KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
|
|
- Hendra Johan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) YANG DIRAWAT INAP DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 01 Panamotan Sidabutar 1, Rasmaliah, Hiswani 1 Mahasiswa Peminatan Epidemiologi FKM USU Staf Pengajar Departemen Epidemiologi FKM USU Jl. Universitas No.1 USU Medan, 0155 Abstract Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is a disease characterized by continuous and progressive airflow resistance and is usually associated with increased chronic inflammatory response to noxious particles and gases in the respiratory tract. The high proportion of smokers in Indonesia is 5.% of the male population aged and.% of women above 15 years old and the use of cigarettes are too early to describe COPD. To determine the characteristics of patients with COPD who are hospitalized in H. Adam Malik Hospital Medan, conducted research by using a case series design. Population and the samples were 110 patients in 01, were recorded in hospital medical records. Univariate data was analyzed descriptively while bivariate data was analyzed by using Chi-square test, Mann-Whitney and Kruskal Wallis with 5% CI. Based on socio-demographic, the highest proportions were in the age group 0 years (.5%), male gender (.5%), 5.% Protestant religion, level of education high school / equivalent (1.%), retired job (3.%), and the outsider of Medan city (7.3%). Highest proportion based on the medical conditions were shortness of breath (%), mild severity stage (50%), the last type of disease and hypertension pulmonary TB (.%), exacerbation of complications (3.1%), and history of smoking (70, %). The length Maintainability was on average 7. days, it was not their own cost but it was cost source (.5%), while the condition by outpatient treatment (77.3%). There is a significant difference between the cost of a long treatment with source (p = 0.001) and the condition after going out of being hospitalized (p = 0.001). There is no significant difference between smoking history based on complications and duration of treatment based on complications. The hospital are expected to complete the registration card status and continuing education programs for the patients and the families of patients, and to the patients are expected to reduce exposure to COPD risk factors. Keywords: COPD, patient characteristics Pendahuluan Pada awalnya Penyakit Tidak Menular (PTM) ini hanya menyerang usia lanjut sehingga disebut juga penyakit degeneratif. Akan tetapi saat ini sudah banyak menyerang usia produktif. Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 010 angka mortalitas tinggi karena PTM, diantaranya penyakit jantung koroner %, kanker 1%, penyakit pernapasan kronis 1%, dan diabetes 3%. Pada tahun 00 proporsi kematian karena PTM di Indonesia 3% dan
2 7% diantaranya disebabkan penyakit respirasi kronik. (1) Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) adalah penyakit yang ditandai oleh hambatan aliran udara yang terus menerus dan bersifat progresif dan biasanya berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronis terhadap partikel dan gas berbahaya pada saluran udara napas. Pada tahun 00 jumlah penderita PPOK sedang hingga berat di negara negara Asia Pasifik memiliki angka prevalens,3%. Angka prevalens bagi masing-masing negara berkisar 3,5-,7%. Negara dengan prevalensi terkecil adalah Hongkong dan Singapura 3,5%, sedangkan negara dengan prevalensi terbesar adalah Vietnam,7%. Indonesia memiliki angka prevalens 5,%. () Pada tahun 00 Amerika memiliki angka prevalens bronkitis,3% dan prevalens emfisema 1,%. (3) PPOK menjadi salah satu penyakit dengan angka morbiditas yang tinggi di Selandia Baru pada tahun 01 dengan proporsi 1% penduduk usia 0 tahun ke atas dan pada tahun berikutnya diperkirakan akan mengalami kenaikan. () Tingginya proporsi perokok di Indonesia yaitu 5,% dari penduduk laki-laki berusia 15 tahun keatas dan,% wanita berusia 15 tahun keatas serta pemakaian rokok yang terlalu dini dapat menggambarkan PTM yang disebabkan rokok, salah satunya PPOK. (5) Namun tidak ada data nasional yang menjelaskan prevalensi penderita PPOK di Indonesia. Pada tahun 000 di RS Persahabatan Jakarta PPOK menduduki peringkat ke-5 dari seluruh penderita yang dirawat jalan dan peringkat ke- dari seluruh penderita yang dirawat. Pada tahun 007 terjadi peningkatan jumlah penderita 3 kali lebih besar dari tahun 000. () Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di 5 rumah sakit propinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 00 menunjukkan PPOK berada di urutan pertama dengan proporsi 35%, diikuti asma bronkial (33%), kanker paru (30%) dan lainnya (%). (7) Pada tahun 010 Dinas Kesehatan Yogyakarta menyatakan PPOK menduduki peringkat ke- penyebab kematian di Indonesia. Sebanyak 10% penduduk usia 0 tahun keatas menderita PPOK. () Berdasarkan penelitian Manik (00) di RS Haji Medan pada tahun terdapat sebanyak orang penderita PPOK dengan proporsi penderita laki-laki sebanyak orang (75,%) dan 3 orang (,%) berjenis kelamin perempuan dengan Case Fatality Rate (CFR) 10,1%. () Berdasarkan penelitian Rahmatika (00) di RSUD Aceh Tamiang terdapat 5 orang penderita pada tahun 007 dan terjadi peningkatan jumlah kasus pada tahun 00 sebanyak 1 orang. Dari kasus proporsi penderita laki-laki sebanyak orang (7%)dan 3 orang (%) penderita perempuan. (10) Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan diperoleh data penderita PPOK sebanyak 110 kasus selama periode Januari Desember 01. Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah belum diketahui karakteristik penderita PPOK di RSUP HAM Medan tahun 01. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita PPOK di RSUP HAM Medan tahun 01. Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Mengetahui distribusi proporsi penderita berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal). b. Mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan medis (keluhan, tingkat keparahan, jenis penyakit sebelumnya, jenis komplikasi, dan riwayat merokok). c. Mengetahui lama rawatan rata-rata penderita PPOK. d. Mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber pembiayaan. e. Mengetahui distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang. f. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya.
