngan peraturan perundangan yang berlaku. 126 Tenaga kerja diberi informasi mengenai prosedur penanganan masalah keselamatan dan kesehatan kerja dan menerima informasi kemajuan penyelesaiannya. 127 Terdapat prosedur untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan menilai risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan mekanis. 128 Identifikasi dan penilaian dilaksanakan oleh petugas yang berkompeten. 129 Perusahaan menerapkan dan meninjau ulang cara pengendalian risiko yang berhubungan dengan penanganan secara manual dan mekanis. 130 Prosedur untuk penanganan bahaya meliputi metode pencegahan tehadap kerusakan, tumpahan dan kebocoran. 131 Terdapat prosedur yang menjamin bahwa bahan disimpan dan dipindahkan dengan cara yang aman sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 132 Terdapat prosedur yang menjelaskan persyaratan pengendalian bahan yang bisa rusak atau kadaluarsa. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan SOP yang ada disosialisasikan. Prosedur mengenai penanganan dan perbaikan alat di lapangan.

50 36 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 133 Terdapat prosedur menjamin bahwa bahan dibuang dengan cara yang aman. 134 Perusahaan telah mendokumentasikan prosedur mengenai penyimpanan, penanganan dan pemindahan bahan-bahan berbahaya. 135 Lembar Data Bahan yang komprehensif untuk bahan-bahan berbahaya harus mudah didapat. 136 Terdapat sistem untuk mengidentifikasi dan pemberian label pada bahan-bahan berbahaya. 137 Rambu peringatan bahaya dipampang sesuai dengan persyaratan perundangan dan standar yang berlaku. 138 Terdapat prosedur yang didokumentasikan mengenai penanganan secara amana bahanbahan berbahaya. 139 Petugas yang menangani bahan-bahan berbahaya diberi pelatihan mengenai cara penanganan yang aman. 140 Perusahaan mempunyai prosedur yang mengidentifikasi, mengumpulkan, mengarsipkan, memeliha dan menyimpan catatan keselamatan dan kesehatan kerja. 141 Undang-undang, peraturan, standar dan pedoman teknis yang relevan dipelihara pada tempat yang mudah didapat. 142 Terdapat prosedur yang menentukan persyaratan untuk menjaga kerahasiaan catatan. 143 Catatan mengenai peninjauan ulang dan pemeriksaan dipelihara. 144 Catatan kompensasi kecelakaan kerja dan catatan rehabilitasi kesehatan dipelihara. 145 Data keselamatan dan kesehatan kerja yang etrbaru dikumpulkan dan dianalisis. 146 Laporan rutin kinerja keselamatan dan kesehatan kerja dibuat dan disebarluaskan di dalam perusahaan. 147 Audit Sistem Manajemen K3 yang terjadwal dilaksanakan untuk memeriksa kesesuaian kegiatan perencanaan dan untuk menentukan apakah kegiatan tersebut efektif. 148 Audit internal Sistem manajemen K3 dilakukan oleh petugas yang berkompeten dan independen di perusahaan. 149 Laporan audit didistribusikan kepada manajemen dan petugas lain yang berkepentingan. 150 Kekurangan yang ditemukan pada saat audit diprioritaskan dan dipantau untuk menjamin dilakukannya tindakan perbaikan. 151 Analisis kebutuhan pelatihan yang mencakup persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja telah dilaksanakan. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Analisis dilakukan oleh P2K3. Laporan dan evaluasi tahunan ditujukan kepada semua kepala bagian. Dilakukan oleh petugas P2K3. Terdapat analisis training K3.

51 37 Lanjutan Tabel 6 No. Indikator Keterangan 152 Rencana pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja telah disusun bagi semua tingkatan dalam perusahaan-perusahaan. 153 Pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkat kemampuan dan keahliannya. 154 Pelatihan dilakukan oleh orang atau badan yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang memadai serta diakreditasi menurut peraturan perundangan yang berlaku. 155 Terdapat fasilitas dan sumber daya memadai untuk pelaksanaan pelatihan yang efektif. 156 Perusahaan mendokumentasikan dan menyimpan catatan seluruh pelatihan. 157 Evaluasi dilakukan pada setiap sesi pelatihan untuk me\njamin peningkatan secara berkelanjutan. 158 Program pelatihan ditinjau ulang secara teratur untuk menjamin agar tetap relevan dan efektif. 159 Anggota manajemen eksekutif dan pengurus berperan serta dalam pelatihan yang mencakup penjelasan tentang kewajiban hukum dan prinsip-prinsip serta pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja. 160 Manajer dan supervisor menerima pelatihan yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab mereka. 161 Pelatihan diberikan kepada semua tenaga kerja termasuk tenaga kerja baru yang dipindahkan agar mereka dapat melaksanakan tugasnya secara aman. 162 Pelatihan diselenggarakan kepada tenaga kerja apabila di tempat kerjanya terjadi perubahan sarana produksi atau proses. 163 Apabila diperlukan diberikan pelatihan penyegaran kepada semua tenaga kerja. 164 Perusahaan mempunyai program pengenalan untuk semua tenaga kerja dengan memasukkan materi kebijakan dan prosedur keselamatan dan kesehatan kerja. 165 Terdapat prosedur yang menetapkan persyaratan untuk meberikan taklimat (briefing) kepada pengunjung dan mitra kerja guna menjamin keselamatan dan kesehatan kerja. 166 Perusahaan mempunyai sistem untuk menjamin kepatuhan terhadap persyaratan lisensi atau kualifikasi sesuai dengan peraturan perundangan untuk melaksanakan tugas khusus, melaksanakan pekerjaan atau pengoperasian peralatan. Keterangan : = diterapkan di perusahaan - = belum diterapkan di perusahaan Pelatihan diberikan oleh pihak Depnaker. Terdapat daftar dan sertifikasinya. Terdapat pelatihan cara pemeliharaan dan pengoperasian untuk setiap alat yang ada. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sebanyak 92,17% dari 166 kriteria yang ada telah diterapkan pada PT. Suka Jaya Makmur sehingga SMK3

52 38 yang telah dan sedang diterapkan oleh perusahaan adalah baik dan merupakan kriteria emas. Kategori baik yang dimaksud dalam penelitian ini melihat dari ketetapan pemerintah Republik Indonesia dalam memberikan sertifikasi tingkat pencapaian kinerja SMK3 pada perusahaan sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996 yang berisikan tiga kategori SMK3 perusahaan. Tiga kategori penghargaan pencapaian kinerja SMK3 yaitu: 1. Kriteria emas (sertifikat dan bendera emas) Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK % dari kriteria audit yang digunakan. 2. Kriteria perak (sertifikat dan bendera perak) Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK % dari kriteria audit yang digunakan. 3. Tingkat pembinaan (pelanggaran peraturan) Untuk tingkat pencapaian keberhasilan penerapan SMK3 0 59% dari kriteria audit yang digunakan. 5.3 Penyusunan Struktur Hierarki Penelitian ini menggunakan model hierarki yang terdiri dari lima tingkat, yang rinciannya dapat dilihat pada Gambar 4. Tingkat pertama pada hierarki adalah fokus atau goals, yaitu permasalahan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Tujuan dari pemilihan fokus ini yaitu untuk mengetahui prioritas alternatif yang dilakukan dalam pemecahan masalah penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Tingkat kedua dari hierarki adalah faktor atau kriteria masalah yang dipilih yaitu prinsip penerapan SMK3 yang terdiri dari lima prinsip. Prinsip pertama yaitu komitmen dan kebijakan terhadap K3. Prinsip kedua yaitu pembuatan perencanaan untuk perencanaan keberhasilan penerapan SMK3. Prinsip yang ketiga yaitu penerapan, penerapan yang dimaksud yaitu setiap personil mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Prinsip yang keempat yaitu pengukuran dan evaluasi, dimana perusahaan memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3 dan menganalisis hasil guna menentukan keberhasilan serta untuk melakukan identifikasi tindakan