3 g. Mengetahui distribusi proporsi pekerjaan penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya. h. Mengetahui distribusi proporsi komplikasi penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya. i. Mengetahui distribusi proporsi riwayat merokok penderita PPOK berdasarkan komplikasi. j. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan penderita PPOK berdasarkan komplikasi. k. Mengetahui distribusi proporsi lama rawatan penderita PPOK berdasarkan sumber biaya. l. Mengetahui distribusi lama rawatan penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang. m. Mengetahui distribusi kejadian komplikasi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: a. Dapat digunakan sebagai informasi atau masukan dalam meningkatkan pelayanan khususnya pada program perencanaan pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan PPOK di RSUP HAM Medan. b. Dapat digunakan sebagai sumber informasi atau referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan penulis di FKM USU Medan. c. Sebagai sarana meningkatkan wawasan dan pengetahuan penulis mengenai PPOK dan sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) USU Medan. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif, dengan menggunakan desain case series. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP. Adam Malik Medan dilakukan pada bulan Februari Oktober 0 Populasi penelitian ini adalah semua data penderita PPOK rawat inap di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 01 sebanyak 110 penderita. Populasi merupakan sampel (total sampling). Data dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang tercatat pada kartu status penderita PPOK rawat inap yang berasal dari rekam medik RSUP H. Adam Malik Medan tahun 01. Cara pengumpulan data adalah dengan mencatat semua variabel yang akan diteliti kemudian dilakukan tabulasi data. Data univariat dianalisis secara deskriptif sedangkan data bivariat dengan chi-square, Mann-whitney, dan Kruskal Wallis. Hasil dan Pembahasan Deskriptif Distribusi proporsi umur dan jenis kelamin penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 1. Umur (Tahun) < Distribusi Proporsi Penderita PPOK berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Pria Wanita Jumlah 1, 0 0 1, 1, 0 0 1, 0 1,3 1, 0,1 71,5 11, 7, Total 5, 15, 110 Mengacu pada tabel 1 dapat dilihat bahwa dari 110 penderita PPOK, sebesar,% (5 orang) berjenis kelamin laki-laki dan,% (15 orang) berjenis kelamin perempuan dengan sex ratio 35%. Proporsi kelompok umur tertinggi pada jenis kelamin laki-laki adalah 0 tahun sebesar,5% (71 orang) dan terendah pada kelompok umur< 0 tahun dan 0 tahun masing-masing sebesar 1,%. Sementara itu proporsi tertinggi pada jenis kelamin perempuan terbanyak pada kelompok umur yang sama sebesar 11,% dan tidak ada penderita pada kelompok umur < 0 tahun dan 0 tahun. PPOK merupakan penyakit yang muncul setelah terpapar dalam waktu yang lama dengan bahan-bahan iritan. Gejala PPOK lebih sering muncul pada usia di atas 50 tahun. (11) Pada usia di atas 0 tahun juga daya tahan tubuh akan semakin menurun.
4 Sex ratio penderita PPOK sebesar 35% artinya proporsi penderita laki-laki lebih tinggi dibanding penderita perempuan. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan merokok yang lebih tinggi pada laki-laki dibanding perempuan. Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 00 diperoleh prevalensi perokok lakilaki di atas 15 tahun sebanyak 5,%. Hal ini sangat berbeda jauh dengan prevalensi perokok perempuan yaitu,%. (5) Distribusi proporsi berdasarkan sosiodemografi penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel. 1. Agama Islam Protestan Katolik Distribusi Proporsi Sosiodemografi Penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01 Karakteristik Pendidikan Tidak sekolah SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Akademi/PT Jumlah f (%) 3 35, 5,, Total 110,0 17 3, 11, 15,5 1, 7,3 Total 110,0. Pekerjaan Pegawai Negeri Pegawai Swasta Pensiunan Petani/Pekerja Lepas Wiraswasta Ibu Rumah Tangga Tidak Bekerja 3. Tempat Tinggal Medan Luar Kota Medan , 1, 3,,,5,1 3, Total 110,0 3 3,7 7 7,3 Total 110,0 Proporsi penderita berdasarkan agama, penderita terbanyak adalah beragama Protestan yaitu 5,% ( orang), kemudian agama Islam yaitu 35,5% (3 orang), dan terendah adalah agama Katolik sebesar,% ( orang). Berdasarkan tingkat pendidikan, terbanyak adalah tamat SMA/sederajat yaitu 1,% ( orang), diikuti tamat SMP/sederajat sebesar 15,5%, tamat SD/sederajat sebesar 11,%, Akademi/PT sebesar 7,3%,dan terendah adalah tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 3,%. Dalam hal ini bukan berarti agama, pendidikan, pekerjaan, dan tempat tinggal memiliki keterkaitan dengan kejadian PPOK tetapi hanya menunjukkan jumlah kunjungan mayoritas penderita PPOK di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01. Pendidikan berkaitan dengan penderita PPOK yang berobat ke RSUP HAM Medan lebih tinggi berpendidikan SMA/Sederajat. Hasil ini menunjukkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi juga kesadaran untuk mencegah faktor risiko dari PPOK masih kurang. PPOK merupakan penyakit yang bersifat progresif, artinya semakin lama akan semakin memburuk dan sifatnya ireversibel. (11) Kemungkinan penderita sudah menderita PPOK semasa bekerja. Namun karena gejalanya masih ringan penderita masih berobat di rumah sakit daerah. Hal ini juga dikaitkan dengan RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit rujukan dan menerima pengguna jaminan kesehatan askes. Sehingga penderita yang memiliki kartu askes langsung dirujuk ke RSUP HAM Medan. Banyaknya penderita yang berasal dari luar Kota Medan disebabkan RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) setiap kabupaten di Sumatera Utara dan beberapa provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau. Selain itu juga kemungkinan disebabkan tersedianya pelayanan kesehatan lain di wilayah Kota Medan sehingga perilaku pengobatan masyarakat Kota Medan bervariasi. Tabel 3. Distribusi Proporsi Keluhan Berdasarkan Penderita PPOK di RSUP HAM Medan Tahun 01 Keluhan (n=110) f % Sesak napas Batuk Produksi sputum Lain-lain Mengi ,0, 7,1 7,1,7
5 Proporsi keluhan tertinggi yang dialami penderita yaitu sesak napas (%), kemudian disusul batuk (,%), produksi sputum dan lain-lain (7,1%), dan keluhan yang paling sedikit adalah mengi (napas berbunyi) sebanyak 7 orang (,7%). Sesak napas merupakan keluhan utama penderita PPOK. Terjadinya penyempitan aliran napas menyulitkan penderita untuk bernapas. Batuk terjadi karena adanya peningkatan reaktivitas terhadap sel-sel yang sudah mati yang akan dikeluarkan dan meningkatnya produksi sputum. Gejala lain juga akan menyertai gejala ini, akan tetapi gejala yang paling sering muncul adalah sesak napas dan batuk. (1) Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan tingkat keparahan di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Tingkat Keparahan Tingkat Keparahan f % Tidak Tercatat Tercatat 5,5 7,5 Jumlah 110,0 Tercatat f % Ringan Sedang Berat Sangat Berat ,0 5,0 1,3 10,7 Jumlah,0 Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui bahwa dari data tingkat keparahan yang tercatat sebanyak 1 orang (50%) berada pada stadium ringan, dan terendah pada stadium sangat berat yaitu 3 orang (10,7%). Pada stadium ringan gejala sudah ada namun muncul pada aktivitas sedang. Pada saat penderita sudah mengalami gejala PPOK, mereka sudah memeriksakan diri ke rumah sakit. Hal ini berkaitan dengan pekerjaan penderita yang kebanyakan adalah pensiunan. Tingkat pengetahuan dan kesadaran untuk memeriksakan diri sudah lebih baik. Data tingkat keparahan yang tersedia hanya penderita sehingga tidak mewakili keseluruhan data. Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP HAM Medan Tahun 01 Riwayat Penyakit f % Sebelumnya Tercatat Tidak Tercatat 7 3 0, 3,1 Jumlah 110,0 Tercatat f % TB Paru Hipertensi Bronkitis kronis Asma bronkial Lebih dari satu penyakit 1,, 0,,,0 Jumlah 7,0 Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 7 data penyakit sebelumnya yang tercatat, penyakit sebelumnya yang terbanyak adalah TB Paru dan Hipertensi sebanyak orang (,%), dan yang terendah adalah lebih dari satu penyakit yaitu orang (,0%). Penderita yang pernah mengalami TB Paru akan mengalami penurunan fungsi faal paru lebih besar sejalan dengan waktu daripada orang yang memiliki paru yang normal sehingga lebih berisiko terhadap berkembangnya PPOK. () Hipertensi merupakan penyakit penyerta. Bahan alergen yang masuk ke dalam sistem pernapasan penderita asma bronkial akan merangsang pembentukan IgE. Ikatan antara IgE dengan antigen dan sel mast akan menyebabkan degranulasi sel mast sehingga keluarlah mediator. Mediator tersebut akan memproduksi elastase, dan merangsang pembentukan prostaglandin, tromboksan, lekotriena, dan anion superoksida. Hal ini menunjukkan keseimbangan protease dan antiprotease akan terganggu. Apabila hal ini
6 terjadi maka akan terjadi destruksi jaringan paru. (1) Distribusi proporsi penderita berdasarkan jenis komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel. Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Jenis Komplikasi di RSUP HAM Medan Tahun 01 Komplikasi f % Ada komplikasi Tidak ada komplikasi 5 5 5,1 0, Jumlah 110,0 1 3,1 1 7,7, Eksaserbasi Kor Pulmonal Lain-lain Jumlah 5,0 Berdasarkan Tabel dapat dilihat bahwa dari 110 penderita terdapat 5,1% (5 orang) yang mengalami komplikasi. Proporsi komplikasi tertinggi adalah eksaserbasi yaitu 3,1% (1 orang). Eksaserbasi merupakan peningkatan respon inflamasi pada saluran pernapasan oleh bahan-bahan iritan dan zat kimia. Hal ini juga dipicu oleh adanya infeksi bakteri atau virus. Terdapatnya sputum yang purulen pada saluran pernapasan penderita menjadi tempat berkoloni bakteri maupun virus sehingga lama-kelamaan akan menyebabkan infeksi pada jalan napas. Distribusi proporsi penderita PPOK berdasarkan riwayat merokok di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Distribusi Proporsi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Merokok di RSUP HAM Medan Tahun 01 Riwayat Merokok f % Merokok/pernah merokok 7 70, Tidak merokok 3,1 Jumlah 110,0 Lama Merokok f % Tercatat Tidak Tercatat 5 0 7, 5, Jumlah 7 Lama Merokok Tercatat (tahun) f % > ,7,,,1 Jumlah 5,0 Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa sebesar 70,% (7 orang) merupakan perokok aktif maupun pernah merokok sebelumnya tetapi sudah berhenti. Dari tabel tersebut juga dapat dilihat dari 5 data lama merokok yang tercatat, proporsi lama merokok tertinggi yaitu diatas 30 tahun sebanyak,1% dan terendah yaitu 1-10 tahun sebesar 1,7%. Zat-zat yang terkandung di dalam rokok merupakan bahan iritan sehingga menyebabkan peradangan pada aliran napas maupun alveoli. Hal ini juga berkaitan dengan jumlah rokok yang dikonsumsi dan lama merokok. Semakin banyak rokok yang dikonsumsi dan semakin lama penderita merokok maka akan semakin berisiko untuk menderita PPOK. (11) Hal ini juga kemungkinan berkaitan dengan faktor usia harapan hidup, mengingat penderita yang memiliki riwayat mengonsumsi rokok lebih tinggi pada usia di atas 50 tahun. Lama rawatan rata-rata penderita PPOK di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel. Lama Rawatan Rata-Rata di RSUP HAM Medan Tahun 01 Lama Rawatan Rata-rata (hari) Mean 7, Standar Deviasi (SD),05 5% Confidence Interval,57-,31 Nilai Maksimum 3 Nilai Minimum Berdasarkan Tabel dapat dilihat lama rawatan rata-rata penderita adalah 7, hari (7 hari) dengan Standard Deviasi (SD),05. Lama rawatan paling singkat adalah