53 39 perbaikan. Prinsip kelima yaitu tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen. Pelaksanaan tinjauan ulang SMK3 yang dilakukan oleh perusahaan dilakukan secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan dari K3. Kelima prinsip tersebut terdapat pada pedoman penerapan SMK3 menurut Permenaker 05/MEN/1996. Tingkat ketiga yaitu aktor yang merupakan pihak-pihak yang berhubungan dan bertanggung jawab dalam pelaksanaan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Aktor kunci yang dipilih untuk mengetahui permasalahan penerapan SMK3 pada perusahaan yaitu P2K3 PT. Suka Jaya Makmur. Aktor yang ada pada hierarki ini terdiri dari top management, middle management dan operational management. Top management merupakan pihak yang memberikan persetujuan untuk seluruh kegiatan atau kebijakan yang ada, yaitu ketua P2K3. Middle management merupakan pihak yang bertugas menginterpretasikan kebijakan K3, yaitu sekretaris P2K3 yang merupakan ahli K3 umum yang ada pada perusahaan. Operational management merupakan pihak yang bertindak sesuai dengan prosedur dari kebijakan yang telah diterapkan di perusahaan, yaitu anggota P2K3 yang merupakan perwakilan karyawan perusahaan. Pemilihan aktor tersebut merupakan tingkatan organisasi dalam P2K3 PT. Suka Jaya Makmur. Pada tingkat keempat, yaitu tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur adalah untuk pencegahan kecelakaan kerja yang terjadi pada perusahaan dan untuk pengendalian biaya produksi perusahaan. Tingkat kelima yang ada pada hierarki adalah alternatif tindakan yang dilakukan agar penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur berjalan efektif dan efisien. Terdapat tiga alternatif tindakan yang dilakukan perusahaan, yang pertama yaitu sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, yang kedua yaitu pengadaan pelatihan dan simulasi penanggulangan kebakaran, serta alternatif ketiga yaitu dengan mengikuti perlombaan K3 yang diadakan oleh pemerintah setempat. Kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh perusahaan diantaranya yaitu sosialisasi K3 terhadap karyawan baru, sosialisasi kesehatan yang bekerjasama dengan dokter puskesmas Nanga Tayap serta training yang berhubungan dengan K3 dan risiko-risiko kecelakaan kerja oleh depnaker, dinas

54 40 kesehatan dan karyawan perusahaan yang lebih berpengalaman dan telah mendapatkan pelatihan terlebih dahulu. Untuk kegiatan perlombaan K3, perusahaan mendapatkan undangan dari pihak depnaker untuk mengikuti kegiatan bulan K3. Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian kuesioner oleh pihak P2K3, didapatkan hasil prioritas aktor atau masing-masing tingkat manajemen pada P2K3 terhadap lima prinsip dalam penerapan SMK3 dan proiritasnya terhadap tujuan penerapan SMK3 seperti terlihat pada Tabel 7 dan Tabel 8. Pada prinsip komitmen dan kebijakan, pihak top management memiliki nilai paling tinggi yaitu sebesar 0,709. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam komitmen dan kebijakan, P2K3 berpendapat pihak top management memiliki peran penting. Pendapat ini sesuai dengan Permenaker 05/MEN/1996 yang menyatakan bahwa pada prinsip komitmen dan kebijakan, pengusaha dan pengurus perusahaan harus menunjukkan komitmen terhadap K3 yang diwujudkan dalam menempatkan organisasi P2K3 pada posisi yang dapat menentukan keputusan perusahaan, menyediakan tenaga kerja yang berkualitas dan sarana-sarana lain yang diperlukan di bidang K3, menempatkan personil yang mempunyai tanggung jawab dan kewajiban yang jelas dalam penanganan K3, perencanaan K3 yang terkoordinasi serta melakukan penilaian kinerja dan tindak lanjut pelaksanaan K3. Selain komitmen dari pengurus dan pengusaha, tinjauan awal K3 dan kebijakan K3 juga diperlukan pada prinsip yang pertama ini. Fakta di lapangan juga menunjukkan bahwa top management memegang peranan penting. Segala kegiatan yang dilakukan haruslah mendapatkan persetujuan dari top management. Pada prinsip perencanaan, nilai tertinggi juga dimiliki oleh pihak top management yaitu sebesar 0,641. Pihak perusahaan, khususnya top management telah melakukan kegiatan analisis keselamatan dan kesehatan kerja yang berisi tentang analisis risiko kesehatan (kimia, biologi dan fisika) kerja dan analisis keselamatan kerja. Analisis keselamatan dan kesehatan kerja ini menjelaskan tentang identifikasi sumber bahaya, penilaian risiko, solusi dan pengendalian risiko, evaluasi dan monitoring serta penunjukan penanggung jawab (PT. Suka Jaya Makmur 2011a). Selain melakukan kegiatan tersebut, pihak top management juga melakukan penetapan tujuan penerapan SMK3. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh pihak top management tersebut telah sesuai dengan persyaratan

55 41 pada Permenaker 05/MEN/1996, yang menyatakan bahwa perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai keberhasilan penerapan dan kegiatan SMK3 dengan sasaran yang jelas dan dapat diukur. Perencanaan harus memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil pelaksanaan tinjauan awal terhadap K3. Pada prinsip penerapan, setiap tingkatan manajemen memiliki nilai yang hampir sama besarnya yaitu 0,381 pada top management, 0,309 pada middle management dan 0,309 pada operational management. Hasil tersebut menunjukkan bahwa untuk penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur tiap tingkat manajemen memiliki peranan yang sama. Pada prinsip pengukuran dan evaluasi, top management dan middle management memiliki nilai yang hampir sama yaitu 0,423 dan 0,416 tetapi pihak operational management memiliki nilai yang kecil yaitu 0,161. Hal ini berarti peran operational management pada pengukuran dan evaluasi sangatlah lemah. Padahal, seharusnya seluruh tingkatan manajemen memiliki peranan yang sama dalam penerapan SMK3. Kegiatan pengukuran dan evaluasi seharusnya tidak hanya melibatkan top management dan middle management akan tetapi pihak operational management juga harus turut serta. Untuk prinsip peninjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen, pihak top management memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 0,646. Hal ini menunjukkan bahwa pihak top management memegang peran penting pada kegiatan peninjauan dan peningkatan oleh pihak manajemen. Hal ini sesuai dengan Suardi (2007) yang menyatakan bahwa manajemen puncak harus meninjau kinerja SMK3 organisasi. Tinjauan manajemen juga menjadi media untuk melakukan evaluasi pencapai sasaran K3 dan melakukan perubahan terhadap kebijakan dan sasaran K3.