7 hari dan lama rawatan paling lama adalah 3 hari. Dari Confidence Interval dapat disimpulkan bahwa 5% diyakini lama rawatan rata-rata penderita PPOK adalah,57,31 hari. Karakteristik penderita dengan lama rawatan paling lama adalah laki-laki berusia 53 tahun, bekerja sebagai petani dan tinggal di luar Kota Medan. Sumber biaya penderita yaitu askes. Keluhan yang dirasakan adalah sesak napas, batuk, napas berbunyi (mengi), nyeri dada, dan menghasilkan sputum. Penderita memiliki riwayat merokok selama 35 tahun sebanyak 30 batang per hari, memiliki riwayat penyakit TB Paru, dengan stadium berat. Penderita mengalami PPOK eksaserbasi dan pulang dengan berobat jalan. Proporsi penderita PPOK berdasarkan sumber biaya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Sumber Biaya di RSUP HAM Medan Tahun 01 Sumber Pembiayaan f % Bukan Biaya Sendiri Biaya Sendiri 3 17,5 15,5 Jumlah 110,0 Bukan Biaya Sendiri f % Askes SKTM JPKMS Jamkesmas PT.KAI JKA , 1,0, 5,, 1,1 Jumlah 3,0 Proporsi penderita berdasarkan sumber pembiayaan lebih tinggi yang menggunakan bukan biaya sendiri yaitu,5% (3 orang) dibandingkan dengan menggunakan biaya sendiri yaitu 17 orang (15,5%). Berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat bahwa proporsi terbanyak yaitu pengguna Askes sebanyak orang (70,%) dan terendah yaitu menggunakan JKA (Jaminan Kesehatan Aceh) yaitu 1,1% (1 orang). RSUP HAM Medan merupakan rumah sakit yang menerima layanan jaminan kesehatan pemerintah. Sehingga penderita yang memiliki kartu jaminan kesehatan lebih memilih berobat ke RSUP HAM Medan untuk mengurangi biaya. Distribusi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 10 Distribusi Proporsi Penderita Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP HAM Medan Tahun 01 Keadaan Sewaktu f % Pulang PBJ PAPS Meninggal Dunia ,3 11, 10, Jumlah 110,0 Proporsi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang terbanyak adalah pulang berobat jalan sebesar 77,3% (5 orang), kemudian pulang atas permintaan sendiri sebesar 11,% ( orang), dan meninggal 10,% (1 orang). Penderita yang diperbolehkan untuk dirawat jalan adalah penderita yang sudah memungkinkan untuk dirawat di rumah, akan tetapi harus melakukan kontrol kembali ke rumah sakit. Penderita yang pulang atas permintaan sendiri yaitu penderita dengan alasan tidak ada yang menjaga di rumah sakit dan penderita yang memilih untuk dirawat di pelayanan kesehatan lain. Case Fatality Rate (CFR) penderita PPOK di RSUP HAM Medan sebesar 10,%. Penderita yang meninggal adalah penderita yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan stadium berat, tidak sadarkan diri dan mengalami komplikasi kor pulmonal. Analisa Statistik Distribusi proporsi jenis kelamin penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
8 Tabel 11. Distribusi Jenis Kelamin Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01 Riwayat Penyakit Sebelumnya Bronkitis Kronis Asma Bronkhial TB Paru Hipertensi Lebih dari satu penyakit Jenis Kelamin Jumlah Laki-laki Peremp uan ,1 77,,7,, ,, 5,3 15, 0 1 Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa semua jenis penyakit sebelumnya tertinggi pada jenis kelamin laki-laki. Sementara itu, penderita yang mengalami jenis penyakit sebelumnya yang lebih dari satu hanya ada pada laki-laki. Kejadian penyakit sebelumnya bisa terjadi karena paparan dengan faktor risiko seperti rokok, bahan kimia, dan bahan alergen. Lakilaki lebih sering terpapar terhadap faktor risiko tersebut. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square terdapat sel (0%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga uji ini tidak dapat digunakan. Distribusi proporsi pekerjaan penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1. Distribusi Pekerjaan Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01 Riwayat Penyakit Sebelumnya Bronkitis Kronis Asma Bronkhial TB Paru Hipertensi Lebih dari satu penyakit Pekerjaan Bekerja Jumlah Tidak Bekerja 3 10, 33,3, 5,, ,,7 31,, 33,3 1 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa proporsi penyakit bronkitis kronis dan asma bronkial tertinggi pada penderita yang tidak bekerja. Sementara itu, penyakit TB Paru, hipertensi, dan lebih dari satu penyakit tertinggi pada penderita yang bekerja. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square sel (0%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga uji ini tidak dapat digunakan. Riwayat penyakit sebelumnya bisa terjadi ketika penderita masih berstatus bekerja. Akan tetapi menderita PPOK setelah tidak bekerja. Penyakit ini bisa menjadi PPOK dalam jangka waktu yang lama dan disebabkan terjadinya infeksi yang berulangulang. Distribusi proporsi komplikasi penderita PPOK berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel. Riwayat Penyakit Sebelumnya Bronkitis Kronis Asma Bronkhial TB Paru Hipertensi Lebih dari satu penyakit Distribusi Komplikasi Penderita PPOK Berdasarkan Riwayat Penyakit Sebelumnya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01 Komplikasi Jumlah Ada Komplikasi Tidak ada komplik asi ,1 55,, 57,,7,, 31,,1 33,3 1 Berdasarkan Tabel di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang mengalami komplikasi pada semua jenis penyakit sebelumnya lebih tinggi disbanding-kan dengan yang tidak mengalami komplikasi. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square terdapat
9 3 sel (30%) yang nilai harapannya kurang dari 5 sehingga uji ini tidak dapat digunakan. Proporsi TB Paru lebih tinggi terkena komplikasi. Hal ini dikaitkan dengan fungsi faal paru yang semakin menurun ketika terjadi penyakit sebelumnya. Sehingga memudahkan untuk terjadi komplikasi. 1 Adanya infeksi bakteri pada saluran pernapasan akan membentuk antibodi, antiprotease, fagositosis, dan proteolisis yang selanjutnya akan terjadi komplikasi yang serius. Proses proteolisis pada saat daya tahan tubuh menurun atau kadar inhibitor protease yang rendah akan mempercepat perusakan jaringan. 17 Distribusi proporsi riwayat merokok penderita PPOK berdasarkan komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel.1 Distribusi Riwayat Merokok Penderita PPOK berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01 Komplikasi Ada Komplikasi Tidak Ada Komplikasi Riwayat merokok Merokok/ bekas merokok Tidak merokok Jumlah 75,, 1 1, 35, 5 5 Berdasarkan tabel.1 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita yang mengalami komplikasi lebih tinggi pada perokok maupun yang pernah merokok yaitu orang (75,%) dibanding yang tidak merokok yaitu 1 orang (,%). Hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi Square diperoleh nilai (p=0,1)>0,05 artinya tidak ada perbedaan proporsi yang bermakna riwayat merokok berdasarkan komplikasi. Kandungan zat yang terdapat di dalam rokok merupakan bahan iritan terhadap paru sehingga memudahkan untuk terkena komplikasi. (11) Distribusi proporsi lama rawatan ratarata penderita PPOK berdasarkan komplikasi di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 15. Komplikasi Ada komplikasi Tidak ada komplikasi Distribusi Lama Rawatan Ratarata Penderita PPOK berdasarkan Komplikasi di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01 Lama Rawatan Rata-rata f Mean SD 5 7,, 5,,01 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata penderita yang mengalami komplikasi adalah 7, hari dan lama rawatan rata-rata penderita yang tidak mengalami komplikasi yaitu, hari. Penderita yang mengalami komplikasi perlu mendapat perawatan yang lebih lama untuk memulihkan komplikasi yang dialami penderita. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p>0,05 (p=0,5)artinya tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata dengan komplikasi. Distribusi proporsi lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya penderita PPOK di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel di bawah berkut ini: Tabel 1. Distribusi Lama Rawatan Rata-rata Penderita PPOK berdasarkan Sumber Biaya di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01 Sumber Biaya Biaya Sendiri Bukan Biaya Sendiri Lama Rawatan Rata-rata f Mean SD 17 3,5 7, 3,3,0 Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata yang menggunakan biaya sendiri adalah,5 hari, dan lama rawatan rata-rata penderita yang menggunakan bukan biaya sendiri adalah 7, hari ( hari).
10 Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p<0,05 (0,001) artinya ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya. Pengobatan PPOK membutuhkan biaya yang besar sehingga penderita yang menggunakan biaya sendiri akan pulang apabila sudah memungkinkan untuk pulang walaupun tidak sepenuhnya pulih. Distribusi proporsi kejadian komplikasi penderita PPOK berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RSUP HAM Medan tahun 01 dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 17. Keadaan Sewaktu Pulang PBJ PAPS Meninggal Dunia Distribusi Komplikasi Penderita PPOK Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 01 Kejadian Komplikasi Jumlah Ada komplikasi Tidak Ada Komplika si 5 1 5, 1,5, ,1 3, Berdasarkan Tabel 17 di atas dapat dilihat bahwa dari 5 penderita yang pulang dengan berobat jalan terdapat 5 penderita (5,%) mengalami komplikasi, dari penderita dengan pulang atas permintaan sendiri orang diantaranya mengalami komplikasi, dan penderita yang meninggal seluruhnya adalah penderita yang mengalami komplikasi. Berdasarkan hasil analisa statistik dengan menggunakan uji Chi square diperoleh nilai p = 0,00 artinya ada perbedaan yang bermakna antara komplikasi dengan keadaan sewaktu pulang. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan a. Berdasarkan karakteristik sosiodemografi diperoleh bahwa proporsi penderita PPOK yang dirawat inap di RSUP HAM Medan tertinggi yaitu pada kelompok umur 0 tahun sebesar,5%, jenis kelamin laki-laki,5%, agama Protestan 5,%, pendidikan tamat SMA/sederajat 1,%, pekerjaan pensiunan 3,%, dan tempat tinggal di luar kota Medan 7,3%. b. Berdasarkan keadaan medis, keluhan tertinggi adalah sesak napas dengan proporsi %, stadium ringan 50%, riwayat penyakit terdahulu TB Paru dan Hipertensi masing-masing,%, komplikasi eksaserbasi 3,1%, dan riwayat penderita yang merokok 70,%. c. Lama rawatan rata-rata adalah 7, hari. d. Proporsi penderita berdasarkan keadaan sewaktu pulang tertinggi adalah pulang berobat jalan yaitu 77,3%. e. Uji Chi Square tidak dapat dilakukan untuk melihat perbedaan jenis kelamin, pekerjaan, komplikasi berdasarkan riwayat penyakit sebelumnya, riwayat merokok berdasarkan keadaan sewaktu pulang. f. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara riwayat merokok berdasarkan komplikasi (p=0,1). g. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan berdasarkan komplikasi (p=0,5) h. Ada perbedaan yang bermakna antara lama rawatan rata-rata berdasarkan sumber biaya (p=0,001). i. Ada perbedaan yang bermakna antara kejadian komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=0,00). Saran a. Diharapkan kepada pihak RSUP HAM Medan untuk melengkapi pencatatan kartu status seperti tingkat keparahan, lama merokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi, dan jenis penyakit sebelumnya sehingga memudahkan analisis data. b. Diharapkan kepada pihak RSUP HAM Medan untuk melanjutkan program Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) secara berkala dan penyakit yang lebih spesifik khususnya PPOK untuk memaparkan penanganan dini dan pencegahan kepada keluarga penderita.