56 42 Tabel 7 Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap 5 prinsip dalam penerapan SMK3 Aktor Komitmen dan kebijakan Perencanaan Prinsip dalam penerapan SMK3 Penerapan Pengukuran dan evaluasi Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen Top management Middle management Operational management 0,709 0,641 0,381 0,423 0,646 0,196 0,281 0,309 0,416 0,281 0,095 0,078 0,309 0,161 0,073 Untuk prioritas aktor atau masing-masing tingkat manajemen pada P2K3 terhadap tujuan penerapan SMK3, didapatkan hasil bahwa pencegahan kecelakaan kerja memiliki nilai yang lebih tinggi dari kontrol biaya produksi yaitu 0,888 pada top management, 0,825 pada middle management dan 0,799 pada operational management. Hal tersebut menunjukkan bahwa tujuan utama diterapkannya SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur yaitu untuk pencegahan kecelakaan kerja. Pencegahan kecelakaan kerja ini akan berguna untuk melindungi tenaga kerja dari risiko bahaya. Hal ini sesuai dengan Suardi (2007) yang menyatakan bahwa tujuan inti penerapan SMK3 adalah memberikan perlindungan kepada pekerja. Bagaimanapun, pekerja adalah aset perusahaan yang harus dipelihara dan dijaga kesehatannya. Pengaruh positif terbesar yang dapat diraih adalah mengurangi angka kecelakaan kerja. Tabel 8 Peringkat prioritas aktor pada P2K3 terhadap tujuan penerapan SMK3 Tujuan penerapan SMK3 Aktor Pencegahan kecelakaan kerja Kontrol biaya produksi Top management 0,888 0,112 Middle management 0,825 0,175 Operational management 0,799 0,201

57 43 Fokus Strategi penerapan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada PT. Suka Jaya Makmur Faktor/ kriteria masalah Komitmen dan kebijakan (0,514) Perencanaan (0,208) Penerapan (0,150) Pengukuran dan evaluasi (0,083) Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen (0,045) Aktor Top management (0,619) Middle management (0,253) Operational management (0,128) Tujuan Pencegahan kecelakaan kerja (0,861) Kontrol biaya produksi (0,139) Alternatif tindakan Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan (0,573) Simulasi penanggulangan kebakaran (0,354) Mengikuti perlombaan K3 (0,072) Gambar 4 Susunan hierarki permasalahan penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur.

58 Analisis Prioritas Faktor, Aktor, Tujuan dan Alternatif Hasil pengolahan dari level dua (faktor atau unsur) menunjukkan bahwa unsur-unsur SMK3 yang ada pada PT. Suka Jaya Makmur berturut-turut adalah komitmen dan kebijakan (0,514), perencanaan (0,208), penerapan (0,150), pengukuran dan evaluasi (0,083) serta tinjauan ulang (0,045) seperti terlihat pada Tabel 9. Unsur utama yang menjadi perhatian dalam penerapan SMK3 dapat diketahui dengan memilih nilai bobot tertinggi sebagai prioritas utama. Dengan demikian, komitmen dan kebijakan, perencanaan serta penerapan menjadi unsur utama yang mendapatkan perhatian lebih dibandingkan dengan unsur-unsur SMK3 lainnya. Dari ketiga unsur utama yang ada, komitmen dan kebijakan menjadi unsur yang dianggap paling penting dalam penerapan SMK3. Hal ini dikarenakan unsur ini merupakan suatu bentuk komitmen yang dimiliki oleh P2K3 terhadap K3 dan cara P2K3 merumuskan kebijakan K3 yang dibuat sehingga K3 yang ada pada perusahaan dapat berfungsi sesuai dengan tujuan. Unsur terpenting berikutnya adalah perencanaan yang berfungsi untuk mencapai keberhasilan dari penerapan SMK3 pada perusahaan. Dengan membuat perencanaan yang efektif, maka penerapan dapat dilakukan sesuai sasaran dan tujuan yang diinginkan. Penerapan menempati peringkat ketiga dari unsur penting yang ada. Unsur ini menjadi penting karena untuk penerapan yang sesuai dengan tujuan yang diinginkan, perusahaan harus menempatkan personil yang mempunyai kualifikasi yang sesuai. Tabel 9 Susunan prioritas faktor atau unsur menyeluruh terbobot Unsur Bobot Prioritas Komitmen dan kebijakan 0,514 1 Perencanaan 0,208 2 Penerapan 0,150 3 Pengukuran dan evaluasi 0,083 4 Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen 0,045 5 Hasil pengolahan pada level tiga (aktor) menunjukkan bahwa aktor yang berperan dalam penerapan SMK3 secara berurutan adalah top management (0,619), middle management (0,253) dan operational management (0,128) seperti terlihat pada Tabel 10. Aktor utama yang bertanggung jawab dalam penerapan SMK3 ini dapat dipilih berdasarkan nilai bobot yang terbesar hingga yang

59 45 terendah. Dengan demikian top management merupakan aktor terpenting dalam penerapan SMK3. Top management mempunyai peranan yang terpenting dalam pelaksanaan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur. Hal ini dikarenakan semua keputusan yang akan dijalankan organisasi harus berada di bawah persetujuan top management. Selanjutnya pihak middle management akan menginterpretasikan kebijakankebijakan yang telah diputuskan oleh top management. Setelah kebijakan diinterpretasikan oleh middle management, pihak operational management akan melaksanakan kebijakan yang diputuskan sesuai ketentuan yang telah disahkan. Tabel 10 Susunan prioritas aktor menyeluruh terbobot Aktor Bobot Prioritas Top management 0,619 1 Middle management 0,252 2 Operational management 0,128 3 Hasil pengolahan pada level empat menunjukkan bahwa secara berurutan tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan SMK3 adalah pencegahan kecelakaan (0,861) dan kontrol biaya produksi (0,139) seperti yang terlihat pada Tabel 11. Pemilihan tujuan utama dilakukan dengan pemilihan bobot yang tertinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pencegahan kecelakaan menjadi prioritas pertama dan kontrol biaya produksi menjadi proiritas kedua. Dengan adanya jaminan K3 selama bekerja maka karyawan dapat terlindungi dari bahaya kecelakaan, kerusakan atau timbulnya penyakit akibat kerja. Dengan demikian, perusahaan dapat mengurangi pengeluaran biaya yang timbul dari kejadian tersebut. Salah satu biaya yang dapat dikurangi yaitu biaya premi asuransi. Dari nilai prioritas tinggi yang dimiliki oleh prinsip komitmen dan kebijakan, tujuan perusahaan mengurangi kecelakaan keja yaitu untuk pemenuhan Undang-Undang. Akan tetapi, selain itu perusahaan juga bertujuan untuk perlindungan terhadap HAM para tenaga kerja. Dengan adanya jaminan keselamatan dan kesehatan kerja maka tenaga kerja akan bekerja lebih optimal. Tabel 11 Susunan prioritas tujuan menyeluruh terbobot Tujuan Bobot Prioritas Pencegahan kecelakaan kerja 0,861 1 Kontrol biaya produksi 0,139 2

60 46 Hasil pengolahan pada level lima (alternatif tindakan) menunjukkan bahwa secara berurutan alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk membuat penerapan SMK3 berjalan efektif adalah sosialisasi dan pendidikan (0,573), simulasi penanggulangan kebakaran (0,354) serta mengikuti perlombaan K3 (0,072) seperti yang terihat pada Tabel 12. Prioritas pertama yang harus dilakukan adalah melakukan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan. Kegiatan ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada karyawan mengenai SMK3. Kurangnya sosialisasi menyebabkan rendahnya pemahaman karyawan terhadap K3 yang berdampak pada kurangnya keinginan untuk mendukung penerapan K3 yang ada. Selain itu, kegiatan pendidikan dapat dilakukan secara berkala untuk meningkatkan pola pikir karyawan, agar mampu bekerja dengan mengedepankan K3 untuk mendukung penerapan SMK3. Prioritas kedua dalam alternatif yang dilakukan oleh P2K3 PT. Suka Jaya Makmur adalah simulasi penanggulangan kebakaran. Dengan adanya pelatihan dan simulasi kebakaran, diharapkan seluruh karyawan dapat bertindak secara tepat dan tanggap apabila kebakaran terjadi pada areal PT. Suka Jaya Makmur. Mengikuti perlombaan K3 menduduki prioritas ketiga. Dengan demikian, mengikuti perlombaan K3 sebaiknya dilakukan apabila kedua alternatif sebelumnya telah diperbaiki. Mengikuti perlombaan K3 merupakan tindakan yang perlu dilaksanakan oleh perusahaan karena dengan mengikuti perlombaan perusahaan mengharapkan kepedulian akan K3 yang dimiliki oleh karyawan akan meningkat. Tabel 12 Susunan prioritas alternatif tindakan menyeluruh terbobot Alternatif Bobot Prioritas Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan 0,573 1 Simulasi penanggulangan kebakaran 0,354 2 Mengikuti perlombaan K3 0, Perbandingan Hasil Kajian Penerapan SMK3 dengan Hasil Identifikasi Permasalahan Dalam Penerapan SMK3 Hasil pengkajian penerapan SMK3 di PT. Suka Jaya Makmur melalui kegiatan wawancara menunjukkan bahwa SMK3 yang diterapkan adalah baik. Akan tetapi, dari hasil penyusunan dan pengolahan struktur hierarki dengan

61 47 menggunakan AHP menunjukkan bahwa untuk kriteria unsur atau prinsip dalam penerapan SMK3 masih terdapat prinsip yang menjadi prioritas utama serta prinsip yang masih diabaikan perusahaan dan dianggap tidak penting. Prinsip yang dianggap prioritas utama oleh perusahaan yaitu komitmen dan kebijakan, perencanaan serta penerapan sedangkan prinsip pengukuran dan evaluasi serta prinsip tinjauan ulang dan perbaikan oleh pihak manajemen dianggap kurang penting oleh perusahaan. Padahal secara teori kelima prinsip dalam penerapan SMK3 tersebut seharusnya memiliki prioritas yang sama karena kelimanya sama penting. Perbedaan prioritas yang dimiliki oleh pihak perusahaan dapat disebabkan oleh SMK3 yang merupakan peraturan wajib oleh pemerintah sehingga kunci utama untuk menerapkan SMK3 pada perusahaan yaitu adanya komitmen dan kebijakan yang besar pada top management.

62 48 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kegiatan K3 di perusahaan yaitu dengan adanya perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Hasil pengkajian SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur menunjukkan bahwa SMK3 yang telah dan sedang diterapkan oleh perusahaan adalah baik dan merupakan kriteria emas menurut standar pemerintah pada Permenaker 05/MEN/1996 yaitu sebanyak 92,17%. Unsur atau prinsip yang paling dominan dalam penerapan SMK3 pada PT. Suka Jaya Makmur berdasarkan hierarki penyusunannya adalah komitmen dan kebijakan. Aktor yang paling berperan dalam penerapan SMK3 adalah top management. Tujuan utama dari penerapan SMK3 adalah pencegahan kecelakaan kerja. Alternatif tindakan berupa sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan (prioritas 1), simulasi penanggulangan kebakaran (prioritas 2) dan mengikuti perlombaan K3 (prioritas 3). Perbedaan prioritas yang dimiliki oleh pihak perusahaan dapat disebabkan oleh SMK3 yang merupakan peraturan wajib oleh pemerintah sehingga kunci utama untuk menerapkan SMK3 pada perusahaan yaitu adanya komitmen dan kebijakan yang besar pada top management. 6.2 Saran Saran dari penelitian ini yaitu: 1. Perusahaan perlu melakukan peninjauan ulang SMK3 dengan melengkapi beberapa klausul yang belum dilaksanakan. 2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 92,17% dari 166 kriteria yang ada telah diterapkan oleh perusahaan. Dengan nilai tersebut, perusahaan perlu melakukan internal assessment untuk verifikasi yang dapat digunakan untuk memperoleh sertifikasi resmi. 3. Perusahaan perlu meningkatkan kegiatan sosialisasi, pendidikan dan pelatihan untuk menambah pemahaman karyawan mengenai pentingnya K3.

63 49 DAFTAR PUSTAKA [Anonim]. -. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/ [31 Januari 2012]. [Anonim] CD Rom Himpunan Peraturan Perundangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) RI. [31 Januari 2012]. [ILO] International Labour Office Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Pekerjaan Kehutanan. Yanri Z, penerjemah; Elias, Widiatmoko P, editor. International Labour Office. Geneva. Terjemahan dari: Safety and Health in Forestry Work. PT. Suka Jaya Makmur. 2011a. Analisa Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) PT. Suka Jaya Makmur. Ketapang: Alas Kusuma Group-Camp Pawan Selatan. PT. Suka Jaya Makmur. 2011b. Rencana Kerja Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan produksi Berbasis Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) Periode Tahun 2005 s/d Ketapang: PT. Suka Jaya Makmur. Saaty, T.L Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Terjemahan). Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo. Sarwono, J Statistik itu Mudah: panduan Lengkap untuk Belajar Komputasi Statistik Menggunakan SPSS 16. Yogyakarta: CV. Andi Offset. Suardi, R Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PPM. Suma mur Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam Pekerjaan Kehutanan dan Industri Perkayuan. Jakarta: Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Pusat Bina Hiperkes dan Keselamatan Kerja) Bekerja sama dengan ILO. Umar, H Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada. Wulandari, R Kajian Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000 pada PT. Unitex Tbk, Bogor [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor. Yovi, E.Y Assessing Occupational Safety and Health (OSH) Protection on Forestry Work Through Competency Approach. Majalah Ilmu Faal Indonesia VIII(2):