11 c. Diharapkan kepada penderita yang masih merokok untuk tidak merokok sehingga memperlambat progresivitas PPOK dan penderita yang masih terpapar dengan bahan allergen agar mengurangi paparan. Daftar Pustaka 1. WHO.011. noncommunicable Diseases Country Profile Regional COPD Working Group. COPD prevalence in 1 Asia-Pasific countries and regions: projec-tions based on the COPD prevalence estimation model. Respirology 003;:-. 3. Advisory comitte Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Guidelines and protocols.. WHO.0.World COPD Day in Your Country. g/wcd in yourcountry.html? country_id=55&submit=go. Diakses tanggal Maret DEPKES Prevalensi perokok di Indonesia. Riskesdas Rahmatika, Anita. 00. Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang dirawat Inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun Skripsi, FKM USU. 11.Djojodibroto, R Darmanto. 00. Respirologi ( Respiratory Medicine). Jakarta: EGC 1. Amin, Muhammad.. Penyakit Paru Obstruksi Menahun Polusi Udara, rokok, dan alfa-1- antitripsin. Surabaya: Airlangga University Press.. Barnett, Margaret. 00. Chronic Obstructive Pulmonary Disease in Primary Care. Chichester: John Wiley & Sons, Ltd.. Wiyono HW. Penyakit paru obstruktif kronik. Tantangan dan peluang. Pidato Pada Upacara Pengukuhan Sebagai Guru Besar Tetap Dalam Bidang Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta, Februari Kemenkes RI 00. Pedoman Pengendalian Paru Obstruktif Kronik Menteri Kesehatan RI 00. Jakarta..Simposium dan Workshop PPOK tanggal 11 April belitung.org Diakses tanggal 1 Maret 0. Manik, Crysti. 00. Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obs-truksi Kronik (PPOK) yang dirawat Inap di RS Haji tahun Skripsi, FKM USU.
KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN SKRIPSI.
KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN 2010-2011 SKRIPSI Oleh : YESSY OKTORINA NIM. 051000161 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
Lebih terperinciGambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Pada penelitian ini kerangka konsep mengenai karakteristik pasien PPOK eksaserbasi akut akan diuraikan berdasarkan variabel katagorik
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke arah yang lebih baik di Indonesia, mempengaruhi pergeseran pola penyakit yang ditandai dengan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN
KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU PADA BALITA YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT VITA INSANI PEMATANGSIANTAR TAHUN 2010- Isri Rezta Prianty 1, Sori Muda 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi
Lebih terperinciOleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara
PREVALENSI PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIS DENGAN RIWAYAT MEROKOK DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK (RSUP HAM) MEDAN PERIODE JANUARI 2009 DESEMBER 2009 Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH 070100443
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit dapat dicegah dan diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang biasanya progresif
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan dan pola penyakit utama penyebab kematian dimana terjadi penurunan prevalensi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak di negara dengan pendapatan tinggi sampai rendah. 1 Menurut World Health Organization
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BUKIT BARISAN MEDAN TAHUN
KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT TINGKAT II PUTRI HIJAU KESDAM I/BUKIT BARISAN MEDAN TAHUN 2010-2013 Sri Rezeki 1, Sori Muda 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic obstructive pulmonary disease) merupakan penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatanaliran udara di saluran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang digunakan untuk sekelompok penyakit paru
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER SERVIKS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARIFIN ACHMAD PEKANBARU TAHUN 20-203 Khairun Nikmah Hasibuan, Rasmaliah 2, Jemadi 2 Mahasiswa Departemen Epidemiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit pernapasan kronis yang merupakan bagian dari noncommunicable disease (NCD). Kematian akibat
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA STROKE ISKEMIK DENGAN INFARK RAWAT INAP DI RSUP HAJI ADAM MALIK KOTA MEDAN TAHUN 2012
KARAKTERISTIK PENDERITA STROKE ISKEMIK DENGAN INFARK RAWAT INAP DI RSUP HAJI ADAM MALIK KOTA MEDAN TAHUN 2012 Iza Fauziah 1, Jemadi 2, Hiswani 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa peningkatan
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL
HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE 2011-2012 ARTIKEL Diajukan untuk memenuhi tugas akhir Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan epidemiologi kesehatan pada umumnya berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, dapat dilihat dari sejarah ilmu epidemiologi itu sendiri,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan beralihnya penyebab kematian yang semula
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS) mengartikan Penyakit Paru Obstruktif Kronik disingkat PPOK sebagai penyakit yang ditandai dengan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI. Oleh : JULIANTI AISYAH NIM
KARAKTERISTIK PENDERITA GAGAL GINJAL RAWAT INAP DI RS HAJI MEDAN TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : JULIANTI AISYAH NIM. 061000134 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 KARAKTERISTIK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Indonesia, pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang ditandai dengan
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2014
STUDI KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2014 Hardiana Sepryanti Palinoan, Risna Agustina, Laode Rijai Fakultas Farmasi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) adalah klasifikasi luas dari gangguan, yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema, dan asma. Penyakit Paru Obstruksi
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang dikarenakan bukan hanya penyakit menular yang menjadi tanggungan negara tetapi dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah inflamasi saluran napas kecil. Pada bronkitis kronik terdapat infiltrat dan sekresi mukus di saluran pernapasan. Sedangkan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL
SKRIPSI KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD Dr. PIRNGADI MEDAN TAHUN 2007 2008 OLEH NOURMA Y LUMBAN GAOL 051000106 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia (Kementerian Kesehatan, 2008).