64 LAMPIRAN 50

65 51 Lampiran 1 Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. Suka Jaya Makmur Tahap I 1. Bagaimana kondisi umum perusahaan? 2. Bagaimana kondisi K3 di PT. Suka Jaya Makmur? 3. Bagaimana statistik kecelakaan perusahaan? 4. Bagaimana penerapan SMK3 pada perusahaan, terkait klausul-klausul yang ada? Tahap II 1. Menurut Permenaker 05/MEN/1996, identifikasi permasalahan berdasarkan unsur-unsur SMK3 mencakup: a. Komitmen dan kebijakan 1) Kepemimpinan dan komitmen 2) Tinjauan awal K3 (initial review) 3) Kebijakan K3 b. Perencanaan 1) Perencanaan identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko 2) Peraturan perundangan dan persyaratan lainnya 3) Tujuan dan sasaran 4) Indikator kinerja 5) Perencanaan awal dan perencanaan kegiatan yang sedang berlangsung c. Penerapan 1) Jaminan kemampuan 2) Kegiatan pendukung 3) Identifikasi sumber bahaya, penilaian dan pengendalian risiko d. Pengukuran dan evaluasi 1) Inspeksi dan pengujian 2) Audit SMK3 3) Tindakan perbaikan dan pencegahan e. Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen 1) Evaluasi terhadap penerapan kebijakan K3 2) Tujuan, sasaran dan kinerja K3

66 52 Lanjutan Lampiran 1 3) Hasil temuan audit SMK3 4) Evaluasi efektifitas penerapan SMK3 dan kebutuhan untuk mengubah SMK3 2. Siapa saja pihak yang berperan dan bertanggungjawab dalam penerapan SMK3? 3. Bagaimana bentuk tanggung jawab pihak yang terlibat dalam penerapan SMK3? 4. Apa tujuan dari pihak-pihak yang terlibat dalam penerapan SMK3? Tahap III 1. Tindakan apa yang dapat menjadi solusi adanya permasalahan dalam penerapan SMK3?

67 53 Lampiran 2 Kuesioner penelitian (AHP) PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PT SUKA JAYA MAKMUR, KALIMANTAN BARAT Oleh: Yulifa Devi Dwijayanti E Saya mengharapkan kesediaan dari Bapak/Ibu, untuk mengisi kuesioner ini secara benar dan obyektif, karena hasil dari kuesioner ini akan digunakan untuk bahan penelitian dengan tujuan ilmiah. Seluruh informasi yang anda berikan dalam survei ini akan dirahasiakan. Atas partisipasinya, kami ucapkan terima kasih. Identitas Responden: Nama : Jabatan : Pengalaman Kerja : Pendidikan Terakhir : Tanggal Pengisian Kuesioner : DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

68 54 Lanjutan Lampiran 2 A. PETUNJUK I. UMUM 1. Pengisian kuesioner dilakukan secara tertulis oleh responden dengan menjawab setiap pertanyaan tertulis. 2. Jawaban dapat merupakan jawaban pribadi ataupun hasil diskusi atau pemikiran dengan orang lain. 3. Pertanyaan yang ditujukan adalah membandingkan data 2 faktor berdasarkan tingkat kepentingan/besarnya peranan dengan memberikan skala penilaian (lihat petunjuk II). 4. Dalam pengisian kuesioner ini, diharapkan responden melakukan dengan sekaligus (tidak tertunda). II. SKALA PENILAIAN Berilah nilai pada kolom yang tersedia pada tabel skala penilaian dengan memilih nilai yang ditentukan, berdasarkan tingkat/besarnya peranan dari faktor yang dibandingkan dengan ketentuan di bawah ini. Misalnya A dibandingkan dengan B, maka berilah nilai: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor A B Skala Penilaian: 9 Mutlak lebih penting 7 Sangat jelas lebih penting 5 Jelas lebih penting 3 Sedikit lebih penting 1 Sama penting 2, 4, 6, 8 Sedikit perbedaan dan diantara kedua pertimbangan di atas.

69 55 Lanjutan Lampiran 2 CONTOH Apabila jenis kebutuhan hidup seperti bernafas, minum dan jalan-jalan dibandingkan dengan tingkat kepentingannya dalam memenuhi kebutuhan manusia, maka jika: Bernafas sedikit lebih penting dari minum Bernafas mutlak lebih penting dari jalan-jalan Minum jelas lebih penting dari jalan-jalan Dapat diukur dengan memberikan nilai skala banding berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Bernafas Minum Bernafas Jalan-jalan Minum Jalan-jalan B. PERTANYAAN I. Menurut PERMENKER 05/MEN/1996, dalam kaitannya dengan fokus hierarki yaitu strategi penerapan SMK3, faktor/kriteria masalah yang teridentifikasi adalah: Komitmen dan kebijakan : Komitmen dan kebijakan terhadap K3. Perencanaan : Pembuatan perencanaan untuk keberhasilan penerapan SMK3. Penerapan : Personel mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Pengukuran dan evaluasi : Memiliki sistem untuk mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja SMK3 dan analisis hasil guna menentukan keberhasilan atau untuk melakukan identifikasi tindakan perbaikan.

70 56 Lanjutan Lampiran 2 Tinjauan ulang dan peningkatan : Pelaksanaan tinjauan ulang SMK3 oleh pihak manajemen secara berkala untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan yang berkesinambungan dalam pencapaian kebijakan dan tujuan K3. Untuk itu, dibandingkanlah besarnya peranan/pengaruh/tingkat kepentingan kriteria masalah tersebut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Komitmen Perencanaan dan kebijakan Komitmen Penerapan dan kebijakan Komitmen dan Pengukuran dan evaluasi kebijakan Komitmen dan kebijakan Tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen Perencanaan Penerapan Perencanaan Pengukuran dan evaluasi Perancanaan Penerapan Tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen Pengukuran dan evaluasi

71 57 Lanjutan Lampiran 2 Penerapan Pengukuran dan evaluasi Tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen Tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen II. Menurut Wulandari (2009), dalam kaitannya dengan faktor/kriteria masalah di atas, aktor-aktor yang berperan dalam penerapan SMK3 adalah: Top management : Pihak yang memberikan persetujuan untuk seluruh kegiatan/kebijakan yang ada. Middle management : Pihak yang bertugas menginterpresentasikan kebijakan K3. Operational management : Pihak yang bertindak sesuai dengan prosedur dari kebijakan K3 yang telah diterapkan. a. Dalam masalah komitmen dan kebijakan, bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing aktor berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Top management Middle management Top management Operational management Middle management Operational management b. Dalam masalah perencanaan, bandingkan tingkat kepentingan dari masingmasing aktor berikut:

72 58 Lanjutan Lampiran 2 Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Top management Middle management Top management Operational management Middle management Operational management c. Dalam masalah penerapan, bandingkan tingkat kepentingan dari masingmasing aktor berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Top management Middle management Top management Operational management Middle management Operational management d. Dalam masalah pengukuran dan evaluasi, bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing aktor berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Top management Middle management Top management Operational management Middle management Operational management e. Dalam masalah tinjauan ulang dan peningkatan oleh manajemen, bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing aktor berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Top management Middle management