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009
KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSD KOLONEL ABUNDJANI BANGKO KABUPATEN MERANGIN PROVINSI JAMBI TAHUN 2009 SKRIPSI Oleh : VERARICA SILALAHI NIM. 061000152 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau Cronik Obstruktive Pulmonary Disease (COPD) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya arus globalisasi di segala bidang berupa perkembangan teknologi dan industri telah banyak membuat perubahan pada pola hidup masyarakat.
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013
ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013 Data WHO 2013 dan Riskesdas 2007 menunjukkan jumlah penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian nasional maupun global. Masalah PTM pada akhirnya tidak hanya menjadi masalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan permasalahan terkait kebiasaan merokok yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Jumlah batang rokok
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan laporan WHO tahun 2005, dari 58 juta kematian di dunia,
Lebih terperinciKeywords: Characteristics, Malaria Parasites Positive, RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu
KARAKTERISTIK PENDERITA MALARIA DENGAN PARASIT POSITIF YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. M. YUNUS KOTA BENGKULU TAHUN 2012 Dwi Putri 1, Sori Muda 2, Hiswani 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah suatu keadaan terdapatnya keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif. Penyakit ini
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan salah satu jenis dari penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan di masyarakat dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian diseluruh dunia. Prevalensi PJPD di 13 Negara Eropa yaitu Australia (laki-laki
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru yang dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN
KARAKTERISTIK BAYI PENDERITA GASTROENTERITIS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD PURI HUSADA TEMBILAHAN TAHUN 2011-2012 Rivando Fernandus 1 ; Sori Muda Sarumpaet 2 ; Hiswani 2. 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spirometri adalah salah satu uji fungsi paru yang dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) (Health Partners, 2011). Uji fungsi paru
Lebih terperinciGAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK. Oleh : YULI MARLINA
GAMBARAN FAKTOR RISIKO PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Oleh : YULI MARLINA 080100034 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011 GAMBARAN FAKTOR RISIKO
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyakit stroke merupakan masalah kesehatan yang utama di negara maju maupun negara berkembang. Stroke mengakibatkan penderitaan pada penderitanya, beban sosial ekonomi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,
Lebih terperinciTHE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN 2012
KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan beban kerja pernafasan, yang menimbulkan sesak nafas, sehingga pasien mengalami penurunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak menular atau NCD (Non-Communicable Disease) yang ditakuti karena
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker telah menjadi masalah kesehatan serius bagi negara, disebabkan insidennya semakin meningkat. Penyakit ini termasuk salah satu jenis penyakit tidak menular
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive Pulmonary Disease (COPD)merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014
HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014 Oleh: VINOTH VISWASNATHAN 110100518 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap tahun lebih dari 36 juta orang meninggal karena penyakit tidak menular (PTM) (63% dari seluruh kematian) di dunia. Lebih dari 9 juta kematian yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara global. Empat jenis utama penyakit tidak menular menurut World Health Organization (WHO) adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.1. Latar Belakang Asma adalah penyakit saluran nafas kronis yang penting dan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di berbagai negara diseluruh dunia. Meskipun penyakit
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN SKRIPSI. Oleh : NENNY TRIPENA NIM.
KARAKTERISTIK PENDERITA HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA MEDAN TAHUN 2008-2010 SKRIPSI Oleh : NENNY TRIPENA NIM. 081000297 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asma bronkial merupakan penyakit kronik yang sering dijumpai pada anak maupun dewasa di negara berkembang maupun negara maju. Sejak dua dekade terakhir, dilaporkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salah satu dari kelompok penyakit tidak menular yang telah menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA BRONKITIS YANG DIRAWAT JALAN PADA KELOMPOK UMUR 15 TAHUN DI RSU Dr. FERDINAN LUMBAN TOBING SIBOLGA TAHUN SKRIPSI
KARAKTERISTIK PENDERITA BRONKITIS YANG DIRAWAT JALAN PADA KELOMPOK UMUR 15 TAHUN DI RSU Dr. FERDINAN LUMBAN TOBING SIBOLGA TAHUN 2010 2012 SKRIPSI Oleh : RINALDI TOGAP S NIM. 0810000101 FAKULTAS KESEHATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati. Penyakit ini berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik pada jalan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke adalah penyakit multifaktorial dengan berbagai penyebab disertai manifestasi klinis mayor, dan penyebab utama kecacatan dan kematian di negara-negara berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia akibat kanker, baik pada pria maupun wanita di dunia. Di seluruh dunia, kematian akibat kanker paru sendiri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaksanaan pembangunan nasional yang menimbulkan perubahan dari suatu negara agraris yang sedang berkembang menjadi negara industri membawa kecenderungan baru dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di Indonesia sering terdengar kata Transisi Epidemiologi atau beban ganda penyakit. Transisi epidemiologi bermula dari suatu perubahan yang kompleks dalam pola kesehatan
Lebih terperinciBAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang
BAB I A. LATAR BELAKANG Penyakit paru obstruksi kronik (PPOK) merupakan penyebab utama dari morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang menderita akibat PPOK. PPOK merupakan
Lebih terperinciFAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2016
KARAKTERISTIKK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) DR. R. M. DJOELHAM BINJAI TAHUN 2014 2015 SKRIPSI OLEH MANGARA TUA SITOHANG NIM.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of Chronic Obstructive Lung Diseases (GOLD) merupakan penyakit yang dapat cegah dan diobati, ditandai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan penyakit paru obstruktif kronik telah di bahas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1022/MENKES/ SK/XI/2008 tentang pedoman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional secara keseluruhan, sehingga diperlukan suatu kajian yang lebih menyeluruh mengenai determinan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.
51 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan. 4.1. ANALISA UNIVARIAT Penelitian dilakukan di Rumah
Lebih terperinci4.6 Instrumen Penelitian Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Etika Penelitian BAB V.
DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... I LEMBAR PERSETUJUAN... II PENETAPAN PANITIA PENGUJI... III KATA PENGANTAR... IV PRASYARAT GELAR... V ABSTRAK... VI ABSTRACT... VII DAFTAR ISI... VIII DAFTAR TABEL... X Bab I.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RS St. ELISABETH MEDAN TAHUN
KARAKTERISTIK PENDERITA KANKER PAYUDARA YANG DIRAWAT INAP DI RS St. ELISABETH MEDAN TAHUN 2011-2013 Lestari Estaria Sinaga 1, Sori Muda 2, Rasmaliah 2 1 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN SKRIPSI
KARAKTERISTIK PENDERITA HEPATITIS B RAWAT INAP DI RSUD RANTAU PRAPAT KABUPATEN LABUHAN BATU TAHUN 2006-2009 SKRIPSI Oleh : ELIZABETH LOLOAN PANGGABEAN NIM. 061000033 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini
Lebih terperinciABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012
ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Christine Nathalia, 2015; Pembimbing : Dani, dr., M.Kes. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Lebih terperinciKarakteristik Penderita Diabetes Mellitus Dengan Komplikasi Yang Di Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Tahun Abstract
Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Dengan Yang Di Rawat Inap Di RSUD Deli Serdang Tahun 22 Fitriana Butarbutar, Hiswani 2, Jemadi 2 Mahasiswa Departemen Epidemiologi FKM USU 2 Dosen Departemen Epidemiologi
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI. Oleh : SUCI HERAYANI HRP NIM.
KARAKTERISTIK PASIEN DISPEPSIA YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM SUNDARI MEDAN TAHUN 2008 SKRIPSI Oleh : SUCI HERAYANI HRP NIM. 061000273 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan ancaman serius dan tantangan utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah suatu penyakit progresif yang ditandai dengan pembatasan aliran udara yang masuk terjadi secara ireversibel, Sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sedang mengalami beban ganda dalam menghadapi masalah penyakit, yang mana penyakit menular dan penyakit tidak menular keduanya menjadi masalah kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kasus. Kematian yang paling banyak terdapat pada usia tahun yaitu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit hati (liver) merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan, baik di negara maju maupun di negara yang sedang berkembang. Kerusakan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkial bukan hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asma bronkial adalah salah satu penyakit kronik yang menyerang antara 100-150 juta orang di seluruh dunia (Junaidi, 2010). Asma bronkial bukan hanya masalah kesehatan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN SKRIPSI
1 KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2012-2013 SKRIPSI OLEH: ELLYS TAMPUBOLON NIM. 111000185 FAKULTAS KESEHATAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang semakin pesat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat. Persaingan yang muncul dalam usaha memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek ekstraparu yang signifikan dan berpengaruh terhadap keparahan penderita. Menurut GOLD (Global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan masalah kesehatan yang besar di dunia luas dengan prevalensi, dan biaya yang tinggi. Penyakit ini telah menjadi enam
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010
ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rokok telah membunuh 50 persen pemakainya, hampir membunuh enam juta orang setiap tahunnya yang merupakan bekas perokok dan 600.000 diantaranya adalah perokok
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) yang berjumlah 96 pasien sesuai
32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta pada bulan Agustus Desember 2016. Peserta penelitian adalah
Lebih terperinciUmur kelompok. Valid < 45 tahun tahun >65 tahun Total
80 Frequency Table Umur kelompok Valid < 45 tahun 9 7.7 7.7 7.7 45-65 tahun 77 65.8 65.8 73.5 >65 tahun 31 26.5 26.5 100.0 Jenis Kelamin Valid laki-laki 67 57.3 57.3 57.3 perempuan 50 42.7 42.7 100.0 Agama
Lebih terperinciLaporan Penyuluhan. Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
Laporan Penyuluhan Penyakit Paru Obstruksi Kronik () A. Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik () atau disebut juga dengan Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) merupakan masalah kesehatan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit ISPA merupakan
Lebih terperinciKARAKTERISTIK BAYI YANG MENDERITA PENYAKIT HIRCSHSPRUNG DI RSUP H. ADAM MALIK KOTA MEDAN TAHUN SKRIPSI. Oleh : SISKA VERAWATI NIM.
KARAKTERISTIK BAYI YANG MENDERITA PENYAKIT HIRCSHSPRUNG DI RSUP H. ADAM MALIK KOTA MEDAN TAHUN 2010-2012 SKRIPSI Oleh : SISKA VERAWATI NIM. 091000106 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN SKRIPSI.
KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS YANG DIRAWAT INAP DI RSUD. DR. DJASAMEN SARAGIH PEMATANGSIANTAR TAHUN 2004-2008 SKRIPSI Oleh : MERY K. SINAGA 051000066 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyebab mortalitas terbesar kelima di dunia dan menunjukkan peningkatan jumlah kasus di negara maju dan
Lebih terperinci