73 59 Lanjutan Lampiran 2 Top management Middle management Operational management Operational management III. Dalam kaitannya dengan aktor-aktor yang berpengaruh/bertanggung jawab dalam penerapan SMK3, tujuan yang ingin diraih adalah: Pencegahan kecelakaan kerja : pengurangan bahkan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja dapat diwujudkan, termasuk dari bahaya kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja. Kontrol biaya produksi : mengontrol biaya produksi perusahaan sehingga dapat mengurangi pengeluaran a. Berdasarkan tingkat perhatian top management, bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing tujuan berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Pencegahan kecelakaan kerja Kontrol biaya produksi b. Berdasarkan tingkat perhatian middle management, bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing tujuan berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Pencegahan kecelakaan kerja Kontrol biaya produksi c. Berdasarkan tingkat perhatian operational management, bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing tujuan berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Pencegahan kecelakaan kerja Kontrol biaya produksi

74 60 Lanjutan Lampiran 2 IV. Dalam kaitannya dengan tujuan yang ingin diraih terkait penerapan SMK3, maka alternatif kegiatan/tindakan yang dapat diambil, antara lain melalui: Sosialisasi, pendidikan : Kegiatan ini dilakukan untuk dan pelatihan meningkatkan pemahaman dan keterampilan karyawan tentang K3. Simulasi penanggulangan : Kegiatan ini dilakukan untuk melatih kebakaran karyawan dalam hal penanggulangan jika kebakaran tejadi pada kawasan IUPHHK PT. Suka Jaya Makmur. Mengikuti perlombaan K3 : Dalam kaitannya dengan undangan yang diberikan dari pemerintah setempat, pihak perusahaan ingin mengikuti perlombaan tentang K3 agar dapat meningkatkan minat dan kepedulian karyawan pada K3. a. Dalam tujuan pencegahan kecelakaan kerja, bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing alternatif berikut: Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan Simulasi penanggulangan kebakaran Sosialisasi, pendidikan dan Mengikuti perlombaan K3 pelatihan Simulasi penanggulangan Mengikuti perlombaan K3 kebakaran b. Dalam tujuan kontrol biaya produksi, bandingkan tingkat kepentingan dari masing-masing alternatif berikut:

75 61 Lanjutan Lampiran 2 Faktor Lebih penting Lebih penting Faktor Sosialisasi, pendidikan dan pelatihan Simulasi penanggulangan kebakaran Sosialisasi, pendidikan dan Mengikuti perlombaan K3 pelatihan Simulasi penanggulangan Mengikuti perlombaan K3 kebakaran --TERIMA KASIH--

76 Lampiran 3 Pembuatan hierarki (software Expert Choice 2000) 62

77 63 Lampiran 4 Pengolahan data AHP A. Penentuan bobot faktor (output dari software Expert Choice 2000) B. Penentuan bobot aktor KK : Komitmen dan kebijakan Per : Perencanaan Pen : Penerapan PE : Pengukuran dan Evaluasi TUPPM : Tinjauan Ulang dan Peningkatan oleh Pihak Manajemen Faktor KK Per Pen PE TUPPM Bobot akhir Aktor Top 0,709 0,641 0,381 0,423 0,646 0,619 Middle 0,196 0,281 0,309 0,416 0,281 0,253 Operational 0,095 0,078 0,309 0,161 0,073 0,128 C. Penentuan bobot tujuan PK : Pencegahan kecelakaan KBP : Kontrol biaya produksi Aktor Top Middle Operational Bobot akhir Tujuan PK 0,888 0,825 0,799 0,861 KBP 0,112 0,175 0,201 0,139 D. Penentuan bobot alternatif (output dari software Expert Choice 2000)

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecelakaan Kerja Kecelakaan kerja yaitu suatu kejadian yang timbul akibat atau selama pekerjaan yang mengakibatkan kecelakaan kerja yang fatal dan kecelakaan kerja yang tidak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran

METODE PENELITIAN. San Diego Hills. Visi dan Misi. Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran 24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran San Diego Hills Visi dan Misi Identifikasi gambaran umum perusahaan dan pasar sasaran Bauran Pemasaran Perusahaan: 1. Produk 2. Harga 3. Lokasi 4. Promosi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah:

IV METODE PENELITIAN Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperkuat dan mendukung analisis penelitian adalah: IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Balai Pengembangan Teknologi (BPT) Mekanisasi Pertanian Jawa Barat yang terletak di Jalan Darmaga Timur Bojongpicung, Cihea,

Lebih terperinci

BAB IV. 4.1 Letak PT. Luas areal. areal kerja PT. PT Suka Jaya. areal Ijin Usaha. Kabupaten

BAB IV. 4.1 Letak PT. Luas areal. areal kerja PT. PT Suka Jaya. areal Ijin Usaha. Kabupaten BAB IV KODISI UMUM LOKASI PEELITIA 4.1 Letak dan Luas Areal PT Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabungg dalam kelompok Alas Kusuma Group dengan ijin usaha berdasarkan Surat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 22 BAB IV KODISI UMUM LOKASI PEELITIA 4.1 Letak dan Luas Areal PT Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan IUPHHK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 25 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran merupakan miniatur keseluruhan dari proses penelitian. Kerangka pemikiran akan memberikan arah yang dapat dijadikan pedoman bagi para

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. Suka Jaya Makmur

Lampiran 1 Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. Suka Jaya Makmur LAMPIRAN 50 51 Lampiran 1 Daftar pertanyaan wawancara kepada pihak PT. Suka Jaya Makmur Tahap I 1. Bagaimana kondisi umum perusahaan? 2. Bagaimana kondisi K3 di PT. Suka Jaya Makmur? 3. Bagaimana statistik

Lebih terperinci

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO

PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO PENGERTIAN (DEFINISI) RESIKO DAN PENILAIAN (MATRIKS) RESIKO Pengertian (definisi) resiko K3 (risk) ialah potensi kerugian yang bisa diakibatkan apabila berkontak dengan suatu bahaya ataupun terhadap kegagalan

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran PT NIC merupakan perusahaan yang memproduksi roti tawar spesial (RTS). Permintaan RTS menunjukkan bahwa dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat sebanyak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pengembangan agroindustri kelapa sawit sebagai strategi pembangunan nasional merupakan suatu keniscayaan guna memperkecil kesenjangan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Dalam penelitian mengenai strategi bauran pemasaran pertama kali peneliti akan mempelajari mengenai visi misi dan tujuan perusahaan, dimana perusahaan yang

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Persaingan yang terjadi pada industri minuman ringan membuat setiap industri yang bergerak memproduksi minuman ringan harus selalu mengkaji ulang secara terus-menerus

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 27 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan PT. Ratah Timber merupakan salah satu perusahaan swasta nasional yang memperoleh kepercayaan dari pemerintah untuk mengelola

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara penghasil kelapa terbesar di dunia. Namun, hal ini tidak sejalan dengan jumlah produk agroindustrinya yang tembus dijual di pasar ekspor.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor mulai Desember 2010 Maret 2011. 3.2 Bahan dan Alat Bahan dan alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili Secara administratif pemerintah, areal kerja IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili dibagi menjadi dua blok, yaitu di kelompok Hutan Sungai Serawai

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas Areal PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan IUPHHK

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak dan Luas Areal PT. Suka Jaya Makmur merupakan salah satu anak perusahaan yang tergabung dalam kelompok Alas Kusuma Group berdasarkan Surat Keputusan Hak Pengusahaan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran

III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran III. METODOLOGI A. Kerangka Pemikiran Pemilihan stretegi bersaing yang tepat sangat diperlukan perusahaan dalam menghadapi persaingan bisnis yang ada. Tahapan dimulai dengan pembangunan konstruksi hirarki

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES

KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA SELATAN ERNIES DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 KONTRIBUSI INDUSTRI PENGOLAHAN KAYU DI PROPINSI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI

PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI PENDUGAAN POTENSI BIOMASSA TEGAKAN DI AREAL REHABILITASI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT MENGGUNAKAN METODE TREE SAMPLING INTAN HARTIKA SARI DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak dan Luas Daerah penelitian mencakup wilayah Sub DAS Kapuas Tengah yang terletak antara 1º10 LU 0 o 35 LS dan 109 o 45 111 o 11 BT, dengan luas daerah sekitar 1 640

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 160-171) ISSN : 2450 766X FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) E. Salim 1, S. Musdalifah

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal HPH PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat 111 0 39 00-112

Lebih terperinci

BAB III KONDISI UMUM LOKASI

BAB III KONDISI UMUM LOKASI BAB III KONDISI UMUM LOKASI 3.1 Letak Geografis dan Luas Areal Berdasarkan letak geografis, areal PT. SBK blok sungai Delang terletak pada posisi 01 24-01 59 Lintang Selatan dan 114 42-111 18 Bujur Timur,

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT

ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT ANALISIS KOMPOSISI JENIS DAN STRUKTUR TEGAKAN DI HUTAN BEKAS TEBANGAN DAN HUTAN PRIMER DI AREAL IUPHHK PT. SARMIENTO PARAKANTJA TIMBER KALIMANTAN TENGAH Oleh : SUTJIE DWI UTAMI E 14102057 DEPARTEMEN MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Perkembangan teknologi yang begitu pesat, secara langsung mempengaruhi pola pikir masyarakat dan budaya hidup yang serba praktis dan modern.

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1. Letak dan Luas Lokasi penelitian terletak di dalam areal IUPHHK PT. Sari Bumi Kusuma Unit Seruyan (Kelompok Hutan Sungai Seruyan Hulu) yang berada pada koordinat

Lebih terperinci

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA

MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA MANAJEMEN ALAT PELINDUNG DIRI PADA AREA PART MANUFACTURING DI PT. FSCM MANUFACTURING INDONESIA LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Denty Rosalin R.0011030 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENYUSUNAN STRATEGI PROMOSI PADA CV. GINTERA ERKY ISTYANTO H

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENYUSUNAN STRATEGI PROMOSI PADA CV. GINTERA ERKY ISTYANTO H PENGAMBILAN KEPUTUSAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENYUSUNAN STRATEGI PROMOSI PADA CV. GINTERA Oleh ERKY ISTYANTO H 24066013 PROGRAM SARJANA MANAJEMEN PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK)

PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) PENGGUNAAN METODE PROSES HIRARKI ANALITIK DALAM PENENTUAN LOKASI DERMAGA BONGKAR MUAT ANGKUTAN SUNGAI (STUDI KASUS: KOTA PONTIANAK) Rudi S. Suyono 1) Abstrak Sungai merupakan salah satu prasarana yang

Lebih terperinci

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI

DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH IFA SARI MARYANI DAMPAK PENAMBANGAN PASIR PADA LAHAN HUTAN ALAM TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN BIOLOGI TANAH (Studi Kasus Di Pulau Sebaik Kabupaten Karimun Kepulauan Riau) IFA SARI MARYANI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek 2012 Oleh: Arrigo Dirgantara 1106069664 Departemen Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Indonesia 2012 Pertanyaan:

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 56 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dipaparkan mengenai perancangan penelitian yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penulisan ini. Penelitian ini memiliki 2 (dua) tujuan,

Lebih terperinci

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E

PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Oleh MENDUT NURNINGSIH E PEMETAAN POHON PLUS DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh MENDUT NURNINGSIH E01400022 DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PROGRAM P2K3 SEBAGAI UPAYA PENERAPAN SMK3 DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA DIVISI ROASTED PEANUTS PATI

IMPLEMENTASI PROGRAM P2K3 SEBAGAI UPAYA PENERAPAN SMK3 DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA DIVISI ROASTED PEANUTS PATI IMPLEMENTASI PROGRAM P2K3 SEBAGAI UPAYA PENERAPAN SMK3 DI PT. GARUDAFOOD PUTRA PUTRI JAYA DIVISI ROASTED PEANUTS PATI LAPORAN TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Mochamad

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peran Menurut kamus Bahasa Indonesia (1988:667) peranan mempunyai dua arti, pertama menyangkut pelaksanaan tugas, kedua diartikan sebagian dari tugas utama yang harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur)

HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) HUBUNGAN AKTIVITAS KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN PENGHAYATAN BUDAYA PERUSAHAAN (Kasus di PT. Madu Pramuka, Cibubur - Jakarta Timur) SKRIPSI DEWI SHINTA KOMALA SARI PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PETERNAKAN

Lebih terperinci

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY

POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY POTENSI KEBAKARAN HUTAN DI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BERDASARKAN CURAH HUJAN DAN SUMBER API SELVI CHELYA SUSANTY DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 POTENSI

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS

METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari Juni 2010 di DAS 22 METODOLOGI Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 200 - Juni 200 di DAS Cisadane Hulu, di lima Kecamatan yaitu Kecamatan Tamansari, Kecamatan Leuwiliang, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 25 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kondisi K3 PT. Suka Jaya Makmur Kegiatan produksi di perusahaan mengandung bahaya cukup tinggi terutama pada kegiatan penebangan, penyaradan dan pengangkutan. Selain itu,

Lebih terperinci

Letak, Luas dan Keadaan Wilayah. Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur terletak di kelompok hutan S. Pesaguan -

Letak, Luas dan Keadaan Wilayah. Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur terletak di kelompok hutan S. Pesaguan - KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak, Luas dan Keadaan Wilayah Areal HPH PT. Suka Jaya Makmur terletak di kelompok hutan S. Pesaguan - S. Tayap Hulu dan S. Biya yang luasnya 95.646 ha, terdiri dari luas

Lebih terperinci

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tugas akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan tingkat sarjana (S1) di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industrialisasi telah tumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Memasuki perkembangan era industrialisasi yang bersifat

Lebih terperinci

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F

PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN. Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F PENGGUNAAN BAHAN ORGANIK SEBAGAI PENGENDALI EROSI DI SUB DAS CIBOJONG KABUPATEN SERANG, BANTEN Oleh: FANNY IRFANI WULANDARI F14101089 2006 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR FANNY

Lebih terperinci

SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN PERSONALIA MELALUI PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD PADA PT.

SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN PERSONALIA MELALUI PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD PADA PT. SKRIPSI PERANCANGAN SISTEM PENGUKURAN KINERJA DEPARTEMEN PERSONALIA MELALUI PENDEKATAN HUMAN RESOURCES SCORECARD PADA PT. UNITEX, TBK Oleh : NINDYA NUR ARYANI F 34104090 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah sepanjang jalan Cicurug-Parungkuda, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI Jakarta Imam Sunoto, Fiqih Ismawan, Ade Lukman Nulhakim,, Dosen Universitas Indraprasta PGRI Email : raidersimam@gmail.com, vq.ismaone@gmail.com,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI KAJIAN

III. METODOLOGI KAJIAN III. METODOLOGI KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Kajian Penelitian Kajian dilakukan di Kabupaten Indramayu. Dasar pemikiran dipilihnya daerah ini karena Kabupaten Indramayu merupakan daerah penghasil minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah

BAB I PENDAHULUAN. menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Hutan hujan tropis merupakan salah satu tipe vegetasi hutan tertua yang menutupi banyak lahan yang terletak pada 10 LU dan 10 LS dan memiliki curah hujan sekitar 2000-4000

Lebih terperinci

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3

TIN211 - Keselamatan dan Kesehatan Kerja Industri Materi #3 Ganjil 2016/2017. Sistem Manajemen K3 Materi #3 TIN211 - Keselamatan & Kesehatan Kerja Industri Sistem Manajemen K3 2 PERMENAKER 05/Men/1996 PP No. 50 Tahun 2012 SMK3 Dikembangkan oleh Indonesia OHSAS 18000 Diterbitkan atas kerjasama organisasiorganisasi

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Amalia, ST, MT Multi-Attribute Decision Making (MADM) Permasalahan untuk pencarian terhadap solusi terbaik dari sejumlah alternatif dapat dilakukan dengan beberapa teknik,

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN ISO 9001 : 2000 PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL, JAKARTA

ANALISIS PENERAPAN ISO 9001 : 2000 PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL, JAKARTA LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Angket penelitian ANALISIS PENERAPAN ISO 9001 : 2000 PADA BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL, JAKARTA Identitas Responden NAMA : JABATAN : Saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi angket

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO

APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO APLIKASI HEC-HMS UNTUK PERKIRAAN HIDROGRAF ALIRAN DI DAS CILIWUNG BAGIAN HULU RISYANTO DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesadaran Menurut Hasibuan (2012:193), kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Menurut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Suardi (2005) mengutip laporan ILO tahun 2003, kecelakaan dan sakit di tempat kerja membunuh dan memakan lebih banyak korban jika dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah

Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah Bab 3 Kerangka Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Penelitian Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya peneliti membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah yang akan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membuat dunia industri berlomba melakukan efisiensi dan meningkatkan produktivitas menggunakan alat yang semakin

Lebih terperinci

ANALISA FITUR SITUS DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA ARDIN HERSANDINI

ANALISA FITUR SITUS DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA ARDIN HERSANDINI ANALISA FITUR SITUS DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA ARDIN HERSANDINI PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 ABSTRAK ARDIN HERSANDINI. Analisa Fitur Situs Dewan Pengembangan Kawasan

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU SKRIPSI OLEH: BASA ERIKA LIMBONG 061201013/ MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 UMUM Bagian ini akan menjelaskan hasil pengolahan data yang didapat melalui survey kuisioner maupun survey wawancara, beserta analisis perbandingan hasil pengolahan

Lebih terperinci

Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Mananejem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PETROKIMIA GRESIK

Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Mananejem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PETROKIMIA GRESIK Evaluasi Penerapan Prosedur Operasional Sistem Mananejem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. PETROKIMIA GRESIK Ferraz Romadiaty 1 dan Eko Nurmianto 2 Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG)

PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) PEMILIHAN SUPPLIER BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS DI PT. EWINDO BANDUNG) Hendang Setyo Rukmi Hari Adianto Dhevi Avianti Teknik Industri Institut Teknologi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS

PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS PEMILIHAN MODA TRANSPORTASI MAHASISWA FAKULTAS TEKNIK UNS UNTUK MENDUKUNG PROGRAM GREEN CAMPUS MODA TRANSPORTATION CHOICE OF ENGINEERING FACULTY UNS STUDENT TO SUPPORT GREEN CAMPUS PROGRAM Diajukan Sebagai

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Ade Kusnady

TUGAS AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik. Ade Kusnady EVALUASI PEMILIHAN PROYEK OPTIMALISASI SUMBER DAYA AIR PADA PROSES PENGUJIAN ULTRASONIC OFF LINE DI PLANT KT-24 PT. XYZ MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (Studi Kasus di Plant KT-24

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA

ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA ANALISIS KEPUASAN PENGGUNA KARTU ASKESKIN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PUSKESMAS TANJUNGSARI SUMEDANG KUSTIA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN Yosep Agus Pranoto Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

ANNA FAUZIYAH (F ). Perencanaan Aktivitas Pengembangan Karir pada Level Manajer di PT BAT Indonesia. Di bawah bimbingan M. Syamsul Ma'arif.

ANNA FAUZIYAH (F ). Perencanaan Aktivitas Pengembangan Karir pada Level Manajer di PT BAT Indonesia. Di bawah bimbingan M. Syamsul Ma'arif. ANNA FAUZIYAH (F28.13 12). Perencanaan Aktivitas Pengembangan Karir pada Level Manajer di PT BAT Indonesia. Di bawah bimbingan M. Syamsul Ma'arif. RINGKASAN Manajemen sumber daya manusia yang baik akan

Lebih terperinci

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan

Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Jurnal Teknologi Proses Media Publikasi Karya Ilmiah Teknik Kimia 4(2) Juli 2005 : 1 5 ISSN 1412-7814 Peranan Keselamatan Kerja di Tempat Kerja Sebagai Wujud Keberhasilan Perusahaan Harrys Siregar Program

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI

PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI PENERAPAN AHP (ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS) UNTUK MEMAKSIMALKAN PEMILIHAN VENDOR PELAYANAN TEKNIK DI PT. PLN (PERSERO) AREA BANYUWANGI Harliwanti Prisilia Jurusan Teknik Industri Universitas 17 Agustus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak lama telah diketahui bahwa pekerjaan dapat mengganggu kesehatan dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan. Tujuan pengembangan ilmu dan pelaksanaan upaya

Lebih terperinci

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015 PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( AHP ) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAHASISWA BERPRESTASI MENGGUNAKAN FRAMEWORK LARAVEL (STUDI KASUS : INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemilihan Supplier Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan kegiatan strategis terutama apabila supplier tersebut memasok item yang kritis atau akan digunakan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Strategi perusahaan menggambarkan arah perusahaan secara keseluruhan mengenai sikap perusahaan secara umum terhadap arah pertumbuhan

Lebih terperinci

PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI

PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI PEMETAAN DAERAH RAWAN KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN DI KABUPATEN TOBA SAMOSIR PROVINSI SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh MAYA SARI HASIBUAN 071201044 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012

SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012 SISTIM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) SESUAI PP NO. 50 TAHUN 2012 Pengantar Sebelum terbitnya Peraturan Pemerintah No.50 tahun 2012, panduan yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Sejarah Pemanfaatan Hutan Areal konsesi hutan PT. Salaki Summa Sejahtera merupakan areal bekas tebangan dari PT. Tjirebon Agung yang berdasarkan SK IUPHHK Nomor

Lebih terperinci

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA

ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA ANALISIS AKTIVITAS FISIK, KONSUMSI PANGAN, DAN STATUS GIZI DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PEKERJA WANITA DI INDUSTRI KONVEKSI FARAH AZIIZA PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci